BAB I-V OPSI

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyediaan makanan di masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya. Seluruh masyarakat membutuhkan makanan yang sehat dan bergizi, khususnya bagi anak-anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Mereka membutuhkan makanan yang sehat dan bergizi sehingga dapat tumbuh serta berkembang dengan baik. Salah satu contoh makanan yang bergizi dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan anak- anak adalah bakpao. Bakpao adalah makanan tradisional masyarakat Tionghoa. Bakpao terbuat dari tepung terigu dengan berbagai bahan isian seperti daging ayam, kacang hijau, coklat, dan lain sebagainya. Di kalangan masyarakat umum, bakpao sudah sangat terkenal. Hal ini dikarenakan harga bakpao yang murah sehingga terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Selain itu, bakpao juga merupakan makanan yang sangat sehat untuk dikonsumsi. Proses pembuatan bakpao yang melalui proses pengukusan dan tanpa bahan pengawet juga memberi dampak yang baik dalam bidang kesehatan bagi masyarakat. Mayoritas penggemar bakpao adalah siswa-siswi pelajar, baik SD, SMP, maupun SMA. Mereka berpendapat bahwa bakpao merupakan jajanan sehat yang dapat mengatasi rasa lapar di sekolah. Bakpao yang kaya akan nilai protein dan karbohidrat tentu sangat diperlukan oleh siswa saat menimba ilmu pengetahuan. Selain itu, mereka juga tertarik untuk membeli 1

Transcript of BAB I-V OPSI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahPenyediaan makanan di masyarakat akan sangat berpengaruh

terhadap kondisi kesehatannya. Seluruh masyarakat membutuhkan

makanan yang sehat dan bergizi, khususnya bagi anak-anak yang

sedang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Mereka

membutuhkan makanan yang sehat dan bergizi sehingga dapat

tumbuh serta berkembang dengan baik. Salah satu contoh makanan

yang bergizi dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan anak-

anak adalah bakpao.

Bakpao adalah makanan tradisional masyarakat Tionghoa.

Bakpao terbuat dari tepung terigu dengan berbagai bahan isian

seperti daging ayam, kacang hijau, coklat, dan lain

sebagainya. Di kalangan masyarakat umum, bakpao sudah sangat

terkenal. Hal ini dikarenakan harga bakpao yang murah sehingga

terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Selain itu,

bakpao juga merupakan makanan yang sangat sehat untuk

dikonsumsi. Proses pembuatan bakpao yang melalui proses

pengukusan dan tanpa bahan pengawet juga memberi dampak yang

baik dalam bidang kesehatan bagi masyarakat.

Mayoritas penggemar bakpao adalah siswa-siswi pelajar,

baik SD, SMP, maupun SMA. Mereka berpendapat bahwa bakpao

merupakan jajanan sehat yang dapat mengatasi rasa lapar di

sekolah. Bakpao yang kaya akan nilai protein dan karbohidrat

tentu sangat diperlukan oleh siswa saat menimba ilmu

pengetahuan. Selain itu, mereka juga tertarik untuk membeli

1

bakpao karena harga bakpao yang murah dan memiliki bentuk

sederhana sehingga tidak sulit untuk dibawa. Namun, kurangnya

inovasi dalam bahan baku pembuatan bakpao membuat masyarakat

mulai meninggalkan makanan sehat ini. Oleh karena itu, perlu

adanya variasi serta inovasi penggunaan bahan baku dalam

pembuatan bakpao.

Tanaman suweg (Amorphophallus campanulatus) merupakan salah

satu bentuk inovasi baru dalam hal bahan baku yang dapat

dimanfaatkan dalam pembuatan bakpao.Tanaman jenis umbi-umbian

ini tergabung kedalam marga Amorphophallus (Sutomo, 2008).

Tanaman suweg memiliki dua jenis yang berbeda yaitu jenis

varietas A. campanulatus var. hortensis Backer yang beracun dan jenis

varietas A. campanulatus var. Sylvestris yang aman untuk dikonsumsi.

Tanaman ini banyak tumbuh di sekitar daerah Kubutambahan,

tepatnya di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.

Tanaman ini hidup di sepanjang 341 Ha di Desa Bengkala.

Melimpahnya ketersedian tanaman umbi suweg di Desa Bengkala

tentu dapat dioptimalkan oleh masyarakat sekitar. Namun,

banyak masyarakat belum mengetahui potensi yang dimiliki

tanaman suweg. Mayoritas masyarakat memandang tanaman ini

sebagai tanaman liar yang hidup di sekitar hutan atau

perkebunan mereka.

Jika ditelusuri lebih lanjut, tanaman suweg memiliki

banyak potensi di dalamnya. Bagian tanaman umbi suweg yang

dapat dimanfaatkan adalah umbinya. Umbi suweg yang memiliki

berat sekitar 5 kilogram kaya akan kandungan yang sehat dan

bergizi. Menurut Utami (2008), umbi segar suweg mengandung

protein sebesar 3,25%, dan karbohidrat sebesar 23,18%. Selain

itu, umbi suweg sangat bagus untuk mencegah penyakit Diabetes

2

Mellitus, karena mengandung kadar gula dan lemak yang rendah.

Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk memanfaatkan umbi

suweg oleh masyarakat. Dalam memanfaatkan umbi suweg menjadi

bahan baku utama bakpao, diperlukan adanya jiwa kewirausahaan

yang nantinya dapat mengoptimalkan pemanfaatan umbi tanaman

suweg.

Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan segala sesuatu yang

berkaitan dengan sikap dan proses yang dilakukan oleh

wirausahawan dalam merintis dan mengembangkan suatu usaha.

Menurut Hadi (2011), seorang wirausahawan adalah orang yang

memiliki ide-ide baru yang dihasilkan dari suatu kreativitas.

Kreativitas inilah yang akan membawa wirausahawan untuk

berinovasi terhadap usahanya.

Jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) seharusnya dikembangkan

pada jiwa generasi muda, terutama sejak mereka menduduki

bangku SMA. Jiwa kewirausahaan akan sangat membantu mereka.

Hal ini dapat dijadikan bekal bagi mereka untuk berwirausaha

di masa depan. Selain itu, hal ini juga dapat membantu

meringankan beban orang tuanya. Salah satu sekolah yang

memberikan pembekalan mengenai jiwa-jiwa kewirausahawan

(entrepreneurship) bagi siswanya adalah SMAN Bali Mandara.

SMAN Bali Mandara merupakan sebuah sekolah layanan khusus

yang berdiri sejak tahun 2011. Sekolah yang berada di Desa

Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini menyediakan

beasiswa kepada 75 orang anak pada setiap tahunnya. Sekolah

ini merupakan salah satu sekolah yang menyediakan asrama bagi

seluruh siswanya sehingga mereka menjadi lebih mudah

mengembangkan jiwa kewirausahaan. Selain itu, sekolah ini

memiliki program yang bernama pathway to leadership. Pathway to

3

leadership merupakan sebuah program yang bertujuan untuk

memberikan pembekalan kepada siswa terutama untuk menjadi

pemimpin di masa depan. Di dalam program tersebut, terdapat

program kewirausahaan (entrepreneurship) yang memberikan kesempatan

bagi siswanya untuk berwirausaha. Dengan adanya jiwa

entrepreneurship di SMAN Bali Mandara, potensi dari umbi suweg

dapat semakin dikembangkan dengan menjadikannya inovasi baru

sebagai bahan baku utama pembuatan bakpao.

Beranjak dari pemaparan latar belakang di atas, penulis

merasa tertarik untuk membuat karya dengan judul “Implementasi

Kegiatan Entrepreneurship Siswa Smanbara melalui Usaha“Baksumi”

Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa yang Murah, Bergizi dan

Berkualitas.” Pembuatan karya tulis ini bertujuan untuk

mengetahui potensi tanaman suweg untuk dikembangkan lebih

lanjut sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, penulis berinisiatif

untuk merumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah potensi SMAN Bali Mandara sebagai sentra

produksi“Baksumi” Bakpao Suweg Mini aneka rasa yang bergizi

dan berkualitas?

2. Bagaimanakah teknik produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini

aneka rasa yang bergizi dan berkualitas?

3. Bagaimanakah analisis kelayakan dan strategi pemasaran

yang tepat untuk pengembangan usaha “Baksumi” Bakpao Suweg

Mini?

4. Bagaimanakah dampak ekonomis usaha “Baksumi” Bakpao Suweg

Mini terhadap warga sekolah di sekitar SMAN Bali Mandara?

4

1.3 Tujuan PenelitianAdapun tujan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah

sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan potensi SMAN Bali Mandara sebagai

sentra produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini aneka rasa yang

bergizi dan berkualitas.

2. Untuk mendeskripsikan teknik produksi “Baksumi” Bakpao Suweg

Mini aneka rasa yang bergizi dan berkualitas.

3. Untuk menganalisis kelayakan dan strategi pemasaran yang

tepat untuk pengembangan usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini.

4. Untuk mendeskripsikan dampak ekonomis usaha “Baksumi” Bakpao

Suweg Mini terhadap warga sekolah di sekitar SMAN Bali

Mandara.

1.4 Manfaat PenelitianPenulisan karya tulis in diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Pembaca

Dapat mengetahui informasi baru mengenai potensi dan kan

tanaman umbi suweg agar dapat dikembangkan dan diproduksi

lebih lanjut.

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat

dengan membuka berbagai lapangan pekerjaan.

3. Bagi Pemerintah

5

Dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan

terkait pengembangan produksi Baksumi aneka rasa yang

bergizi dan sehat di lingkungan masyarakat.

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Tentang Tanaman Suweg (Amorphophallus

campanulatus)Suweg dengan nama latin Amorphophallus campanulatus merupakan

salah satu jenis umbi-umbian yang sangat berkembang didaerah

kering. Tanaman suweg tumbuh subur didataran rendah hingga

ketinggian 800 m di atas permukaan laut dengan kisaran suhu

idealnya adalah 25-35oC dengan curah hujan 1000-1500 mm/tahun.

Tanaman ini lebih cocok ditanam pada lahan yang agak

terlindungi. Tanah yang cocok untuk menanam tanaman suweg

yaitu campuran antara tanah humus, lempung dan pasir (Sutomo,

2008). Salah satunya yaitu seperti Desa Bengkala, Kecamatan

Kubutambahan, Buleleng.

Tanaman Suweg merupakan tumbuhan herba yang menahun.

Jenis varietas suweg yang sering ditemukan di Bali yaitu A.

campanulatus var. hortensis Backer yang mempunyai tangkai daun halus

dan batang yang berwana coklat kasar. Sedangkan jenis varietas

A. campanulatus var. Sylvestris memiliki batang halus dan berwarna

belang antara putih dan

hijau. Umbi suweg jenis

inilah yang tidak beracun jika

dikonsumsi. Berikut adalah

klasifikasi ilmiah suweg

(Ardhiyanti, 2008).

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

7

Kelas : Monocotyledoneae

Bangsa : Arales

Suku : Araceae

Marga : Amorphophallus

Jenis : A. campanulatus.

Tanaman suweg memiliki batang yang berbentuk tegak, lunak

halus dan berwarna hijau belang-belang putih. Batang tunggal

tanaman suweg memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan

memecah lagi menjadi tangkai daun (Sutomo, 2008). Pada setiap

pertemuan batang akan tumbuh bintil berwarna cokelat kehitam-

hitaman sebagai alat perkembangbiakan suweg.

Tanaman suweg memiliki tinggi yang dapat mencapai 1,5

meter tergantung dari umur dan kesuburan tanah. Umbi suweg

yang telah masak beratnya bisa mencapai 3-5 kg. Suweg

berkembang biak dengan pemisahan anakan atau memotong tunas

anakan yang tersebar dipermukaan umbi. Tanaman suweg akan

menghasilkan umbi siap panen ketika memasuki memasuki usia 18

bulan. Masa panen suweg sebaiknya dilakukan saat batang suweg

sudah membusuk dan memasuki masa istirahat karena kandungan

pati di dalam suweg sudah maksimal.

Selain mempunyai tangkai daun yang kasar dan berwarna

gelap, suweg varietas hortensis memiliki umbi yang sangat gatal

jika dikonsumsi. Oleh karena itu, jenis suweg ini belum

dimanfaatkan dan masih merupakan tumbuhan liar. Varietas

sylvestris menghasilkan umbi yang tidak gatal, sehingga jenis ini

banyak di pekarangan dan dimanfaatkan sebagai pangan

(Kriswidarti dalam Faridah, 2005).

8

Gambar 2.1 Tanaman SuwegSumber: Dokumentasi

Gambar 2.2 Tepung Suweg

Menurut Lazenby (1998), timbulnya rasa gatal terutama

disebabkan oleh raphide yang tidak terbungkus atau dikelilingi

oleh semacam getah, sehingga dapat melakukan kontak secara

langsung dengan lidah, bibir, dan langit-langit mulut ketika

dikunyah. Kandungan kalsium oksalat tersebut dapat dikurangi

dengan perlakuan perendaman dalam air beberapa lama juga

dengan pemanasan (pemasakan) yang intensif (Sakai, 1993).

Sifat kimia kalsium oksalat yang dapat dilarutkan dengan asam

kuat sehingga terdekomposisi menjadi asam oksalat (Schumm,

1978) menjadi dasar penelitian Kurdi (2002) yang hasilnya

menyatakan bahwa perendaman irisan umbi suweg dalam larutan

asam klorida 0,25% selama 4 menit lalu dilanjutkan dengan

perendaman dalam larutan kalsium karbonat 1% selama 5 menit,

dinilai efektif mereduksi kandungan kalsium oksalat pada umbi.

Menurut Utami (2008), umbi segar suweg mengandung air

sebesar 72,14%, abu sebesar 1,10%, protein sebesar 3,25%,

lemak sebesar 0,33%, dan karbohidrat sebesar 23,18%. Tepung

suweg mengandung kadar dietary fiber yang tinggi, yaitu sebesar

15,10% dengan persentase serat larut sebesar 5,21% dan

persentase serat tak larut sebesar 9,89%. Umbi suweg juga

mengandung beberapa zat seperti asam betulinat, stigmasterol, lupeol

dan lainnya yang kemungkinan berhubungan dengan penggunaan

hancuran umbi suweg sebagai obat di beberapa tempat (Sakai,

1993).

2.2 Kajian Tepung SuwegSuweg (Amorphophallus

campanulatus) merupakan bahan baku

yang dapat dimanfaatkan menjadi

9

tepung. Hal ini disebabkan karena kadar air yang terkandung

dalam umbi suweg setelah berubah menjadi bentuk tepung. Kadar

air dalam tepung suweg pada umumnya sebesar 12% dan dapat

terbilang cukup kecil apabila dibandingkan dengan kadar air

dalam tepung terigu. Kadar air yang cukup rendah menyebabkan

tepung suweg dapat disimpan dalam waktu yang lama tanpa

mengalami kerusakan.

Pada umumnya, komponen terbesar dalam tepung suweg adalah

karbohidrat. Kandungan kadar karbohidrat dalam tepung suweg

sebesar 77,81%. Jumlah karbohidrat dalam tepung suweg

merupakan jumlah karbohidrat non serat (selulosa dan lignin).

Selain mengandung karbohidrat, tepung suweg juga mengandung

beberapa serat kasar. Kadar serat kasar dalam tepung suweg

sebesar 6,63% dengan jenis serat pangan seperti hemiselulosa,

pektin, dan hidrokoloid, larut sehingga tidak terhitung

(Utami, 2008).

Dari segi warna, tepung umbi suweg memiliki tingkat

kecerahan yang sangat rendah karena bahan baku yang berwarna

selain putih. Selain itu, reaksi pencoklatan yang terjadi

setelah mengeringkan juga berpengaruh terhadap indikator warna

pada tepung umbi suweg.

2.3 Kajian Bakpao Secara Umum

Bakpao merupakan makanan tradisional Tionghoa. Bakpao

berarti baozi yang berisi daging. Baozi sendiri dapat diisi dengan

bahan lainnya seperti daging ayam, sayur-sayuran, serikaya,

selai kacang kedelai, kacang azuki, kacang hijau dan

sebagainya. Kulit bakpao dibuat dari adonan tepung terigu yang

10

Gambar 2.3 ProdukBakpao

Sumber: Dokumentasi

setelah diberi isian, dibiarkan sampai mengembang lalu dikukus

dan matang (Anonim, 2011).

Cara pembuatan bakpao masih tergolong tradisional. Bakpao

diolah dengan cara dikukus menggunakan kukusan. Hal ini

dikarenakan bakpao memerlukan panas uap air. Panas uap air

membuat bakpao menjadi lembut dan nikmat. Penilaian kualitas

mutu roti yang baik menurut Anonim (2001) adalah sebagai

berikut.

1.Eksternal

Volume roti lebih besar,

makin lembut rotinya jika ditekan

dengan tangan. Roti yang bagus

juga memiliki warna kulit kuning

kecoklatan, hasil pembakaran yang

rata dan bentuk roti simetris.

Selain itu, patahan atau sobekan

roti yang baik pada pinggiran-pinggiran atau ujung roti

terbuka bagian atasnya dengan kerak roti tipis dan tidak mudah

pecah.

2.Internal

Aspek internal dalam roti biasanya berupa butiran remah

roti panjang, seragam, dinding selnya tipis, tidak kasar dan

tidak tebal. Roti yang baik juga memiliki tekstur halus,

lembut dan elastis dengan warna remang terang. Selain itu,

aroma khas dari gandum dan yeast mempengaruhi rasa manis,

gurih yang dapat diterima dipasaran.

Selain itu, dalam pembuatan bakpao diperlukan bahan-bahan

tambahan seperti ragi, susu, mentega, gula, dan sebagainya.

Bahan tersebut digunakan untuk mengembangkan adonan,

11

memudahkan pembentukan gluten dan memberikan aroma pada roti.

Ada tiga macam yeast yang bisa dipakai untuk pembuatan roti:

Compressed yeast (ragi basah). Cara pemakaian ragia ini yaitu

dengan dicampur dengan tepung. Selain itu ada Coral yeast (ragi

butiran) dengan merendam dalam air hangat dan disimpan

ditemapat yang dingin dan kering. Instant yeast (ragi dadak)

dengan dicampur dengan tepung.

Susu dalam pembuatan roti berfungsi untuk meningkatkan

kualitas penyerapan dalam adonan. Kasein dari susu

mempertahankan sifat penahan air dari adonan. Susu juga

memberikan kontribusi terhadap nilai gizi, membantu

pengembangan adonan, membantu proses pembentukan krim dan

memperbaiki tekstur roti. Selain itu, juga susu memperbaiki

warna kulit dan rasa roti serta memperkuat gluten karena

keberadaan kandungan kalsium pada susu.

Mentega mempunyai berbagai kegunaan dalam pengolahan

makanan. Adanya lemak dalam makanan membuat masakan menjadi

enak. Shortening adalah suatu istilah komersil yang digunakan

untuk memberi maksud yang mana minyak atau lemak. Bahan ini

banyak digunakan dalam biskuit, pie, pizza, puding, krim dan

mayonase.

Gula mengandung molekul sukrosa yang dapat dipecah

menjadi satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa dengan

cara pemanasan yang biasa disebut gula karamel sebagai bahan

pemanis campuran makanan. Proses pemecahan atau pelelehan gula

untuk pembuatan bahan pangan diikuti dengan proses dehidrasi

dan polimerisasi serta beberapa jenis asam akan timbul

(Winarno, 1997).

2.4 Konsep Kewirausahaan (Entrepreneurship)12

Kewirausahaan atau dalam bahasa Perancis disebut

entrepreneurship secara harfiah memiliki pengertian sebagai

perantara. Selain itu entrepreneurship dapat diartikan juga

sebagai semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang

dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya

mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi

dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka

memberikan pelayanan yang lebih baik dan memperoleh keuntungan

yang lebih besar (Chretella, 2012).

Hisrich dkk. (2008: 10) mendefinisikan bahwa

kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada

nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung

resiko keuangan, fisik, serta resiko sosial yang mengiringi,

menerima moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan

pribadi. Sedangkan menurut Hadi (2011), seorang wirausahawan

harus memiliki ide-ide baru yang dihasilkan dari suatu

kreativitas. Kreativitas inilah yang akan membawa wirausahawan

untuk berinovasi terhadap usahanya. Generasi muda sekarang

harus dituntut memiliki keterampilan. Semakin banyak

keterampilan yang diperoleh dan dikuasai maka akan semakin

banyak pula peluang untuk membuka lapangan pekerjaan yang

nantinya akan memiliki manfaat bagi banyak pihak.

Berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan

Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1885, kewirausahaan adalah

semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam

menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya

mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi

dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka

13

memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh

keuntungan yang lebih besar.

Kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai usaha

pengambilan resiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan

memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau

dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola

berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi

tantangan-tantangan persaingan (Nasrullah Yusuf, 2006).

2.5 SMA Negeri Bali MandaraSMA Negeri Bali Mandara adalah sekolah berasrama dengan

layanan khusus bagi siswa dengan rata-rata ekonomi golongan ke

bawah. Sebagai sekolah dengan layanan khusus di Bali, SMA

Negeri Bali Mandara berdiri dengan berbagai fasilitas yang

berbeda dari sekolah-sekolah lain di seluruh Provinsi Bali.

Perbedaan tersebut dapat dilihat dari siswa yang tingga di

asrama dengan mendapat beasiswa penuh, berbasis kurikulum

Nasional dan Internasional (IGCSE, A level, AS level), dan memiliki program

pathway to leadership.

Penggalian bakat dan pengembangan potensi siswa-siswi

sekolah ini dikembangkan dalam program pathway to leadership.

Program ini terdiri dari entrepreneurship, outreach, dan eco-school.

Melalui program tersebut, didukung dengan misi “Creating future

leaders with strong moral values, life skills, and awareness of environmental and

global isssues”, SMA Negeri Bali Mandara diharapkan mampu

mewujudkan visi sekolah yakni “To develop a premier network of Indonesia

boarding school in nurturing glabally conscious leaders”

Salah satu misi sekolah yaitu pembekalan life skills,

diwujudkan dengan pengaplikasian program entrepreneurship.

14

Entrepreneurship telah dikembangkan melalui program koperasi

sekolah serta produksi dan penjualan berbagai jenis makanan

ringan dengan jangka waktu berkala. Jenis kegiatan lainnya

adalah budidaya jamur, pembuatan kompos, dan berkebun.

Melalui pelaksanaan kegiatan tersebut, siswa mampu

mengembangkan jiwa kewirausahaannya sejak dini yang akan

dijadikan sebagai bekal hidup di masa depan. Kontribusi dari

kegiatan wirausaha tersebut bukan hanya bermanfaat bagi siswa

tetapi juga bagi masyarakat. Apabila siswa dapat

mengaplikasikan jiwa kewirausahaannya di masyarakat, maka hal

tersebut akan memberikan peluang kerja bagi orang lain sebagai

salah satu upaya dalam menanggulangi masalah pengangguran.

15

BAB III

METODOLOGI

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif kualitatif yaitu penggambaran temuan variabel di

lapangan dari hasil observasi, pemasaran, analisis keuntungan

dan profit usaha.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 25 Maret sampai

dengan 25 Juli 2013, yang berlangsung selama 17 mingggu di

SMAN Bali Mandara, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

Adapun rancangan kegiatan penelitian ini disajikan pada Tabel

3.1.

No Kegiatan

Feb.Minggu ke-

MaretMinggu ke-

AprilMingguke-

MeiMingguke-

JuniMingguke-

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1.Perenacanaan kegiatan dan persiapan instrumen penelitian.

2. Telaah pustaka tentangumbi suweg.

3.Konsultasi mengenai instrumen penelitian dengan pembina.

4. Wawancara dengan narasumber, observasi umbi suweg di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng danpembuatan tepung dari

16

Persiapan alat dan bahan (selain umbi suweg)

Pengambilan tanaman umbi suweg

Pengupasan, pencucian, dan pemotongan umbi suweg

Perendaman dengan air garam selama 2 jam

Pemarutan umbi suweg

umbi suweg.

5.Proses pengolahan umbisuweg menjadi Baksumi di SMAN Bali Mandara.

6.

Proses pemasaran Baksumi kepada masyarakat, khususnya anak-anak di lingkungan Desa Kubutambahan.

7.Proses auditing laba dari pemasaran Baksumi.

8. Analisis data.

9. Pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

3.3 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah potensi usaha Baksumi

dalam menyediakan makanan sehat dan bergizi di masyarakat

khususnya bagi anak-anak.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat, khususnya

anak-anak yang menyukai dan mengkonsumsi bakpao.

3.5 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dimulai dari penyiapan alat dan

bahan disajikan seperti bagan berikut.

17

Pemarutan umbi suweg

Pembuatan bakpao

Pemasaran di lingkungan sekitar Desa Kubutambahan

Proses auditing laba

Analisis data

Pembuatan karya tulis ilmiah

Penjemuran dan penumbukan umbi suweg kering menjadi tepung suweg

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

3.6 Instrumen Penelitian1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

baskom, pisau, gunting, panci, kompor gas, gas, parutan,

nampan, kertas roti, lap, plastik kemasan, timbangan, baskom

besar (wadah untuk mencuci umbi suweg).

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

umbi suweg, tepung terigu, ragi instant, mentega, garam, gula

18

pasir, susu, vanili, air, meises coklat, kacang tanah goreng,

gula merah,

3.7 Prosedur Penelitian

Dalam prosedur penelitian, terdapat tiga hal yang

dilaksanakaan antara lain 1) pembuatan tepung umbi suweg, 2)

penentuan perbandingan bahan baku, 3) penentuan teknik

pemasaran Baksumi.

1. Pembuatan Tepung Umbi Suweg

Tepung berbahan baku umbi suweg (Amorphophallus campanulatus)

merupakan bahan baku utama dari pembuatan Baksumi. Berikut

adalah cara untuk memperoleh tepung berbahan baku umbi suweg.

1)Umbi suweg yang telah diperoleh langsung dikupas dan

dicuci bersih pada air mengalir. Untuk mempermudah dalam

perendaman, umbi suweg dipotong-potong terlebih dahulu

menggunakan pisau menjadi potongan lebih kecil.

2)Potongan umbi suweg selanjutnya direndam dalam air garam

selama satu hari penuh. Perendaman ini bertujuan untuk

menghilangkan lendir dan kadar asam oksalat umbi yang

menyebabkan rasa gatal. Proses ini juga bertujuan untuk

mempertahankan warna dari umbi suweg itu sendiri.

3)Potongan umbi suweg yang telah direndam selanjutnya

dicuci kembali dengan air mengalir untuk mengurangi rasa

asin yang ditimbulkan saat perendaman. Proses selanjutnya

adalah pemarutan potongan umbi suweg untuk mempermudah

dalam proses pengeringan umbi suweg.

4)Hasil parutan suweg selanjutnya dijemur di bawah sinar

matahari langsung selama 2 hari berturut-turut atau lebih,

hingga kering sempurna.

19

5)Parutan suweg yang telah kering kemudian ditumbuk hingga

hancur. Selanjutnya hancuran suweg diayak menggunakan

penyaring tepung untuk memperoleh tekstur tepung yang

lebih halus.

2. Penentuan Perbandingan Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan Baksumi

adalah tepung umbi suweg. Untuk mendapatkan nilai

perbandingan yang tepat antara tepung terigu dengan tepung

umbi suweg, penulis melakukan eksperimen sebanyak tiga kali.

Adapun nilai perbandingan antara tepung terigu dan tepung

umbi suweg yang diuji dalam eksperimen secara berkelanjutan

adalah 2:3, 1:2, dan 2:1. Hasil dari percobaan penentuan

nilai perbandingan terbaik antara tepung terigu dan tepung

umbi suweg akan tersaji pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Data Hasil Percobaan Penentuan NilaiPerbandingan Tepung Terigu dan Tepung UmbiSuweg

NoNilai

Perbandingan

Aroma Rasa Warna Tekstur

S TS E TE CP C L K LN KR

1 1:22 3:23 2:1

Keterangan.S = Sedap, TS = Tidak Sedap, E = Enak, TE = Tidak

Enak, CP = Cokelat PekatC = Cokelat, L = Lembut, K = Kasar, LN = Lunak, KR =

Keras.

3. Penentuan Teknik Pemasaran “Baksumi” Bakpao Suweg Mini

Baksumi aneka rasa ini diproduksi setiap harinya. Baksumi

aneka rasa yang telah diproduksi selanjutnya akan dipasarkan

20

di SMAN Bali Mandara di Desa Kubutambahan. Pemasaran ini akan

dilaksanakan selama lima hari atau lima kali produksi.

Banyaknya jumlah bakpao yang berhasil dijual selanjutnya akan

di cacat dalam tabel penjualan. Tabel penjualan tersebut akan

tersaji dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3Tabel Data Penjualan“Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka

Rasa

No.

Produksi ke-

Jumlah(buah)

Terjual(buah)

Tidakterjual(buah)

BesarPenjual

an

BesarKerugia

n1 12 23 34 45 5

Total

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data

pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Literatur

Literatur yang digunakan meliputi jurnal, laporan-laporan,

artikel, dan buku-buku yang berkaitan dengan hal yang dikaji

yaitu tanaman umbi suweg (Amorphophallus campanulatus ), cara

pembuatan tepung umbi suweg, cara pembuatan bakpao secara

umum dan kewirausahaan.

2. Penelusuran Data dan Informasi Melalui Internet

21

Penelusuran data dan informasi melalui internet digunakan

untuk mengetahui lebih lanjut tentang umbi suweg

(Amorphophallus campanulatus ), cara pembuatan tepung umbi suweg,

cara pembuatan bakpao secara umum, teknik-teknik pemasaran,

dan ilmu-ilmu kewirausahaan.

3. Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung yang dilakukan

oleh peneliti mengenai suatu kegiatan. Observasi dalam

penelitian ini dilakukan untuk mencari umbi suweg

(Amorphophallus campanulatus) kualitas baik dan harga terjangkau

di wilayah Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Buleleng yang terkenal memiliki tanaman suweg yang melimpah.

Observasi juga dilakukan di SMAN Bali Mandara. Pengamatan

dilakukan untuk mencari tahu potensi pengembangan usaha

Baksumi. Selain itu, observasi juga dilakukan dalam tahap

pemasaran Baksumi aneka rasa untuk mengetahui bagaimana

potensi penjualan dari Baksumi aneka rasa di masyarakat.

4. Eksperimen

Teknik eksperimen ini dilakukan oleh penulis untuk

menentukan perbandingan bahan baku yang baik dalam pembuatan

Baksumi aneka rasa. Perbandingan bahan baku tersebut adalah

perbandingan antara tepung terigu dengan tepung umbi suweg.

3.9 Langkah-langkah PenelitianLangkah-langkah penyusunan karya tulis dapat dilakukan

sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan perumusan masalah

berdasarkan latar belakang, sehingga dapat dicarikan data dan

22

informasi terkait dengan tanaman umbi suweg (Amorphophallus

campanulatus), teknik pembuatan tepung umbi suweg, bakpao, dan

kewirausahaan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan pencarian data dan

penelusuran informasi yang terkait dengan tanaman umbi suweg

(Amorphophallus campanulatus), teknik pembuatan tepung umbi

suweg, bakpao, dan kewirausahaan.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir dilakukan penyusunan karya tulis yang

disertai bimbingan dari guru pembimbing dan revisi karya

tulis. Karya tulis disusun berdasarkan data dan informasi

yang terkumpul dari tahapan di atas.

3.10Metode Analisis DataData yang diperoleh baik berupa kajian pustaka seperti

jurnal, penelusuran data dan informasi melalui internet, serta

observasi, dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan metode

deskriptif argumentatif. Analisis ini dilakukan dengan mencari

keterkaitan dari data-data tersebut sesuai dengan materi yang

dikaji dan masalah yang dirumuskan.

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian4.1.1 Penentuan Perbandingan Bahan Baku

Penentuan nilai perbandingan bahan baku Baksumi sangatlah

penting untuk menunjang kelayakan suatu produk. Dalam

menentukan nilai perbandingan terbaik, dilakukan eksperimen

terhadap tiga sampel perbandingan yang diujikan. Ketiga nilai

perbandingan antara tepung terigu dan tepung umbi suweg secara

berturut-turut adalah 1:2, 3:2, dan 2:1. Sampel-sampel

tersebut diuji dari segi warna, aroma, rasa, dan tekstur.

Adapun hasil yang didapatkan tersaji pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Nilai Perbandingan Tepung Terigudan Tepung Umbi Suweg

NoNilai

Perbandingan

Aroma Rasa Warna Tekstur

S TS E TE CP C L K LN KR

1 1:2 x x x x x2 3:2 x x x x x3 2:1 x x x x x

Keterangan:S = Sedap, TS = Tidak Sedap, E = Enak, TE = Tidak Enak,CP = Cokelat PekatC = Cokelat, L = Lembut, K = Kasar, LN = Lunak, KR =

Keras.

Berdasarkan hasil percobaan, dapat dilihat bahwa nilai

perbandingan tepung terigu dan tepung umbi suweg 1:2 memiliki

aroma yang tidak sedap, rasa yang tidak enak, warna yang

coklat gelap, dan tekstur yang kasar serta keras. Pada nilai

perbandingan tepung terigu dan tepung umbi suweg 3:2,

24

didapatkan hasil bahwa aroma bakpao tidak sedap. Selain itu

rasa dari bakao tidak enak, warna coklat, dan tekstur bakpao

lembut namun masih keras. Perbandingan yang menunjukan

kualitas bakpao terbaik adalah nilai perbandingan 2:1. Bakpao

yang dihasilkan pada nilai perbandingan ini memiliki aroma

yang sedap, rasa yang enak, warna yang kecoklatan, dan tekstur

bakpao yang lembut serta lunak. Bakpao dengan nilai

perbandingan tepung terigu dan tepung umbi suweg 2:1

selanjutnya akan diproduksi dan dipasarkan di SMAN Bali

Mandara sebagai bentuk implementasi dari kegiatan entrepreneurship

siswa SMAN Bali Mandara.

4.1.2 Pemasaran “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa

Baksumi perharinya diproduksi sebesar 1 kilogram. Baksumi

yang telah diproduksi selanjutnya dipasarkan di kawasan SMAN

Bali Mandara di Desa Kubutambahan. Adapun hasil dari pemasaran

tersaji dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Tabel Data Penjualan “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka

Rasa

No Produksi ke-

Jumlah(buah)

Terjual(buah)

Tidakterjual(buah)

BesarPenjualan

BesarKerugian

1 1 96 92 4 Rp46.000,-

Rp2.000,-

2 2 94 94 0 Rp47.000,-

-

3 3 96 94 2 Rp47.000,-

Rp1.000,-

4 4 96 96 0 Rp -

25

48.000,-5 5 92 90 2 Rp

45.000,-Rp

1.000,-

Total 474 466 8 Rp233.000,-

Rp4.000,-

Merujuk Tabel 4.2, dapat diintepretasikan bahwa pada hari

pertama produksi Baksumi, didapatkan jumlah bakpao sebanyak 96

buah, terjual sebanyak 92 buah, dan tidak terjual sebanyak 4

buah. Besar penjualan pada produksi ini sebesar Rp 46.000,-

dan nilai kerugian sebesar Rp 2.000,-. Pada hari dan produksi

kedua, didapatkan jumlah Baksumi sebanyak 94 buah dan terjual

seluruhnya. Besar penjualan pada produksi ini sebesar Rp

47.000,-. Selanjutnya, pada produksi ketiga didapatkan jumlah

Baksumi yang berhasil di produksi sebanyak 96 buah. Baksumi ini

berhasil terjual sejumlah 94 buah dan tidak terjual sebanyak 2

buah. Besar penjualan pada produksi ketiga sebesar Rp 47.000,-

dan nilai kerugian sebesar Rp 1.000,-. Pada produksi

berikutnya yaitu produksi keempat, jumlah Baksumi yang berhasil

diproduksi sebanyak 96 buah. Baksumi yang berhasil terjual

sebanyak 96 buah dan nilai penjualan sebesar Rp 48.000,-. Pada

produksi terakhir atau kelima, didapatkan jumlah Baksumi

sebanyak 92 buah. Baksumi yang berhasil terjual sebanyak 90

buah dan yang tidak terjual sebanyak 2 buah. Besar nilai

penjualan pada produksi ini sebesar Rp 45.000,- dan nilai

kerugian sebesar Rp 1.000,-.

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa dalam lima kali

produksi, didapatkan jumlah Baksumi total sebanyak 474 buah,

dimana yang terjual sebanyak 466 buah dan yang tidak terjual

sebanyak 8 buah. Selain itu, nilai penjualan total untuk lima

kali produksi sebesar Rp 233.000,- dan nilai kerugian total

26

sebesar Rp 4.000,-. Walau hanya dipasarkan di SMAN Bali

Mandara, produk Baksumi telah banyak diminati oleh siswa

Smanbara sehingga disetiap produksinya selalu mengalami

keberhasilan.

4.2Pembahasan4.2.1 Potensi SMAN Bali Mandara sebagai Sentra Produksi “Baksumi”

Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa yang Bergizi dan Berkualitas

SMAN Bali Mandara merupakan sekolah layanan khusus

berasrama yang terletak di Jl. Raya Air Sanih, Desa

Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng,

Bali. SMAN Bali Mandara merupakan sekolah yang diperuntukkan

bagi siswa dengan golongan ekonomi menengah ke bawah dan telah

menampung 225 orang yang terdiri dari 75 siswa setiap

angkatannya. SMAN Bali Mandara menyediakan beberapa kegiatan

yang dapat membantu siswa mengembangkan kemampuannya, salah

satunya dengan program Entrepreneurship.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, SMAN Bali

Mandara memiliki potensi sebagai sentra produksi Baksumi.

Menurut Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan (2010),

indikator suatu daerah dikatakan dapat mengembangkan suatu

usaha antara lain: 1) ketersediaan bahan baku, 2) teknologi

dan inovasi, 3) modal wirausaha, 4) tenaga kerja, serta 5)

ketersediaan pangsa pasar.

1. Ketersediaan Bahan Baku

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, pohon umbi

suweg ternyata cocok untuk dikembangkan di kawasan SMAN Bali

27

Mandara. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya umbi suweg di

kawasan lingkungan Smanbara. Sekolah dengan luas 10 hektar

yang belum termanfaatkan secara menyeluruh menyebabkan banyak

tumbuhan liar yang dapat ditemukan, salah satunya yaitu pohon

umbi suweg. Menurut Komang Suarsana, seorang Building Facilities

Maintanance (BFM) di Smanbara, pohon umbi suweg banyak ditemukan

di daerah kering seperti Kabupaten Buleleng.

Tanaman umbi suweg juga banyak tumbuh di daerah Bengkala,

Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Desa Bengkala yang letaknya

dekat dengan Desa Kubutambahan menjadi nilai lebih bagi

Smanbara untuk dapat mengakses bahan baku lebih mudah. Di Desa

Bengkala terdapat kurang lebih 100 tanaman suweg yang hidup

secara liar dan belum dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.

Masyarakat dapat melakukan kerjasama dengan pihak SMAN Bali

Mandara untuk memanfaatkan tanaman suweg menjadi bahan baku

utama pembuatan Baksumi aneka rasa yang bergizi dan berkualitas.

2. Teknologi dan Inovasi

Teknologi merupakan salah satu sarana terpenting dalam

menyebarluaskan informasi mengenai produk yang telah

diproduksi oleh siswa. Di Smanbara sendiri, telah tersedia

teknologi tersebut seperti sarana komputer dan akses internet

yang dapat dimanfaatkan oleh siswanya untuk mempromosikan

lebih lanjut mengenai produk yang telah diproduksi.

Selain itu, produk Baksumi dengan bahan baku umbi suweg

merupakan salah satu inovasi dalam dunia pangan. Produk Baksumi

aneka rasa belum pernah diproduksi dan dipasarkan di

masyarakat. Selain itu, Baksumi juga dapat menjadi pilihan bagi

anak-anak sebagai salah satu jajanan sehat mengingat saat ini

banyak jajajan berbahaya yang beredar di masyarakat.

28

Ketersedian bahan baku yang banyak namun kurang termanfaatkan

juga menjadi faktor utama bagi siswa untuk mengembangkan

produk Baksumi di SMAN Bali Mandara.

3. Modal Wirausaha

Modal merupakan hal yang sangat berperan dalam tahap awal

produksi produk Baksumi. SMAN Bali Mandara memiliki program

Pathway to Leadership yang di dalamnya terdapat sebuah program

kewirausahaan atau Entrepreneurship. Program ini disediakan oleh

sekolah sehingga siswa dapat mengembangkan jiwa mereka dalam

berwirausaha. Produksi Baksumi yang dilakukan di SMAN Bali

Mandara merupakan salah satu bentuk wirausaha yang dilakukan

untuk mewujudkan program Entrepreneurship. Usaha ini memerlukan

dana atau modal sebesar Rp 1.159.310,- yang seluruhnya

diberikan oleh pihak SMAN Bali Mandara untuk mewujudkan

program entrepreneurship.

4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan pelaku produksi dalam suatu usaha.

Pengembangan produk Baksumi merupakan salah satu bentuk

wirausaha pemanfaatan barang yang tidak memiliki nilai

ekonomis. Kapasitas siswa yang cukup banyak merupakan salah

satu peluang tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan. Program

sekolah yang tidak hanya menuntut siswa unggul dalam bidang

akademik juga menjadikan siswa untuk melakukan kegiatan non

akademik, salah satunya yaitu kewirausahaan. Siswa SMAN Bali

Mandara yang diwajibkan untuk mengikuti program entrepreneurship

nantinya dapat ikut berpartisipasi langsung sebagai produsen

dari Baksumi di SMAN Bali Mandara.

5. Ketersediaan Pangsa Pasar

29

Produksi Baksumi di SMAN Bali Mandara dapat disalurkan

langsung disekolah melalui koperasi yang telah tersedia di

sekolah. Kebutuhan akan jajanan yang cukup banyak menjadikan

Baksumi memiliki potensi untuk dikembangkan di SMAN Bali

Mandara. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN Bali

mandara, diperoleh data mengenai jumlah konsumsi bakpao yang

tersaji pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3Daftar Jumlah Konsumsi Bakpao di SMAN Bali Mandara

No. Konsumen Rata-rata/hari1 Siswa 305 buah2 Guru dan Staff 72 buah

Total/hari 377 buah

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa banyak siswa, guru

dan staff yang mengkonsumsi bakpao setiap harinya. Mereka

rata-rata mengkonsumsi 2 buah bakpao perharinya.

Selain di Smanbara, produk Baksumi juga dapat disalurkan

ke sekolah lain seperti sekolah dasar (SD) di sekitar

Kubutambahan. Hal ini disebabkan karena SMAN Bali Mandara

memiliki berbagai program yang dapat menumbuhkan kerjasama

dengan sekolah lain. Program entrepreneurship merupakan contoh

program yang dapat memberikan akses luas bagi siswanya untuk

menjual produk Baksumi di SD sekitar Kubutambahan. Program

entrepreneurship juga didukung dengan adanya program community

service yang merupakan program layanan masyarakat untuk

mendistribusikan produk Baksumi dikalangan masyarakat dan anak-

anak.

Indikator lain yang sangat mendukung produksi Baksumi yaitu

pendistribusian produk bakpao dan jajanan kering berbahaya

30

yang marak di lingkungan masyarakat. Baksumi memanfaatkan bahan

baku yang memiliki khasiat bagai tubuh manusia yaitu sebagai

pencegah DiabetesMellitus dikarenakan kadar gula dan lemaknya yang

rendah, sehingga aman dikonsumsi oleh semua warga sekolah SMAN

Bali Mandara. Selain disekolah-sekolah, Baksumi juga dapat

didistribusikan ke warung sehingga masyarakat umum dapat

mengkonsumsi Baksumi ini.

4.2.2Teknik Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa yang Bergizi

dan Berkualitas.

Setiap produk yang akan didistribusikan memerlukan tahap

awal yaitu proses produksi. Kegiatan produksi adalah suatu

pekerjaan atau kegiatan yang menghasilkan produk barang atau

jasa (Godam, 2006). Produk Baksumi memiliki beberapa bahan

utama serta bahan pendukung yang digunakan dalam proses

produksinya. Masing-masing bahan tentunya memiliki kegunaan

atau fungsi tersendiri dalam penggunaanya. Berikut merupakan

daftar bahan-bahan adonan Baksumi yang tersaji dalam 4.4.

Tabel 4.4 Daftar Bahan Adonan “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka

Rasa dan Kegunaannya

No. Nama Bahan Kegunaan

1 Tepung umbi suweg Bahan utama pembuatan Baksumi

2 Tepung terigu Mengikat dan mengabsorbsi air membentuk gluten Baksumi

3 Ragi instan Mengembangkan adonan, membangkitkan aroma dan rasa dari Baksumi

31

4 Mentega putih Penghambat pembentukan gluten pada adonan Baksumi

5 GaramPembangkit rasa gurih, pengontrol aktivitas ragi dan sebagai pengawet alami Baksumi

6 Gula pasir Sumber energi bagi ragi, pengawet dan pemberi rasa manis pada Baksumi

7 Vanili Sebagai pewangi dalam pembuatan adonan Baksumi

8 Air Pelarut semua bahan menjadi adonan Baksumi

9 Susu bubuk Memperkuat gluten dan penambah nilai gizi

Selain adanya bahan utama untuk pembuatan adonan, Baskumi

juga menggunakan beberapa bahan tambahan sebagai isiannya.

Bahan isian yang berbeda akan menambah nilai dan ketertarikan

masyarakat untuk membeli Baksumi. Adapun bahan isian dalam

Baksumi yaitu, 1) meises coklat, 2) kacang tanah, 3) campuran

kacang tanah dan coklat, 4) gula merah.

Setelah menentukan bahan-bahan yang akan digunakan dalam

proses pembuatan Baksumi, proses untuk memproduksi Baksumi pun

dapat dilakukan. Proses produksi Baksumi dibagi menjadi 3 tahap

yaitu, tahap persiapan, tahap pemrosesan, dan proses

pengemasan.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan pembuatan Baksumi, ada beberapa alat

dan bahan yang harus disiapkan, antara

a. Alat pembuatan bakpao dipersiapkan.

b. Umbi suweg (Amorphophallus campanulatus ) diproses menjadi

tepung umbi suweg yang halus dan berkualitas.

c. Sebanyak 300gram tepung umbi suweg disiapkan sebagai

bahan baku utama.

32

d. 700 gram tepung terigu, 1ragi instan 11 gram,250gram gula

pasir, 40 gram mentega putih, susu bubuk,350 ml

air,vanilibubuk dangaram dipersiapkan sebagai bahan

pendukung dalam pembuatan Baksumi aneka rasa.

e. Gula merah diiris secukupnya menjadi bagaian tipis

sebagai salah satu isian dari Baksumi aneka rasa.

f. Kacang tanah yang sudah dihancurkan ditambahkan dengan

sedikit gula pasir dipersiapkan sebagai salah satu isian

dari Baksumi.

g. Meises coklat disiapkan sebagai isian dari Baksumi.

2. Tahap Pemrosesan

Tahap pemrosesan merupakan tahap terpenting dalam proses

produksi Baksumi aneka rasa. Tahap pemrosesan ini di bagi

menjadi 5 tahap. Pada tahap pemrosesan ini, perbandingan bahan

baku tepung terigu dengan tepung umbi suweg adalah 2 untuk

tepung terigu dan 1 untuk tepung umbi suweg (2:1) yang telah

teruji sebelumnya.

a. Tahap pertama merupakan pembuatan adonan dari Baksumi aneka

rasa.Adonan Baksumi dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan

yang terdiri dari 664 gram tepung terigu, 336 gram tepung

umbi suweg, 250 gram gula pasir, 2 sdm susu bubuk, 1sachet

ragi instan, dan 1 sdt garam, dan vanili bubuksecukupnya ke

dalam baskom adonan. Setelah itu 350 ml air dimasukkan ke

dalam baskom secara perlahan. Setelah bahan tersebut

dimasukkan dan dicampur rata, adonan dipisahkan ke dalam

dua tempat agar gampang untuk diuleni. Adonan diuleni lalu

ditambahkan 20 gram mentega putih. Adonan diulenikembali

hingga benar-benar kalis dan tidak lengket. Adonan yang

33

telah jadi selanjutnya ditutup dengan lap basah yang bersih

dan didiamkan selama 60 menit hingga adonan mengembang

sempurna. Setelah 60 menit, adonan B juga diuleni dan

ditambahkan dengan mentega sebesar 20 gram dan didiamkan

selama 60 menit.

b. Setelah adonan mengembang, pukul dan uleni adonan hingga

adonan mengempis serta udara terbuang dari adonan. Setelah

itu adonan dibentuk menjadi bulat besar lalu ditutup dengan

lap basah dan didiamkan kembali selama 15 menit.

c. Tahap ketiga merupakan tahap pengisian Baksumi dengan

berbagai jenis bahan isian. Setelah diisi dengan bahan

isian, adonan Baksumi dibentuk dengan menggunakan pipa

setinggi 5 cm sehingga bentuk bakpao ini sangat unik dan

kecil (mini). Adonan yang dibentuk dengan pipa tidak lupa

untuk diisi dengan bahan isian seperti kacang tanah goreng,

coklat, gula merah, dan kacang coklat di dalamnya. Setelah

semua adonan terbentuk, diamkan adonan selama 5 menit.

d. Tahap keempat adalah tahap pengukusan Baksumi. Tahap ini

dimulai dengan memanaskan alat pengukus dengan api sedang.

Setelah itu, susun adonan di dalam alat kukusan dengan

memberi jarak agar tidak melekat satu sama lain. Tutup alat

kukus dengan kain lalu tutup kukusan. Tunggu bakpao hingga

matang dan mengembang sekitar 15 menit. Pada saat proses

pengukusan, tidak diperbolehkan untuk membuka tutup kukusan

sebelum 10 menit pertama agar bakpao dapat mengembang

dengan baik.

e. Pengulangan tahap keempat hingga seluruh adonan bakpao

habis dikukus.

34

3. Tahap Pengemasan

Tahap pengemasan merupakan salah satu tahap penting dalam

sebuah kegiatan produksi. Menurut Suharto (2006), pengemasan

merupakan wadah atau kemasan suatu produk. Ada beberapa alasan

dalam mengemas suatu produk, antara lain 1) kemasan berfungsi

sebagai pelindung produk agar terlihat lebih bersih, 2)

mencegah pertukaran produk dan memperkenalkan produk secara

lebih efektif, 3) dapat meningkatkan laba dengan menarik minat

konsumen untuk mengkonsumsi bakpao.

Dalam hal ini, Baksumi yang telah selesai dimasak dikemas

dengan menggunakan plastik kemasan. Ukuran plastik yang

digunakan disesuaikan dengan bakpao yang diproduksi. Palstik

yang digunakan dalam pengemasan bakpao yaitu plastik PE yang

disesuaikan dengan ukuran bakpao.

4.2.3 Analisis Kelayakan dan Strategi Pemasaran yang Tepat untuk

Pengembangan Usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa

yang Bergizi dan Berkualitas

Analisis kelayakan usaha sangatlah penting dalam memulai

suatu kegiatan usaha. Analisi kelayakan merupakan suatu

kegiatan analisi secara sistematis, cermat dan menyeluruh

mengenai segala faktor atau aspek yang mempengaruhi

keberhasilan pelaksanaan gagasan suatu usaha. Hasil analisis

ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

keputusan untuk melanjutkan gagasan usaha tersebut. Adanya

analisis kelayakan juga diharapkan dapat menekan resiko

kegagalan dalam memasarkan produk hasil usaha. Analisis dalam

pembuatan Baksumi aneka rasa adalah 1) kelayakan secara hukum,35

2) kelayakan dari aspek sosial ekonomi, 3) kelayakan finansial

(keuangan), 4) kelayakan lingkungan.

1. Analisis Kelayakan Hukum

Indonesia merupakan negara hukum. Oleh karena itu, seluruh

kegiatan yang dilakukan oleh warga Indonesia di atur oleh

hukum. Suatu kegiatan usaha tentu diatur dalam hukum

tersendiri. Dalam usaha Baksumi ini, ada bebearap undang-undang

yang mengatur seperti 1) Undang-undang RI No. 18 Tahun 2012

tentang Pangandan Undang-undang No. 11 Tahun 1962 tentang

Hygiene untuk Usaha Bagi Umum. Berdasarkan Undang-undang

Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pasal 1

ayat 1 mengatakan bahwa “pangan merupakan segala sesuatu yang berasal

darii makanan atau sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan,

perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah

yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,

termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang

digunakan dalam proses penyiapan pengolahan dan/atau pembuatan makanan

atau minuman”. Selain itu, pada Undang-undang No. 11 tahun 1962

mengenai hygiene untuk usaha-usaha bagi umum menimbang tentang

pokok-pokok kesehatan. Pada pasal 2 ayat 2 menyebutkan bahwa

“Usaha-usaha bagi umum ialah usaha-usaha yang dilakukan oleh badan-badan

pemerintah, swasta maupun perseorangan yang menghasilkan sesuatu untuk atau

yang langsung dapat dipergunakan oleh umum.” Salah satu hygiene untuk

usaha yang diatur oleh undang-undang ini merupakan hygiene air,

susu, minuman dan makanan untuk konsumsi bagi umum.

Berdasarkan undang-undang tersebut, usaha Baksumi aneka

rasa dinyatakan layak dalam segi hukum untuk dijalankan karena

usaha Baksumi ini memenuhi peraturan hukum yang ada. Selain itu

Baksumi juga bentuk makanan yang sehat karena bakpao ini tidak36

mengandung bahan pengawet, pewarna, dan penguat rasa yang

berbahaya dilihat dari komposisi bahan pembuat Baksumi.

2. Analisis Kelayakan Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi merupakan bentuk kajian yang berpengaruh

langsung kepada masyarakat. Usaha Baksumi dilakukan untuk

menambah jenis makanan sehat dan bergizi yang dapat berkembang

dimasyarakat khususnya bagi anak-anak yang sangat senang

mengkonsumsi makanan ringan. Selain itu, bahan baku yang

digunakan dalam produksi suweg merupakan bahan yang jarang

dimanfaatkan sehingga produksi Baksumi dapat membantu masyarakat

dalam memanfaatkan umbi suweg. Produksi Baksumi merupakan salah

satu bentuk implementasi dari program entrepreneurship siswa SMAN

Bali Mandara sebagai wadah bagi siswanya untuk memperkenalkan

suatu produk makanan Baksumi aneka rasa yang bergizi dan

berkualitas kepada masyarakat.

3. Anilisis Kelayakan Keuangan (Finansial)

Analisis kelayakan keuangan produksi Baksumi didasarkan

pada hubungan antara biaya modal dengan proses produksi

Baksumi. Analisis kelayakan keuangan ini sangat diperlukan

untuk menganalisis apakah usaha Baksumi akan menghasilkan laba

dan layak untuk dilanjutkan. Adapun aspek-aspek kelayakan

keuangan yang dianalisis pada usaha Baksumi aneka rasa yaitu,

a) perhitungan biaya produksi Baksumi, b) perhitungan penjualan

bakpao, c)perhitungan Break Even Point dan d) perhitungan Return of

Investment.

a) Perhitungan Modal dan Biaya Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka

Rasa

37

Biaya produksi atau modal usaha merupakan biaya awal

untuk membangun suatu bentuk usaha. Biaya produksi meliputi

upah pekerjaan, pembayaran bunga, sewa, serta pembelian bahan

baku (Miller dan Meiners, 2000). Biaya produksi menurut Arshad

(1993), biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya

tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap

adalah biaya yang tidak berubah atau tidak tergantung terhadap

perubahan hasil produksi. Sedangkan biaya variabel adalah

biaya yang tergantung terhadap hasil produksi (output).

Berdasarkan penjelasan di atas, biaya produksi dalam pembuatan

Baksumi yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap

terdiri dari biaya penyusutan peralatan produksi dan biaya

variabel meliputi biaya pengadaan bahan baku produksi.

1) Biaya Peralatan Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa

Perlatan produksi merupakan segala sesuatu yang digunakan

untuk memproduksi barang. Dalam pembuatan Baksumi diperlukan

beberapa alat yang tersaji pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Alat Produksi Baksumi Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa.

No. Jenis Peralatan Jumlah Harga/unit Harga Beli

1 Parutan 2 buah Rp10.000,- Rp 20.000,-

2 Pisau 2 buah Rp10.000,- Rp 20.000,-

3 Baskom Besar 1 buah Rp10.000,- Rp 10.000,-

4 Gas 1 buah Rp85.000,- Rp 85.000,-

5 Timbangan 1 buah Rp95.000,- Rp 95.000,-

6 Kompor gas 1 tungku 1 buah Rp150.000,-

Rp150.000,-

7 Panci Kukus diameter 1 buah Rp Rp 80.000,-

38

30 cm 80.000,-8 Nampan 2 buah Rp 8.000,- Rp 16.000,-9 Baskom 2 buah Rp 4.000,- Rp 8.000,-

10 Kertas roti 32gulung Rp 700,- Rp 22.400,-

11 Plastik kemasan 10x10 12 pack Rp 4.000,- Rp 48.000,-

12 Lap 2 buah Rp 4.000,- Rp 8.000,-13 Gunting kecil 1 buah Rp 2.500,- Rp 2.500,-

Total Biaya Rp564.900,-

2) Biaya Bahan Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa

Bahan produksi merupakan aspek terpenting dalam pembuatan

suatu produk usaha. Bahan produksi adalah segala sesuatu yang

dipakai dan diperlukan untuk membuat suatu barang. Adapun

bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Baksumi aneka rasa

akan ditunjukkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Bahan Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa

39

Bahan-bahan yang tertera pada Tabel 4.6 merupakan bahan

pembuatan Baksumi aneka rasa untuk waktu produksi selama satu

bulan.

3) Umur Ekonomis dan Nilai Penyusutan

Metode bagi habis adalah metode yang digunakan untuk

menghitung biaya penyusutan peralatan. Metode bagi habis ini

dihitung dengan cara harga peralatan dibagi dengan masa pakai.

Umur ekonomis dan nilai penyusutan produksi Baksumi disajikan

pada Tabel 4.7. Umur ekonomis peralatan yang tersaji pada

Tabel 4.7 berkisar 12-60 bulan. Berdasarkan hal tersebut,

40

No. BahanProduksi Jumlah Harga/

satuan Harga Beli

1 Tepung umbi suweg 11 kg Rp 4.000,- Rp 44.000,-

2 Tepung terigu 23 kg Rp 7.300,- Rp167.900,-

3 Ragi instan 30 bungkus Rp 1.500,- Rp 45.000,-

4 Susu bubuk 2 kg Rp42.000,- Rp 84.000,-

5 Gula Pasir 9 kg Rp12.000,-

Rp108.000,-

6 Vanilli bubuk 5 bungkus Rp 2.500,- Rp 12.500,-

7 Mentega putih 1,5 kg Rp13.200,- Rp 19.800,-

8 Garam 2 bungkus Rp1.000,- Rp 2.000,-

9 Air 11 liter Rp 210,- Rp 2.310,-

10 Kacang Tanah 1.5 kg Rp27.600,- Rp 41.400,-

11 Meises coklat 1.5 kg Rp20.000,- Rp 30.000,-

12 Gula merah 1.5 kg Rp25.000,- Rp 37.500,-

Total Biaya Rp594.410,-

nilai biaya penyusutan peralatan produksi Baksumi aneka rasa

dihitung seperti Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Umur Ekonomis dan Nilai Penysutan Alat Produksi

No.

JenisPeralatan

Jumlah

UmurEkonomis(tahun)

HargaBeli

NilaiPenyusuta

n

1 Parutan 2buah 2,5 Rp

20.000,- Rp 666,67

2 Pisau 2buah 1,5 Rp

20.000,-Rp

1.111,11

3 Baskom Besar

1buah 1,5 Rp

10.000,- Rp 555,56

4 Timbangan 1buah 5 Rp

95.000,-Rp

1.583,33

5 Kompor gas 1 tungku

1buah 4,5 Rp

150.000,-Rp

2.77,78

6Panci Kukusdiameter 30cm

1buah 3,5 Rp

80.000,-Rp

1.904,76

7 Nampan 2buah 3,5 Rp

16.000,- Rp 380,95

8 Baskom 2buah 1,5 Rp

8.000,- Rp 444,44

9 Lap 2buah 1,5 Rp

8.000,- Rp 444,44

10 Gunting kecil

1buah 2 Rp

2.500,- Rp 104,17

Total Biaya Rp 409.500,-

Rp9.973,21

4) Biaya Produksi Bakpao Umbi Suweg Aneka Rasa

Tepung umbi suweg yang berasal dari umbi suweg tidaklah

menghasilkan berat yang sama. Umbi suweg yang diproses menjadi

tepung umbi suweg menyusut hingga 60% karena air pada umbi

suweg yang mengalami proses penjemuran menguap. Sehingga, dari

satu buah umbi suweg dengan berat 2 kilogram hanya

menghasilkan tepung umbi suweg sebanyak 1,2 kilogram. Tepung

umbi suweg ini dapat menjadi substitusi tepung terigu dengan41

perbandingan tepung terigu : tepung suweg adalah 2:1. Kegiatan

produksi bakapao umbi suweg dilakukan setiap harinya dengan

berat adonan sebesar 1 kilogram. Adapun rincian biaya produksi

Baksumi aneka rasa disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Biaya Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini

No. Komponen Biaya/produksi Nilai Presentase

(%)1 Biaya Tetap

a. Biaya Penyusutan AlatProduksi

9.973,21 31,52

2 Biaya Variabela. Biaya Pengadaan Bahan

Bakub. Biaya Pembantu

Lainnya

17.483,644.188,90

55,2513,23

Jumlah 31.645,75 100,00

Komponen biaya produksi Baksumi terdiri dari tiga komponen

dari biaya penyusutan alat produksi, biaya pengadaan bahan

baku, dan biaya pembantu lainnya. Biaya terkecil merupakan

biaya pembantu lainnya sebesar Rp 4.188,90 (13,23%).

Selanjutnya biaya penyusutan alat produksi sebesar Rp 9.973,21

(31,52%), dan yang terakhir adalah biaya pengadaan bahan baku

sebesar Rp 17.483,64 (55,25%). Total biaya untuk satu kali

produksi Baksumi aneka rasa adalah sebesar Rp 31.645,75.

Berdasarkan data di atas, besar biaya produksi dalam satu

bulannya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Biaya produksi/bulan= biaya produksi × 30

= Rp 31.645,75 × 30

= Rp 949.372,63

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa biaya

produksi Baksumi aneka rasa dalam sebulannya mencapai nilai

sebesar Rp 949.372,63.42

b) Perhitungan Penjualan Bakpao Umbi Suweg Aneka Rasa

Berdasarkan data hasil penelitian, dalam satu kali

produksi dengan berat adonan sebesar 1 kilogram, rata-rata

jumlah bakpao yang dapat diproduksi sebesar 95 buah dan harga

jual sebesar Rp 47.000,-. Jadi, dalam satu bulan produksi

didapatkan jumlah bakpao umbi suweg aneka rasa +2850

buahbakpao. Baksumi ini dijual dengan harga Rp 500 per buahnya.

Untuk menghitung jumlah penjualan Baksumi aneka rasa dalam satu

bulannya, dapat digunakan rumus sebagai berikut.

Harga penjualan/ bulan = Besar penjualan perhari ×30

= Rp 47.000,- × 30

= Rp 1.410.000-

Dapat dilihat bahwa dalam satu bulan didapatkan besar

penjualan sebesar Rp 1.410.000,-. Berdasarkan harga penjualan

di atas, besar keuntungan atau laba dapat dihitung dengan

rumus berikut.

Keuntungan/bulan = Harga penjualan– Biaya Produksi

= Rp 1.410.000,- −Rp 949.372,63

= Rp 460.627,32

Persentase Keuntungan =keuntungantotal biaya produksi

×100%

=Rp 460.627,32Rp 949.372,63

× 100%

= 48,52%

c) Perhitungan Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) merupakan suatu analisis untuk

mengetahui dan mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya

variabel, keuntungan, dan volume kegiatan (Ridha, 2006). Dalam

penelitian ini, analisis Break Even Point digunakan untuk

43

mengetahui berapa jumlah penjualan minimum agar usaha Baksumi

aneka rasa belum mengalami keuntungan dan tidak mengalami

kerugian. Dalam mengukur BEP, digunakan rumus sebagai berikut.

BEP (Rp) / bulan

=total biaya tetap

1- total biaya variabelpenjualan

=Rp 299.196,43

1- Rp 650.176,35Rp 1.410.000,-

=Rp 299.196,43

1−0,46

=Rp 299.196,43

0,54= Rp 555.216,83

Dari perhitungan nilai BEP atau titik impas di atas,

usaha Baksumi tidak akan mengalami kerugian dan belum

mendapatkan keuntungan dalam sebulannya jika hasil

penjualannya mencapai Rp 555.216,83 per bulannya.

BEP produk / bulan =biaya tetapharga jual per unit - biaya variabel per unit

=Rp 299.196,43Rp 500,- − Rp 228,13

=Rp 299.196,43Rp 271,87

= 1100 buah

Hasil di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai titik

impas usaha Baksumi aneka rasa dalam satuan unit adalah

sebanyak 1100 buah per bulannya.

d) Perhitungan Return of Investment (ROI)

Menurut Munawir (1195:89) Return of Investment (ROI) adalah

suatu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan dapat

44

mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang

ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Untuk menghitung nilai ROI dari usaha Baksumia neka rasa,

dapat digunakan rumus sebagai berikut.

ROI/bulan=laba bersihtotal investasi

× 100%

=Rp 460.627,32Rp 1.159.310,-

× 100%

= 40%

Artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1.1593,10

angka keuntungan yang di dapat sebesar 40%.

4. Analisis Kelayakan Lingkungan

Setiap usaha yang mulai beroperasi memiliki dampak yang

berbeda-beda terhadap lingkungan sekitar. Dampak lingkungan

pada umumnya dapat dibagi menjadi 3 yaitu dampak terhadap air,

tanah, dan udara. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan,

produksi Baksumi tidak menghasilkan dampak pencemaran yang

berbahaya untuk lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan oleh

faktor bahan-bahan sisa produksi suweg tergolong sedikit

mengandung bahan kimia berbahaya dan mampu diuraikan dengan

baik. Bahan-bahan sisa yang dihasilkan dari produksi Baksumi

berupa kulit dari umbi suweg dan plastik kemasan bahan-bahan

tambahan dalam produksi Baksumi. Kulit dari umbi suweg

merupakan sampah organik dan dapat diuraikan langsung oleh

tanah sedangkan plastik kemasan bahan tambahan dalam produksi

dapat didaur ulang kembali menjadi bahan yang lebih

bermanfaat.

45

4.2.4 Dampak Ekonomis Usaha “Baksumi” Bakpao Suweg MiniTerhadap

Warga Sekolahdi SMAN Bali Mandara

Produksi Baksumi aneka rasa telah berjalan dengan baik

di SMAN Bali Mandara. Berdasarkan analisis yang telah

dilakukan produksi Baksumi mampu memberikan keuntungan

setiap bulannya sebesar Rp 460.627,32 .Hal ini menunjukkan

bahwa prospek produksi Baksumi sangat menjanjikan (promising

business) karena memiliki potensi pasar yang sangat bagus.

Kandungan gizi yang sangat banyak menyebabkan Baksumi

menjadi sangat diminati oleh masyarakat.

Disamping prospek yang menjanjikan di pasaran,

produksi Baksumi oleh siswa SMAN Bali Mandara akan

dinikmati pula sebagai nilai tambah bagi siswa SMAN Bali

Mandara. Kemampuan siswa dalam mengolah suweg secara

tidak langsung dapat memberikan pengetahuan mengenai

kewirausahaan. Siswa SMAN Bali Mandara telah diberikan

kesempatan untuk melaksanakan secara nyata kegiatan

berwirausaha melalui produksi Baksumi melalui program

Entrepreneurship di SMAN Bali Mandara. Hal ini secara tidak

langsung membuktikan bahwa program tersebut telah

terelesiasikan dengan baik oleh siswa SMAN Bali Mandara.

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian serta pembahasan di atas,

penulis memiliki beberapa simpulan sebagai berikut.

1. SMAN Bali Mandara sangat berpotensi sebagai sentra

produksi Baksumi dikarenakan Smanbara telah memenuhi

indikator pengembangan usaha yang meliputi ketersediaan

bahan baku, teknologi dan inovasi, modal wirausaha, tenaga

kerja, dan ketersediaan pangsa pasar. Selain itu, kegiatan

ini juga mendukung program entrepreneurship di SMAN Bali

Mandara.

2. Teknik dalam memproduksi Baksumi dilakukan melalui 3 tahap

yaitu 1) tahap persiapan seperti mempersiapkan bahan serta

alat produksi, kemudian 2) tahap pemrosesan bahan-bahan

produksi menjadi produk Baksumi, dan 3) tahap pengemasan

Baksumi untuk dipasarkan di SMAN Bali Mandara.

3. Analisis kelayakan yang digunakan untuk menguji kelayakan

produksi Baksumi yaitu 1) analisis hukum berdasarkan Undang-

undang RI No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Undang-undang

No. 11 Tahun 1962 tentang Hygiene untuk Usaha Bagi Umum, 2)

anlisis sosial ekonomi, 3) analisis keuangan dimana nilai

keuntungan produksi sebesar Rp 460.627,32 atau 48,52% per

bulan, dan 4) analisis lingkungan dimana produksi Baksumi

tidak banyak menyebabkan pencemaran lingkungan. Metode

pemasaran yang digunakan dengan menjual secara langsung, dan

mendistribusikan ke kantin serta koperasi SMAN Bali Mandara.

47

4. Produk Baksumi dapat memberikan dampak ekonomis seperti

kemudahan dalam memperoleh jajanan sehat dan bergizi kepada

warga SMAN Bali Mandara serta masyarakat umum. Selain itu,

produk Baksumi juga sangat menjanjikan (promising bussiness)

dengan keuntungan yang besar bagi para wirausahawan muda.

5.2 SaranJiwa entrepreneurship sangatlah penting untuk ditanamkan

sejak dini kepada generasi muda. Maka dari itu, pihak

sekolah dapat mengembangkan atau menyediakan kegiatan

yang dapat memfasilitasi siswa dalam berwirausaha. Selain

itu, produk Baksumi sebagai salah satu bentuk enterpreneurship

di sekolah dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan

program wirausaha lainnya di sekolah. Pemerintah juga

dapat mendukung keberadaan sekolah sebagai salah satu

fasilitator siswa dalam dunia entrepreneurship.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. “Mengenal berbagai macam roti”.http://wordpress.com. Diakses pada tanggal 2 April 2013.Makassar.

-------. 2011a. “Bakpao”. http://id.wikipedia.org/wiki/Bakpao.Diakses pada tanggal 2 April 2013. Makassar.

-------. 2011b. “Ragi”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragi.Diakses pada tanggal 2 April 2013. Makassar.

Ardhiyanti, S. D. 2008. “Daya Hipokolesterolemik Tepung UmbiSuweg (Amorphophallus campanulatus) pada Tikus Percobaan(Rattus norvegicus)”. Dipetik pada tanggal 12 Mei 2013.http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14665.

Chretella, C. 2012. “Etika Bisnis Terhadap Produk HIT”.http://ilerning.com. Diakses tanggal 2 Oktober 2012).

Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. 2010. MenerapkanStrategi Programme life cycle.

Faridah, D. 2005. Sifat Fisiko-Kimia Tepung Suweg(Amorphophallus campanulatus Bl.) dan Indeks Glikemiknya.

48

Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. XVI No. 3 Th.2005.

Godam. 2006, “Jenis/Macam Kegiatan Ekonomi Produksi,Distribusi dan Konsumsi Definisi/Pengertian PendidikanPengenalan Ekonomi Dasar”.http://organisasi.org/jenis_macam_kegiatan_ekonomi_produksi_distribusi_dan_konsumsi_definisi_pengertian_pendidikan_pengenalan_ekonomi_dasar. Diakses pada tanggal 12 April 2013.

Hadi, C. 2011. “Kreativitas dan Inovasi”. http://cholichul-fpsi.web.unair.ac.id. (Diakses tanggal 2 Oktober 2012).

Hisrich dkk. 2008. Kewirausahaan. New York: McGraw-Hill,Penerbit Salemba Empat.

Kurdi, W. 2002. Reduksi Kalsium Oksalat pada Talas Bogor sebagai upayameningkatkan Mutu keripik Talas. Skripsi. Fakultas TeknologiPertanian IPB. Bogor.

Lazenby, W.B. 1998. Why certain plants are acrid. Di dalam R. Goldworth(ed.). Abundant of Plant Varieties. World Wide, Inc. NewYork.

Oktaviani, R. (2013). “Cara Membuat Bakpao Enak Isi KacangHijau”. Dipetik April 23, 2013, darihttp://resepmasakankreatif.blogspot.com/2013/01/cara-membuat-bakpao-enak-isi-kacang.html.

Sakai, W. S. 1983. Aroid root crops: Alocasia, Cyrtosperma, andAmorphophallus. Di dalam . H. T. Chan, Jr. (ed.). Handbookof Tropical Plants. Marcel Dekker. New York dan Basel.

Sutomo, Budi. 2008. “Umbi Suweg Bahan Pangan AlternatifPengganti Terigu”.http://budiboga.blogspot.com/2008/01/eklusif-di-budi-boga-umbi-suweg.html. Diakses pada tanggal 21 April 2013.

Utami, A. R. 2008. “Kajian Indeks Glikemik dan Kapasitas InVitro Peningkatan Kolesterol dari Umbi Suweg(Amorphophallus campanulatus Bl) dan Umbi Garut (Marantaarundinaceae L.)” Skripsi. Departemen Ilmu dan TeknologiPangan, Institut PertanianBogor.http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/11979.Dipetik April 12, 2013.

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT GramediaPustaka.

Yusuf, Nasrullah. 2006. Wirausaha dan Usaha Kecil. Jakarta: ModulPTKPNF Depdiknas.

49

LAMPIRAN

50

Proses penjemuran umbi

Panci kukusSumber : Dokumentasi Timbangan

Sumber : Dokumentasi

Bahan-bahan pembuatan Baksumi

Baskom Sumber : Dokumen

51

Proses pemasaran Baksumi

Proses pembentukan Baksumi

Proses pengulenan adonanBaksumi

Bakpao Suweg Mini “Baksumi”

Proses penakaran bahan Proses pencampuran bahanadonan

Adonan Baksumi yang siapdibentuk

Proses pengukusan Baksumi

52