asuhan kebidanan manajemen terpadu balita sakit (mtbs ...

17
ASUHAN KEBIDANAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS) DENGAN KASUS EKSIM DI PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA DISUSUN O L E H IDAWATI 181010510098 DOSEN PEMBIMBING : CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM PRODI D-IV KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA TAHUN AJARAN 2018-2019

Transcript of asuhan kebidanan manajemen terpadu balita sakit (mtbs ...

ASUHAN KEBIDANAN MANAJEMEN TERPADU

BALITA SAKIT (MTBS) DENGAN KASUS EKSIM DI

PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA

DISUSUN

O

L

E

H

IDAWATI

181010510098

DOSEN PEMBIMBING :

CHAIRANISA ANWAR, SST., MKM

PRODI D-IV KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA

TAHUN AJARAN 2018-2019

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah

yang berjudul ” Asuhan Kebidanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

pada Gatal Di Puskesmas Krueng Barona Jaya”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah . Penulis

menyadari dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan

makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan

umumnya bagi pembaca.

Aceh Besar, 23 Januari 2019

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………… …………………… ….1

DAFTAR ISI………………………………………… ……………………….…2

BAB I PENDAHULUAN …………………………… ………………………....3

1.1 Latar belakang .................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................4

1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………...5

2.1 Pengertian .........................................................................................................5

2.2 Tujuan MTBS....................................................................................................7

2.3 Menanyakan Keluhan Utama ...........................................................................9

BAB III STUDI KASUS..............................................……………………….. .12

BAB IV PENUTUP………………………………………………………… ..15

4.1 Kesimpulan .....................................................................................................15

4.2 Saran ...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..16

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of

Childhood Illness (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau

terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59

bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program

kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara penatalaksanaan balita sakit. Konsep

pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh organisasi kesehatan

dunia WHO (World Health Organizations) merupakan suatu bentuk strategi upaya

pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian,

kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.

Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan,

kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup,

mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup

pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit tetapi juga

tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.

Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta

unsur-unsur mortalitas yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi.

Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah angka harapan

hidup waktu lahir (Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima

indikator yaitu angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka

kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian pneumonia

pada balita per 1000 balita, angka kematian diare pada balita per 1000 balita per

1000 balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran.

Menurut Susenas 2001 Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 68 per

1000 kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal pertahun sebelum usia lima

tahun dan diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum berusia satu tahun. Dari

seluruh kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran

4

pernapasan akut, diare dan gangguan perinatal/neonatal (Manajemen Terpadu

Balita Sakit Modul-1 Depkes RI, 2004).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik ingin mengangkat

kasus tentang Asuhan Kebidanan Pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Di Puskesmas Krueng Barona Jaya.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) Di Puskesmas Krueng Barona Jaya ?

1.3.Manfaat Penulisan

Sebagaimana diketahui,derajat kesehatan merupakan pencerminan

kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan

umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat.Sehat

dapat mencakup pengertian yang sangat luas, selain bebas dari penyakit tetapi

juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.

Makalah ini dimaksudkan untuk lebih menggali masalah yang membahas

mengenai Manajemen Terpadu Balita Sakit.Dengan makalah ini, diharapkan agar

petugas kesehatan lebih punya Wawasan tentang masalah ini.

Peningkatan keterampilan perawat dan bidan dalam tata laksana balita

sakit secara komprehensif dilaksanakan dengan pendekatan Manajemen Terpadu

Balita Sakit atau lebih dikenal dengan MTBS. Kegiatan ini dilaksanakan

secara pre-service dan atau in-servicetraining. Manajemen Terpadu Balita Sakit

merupakan standar pelayanan bagi balita sakit dan dinilai cost effective serta

berkontribusi sangat besar untuk menurunkan angka kematian neonatus, bayi dan

balita bila dilaksanakan secara luas, baik, dan benar.

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated

Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu

pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus

kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan

merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana

balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan

kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu,

Polindes, Poskesdes, dll.

Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk

mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan

balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif

(pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan

Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok

diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian,

kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh

Departemen Kesehatan yangbekerjasama dengan WHO. Layanan ini tidak hanya

kuratifnya saja tapi sekaligus pelayanan preventifdan promotifnya. Tujuan dari

pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas kesehatan yang terampilmenangani bayi

dan balita sakit dengan menggunakan tatalaksana MTBS. Sasaran utama

pelatihanMTBS ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter Puskesmas pun

perlu terlatih MTBS agar dapatmelakukan supervisi penerapan MTBS di wilayah

kerja Puskesmas.Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu

pendekatan yang digagas oleh WHO danUNICEF untuk menyiapkan petugas

kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi sertamemberikan tindakan

kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa.MTBS

6

bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem

kesehatan sertameningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan

masyarakat yang diperkenalkan pertama kalipada tahun 1999.MTBS dalam

kegiatan di lapangan khususnya di Puskesmas merupakan suatu sistem

yangmempermudah pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan.

Di bawah ini dapat dilihat penjelasan MTBS merupakan suatu sistem.

1) Input

Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan status pengobatan dan

formulir MTBS Tempat danpetugas : Loket, petugas kartu

2) Proses

Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS.

Memeriksa berat dan suhu badan

Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada dan

mendengar stridor

Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata cekung, memberi

minum anak untuk melihatapakah tidak bias minum atau malas dan

mencubit kulit perut untuk memeriksa turgor

Selalu memerisa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul

Vitamin A Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager (Bidan

yang telah dilatih MTBS)

3) Output

Klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa

pemberian terapi dan konselingberupa nasehat pemberian makan, nasehat

kunjungan ulang, nasehat kapan harus kembali segera.Konseling lain

misalnya kesehatn lingkungan, imunisasi, Konseling cara perawatan di

rumah. Rujukan diperlukan jika keadaan balita sakit membutuhkan

rujukan.

Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu:

1) Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita

sakit (petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS

dapat memeriksa dan menangani pasien balita)

7

2) Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi

didalam pendekatan MTBS)

3) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah

dan upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan

pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan)

2.2. TUJUAN MTBS

Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait

penyakit tersering pada balita.

Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan

kesehatan anak.

Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7

hari terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas (32,4

%), sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7 – 29 hari disebabkan oleh sepsis (20,5

%), malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %). Kematian bayi

terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %), penyebab kematian balita

disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan DBD (6,8 %).

Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan

MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain

pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi

(malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan

menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk

mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa

MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah

kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare,

campak malaria, kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan

tersebut

Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar

(Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS

8

mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan

aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan preventif). Agar penerapan

MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan langkah-

langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi pengembangan sistem

pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca pelatihan, penjaminan

ketersediaan formulir MTBS, ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan

lain-lain.

Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal

mendominasi penyebab kematian bayi dan balita. Puskesmas dikatakan sudah

menerapkan MTBS apabila memenuhi kriteria melaksanakan/melakukan

pendekatan MTBS minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas

tersebut.

Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas dari adanya monitoring

pasca pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan sarana

dan prasarana pendukung pelaksanaan MTB termasuk kecukupan obat-obatan.

Namun, hal tersebut seringkali dihadapkan pada keterbatasan alokasi dana,

sehingga diperlukan suatu metode lain untuk meningkatkan ketrampilan bidan dan

perawat serta dokter akan MTBS melalui komputerisasi atau yang lebih dikenal

dengan ICATT (IMCI Computerize Adaptation Training Tools), yaitu suatu

aplikasi inovatif software berbasis komputer untuk MTBS yang mempunyai 2

tujuan:

1) Untuk adaptasi pedoman MTBS

2) Untuk pelatihan MTBS melalui komputer memeriksa tanda-tanda bahaya

umum seperti:

Apakah anak bisa minum/menyusu?

Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?

Apakah anak menderita kejang ?

9

2.3. Menanyakan Keluhan Utama

Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan

Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan

klasifikasinya, menilai demam dan klasifikasinya, serta menilai masalah telinga

dan klasifikasinya.

Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya

Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah

menderita batuk atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas, sudah

berapa lama, menghitung frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada bawah ke

dalam, dan melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian dilakukan klasifikasi

apakah anak menderita pneumonia berat, pneumonia atau batuk bukan

pneumonia.

Menilai diare dan klasifikasinya

Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada

ibu apakah anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa lama,

apakah beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja). Langkah berikutnya

adalah memeriksa keadaan umum anak, apakah anak letargis atau tidak sadar,

apakah anak gelisah dan rewel/mudah marah; melihat apakah mata anak cekung,

memeriksa kemampuan anak untuk minum: apakah anak tidak bisa minum atau

malas minum, apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa cubitan kulit

perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2

detik) atau lambat. Setelah penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka

selanjutnya diklasifikasikan apakah anak menderita dehidrasi berat,

ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare pesisten berat, diare persisten atau disentri.

Menilai demam dan klasifikasinya.

Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil.

Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah anak teraba

panas atau mengukur suhu tubuh dengan termometer. Dikatakan demam jika

badan anak teraba panas atau jika suhu badan 37,5 derajat celcius atau lebih. Jika

anak demam, tentukan daerah resiko malaria: resiko tinggi, resiko rendah atau

tanpa resiko malaria. Jika daerah resiko rendah atau tanpa resiko malaria,

10

tanyakan apakah anak dibawa berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu

terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudian

tanyakan sudah berapa lama anak demam. Jika lebih dari 7 hari apakah demam

terjadi setiap hari, lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya pilek, apakah

anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya tanda-tanda campak:

ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan terdapat salah satu gejala berikut:

batuk, pilek atau mata merah.

Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan

demam, malaria atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderita

campak saat ini atau 3 bulan terakhir: lihat adanya luka di mulut, apakah lukanya

dalam atau luas, lihat apakah matanya bernanah, lihat adakah kekeruhan pada

kornea mata. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita campak, campak

dengan komplikasi berat, atau campak dengan komplikasi pada mata atau mulut.

Jika demam kurang dari 7 hari, tanyakan apakah anak mengalami perdarahan dari

hidung atau gusi yang cukup berat, apakah anak muntah: sering, muntah dengan

darah atau seperti kopi; apakah berak bercampur darah atau berwarna hitam;

apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah; lihat adanya perdarahan dari hidung

atau gusi yang berat, bintik perdarahan di kulit (petekie), periksa tanda-tanda syok

yaitu ujung ekstrimitas teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tak teraba.

Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita Demam Berdarah Dengue

(DBD), mungkin DBD atau demam mungkin bukan DBD.

Menilai masalah telinga dan klasifikasinya

Setelah memerisa dalam , petugas menanyakan kepada ibu apakah

telinganya.jika anak mempunyai masalah telinga tanyakan apakah telinga nya

sakit,lihat apakah nanah ada keluar dari telinga,raba adakah pembangkakan nyeri

di belakang telinga.kemudian klasifikasikan apakah anak menderita

mostoiditis,infeksi telinga akut,infeksi telinga kronis atau tidak ada infeksi telinga.

Memeriksa status gizi dan anemi serta klasifikasinya

setiap anak harus di periksa status gizi nya,karna kekurangan gizi

merupakan masalah yang sering ditemukan,terutama diantara penduduk

miskin.langkah nya yaitu apakah anak tampak sangat kurus,memeriksa

11

pembengkakan pada kedua kaki,memeriksa kepucatan telapak tangan dan

membandingkan beret badan anak menurut umur.kemudian mengklasifikasikan

sesuai tanda dan gejala apakah gizi buruk dan atau anami berat,bawah garis

merah (BMG) dan atau anemi, tidak BMG dan tidak anemi.

Menasehati ibu.

Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran

pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah

pemberian makan, meningkatkan pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu

kapan harus kembali dan menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.

Pemberian pelayanan tindak lanjut

Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak

datang atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak

lanjut menggunakan kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak sebelumnya. Jika

anak mempunyai masalah baru lakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan

terhadap masalah baru tersebut seperti pada bagan penilaian dan klasifikasi.

12

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI & BALITA

Masuk Tanggal/Pukul : 9 Januari 2019 / 09.00 WIB

Diruang Periksa : Ruang MTBS

A. DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

Identitas Bayi/Balita

Nama : Syahrul Akbar

Umur : 20 bulan

Jenis kelami : Laki-laki

Anak ke : 1

Identitas Orang Tua

IBU AYAH

Nama : Ny. Y Nama : Tn.p

Umur : 26 tahun Umur : 29 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Aceh Suku/Bangsa : Aceh

Pendidikan : SMA Pendidikan : S1

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : swasta

Alamat : Meunasah baktrieng

2. Alasan datang

Ibu mengatakan ingin memeriksakan kondisi anaknya

3. Keluhan Utama

Ibu mengatakan anaknya Gatal - Gatal selama 2 hari

4. Riwayat alergi makanan/obat

Ibu mengatakan tidak ada alergi obat atau makanan

5. Riwayat Imunisasi : Lengkap

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Status emosional : Stabil

13

Tanda-tanda vital :

Nadi : 105x/menit

Pernafasan : 32x/menit

Suhu : 36,5oC

Berat Badan(BB) : 9300 gram

Panjang Badan : 73 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : Mesochepal, tidak ada benjolan,tidak ada kelainan

lingkar kepala : 44 cm

b. Mata :Simetris, konjumgtiva merah muda,tidak ada sekret

c. Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung

d. Mulut : Bibir lembab, tidak ada kelainan

e. Telinga : Simetris, ada lubang telinga,bersih

f. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar

parotis,tiroid,limfe,dan pembesaran vena jugularis

g. Dada : Simetris,tidak ada retraksi dinding dada

lingkar dada : 45cm

payudara : Simetris

Paru-paru : tidak ada bunyi wheezing

Jantung : Bunyi jantung normal

h. Abdomen : tidak ada massa atau benjolan,perut tidak kembung

i. Ekstremitas atas : Simetris , gerakan aktif,kuku tidak pucat

j. Ekstremitas bawah : Simetris , gerakan aktif,kuku tidak pucat

k. Genitalia : Penis berlubang pada ujung,testis sudah turun pada

scrotum

l. Anus : Berlubang

m. Punggung : tidak ada sfinabifida

n. Kulit : tidak ada tanda-tanda dehidrasi

C. ASSASMENT

Diagnosa

Anak umur 20 bulan dengan gatal-gatal

Data dasar

DS : Ibu mengatakan anak nya usia 20 bulan

Ibu mengatakan anaknya gatal-gatal sudah 2 hari

DO : TTV : N : 105x/menit BB : 9300 gram

RR : 32x/menit PB : 73 cm

S : 36,5 oC

Pemeriksaan fisik normal

Dada : Retraksi dinding dada(-)

14

D. PENATALAKSANAAN

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan anaknya

N : 105x/menit BB : 9300 gram

RR : 32x/menit PB : 73 cm

S : 36,5 oC

Memberikan terapi pada ibu pemberian salycyl talk di tabur di badan .

Anjuran tidak menggunakan sabun

Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang apabila tidak sembuh.

15

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia

kurang dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi

muda sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar

yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri,

diare, ikterus, berat badan rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan upaya

promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan

konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian

bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan

pelayanan terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan

MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat

pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif,

preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian

dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program

MTBS ini di kembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang

berumur kurang dari 2 bulan.

4.2 Saran

Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian

pada bayi muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form

MTBS ini disarankan kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya

dalam melakukan penilaian kesehatan terhadap bayi muda. Selainitu disarankan

kepada mahasiswa keperawatan agar dapat membuat makalah yang lebih

sempurna dari makalah ini.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.

2. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang

disampaikan pada Pertemuan

3. Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen Terpadu Balita

Sakit.

4. 4.Pujiati dewi,dkk.2011.Asuhan kebidanan komunitas.Jakarta:trans info

media 2011.