2 Winners and 3 Finalists 2 Juara dan 3 Finalis - JIPP Jateng

106
2 Winners and 3 Finalists UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 From INDONESIA Indonesia - English 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Transcript of 2 Winners and 3 Finalists 2 Juara dan 3 Finalis - JIPP Jateng

2 Winners and 3 FinalistsUNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

From INDONESIA

Indonesia - English

2 Juara dan 3 FinalisUNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

dari INDONESIA

2 Winners and 3 Finalists UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

From INDONESIA

2 Juara dan 3 FinalisUNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

dari INDONESIA

2 Winners and 3 FinalistFrom INDONESIA inUNITED NATION PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA)2015

Copy Right :Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

ISBN 978-602-71510-4-8Cetakan 1 - Juni 2015

Diterbitkan oleh :Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi BirokrasiJln. Jend. Sudirman Kav. 69, Jakarta 12190

Sanksi pelanggaran Pasal 44, UU 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

2 Winners and 3 Finalists UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015From INDONESIA

2 Juara dan 3 FinalisUNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015dari INDONESIA

2 Winners and 3 FinalistFrom INDONESIA inUNITED NATION PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA)2015

Copy Right :Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

ISBN 978-602-71510-4-8Cetakan 1 - Juni 2015

Diterbitkan oleh :Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi BirokrasiJln. Jend. Sudirman Kav. 69, Jakarta 12190

Sanksi pelanggaran Pasal 44, UU 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

For Information: Please contact Sri Hartini,phone number, +6221 7398355, Fax. +6221 7398401

email [email protected], [email protected]

2 Winners and 3 Finalists UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

From INDONESIA

2 Juara dan 3 FinalisUNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

dari INDONESIA

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Kata Pengantar

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melaksanakan kegiatan tahunan Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. Kompetisi ini mendorong program “Satu

Instansi, Satu Inovasi” (One Agency, One Innovation) yaitu setiap Kementerian, Lembaga, Pemerintah Propinsi, Kabupaten, dan Kota diwajibkan menciptakan minimal satu inovasi setiap tahunnya.

Dari hasil Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2014 dan 5 finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2014 diikutsertakan dalam UNPSA 2015 yang merupakan tahun ke 13.

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berhasilnya Indonesia mendapat 2 Juara dalam Kategori 1 dan 3 (Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Sragen), serta 3 Finalis (Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sumenep, serta Kota Cilegon) dalam UNPSA 2015 untuk wilayah Asia dan Pasifik. Kemenangan tersebut kami apresiasi dengan menerbitkan Buku yang berjudul: “2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA”. Buku ini merupakan bagian dari transfer pengetahuan inovasi pelayanan publik agar direplikasi atau ditiru oleh unit pelayanan publik lainnya.

Prestasi ini luar biasa dan merupakan hadiah bagi seluruh rakyat Indonesia, dimana menjadi juara untuk pertama kali sejak keikutsertaan Indonesia di tahun 2008.

Akhirnya, saya menyampaikan penghargaan kepada para juara dan finalis UNPSA 2015, dan semua pihak yang telah bekerja sama untuk mencapai prestasi dan peluncuran buku ini.

Deputi Bidang Pelayanan Publik,

Mirawati Sudjono, Ak., M.Sc., C.Fr.A., CA

iv

2 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Foreword

The Ministry of Administrative and Bureaucratic Reform hosts annual event of Public Service Innovation Competition. The competition stimulates One Agency, One Innovation program i.e. each Ministry, Institution, Province, Regency, and City are obliged to create at least one innovation per year.

The winners of 2014 Public Service Innovation Competition and the finalists of 2014 United Nations Public Service Awards (UNPSA) were nominated as the Indonesian representation in the 2015 UNPSA.

All praise due to God the Almighty for achievements of Aceh Singkil Regency and Sragen Regency that won the second place (2nd Winners) in the 2015 UNPSA for Asia Pacific Region and the accomplishments of Pinrang Regency, Sumenep Regency, and Cilegon City as Finalists in the similar event. We appreciate those outstanding achievements by publishing a book titled “2 Winners and 3 Finalists of the 2015 United Nations Public Service Awards From Indonesia”. This book is part of public service innovation transfer for the replication purposes among the public service units.

These are remarkable achievements and tributes to all Indonesians because this is the first time for Indonesian delegates become the winners since its participation in 2008.

Finally, I would like to convey gratitude to the winners and finalists of the 2015 UNPSA, and all parties who have worked together to achieve the accomplishments and the book launching.

Deputy of Public Service,

Mirawati Sudjono, Ak., M.Sc., C.Fr.A., CA

v

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negaradan Reformasi Birokrasi

Sambutan

Terdapat banyak cara untuk meningkatkan kebanggaan dan nasionalisme warga Negara terhadap negaranya. Cara yang paling nyata adalah dengan mencapai prestasi-prestasi di

kompetisi global. Inilah yang kita saksikan dari partisipasi kita pada United Nations Public Service Awards (UNPSA) 2015.

UNPSA 2015 telah menempatkan Indonesia sebagai juara pada dua kategori. Dua inovasi pelayanan publik dari pemerintah daerah yaitu Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Sragen telah mengemuka di antara 960 inovasi negara anggota PBB.

Saya menyampaikan selamat kepada semua pihak yang telah terlibat dalam proses pencapaian ini. Tentu saja, usaha yang sungguh-sungguh meliputi visi yang kuat, kerja keras yang konsisten, dan sumber daya yang besar telah dikerahkan dalam proses mencapai prestasi ini.

Prestasi ini telah membawa sekurang-kurangnya dua makna. Pertama, unit pelayanan publik di Indonesia memiliki kemampuan untuk menciptakan inovasi-inovasi sejati yang bertaraf internasional. Kedua, partisipasi di kompetisi internasional telah menyemangati unit pelayanan publik di Indonesia untuk meningkatkan kinerjanya. Oleh karena itu, kementerian yang saya pimpin akan memberikan dukungan semaksimal mungkin untuk pastisipasi selanjutnya di kompetisi UNPSA maupun kegiatan yang serupa.

Saya berharap Tuhan Yang Maha Kuasa memberkahi niat baik dan amal kebajikan untuk berbakti kepada bangsa dan negara.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi

Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME

vi

2 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

The Minister Of Administrative And Bureaucratic Reform Republic Of Indonesia

Greetings

There are many ways to improve pride and nationalism of citizens toward their country. The most obvious way is to achieve accomplishments at the global competition. This is what we saw from our participation in the United Nations Public Service Awards 2015.

The 2015 UNPSA placed Indonesia as winners in two categories. Two innovations of public service from the Indonesian local administration, namely Aceh Singkil and Sragen, have excelled among 960 UN member countries innovations.

I congratulate all parties that have involved to the making of this achievement. Surely, extensive efforts consist of a strong vision, consistent hardworking, and huge resources have been allocated in the process.

This achievement has brought at least two meanings. Firstly, public service agencies in Indonesia have the ability to invent the world-class and genuine innovations. Secondly, participation in the international competition has encouraged public service agencies in Indonesia to perform better. Therefore, our ministry will provide tremendous supports to the incoming participations in similar competitions.

I wish God the Almighty bless our good intentions and actions to serve the nation and the country.

Minister of Administrative and Bureaucratic Reform

Prof. Dr. H. Yuddy Chrisnandi, ME

vii

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Kata Pengantar Deputi Bidang Pelayanan Publik iv

Sambutan Menteri PANRB vi

Daftar Isi viii

Dua Juara UNPSA 2015

1. Kemitraan Dukun dan Bidan untuk Mengurangi Angka Kematian Ibu dan Anak di Kabupaten Aceh Singkil 2

2. UPTPK – Model Jawaban Problematika Kemiskinan di Kabupaten Sragen 30

Tiga Finalis UNPSA 2015

1. Pengembangan Unit Perinatologi menurunkan kematian bayi di RSUD Lasinrang di Kabupaten Pinrang 62

2. Optimalisasi Regulasi Melalui Penyelenggaraan Paten di Kabupaten Sumenep 68

3. Reformasi Pelayanan Pajak Daerah Kota Cilegon (Dari Rakyat Oleh Rakyat Untuk Rakyat) di Kota Cilegon 75

Daftar Isi

viii

2 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Table of ContentsForeword Deputy Public Service v

Greetings The Minister of Administrative and Bureaucratic Reform Republic of Indonesia vii

Table of Contents ix

Two Winners UNPSA 2015

1. Aceh Singkil District (Indonesia) Partnership Between Traditional Birth Attendants and Midwives to Reduce Maternal and Infant Mortality Rates 3

2. Integrated Service Unit on Poverty Relief (ISUPR) Poverty Alleviation Model in Sragen Regency 31

Three Finalists UNPSA 2015

1. The Development of Perinatology Unit to Reduce Neonatal Mortality Rate In Lasinrang Public Hospital 63

2. Optimization through the Implementation of Regulation in PATEN of Sumenep Regency 69

3. Local-Tax Service Reform In Cilegon City 75

ix

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIAx

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x

Bupati Aceh Singkil menerima Piagam Penghargaan Juara UNPSA 2015

Akhmad Sukardi (Sekda Provinsi Jawa Timur), Safriadi (Bupati Aceh Singkil), Agus Fatchur Rahman (Bupati Sragen), Mirawati Sudjono (Deputi Bidang Pelayanan Publik KemPAN RB)

Bupati Sragen menerima Piagam Penghargaan Juara UNPSA 2015

2 Juara UNPSA 2015

2 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 xi

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA

TAHUN 2014x

Akhmad Sukardi (Sekda Provinsi Jawa Timur), Sitti Hasnah Syam (Direktur RSUD Lasinrang, Kab. Pinrang), Abuya Busyro Karim (Bupati Sumenep), Mirawati Sudjono (Deputi Bidang Pelayanan Publik KemPAN RB)

FINALIS UNPSA 2015

Direktur RSUD Lasinrang, Kab. Pinrang menerima piagam penghargaan Finalis UNPSA 2015

Bupati Sumenep menerima piagam penghargaan Finalis UNPSA 2015

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA 2 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015xii

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA

TAHUN 2014x

2 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 xiii

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA

TAHUN 2014x

Inovasi Kabupaten Aceh Singkil menerima penghargaan UNPSA 2015 sebagai Juara 2 dalam Kategori 1 dari Lenni Montiel (Assistant Secretary-General for Economic Development in the Department of Economic and Social Affairs)

Plakat Juara 2 UNPSA 2015 wilayah Asia dan Pasific: Kabupaten Aceh Singkil

Piagam Juara 2 UNPSA 2015 wilayah Asia dan Pasific: Kabupaten Aceh Singkil

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIAxiv

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x

Inovasi Kabupaten Sragen menerima penghargaan UNPSA 2015 sebagai Juara 2 dalam Kategori 3 dari Lenni Montiel (Assistant Secretary-General for Economic Development in the Department of Economic and Social Affairs)

Plakat Juara 2 UNPSA 2015 wilayah Asia dan Pasific: Kabupaten Sragen

Piagam Juara 2 UNPSA 2015 wilayah Asia dan Pasific: Kabupaten Sragen

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA 2 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 xv

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA

TAHUN 2014x

Dubes RI untuk Bogota, Trie Edi Mulyani menyaksikan langsung saat penyerahan penghargaan UNPSA 2015

Para Ketua Delegasi berfoto bersama dengan wakil dari PBB sesudah Penghargaan UNPSA 2015

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA

TAHUN 2014x

2 JuaraUNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

dari INDONESIA

2 WinnersFrom INDONESIA in

UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

1. Kemitraan Dukun Dan Bidan Untuk Mengurangi Angka Kematian Ibu Dan Anak di Kabupaten Aceh Singkil

ANALISIS MASALAH

1. Apa masalah yang dihadapi sebelum inisiatif ini dilaksanakan?

Meskipun banyak daerah di kepulauan Indonesia harus mengalami kesulitan dalam melakukan transisi ke otonomi daerah, barangkali tidak ada yang sesulit di provinsi Aceh yang harus menghadapi bukan hanya kekuasaan otoriter selama 60 tahun tetapi juga perang sipil selama 30 tahun dan kehancuran akibat Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004.

Aceh Singkil adalah salah satu dari 23 kabupaten di Provinsi Aceh, dan 110.707 warganya dilayani oleh 11 pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang tersebar di daerah pesisir, perbukitan, dan daerah aliran sungai. Roda perekonomian di daerah ini terutama digerakkan oleh perkebunan sawit.

Sebelum inisiatif ini mulai dilaksanakan, banyak bayi dilahirkan dengan bantuan dukun di Aceh Singkil, khususnya di desa-desa daerah aliran sungai. Laporan Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa 38,28 persen kelahiran di kabupaten ini ditangani oleh dukun pada tahun 2010. Data kabupaten menunjukkan bahwa 122 dukun terlibat aktif dalam membantu proses persalinan pada tahun yang sama.

Meskipun tenaga bidan yang telah menerima pelatihan medis sebenarnya tersedia di kabupaten, tradisi masyarakat di daerah ini sangat kuat dan dukun merupakan sesepuh yang sangat dihormati karena dipercaya memiliki kemampuan spiritual dan pengobatan khusus. Kedudukan dukun yang dihormati di masyarakat dan tenaga mereka yang murah menjadi alternatif yang menarik bagi sebagian besar keluarga dari golongan ekonomi yang lebih rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan daerah terpencil yang jauh dari sarana kesehatan.

2

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

1. Aceh Singkil District (Indonesia) Partnership Between Traditional Birth Attendants And Midwives To Reduce Maternal And Infant Mortality Rates

PROBLEM ANALYSIS

1. What was the problem before the implementation of the initiative?

Although many areas of the Indonesian archipelago to be experiencing difficulties in making the transition to regional autonomy, perhaps nothing is as difficult as in Aceh Province which has to face not only authoritarian rule for 60 years but also over 30 years of civil war and the devastation of the Tsunami on December 26, 2004 ,

Aceh Singkil is one of 23 districts in Aceh Province, and 110 707 citizens served by 11 community health centers spread in coastal areas, hills, and watersheds. The economy in this area is mainly driven by oil palm plantations.

Before this initiative began, many babies were delivered with the assistance of traditional birth attendants (TBAs) in Aceh Singkil. A report by Indonesia’s Central Bureau of Statistics shows that 38.28% of deliveries in the district were handled by traditional birth attendants in 2010. District data shows that 122 TBAs were active in child delivery services the same year.

Although medically-trained midwives are available in the district, the traditions of the communities in this area are strong, and traditional birth attendants are well-respected elders believed to possess special spiritual and medicinal powers. Their trusted position within the community, as well as their low cost, makes them an attractive alternative for many families living in remote areas far from health facilities.

2 Winners

32 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Akan tetapi, dukun seringkali kurang mendapatkan pelatihan medis atau pemahaman tentang prosedur persalinan yang benar. Akibatnya, dukun kurang dibekali untuk menangani komplikasi yang mengancam kesehatan ibu dan bayi mereka. Sebaliknya, bidan yang sudah terlatih secara medis dipandang terlalu muda dan kurang berpengalaman oleh banyak warga masyarakat untuk menangani proses persalinan secara benar. Ketidakmampuan mereka berbicara dengan logat lokal juga menyulitkan mereka untuk dapat berhubungan dengan masyarakat yang harus mereka layani.

Sebuah proyek percontohan untuk menjalin kerja sama antara dukun dan bidan diperkenalkan pada tahun 2012. Proyek ini bertujuan untuk memanfaatkan keterampilan tenaga medis kepada banyak ibu sehingga dapat mengurangi penyakit dan kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan kelahiran. Dua tahun setelah proyek percontohan diluncurkan, jumlah ibu yang melahirkan dengan bidan di dua desa telah meningkat sebanyak dua kali lipat, dan resiko kematian turun secara signifikan.

Dengan keberhasilan proyek percontohan dan memanfaatkan masukan dari masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten memeprluas kemitraan dukun dan bidan di 29 desa di Kecamatan Singkohor, Gunung Meriah, Danau Paris, dan Kuta Baharu, dimana proporsi wanita melahirkan tanpa bantuan professional masih tinggi. Tujuannya adalah untuk menyediakan layanan sebelum melahirkan dan saat melahirkan.

B. PENDEKATAN STRATEGIS

2. Siapa yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inisiatif ini telah memecahkan masalah yang dihadapi?

Dinas Kesehatan di Aceh Singkil ingin memastikan bahwa semua persalinan di kabupaten ini ditangani oleh tenaga bidan yang terlatih atau tenaga medis lainnya. Akan tetapi, mereka menghadapi sejumlah kesulitan dalam menjangkau seluruh masyarakat yang membutuhkan perhatian. Setelah mengevaluasi proyek percontohan, Dinas Kesehatan mendapati bahwa seluruh kelahiran di dua desa telah ditangani oleh bidan sejak di awal program ini. Ini merupakan prestasi yang luar biasa dan menginspirasi kelanjutan program ini. Sebanyak 29 desa memberikan sinyal kesediaan untuk melaksanakan kemitraan dukun dan bidan setelah mereka menyaksikan kelebihan dari masing-masing keunggulan dukun dan bidan. Dinas Kesehatan memutuskan untuk meneruskan kerjasama dengan LSM Daun yang telah menjadi mitra kerja pada aproyek percontohan.

4

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

However, TBAs often lack medical training and understanding of safe birthing procedures. As a result, they are ill-equipped to handle complications that threaten the health of mothers and babies. Medically-trained midwives, on the other hand, were up until recently seen by many community members as too young and inexperienced to handle deliveries properly. Their inability to speak local dialects also prevented them from being able to connect to the communities they were intended to serve.

A pilot project to forge a partnership between TBAs and medically-trained midwives was introduced in two villages in Aceh Singkil in 2012. The project aimed to bring the skills of midwives to more women than they had been reaching, in order to reduce morbidity and mortality caused by pregnancy and childbirth. Two years after the pilot was launched, the number of mothers giving birth with midwives in the two villages had increased two-fold, bringing about a significant reduction in maternal risks.

Taking the success of this pilot project and utilizing public feedback, the district health office expanded TBA-midwife partnerships to 29 villages in the districts of Singkohor, Gunung Meriah, Danau Paris, and Kuta Baharu, where the proportion of women giving birth without professional assistance was still high. The intention was to provide a wider population with improved antenatal care and childbirth services.

B. STRATEGIC APPROACH

2. Who proposed the solution and how did the initiative solve the problem?

The health department in Aceh Singkil aims to ensure that all births in the district are attended by trained midwives or other medical personnel. However, they have faced a number of difficulties in reaching all of the communities that need support. After evaluating the pilot project, the health department learned that all births in the two target villages had been attended by midwives since the beginning of the program. This was a great achievement, and it inspired the district to move forward with the initiative. Twenty nine villages signaled they were interested in implementing the TBA-midwife partnerships, as they saw it worked to take advantage of the respective strengths of both traditional births attendants and midwives. The health office decided to continue working with local NGO Daun, who had been the civil society partner during the pilot project.

2 Winners

52 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Strategi untuk mengenalkan dan melaksanakan kemitraan di 29 desa sepenuhnya mengikuti proyek percontohan. Pemangku kepentingan utama dimobilisasi untuk ambil bagian dalam diskusi mengenai masalah pertolongan persalinan oleh tenaga tidak terampil dan risiko kematian. Dalam diskusi tersebut, kemitraan antara dukun dan bidan diperkenalkan sebagai solusi dan didukung oleh kepala desa, ketua masjid lokal, tokoh masyarakat, tokoh agama, relawan kesehatan lokal, dukun dan bidan.

Menindaklanjuti konsultasi ini, kemitraan berjalan dengan cepat dan mendapat dukungan yang luas. Dinas Kesehatan menerbitkan instruksi pelaksanaan replikasi kemitraan dukun dan bidan yang menjadi dukungan formal untuk perluasan inisiatif ini. Aturan-aturan hukum juga diterbitkan oleh kepala desa sehingga memperkuat pentingnya kemitraan ini di mata penduduk. kepada inisiatif ini dan sangat memahami peranan penting kemitraan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di kabupaten. Peraturan daerah mengatur bahwa setiap dukun akan menerima honor dari desa atas bantuan yang mereka berikan kepada tenaga medis terlatih dalam proses persalinan. Dukun juga berhak menerima kompensasi tambahan dari Program Jaminan Kesehatan (JKN) karena turut berperan dalam penanganan pasien.

Kerjasama bidan-Dukun menolong Persalinan dan Memberikan bimbingan

6

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

The strategy for introducing and implementing the partnerships in 29 new villages closely followed the process undertaken in the original pilot villages. Key stakeholders were mobilized to take part in discussions on the problem of unskilled deliveries and maternal mortality. The idea of partnerships between TBAs and midwives was presented as a potential solution to these issues during the meetings, and after discussion, it was supported by the village head, head of the local mosque, community leaders, religious leaders, and local health volunteers, as well as by TBAs and midwives themselves.

Following these consultations, the partnerships were developed swiftly and with wide support. The district health office issued an instruction letter on the replicating of TBA-midwife partnerships; this provided formal support for the expansion of the initiative. Decrees were also issued by the village heads of each replicating village, and this served to further strengthen the importance of the partnerships in the eyes of the community. These local regulations legislated that that every TBA would receive an honorarium from the village for their services in assisting trained medical personnel with child deliveries. It was decided that TBAs were also eligible under the regulation to receive additional compensation from the national insurance scheme (Jaminan Kesehatan Nasional) for sharing in the handling of the patient.

Midwive-TBA’s partneship in helping delivery and giving guidance

2 Winners

72 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Tahap berikutnya adalah membangun dan menandatangani Memorandums of Understanding (MOU) dukun dan bidan di setiap desa. MOU ini merupakan proses yang sangat penting sebagai kesepakatan resmi antara kedua belah pihak. MOU ini meliputi informasi mengenai peran dan tanggung jawab masing-masing serta kompensasi untuk dukun. Semua MOU ditandatangani pada kegiatan umum disaksikan oleh kepala desa dan staf dari Dinas Kesehatan. Acara formal ini meningkatkan pentingnya kemitraan dari sudut pandang masyarakat, sebagai anggota masyarakat bisa melihat sendiri orang-orang dan usaha yang terlibat dalam mengembangkan dan melaksanakan inisiatif tersebut. Peristiwa ini juga meningkatkan kesadaran akan kemitraan baru dan pentingnya melahirkan dengan bantuan medis.

Kemitraan antara dukun dan bidan telah menyebabkan penurunan kelahiran dibantu oleh dukun bayi di 31 desa (2 percontohan dan 29 lanjutan). Sebaliknya, sebagaimana diizinkan oleh MoU, dukun bayi kini sering terlibat dalam kelahiran di klinik kesehatan setempat, di mana mereka memberikan dukungan spiritual kepada ibu saat melahirkan. Ibu melaporkan merasa lebih nyaman sekarang karena mereka dapat dibantu oleh dukun dan bidan terlatih, dan, yang paling penting, tidak ada kematian ibu terjadi selama kelahiran yang dibantu oleh dukun bayi sejak kemitraan dimulai.

3. Dalam hal apa inisiatif ini kreatif dan inovatif?

Inisiatif ini secara kreatif ditujukan untuk mengatasi sebuah situasi yang memiliki potensi menjadi sangat kontroversial karena melibatkan budaya lokal, tradisi lama, dan peran orang tua yang dihormati. Namun, dengan melibatkan dukun dalam pemecahan masalah yakni mengundang mereka untuk berpartisipasi dalam kemitraan yang saling menguntungkan, maka inisiatif ini sangat sukses. Wanita hamil sekarang memiliki keuntungan dari bimbingan spiritual dan budaya dari dukun serta bantuan medis yang terampil dari bidan terlatih.

Sementara kemitraan antara dukun dan bidan bukan sesuatu yang baru di Indonesia, pelaksanaan kemitraan di Aceh Singkil berbeda dengan di kabupaten lainnya. Mengeluarkan peraturan daerah dan menandatangani nota kesepahaman pada upacara publik memberikan tambahan formalitas pada inisiatif tersebut. Komposisi MoU itu sendiri juga berbeda dengan kebanyakan MoU dikembangkan di daerah lain - perbedaan penting adalah struktur insentif keuangan untuk dukun yang berpartisipasi dalam kemitraan, dengan dana yang berasal dari Dinas Kesehatan, skema asuransi nasional, dan alokasi anggaran desa. Tidak ada dareah lain di Indonesia yang memiliki basis pendanaan yang luas untuk kemitraan dukun-bidan. Kombinasi semua mekanisme ini akan menjamin keberlanjutan inisiatif ini.

8

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

The next step was to develop and sign the Memorandums of Understanding (MoUs) between the traditional birth attendants and the midwives in each village. These MoUs were a very important part of the process, as they represented an official agreement between partners. The MoUs included information on the respective roles and responsibilities of TBAs and midwives, and the honorariums and compensation due to TBAs. The MoUs were all signed during public events, witnessed by the village heads and staff from the district health office. The formal event increased the importance of the partnerships from the viewpoint of the community, as community members could see for themselves the people and effort involved in developing and implementing the initiative. The events also served to raise awareness of the new partnerships and of the importance of giving birth with medical assistance.

The partnerships between TBAs and midwives has ultimately led to a decrease in births assisted by TBAs in all 31 villages (2 pilot and 29 replications). Instead, as permitted by the MoUs, TBAs are now frequently involved in births at local health clinics, where they provide spiritual support to mothers during delivery. Mothers report feeling more at ease now that they can be assisted by both TBAs and medically-trained midwives, and, most importantly, no maternal deaths have occurred during births assisted by TBAs since the partnerships began.

3. In which ways is the initiative creative and innovative?

This initiative creatively addressed a situation that had the potential to be extremely controversial since it involved local culture, long-standing traditions, and the roles of respected elders. However, by involving TBAs in the solution by inviting them to participate in a mutually beneficial partnership, the initiative was very successful. Pregnant women now have the benefit of both the spiritual and cultural guidance of TBAs and the skilled medical assistance of trained midwives.

While partnerships between TBAs and midwives are not new in Indonesia, the manner in which they have been implemented in Aceh Singkil is different to that of many other districts. Issuing government decrees and signing the MoUs at public ceremonies give an extra degree of formality to the initiative. The composition of the MoUs are themselves also different to most MoUs developed in other areas – the critical difference is the structure of the financial incentives for TBAs participating in the partnerships, with funds coming from the district health office, the national insurance scheme, and village budget allocations. No other district in Indonesia has such a broad funding base for its TBA-midwife partnerships. All these mechanisms combined will ensure the initiative’s sustainability.

2 Winners

92 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

C. PELAKSANAAN DAN PENERAPAN

4. Bagaimana strategi ini dilaksanakan?

Inisiatif kemitraan bidan-dukun dilaksanakan menurut strategi dan rencana aksi berikut ini:

1. Identifikasi masalah kesehatan yang ada di setiap puskesmas sasaranSalah satu langkah awal dalam melaksanakan rencana aksi adalah mengadakan diskusi kelompok fokus dengan pemangku kepentingan dari pemerintah maupun non-pemerintah untuk mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan beserta solusinya. Salah satu masalah utama yang berkaitan dengan persalinan aman adalah kurangnya kepercayaan masyarakat warga desa Teluk Rumbia terhadap kemampuan tenaga medis yang baru ditugaskan, yang belum lama menamatkan pendidikan kebidanan mereka dan mempunyai sedikit pengalaman praktek serta tidak dapat berbicara dengan dialek lokal. Berbagai pemangku kepentingan menghadiri diskusi, termasuk direktur klinik kesehatan, koordinator bidan, bidan desa, relawan kesehatan, kepala desa, tetua agama, tokoh masyarakat, perwakilan dari asosiasi bidan, perwakilan pemuda, media, Komite Kesehatan tingkat kabupaten, dan LSM. Informasi tentang hasil kemitraan dukun-bidan yang sudah dilaksanakan pada tahun 2012 di desa-desa lainnya di Aceh Singkil juga dimasukkan ke dalam diskusi.

2. Penerbitan surat instruksi dari Kepala Dinas Kesehatan Aceh Singkil untuk replikasi kemitraan dukun-bidanMengingat bahwa Dinas Kesehatan mengawasi pusat-pusat kesehatan masyarakat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten mengeluarkan surat instruksi untuk memastikan setiap klinik mengimplementasikan kemitraan dukun-bidan.

3. Lokakarya publik untuk membahas perluasan proyek kemitraan dukun-bidanSebuah lokakarya mini diadakan untuk mempertemukan bidan, dukun, kepala desa, tokoh agama, petugas kesehatan desa, tokoh masyarakat, perwakilan ikatan bidan Indonesia, koordinator bidan, kepala puskesmas, pejabat dinas kesehatan dan pemuda dalam rangka menekankan pentingnya dukungan program kemitraan dukun-bidan dan memantapkannya. Dari lokakarya ini, kepala desa Teluk Rumbia membuat alokasi anggaran desa (AAD) sebesar Rp 50.000 per bulan untuk setiap dukun sebagai “gaji pokok”, dan sebuah kesepakatan dicapai untuk menyediakan insentif tambahan sebesar Rp 50.000 per persalinan dari dana Jampersal. Dalam lokakarya ini, para pemangku kepentingan menyetujui hak dan kewajiban bidan dan dukun sebelum dan selama persalinan yang kemudian dijabarkan dalam MOU kemitraan bidan dan dukun.

10

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

C. EXECUTION AND IMPLEMENTATION

4. How was the strategy implemented?

Midwives-TBAs partnership initiative implemented by strategy and action plan as follows:

1. Identification of health problems in each targeted sub-district

One of the first steps in implementation of the action plan was to hold a focus group discussion with government and non-government stakeholders to identify health problems and identify solutions. One of the main problems related to safe delivery was a lack of public trust among the residents of both the pilot and the replicating villages in the abilities of newly-posted medical personnel who had recently completed their midwifery courses, had little practical experience, and could not speak local dialects. A wide range of stakeholders attended the discussion, including health clinic directors, midwife coordinators, village midwives, health volunteers, village heads, religious elders, community leaders, representatives of the midwives association, youth representative, media, district-level Health Committee, and NGOs. Information on the results of the TBA-midwife partnerships already implemented in 2012 in other villages in Aceh Singkil was also incorporated into the discussions.

2. Issuance of the instruction letter from the Head of Aceh Singkil’s Health Office on replication of the TBA-midwife partnership

Given that the district health office supervises community health centers, the head of district health office issued an instruction letter to ensure each clinic implements the TBA-midwife partnership.

3. Public workshop to discuss the expansion of the TBA-midwife partnership project

A public workshop was held to gather midwives, TBAs, village heads, religious leaders, village health workers, community leaders, representatives of the Indonesian Midwives Association, midwife coordinators, health clinic directors, health department officials, and youth to emphasize the importance of and solidify support for the partnership program. From this workshop, the heads of each replicating village allocated village fund in the amount of IDR 50,000/month for each TBA as a “base salary”, and an agreement was reached to provide an additional incentive of IDR 50,000 per delivery from funds in the national insurance scheme. During this workshop stakeholders agreed upon the rights and responsibilities of midwives and TBAs prior to delivery and during the delivery later codified in the MOU for partnership between midwives and TBAs).

2 Winners

112 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

4. Penandatanganan Surat Keputusan Kepala Desa tentang Insentif untuk DukunDalam rangka melembagakan struktur insentif yang telah dikembangkan untuk dukun maka kepala desa menyusun dan menandatangani surat keputusan tentang insentif untuk dukun di Teluk Rumbia, yang menjadi dasar hukum bagi kemitraan bidan-dukun secara berkelanjutan.

5. Penandatanganan MOU antara bidan dan dukunSetelah membahas ketentuan dalam perjanjian, kemitraan bidan-dukun kemudian diresmikan melalui penandatanganan MOU Bidan-Dukun yang disaksikan oleh para pejabat dari dinas kesehatan, kepala puskesmas, kepala desa, ikatan bidan Indonesia, tokoh agama dan tokoh masyarakat.

6. Pemantauan dan Evaluasi KemitraanDalam 2 desa percontohan, monitoring dilakukan oleh kelompok pengawasan masyarakat yang didirikan di samping kemitraan dukun-bidan. Pada 29 desa replikasi, pemantauan sejauh ini merupakan tanggung jawab kepala bidan di klinik ‘. Masyarakat juga berperan dalam menginformasikan keberadaan bidan kepada ibu hamil di desa-desa, dalam mengidentifikasi masalah layanan kesehatan ibu, dan dalam mendorong wanita hamil untuk mendapatkan pemeriksaan dan melahirkan di klinik kesehatan lokal daripada dengan dukun.

Signing the MoU by TBA

12

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

4. Signing of the Village Head decrees on TBA incentives

To institutionalize the incentive structure that had been developed for TBAs, the village heads drafted and signed decrees for TBAs in each of the 29 replicating villages, which provided a strong, sustainable legal basis for the TBA-midwife partnership.

5. Signing of the MoUs between midwives and TBAs

After negotiating the terms the agreement, the partnership was further legitimated through the signing of MoUs between midwives and TBAs, and was witnessed by officials from the health department, heads of the health clinics, village heads, members of the Indonesian Midwives Association, religious elders, and community leaders.

6. Monitoring and Evaluation of partnerships

In the 2 pilot villages, monitoring is conducted by community oversight groups that were established alongside the TBA-midwife partnerships. In the 29 replicating villages, monitoring has so far been the responsibility of the clinics’ head midwives. The community also plays a role in informing midwives of pregnant women in the villages, in identifying problems with maternal healthcare services, and in encouraging pregnant women to get check-ups and give birth at the local health clinic rather than with a TBA..

Signing MoU by TBA

2 Winners

132 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

5. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan?

Sebuah LSM lokal, Daun, memberikan pengembangan kapasitas dan dukungan advokasi di bidang tata kelola kesehatan, melalui kerja sama dengan tenaga relawan kesehatan lokal, kepala desa dan pejabat dinas kesehatan dan memfasilitasi diskusi secara teratur selama pelaksanaan inisiatif. Secara bersama-sama, para pemangku kepentingan ini mengadakan analisis masalah dan membahas struktur dan kerangka perjanjian kemitraan termasuk struktur insentif yang cocok. Daun juga mendukung pemangku kepentingan terkait untuk melaksanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi guna mengukur dampak dari kemitraan dan kesempatan untuk pengembangan lebih lanjut.

Para kepala desa dari dua desa percontohan dan 29 desa replikasi merupakan pendorong utama dari inisiatif ini, dengan memberikan dukungan regulasi dan sumber daya keuangan untuk kemitraan. Dengan masukan dari bidan, dukun, staf klinik kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Asosiasi Bidan Indonesia, para kepala desa mampu menyusun dan memberlakukan peraturan yang menjadi landasan kesuksesan inisiatif ini

Para tokoh lokal bidang budaya dan agama memberikan dukungan sosialisasi mengenai inisiatif ini untuk memastikan agar informasi yang akurat tentang kemitraan dukun-bidan disampaikan kepada saluran-saluran lokal yang terpercaya, termasuk pertemuan keagamaan dan informal masyarakat. Upaya-upaya tersebut juga didukung oleh kelompok PKK di desa.

Di dua desa percontohan, forum pengawasan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat melakukan evaluasi rutin program dan membantu klinik dan pemerintah daerah ketika desa-desa mengalami masalah yang mereka tidak bisa memecahkan sendiri. Pada 29 desa replikasi, anggota masyarakat juga terlibat dalam pengawasan dan evaluasi, tetapi pada tingkat yang lebih informal, bekerja secara langsung dengan bidan desa dan bidan kepala klinik setempat untuk melaporkan kehamilan dan dukun yang bekerja di luar tugas yang diizinkan.

6. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inisiatif ini dan bagaimana sumber daya itu dimobilisasi?

Untuk melaksanakan kemitraan dukun-bidan di Aceh Singkil, berbagai pemangku kepentingan menyediakan dana guna mendukung inisiatif ini:

- Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil tahun 2012 sebesar Rp 56.250.000 (USD 4.625) untuk kegiatan kemitraan bidan-dukun.

- Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil tahun 2013 sebesar Rp 37.577.000 (USD 3.100), termasuk dana untuk replikasi inisiatif ini di puskesmas- puskesmas lain.

14

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

5. Who were the stakeholders involved in the implementation?

Daun, a local NGO, provided capacity development and advocacy support for health governance in conjunction with local health volunteers, village leaders, and health office officials. Daun also facilitated regular discussions throughout the implementation of the initiative. Together these stakeholders conducted problem analysis, and discussed the structure and framework of the partnership agreement, including deciding on appropriate incentive structures. Daun also supported the related stakeholders to conduct monitoring and evaluation activities to measure the impact of the partnership and opportunities for further improvement.

The village heads of the two pilot and 29 replicating villages were key drivers of this initiative, providing regulatory support and financial resources for the partnerships. With input from midwifes, TBAs, health clinic staff, the district health office and the Indonesian Midwifes Association, the village heads were able to draft and enact regulations that proved foundational for this initiative’s success.

Local cultural and religious leaders provided outreach support for the initiative to ensure accurate information about the partnership was distributed among trusted local channels, including religious and informal community gatherings. These efforts were also supported by the village branch of the Organization for Women’s Empowerment and Family Welfare (PKK).

In the two pilot villages, the community-based health service oversight forums conducted regular evaluations to the program and advocated the clinics and local governments when the villages encountered problems that they could not solve on their own. In the 29 replicating villages, community members are also involved in monitoring and evaluation, but on a more informal level, working directly with village midwives and the head midwives of the local clinics to report pregnancies and any TBAs working outside of the duties permitted.

6. What resources were used for the initiative and how were they mobilized?

To implement the TBA-midwife partnership in Aceh Singkil, different stakeholders provided funds to support this initiative. The breakdown was as follows:

- Aceh Singkil Health Department (2012): IDR 56,250,000 (USD 4,634) to support implementation of the pilot TBA-midwife partnerships.

- Aceh Singkil Health Department (2013): IDR 37,577,000 (USD 3,081) to replicate the partnerships to additional villages and health clinics throughout the district.

2 Winners

152 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

- Puskesmas Singkil dengan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun 2013 sebesar Rp 25.000.000 (USD 2.065)

- IMPACT-Yayasan Daun dari hibah internasional sebesar Rp 40.000.000 (USD 3.304)

- Daun dari kontribusi sumber sendiri sebesar Rp 141.346.584 (USD 11.675)

- Yayasan Daun (2014): IDR 25,000,000 (USD 2.048) dari hibah internasional untuk mendukung pemerintah dalam mereplikasi inisiatif.

- 5 klinik kesehatan melalui Skema Asuransi Kesehatan Nasional (2014): Rp 50.000 (USD4.20) per kelahiran per dukun untuk kelahiran yang dirujuk ke klinik.

- 31 desa melalui Dana Alokasi Desa (2013-2014): Rp 50.000 (USD 4.20) per bulan per dukun berpartisipasi dalam kemitraan.

Sumber daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan kemitraan antara bidan dan dukun adalah sebagai berikut

- Kepala Dinas Kesehatan Aceh Singkil- Forum pengawasan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat (Dewan

Kesehatan)- Kepala dan bidan koordinator dari 5 klinik kesehatan - Bidan di 2 desa percontohan dan 29 desa replikasi- Dukun bayi dari 2 pilot dan 29 desa replikasi- Relawan kesehatan Village- Spesialis pelayanan publik dan spesialis pemerintahan memberikan dukungan

teknis melalui organisasi lokal dan internasionalSemua sumber daya yang disebutkan di atas berperan aktif dalam mendukung dan mendorong pelaksanaan inisiatif di Aceh Singkil. Komitmen ini ditingkatkan melalui serangkaian diskusi dalam bentuk FGD, rapat koordinasi dan lokakarya. Diskusi yang diadakan secara terbuka dan bersifat umum ini sangat penting dalam membangun pemahaman bersama di kalangan warga desa dan memperkuat dukungan untuk mencapai keberhasilan program.

16

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

- Aceh Singkil Health Department (2014): IDR 80,000,000 (USD 6,590) to hold a public workshop on the good practices and impacts of the pilot TBA-midwife partnerships, and to further support implementation.

- Aceh Singkil Health Department (2014): IDR 146,000,000 (USD 12,028) to increase the financial incentives offered to midwives taking part in the partnerships.

- Singkil Health Clinic (2013): IDR 25,000,000 (USD 2,059) from National Health Allocation Funds (BOK) to ensure sustainability of the partnerships.

- IMPACT-Yayasan Daun (2013): IDR 40,000,000 (USD 3,280) from an international grant to support the government in implementation.

- Yayasan Daun (2013): IDR 141,346,584 (USD 11,590) from self-sourced contributions to provide further implementation support.

- Yayasan Daun (2014): IDR 25,000,000 (USD 2,048) from an international grant to support the government in replicating the initiative.

- 5 health clinics via the National Health Insurance Scheme (2014): IDR 50,000 (USD 4.20) per delivery per TBA for deliveries referred to the clinics.

- 31 villages via the Village Allocation Funds (2013-2014): IDR 50,000 (USD 4.20) per month per TBA participating in the partnerships.

Human resources involved in implementing the partnerships between midwives and TBAs are as follows:

- Head of the Aceh Singkil Health Office- District community-based health service oversight forum (Dewan Kesehatan)- Heads and midwife coordinators from 5 health clinics- Midwives in 2 pilot and 29 replicating villages- TBAs from 2 pilot and 29 replicating villages- Village health volunteers- Public service specialists and governance specialists provided technical support via

local and international organizations.- Public service specialists and governance specialists provided technical support via

local and international organizations.

All resources listed above played an active role in supporting and encouraging the implementation and expansion of the initiative in Aceh Singkil. The strong commitment to the partnerships was built over two years through a series of discussions in the form of FGDs, coordination meetings, and workshops. These discussions, held in an open and public manner, were crucial in building a common understanding among residents, health workers, and the government, creating buy-in from all partners to ensure the success of the program.

2 Winners

172 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

7. Apa saja keluaran yang paling berhasil?

Keluaran konkret yang dicapai oleh kemitraan bidan-dukun adalah sebagai berikut:

1. Instruksi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Singkil No. 441/1515.a/2013 menginstruksikan puskesmas di 4 kecamatan untuk meniru kemitraan dukun-bidan dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

2. Peraturan Kepala Desa diterbitkan di masing-masing 2 desa percontohan dan 29 desa replikasi.

3. Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani di total 31 desa antara bidan dan dukun untuk meresmikan hubungan kerja mereka yang sedang berlangsung.

4. Kartu kontak darurat dibuat dan didistribusikan ke seluruh 31 desa sehingga ibu hamil dan keluarga mereka dapat menghubungi petugas kesehatan untuk meminta ambulans atau bidan.

5. Sebuah lokakarya publik diadakan untuk membahas hasil dari proyek percontohan, dan secara luas dihadiri oleh masyarakat. Lokakarya ini merupakan bagian penting untuk mendapatkan dukungan masyarakat lokal dalam memperluas kemitraan dukun-bidan untuk 29 desa tambahan di 4 kecamatan.

8. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi kegiatan?

Untuk lebih memahami pelaksanaan inisiatif dan untuk mengatasi masalah apapun, pengawasan dan evaluasi kemitraan dukun-bidan dilakukan di Aceh Singkil secara teratur.

Masing-masing dari lima klinik kesehatan yang terlibat dalam program ini bertanggung jawab untuk memastikan kemitraan berjalan secara efektif dan lancar. Koordinator bidan dari masing-masing klinik melakukan kunjungan lapangan bulanan untuk masing-masing desa yang memiliki kemitraan dukun-bidan untuk memantau kepatuhan terhadap MoU dan membandingkan prestasi dibandingkan perencanaan. Koordinator bidan juga mencatat data semua wanita hamil, wanita pasca-persalinan, dan bayi di daerah klinik nya.

Dinas Kesehatan Kabupaten mengkompilasi data dari semua klinik kesehatan untuk melakukan evaluasi tahunan kemitraan dukun-bidan. Data ini mencakup jumlah kelahiran yang dibantu oleh bidan dan persentase ibu hamil yang menghadiri keempat pemeriksaan sebelum kelahiran yang direkomendasikan.

18

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

7. What were the most successful outputs?

The concrete outputs achieved by the TBA-midwife partnership include the following:

1. An instruction letter from the Head of Aceh Singkil Health Office No. 441/1515.a/2013 was issued, instructing health centers in 4 sub-districts to replicate the TBA-midwife partnerships in order to improve maternal and child health.

2. Village head regulations were issued in each of the 2 original and 29 replicating villages on the partnership.

3. Memorandums of Understanding (MoUs) were signed in a total of 31 villages between midwives and TBAs to formalize their ongoing working relationship.

4. Emergency contact cards were created and distributed to all 31 villages so that pregnant women and their families can contact health workers to request an ambulance or a midwife.

5. A public workshop was held to discuss the results of the initial pilot project, and was widely attended by the community. This workshop was a key part of gaining the local communities’ support in expanding the TBA-midwife partnerships to 29 additional villages in 4 sub-districts.

8. What systems were put in place to monitor progress and to evaluate the activities?

To better understand the implementation of the initiative and to overcome any issues, regular monitoring and evaluation of the TBA-midwife partnership is conducted in Aceh Singkil.

Each of the five health clinics involved in the program are responsible for ensuring the partnerships work effectively and smoothly. The midwife coordinator from each clinic conducts monthly field visits to each village with a TBA-midwife partnership to monitor adherence to the MoUs and to compare achievements against planning documents. The coordinating midwife also records data of all pregnant women, post-natal women, and babies in her clinic’s area.

The district health office compiles data from all health clinics to conduct annual evaluations of the TBA-midwife partnerships. This data includes the number of births attended by midwives and the percentage of pregnant mothers who attend all four recommended antenatal checkups.

2 Winners

192 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Melengkapi evaluasi dari pemerintah daerah, forum pengawas pelayanan kesehatan (Dewan Kesehatan) juga melakukan kunjungan lapangan dan membahas kemajuan inisiatif dengan dukun desa dan bidan. Dinas Kesehatan kabupaten menggabungkan rekomendasi forum tersebut ke dalam rencana kerja mereka.

Salah satu contoh bagaimana temuan pengawasan dan evaluasi telah memberi dampak pada program ini adalah penciptaan kartu kontak darurat untuk setiap kecamatan. Kartu tersebut diciptakan sebagai respon terhadap keinginan masyarakat untuk dapat menghubungi kepala desa, bidan desa, klinik kesehatan, dan forum pengawasan pelayanan kesehatan lebih mudah. Kartu memastikan bahwa wanita hamil dan keluarga mereka memiliki kemampuan untuk meminta layanan darurat seperti ambulans dan bidan segera setelah mereka diwajibkan, serta mampu menyampaikan keluhan dan kekhawatiran kepada forum pengawasan..

9. Apa saja kendala utama yang dihadapi dan bagaimana kendala tersebut dapat diatasi?

Kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan inisiatif adalah adat istiadat yang sudah tertanam kuat dan penolakan warga masyarakat untuk berubah. Puskesmas di beberapa wilayah di Aceh Singkil pernah melakukan kampanye, kegiatan dan kunjungan promosi dan sosialisasi kesehatan; tetapi perilaku masyarakat terhadap kesehatan tidak banyak berubah. Tradisi seperti lebih senang melahirkan di rumah atau kepercayaan bahwa membagikan informasi tentang kehamilan masa awal kepada petugas medis dapat menyebabkan sang bayi rentan terhadap “ilmu hitam”, masih tertanam kuat.

Bertahannya kebiasaan-kebiasaan ini sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa dukun hanya memiliki sekilas pemahaman tentang aspek medis perawatan kehamilan, praktek persalinan aman atau perawatan pasca melahirkan dan banyak bidan tidak dapat berbicara dalam bahasa lokal yang menghambat mereka untuk menghadapi tradisi tersebut dengan contoh-contoh berbasis bukti.

Namun, pendekatan berbasis masyarakat yang diambil pada dua desa percontohan dan 29 desa replikasi dengan melaksanakan kemitraan dukun-bidan menyajikan kesempatan untuk bertemu dengan wanita hamil dan keluarganya, serta masyarakat yang berpengaruh dan pemimpin agama, untuk membahas pentingnya inisiatif baru untuk kesehatan keluarga di masyarakat. Pengikutsertaan dukun dalam pembentukan sebuah ‘tradisi baru’ melahirkan di psuskemas membantu mengurangi resistensi terhadap perubahan, sementara juga tetap menghormati

20

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Complementing the evaluation from the local government, the district-level community health service oversight forum (Dewan Kesehatan) also conducts field visits and discusses the progress of the initiative with the village TBAs and midwives. The district health office incorporates the forum’s recommendations into their work plan.

One example of how monitoring and evaluation findings have already had an effect on the program is the creation of the emergency contact cards for each sub-district. The cards were created as a response to the communities’ desire to be able to contact the village head, the village midwife, the health clinic, and the health service oversight forum more easily. The cards ensure that pregnant women and their families have the ability to request emergency services such as ambulances and midwives as soon as they are required, as well as being able to put complaints and concerns to the oversight forum.

9. What were the main obstacles encountered and how were they overcome?

The main challenges encountered during implementation were the embedded nature of traditional customs and community members’ resistance to change. Health clinics in several parts of Aceh Singkil had previously conducted several health promotion and health outreach campaigns and programs; however, the impact on changing health-related behaviors had been minimal. Traditions, such as the preference to give birth at home or the belief that telling others about one’s pregnancy during the first trimester could leave the baby vulnerable to dark magic, remained entrenched.

The continuation of these practices was due in part to the fact that TBAs had only a cursory understanding of medical aspects of ante-natal care, safe delivery practices, or post-natal care. The inability of many village-based midwives to speak local languages compounded this, as they their lack of language skills prevented them from challenging these traditions with evidence-based examples.

However, the community-based approach taken by the two pilot and 29 replicating villages in the implementing TBA-midwife partnerships presented an opportunity to meet with pregnant women and their families, as well as influential community and religious leaders, to discuss the importance of the new initiative for the health of families in the community. The incorporation of TBAs in the formation of a ‘new tradition’ of giving birth at health clinics helped to mitigate resistance to change, while also respecting their

2 Winners

212 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

posisi bidan yang dipercaya masyarakat dan menyediakan akses ke bantuan persalinan medis modern serta layanan kesehatan sebelum dan sesudah kelahiran serta konseling.

Kadang-kadang, komitmen bidan untuk pengaturan baru berkurang, namun upaya pemantauan dan evaluasi di 31 desa dan Dinas Kesehatan Kabupaten membantu untuk mempertahankan kepatuhan dan untuk mengatasi isu-isu yang muncul.

D. DAMPAK DAN KEBERLANJUTAN

10. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan inisiatif ini?

Informasi ditemukan selama kunjungan pengawasan dan evaluasi bulanan klinik kesehatan ‘ke desa-desa yang berpartisipasi dalam kemitraan dukun-bidan sejauh ini mengungkapkan dampak sebagai berikut:

- 1.047 kelahiran dihadiri oleh bidan di lima kecamatan antara Januari dan akhir Agustus 2014. Jika diekstrapolasi berdasarkan tren kelahiran sepanjang tahun ini, diperkirakan bahwa 1.570 wanita akan melahirkan dengan bidan pada tahun 2014; ini merupakan peningkatan kecil tapi signifikan sebanyak 61 kelahiran dibandingkan tahun 2013, ketika 1.509 kelahiran dibantu oleh bidan.

- Statistik dikelola oleh Singkil Health Center (pusat kesehatan untuk program percontohan) menunjukkan penurunan jumlah kelahiran hanya dihadiri oleh dukun bayi di daerah sekitar klinik dari 17 pada tahun 2011, delapan tahun 2012, hanya dua tahun 2013. Ini Perlu dicatat bahwa dua kelahiran didukung oleh dukun bayi pada tahun 2013 terjadi di desa-desa di luar wilayah program percontohan. Tidak ada kelahiran hanya dibantu oleh dukun bayi di Kabupaten Singkil sepanjang tahun 2014, tetapi dukun telah terlibat dalam memberikan dukungan spiritual di Puskesmas, yang didorong oleh MoU.

- Komunikasi kolaboratif yang dikembangkan antara bidan dan dukun di 29 desa replikasi memberikan jalan untuk rujukan awal untuk bantuan medis profesional dan konseling sebelum kelahiran. Ini membantu untuk mengatasi mitos di kalangan masyarakat bahwa memberikan informasi kepada profesional medis selama tahap awal kehamilan mungkin memiliki efek samping, seperti bayi rentan terhadap ilmu hitam. Dukun bayi telah terbukti penting dalam mendorong ibu hamil untuk menjalani setidaknya satu pra-natal check-up di fasilitas medis yang tepat, dan jumlah wanita melakukannya telah meningkat secara dramatis sejak 2012. Berdasarkan data 2014 dari Januari hingga Agustus, diharapkan bahwa Desember, 1.739 wanita akan mengalami setidaknya satu prenatal check up di 5 klinik kesehatan yang melaksanakan kemitraan dukun-bidan, dibandingkan dengan 1.649 pada 2013 dan 1.603 pada tahun 2012.

- Diskusi kelompok terfokus menunjukkan bahwa kepercayaan antara bidan dan dukun telah meningkat di wilayah program percontohan. Kedua belah pihak telah mencatat bahwa kemitraan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai tugas dan tanggung jawab. Dukun merasa kemitraan telah membuat pekerjaan mereka

22

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

trusted position within society and providing access to modern medical birthing assistance as well as pre- and post-natal healthcare and counseling.

At times, midwives’ commitment to the new arrangement waned, but the monitoring and evaluation efforts of the 31 villages and the district health department helped to maintain buy-in and to overcome issues as they arose.

2D. IMPACT AND SUSTAINABILITY

10. What were the key benefits resulting from this initiative?

Information uncovered during the health clinics’ monthly monitoring and evaluation visits to the villages participating in the TBA-midwife partnership have so far revealed the following impacts:

- 1,047 births were attended by midwives in the initiative’s five sub-districts between January and the end of August 2014. If extrapolated based on delivery trends so far this year, it is predicted that 1,570 women will give birth with a midwife in 2014; this represents a small but significant increase of 61 deliveries over 2013, when 1,509 deliveries were assisted by midwives.

- Statistics managed by Singkil Health Center (the health center for the pilot program) show a decrease in the number of births attended only by TBAs in the area around the clinic from 17 in 2011, to eight in 2012, to just two in 2013. It is worth noting that the two deliveries supported by TBAs in 2013 occurred in villages outside of the pilot program area. No births have been assisted by only TBAs in Singkil sub- district so far in 2014, but TBAs have been involved in providing spiritual support at the health center, as encouraged by the MoU.

- Collaborative communication developed between midwives and TBAs in the 29 replicating villages provided an avenue for earlier referrals to professional medical help and ante-natal counseling. This helped to address the myth among the community that providing information to medical professionals during the early stages of a pregnancy may have adverse effects, such as leaving the baby vulnerable to black magic. TBAs have proved crucial in encouraging pregnant mothers to undergo at least one pre-natal check-up at proper medical facilities, and the number of women doing so has risen dramatically since 2012. Based on 2014 data from January to August, it is expected that by December, 1,739 women will have undergone at least one prenatal check-up at the 5 health clinics implementing the TBA-midwife partnership, compared to 1,649 in 2013 and 1,603 in 2012.

- Focus group discussions show that trust between midwives and TBAs has improved in the pilot program areas. Both parties have noted that the partnership provides a clearer delineation of duties and responsibilities. TBAs feel the partnership has made

2 Winners

232 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

lebih mudah, karena bidan yang bertanggung jawab untuk aspek klinis dan dukun bisa mengandalkan keberadaan bidan ketika komplikasi terjadi. Demikian pula, bidan menyebutkan bahwa dukun bayi membantu berbicara dengan ibu dan keluarga serta menghibur mereka selama proses kelahiran, serta menanganui aspek non-medis yang penting.

- Kepala Klinik Kesehatan Singkil mengatakan, melalui jaringan dukun yang diperluas, klinik mendapat posisi yang lebih baik dalam memperoleh informasi kehamilan baru di daerah cakupan klinik. Sejak dukun berbagi informasi dengan klinik, potensi kehamilan berisiko tinggi dan kelahiran lebih mudah diidentifikasi.

- Program kemitraan dapat mengidentifikasi tantangan logistik yang membuat hambatan terhadap perawatan kesehatan. Misalnya, ketika ditemukan bahwa masyarakat merasa sulit untuk menghubungi klinik kesehatan, maka layanan hotline Klinik Kesehatan Singkil dibuat untuk layanan darurat. Melalui hotline ini, ibu yang akan melahirkan bisa memesan mobil ambulans dan ambulans air untuk transportasi darurat ke klinik. Layanan ini tidak hanya mempengaruhi wanita hamil, tetapi memiliki dampak yang jauh lebih luas pada masyarakat sekitar.

- Karena kemitraan, para ibu kini dapat mengakses layanan profesional perawatan kesehatan dalam bahasa yang mereka mengerti. Dengan dukun berfungsi sebagai jembatan linguistik untuk masyarakat desa, bidan yang telah bermigrasi ke Aceh Singkil untuk bekerja sekarang dapat berkomunikasi lebih efektif dengan pasien mereka.

- Diskusi publik dan lokakarya telah menyebabkan peningkatan kesadaran masyarakat di desa-desa kemitraan tentang pentingnya kunjungan pra-kelahiran dan mencari bantuan medis untuk persalinan yang aman.

- Diskusi kelompok terfokus telah menciptakan peluang baru bagi mitra desa untuk berpartisipasi dalam pembangunan secara keseluruhan pelayanan kesehatan. Banyak penerima manfaat langsung menjadi penganjur yang vokal untuk adopsi inisiatif yang lebih luas dan replikasi lebih lanjut di desa-desa dan kecamatan lainnya.

11. Apakah inisiatif ini berkelanjutan dan direplikasi?

Sejak program percontohan dimulai pada tahun 2012, kemitraan dukun-bidan di Aceh Singkil telah menjadi stabil dan berkelanjutan. Salah satu tantangan utama yang dialami di seluruh Indonesia dalam mengembangkan kemitraan tersebut adalah fakta bahwa dukun sering merasa pendapatan mereka diambil jika mendorong ibu hamil mencari perawatan kesehatan di klinik. Aceh Singkil telah menciptakan cara yang unik untuk mengatasi masalah ini, melalui menyediakan ‘gaji pokok’ setiap bulan dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan memungkinkan untuk upah tambahan dan ‘top-up’ tak terbatas dari usaha merujuk ibu hamil ke klinik dan membantu kelahiran melalui dana desa dan skema asuransi nasional. Dukun bayi sangat senang dengan pengaturan baru, karena tidak hanya

24

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

their jobs easier, as the midwives were now solely responsible for clinical aspects and they could rely on them when complications occurred. Similarly, midwives mentioned that TBAs helped talk to the mothers and families and comfort them during the delivery process, handling important non-medical aspects.

- The head of the Singkil Health Clinic said that, through its expanded network of TBAs, the clinic was better positioned to learn about new pregnancies in the clinic’s coverage area. Since TBAs now share information with the clinic, potential high-risk pregnancies and impending deliveries are more readily identified.

- The partnership program identified logistical challenges that created barriers to health care. For example, when it was found that the community felt it was sometimes hard to contact the health clinic, it triggered the creation of the Singkil Health Clinic’s hotline service for emergency services. Through this hotline, mothers going into labor could order ambulances and water ambulances for emergency transport to the clinic. This service has not only affected pregnant women, but has had a far broader impact on the surrounding community.

- Because of the partnership, mothers are now able to access professional health- care services in a language that they understand. With TBAs serving as a linguistic bridge to village communities, midwives who have migrated to Aceh Singkil for work are now able to more effectively communicate with their patients.

- Public discussions and workshops have led to an increase in public awareness in partnership villages about the importance of ante-natal visits and seeking medical assistance for a safe delivery.

- Focus group discussions have created new opportunities for partnering villages to participate in the overall development of health services. Many of its direct beneficiaries have become outspoken advocates for its broader adoption and further replication in other villages and sub-districts.

11. Is the initiative sustainable and transferable?

Since the pilot program began in 2012, the TBA-midwife partnerships in Aceh Singkil have become stable and sustainable. One of the major challenges experienced throughout Indonesia in developing such partnerships is the fact that the TBAs often feel their income is being taken away from them if they encourage pregnant women to seek health care at clinics. Aceh Singkil has created a unique way of overcoming this issue, through providing a ‘base salary’ from the district health department every month and allowing for additional and unlimited wage ‘top-ups’ for referring pregnant women to the clinics and assisting deliveries through village funds and the national insurance scheme. TBAs report being very happy with the new arrangements, as it not only provides them with a reasonable income but reduces their workload and improves health outcomes for mothers and babies in their villages.

2 Winners

252 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

menyediakan penghasilan yang lumayan tapi juga mengurangi beban kerja dan meningkatkan kesehatan bagi ibu dan bayi di desa mereka.

Meresmikan hubungan antara dukun dan bidan dalam bentuk MoU resmi adalah langkah penting dalam memastikan keberlanjutan. Kedua mitra dalam perjanjian memiliki pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung jawab mereka, dan dapat merujuk kembali ke dokumen jika diperlukan. Ini juga berarti bahwa jika hal MoU tidak diikuti, dukun yang bersangkutan tidak akan menerima gaji maupun insentif lainnya.

Pemerintah telah secara aktif mendukung inisiatif. Meskipun kemitraan telah dikembangkan di banyak daerah di seluruh Indonesia, sayangnya kebanyakan pemerintah daerah memberikan inisiatif untuk bidan dan puskesmas untuk melaksanakan dan memantau. Di Aceh Singkil, Dinas Kesehatan Kabupaten tidak hanya memberikan insentif keuangan untuk dukun, tetapi juga telah mengeluarkan surat penting dan keputusan pada kemitraan. Surat ini memiliki status yang tinggi dan penting di Indonesia, dan memainkan peran penting dalam mendorong baik masyarakat dan petugas kesehatan untuk berpartisipasi dalam inisiatif.

Inisiatif ini juga mendapat dukungan baik dari masyarakat. Ibu sekarang menerima perawatan kesehatan modern dari bidan di puskesmas tanpa kehilangan dukungan spiritual dan emosional yang diberikan oleh dukun. Hal ini sering membantu mengatasi hambatan keluarga di mana seorang ibu akan lebih memilih untuk melahirkan di sebuah pusat kesehatan, misalnya, tetapi ibunya, nenek atau ibu mertua percaya ia harus mengikuti tradisi dan menggunakan dukun. Wanita sekarang dapat melakukan keduanya, dan memastikan mereka menerima perawatan medis dan spiritual yang baik.

Keberhasilan inisiatif dalam pencampuran praktek-praktek tradisional dan kesehatan modern tidak hanya memiliki implikasi dalam provinsi Aceh tetapi juga untuk kebijakan kesehatan nasional. Departemen Kesehatan terus berupaya untuk memenuhi komitmen MDG pada kesehatan ibu dan anak. Ini membuktikan bahwa sistem kepercayaan tradisional dapat diubah dari waktu ke waktu melalui pendekatan sensitif-budaya dan penyediaan struktur insentif yang tepat. Bentuk inovatif kemitraan dukun-bidan diterapkan di Aceh Singkil bisa dengan mudah direplikasi di seluruh Indonesia, karena menyediakan struktur yang jelas, termasuk mekanisme insentif, yang sederhana untuk menerapkan namun juga memiliki manfaat yang jelas. Aceh Singkil berencana untuk terus mereplikasi kemitraan di seluruh kabupaten selama beberapa tahun ke depan.

12. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik?

Inisiatif ini telah dan akan selalu sukses sebagai hasil dari komitmen dari pemerintah daerah dan tokoh kunci masyarakat. Tanpa kerja sama ini, inisiatif tidak akan diterima oleh masyarakat juga tidak akan terjadi perubahan perilaku yang begitu cepat. Pendekatan yang menekankan pada partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kepemilikan dan akuntabilitas hasil telah terbukti penting.

26

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Formalizing the relationship between TBAs and midwives in the form of an official MoU is a critical step in ensuring sustainability. Both partners in the agreement consequently have a clear understanding of their roles and responsibilities, and can refer back to the document if needed. It also means that if the terms of the MoU are not followed, the TBAs in question will not receive their salary nor any other incentives.

The government has actively supported the initiative. Although the partnerships have been developed in many areas throughout Indonesia, unfortunately most local governments leave the initiative to midwives and health centres to implement and monitor. In Aceh Singkil, the district health office has not only provided financial incentives for TBAs, but it has also issued important letters and decisions on the partnerships. These types of letters have high status and importance in Indonesia, and play a significant role in encouraging both the community and the health workers to participate in the initiative.

The initiative also receives good support from the communities. Mothers now receive modern health care from the midwives at the health centres without losing the spiritual and emotional support provided by TBAs. This often helps overcome family barriers where a mother would prefer to give birth in a health centre, for example, but her mother, grandmother or mother-in-law believes she should follow tradition and use a traditional birth attendant. Women can now do both, and ensure they receive good medical and spiritual care.

The initiative’s success in blending traditional practices and modern healthcare not only has implications within the province of Aceh but also for national health policy as the Ministry of Health continues its efforts to meet MDG commitments on maternal and child health. It proves that traditional belief systems can be changed over time through culturally-sensitive approaches and the provision of appropriate incentive structures. The innovative form of TBA-midwife partnerships implemented in Aceh Singkil could easily be replicated throughout Indonesia, as it provides a clear structure, including incentive mechanisms, that is simple to implement yet also has clear benefits. Aceh Singkil plans to continue replicating the partnerships throughout the district over the next few years.

12. What are the lessons learned?

This initiative has been and continues to be successful as a result of the commitment from the local government and key community leaders. Without this cooperation, the initiatives would not have been accepted by the public nor would behavioral change have occurred so quickly. An approach emphasizing public participation to increase ownership and accountability for results has proved essential.

- Public participation is crucial to success. Strong commitment from all stakeholders including health department, health clinics, midwives, TBAs, and village heads was key

2 Winners

272 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

- Partisipasi masyarakat sangat penting untuk keberhasilan. Komitmen yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan termasuk dinas kesehatan, klinik kesehatan, bidan, dukun, dan kepala desa adalah kunci keberhasilan pelaksanaan. Tanpa partisipasi aktif dan rasa kepemilikan, masyarakat tidak akan mengerti atau menerima inisiatif secepat yang mereka mampu.

- Kepercayaan antara mitra merupakan prasyarat untuk sukses. Menyadari bahwa dukun sebagai sumber daya masyarakat yang luar biasa dan agen utama perubahan untuk kesehatan ibu dan anak merupakan faktor yang signifikan dalam keberhasilan inisiatif ini. Melalui kemitraan dengan bidan, posisi mereka dihormati, dihargai, danmenyatu dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Demikian pula, menyoroti bidan sebagai sumber daya ketimbang ancaman bagi mata pencaharian dukun membuat masing-masing mitra untuk melakukan tugas mereka secara lebih efektif.

- Insentif yang tepat dibutuhkan untuk setiap perubahan perilaku. Peraturan yang jelas, mendefinisikan dan melindungi peran dan tanggung jawab masing-masing pihak, adalah dorongan signifikan dalam keberhasilan program ini. Dimasukkannya insentif keuangan dalam MoU membantu untuk melembagakan inisiatif dan memformalkan hubungan dukun-bidan. Identifikasi insentif yang tepat dan sumber-sumber mereka juga penting, seperti dukun tidak tertarik untuk berpartisipasi dalam kemitraan di daerah lain di Indonesia saat insentif yang ada terlalu rendah dan tidak memberikan penghasilan yang memadai.

- Komunikasi yang terus menerus diperlukan untuk menjaga hubungan kerja. Kunjungan masyarakat bulanan oleh staf klinik dan penyediaan kartu kontak bantuan darurat membantu mempertahankan jalur komunikasi yang penting dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan tantangan yang muncul.

- Mengubah tradisi budaya yang telah dipertahankan selama puluhan tahun, bahkan mungkin berabad-abad, tidak mudah dan membutuhkan strategi dan pendekatan yang sejalan dengan praktik adat masyarakat. Dalam kasus kemitraan antara bidan dan dukun, penguatan peran dan tanggung jawab dukun adalah strategi yang tepat sebagai pengakuan status sosial mereka di tingkat desa. Pentingnya mereka dalam struktur budaya masyarakat diposisikan dengan baik untuk mempengaruhi perilaku dan mempromosikan cakupan yang lebih luas untuk praktek persalinan yang aman.

28

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

to successful implementation. Without active participation and a sense of ownership, the community would not have understood or accepted the initiative as well or as quickly as they have.

- Trust between partners is a precondition to success. Recognizing TBAs as a tremendous community resource and a major agent of change for maternal and child health outcomes became a significant factor in the success of the initiative. Through a partnership with midwives, their position is respected, appreciated, and integral to reducing maternal and infant mortality rates. Similarly, highlighting midwives as a resource rather than a threat to TBAs’ livelihoods allowed for each partner to perform their duties more effectively.

- Appropriate incentives are needed for any behavioral change. Clear regulations, defining and protecting the roles and responsibilities of each party, were a significant boost in the success of this program. The inclusion of financial incentives in the MoUs helped to institutionalize the initiative and formalize the TBA-midwife relationships. The identification of appropriate incentives and their sources was also crucial, as TBAs have often become disinterested in participating in partnerships in other areas of Indonesia when incentives are too low and do not provide an adequate income.

- Constant communication is needed to maintain working relationships. Monthly community visits by clinic staff and the provision of an emergency assistance contact card help to maintain open lines of communication that were key in identifying and resolving challenges as they arose.

- Changing cultural traditions that have been maintained for decades, perhaps even centuries, is not easy and requires a strategy and approach in line with the customary practices of the community. In the case of the partnership between midwives and TBAs, strengthening the role and responsibilities of TBAs was the appropriate strategy to attempt these changes in recognition of their societal status at the village level. Their importance in the cultural fabric of the community positioned them well to influence behavior and promote wider coverage of safe delivery practices.

2 Winners

292 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

2. UPTPK – Model Jawaban Problematika Kemiskinan di Kabupaten Sragen

A. ANALISIS MASALAH

1. Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakan inisiatif ini?

Di masa lalu, kemiskinan di Kabupaten Sragen diidentifikasi sebagai berikut:

a. Keluarga miskin 17,59% dari total penduduk berdasarkan Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) 2011.Mereka adalah keluarga yang memiliki pengeluaran bulanan kurang dari Rp 280.488 (USD 25) dengan kualitas tempat hidup, sanitasi, dan pendidikan yang sangat rendah.

b. 62,109 keluarga tinggal di rumah tidak layak huni. Pemerintah Kabupaten tidak memiliki solusi yang tepat untuk masalah ini

c. Meskipun Pemerintah Indonesia telah menyediakan asuransi kesehatan bersubsidi (Jamkesmas) bagi penduduk miskin, terdapat 30 sampai 40% kesalahan dalam database yang menyebabkan sebagian penduduk yang mampu dimasukkan dalam cakupan dan menyebabkan banyak orang miskin tidak diasuransikan. Tidak ada perhatian khusus kepada orang miskin yang menderita kondisi medis khusus seperti gagal ginjal, sakit mental, dan cacat. Bahkan untuk pemakaman, yang dalam beberapa kelompok masyarakat mungkin memerlukan banyak biaya, pemerintah belum memberikan bantuan.

d. Kabupaten Sragen tidak menyediakan dukungan khusus untuk pendidikan anak-anak keluarga miskin. Benar, pemerintah pusat telah memberikan beasiswa bagi siswa miskin, tapi kami mengidentifikasi bahwa 1.500 dari mereka tidak memiliki akses ke beasiswa tersebut. Belum lagi, tidak ada dukungan khusus ada untuk memungkinkan anak-anak dari keluarga miskin untuk memperoleh pendidikan universitas.

Di masa lalu, masyarakat miskin tidak memiliki akses kepada kepastian informasi mengenai lembaga-lembaga yang berkewajiban untuk mengurus masalah mereka. Sosialisasi hanya memberikan potongan informasi sehingga pengetahuan masyarakat mengenai lembaga tersebut tidak lengkap atau benar-benar tidak ada. Masalah lain adalah fakta bahwa mereka mengetahui bantuan pemerintah tanpa pengetahuan yang paripurna tentang prosedur apa yang harus ditempuh untuk mendapatkannya.

30

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

2. Integrated Service Unit on Poverty Relief (ISUPR) Poverty Alleviation Model in Sragen Regency

PROBLEM ANALYSIS

1. What was the problem before the implementation of the initiative?

In the past, the poverty in Sragen Regency is identified as follows:

a. Poor families are 17.59% of its total population based on the National Social and Economy Survey (Susenas) 2011. These are the family whose monthly spending is less than IDR 280.488 (USD 25) with very low quality of living places, sanitations and educations.

b. 62.109 families lived in with poor housing. Regency Government did not have proper solution for this problem.

c. Although Indonesia Government has provided subsidized health insurance (Jamkesmas) for its poor population, there are 30 to 40% errors in the database that caused a significant portion of its abled population to be included in the coverage and left many poor people uninsured. There were no special attention given to the poor who suffer special medical condition such as kidney failure, mental conditions and disability. Even for the funerals, which in some society may require their family to spend extra money, the government had not yet given their hands.

d. Sragen Regency had not provided special supports for the education of children from poor family. True, the central government has provided scholarship for poor student, but we identified that 1.500 of them don’t have access to it. Not to mention, no special supports existed to allow children from poor family to obtain university education.

In the past, poor community did not have access to certainty of information regarding the institutions that was obliged to take care of their problems. Socializations deliver only fragments of information rendering their knowledge regarding such institutions incomplete or completely non-existence. Another problem is the fact they know the kind of support that they will get from government without full knowledge on what are the procedures to obtain it.

2 Winners

312 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Birokrasi masih panjang dan rumit dan tidak terkoordinasi. Sebagai contoh, seseorang harus mengunjungi 8 kantor yang berbeda untuk mendapatkan surat rekomendasi untuk pelayanan kesehatan gratis atau hibah obat atau untuk dimasukkan dalam Asuransi Kesehatan setempat yang dikelola oleh Kantor Urusan Kesehatan. Siswa yang ingin mendapatkan hibah pendidikan harus datang ke 6 kantor yang berbeda untuk mendapatkan surat rekomendasi. Sebenarnya ada banyak lembaga yang mendistribusikan bantuan pemerintah untuk masyarakat miskin; dari nasional, provinsi, kabupaten dan kecamatan atau bahkan tingkat desa. Masalahnya adalah, apa yang harus mereka lakukan untuk memenuhi syarat untuk menerima hibah. Ini adalah jenis informasi yang kami gagal untuk memberikan.

Masalah ketiga adalah fakta bahwa database jarang terintegrasi atau dapat diakses dengan mudah. Banyak lembaga pemerintah memiliki standar mereka sendiri untuk kualifikasi keluarga atau orang miskin. Menambah komplikasi masalah di atas dengan fakta bahwa database tidak terawat dengan baik. Semua masalah ini mencegah setiap upaya untuk mengentaskan kemiskinan untuk mencapai targetnya, dan membuat perencanaan menjadi sangat sulit.

B. PENDEKATAN STRATEGIS

2. Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inisiatif ini telah memecahkan masalah yang dihadapi?

Pemecahan masalah ini kali pertama diusulkan oleh Bupati Sragen, yang selanjutnya dibahas dalam Focus Group Discussion (FGD) yang dibentuk untuk mewadahi gagasan-gagasan inovatif individual menjadi lebih sistemik dan terlembaga. FGD menganggap urgent adanya lembaga khusus yang berfungsi menerima aduan masyarakat miskin, memberikan solusi kepada mereka secara terpadu (kerjasama lintas SKPD), serta berfungsi sebagai fasilitator bagi Satuan-satuan Kerja dan instansi swasta dalam melaksanaan program penanggulangan kemiskinan. Singkatnya, lembaga tersebut menjembatani pertemuan antara pihak pemberi layanan dan pihak penerima manfaat, dalam satu pintu. Lembaga tersebut adalah Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK).

Pembentukan UPTPK memiliki landasan logis yang kuat, mengingat kemiskinan adalah “bencana harian” yang tampak jelas di depan mata. Analogi yang tepat adalah dengan berbagai lembaga bantuan bencana ad-hoc yang diresmikan oleh pemerintah dalam menanggapi bencana alam. Institusi tersebut mengkoordinasikan upaya dari berbagai instansi pemerintah dan swasta untuk membantu masyarakat di daerah yang terkena dampak bencana alam. Prinsip yang sama telah diterapkan

32

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Bureaucracy was still long and complicated and uncoordinated. As example, one must visit 8 different offices to get the recommendation letter for free health service or medication grants or to be included in Local Health Insurance managed the Health Affairs Office. Students who wish to get education grants must come to 6 different offices to get recommendation letter. There are actually many institutions that distribute government grants to poor people; from national, provincial, regency and district or even village level. The problem is, what do they have to do to qualify for receiving the grants. This is the kind of information that we failed to provide.

The third problem is the fact that database is rarely integrated nor can be accessed easily. Many government agencies have their own standard for qualifying a family or a person poor. Adding complication to the problem was the fact that the databases were not well maintained. All this problems prevented any attempt to alleviate the poverty reaching its targets, and made the planning very difficult..

B. STRATEGIC APPROACH

2. Who proposed the solution and how did the initiative solve the

problem?

The solution for this problem initiated by Sragen Regent, which were later reviewed in Focus Group Discussion that was formed to facilitate individual ideas to form a systematic working scheme. The group considered it was important to formalized a special institution to administer complaints, channel their voice, provide an integrated solution for their problems and facilitate one government unit, with each other and private institutions, in any attempts to provide helps for the poor community. The new institution would consolidate meetings and further discussion between service providers and service users. The institution is Integrated Service Unit on Poverty Relief (ISUPR).

Ket: Kartu Saraswati untuk Bantuan Kesehatan dan Sosial Ekonomi

2 Winners

332 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

dalam pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi meskipun fakta bahwa lembaga-lembaga lainnya, seperti Kepolisian Nasional, Departemen Kehakiman dan Kejaksaaan juga dilengkapi dengan kemampuan untuk menangani masalah ini.

UPTPK menjadi saluran yang sempurna bagi masyarakat miskin untuk mencari bantuan tanpa melalui birokrasi pemerintahan yang panjang. Di bawah lembaga baru, pelaksanaan layanan bantuan kemiskinan dibuat terpadu, dilengkapi dengan instrumen survei yang valid dan “database tunggal kemiskinan” yang diperbaharui secara berkala dan memiliki cakupan akses yang luas. Upaya bantuan untuk mengatasi kemiskinan masyarakat dapat dilakukan dengan lebih terkoordinasi dan tepat sasaran.

Pendekatan strategis untuk mencapai tujuan ISUPR ini adalah 1) mengarahkan masyarakat miskin untuk mencari bantuan ke UPTPK sebagai badan koordinasi penanganan kemiskinan; 2) pemangkasan prosedur birokrasi dengan mengintegrasikan upaya dari berbagai badan usaha milik negara dan perusahaan swasta di bawah satu lembaga koordinasi; 3) membentuk database yang berisi rincian individu miskin yang membutuhkan bantuan pemerintah.

Pendekatan pertama memungkinkan masyarakat untuk melaporkan masalah ekonomi mereka sementara pegawai di UPTPK akan memberikan respon segera. Pendekatan ini disertai dengan mensosialisasikan layanan melalui jalur birokrasi vertikal dan media elektronik.

Pendekatan kedua, pemangkasan prosedur bagi masyarakat miskin untuk mendaftarkan diri, mereka hanya diminta untuk membawa Kartu Keluarga dan KTP ketika melaporkan ke unit kami. Sebagai sebuah One Stop Service untuk bantuan kemiskinan UPTPK berwenang untuk mengambil alih bagian dari peran dan tanggung jawab misalnya dalam memverifikasi pengaduan yang diajukan oleh orang-orang miskin pada unit pelayanan lain. Konsekuensi keuangan dari tindakan yang diambil masih tanggung jawab unit teknis. Faktor utama adalah bahwa unit kami mengambil tanggung jawab untuk meneruskan jenis bantuan yang mereka perlukan -kesehatan, tempat tinggal, pendidikan- kepada unit lain di Pemerintah Kabupaten Sragen. Pendekatan ini juga termasuk koordinasi dengan badan usaha yang ingin melaksanakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) mereka. Koordinasi tersebut dibutuhkan untuk menghindari distribusi yang tidak efektif dari dana CSR.

Dalam pendekatan ketiga, unit pelaksana teknis dan swasta yang terlibat dalam upaya bantuan kemiskinan di Kabupaten Sragen wajib merujuk database. Database diupload ke web Sistem Informasi Manajemen Bantuan Kemiskinan (simsaraswati.

34

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

The formation of ISUPR had its strong logical basis considering the fact that poverty is fundamentally a daily disaster that lies in the plain sight. The proper analog is with various ad-hoc disaster relief institution formalized by the government in response to natural disasters. Such institution coordinates efforts from various government and private institutions to help communities in areas impacted by natural disaster. The same principle has been implemented in the formation of Corruption Eradication Commission despite the fact that other institutions, such as National Police, Department of Justice and Attorneys were also equipped with the ability to deal with the problem.

ISUPR becomes the perfect channel for the poor to seek helps without the need to the need for the poor to go through long government bureaucracy. Under the new institution, services delivery regarding poverty relief is made unified, equipped with valid survey instruments and “poverty single database” that is frequently up-dated and has wide access coverage. Efforts to relief the society of it poverty can be done more coordinated and well targeted.

The strategic approach to achieve ISUPR’s goal are 1) directing the poor community to seek relief to ISUPR as the coordinating body in handling poverty; 2) trimming bureaucratic procedures by integrating efforts from various business entities, state owned and private corporate in one coordinating institution; 3) forming the single database containing the details of poor individuals thus in need of government’s helps.

The first approach allows the society to report their economic problems while the employees in ISUPR will provide immediate respond. This approach is accompanied by socializing the services through vertical bureaucratic lines and electronic media.

The second approach, the trimming of procedure for the poor to register themselves, they are only required to bring with them Family Identification and Residents Identification when reporting to our unit. As a sort of One Stop Service for poverty relief ISUPR is authorized to take over part of other service unit’s roles and responsibility for example in verifying the complaints filed by to poor people. Financial consequences of the actions taken are still the responsibility of the technical units. The key factor is that our unit takes up the responsibility to forward the kinds on helps they required –health, shelter, education- to other units in Sragen Regency Government. This approach also includes coordination with business entities that wish to execute their Corporate Social Responsibilities. Such coordination is needed to avoid ineffective distribution of the CSR funds.

In the third approach, technical government units and private entities that involved in poverty relief efforts in Sragen Regency are obliged to refer to the database. The said database is uploaded to web based Poverty Relief Information Management System (simsaraswati.sragenkab.go.id) and is linked to other similar system managed by other government’s technical units, national or local zakaat amil, Society Welfare Partner (MATRA) and Corporate Forum for Community Development. They are all given access to the database with certain level of authority depending on the type of their responsibility.

2 Winners

352 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

sragenkab.go.id) dan dihubungkan dengan sistem serupa lainnya yang dikelola oleh unit teknis pemerintah lain, zakat nasional atau amil daerah, Mitra Kesejahteraan Masyarakat (MATRA) dan Corporate Forum for Community Development (CFCD). Mereka semua diberi akses ke database dengan otoritas tingkat tertentu tergantung pada jenis tanggung jawab mereka.

3. Dalam hal apa inisiatif ini kreatif dan inovatif?

Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sragen adalah sebuah inovasi orisinil dan pada saat ini adalah satu-satunya di Indonesia. Kementerian Sosial menunjuk UPTPK sebagai model untuk Inisiatif Berorientasi Pelayanan Terpadu tingkat Kota/Kabupaten.

Sebagai contoh One Stop Service untuk bantuan kemiskinan, Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sragen melayani masyarakat dengan paradigma baru yang efektivitas dan efisiensi. Di masa lalu, pasien miskin harus menghadiri verifikasi dan proses administrasi di 8 unit pemerintahan yang berbeda. Unit kami memberikan kartu identitas Saraswati yang akan berfungsi sebagai dokumen hukum bagi mereka untuk mendapatkan pelayanan. Siswa miskin diminta untuk menjalani berbagai proses birokrasi sebelum memperoleh beasiswa. Mekanisme baru, melalui kartu identifikasi Sintawati, telah menghilangkan keseluruhan proses birokrasi.

Dengan Sistem Informasi Manajemen Bantuan Kemiskinan, database yang semula tersebar kini dikonsolidasikan. Dengan database umum, semua unit pemerintah sekarang terhubung satu sama lain dan memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi kelompok masyarakat miskin yang telah menerima membantu dan kelompok yang belum.

36

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

3. In which ways is the initiative creative and innovative?

Sragen Regency’s Integrated Service Unit on Poverty Relief is an original innovation and at the moment is the only one in Indonesia. Indonesia Ministry of Social Affairs appointed ISUPR as the model for City/Regency Oriented Integrated Service Initiative.

As an example of One Stop Service in poverty relief, Sragen Regency’s Integrated Service Unit on Poverty Relief serve the public with the new paradigm for its effectiveness and efficiency. In the past, poor patients must attend verification and administration process in 8 different government units. Our unit provides Saraswati identification card that will serve as legal document for them to obtain services. Poor students were required to go through various bureaucratic processes before obtaining scholarship. The new mechanism, through Sintawati identification card eliminate that requirement completely.

With Poverty Relief Management Information System, the previously dispersed databases are now consolidated. With the common database, all government units are now connected to one and another and allow them to identify which group of the poor community that have received helps and which group that haven’t.

Ambulans Operasional

2 Winners

372 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

C. PELAKSANAAN DAN PENERAPAN

4. Bagaimana strategi ini dilaksanakan?

a. 2 Januari 2012, Kabupaten Sragen meresmikan Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan.

b. 1 Mei 2012, Bupati Sragen menunjuk personil PNS UPTPK

c. 27 Mei 2012, web yang berbasis Sistem Informasi Manajemen Bantuan Kemiskinan dibentuk. Semua unit pemerintah diberi akses ke database dengan berbagai tingkat keamanan.

d. 27 Mei 2012, gedung khusus kantor UPTPK diresmikan. Gedung baru ini dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai, kendaraan operasional, ambulans dan unit komputer dengan konektivitas online. Ambulance diperlukan untuk memberikan respon langsung gratis bagi masyarakat miskin yang membutuhkan perawatan medis.

Kantor baru ini juga dilengkapi dengan meja-meja resepsionis dan loket-loket layanan untuk empat bagian utama: kesehatan, pendidikan, sosial ekonomi dan laporan keluhan. Setelah semua persyaratan administrasi selesai, pengguna jasa diterima di satu meja namun jika mereka membutuhkan informasi lebih lanjut mereka bisa mengunjungi meja lain.

Seksi Kesehatan UPTPK ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten, Rumah Sakit Umum dan Puskesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis. Seksi Pendidikan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten untuk mendistribusikan beasiswa untuk semua jenjang pendidikan. Seksi Sosial Ekonomi bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja dalam program magang ke Jepang. Badan Pendidikan dan Pelatihan mengakomodasi mereka dalam pelatihan dan lokakarya; Dinas Perindustrian dan Dinas Perdagangan memberikan hibah bisnis; Dinas Sosial memberikan dukungan perumahan dan Dana Pemakaman; Dinas Pertanian dan Peternakan menyediakan bibit tanaman dan bebek anakan untuk pertanian dalam skala rumah tangga.

e. 12 Agustus 2012, kami membentuk Standar Pelayanan dan Standar Operasional Prosedur berdasarkan SK Bupati.

f. 15 November, kami memulai perumusan database tunggal untuk statistik terkait kemiskinan. Sumber data adalah data yang diperoleh oleh Tim Nasional Percepatan Pemberantasan Kemiskinan, Badan Pusat Statistik, survei dan

38

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

C. EXECUTION AND IMPLEMENTATION

4. How was the strategy implemented?

a. January 2nd 2012, Sragen Regency formalized the Integrated Service Unit on Poverty Relief.

b. May 1st 2012, the employees of the unit were assigned by the Regent

c. May 27th 2012, the web based Poverty Relief Management Information System was formed. All government units were given access to the database with various security levels.

d. May 27th 2012, ISUPI’s dedicated office building was inaugurated. The new building is equipped with appropriate infrastructures, operational vehicles, ambulances and computer units with online connectivity. Ambulance is needed to provide free immediate respond for the poor in need of medical attention. The new office is also equipped with receptionist tables and service counters for four major sections: health, education, social economy and report and complaints data. After all administration requirements are completed, service users are received in one respective table or if they require more information they can come another table. ISUPI’s Health Section cooperates with Regency Health Service, Public Hospitals and Community Health Center to provide free health care. Education Section cooperates with Regency’s Education Agency to distribute scholarship for all education level. Social Economy Section of the Unit cooperates with Labor Affairs Agency in an internship programs to Japan. Training Centers provide accommodates them in training and workshops; Industry Affairs Agency and Trade Agency provide business grants; Social Affairs Agency provides housing supports and Funeral Funds; Farming Agency and Husbandry Agency provide seeds and ducklings for farming in household scale.

e. August 12th 2012, we formed Service Standard and Standard Operating Procedure based on a Regent’s decree.

f. November 15th, we started the formulation of single database for poverty related statistic. The sources are the data obtained by The National Team for the Acceleration of Poverty Relief, National Bureau of Statistic, surveys and data validation. With the consolidation of those databases, the classification of poor family will be cleared. In the past, poverty relief efforts relied on national databases from 2012 and 2011, which excluded a number of poor families. In response, the Unit

2 Winners

392 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

validasi data. Dengan konsolidasi database mereka, klasifikasi keluarga miskin akan diperjelas.

Di masa lalu, upaya bantuan kemiskinan mengandalkan database nasional dari tahun 2012 dan 2011, yang mengabaikan sejumlah keluarga miskin. Sebagai tanggapan, Unit melakukan survei sendiri dan membagikan kartu identitas kepada orang-orang yang dianggap miskin. Survei ini menggunakan seperangkat indikator yang valid dan terukur.

Kesalahan inklusi dalam database lama diolah dengan cara yang sama seperti kesalahan pengecualian: mereka yang dianggap ekonomi mapan dikecualikan dari database baru. Langkah-langkah dalam survei ini adalah mencetak, mendaftar, wawancara dan pertemuan konsolidasi dengan kepala desa.

g. 8 Desember 2012, penerbitan kartu identitas Saraswati dan Sintawati. Kartu identifikasi menghilangkan kebutuhan untuk pengisian dokumen yang rumit.

5. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan?

a. Bupati Sragen, sebagai pencetus pendirian UPTPK.

b. Focus Group Discussion (FGD) beranggotakan Sekretaris Daerah, Asisten Sekda, Kepala Bappeda, BPTPM, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Kabag Ortala, Kabag Hukum, dan Kepala Kantor Pengolahan Data Eletronik, dan beberapa Satuan Kerja. Gagasan-gagasan individual dikonsolidasikan pada forum ini.

c. Pegawai Negeri UPTPK yang terdiri atas seorang Kepala 1 orang Kasubag Tata Usaha, 4 orang Kepala Seksi dan 18 staf.

d. Satuan kerja Kabupaten Sragen yang terlibat: 1) Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum, dan Puskesmas membawahi program Asuransi Kesehatan; 2) Dinas Sosial mendistribusikan dukungan perumahan, dana pemakaman, dan jaminan sosial; 3) Dinas Pendidikan memberikan beasiswa; 4) Dinas Tenaga Kerja mengoordinasikan magang kerja dan upaya pengentasan pekerja anak dan putus sekolah; 5) Badan Pendidikan dan Pelatihan memberikan keterampilan masyarakat; 6) Kantor Pengolahan Data Elektronik menyediakan konten online pada sistem informasi; 7) Bagian Kesejahteraan Masyarakat bertanggung jawab untuk beasiswa universitas; 8) Bagian Organisasi dan Bagian Hukum memberikan dasar hukum bagi pembentukan Unit.

40

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

performs its own survey and hands out identification card to those deemed poor. This survey utilized a set of indicator that are valid and calculated. Inclusion error in the old database is dealt with in the same fashion as the exclusion errors: those deemed economically abled are excluded from the new database. The steps in this survey are scoring, listing, interviews and consolidation meetings with municipal heads.

g. December 8th 2012, the issuance of Saraswati and Sintawati identification cards. The identification cards eliminate the need for complicated documents filing.

5. Who were the stakeholders involved in the implementation?

The stakeholders are the following:

a. Sragen Regent as the initiator of Integrated Service Unit on Poverty Relief.

b. Focus Group Discussion that consist of Regency Secretary, Secretary Assistant, the Head of Planning and Development Agency, Investment and Integrated Service Agency, Social Affairs Agency, Head of Organization Affairs Division, Head of Legal Affairs Agency, Head of Electronic Data Processing Office and several service unit. Individual ideas are consolidated in this group.

c. The employees of Integrated Service Unit on Poverty Relief that consist of: Unit Head, Head of General Affairs Sub Division, 4 Heads of Sections, and 18 staffs.

d. The related Work Units of Sragen Regency Government which include: 1) Health Affairs Agency, Public Hospital, and Community Health Center execute Health Insurance program; 2) Social Affairs Agency distributes housing supports, funeral funds, and social security; 3) Education Agency delivers scholarships; 4) Labor Affairs Agency coordinates job internship and efforts in alleviation of child labor and school drop outs; 5) Training and Education Agency deals with providing community’s skill; 6) Electronic Data Processing Office provides the online contents of the information system; 7) Society Welfare Division is responsible for university scholarship; 8) Organization Division and Legal Affairs Division provides legal basis for the formation on the Unit.

2 Winners

412 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

e. Organisasi eksternal yang terlibat dalam inisiatif ini adalah: 1) Corporate Forum for Community Development yang menyalurkan dana CSR dari bank; 2) Badan Usaha Milik Negara dan Perusahaan Swasta yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan; 3) Himaseta, Organisasi Non Pemerintah yang memberikan pengawasan dan masukan yang konstruktif dalam pelayanan kami; 4) Mitra Kesejahteraan Masyarakat (MATRA) [email protected] yang memberikan dukungan non-budgeter; 5) Badan Amil Zakat [email protected] dan lembaga keagamaan lainnya.

f. Masyarakat umum yang terdiri dari berbagai organisasi dan individu.

6. Sumberdaya apa saja yang digunakan untuk inisiatif ini dan bagaimana sumberdaya itu dimobilisasi?

Sumber daya operasional adalah dari:

a. APBD Kabupaten Sragen (Peruntukan Kesejahteraan Masyarakat) untuk operasi sehari-hari Unit, pertemuan, survei, dan ambulans.

b. APBN Jaminan Kesehatan Masyarakat, distribusi beras, hibah perumahan dan beasiswa; APBD Propinsi Jaminan Kesehatan Daerah, beasiswa, dan hibah perumahan; APBD Kabupaten Jaminan Kesehatan Daerah, hibah perumahan, beasiswa dan pemakaman dana; Dana promosi dan CSR dari perusahaan bisnis; uang yang dikelola oleh Mitra Kesejahteraan Masyarakat yang berasal dari donasi PNS Kabupaten Sragen yang secara khusus dialokasikan untuk hibah perumahan.

c. UPTPK juga dipercaya untuk mengelola amal dari masyarakat umum, baik itu organisasi atau individu yang tidak terkait langsung dengan kemiskinan seperti air bersih, tapi sangat penting dalam membantu orang miskin.

Pengelolaan dana yang transparan dan terorganisir dengan baik. Masyarakat diberikan akses untuk memantau distribusi.

Adapun sumber daya manusia, Unit dijalankan oleh 23 pegawai negeri sipil. Karyawan yang sebelumnya bekerja di unit lain mengkhususkan diri dalam menangani masalah sosial di Kabupaten Sragen, dan dipilih dari berbagai PNS kinerja tinggi. Mereka semua memiliki kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam bidang masing-masing pekerjaan dan memahami prinsip-prinsip dasar pelayanan. Di tingkat kabupaten, pihak yang terlibat dan menjadi bagian dari

42

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

e. External organizations involved in the initiative are: 1) Corporate Forum for Community Development who channels CSR funds from banks; 2) State Owned Enterprises and Private Enterprise that are committed to relief the poverty; 3) Himaseta, a Non Government Organization that provides supervision and constructive inputs in our service; 4) Society Welfare Partner (MATRA) [email protected] who gives non-budgeter support; 5) Zakat Amil Agency [email protected] and other religious institutions.

f. General public that consist of various organizations and individuals.

6. What resources were used for the initiative and how were they mobilized?

Resources for the operation are from:

a. Sragen Regency Annual Budget (Society’s Welfare Appropriation) for daily operations of the Unit, meetings, surveys and ambulance.

b. National Annual Budget for Society Health Insurance, rice distribution, housing grants and scholarship; Provincial Annual Budget for Local Health Insurance, scholarship, and housing grants; Regency Annual Budget for Local Health Insurance, housing grants, scholarship and funeral funds; Promotional and CSR funds from business enterprises; the money managed by Society Welfare Partner that comes from Sragen Regency’s civil servant’s charity is specially allocated housing grants.

c. Integrated Service Unit on Poverty Relief is also trusted to manage charities from member of the general public, be it organizational or individual that are sometimes not linked to poverty such as clean water, but very essential in helping the poor.

The management of funds is transparent and organized well. The society is given access to monitor its distribution.

As for the human resources, the Unit is run by 23 civil servants. The employees were previously worked in other units specialize in dealing social problems in Sragen Regency, and selected from a range of high performance civil servants. They all have the much-needed competence in their respective field of work and understand the basic principles of service delivery. In the district levels, the parties involved and becomes part of the Unit’s daily operation are District Heads, District Secretary, Section Heads, Society Welfare

2 Winners

432 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

operasi sehari-hari Unit adalah Camat, Sekretaris Camat, Kepala Seksi, Tim Kesejahteraan Masyarakat, kepala desa dan relawan sosial. Organisasi non Pemerintah di Kabupaten Sragen adalah bagian terpadu dari tenaga kerja kami di inisiatif ini.

Sumber daya teknis terdiri dari perangkat pengolahan data yang sangat bergantung pada perangkat lunak berbasis web. Selain komunikasi konvensional seperti telepon, kami menggunakan surat elektronik untuk berkomunikasi di dalam dan antar unit. Karyawan kami menguasai teknik dasar survei dan pengumpulan data meskipun pelatihan lebih lanjut akan meningkatkan kinerja. Ada satu set peraturan pemerintah dan Standard Operating Procedure dan Standar Dasar Pelayanan untuk memberikan legalitas dan kepastian operasi kami.

7. Apa saja keluaran (output) yang paling berhasil?

Output dari inisiatif ini adalah:

a. Integrasi berbagai upaya bantuan kemiskinan dengan prosedur sederhana dan gratis. Komponen kunci dalam integrasi adalah Sistem Informasi Manajemen Bantuan Kemiskinan. Ini adalah alat yang berguna dalam mengelola dan mengolah database, dan menyediakan dukungan yang berharga dalam mengoptimalkan layanan kami. Dengan system ini, proses upaya bantuan, menerima individu yang meminta membantu, inspeksi lapangan, pencetakan kartu, dan konsolidasi layanan yang diberikan oleh unit lain dapat dilakukan secara elektronik.

b. Database Tunggal Terpadu Kemiskinan. Database sangat penting dalam rencana aksi dan pelaksanaan. Ini adalah bagian penting dari Sistem Informasi Manajemen Bantuan Kemiskinan.

c. Kartu Identitas Saraswati. Orang miskin menggunakan identifikasi ini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis dan untuk mengambil bagian dalam program sosial ekonomi. Kami telah melayani perawatan 151,460 pasien miskin di Puskesmas, 17,590 pasien miskin di Rumah Sakit Umum Sragen, dan 3,969 pasien miskin di rumah sakit umum besar di Surakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta. Dengan kartu identitas ini, kami telah berhasil mendistribusikan obat gratis bagi 126 pasien gagal ginjal yang membutuhkan hemodialisis, dan 530 pasien penyakit jiwa. Semua pasien merupakan bagian dari 309,145 penerima Kartu Identitas Saraswati. Untuk program sosial ekonomi,

44

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Teams, municipal heads and social volunteer. Non Government Organizations in Sragen Regency are the integrated part of our workforce in the initiative.

Technical resources consist of data processing devices that rely heavily on web-base software. Beside conventional communication like telephones, we utilize electronic mails to communicate within and between units. Our employees master the basic techniques of surveying and data collection although further training would increase the performance even more. There are a set of government regulations and Standard Operating Procedure and Basic Service Standard to provide legality and certainty of our operations.

7. What were the most successful outputs?

The outputs of the initiative are:

a. The integration of various poverty relief efforts with simple procedure and free of charge. The key component in the integration is the Poverty Relief Management Information System. It is a useful tool in managing and processing the database, and provides valuable supports in optimizing our service. With the system, the process of relief efforts, from receiving individuals requesting helps, field inspections, printing of the cards and the consolidation of services delivered by other units can be done electronically.

b. Integrated Poverty Single Database. The database is essential in both action planning and execution. It is an important part of Poverty Relief Management Information System.

c. Saraswati Identification Card. The poor use this identification to get free health care and to take part in social economy programs. We have served the treatments for 151.460 poor patients in Community Health Center, 17.590 poor patients in Public Hospital of Sragen, and 3.969 patients in major public hospitals in Surakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya and Jakarta. With the identification card, we have managed to distribute free medications for 126 kidney failure patients in need of hemodialysis, and for 530 patients of mental illness. All patients are part of the 309.145 recipients of Saraswati Identification Card. For social economy programs, by 2014 we have distributed 6.718 housing grants, 5.062 funeral charities and sent 15 individuals for

2 Winners

452 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

pada tahun 2014 kami telah mendistribusikan 6,718 hibah perumahan, 5,062 amal pemakaman dan mengirim 15 orang untuk program magang di Jepang.

d. Kartu Identitas Sintawati. Kartu identitas ini digunakan untuk identifikasi anak-anak miskin yang membutuhkan bantuan pendidikan. Kami telah merekomendasikan 1,041 anak untuk beasiswa sekolah tinggi, dan 102 beasiswa universitas. Melalui Program Pengurangan Pekerja Anak dan Putus Sekolah, kami berhasil menempatkan 301 anak kembali ke sekolah. Untuk pendidikan tingkat dasar, dimana pemerintah pusat telah memberikan alokasi anggarannya, unit kami telah mengidentifikasi 111 anak-anak yang, karena berbagai alasan, tidak memiliki akses ke sana. Secara keseluruhan, kartu identitas Sintawati telah didistribusikan ke 87,810 siswa dari keluarga miskin.

8. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi kegiatan?

Komponen kunci dari institusi birokrasi modern adalah perencanaan, pelaksanaan, pendanaan, monitoring dan evaluasi. UPTPK melakukan monitoring dan evaluasi dalam aspek berikut:

a. Waktu dan Frekuensi. Pelayanan terpadu dalam penaggulangan kemiskinan adalah jenis baru yang referensi layanannya sulit didapat. Unit kami telah terus-menerus berusaha untuk mencari terbaik dan di sini letak pentingnya monitoring dan evaluasi. Secara internal, pemantauan pada pelayanan dilakukan setiap hari dan rapat evaluasi diadakan setiap Kamis. Pertemuan tersebut menghasilkan ide-ide berharga bagi inovasi lebih lanjut seperti metode survei tersembunyi, formulir survei lebih praktis, dll. Evaluasi tersebut dibahas lebih lanjut dalam Focus Group Discussion.

b. Program. Kami memantau dan mengevaluasi seberapa baik kombinasi program-program yang berbeda telah bekerja untuk memberikan bantuan bagi masyarakat miskin. Analisis lebih lanjut pada laporan monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam Focus Group Discussion, yang dapat meningkatkan efektivitas program karenaFGD ini terdiri dari peringkat tinggi pejabat pemerintah di Kabupaten Sragen.

c. Implementasi. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan inisiatif difokuskan pada survei publik. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisa dokumen dan dilanjutkan dengan survei lapangan. Dalam survei ini, karyawan kami dilengkapi dengan format survei yang dapat memastikan bahwa pertanyaan

46

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

internship programs in Japan.

d. Sintawati Identification Card. This identification card is used for the identification of poor children in need of education grants. We have recommended 1.041 children for high school scholarships, 102 university scholarships. Through Child Labor and School Drop-outs Reduction Program, we manage to put 301 children back to school. For basic level education, for which the central government has provided a large allocation of its budget, our unit has identified 111 children who, for various reasons, don’t have access to it. Overall, Sintawati identification card has been distributed to 87.810 students from poor families.

8. What systems were put in place to monitor progress and to evaluate the activities?

Key components of modern bureaucratic institution is planning, implementation, funding, monitoring and evaluation. Integrated Service Unit on Poverty Relief conducts monitoring and evaluation in the following aspects:

a. Time and Frequency. Integrated service in poverty relief is a new type of service for which references are hard to come by. Our unit has continuously sought for the best form and here lies the importance of monitoring and evaluation. Internally, monitoring on the service delivery is conducted daily and evaluation meeting is held every Thursday. Such gathering produces valuable ideas for further innovations such as incognito survey method, more practical survey form, etc. Those evaluations are discussed further in Focus Group Discussion.

b. Program. We monitor and evaluate how well the combination of different programs has worked to provide helps for the poor community. Further analysis on the monitoring and evaluation’s report is done in Focus Group Discussion, which should boost the effectiveness of the program because the group consists of high rank government officials in Sragen Regency.

c. Implementation. The monitoring and evaluation for the implementation of the initiative is focused on public surveying. It is done by first analyzing the documents and continued to field surveying. In this survey, our employee is equipped with survey forms that can ensure that the questions asked and its further analysis is standardized. Such forms

2 Winners

472 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

yang diajukan dan analisis lebih lanjut dalam bentuk yang di--standardisasi. Bentuk survei tersebut diisi dengan nomor, bukan deskripsi kualitatif yang rentan terhadap subjektivitas surveyor.

Secara umum, monitoring dan evaluasi didukung oleh Sistem Informasi Manajemen Bantuan Kemiskinan, yang berbasis web dan dapat dipantau secara online oleh para pemangku kepentingan dan masyarakat umum. Mereka dapat berkontribusi untuk upaya bantuan kemiskinan dengan mengirimkan ide-ide dan informasi sementara pada saat yang sama; mereka dapat memantau pelaksanaannya.

9. Apa saja kendala utama yang dihadapi dan bagaimana kendala tersebut dapat diatasi?

Database kemiskinan yang saat ini dikelola oleh UPTPK tidak diakui dalam Database Kemiskinan Nasional. Database nasional bergantung pada survei oleh Badan Pusat Statistik, yang rentan pada resiko inclusion error dan exclusion error. Kasus terbaru terkait dengan masalah ini adalah pada distribusi beras bersubsidi; kesalahan pengecualian adalah terjadi dan menyebabkan masalah besar. Untuk mengatasi, unit kami telah meyakinkan Badan Pusat Statistik untuk memverifikasi dan memasukkan data kami dan data yang dikumpulkan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Sragen, dalam database mereka.

Masalah juga timbul dari kenyataan bahwa beberapa bagian dari masyarakat yang peduli terhadap upaya bantuan kemiskinan. Bahkan beberapa orang, karena pergeseran budaya, tanpa malu-malu menyebut diri mereka miskin padahal gaya hidup mereka boros. Orang ini sadar menutupi kemampuan ekonomi mereka dengan misalnya menyembunyikan sepeda motor mereka selama pemeriksaan lapangan dan sengaja mengenakan pakaian tidak layak. Satu-satunya solusi untuk masalah ini adalah melalui sosialisasi dan menegakkan sistem survei untuk membuktikan kecurangan.

Unit pelayanan lainnya di Kabupaten Sragen kadang-kadang gagal untuk memberikan perhatian penuh pada upaya penanggulangan kemiskinan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kenyataan bahwa unit-unit layanan memiliki deskripsi pekerjaan khusus. Bantuan kemiskinan hanya bagian dari pekerjaan mereka, dan karena itu, koordinasi terkadang sangat sulit. Solusi untuk masalah ini adalah melalui prioritas ulang komprehensif dan terkoordinasi setiap pekerjaan pada PemerintahKabupaten Sragen.

48

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

are filled with number, instead of qualitative description that is prone to surveyor’s subjectivity.

In general, monitoring and evaluation is backed up by Poverty Relief Management Information System, which is web-based and can be monitored online by stakeholders and general public. They can contribute to poverty relief efforts by submitting ideas and information while at the same time; they can monitor its implementation.

9. What were the main obstacles encountered and how were they overcome?

Poverty database that is currently managed by the Integrated Service Unit

on Poverty Relief is not recognized in National Poverty Database. The national database

relies on the survey by the National Bureau of Statistics, which poses a risk that inclusion

and exclusion errors will keep surfacing. The most recent case related to this problem is

on the distribution of the subsidized rice; exclusion error was prevalent and causes major

problem. To cope, our unit has been convincing the National Bureau of Statistics to verify

and include our data and the data collected by Sragen Regency’s Planning and Development

Agency, in their database.

Problems are also raised from the fact that some part of the society is ignorant

towards poverty relief efforts. Even some people, due to cultural shift, shamelessly call

themselves poor while in fact their lifestyle is extravagant. This people consciously cover

their economic capability by for example hiding their motorcycle during field inspection

and purposefully wear unattractive clothing. The only solution for this problem is through

socialization and enforcing a foolproof surveying system.

Other service units in Sragen Regency sometimes failed to provide their full

attention on the efforts. It is mostly due to the fact that those service units have their

own distinctive job description. Poverty relief is only part of their work, and because of

this, coordination is sometimes very difficult. The solution for this problem is through

comprehensive and coordinated reprioritization of works in Sragen Regency Government.

2 Winners

492 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

D. DAMPAK DAN KEBERLANJUTAN

10. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan inisiatif ini?

Dampak positif adalah sebagai berikut:

a. Melalui inisiatif ini, masyarakat miskin sekarang bisa mendapatkan kepastian mengenai unit pemerintah yang bertanggung jawab untuk administrasi masalah mereka. Di masa lalu, mereka harus mengikuti berbagai proses verifikasi di 8 unit yang berbeda. Untuk mendapatkan surat rekomendasi mereka harus datang ke 1) Rukun Tetangga/Rukun Warga; 2) Kantor Kepala Desa; dan 3) kantor Kecamatan. Surat rekomendasi yang digunakan untuk mendapatkan perawatan medis di 4) puskesmas, yang harus diverifikasi oleh 5) Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen. Surat rekomendasi akan diteruskan ke 6) Kepala Dinas Keluarga Berencana dan 7) Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan dan akhirnya dari 8) Kepala Dinas Kesehatan.

Setelah pembentukan UPTPK, setiap warga negara dalam database diberikan kartu identifikasi dan mendapatkan perawatan medis, semua yang mereka perlu lakukan adalah menunjukkan kartu ke administrator medis di puskesmas atau rumah sakit.

b. Inisiatif ini menciptakan keseragaman klasifikasi warga miskin. Ini penting karena sebagian individu dalam jumlah yang signifikan tidak menerima perhatian pemerintah karena subsidi yang tumpang tindih atau kegagalan identifikasi. Kebingungan di masa lalu adalah perbedaan hasil dari terminologi dan kategorisasi. Untuk menggambarkan masalah, katakanlah Supriyadi dikategorikan sebagai warga miskin oleh Dinas Kesehatan Badan karena kondisi perumahan yang buruk, tetapi tidak termasuk dalam kategori Hibah Rumah karena mereka menggunakan kategori yang berbeda. Untuk masing-masing unit, itu adalah masalah kecil karena kadang-kadang prioritas mereka terletak pada volume keseluruhan hibah atau subsidi yang mereka kelola untuk mendistribusikan. Di sisi lain, kesalahan identifikasi membuat sebagian masyarakat miskin tidak menerima bantuan.

c. UPTPK memberikan ruang untuk berbagai jenis program subsidi:

1. Hibah Perumahan. Sebelum diberlakukannya UPTPK, hibah perumahan diberi secara sporadis. Dengan inisiatif ini, kami telah merenovasi 1.020 rumah di Kecamatan Tangen dan 1.210 rumah di Kecamatan Gemolong pada tahun 2013. 1.500 hibah rumah telah disampaikan pada Kecamatan Sumberwalang tahun 2014. Jumlah perumahan yang buruk telah berkurang

50

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

D. IMPACT AND SUSTAINABILITY

10. What were the key benefits resulting from this initiative?

The positive impacts are as the following:

a. Through the initiative, the poor community can now obtain a certainty on what government unit is responsible for the administration of their problems. In the past, they must attend various verification process in 8 different units. To obtain a recommendation letter they must come to 1) residential coordinator; 2) municipal office; and 3) district offices. The recommendation letter is used to get medical attention in 4) community health centers, which must be verified latter by 5) Sragen Regency’s Health Affairs Agency. The recommendation letter would be forwarded to 6) Head of Family Planning Agency and 7) Head of Planning and Development Agency and finally from 8) Head of Health Affairs Agency. After the formation of ISUPR, every citizen in the database is given identification card and to get medical attention, all they need to do is showing the card to medical administrators in community health centers or hospitals.

b. The initiative creates uniformity of poor citizen classification. It is of a special importance because a significant portion of the individuals is not receiving government’s attention due to subsidy overlapping or identification failure. The confusions in the past were the result of differences in both terminology and categorization. To illustrate the problem, lets say Supriyadi is categorized as poor citizen by Health Affairs Agency for his poor housing, but not included in Social Affair’s Housing Grants because they employ a different category. For each of those units, it is a minor problem because sometimes their priority lies in the overall volumes of grants or subsidy that they manage to distribute. In the other hand, such misidentification exempts a significant portion of the poor society from receiving helps.

c. ISUPR gives room for higher variety of subsidy programs:

1) Housing grants. Prior to the enactment of ISUPR, housing grants were given sporadically. With the initiative, we’ve renovated 1.020 houses in Tangen District and t1.210 houses in Gemolong District in 2013. 1.500 house grants have been delivered in Sumberwalang District in 2014. The number of poor housing have

2 Winners

512 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

dari 62,109 di 2.011 menjadi 55,394 di 2014.

2. Tidak ada beasiswa universitas sebelum UPTPK, kecuali untuk Beasiswa Akademik diberikan kepada siswa berprestasi tanpa latar belakang ekonomi mereka. ISUPR mengalokasikan dana beasiswa untuk secara khusus memberikan pendidikan bagi siswa miskin.

3. Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sragen mengabaikan kondisi ekonomi seseorang ketika memilih mereka untuk Program Magang. Sekarang Dinas mengacu pada database kami untuk menyusun daftar pekerja yang akan dikirim.

4. Dalam program Pengurangan Pekerja Anak, tidak ada perhatian khusus diberikan terhadap anak-anak yang dimasukkan kembali ke sekolah apakah mereka melanjutkan pendidikan mereka. UPTPK memfasilitasi program pengawasan terhadap siswa tersebut.

d. Berdasarkan Survey Sosial Ekonomi Nasional 2013, tingkat kemiskinan di Kabupaten Sragen berkurang menjadi 15.09%

11. Apakah inisiatif ini berkelanjutan dan dapat direplikasi?

Inisiatif ini akan selalu dikembangkan dan dipertahankan berdasarkan faktor berikut:

a. Secara finansial, sumber daya untuk bantuan kemiskinan berlimpah dan berasal dari anggaran pemerintah sehingga memastikan keberlanjutannya. Rincian anggaran adalah:

1) IDR5.750.000.000 pada tahun 2014 untuk Jaminan Kesehatan Daerah (IDR6 miliar dan IDR14 miliar di tahun 2012 dan 2013)

2) IDR668.800.000 untuk program beasiswa siswa miskin, peningkatan dari IDR200.000.000 dan IDR447.000.000 tahun 2012 dan 2013

3) IDR8.300.000.000 hibah perumahan dari IDR4.039.500.000 dan IDR447.200.000 tahun 2012 dan 2013

4) IDR453.000.000 untuk hibah pemakaman dari IDR1.428.500.000 dan IDR649.500.000 tahun 2012 dan 2013

5) IDR32.000.000 untuk program magang

52

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

been reduced from 62.109 in 2011 to 55.394 in 2014.

2) There were no university scholarships prior to ISUPR, except for Academic Scholarship given to high achieving students regardless their economic backgrounds. ISUPR allocate scholarship fund to specifically provide education for poor student.

3) Sragen Regency’s Labor Affairs Agency disregarded one’s economic condition when selecting them for Internship Programs. It now refers to our database to finalize the list of workers to be sent.

4) In Child Labor Reduction program, there was no special attention given to whether or not the children that were put back to school continue their education. ISUPR facilitates supervision programs on such students.

d. Based on National Social Economy Survey 2013, poverty rate in Sragen Regency is reduced to 15.09%

11. Is the initiative sustainable and transferable?

The initiative will always be developed and sustained based on the following factor:

a. Financially, the resource for poverty relief is abundant and appropriated from the

government’s budget thus ensuring its sustainability. The appropriation details are:

1) IDR5.750.000.000 in 2014 for Regional Health Insurance (IDR6billion and

IDR14billion in both 2012 and 2013)

2) IDR668.800.000 for poor student scholarship program, an increase from the previous

IDR200.000.000 and IDR447.000.000 in 2012 and 2013

3) IDR8.300.000.000 for housing grants from the previous IDR4.039.500.000 and

IDR447.200.000 in 2012 and 2013

4) IDR453.000.000 for funeral grant from the previous IDR1.428.500.000 and

IDR649.500.000 in 2012 and 2013

5) IDR32.000.000 for internship program

2 Winners

532 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

b. Dalam aspek hukum, sebagai tindak lanjut dari ditetapkannya UPTPK ini, Bupati Sragen mengeluarkan 2 peraturan khusus untuk operasi sehari-hari unit dan total 6 peraturan yang diprakarsai oleh unit layanan lain untuk integrasi layanan UPTPK mereka sendiri.

c. Dalam aspek kelembagaan, Pemerintah Kabupaten telah mengusulkan peningkatan institusi UPTPK dari eselon IV sebelumnya menjadi eselon III.

Untuk replikasi, UPPK menerima perhatian khusus dari instansi pemerin-tah yang lebih tinggi terutama Kementerian Pendayagunaan Aparatur Nega-ra dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan perguruan tinggi negeri. Kami telah menerima kunjungan dari ILO, UNICEF, GTZ dan pemerintah daer-ah dan rganisasi non pemerintah. Bupati Sragen dan Kepala UPTPK telah di-undang beberapa kali untuk memberikan pidato di berbagai kementerian dan lembaga pemerintah lainnya. Haidar Bagir dari Kota Pengasih menawar-kan kerjasama dengan unit kami. Secara total, kami telah menerima 100 kun-jungan sejak 2012. Link : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=4900520801410&set=a.3024253215893.2111843.1549623894&type=3&the-ater https://www.facebook.com/photo.php?fbid=4900521561429&set=a.3024253215893.2111843.1549623894&type=3&theater

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menga-kui UPTPK di tingkat nasional dengan memasukkan inisiatif ini dalam 33 Ter-baik Inovator Layanan Publik. Model bantuan kemiskinan kami adalah bagian rencana jangka menengah Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional, yang berarti setiap daerah di Indonesia akan meniru inisiatif ini dalam satu cara atau yang lainnya. (Link https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10203212245605114&set=a.1457790002893.2059378.1177675155&type=1&theater)

Secara faktual, UPTPK telah direplikasi oleh Kementerian Sosial melalui Pro-gram Pandu Gempita sejak bulan April 2013. Inisiatif ini mendorong semua kota dan kabupaten di Indonesia untuk memiliki unit penanggulangan kemiskinan sendiri berdasarkan model yang ditetapkan oleh UPTPK. Kementerian mere-komendasikan Sragen sebagai studi kasus untuk setiap Kabupaten yang beren-cana untuk membangun unit mereka sendiri. Contoh dari unit tersebut adalah Unit Pelayanan Terpadu Kesejahteraan Anak Nagari Kabupaten Payakumbuh. Menteri Sosial meresmikan UPTPK di 20 kecamatan di Sragen.

54

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

b. In legal aspect, as the follow up of ISUPR’s enactment, Sragen Regent issued 2 regulations specifically for the unit’s daily operation and a total of 6 regulations initiated by other service units for the integration of ISUPR’s services in their own.

c. In institutional aspect, the Regency Government has proposed the upgrade of ISUPR’s institutional level from the previous fourth echelon to third echelon.

For it’s replication, ISUPR receives special attention from higher government institutions especially The Ministry of Government Apparatus Empowerment and Bureaucracy Reform, The Ministry of Internal Affairs, Ministry of Social Affairs, National Planning and Development Agency and state universities. We have receive visits from ILO, UNICEF, GTZ and local governments and Non Government Organizations. Sragen Regent and the Head of ISUPR have been invited multiple times to give speeches in various ministries and other government institutions. Haidar Bagir of Compassionate City offered cooperation with our unit. In total, we have received 100 visits since 2012. Link : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=4900520801410&set=a.3024253215893.2111843.1549623894&type=3&theater https://www.facebook.com/photo.php?fbid=4900521561429&set=a.3024253215893. 2111843.1549623894&type=3&theater

The Ministry of Government Apparatus Empowerment and Bureaucracy Reform recognize ISUPR in the national level by including it in Top 33 Public Service Innovator. Our poverty relief model is part of National Planning and Development Agency’s medium-term development plan, which means every region in Indonesia will replicate this initiative in one way or the other. ( Link https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10203212245605114&set=a.1457790002893.2059378.1177675155&type=1&theater )

Factually, ISUPR has been replicated by The Ministry of Social Affairs through Pandu Gempita Program initiated in April 2013. The initiative encourages all cities and regencies in Indonesia to run its own poverty relief unit based on the model set by ISUPR. The Ministry recommended Sragen as the case study for any regency who plan to establish their own. An example of such unit is Payakumbuh Regency’s Integrated Service Unit on the Welfare of Anak Nagari. The Minister of Social Affairs inaugurated ISUPR in 20 districts in Sragen. Link : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=4895512756212&set=a.3024253215893.2111843.1549623894&type=3&theater https://www.facebook.com/photo.php?fbid=4895954167247&set=a.3024253215893. 2111843.1549623894&type=3&theater

2 Winners

552 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

12. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik?

Pelajaran yang bisa diambil adalah sebagai berikut:

a. Filsafat memperlakukan orang miskin dengan benar. Inisiatif ini menghilangkan praktek memperlakukan orang miskin hanya sebagai komoditas sosial, ekonomi dan politik. Buka lagi saatnya mengelola mereka sebagai proyek sampingan tanpa anggaran yang sesuai, perencanaan dan penegakan aturan.

b. Niat baik dan dukungan dari pimpinan daerah. Pelayanan publik yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan adalah kewajiban semua pimpinan daerah dan untuk itu, kreativitas dan keberanian dalam pengambilan keputusan diperlukan. Berdirinya UPTPK adalah produk dari komitmen Bupati Sragen untuk memperbaiki layanan publik.

c. Dukungan dari lembaga legislatif. Semua dasar hukum pendirianUPTPK, baik itu Peraturan Daerah atau alokasi anggaran, disetujui oleh DPRD Kabupaten Sragen.

d. Dukungan dari semua unit pemerintah di Kabupaten Sragen. Pelaksanaan program di bawah koordinasi UPTPK ini tidak akan berhasil tanpa dukungan penuh dari unit pemerintah lainnya. Proyek-proyek bantuan tidak lagi dijadikan sebagai sarana mencari keuntungan finansial perorangan berkat verifikasi penerima hibah.

e. Pentingnya kemitraan antara pemerintah dan lembaga swasta. Kemitraan ini penting terutama dalam sumber daya pendanaan. Dana CSR dari perusahaan telah memberikan kontribusi besar dalam mendukung anggaran pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Organisasi Non Pemerintah yang mengkhususkan diri dalam isu-isu sosial memiliki kerjasama yang erat dengan unit kami. Kontribusi mereka penting dalam misalnya distribusi hibah dan pemantauan survei identifikasi. Kehadiran mereka membantu menjaga objektivitas pegawai kami selama survei.

f. Dukungan dari dan penguasaan teknologi informasi: sistem informasi kita adalah faktor kunci dalam integrasi berbagai program dari unit-unit yang berbeda di Kabupaten Sragen.

Rekomendasi kami untuk replikasi program serupa di daerah lain adalah:

a. Perbaikan Sistem Informasi Manajemen Bantuan Kemiskinan. Sistem yang dimiliki oleh UPTPK Sragen sudah memadai namun perlu senantiasa diperbaiki.

b. Upaya bantuan yang seharusnya adalah untuk memberdayakan bukan membantu

56

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

12. What are the lessons learned?

The lessons learned are as the following:

a. The philosophy of treating the poor properly. This initiative eliminates the practice of treating the poor as mere social, economy and political commodity. It is no longer time to manage them as side projects without proper budgeting, planning and policing.

b. Good will and the supports of regional leaders. Public service delivery related to poverty relief is the obligation of all regional leaders and for that, creativity and bold decision-making is required. The enactment of Integrated Service Unit on Poverty Relief is the product of Sragen Regent’s commitment to improve it service to the public.

c. Supports from legislative institution. All legal basis for the enactment of ISUPR, be it Regent’s Regulation or it budget appropriation, is approved by the House of Representative of Sragen Regency.

d. Supports from all government units in Sragen Regency. The execution of the programs under ISUPR’s coordination will not be successful without the full support of other government units. Such projects are no longer supported for financial gains thanks to the fact that the authority for the verification of grant’s recipient.

e. The importance of partnership between government and private institution. The partnership is important especially in terms of funding resources. The CSR funds from business enterprises have done a major contribution in backing up government’s budget in poverty relief efforts. Non Governmental Organizations that specialize in social issues have a tight cooperation with our unit. Their contribution is important in for example the distribution of grants and monitoring the identification surveys. Their presence helps maintaining our employee’s objectivity during the surveys.

f. The support from and the mastery of information technology: our information system is the key factor in the integration of various efforts by different units in Sragen Regency.

Our recommendations for the replication of the similar programs in other regions are:

a. Improvements of Poverty Relief Management Information System. The oen owned by Sragen’s ISUPR is adequate but improvements are encouraged.

2 Winners

572 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

orang miskin secara sementara.

c. Mempertahankan dan memperluas jaringan antara pemerintah dengan lembaga swasta, LSM, dan berbagai komunitas dan individu dalam masyarakat adalah penting.

d. Setiap pemerintah yang ingin meniru UPTPK perlu menyiapkan rencana aksi yang tepat, dan kami senang berbagi pengalaman dalam menjalankan sistem ini.

58

2 Juara

2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

b. Relief efforts are supposed to empower instead of helping them temporary.

c. It is important to maintain and expand the network that the government has with private institutions, NGOs, and various community and individuals in the society.

d. Any government that wish to replicate ISUPR needs to set up a proper action plans, and we will more than happy to share our experience in running the system.

2 Winners

592 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA

TAHUN 2014x

3 FinalisUNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

dari INDONESIA

3 FinalistsFrom INDONESIA in

UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

1. Pengembangan Unit Perinatologi menurunkan kematian bayi di RSUD Lasinrang di Kabupaten Pinrang.

Latar Belakang

Masyarakat mengeluh terhadap pelayanan kesehatan terhadap bayi baik dari sisi akses, sistem jejaring dan kualitas. Angka Kematian Bayi (AKB) di RSUD Lasinrang pada periode tahun 2009 sampai dengan pertengahan Oktober 2012 menunjukkan trend peningkatan.

Inovasi

Pengembangan unit perinatologi meliputi sarana dan SDM dilaksanakan secara bertahap sejak tahun 2012. Pertama, menyusun program kerja dan rencana anggaran. Kedua, menyiapkan ruangan khusus untuk perinatologi, sehingga pemantauan khusus terhadap bayi beresiko tinggi berjalan lebih baik. Ketiga, menempatkan SDM khusus sehingga pengelolaan perinatologi tidak tergabung dalam perawatan anak.

Peran Pelayanan Publik

Unit pelayanan perinatologi RSUD Lasinrang merupakan unit perawatan bayi baru lahir (0-28 hari) yang mempunyai resiko tinggi. Inovasi unit ini sebagai berikut.

1. Siap melayani pasien rujukan baik dari unit layanan primer, puskesmas, bidan praktek swasta maupun dari klinik lain dalam kabupaten Pinrang maupun dari luar kabupaten Pinrang.

2. Menyiapkan akses untuk percepatan layanan pasien rujukan yaitu melalui nomor handphone khusus pelayanan kelahiran baru (082333328176).

3. Perawatan di unit perinatologi merupakan perawatan intensif dengan padat SDM dan teknologi canggih, sehingga berdampak terhadap biaya yang cukup besar, namun pelayanan berbiaya tinggi ini tidak menjadi kendala pelayanan bagi masyarakat miskin. Cukup dengan membuat surat keterangan, pasien dapat dilayani tanpa biaya.

4. Pelayanan ini terintegrasi dengan pusat pengaduan rumah sakit.

5. Menyiapkan ruangan khusus untuk melaksanakan pelayanan perawatan metode kanguru. Perawatan metode kanguru adalah suatu cara perawatan untuk Bayi Berat Lahir Rendah yang sederhana dan mudah dikerjakan di mana saja dengan mendekap bayi agar kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu.

3 Finalis

62 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

1. The Development of Perinatology Unit to Reduce Neonatal Mortality Rate In Lasinrang Public Hospital

Background

The community complained the infants’ health services in terms of access, networking systems, and quality. Infant Mortality Rate (IMR) in Lasinrang Hospital in the period of 2009 until mid-October 2012 showed an increasing trend.

Innovation

Development of perinatology unit includes infrastructures and human resources were implemented gradually since 2012. First, developing a work program and budget plan. Second, preparing a special room for perinatology, so that special monitoring for high-risk infants run better. Third, placing special SDM so that the management of perinatology is not incorporated in the care of children.

The Role of Public Service

Perinatology services unit in Lasinrang Hospital is care unit for a newborn (0-28 days) with high risk. Innovations of the unit are as follows.

1. Ready to serve referral’s patients from primary care units, health centers, private midwife or from other clinics either inside the Regency or outside the Pinrang Regency.

2. Setting up access to the acceleration of services for of referral’s patients through a special phone number for new birth service (082 333 328 176).

3. Treatment in perinatology unit is an intensive care with solid human resources and advanced technology, impacting considerable cost, but high-cost services is not an obstacle for the poor residents. Simply by making the explanation letter, the patient can be served without charge.

4. This service is integrated with complaints center of the hospital.

5. Prepare a special room to carry out the method of kangaroo care services. Kangaroo care method is a way to care for Low Birth Weight Babies that are simple and easy to work anywhere with clutching the baby so the baby’s skin in direct contact with the skin of the mother.

3 Finalists

632 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Dampak Pada Masyarakat

Dampak yang terjadi pada masyarakat secara umum sebagai berikut.

1. Jumlah kematian bayi baru lahir dengan resiko menurun.

2. Jumlah pelayanan kepada bayi baru lahir dengan resiko meningkat.

3. Koordinasi antar fasilitas pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan meningkat.

4. Cakupan pelayanan kesehatan biaya tinggi terhadap masyarakat miskin meningkat.

5. Sarana prasarana dan kualitas pelayanan kesehatan meningkat.

6. Kepercayaaan masyarakat kepada unit perinatalogi meningkat.

7. Partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas layanan melalui pengaduan rumah sakit meningkat.

8. Masyarakat Kabupaten Pinrang lebih mudah mendapatkan pelayanan kesehatan bayi.

Cara Kerja dan Replikasi

Eksekusi strategi:

Manajemen Rumah Sakit melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan untuk memprioritaskan alokasi anggaran untuk pembangunan gedung baru RSUD Lasinrang dengan design bangunan unit pelayanan perinatologi di dalamnya. Selanjutnya, sumberdaya yang memadai untuk menjalankan fungsi unit pelayanan perinatologi juga disiapkan.

Replikasi:

Setiap rumah sakit dapat mengembangkan unit pelayanan perinatologi untuk menurunkan jumlah kematian bayi baru lahir khususnya dengan resiko tinggi. Sepanjang manajemen rumah sakit dan pemerintah, baik pusat maupun daerah, memiliki komitmen maka pelayanan perinatologi dapat dilaksanakan di seluruh daerah. RSUD Lasinrang dalam melaksanakan inovasi tersebut mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah daerah. Unit Pelayanan Perinatologi RSUD Lasinrang telah menjadi tempat study banding bagi beberapa rumah sakit di provinsi Sulawesi Selatan diantaranya, rumah sakit bersalin Fatimah Makassar, RSIA Aisyiah St. Khadijah kabupaten Pinrang, dan beberapa rumah sakit lain.

3 Finalis

64 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Impacts on Society

The impacts that occur in society in general as follows.

1. The number of deaths of newborns with risk decreases.

2. The amount of care to newborns at risk increases.

3. Coordination between health-care facilities in the referral system increases.

4. The coverage of high-cost health care for the poor increases.

5. Infrastructures and quality of health services increases.

6. Community trust perinatology unit increases.

7. Community participation in improving the quality of service through hospital complaints increases.

8. Community Pinrang is getting easier to get health care infants.

How it Works and Replication?

Execution strategy:

Hospital Management coordinated with stakeholders to prioritize the allocation of budget for the construction of a new building with the design of the building hospitals Lasinrang perinatology care units in it. Furthermore, adequate resources to perform the function of the perinatology services unit also prepared.

Replication:

Each hospital can develop a perinatology services unit to reduce the number of neonatal deaths, especially with high risk. As long as the hospital management and the government, both central and local, have committed so the perinatology services can be implemented in all regions. Lasinrang Hospital gets full support from the local government in implementing such innovations. The Perinatology Unit of Lasinrang Hospital has become a case study for several hospitals in the province of South Sulawesi among others, the maternity hospital of Fatimah Makassar, RSIA Aisyiah St. Khadijah Pinrang Regency, and some other hospitals.

3 Finalists

652 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Monitoring dan Evaluasi

a. Kompetensi teknis petugas

Untuk memonitor kemampuan perawat/bidan di ruang perinatologi, dilakukan penilaian kompetensi setiap 3 bulan sekali. Selain evaluasi terhadap petugas, monitoring ini juga meningkatkan pengetahuan petugas dalam menangani kasus-kasus bayi baru lahir. Untuk membantu petugas kesehatan dalam proses manajemen ruang perinatologi, dibuat dash board yang dapat mengukur kinerja sekaligus sebagai alat bantu dalam proses pelayanan. Rumah sakit juga melakukan audit untuk setiap kasus kematian bayi.

b. Partisipasi masyarakat dalam melakukan penilaian terhadap mutu pelayanan dilaksanakan melalui:

Survey kepuasan masyarakat.

Pusat pelayanan pengaduan rumah sakit melalui pengaduan langsung, line telpon/sms, dan kotak saran.

c. Monitoring manajemen rumah sakit melalui rapat rutin dan rapat insidentiil.

Pelayanan Perinatologi bagi Bayi Baru Lahir

3 Finalis

66 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Monitoring and Evaluation?

a. Technical competence of officer

• To monitor the ability of the nurse / midwife in the room of perinatology, competency assessment is conducted every 3 months. In addition to the evaluation of personnel, monitoring also aims to enhance the knowledge of officers in handling cases of newborns. To assist health workers in the management process of perinatology room, a dashboard is made that can measure performance as well as a tool in the service process. The hospital also conducts an audit for each case of infant mortality.

b. Public participation in assessing the quality of service is carried out through:

• Survey of public satisfaction.

• Hospital complaint service centers through a direct complaint, phone line / SMS, and suggestion boxes.

c. Monitoring of hospital management through regular meetings and irregular meetings.

Kegiatan Pelayanan kepada Pasien

3 Finalists

672 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

2. Optimalisasi Regulasi melalui Penyelenggaraan Paten di Kabupaten Sumenep

Latar Belakang

Kabupaten Sumenep memiliki 27 Kecamatan yang terdiri dari 19 kecamatan di Wilayah Daratan dan 18 Kecamatan di Wilayah Kepulauan. Beberapa pulau jaraknya lebih dekat dengan pulau Kalimantan dan Sulawesi dari pada ke Kabupaten Sumenep. Kondisi ini membuat masyarakat yang letak rumahnya jauh dari kantor kabupaten atau kota menjadi enggan untuk mengurus perizinan.

Untuk perbaikan Pelayanan Publik, Pemerintah Kabupaten Sumenep melakukan Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik. Reformasi ini meliputi pelayanan dengan standar baku, dan lokasi lebih dekat dengan masyarakat, proses pelayanan berjalan dengan lebih cepat, dan semua aktivitas dilakukan pada satu tempat. Selanjutnya gagasan tersebut diwujudkan dalam Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN).

Inovasi

1. PATEN mencegah praktek pungutan liar dan penyimpangan lain. PATEN memiliki Standar Pelayanan yang mengatur tentang jenis, dasar hukum, persyaratan, tarif, waktu, dan prosedur layanan.

2. PATEN merupakan Manajemen Pelayanan Publik dengan konsep “One Stop Service“. Pengajuan Ijin/Non Perijinan dilaksanakan dalam satu ruangan/satu pintu dan penerbitan ijin atau rekomendasi juga dalam ruangan itu juga. Didalam ruangan disediakan alur dan mekanisme perijinan/non perijinan serta pengaduan. Setiap tahapan proses dapat ditelusuri dan dimonitor oleh pemohon.

3. Petugas PATEN dibekali dengan kompetensi yang memadai agar mampu memberikan pelayanan yang prima. Keluhan, aspirasi, dan saran dari masyarakat mendapat respon langsung dari petugas.

4. Tim kerja Paten meliputi Tim Pelayanan dan Tim Evaluasi Kinerja Pelayanan.

5. Bila melampaui waktu penyelesaian yang sudah ditentukan, pemohon diberikan kompensasi yaitu petugas pelayanan akan mengantar berkas ke rumah yang bersangkutan.

3 Finalis

68 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

2. Optimization through the Implementation of Regulation in PATEN of Sumenep Regency

Background

Sumenep regency has 27 sub-districts which consists of 19 subdistricts in the Mainland and 18 sub-districts in the Islands. Some islands have a closer distance to the islands of Borneo and Sulawesi rather than to Sumenep. This condition makes people who live far from the location of the district office or town to be reluctant to take care of licensing.

For the improvement of Public Service, Government of Sumenep has conducted Public Service Reforms. These reforms include the service standards and locations closer to the people, processes run faster service, and all activities are conducted in one place. Furthermore, the idea is embodied in the District Integrated Administrative Service (PATEN)

Innovations

1. PATEN prevent extortion and other irregularities. PATEN has service standards that governing the type, the basic law, terms, rates, time, and procedures of services.

2. PATEN is a Public Service Management with the concept of “One Stop Service”. An applicant can apply for the licensing services / non-licensing services that are administered in one room / one door and the issuance of a license or recommendation also in the room as well. In the room, licensing mechanism / non-licensing and complaints are provided. Each stage of the process can be traced and monitored by the applicant.

3. Officers of PATEN are equipped with sufficient competence to be able to provide excellent service. Complaints, aspirations, and suggestions from the public are responded by the officials.

4. The team includes the PATEN Services Team and the Service Performance Evaluation Team.

5. When the settlement has exceeded the specified time, the applicant is given the compensation that service personnel will deliver the file to his home.

3 Finalists

692 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Dampak Pada Masyarakat

1. Pemohon layanan perijinan/non perijinan cukup datang ke ruang pelayanan PATEN pada masing-masing Kecamatan yang telah disediakan.

2. Terdapat 7 Jenis Ijin dan 14 Non Perijinan yang dapat dilakukan oleh Camat di Kabupaten Sumenep.

3. Pelayanan Terpusat dalam satu ruang baik untuk perijinan dan non perijinan tertentu,dilengkapi sarana dan prasarana pelayanan yang memadai.

4. Informasi Jenis Pelayanan Perijinan, Persyaratan, Tarif dan biaya terpampang di ruang pelayanan sehingga masyarakat mengetahuinya dan terdapat transparansi dan akuntabilitas. Informasi ini dikemas dalam menu layanan PATEN yang didasarkan atas Standar Pelayanan Paten pada masing-masing Kecamatan

5. Disediakan alur/mekanisme dan prosedur pelayanan paten di ruang pelayanan paten sehingga masyarakat mengetahui meja dan tahapan yang harus dilakukan.

6. Pembayaran retribusi ijin dilakukan di ruang dan meja layanan paten yang disediakan sesuai dengan ketentuan tarif yang diawasi oleh Tim Pelayanan PATEN (Koordinator PATEN)

Pelayanan Administrasi Perizinan

3 Finalis

70 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Impacts on the Society

1. The applicant of the licensing services / non-licensing services needs only to come to a room in a PATEN that serves in each of sub-district.

2. There are 7 types of licenses and 14 types of non-licenses which can be done by the Head of Sub-district in Sumenep.

3. Centralized services in the room for either licensing or non-licensing is equipped with adequate facilities and infrastructure.

4. Types of Information on Licensing Services, Requirements, Fees, and charges are posted in the service room so people know and transparency and accountability exist. This information is packaged in the PATEN services menu based on Service Standards Patents in each sub-district.

5. Information on mechanisms and procedures are provided in PATEN so that people know the desks and the steps that must be visited.

6. Licensing fees payment are paid in the room and on the provided desk of PATEN in accordance to the provisions of the rates overseen by the Service Team (Coordinator of PATEN).

Pelayanan Administrasi Perizinan

3 Finalists

712 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

7. Waktu layanan sudah pasti sehingga bila melampaui ketentuan waktu penyelesaian maka menjadi kewajiban bagi petugas paten untuk mengantarkan dokumen ijinnya kepada Pemohon.

8. Di ruang pelayanan paten disediakan meja dan petugas layanan pengaduan sehingga keluhan ataupun komplain dari pemohon layanan dapat terlayani.

Cara Kerja dan Replikasi

Adanya pelimpahan wewenang dari Bupati ke Camat karena kondisi geografis Sumenep yang terdiri dari daratan dan kepulauan karena kondisi kewilayahan akan mempengaruhi pelayanan masyarakat. Adapun wewenang yang dilimpahkan meliputi beberapa aspek yaitu Perizinan, Rekomendasi, Koordinasi, Pembinaan, Pengawasan, Fasilitasi, Penetapan, dan Penyelenggaraan.

Monitoring dan Evaluasi

Evaluasi terhadap pelayanan PATEN dilakukan setiap bulan melalui kotak survey yang disediakan di ruang PATEN. Kotak survey dibagi 3 kotak berlubang dengan warna yang berbeda dengan tulisan, kurang, baik dan baik sekali. Pemohon layanan diminta untuk memasukkan koin ke kotak yang telah disediakan setelah selesai menerima pelayanan. Dari koin yang masuk masing-masing dihitung perolehan koinnya dan dievaluasi. Dengan kotak survey tersebut dapat dilihat tingkat kepuasaan pelanggan/pemohonan terhadap layanan yang diberikan. Sedangkan untuk tingkat kepuasan layanan dilakukan melalui Survey Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang dilakukan setiap 6 bulan sekali.

3 Finalis

72 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

7. The service has bounded by specific delivery time therefore when it goes beyond the provisions of the settlement time, it becomes an obligation for the officers to deliver documents to the applicant’s house.

8. In the PATEN, concierge services are provided so that complaints could be accommodated and to be followed up.

How it Works and Replication

The Regent has delegated his authority to the head of sub-districts due to geographical conditions of Sumenep which consists of the mainland and the islands that will affect public services delivery. The delegated authority covers several aspects: licensing, recommendations, coordination, guidance, supervision, facilitation, determination, and implementation.

Monitoring and Evaluation

The evaluation of the PATEN services is conducted every month through the survey boxes provided in the room. Survey boxes are divided into 3 different colors with the words: bad, Good, and Excellent. The applicant is requested to insert a coin into the box provided after completion of service. The number of coins in each box will be counted and evaluated. The level of customer satisfaction to the services provided can be measured by the number of coins. As for the level of service, Public Satisfaction Index Survey is performed every 6 months.

3 Finalists

732 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

3. Reformasi Pelayanan Pajak Daerah Kota Cilegon (Dari Rakyat Oleh Rakyat Untuk Rakyat) di Kota Cilegon

Latar Belakang

Perkembangan era globalisasi dan dinamika pola pikir masyarakat yang semakin kritis memberikan dampak kepada layanan publik. Hal tersebut mendorong pengembangan inovasi pemerintah dalam peningkatan kualitas pelayanan publik menuju efisiensi dan efektivitas yang optimal.

Inovasi

1. SIMPAD (Sistem Informasi Manajemen Pajak Daerah) terdiri dari pendataan, penetapan, penagihan, pembukuan, dan pelaporan pajak daerah.

2. SIM BPHTB (Sistem Informasi Manajemen Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) mengatur pengalihan hak atas tanah dan bangunan.

3. SIM PBB (Sistem Informasi Manajemen PBB) mengelola data Wajib Pajak dan Objek Pajak PBB.

4. Sistem Pembayaran PBB Online (Host to Host) mendukung Wajib Pajak untuk membayar pajak di seluruh jaringan kantor kas Bank BJB.

5. Sistem Informasi Tagihan PBB memberikan informasi tagihan Wajib Pajak Daerah PBB-P2.

6. Sistem Monitoring Pendapatan PBB memberika informasi jumlah pembayaran yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak Daerah PBB-P2 secara Real Time.

7. SMS GATEWAY merupakan layanan kepada wajib pajak melalui SMS berupa informasi, pengingat tanggal jatuh tempo penyampaian dokumen perpajakan, pembayaran, serta hal-hal yang berkaitan dengan perpajakan daerah.

8. Sistem pengendalian dan Pengamanan dalam dokumen SPPT dan SSPD (Security Printing) sebagai alat dan bukti pembayaran PBB.

9. ISO 9001:2008 dan ISO 8385:2000 merupakan standar atas mekanisme kerja dan telah diakui oleh lembaga akreditasi (The British Standards Institution).

10. Pembentukan 2 (dua) UPTD Pajak Daerah yang masing-masing dapat melayani 4 (empat) kecamatan. Setiap UPTD sudah terintegrasi dengan sistem pada kantor pusat (DPPKD Kota Cilegon) dengan menggunakan fasilitas Virtual Private Networking

3 Finalis

74 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

3. Local-Tax Service Reform in Cilegon City

Background

The development of globalization era and the dynamics of the more critics of public mindset have brought impacts on public services. It encourages the development of government innovations to improving the quality of public services towards the optimal efficiency and effectiveness.

Innovations

1. SIMPAD (Local Tax Management Information System) consists of data collection, assessment, billing, bookkeeping, and local tax reporting.

2. BPHTB SIM (Management Information System of Tax on Acquisition of Land and Building) arranges for the transfer of land and buildings.

3. Land and Property Tax SIM (PBB Management Information System) to manage data of Taxpayers and Tax Object of PBB.

4. PBB Online Payment System (Host to Host) supports the taxpayer to pay taxes on the entire network of Bank BJB cash offices.

5. PBB Billing Information System provides billing information of the local PBB-P2 Taxpayer.

6. PBB Monitoring Revenue System gives information on the number of payments made by the local PBB-P2 Taxpayer in Real Time.

7. SMS GATEWAY is a service to the taxpayer via SMS in the form of information, reminders of due dates or tax documents delivery, payment, and matters relating to local taxation.

8. Control Systems and Security SPPT and SSPD documents (Security Printing) as a means of payment and proof of the PBB.

9. ISO 9001: 2008 and ISO 8385: 2000 is the standard on the mechanism of actions and have been recognized by the accreditation agency (The British Standards Institution).

10. Establishment of 2 (two) UPTD Local Taxes, each of which can serve four (4) sub-districts. Each UPTD is already integrated with the system at the central office (DPPKD Cilegon City) by using Virtual Private Networking (VPN) so that the security system is secured.

3 Finalists

752 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

(VPN) sehingga keamanan system lebih terjamin.

11. Petugas Dinas Lapangan melaksanakan penghimpunan dan pengolahan data objek dan subjek pajak melalui penyebaran dan pengumpulan SPPT, SPTPD, SKPD kepada Wajib Pajak Daerah.

12. Kerjasama dengan Kejaksaan Negeri Cilegon dalam Penanganan Masalah Hukum Bidang Perdata dan Tata Usaha. Kerjasama ini dilakukan apabila terdapat kendala dalam penagihan pajak.

Peran Pelayanan Publik

Gagasan inovasi tersebut di atas merupakan produk inovasi Pemerintah Kota Cilegon yang diakomodasi oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Cilegon. Dalam implementasinya melibatkan banyak unsur stakeholders di lingkungan Pemerintah Kota Cilegon seperti Instansi terkait Pemerintah Kota Cilegon, DPRD Kota Cilegon, Kejari Cilegon, BPN Kota Cilegon, Bank BJB, serta Pemerintah Pusat Kementrian Keuangan dan Kementrian Dalam Negeri, Kanwil HAM Propinsi Banten.

Dampak Pada Masyarakat

Dengan adanya aplikasi sistem pajak daerah, pelayanan pajak daerah menjadi lebih cepat, tepat dan akurat sehingga dapat memberikan pelayanan prima terhadap wajib pajak daerah yang diantaranya :

1. Memberikan kemudahan kepada WP yang dibantu oleh Petugas Dinas Luar dalam hal penyampaian dokumen pajak daerah seperti SPTPD, SKPD, dan SSPD

2. Tertatanya basis data Wajib Pajak Daerah yang memberikan kemudahan dalam hal perpajakan daerah

3. Proses administrasi pajak daerah sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan

4. Memberikan kemudahan dalam penyampaian informasi kepada Wajib Pajak Daerah

5. Kepastian dalam pelayanan pajak.

6. Meminimalisir dan menghindari kebocoran-kebocoran penerimaan pajak dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

7. Memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak Daerah untuk dapat mengetahui jumlah tagihan PBB yang dapat diakses melalui internet

8. Memberikan kemudahan dalam pembayaran yang dapat dilakukan melalui seluruh

3 Finalis

76 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

11. The Field Officers carry out the collection and processing of data object and subject to tax by distributing and collecting SPPT, SPTPD, and SKPD to the local taxpayer.

12. Cooperation with the State Attorney of Cilegon in handling legal issues either Civil or Administrative Cases. This cooperation is carried out when there are obstacles in the tax collection.

The Role of Public Service

The notion of innovation mentioned above is a product innovation of Cilegon City Government accommodated by the Revenue and Fiscal Management Agency of Cilegon City. The implementation involves many elements in the city government stakeholders such as related agencies Cilegon City Government, Parliament of Cilegon, Attorney of Cilegon, BPN of Cilegon City, Bank BJB, as well as the Central Government consist of Ministry of Finance, the Ministry of the Interior, and the Ministry of Legal and Human Rights Banten Province.

Impacts on the Society

With the application of the local tax system, local tax services became more rapid, precise, and accurate so it can provide excellent services to the local taxpayers as the following:

1. Provides convenience to taxpayers assisted by Helper Officers in terms of the delivery of documents of local taxes such as SPTPD, SKPD, and SSPD.

2. The well-organized database of local taxpayers provides convenience in terms of local taxation.

3. The local tax administration process in accordance with the SOPs.

4. Provide convenience in the delivery of information to the local taxpayers.

5. The certainty in tax services.

6. Minimizes and avoids leaks of tax revenue from irresponsible officers.

7. Provides convenience to the local taxpayers who can check the amount of PBB bills via the Internet.

8. Provides convenience in the payment since it can be made through the entire cash offices and ATMs of Bank BJB.

3 Finalists

772 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

kantor kas dan jaringan ATM Bank BJB.

9. Adanya kepastian hukum dalam pengelolaan pajak daerah.

10. Meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam hal membayar pajak daerah

11. Meningkatnya Pendapatan Asli daerah, sehingga dapat mendukung program Pemerintah Daerah berupa Program Pro Rakyat.

12. Pendapatan Asli Daerah meningkat sebesar kurang lebih 750 milyar sehingga dapat mendukung program pembangunan.

Cara Kerja dan Replikasi

Inovasi ini akan ditingkatkan. Tidak hanya terbatas pada aspek pengelolaan perpajakan saja, tetapi mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Dukungan terhadap kontinuitas inovasi ini terdiri dari aspek perencanaan dan pelaksanaan agar pelayanan publik ini terus berjalan konsisten. Dukungan finansial terus digulirkan untuk memnuhi kebutuhan inovasi pelayanan publik ini.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring terhadap inisiatif ini dapat dilakukan setiap hari. Kendali dilakukan dengan backup database secara berkesinambungan. Review dilakukan melalui kompilasi data rekapitulasi pendapatan Pajak Daerah. Dalam hal ini Walikota, Wakil Walikota, Sekretaris Daerah, dan Kepala DPPKD dapat langsung mengakses informasi perkembangan pendapatan PBB. Selain itu, dilakukan evaluasi setiap triwulan kepada aparat pembantu seperti Camat dan Lurah

3 Finalis

78 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

9. The existence of legal certainty in the management of local taxes.

10. Improving public confidence in terms of paying local taxes.

11. Increases local revenue, so it can support government programs such as Pro People’s Program.

12. Local Revenue increased by approximately IDR 750 billion so it can support the developmental program.

How it Works and Replication

This innovation will be improved. Not only limited to the aspects of the taxation management alone, but covers all aspects of governance and development. Support for the innovation continuity consists of the aspects of the planning and implementation so that the public service continues to run consistently. Financial support continues to be provided to maintain the level of public sector initiative.

Monitoring and Evaluation

Monitoring of this initiative can be done every day. Full database backups are done on an ongoing basis. The review is done through data compilation and consolidation of Local Tax revenue. In this case, the Mayor, Deputy Mayor, Regional Secretary, and Chief DPPKD can directly access information PBB revenue growth. In addition, an evaluation to the auxiliary apparatus such as Head and Village Head are conducted every three months.

Pemaparan tentang pelayanan pajak daerah oleh Kepala dinas pendapatan dan pengelolaan

keuangan daerah Kota cilegon

3 Finalists

792 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x

TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014x TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA

TAHUN 2014x

KomentarComments

Bupati Sragen, Agus Fatchurrahman, SH, MM.

Ketika Kementerian PANRB mengadakan kompetisi inovasi pelayanan publik untuk pertama kalinya pada tahun 2014, inovasi kami yaitu Unit Pelayanan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (UPT.PK) – Model Jawaban Problematika Kemiskinan di Kabupaten Sragen, berhasil masuk ke Top 33 Inovasi Pelayanan Publik Indonesia Tahun 2014. Inovasi tersebut, kemudian diikutsertakan pada ajang kompetisi inovasi pelayanan publik di tingkat internasional yang diselenggarakan oleh PBB yaitu United Nations Public Service Awards (UNPSA) tahun 2015.

Ternyata inovasi kami, berhasil meraih Juara Kedua Kategori III untuk Wilayah Asia dan Pasifik. Bagi kami, dipilih dan dikirimkan mewakili Indonesia di ajang kompetisi internasional saja sudah membanggakan, apalagi sekarang sudah ditetapkan sebagai Juara. Kami amat bersyukur, karena bisa mengharumkan nama bangsa di ajang bergengsi seperti UNPSA.

Bupati Aceh Singkil, H. Safriadi, SH

Alkhamdulillahirrobil’alamin, akhirnya pada tahun 2015 inovasi kami berhasil meraih Juara Kedua Kategori I untuk Wilayah Asia dan Pasifik, setelah kedua kali ini bertarung di ajang kompetisi inovasi tingkat dunia yang diselenggarakan oleh PBB yaitu United Nations Public Service Awards (UNPSA) tahun 2015. Ini sebagai bukti bahwa Kabupaten Aceh Singkil merupakan sebuah Kabupaten pemekaran yang berada di Ujung Selatan Aceh yang memiliki berbagai keterbatasan baik dari sisi geografis (daerah kepulauan, pinggiran sungai, terpencil dan terluar), SDM, sumber dana yang terbatas mampu meraih juara inovasi pada tingkat dunia.

Tantangan terberat bagi kami kedepan adalah mempertahankan prestasi yang sudah diraih ini. Untuk menjawab tantangan tersebut, kami sudah mulai membentuk Tim Inovasi dan Rumah Inovasi sebagai bentuk komitmen kami menjaga prestasi dan mewujudkan peningkatan pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai inovasi. Akhirnya kami mengajak semua pihak (Provinsi, Kabupaten dan Kota se-Indonesia) untuk terus melakukan inovasi-inovasi dalam rangka perbaikan pelayanan publik di Indonesia, kami sangat yakin kita pasti bisa mengukir prestasi bila bekerja dengan ikhlas dan jujur.

Komentar

82 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATION PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Agus Fatchurrahman, SH, MM., Sragen Regent

When the Ministry of Administrative and Bureaucratic Reform held the first public service innovation competition in 2014, our innovation titled the Integrated Service Unit Poverty Alleviation - a Poverty Relief Model in Sragen Regency, achieved the Top 33 of Indonesian Public Service Innovations. The innovation was then nominated into a global competition for public service innovation of the United Nations Public Service Awards (UNPSA) 2015 organized by the United Nations.

Evidently, our innovation won the Second Place Winner for the 3rd Category for the Asia Pacific Region. Being sent to participate in an international competition, as the Indonesia representative, is a glory; moreover, we won the competition. We are very grateful because we can elevate the nation position in such a prestigious event of UNPSA.

H. Safriadi, SH, Aceh Singkil Regent

All praise is due to God alone, finally in 2015 our innovation won the Second Place Winner of the 1st Category for Asia Pacific Region. We did it after the second participation in the United Nations Public Service Awards (UNPSA) world-class innovation competition organized by the United Nations. This is an evidence that Aceh Singkil Regency is capable to win the world innovation despite its unfavorable conditions as a new regency in the Deep South Aceh, various geographical limitations (island, riverbank, remote and outer), and limited resources in human and financial.

Our toughest challenge in the future is to maintain this accomplishment. To do so, we have formed an Innovation Team and an Innovation House as our commitment to sustaining the achievement and to improving service to the community through a variety of innovations. Finally, we call all parties (provinces, regencies and cities in Indonesia) to continue in the innovations creation, and the public services improvement in Indonesia. We are confident that we can accomplish achievements when working with sincerity and honesty.

Comments

832 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Irwanda Wisnu Wardhana

Peneliti Doktoral di Universitas Texas, Editor dan Penerjemah Proposal

Partisipasi di UNPSA merupakan strategi jenius untuk meningkatkan kualitas layanan publik di Indonesia. Partisipasi ini merangsang inovasi layanan publik oleh ratusan dan ribuan kantor di setiap level pemerintahan tanpa memberikan imbalan keuangan. Bahkan, partisipasi ini mendorong aparatur

pemerintah untuk memenangkan “lomba menuju puncak” dalam penyediaan layanan publik yang lebih baik kepada masyarakat.

Capaian tahun ini bukanlah prestasi yang pertama bukan pula yang terakhir. Memenangkan dua kategori pada partisipasi kedua merupakan kinerja yang luar biasa. Sehingga, saya percaya bahwa inovasi-inovasi layanan publik Indonesia dapat menjadi juara di kategori yang lebih banyak pada tahun-tahun mendatang.

Tentu saja, merupakan kebahagiaan besar dapat membantu persiapan tim Indonesia di UNPSA 2015. Semoga kita dapat menampilkan proposal-proposal yang lebih baik didukung oleh kebijakan yang berdasarkan bukti. Bersama tim, saya siap untuk ikhtiar berikutnya.

Komentar

84 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATION PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Irwanda Wisnu Wardhana

Ph.D. Researcher at the University of Texas, Editor and Translator of Proposals

Participation in the UNPSA is a genius strategy to improve public service quality in Indonesia. It has stimulated public service innovations by hundreds and thousands of agencies in every level of government without providing any financial reward. Furthermore, it has encouraged government officials to win “a race to the top” in the provision of better public service deliveries to the community.

This year’s achievement is neither the first nor the last accomplishment. Winning two categories in the second participation is an outstanding performance. Thus, I do believe that Indonesian public service innovations can be winners in more categories in years to come.

Obviously, it is my great pleasure to help the preparation of the Indonesian nominees in the UNPSA 2015. Hopefully, we can present better proposals supported by the evidence-based policy. My team and I are ready for the next endeavor.

Comments

852 Winners and 3 Finalists From INDONESIA in UNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015

Komentar

86 2 Juara dan 3 Finalis UNITED NATION PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015 dari INDONESIA

Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: LIPITim Panel Independen Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2015

Upaya melakukan reformasi birokrasi di Indonesia tampaknya sudah mulai menuai hasil. Sejak gerakan reformasi (1998) memberantas korupsi, kolutisme dan nepotisme sampai pembuatan grand design reformasi birokrasi 2010-2025 semangat memperbaiki kualitas birokrasi tak pernah henti. Salah satu upaya konkrit dari reformasi birokrasi tersebut adalah peningkatan kualitas pelayanan publik yang dilakukan baik oleh pemerintah daerah (provinsi, kabupaten/kota) maupun kementerian dan lembaga. Kompetisi inovasi pelayanan publik yang dilakukan

KemenPAN dan RB sejak 2014 tidak hanya direspon secara positif oleh kementerian/lembaga (K/L) dan pemda, tapi juga menjadi arena pembuktian bahwa mereka mampu melakukan terobosan-terobosan positif, inovatif, bermanfaat dan bisa menjadi role model bagi bagi K/L dan pemda lainnya. Inovasi yang mereka lakukan tersebut tak hanya diakui secara nasional, tapi bahkan internasional seperti yang ditunjukkan melalui kompetisi pelayanan publik yang diselenggarakan United Nations Public Service Award (UNPSA) 2014. Menariknya, dari 36 inovator pelayanan publik yang diikutsertakan dalam UNPSA tersebut, 14 diantaranya lolos ke putaran kedua bersaing dengan 80 negara lainnya. Tahun 2015, bahkan, dari 5 inovator yang masuk menjadi finalis, 2 diantaranya berhasil menjadi juara. Dengan capaian seperti itu, inovasi pelayanan publik di Indonesia cukup prospektif, menjanjikan dan bahkan bisa menjadi lesson learned bagi negara-negara lainnya.

The Indonesian bureaucratic reforms and efforts have reaped rewards. Since the reform movement (1998) has fought against corruption, collusion, nepotism and created a grand design of bureaucratic reform of 2010-2025, the spirit to improve the bureaucracy has never stopped. One of the concrete efforts of the bureaucratic reforms is the improvement of public services quality provided by local governments (provinces, regencies/cities) and ministries/ agencies. Public service innovations competitions hosted by the Ministry of Administrative and Bureaucratic Reform since 2014 are not only responded positively by ministries/ agencies and the local governments, but also become the means of proof that they can make breakthroughs that are innovative, useful and become role models for other government agencies. Their innovations are recognized not only nationally, but also internationally as demonstrated through public service competition of the United Nations Public Service Award (UNPSA) 2014. Interestingly, of the 36 public service innovations that were nominated in the UNPSA, 14 of them qualified for the second round to competing with 80 other countries. In 2015, in fact, of the five finalists, two of them managed to win. With such achievements, public service innovations in Indonesia are quite prospective, promising and could be lessons learned to other countries.

Dadan S SuharmawijayaWakil Direktur Eksekutif JPIP, Tim Panel Independen Kompetisi Pelayanan Publik 2015

Satu demi satu inovasi pelayanan publik di Indonesia naik ke pentas Internasional. Hal ini nampak dari kembali masuknya lima inovasi pelayanan publik pemerintah daerah di Indonesia menjadi Finalis UNPSA 2015. Bahkan UNPSA 2015 ini menjadi kebanggaan luar biasa karena dua dari lima finalis tersebut berhasil meraih juara. Semua ini membuktikan bahwa inovasi pelayanan publik yang “best practices” di Indonesia sebetulnya bertaburan. Hal ini sekaligus membuktikan pula banyak aparatur negara yang bekerja baik. Persoalannya tinggal pada upaya

pemunculan, apresiasi, publikasi, diseminasi dan replikasi. Kami sangat mengapresiasi upaya Kementerian PANRB yang dalam dua tahun terakhir ini giat mendorong dan memotivasi Kementerian/Lembaga/Provinsi/Kabupaten/Kota untuk terus berinovasi. Selamat bagi para Juara dan Finalis UNPSA 2015 dari Indonesia.

The Indonesian public service innovations emerge in the global stage, one by one. It is apparent from the re-entry of five public service innovations from the local governments became the Finalists of UNPSA 2015. Furthermore, two of them make us remarkably proud by winning the competition. This achievement is evidence that the best practices of public service innovations in Indonesia have spread. It also proves that a lot of government officials are working. The problem remains in efforts to appearance, appreciation, publication, dissemination and replication of the innovation. We greatly appreciate efforts of the Ministry of Administrative and Bureaucratic Reform especially in the last two years to encourage and to motivate the Ministries/Agencies/Provinces/Regencies/Cities to innovate continuously. Congratulations are due to the Winners and the Finalists of UNPSA 2015 from Indonesia.

2 Juara dan 3 FinalisUNITED NATIONS PUBLIC SERVICE AWARDS (UNPSA) 2015dari INDONESIA