Analisis Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010 (susenas) Di Wilayah Banten

26
TUGAS MAGRADIKA 55 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010 (susenas) Di Wilayah Banten Ratih Nirahana Sari 1

Transcript of Analisis Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010 (susenas) Di Wilayah Banten

TUGAS MAGRADIKA 55

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2010

(susenas)

Di Wilayah Banten

Ratih Nirahana Sari

1

Sekolah Tinggi Ilmu Statistik

Jakarta 2013

Daftar Isi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar

belakang ......................................

...............................................

3

1.2 Tujuan ......................................

...............................................

.............4

1.3 Manfaat ....................................

...............................................

............4

BAB II

PEMBAHASAN.............................................

.................................................... 5

BAB III

2

PENUTUP

3.1

Kesimpulan .......................................

................................................12

3.2

Saran .................................................

................................................12

DAFTAR

PUSTAKA ...............................................

.........................................14

LAMPIRAN

4.1

Tabel .................................................

...............................................15

4.2 Opini

Penulis ...............................................

....................................18

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan yang dilakukan pemerintah pada

dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

dan kesejahteraan masyarakat setempat. Untuk menyusun

rencana pembangunan dibutuhkan data untuk melihat

bagaimana kondisi masyarakat dan masyarakat mana saja

yang berhak mendapatkan bantuan dalam program

pembangunan. Selain itu, data tersebut juga digunakan

untuk melihat perkembangan dari tahun ke tahun dan

dapat dibandingkan antar wilayah.

Data yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan

diantaranya adalah data mengenai pendidikan, kesehatan,

perumahan, kunsumsi/pengeluaran rumah tangga dan

kebutuhan sosial ekonomi lainnya. Dalam rangka

menyediakan data-data tersebut Badan Pusat Statistik

(BPS) melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas) hampir setiap tahun sejak tahun 1963. Data

hasil Susenas ini juga merupakan data yang sangat

dibutuhkan untuk memenuhi data Millenium Development

Goals (MDG’s).

Susenas merupakan survei yang digunakan untuk

mengumpulkan data sosial kependudukan yang relatif

4

sangat luas. Data yang dikumpulkan antara lain

menyangkut bidang-bidang pendidikan, kesehatan/gizi,

perumahan/lingkungan hidup, kriminalitas, kegiatan

sosial budaya, konsumsi dan pendapatan rumah tangga,

perjalanan, dan pendapat masyarakat mengenai

kesejahteraan rumah tangganya.

Susenas pada tahun 2010 dilaksanakan dengan sampel

sebear 6.688 rumah tangga. Sehingga angka estimasinya

diharapkan dapat diperoleh sampai tingkat

kabupaten/kota. Pelaksanaan lapangan seperti tahun

lalu, dilakukan secara tim yang setiap tim terdiri dari

satu orang Koordinator Tim (Kortim)dan dua orang

pencacah (PCS) yang jumlah keseluruhannya sebanyak 249

orang. Dengan sistem ini diharapkan penyelesaian

lapangan dapat lebih cepat dan kualitas hasil

pencacahan lapangan dapat lebih baik.

1.2 Tujuan

Secara umum tujuan pengumpulan data melalui

Susenas Juli 2010 adalah tersedianya data tentang

kesejahteraan rakyat (Kesra) yang dapat mencerminkan

keadaan sosial masyarakat dalam hal pendidikan,

kesehatan, dan kemampuan daya beli.

Sedangkan secara khusus tujuannya dalah :

5

Tersedianya data pokok tentang kesejahteraan

masyarakat yang sangat dibutuhkan untuk

perencanaan, monitoring, dan evaluasi keberhasilan

pembangunan

Tersedianya data rinci tentang kesejahteraan

anggota rumah tangga seperti, pendidikan,

kesehatan, fertilisasi/KB, dan data kependudukan

menurut golongan umur, jenis kelamin, dan status

perkawinan.

1.3 Manfaat

Mengevaluasi keberhasilan pembangunan ketahanan

pangan (sub sistem konsumsi) pada tingkat nasional

dan wilayah, dengan melihat tingkat kecukupan

pangan dan mutu gizi konsumsi pangan;

Mengevaluasi perkembangan tingkat kemiskinan;

Perencanaan penyediaan pangan untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi penduduk pada kondisi normal

dan hari-hari besar (prognosa kebutuhan pangan

nasional dan wilayah).

Mengetahui estimasi jumlah penduduk rawan pangan,

namun tidak dapat mendeteksi rawan gizi di tingkat

individu

BAB II

6

PEMBAHANSAN

Ada beberapa kriteria yang akan di survei oleh

petugas survei untuk melakukan pengumpulan data pada

program yang diadakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

yaitu Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang

diadakan di Banten dan terakhir pada tahun 2010.

Blok Sensus dan Segmen

Blok sensus adalah bagian dari suatu wilayah

desa/kelurahan yang merupakan daerah kerja dari seorang

pencacah Susenas 2010. Kriteria blok sensus adalah

sebagai berikut:

1. Setiap desa/kelurahan dibagi habis menjadi

beberapa blok sensus

2. Blok sensus harus mempunyai batas-batas yang

jelas/mudah dikenali, baik batas maupun buatan.

Batas satuan lingkungan setempat (SLS) seperti RT,

RW, Dusun, dan lingkungan tersebut diutamakan

sebagai batas blok sensus bila batas SLS tersebut

jelas.

3. Satu blok sensus harus terletak dalam satu

hamparan

Rumah Tangga dan Rumah Tangga Biasa

7

Rumah tangga dalam hal ini dibedakan menjadi dua,

yaitu tumah tangga biasa dan rumah tangga khusus.

1. Rumah tangga biasa : merupakan seorang atau

sekelompok orang yang mendiami sebagian atau

seluruh bangunan fisik/sensus dan biasanya makan

bersama dari satu dapur. Maksud dari makan dari

satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan

sehari-harinya dikelola bersama menjadi satu.

Selain rumah tangga biasa yang terdiri dari bapak,

ibu, dan anak, yang dianggap rumah tangga biasa

antara lain:

a. Seseorang yang menyewa kamar atau sebagian

bangunan sensus dan mengurus makanannya

secara sendiri.

b. Keluarga yang tinggal terpisah di dua

bangunan sensus tapi makannya dari satu dapur

asal, ke dua bangunan sensus tersebut masih

dalam satu segmen.

c. Suatu rumah tangga yang menerima pondokan

dengan makan (indekos) yang pemondoknya

berjumlah kurang dari 10 orang.

d. Pengurus asrama, panti asuhan, lembaga

pemasyarakatan dan sejenisnya yang tinggal

sendiri maupun bersama anak, istri serta

anggota rumah tangga lainnya, makan dari satu

dapur yang terpisah dari lembaga yang

diurusnya.

8

e. Masing-masing orang yang bersama-sama menyewa

kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi

mengurus makanannya sendiri-sendiri.

2. Rumah tangga khusus: yaitu orang-orang yang

tinggal di asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga

pemasyarakatan, rumah tahanan, dan sekelompok

orang yang mondok dengan makan (indekos) dan

berjumlah 10 orang atau lebih tidak dicakup dalam

susenas.

Kesehatan

Sakit adalah menderita penyakit menahun (kronis)

atau gangguan kesehatan yang menyebabkan aktivitas

kerja terganggu. Walaupun seseorang mempunya keluhan

kesehatan (misalnya masuk angin atau pilek) maka ia

dianggap tidak sakit. Imunisasi adalah memasukkan kuman

penyakit yang sudah dimatikan ke dalam tubuh anak

balita dengan cara suntik atau minum dengan maksud agar

terjadi kekebalan terhadap jenis penyakit tertentu pada

tubuh.

Penduduk Banten yang mempunyai keluhan kesehatan

sebanyak 33% dari total penduduk yang berjumlah 10,6

juta orang. Penyakit yang paling banyak dikeluhkan

masyarakat adalah pilek dan batuk yang masing-masing

sekitar 46,24% dan 44,14%. Fasilitas kesehatan yang

9

paling banyak dikunjungi untuk berobat jalan adalah

klinik/praktek dokter sekitas 40,6% dan puskesmas

31,7%. Penolong kelahiran pertama dan terakhir adalah

bidan namun masih banyak yang ditolong oleh dukun

paraji yaitu sekitar 34,5% penolong kelahiran pertama

dan 28,2% penolong kelahiran terakhir. Jumlah balita

yang diberi ASI sekitas 92.2%.

Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting

bagi anak-anak penerus bangsa. Pendidikan merupakan

bekal bagi penerus bangsa untuk mengembangkan

kemampuannya dan untuk meraih cita-cita mereka kelak.

Namun, meskipun pendidikan sangat penting untuk penerus

bangsa, angka kesadaran masyarakat di Indonesia

khususnya banten masih tergolong rendah.

Berikut ini adalah indikasi untuk melakukan suvei

tentang pendidikan pada masyarakat Indonesia khusunya

di Banten:

Sekolah adalah sekolah formal mulai dari

pendidikan dasar, menengah dan tinggi, termasuk

pendidikan yang disamakan.

Tidak atau belum pernah sekolah adalah mereka yang

tidak atau belum pernah sekolah. Termasuk mereka

10

yang tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak yang

tidak melanjutkan ke SD.

Masih bersekolah adalah mereka yang sedang

mengikuti pendidikan di pendidikan dasar, menengah

ataupun tinggi.

Tidak sekolah lagi adalah mereka yang pernah

mengikuti pendidikan tetapi pada saat pencacahan

tidak sekolah lagi.

Jenjanga pendidikan tertinggi yang pernah atau

sedang diduduki adalah jenjang pendidikan yang

pernah diduduki atau ditamatkan oleh seseorang

yang sudah tidak sekolah lagi atau yang sedang

diduduki oleh seseorang yang masih sekolah.

Partisipasi sekolah 7-12 tahun dan 13-15 tahun

sudah cukup besar yaitu 98% dan 81,7%. Sedangkan

partisipasi sekolah 16-18 dan 19-24 masih sangat rendah

yaitu 50,9% dan 11,7%. Penduduk usia 10 tahun keatas

yang tidak memiliki ijazah cukup besar yaitu 22,3%.

Angka ini masih termasuk anak yang masih sekolah SD

yang belum memiliki ijazah atau belum lulus dan

penduduk tua yang belum sempat sekolah. Mayoritas

masyarakat banten hanya lulusan SD dengan persentase

sekitar 29,5%. Sedangkan penduduk usia 10 tahun keatas

yang masih buta huruf cukup rendah yaitu 3,4%, angka

ini didominasi penduduk usia lanjut yang belum sempat

belajar membaca dan menulis.

11

Fertilisasi

fertilitas atau kelahiran adalah istilah demografi

yang mengindikasikan jumlah anak yang dilahirkan hidup

oleh seorang atau sekelompok wanita. Atau dalam

pengertian lain, fertilitas adalah hasil reproduksi

yang nyata dari fekunditas seorang wanita, fekunditas

ini berarti potensi fisik seorang wanita untuk

melahirkan. Natalitas mempunyai arti sama dengan

fertilitas hanya berbeda ruang lungkupnya. Fertilitas

mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk

sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada

perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

Mengenai fertilitas di Banten, sekitar 1 dari 4

wanita dengan status pernah menikah dan melakukan

pernikahannya pada usia muda yaitu 16 tahun kebawah.

Partisipasi wanita menikah dalam ber-KB hanya 62,2%

sedangkan yang drop out KB sebanyak 20,9% dan sisanya

tidak pernah ber-KB. Alat KB yang paling disukai

menurut data survei adalah KB suntik dengan angka

partisipasi sebesar 68,3% dan pil sebesar 19,7%.

Perumahan

Berikut ini adalah indikator untuk mensurvei data

pada setiap rumah:

12

Luas lantai adalah luas lantai yang ditempati dan

digunakan untuk keperluan sehari-hari. Bagian-

bagian yang digunakan bukan untuk keperluan

sehari-hari tidak termasuk dalam penghitungan luas

lantai seperti, lumbung padi, kandang ternak,

jemuran, dan warung (sebatas atap).

Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan

atau penyekat dengan rumah tetangga atau bangunan

lain.

Atap adalah penutup bagian atas suatu bangunan

sehingga orang yang mendiami dibawahnya terlindung

dari teriknya matahari, hujan, dan sebagainya.

Untuk bangunan bertingkat, atap yang dimaksud

adalah bagian teratas dari bagian tersebut.

Berdasarkan indikasi yang tekah disebutkan dan di

jelaskan di ataskepemilikan rumah dengan status milik

sendiri paling banyak yaitu 72,3% dan yang menyewa

maupun kontrak sebanyak 17,7%. Atap yang paling banyak

digunakan adalah genteng yaitu sebanyak 83,2%.

Sedangkan rumah yang berdinding selain tembok masih

tergolong banyak digunakan yaitu 11,9%. Namun luas

kantai di bawah 20 meter persegi cukup sedikit yaitu

8,5%.

Sumber air minum yang paling banyak digunakan adalah

sumur bor atau pompa sekitar 24,9% masyarakat

13

menggunakannya dan rumah tangga harus membeli untuk air

minum sebnayak 45,1%. Sedangkan rumah tangga yang tidak

emiliki fasilitas buang air besar tergolong banyak

yaitu sekitas 23,3% dan masih ada rumah tangga yang

sumber penerangannya tidak berasal dari listrik

melainkan masih menggunakan api, sekitar 2,3 persen

masyarakat masih menggunakannya. Bahan bakar yang

paling banyak digunakan masyarakat adalah gas elpiji

dengan persentase sebesar 63,1% namun yang menggunakan

kayu bakar juga masih banyak yaitu sekitar 29,2%

Konsumsi Rumah Tangga

Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan adalah

rata-rata pengeluaran perorang selama sebulan, baik

untuk makanan maupun nonmakanan tanpa memperhatikan

asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk

kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk

konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha rumah tangga

atau yang diberikan pada pihak lain.

Penduduk banten berdasarkan kelompok pengeluaran

paling banyak pada range 250.000 sampai 325.000 rupiah

yaitu sebanyak 24,5%. Namun rata-rata pengeluaran

perkapita per bulan sebesar 588.549 rupiah. Proporsi

pengeluaran makanan masih lebih besari dari non makanan

yaitu 51,17% dibanding nonmakanan sebesar 48,83%.

14

Konsumpsi makanan yang telah jadi sebesar 14,9%

memberikan konstribusi dalam kelompok setelah beras

yang memiliki persentase sebesar 7,77%. Yang menarik

adalah pengeluaran rokok masyarakat setempat yang

mencapai 6,4%, lebih besar daripada pengeluaran

pendidikan yang hanya 4,43% dan kesehatan yang hanya

2,68%.

Teknologi Informasi

Berdasarkan penguasaan fasilitas teknologi

informasi, rumah tangga di Banten yang memiliki telepon

sebanyak 14,2 persen. Sedangkan rummah tangga yang

memiliki handphone sebanyak 76,3 persen dan yang

memiliki kamputer sebanyak 14,6 persen

Petugas Survei

Pada susenas 2010 masih terdapat berbagai kekurangan

terutaman pada petugas yang melakukan survei ini. Ada

berbagai kendala yang biasa muncul dalam upaya

mendapatkan data akurat dalam Susenas. Hal ini biasa

dijelaskan dengan nilai error yang selalu terjadi yaitu

sampling error dan non sampling error. Namun dalam

pelaksanaannya dilapangan kesalahan yang biasa muncul

menurut sumber terjadinya, ada yang bersumber dari

petugas pencacah dan ada yang bersumber dari

15

respondennya.  Kesalahan yang bersumber dari petugasnya

disebabkan rendahnya SDM(kurang menguasai

konsep/definisi karena pendidikannya rendah, kurang

pandai berkomunikasi dll) dan yang kedua karena moral

hazzard ( petugas tidak mencacah kelapangan, isian

dikarang sendiri, dll). Untuk mengurangi kesalahan yang

bersumber dari petugas lapangan, BPS selaku

penyelenggara kegiatan biasanya mengadakan pelatihan

dan pembinaan moral petugas dan juga melakukan

pengawasan lapangan ketat. 

Sedangkan kesalahan yang bersumber dari responden

bisa disebabkan oleh rendahnya SDM responden sendiri

(kurang memahami pertanyaan petugas, kurang pandai

berbahasa, lupa, atau mungkin pertanyaannya terlalu

sulit sehingga sulit dijawab). Bisa juga bersumber dari

moral hazzard (responden tidak jujur menjawab

pertanyaan, atau menjawab sekenanya). Agaknya kesalahan

yang bersumber dari responden ini yang belum bisa

diatasi oleh BPS selaku penyelenggara kegiatan. Perlu

upaya besar dan kerjasama semua pihak untuk membina

kesadaran statstik masyarakat kita.

16

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit yang paling banyak dikeluhkan masyarakat

adalah pilek dan batuk. Fasilitas kesehatan yang

paling banyak dikunjungi untuk berobat jalan

adalah klinik/praktek dokter.

Paritisipasi sekolah pada masyarakat berbanding

tebalik dengan bertambahnya umur mereka.

Kesadaran masyarakar akan pentingnya program KB

masih belum memuaskan hanya 62,2% dan masih ada

masyarakat yang sama sekali tidak pernah

menjalankan program KB.

17

Persentase konsumsi makanan lebih besar daripada

non makanan. Tetapi konsumsi rokok lebih besar

daripada pengeluaran untuk pendidikan dan

kesehatan.

Masyarakat lebih banyak yang memiliki Hand Phone

daripada telephone dan komputer

Perlu adanya pelatihan bagi pelaksana sensus dan

sosialisasi masyarakat mengenai program Susenas.

3.2 Saran

Agar pada tahun berikutnya program susenas berjalan

lancar dan tidak terdapat kendala dalam melakukan

survei ke beberapa tempat, seharusnya petugas pelaksana

dibekali beberapa pendidikan mengenai cara mensurvei,

menanggapi pertanyaan masyarakat bagaimana cara

berkomunikasi yang baik, agar masyarakat dapat memahami

maksud dari survei tersebut.

Selain diberikan pembekalan yang baik, petugas

survei seharusnya sadar akan tanggung jawab tugasnya

yang diharuskan bekerja dengan baik, jujur, dan

disiplin agar tidak malas untuk mencari data sehingga

memberanikan diri untuk memanipulasi data atau

mengarang hasil tersebut. Padahal hal yang dilakukan

adalah fatal karena data tersebuut akan dikirim ke

pusat untuk ditindak lanjuti. Maka diperlukan kerja

sama yang baik antara petugas dan masyarakat. Untuk

mengurangi kesalahan yang bersumber dari petugas

18

lapangan, BPS selaku penyelenggara kegiatan biasanya

mengadakan pelatihan dan pembinaan moral petugas dan

juga melakukan pengawasan lapangan ketat. 

19

Daftar Pustaka

http://banten.bps.go.id/pdf/1130_Kemiskinan_0711.pdf

http://banten.bps.go.id/pdf/petasosek.pdf

http://banten.bps.go.id/pop4.htm

http://kintelmania.blogspot.com/2010_03_01_archive.html

20

LAMPIRAN

Tabel 1

Berdasarkan tabel di atas, Tangerang merupakan kota

yang penduduknya paling banyak memiliki rumah sendiri

sedangkan Kota Serang memiliki angka yang paling rendah

daripada kota-kota di Banten. Tidak ada penduduk di

daerah lebak yang menempati rumah dinas.

Tabel 2

21

Dari data diatas bahwa Kota Tangerang Selatan memiliki

kerapatan penduduk yang paling tinggi dengan kerapatan

sebesar 9.212 . Kabupaten Lebak memiliki luas area yang

paling besar. Pria dan wanita paling banyak menempati

Kota Tangerang Selatan dengan jumlah masing-masing

1.516.873 dan 1.443.601 jiwa. Hal ini menujukan tingkat

ketersedianya lapangan pekerjaan di Kota Tangerang

Selatan lebih banyak dari pada Kabupaten Lebak yang

memiliki luas area terbesar teteapi penduduknya

sedikit.

Tabel 3

22

Tangerang merupakan daerah dengan pengguna terbanyak

menggunakan listrik PLN dan Lebak merupakan daerah

dengan pengguna listrik non PLN terbanyak. Penerangan

di Kabupaten Lebak sulit mendapatkan penerangan dari

listrik PLN karena letaknya yang cukup jauh dari pusat

kota yang menyebabkan Lebak kesulitas mendapatkan

listrik sehingga penduduknya mayoritas menggunakan

pelita/sentir/obor.

Tabel 4

23

Tangerang merupakan daerah yang paling banyak dipasok

air minum sehingga angka dengan penggunaan air minum

sendirinya paling banyak daripada daerah yang lain.

Sedangkan Lebak merupakan daerah yang masih sulit untuk

mendapatkan air minum bersih, penduduknya masih banyak

yang mengguunakan fasilitas air minum umum untuk

memenuhi kebutuhan.

Opini Penulis

Menurut saya program yang diadakan oleh BPS

terutama program Survei Sosial Ekonomi Nasional

24

(Susenas) sangat bermanfaat bagi pemerintah dan

masyarkat. Di indonesia yang merupakan negara

berkembang sehingga dubutuhkan pembangunan bagi

masyarakatnya agar masyarakat dapat hidup layak dan

memiliki kesejahteraan. Dari data yang telah

dikeluarkan oleh BPS memudahkan pemerintah dalam

melakukan pembangunan di sektor sosial dan ekonomi.

BPS merekrut petugas survei untuk melakukan

program ini ke beberapa daerah. Mereka mensurvei

beberapa masyarakat yang dijadikan sampel untuk

memperoleh data yang diinginkan. Dan masyarakat akan

sedia untuk disurvei yang meliputi keluarganya,

rumahnya, dan lain-lain. Diperlukan kerjasama yang

bagus antara petugas dan masyarakat. Sebelum dilakukan

survei seharusnya diadakan penyuluhan bagi masyarakat

agar mereka dapat mengerti maksud dan tujuan dari

survei ini. Begitu pun petugasnya, petugas pun harus

diberikan keahlian dalam berkomunikasi dengan

masyarakat dan ditanami sifat jujur pada diri mereka

masing-masing agar tidak melakukan manipulasi data.

Fungsi dari data yang diperolah ini sebagai

pembanding dari data tahun sebelumnya sehingga kita

dapat mengetahui apakah ada kenaikan atau penurunan

dari kriteria-kriteria yang telah disurvei seperti

tingkat pendidikan, kesehatan, kebutuhan rumah tangga

dan lain-lain.

25

Data tersebut haruslah segera ditindak lanjuti

untuk ditangani oleh yang berwenang. Jika tidak maka

akan ada kota kecil yang belum tersentuh bantuan.

Seperti Susenas yang dilakukan di wilayah Banten pada

tahun 2010, kota Lebak merupakan kota dengan tingkat

sosial ekonomi yang rendah dari pada kota-kota lain

yang berada di Provinsi Banten, mungkin ada beberapa

hal yang menjadi penyebab dari kasus ini seperti

pemerintah lamban memeberi bantuan dan melakukan

pembangunan di daerah tersebut.

Oleh karena itu kualitas dari Survei Sosial

Ekonomi harus ditingkatkan agar masyarakat dapat

memiliki kesejahteraan yang layak dan lebih baik lagi.

Dan kegiatan Susenas akan lebih baik dan sukses dari

tahun sebelumnya.

26