ABDUL KHOIR-FITK.pdf - Repository UIN Syarif Hidayatullah ...

78
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Al Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW adalah merupakan kitab suci yang didalamnya berisi petunjuk bagi mereka (orang-orang) yang bertaqwa, sebagaimana yang terdapat dalam Qs. Al-Baqoroh : 2 yang berbunyi : Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.(Al-Baqarah : 2). 1 Bahkan juga sebagai petunjuk bagi seluruh manusia, sebagaimana terdapat dalam Qs. Al-Baqoroh : 184, yang berbunyi : (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) 1 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: CV. Asy Syifa’,1999),h. 8

Transcript of ABDUL KHOIR-FITK.pdf - Repository UIN Syarif Hidayatullah ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Al Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada

Nabi Muhammad SAW adalah merupakan kitab suci yang didalamnya berisi

petunjuk bagi mereka (orang-orang) yang bertaqwa, sebagaimana yang terdapat

dalam Qs. Al-Baqoroh : 2 yang berbunyi :

Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.(Al-Baqarah : 2).1

Bahkan juga sebagai petunjuk bagi seluruh manusia, sebagaimana

terdapat dalam Qs. Al-Baqoroh : 184, yang berbunyi :

(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu)

1 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: CV. Asy

Syifa’,1999),h. 8

2

: memberi makan seorang miskin barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al-Baqarah : 184).2

Agar Al-Qur’an bisa berfungsi menjadi petunjuk maka mengerti dan

memahami isi yang terkandung didalamnya menjadi sangatlah penting bagi

setiap manusia terutama umat Islam. Memahami isi Al Qur’an bisa dilakukan

dengan banyak cara, melalui terjemah Al-Qur’an, tafsir Al-Qur’an,

ceramah/pengajian maupun melalui tulisan Al-Qur’an asli dalam bahasa arab

dengan membacanya secara langsung. Walaupun untuk bisa mengerti dan

memahami Al-Qur’an bisa dilakukan dengan cara diluar membaca secara

langsung dari tulisan Al-Qur’an dalam bahasa arab tetapi bisa membacanya

secara langsung tetap menjadi sangat penting. Penting karena dalam rangka

bisa mengerti dan memahami Al-Qur’an dengan utuh sesuai dengan yang

dimaksudkan oleh Al-Qur’an yang diturunkan dalam bahasa arab maka

diperlukan kemampuan membaca Al-Qur’an dan mengerti bahasa Al-Qur’an.

Dikarenakan banyak sekali kata-kata dan istilah dalam bahasa Arab yang tidak

bisa diterjemahkan secara tepat dan tepat kedalam bahasa selain bahasa Arab

termasuk bahasa Indonesia.

Di samping itu, kemampuan seseorang untuk bisa membaca Al-Qur’an

juga menjadi sangat penting karena oleh Rasulullah SAW dikemukakan bahwa

ibadah seorang muslim yang paling utama adalah membaca Al-Qur’an dengan

baik dan benar maka proses yang harus dilakukan oleh orang tersebut adalah

belajar membaca Al-Qur’an. Sehingga belajar membaca Al-Qur’an menjadi

sebuah proses yang penting dan mutlak dilakukan oleh seseorang agar bisa

membaca Al Qur’an. Dalam rangka untuk lebih meningkatkan minat belajar

membaca belajar Al-Qur’an serta meningkatkan minat memahami kandungan

yang ada didalamnya maka Nabi Muhammad SAW, memberi berbagai motivasi

kepada umatnya agar ia mau belajar Al-Qur’an. Diantara motivasi yang

diberikannya adalah dengan memposisikan dan menggolongkan umat Islam

yang mau belajar Al-Qur’an tersebut menjadi bagian dari umatnya yang

2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an …, h.44

3

terbaik.3 Dengan demikian, dapat diambil pengertian bahwa kualitas keislaman

seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan dirinya dalam mamahami isi dan

kandungan Al-Qur’an, kemampuannya dalam membaca kitab suci Al-Qur’an

serta termasuk mengajarkannya kepada orang lainya, yang semuanya itu hanya

bisa dimiliki oleh seseorang apabila ia telah melalui proses awalnya yaitu

belajar membaca kitab suci Al-Qur’an. Dalam kenyataannya, terutama di

Indonesia, masih sangat banyak orang yang mengaku beragama Islam tetapi

belum bisa membaca Al-Qur’an apalagi membacanya dengan benar sesuai

dengan ilmu tajwid. Oleh karena itu, menjadi tugas setiap muslim yang

menginginkan dirinya menjadi bagian dari golongan umat terbaik dan

berkualitas untuk berusaha agar dirinya masing-masing mau belajar membaca

Al-Qur’an.

Dalam lingkungan masyarakat muslim di Indonesia sudah sangat

banyak muncul kesadaran akan pentingnya belajar membaca Al Qur'an

sehingga di berbagai tempat atau lingkungan masyarakat yang membentuk dan

mendirikan tempat maupun kelompok belajar membaca Al Qur’an, yang

disebut dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an. Suatu hal yang perlu disadari

oleh setiap orang atau siapapun yang bermaksud untuk belajar membaca Al

Qur’an agar dalam belajarnya bisa efektif dan hasilnya bisa baik maka tentu

tidak bisa hal itu dilakukan dengan asal belajar membaca Al-Qur’an. Hal ini

sangat diperlukan adanya metode khusus agar bisa lebih mudah dalam

mempelajarinya, lebih cepat prosesnya serta lebih baik hasilnya. Hal ini penting

dikarenakan ketika mempelajari tentang sesuatu maka konsep idealnya adalah

harus menentukan terlebih dahulu metode yang tepat agar cepat menguasai,

cepat berhasil apalagi kalau akan menerapkannya pada anak-anak, untuk bisa

mengajarkannya kepada anak-anak dengan lebih baik memerlukan pendekatan

tersendiri dengan tujuan agar anak-anak tidak merasa terbebani atau merasa

berat untuk belajar membaca Al Qur’an. Terlebih lagi tulisan dalam kitab suci

Al-Qur’an menggunakan tulisan dalam bahasa Arab.

3 Abu Fajar Al Qalami dan Abdul Wahid Al Banjari, Terjemah Riyadhush Sholihin, (Jakarta

: Gitamedia Press, 2004),cet.1, h. 374.

4

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Nurul Jihad Bekasi, dalam proses

belajar Al-Qur’an, dapat dibuktikan bahwa anak-anak dalam jangka waktu

yang relatif singkat sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar,

bahkan bisa menghafal beberapa surah yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Hal

ini bisa dilakukan tentu dikarenakan adanya pemilihan dan penerapan metode

yang baik, sesuai dan tepat. Hal itulah yang melatarbelakangi penulis untuk

mengetahui lebih banyak mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan

proses belajar Baca Tulis Al Qur’an di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

Islam Nurul Jihad Bekasi. Sehubungan dengan alasan diatas, maka penulis

merasa perlu mengangkat judul skripsi ini : ”Strategi Pembelajaran Baca

Tulis Al-Qur’an Pada Kegiatan Ekstrakulikuler Dalam Meningkatkan

Kemampuan Membaca Dan Menulis Al-Qur’an Siswa.” (Studi kasus di

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi).

B. Identitifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas,

dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Terbatasnya waktu yang tersedia dalam kegiatan ekstrakurikuler baca tulis

Al-Qur’an.

2. Kemampuan baca tulis Al-Qur’an siswa yang tidak merata.

3. Kurangnya pencapaian kompetensi siswa yang berkaitan dengan baca tulis

Al-Qur’an, sehingga mempengaruhi pelajaran inti.

4. Sarana yang dimiliki oleh sekolah dalam menunjang kegiatan baca tulis al-

qur’an masih terbatas.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini di batasi hanya pada kegiatan ekstrakulikuler baca tulis

Al-Quran.

5

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya,

maka masalah yang hendak dirumuskan untuk diteliti adalah :

1. Bagaimana strategi pembelajaran baca tulis Al-Qur’an pada kegiatan

ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan meulis Al-

Quran di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat strategi pembelajaran baca tulis Al-

Qur’an pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan

membaca dan meulis Al-Quran di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam

Nurul Jihad Bekasi?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dibuat :

1. Untuk mengetahui strategi pembelajaran baca tulis Al-Quran pada kegiatan

ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-

Quran di SLTPI Nurul Jihad.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat strategi pembelajaran

baca tulis Al-Qur’an pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan

kemampuan membaca dan meulis Al-Quran di Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi.

F. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan tentang berbagai strategi pembelajaran kepada guru

baca tulis Al-Quran, agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat

untuk meningkatkan kemamapuan siswa dalam membaca dan menulis Al-

Quran pada kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.

2. Bagi sekolah tersebut untuk meningkatkan strategi pembelajaran khususnya

pembelajaran baca tulis Al-Quran.

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Strategi Pembelajaran Ekstrakurikuler Baca Tulis Al-Qur’an

1. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yang berarti rencana atau

tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah-langkah untuk memecahkan

masalah atau mencapai tujuan.4 Sedangkan menurut Abin Syamsuddin

Makmun strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak

dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.5 Adapun menurut

pakar psikologi pendidikan Australia, Michael J. Lawson (1991)

mengartikan strategi adalah produser mental yang berbentuk tatanan

langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk tujuan tertentu.6

Definisi lain dikemukakan dalam kamus besar Bahasa Indonesia strategi

adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran

tertentu.7 Makna strategi secara umum berarti suatu garis besar haluan

untuk bertindak dalam usaha pencapain sasaran yang telah direncanakan.8

4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2002 ),h.214 5 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

2001),h.220 6 Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2002 ),h.214 7 Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,2002 ),h.377 8 Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta :Ciputat Press,2002),h.22

6

7

Strategi juga dapat diartikan sebagai usaha rencana tentang tata cara

pendayagunaan dan penguraian potensi dan sarana yang ada untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi.”9 Jadi strategi adalah suatu tujuan

yang ingin dicapai melalui metode khusus yang digunakan, teknik

pelaksanaan dan tolak ukur yang sudah ditetapkan dalam rangka pencapaian

tujuan tertentu.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah aktivitas manusiawi yang berlangsung sejak

awal manusia. Adapun hakikat pembelajaran adalah membelajarkan siswa

menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu

utama keberhasilan pendidikan. Konsep pembelajaran adalah suatu proses

lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut

serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajar merupakan subset

khusus dari pendidikan.7

Istilah pembelajaran dalam bahasa Inggris disebut instruction yang

menurut Tardif, mengartikan instruction sebagai proses kependidikan yang

sebelum direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan.8 Pembelajaran

merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya,

sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik lagi. Dalam

interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor

internal yang datang dari lingkungan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang

paling utama adalah mengkodisikan lingkungan agar menunjang terjadinya

perubahan perilaku bagi peserta didik.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang harus dikerjakan guru dan

siswa agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efesien selain itu

strategi pembelajaran juga dapat diartikan suatu prosedur pembelajaran yang

9 Slameto,Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kreditur (Jakarta: Bumi

Aksara,1991),h.90 7 Slameto, Proses Belajar…,h.71

8

digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada

siswa. Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah

pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda baik dengan

strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau

sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan

merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya

masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang

digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Roy

Killen, misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu

pendekatan yang bersifat pada guru (teacher-centred approaches).

Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran

langsung, pembelajaran dedukatif atau pembelajaran ekspositori.

Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan

strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran

induktif.9

a. Pemilihan Metode Pembelajaran

Untuk supaya pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai secara

efektif dan efesien, maka dalam pemilihan dan penetapan suatu metode

untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran harus

mempertimbangkan berbagai faktor, yaitu :

1. Tujuan Pembelajaran, kaitan metode dengan tujuan pembelajaran

yaitu didasarkan atas kondisi bahwa metode sebagai cara untuk

mencapai tujuan pembelajaran, sehingga metode apa yang akan kita

gunakan banyak dipengaruhi oleh kondisi tujuan pembelajaran itu

sendiri. Tujuan pembelajaran disini menyangkut kemampuan yang

harus dimiliki warga belajar setelah selesai mengikuti kegiatan

pembelajaran. Menurut Bloom diungkapkan bahwa kemampuan yang

terdapat pada tujuan pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam

8 Irfan Abd Gafar, Muhamad Jamil. B, Re-formulasi Rancangan Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (Jakarta: Nurmsani,2003),h.10 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta :

Kencana Prenada Media,2006).,hh- 124-125

9

tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan ranah psikomotorik. Untuk

setiap ranah terdapat tingkatan-tingkatan kemampuan yang berkisar

dari kualitas yang rendah sampai pada kualitas kemampuan yang

tinggi. Tahapan untuk ranah kognitif yaitu menyangkut pengetahuan

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tahapan untuk

ranah afektif yaitu menyangkut penerimaan, memberikan respon,

penilaian, organisasi dan pemeranan. Tahapan untuk ranah

psikomotorik yaitu persepsi kesiapan, respon terpimpin, mekanisme

(complex overt response).

2. Bahan/Materi Pembelajaran, pengaruh bahan belajar terhadap

penetapan metode pada hakekatnya merupakan kelanjutan dari

pengaruh tujuan pembelajaran. Gagne mengungkapkan bahwa bahan

belajar terdiri dari konsep, prinsip, prosedur, dan fakta atau

kenyataan yang ada. Dari setiap jenis bahan belajar tersebut memiliki

tingkatan kesulitan yang terdiri dari bahan belajar dasar, kelanjutan

dan tinggi. Berdasarkan keragaman bahan belajar tersebut maka

dituntut adanya variasi metode dalam kegiatan pembelajaran sesuai

dengan jenis bahan belajar itu sendiri. Metode-metode tertentu ada

yang dapat digunakan untuk membahas seluruh bahan belajar, tetapi

ada metode-metode terteeentu yang hanya tepat digunakan untuk

bahan-bahan tertentu pula.

3. Sumber Belajar, faktor sumber belajar juga merupakan salah satu

faktor yang harus dipertimbangkan sdalam pemilihan suatu metode.

Kondisi sumber belajar menyangkut kondisi diri yang mempengaruhi

baik yang bersifat internal mapun eksternal. Kondisi internal yaitu

menyangjut pemahaman terhadap bahan kajian, pemahaman

penggunaan metode kemampuan mengelola kegiatan pemeblajaran,

sedangkan kondisi di luar diri sumber belajar tersebut yang dapat

mempengaruhi terhadap pengelolaan kegiatan pembelajaran.

4. Warga Belajar, dalam kegiatan pembelajaran sebagai masukan

mentah yang akan merubah melalui proses pembelajaran. Kondisi

10

warga belajar memiliki karakteristik pribadi yang dimilikinya yaitu

menyangkut : jenis kelamin, usia, latar belakng sosial ekonomi,

pengalaman dan keadaan psikisnya. Keragaman kondisi warga

belajar mengakibatkan perlu adanya pemilihan dan penentuan

metode pembelajaran yang akan digunakan.

5. Sarana/Fasilitas Belajar, sarana dalam pembelajaran diartikan segala

macam fasilitas yang dapat menunjang dan melengkapi

terselenggaranya kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Sarana tersebut dapat berfungsi sebagai : fasilitas

atau alat belajar dan sumber belajar.

6. Waktu Pembelajaran, faktor waktu adalah menyangkut jumlah dalam

kegiatan pembelajaran, serta menyangkut kondisi waktu kegiatan

pembelajaran. Penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran

perlu disesuaikan dengan waktu. Walaupun sumber belajar dapat

menetapkan metode yang dianggap paling tepat berdasarkan

kecenderungan program pembelajaran tertentu, namun apabila

metode tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama sedangkan

waktu yang tersedia sangat terbatas, maka metode tersebut kurang

tepat untuk digunakan.Ketepatan metode dengan jumlah waktu yang

tersedia akan menjurus kepada tercapainya tujuan pembelajaran

dengan baik.10

3. Srategi Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki

kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk

membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan

pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4)

teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran.

Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat

memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

10 Ihat Hatimah, Strategi Pembelajaran (Bandung : CV. Andira,2000),hh.12-15

11

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau

sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari

metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari

pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)

pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa

(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang

berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya

diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan

mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out

put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan

aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)

yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan

dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (kriteria) dan patokan

ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan

(achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur

tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni

perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang

dipandang paling efektif.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur,

metode dan teknik pembelajaran.

12

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau

kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran

adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa

agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R David, menyebutkan bahwa

dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya,

bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-

keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua

bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-

individual learning.. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,

strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif

dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk

mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran

tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation

achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving

something”. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)

demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman

lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan

gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan

sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu

metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas

dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri,

yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode

13

ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan

penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada

kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong

pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam

koridor metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam

melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya

individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode

ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang

digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi

dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi,

sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih

banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat

menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan

atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,

pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam

taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni

(kiat).

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan

taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka

terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai

dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.11

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha

Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan

4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial;

(2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4)

11 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta :

Kencana Prenada Media,2006).,h.141

14

model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan

istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi

pembelajaran.

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal

juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan

dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan

desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu

sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran

tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi

membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang

hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan

sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang

berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue

print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan

urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya,

mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe

rumah yang akan dibangun.12

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan

tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan

memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai

model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana

diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang

dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak

ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang

untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian

tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun,

jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar

pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori)

12 Wina Sanjaya, Teori-belajar-menurut,http://hilmanswork.wordpress.com/2009/04/15 (24

Maret 2011

15

pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru

pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model

pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat

kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model

pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin

memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.13

a. Teori Belajar Menurut Islam

Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang

mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah

menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajr dan menjadi

pemimpin di dunia ini. Pendapat yang mengatakan bahwa belajar

sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata

bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama

sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk

selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam AlQur’an, kata al-ilm dan

turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam

wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-

‘Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang

bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan,

menelaah,mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain Al-Qur’an, Al

Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu.

Misalnya hadist berikut ini : “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap

muslim; carilah ilmu walaupun di negeri cina; carilah ilmu sejak dalam

buaian hingga ke liang lahat; para ulama itu pewaris Nabi; pada hari

kiamat ditimbanglah tinta ulama dengan dara syuhada, maka tinta ulama

dilebihkan dari ulama”

13 Wina Sanjaya, Teori belajar menurut

Islam,http://hilmanswork.wordpress.com/2009/04/15/

16

b. Arti Penting Belajar menurut Al-Qur’an

1. Bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapa

digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di

kehidupan dunia.

2. Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya

karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki

pengetahuan akan apayang dilakukannya karena setiap apa yang

diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya.

3. Dengan ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di

mata Allah SWT.

c. Cara Belajar

1. Belajar melalui imitasi

Di awal perkembangannya, seorang bayi hanya mengikuti apa

yang dilakukan ibunya dan orang-orang yang berada di dekatnya.

Ketika dewasa, tingkat perkembangan manusia semakin kompleks

meskipun meniru masih menjadi salah satu cara untuk belajar. Tetapi,

sumber belajar itu tidak lagi berasal dari orang tua ataupun orang-

orang yang berada di dekatnya melainkan orang-orang yang sudah

mereka kenal misalnya, orang terkenal, penulis, ulama dan lain-lain.

Di dalam Islam, dapat ditemui juga hal yang demikian. Mari kita lihat

sepasang saudara kembar, Qabil dan Habil. Banyak juga di dalam Al-

Qur’an yang mencoba menerangkan tentang salah satu varian yang

seperti demikian. Karena tabiat manusia yang cenderung untuk

meniru, maka teladan yang baik merupakan sesuatu yang sangat

penting dalam membentuk perilaku manusia.

2. Pengalaman Praktis dan trial and error.

17

Dalam hidup, manusia terkadang menghadapi situasi yang

menuntutnya untuk cepat tanggap terhadapa permasalahan yang ada

tanpa ada pembelajaran sebelumnya. Sehingga, manusia terkadang

mencoba-coba segala cara untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3. Berfikir

Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk mencoba

memperoleh informasi. Dengan berfikir, manusia dapat belajar dengan

melakukan trial and error secara intelektual (Ustman Najati, 2005).14

Dalam proses berfikir, manusia sering menghadirkan beberapa macam

solusi atas permasalah yang didapatkannya sebelum akhirnya mereka

menjatuhkan pilihan pada satu solusi. Oleh karena itu, para psikolog

mengatakan bahwa berfikir merupakan proses belajar yang paling

tinggi. Dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang memerintahkan

manusia untuk selalu menggunakan akal dan memahami dan

merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah di alam ini. Antara lain

seperti Q.S.Al-Ghasyiah : 17-20, Q.S.Qaf : 6-10, Q.S. Al-An’am: 95,

Q.S. Al-Anbiya : 66-67. Selanjutnya, salah satu metode yang dapat

memperjelas dan memahami sebuah pemikiran seseorang adalah

dengan menggunakan diskusi, dialog, konsultasi dan berkomunikasi

dengan orang lain (Utsman Najati, 2005). Hal senada juga pernah

diungkapkan oleh salah satu Vygotsky, yang menyatakan bahwa

perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia

berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian, belajar manusia

dapat berkembang ketika kognitif mereka berkembang.

Ustman Najati menyatakan bahwa aktivitas berfikir manusia

saat belajar tidak selalu menghasilkan pemikiran yang benar.

Adakalanya kesalahan mewawrnai proses penetuan solusi atas

masalah yang dihadapi. Dan dalam kondisi seperti ini, manusia sering

14 Ustman Najati , Teori Belajar menurut Islam, http://fisikaumm.blogspot.com

18

mengalami hambatan dan berfikir statis dalam berpikir, dan tidak mau

menerima pendapat-pendapat dan pikiran-pikiran baru.15

4. Sarana Belajar

a. Sarana Fisik.

Terdapat dua panca indera manusia yang membantunya

untuk melakukan kegiatan belajar yakni, mata dan telinga. Tidak

bisa dipungkiri kedua panca indera ini menjadi sesuatu yang mutlak

digunakan ketika belajar. Dua panca indera ini pula sering

disebutkan dalam Al-Qur’an. Meskipun demikian, indra peraba,

perasa, dan penciuman juga mampu memberikan kontribusi pada

saat belajar.

b. Sarana Psikis.

Akal dan qalb merupakan bagian dari saran psikis. Akal

dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi intelegensi

(Bastaman,1997).16 Akal identik dengan daya pikir otak yang

mengantarkannya pada pemikiran yang logis dan rasional.

Sedangkan qalb mempunyai dua arti, yakni fisik dan metafisik.

Qalbu dalam arti fisik adalah jantung dan dana dalam arti metafisik

adalah karunia Tuhan yang halus yang bersifat rohaniah dan

ketuhanan yang ada hubungannya dengan jantung.

d. Konsep Belajar menurut Tokoh-tokoh Islam.

1. Al-Ghazali.

Dalam pemahaman beliau, seorang filsuf pendidikan di

kalangan Islam, pendekatan belajar dalam mencari ilmu dapat

dilakukan dengan melakukan dua pendekatan, yakni ta’lim insani dan

ta’lim rabbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan

15 Utsman Najati, Teori Belajar menurut Islam, http://hilmanswork.wordpress.com 16 Bastaman, Teori-Belajar-Menurut-Islam, http://hilmanswork.wordpress.com.

19

manusia. Pendekatan ini merupakan hal yang lazim dilakukani oleh

manusia dan biasanya menggunakan alat indrawi yang diakui oleh

orang yang berakal. Menurut Al Ghazali, dalam proses belajar

mengajar sebenarnya terjadi eksplorasi pengetahuan sehingga

menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Dalam proses ini, anak

didik akan mengalami proses mengetahui yaitu proses abstraksi. Al

Ghazali kemudian membagi abstraksi ini menjadi empat tahap, yakni

terjadi pada indra, terjadi pada al-khayal. Menurut Al-Zarnuji, belajar

bernilai ibadah dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh

kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karenanya, belajar harus diniati

untuk mencari ridha Allah, kebahagiaan akhirat, mengembangkan

dan melestarikan Islam, mensyukuri nikmat akal, dan menghilangkan

kebodohan.17

Dimensi duniawi yang dimaksud adalah sejalan dengan konsep

pemikiran para ahli pendidikan, yakni menekankan bahwa proses

belajar-mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa

kemampuan pada tiga ranah yang menjadi tujuan

pendidikan/pembelajaran, baik ranah kognitif, afektif, maupun

psikomotorik.

Adapun dimensi ukhrawi, Al-Zarnuji menekankan agar belajar

adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk

beribadah. Artinya, belajar sebagai manifestasi perwujudan rasa

syukur manusia sebagai seorang hamba kepada Allah SWT yang

telah mengaruniakan akal. Lebih dari itu, hasil dari proses belajar-

mengajar yang berupa ilmu (kemampuan dalam tiga ranah tersebut),

hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk

kemaslahatan diri dan manusia. Buah ilmu adalah amal. Pengamalan

serta pemanfaatan ilmu hendaknya dalam koridor keridhaan Allah,

yakni untuk mengembangkan dan melestarikan agama Islam dan

menghilangkan kebodohan, baik pada dirinya maupun orang lain.

17 Al-Zarnuji, Teori-Belajar-Menurut-Islam http://hilmanswork.wordpress.com.

20

Inilah buah dari ilmu yang menurut Al-Zarnuji akan dapat

menghantarkan kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat kelak.

Dalam konteks ini, para pakar pendidikan Islam termasuk al-Zarnuji

mengatakan bahwa para guru harus memiliki perangai yang terpuji.

Guru disyaratkan memiliki sifat wara’ (meninggalkan hal-hal yang

terlarang), memiliki kompetensi (kemampuan) dibanding muridnya,

dan berumur (lebih tua usianya). Di samping itu, al-Zarnuji

menekankan pada “kedewasaan” (baik ilmu maupun umur) seorang

guru. Hal ini senada dengan pernyataan Abu Hanifah ketika bertemu

Hammad, seraya berkata: “Aku dapati Hammad sudah tua,

berwibawa, santun, dan penyabar. Maka aku menetap di sampingnya,

dan akupun tumbuh dan berkembang.

e. Pendekatan-Pendekatan dalam Teori Pendidikan.

Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan

sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Pendidikan sebagai

praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan

disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik)

agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai

teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara

sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan,

meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan,

baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris)

maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat

makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas.

Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa

dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori

pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya

bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik

pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya,

perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik

21

pendidikan. Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori

dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya: (1)

pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan religi.

(Uyoh Sadulloh, 1994).18

1. Pendekatan Sains

Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk

menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan

menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja

pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan

prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang

bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat

diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.

Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan

atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya, seperti: (1)

sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi

dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial

dalam pendidikan; (2) psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu

pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku

dan perkembangan individu dalam belajar; (3) administrasi atau

manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai

aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang upaya

memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan

dapat tercapai secara efektif dan efisien; (4) teknologi pendidikan;

suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan

teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang

efektif dan efisien; (5) evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu

pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika

untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa; (6) bimbingan

dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari

18 Uyoh Sadulloh, Teori-Belajar-Menurut-Islam,http://hilmanswork.wordpress.com.

22

beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi, teknologi dan terutama

psikologi. Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu pendidikan

lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan melalui

berbagai kajian ilmiah.

2. Pendekatan Filosofi

Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah

dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan

metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah

pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata,

yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan

muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih

mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun

fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains.

Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang

bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan

hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun

pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang

dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang

lebih mendalam.

Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui

metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang

pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: (1)

model filsafat spekulatif; (2) model filsafat preskriptif; (3) model

filsafat analitik.

Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang

segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh

persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan

asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan

berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan

alam berfikir dan keseluruhan pengalaman Filsafat preskriptif

23

berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian

tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian

tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan

salah, bagus dan jelek.

Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau

hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks

pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau

perilaku manusia yang bermanfaat. Filsafat analitik memusatkan

pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-

pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk

menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan

secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab

dalam sistem berfikir (disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994).19

Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya:

idealisme, materialisme, realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001).

Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian

menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran

filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami

pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-

konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan

tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang filsafat

pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan,

diantaranya: (1) perenialisme; (2) esensialisme; (3) progresivisme;

dan (4) rekonstruktivisme. (Ella Yulaelawati, 2003).20 Perenialisme

lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan

keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.

Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan

kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini

menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak

19 Uyoh Sadulloh, teori-belajar-menurut-islam, http://hilmanswork.wordpress.com. 2 Ismaun, teori-belajar-menurut-islam, http://hilmanswork.wordpress.com.

24

terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa

lalu.

3. Essensialisme,

Menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian

pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi

anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata

pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum

yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan

perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.

Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber

pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan

seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini

mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman

itu?

4. Progresivisme, menekankan pada pentingnya melayani perbedaan

individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar

dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan

belajar peserta didik aktif.

5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran

progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa

depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan

individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh

menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan

sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis,

memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini

menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

6. Pendekatan Religi

Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun

teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada

ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai

tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk

25

menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis

pendidikan.

Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains

maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya

kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah

keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini

dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru

kemudian mengerti, bukan sebaliknya. Terkait dengan teori

pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu

Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu

pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran

diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai

dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan

teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya

(Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya.

Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-

aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat

kebenarannya.

Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large.”21

Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang

tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan

ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan;

(2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu

21 Hasan Langgulung,Teori-teori Islam, http://hilmanswork.wordpress.com/2009/04/15

26

menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara

ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki

dan mengembangkan filsafat dan (3) memiliki hati yang takwa

kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah

SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang

berkemampuan dengan alam gaib. 22

Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal

yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang

sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang

islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir

dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam).

Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka

untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh

kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan

ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan

komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner.

Strategi pembelajaran Al-Qur’an mencakup delapan aspek, yaitu

peragaan, minat, perhatian, apersepsi, korelasi konsentrasi, kooperasi,

indivudualisasi dan evaluasi, diantaranya : Peragaan, salah satu

kegiatan yang tidak boleh diabaikan adalah dalam keseluruhan proses

pembelajaran adalah peragaan. Substansi peragaan adalah suatu cara

yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan

secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat

dimengerti dan dipahami oleh siswa. Maksud dari kegiatan ini

dilakukan terutama untuk menciptakan suasana pemahaman terhadap

materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan dengan menekankan

penerapan konsep belajar sambil melakukan. Tedapat dua peragaan

yang dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran.

22 Ahmad Tafsir, Teori-teori Islam http://hilmanswork.wordpress.com/2009/04/15.

27

4. Pengertian Ekstrakurikuler

Menurut Moh. Uzer Usman Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang

dilakukan diluar yang telah ditetapkan dalam susunan program seperti

kegiatan pengayaan, perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler

atau kegitan lain yang bertujuan menetapkan pembentukan kepribadian

seperti kegiatan palang merah Indonesia, Baca Tulis Al-Qur’an (rohani

Islam), dan kesenian, olahraga.24 Sedangkan menurut Nana Syaodih

Sukmadinata ekstrakurikuler adalah pendidikan di luar sekolah bagi

interaksi pendidikan yang berlangsung di masyarakat dari sangat formal

yang seperti dengan pendidikan di sekolah maupun dalam bentuk-bentuk

kursus-kursus, sampai dengan pendidikan yang kurang formal seperti

ceramah dan sarasehan.25

Abdurahman An-Nahlawi arti ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan

tambahan yang dilaksanakan dalam dunia persekolahan ditujukan untuk

menggali potensi dan memotivasi siswa dalam bidang tertentu. Karena itu,

aktifitas ekstrakurikuler harus disesuaikan dengan hobi sehingga dengan

kegiatan yang disukainya itu, maka siswa akan mengenal indentitas dirinya

sendiri. Kegiatan ini pun ditujukan untuk membangkitkan semangat

dinamika dan optimisme siswa sehingga mereka mencintai sekolahnya dan

menyadari posisisnya di tengah masyarakat.26 Pada dasarnya kegiatan

ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan belajar adari kurikulum yang

telah ditentukan dan dimaksudkan untuk menggali dan memotivasi siswa

dalam biadang tertentu. Aktifitas belajar artinya rangkaian usaha atau

kegiatan yang dilakukan secara kontinu, terintegrasi dan diarahkan untuk

mencapai proses pendidikan. 27

24 Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesinal, ( Bandung : PT Remaja

Rosdakarya,2001),h.148 25 Nana Syaodih Sukmadinata,Bimbingan Konseling, (Bandung:PT Remaja

Rosdakarya,2003),h.78 26 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta

Gema Insani Press,1996 ),h.187 27 Usman Efendi dan Jahaya SP,Pengantar Psikologi Pendidikan,Umum (Bandung : Angkasa,1984),h.3

28

Kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan sebagai bentuk usaha

secara otomatis akan melibatkan subjek yang melakukan usaha (siswa).

Bentuk usaha itu sendiri (belajar) dan hasil dari usaha. Dengan demikian

dapat dikatakan ekstrkurikuler itu berhasil atau tidak tergantung kepada

siswanya itu sendiri. Karena siswa dipandang sebagai titik pusat terjadinya

proses belajar. Siswa sebagai subjek yang berkembang melalui pengalaman

belajar.28

a. Tujuan Ekstrakurikuler 1). Mengoptimalisasikan bakat, 2). Mengoptimalisasikan minat, 3). Mengoptimalisasikan kreativitas, 4). Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan, 5). Kemampuan sosial, 6). Kemampuan kehidupan keagamaan, 7). Kemampuan belajar, 8). Kemampuan wawasan dan perencanaan karir, 9). Kemampuan pemecahan masalah, 10). Kemandirian.29

Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah,

atau universitas di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan ini ada

di setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai unversitas.

Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar siswa dapat mengembangkan

kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai di luar bidang

akademiknya. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah

maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis di luar jam pelajaran

sekolah.30

Kegiatan ekstrakurikuler secara terprogram akan memberikan

arah pembentukan kepribadian pada kegiatan sebagai berikut :

a). Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan secara terjadwal seperti

kegiatan upacara bendera, (rohani Islam ), senam, dll

28 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : PT. Rajawali Press,1993),h.2 29 Conny R Semiawan, 2007 April 07, http://ontoekkoe.multiply.com. 30 SMANSA, Kegiatan ekstrakurikuler, Semarang . http//id.wikipedia.org .com /wiki.

29

b). Spontan, yaitu kegiatan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus

seperti pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah

pada tempatnya, antri dll

c). Keteladanan adalah kegaitan dalam bentuk perilaku sehari-hari

seperti : berpakaian rapi, berbahasa baik, rajin membaca, memuji

kebaikan dan keberhasilan prang laian, dan datang tepat waktu.

Berdasarkan judul skripsi penulis, yang berkaitan tentang

masalah Baca Tulis Al-Qur’an, maka pengertian Baca Tulis Al-Qur’an

adalah suatu kegiatan rohani yang diadakan dan diselenggarakan di luar

jam sekolah untuk membentuk pribadi muslim yang intelek, cerdas,

dalam hal keimanan dan ketaqwaannya. Sehingga mampu

membentengi diri dari hal-hal yang negatif dan mampu

mengaplikasikan dirinya berdasarkan ilmu pendidikan agama Islam

yang mereka miliki.

5. Pengertian Membaca

Pengertian membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa

yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dihati).31 Membaca juga

mempunyai pengertian sebagai jembatan menuju pemahaman, pengamalan,

dan penerapan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.32 Dalam

mengembangkan kemampuan membaca anak, guru mengembangkan sistem

pembelajaran iqra yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan

membaca Al-Qur’an lebih dini, guru memberi kesempatan anak

memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan membaca.

Di dalam membaca Al-Qur’an, ada tata caranya jadi tidak

sembarangan membaca. Adapun tata cara membaca Al Qur’an adalah kita

harus membacanya dengan tumaninah dan tadabbur (memperhatikan isinya)

dan membacanya secara terus menerus, yaitu pembaca tarqiq bila bacaan itu

31 Departemen Pendididkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai

Pustaka, 2005),ed.ke-3,h. 83 32 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an

(Jakarta : Gema Insani, 2005),cet ke-2,h.49

30

termasuk bacaan yang harus dibaca tarqiq dan dibaca tebal (tafkhim)

bilamana bacaan itu termasuk bacaan tafkhim. Juga dibaca pendek apabila

bacaan itu harus dibaca pendek; yang dibaca panjang dipanjangkan; yang

dibaca jelas (izhar) maka harus dibaca jelas, yang dibaca dengung maka

harus di baca dengung; yang dibaca samara (ikhfa) harus disamarkan. Dan,

huruf yang dibaca harus sesuai dengan tempat keluarnya (makharijul-huruf)

dan janganlah mencampuradukkan antara yang satu dan yang lainnya

(misalnya, bacaan idzhar harus dibaca izhar, jangan dibaca ikhfa, dan

lainnya). Dari keterangan tersebut, memberikan pengertian bahwa dalam

membaca Al Qur’an tidak bisa terlepas dari ilmu tajwid.33

6. Pengertian Menulis

Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat

dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya).34

Keterampilan membaca dan menulis mungkin dikembangkan secara

terpisah, tetapi lebih sering keduanya berjalan seiring. Untuk membentuk

berbagai kata kita membutuhkan tangan yang terampil, untuk membentuk

kalimat dan menyampaikan cerita kita membutuhkan keterampilan bahasa

dan pengorganisasian yang baik. Untuk mengungkapkan sesuatu dengan

benar atau menyampaikan cerita yang menarik perhatian pendengar kita

memerlukan kreatifitas.

Untuk belajar menulis dengan anak harus dapat menggunakan alat

tulis yang terampil, latihan yang terbaik adalah dengan menggunakan

pensil dengan menelusuri, meniru, menggunakan titik-titik adalah latihan

tulis yang baik. Anak-anak mempelajari sesuatu denan cara melakukannya

dan mereka akan berbuat sesuka hati sebelum akhirnya mengerti bahwa

untuk menulis, seseorang harus membentuk huruf-huruf dan mengeja

kata-kata, sepanjang tahun prasekolah, menulis untuk bersenang-senang,

33 Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis Membaca Al Qur’an Baik dan Benar

(Jakarta : Gema Insani,2002),hh.22-23 34 Abdullah Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al Qur’an (Jakarta:

: Modern English,1991)

31

dan belajar mengendalikan pensil adalah hal yang lebih penting daripada

membentuk huruf dan kata secara benar biarkan ketertarikan dan

keterampilan anak yang menentukan setiap langkah. Berikan sebuah

pensil dan sobekan kertas kepada anak, ini adlah usah pertama. Garis-

garis melengkung saling berhubungandan memiliki bentuk yang mirip

huruf. Berikanlah pujian karena ia telah berhasil menulis huruf yang mirip

dengan yang ada dibuku. Satu hal yang perlu diketahui menulis adalah

motori kasar setiap anak akan berbeda hasil tulisannya, jangan takut atau

resah pada anak-anak yang memiliki tulisan yang tidak rapi atau masih

besar-besar, kita coba terangkan dan berikan pengertian dan ajarkan

secara pelan-pelan. Untuk dapat menulis seorang anak harus dapat

menggunakan alat tulis dengan terampil. Latihan yang terbaik adalah

menggunakan pensil dengan terampil, menelusuri, meniru,

menggabungkan titik-titik adalah latihan menulis yang sangat baik.

7. Pengertian Al-Qur’an

Menurut Al Farra, kata Al Qur’an berakar pada kata Al Qarain,

jamak dari Qarinah yang berarti kavan. Menurut Imam Asy’ari kata Al

Qur’an berasal dari kata Qarana yang berarti menggabungkan dan

menurut Imam Lehyani Al Qur’an berasal dari kata Qaraa yang berarti

membaca. Islam mengatakan, bahwa Al Qur’an adalah kalam Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.35

Pengertian lain dari Alqur’asn, bahwa Al Qur’an sering disebut sebagai

Hudan Lin Nas, kitab suci yang berisi petunjuk-petunjuk bagi manusia

untuk dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat, meskipun secara garis

besar saja, yang rinciannya dapat ditemukan pada sunnah Rosul bagi ilmu

keduniaan, kita tinggal mengikuti petunjuk yang amat penting serta

berharga itu serta menggali maknanya yang lebih dalam, baik ilmu

keduniaannya maupun keakhiratannya.

35 Achmad Bajuri, Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman (Yogyakarta : Dana

Bhakti Prima Jasa, 1996),h.176

32

Pengertian tentang Al Qur’an, ada juga yang mengartikan Al

Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang pertama (syariah), yang

meletakkan elemen-elemen yang fundamental dari sebuah piagam hak-

hak asasi manusia yang mana memiliki kekuatan mengikat, baik

tanggungjawab moral maupun hukum.36 Al-Qur’an adalah firman Allah

yang di-nuzul-kan kepada Nabi Muhammad yang dinukil secara

mutawatir, dan dipandang beribadah membacanya. Al-Qur’an memuat

hukum-hukum yang mencakup hukum keyakinan (ahkâm i’tiqâdiyyah),

hukum akhlak (ahkâm khulqiyyah), dan hukum amaliah (ahkâm

‘amaliyyah).37 Hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an dibedakan

menjadi dua: Hukum ibadah dan hukum muamalah. Hukum ibadah

mencakup shalat, zakat, puasa, haji, dan nazar. Adapun hukum

muamalah, menurut Abd Al-Wahab Khalaf, mencakup hal-hal berikut:

a). Hukum keluarga (al-ahwal al-syaikhsiyyah), yaitu hukum yang

mengatur hubungan individu dengan individu lain dalam keluarga dan

kekerabatan. Jumlahnya sekitar 70 ayat.

b). Hukum kebendaan (ahkâm al-madaniyyah), yaitu hukum yang

mengatur tukar-menukar harta, seperti ijarah, rahn, kafalah, dan

syirkah. Jumlahnya sekitar 70 ayat.

c). Hukum jinayah (ahkâm jinaiyyah), yaitu hukum yang mengatur

pelanggaran dan sanksi yang dilakukan oleh mukalaf. Tujuannya

menjaga hidup manusia dan hartanya. Jumlahnya sekitar 30 ayat.

d). Lembaga peradilan (ahkâm al-murafa’at), yaitu hukum yang

mengatur syarat-syarat hakim, sanksi dan sumpah. Jumlahnya sekitar

10 ayat.

e). Hukum perundang-undangan (al-ahkâm al-dusturiyyah), yaitu hukum

yang berhubungan dengan interaksi antara pemimpin dan rakyat.

Jumlahnya sekitar 10 ayat.

36 Ziauddin Ahmad, Al Qur’an Kemiskinan dan Pemerataan Pendapatan (Yogyakarta :

Dana Bhakti Prima Yasa,1998),h. 1 37 ‘Abd Al-Wahhâb Khalâf, Mashâdir Al-Tasyri Al-Islâmiy fimâ lâ Nashasha fih (Kuwait

: Dâr Al-Qalam, t.t.),h. 32.

33

f). Hukum negara (al-ahkâm al-dawliyyah), yaitu hukum yang mengatur

hubungan kenegaraan; hubungan antarnegara. Jumlahnya sekitar 25

ayat.

g). Hukum ekonomi (al-ahkâm al-iqtishâdiyyah wa al-mâliyyah), yaitu

hukum yang mengenai hubungan antara kaya dan miskin dan antara

individu dan kelompok. Jumlahnya sekitar 10 ayat.38

Sebagai kitab suci, Al-Qur’an sangat akomodatif terhadap hukum-

hukum yang hidup dan berkembang di masyarakat Arab pra-Islam.

Hukum-hukum yang diakomodasi Al-Qur’an di antaranya poligami

(seorang suami memiliki banyak istri) yang terdapat dalam surat An-

Nisa’ ayat 3, pokok-pokok hukum waris yang terdapat dalam surat An-

Nisa’ ayat 7-14, dan memasukkan wanita pada anggota keluarga yang

mendapat waris, dibatalkannya saling mewarisi yang disebabkan oleh

adopsi (Al-Ahzâb : 4-5), sanksi potong tangan bagi pencuri (Al-Mâidah :

38), yang sebagian ulama mengartikannya dipenjara karena sama-sama

mencegah pelakunya dari mencuri lagi seperti halnya jika ia dipotong

tangannya.

8. Pengertian metode baca dan tulis Al-Qur’an

Prinsip pengajaran Al Qur’an pada dasarnya bisa dilakukan

dengan berbagai macam metode. Diantaranya adalah :

a). Metode Musyafahah ‘adu lidah” adalah dengan cara guru membaca

terlebih dahulu, kemudian disusul anak atau murid. Dengan metode

ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui

lidahnya. Sedangkan anak dapat melihat dan menyaksikan langsung

praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya.

b). Metode Sorogan atau ‘ardul qira’ah ‘setoran bacaan’ adalah murid

membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya.

38 ‘Abd Al-Wahhâb Khalâf, ‘Ilm Ushûl Al-Fiqh (Cet. Ke-9; Jakarta: Al-Majlis Al-A’li

Syuûn Al-Diniyyah, 1972),hh. 32-33.

34

c). Guru mengulang-ulang bacaan, sedang anak atau murid

menirukannya kata per kata dan kalimat per kalimat juga secara

berulang-ulang hingga terampil dan benar. Dari ketiga metode ini,

metode yang banyak diterapkan dikalangan anak-anak pada masa kini

ialah metode yang kedua, karena metode ini terdapat sisi positif yaitu

aktifnya murid (cara belajar siswa aktif).39 Metode semi SAS

(Struktural Analitik Sintetik) adalah penggunaan kata atau kalimat,

yang tidak mengikutkan bunyi mati/sukun, umpama jalasa, kataba.40

Metode Al-Huda, cara menggunakannya adalah dengan pendekatan

pengenalan huruf bahasa arab, tanda baca, dibantu dengan huruf latin

sebab bagi pelajar pemula belum tahu huruf arab.41

Ada juga metode yang lainnya yaitu metode Dallang, dan cara

mengajarkan metode ini adalah :

a). Berdo’a sebelum mulai belajar

b). Membuka bukunya seperti buku umumnya, tapi saat belajar membaca

seperti membaca Al Qur’an (misal hal 2 dan 3 mulai membaca dari

hal 3 lajur kebawah kemudian hal 2)

c). Ikuti lagu penuntun agar memudahkan ingatan terutama untuk “Kata

Dasar” dan “Harokah” dengan panduan lagu “Gundul-gundul Pacul”

d). Ba To Ro Na Ro Dho Qo Sa Ka Ta Ja Wa

e). A Da Mu Da Mu Di La Ma Ghu Ya Ghu Yu I Di I Di La Ma

La Ma Ma Lu Ma Lu

f). Amalkan bila sudah bisa dan ajarkan kepada yang belum bisa.

Ada juga metode Amma,dinamakan metode AMMA karena

diilhami oleh keinginan penulis untuk memudahkan para muslim pemula

dan muallaf yang dibina yayasan AMMa dalam belajar membaca Al

Qur’an.42

39 Ahmad Syarifuddin, Loc.cit., h. 81 40 Muhadjir Sulthon, Al Barqy Sistem 8 Jam (Surabaya : Penasuci, 1999), h. iv 41 Abd. Qorib Syarief, Metode Cepat Membaca Al Qur’an Al Huda (Jakarta : Hecca Mitra

Utama, 2005), h.1 42 Surya Madya et all, Kiat Mudah dan Cepat Baca Al Qur’an (Metode AMMA), (Jakarta :

Team AMMA,2003), hh.7-8

35

Agar dapat membaca Al Qur’an secara baik dan benar dengan

metode AMMA, ada kiat-kiatnya sendidi. Di buku disebutkan ada 10 kiat

yaitu :

1. Berniat (tekad) yang sungguh-sungguh

2. Meluangkan waktu yang cukup

3. Pengajar yang profesional

4. Dibaca langsung (tidak dieja)

5. Mengenal dan memahami perbedaan huruf Hijaiyah yang tidak

bertitik dan yang bertitik

6. Mengenal dan memahami perubahan huruf apabila dirangkai di awal,

di tengah dan di akhir kata

7. Mengenal dan memahami tanda baca

8. Menguasai terapan ilmu tajwid di Kunci 6 s/d 16

9. Dibaca secar berulang-ulang

10. Dipelajari secara intensif/kontinu.43

Lain lagi cara membaca Al Qur’an dengan metode Quantum

Daarut Tauhid. Adapun penggunaan metode ini yaitu dengan cara:

1. Memberikan motivasi kepada peserta bahwa belajar membaca Al

Qur’an adalah sesuatu yang sangat mudah dan tidak membutuhkan

waktu yang lama.

2. Sebelum memberikan materi, pemateri hendaknya memberikan

aturan/tata tertib kepada peserta selama mengikuti kegiatan belajar.

Hal ini sangat penting agar hasil yang akan dicapai bisa maksimal,

aturannya adalah sebagai berikut :

a). Peserta harus punya niat yang ikhlas (karena Allah) dalam

mengikuti kegiatan belajar membaca Al Qur’an. Tidak merasa

terpaksa ataupun hal yang lainnya.

43 Surya Madya et all , Kiat Mudah …,h. xii

36

b). Peserta tidak boleh ada yang menulis selama kegiatan

berlangsung, hal ini agar peserta bisa konsentrasi dalam mengikuti

materi yang disampaikan oleh pemateri.

c). Peserta harus mau berbicara/melafazkan setiap yang dituntunkan

oleh pemateri dari materi tersebut.

3. Pemateri tidak mengajarkan dahulu tentang makharijul huruf kepada

peserta mengenai huruf-huruf hijaiyah dan sebelum materi

disampaikan, pemateri hendaknya msatu sampai tiga orang peserta

yang dijadikan standar apakah peserta sudah menguasai materi apa

belum, peserta yang dijadikan standar adalah peserta yang punya

kemampuan terendah dari peserta yang hadir dalam kemampuan

membaca Al Qur’an.

4. Pemateri untuk memberikan hafalan huruf-huruf hijaiyah kepada

peserta yaitu dengan menghafalkan kata-kata lembaganya metode

Daarut Tauhid, yaitu :

SO TO DO DO : SA SA SA JA

RO KO PA KA LA : BA HA YA

NA AMA HA WA : A A A GO

DA DA DO DO : TA TO JA HA HO

5. Setelah mereka hafal kata-kata lembaga yang terdiri dari huruf-huruf

hijaiyah, selanjutnya pemateri memberikan cantolan-cantolan untuk

memudahkan peserta mengingat huruf dan agar peserta tidak lupa lagi

dengan apa yang dihafalnya.

6. Selanjutnya pemateri barulah mengajarkan harakat fathah, kasrah,

dhammah dan tangwin setelah benar-benar peserta dapat menghapal

huruf hijaiyah.

7. Selanjutnya pemateri mengajarkan tentang huruf-huruf hijaiyah yang

punya bentuk banyak seperti huruf HA, MIM, KAF dan ‘AIN.

8. Selanjutnya pemateri mengajarkan tentang huruf-huruf yang berekor

dan huruf-huruf yang sombong, ini adalah untuk mengajarkan kepada

37

peserta bagaimana cara membaca huruf hijaiyah ketika

disambung/dirangkai.

9. Selanjutnya pemateri mengajarkan kepada peserta cara membaca

panjang pendek dengan memakai harakat(baris).

10. Selanjutnya pemateri mengajarkan cara membaca sukun (mati) dan

tasydid dengan menggunakan istilah RAJA untuk tasydid, TENTARA

untuk sukun dan RAKYAT untuk huruf hijaiyah yang tidak berharakat

atau istilah MATAHARI untuk tasydid, BULAN untuk sukun dan

BINTANG untuk huruf hijaiyah yang tidak berharakat.

11. Selanjutnya pemateri mengajarkan panjang pendek dengan memakai

huruf mad yaitu ALIF, YA dan WAU.

12. Terakhir pemateri mengajarkan peserta membaca langsung dengan

ayat-ayat Al Qur’an, yaitu dengan cara ayat-ayat tersebut huruf

perhuruf dengan mencoba dirubah-rubah dari huruf yang satu kepada

huruf yang lainnya, demikian pula dengan merubah-rubah harakatnya.

Demikianlah secara ringkas gambaran cara menggunakan sistem

150 menit metode Daarut Tauhid.44 Metode lainnya yang

mengungkapkan tentang baca dan tulis Al Qur’an adalah metode Tunjuk

silang. Dikatakan metode tunjuk silang karena didalam ,metode ini

penerapannya digunakan paduan abjad Latin-Arab. Huruf-huruf Al

Qur’an yang tertulis dalam huruf dan bahasa Arab dibaca dari kanan ke

kiri. Sebaliknya bila huruf Al Qur’an tersebut ditulis dalam huruf-huruf

latin akan tampak adanya persilangan letak huruf yang saling tunjuk.

Bila dihubungkan akan membentuk garis tanda silang (X).karena :

1. Huruf awal pada huruf Al Qur’an yang terletak di kanan diterakan

oleh huruf awal latinnya tapi letaknya di kiri.

2. Huruf akhir pada huruf Al Qur’an diterakan oleh huruf akhir pada

huruf latin, tetapi letaknya berbeda tempat. Huruf Al Qur’an di kiri

dan latin di kanan.

44 Miftahudin, Sistem 150 menit Metode Quantum Daarut Tauhid,….,h.12-14

38

Pola pendidikan Islami adalah pola pendidikan Qur’ani yang

diaplikasikan Rasulullah SAW. dalam kehidupan sehari-hari,

diantaranya melalui metode-metode pendidikan yang dicontohkan oleh

beliau. Menurut Drs. Syahidin, M.Pd. (199:39-40) metode pendidikan

Qur’ani adalah suatu cara atau tindakan-tindakan dalam lingkup

peristiwa pendidikan yang terkandung dalam Al-Qur’an dan As-Sunah.

Dalam konsep ini segala bentuk upaya pendidikan didasarkan kepada

nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Ciri khusus

dalam metode Qur’ani adalah penyajiannya dapat menyentuh berbagai

aspek keperibadian murid, dimana pesan nilai disajikan melalui berbagai

bentuk penyajiannya yang dapat menyentuh berbagai ranah (domain)

peserta didik.

Dalam pola pendidikan Qur’ani dapat dikembangkan pula

berbagai metode lain yang sesuai dengan prinsip dan tujuan pendidikan

serta sifat dari materi pendidikannya. Karena itu konsep pendidikan

Qur’ani bersifat terbuka dan adaptif terhadap konsep yang selaras

dengan prinsip-prinsip dasar Qur’an tentang pendidikan. Metode

pendidikan Qur’ani memiliki prinsip :

1) Prinsip kasih sayang

2) Prinsip keterbukaan

3) Prinsip keseimbangan, dan

4) Prinsip integritas/keterpaduan.45

Adapun aplikasi metode pendidikan Qur’ani beserta contoh-

contoh dan dalilnya adalah sebagai berikut :

a) Metode Kisah Qur’ani

Secara terminologis, kisah Qur’ani adalah pemberitaan Al-

Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian)

yang terdahulu, dan peristiwa yang telah terjadi. Al-Qur’an banyak

45 Abdullah Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al Qur’an (Jakarta

: Modern English,1991),h.16

39

berisi keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa,

keadaan negeri-negeri, dan peninggalan atau jejak setiap umat. Al-

Qur’an menceritakan semua keadaan itu dengan cara yang menarik

dan mempesaona, dengan bahasa yang mudah dipahami. Kisah dalam

Al-Qur’an merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada orang-

orang terdahulu, dan merupakan peristiwa sejarah yang dapat

dibuktikan kebenarannya secara filosofis dan ilmiah melalui saksi-

saksi berupa peninggalan orang-orang terdahulu, seperti Ka’bah di

Mekkah, Masjidil Aqsa di Palestina, Piramida dan Sphink di Mesir,

dan sebagainya. Firman Allah :

“Kisah-kisah dalam Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-

buat, akan tetapi membenarkan terhadap kitab-kitab

sebelumnya. Dan Al-Qur’an itu menjelaskan tentang segala

sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang

beriman.” (Qs. Yusuf : 111).46

Al-Qur’an menceritakan suatu generasi ke generasi lainnya

bagaikan mata rantai tidak terputus, bahkan lebih jauh dari itu bukan

sekedar menceritakan peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, karena

peristiwa yang akan terjadi diakhiratpun digambarkannya secara

gambling, seperti dialog dua orang yang bersahabat di dunia,

kemudian mereka bertemu di akhirat dalam tempat yang berbeda,

yang satu sebagai penghuni neraka, dan yang satunya lagi penghuni

46 Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta : Departemen Agama RI

40

surga, sebagaimana terdapat dalam surat Al-A’raaf : 44, yang

berbunyi :

Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-

penghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya kami

dengan Sebenarnya Telah memperoleh apa yang Tuhan kami

menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu Telah

memperoleh dengan Sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu

menjanjikannya (kepadamu)?" mereka (penduduk neraka)

menjawab: "Betul". Kemudian seorang penyeru (malaikat)

mengumumkan di antara kedua golongan itu:

"Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim,

Kisah Qur’ani membawa dampak posistif secara langsung

terjadap kewajiban murid. Di antara dampaknya adalah :

a. Dampak terhadap emosi murid :

1). Tertanamnya kebencian terhadap kedoliman, dan kecintaan

terhadap kebajikan.

2). Tertanamnya rasa takut akan siksa Allah SWT dan tumbuhnya

harapan terhadap rahmat Allah.

b. Dampak terhadap motivasi murid :

1). Memperkuat rasa percaya diri, dan kebanggaan terhadap ajaran

agama Islam.

41

2). Menumbuhkan keberanian, sanggup mempertahankan

kebenaran, dan meningkatkan rasa keingintahuan.

c. Dampak terhadap penghayatan murid :

1). Timbulnya kesadaran melaksanakan perintah agama,

2). Munculnya rasa keikhlasan, kesabaran, dan tawakal.

d. Dampak terhadap pola pikir murid :

1). Melatih berpikir kritis

2). Melatih berpikir realistis

3). Melatih berpikir analitis

4). Melatih berpikir analogis

Dalam pendidikan Islam, kisah-kisah dalam Al-Qur’an

mempunyai fungsi edukatif yang sangat berharga dalam suatu proses

penanaman nilai-nilai ajaran Islam. Penyampaiannya tidak dapat

diganti dengan bentuk lain, kecuali dengan bahasa lisan. Di antara

fungsi edukatif Kisah Qur’ani, ialah dapat dijadikan sebagai bahan

pelajaran dan sekaligus sebagai metode pelajaran.

b) Metode Ibrah Mauizah

Metode ibrah ialah suatu cara yang dapat membuat kondisi

psikis seorang (siswa) mengetahui intisari perkara yang

mempengaruhi perasaannya, yang diambil dari pengalaman-

pengalaman orang lain atau pengalaman hidupnya sendiri, sehingga

sampai pada tahap perenungan, penghayatan, dan tafakur yang

menumbuhkan amal perbuatan. Sedangkan pelajaran melalui tutur

kata yang berisi nasihat-nasihat dan peringatan tentang baik-buruknya

sesuatu. Cara semacam ini sangat efektif bila guru memperlihatkan

situasi dan kondisi murid. Banyak nasihat guru yang diabaikan

muridnya disebabkan guru kurang memperhatikan situasi dan kondisi

yang sedang dihadapi muridnya.

42

c) Metode Targhib-tarhib

Metode Targhib adalah strategi atau cara untuk meyakinkan

seseorang murid terhadap kekuasaan dan kebenaran Allah melalui

janji-Nya, disertai dengan bujukan dan rayuan untuk melakukan amal

shalih. Bujukan yang dimaksud adalah kesenangan duniawi akibat

melaksanakan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. Adapun

Tarhib adalah strategi untuk meyakinkan seorang murid terhadap

kekuasaan dan kebenaran Allah melalui ancaman siksaan sebagai

akibat melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, atau tidak

melaksanakan perintah Allah.

d) Metode Tajribi (Latihan Pengalaman)

Latihan pengalaman dan pembiasaan diisyaratkan dalam Al-

Qur’an sebagai salah satu cara yang digunakan dalam pendidikan.

Allah dan Rasul-Nya telah memberikan tuntunan untuk menerapkan

sesuatu perbuatan dengan cara pembiasaan. Latihan pengalaman

dimaksudkan sebagai latihan terus-menerus, sehingga siswa terbiasa

melakukan sesuatu sepanjang hidupnya. Suatu saat setelah latihan

selesai, maka siswa terbiasa dan merasakan bahwa melakukan sesuatu

tersebut tidak menjadi beban, bahkan menjadi kebutuhan hidupnya.

e) Metode Uswah Hasanah (Keteladanan)

Salah satu metode pendidikan yang dianggap besar

pengaruhnya terhadap keberhasilan proses belajar-mengajar adalah

metode pendidikan dengan keteladanan. Dimaksud metode

keteladanan disini, yaitu suatu metode pendidikan dengan cara

memberikan contoh yang baik kepada para peserta didik, baik dalam

ucapan maupun dalam perbuatan. Manusia telah diberi kemampuan

untuk meneladani para Rasul Allah dalam menjalankan

kehidupannya. Di antara Rasul Allah yang harus kita contoh adalah

Nabi Muhammad SAW, karena beliau telah menunjukkan bahwa

43

pada dirinya terdapat suatu keteladanan yang mencerminkan

kandungan Al-Qur’an secara utuh. Contoh bentuk Metode

Keteladanan, yaitu :

a. Keteladanan Disengaja

Peneladanan kadangkala diupayakan dengan cara

disengaja, yaitu pendidik sengaja memberi contoh yang baik

kepada para peserta didiknya supaya dapat menirunya.

Umpamanya guru memberikan contoh untuk membaca yang baik

agar para murid menirunya, imam membaikkan shalatnya dalam

mengerjakan shalat yang sempurna kepada ma’mumnya, dan

sebagainya.

b. Keteladanan Tidak Disengaja

Dalam hal ini, pendidik tampil sebagai figur yang dapat

memberikan contoh-contoh yang baik dalam kehidupan sehari-

hari. Bentuk pendidikan semacam ini keberhasilannya banyak

bergantung kepada kualitas kesungguhan realitas karakteristik

pendidikan yang diteladani, seperti kualitas keilmuannya,

kepemimpinannya, keikhlasannya, dan lain sebagainya. Dalam

kondisi pendidikan seperti ini, pengaruh teladan berjalan secara

langsung tanpa disengaja. Oleh karena itu, setiap orang yang

diharapkan (termasuk guru) hendaknya memelihara

tingkahlakunya, disertai kesadaran bahwa ia bertanggungjawab di

hadapan Allah dalam segala hal yang diikuti oleh orang lain

(termasuk murid) sebagai pengagumnya.

f) Metode Qiro’ati

Metode qiro’ati adalah cara mengajar membaca al-qur’an

dengan buku qiraati dan menawarkan pengajaran yang sistematis dan

mendetail. Metode ini diantaranya mengajarkan bacaan gharib

(bacaan yang langka/aneh) dalam al-qur’an yang tidak terdapat dalam

metode yang lain. Metode qiro’ati adalah yang mujawwad murattal

(mengajarkan tajwid dan cara baca tartil), dilakukan secara klasikal

44

yaitu beberapa murid membaca dan menyimak bersama dalam satu

ruangan. Adapun sasarannya adalah untuk anak sekitar 4-6 tahun, 6-

12 tahun dan mahasiswa. Metode pembelajaran qiro’ati memiliki

cirri-ciri sebagai berikut : a. Praktis, b. Sederhana (realis, tidak

teoris), c. Sedikit demi sedikit (tidak menambah sebelum bisa dengan

lancar). d. Merangsang murid untuk saling berpacu. e. Tidak

menuntun membaca. f. Waspada atau teliti dalam bacaan salah

terutama pada bacaan yang salah kaprah.47

9. Manfaat Baca Tulis Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an mempunyai beberapa manfaat. Al-Qur’an

secara tegas menyebutkan tentang hal tersebut sebagaimana yang dijelaskan

dalam surat Al-Baqoroh : 121, sebagai berikut :

Orang-orang yang Telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka

membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman

kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka

Itulah orang-orang yang rugi.

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa membaca Al-Qur’an merupakam

kegiatan yang mulia dan terdapat banyak manfaat sertakeuntungan sehingga

akan merugi orang-orang yang mengabaikannya. Membaca Al-Qur’an adalah

jalan untuk mengingat Allah SWT dan memohon do’a kepada-Nya.Karena

dalam membaca Al-Qur’an terjadi hubungan antara manusia dengan Allah

SWT.

47 http://www.qiraati.org/index.php?opion=com_content&task=view&id=21&itemid=26.

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti atau mengetahui strategi

pembelajaran baca tulis al-qur’an pada kegiatan ekstrakurikuler dalam

meningkatkan kemampuan membaca dan menulis al-qur’an di SLTPI Nurul

Jihad Bekasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLTPI Nurul Jihad Bekasi. Waktu

pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah pada semester genap tahun

pelajaran 2008/2009.

C. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif dan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut

Hadari Nawawi yang dimaksudkan dengan penelitian deskriptif adalah

“prosedur atau cara memecahkan penelitian dengan dengan memaparkan

keadaan obyek yang diselidiki (seseorang, lembaga, masyarakat) sebagaimana

adanya berdasarkan fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang ini.”1

1 Hadari Nawawi dan HM. Martini, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta :

Gajah Mada Universty Press,1987),h.67

45

46

Sedangkan metode penelitian deskriptif yang digunakan adalah metode

deskriptif analisis yaitu, salah satu metode yang dapat digunakan dalam

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan dan

melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian (seseorang, lembaga,

masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang

tampak atau sebagaimana adanya.2 Secara singkat dapat dikatakan bahwa

metode deskriptif analisis merupakan langkah-langkah melakukan representasi

obyektif tentang gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diselidiki.3

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok orang, benda atau hal yang menjadi

sumber pengambilan sampel. Sedangkan sampel adalah sekumpulan yang

memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.4 Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SLTP I Nurul Jihad Bekasi, yang

mengikuti ekstrakurikuler baca tulis Al-Qur’an, berjumlah 27 orang.

Dikarenakan jumlah populasi penelitian ini sedikit, yaitu 27 orang, maka

teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Quality

Sampling atau sensus. Istilah lain dari sampling adalah sampel jenuh, dimana

semua anggota populasi dijadikan sampel.5 Hal ini adalah suatu teknik

sampling yang memberikan kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap

unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Penentuan

didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa

“apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah

subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih tergantung dari

kemampuan peneliti.6

2 Hadari Nawawi dan HM. Martini, Instrumen Penelitian …,h.63 3 Husen Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,(Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada,2001),cet. 4,h.22 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi

II,h.695. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : CV.Alfabeta,1998),h.98. 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : PT. Rineka

Cipta,1993),cet.3,h.128.

47

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan permasalah

maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

yaitu yang dilakukan adalah teknik observasi partisipasi (pengamatan).

Observasi dilakukan sebagai teknik pengumpulan data dengan alasan,

bahwa data-data yang berkaitan dengan penelitian yang terdapat dilokasi

hanya dapat dikumpulkan melalui pengamatan. Adapun data yang diambil

adalah data sekunder yaitu data yang diperlukan, berupa hasil wawancara

dengan para siswa.

2. Wawancara

Yaitu dengan bentuk pertanyaan berupa lisan, dengan pedoman wawancara

yang telah dipersiapkan secara tuntas dan teknik wawancara yang dipakai

adalah teknik wawancara langsung, yaitu wawancara yang dilakukan

sebagai alat, alasan penggunaan teknik ini adalah karena data yang

dikumpulkan dalam penelitian berupa data kualitatif yang langsung

didapatkan dari sumbernya, maka teknik wawancaralah yang paling tepat

dan mendalam untuk mengumpulkan datanya. Adapun yang akan

diwawancarai adalah guru dan para siswa yang mengikuti kegiatan ekstra

kurikuler.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data tentang

sekolah, guru, dan pembelajaran serta siswa yang ada pada SMP I Nurul

Jihad Bekasi.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan dengan cara mencari

dan menyusun data secara sistematis data yang diperoleh melalui

48

wawancara, catatan lapangan dan bahan – bahan lain sehingga dapat

dengan mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain.10

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan

diantaranya :

1. Pengumpulan informasi, melalui observasi, wawancara, dan rekaman

kegiatan.

2. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi yang sesuai

dengan masalah penelitian untuk kemudian dipalajari oleh peneliti.

3. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk

deskripsi.

4. Tahap akhir adalah menarik kesimpulan yang dapat diceritakan kepada

orang lain.

7. sugiyono, Metode penelitian pendekatan kualitatif dan kuantitatif............,h.334

49

BAB IV

DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

A. Gambaran Umum SMP I Nurul Jihad Bekasi

1. Latar Belakang Sejarah Berdirinya

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi di

mana Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi berada

dilokasi pemukiman yang prestisius di Bekasi. Semula ia merupakan

persawahan tadah hujan dengan rumah-rumah penduduk yang sangat

sederhana. Kemudian merubahnya dan menatanya dengan apik, terdiri dari

rumah-rumah tempat tinggal lengkap dengan Jalan-jalan yang lebar dengan

pepohonan di kanan. Dii pemukiman inilah Yayasan Pendidikan Islam

Nurul Jihad Bekasi mengembangkan sekolah Islam. Pada waktu itu hanya

Madrasah Ibtidaiyah dan Taman Kanak-kanak, kemudian berkembang dan

melebarkan sayapnya dengan dibangunnya Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama dan Sekolah Menengah Umum (Badruzzaman Busyairi,

Berkhidmat Untuk Umat dan Bangsa, Reka Studiografis)1. Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi ini letaknya

berdampingan dengan Taman Kanak-kanak Islam. Pada awalnya sekolah

ini terletak di sebuah Taman Kanak-kanak dengan peralatan yang

sederhana. Kantornya bergabung dengan kantor Taman Kanak-kanak

1 Profil SMP I Nurul Jihad Bekasi, (Bekasi:SMP I Nurul Jihad, 2006),h.3

49

50

dengan muridnya yang berjumlah 55 orang, terbagi dalam dua ruangan.

Dipimpin oleh Syahrial Liza yang juga kepala Madrasah Ibtidaiyah.2

Tahun kedua (TP1995/1996), keadaan mulai berubah, diantaranya

Kepala sekolah dipercayakan kepada Bapak Drs Sudarmo, kemudian

perhatian masyarakat meningkat tajam. Muridnya menjadi bertambah 4

kali lipat dari sebelumnya, menjadi 210 murid yang lokasinya masih berada

di Taman Kanak-kanak dan kelas tertinggi baru sampai kelas 3. Tahun

ketiga (TP1996/1997), ruang kepala sekolah sudah ada titik perubahan

yakni menempati gedung tersendiri yakni Gedung Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi. Bangunannya megah.

Fasilitasnya bagus. Hal ini semakin mendorong kepala sekolah dan para

guru, semakin tekun mendidik murid-muridnya yang mencapai 380 orang.

Waktu belajar di sekolah ini adalah pagi hari, hal ini mengingat di

pagi hari kondisi para siswa dan siswi baik fisik maupun mental masih

segar. Untuk data lebih lengkap tentang perkembangan siswa, guru, dan

karyawan.

Visi yakni mewujudkan cendikiawan muslim yang bertaqwa kepada

Allah SWT.

Misi, tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut.3

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler baca dan tulis Al-Qur’an terhadap

siswa merupakan salah satu bagian dari sekian banyak kegiatan ekstra

kurikuler yang merupakan kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran untuk

membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan

minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh

pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan

berkewenangan di Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi.

2 Hasil Wawancara dengan Bapak Endang Suparman Kepala Sekolah, 3 Oktober 2011. 3 Hasil Observasi langsung di SLTPI Nurul Jihad.

51

B. ANALISIS DATA

1. Strategi pembelajaran baca tulis Al-Quran pada kegiatan

ekstrakulikuler dalam meningkatkan kemampuan membaca dan

menulis Al-Quran di SLTPI Nurul Jihad.

Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam sesuai dengan program yang telah ditentukan, maka kegiatan

ekstrakurikuler baca dan tulis Al-Qur’an di Sekolah Menengah Pertama

Islam Nurul Jihad Bekasi adalah :

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler baca dan tulis Al-Qur’an

terhadap siswa merupakan salah satu bagian dari sekian banyak kegiatan

ekstrakurikuler yang adalah kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran

untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi,

bakat,dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus

diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang

berkemampuan dan berkewenagan disekolah. Dan karenanya menjadi sub

pendidikan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya di

Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi.4

Secara umum kegiatan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an di

Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi sudah diprogramkan,

yakni sebagai kegiatan yang dipilih oleh siswa sebagai kegiatan

pengembangan diri diluar mata pelajaran, dimana setiap siswa harus

mengikuti pelajaran tambahan yang diadakan pada waktu-waktu yang telah

ditentukan disamping dikelas masing-masing, pembelajaran baca tulis Al-

Qur’an diperuntukkan bagi siswa secara umum.5 Berdasarkan data atau

informasi yang telah dapat dikumpulkan sebagaimana diuraikan diatas,

kiranya ada beberapa temuan yang dapat dikemukakan. Dengan

menggunakan predikat kualitatif, maka hasil dari pengamatan langsung dan

beberapa wawancara dengan para responden menunjukkan bahwa

4 Hasil observasi langsung di SLTPI Nurul Jihad pada Tanggal 3 Oktober 2008 5 Ibid.,

52

kemampuan siswa dalam menulis, membaca Al-qur’an yang sangat

beragam.

Untuk menulis Al-Qur’an, dari 6 siswa semua sudah mencapai

±85% yang sudah dapat membaca dengan bagus, dan ±75% sudah dapat

menulis dengan bagus, kemampuan siswa dalam menulis Al-Qur’an yang

relatif sudah mencapai tarap bagus mungkin disebabkan seringnya

mempelajari tulisan Arab , dan dalam membaca mereka dikategorikan

bagus dikarenakan dalam melafazkannya memang sangat jelas bagi anak

seusianya. Dan ini dikarenakan karena adanya pengulangan pada setiap

akan memulai pembelajaran sehingga mereka terlatih membacanya

kemudian menulisnya.6 Pada prinsipnya banyak metode atau cara yang

dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran terutama pembelajaran baca

tulis Al-Qur’an. Hal ini tersebut tergantung pada relevansi tujuannya, sudut

pandang atau perspektif yang digunakan, serta tingkat pemahaman dan

tingkat penguasaan yang diinginkan.

Metode belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Islam

Nurul Jihad Bekasi pada dasarnya sama dengan yang lain yang sudah

berjalan yakni (klasikal dan privat), sebagaimana yang kita pahami hanya

satu hal yang harus diperhatikan adalah pencapaian target khusus dimana

para siswa harus dapat menguasai pelajaran sesuai dengan target

pembelajaran harian.

Ada dua target yang harus dicapai dalam Sekolah Menengah Pertama Islam

Nurul Jihad Bekasi

a). Siswa yang lulus dapat siap belajar dijenjang selanjutnya tanpa adanya

kesulitan

b). Siswi lebih mengenal dunia Islam karena setiap hari mereka dididik

dengan cara serba islami, sekaligus dapat beribadah praktis.

Ada beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran baca

tulis Al-Qur’an di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Nurul Jihad Bekasi,

diantaranya :

6 Hasil Wawancara dengan siswa di SLTPI Nurul Jihad Bekasi

53

A. Strategi Peningkatan Membaca Al-Qur’an menggunakan beberapa

metode, diantaranya :

a. klasikal

Dalam mengajarkan membaca pada anak dengan cara klasikal

adalah pertama-tama seorang guru menjelaskan . Kemudian membuat

kalimat sesuai dengan bacaan yang ada di dalam buku yang anak

gunakan. Untuk mengimbangi bacaan tersebut setiap pertemuan guru

mencoba mengenalkan huruf hijaiyyah kemudian untuk satu hari

berikutnya guru menambahkan 2 huruf lagi kemudian mengevaluasi

dan begitu seterusnya sampai anak kenal dan mengetahui semua huruf

abjad A sampai dengan Z. Dalam pembelajaran semacam ini guru

mengevaluasi kegiatan baca ini dengan cara setiap akhir bulan dan

mencoba mengadakan perlombaan.

Dengan mengadakan perlombaan disini bukan berarti hanya

ingin bersenang-senang akan tetapi agar mereka tertarik terhadap baca

tulis Al-Qur’an sehingga apa yang telah disampaikan oleh guru tidak

hilang begitu saja, sehingga dari sinilah guru akan melihat sejauh mana

minat mereka dalam mempelajari baca tulis Al-Qur’an.7

Setelah selesai pada pembahasan satu guru pun melanjutkan ke

pembahasan berikutnya. Didalam pembahasan ini guru menyampaikan

tidak jauh berbeda. Namun, dalam bahasan ini ada beberapa bahasan

yang diulang penyampaiannya, misalnya guru mengajarkan awalan,

akhiran, dan sisipan kata-kata menerangkan dengan jelas secara

bertahap. Jangan sekali-kali mengajarkan secara keseluruhan, selain

anak bingung juga anak akan merasa bosan.8

b. Demontrasi.

Dalam mendalami materi baca tulis Al-Qur’an disajikan VCD

tentang “cara praktis membaca Al-Qur’an” dan disajikan juga kaset

“pengajian Al-Qur’an dan terjemahan “ Zuz Amma setelah itu

7 Wawancara dengan guru ekstrakurikuler Ibu Dewi lestari Tanggal 4 Oktober 2008 8 Hasil pengamatan langsung dilapangan pada tanggal 16 Oktober 2008

54

diadakan penampilan siswa dalam hubungan baca tulis Al-Qur’an yaitu

menyusun huruf-huruf Al-Qur’an sehingga menjadi satu surat.

Dalam mengajarkan membaca sangat diperlukan cara untuk

mempermudah anak dalam mengingat huruf. Metode yang cocok

untuk memudahkan anak mengingat kembali huruf adalah

menggunakan metode pendalaman. Pengenalan membaca yang efektif

adalah mengenalkan seluruh bunyi suku kata dasar yang menjadi

pembentuk kata dalam bahasa Indonesia.

c. privat.

Selain secara klasikal pembelajaran Al- qur’an di SMPI Nurul

Jihad Bekasi, menggunakan cara privat, yaitu anak disuruh baca buku

“Bacalah 1” satu persatu setiap pertemuan 1 halaman bagi yang benar

dan lancar atau masih keliru bacanya maka guru mengulangi di

pertemuan berikutnya. Siapa yang sudah tamat bacalah 1 maka guru

memberi “Bacalah 2” dan setelah selesai bacalah 2, maka anak

diajarkan baca lewat majalah, Koran dan sejenisnya bahkan bagi anak-

anak yang benar-benar lancar.

d. Membaca cerita.

proses belajar baca dan tulis Al-Qur’an ini dapat memberikan

kesempatan kepada mereka untuk menggali segala kemampuan diri

mereka dan dapat menggali segala kemampuan mereka diri mereka

dan dapat menggali ilmu lebih luas, karena tidak berpatok hanya pada

guru saja melainkan siswa/i dapat lebih aktif untuk mencari

tambahan, pengetahuan, misalnya siswa lebih banyak membaca cerita

pendek mengenai sejarah Al-Qur’an.10

e. Information search.

Pelaksanaan strategi pengembangan baca dan tulis Al-Qur’an lebih

menitikberatkan pada peserta didik untuk mencapai segala

kemampuan yang mereka miliki, karena mereka yang mempunyai

kompetensi adalah mereka yang studi, merekalah yang harus aktif

10 Wawancara langsung dengan siswa pada tanggal 17 0ktober 2008

55

dalam pembelajaran sehingga sungguh menguasai kompetensi yang

diharapkan.

Belajar Al-Qur’an sangat menarik, karena bisa mencari

informasi bahan belajar serta dapat bertukar fikiran dengan orang

lain, sehingga dari sinilah akan terlihat segala kemampuan yang

dimiliki oleh para peserta didik terutama dalam baca dan tulis Al-

Qur’an. Tentu saja dalam hal ini para guru memakai berbagai

macam strategi dalam pelaksanaan pengembangan baca tulis Al-

Quran diharapkan para siswa mampu untuk menjalankannya.

f. Metode Praktek dan latihan

Subtansi latihan adalah usaha untuk mengaplikasikan dan

juga untuk mengetahui dampak perkembangan yang dialami siswa

selama pembelajaran baca tulis berlangsung, pada tahap ini siswa

diharuskan untuk membaca bacaan Al-Qur’an lalu melaksanakan

latihan menulis ayat Al-Qur’an.9

2. Strategi peningkatan menulis Al-Qur’an menggunakan bebrapa

metode, diantaranya :

a. Imla.

Metode imla ialah metode pembelajaran penulisan Al-Quran

dengan cara dikte. Keberhasilan metode imla ditunjang oleh kemampuan

siswa tentang makhorijul huruf dan tajwid.

b. Demonstrasi

Dalam mendalami materi penulisan Al-Qur’an ini, disajikan juga

metode demonstrasi, dimana seorang guru memberikan contoh penulisan

huruf-huruf hijaiyah yang benar baik secara langsung maupun tidak

langsung ( menggunakan audio visual ). Dalam metode ini guru dapat

menggunakan audio visual dalam penyampaian materi, sehingga proses

pembelajaran menjadi lebih menarik dan dapat menungkatkan daya ingat

para peserta didik.

9 Wawancara Langsung Dengan Guru Ekstrakurikuler Pada Tanggal 20 Oktober 2008

56

c. Kaligrafi

Penulisan kaligrafi merupakan penulisan huruf arab dengan indah.

Dalam pelaksanaan penulisan kaligrafi ini seorang guru memberikan

contoh penulisan kaligrafi kepada para siswa, kemudian siswa mengikuti

apa yang dicontohkan oleh guru. Selain itu para siswa di berikan

kebebasan untuk berkreasi dalam upaya meningkatkan kreativitas para

siswa dalam penulisan kaligrafi.11

d. mewarnai

Metode pembelajaran menulis, untuk dapat menulis seorang anak

harus dapat menggunakan alat tulis dengan terampil. Latihan yang terbaik

adalah menggunakan pensil atau krayon dengan terampil. Menelusuri,

meniru, menggunakan titik-titik dan mewarnai adalah latihan menulis

yang sangat baik. Dalam belajar menulis seorang anak harus dapat

menggunakan alat tulis dengan terampil. Latihan yang terbaik adalah

menggunakan pensil atau bolpoint dengan terampil. Menelusuri, meniru,

menggambungkan, adalah latihan menulis yang sangat baik. Jadi, yang

harus dilakukan oleh guru atau orang tua adalah jadikan anak sebagai

subyek pembelajaran itu sendiri biarkan mereka aktif mencari tahu.

Pancinglah mereka agar mengejar informasinya.

Dari hasil pengamatan lapangan langsung dikelas dan lingkungan

sekolah, bahwa diterapkannya metode baca dan tulis Al-qur’an di Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi berjalan dengan

baik,dapat dikatakan bahwanya dalam penerapan ini memang lebih dititik

beratkan pada guru agama dalam menyampaikan bahan-bahan pengajaran

dan juga dapat memberi kesempatan - kesempatan pada murid untuk dapat

kesempatan atas segala kemampuan yang mereka miliki dalam baca dan

tulis Al-Qur’an, sehingga mereka dapat membaca secara tartil sesuai

dengan apa yang diharapkan. Ketika melakukan pengamatan ini, terlihat

disana gerak-gerik cara siswa dalam mempelajari baca tulis Al-Quran, dan

ternyata mereka sangat antusias sekali terhadap pelaksanaan baca dan tulis

11 Wawancara Langsung Dengan Guru Ekstrakurikuler …..

57

Al-Qur’an. Apabila dilhat dari proses belajar didalam kelas penulis

melihat bahwasannya guru itu benar-benar dapat menarik minat siswa,

segala kekreatifan, antusias, dan nalar mereka baik mereka mempunyai

kemampuan wawasan dan kemampuan belajar, serta mempunyai kesiapan

dalam belajar dan dapat merealisasikannya dengan baik dan penuh

tanggungjawab.

Dalam hal ini guru berperan untuk membantu individu dan upaya

mencapai segala potensi seorang guru juga harus mampu, memotivasi

siswa melakukan sesuatu sesuai dengan kebutuhan individualnya. Untuk

memberikan kesempatan kepada para siswa/siswi sesuai dengan minat dan

kebutuhannya masing-masing setelah adanya proses belajar, yang akan

menghasilkan tingkah laku manusia. Pada dasar timbulnya, karena adanya

rangsangan dari luar yang hasilnya dapat dirasakan oleh setiap para

siswa/siswi karena mereka mempunyai ciri-ciri baik fisik maupun psikis

yang membedakan antara satu sama lainnya yang mana setiap siswa/siswi

mempunyai perbedaan dalam diri mereka masing-masing, seperti :

kemampuan potensial, yang didalamnya terdapat bakat dan kecerdasan

yang sebetulnya pada hakikatnya bakat merupakan hasil interaksi antar

faktor bawaan lingkungan. Oleh karena itu semua tidak tetap, melainkan

dapat berubah, namun sampai seberapa besar perubahan itu terjadi pada

diri seseorang, belum dapat dipastikan dan semua ini merupakan

tanggungjawab guru untuk memberikan rangsangan kepada para peserta

didik terhadap segala berbagai macam contoh untuk dapat diterapkan

dilingkungan sekolah dan masyarakat.11

Terhitungnya bahwa siswa/i sangat melaksanakan metode baca

dan tulis Al-Qur’an ini, ketika peneliti melakukan pengamatan langsung

dikelas, para siswa/siswi saling berpacu dalam mengeluarkan segala

macam kemampuan yang mereka miliki.12 Sebagai suri tauladan bagi

siswa/siswi didiknya, tidak terlepas dari hambatan dan dukungan dari

11 Wawancara langsung dengan guru ektrakurikuler pada tanggal 20 Oktober 20008 12 Observasi langsung dilingkungan SMPI Nurul Jihad pada tanggal 20 Oktober 2008

58

berbagai pihak. Hambatan dan dukungan itu dijadikan titik tolak untuk

melakukan langkah selajutnya, karena proses pendidikan merupakan

proses menciptakan anak didik kearah kedewasaan. Hal itu tentu saja

memerlukan waktu, tenaga dan fikiran, dan faktor-faktor yang dapat

memperlancar proses tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal.13

2. Faktor pendukung dan penghambat strategi pembelajaran baca tulis

Al-Qur’an pada kegiatan ekstrakulikuler dalam meningkatkan

kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an disekolah lanjutan

tingkat pertama Islam Nurul Jihad Bekasi

Berdarsarkan hasil wawancara , terdapat beberapa factor yang

berpengaruh terhadap pembelajaran baca tulis Al-Quran di SMP Nurul

Jihad , yang secara substansi mempengaruhi tingkat keberhasilannya .

Faktor-faktor yang pendukung antara lain adalah sebagai berikut :

a) Sarana musholla yang disediakan oleh sekolah untuk menunjang

kegiatan operasional kegiatan agama terutama pembelajaran baca tulis

Al-Quran.

b) Adanya kesadaran siswa untuk mengikuti kegiatan / program

keagamaan baca tulis Al-Quran.

c) Adanya kemauan yang besar dari siswa untuk belajar.

d) Adanya metode yang variatif dan cukup memadai untuk pelaksanaan

pembelajaran baca tulis Al-Quran.

e) Tersedianya banyak buku-buku sumber tentang baca tulis Al-Quran.

f) Adanya perangkat audio video dalam mendukung kegiatan / program

pembelajaran baca tulis Al-Quran , seperti VCD, TV.12

Selain factor-faktor pendukung tersebut , pembelajaran baca tulis

Al-Quran yang diberikan kepada siswa di SMP Nurul Jihad pun tidak

terlepas dari hambatan-hambatan sebagai berikut :

1. Sarana yang dimiliki oleh sekolah dalam menunjang kegiatan

pembelajaran baca tulis Al-Quran masih terbatas. Masjid sebagai alat

13 Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam 15 Wawancara lagsung dengan guru ekstrakulikuler pada tnggal 20 oktober 2011.

59

untuk mengelola kegiatan terlalu kecil namun dipergunakan untuk

mengelola hamper semua kegiatan. Sedangkan kebutuhan dan

kelengkapan sarana dalam menunjang kegiatan dan kelancaran

kegiatan.

2. Masih rendahnya kuantitas siswa yang mengikuti pembelajaran baca

tulis Al-Quran di sekolah dengan berbagai alasan , sehingga

berpengaruh terhadap kesulitan terjangkau dan terpantaunya siswa

kemampuan membaca dan menulis Al-Quran secara umum.

3. Terbatasnya waktu yang tersedia sehingga berakibat kepada rendahnya

frekuensi kegiatan dan bentuk pembelajarn yang dilaksanakan. 13

Memperhatikan hasil analisis data diketahui bahwa sistematika dan

efisiensi serta efektifitas metode yang dilakukan guru dalam pembelajaran

baca tulis Al-Quran belum memuaskan . Dalam kegiatan ini pula

dinyatakan metode belum menarik dan menyenangkan . Hasil akhirnya

adalah hasil belajar siswa masih belum sesuai harapan .

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya hasil

belajar siswa dalam pembelajaran baca tulis Al-Quran berhubungan dan

atau banyak ditentukan oleh factor metode yang digunakan oleh guru . Hal

ini juga menunjukan bahwa secara umum metode guru dalam penyajian

pembelajaran baca tulis Al-Quran masih sangat peril ditingkatkan.

Pertanyannya adalah bagaimana menemukan cara terbaik untuk

menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam pembelajaran ,

sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama

konsep tersebut.

Langkah –langkah atau upaya yang dilakukan oleh guru dalam rangka

mengatasi permasalahan tersebut yaitu meminta pihak sekolah dan peran

dari komite siswa untuk melengkapi sarana pembelajaran yang telah ada

kemudian untuk para siswa yang memiliki kemampuan yang masih rendah

16 Wawancara langsung dengan guru baca tulis Al-Quran…….

60

guru memberikan waktu khusus agar mereka dapat menungkatkan

kemampuannya sehingga todak tertionggal denan siswa-siswa lainnya.14

Ketika kita mengungkapkan suatu bahasa, apakah itu tertulis

maupun, diucapkan otaklah yang memproses kata-kata sehingga menjadi

kalimat-kalimat yang dipahami. Jadi, pengungkapan bahasa merupakan

fungsi otak. Tetapi otak tidak mungkin dapat memproses bahasa apabila

tidak ada informasi yang masuk. Membaca merupakan bahasa tulisan yang

dilambangkan oleh simbol-simbol tersebut melalui mata dan telinga. Mata

dan telinga tidak mampu mengerti simbol-simbol abstrak ini. Simbol-

simbol ini melewati mata dan telinga sebagai rangsangan kimia dan menuju

otak yang akan menafsirkan. Pengenalan dan pengertian hanya akan terjadi

di otak, tanpa memperhatikan dari mana rangsangan itu berasal. Begitupun

fungsi lidah yang mengucapkan dan tangan yang menulis semuanya itu

diproses di dalam otak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Zulkipli bahwa akselerasi perkembangan bahasa anak terjadi sebagai hasil

dari perkembangan fungsi simbolis. Dalam hal ini menetapkan

perkermbangan bahasa berdasarkan batas-batas umur, bukan masalah yang

mudah, sebab perkembangan bahasa itu sendiri tidak selalu sama karena

sering ada penyimpangan disana-sini. Bila pengembangan simbol bahasa

telah berkembang maka hal ini memungkinkan anak memperluas

kemampuannya memecahkan persoalan yang dihadapi dan memungkinkan

anak belajar dari bahasa ucapan orang lain.15 Menurut Dr. Gates kata-kata

ucapan sampai ke telinga akan melalui gelombang suara dan tulisan melalui

gelombang cahaya. Semua bahasa, apakah itu tertulis maupun mengerti

simbol-simbol abstrak, simbol-simbol ini hanya melewati mata dan telinga

sebagai rangsangan-rangsangan kimiawi dan menuju otak yang akan

menafsirkannya pengenalann dan pengertian hanya terjadi di otak, tanpa

memperhatikan dari mana rangsangan itu berasal. Jadi, agar otak mudah

menyerap dan mengingat kembali informasi simbol-simbol huruf maka

14 ibid; 17Zulkipli, Psikologi Perkembangan Anak (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,1986),h.156

61

informasi yang disajikan harus lengkap yaitu dalam wujud gambar, suara,

bentuk dan perasaan.

. Bahwasannya guru mempunyai tanggungjawab yang besar dalam

membangkitkan pelaksanaan baca dan tulis Al-Qur’an di Sekolah Lanjutan

Tingakt Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi. Dalam hal ini guru mempunyai

peranan yang sangat penting dalam memberikan stimulus kepada siswa

yang mana stimulus harus dibuat sedemikian rupa untuk memancing

adanya kemauan untuk belajar baca dan tulis Al-Qur’an, dengan

diberikannya stimulus itu secara langsung dengan sendirinya siswa akan

merespon segala rangsangan dalam belajar. Berlangsungnya proses belajar

yang baik tergantung seperti apa stimulus yang diberikan untuk para siswa

sehingga akan dapat menghasilkan yang baik, karena pembelajaran pada

siswa timbul apabila siswa merasa tertarik dari penjelasan yang diberikan

oleh guru yang memberikan pelajaran. Proses pembelajaran baca dan tulis

Al-Qur’an di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Nirul Jihad Bekasi

berjalan dengan baik dan efektif. Ini dilihat setelah diadakan wawancara

dari beberapa orang responden. Bahwasannya dilaksanakannya proses

belajar baca dan tulis Al-Qur’an ini dapat memberikan kesempatan kepada

mereaka untuk menggali segala kemampuan diri mereka dan dapat

menggali segala kemampuan mereka segala akan menghasilkan prestasi

belajar yang lebih baik lagi dan dapat menggali ilmu lebih luas, karena

tidak berpatok hanya pada guru saja melainkan siswa/i dapat lebih aktif

untuk mencari tambahan, pengetahuan, misalnya siswa lebih banyak

membaca cerita pendek mengenai sejarah Al-Qur’an. Pelaksanaan metode

baca dan tulis Al-Qur’an lebih menitikberatkan pada peserta didik untuk

mencapai segala kemampuan yang mereka meliki, karena mereka yang

mempunyai kompetensi adalah mereka yang studi, merekalah yang harus

aktif dalam pembelajaran sehingga sungguh menguasai kompetensi yang

diharapkan. Belajar metode Al-Qur’an sangat menarik, karena bisa mencari

informasi bahan belajar serta dapat bertukar fikiran dengan orang lain,

62

sehingga dari sinilah akan terlihat segala kemampuan yang dimiliki oleh

para peserta didik terutama dalam baca dan tulis Al-Qur’an.

Langkah-langkah yang dilakukan guru tidak terlepas dari

pendukung dan penghambatnya, adapun faktor yang dapat mempengaruhi

pelaksanaan metode bacaa tulis Al-Qur’an adalah bersumber dari berbagai

pihak antara lain : faktor intern yang menjadi pendukung dan penghambat

guru dalam menjalankan metode baca tulis Al-Qur’an adalah kesiapan

siswa dalam belajar, motivasi, dan karakteristik siswa. Adapun untuk faktor

eksternnya adalah guru, lingkungan, tujuan pembelajaran, dan kegiatan

ekstrakurikuler dalam menyalurkan minat dan hobi siswa. Sebagai suri

tauladan bagi siswa/siswi didiknya, tidak terlepas dari hambatan dan

dukungan dari berbagai pihak. Hambatan dan dukungan itu dijadikan titik

tolak untuk melakukan langkah selajutnya, karena proses pendidikan

merupakan proses menciptakan anak didik kearah kedewasaan. Hal itu

tentu saja memerlukan waktu, tenaga dan fikiran, dan faktor-faktor yang

dapat memperlancar proses tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal.

Pada dasar timbulnya, karena adanya rangsangan dari luar yang hasilnya

dapat dirasakan oleh setiap para siswa/siswi karena mereka mempunyai

ciri-ciri baik fisik maupun psikis yang membedakan antara satu sama

lainnya yang mana setiap siswa/siswi mempunyai perbedaan dalam diri

mereka masing-masing, seperti : kemampuan potensial, yang didalamnya

terdapat bakat dan kecerdasan yang sebetulnya pada hakikatnya bakat

merupakan hasil interaksi antar faktor bawaan lingkungan. Oleh karena itu

semua tidak tetap, melainkan dapat berubah, namun sampai seberapa besar

perubahan itu terjadi pada diri seseorang, belum dapat dipastikan dan

semua ini merupakan tanggungjawab guru untuk memberikan rangsangan

kepada para peserta didik terhadap segala berbagai macam contoh untuk

dapat diterapkan dilingkungan sekolah dan masyarakat.

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Strategi pembelajaran baca dan tulis Al-Qur’an di Sekolah Menengah

Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi. Pelaksanaan metode baca dan tulis Al-

Qur’an lebih menitikberatkan pada peserta didik untuk mencapai segala

kemampuan yang mereka meliki, karena mereka yang mempunyai

kompetensi adalah mereka yang studi, merekalah yang harus aktif dalam

pembelajaran sehingga sungguh menguasai kompetensi yang diharapkan.

Belajar metode Al-Qur’an sangat menarik, karena bisa mencari informasi

bahan belajar serta dapat bertukar fikiran dengan orang lain, sehingga dari

sinilah akan terlihat segala kemampuan yang dimiliki oleh para peserta didik

terutama dalam baca dan tulis Al-Qur’an. Selain itu juga ada beberapa

strategi peningkatan dalam membaca Al-Qur’an diantaranya : klasikal,

demonstrasi, privat, membaca cerita dan information search. Adapun

strategi peningkatan menulis Al-Quran diantaranya : Imla, demonstrasi,

mewarnai dan kaligrafi.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan baca dan tulis

Al-Qur’an di Sekolah Menengah Pertama Islam Nurul Jihad Bekasi. Faktor

intern yang menjadi pendukung dan penghambat guru dalam menjalankan

metode baca tulis Al-Qur’an adalah kesiapan siswa dalam belajar, motivasi,

dan karakteristik siswa. Adapun untuk faktor eksternnya adalah guru,

lingkungan, tujuan pembelajaran, dan kegiatan ekstrakurikuler dalam

63

64

menyalurkan minat dan hobi siswa. Sebagai suri tauladan bagi siswa/siswi

didiknya, tidak terlepas dari hambatan dan dukungan dari berbagai pihak.

Hambatan dan dukungan itu dijadikan titik tolak untuk melakukan langkah

selajutnya, karena proses pendidikan merupakan proses menciptakan anak

didik kearah kedewasaan. Hal itu tentu saja memerlukan waktu, tenaga dan

fikiran, dan faktor-faktor yang dapat memperlancar proses tersebut untuk

mencapai hasil yang maksimal. Pada dasar timbulnya, karena adanya

rangsangan dari luar yang hasilnya dapat dirasakan oleh setiap para

siswa/siswi karena mereka mempunyai ciri-ciri baik fisik maupun psikis

yang membedakan antara satu sama lainnya yang mana setiap siswa/siswi

mempunyai perbedaan dalam diri mereka masing-masing, seperti :

kemampuan potensial, yang didalamnya terdapat bakat dan kecerdasan

yang sebetulnya pada hakikatnya bakat merupakan hasil interaksi antar

faktor bawaan lingkungan.

B. SARAN

Berdasrkan temuan-temuan dalam penelitian , maka diajukan saran-saran

sebagai berikut :

1. Kepada guru hendaknya tidak fanatik terhadap pemakaian suatu metode

tertentu saja. Sebagai sikap yang baik, hendaknya guru senantiasa berupaya

memperbaiki dan meningkatkan komunikasinya dalam penyajian materi

demi efektifnya pembelajaran dengan selalu bersedia mencoba ,

mengadakan eksperimen pemakaian bermacam-macam metode , memilih

dan menilai mana yang kiranya paling baik dan paling tepat digunakan ,

sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih baik dan dapat lebih

berhasil.

2. kepada sekolah yang diteliti lebih mendorong pemaksimalan pembelajaran,

sehingga minimal lulusannya mengerti bacaan dan tulisan Al-Quran dan

dapat mempraktekannya di masyarakat.

3. Diharapkan agar siswa turut menciptakan iklim belajar yang kondusif sehingga metode guru akan menjadi lebih sismetis , efisien, komunikatif dan efektif untuk mencapai tujuan secara optimal . Selain itu , siswa juga

65

diharapkan dapat mencari bagaimana cara belajar yang bagus dan cocok untuk dirinya sendiri untuk kemudian mengkonsultasikannya kepada guru.

66

DAFTAR PUSTAKA

Aqib Zainal, Profesionalisme Guru Dalam Penbelajaran, Surabaya : Insan cendekia, 2002.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, Semarang :CV Alwaah, 1995.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Agama Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Muhammad Jamil B Irpan Abd. Gafar, Re-Formulasi Rancangan Penbelajaran Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Nur Insani, 2003.

Patton Patricia, EQ di Tempat Kerja, Jakarta : Pustaka Delapratasa, 2001.

Pemerintah, Undang-undang Sisdiknas,, Jakarta : Cemerlang , 2003.

Sudjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Al-Gensindo Offset, 2002.

Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002

Tim Penyusun, Modul Dirasah Islamiyah Pendidkan Kader Mubaligh, Jakarta : Koordinasi Dakwah Islam, DKI Jakarta, 1997.

Tu’u Tulus, Peran Disiplin PadaPperilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta : Gramedia, 2004.

Usman Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Winkel. Ws, Psikologi Pengajaran, Jakarta : PT. Gramedia, 1996.

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya Semarang: CV. Asy Syifa’, 1999

Abdul Wahid Al Banjari Abu Fajar Al Qalami, Terjemah Riyadhush Sholihin, Jakarta : Gitamedia Press, 2004

Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Makmun Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001.

67

Diknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2002.

Usman Basyirudin, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Jakarta :Ciputat

Press,2002

Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kreditur Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Irfan Abd Gafar, Muhamad Jamil. B, Re-formulasi Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Jakarta: Nurmsani,2003.

Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta : Kencana Prenada Media,2006.

Ihat Hatimah, Strategi Pembelajaran Bandung : CV. Andira,2000.

Usman Moh.Uzer, Menjadi Guru Profesinal, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2001.

Sukmadinata Nana Syaodih, Bimbingan Konseling, Bandung:PT Remaja Rosdakrya,2003.

An-Nahlawi Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta : Gema Insani Press,1996.

Jahaya SP Usman Efendi dan, Pengantar Psikologi Pendidikan,Umum Bandung :

Angkasa,1984.

Sumadi Suryabrata, Psikolodi Pendidikan Jakarta : PT. Rajawali Press,1993.

Conny R Semiawan, 2007 April 07, http://ontoekkoe.multiply.com.

SMANSA Semarang . http//id.wikipedia.org .com /wiki/kegiatan ekstrakurikuler

Departemen Pendididkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta : Balai Pustaka, 2005

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an Jakarta : Gema Insani, 2005.

Otong Surasman, Metode Insani: Kunci Praktis Membaca Al Qur’an Baik dan Benar Jakarta : Gema Insani,2002.

Abdullah Abdurrahman Saleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al Qur’an Jakarta : Modern English,1991.

68

DESAIN KISI-KISI

VARIABEL Indikator Sub Indikator

1 2

STRATEGI

PEMBELAJARAN

Perencanaan

1. Merencanakan dengan menyusun materi

pembelajaran. 2. Menentukan metode pembelajaran.

3. Menentukan media pembelajaran.

4. Menentukan evaluasi pembelajaran.

BACA TULIS

AL-QUR’AN Proses

1. Membaca 1. Membaca secara teliti

2. Membaca secara tartil

3. Mengenal perbedaan huruf

4. Mengenal huruf hijaiyyah

5. Mengenalkan hukum tajwid

2. Menulis 6. Mengenalkan huruf hijaiyyah

7. Mengenalkan huruf dan hukum tajwid

8. Mengenalkan dan memahami perbedaan hurf dan

kalimat hijaiyyah. 9. Mengenalkan dan memahami tanda baca

10. Membiasakan belajar menulis setiap saat

Evaluasi

1. Hasil dari membaca dan menulis sudah maksimal

2. Siswa-siswi dapat memahami huruf hijaiyyah dan

tajwid 3. Dapat membedakan huruf hijaiyyah

4. Dapat memahami kalimat dan isi dari bacaan yang

dipelajari 5. Hasil dari pelajaran BTAQ sudah mencapai hasil

yang maksimal

69

PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

Nama :

Jabatan :

Hari/Tanggal :

Tempat Wawancara :

Waktu :

1. Sejak kapan Bapak bertugas sebagai guru baca tulis Al-Qur’an di sekolah ini ?

2. Rencana apasaja yang akan bapak terapkan di sekolah ini berkaitan dengan baca

tulis Al-Qur’an?

3. Apakah rencana Bapak sudah cermat dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur’an?

4. Bisakah bapak terangkan mengenai langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran

baca tulis Al-Qur’an yang Bapak lakukan ?

5. Apakah kegiatan/aktivitas ini di dukung sepenuhnya oleh semua siswa dan guru

serta orang tua murid?

6. Apakah menurut Bapak dengan adanya Baca Tulis Al-Qur’an membantu dalam

proses pembelajaran di kelas?

7. Penunjang-penunjang apa saja yang menjadikan pembelajaran baca tulis Al-

Qur’an di sekolah ini terlaksana ?

70

HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH

Bapak Gunawan JW, ST, M.Pd.

1.Saya mulai bertugas disini sudah 4 tahun yang lalu.

2.Rencana yang saya terapkan disini adalah , dengan menerapkan baca iqro

sebelum pelajaran dilaksanakan, sehingga siswa terbiasa untuk membaca Al-

Quran. Dengan adanya baca iqra di awal maka para siswa terbiasa di rumah

untuk membaca Al-Quran.

3.Insya Allah sudah, karena jika saya perhatikan para siswa sebagian sudah dapat

membaca Al-Quran.

4.Langkah-langkah yang direrapkan adalah pertama-tama siswa harus membawa

buku iqra dan Al-Quran, selanjutnya para siswa membaca dan salah satu dari

mereka memimpin di depan kelas, lalu siswa yang lainnya mengikuti begitu

seterusnya, dengan adanya seperti itu maka para siswa ada rasa malu jika tidak

bisa membacanya.

5.Alhamdulillah semua mendukung, apalagi para orang tua dengan adanya seperti

ini para orang tua tidak takut anaknya tidak bisa membaca Al-Quran.

6.Pasti, karena dengan adanya BTAQ ini para siswa dapat membaca Al-Quran,

sehingga bisa membantu dalam pembelajaran khususnya pendidikan agama

islam.

7.Faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran baca tulis Al-Quran di

sekolah menengah Nurul Jihad Bekasi. Faktor interen yang menjadi pendukung

dan penghambat guru dalam menjalankan metode baca tulis Al-Quran adalah

kesiapan siswa dalam belajar, motivasi,dan karakteristik siswa. Adapun untuk

71

factor eksternnya adalah guru, lingkungan, tujuan pembelajaran, dan kegiatan

ekstrakulikuler dalam menyalurkan minat dan hobi siswa.

Mengetahui

Kepala SMPI Nurul Jihad Bekasi

Gunawan JW, ST, M.Pd.

72

PEDOMAN WAWANCARA GURU

Nama :

Jabatan :

Hari/Tanggal :

Tempat Wawancara :

Waktu :

1. Sejak kapan Bapak bertugas sebagai guru baca tulis Al-Qur’an di sekolah ini ?

2. Bisakah Ibu terangkan mengenai pelaksanaan baca tulis Al-Quran disekolan ini?

3. Apakah yang menjadi minat siswa untuk mengikuti kegiatan ekstra kurikuler

BTAQ?

4. Apakah dampak yang terjadi pada siswa setelah mengikuti pelajaran BTAQ di

Sekolah?

5. Metode apa yang Ibu terapkan mengenai proses pelaksanaan pembelajaran baca

tulis Al-Qur’an ?

6. Apakah kegiatan ini di dukung sepenuhnya oleh semua siswa dan guru serta

orang tua murid?

7. Apakah Faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran di

kelas?

8. Langkah-langkah apa sajakah yang ibu lakukan untuk mengatasi permasalahan

yang dihadapi oleh siswa tersebut?

9. Bagaimanakah perhatian kepala sekolah mengenai kegiatan pembelajaran baca

tulis Al-Quran ini?

73

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU

Ibu Ria Dahlia S.Pd.I.

1. Saya bertugas disin sudah 5 tahun, sejak tahun 2005 sampai sekarang.

2. Proses pembelajaran baca tulis Al-Quran dilaksanakan dengan tetap mengacu

pada petunjuk dan arah yang telah ditentukan dan digariskan dalam kurikulum .

Pembelajarannya sendiri tidak dilaksanakan setiap hari , karena baca tulis Al-

Quran merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler . Jadi kegiatan tersebut

hanya dilaksanakan seminggu sekali

3. Yang menjadi minat siswa dalam mengikuti BTAQ ini adalah subtansi latihan

adalah usaha untuk mengaplikasikan dan juga untuk mengetahui dampak

perkembangan yang dialami siswa sel;ama pembelajaran baca tulis berlangsung,

pada tahap ini siswa diharuskan untuk membaca bacaan Al-Qur’an lalu

melaksanakan latihan menulis ayat Al-Qur’an.

4. Dampak yang didapat adalah Bahwasannya dilaksanakannya proses belajar baca

dan tulis Al-Qur’an ini dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk

menggali segala kemampuan diri mereka dan dapat menggali segala

kemampuan mereka diri mereka dan dapat menggali ilmu lebih luas, karena

tidak berpatok hanya pada guru saja melainkan siswa/i dapat lebih aktif untuk

mencari tambahan, pengetahuan, misalnya siswa lebih banyak membaca cerita

pendek mengenai sejarah Al-Qur’an.

5. Metode yang dilaksanakan di sekolah ini adalah metode baca yang disampaikan

dalam bentuk klasikal, pendalaman materi dan juga dalam bentuk privat. Selain

74

itu disampaikan juga dengan metode praktek dan latihan sehingga para siswa

dapat memahami .

6. Alahamdilillah kegiatan ini sepenuhnya didukung oleh semua kalangan mulai

dari guru, orangtua dan siswa . Mereka semua turut berperan aktif dalam

pelaksanaan pembelajaran baca tulis Al-Quran ini.

7. Faktor penunjangnya yaitu : sraana mushalla yang disediakan oleh sekolah

untuk menunjang pembelajaran baca tulis Al-Quran .Kemudian adanya

kesdaran siswa untuk mengikuti kegiatan keagamaan pembelajaran baca tulis

Al-Quran . Selain itu didukung juga oleh metode yang variatif dan cukup untuk

memadai untuk pelaksanaan pembelajaran baca tulis Al-Quran. Adanya buku-

buku sumber tentang baca tulis Al-Quran dan adanya perangkat audio visual

dalam mendukung pembelajaran baca tulis Al-Quran seperti VCD dan TV.

Sedangkan yang menjadi factor penghambat kegiatan pembelajaran yaitu sarana

yang masih terbatas, kemampuan siswa yang masih rendah dan terbatasnya

waktu yang btersedia sehingga berakibat pada rendahnya frekuensi kegiatan dan

bentuk pembelajaran yang dilaksanakan.

8. Langkah-langkah yang saya lakukan yaitu meminta pihak sekolah dan peran

dari komite siswa untuk melengkapi sarana pembelajaran yang telah ada

kemudian untuk para siswa yang memiliki kemampuan yang masih rendah saya

memberikan waktu khusus agar mereka dapat meningkatkan kemampuannya

sehingga tidak tertinggal dengan siswa-siswa lainnya.

9. Alhamdulillah kepala sekolah selalu memperhatikan dan mengikuti

perkembangan pembelajaran , beliau selalu berusaha untuk mengarahkannya.

75

Beliau juga mengadakan evaluasi pada setiap akhir bulan dan selalu

menanyakan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran

untuk dicari jalan keluarnya bersama-sama

Mengetahui

Guru BTAQ SMPI Nurul Jihad Bekasi

Ria Dahlia S.Pd.I

76

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN SISWA

Nama :

Kelas :

Hari/Tanggal :

Tempat Wawancara :

Waktu :

1. Apakah kamu dapat memahami pelajaran baca tulis Al-Qur’an di Sekolah ini?

2. Apakah ada pelajaran tentang tata cara membaca Al-Qur’an?

3. Apakah semua pelajaran Baca tulis Al-Qur’an berbentuk huruf Arab? Jelaskan!

4. Dengan adanya pelajaran baca tulis Al-Qur’an, bisakah kamu menggabungkan

huruf arab yang terpisah menjadi kalimat?

5. Apakah dipelajari juga mengenai hukum membaca dalam Al-Qur’an?

6. Apakah dalam pelajaran baca tulis Al-Qur’an dipelajari juga tentang

pengenalan dan pemahaman tanda baca?

7. Setelah mempelajari baca tulis Al-Qur’an, apakah kamu dapat membedakan

huruf hijaiyyah dan hukum tajwid?

8. Apakah kamu dapat memahami, mengenalkan huruf dan kalimat hijaiyyah?

9. Apakah kamu dapat memahami, mengenalkan tanda baca ?

10. Apakah di rumah dan di sekolah kamu biasa menulis huruf Arab ?

77

HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA

1.Alahamdulillah dapat memahami, karena gurunya dalam memberikan materinya

perlahan-lahan, sehingga materi yang diajarkan dapat masuk dan menerapkannya

di rumah.

2.Ada, semuanya diajarkan mulai dari cara memegang Al-Quran sampai hukum

tajwidnya.

3. Tidak semuanya berbentuk huruf arab, diajarkan juga terjemahannya sehingga

saya dapat memahami arti dari surat yang saya baca.

4.Alhamdulillah sekarang ini sudah dapat menggabungkan huruf arab.

5.Semua dipelajari mulai pengenalan huruf arab, tajwid sampai terjemahannya,

selain itu juga saya dapat menggali ilmu lebih luas, karena tidak berpatok

kepada guru saja melainkan siswa/I dapat lebih aktif dalam mencari tambahan

pengetahuan, misalnya siswa lebih banyak membaca cerita pendek mengenai

sejarah Al-Quran.

6.Ya, dikenalkan karena jika tidak dipelajari tanda baca maka saya tidak dapat

membaca dan menulis huruf arab dengan baik dan benar.

7. Dapat, selain dikenalakan huruf hijaiyah saya juga dikenalakan dan dipelajari

hukum tajwid dan terjemahannya.

8.Alhamdulillah sampai sekarang saya sudah dapat memehami dan membedakan

huruf hijaiyah.

78

9. Dapat, yang pasti saya dan teman-teman harus dapat pula memahami tanda baca

dalam Al-Quran, sehingga jika membaca Al-Quran menjadi baik dan tartil.

10. Alhamdulillah di rumah dan di sekolah biasa membaca dan menulis Al-Quran,

hal ini dilaksanakan jika di rumah setelah solat maghrib dan di sekolah

sebelum pelajaran di mulai.