BAB I - Repository STHB

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu mengupayakan adanya persaingan yang tangguh dikalangan dunia usaha. Hal ini sejalan dengan kondisi global di bidang perdagangan dan investasi. Perkembangan tersebut di dukung pula dengan peraturan peraturan baru yang di ratifikasi di Indonesia, salah staunya mengenai hak kekayaan intelektual. Perlindungan hukum berlaku bagi hak hak setiap warga Negara, baik terhadap hak hak yang didapat karena pengalihan ataupun hak-hak yang timbul karena hasil karya cipta sendiri. Bagi hak-hak yang berbentuk hasil karya cipta, dalam dunia hukum masuk dalam kategori Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Hak kekayaan Intelektual, disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”, adalah padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya HKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur HKI adalah karya karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. 1 Hak Kekayaan Intelektual meliputi hak cipta dan hak kekayaan intelektual industri. Dalam hak kekayaan industri meliputi hak paten, hak desain industri, hak merek, hak desain tata letak sirkuit terpadu dan hak rahasia dagang. Manfaat HKI bagi pembangunan Indonesia yaitu meningkatkan posisi perdagangan dan investasi, mengembangkan teknologi, mendorong perusahaan untuk dapat bersaing secara internasional, dapat membantu 1 http://Dirjen Hak Kekayaan Intelektual, Pengertian Hak Kekayaan Intelektual, diakses pada tanggal 5 Maret 2019.

Transcript of BAB I - Repository STHB

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu mengupayakan adanya

persaingan yang tangguh dikalangan dunia usaha. Hal ini sejalan dengan

kondisi global di bidang perdagangan dan investasi. Perkembangan tersebut

di dukung pula dengan peraturan – peraturan baru yang di ratifikasi di

Indonesia, salah staunya mengenai hak kekayaan intelektual. Perlindungan

hukum berlaku bagi hak – hak setiap warga Negara, baik terhadap hak – hak

yang didapat karena pengalihan ataupun hak-hak yang timbul karena hasil

karya cipta sendiri. Bagi hak-hak yang berbentuk hasil karya cipta, dalam

dunia hukum masuk dalam kategori Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).

Hak kekayaan Intelektual, disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”, adalah

padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR),

yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk

atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya HKI adalah hak untuk

menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek

yang diatur HKI adalah karya – karya yang timbul atau lahir karena

kemampuan intelektual manusia. 1

Hak Kekayaan Intelektual meliputi hak cipta dan hak kekayaan

intelektual industri. Dalam hak kekayaan industri meliputi hak paten, hak

desain industri, hak merek, hak desain tata letak sirkuit terpadu dan hak

rahasia dagang.

Manfaat HKI bagi pembangunan Indonesia yaitu meningkatkan posisi

perdagangan dan investasi, mengembangkan teknologi, mendorong

perusahaan untuk dapat bersaing secara internasional, dapat membantu

1 http://Dirjen Hak Kekayaan Intelektual, Pengertian Hak Kekayaan Intelektual, diakses

pada tanggal 5 Maret 2019.

2

komersialisasi inovasi secara efektif serta dapat mengembangkan sosial

budaya. 2

Dengan adanya manfaat HKI bagi Indonesia khususnya untuk

mendorong perusahaan agar dapat bersaing secara internasional, maka

perusahaan perlu menjaga rahasia informasi yang memiliki nilai ekonomi

bagi perusahaan tersebut. Hal ini selaras dengan upaya yang dilakukan oleh

pemerintah Indonesia dengan diundangkannya Undang – Undang Nomor 30

Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

Undang – Undang Rahasia Dagang di undangkan pada tanggal 20

Desember Tahun 2000. Undang – undang ini dibuat dalam rangka

memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagangan

nasional dan internasiaonal, diperlukan adanya jaminan perindungan terhadap

rahasia dagang, terutama dari tindakan persaingan curang. Lahirnya Undang –

undang Rahasia Dagang juga penting untuk menjamin perlindungan yang

efektif terhadap pemilik, penguasaan dan penggunaan rahasia dagang sebagai

konsekuensi keikutsertaan Indonesia dalam persetujuan tentang aspek – aspek

dagang dari Hak atas Kepemilikan Intelektual.

Dasar pembentukan Undang – undang tentang Rahasia Dagang di

Indonesia adalah diratifikasinya Agreement Establishing THE World Trade

Organization (Persetujuan TRIP’s) melalui Undang – Undang Nomor 7

Tahun 1994. Dalam salah satu ketentuan TRIP’s tersebut disebutkan dengan

jelas mengenai perlunya dibuat ketentuan mengenai rahasia dagang, Selain itu

yang menjadi dasar pembentukan Undang – undang tentang Rahasia Dagang

adalah Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3817).3

2 Eddy Damian, Hak Kekayaan Intelektual, Crtakan ke 2,(Bandung: Alumni,

(Bandung,2003), hlm.3.

3 Gunawan Widjaja, Rahasia Dagang (Jakarta; Raja Grafindo Persada,2001), hlm.4.

3

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000

tentang Rahasia Dagang terdapat pengertian mengenai rahasia dagang yaitu:

“Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di

bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena

berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik

rahasia dagang”.

Berdasarkan pengertian di atas, maka bisa kita simpulkan bahwa rahasia

dagang adalah sebuah informasi yang sangat berharga untuk perusahaan

karena harus dijaga kerahasiaannya dan memiliki nilai ekonomis.

Melalui undang – undang ini, yang memberikan perlindungan hukum

terhadap rahasia dagang sebagai bagian dari sistem hak atas kekayaan

intelektual, diharapkan dapat menciptakan iklim yang akan mendorong kreasi

dan inovasi masyarakat. Berkenaan dengan hal ini, maka para investor dan

pelaku bisnis merasa sangat berkepentingan penemuan teknologi dan rahasia

dagangnya melalui sistem perlindungan HaKI sesuai dengan standar

interrnasional, dimana diperlukannya jaminan perlindungan terhadap rahasia

dagang, terutama dari tindakan persaingan curang.4

Rahasia dagang dapat lahir dari berbagai macam hubungan, seperti

misalnya hubungan kepegawaian atau tenaga kerja, hubungan antara pemberi

lisensi dan penerima lisensi, hubungan kerjasama usaha, hubungan pemasok

dan distributor, hubungan pabrikasi dan hubungan kelembagaan.

Rahasia dagang erat kaitannya dengan dunia bisnis (perusahaan), yang

mana dalam sebuah dunia bisnis terdapat kerahasiaan produk atau desain

yang mempunyai nilai ekonomi dan informasi yang bersifat rahasia dari

perusahaan tersebut.

Kerjasama yang di lakukan antara pemilik perusahaan dengan pekerja

biasanya di atur dalam sebuah perjanjian kerja yang mana di dalam perjanjian

kerja tersebut mencantumkan hak dan kewajiban dari masing – masing

individu. Misalnya saja pekerja harus dapat menjaga rahasia dari perusahaan

tersebut, jika hal tersebut dilanggar oleh pekerja maka pekerja akan di

4Yani Lewia Paat, Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang Menurut Hukum Positif (Indonesia lex societatis volume I, nomor 3) hlm.34.

4

kenakan sanksi sebagaimana yang sudah di atur dalam Undang – Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pelanggaran dalam hal ini

termasuk kategori pelanggaran rahasia dagang.

Pelanggaran rahasia dagang terjadi apabila seseorang dengan sengaja

mengungkapkan rahasia dagang, mengingkari kesepakatan tertulis atau tidak

tertulis untuk menjaga rahasia dagang tersebut.

Kasus pelanggaran rahasia dagang banyak sekali terjadi di Indonesia

salah satunya dalam kasus PT. Basuki Pratama Engineering Indonesia

melawan PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia (HCMI). Dalam hal

ini PT. Basuki Pratama Engineering Indonesia mengajukan gugatan ganti rugi

terhadap PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia karena diduga

melanggar rahasia dagang.

Perkara pelanggaran rahasia dagang ini bermula pada saat mantan

karyawan PT. Basuki Pratama Engineering Indonesia memilih untuk

berpindah kerja ke perusahaan PT. Hitachi Construction Machinery

Indonesia. Mantan Karyawan PT. Basuki Pratama Engineering Indonesia

tersebut diduga mencuri rahasia dagang berupa metode produksi dan metode

penjualan mesin boiler.

Untuk meminimalisir pelanggaran rahasia dagang yang dimiliki oleh

perusahaan, maka perusahaan dapat membuat perjanjian antara pengusaha

dan pekerja, membuat perjanjian dengan perusahaan lain untuk tidak

mengungkapkan rahasia perusahaannya, menggunakan kode – kode khusus

informasi rahasia dagang, perlindungan khusus terhadap database perusahaan

dan membatasi akses bagi pihak – pihak yang tidak berkepentingan terhadap

rahasia dagang milik perusahaan.

Dari permasalahan tersebut penulis ingin meneliti mengenai kriteria

informasi yang dirahasiakan akibat pelanggaran dari rahasia dagang dan

status kepemilikan rahasia dagang.

Hal ini perlu diteliti agar para pelaku usaha dapat menjaga informasi

yang dirahasiakannya mengingat informasi ini memiliki nilai ekonomis dan

menyangkut kualitas dari barang dan jasa yang dihasilkan. Apabila terjadi

5

pembocoran rahasia dagang maka dapat menimbulkan kerugian bagi

perusahaan tersebut. Dilihat dari sudut hukum dan ekonomi, rahasia dagang

menjadi faktor yang esensial bagi perusahaan tersebut.

Untuk itu penulis akan menganalisis, mengkaji permasalahan tersebut

dengan mengaitkan teori hukum perlindungan HKI dan teori penyelesaian

sengketa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian

yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul :

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN

RAHASIA DAGANG DIKAITKAN DENGAN UNDANG –

UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA

DAGANG ( STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NOMOR 280/PDT.G/2008/PN.BKS PERKARA ANTARA PT.

HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA

DENGAN PT. BASUKI PRATAMA ENGINEERING

INDONESIA )”

B. Identifikasi Masalah

Dengan bertitik tolak dari latar belakang masalah sebagaimana tersebut

di atas maka permasalahannya diidentifikasikan sebaga berikut :

1. Apakah kriteria informasi yang dirahasiakan oleh PT. Basuki

Pratama Engineering Indonesia dilanggar PT. Hitachi Construction

Machinery Indonesia sebagai rahasia dagang?

2. Bagaimanakah status kepemilikan rahasia dagang yang dimiliki PT.

Basuki Pratama Engineering Indonesia setelah adanya pelanggaran

yang dilakukan oleh PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia?

3. Bagaimanakah akibat pelanggaran yang dilakukan PT. Hitachi

Construction Machinery Indonesia terhadap PT. Basuki Pratama

Engineering Indonesia?

6

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kriteria informasi yang dirahasiakan oleh PT.

Basuki Pratama Engineering Indonesia yang dilanggar oleh PT.

Hitachi Construction Machinery Indonesia sebagai rahasia dagang.

2. Untuk mengetahui status kepemilikan rahasia dagang PT. Basuki

Pratama Engineering Indonesia setelah adanya pelanggaran yang

dilakukan oleh PT. Hitachi Contruction Machinery Indonesia.

3. Untuk mengetahui akibat pelanggaran yang dilakukan oleh PT.

Hitachi Contruction Machinery Indonesia terhadap PT. Basuki

Pratama Engineering Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis

maupun secara praktis, sebagai berikut :

1. Kegunaan secara teoritis

Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

baik bagi pengembangan ilmu hukum khususnya hukum hak

kekayaan intelektual terutama yang menyangkut perkembangan

terhadap pelanggaran rahasia dagang.

2. Secara praktis, diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran

bagi para praktisi hukum terutama penyidik, penuntut umum dan

para hakim yang bertugas dalam perkara pelanggaran rahasia dagang

dan bagi para pihak yang berkepentingan lainnya yang ingin

mengetahui lebih dalam mengenai perlindungan hukum atas

pelanggaran rahasia dagang.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam menganalisis permasalahan mengenai perlindungan hukum atas

pelanggaran rahasia dagang, maka akan digunakan teori perlindungan hukum

hak kekayaan intelektual (rahasia dagang) dan teori penyelesaian sengketa.

7

Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi

manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan

kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak – hak yang

diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah

berbagai upaya hukum yang hatus diberikan oleh aparat penegak hukum

untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan

dan berbagai ancaman dari pihak manapun.5

Teori kekayaan intelektual sangat dipengaruhi oleh pemikiran John

Locke tentang hak milik. Dalam bukunya, Locke mengatakan bahwa hak

milik dari seorang manusia terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada

sejak manusia lahir. Benda dalam pengertian tersebut tidak hanya benda yang

berwujud tetapi benda yang abstrak, yang disebut dengan hak milik atas

benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil dari intelektualitas

manusia.6

Secara garis besar hak kekayaan intelektual dibagi menjadi dua bagian,

yaitu:

1. Hak Cipta (Copyrights) adalah hak eksklusif bagi pencipta atau

penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya

atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan

menurut Peraturan Perundang – Undangan yang berlaku.

2. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights) yang mencakup:

a. Paten (Patent);

b. Desain Industri (Industrial Design);

c. Merek (Trademark);

d. Indikasi Geografis (Geographical Indication);

e. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Layout Design of

Integrated Circuit);

f. Rahasia Dagang (Trade Secret); dan

g. Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety Protection) .

5Satjipto Rahardjo, hlm.74

6Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual dalam Menghadapi

Era Globalisasi (Jakarta; UIR Press,2000), hlm.7.

8

Hukum yang mengatur kekayaan intelektual bersifat teritorial,

pendaftaran ataupun penegakan kekayaan intelektual harus dilakukan secara

terpisah di masing – masing yurisdiksi bersangkutan. Kekayaan intelektual

yang dilindungi di Indonesia adalah kekayaan intelektual yang sudah

didaftarkan di Indonesia.

Perlindungan hukum HKI dimulai dengan terbentuknya konvensi

internasional yaitu Paris Convention yang mengatur tentang hak milik

industrial, yang diterima tahun 1883 yang kemudian diikuti dengan Bern

Convention yang mengatur mengenai hak cipta pada tahun 1886.7

Perlindungan atas informasi yang dirahasiakan diatur dalam satu pasal

saja yang terlampir dalam lampiran 1C Agreement Establishing The World

Trade Organization ( The Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual

Property Rights, including Trade in Counterfeit Goods ), yaitu dalam Pasal

39 Seksi 7 tentang Protection of Undisclosed Information.8

Dari rumusan Pasal 39 Ayat (1) TRIPs dapat kita ketahui bahwa

ketentuan yang diatur dalam Pasal tersebut memiliki tujuan untuk menjamin

efektivitas pelaksanaan perlindungan atas persaingan usaha tidak sehat, yang

diatur dalam Pasal 10 bis Paris Convention 1967.

Pasal 39 Ayat (2) TRIPs mengatur mengenai hak bagi orang perorangan

maupun badan atas perlindungan terhadap informasi yang ada pada diri

mereka, yang tidak diungkapkan oleh mereka, yang diperoleh atau

dipergunakan oleh pihak lain secara tidak sah atau tidak jujur tanpa

persetujuannya menurut cara yang bertentangan dengan praktek usaha yang

jujur.

Sedangkan ketentuan Pasal 39 Ayat (3) TRIPs berhubungan dengan

masalah pengungkapan informasi rahasia yang diharuskan untuk disampaikan

kepada pemerintah atau agen pemerintah sehubungan dengan izin

perdagangan produk farmasi atau pertanian.9

7Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis Rahasia Dagang, Cetakan ke 1, (Jakarta; Raja

Grafindo Persada,2001 ), hlm.17.

8 Ibid.

9 Pasal 39 Ayat (1) sampai Ayat (3) Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights

9

TRIPs hanya memberikan aturan yang sangat umum mengenai

perlindungan atas informasi yang dirahasiakan atau rahasia dagang.

Di Indonesia telah memberlakukan mengenai Undang – Undang yang

mengatur tentang Perlindungan Rahasia Dagang hal tersebut tercantum dalam

Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan rahasia

adalah sesuatu yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang

lain, sedangkan dagang adalah pekerjaan yang berhubungan dengan menjual

dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan.10

Dari pengertian atau definisi menurut Pasal 1 Angka 1 Undang – Undang

Nomor 30 Tahun 2000 tentang rahasia dagang tersebut ditemukan beberapa

unsur – unsur yang terdapat dalam rahasia dagang diantaranya :

1. Informasi yang tidak diketahui oleh umum;

2. Informasi dalam lapangan teknologi dan/atau bisnis;

3. Informasi yang mempunyai nilai ekonomi karena berguna bagi

kegiatan usaha; dan

4. Informasi yang dijaga kerahasiaannya.11

Dalam hal suatu perusahaan mempunyai informasi yang bersifat rahasia

dan dianggap mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi perusahaan, maka

perusahaan dapat melakukan perlindungan terhadap informasinya.

Kewajiban terhadap rahasia dagang yang berkaitan dengan pekerja diatur

dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150/Men/2000 tanggal 20

Juni 2000. Dalam Kepmen TK tersebut pada Pasal 18 Ayat (1) huruf j yaitu :

“Buruh yang melakukan tindakan membongkar atau membocorkan

rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik pengusaha dan atau

keluarga pengusaha yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk

kepentingan Negara, dapat diberikan ijin kepada pengusaha untuk

melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap buruh tersebut.”12

10Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ke 4, (Jakarta:

Balai Pustaka,2007). 11Pasal 1 angka 1 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang.

12 Pasal 18 Ayat (1) huruf j Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150/Men/2000

Tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Dan Penetapan Uang Pesangon, Uang

Penghargaan Masa Kerja Dan Ganti Kerugian Di Perusahaan

10

Pelanggaran dalam rahasia dagang dalam Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-

Undang Rahasia Dagang. Pasal 13 UU Rahasia Dagang mengatur

mengenai pelanggaran rahasia dagang yang dilakukan dengan sengaja

mengingkari suatu kewajiban yaitu sebagai berikut :

“Pelanggaran Rahasia Dagang juga terjadi apabila seseorang dengan

sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau

mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia

Dagang yang bersangkutan.”

Sedangkan Pasal 14 UU Rahasia Dagang mengatur mengenai

pelanggaran rahasia dagang yang dilakukan dengan cara bertentangan dengan

undang – undang yang berlaku yaitu :

“Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia

memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang

bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.”13

Pelanggaran dalam rahasia dagang merupakan perbuatan melawan

hukum karena mengakibatkan kerugian bagi pemilik rahasia dagang. Menurut

Pasal 1365 Kitab Undang – undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang

berbunyi :

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada

orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”14

Apabila pelaku pelanggaran rahasia dagang terbukti dengan sengaja

melakukan pelanggaran terhadap Pasal 13 dan Pasal 14 UU Rahasia Dagang,

maka pelaku pelanggaran rahasia dagang dapat dikenakan sanksi

sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 17 UU Rahasia Dagang yaitu :

“Ayat (1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan

Rahasia Dagang pihak lain atau melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud Pasal 13 atau Pasal 14 dipidana dengan pidana penjara paling

lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).”

13 Pasal 13 dan Pasal 14 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia

Dagang 14 Pasal 1365 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

11

“Ayat (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

merupakan delik aduan.”15

Pelanggaran dalam rahasia dagang merupakan delik aduan. Delik aduan

adalah delik yang hanya dapat dituntut jika diadukan oleh orang yang merasa

dirugikan. Karena pekerja telah melakukan pelanggaran rahasia dagang yang

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, maka pemilik rahasia dagang

dalam hal ini perusahaan dapat meminta ganti kerugian kepada pekerja

sebagaimana dalam Pasal 11 dan Pasal 12 UU Rahasia Dagang. Pasal 11 UU

Rahasia Dagang mengatur mengenai gugatan yang dapat dilakukan oleh

pemilik dan/atau penerima hak rahasia dagang dan lembaga penyelesaiannya

yaitu :

“Ayat (1) Pemegang Hak Rahasia Dagang atau penerima Lisensi dapat

menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, berupa :

a. Gugatan ganti rugi; dan/atau

b. Penghentian semua perbuatan seabagaimana dalam Pasal 4.

Ayat (2) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan ke

Pengadilan Negeri.”

Sedangkan Pasal 12 UU Rahasia Dagang mengatur mengenai

penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar pengadilan sebagai berikut :

“Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,

para pihak dapat menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase

atau alternatif penyelesaian sengketa.”16

Perbuatan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Pasal 13, Pasal 14

dan Pasal 17 UU Rahasia Dagang merupakan perbuatan pelanggaran terhadap

rahasia dagang, adapun suatu perbuatan yang tidak dapat dikatakan sebagai

rahasia dagang tercantum dalam Pasal 15 UU Rahasia Dagang yaitu :

“Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 tidak dianggap

sebagai pelanggaran rahasia dagang apabila :

15 Pasal 17 Ayat (1) dan (2) Undang Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia

Dagang 16 Pasal 11 Ayat (1) dan Ayat (2) dan Pasal 12 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang

12

a. Tindakan pengungkapan rahasia dagang atau penggunaan

pertahanan keamanan, kesehatan, atau keselamatan masyarakat;

b. Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari

penggunaan rahasia dagang milik orang lain dilakukan semata –

mata untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang

bersangkutan.”17

Dalam UU Rahasia Dagang disebutkan mekanisme penyelesaian

sengketa yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

1. Pemegang hak rahasia dagang atau penerima lisensi dapat

menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan

perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, berupa :

a. Gugatan ganti rugi dan/atau

b. Penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4.

2. Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diajukan ke

Pengadilan Negeri. Penyelesaian sengketa di bidang rahasia dagang

dapat diajukan penyelesaiannya melalui Pengadilan Negeri, namun

demikian, pengadilan bukanlah satu – satunya jalan atau cara

penyelesaian perkara berkaitan dengan rahasia dagang. Berdasarkan

ketentuan Pasal 12 UU Rahasia Dagang maka penyelesaian perkara

berkaitan dengan rahasia dagang dapat pula dilakukan melalui

arbitrase atau melalui alternatif penyelesaian sengketa (negosiasi,

mediasi, konsiliasi, dan cara – cara lain yang disepakati para pihak)

sesuai dengan ketentuan UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Alternatif

Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase.

Mekanisme penyelesaian sengketa di bidang rahasia dagang dapat

diselesaikan melalui dua sistem penyelesaian sengketa, yaitu baik melalui

sistem ajudikasi maupun non-ajudikasi. Bahkan dalam mekanisme ajudikasi

juga dapat ditempuh dua jalur penyelesaian sengketa, yaitu litigasi maupun

non-litigasi.

17 Pasal 15 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang

13

Dengan demikian diharapkan bahwa sengketa – sengketa berkaitan

dengan rahasia dagang dapat diselesaikan sebaik – baiknya melalui penerapan

secara optimal lembaga dan mekanisme penyelesaian sengketa yang ada,

serta penerapan prinsip – prinsip penyelesaian sengketa yang optimal pula.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini

terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :

1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis, merupakan penelitian

deskriptif. Adapun pengertian mengenai deskriptif menurut Sukmadinata

yaitu karakteristik penelitian yang mengungkapkan secara spesifik

berbagai fenomena sosial dan alam yang ada di dalam kehidupan

masyarakat. Spesifik yang dimaksudkan disini lebih dekat pada

hubungan, dampak, dan cara penyelesainnya yang diungkapkan

sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu

pemaparan, uraian atau penggambaran dengan kata – kata secara jelas

dan terperinci.

Pengertian deskriptif yaitu menggambarkan secara sistematis

mengenai pelanggaran Rahasia Dagang PT. Basuki Pratama Engineering

Indonesia yang dilakukan PT. Hitachi Contruction Machinery Indonesia.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini, merupakan penelitian yuridis normatif melalui studi

kepustakaan (library research). Penelitian ini dilakukan untuk

memperoleh data sekunder berupa :

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan – bahan yang memiliki

kekuatan yang mengikat seperti Kitab Undang – Undang

Hukum Perdata, Kitab Undang – Undang Hukum Pidana,

Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia

Dagang, Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999

14

Tentang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150/Men/2000 dan

Putusan Mahkamah Agung Nomor 783K/PID.SUS/2008.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu karya ilmiah dari para sarjana

atau para ahli berupa buku – buku yang berkaitan dengan kajian

dalam penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan – bahan lain yang

menunjang penelitian ini berupa ensiklopedia, artikel – artikel,

majalah, mass media (cetak dan elektronik).

3. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode pendekatan perundang – undangan (statute

approch) dan pendekatan kasus yaitu dengan cara menguji dan mengkaji

Putusan Mahkamah Agung.

4. Teknik Pengumpulan

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui studi

dokumen terhadap data sekunder dan dari internet.

5. Analisis Data

Setelah data yang diperoleh terkumpul, kemudian disusun secara

sistematis selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode normatif

kualitatif artinya dalam menganalisis data tidak menggunakan rumus

matematis dan angka – angka statistik, tetapi berupa uraian pembahasan

sehingga diperoleh informasi baru dari simpulan hasil penelitian.