Abdi Seni - Jurnal | ISI Surakarta

14
40 Volume 13 No. 1 Juni 2022 EKPLORASI KOMPOSISI CHOIR NUSANTARA PADA KARYA MUSIK METAL KELOMPOK DJIWOASTRA Wahyu Purnomo 1 , Bondan Aji Manggala 2 , dan Denis Setiaji 3 1,2,3 Dosen Prodi Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta Email : [email protected] ABSTRAK Kegiatan penciptaan karya musik yang berbasis pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan judul “Ekplorasi Teknik Komposisi Harmoni dan Teknik Vokal Interlocking Pada Karya Musik Metal Kelompok Djiwoastra” ini mengupayakan terjadinya pengekpresian karya musik yang menampakkan adanya perkawinan antara estetika Nusantara danestetika Barat melalui garap komposisi vokal choir. Kesepakatanuntuk berkerjasama menyusun musikdengan menitik-beratkan kepada strategi kompositoris choir gregorian yang mengekplorasi bentuk-bentuk vokal Nusantara seperti Senggakan dan Gerongan (Jawa), juga teknik interlocking vokal Kecak Bali adalah problem solving point dalam mengatasi masalah peragaman teknik penggarapan musik metal yang dibutuhkan oleh kelompok musik Djiwoastra sebagai mitra. Metode Partisipation Action Reasearh diutamakan dalam kegiatan ini. Kegiatan ini menjadi wahana untuk mewujudkan kerjasama saling memahami antara tim pelaksana kegiatan dengan kelompok musik metal Djiwoastra, guna menguatkan potensi satu sama lain atas tantangan karya musik yang berbasis internalisasi keberagaman pengalaman. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk problem solving atas penyeimbangan estetika musik antara Barat dan Timur, sedikit-banyak telah tercapai dengan memperkuat teknik kompositoris transmedium bentuk-bentuk vokal Jawa seperti Senggakan, Gerongan, dan Kecak Bali yang dikemas dengan gaya gregorian choral, dapat menjadi teknik baru yang dikuasai mitra untuk mengembangkan karya-karya berikutnya. Kata kunci: PKM Karya Seni, Komposisi Choir, Metal, Nusantara. ABSTRACT The activity of creating musical works based on Community Service activities with the title “Exploration of Harmonious Composition Techniques and Interlocking Vocal Techniques in Metal Musical Works of the Djiwoastra Group” seeks to express musical works that show the marriage between Nusantara aesthetics and Western aesthetics through working on choir vocal compositions. The agreement to collaborate in composing music with an emphasis on the Gregorian choir composite strategy that explores Nusantara vocal forms such as Senggakan and Gerongan (Javanese), as well as the Balinese Kecak vocal interlocking technique is a problem solving point in overcoming the problem of diversity in metal music production techniques required by Djiwoastra music group as partners. The Participation Action Research method is prioritized in this activity. This activity is a vehicle for realizing mutual understanding between the team implementing the activity and the metal music group Djiwoastra, in order to strengthen each other’s potential for the challenges of musical works based on the internalization of diverse experiences. Community service activities that aim to solve problems in balancing the aesthetics of music between West and East have been achieved to some extent by strengthening the trans-medium composite technique of Javanese vocal forms such as Senggakan, Gerongan, and Balinese Kecak which are packaged in a gregorian choral style, which can become a new techniques mastered by partners to develop subsequent works Keywords: Artwork, Choir Composition, Metal, Nusantara.

Transcript of Abdi Seni - Jurnal | ISI Surakarta

40 Volume 13 No. 1 Juni 2022

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni pISSN: 2087-1759eISSN: 2723-2468

EKPLORASI KOMPOSISI CHOIR NUSANTARA PADA KARYA MUSIKMETAL KELOMPOK DJIWOASTRA

Wahyu Purnomo1, Bondan Aji Manggala2, dan Denis Setiaji3

1,2,3Dosen Prodi EtnomusikologiFakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta

Email : [email protected]

ABSTRAK

Kegiatan penciptaan karya musik yang berbasis pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan judul “EkplorasiTeknik Komposisi Harmoni dan Teknik Vokal Interlocking Pada Karya Musik Metal Kelompok Djiwoastra” inimengupayakan terjadinya pengekpresian karya musik yang menampakkan adanya perkawinan antara estetikaNusantara danestetika Barat melalui garap komposisi vokal choir. Kesepakatanuntuk berkerjasama menyusunmusikdengan menitik-beratkan kepada strategi kompositoris choir gregorian yang mengekplorasi bentuk-bentuk vokalNusantara seperti Senggakan dan Gerongan (Jawa), juga teknik interlocking vokal Kecak Bali adalah problem solvingpoint dalam mengatasi masalah peragaman teknik penggarapan musik metal yang dibutuhkan oleh kelompok musikDjiwoastra sebagai mitra. Metode Partisipation Action Reasearh diutamakan dalam kegiatan ini. Kegiatan ini menjadiwahana untuk mewujudkan kerjasama saling memahami antara tim pelaksana kegiatan dengan kelompok musik metalDjiwoastra, guna menguatkan potensi satu sama lain atas tantangan karya musik yang berbasis internalisasikeberagaman pengalaman. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk problem solving ataspenyeimbangan estetika musik antara Barat dan Timur, sedikit-banyak telah tercapai dengan memperkuat teknikkompositoris transmedium bentuk-bentuk vokal Jawa seperti Senggakan, Gerongan, dan Kecak Bali yang dikemasdengan gaya gregorian choral, dapat menjadi teknik baru yang dikuasai mitra untuk mengembangkan karya-karyaberikutnya.

Kata kunci: PKM Karya Seni, Komposisi Choir, Metal, Nusantara.

ABSTRACT

The activity of creating musical works based on Community Service activities with the title “Exploration ofHarmonious Composition Techniques and Interlocking Vocal Techniques in Metal Musical Works of the DjiwoastraGroup” seeks to express musical works that show the marriage between Nusantara aesthetics and Western aestheticsthrough working on choir vocal compositions. The agreement to collaborate in composing music with an emphasison the Gregorian choir composite strategy that explores Nusantara vocal forms such as Senggakan and Gerongan(Javanese), as well as the Balinese Kecak vocal interlocking technique is a problem solving point in overcomingthe problem of diversity in metal music production techniques required by Djiwoastra music group as partners. TheParticipation Action Research method is prioritized in this activity. This activity is a vehicle for realizing mutualunderstanding between the team implementing the activity and the metal music group Djiwoastra, in order tostrengthen each other’s potential for the challenges of musical works based on the internalization of diverseexperiences. Community service activities that aim to solve problems in balancing the aesthetics of music betweenWest and East have been achieved to some extent by strengthening the trans-medium composite technique of Javanesevocal forms such as Senggakan, Gerongan, and Balinese Kecak which are packaged in a gregorian choral style,which can become a new techniques mastered by partners to develop subsequent works

Keywords: Artwork, Choir Composition, Metal, Nusantara.

Wahyu Purnomo, dkk: Ekplorasi Komposisi Choir Nusantara pada Karya Musik Metal Kelompok Djiwoastra

Volume 13 No. 1 Juni 2022 41

PENDAHULUAN

Musik metal dipahami oleh masyarakatmusik Indonesia sebagai musik yang hidup danberkembang secara independen, baik dari gerakanekonominya, publikasinya, hingga konsep kekaryaanmusiknya. Secara umum musik metal dikenal sebagaimusik under ground atau gerakan bawah tanahkarena kecenderungan kekaryaan musiknya yangmembawa pesan-pesan gerakan perlawananterhadap ketidakadilan. Banyak kelompok musikmetal dunia dan Indonesia yang secara konseptualmenggunakan narasi atau isu yang ada di duniaBarat, seperti kebudayaan Viking dan Norwegia.Menurut sejarah, musik metal memang lahir danbesar di dunia Barat, sebagai gerakan musikmelawan arus. Ada beberapa musik metal yangmenyematkan folk musik sebagai konsepnya -kendati tidak banyak - mayoritas justru latah dengankebudayaan Viking dan Norwegia. Melihat informasitersebut DNA musik metal memang dibawa daribudaya Barat, baik secara ideologi dan warnamusiknya.

Paparan di atas berbanding terbalik denganDjiwoastra, sebagai kelompok musik metal pendatangbaru,

Djiwoastra memberi warna baru di dalambudaya musik metal Indonesia, baik secara konsepmaupun bentuk musik. Djiwoastra adalah proyekkonstelasi pelaku (vokalis) senior musik metalSurakarta bernama Dewadji Ratriarka yang akrabpanggil Djiwo dan Aji Agustian yang akrab dipanggilCoky. Dua musisi tersebut bertemu dan terbentuklahkelompok musik (band) Djiwoastra. Latar belakangDjiwo sebagai seorang vokalis metal, mencobamenulis sebuah narasi sekaligus konsep tentangsejarah kebudayaan bangsa Indonesia, khususnyabudaya masa lalu suku Jawa untuk kemudiandigunakan sebagai narasi pergerakan sebuahkelompok metal (Djiwoastra). Coky yang berlatarbelakang musisi dan komposer, mengejawantahkannarasi tersebut ke dalam garapan musik dengan genremetal.

Pertemuan keduanya saling menguatkansatu sama lain dalam penggarapan-penggarapankarya musik Djiwoastra. Dalam perjalanannya,Djiwoastra melibatkan personil tambahan seperti;Oky Prasetyo sebagai Bassist, Irfan Ariessa sebagaiDrummer, Dion dan Reza sebagai musisi instrumenNusantara perkusi yang antara lain gandrangMakassar, Aidil pada puik-puik, Eko Apriantopada alat musik Dog-Dog, dan Daniel Saputrasebagai pengembang aranssement musik melaluiolahan Squenser. Formasi tersebut lantas membuatgerbakan baru di dunia musik metal, sebagai musikmetal yang berkarakter Nusantara-is. Keterlibatanalat musik Nusantara, membuat Djiwoastra dianggapsebagai kelompok musik metal etnik.

Penjelasan di atas memberikan pemahamanbahwa, Djiwoastra adalah band metal yang memilikikeunikan tersendiri di wilayah konsep dan bentukmusik. Konsepnya mengambil risalah- risalah masalalu tentang kedigdayaan suku Jawa khususnya diabad 17 dan bentuk musikal yang mengakomodir alat-alat musik Nusantara seperti: Gandrang Makassar,Puik-Puik, Dog- Dog, Bale Ganjur Bali, Kidung Bali,Sindhenan Banyuwangi, Reongan dan PegangsihBali, serta beberapa pola Angklung CarukBanyuwangi. Dua aspek itu (Musik Metal danNusantara) yang membuat Djiwoastra menjadiunik dibandingkan dengan band metal lainnya.

Fakta musikal dalam karya musik Djiwoastradi atas, dinilai oleh pengkarya masih terjadiketimpangan kompositoris, artinya nuansa estetikaTimur masih mendominasi, artinya membuat musikDjiwoastra belum sepenuhnya menyatu antaraestetika barat menyatu/‘kawin’ dengan estetikaTimur dan menghasilkan estetika yang khas versiDjiwoastra. Melihat celah itu, pengkarya memilikigagasan untuk membangun mitra atau kerjasamadalam membuat karya musik metal Djiwoastra yangmerepresentasikan perkawinan estetika Barat danestetika Timur dengan mengusung judul kegiatanpenciptaan karya musik “Ekplorasi Teknik KomposisiHarmoni dan Interlocking Vokal pada Karya MusikMetal Kelompok Djiwoastra”.

42 Volume 13 No. 1 Juni 2022

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni pISSN: 2087-1759eISSN: 2723-2468

Pada kegiatan penciptaan karya musik yangberbasis pada kegiatan pengabdian kepadamasyarakat ini mengupayakan terjadinyapengekpresian karya musik yang menampakkanadanya perkawinan antara estetika Nusantara danestetika Barat. Karya musik yang dihasilkanmerupakan sebuah kemasan musik dalam bingkaigenre musik metal versi Djiwoastra, dengan unsurperpaduan estetika metal, Nusantara yangdirepresentasikan melalui pola musik dan alat musiktradisi, sementara estetika Barat direpresentasikanmelalui vokal choir yang mempraktikan konsepharmoni dan interlocking musik Barat yang disusunberdasarkan pengalaman berkesenian pengkarya.Karya ini akan terbentuk seperti taman bunga,ada angrek, mawar, melati, dan tulip, yang jenisnyaberbeda namun tumbuh dalam satu taman. Begitupunkarya ini, entitas musik yang berbeda namunmenyatu dalam satu struktur musik yang tunggal.

Mengacu pada uraian analisis situasi di atas,permasalahan mitra berada pada siasat kompositorisdalam melakukan perpaduan-perpaduan konsepmusikal yang ada dalam musik Djiwoastra. Siasatkompositoris adalah persoalan mengkonstruk musikatau menyusun musik dengan menitikberatkan padapersoalan keselarasan, keseimbangan danketerpaduan antar elemen musikal yang menjadibahan. Seluruh bahan untuk menyusun musik haruspadu menjadi satu tidak boleh satu dengan yanglainnya saling mendominasi. Keterpaduan itu yangmasih menjadi tantangan ke depan bagi kelompokmusik metal Djiwoastra.

Melihat masalah itu, kami bersepakat untukbekerja sama menyusun musik dengan menitik-beratkan kepada strategi kompositoris persandinganantara budaya musik Barat dan musik Nusantarayang dibingkai melalui gaya musik metal versiDjiwoastra. Keterlibatan pengkarya dalam proyek iniadalah sebagai salah satu arranger sekaligus pihakpertama yang menjadi fasilitator gagasan dalammembuat karya, dan Djiwoastra adalah subyek yangmerepresentasikan gagasan sekaligus juga objekyang diuraikan permasalahan musikalnya melaluikarya yang akan disusun ini.

TINJAUAN PUSTAKA

Proses penciptaan karya, selalu didasaripada intuisi setiap kreator seni. Setiap seniman,memiliki cara sendiri untuk mencipta sebuah karyaseni. Proses tidak selalu terukur dan terstruktur, bagisebagian seniman. Ada juga yang menjalani prosessecara terstruktur dan sistematis. Pada dasarnyasemua benar, karena estetika adalah enstitas yangbebas nilai, tidak ada yang baik dan buruk, semuaadalah refleksi pengalaman sang kreator. Bagian inimemuat penjelasan tentang metodologi ataupendekatan penciptaan karya. Di dalamnyamengungkap hal- hal yang berkenaan dengan tatacara yang dilakukan dalam mencipta karya seni.Menyusun komposisi musik baru merupakan salahsatu sarana atau cara seniman untuk menghasilkanproduk seni. Masing-masing seniman memiliki caraatau prosedur tersendiri dalam menyusun karya sesuaidengan kebiasannya (Sukerta 2011: 67).

Metodologi yang digunakan dalampenciptaan seni ini adalah strategi menyatuankompositoris. Penyatuan itu dimaknai bahwa,menyatukan dua estetika musik yang berbeda kedalam satu sistem kerja musik metal adalah upayameleburkan dan kemudian memunculkan rasaestetika yang baru. Dengan demikian pendekatan inibersifat sangat teknis dan memertimbangkan aspek-aspek penting musik seperti harmoni, ritme, tempo,dan rasa.

Landasan pemikiran dari usulan kegiatankemitraan karya seni ini adalah menempatkan karyaseni sebagai media internalisasi perbedaan selera,gaya, kompetensi, termasuk juga pendekatankompositoris di bidang musik, untuk membuka peluangterjadinya transmisi pengetahuan dan pengalamankekaryaan musik sebagai modal tumbuhnya ragamkreativitas baru.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakatdengan karya seni ini merupakan model kegiatanpenciptaan seni musik,yang tentunya partisipatoris,dengan fokus kegiatan pada upaya penemuan modelpendekatan proses kekaryaan dan produk karya seniyang berbasis pada internalisasi keberagaman

Wahyu Purnomo, dkk: Ekplorasi Komposisi Choir Nusantara pada Karya Musik Metal Kelompok Djiwoastra

Volume 13 No. 1 Juni 2022 43

pengalaman. Metode Partisipation ActionReasearh diutamakan dalam kegiatan ini. Kegiatanini menjadi wahana untuk mewujudkan rangkaiankerjasama saling memahami antara kedua belahpihak—tim pelaksana kegiatan dengan kelompokmusik metal Djiwoastra—guna mencarikesepahaman pengetahuan atas kelemahan dankekuatan masing- masing, menguatkan potensi satusama lain, kemudian menemukan problem solvingatas tantangan karya musik yang berbasisinternalisasi keberagaman pengalaman (Kemmis,1988: 44). Indikator keberhasilan dari penelitiandengan model penciptaan seni partiosipatoris iniantara lain adalah (1) ditemukannya pengetahuan,metode, maupun media seni yang mampumengoptimalkan kegiatan penciptaan musik metaldengan ragam teknik komposisi vokal, (2) terciptanyakarya musik metal dengan nuansa musikal yang baru,dan (3) secara sosio- psikologis mampu menciptakanjejaring kemitraan baru, mengangkat prestasipartisipan dalam hal ini kelompok musik metalDjiwoastra, mengingat model penciptaan senipartisipatoris sarat dengan nilai kemanusiaan denganketerlibatan partisipan (Bharuna, 2004:21).

MATERI DAN METODE

Pelaksanaan kegiatan kemitraan penciptaankarya musik ini terbagi dalam tiga tahapan kegiatanyang antara lain sebagai berikut:a. Persiapan

Melakukan riset lapangan danpartisipator is dengan kegiatan pengamatan,wawancara, perekaman aktivitas, dan r isetpartisipatoris guna memahami persepsi, potensikemampuan, dan kebutuhan karya musik daripartisipan kelompok musik metal Djiwoastra. Selainriset lapangan, juga dilakukan studi literatur dandokumen audio-visual terkait budaya metal danragam kekaryaan musik metal yang berkembangdi dunia. In-put data dan analisis pada tahap risetini akan menghasilkan rekomendasi model penciptaandan gagasan karya metal dengan eksplorasi teknik

komposisi vokal. Kegiatan riset pada tahap inidilakukan bersama mitra yaitu kelompok musikmetal Djiwoastra.

b. PembentukanPada tahap ini dilakukan kegiatan riset

eksperimental, mencakup ekplorasi penciptaan dankomponen teknologi pendukung penciptaan karyamusik. Penentuan instrumen, spesifikasi musisitambahan (paduan suara), teknologi effect audiomenjadi fokus media musik yang dipilih untukeksperimentasi kekaryaan musik kali ini. Setelahpenentuan media seni, kemudian dilakukaneksperimentasi di wilayah komposisi musik denganberbagai uji coba internalisasi karakter musik metal,musik-musik Nusantara, dengan elemen paduansuara. Proses pembentukan model penciptaan karyamusik, dilakukan dalam skala studio, dengan berbagaibentuk latihan musik. Dilanjutkan dengan uji studioberupa presentasi skala kecil dengan mengundangkomponen narasumber antara lain; akademisi musik,musisi metal, dan pengamat musik. Penyelesaianpada tahap ini adalah sudah dihasilkannya prototipekarya musik metal dengan eksplorasi komposisi vokaltermasuk juga paduan suara (choir).

c. PresentasiMelakukan finalisasi, dan ekperimentasi hasil

karya musik dari bahan evaluasi. Selanjutnyadilakukan proses perekaman dan presentasi karyamusik dalam wujud publikasi video musik di Youtubedari akun milik

kelompok musik metal Djiwoastra. Padatahap ini juga dikumpulkan data evaluasi darimasyarakat penggemar musik metal, pelaku musikmetal, dan seniman dalam berskala terbatas,termasuk juga mitra pengguna. Hingga akhirnyadiperoleh hasil produk karya musik dengan elemenmusik metal, musik Nusantara, dengan ragamkomposisi vokal termasuk paduan suara (choir) yangteruji, beserta publikasi jurnal ilmiah.

44 Volume 13 No. 1 Juni 2022

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni pISSN: 2087-1759eISSN: 2723-2468

d. Sumber Data1) Partisipan dan Narasumber:

Kelompok Musik Metal Djiwoastra,literatur mengenai musik metal, musik Nusantara,danpenciptaan musik, studi dokumen audio-visualkarya-karya musik metal dunia.

2)Pengumpulan data lapanganPengamatan dokumentasi karya musik dan

pementasan kelompok musik metal Djiwoastra,wawancara, dan riset partisipatoris guna memahamipersepsi, potensi kemampuan, dan kebutuhankompositoris dari kelompok musik Djiwoastra, FGDdengan pengamat metal, penggemar metal, komposer,riset eksperimentasi penciptaan karya musik metal,riset eksperimentasi komponen teknologi untukmendukungartistik musik.

3) Model AnalisisMenggunakan model analisis penelitian

penciptaan seni, meliputi:Catatan harian guna memonitor dan

menganalisis:a) Pola tindakan dan pendapat penyandang tuna

rungu dalam proses riset partisipatorisb) Masalah yang terjadi, perubahan, dan perlakuan

pada proses eksperimentasi penciptaan seni dankomponen teknologi pendukung.

c) Diagram Set untuk menunjuk dan memudahkanhubungan logika dan hipotesis.

d) Analisis pohon masalah untuk merumuskanpermasalahan.

e) Analisis pohon harapan untuk memecahkannya,sebuah teknik pencarian penyebab masalah danproblem solving.

Kegiatan ini menawarkan gagasan untukmembuat karya musik metal Djiwoastra yangmerepresentasikan perkawinan estetika Barat danestetika Timur dengan pengembangan teknikkomposisi vokal sebagai pilihan representatif untukpengayaan ragam warna komposisi dalam kompilasikekaryaan. Garapan musik vokal (paduan suara)

menjadi media garap yang diharapkan mampumerepresentasikan pola musik Nusantara (Timur)sekaligus Barat. Melalui vokal choir yangmempraktikan konsep harmoni dan interlockingmusik yangsusun berdasarkan pengalamanberkesenian pengkarya, diharapkan keinginan-keinginan integrasi estetis antara Timur dan Baratdapat menyatu. Karya ini akan memberikantransmisi pengalaman dan tantangan kompositorisuntuk penguatan kemampuan kekaryaan kelompokmusik Djiwoastras selanjutnya, khususnya dalammengatasi permasalahan ekperimentasi kekaryaanmusik yang menyelaraskan estetika Barat denganTimur.

PEMBAHASAN

A. Pertimbangan Perumusan Gagasan KaryaMunculnya gagasan untuk melakukan

kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupapenciptaan karya seni ini, telah diawali sebelumnyadengan keinginan untuk melakukan kolaborasi dankesadaran penuh tentang kompetensi dominan yangdimiliki antara tim peneliti dengan pihak Djiwoastrasebagai kelompok musik mitra dalam kegiatan ini.Pada pertemuan awal sebelum perencanaankegiatan ini, kelompok Djiwoastra telahmengutarakan keinginannya tentang pembuatankarya musik metal dengan percobaan pemaduanunsur musikal paduan suara yang tidak lainmerupakan fokus kompetensi dari peneliti. Melaluikeinginan dan kesadaran inilah yang kemudian arahbentuk karya menjadi lebih cepat terbayangkankarena telah memiliki arahan tujuan yang sangatjelas yaitu mencipta bentuk karya musik metaldengan unsur paduan suara di

dalamnya. Berpijak dari adanya arahanbentuk penciptaan karya musik inilah, maka kegiatankolaborasi penciptaan karya musik dilakukan mulaidari tahap persiapan yang berisi tahapan riset danperumusan gagasan karya.

Wahyu Purnomo, dkk: Ekplorasi Komposisi Choir Nusantara pada Karya Musik Metal Kelompok Djiwoastra

Volume 13 No. 1 Juni 2022 45

Gambar 1. Profil personal musisi kelompok musikDjiwoastra.

Perumusan gagasan karya dilakukan dengantahapan pembicaraan dan penyepakatan. Setidaknyaterdapat dua tahap yang dibicarakan secara urutantara lain adalah penentuan gagasan tema atau isipesan karya, dan gagasan musikal, meski keduatahapan tersebut masing-masing memilikikompleksitas permasalahan dan pertimbangan yangbutuh dipecahkan dan ditentukan.

Pada tahap penentuan gagasan tema padakegiatan penciptaan karya musik ini secara penuhdiserahkan kepada kelompok Djiwoastra. Hal inidikarenakan, kelompok Djiwoastra sebagai kelompokmusik metal telah memiliki acuan dan prinsip-prinsipdalam menentukan tema atau gagasan isi yang selaludigunakan dalam setiap kegiatan penciptaan karya.Genre musik metal bukan tumbuh dari genre musikpopuler. Pada awal kemunculan genre ini, justru lebihdekat pada perkembangan paradigma musisi rockyang mulai menggunakan musik untuk menyuarakanaspirasinya dengan gaya pengekpresian yang tegas,marah, atas ketidakadilan dan situasi sosial yangdianggapnya menyimpang. Hal ini membuat karaktergenre musik metal salah satunya adalahmementingkan gagasan isi dan pesan-pesan kritikdalam aktivitasnya memproduksi karya musik. Olehkarena itulah maka, pelaku musik metal memilikikeutamaan dalam memikirkan secara serius tentang

gagasan isi setiap karya. Pemberian ruangpengembangan gagasan isi kepada kelompok musikmetal Djiwoastra, sebenarnya adalah salah satupenghormatan untuk kebebasan pelaku musik metalmenerapkan perihal prinsip yang telah melekatmenjadi kebiasaan produksi dalam kekaryaan musikmereka.

Beberapa prinsip kelompok musik Djiwoastrayang dikenali peneliti sebagai bagian esensial yangharus diberi keutamaan dalam penggalian gagasankarya antara lain adalah (1) komitmen yang mencobadiperjuangkan konsistensinya dalam mengusung localknowledge budaya Nusantara untuk membacajaman kekinian, dan (2) komitmen kekaryaanmusikalnya yang mencoba konsisten dalammengusung prinsip hibridasi antara musik metaldengan idiom-idiom musik Nusantara.

Selama kurang lebih 1 tahun umur komunitasDjiwoastra, setidaknya telah terlahir 4 karya musikmetal yang terhibridasi dengan idiom-idiom musikNusantara termasuk juga narasi-narasi sejarahkebudayaan Nusantara yang tersuarakan melaluilirik. Sejak pendirian komunitas Djiwoastra sudahtercetus komitmen, bahwa melalui kekaryaanmusik metal dan kehidupannya dalam jejaringkomunitas musik metal, secara konsisten akanmengusung ke-Nusantara-an. Bagi Djiwoastra,karakter budaya Nusantara penting ditanamkankembali pada generasi kekinian sebagai ‘adeg-adeg’ bangsa Nusantara yang mulai tergerus oleharus besar budaya global. Kebudayaan Nusantarasesungguhnya sudah sangat canggih untuk diyakinisebagai ideologi, cara hidup, beserta cara pandangdalam mensikapi hidup di masa kini.

Melalui komitmen itu, secara disadari dandengan konsisten, mereka selalu melakukanpenggalian narasi- narasi kebudayaan Nusantarayang kontekstual dengan permasalahan aktual dimasa kini kemudian diekpresikan dengan membuatnarasi musik berupa lirik juga kekaryaan musikmetal dengan hibridasi idiom-idiom musik Nusantara.Kualitas kekaryaan dari kesungguhan komitmenmereka akhrinya mampu menyita perhatian publik

46 Volume 13 No. 1 Juni 2022

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni pISSN: 2087-1759eISSN: 2723-2468

musik populer khususnya metal di Indonesia. Meskibelum mampu menciptakan ajakan untuk menjaditrend dalam kekaryaan musik metal, setidaknyaDjiwoastra sudah berhasil mendapat apresiasi,diperhitungkan, dan diakui kualitas kekaryaanhibridasinya sebagai karya yang menarik. Responsyang belum terlalu berdampak semacam ini mungkindapat dimaklumi karena komunitas musik metalDjiwoastra tergolong baru, dan belum banyakkekaryaan yang terlahir sebagai pembuktianselanjutnya. Sebagai langkah awal, kekaryaanDjiwoastra sudah dianggap berhasil dalamkomitmennya hidup di ‘ruang antara’ yang ‘sunyi’,bahkan melalui kualitas kekaryaannya sudah mampumenunjukkan peluang bahwa menggunakan idiommusik Nusantara di jalur musik populer masih niscayadilakukan untuk bersaing mendapatkan apresiasipublik kekinian, asalkan mampu mempertaruhkankualitas kekaryaan yang selalu memukau.

Tahapan riset awal dengan membacarealitas karakter komunitas Djiwoastra, prinsipkekaryaan, dan juga prestasi-prestasi kekaryaanDjiwoastra, pada akhirnya menjadi pertimbanganpenting bagi peneliti untuk mengambil sikap dalampengembangan gagasan karya. Yang jelas, padatahapan pengembangan gagasan karya ini tim penelitihampir sepenuhnya mengikuti karakter darikomunitas mitra yaitu kelompok musik metalDjiwoastra yang cenderung akan mengembangkangagasan isi mengangkat tema-tema budayaNusantara yang relevan dengan aktualisasi jamansebagai narasi lirik. Kemudian, pemanfaatan idiom-idiom musik Nusantra menjadi bagian yang harus adadalam pengekpresian musikal kekaryaan kelompokmusik metal Djiwoastra.

B. Gagasan Tema dan Isi KaryaPada kesempatan kolaborasi penciptaan

karya musik metal ini, kebetulan beberapa waktusebelumnya kelompok musik Djiwoastra sedangintens membicarakan tentang isu pandemi Covid-19yang sedang melanda dunia. Pada pembicaraaninternal dalam kelompok Djiwoastra, merekacenderung melihat pandemi ini sebagai sebuah

peristiwa peperangan yang sedang terjadi di duniaini. Mereka bahkan mengandaikan bahwapenciptaan virus Covid-19 tidak ubahnya sepertipenciptaan senjata biologis baru yang canggih,sedang digunakan untuk melakukan berbagaiancaman. Meski prespektif ini bersifat asumsiyang belum teruji kebenarannya, namun Djiwoastraberhak membicarakannya dengan sudut pandangnyayang bebas.

Yang menarik dalam proses perbincanganinternal kelompok Djiwoastra adalah, merekamencoba menyikapi Covid-19 dan situasi pandemisebagai peperangan bentuk baru di muka bumi,dengan sudut pandang kebudayaan Nusantara dimasa lalu. Kelompok musik Djiwoastra mempelajaridengan serius literatur- literatur kesejarahanNusantara khususnya untuk mengetahuikebijaksanaan local knowledge leluhur dalammensikapi peperangan besar dimuka bumi.Penjelajahan literasi kelompok Djiwoastra sampaipada pembacaan kesejarahan tentang perspektifpeperangan menurut local knowledge zamanMajapahit.

Temuan kelompok Djiwoastra tentangpenjelajahan kesejarahan Majapahit adalah, (1)bahwa setelah kerajaan Majapahit memiliki kekuasanbesar di Nusantara (hingga wilayah Asia), rupanyaMajapahit mulai merekonstruksi sudut pandangnyatentang perang. Majapahit yang kala itu terpercayamenjadi kerajaan dengan kekuatan besar disertaidengan kedigdayaan pasukannya yang tidakterkalahkan, rupanya justru merefleksikan kembalitentang kekejaman perang yang telah ditimbulkannyaselama melakukan penaklukan-penaklukan denganmiliter terhadap negara-negara jajahannya.Diceritakan pada fase ini, Hayam Wuruk sebagairaja Majapahit di kala itu, menangis dan kemudianmarah besar kepada Gajah Mada yang telahmeluluhlantakkan sebuah negara jajahan barunya.Ribuan tentara perang musuh terbunuh dalamperang, kesedihan rakyat negara jajahannya punmenjadi-jadi, hingga sang raja Hayam Wuruk tidaktega melihatnya. Karena permasalahan itu, akhirnyaberangsur-angsur Majapahit merubah caranya

Wahyu Purnomo, dkk: Ekplorasi Komposisi Choir Nusantara pada Karya Musik Metal Kelompok Djiwoastra

Volume 13 No. 1 Juni 2022 47

berperang dengan mengembangkan perangdiplomatik atau perang kecerdasan ketika harusmenaklukkan negara lain. Perang militer mulaiditinggalkan, karena pertimbangan bahwa Majapahittelah populer dikenal sebagai negara yang adidaya dimasa itu. Maka tidak perlu lagi membangunkepercayaan tentang ke-adidaya-an Majapahitdengan harus menunjukkan kesaktian militernya.Meski masih melakukan ekspansi perluasankekuasaan dengan penaklukan- penaklukan negaralain, namun Majapahit telah menganggap calon- calonmusuhnya telah mengetahui ketangguhan Majapahit.Maka yang dibutuhkan pada saat itu adalah cukupnegosiasi, maukah negara itu melawan kedigdayaanMajapahit dengan tunduk dan patuh pada aturan, atautetap mau mencoba melawan secara militer denganpeperangan kecil. Umumnya, pada saat strategiperang diplomatis Majapahit dikembangkan tidak adanegara musuh baru Majapahit yang memilih untukberperang senjata. Mereka umumnya takluk dengannegosiasi yang dilakukan oleh utusan-utusanMajapahit yang umumnya adalah cendikia.

Yang kedua (2) seiring dengan rovolusiperubahan cara perang, Majapahit juga melakukanrevolusi terhadap persenjataan yang dimilikinya.Semua jenis senjata yang dimiliki Majapahit pada saatitu (khususnya senjata genggam seperti keris, pedang,dan tombak) direvolusi menjadi benda estetis. Meskitidak merubah fungsi senjata yang masih bisadigunakan untuk perang, namun pada masa itu,Majapahit konsentrasi mengembangkan nilai estetissenjata, memperindah bentuk (dhapur), pamor(hiasan dalam besi pusaka) dan juga keindahanwarangka (sarung luar pusaka). Hal ini diketahuisebagai langkah nyata untuk mengubah secaraperlahan mindset dari kesatria-kesatria perangMajapahit terhadap senjata yang dimilikinya. Ketikasenjata itu telah memiliki keindahan, maka pemiliknyaakan ‘sayang’ atau dalam bahasa Jawa ‘eman’menggunakan senjata tersebut untuk kekejaman.Sangat disayangkan jika senjata-senjata yang telahindah tersebut dikotori dengan darah manusia yangsulit untuk dibersihkan ketika sudah menempel padabesi. Dalam filosofi Majapahit yang dikembangkan

pada saat itu adalah, bahwa keindahan-keindahanyang dikembangkan pada senjata itu akan menutupidan mengalihkan perhatian penggunanya untukberbuat bengis. Atau dalam semboyan berbahasaJawa disebut “Wengise gaman katindih manis” (terj:kekejaman sebuah senjata telah tertindih/tertimpadengan kemanisan estetisnya). Dua pembelajarantentang revolusi perspektif perang dan senjata initerbukti tertulis dalam kitab-kitab Panji yang memangdiproduksi oleh Majapahit sebagai kitab khas darinegaranya pada abad 13-14 masehi.

Penemuan local knowledge pada kitabPanji yang dibuat pada masa Majapahit ini akhirnyamenjadi acuan kelompok Djiwoastra untuk membacasituasi kebengisan Covid-19 dan situasi pandemiyang diciptakannya, jika peristiwa itu dilihat sebagaisebuah konspirasi perang antar negara-negara didunia. Melalui mind set revolusi perang yangdiciptakan Majapahit maka dapat menjadi refleksipenumbuhan rasa bijak pada para penguasa negara-negara di dunia, bahwa kecanggihan penciptaanteknologi perang maupun upaya untuk menciptakantata cara perang baru, setidaknya tetap menggunakankebijaksanaan. Bahwa untuk penaklukan danpelebaran kekuasaan wilayah negara, tidak harusdilakukan dengan peperangan yang mengakibatkanterbunuhnya banyak manusia. Kedigdayaan negara-negara besar cukup ditunjukkan melalui diplomasi.Meski senjata-senjata biologis canggih sudahtercipta, tetapi bukan berarti senjata tersebut harusdihujamkan kepada musuh, senjata hanyalahperangkat untuk membuktikan kedigdayaan, ketikaitu ditunjukkan pengetahuannya melalui diplomasimaka sebaiknya senjata-senjata canggih tersebuttidak lantas harus digunakan secara nyata.

Dalam falsafah Majapahit melalui kitab Panjijuga menyebutkan bahwa “perang butuhehamung menang, ora perlu ngumbar pati” (terj:dalam peperangan yang dibutuhkan hanyalahkemenangan, dan kemenangan tersebut bisadiperoleh tanpa harus menelan korban jiwa - diplomasidengan cukup menunjukkan kecanggihan senjata).Falsafah revolusi perang Majapahit ini akhirnya dipilihmenjadi gagasan isi dalam mengembangkan narasi

48 Volume 13 No. 1 Juni 2022

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni pISSN: 2087-1759eISSN: 2723-2468

lirik pada karya musik Djiwoastra yang antara lainmenjelaskan esensi dari kitab Panji khususnya padasub-kisah tentang berkembangnya perang diplomasidan revolusi senjata menjadi benda estetis.

Penentuan tema ini diperoleh melaluibeberapa kali perbincangan antara Djiwoastradengan perwakilan tim peneliti, riset-riset literasiyang difasilitasi oleh tim peneliti, dan juga beberapakali forum grup diskusi yang juga difasilitasi untukmempertemukan Djiwoastra dengan akademisisejarah Nusantara, dan juga pengamat musik. Berikutini adalah foto peristiwa diskusi internal kelompokDjiwoastra yang terjadi dalam proses perumusangagasan isi.

Gambar 2. Perbincangan internal kelompokDjiwoastra dalam merumuskan ‘gagasan isi karya

di basecamp kelompok musik Djiwoastra.

C. Gagasan Garap MusikBerpijak dari penentuan gagasan isi, sebagai

tahap proses selanjutnya adalah memperbincangkangagasan musikalitas dari karya. pada prosespenentuan gagasan musik yang telah dilakukan,mengalami proses yang tidak serumit dan selamaproses penentuan gagasan isi. Hal ini dikarenakantim peneliti dan kelompok musik Djiwoastra telahmenyepakati bahwa, beberapa unsur-unsur terkuatyang terkandung dalam gagasan isi akandigunakan sebagai rujukan utama dalampengembangan gagasan musikal.

Pada proses penentuan gagasan musik,ditemukan adanya unsur-unsur identik yangterkandung dalam pilihan gagasan tema/isi yang telahditentukan. Unsur-unsur tersebut antara lain adalah(1) suasana perang yang dianggap melekat menjadi

bagian dari sumber penceritaan tema ini. Alasannyaadalah, keinginan bercerita tentang revolusi mindsetMajapahit tentang cara berperang, tetap identikdengan hadirnya situasi atau suasana perang yangada dalam pikiran pengembang revolusi tersebutyaitu cendikia-cendikia cerdas yang dimiliki olehMajapahit. (2) tema lirik yang dikembangkan dalamkarya lagu Djiwoastra adalah ruang verbal yang akanmembicarakan tentang (a) revolusi model perangdiplomatis yang dianggap lebih bijaksana, (b) revolusisenjata yang berubah menjadi benda estetis, yangkemudian menjadi tabir yang menutupi kebengisansebuah senjata, dan (c) ruang verbal yang menghujatkekerasan perang yang masih dikembangkan olehpenguasa-penguasa negara besar hingga saat ini.

Suasana perang yang telah ditetapkanmenjadi dasar dari pengembangan suasana musikalutama dalam proses penciptaan karya baruDjiwoastra ini, kemudian mencoba ditafsir denganlangkah mencari referensi padanan dari imajinasisuasana perang yang diinginkan. Proses referensialmusikal ini akhirnya mengarahkan tim peneliti danjuga kelompok musik Djiwoastra untuk menetapkanbentuk Symphony Metal dan gaya theme songpada film-film perang kolosal sebagai rujukan bentukdari pengembangan karya musik baru Djiwoastra kaliini. Symphony Metal adalah sub-genre dari musikheavy metal yang bentuknya menggabungkanelemen metal (distorsi, ritmik padat, dan tempocepat) dengan elemen musik orkestra yang berunsurpenggunaan intrumen symponic, dan choral (paduansuara). Adapun theme song merupakan song tematikpada sebuah film. Theme song perang kolosalbiasanya menggunakan intrumen orkestra lengkap(instrumen symponic dan choral) denganmengusung suasana ketegangan perang pada kesanruangan yang besar (kolosal). Theme song filmperang kolosal ini menjadi rujukan pengembangan/pendekatan aransemen symponic dan mode choralyang akan dikembangkan dalam penciptaan karyabaru kelompok musik Djiwoastra.

Pada proses pencarian ternyatamenunjukkan bahwa, padanan imajinasi suasanamusik telah ada sebelumnya dilakukan oleh sedikit

Wahyu Purnomo, dkk: Ekplorasi Komposisi Choir Nusantara pada Karya Musik Metal Kelompok Djiwoastra

Volume 13 No. 1 Juni 2022 49

kelompok metal di dataran Eropa. Beberapa diantarakelompok musik yang menjadi rujukan dan telahmengembangkan bentuk musik Symphony Metalantara lain adalah (1) Karya musik kelompokSepticflesh dalam album Anomalie (2020), (2) karyakelompok musik metal Burgerkill dalam lagu berjudulKillkestra (2020), (3) karya musik instrumentalkelompok Symphonic Metal berjudul The HeavyMetal Orchestra-void of Sanity (2016), dan bentuk-bentuk musik metal menggunakan paduan suara atauchoir yaitu (4) karya musik DOOM Eternal berjudulThe Heavy Metal Choir (2020), dan (5) karyamusik Peter Crowley berjudul The Angel of Mercy(2013). Adapun referensi theme song dari filmkolosal yang menjadi rujukan adalah Main ThemeSong film The Hobbit (2013) dan The Lord of TheRing (2013).

D. Proses Penyusunan KaryaMelalui penentuan gagasan musik yang

mengambil bentuk referensial dari pengembangangaya musik symphony metal dan theme song filmperang kolosal. Tim peneliti dan kelompokDjiwoastra memulai proses penyusunan karyadengan tahapan- tahapan latian yang telahdirencanakan, yang dapat terlaporkan sebagaiberikut:

1. Proses Penyusunan Draft Main Musik dariBand

Proses penyusunan musik dimulai darimenyusun mode permainan instrumen band yangdisepakati menjadi dasar pengembangan aransemensymphony. Pada proses penyusunan drafpermainan musik band ditentukan (1) struktur laguyang diawali dari intro, tema 1, reff, interlude, temalagu 1, dan ending, (2) lick atau permainan ritmikaldari intrumen gitar, pukulan drum, dan bass padasetiap bagian struktur lagu. (3) penentuan progresschord. Pada proses penyusunan draft main musikband ini juga turut menentukan durasi karya yangakhirnya berdurasi 7 menit, 39 detik. Pada prosespenyusunan draft main musik band ini dipimpin olehkomposer kelompok musik Djiwoastra yaitu Aji

Agustian, S.Sn. (alias Coky) yang terpandu denganintensif oleh anggota tim peneliti Bondan AjiManggala, M.Sn.

Proses penyusunan draft main musik bandini dilakukan sebanyak 15 kali kegiatan. Berikutadalah foto proses latihan dalam kegiatan penyusunandraft main musik band.

Gambar 3. Proses latihan penyusunan draft mainmusik band di studio.

2. Proses Penyusunan Lirik LaguTahap penyusunan lirik lagu dilakukan

bersamaan dengan proses penyusunan draf musik diatas. Meski waktunya bersamaan namun prosespenyusunan lirik ini dilakukan di lain tempat dalamkegiatan personal yang dilakukan oleh vokaliskelompok musik Djiwoastra bernama DewajiRatriarka yang juga didampingi oleh temandiskusi pembuatan lirik yaitu Bondan Aji Manggala,M.Sn. Setelah proses penulisan lirik selesai dilakukan,maka kemudian vokalis Djiwoastra mencobamenerapkan lirik yang telah dibuatnya ke dalamracikan draf musik band yang telah dibuat. Prosespenerapan lirik ini dilakukan di studio latihan bandselama kurang lebih 5 kali kegiatan.

3. Penyusunan Aransemen SymphonyMenjelang penyusunan draft main musik

band selesai dibuat (sudah tampak struktur dankejelasan progress chord-nya), maka disusulberikutnya adalah proses desain aransemensymphony. Proses penyusunan aransemensymphony ini meliputi penulisan notasi untukinstrumen orkestra lengkap sebanyak 116 track

50 Volume 13 No. 1 Juni 2022

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni pISSN: 2087-1759eISSN: 2723-2468

instrumen, dan juga aransemen untuk paduan suara(choir) sebanyak 4 jenis suara (sopran, tenor, alto,dan suara bas). Proses penulisan desain aransemenmenggunakan notasi ini berlangsung cukup lama(sekitar 30 hari), mengingat instrumen orkestrayang digunakan cukup banyak. Pertimbanganpenggunaan intrumen yang banyak, formasiinstrumen orkestra lengkap, ini bertujuan untukmembesarkan kesan ruang kolosal dari imajinasisuasana peperangan yang diharapkan. Motif-motifpermainan instrumen orkestra yang diterapkanadalah motif-motif yang menunjang terciptanyasuasana tegang, dan meningkatkan tensi emosi padakarya lagu ini. Hal ini juga diberlakukan untukpengembangan desain aransemen choir. Dimanapilihan untuk menerapkan permainan nada panjangatau yang disebut dalam istilah musik motif legatodominan diterapkan dalam penyusunan desainaransemen symphony, selebihnya diterapkanpengembangan teknik stacato dikhususkan padabagian interpetasi idiom vocal kecak Bali pada salahsatu bagian komposisi lagu. Proses penyusunandesain aransemen symphony ini dilakukan secarakolaboratif antara tim peneliti dengan Daniel Saputra,S.Sn. perwakilan dari kelompok musik Djiwoastrayang bertugas sebagai pengembang instrumensyntisycer (perangkat instrumen elektronik yangmampu mewadahi garapan aransemen instrumensymphony).

Setelah desain aransemen berupa notasiinstrumen symphony selesai dibuat, tahap selanjutnyayang dilakukan adalah mentransfer notasi tersebutke dalam perangkat midi controler yang lengkapdengan sound banking instrumen symphonyyang telah terpilih sebelumnya. Jadi, kemunculaninstrumen symphony pada karya musik baruDjiwoastra ini dilakukan bukan secara langsungdilakukan oleh kelompok musisi orkestra melainkandari hasil olahan teknologi midi controler dengansound banking yang telah terpilih. Berikut ini adalahfoto proses transfer notasi aransemen ke dalammidi controler yang langsung diimplemetansikan kedalam proses recording.

Gambar 4. Proses transfer notasi aransemeninstrumen symphony secara elektronik ke dalam

perangkat midi controler dan aplikasi soundrecorder.

4. Proses Latihan ChoirPenyusunan aransemen untuk choral

bersamaan dengan proses penyusunan aransemensymphony, karena harus menjadi bagian yangintegral. Setelah tahap aransemen untuk choralselesai bersamaan dengan penyusunan aransemensymphony, kegiatan yang dilakukan adalah proseslatihan khusus untuk choir. Pelaku choir dalamkarya ini adalah musisi Djiwoastra itu sendiri yangmeliputi 6 orang laki-laki, kemudian diambil 6 orangchoir wanita dari kalangan terdekat kelompokDjiwoastra. Untuk memenuhi kebutuhan choral yangmewakili kesan kolosal, maka dilakukan manipulasitimbre suara termasuk efek suara melalui teknologipengolahan suara. Manipulasi olah suaradilakukan karena pertimbangan (1) pelaku choirtidak terlatih sepenuhnya pada bidang olah vokal,maka perlu adanya manipulasi suara secara elektronikuntuk mendapatkan kualitas suara yang ideal, (2)manipulasi juga dilakukan untuk memperbanyakkesan anggota choir, sehingga teknik penggandaantrack untuk 12 vokal choir dilakukan untukmendapatkan kesan 3 kali lipat suasana paduan

Wahyu Purnomo, dkk: Ekplorasi Komposisi Choir Nusantara pada Karya Musik Metal Kelompok Djiwoastra

Volume 13 No. 1 Juni 2022 51

suara/choir yang seolah terkesan dengan jumlahvokalis 48 orang, dan (3)penggunaan efek vokal untukmengimbangi kesan ruang luas guna mengimbangikekuatan instrumen elektronik lainnya. Berikut iniadalah foto kegiatan latihan choir yang sekaligusdilakukan dengan penerapan manipulasi suara danefek ruang.

Gambar 5. Latihan vokal choir yang sekaligusmenggunakan perangkat elektronik manipulasi

suara dan efek suara.

5. Proses Perekaman, Editing, dan MixingMusik

Pada tahap proses perekaman setidaknyaterdapat dua jenis proses yaitu (1) prosesperekaman manual yang berarti merekam instrumenmusik secara multi-track yang diterapkan khususuntuk instrumen band (gitar, bass, drum, dan vokalutama), kemudian (2) proses perekaman instrumensquenser atau syntisicer yang dilakukan dengan jalanmenggabungkan hasil rekaman multi-track banddengan data tranfer notasi ke dalam syntisicer dansquenser. Proses perekaman ini berlangsur cukupsingkat yaitu 5 hari, karena ditunjang dengan kesiapankomposisi yang semuanya sudah dipersiapkan denganlatihan yang matang.Proses kelanjutan darirecording adalah editing. Pada proses inidilakukan koreksi atas kesalahan-kesalahan detailyang terjadi selam rekaman. Editing dilakukan melaluidua cara yaitu (1) melakukan recording ulangkhususnya diterapkan ketika kesalahan perekamandirasa sulit untuk disiasati secara eletronik, dan

(2) editing dilakukan dengan perangkat aplikasi yangmeliputi kegiatan manipulasi data digital dalam hasilrekaman audio yang telah diperoleh. Setelah editingselesai dilakukan proses mixing, yang meliputikegiatan pembentukan citra suara yang diinginkan.

E. Konsep Paduan Suara Sebagai MediaEkspresi Unsur Barat dan Timur

Menurut pengertiannya paduan suara atauchoir adalah himpunan dari sejumlah penyanyi yangdikelompokkan menurut jenis suaranya(Binsar,1988:1). Pada pengembangan aransemenpaduan suara dalam karya musik kolaboratif bersamakelompok musik Djiwoastra dipilih jalur pembagiansuara menjadi beberapa jalur suara, masing-masingsuara sopran, alto, tenor, dan bas (Boneo,2003:320).

Suara sopran pada umumnya dapat dikenalidengan bunyi yang ºterangº suara ini terasaºringanº dengan pembawaan yang lincah. Wilayahnada yang dikuasai termasuk jenis suara yang palingtinggi diantara semua jenis suara. Sedangkan suaraalto memiliki warna suara agak “gelap”. Bunyinyaºdalamº dan pembawaannya ºberatº. Jenis suara inimenghasilkan nada-nada rendah dengan warna suarayang dalam. Selain itu terdapat juga suara tenor yangmerupakan jenis suara pria untuk wilayah nadatinggi dan suara bas untuk jenis suara pria padawilayah nada yang rendah (bawah) (Binsar,2003:2).

Suatu paduan suara dapat dikatakan sebagaipaduan suara yang baik, apabila memilikikeseimbangan suara. Keseimbangan suara tersebutdipengaruhi oleh jumlah penyanyi yang ada. Jumlahpenyanyi sangat menentukan volume suara yangdihasilkan oleh suatu paduan suara. Namun tidaksemua paduan suara harus berjumlah banyakanggota, dengan jumlah yang sedikit namun memilikikualitas suara yang baik, suatu paduan suara dapatmenjadi kelompok paduan suara yang baik.

Dengan adanya keseimbangan yang baik,masing-masing kelompok suara memiliki peran.Seperti kelompok sopran yang biasanya berperansebagai pembawa melodi. Kelompok suara bassecara musikal berfungsi sebagai pendukung atau

52 Volume 13 No. 1 Juni 2022

Jurnal Pengabdian Kepada MasyarakatAbdi Seni pISSN: 2087-1759eISSN: 2723-2468

dasar yang perlu diperkuat atau diperbesar. Kelompokpaduan suara sebagai suatu kesatuan dari berbagaijenis suara, terdapat suara sopran, alto, tenor dan bas.Masing- masing jenis suara memiliki ciri: sopran dantenor yang memiliki ciri suara tinggi serta alto danbas yang memiliki suara rendah.

Adapun jenis paduan suara yang dipilihberdasarkan banyaknya jumlah anggota dan keduaberdasarkan pembagian suara atau wilayah suara,dalam karya ini dipilih jenis paduan suara sedangatau standard. Paduan suara sedang ataustandard adalah paduan suara yang beranggota25 sampai 40 orang. Salah satu ciri menonjol yangdimiliki oleh bentuk ini ialah telah diperlukannyaseorang dirigen, untuk memperoleh kepaduan dalampengungkapan lagu. Karena adanya dirigen(dalam proses perekaman) tidak lagi diperlukangerak- gerik fisik atau dan visual untuk memadukananggota-anggota kelompok yang dapat mengganggukonsentrasi hubungan antara salah satu anggotadengan yang lainnya. Dengan adanya dirigenmemudahkan kepaduan dan keselarasan kelompokpaduan suara yang beranggota antara 25 sampai40 orang.

Bentuk dan konsesus paduan suarakonvensional tetap diacu dalam penciptaan karya ini,yang kemudian dikembangkan untuk mengekpresikanestetika Barat dan Timur. Pada penciptaan ruangekpresi estetika Barat pengkarya menggunakanpaduan suara konvensional dengan gaya Gregorian(paduan suara gerejawi). Hal ini dipilih tentunya atasdasar kesan suasana musikal dari gaya paduan suaraGregorian dirasa cocok untuk memenuhi kebutuhanpenciptaan suasana perang. Gregorian adalah jenispaduan suara dengan motif vokal panjang-panjangyang ditunjang dengan faktor akustika ruang gerejayang besar, sehingga mampu menghasilkan kesansuara menggaung sebagai penanda keluasan ataukeagungan ruang suara. Gaya-gaya paduan suaraGregorian juga sering kali digunakan untuk scoring-scoring musik pada film-film perang kolosal.Sehingga penggunaan gaya paduan suaraGregorian dalam kepentingan penciptaan karyamusik ini dirasa tepat mengingat gagasan tema dari

musik yang diciptakan dalam kegiatan ini adalahsuasana peperangan kolosal.

Gaya paduan suara Gregorian ini kemudianmenjadi bentuk musikal yang kemudian digarap untukkepentingan memunculkan kesan ke-

Nusantaraan. Oleh karena itu maka, dalamgarap lirik paduan suara dihadirkan teks berbahasaJawa, dengan pendekatan gaya Senggakan danGerongan Jawa. Teks lirik Gerongan tersebutantara lain.

Teks lirik intro:

Laku Panji Asih Mring Sesami....

Teks Lirik pada Interlude (garap interlockingdengan komposisi musik):

Hong wi La Hing.....

Kontur melodi dalam menyajikan lirikgerongan di atas mengadaptasi dari kontur-konturmelodi gerongan karawitan yang kemudianditransfus dalam tangga nada barat.

Pada satu bagian interlude kedua karyamusik, dihadirkan akrobatisasi paduan suara yangterinspirasi dari gaya interlocking vokal Kecak Bali,tanpa pesan lirik yang jelas, dengan capaianmemunculkan kesan suara saling bersahut sepertisuara katak di sawah ketika hujan. Pada bagian inidigarap sebuah atraksi vokal paduan suara denganpenerapan effect ruang dan panning (arahkemunculan suara) yang bergantian dari kiri kekanan.

KESIMPULAN

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakatberbasis penciptaan karya seni yang menerapkanmetode Partisipation Action Reasearh telahmembentuk proses kegiatan ini pada situasikerjasama antara pengkarya dengan kelompok musikMetal Djiwoastra yang saling melengkapi.

Wahyu Purnomo, dkk: Ekplorasi Komposisi Choir Nusantara pada Karya Musik Metal Kelompok Djiwoastra

Volume 13 No. 1 Juni 2022 53

Pengkarya yang telah dipahami mitrasebagai sosok dengan kompetensi kompositoris dibidang paduan suara mendapat tempat yang layakdalam mengatasi masalah-masalah mitra tentangkeluasan eksplorasi musik Nusantara. Sementarapengkarya juga sangat memahami karakteristik mitrayang memiliki idealisme, selera, dan karakteristikmusikal tertentu yang harus mendapatkan ruangpenghormatan untuk tidak diganggu.

Hasil kekaryaan musik yang tercipta dalamproses kegiatan ini menunjukkan bahwa antaragenre musik metal yang digeluti oleh kelompok musikDjiwoastra dan kompetensi sebagai komposer paduansuara yang dimiliki pengkarya sama-samamendapatkan porsi yang harmonis di dalam karya.Sementara, pengalaman untuk saling bertukarpengalaman dan pengetahuan dalam berkaryamusik juga terjadi dalam proses kekaryaan musik kaliini. Kelompok musik Djiwoastra pada akhirnyamenjadi memiliki kemampuan untuk mengakomodasibentuk-bentuk musik symphony dan teknikpenggarapan choir di dalamnya sebagaipengetahuan baru dalam berkarya. Sebaliknya,pengkarya dan tim juga mendapatkan pengalamanberharga untuk berkesempatan mendapatkanpengetahuan tentang kekaryaan musik metal.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakatyang bertujuan untuk problem solving atas

penyeimbangan estetika musik antaraBarat dan Timur, sedikit banyak telah tercapaidengan terjadinya saling-silang pengetahuan untukmemperkuat teknik kompositoris menghadapitantangan idealisme kelompok Djiwoastra yangselalu berkeinginan untuk membawakan unsurNusantara dalam setiap kekaryaannya. Teknik-teknik komposisi yang mengeksplorasi choirdengan muatan transmedium bentuk-bentuk vokalJawa seperti Senggakan, Gerongan, dan KecakBali yang dikemas dengan gaya Gregorian Choral,dapat menjadi teknik baru yang dikuasai mitra untukmengembangkan karya-karya berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

A.A.G.D. Bharuna. 2004. Arsitektur untuk RakyatSuatu Kajian Tentang PendekatanPerancangan Partisipatif, JurnalPermukiman Natahvol.2no.1.

Deter Mack.1995. Sejarah Musik Jilid II.Yogyakarta: Pusat Liturgi Musik.

Kemmis, S. and Mc. Taggert, R. 1988. The ActionResearch Planner. Dankin University.

Pramudya, Nicolas Agung. Penciptaan KaryaKomposisi Musik Sebagai SebuahPenyampaian Makna Pengalaman EmpirisMenjadi Sebuah Mahakarya. Jurnal Gelar,Vol. 17, No. 1, Juli 2019.

Putro, Cahyo Sukisno. Pembelajaran Vokal DenganMetode Solfegio Pada Paduan SuaraGracia Gitaswara Di GKJ Cilacap UtaraKabupaten Cilacap. Jurnal Seni Musik,Vol. 4, No. 1, 2015.

Setiawan, Iwan. Aransemen Lagu Soleram oleh JosuElberdin (Tinjauan Aransemen PaduanSuara). Jurnal Repertoar, Vol.1 No. 2,Januari 2021ISSN: 2746-1718.

Theodore KS. 2013. Rock n Roll IndustriMusik Indonesia dari Analog ke Digital.Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara

Utama, Bagus Tri Wahyu. 2014. ¯Karya MusikPaganism Black Metal Kelompok Makamdi Surakarta: antara Hegemoni Black Metaldan Interkultur MusikJawa. Skripsi JurusanEtnomusikologi ISI Surakarta.

Yuka Dian Narendra. 2017. Glokal Metal: DariBlack Metal menuju Jawa yang Baru.Jakarta: Jurnal Ruang..