analisis makna pappasang dalam sinrilik bosi timurung

101
ANALISIS MAKNA PAPPASANG DALAM SINRILIK BOSI TIMURUNG DI LINGKUNGAN MASYARAKAT GALESONG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh M.Yusuf Larigau NIM 105331104716 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA 2021

Transcript of analisis makna pappasang dalam sinrilik bosi timurung

ANALISIS MAKNA PAPPASANG DALAM SINRILIK BOSI TIMURUNG

DI LINGKUNGAN MASYARAKAT GALESONG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

M.Yusuf Larigau

NIM 105331104716

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

2021

ii

ii

iii

iii

iv

iv

v

v

vi

vi

vii

vii

viii

viii

ix

ix

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : M. Yusuf Larigau

NIM : 105331104716

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Program Studi : Strata Satu (S1)

Judul Skripsi : Analisis Makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi

Timurung di Lingkungan Masyarakat Galesong

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim

penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau

dibuatkan oleh siapa pun.

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, April 2021

Yang Membuat Pernyataan

M. Yusuf Larigau

x

x

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : M.yusuf larigau

NIM : 105331104716

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Program Studi : Strata Satu (S1)

Judul Skripsi : Analisis Makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi

Timurung di Lingkungan Masyarakat Galesong

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai skipsi ini, saya akan

menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapa pun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsiini

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, April 2021

Yang Membuat Perjanjian

M.yusuf larigau

iv

xi

xi

MOTTO

Ilmu yang baik adalah ilmu yang diamalkan. Bukan ilmu yang susah payah

dicapai hanya untuk dibanggakan. Serta pribadi yang baik adalah pribadi yang

memiliki arti dan bermanfaat untuk pribadi lainnya.

Setiap orang hanya diberikan satu kesempatan hidup.

Satu kesempatan itu adalah sebaik-baiknya kesempatan.

Hanya orang bodoh yang membuang-buang kesempatan pertama karena berpikir

adanya kesempatan kedua.

Before something great happens, everything falls apart.

v

xii

xii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟ Alamin

Rasa penuh syukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah Subhana wata‟ala,

Rasulullah Muhammad Shalallahu „alaihi wasallam.

Kupersembahkan skripsi ini sebagai wujud rasa syukur dan terima kasihku keapada

Ayahanda dan Ibunda serta Saudara-saudari kandungku tercinta. Untuk orang-orang

yang berjasa selama perjalanan studiku, Nenek dan Kakekku, Paman dan Bibiku, serta

Saudara-saudari sepupuku, sahabt, dan teman-teman yang selalu menemani disetiap

langkah dalam hidupku.

Untuk Guru-guru selama di bangku sekolah dan Dosen yang memegang peran penting

dalam perubahan hidupku selama di perguruan tinggi.

Serta untuk orang yang pernah hadir disetiap perjalanan hidupku.

Terima kasih karena hadirnya kalian membuat hidupku lebih berharga.

vi

xiii

ABSTRAK

M.YUSUF LARIGAU.2021. “Analisis Makna Pappasang dalam Sinrilik

Bosi Timurung di Lingkungan Masyarakat Galesong”.Skripsi Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Muhammadiyah Makassar.Pembimbing I Tjoddin SB. dan

Pembimbing II Asis Nojeng.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna Pappasang dalam

Sinrilik Bosi Timurung di Lingkungan Masyarakat Galesong.

Penelitian ini bersifat deskrptif kualitatif.data penelitian ini adalah data tertulis

berupa kutipan dari kalimat yang mengandung makna Pappasangdalam Sinrilik

Bosi Timurung.Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan penelitian

pustaka library research, yaitu mengumpulkan data dari referensi yang dianggap

relevan dengan orientasi penelitian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis makna Pappasang dalam

Sinrilik Bosi Timurung di Lingkungan Masyarakat Galesong, menunjukan bahwa

Terdapat 6 jenis kutipan yang mengandung makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi

Timurung.pada halaman 208,210,211,213,214, dan 218.

Kata Kunci: Analisis Makna Pappasang, Sinrilik

vii

xiv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Serta tidak lupa

pula salawat dan salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S-1 pada

jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Begitu banyak pengalaman-pengalaman yang menjadi sebuah pelajaran bagi

penulis dalam mengerjakan skripsi ini.Tidak sedikit kendala dan hambatan yang

penulis hadapi, namun berkat ketabahan, kesabaran, dan keikhlasan serta kemauan

dan kerja keras disertai bantuan dan do‟a dari berbagai pihak yang memberikan

dukungan baik moril maupun material sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

Kedua orang tua, bapak Larigau dan ibu Hamsinah yang sangat berjasa

dalam hidup saya, yang selalu memberi apapun yang anaknya inginkan.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasi kepada Drs.Tjoddin SB,M.Pd

pembimbing I yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan

keikhlasan untuk memberi waktu serta ilmu pengetahuan dengan penuh

kebijaksanaan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya

kepada Dr. Asis Nojeng, M.Pd pembimbing II yang telah membimbing

penulisdengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberi waktu serta ilmu

ii

iii

viii

xv

pengetahuan dengan penuh kebijaksanaan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasi kepada Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar Prof Dr. H. Ambo Asse, M Ag yang memberikan

fasilitas kepada penulis sehingga terlaksana sesuai dengan kehendak penulis.

Selanjutnya kepada Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

memberikan izin dalam melaksanakan penelitian. Selanjutnya kepada

Dr.Munirah, M.Pd, sebagai ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan sehingga saran dan kritik pembaca tetap kami butuhkan.Semoga

skripsi ini memberikan manfaat baik bagi para pembaca maupun bagi penulis

secara pribadi.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Makassar, April 2021

Penulis

ix

xvi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………….………………………………………………....i

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ii

PENGESAHAN SKRIPSI....................................................................................iii

SURAT PERNYATAAN .....................................................................................iv

MOTTO..................................................................................................................v

PERSEMBAHAN..................................................................................................vi

ABSTRAK............................................................................................................vii

KATA PENGANTAR.........................................................................................viii

DAFTAR ISI.........................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian pustaka......………………….……………………………………..6

1. Penelitian relevan …….....…………………………………………....6

2. Pengertian sastra.. …………………......…………………………..…8

3. Sastra Makassar ….………………………………………………….11

4. Makna Pappasang……………..……………………………………..23

5. Semantik……………………………………………………………..25

B. KerangkaPikir…………………………………………………………...28

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian………………………………………………………….30

B. Desain Penelitian…….………………………………………………….31

C. Fokus Penelitian …………………...…………………………………...31

x

xvii

D. Definisi Istilah………………..………………………………………...32

E. Data dan Sumber data…………………………………………….….…32

F. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………..…33

G. Teknik Analisis Data……………………………………………...……33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian ......................................................................................37

B. Pembahasan ...........................................................................................45

C. Temuan....................................................................................................57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ......................................................................................................59

B. Saran ............................................................................................................60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

KORPUS DATA

FOTO BUKU

v

xi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra pada hakikatnya merupakan replika kehidupan nyata,segala hal

yang diceritakan dalam sebuah karya sastra tidak lepas dari aktivitas kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karya sastra juga berfungsi

sebagai kritik sosial walaupun berbentuk fiksi, misalnya cerpen, novel, drama,

persoalan yang disodorkan oleh pengarang tidak lepas dari pengalaman kehidupan

nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaian pengarang sering mengemasnya

dengan Gaya berbeda-beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia.

Sastra berkaitan dengan manusia dan kehidupannya,manusia menghidupi

sastra dan kehidupannya sastra adalah kehidupan manusia.Kekuatan sastra yang

dahsyat mampu mengubah moralitas dan karakter manusia kedalam persepsi

kehidupan yang berbeda.Menurut Rahman(2017:1) “Sastra daerah merupakan

salah satu kekayaan budaya bangsa yangmengandung nilai penting,karena melalui

sastra daerah dapat dilestarikan beraneka ragam budaya daerah yang ada”.

Keberadaan kebudayaan nasional yang bercorak Bhineka Tunggal Ika mustahil

dapat terwujud tanpa landasananeka bahasa dan sastra daerah sebagai wahana

penyanggah kebudayaan nasional.Salah satu sastra daerah di Indonesia yang

sampai sekarang ini masih dibina dan dipelihara oleh masyarakat pendukungnya

adalah sastra daerah Makassar.

iv

2

Pada kedudukannya sebagai salah satu sastra daerah di Indonesia, sastra

Makassar masih memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan dalam

masyarakat di Sulawesi Selatan, khususnya terhadap suku Makassar.

Menurut Widyanti(2017:2) “Sinrilik juga merupakan salah satu karya sastra

daerah Makassar yang berupa nyanyian yang perlu dikaji dalam usaha pelestarian

karya sastra, khususnya sastra lisan Suku-Makassar”. Sinrilik dipandang penting

untuk dibahas karena merupakan suatu bentuk sastra yang hidup dalam

masyarakat Makassar.Penelitian tentang Sinrilik sepanjang yang diketahui, belum

dilaksanakan secara menyeluruh.

Sejauh ini penelitian tentang Sinrilik hanya membahas secara umum mengenai

sinrilik itu sendiri, belum ada peneliti yang meneliti secara khusus mengenai

Sinrilik Bosi Timurung.Jika dirunut ke belakang, dalam Widyanti (2017: 5) orang

pertama yang membicarakan Sinrilikadalah B.F. Matthes dalam buku

Makassaarsche Chrestomathie(1860).Pada buku tersebut, Matthes membicarakan

hal-hal mengenai kesusastraan Makassar dan jenis-jenisnya dengan melakukan

transkripsi dan terjemahan ke dalam bahasa Belanda. Buku Matthes tersebut

menjadi sumber rujukan pada beberapa penelitian selanjutnya.Bahkan, buku ini

pun menjadi sumber belajar bagi Pasinrilikyang beraksara.

Sekolah merupakan salah satu sarana yang sangat berperan penting dalam

mengajarkan kesusastraan Makassar karena di sekolah adalah tempat dimana

berkumpulnya generasi muda,

Sedangakan keluarga juga memiliki peran penting dalam mengajarkan serta

mempertahankan suatu budaya.Selanjutnya, keluarga orangtualah yang

3

Berperan penting dalam mengajarkan anak keturunannya tentang budayanya

sendiri yang kelak harus dia jaga dan lestarikan, serta mereka harus tahu apa saja

yang dimaksud Sinrilik dan aspek-aspek apa saja yang terkandung dalam Sinrilik

tersebut.

Adapun aspek dalam Sinrilik Bosi Timurung salahsatunya Pappasang

ataupesan serta amanat yang disampaikan atau diungkapkan kepada khalayak

umum pada saat acara tertentu.Namunpada saat ini Sinrilik kurang diminati kaum

muda sehingga jarang dijumpai dimasyarakat karena keberadaanya kurang

diketahui. Tujuan peneliti meneliti Sinrilik Bosi Timurung ini agar peneliti dapat

membuat masyarakat yang ada di Desa Pa‟lalakkang ini khususnya remaja-remaja

yang kelak akan menjadi penerus bisa sadar akan budayanya yang harus di jaga

dan dilestarikan, jangan hanya petuah-petuah saja yang dapat membaca teks

Sinrilik Bosi Timurung ini, akan tetapi remaja-remaja yang ada di Desa

Pa‟lalakang ini juga bisa mempelajari dan membaca teks Sinrilik tersebut agar

budaya kita akan tetap terjaga.

Adapun alasan memilih judul “Analisis Makna Pappasang dalam Sinrilik

Bosi Timurung dilingkungan masyarakat Galesong”, karena peneliti ingin

mengkaji dan meneliti sesuatu yang bersangkutan dengan budaya atau

kebudayaan, serta bertujuan untuk mempertahankan sastra klasik ini yang hampir

jarang diteliti oleh mahasiswa untuk dijadikan sebuah penelitian. Peneliti juga

ingin mempertahankan budaya yang sejak dulu ada di tempat peneliti lahir dan

dibesarkan karena keadanSinrilik sekarang ini sudah jarang ditemui dan hampir

tidak diketahui keberadannya oleh masyarakat setempat khusunyaremaja-remaja

4

yangadadiDesa Pa‟lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.Tidak

banyak remaja yang tau apa itu Sinrilik Bosi Timurung, jangankan namanya,

bentuk serta isinya saja mereka tidak tahu sama sekali tentang apa yang dikatakan

Sinrilik Bosi Timurung ini, padahal Sinrilik ini yang harus dijaga serta

dipertahankan oleh remaja-remaja yang akan menjadi generasi penerus. Sinrilik

ini termasuk dalam sastra Makassar yang bersifat kebudayaan, sastra Makassar

perlu dijaga dan dibina.Untuk mencapai hal itu, harus ada pemeliharaan dan

pembinaan dari seluruh kalangan masyarakat khususnya di lingkup sekolah dan

keluarga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diungkapkan, maka yang

menjadi rumusan masalah yaitu; Bagaimanakah makna

pappasangdalamSinrilikBosiTimurungdi lingkungan Masyarakat Galesong

Kabupaten Takalar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkanrumusanmasalah yang dikemukakan,secara umum penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan makna PappasangdalamSinrilik BosiTimurung

di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan

praktis.

5

1. Manfaat Teoretis

a. Manfaat teoretis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

menambah khazana ilmu pengetahuan pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia khususnya disastra klasik,

b. Sebagai tambahan arsip untuk perpustakaan dan digunakan sebagai

referensi pada pembelajaran sastra,

c. Memperkenalkan salah satu genre sastra lisan Makassar untuk

meningkatkan apresiasi, pemahaman, penghayatan terhadap sastra

daerah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian tentangBudaya Sinrilik dan makna Pappasang yang

terkandung didalamnya, ini diharapkan dapat membantu pembaca, baik

mahasiswa maupun masyarakat umum, terutama mengenai faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi perkembangan Sinrilik dimasyarakat Galesong

Kabupaten Takalar.

7

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka memiliki kedudukan yang sangat penting dalam sebuah

penilitian.Kajian pustaka juga dapat dikatakan sebagai variable yang menentukan

dalam suatu peenelitian karena akan menentukan arah dari segi tujuan dan hasil

penelitian.Disamping itu, kajian pustaka juga berfungsi memberikan landasanteori

tentang mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam kaitannya dengan

kerangka pengetahuan.

MenurutRahim (2018:1) Tujuan utama kajian pustaka adalah untuk

menyusun hasil penemuan-penemuan peneliti yang pernah dilakukan. Hal ini

sangat penting kerena pembaca akan dapat memahami mengapa masalah atau

tema tersebut diangkat dalam penelitiannya. Kajian pustaka dimaksudkan untuk

menunjukkan bagaimana masalah tersebut dapat dikaitkan dengan hasil penelitian

ke pengetahuan yang lebih luas. Oleh karena itu, kajian pustaka dapat dimaknai

berupa ringkasan atau rangkuman serta teori yang telah ditemukan dari bacaan

yang ada kaitannya dengan tema yang akan diangkat dalam penelitian.

1. Penelitian Relevan

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh widyanti saputri (2017) yang

berjudul “nilai moral dalam Sinrilik BosiTimurung karyah Salmah Djirong”

dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai moral yang terdapat dalam

teksSinrilikBosiTimurungkaryaSalmahDjarongaadalah nilai moral yang

menyangkut hubungan manusia dengan diri sendiri (nilai moral rela berkorban,

7

nilai moral kesetiaan, nilai moral kejujuran, dan nilai moral baik budi pekerti),

nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan manusia yang lain dalam

lingkup sosial (nilai moralsuka mendoakan orang lain dan nilai moral kasih

sayang) dan yang terakhir nilai moral yang menyangkut hubungan manusia

dengan Tuhannya (nilai moral berserah diri hanya kepada Tuhan (tawakkal)).

Kedua,penelitian dari Lewa (2015) berjudul “Sinrilik Kappalak

Tallumbatua: suntingan teks, nilai-nilai, fungsi, dan resepsinya”. Hasil penelitian

terhadap nilai-nilai, fungsi, dan resepsi SKT memperlihatkan bahwa Sinrilik

tersebut digunakan sebagai alat untuk melegetimasi dan menyatukan budaya,

suku, raja dan kerajaan serta kekuasaan yang telah menempatkan tokoh Sultan

Hasanuddin dan Arung Palakka dengan kharismanya masing-masing sebagai

tokoh dan pahlawan dalam pikiran masyarakat Makassar. Kata Kunci: Sinrilik,

nilai-nilai, fungsi, dan resepsi.

Ketiga,penelitian dari Rahim (2018) dengan judul “Nilai-Nilai Sosial dalam

Sinrilik Kappalak Tallumbatua: penelitiannya merujuk pada nilai-nilai sosial yang

ada dalam sinrilik kappalak tallumbatua”.Perbedaan dari penelitian ini merajuk

pada nilai analisisnya.

Pada penelitian ini, “Analisis Makna Pappasang dalam Sinrilik

BosiTimurung di lingkungan masyarakat Galesong” peneliti akan meneliti sebuah

teks Sinrilik BosiTimurung dengan menggunakan teori semantik, dan akan

meneliti di Desa Pa‟lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, dengan

demikian kehadiran penelitian yang dilakukan ini amat diperlukan guna

menjawab problematika kebudayaan yang telah dikemukakan dan diharapkan

8

dapat menambah kajian yang telah ada sebelumnya, serta bertujuan mempertahan

sebuah warisan budaya yang ada di Desa Pa‟lalakkang, Kecamatan Galesong,

Kabupaten Takalar.

2. Pengertian Sastra

Sastra berasal dari kata sas (ajaran) dan tra(alat).Sastra adalah alat untuk

memberikan ajaran filsafat hidup.EndraSwara (dalamYusniar, 2019:12).Membaca

karya sastra berarti ibaratkan berusaha menyelami diri pengarang (sastrawan).Hal

ini, tentu bergantungpada kemampuan mengartikan makna kalimat serta ungkapan

dalam karya sastra itu sendiri.Mesti menempatkan diri sebagai sastrawan yang

menciptakan karya sastra tersebut.Jadi, dituntut adanya hubungan timbal balik

antara seorang pencipta dan penikmatnya.

Esten (dalam Haslinda, 2019: 19) Mengemukakan bahwa sastra atau

kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai

manifestasi kehidupan manusia (masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan

memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Sastra menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Edisi V (2016)

adalah “bahasa (kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan

bahasa sehari-hari)”.Sedangkan karya sastra berarti karangan yang mengacu pada

nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan

wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual,

dengan carayang khas.

Menurut Sumarjo (dalam Solichah, 2019:7) Sastra merupakan produk

masyarakat, karena sastra berada ditengah-tengah masyarakat dan dibentuk oleh

9

anggota-anggota masyarakat yang berdasarkan desakan-desakan emosional atau

rasional dari masyarakat, jelas bahwa sastra bisa dipelajari berdasarkan disiplin

ilmu sosial juga.Hal senada dengan pendapat dari Wahyudi (dalam Annisha,

2019:2) yang memandang sastra sebagai suatu karya yang hadir sebagai hasil

aktivitas manusia yang hidup derkat ditengah-tengah masyarakat dengan berbagai

persoalan hidup serta perjuangan yang dilakukan dalam menghadapi persoalan

hidupnya.Semakin kuat dan besar perjuangan yang dilakukannya, maka semakin

besar kemampuannya dalam menghadapi serta menanggapi segala sesuatu.

Manurut Rimang (dalam Rahim, 2018:3), “Ilmu sastra merupakan ilmu

yang secara khusus mempelajari teks-teks sastra secara sistematis sesuai dengan

fungsi-fungsinya didalam masyarakat”.Karya sastra yang diciptakan tersebut

dipakai sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan, pikiran gagasan, serta

kepercayaan terdahulu. Oleh sebab itu, melalui sastra lisan Makassar dalam hal ini

(Sinrilik) dapat dijajaki dan dipelajari sejumlah aspek kehidupan masyarakat

Makassar yang selama ini membentuk, perilaku, nilai, pikiran, serta penghayatan

terhadap nilai-nilai, yang pernah hidup dalam masyarakat tersebut, dianggap

sebagai modal utama untuk melihat relevansi antara produk masa lampau, masa

kini, dan masa depan. Soeratno (dalam Rahim, 2018:3).

Menurut Plato (dalam Nurfadillah, 2019:11). Sastra adalah hasil peniruan

atau gambaran dari kenyataan (mimesis).Sebuah karya sastra harus merupakan

peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan.Endraswara

(dlam Nurfadillah, 2019:12),“sastra merupakan guru efektif bagi penelusuran

kehidupan social”.Keserakahan hidup dapat disaring lewat sastra.Pandangan

10

Burke (dalam Endraswara, 2013:126), kiranya dapat menguatkan pemahaman

sastra sebagai wahana kehidupan.Tentu saja yang dimaksud kehidupan, tidak

sekedar kehidupan lahiriah, melainkan yang paling penting adalah kebuTuhan

batinia. Sastra akanmenjadi wahana pembangun batin, ikut menata kehidupa dan

memperjuangkan suasana social.

Menurut Sumardjo(dalam Rahim, 2018:13), menyatakan bahwa “sastra

adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan,

ide, semangat, keyakinan dalam suatau bentuk gambaran kongkret yang

membangkitkan pesona dengan alat bahasa”. Sehingga sastra memiliki unsur-

unsur berupa pikiran, pengalaman, ide, perasaan, kepercayaan (keyakinan),

ekspresi atau ungkapan, bentuk dan bahasa.

Sastra merupakan bagian dari kebudayaan.Bila dikaji kebudayaan, kita

dapat melihatnya sebagai suatu yang statis yang tidak pernah berubah, tetapi

merupakan yang dinamis yang selalu berubah.Keadaan karya sastra yang

disajikan seseorang pengarang ditengah-tengah masyarakat menjadi suatu yang

sangat diharapkan.

Karya sastra yang kritis dan imajinatif, menjadi semacam rujukan atau

jawaban atas persoalan dalam kehidupan, disamping kitab suci agama.Jawaban

yang disuguhkan sastra memiliki dua sisi yang saling melengkapi, yaitu

kebenaran yang merupakan kata kunci dalam pengetahuan (sains) dan keindahan

yang merupakan unsur sastra sendiri.

11

3. Sastra Makassar

Menerut Aulia (2017:17) Sastra daerah merupakan cerminan serta hasil

perenungan dari realitas kehidupan masyarakat penduduknya. Sastra daerah

merupakan warisan budaya masa lalu yang sarat dengan nilai-nilai budaya serta

memiliki beberapa fungsi yaitu mereka menilai budaya daerah,mengekspresikan

pengalaman kemanusiaan dan menumbuhkan solidaritas.(Rimang2012:2)

menyatakan bahwa karya sastra, baik sebagai kreatifitas estetis maupun respon

kehidupan sosial, mencoba mengungkapkan perilaku manusia dalam suatu

komunitas yang dianggap berarti bagi aspirasi kehidupan seniman, kehidupan

manusia pada umumnya.Zaidan (Aulia 2017:16) mengatakan bahwa “sastra

daerah adalah gendre sastra yang ditulis dalam bahasa daerah bertema universal”.

Menurut Tuloli (dalam Aulia, 2017:18) sastra daerah mempunyai

kedudukan sebagai berikut;

a. Sastra daerah adalah ciptaan masyarakat masa lampau atau mendahului

penciptaan sastra Indonesia modern,

b. Sastra daerah dapat dimasukkan dalam salah satu aspek budaya

Indonesia yang perlu digali untuk memperkaya budaya nasional,

c. Sastra daerah melekat pada jiwa, rohani, kepercayaan dan adat istiadat

masyarakat suatu bangsa dan yang mereka pakai untuk menyampaikan

nilai-nilai luhur bagi generasi muda.

d. Sastra daerah mempunyai kedudukan yang strategis dan kerangka

pembangunan sumber daya manusia, yaitu untuk memperkuat

kepribadiaan keindonesiaan yang Bhineka Tunggal Ika.

12

Sastra Makassar yang terekam dalam lontarak merupakan pencerminan

pola pikir dan tingkah laku orangorang Makassar sejak berabad-abad yang

lampau.Rasyid (2014: 488) mengatakan bahwa Lontarak adalah salah satu sumber

nilai budaya Makassar yang diwariskan secaraturun-temurun dari satu generasi ke

generasi berikutnya.Petuah dan nasihat termasuk didalam lontarak yang disebut

rapang.Isi rapang itu berupapanngajak „nasihat‟, pappasang „wasiat‟, dan ulu

kana „perjanjian‟.

Panngajakmenurut Rasyid (2014:489) adalah sesuatu yang dinasihatkan,

kadang-kadang merupakan ungkapan berupa kata-kata hikmah, dan ada kalanya

melalui cerita di dalamnya dituturkan beberapa buah ibarat. Sama sifat dalam

tingkah laku yang ditampilkan memberikan kesan bahwa ia adalah terpuji dan

mulia. Jikalau dalam bentuk cerita panngajak adalah yang baik dan benar, dan

semacamnya, selalu unggul dan menang.Panngajak dituturkan oleh orang tua

kepada anak cucu, oleh guru kepada muridnya, oleh kakak kepada adiknya, oleh

suami kepada istrinya.Akan tetapi, tidak jarang pula raja sendiri yang meminta

dinasihati sehingga berfungsi sebagai pengingat.Walaupun panngajak adalah

netral, apabila seseorang melakukannya lalu orang yang melakukan itu tertimpa

akibat buruk, dia dapat merasakan sendiri, yang dalam bahasa Makassar disebut

napacikdak yang berarti „rasakan sendiri pelanggaranmu‟.

Selanjutnya, Rasyid (2014:489)Pappasang berarti wasiat yang

dipartaruhkan.Pappasang berisikan keharusan dan pantangan.Orang yang

memelihara pappasangdapat selalu terpandang di masyarakatnya.Sebaliknya

mereka yang tidak mengindahkannya dapat menanggung sanksi sosial yang amat

13

berat.Namanya tercemar dan kedudukan sosialnya menjadi rendah sehingga sukar

sekali meraih kembali Nama baiknya.Ulu kana termasuk dalam pengertian ini,

dengan catatan bahwa pelanggaran pada ulu kana dapat mengakibatkan perang,

sekurang-kurangnya menimbulkan rusaknya hubungan persahabatan antarnegeri

atau pemerintah.Ulu kana adalah perjanjian persahabatan antarnegeri baik dalam

usaha mempersatukan negeri yang bersangkutan maupun sebagai penyelesaian

dari suatu perang.Jika pappasang dilanggar, sanksinya terbatas dalam negeri yang

bersangkutan.Akan tetapi, kedua-duanya mempunyai akibat yang berpengaruh

kepada yang bersangkutan turun-temurun.

Oleh karena itu, baik panngajak maupun pappasang termasuk pappasang

yang termuat di dalam ulu kana sengaja diangkat di sini dengan alasan bahwa apa

yang terkandung di dalamnya pasti sesuatu yang menunjukkan nilai-nilai.

Lontarak Makassar berbicara kepada kita, cerita-cerita rakyat bertutur, dan kelong

berdendang menyampaikan berbagai-bagai pesan.Jika hal itu dikaji dan diresapi

lebih dalam, kita dapat menemukan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di

dalamnya yang hidup di kalangan masyarakat Makassar.

Menurut Basang (dalam Rahim, 2018:15) kesussastraan Makassar terbagi

menjadi tiga, yaitu: puisi, prosa, dan bahasa berirama.

a. Puisi

Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang berarti

membuat atau poesis yang berarti “pembuatan”.Dalam bahasa Inggris disebut

dengan poem atau poetry.Puisi berarti pembuatan karena menulis puisi berarti

telah menciptakan sebuah dunia.Menurut Hutson (dalam Rahim, 2018: 15) puisi

14

adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium

penyampain untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang

menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan

pelukisnya.Dengan demikian, sebenarnya, puisi merupakan ungkapan batin dan

pikiran penyair dalam melahirkan sebuah dunia berdasarkan pengalaman batin

yang digelutinya.

Ada beberapa hal penting yang tersirat dalam pengertian puisi itu, yakni;

1) Puisi merupakan ungkapan pemikiran gagasan ide dan ekspresi

penyairnya.

2) Bahasa puisi bersifat konotatif, simbolis dan lambang karena itu penuh

dengan imaji, metafora,khias, dengan bahasa piguratif yang ekstetis.

3) Penyusunan larik-larik puisi yang memanfaatkan pertimbangan bunyi

dan rima semaksimalnya.

4) Dalam penulisan puisi terjadi pemadatan kata dengan berbagai bentuk

kekuatan bahasa yang ada.

5) Sedang unsur pembangun puisi yang mencakup unsur batin dan lahir

puisi membangun kekuatan yang padu.

6) Bahasa puisi tidak terikat oleh kada kebahasaan umumnya, karena itu,

dia memiliki kebebasan untuk menyimpan kaidah kebahasaan yang ada,

biasanya disebut dengan lisencia poetica.

Menurut Rimang(2011:31),“Puisi merupakan sebuah olahan pikiran

seseorang, kehadiran puisi dalam menyampaikan pesan kepada orang lain

untuk diberi makna sangat manjur”. Ketika seseorang sedang sedih, sedang

15

jatuh cinta dan lain sebagainya orang yang kaya dengan imajinasi tentu puisi

adalah alatnya. Pada puisi terkadang mengandung beberapa unsur ekstrinsik

berikut aspek pendidikan, aspek sosial budaya, aspek sosial masyarakat,

aspek politik, aspek ekonomi, aspek adat dan sebagainya.

Puisi termasuk salah satu bentuk karya sastra, Karya sastra merupakan

bentuk komunikasi antara sastraawan dengan pembacanya.Puisi merupakan

keterarahan pesan demi pesan kepada penciptanya Roman Jacobson (Teeuw

2017:21).Apa yang ditulis sastrawan dalam karya sastranya adalah suatu yang

ingin diungkapkan pada pembaca.Pada penyampaian idenya tersebut

sastrawan tidak bisa dipisahkan dari latar belakang dan lingkungannya. Puisi

sebagai bentuk komunikasi sastra tidak dapat terlepas dari peranan pengarang

sebagai pencipta sastra.

b. Puisi Makassar

Menurut Basang(1997:14), Penggolongan puisi dalam kesusastraan Makassar

antara lain;

1) Doangang

2)Paruntuk kana

3)Kelong

4)Pakkiok bunting

5)Dondo

6)Aru

7)Rapang

16

c. Prosa

Prosa merupakan karya sastra yang berbentuk karangan atau cerita bebas,

tidak terikat oleh rima (bunyi yang berlangsung/berulang di dalam/akhir larik),

irama, dan kemerduan bunyi (meliputi euphony/menggambarkan keriangan,

cacophony/bernuansa ketertakanan batin,kebekuan dan kesedihan,

nomatope/sugesti suara yang sebenarnya).Prosa juga memaparkan pemikiran dan

perasaan melalui bentuk paragraf demi paragraf.

Prosa merupakan bentuk seni sastra yang diuraikan dengan menggunkan

bahasa yang bebas dan cenderung tidak terikat oleh irama, diksi, rima, kemerduan

bunyi atau kaidah serta pedoman kesusastraan lainnya.Jenis tulisan prosa biasanya

digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya prosa bisa

digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai

jenis media lainnya. Prosa dibagi kedalam empat jenis, yaitu prosa naratif, prosa

deskiptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif. (Kurniawan: 2019).

d. Prosa Makassar

Menurut Basang(1997:61), Penggolongan prosa dalam kesusastraan Makassar

ialah;

1) Rupama (dongeng)

2) Pau-pau (ceritera)

3) Patturioloang (uraian silsilah)

4) Lontarak bilang

5) Kittak (sastra kitab)

17

e. Bahasa berirama

Menurut Basang(1997:71), Penggolongan bahasa berirama dalam

kesusastraan Makassar ialah;

1) Royong

Menurut Mattes (dalam Basang, 1997:71), Royongsejenis nyanyian

untuk anak-anak kecil (bayi) selama empat puluh hari pertama sesudah

kelahirannya.Royong itu disebut juga pakjapa daengsesuai dengan

permulaan lagu itu, juga biasa disebut turinaung ataupun tironaung yang

berarti melihat dari tempat yang tinggi keummat manusia (terjemahan).

2) Sinrilik

Menurut Basang(1997:73), “Sinrilikialah sejenis bahasa berirama

yang meukiskan suka duka dalam menghadapi hidup dan tantangan

hidup”. Menggambarkan perjuangan dan kepahlawanan.Oleh sebab itu,

kalau dilagukan ada yang cocok diiringi rebab dan ada pula yang tidak.

Menurut (Pradopo:2015),“Sinrilik merupakan jenis sastra lisan yang

berasal dari suku Makassar di Sulawesi Selatan”. Salah satu Sinrilik yang

memiliki kedudukan yang istimewa di antara Sinrilik lainnya adalah

Sinrilik Kappalak Tallumbatua (SKT) karena di dalamnya terdapat

informasi tentang kebesaran raja dan kerajaan Gowa, sikap heroisme,

ajaran moral, adat-istiadat,serta kepercayaan yang merupakan pencerminan

masyarakatnya. Terdapat dua versi cerita, yakni yang dibawakan oleh

pasinrilik yang melek huruf dan yang buta huruf latin, yang ceritanya

menyatukan dalam ikatan kekerabatan (passibijang) tokoh-tokohnya

18

sekaligus juga mempertentangkan tokoh Sultan Hasanuddin, Karaeng Tu

Nisombayya, dan Andi Patunru atau Arung Palakka yang bertujuan sebagai

pelegitimasi kekuasaan.

Karya sastra Makassar cukup memiliki arti dalam kehidupan penutur

bahasa Makassar.Salah satu karya sastra diantara sekian banyak karya

sastra adalah Sinrilik. Jadi, “Sinrilik adalah karya sastra Makassar yang

berbentuk prosa yang cara penyampainnya dilagukan secara berirama baik

dengan menggunakan alat musik maupun tanpa alat musik”. Pada

umumnya Sinrilik dilantunkan oleh seorang pria, bisa diiringi alunan alat

musik dan bisa juga tidak.Hingga saat ini, masih dipelihara dan diminati

oleh manyarakat Makassar.Meskipun karya sastra ini diminati oleh

masyarakat, namun orang yang dapat melagukannya atau membacakannya

sudah sangat terbatas.Oleh karena itu, karya sastra jenis ini perlu mendapat

pembinaan agar tetap lestari.

Menurut Rahim(2018:17) Orang yang membaca Sinrilik disebut

PasinrilikSeorang Pasinrilik diharapkan memahami betul teks narasi yang

akan disampaikannya bahkan menghafalnya diluar kepala, sehingga

Pasinrilik sejatinya dituntut mempunyai daya ingat yang kuat dan

kemampuan berimprovisasi yang baik. Dia sebaiknya pandai memainkan

tinggi rendahnya suara atau inotasi nada yang dikeluarkannya, bahkan bila

perlu diikuti oleh bahasa tubuh yang pas sehingga audiens atau pendengar

dapat benar-benar hanyut dalam suasana dari cerita yang disajikan.Selama

itu pula, seorang Pasinrilik wajib memiliki kemampuan dalam mengontrol

19

kata-kata yang dikeluarkannya dan menjaga agar tidak ada pihak-pihak

dari pendengar yang merasa dirugikan atau dilecehkan. Memang seni

Sinrilik hanyalah semata-mata menuturkan sebuah kisah saja, semangat

patriotic, serta hal hal yang menyangkut kebudayaan manusia dan

masyarakat, tidak dalam kapasitas menilai atau menghakimi seseorang

tokoh sehingga seharusnya dapat terhindar dari masalah ketersingungan

suatu pihak.

Sinrilik pula dapat dikatakan sebagai sebuah seni yang dinamis dan

ceritanya dapat terus dikembangkan, dan juga sangat bergantung pada

kemampuan seorang Pasinrilik dalam membuat gubuhan, sehingga dapat

menghindari kebekuan sautu bentuk cerita. Tak jarang seorang Pasinrilik

tidak mengikuti teks tertulis yang bakumengenai sebuah cerita namun

lebih mengedepankan gaya bahasa dan cara berceritanya sendiri.

Menurut Rahim(2018:18)Sinrilik sebagai salah satu bentuk sastra

lisan, sangat terkait dengan hal-hal sebagai berikut;

1) Pencerita dan penceritaan

2) Kesempatan bercerita

3) Tujuan bercerita

4) Hubungan cerita dengan lingkungannya

5) Jenis cerita yang disampaikan, dan

6) Pendengar.

Berdasarkan isi dancaramelagukannya, Sinrilikdibagi atas dua macam,

yaitu SinrilikPakesok-Kesok dan Sinrilik Bosi Timurung.

20

1. Sinrilik Pakesok-Kesok

Sinrilik Pakesok-kesokadalah Sinrilik yang dilagukan dengan iringan Kesok-

Kesok (rebab).Isinya melukiskan tentang sejarah perjuangan dan kepahlawanan

seorang tokoh.Bunyi Kesok-Kesok(sejenis alat musik gesek) yang mengiringi

Pakesok-kesok/pasinrilik (orang yang memainkan Kesok-Kesok atau melagukan

Sinrilik) harus selaras dengan lagu dan isi serta suasana cerita yang dibawakan.

(Rahim2018:17).

Seiring dengan itu Basang(1997:74), mengatakan bahwa SinrilikPakesok-

kesok melukiskan sejarah perjuangan dan kepahlawanan disela percintaan.Inilah

yang disertai rebab (kesok-kesok).Ini pula rsebabnya dinamai demikian.Pakesok-

kesok, artinya tukang gesek rebab.

Sinrilik Pakesok-kesok melukiskan sejarah perjuangan dan kepahlawanan

disela percintaan.Inilah yang disertai rebab (kesok-kesok).Ini pula sebabnya

dinamai demikian.Pakesok-kesok, artinya tukang gesek rebab.Bunyi rebabnya

harus selaras dengan lagunya dengan ini dan suasana ceritanya.Misalnya kalau

sampai kepada soal jawab antara laki-laki dan perempuan maka pemain harus pula

pandai mengubah-ubah suaranya sesuai dengan soal jawab tadi.Kalau sampai

kepada hal yang melukiskan perjuangan dan kepahlawanan, disinilah biasanya

penonton dengan tak sadar menyingsingkan lengan baju dan membentakkan

kakinya ketanah.Dengan ini dapatlah dikatakan bahwa sinrilik, disamping

membakar semangat perjuangan memberikan pula hiburan.Sekarang sinrilik ini

sedang dibina dan dikembangkan.Sehingga dapatlah didengar melalui siaran

radio.Dengan demikian rakyat makin tertarik dan menaruh perhatian kepadanya.

21

Seorang pasinrilik yang telah banyak berjasa dalam usaha membinan dan

mengambangkan sinrilik ialah M.M. DaengMaggau.Dia telah membukukan

beberapa sinrilikdan memperbaiki beberapa susunan kalimatnya, sehingga lebih

sesuai dengan pergerakan masa.

Bunyi rebabnya harus selaras dengan lagunya dengan ini dan suasana

ceritanya.Misalnya kalau sampai kepada soal jawab antara laki-laki dan

perempuan maka pemain harus pula pandai mengubah-ubah suaranya sesuai

dengan soal jawab tadi.Kalau sampai kepada hal yang melukiskan perjuangan dan

kepahlawanan, disinilah biasanya penonton dengan tak sadar menyingsingkan

lengan baju dan membentakkan kakinya ke tanah.Dengan ini dapatlah dikatakan

bahwa Sinrilik.Disamping membakar semangat perjuangan memberikan pula

hiburan.Sekarang Sinrilik ini sedang dibina dan dikembangkan, sehingga dapatlah

didengar melalui siaran radio.Dengan demikian rakyat makin tertarik dan

menaruh perhatian kepadanya.

2. Sinrilik Bosi Timurung

Sinrilik BosiTimurung kebanyakan melukiskan rasa pilu seseorang oleh karena

nasibnya yang malang, misalnya karena ditinggal kekasih atau kematian suami

dan ditingallah ia sendiri dilamun derita. Basang(1997:73). Oleh sebab itu, kalau

Sinrilik ini dilagukan tidaklah memakai rebab dan tidak pula di tempat ramai

tetapi di tempat yang sunyi dikala orang sekeliling sedang tidur nyenyak.Biasanya

ada dua orang khusus dipanggil untuk membaca dengan lagu yang sedih.Maka

terbayanglah segala kisah yang lampau dikhayalan pendengarnya.Dengan tidak

terasa meneteslah air mata melalui pipinya.Kalau orang mendirikan rumah atau

22

melepaskan nazar, bisa juga dilagukan sinrilik Bosi timurung yang sesuai dengan

hal itu.

Menurut Marwati (2017:5), Sinrilik Bosi Timurung merupakan karya sastra

yang lahir di tanah Makassar Sulawesi Selatan, berupa teks-teks leluhur yang

syarat akan nilai-nilai kearifan. Pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya

melekat erat dalam adat istiadat masyarakat Makassar dalam berperilaku.Sinrilik

Bosi Timurung dalam karya Salmah Djirong ini diharapkan dapat memberikan

sumbangsi yang besar terkait dengan nilai-nilai moral kepada masyarakat dan

generasi muda saat ini.Jadi, dalam upaya penanaman nilai-nilai moral bagi

generasi muda tersebut, dalam penelitian ini mencoba mengidenitifikasi nilai-nilai

moral dalam sinrilik Bosi Timurung karya Salmah Djirong sebagai bentuk

apresiasi warisan leluhur. Bentuk apresisai tersebut dapat diterapkan dalam

pembelajaran sastra di sekolah, sebagai upaya penanaman nilai-nilai moral pada

peserta didik ditinjau dari aspek yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan

diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial dan

hubungan manusia dengan Tuhannya.

Sinrilik Bosi Timurungmerupakan salah satu warisan budaya yang ada

dimasyarakat Galesong yang keberadaanya saat ini jarang sekali dijumpai. Tidak

banyak remaja yang mengetahui apa yang dikatakan Sinrilikdikarenakan

kurangnya rasa ingin tahu dari remaja tersebut, sangat disayangkan karena

Sinrilik ini merupakan warisan budaya yang harus di jaga dan dilestarikan agar

keberadaannya diketahui oleh masyarakat baik yang ada di daerah Galesong

maupun yang ada diluar Galesong. Masyarakat Galesong mempercayai

23

bahwasanya sinrilik Bosi Timurung ini adalah sesuatu kejadian yang ada dimasa

lalu dan akan terjadi dimasa yang akan datang, Sinrilik Bosi Timurung ini biasa

dibacakan oleh petuah-petuah pada saat diadakan acara tertentu saja.

Adapun menurut petuah-petuah yang ada di masyarakat Galesong

beranggapan bahwasanya, Sinrilik BosiTimurung merupakan kejadian atau

amanat serta pesan-pesan yang terkandung dalam Sinrilik BosiTimurung dimasa

lalu yang mereka percayai akan terjadi dimasa yang akan datang. Dan Sinrilik

BosiTimurung ini biasa mereka membacanya pada acara-acara tertentu saja.

4. Makna Pappasang

MenurutSaleh(2017),Pappasang sebagai salah satu bentuk pernyataan yang

mengandung nilai etis dan moral, baik sebagai sistem sosial, maupun sebagai

sistem budaya dalam kelompok masyarakat Makassar.

Dalam Pappasang terkandung ide yang besar buah pikiran yang luhur,

pengalaman jiwa yang berharga, dan pertimbangan-pertimbangan yang luhur

tentang sifat-sifat yang baik dan buruk.

Pappasang sarat dengan makna dan pesan-pesan moral, karena di dalamnya

terkandung nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pedoman hidup, sebagai

pengatur tingkah laku pergaulan dalam masyarakat. Karena itu, perlu adanya

upaya pengkajian secara serius guna mengungkap kembali nilai-nilai luhur yang

terkandung di dalamnya terutama nilai edukatif yang sangat diperlukan untuk

pembinaan karakter generasi sekarang dan generasi yang akan dating.

Pada mulanya Pappasang diucapkan dan dituturkan.Akan tetapi setelah

masyarakat Makassar mengenal tulisan, Pappasang itupun ditulis dengan huruf

24

lontarak di atas daun lontar‟.Karena kemajuan kebudayaan dan peradaban

masyarakat Makassar, akhirnya Pappasang tidak lagi hanya dapat dibaca melalui

daun lontar tetapi sudah dituliskan atau dibukukan.Hal ini dilakukan sebagai

upaya untuk mewariskan kepada generasi muda.

Pemahaman terhadap jenis susastra Pappasang perlu diimplementasikan dan

di sebarluaskan agar ajaran-ajaran moral yang terkandung di dalamnya bukan

hanya menjadi milik generasi nenek moyang kita atau masyarakat pendukungnya,

melainkan juga ajaran tersebut dapat diserap oleh sebagian besar masyarakat,

terutama bagi generasi sekarang dan generasi mendatang.

Pappasang berasal dari bahasa Makassar yaitu kata “pasang” yang berarti

pesan yang harus dipegang teguh dalam masyarakat sebagai amanah, bahkan

merupakan wasiat yang harus dipatuhi dan diindahkan dimanapun seseorang itu

berada. Fachruddin (dalam Syaeba, 2013:5), mengatakan bahwa kalau kita ingkar

terhadap pappasang maka kita mendapat peringatan dari yang maha kuasa yang

dapat berupa kesulitan hidup, bahkan sering malah petaka.Jadi dengan demikian,

pappasang adalah wasiat orang tua kepada anak cucunya sebagai amanah yang

harus dipatuhi dan dilaksanakan.

Pengertian lain dikemukakan Muthalib (dalam Syaeba, 2013:5), yang

berpendapat bahwa pappasang merupakan petuah leluhur, petuah yang lekang

oleh panas, tidak luput oleh hujan yang ada ditanah mandar, petuah leluhur ini

sebagai perekat persatuan dan kesatuan rakyat banyak, mempererat tali

persaudaraan dan kekerabatan, baik yang ada didalam maupun yang ada diluar

wilayah mandar.

25

Sebagai salah satu produk budaya yang sangat diagungkan oleh masyarakat

Mandar, pappasang mampu mengetahui hati dan pikiran yang memerintahkan

supaya manusia dapat menggunakan akal sehatnya. Hal ini dimaksudkan agar

masyarakat berbuat, patuh terhadap peraturan atau normamaupun menjunjung

tinggi moralitas yang kesemuanya diharapkan memberikan semangat hidup dalam

kehidupan sehingga dapat menerjemahkannya kedalam usaha atau amal

perbuatannya.

Makna yang terkandung dalam pappasang adalah petunjuk tentang apayang

mesti, apa yang harus, apa yang boleh dikerjakan, apa yang digalakkan, dan apa

yang dilarang untuk dikerjakan. Kalau kita cermati lebih lanjut pappasang ini

merupakan ajaran moral yang sangat ideal mengenai bagaimana seseorang harus

hidup, menjalin hubungan antara sesame manusia dan menjalin hubungan dengan

pencipta- Nya, Nasruddin (dalam Syaeba, 2013:7).

Jadi tegasnya, Pappasang itu adalah wasiat orang tua kepada cucunya agar

selalu diingat sebagai amanah yang perlu di patuhi dan dilaksanakan atas dasar

percaya diri sendiri disertai rasa tanggung jawab.

5. Semantik

Semantik adalah telaah makna.Semantik menelaah lambang-lambang dan

tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang

lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.Oleh karena itu,

semantik mencakup makna-makna kata, perkembangannya dan perubahannya

(Aswan, 2018: 13).

26

Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk

bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik

dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bahwa semantik itu

adalah bidang studi dalam linguistik yang mepelajari makna atau arti dalam

bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang

makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis berbahasa

fonoligi, pragmatik dan semantik.(Chaer 2009:2).

Semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”.Studi yang

mempelajari makna merupakan bagian linguistik.Seperti halnya bunyi dan tata

bahasa, kompenen makna dalam hal ini juga menduduki tingkat

tertentu.Maksudnya apabila komponen bunyi menduduki pertama, tata bahasa

pada tingkat kedua sedangkan komponen makna menduduki tingkat

terakhir.Hubungan ketiga komponen tersebut karena bahasa pada awalnya

merupakan bunyi-bunyi abstrak mengacu pada lambang-lambang yang memiliki

bentuk dan hubungan yang mengasosiasikan adanya makna.Aminuddin (dalam

Aswan, 2018:14).

Objek studi semantik adalah makna bahasa, Lebih tepatnya lagi, makna

dari satuan-satuan bahasa seperti kata, frase, klausa, kalimat dan wacana.Bahasa

memiliki tataran analisis, yaitu fonologi, morfoligi dan sintaksis maka bagian-

bagian yang mengandung masalah semantik adalah leksikon dan morfologi

(Chaer, 2009: 6).

Ada beberapa jenis semantik, yang dibedakan berdasarkan tataran atau

bagian dari bahasa penyelidikannya adalah leksikon dari bahasa itu, maka jenis

27

semantiknya disebut semantik leksikal. Semantik leksikal dari bahasa lain, maka

jenis semantiknya disebut semantic leksikal. Semantik leksikal ini diselidiki

makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut.Oleh karena itu, maka

yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal.Leksem adalah istilah

yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebut satuan-satuan

bermakna.Istilah leksim ini kurang lebih dapat dipadankan dengan istilah kata

yang lazim digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis, dan yang lazim

didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil (Chaer, 2009: 8).

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu

melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah

beragam. Pateda (Nojeng, 2018:52) menyatakan bahwa istilah makna merupakan

kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada

tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (Nojeng, 2018:52) mengemukakan

bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Selanjutnya,

pendapat dari bapak linguistik Ferdinand de Saussure (Chaer, 1994: 286)

mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki

atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Kridalaksana, (2001: 132) dalam Kamus

Linguistik menjabarkan pengertian makna menjadi;

a. Maksud pembicara

b. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia

atau kelompok manusia.

c. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau

antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya

28

d. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa Bloomfied (Wahab, 1995:40)

mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus

dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi ketika penutur

mengujarnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan

bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan 53 bahasa luar yang

disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling dimengerti.

Makna adalah apa yang diartikan atau apa yang dimaksudkan Ullman

dalam buku mansoer pateda “semantik leksikal” mengatakan, “ada hubungan

antara nama dan pengertian” apabila seseorang membayangkan suatu benda ia

akan segera mengtakan benda tersebut. Inilah hubungan antara timbal balik dan

pengertian, dan inilah makna kata tersebut. Pateda (Aswan, 2018: 16).Secara

umum makna dibedakan menjadi dua, yaitu makna denotative dan makna

konotatssif (Keraf, 2007:29).

a. Makna Denotatif

Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah seperti makna

denotasional yang merupakan kata yang tidak mengandung makna atau

perasaan-perasaan.Makna denotative disebut sebagai makna referensial,

konseptual, dan ideasional karena makna itu merujuk (denote) kepada

suatu referen, konsep atau ide dari suatu referen.Makna denotatif adalah

makna yang disampaikan secara wajar dan eksplisit, Eko (2019:25).

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna

sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata. Misalnya, kata kurus

29

bermakna denotatif yang artinya keadaan tubuh seseorang yang lebih

kecil dari ukuran yang normal„. Kata bunga bermakna denotatif yaitu

bunga yang seperti kita di taman bunga„. Nojeng ( 2018 :55)

b. Makna konotatif

Makna konotatif merupakan makna asosiatif, artinya, makna

tersebuttercipta karena adanya akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan

kriteria tambahan yang dikanakan pada sebuah makna konseptual, Eko

(2019:14).Makna konotatif terkadang berisikan kiasan ataupun makna

yang biasa timbul setelah disusun dalam kalimat dengan nilai-nilai emosi

tertentu.

Makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna

denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari seseorang atau

kelompok yang menggunakan kata tersebut. Misalnya kata kurus pada

contoh di atas, berkonotasi netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang

mengenakkan. Tetapi ramping, yaitu sebenarnya bersinomin dengan kata

kurus itu memiliki konotasi positif, nilai rasa yang mengenakkan,

seseorang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata

kerempeng, yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus dan

ramping, mempunyai konotasi yang negatif, nilai rasa yang tidak enak,

orang akan tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng. Nojeng

(2018 :56).

30

B. Kerangka Pikir

Objek penelitian ini adalah makna pappasang dalam sinrilik bosi

timurung di lingkungan masyarakat Galesong yang termasuk dalam sebuah karya

sastra berjenis bahasa berirama. Penelitian ini terfokus pada sinrilik bosi

timurungyang membahas pada makna pappasang dengan fokus kajian semantik

antara makna denonatif dan makna konotatif.Adapun data yang diperoleh berupa

bahasa berirama yang mengandung makna pappasangyang tergolong dalam sastra

Makassar kemudian dianalisis sehingga menghasilkan temuan.

31

Tabel 2.1 Bagan Kerangka Pikir

SASTRA MAKASSAR

BAHASA BERIRAMA PUISI PROSA

SINRILIK SINRILIK BOSI TIMURUNG

KONOTATIF

MAKNA PAPPASANG

ANALISIS

SEMANTIK

DENOTATIF

TEMUAN

SASTRA

32

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian tentang

riset atau data yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

analisis.Menurut (Saryono2010: 2), Penelitian kualitatif merupakan penelitian

yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan

menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat

dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.

Menurut (Sugiyono2011: 1), metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data

dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan tri-

anggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Sujarweni, 2014:19) menjelaskan bahwa

penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam

tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,

kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan konteks

tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

33

B. Desain Penelitian

Desain penelitian pada hakikatnya merupakan strategi yang mengatur ruang

atau teknis penelitian agar memperoleh data maupun kesimpulan

penelitian.Menurut jenisnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif,

oleh karena, dalam desain penelitian ini harus dirancang berdasarkan pada prinsip

metode deskriptif kualitatif, yang mengumpulkan, mengolah, mereduksi,

menganalisis dan menyajikan data secara objektif dan cenderum menggunakan

analisis.Landasan teori dimanfaatkan sebagai arah agar fokus penelitian sesuai

dengan fakta.Selain itu, landasan teori juga bermanfaat untuk memberi gambaran

umum tentang latar penelitian dan bahan pembahasan hasil penelitian.Pada

penelitian kualitatif tidak bisa diperoleh atau diukur menggunakan prosedur-

prosedur statistic.Penelitian kualitatif sering digunakan sebagai penelitian tentang

kehidupan suatu masyarakat, Sujarweni (2014: 19) data yang dihasilkan pada

penelitian ini adalah data deskriptif berupa teks (dalam bentuk tulisan) yang

menggambarkan nilai pappasang yang terkandung dalam naskah atau teks sastra

lisan Sinrilik Bosi Timurung.

C. Fokus Penelitan

Pada penelitian ini calon peneliti fokus menganalisis makna Pappasang dalam

Sinrilik Bosi Timurung di lingkungan masyarakat Galesongkabupaten Takalar.

34

D. Defenisi Istilah

Setiap istilah mengandung setiap pengertian, namun kita sering salah

menafsirkan istilah tersebut.Untuk mencegah penafsiran tersebut, penulis perlu

memberi pengertian dan batasan atas istilah-istilah yang dipakai dalam judul

penelitian ini, agar ruang lingkup pembahasan dapat diketahui dengan jelas.

Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah:

1. Sinrilik merupakan penggambaran perjuangan baik suka maupun duka

dalam menghadapi hidup.

2. Sinrilik Bosi Timurung merupakan kisah sedih seorang perempuan

yang ditinggal oleh kekasih atau keluarga.

3. Pappasang berasal dari bahasa Makassar yaitu kata “pasang” yang

berarti pesan yang harus dipegang teguh dalam masyarakat sebagai

amanah.

E. Data Dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini merupakan data tertulis berupa kutipan

dari kalimat yang mengandung makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi

Timurung.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah buku Sinrilik Bosi

Timurung karya Misikin Dg. Tongke.

35

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam proses penelitian. Proses

ini menjadi salah satu penentu berjalan lancar atau tidak nya sebuah penelitian.

Apabila pada tahap pengumpulan data tidak berjalan baik maka penelitian itu juga

tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik

pengumpulan data dilakukan dengan carasebagai berikut:

1. Teknik Baca

Teknik baca dilakukan untuk memperoleh data tentang nilai

Pappasang yang terkandung dalam Sinrilik BosiTimurung.

2. Teknik Catat

Teknik catat dilakukan untuk mencatat serta mengumpulkan hasil

bacaan yang menggambarkan nilai Pappasang dalam Sinrilik

BosiTimurung.

Menurut Rafiek (2013: 2) mengkaji sastra berarti menelaah karya sastra

dengan menganalisis dan membahas data-data berupa kutipan kalimat atau

paragraf yang mengandung masalah atau topik yang hendak kita jawab atau

uraikan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan cara mengutip semua teks (dalam

bentuk tulisan) yang dianggap sebagai data yang menggambarkan nilai

Pappasang yang terkandung dalam naskah atau teks sastra lisan Sinrilik

36

BosiTimurung yang disertai dengan penjelasan dari peneliti tentang keterangan

kutipan tersebut.

Teknik anilisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif

kualitatif.

Langkah langkah analisis sebagai berikut:

1. Membaca dengan teliti teksSinrilik BosiTimurung

2. Mengidentifikasi makna Pappasang yang terkandung dalam Sinrilik

BosiTimurung.

3. Mengklasifikasi kutipan Sinrilik BosiTimurung yang mengandung

makana Pappasang.

4. Analisis data yang dilakukan dengan menginterpretasi dan menjelaskan

makna Pappasang yang terkandung dalamSinrilik BosiTimurung.

5. Menarik kesimpulan makna Pappasang yang terdapat dalam teks

Sinrilik BosiTimurung.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pengumpulan data.

2. Melakukan analisis awal bila sudah memperoleh data.

3. Melagukan pendalaman data bila ternyata dalam mengalisis

data, datanya kurang lengkap.

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna pappasang dalam sinrilik

Bosi timurung, makna pappasang yaitu sebuah pesan-pesan atau petuah-petuah

yang terkandung dalam Sinrilik Bosi Timurung, juga bertujuan untuk

menyadarkan masyarakat Galesong yang kebanyakan sudah lupa akan adanya

Sinrilik Bosi Timurungyang mengandung pesan-pesan atau petuah-petuah yang

dulunya sangat di pegang teguh dan sekarang sudah mulai dilupakan seiring

berkembangnya zaman.Sinrilik Bosi Timurung ini merupakan karya sastra klasik

yang di tulis oleh Misikin Daeng Tongke pada tanggal 20 Februari 1975, dengan

segala keterbatasan penulis maka objek dalam penelitian ini bukanlah naskah asli

melainkan salinan dari teks asli naskah Sinrilik Bosi Timurung.

A. Hasil Penelitian

Menurut Saleh (2017), Pappasang sebagai salah satu bentuk pernyataan yang

mengandung nilai etis dan moral, baik sebagai sistem sosial, maupun

sebagaisistembudayadalam kelompokmasyarakatMakassar.Dalam Pappasang terk

andung ide yang besar buah pikiran yang luhur, pengalaman jiwa yang berharga,

dan pertimbangan-pertimbangan yang luhur tentang sifat-sifat yang baik dan

buruk.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti

mengenai Pappasangdalam Sinrilik Bosi timurung yang ada di lingkungan

masyarakat Galesong Kabupaten Takalar, ditemukan hasil sebagai berikut:

38

Data I Hal : 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Nikellaiki manakkuk rikananna tupanritaya, dinging palate, nisuroki

manngukrangi ripanngajarakna Gurua, tani pabbianngaki ia takkaluppa

rimatea. Pasayu ri padatari, nikana-kanai anne niak teknena anjaya, nipuli-

puli panraka ri padatari, tena bedeng gauk tasitungka-tungka. Masarroki ia

gauk tanigaukang masuliki ia kana ki pilanngeri pappasang lakigaukang,

kella-kellataji ia masarro kipakalompo, kikaliangimi ia bori laki kajannangia.

Barang mabajiki ia makkutaknang ri Gurua, nakituntungi kananna

tupanritaya, baji na passuroanga Allahu Taala.

Terjemahan: 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kita diharapkan untuk merindukan nasihat-nasihat para cerdik cendekia,

dingin yang sampai ke tulang, kita diminta untuk mengingat ajaran para guru

ulama, kita tidak dibiarkan untuk melupakan kematian. Yang melalaikan di

padang mahsyar, dikatakanlah bahwa ada kenikmatan di akhirat, akan impaslah

segala kerusakan di padang mahsyar, konon tak ada perbuatan yang tak

terbalaskan. Amat banyak perbuatan yang tak dilakukan, terdengar mahal

perkataan, pesan yang didengar dan akan dilakukan, hanya ambisi dan harapan

yang selalu diutamakan, sementara tempat kekal kita nanti kita kesampingkan.

Semoga ada baiknya kita bertanya kepada para ulama, dan kita ikuti pesan dan

kata-kata para cerdik cendekia, kebaikan segala perintah Allah taala.

39

Makna Denotatif: 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kita diinginkan untuk memegang teguh pada pesan-pesan Guru dan

Senantiasa mengingat mati dan hari akhirat tidak ada perbuatan yang tidak

mempunyai balasan. Sehingga kita dituntut senantiasa melakukan perbuatan yang

sesuai dengan pesan-pesan Guru jika keinginan yang terlalu kita kedepankan

maka terkadang kita lalai dan melupakan tujuan kita sesungguhnya. Sehingga

mungkin kita perlu untuk senantiasa bertanya kepada Guru dan menuntut apa

yang menjadi pesan-pesan Guru, kepada jalan yang di ridhoi oleh Allah.

Makna konotatif: 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data pertama dari enam Pappasang dalam

Sinrilik Bosi Timurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar,

yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut dapat dijelaskan,

bahwa kebaikan atau keburukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah,

menjadi manusia adalah keharusan untuk senantiasa mengingat hari akhir agar

mempersiapkan diri menghadapi kematian. Tetaplah berada di jalan yang benar

sesuai dengan ajaran agama islam. Sebagai manusia sebaiknya mempunyai tujuan

hidup dan keyakinan agar tetap berada pada kebaikan.

Data II Hal : 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Battupi sallang pamallokinna matea. Ala nisaremako pakrisik talomo-lomo,

bussang taklalo-lalo, nakale-kalennu mamo.

40

Terjemahan: 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Bila kelak datang ajal menjemput. Maka akan diberikanlah engkau sakit

tiada taranya, susah yang demikian payahnya, dan tiada seorang pun

menemanimu.

Makna denotatif: 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Akan ada suatu masa dimana kita akan menghadapi kematian, Jangan terlambat

menyesali perbuatan sebab jika sudah merasakan sakitnya sakratul maut maka

pintu taubat sudah tutup.

Makna konotatif: 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data kedua dari enam Pappasang dalam

Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar,

yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut dapat dijelaskan

bahwasanya, dalam hidup kita harus tetap berbuat baik jangan sekali-kali

melakukan suatu tindakan yang melanggar ajaran agama kita yang menjadi

kerugian untuk diri sendiri, cepatlah menyadari kesalahan dan meminta ampunan

kepada Allah Swt, karena sesungguhnya Allah maha pengampun, jangan sampai

kau tidak sempat menyesali perbuatanmu selama hidupmu dan Allah Swt telah

memanggilmu.

Data III Hal : 211 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Ia iannamo tau anngassengi kalenna naasseng tommi antu karaenna.

Kamappilajarakjako numaklalo tamanrapik kamannuntungijako

numasirikmakkutaknang tanu gappami ikau agamana tumakrif billah.

41

Terjemahan: 211 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Barang siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal pula

Tuhannya. Engkau belajar dengan sungguh-sungguh namun tapi tak mencapainya,

mencari tuntunan dan senantiasa bertanya namun tak engkau capai agama

makrifat billah.

Makna denotatif: 211 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Sesungguhnya orang yang mengenal dirinya maka dia juga mengenal

Tuhannya, sehingga kita di tuntut untu senantiasa belajar, bertanya dan menuntut

ilmu ma‟rifat yang di ridhoi Allah.

Makna Konotatif:211 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data ke tiga dari enam Pappasang dalam

Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar,

yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut ialah jika kita

senantiasa melaksanakan perintah dari Allah Swt maka kita akan semakin dekat

olehnya sehingga kita pula diperdekat oleh surga firdausnya. Dan begitupun

sebaliknya jika kita senantiasa selalu melanggar apa yang dia perintahkan maka

sebaliknya pula lah kita akan dijauhkan darinya serta dijauhkan pula dari surga

firdausnya, dan kita sebagai ummat nya kita juga selalu diperintahkan untuk selalu

mencari ilmu kebajikan yang akan menjadi bekal untuk kita menghadap

kedapanya kelak.

42

Data IV Hal : 213 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Nisuro bayarak ngasemmi sallang sikuntu gauk kodina siagang gauk

tamatappakna nampami nakana ilalang ri pakmaikna, okaraeng panrakjak

paeng matejak paleng ri gauk tamatappakku.

Terjemahan: 213 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Akan dibalas kelak segala perbuatan buruknya juga perbuatan ingkarnya

maka barulah ia katakan dalam hatinya, oh Tuhan ternyata celakalah saya mati

dalam keingkaranku.

Makna denotatif: 213 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Akan ada satu waktu perbuatan yang tidak baik dengan perbuatan yang

diridhoi. Kita di tuntut untuk membayarnya dan jangan sampai tibalah masa itu

baru merasakan penyesalan.

Makna Konotatif: 213 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data ke empat dari enam Pappasang dalam

Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar,

yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut ialah akan ada suatu

masa dimana kita akan di kumpulkan pada hari akhir, dan di sana pula lah semua

amalan akan di hitung dan menjadi penentu apakah kita akan masuk ke surga

ataupun sebaliknya kita akan di tempatkan ke dalam neraka bersama orang-orang

yang di siksa karena perbuatannya sendiri, dan itu semua tergantung dari diri kita

sendiri jika kalian mau masuk dalam surga maka perbanyak berbuat baik dan

hindari semua perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt begitupun sebaliknya jika

43

perbuatan burukmu lebih banyak kau akan di tempatkan dengan orang-orang yang

di siksa dalam neraka.

Data V Hal : 214 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Cinikmi anjo tuni nanroa matuwa niaka pare bajikna namajai amalakna

naniak passidakkana. Massare-sarea ritau kamase-masea riana-anak

makukanga mangamaseanga ritau kamase-masea nierang tommi nitesang

nikira-kira nipanaik ritimbangang nabattalanngammo gauk bajikna.

Terjemahan : 214 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Maka lihatlah mereka dalam keadaan baik sebaik perbuatan baiknya dan

banyak pula amalannya serta ada sedekahnya yang memberi pada orang miskin,

anak-anak yatim dan mengasihani orang tak mampu. Dibawa juga mereka pada

timbangan lalu lebih berat perbuatan baiknya.

Makna denotatif: 214 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Lihatlah orang-orang yang diberikan rahmat, yang selalu berbuat baik,

yang memperbanyak amalan, serta rajin bersedekah dan selalu berbagi ke anak

yatim dan yang selalu membantu sesamanya. Pada saat tibalah perhitungan

amalan maka semua perbuatan baiknya yang menjadi penolong bagi dirinya.

Makna Konotatif: 214 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data ke lima dari enam Pappasang dalam

Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar,

yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut adalah kita sebagai

ummat islam dianjurkan untuk sentantiasaberbuat baik dan sentantiasa pula

membantu kesesama ummat islam, serta selalu bebrbagi kepada anak yatim yang

44

membutuhkan bantuan. Karna sebagian harta yang kita miliki ada pula hak untuk

anak yatim, dari perbuatan baik inilah yang dapat menjadi amalan dan bekal untuk

menghadapi hari akhir seupaya diberikan jalan lurus menuju kebahagian

sesungguhnya di hari akhir nanti karena dengan amalan serta perbuatan baik itu

yang menjadi penolong agar dijauhkan dari siksa api neraka.

Data VI Hal : 218 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Aulek anak cucunna adam sombalang mabella dudu nanu sombali borik

tanannulabbakki nukurang bokong nataena modalaknu. Ala nierang mako

mange.

Terjemahan : 218 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Wahai anak cucu adam, pelayaran yang teramat jauhnya kau arungi, negeri

yang tak pernah kau datangi lalu engkau kurang bekal dan modal. Maka

dibawalah engkau ke sana.

Makna denotatif: 218 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Wahai anak cucu Adam, perjalanan panjang yang engkau lalui, negeri

yang belum engkau kenal tidak membawa modal dan bekal.

Makna Konotatif: 218 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data ke enam sekaligus data terakhir dari

enam Pappasang dalam Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat

Galesong Kabupaten Takalar, yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang

tersebut adalah kita di anjurkan untuk selalu mencari dan menuntut apa yang

seharusnya kita cari yang akan menjadi penolong bagi kita untuk menghadap

kepadanya, jangan sampai kita hidup di dunia ini tanpa ilmu jangan sampai kita

45

hidup didunia ini tanpa amalan serta perbuatan baik, sia-sialah kita hidup dinua ini

tanpa memperbanyak bekal sia-sialah kita hidup hanya untuk menikmati

keindahan serta bersenang-senang di dunia. Ingatlah dunia ini hanya sementara

dan marilah senantiasa menuntut ilmu agar kita bisa menjadi orang-orang yang

berilmu.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan di uraikan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil

analisis data penelitian. Uraian berikut ini akan menggambarkan hasil Analisis

Makna Pappasang Dalam Sinrilik Bosi Timurung Di Lingkungan Masyarakat

Galesong Kabupaten Takalar.Penelitian ini difokuskan pada analisis makna

Pappasang dalam Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong

Kabupaten Takalar.

Adapun hasil penelitian dan pembahasannya, sebagai berikut;

Data I Hal : 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Nikellaiki manakkuk rikananna tupanritaya, dinging palate, nisuroki

manngukrangi ripanngajarakna Gurua, tani pabbianngaki ia takkaluppa

rimatea. Pasayu ri padatari, nikana-kanai anne nia teknena anjaya, nipuli-puli

panraka ri padatari, tena bedeng gauk tasitungka-tungka. Masarroki ia gauk

tanigaukang masuliki ia kana ki pilanngeri pappasang lakigaukang, kella-

kellataji ia masarro kipakalompo, kikaliangimi ia bori laki kajannangia.

Barang mabajiki ia makkutaknang ri Gurua, nakituntungi kananna

tupanritaya, baji na passuroanga Allahu Taala.

46

Terjemahan: 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kita diharapkan untuk merindukan nasihat-nasihat para cerdik cendekia,

dingin yang sampai ke tulang, kita diminta untuk mengingat ajaran para guru

ulama, kita tidak dibiarkan untuk melupakan kematian. Yang melalaikan di

padang mahsyar, dikatakanlah bahwa ada kenikmatan di akhirat, akan impaslah

segala kerusakan di padang mahsyar, konon tak ada perbuatan yang tak

terbalaskan. Amat banyak perbuatan yang tak dilakukan, terdengar mahal

perkataan, pesan yang didengar dan akan dilakukan, hanya ambisi dan harapan

yang selalu diutamakan, sementara tempat kekal kita nanti kita kesampingkan.

Semoga ada baiknya kita bertanya kepada para ulama, dan kita ikuti pesan dan

kata-kata para cerdik cendekia, kebaikan segala perintah Allah taala.

Makna denotatif: 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kita diinginkan untuk memegang teguh pada pesan-pesan Guru dan

Senantiasa mengingat mati dan hari akhirat tidak ada perbuatan yang tidak

mempunyai balasan. Sehingga kita dituntut senantiasa melakukan perbuatan yang

sesuai dengan pesan-pesan Guru jika keinginan yang terlalu kita kedepankan

maka terkadang kita lalai dan melupakan tujuan kita sesungguhnya. Sehingga

mungkin kita perlu untuk senantiasa bertanya kepada Guru dan menuntut apa

yang menjadi pesan-pesan Guru, kepada jalan yang di ridhoi oleh Allah.

Makna konotatif: 208 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data pertama dari enam Pappasang dalam

Sinrilik Bosi Timurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar,

yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut dapat dijelaskan,

47

bahwa kebaikan atau keburukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah,

menjadi manusia adalah keharusan untuk senantiasa mengingat hari akhir agar

mempersiapkan diri menghadapi kematian. Tetaplah berada di jalan yang benar

sesuai dengan ajaran agama islam. Sebagai manusia sebaiknya mempunyai tujuan

hidup dan keyakinan agar tetap berada pada kebaikan.

manusia sebaiknya tetap menjaga kepercayaan serta keyakinan yang menjadi

petuah sejak dulu ada dilingkungan sekitar kita, serta selalu mencari apa yang

harus dicari dan dijadikan bekal untuk hari akhir. Ini bertujuan agar kita tidak

salah langkah dalam menjalani hidup serta dapat menyadarkan kita untuk lebih

mengutamakan akhirat dari pada kehidupan sementara (duniawi).

Makna yang terkandung dalam pappasang adalah petunjuk tentang apa yang

mesti, apa yang harus, apa yang boleh dikerjakan, apa yang digalakkan, dan apa

yang dilarang untuk dikerjakan. Kalau kita cermati lebih lanjut pappasang ini

merupakan ajaran moral yang sangat ideal mengenai bagaimana seseorang harus

hidup, menjalin hubungan antara sesame manusia dan menjalin hubungan dengan

pencipta- Nya, Nasruddin (Syaeba 2013:7).

Hasil pertama ini, bisa menjadi acuan untuk masyarakat terkhususnya anak

muda yang ada di Desa Pa‟lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar,

yang sekarang masyarakatnya lebih mementingkan dunia dari pada akhirat. Dan

semoga dengan adanya penelitian ini bisa membuat masyarakat yang ada di Desa

Pa‟lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar dapat kembali bersama-

sama menjaga dan melestarikan Sinrilik Bosi timurung supaya Sinrilik ini bisa

kembali dikenal banyak orang.

48

Data II Hal : 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Battupi sallang pamallokinna matea. Ala nisaremako pakrisik talomo-lomo,

bussang taklalo-lalo, nakale-kalennu mamo.

Terjemahan: 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Bila kelak datang ajal menjemput. Maka akan diberikanlah engkau sakit

tiada taranya, susah yang demikian payahnya, dan tiada seorang pun

menemanimu.

Makna denotatif: 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Jangan terlambat menyesali perbuatan sebab jika sudah merasakan

sakitnya sakratul maut maka pintu taubat sudah tutup.

Makna konotatif: 210 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data kedua dari enam Pappasang dalam

Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar,

yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut dapat dijelaskan

bahwasanya, dalam hidup kita harus tetap berbuat baik jangan sekali-kali

melakukan suatu tindakan yang melanggar ajaran agama kita yang menjadi

kerugian untuk diri sendiri, cepatlah menyadari kesalahan dan meminta ampunan

oleh Allah Swt, karena sesungguhnya Allah maha pengampun, jangan sampai kau

tidak sempat menyesali perbuatanmu selama hidupmu dan Allah Swt telah

memanggilmu.

Sebagai manusia yang hidup di dunia cuma sementara jangan sekali-kali

melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri, perbanyak melakukan

perbuatan baik. Dan jangan sampai terlambat menyesali perbuatan, taubat lah

sebelum pintu taubat di tutup.

49

Makna yang terkandung dalam pappasang adalah petunjuk tentang apa

yang mesti, apa yang harus, apa yang boleh dikerjakan, apa yang digalakkan, dan

apa yang dilarang untuk dikerjakan. Kalau kita cermati lebih lanjut pappasang ini

merupakan ajaran moral yang sangat ideal mengenai bagaimana seseorang harus

hidup, menjalin hubungan antara sesama manusia dan menjalin hubungan dengan

pencipta- Nya, Nasruddin (dalam Syaeba, 2013:7).

Hasil kedua ini bisa menjadi peringatan bagi masyarakat khususnya yang

ada di Desa Pa‟lalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, agar cepat

menyadari perbuatan yang dilarangkan oleh Allah Swt, yang bisa membawanya

kejalan yang penuh banyak siksaan kelak untuk dirinya, tidak ada kata terlambat

bagi mereka yang mau memperbaiki diri.

Data III Hal : 211 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Ia iannamo tau angngassengi kalenna naasseng tommi antu karaenna.

Kamappilajarakjako numallalo tamanrapik kamannuntungijako numasirik

makkutaknang tanu gappami ikau agamana tumakrif billah.

Terjemahan: 211 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Barang siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal pula Tuhannya.

Engkau belajar dengan sungguh-sungguh namun tapi tak mencapainya, mencari

tuntunan dan senantiasa bertanya namun tak engkau capai agama makrifat billah.

Makna denotatif: 211 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

50

Sesungguhnya orang yang mengenal dirinya maka dia juga mengenal

Tuhannya, sehingga kita di tuntut untu senantiasa belajar, bertanya dan menuntut

ilmu ma‟rifat yang di ridhoi Allah.

Makna Konotatif: 211 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data ke tiga dari enam Pappasang dalam

Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar,

yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut ialah jika kita

senantiasa melaksanakan perintah dari Allah Swt maka kita akan semakin dekat

olehnya sehingga kita pula diperdekat oleh surga firdausnya. Dan begitupun

sebaliknya jika kita senantiasa selalu melanggar apa yang dia perintahkan maka

sebaliknya pula lah kita akan dijauhkan darinya serta dijauhkan pula dari surga

firdausnya, dan kita sebagai ummat nya kita juga selalu diperintahkan untuk selalu

mencari ilmu kebajikan yang akan menjadi bekal untuk kita menghadap

kedapanya kelak.

Sebagai manusia kita di tuntut untuk senantiasa mengingat kewajiban serta

tujuan kita sebagai manusia, serta mendekatkan diri dengan pencipta, perbanyak

ilmu tentang agama, serta bertanya kepada ahli agama tentang ilmu ma'rifat yang

dapat memoerdekat hubungan manusia dengan pencipta.

Makna adalah apa yang diartikan atau apa yang dimaksudkan Ullman

dalam buku mansoer pateda “semantik leksikal” mengatakan, “ada hubungan

antara nama dan pengertian” apabila seseorang membayangkan suatu benda ia

akan segera mengtakan benda tersebut. Inilah hubungan antara timbal balik dan

pengertian, dan inilah makna kata tersebut.Pateda (dalam Aswan, 2018: 16).

51

Hasil ke tiga ini masyarakat di perintahkan untuk selalu berbuat kebaikan

yang akan di jadikan bekal nantinya, janganlah sekali kali melanggar apa yang di

perintahkan karena itu bisa membuat hubungan kita dengan Allah Swt akan

semakin jauh.

Data IV Hal : 213 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Nisuro bayarak ngasemmi sallang sikuntu gauk kodina siagang gauk

tamatappakna nampami nakana ilalang ri pakmaikna okaraeng panrakja

paeng mateja paleng ri gauk tamatappakku.

Terjemahan: 213 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Akan dibalas kelak segala perbuatan buruknya juga perbuatan ingkarnya

maka barulah ia katakan dalam hatinya, oh Tuhan ternyata celakalah saya mati

dalam keingkaranku.

Makna denotatif: 213 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Akan ada satu waktu perbuatan yang tidak baik dengan perbuatan yang

diridhoi. Kita di tuntut untuk membayarnya dan jangan sampai tibalah masa itu

baru merasakan penyesalan.

Makna Konotatif: 213 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data ke empat dari enam Pappasang dalam

Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar,

yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut ialah akan ada suatu

masa dimana kita akan di kumpulkan pada hari akhir, dan di sana pula lah semua

amalan akan di hitung dan menjadi penentu apakah kita akan masuk ke surga

ataupun sebaliknya kita akan di tempatkan ke dalam neraka bersama orang-orang

yang di siksa karena perbuatannya sendiri, dan itu semua tergantung dari diri kita

52

sendiri jika kalian mau masuk dalam surga maka perbanyak berbuat baik dan

hindari semua perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt begitupun sebaliknya jika

perbuatan burukmu lebih banyak kau akan di tempatkan dengan orang-orang yang

di siksa dalam neraka. Maka dari itu marilah sama-sama kita perbanyak berbuat

baik supaya kita semua bisa digambungkan dengan orang-orang yang mukmin,

jangan sampai kita terlambat menyadari dan tidak sempat memohon ampun

kepada Allah Swt.

Segala perbuatan yang kita lakukan baik atau pun buruk, itu semua yang

menjadi penentu bagi kita di hari akhir, cepat lah menyesali kesalahan dan

bertaubat lah, sebelum waktunya jangan sampai menyesal di kemudian hari.

Menurut Marwati (2017:5), Sinrilik Bosi Timurung merupakan karya

sastra yang lahir di tanah Makassar Sulawesi Selatan, berupa teks-teks leluhur

yang syarat akan nilai-nilai kearifan. Pesan-pesan moral yang terkandung di

dalamnya melekat erat dalam adat istiadat masyarakat Makassar dalam

berperilaku.Adapun hasil data yang ditemukan oleh peneliti yang kemudian diolah

dalam pembasan dengan menggunakan pendekatan Makna denotatif disebut juga

dengan beberapa istilah seperti makna denotasional yang merupakan kata yang

tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan.Makna denotative disebut

sebagai makna referensial, konseptual, dan ideasional karena makna itu merujuk

(denote) kepada suatu referen, konsep atau ide dari suatu referen.Makna denotatif

adalah makna yang disampaikan secara wajar dan eksplisit, Eko

(2019:25).Sedangkan Makna konotatif merupakan makna asosiatif, artinya,

makna tersebuttercipta karena adanya akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan

53

kriteria tambahan yang dikanakan pada sebuah makna konseptual, Eko

(2019:14).Makna konotatif terkadang berisikan kiasan ataupun makna yang biasa

timbul setelah disusun dalam kalimat dengan nilai-nilai emosi tertentu.

Data V Hal: 214 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Cinikmi anjo tuni nanroa matuwa niaka parek bajikna namajai amalakna

naniakpassidakkana. Massare-sarea ritau kamase-masea riana-anak

makukanga mangamaseanga ritau kamase-masea nierang tommi nitesang

nikira-kira nipanaik ritimbangang nabattalanngammo gauk bajikna.

Terjemahan: 214 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Maka lihatlah mereka dalam keadaan baik sebaik perbuatan baiknya dan

banyak pula amalannya serta ada sedekahnya yang memberi pada orang miskin,

anak-anak yatim dan mengasihani orang tak mampu. Dibawa juga mereka pada

timbangan lalu lebih berat perbuatan baiknya.

Makna denotatif: 214 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Lihatlah orang-orang yang diberikan rahmat, yang selalu berbuat baik,

yang memperbanyak amalan, serta rajin bersedekah dan selalu berbagi ke anak

yatim dan yang selalu membantu sesamanya. Pada saat tibalah perhitungan

amalan maka semua perbuatan baiknya yang menjadi penolong bagi dirinya.

Makna Konotatif: 214 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data ke lima dari enam Pappasang dalam

Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten Takalar,

yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang tersebut adalah kita sebagai

ummat islam dianjurkan untuk sentantiasaberbuat baik dan sentantiasa pula

membantu kesesama ummat islam, serta selalu bebrbagi kepada anak yatim yang

membutuhkan bantuan. Karna sebagian harta yang kita miliki ada pula hak untuk

54

anak yatim, dari perbuatan baik inilah yang dapat menjadi amalan dan bekal untuk

menghadapi hari akhir seupaya diberikan jalan lurus menuju kebahagian

sesungguhnya di hari akhir nanti karena dengan amalan serta perbuatan baik itu

yang menjadi penolong agar dijauhkan dari siksa apineraka.

Sebagai manusia sebaiknya memperhatikan contoh dari orang-orang yang

di berikan rahmat, yang selalu melakukan perbuatan baik, yang selalu

mengumpulkan amalan, orang orang yang selalu memberikan rezekinya ke anak

yatim, mereka akan mendapatkan balasan yang begitu besar di hari akhir dan

menjadi penolong bagi dirinya dari siksan hari akhir.

Fachruddin (dalam Syaeba,2013:5), mengatakan bahwa kalau kita ingkar

terhadap pappasang maka akan mendapat peringatan dari yang maha kuasa yang

dapat berupa kesulitan hidup, bahkan sering malah petaka. Jadi dengan demikian,

pappasang adalah wasiat orang tua kepada anak cucunya sebagai amanah yang

harus dipatuhi dan dilaksanakan.

Data VI Hal : 218 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Aulek anak cucunna adam sombalang mabella dudu nanu sombali borik

tanannulabbakki nukurang bokong nataena modalaknu. Ala nierang mako

mange.

Terjemahan : 218 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Wahai anak cucu adam, pelayaran yang teramat jauhnya kau arungi, negeri

yang tak pernah kau datangi lalu engkau kurang bekal dan modal. Maka

dibawalah engkau ke sana.

Makna denotatif: 218 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

55

Wahai anak cucu Adam, perjalanan panjang yang engkau lalui, negeri

yang belum engkau kenal tidak membawa modal dan bekal.

Makna Konotatif: 218 pada buku Sinrilik Bosi Timurung.

Kutipan tersebut merupakan data keenam sekaligus data terakhir dari

enam Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung di lingkungan Masyarakat

Galesong Kabupaten Takalar, yang ditemukan. Maksud dari kutipan pappasang

tersebut adalah kita di anjurkan untuk selalu mencari dan menuntut apa yang

seharusnya kita cari yang akan menjadi penolong bagi kita untuk menghadap

kepadanya, jangan sampai kita hidup di dunia ini tanpa ilmu jangan sampai kita

hidup didunia ini tanpa amalan serta perbuatan baik, sia-sialah kita hidup dinua ini

tanpa memperbanyak bekal sia-sialah kita hidup hanya untuk menikmati

keindahan serta bersenang-senang di dunia. Ingatlah dunia ini hanya sementara

dan marilah senantiasa menuntut ilmu agar kita bisa menjadi orang-orang yang

berilmu.

Sebagai keturunan dari Nabi Adam, kita di tuntut memperbanyak bekal

amalan, jangan sampai sudah tiba saatnya kita di perhadapkan di hari akhir lantas

tidak mempunyai bekal untuk di pertanggung jawabkan

Makna adalah apa yang diartikan atau apa yang dimaksudkan Ullman

dalam buku mansoer pateda “semantik leksikal” mengatakan, “ada hubungan

antara nama dan pengertian” apabila seseorang membayangkan suatu benda ia

akan segera mengtakan benda tersebut. Inilah hubungan antara timbal balik dan

pengertian, dan inilah makna kata tersebut.Pateda (dalam Aswan, 2018: 16).

56

Demikian lah pembahasan dari hasil penelitian makna Pappasang dalam

Sinrilik Bosi Timurung yang ada di lingkungan masyarakat Galesong Kabupaten

Takalar. Dari kutipan pertama hingga akhir,dapat disimpulkan bahwasanya dalam

Sinrilik Bosi Timurungini mengandung pesan atau amanat yang menyuruh kita

senantiasa untuk memperbanyak amalan dan berbuat baik dalam menjalani hidup

di dunia yang hanya bersifat sementara dan dijadikan bekal untuk kita menghadap

kepada Allah Swt di hari akhir nanti, serta kita juga diajak untuk cepat menyadari

bahwasanya ada kehidupan yang kekal kehidupan yang penuh banyak kebahagian

melampaui kebahagian yang ada di dunia. Sehingga kita dituntut untuk mengejar

dan mengutamakan akhirat dari pada dunia, karena jika lebih mengutamakan

akhirat maka percayalah duania akan mengikuti.

Besar harapan penulis untuk masyarakat yang ada di Desa Pa‟lalakkang

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, agar kembali dapat melestarikan Sinrilik

Ini yang menjadi budaya sejak dulu, karena keberadaan Sinrilik ini sudah

memprihatinkan dan sudah banyakmasyarakat yang tidak tahu apa dan bagaimana

bentuk dari sinrilik itu, padahal Sinrilik ini bisa menjadi pengingat untuk

senantiasa melakukan perbuatan baik dan memperbanyak amalan, dan semoga

dengan adanya penelitian ini masyarakat khusunya anak muda yang menjadi

generasi penerus dapat mengumpulkan kembali semangat serta kemampuan

literasinya agar sinrilik ini bisa dilestarikan dan kembali dikenal banyak orang

khususnya masyarakat yang ada di Galesong Kabupaten Takalar.

57

C. Temuan

Objek penelitian ini adalah makna pappasang dalam sinrilik bosi timurung

di lingkungan masyarakat Galesong yang termasuk dalam sebuah karya sastra

berjenis bahasa berirama. Penelitian ini terfokus pada sinrilik bosi timurung yang

terbatas pada makna pappasang dengan fokus kajian semantik antara makna

denonatif dan makna konotatif.Adapun data yang diperoleh sebanyak 6 data

berupa bahasa berirama yang mengandung makna pappasangyang tergolong

dalam sastra Makassar.

Hasil anlisis makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung ditemukan 6

data makna pappasang yang masing-masing terdapat pada halaman

208,210,211,213,214,218 yang disertai terjemahan, makna denotatif, dan makna

konotatif.

Pada data pertama terdapat pada halaman 208, peneliti menemukan makna

Pakpakaingak (pengingat) untuk senantisa bertanya para cerdik cendekia untuk

selalu meningat hari akhir, pada data kedua terdapat pada halaman 210, peneliti

menemukan makna Pakpakaingak (pengingat) bahwasanya kelak ada masa

dimana ajal pasti akan menjemput dan tidak ada toleransi untuk kita memperbaiki

diri, pada data ketiga pada halaman 211, peneliti menemukan makna

pakpaissengang (Pemberitahuan) bahwasanya barang siapa yang mengenal

dirinya maka ia mengenal Tuhannya. Pada data keempat pada halaman 213,

peneliti menemukan makna Pakpakaingak (Pengingat) bahwasanya semua

perbuatan yang dilakukan di muka bumi selama hidup akan dibayar kelak dihari

58

akhir, pada data kelima terdapat pada halaman 214, peneliti menemukan makna

pakpaissengang (Pemberitahuan) bahwasanya kita sebagai manusia diharuskan

untuk memperbanyak berbuat baik agar kelak pada hari akhir amal baik kita lebih

banyak dari pada amal buruk. Pada data keenam terdapat pada halaman 218,

peneliti menemukan makna Pakpaissengang (Pemberitahuan) bahwasanya kita

sebagai anak cucu adam sebelum kita beranjak dari satu tempat ketempat lain

untuk senantiasa memperbanyak bekal.

Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu seperti yang telah

dipaparkan pada BAB II, maka perbedaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya sebagai berikut:

Widyanti Saputri (2017) yang berjudul “nilai moral dalam sinrilik bosi

timurung karya salma djirong”. Ia menemukan tiga nilai moral, yaitu nilai moral

yang menyangkut hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia

dengan manusia lain dalam lingkup sosisal, hubungan manusia dengan Tuhannya.

Meskipun penelitian ini memiliki kesamaan dalam objek penelitian namun

penelitian ini menunjukkan perbedaan dari hasil analisis peneliti, dalam penelitian

ini peneliti menemukan enam makna pappasang dalam sinrilik Bosi Timurung.

Lewa (2015) yang berjudul “ sinrilik kappalak tallumbatua: suntingan

teks, nilai-nilai, fungsi, dan resepsinya”. Ia menemukan bahwa sinrilik tersebut

digunakan sebagai alat untuk melegetimasi dan menyatukan budaya, suku, raja

dan kerajaan serta kekuasaan yang telah menempatkan tokoh sultan Hasanuddin

dan Arung palakka sebagai tokoh dan pahlawan dalam pikiran masyarakat

59

Makassar. Meskipun penelitian ini memeliki kesamaan dalam objek penelitian ini

yaitu Sinrilik. Namun penelitian ini menunjukkan perbedaan pada nilai

analisisnya, yaitu dalam penelitian ini terfokus pada analisis makna pappasang

yang menemukan enam makna pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung.

Rahim (2018) “nilai-nilai sosial dalam sinrilik kappalak tallumbatua”. Ia

menemukan lima nilai sosial yang ada dalam Sinrilik Kappalak Tallumbatua.

Meskipun penelitian ini memliki kesamaan dalam objek penelitian yaitu Sinrilik.

Namun perbedaan dari penelitian ini merajuk pada nilai analisisnya yaitu dalam

penelitian ini terfokus pada analisis makna pappasang dengan hasil temuan enam

makna pappasang dalam sinrilik Bosi Timurung.

59

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap makna Pappasang

dalam Sinrilik BosiTimurung di lingkungan Masyarakat Galesong Kabupaten

Takalar. Sinrilikmerupakan salah satu karya sastra daerah Makassar yang berupa

nyanyian yang perlu dikaji dalam usaha pelestarian karya sastra, khususnya sastra

lisan Suku-Makassar.Sinrilik dipandang penting untuk dibahas karena merupakan

suatu bentuk sastra yang hidup dalam masyarakat Makassar.Penelitian tentang

Sinrilik sepanjang yang diketahui belum dilaksanakan secara menyeluruh.

Hasil anlisis makna Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung ditemukan 6

data makna pappasang yang masing-masing terdapat pada halaman

208,210,211,213,214,218 yang disertai terjemahan, makna denotatif, dan makna

konotatif.

Terdapat 6 data yang ditemukan peneliti dalam menganalisis makna

Pappasang dalam Sinrilik Bosi Timurung karya Misikin Dg.Tongke, dalam data

pada halam 208, 210, dan 213 pada buku Sinrilik Bosi Timurung Karya Misikin

Dg. Tongke peneliti menemukan makna berupa makna Pakpakaingak (pengingat)

dalam makna ini senantiasa memberikan peringatan untuk selalu mengingat yang

namanya kematian dan diharapkan untuk selalu bertanya kepada cerdik cendekia.

Sedangkan pada halaman 211,214 dan 218 pada Sinrilik Bosi Timurung karya

Misikin Dg. Tongke, peneliti menemukan makna berupa makna Pakpaissengang

(pemberitahuan) maksud dari makna ini senantiasa memberitahukan pada kita

60

sebagai ummat manusia untuk mengenal tuhan serta memperdekat hubungan kita

kepada tuhan, sebagai manusia untuk senantiasa memperbanyak amal serta bekal

untuk hari akhir.

B. Saran

Masih banyak kemungkinan-kem ungkinan makna pappasang yang terdapat

dalam sinrilik bosi timurung, namun dengan segala keterbatasan peneliti hanya

menemukan 6 data makna pappsang. Untuk itu peneliti memberi kesempatan

kepada siapa saja untuk melengkapi penelitian-penelitian selanjutnya.

Analisis terdapat di dalam makna Pappasang dalam Sinrilik

BosiTimurungmenggunakan kajian semantik tersebut, tentunya masih dapat dikaji

menggunakan pendekatan serta pembahasan yang berbeda. Oleh sebab itu, pada

penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan pendekatan dan cara analisis

yang berbeda. Hal ini penelitian juga mampu memberi manfaat bagi para pembaca

dan mengembangkan ilmu sastra dan pengetahuan masyarakat tentang makna

Pappasang dalam Sinrilik BosiTimurung dapat semakin luas.

Adapun penelitian yang telah dilakukan peneliti terhadap Sinrilik Bosi

Timurung sebenarnya masih banyak kekurangan maka dari itu penulis sangat

mengharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk memperbanyak referensi terkait

kajian semantik.

DAFTAR PUSTAKA

Annisha.2019. Perjuangan Tokoh Utama dalam Novel Bukan Satu Mata. Karya

Atun Wardatun. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Malang.

Aswan, Muhammad. 2018. Kearifan lokan makna simbolik perahu sandek pada

tradisi masyarakat mandar (tinjauan semantik). Skripisi tidak

diterbitkan.Fakultas Pendidikan dan Keguruan.Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Aulia, Sri. 2017. Kemampuan Menulis Puisi Baru Dalam Bahasa Makassar Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 2 Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.Skripsi

Universitas Negeri Makassar.

Basang, Djirong. 1997. Taman Sastra Makassar.Makassar.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model,

Teori dan aplikasi. Yogyakarta: CAPS.

Eko.2019. Strategi ampuh memahami makna puisi.Cirebon: Eduvision.

Fitriani, 2019.Nilai-nilai sosial budaya dalam pappasang turiolo

makassar..Skripisi tidak diterbitkan.Fakultas Pendidikan dan

Keguruan.Universitas Muhammadiyah Makassar.

Haslinda. 2019. Kajian Apresiasi Prosa Fiksi Berbasis Kearifan Lokal Makassar.

Makassar. Berkah Utami

Jhon W. Creswell, 2007. Research Design Pendekatan Kualitatif, kuantitatif dan

mixed, (yogyakarta: pustaka pelajar, 2013), hal. 4-5.

KBBI. 2016. Edisi Ke-V. Jakarta: Balaipustaka.

Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Lewa, Indriati. 2015. Sinrilik Kappalak Tallumbatua: Suntingan teks, Nilai-nilai,

Fungsi, dan Resepsinya. Disertasi tidak diterbitkan. Universitas Gajah

Mada.

Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nojeng, Asis 2018,kajian nilai syair royong dan relevansinya dengan

pembelajaran muatan local, Disertasi diterbitkan program pascasarjana

Universitas Negeri Makassar:

Nurfadillah, 2019.Analisis Genetika Sosial Sastra Dalam Novel Anak-Anak

Angin Karya Bayu Adi Persada.).Skripisi tidak diterbitkan.Fakultas

Pendidikan dan Keguruan. Universitas Muhammadiyah Makassar:

Makassar.

PradopoRachmat Djoko. 2015. Sinrilik Kappalak Tallumbatua: Suntingan Teks,

Nilai-Nilai, Fungsi, Dan Resepsinya.

http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/84202

Rahim, Abdul rahman. 2018. Nilai-Nilai sosial dalam sinrilik kappalak

tallumbatua. Skripisi tidak diterbitkan.Fakultas Pendidikan dan Keguruan.

Universitas Muhammadiyah Makassar:

Rafiek. 2013. Pengkajian sastra. Bandung: Rafika Aditama.

Ramadani, Nurfitrah (2018) Analisis Nilai Moral dalam Sinrilik Kappalak

Tallumbatua.http://eprints.unm.ac.id/9476/

Rasyid, Abdul. 2014. Kearifan Lokal Dalam Sastra Makassar.

Rimang, Siti Suwadah 2011.Kajian Sastra Teori dan Praktik. Yogyakarta: Aura

Pustaka.

Saleh, Nur alam. 2017. Nilai-nilai budaya dalam pappasang turiolo. Jurnal Sastra

Daerah Makassar.

Saryono.dkk. 2010.Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang

Kesehatan.Yogyakarta. Nuha Medika.

Solichah.2019. Solidaritas Pengikut Ahmadiayah dalam Novel Maryam.Karya

Okky Madasari. Kajian Sosiologi Sastra. Jurnal Sastra Indonesia

Yogyakarta.

Sukma.2018. Makna ungkapan kabhanti pada masyarakat wangi-wangi di

kabupaten wakatobi provinsi Sulawesi tenggara (tinjauan semantik).Skripsi

tidak diterbitkan.Fakultas Pendidikan dan Keguruan.Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Sujarweni, Wiratna. 2014. Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru pers

Syaeba, M. 2013. Budaya Mandar Pappasang Hubungannya dengan Pembinaan

Moral Masyarakat. Jurnal Pepatusdu. 1-11

Teeuw. A. 2017. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Dunia Pustaka Jaya

Widyanti &Marwati.2017. Nilai Moral Dalam Sinrilik Bosi Timurung Karya

salmahDjirong.http://ojs.uho.ac.id/index.php/BASTRA/article/view/2399/17

36

Yusniar, 2019.Aspek feminisme tokoh suad dalam novel aku lupa bahwa aku

perempuan karya abd qhuddus. Skripsi tidak diterbitkan.Fakultas

Pendidikan dan Keguruan. Universitas Muhammadiyah Makassar:

L

A

M

P

I

R

A

N

KORPUS DATA

No Transliterasi Terjemahan Makna denotatif Makna konotatif sumber

/1. Nikellaiki

manakkuk

rikananna

tupanritaya,

dingingpalate,

nisuroki

manngukrangi

ripanngajarakna

Gurua, tani

pabbianngaki ia

takkaluppa rimatea.

Pasayu ri padatari,

nikana-kanai anne

niak teknena

anjaya, nipuli-puli

panraka ri

padatari, tena

bedeng gauk

tasitungka-tungka.

Masarroki ia gauk

tanigaukang

Kita diharapkan

untuk

merindukan

nasihat-nasihat

para cerdik

cendekia,

dingin yang

sampai ke

tulang, kita

diminta untuk

mengingat

ajaran para guru

ulama, kita

tidak dibiarkan

untuk

melupakan

kematian. Yang

melalaikan di

padang

mahsyar,

dikatakanlah

bahwa ada

kenikmatan di

akhirat, akan

impaslah segala

kerusakan di

padang

mahsyar, konon

Kita diinginkan

untuk memegang

teguh pada pesan-

pesan Guru dan

Senantiasa

mengingat mati

dan hari akhirat

tidak ada

perbuatan yang

tidak mempunyai

balasan. Sehingga

kita dituntut

senantiasa

melakukan

perbuatan yang

sesuai dengan

pesan-pesan Guru

jika keinginan

yang terlalu kita

kedepankan maka

terkadang kita

Kutipan tersebut

merupakan data

pertama dari

enam Pappasang

dalam Sinrilik

Bosi Timurung di

lingkungan

Masyarakat

Galesong

Kabupaten

Takalar, yang

ditemukan.

Maksud dari

kutipan

pappasang

tersebut dapat

dijelaskan, bahwa

kebaikan atau

keburukan pasti

akan

mendapatkan

Naskah

Sinrilik

Bosi

Timurung

Halaman :

208

masuliki ia kana ki

pilanngeri

pappasang

lakigaukang, kella-

kellataji ia masarro

kipakalompo, ki

kaliangimi ia bori

laki kajannangia.

Barang mabajiki ia

makkutaknang ri

Gurua,

nakituntungi

kananna

tupanritaya, baji na

passuroanga Allahu

Taala.

tak ada

perbuatan yang

tak terbalaskan.

Amat banyak

perbuatan yang

tak dilakukan,

terdengar mahal

perkataan,

pesan yang

didengar dan

akan dilakukan,

hanya ambisi

dan harapan

yang selalu

diutamakan,

sementara

tempat kekal

kita nanti kita

kesampingkan.

Semoga ada

baiknya kita

bertanya kepada

para ulama, dan

kita ikuti pesan

dan kata-kata

para cerdik

cendekia,

kebaikan segala

perintah Allah

taala.

lalai dan

melupakan tujuan

kita

sesungguhnya.

Sehingga

mungkin kita

perlu untuk

senantiasa

bertanya kepada

Guru dan

menuntut apa

yang menjadi

pesan-pesan

Guru, kepada

jalan yang di

ridhoi oleh Allah.

balasan dari

Allah, menjadi

manusia adalah

keharusan untuk

senantiasa

mengingat hari

akhir agar

mempersiapkan

diri menghadapi

kematian.

Tetaplah berada

di jalan yang

benar sesuai

dengan ajaran

agama islam.

Sebagai manusia

sebaiknya

mempunyai

tujuan hidup dan

keyakinan agar

tetap berada pada

kebaikan.

2. Battupi sallang

pamallokinna

matea. Ala

nisaremako pakrisik

talomo-lomo,

bussang taklalo-

lalo, nakale-kalennu

mamo.

Bila kelak

datang ajal

menjemput.

Maka akan

diberikanlah

engkau sakit

tiada taranya,

susah yang

demikian

payahnya, dan

tiada seorang

pun

menemanimu.

.

Akan ada suatu

masa dimana kita

akan menghadapi

kematian, Jangan

terlambat

menyesali

perbuatan sebab

jika sudah

merasakan

sakitnya sakratul

maut maka pintu

taubat sudah

tutup.

.

dalam hidup kita

harus tetap

berbuat baik

jangan sekali-kali

melakukan suatu

tindakan yang

melanggar ajaran

agama kita yang

menjadi kerugian

untuk diri sendiri,

cepatlah

menyadari

kesalahan dan

meminta

ampunan kepada

Allah Swt, karena

sesungguhnya

Allah maha

pengampun,

jangan sampai

kau tidak sempat

menyesali

perbuatanmu

selama hidupmu

dan Allah Swt

telah

memanggilmu

Naskah

Sinrilik

Bosi

Timurung

halaman:

210

3. Ia iannamo tau Barang siapa Sesungguhnya jika kita

senantiasa

Naskah

anngassengi

kalenna naasseng

tommi antu

karaenna.

Kamappilajarakjako

numaklalo

tamanrapik

kamannuntungijako

numasirik

makkutaknang tanu

gappami ikau

agamana tumakrif

billah.

.

yang mengenal

dirinya maka ia

akan mengenal

pula Tuhannya.

Engkau belajar

dengan

sungguh-

sungguh namun

tapi tak

mencapainya,

mencari

tuntunan dan

senantiasa

bertanya namun

tak engkau

capai agama

makrifat billah.

orang yang

mengenal dirinya

maka dia juga

mengenal

Tuhannya,

sehingga kita di

tuntut untu

senantiasa

belajar, bertanya

dan menuntut

ilmu ma‟rifat

yang di ridhoi

Allah.

melaksanakan

perintah dari

Allah Swt maka

kita akan semakin

dekat olehnya

sehingga kita

pula diperdekat

oleh surga

firdausnya. Dan

begitupun

sebaliknya jika

kita senantiasa

selalu melanggar

apa yang dia

perintahkan maka

sebaliknya pula

lah kita akan

dijauhkan darinya

serta dijauhkan

pula dari surga

firdausnya, dan

kita sebagai

ummat nya kita

juga selalu

diperintahkan

untuk selalu

mencari ilmu

kebajikan yang

akan menjadi

bekal untuk kita

menghadap

Sinrilik

Bosi

Timurung

halaman :

211

kedapanya kelak

4. Nisuro bayarak

ngasemmi sallang

sikuntu gauk

kodina siagang

gauk tamatappakna

nampami nakana

ilalang ri

pakmaikna,

okaraeng panrakjak

paeng matejak

paleng ri gauk

tamatappakku.

Akan dibalas

kelak segala

perbuatan

buruknya juga

perbuatan

ingkarnya maka

barulah ia

katakan dalam

hatinya, oh

Tuhan ternyata

celakalah saya

mati dalam

keingkaranku.

.

Akan ada satu

waktu perbuatan

yang tidak baik

dengan perbuatan

yang diridhoi.

Kita di tuntut

untuk

membayarnya

dan jangan

sampai tibalah

masa itu baru

merasakan

penyesalan.

akan ada suatu

masa dimana kita

akan di

kumpulkan pada

hari akhir, dan di

sana pula lah

semua amalan

akan di hitung

dan menjadi

penentu apakah

kita akan masuk

ke surga ataupun

sebaliknya kita

akan di tempatkan

ke dalam neraka

bersama orang-

orang yang di

siksa karena

perbuatannya

sendiri, dan itu

semua tergantung

dari diri kita

sendiri jika kalian

mau masuk dalam

surga maka

perbanyak

berbuat baik dan

hindari semua

perbuatan yang

dilarang oleh

Naskah

Sinrilik

Bosi

Timurung

halaman :

213

Allah Swt

begitupun

sebaliknya jika

perbuatan

burukmu lebih

banyak kau akan

di tempatkan

dengan orang-

orang yang di

siksa dalam

neraka

5. Cinikmi anjo tuni

nanroa matuwa

niaka pare bajikna

namajai amalakna

naniak

passidakkana.

Massare-sarea ritau

kamase-masea

riana-anak

makukanga

mangamaseanga

ritau kamase-masea

nierang tommi

nitesang nikira-kira

nipanaik

Maka lihatlah

mereka dalam

keadaan baik

sebaik

perbuatan

baiknya dan

banyak pula

amalannya serta

ada sedekahnya

yang memberi

pada orang

miskin, anak-

anak yatim dan

mengasihani

orang tak

Lihatlah orang-

orang yang

diberikan rahmat,

yang selalu

berbuat baik,

yang

memperbanyak

amalan, serta

rajin bersedekah

dan selalu

berbagi ke anak

yatim dan yang

selalu membantu

sesamanya. Pada

saat tibalah

kita sebagai

ummat islam

dianjurkan untuk

sentantiasaberbuat

baik dan

sentantiasa pula

membantu

kesesama ummat

islam, serta selalu

bebrbagi kepada

anak yatim yang

membutuhkan

bantuan. Karna

sebagian harta

yang kita miliki

ada pula hak

untuk anak yatim,

dari perbuatan

baik inilah yang

dapat menjadi

Naskah

Sinrilik

Bosi

Timurung

halaman :

214

ritimbangang

nabattalanngammo

gauk bajikna.

mampu.

Dibawa juga

mereka pada

timbangan lalu

lebih berat

perbuatan

baiknya.

.

perhitungan

amalan maka

semua perbuatan

baiknya yang

menjadi penolong

bagi dirinya.

amalan dan bekal

untuk

menghadapi hari

akhir seupaya

diberikan jalan

lurus menuju

kebahagian

sesungguhnya di

hari akhir nanti

karena dengan

amalan serta

perbuatan baik itu

yang menjadi

penolong agar

dijauhkan dari

siksa api neraka

6. Aulek anak

cucunna adam

sombalang mabella

dudu nanu sombali

borik

tanannulabbakki

nukurang bokong

nataena modalaknu.

Ala nierang mako

mange.

Wahai anak

cucu adam,

pelayaran yang

teramat jauhnya

kau arungi,

negeri yang tak

pernah kau

datangi lalu

engkau kurang

bekal dan

modal. Maka

Wahai anak cucu

Adam, perjalanan

panjang yang

engkau lalui,

negeri yang

belum engkau

kenal tidak

membawa modal

dan bekal.

.

kita di anjurkan

untuk selalu

mencari dan

menuntut apa

yang seharusnya

kita cari yang

akan menjadi

penolong bagi

kita untuk

menghadap

kepadanya,

Naskah

Sinrilik

Bosi

Timurung

halaman :

218

dibawalah

engkau ke sana.

jangan sampai

kita hidup di

dunia ini tanpa

ilmu jangan

sampai kita hidup

didunia ini tanpa

amalan serta

perbuatan baik,

sia-sialah kita

hidup dinua ini

tanpa

memperbanyak

bekal sia-sialah

kita hidup hanya

untuk menikmati

keindahan serta

bersenang-senang

di dunia. Ingatlah

dunia ini hanya

sementara dan

marilah

senantiasa

menuntut ilmu

agar kita bisa

menjadi orang-

orang yang

berilmu

FOTO BUKU

M.Yusuf Larigau. Dilahirkan di Takalar pada tanggal 29

April tahun 1998, dari pasangan Larigau dan Hamsinah.

Penulis memulai pendidikan formal di TK Pertiwi pada

tahun 2003 dan tamat pada tahu 2004. Penulis masuk

sekolah dasar pada tahun 2004 di SD Negeri No. 68

Galesong II Kabupaten Takalar dan tamat pada tahun 2010,

penulis masuk sekolah menengah pertama pada tahu 2010

di SMP Negeri 2 Galesong Selatan Kabupaten Takalar dan tamat pada tahun

2013, dan masuk di sekolah menengah atas pada tahun 2013 di SMA Negeri 1

Galesong Selatan Kabupaten Takalar dan tamat pada tahun 2016, penulis

melajutkan jenjang pendidikan ditingkat Universitas pada program Strata 1 (S1).

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai pada tahun

2021.