BAB I - Repository STHB
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of BAB I - Repository STHB
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai negara berkembang, Indonesia perlu mengupayakan adanya
persaingan yang tangguh dikalangan dunia usaha. Hal ini sejalan dengan
kondisi global di bidang perdagangan dan investasi. Perkembangan tersebut
di dukung pula dengan peraturan – peraturan baru yang di ratifikasi di
Indonesia, salah staunya mengenai hak kekayaan intelektual. Perlindungan
hukum berlaku bagi hak – hak setiap warga Negara, baik terhadap hak – hak
yang didapat karena pengalihan ataupun hak-hak yang timbul karena hasil
karya cipta sendiri. Bagi hak-hak yang berbentuk hasil karya cipta, dalam
dunia hukum masuk dalam kategori Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).
Hak kekayaan Intelektual, disingkat “HKI” atau akronim “HaKI”, adalah
padanan kata yang biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR),
yakni hak yang timbul bagi hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk
atau proses yang berguna untuk manusia. Pada intinya HKI adalah hak untuk
menikmati secara ekonomis hasil dari suatu kreativitas intelektual. Objek
yang diatur HKI adalah karya – karya yang timbul atau lahir karena
kemampuan intelektual manusia. 1
Hak Kekayaan Intelektual meliputi hak cipta dan hak kekayaan
intelektual industri. Dalam hak kekayaan industri meliputi hak paten, hak
desain industri, hak merek, hak desain tata letak sirkuit terpadu dan hak
rahasia dagang.
Manfaat HKI bagi pembangunan Indonesia yaitu meningkatkan posisi
perdagangan dan investasi, mengembangkan teknologi, mendorong
perusahaan untuk dapat bersaing secara internasional, dapat membantu
1 http://Dirjen Hak Kekayaan Intelektual, Pengertian Hak Kekayaan Intelektual, diakses
pada tanggal 5 Maret 2019.
2
komersialisasi inovasi secara efektif serta dapat mengembangkan sosial
budaya. 2
Dengan adanya manfaat HKI bagi Indonesia khususnya untuk
mendorong perusahaan agar dapat bersaing secara internasional, maka
perusahaan perlu menjaga rahasia informasi yang memiliki nilai ekonomi
bagi perusahaan tersebut. Hal ini selaras dengan upaya yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia dengan diundangkannya Undang – Undang Nomor 30
Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
Undang – Undang Rahasia Dagang di undangkan pada tanggal 20
Desember Tahun 2000. Undang – undang ini dibuat dalam rangka
memajukan industri yang mampu bersaing dalam lingkup perdagangan
nasional dan internasiaonal, diperlukan adanya jaminan perindungan terhadap
rahasia dagang, terutama dari tindakan persaingan curang. Lahirnya Undang –
undang Rahasia Dagang juga penting untuk menjamin perlindungan yang
efektif terhadap pemilik, penguasaan dan penggunaan rahasia dagang sebagai
konsekuensi keikutsertaan Indonesia dalam persetujuan tentang aspek – aspek
dagang dari Hak atas Kepemilikan Intelektual.
Dasar pembentukan Undang – undang tentang Rahasia Dagang di
Indonesia adalah diratifikasinya Agreement Establishing THE World Trade
Organization (Persetujuan TRIP’s) melalui Undang – Undang Nomor 7
Tahun 1994. Dalam salah satu ketentuan TRIP’s tersebut disebutkan dengan
jelas mengenai perlunya dibuat ketentuan mengenai rahasia dagang, Selain itu
yang menjadi dasar pembentukan Undang – undang tentang Rahasia Dagang
adalah Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3817).3
2 Eddy Damian, Hak Kekayaan Intelektual, Crtakan ke 2,(Bandung: Alumni,
(Bandung,2003), hlm.3.
3 Gunawan Widjaja, Rahasia Dagang (Jakarta; Raja Grafindo Persada,2001), hlm.4.
3
Menurut Pasal 1 angka 1 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000
tentang Rahasia Dagang terdapat pengertian mengenai rahasia dagang yaitu:
“Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di
bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena
berguna dalam kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik
rahasia dagang”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka bisa kita simpulkan bahwa rahasia
dagang adalah sebuah informasi yang sangat berharga untuk perusahaan
karena harus dijaga kerahasiaannya dan memiliki nilai ekonomis.
Melalui undang – undang ini, yang memberikan perlindungan hukum
terhadap rahasia dagang sebagai bagian dari sistem hak atas kekayaan
intelektual, diharapkan dapat menciptakan iklim yang akan mendorong kreasi
dan inovasi masyarakat. Berkenaan dengan hal ini, maka para investor dan
pelaku bisnis merasa sangat berkepentingan penemuan teknologi dan rahasia
dagangnya melalui sistem perlindungan HaKI sesuai dengan standar
interrnasional, dimana diperlukannya jaminan perlindungan terhadap rahasia
dagang, terutama dari tindakan persaingan curang.4
Rahasia dagang dapat lahir dari berbagai macam hubungan, seperti
misalnya hubungan kepegawaian atau tenaga kerja, hubungan antara pemberi
lisensi dan penerima lisensi, hubungan kerjasama usaha, hubungan pemasok
dan distributor, hubungan pabrikasi dan hubungan kelembagaan.
Rahasia dagang erat kaitannya dengan dunia bisnis (perusahaan), yang
mana dalam sebuah dunia bisnis terdapat kerahasiaan produk atau desain
yang mempunyai nilai ekonomi dan informasi yang bersifat rahasia dari
perusahaan tersebut.
Kerjasama yang di lakukan antara pemilik perusahaan dengan pekerja
biasanya di atur dalam sebuah perjanjian kerja yang mana di dalam perjanjian
kerja tersebut mencantumkan hak dan kewajiban dari masing – masing
individu. Misalnya saja pekerja harus dapat menjaga rahasia dari perusahaan
tersebut, jika hal tersebut dilanggar oleh pekerja maka pekerja akan di
4Yani Lewia Paat, Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang Menurut Hukum Positif (Indonesia lex societatis volume I, nomor 3) hlm.34.
4
kenakan sanksi sebagaimana yang sudah di atur dalam Undang – Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Pelanggaran dalam hal ini
termasuk kategori pelanggaran rahasia dagang.
Pelanggaran rahasia dagang terjadi apabila seseorang dengan sengaja
mengungkapkan rahasia dagang, mengingkari kesepakatan tertulis atau tidak
tertulis untuk menjaga rahasia dagang tersebut.
Kasus pelanggaran rahasia dagang banyak sekali terjadi di Indonesia
salah satunya dalam kasus PT. Basuki Pratama Engineering Indonesia
melawan PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia (HCMI). Dalam hal
ini PT. Basuki Pratama Engineering Indonesia mengajukan gugatan ganti rugi
terhadap PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia karena diduga
melanggar rahasia dagang.
Perkara pelanggaran rahasia dagang ini bermula pada saat mantan
karyawan PT. Basuki Pratama Engineering Indonesia memilih untuk
berpindah kerja ke perusahaan PT. Hitachi Construction Machinery
Indonesia. Mantan Karyawan PT. Basuki Pratama Engineering Indonesia
tersebut diduga mencuri rahasia dagang berupa metode produksi dan metode
penjualan mesin boiler.
Untuk meminimalisir pelanggaran rahasia dagang yang dimiliki oleh
perusahaan, maka perusahaan dapat membuat perjanjian antara pengusaha
dan pekerja, membuat perjanjian dengan perusahaan lain untuk tidak
mengungkapkan rahasia perusahaannya, menggunakan kode – kode khusus
informasi rahasia dagang, perlindungan khusus terhadap database perusahaan
dan membatasi akses bagi pihak – pihak yang tidak berkepentingan terhadap
rahasia dagang milik perusahaan.
Dari permasalahan tersebut penulis ingin meneliti mengenai kriteria
informasi yang dirahasiakan akibat pelanggaran dari rahasia dagang dan
status kepemilikan rahasia dagang.
Hal ini perlu diteliti agar para pelaku usaha dapat menjaga informasi
yang dirahasiakannya mengingat informasi ini memiliki nilai ekonomis dan
menyangkut kualitas dari barang dan jasa yang dihasilkan. Apabila terjadi
5
pembocoran rahasia dagang maka dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan tersebut. Dilihat dari sudut hukum dan ekonomi, rahasia dagang
menjadi faktor yang esensial bagi perusahaan tersebut.
Untuk itu penulis akan menganalisis, mengkaji permasalahan tersebut
dengan mengaitkan teori hukum perlindungan HKI dan teori penyelesaian
sengketa.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian
yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul :
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN
RAHASIA DAGANG DIKAITKAN DENGAN UNDANG –
UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA
DAGANG ( STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
NOMOR 280/PDT.G/2008/PN.BKS PERKARA ANTARA PT.
HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA
DENGAN PT. BASUKI PRATAMA ENGINEERING
INDONESIA )”
B. Identifikasi Masalah
Dengan bertitik tolak dari latar belakang masalah sebagaimana tersebut
di atas maka permasalahannya diidentifikasikan sebaga berikut :
1. Apakah kriteria informasi yang dirahasiakan oleh PT. Basuki
Pratama Engineering Indonesia dilanggar PT. Hitachi Construction
Machinery Indonesia sebagai rahasia dagang?
2. Bagaimanakah status kepemilikan rahasia dagang yang dimiliki PT.
Basuki Pratama Engineering Indonesia setelah adanya pelanggaran
yang dilakukan oleh PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia?
3. Bagaimanakah akibat pelanggaran yang dilakukan PT. Hitachi
Construction Machinery Indonesia terhadap PT. Basuki Pratama
Engineering Indonesia?
6
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kriteria informasi yang dirahasiakan oleh PT.
Basuki Pratama Engineering Indonesia yang dilanggar oleh PT.
Hitachi Construction Machinery Indonesia sebagai rahasia dagang.
2. Untuk mengetahui status kepemilikan rahasia dagang PT. Basuki
Pratama Engineering Indonesia setelah adanya pelanggaran yang
dilakukan oleh PT. Hitachi Contruction Machinery Indonesia.
3. Untuk mengetahui akibat pelanggaran yang dilakukan oleh PT.
Hitachi Contruction Machinery Indonesia terhadap PT. Basuki
Pratama Engineering Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian
Penulisan ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis
maupun secara praktis, sebagai berikut :
1. Kegunaan secara teoritis
Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
baik bagi pengembangan ilmu hukum khususnya hukum hak
kekayaan intelektual terutama yang menyangkut perkembangan
terhadap pelanggaran rahasia dagang.
2. Secara praktis, diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran
bagi para praktisi hukum terutama penyidik, penuntut umum dan
para hakim yang bertugas dalam perkara pelanggaran rahasia dagang
dan bagi para pihak yang berkepentingan lainnya yang ingin
mengetahui lebih dalam mengenai perlindungan hukum atas
pelanggaran rahasia dagang.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam menganalisis permasalahan mengenai perlindungan hukum atas
pelanggaran rahasia dagang, maka akan digunakan teori perlindungan hukum
hak kekayaan intelektual (rahasia dagang) dan teori penyelesaian sengketa.
7
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi
manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan
kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak – hak yang
diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah
berbagai upaya hukum yang hatus diberikan oleh aparat penegak hukum
untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan
dan berbagai ancaman dari pihak manapun.5
Teori kekayaan intelektual sangat dipengaruhi oleh pemikiran John
Locke tentang hak milik. Dalam bukunya, Locke mengatakan bahwa hak
milik dari seorang manusia terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada
sejak manusia lahir. Benda dalam pengertian tersebut tidak hanya benda yang
berwujud tetapi benda yang abstrak, yang disebut dengan hak milik atas
benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil dari intelektualitas
manusia.6
Secara garis besar hak kekayaan intelektual dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
1. Hak Cipta (Copyrights) adalah hak eksklusif bagi pencipta atau
penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan
menurut Peraturan Perundang – Undangan yang berlaku.
2. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights) yang mencakup:
a. Paten (Patent);
b. Desain Industri (Industrial Design);
c. Merek (Trademark);
d. Indikasi Geografis (Geographical Indication);
e. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Layout Design of
Integrated Circuit);
f. Rahasia Dagang (Trade Secret); dan
g. Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety Protection) .
5Satjipto Rahardjo, hlm.74
6Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual dalam Menghadapi
Era Globalisasi (Jakarta; UIR Press,2000), hlm.7.
8
Hukum yang mengatur kekayaan intelektual bersifat teritorial,
pendaftaran ataupun penegakan kekayaan intelektual harus dilakukan secara
terpisah di masing – masing yurisdiksi bersangkutan. Kekayaan intelektual
yang dilindungi di Indonesia adalah kekayaan intelektual yang sudah
didaftarkan di Indonesia.
Perlindungan hukum HKI dimulai dengan terbentuknya konvensi
internasional yaitu Paris Convention yang mengatur tentang hak milik
industrial, yang diterima tahun 1883 yang kemudian diikuti dengan Bern
Convention yang mengatur mengenai hak cipta pada tahun 1886.7
Perlindungan atas informasi yang dirahasiakan diatur dalam satu pasal
saja yang terlampir dalam lampiran 1C Agreement Establishing The World
Trade Organization ( The Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights, including Trade in Counterfeit Goods ), yaitu dalam Pasal
39 Seksi 7 tentang Protection of Undisclosed Information.8
Dari rumusan Pasal 39 Ayat (1) TRIPs dapat kita ketahui bahwa
ketentuan yang diatur dalam Pasal tersebut memiliki tujuan untuk menjamin
efektivitas pelaksanaan perlindungan atas persaingan usaha tidak sehat, yang
diatur dalam Pasal 10 bis Paris Convention 1967.
Pasal 39 Ayat (2) TRIPs mengatur mengenai hak bagi orang perorangan
maupun badan atas perlindungan terhadap informasi yang ada pada diri
mereka, yang tidak diungkapkan oleh mereka, yang diperoleh atau
dipergunakan oleh pihak lain secara tidak sah atau tidak jujur tanpa
persetujuannya menurut cara yang bertentangan dengan praktek usaha yang
jujur.
Sedangkan ketentuan Pasal 39 Ayat (3) TRIPs berhubungan dengan
masalah pengungkapan informasi rahasia yang diharuskan untuk disampaikan
kepada pemerintah atau agen pemerintah sehubungan dengan izin
perdagangan produk farmasi atau pertanian.9
7Gunawan Wijaya, Seri Hukum Bisnis Rahasia Dagang, Cetakan ke 1, (Jakarta; Raja
Grafindo Persada,2001 ), hlm.17.
8 Ibid.
9 Pasal 39 Ayat (1) sampai Ayat (3) Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights
9
TRIPs hanya memberikan aturan yang sangat umum mengenai
perlindungan atas informasi yang dirahasiakan atau rahasia dagang.
Di Indonesia telah memberlakukan mengenai Undang – Undang yang
mengatur tentang Perlindungan Rahasia Dagang hal tersebut tercantum dalam
Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan rahasia
adalah sesuatu yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang
lain, sedangkan dagang adalah pekerjaan yang berhubungan dengan menjual
dan membeli barang untuk memperoleh keuntungan.10
Dari pengertian atau definisi menurut Pasal 1 Angka 1 Undang – Undang
Nomor 30 Tahun 2000 tentang rahasia dagang tersebut ditemukan beberapa
unsur – unsur yang terdapat dalam rahasia dagang diantaranya :
1. Informasi yang tidak diketahui oleh umum;
2. Informasi dalam lapangan teknologi dan/atau bisnis;
3. Informasi yang mempunyai nilai ekonomi karena berguna bagi
kegiatan usaha; dan
4. Informasi yang dijaga kerahasiaannya.11
Dalam hal suatu perusahaan mempunyai informasi yang bersifat rahasia
dan dianggap mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi perusahaan, maka
perusahaan dapat melakukan perlindungan terhadap informasinya.
Kewajiban terhadap rahasia dagang yang berkaitan dengan pekerja diatur
dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150/Men/2000 tanggal 20
Juni 2000. Dalam Kepmen TK tersebut pada Pasal 18 Ayat (1) huruf j yaitu :
“Buruh yang melakukan tindakan membongkar atau membocorkan
rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik pengusaha dan atau
keluarga pengusaha yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk
kepentingan Negara, dapat diberikan ijin kepada pengusaha untuk
melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap buruh tersebut.”12
10Tim Penyusun Pusat Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ke 4, (Jakarta:
Balai Pustaka,2007). 11Pasal 1 angka 1 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang.
12 Pasal 18 Ayat (1) huruf j Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150/Men/2000
Tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Dan Penetapan Uang Pesangon, Uang
Penghargaan Masa Kerja Dan Ganti Kerugian Di Perusahaan
10
Pelanggaran dalam rahasia dagang dalam Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-
Undang Rahasia Dagang. Pasal 13 UU Rahasia Dagang mengatur
mengenai pelanggaran rahasia dagang yang dilakukan dengan sengaja
mengingkari suatu kewajiban yaitu sebagai berikut :
“Pelanggaran Rahasia Dagang juga terjadi apabila seseorang dengan
sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari kesepakatan atau
mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis untuk menjaga Rahasia
Dagang yang bersangkutan.”
Sedangkan Pasal 14 UU Rahasia Dagang mengatur mengenai
pelanggaran rahasia dagang yang dilakukan dengan cara bertentangan dengan
undang – undang yang berlaku yaitu :
“Seseorang dianggap melanggar Rahasia Dagang pihak lain apabila ia
memperoleh atau menguasai Rahasia Dagang tersebut dengan cara yang
bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.”13
Pelanggaran dalam rahasia dagang merupakan perbuatan melawan
hukum karena mengakibatkan kerugian bagi pemilik rahasia dagang. Menurut
Pasal 1365 Kitab Undang – undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang
berbunyi :
“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada
orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”14
Apabila pelaku pelanggaran rahasia dagang terbukti dengan sengaja
melakukan pelanggaran terhadap Pasal 13 dan Pasal 14 UU Rahasia Dagang,
maka pelaku pelanggaran rahasia dagang dapat dikenakan sanksi
sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 17 UU Rahasia Dagang yaitu :
“Ayat (1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan
Rahasia Dagang pihak lain atau melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud Pasal 13 atau Pasal 14 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).”
13 Pasal 13 dan Pasal 14 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia
Dagang 14 Pasal 1365 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
11
“Ayat (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
merupakan delik aduan.”15
Pelanggaran dalam rahasia dagang merupakan delik aduan. Delik aduan
adalah delik yang hanya dapat dituntut jika diadukan oleh orang yang merasa
dirugikan. Karena pekerja telah melakukan pelanggaran rahasia dagang yang
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, maka pemilik rahasia dagang
dalam hal ini perusahaan dapat meminta ganti kerugian kepada pekerja
sebagaimana dalam Pasal 11 dan Pasal 12 UU Rahasia Dagang. Pasal 11 UU
Rahasia Dagang mengatur mengenai gugatan yang dapat dilakukan oleh
pemilik dan/atau penerima hak rahasia dagang dan lembaga penyelesaiannya
yaitu :
“Ayat (1) Pemegang Hak Rahasia Dagang atau penerima Lisensi dapat
menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, berupa :
a. Gugatan ganti rugi; dan/atau
b. Penghentian semua perbuatan seabagaimana dalam Pasal 4.
Ayat (2) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan ke
Pengadilan Negeri.”
Sedangkan Pasal 12 UU Rahasia Dagang mengatur mengenai
penyelesaian sengketa yang dilakukan di luar pengadilan sebagai berikut :
“Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,
para pihak dapat menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrase
atau alternatif penyelesaian sengketa.”16
Perbuatan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Pasal 13, Pasal 14
dan Pasal 17 UU Rahasia Dagang merupakan perbuatan pelanggaran terhadap
rahasia dagang, adapun suatu perbuatan yang tidak dapat dikatakan sebagai
rahasia dagang tercantum dalam Pasal 15 UU Rahasia Dagang yaitu :
“Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 tidak dianggap
sebagai pelanggaran rahasia dagang apabila :
15 Pasal 17 Ayat (1) dan (2) Undang Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia
Dagang 16 Pasal 11 Ayat (1) dan Ayat (2) dan Pasal 12 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
12
a. Tindakan pengungkapan rahasia dagang atau penggunaan
pertahanan keamanan, kesehatan, atau keselamatan masyarakat;
b. Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari
penggunaan rahasia dagang milik orang lain dilakukan semata –
mata untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut produk yang
bersangkutan.”17
Dalam UU Rahasia Dagang disebutkan mekanisme penyelesaian
sengketa yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut :
1. Pemegang hak rahasia dagang atau penerima lisensi dapat
menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, berupa :
a. Gugatan ganti rugi dan/atau
b. Penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4.
2. Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diajukan ke
Pengadilan Negeri. Penyelesaian sengketa di bidang rahasia dagang
dapat diajukan penyelesaiannya melalui Pengadilan Negeri, namun
demikian, pengadilan bukanlah satu – satunya jalan atau cara
penyelesaian perkara berkaitan dengan rahasia dagang. Berdasarkan
ketentuan Pasal 12 UU Rahasia Dagang maka penyelesaian perkara
berkaitan dengan rahasia dagang dapat pula dilakukan melalui
arbitrase atau melalui alternatif penyelesaian sengketa (negosiasi,
mediasi, konsiliasi, dan cara – cara lain yang disepakati para pihak)
sesuai dengan ketentuan UU No. 30 Tahun 1999 Tentang Alternatif
Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase.
Mekanisme penyelesaian sengketa di bidang rahasia dagang dapat
diselesaikan melalui dua sistem penyelesaian sengketa, yaitu baik melalui
sistem ajudikasi maupun non-ajudikasi. Bahkan dalam mekanisme ajudikasi
juga dapat ditempuh dua jalur penyelesaian sengketa, yaitu litigasi maupun
non-litigasi.
17 Pasal 15 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
13
Dengan demikian diharapkan bahwa sengketa – sengketa berkaitan
dengan rahasia dagang dapat diselesaikan sebaik – baiknya melalui penerapan
secara optimal lembaga dan mekanisme penyelesaian sengketa yang ada,
serta penerapan prinsip – prinsip penyelesaian sengketa yang optimal pula.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun skripsi ini
terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut :
1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis, merupakan penelitian
deskriptif. Adapun pengertian mengenai deskriptif menurut Sukmadinata
yaitu karakteristik penelitian yang mengungkapkan secara spesifik
berbagai fenomena sosial dan alam yang ada di dalam kehidupan
masyarakat. Spesifik yang dimaksudkan disini lebih dekat pada
hubungan, dampak, dan cara penyelesainnya yang diungkapkan
sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
pemaparan, uraian atau penggambaran dengan kata – kata secara jelas
dan terperinci.
Pengertian deskriptif yaitu menggambarkan secara sistematis
mengenai pelanggaran Rahasia Dagang PT. Basuki Pratama Engineering
Indonesia yang dilakukan PT. Hitachi Contruction Machinery Indonesia.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini, merupakan penelitian yuridis normatif melalui studi
kepustakaan (library research). Penelitian ini dilakukan untuk
memperoleh data sekunder berupa :
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan – bahan yang memiliki
kekuatan yang mengikat seperti Kitab Undang – Undang
Hukum Perdata, Kitab Undang – Undang Hukum Pidana,
Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia
Dagang, Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1999
14
Tentang Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150/Men/2000 dan
Putusan Mahkamah Agung Nomor 783K/PID.SUS/2008.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu karya ilmiah dari para sarjana
atau para ahli berupa buku – buku yang berkaitan dengan kajian
dalam penelitian ini.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan – bahan lain yang
menunjang penelitian ini berupa ensiklopedia, artikel – artikel,
majalah, mass media (cetak dan elektronik).
3. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode pendekatan perundang – undangan (statute
approch) dan pendekatan kasus yaitu dengan cara menguji dan mengkaji
Putusan Mahkamah Agung.
4. Teknik Pengumpulan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui studi
dokumen terhadap data sekunder dan dari internet.
5. Analisis Data
Setelah data yang diperoleh terkumpul, kemudian disusun secara
sistematis selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode normatif
kualitatif artinya dalam menganalisis data tidak menggunakan rumus
matematis dan angka – angka statistik, tetapi berupa uraian pembahasan
sehingga diperoleh informasi baru dari simpulan hasil penelitian.