xerostomia makalah
-
Upload
mifta-fatia -
Category
Documents
-
view
1.375 -
download
14
Transcript of xerostomia makalah
ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK DASAR
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
MAKALAH
MULUT KERING
OLEH :
Baiq Miftahul Fatia Jenifer Novia
Resky Yunitasari Muh. Arif
St. Hardianty Ady Multazam
Rahmah K. Rusdi Muh. Rahadian Cipta.
Dewi Sartika Arif Herawati Hasan
Kiki Candra Bonita Sesharika C.
Hamdani Sani Ma’rifat
Kurniadi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatnya lah kalo ini, penulis
bisa menyelesaikan makalah berjudul “Mulut Kering (Xerostomia)”.
Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan menjelaskan
mengenai Mulut Kering dan hubungannya dengan mikroorganisme. Pembaca diharapkan
menjadi lebih memahami mengenai seluk beluk yang berkaitan dengan mulut kering.
Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itulah penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah
ini bisa member manfaat bagi pembaca.
Makassar, 13 Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………1
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….2
BAB I (PENDAHULUAN)………………………………………………………………..3
BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)…………………………………………………………5
BAB III(PEMBAHASAN)…………………………………………………………………10
BAB IV (PENUTUP)…….…………………………………………………………………15
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Xerostomia (mulut kering) didefinisikan sebagai keluhan mulut kering yang mungkin timbul dari
penurunan
produksi air liur. Dinyatakan bahwa 10% populasi penduduk mengalami xerostomia
atau mulut kering.1,2 Frekuensi xerostomia bertambah dengan bertambahnya umur,
lebih dari 25% orang berusia tua mengeluh mengalami mulut kering setiap hari.2
Dikatakan bahwa, rata-rata orang dewasa menghasilkan sekurang-kurangnya 500 ml
saliva setiap hari.
Xerostomia biasanya diderita oleh wanita dan hal ini bisa membawa pengaruh buruk dalam
perkembangan kehidupan social mereka. Kebanyakan penderita bau mulut menjadi tidak begitu percaya
diri untuk berbicara, dikarenakan persepsi yang tidak baik akan aroma mulut mereka. Karena xerostomia
biasanya menyebabkan halitosis (bau mulut).
Kebanyakan orang mengalami xerostomia setelah bangun dari tidur. Xerostomia kronik meningkatkan
resiko untuk terjadinya beberapa keadaan, dan yang
paling serius adalah karies gigi dan penyakit gingiva. Walau bagaimanapun, kondisi
xerostomia kronik dan parah sering diartikan dengan aliran saliva <100 ml per hari.
Xerostomia dapat terjadi akibat efek samping kemoterapi yaitu 78% pasien
yang dikemoterapi mendapat efek tersebut. Hal ini terjadi berhubungan dengan agen
yang digunakan dalam kemoterapi.
Mulut kering, selain menimbulkan penampakkan mulut yang kurang baik, biasanya juga berpengaruh ke
dalam unsure-unsur yang ada di dalam rongga mulut tersebut.
Bau mulut yang biasanya di timbulkan oleh xerostomia menyebabkan kelainan ini menjadi sangat buruk
efeknya bagi seseorang dalam pergaulannya di masyarakat.
Xerostomia juga menyebabkan keadaan rongga mulut sangat berpotensi untuk berkembang biaknya
mikroorganisme karenak kurangnya saliva. Hal itulah yang menyebabkan keadaan ini begitu kompleks
bagi penderita.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari xerostomia?
2. Apa saja factor-faktor dari xerostomia?
3. Bagaimana keadaan mikroorganisme yang ada di rongga mulut ketika xerostomia terjadi?
4. Apakah hubungan antara xerostomia dengan penggunaan gigitiruan dan sistem
stomatognatiknya?
5. Bagaimana cara mengatasi mulut kering?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari xerostomia.
2. Untuk mengetahui apa saja factor-faktor dari xerostomia.
3. Untuk mengetahui keadaan mikroorganisme di dalam rongga mulut ketika xerostomia terjadi.
4. Untuk mengetahui hubungan antara xerostomia dengan penggunaan gigitiruan dan sistem
stomatognatiknya.
5. Untuk mengetahui cara mengatasi mulut kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Saliva
Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga mulut.1
Saliva merupakan hasil sekresi dari beberapa kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total
saliva disekresikan oleh kelenjar saliva mayor yang meliputi kelenjar parotid, submandibular,
dan sublingual, sedangkan sisa 7% lainnya disekresikan oleh kelenjar saliva minor yang terdiri
dari kelenjar bukal, labial, palatinal, glossopalatinal, dan lingual. Kelenjar-kelenjar minor ini
menunjukkan aktivitas sekretori lambat yang berkelanjutan, dan juga mempunyai peranan yang
penting dalam melindungi dan melembabkan mukosa oral, terutama pada waktu malam hari
ketika kebanyakan kelenjar-kelenjar saliva mayor bersifat inaktif.
Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu sodium,
potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari protein yang
berperan sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin,
polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan rongga mulut.
- Komposisi Saliva
Saliva terdiri dari 99,5% air dan 0,5% subtansi yang larut. Beberapa komposisi saliva adalah :
1. Protein
Beberapa jenis protein yang terdapat didalam saliva adalah :
a) Mucoid
Merupakan sekelompok protein yang sering disebut dengan mucin dan memberikan konsistensi
mukus pada saliva. Mucin juga berperan sebagai glikoprotein karena terdiri dari rangkaian
protein yang panjang dengan ikatan rantai karbohidrat yang lebih pendek.
b) Enzim
Enzim yang ada pada saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva dan beberapa diantaranya merupakan
produk dari bakteri dan leukosit yang ada pada rongga mulut.
Beberapa enzim yang terdapat dalam saliva adalah amylase dan lysozyme yang berperan dalam
mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut.
c) Protein Serum
Saliva dibentuk dari serum maka sejumlah serum protein yang kecil ditemukan didalam saliva.
Albumin dan globulin termasuk kedalam serum saliva
d) Waste Products
Pada saliva juga ditemukan sebagian kecil dari waste product pada serum, urea dan uric acid.
2. Ion-ion Inorganik
Ion-ion utama yang ditemukan dalam saliva adalah kalsium dan fosfat yang berperan penting
dalam pembentukan kalkulus. Ion-ion lain yang memiliki jumlah yang lebih kecil terdiri dari
sodium, potasium, klorida, sulfat dan ion-ion lainnya.
3. Gas
a. Pada saat pertama sekali saliva dibentuk, saliva mengandung gas oksigen yang larut,
nitrogen dan karbon dioksida dengan jumlah yang sama dengan serum. Ini memperlihatkan
bahwa konsentrasi karbon dioksida cukup tinggi dan hanya dapat dipertahankan pada
larutan yang memiliki tekanan didalam kelenjar duktus, tetapi pada saat saliva mencapai
rongga mulut banyak karbon dioksida yang lepas.
4. Zat-zat Aditif di Rongga Mulut
Merupakan berbagai substansi yang tidak ada didalam saliva pada saat saliva mengalir dari
dalam duktus, akan tetapi menjadi bercampur dengan saliva didalam rongga mulut. Yang
termasuk kedalam zat-zat aditif yaitu mikroorganisme, leukosit dan dietary substance.
Volume rata-rata saliva yang dihasilkan perhari berkisar 1-1,5 liter. Pada orang dewasa laju
aliran saliva normal yang distimulasi mencapai 1-3 ml/menit, rata-rata terendah mencapai 0,7-1
ml/menit dimana pada keadaan hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva yang lebih rendah
dari 0,7 ml/menit. Laju aliran saliva normal tanpa adanya stimulasi berkisar 0,25-0,35 ml/menit,
dengan rata-rata terendah 0,1-0,25 ml/menit dan pada keadaan hiposalivasi laju aliran saliva
kurang dari 0,1 ml/menit.
Nilai pH saliva normal berkisar 6 – 7. 3,19,20 Konsumsi karbohidrat padat maupun cair dapat
menyebabkan terjadinya perubahan pH saliva dimana karbohidrat akan difermentasi oleh
bakteri dan akan melekat ke permukaan gigi. Dengan adanya sistem buffer pada saliva, pH akan
kembali netral setelah 20 menit terpapar karbohidrat yang berkonsistensi cair dan 40-60 menit
pada karbohidrat yang berkonsistensi padat.
- Fungsi Saliva
Beberapa fungsi saliva adalah :
a) Sensasi Rasa
Aliran saliva yang terbentuk didalam acini bersifat isotonik, saliva mengalir melalui duktus dan
mengalami perubahan menjadi hipotonik. Kandungan hipotonik saliva terdiri dari glukosa,
sodium, klorida, urea dan memiliki kapasitas untuk memberikan kelarutan substansi yang
memungkinkan gustatory buds merasakan aroma yang berbeda.
b) Perlindungan Mukosa dan Lubrikasi
Saliva membentuk lapisan seromukos yang berperan sebagai pelumas dan melindungi jaringan
rongga mulut dari agen-agen yang dapat mengiritasi. Mucin sebagai protein dalam saliva
memiliki peranan sebagai pelumas, perlindungan terhadap dehidrasi, dan dalam proses
pemeliharaan viskoelastisitas saliva.
c) Kapasitas Buffering
Buffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk mempertahankan agar pH tetap
netral. Buffer dapat menetralisasikan asam dan basa. Saliva memiliki kemampuan untuk
mengatur keseimbangan buffer pada rongga mulut.
d) Integritas Enamel Gigi
Saliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan integritas kimia fisik dari enamel
gigi dengan cara mengatur proses remineralisasi dan demineralisasi. Faktor utama untuk
mengontrol stabilitas enamel adalah hidroksiapatit sebagai konsentrasi aktif yang dapat
membebaskan kalsium, fosfat, dan fluor didalam larutan dan didalam pH saliva.
e) Menjaga Oral Hygiene
Saliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur dimana produksi saliva
berkurang. Saliva mengandung enzim lysozyme yang berperan penting dalam mengontrol
pertumbuhan bakteri di rongga mulut.
f) Membantu Proses Pencernaan
Saliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan awal dalam proses
pembentukan bolus-bolus makanan. Enzim α-amylase atau enzim ptyalin merupakan salah satu
komposisi dari saliva yang berfungsi untuk memecah karbohidrat menjadi maltose, maltotriose
dan dekstrin.
g) Perbaikan Jaringan
Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan darah pada jaringan rongga
mulut, dimana dapat dilihat secara klinis waktu pendarahan menjadi lebih singkat dengan
adanya bantuan saliva.
h) Membantu Proses Bicara
Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama bicara, tanpa adanya saliva maka proses
bicara akan menjadi lebih sulit.
i) Menjaga Keseimbangan Cairan
Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang dapat meningkatkan
intake cairan tubuh.
b. Bakteri Aerob dan Anaerob
1) Bakteri aerob
Organisme aerobik atau aerob adalah organisme yang melakukan metabolisme dengan bantuan
oksigen. Aerob, dalam proses dikenal sebagai respirasi sel, menggunakan oksigen untuk
mengoksidasi substrat (sebagai contoh gula dan lemak) untuk memperoleh energi. . Misal:
Nitrosococcus, Nitrosomonas dan Nitrobacter
Aerob obligat membutuhkan oksigen untuk melakukan respirasi sel aerobik.
Aerob fakultatif dapat menggunakan oksigen tetapi dapat juga menghasilkan energi secara
anaerobik.
Mikroaerofil adalah organisme yang bisa menggunakan oksigen tetapi dalam konsentrasi yang
sangat kecil (mikromolar).
Organisme aerotoleran dapat hidup walaupun terdapat oksigen di sekitarnya, tetapi mereka
tetap anaerobik karena mereka tidak menggunakan oksigen sebagai terminal electron acceptor
(akseptor elektron terminal). Contoh yang dapat diberikan adalah oksidasi glukosa
(monosakarida) dalam respirasi aerobik.
C6H12O6 + 6 O2 + 38 ADP + 38 fosfat → 6 CO2 + 6 H2O + 38 ATP
Energi yang dilepaskan pada reaksi ini sebesar 2880 kJ per mol, yang disimpan dalam regenerasi
38 ATP dari 38 ADP per glukosa. Angka ini 19 kali lebih besar daripada yang dihasilkan reaksi
anaerobik. Organisme eukariotik (semua kecuali bakteri) hanya memperoleh 36 ATP yang
diregenerasi dari ADP dalam proses ini. Hal ini disebabkan terdapat membran yang harus
dilewati oleh transport aktif.
2) Bakteri anaerob
Anaerob artinya “hidup tanpa udara”. Perkembangan bakteri anaerob ini terjadi pada tempat-
tempat yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung oksigen. Kuman-kuman ini normalnya
ditemukan di mulut, saluran pencernaan dan vagina serta pada kulit. Umumnya penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh bakteri anaerob adalah gas gangren, tetanus dan botulisme.
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi jika barier (sawar) normal (seperti kulit, gusi dan
dinding usus) mengalami kerusakkan akibat pembedahan, jejas atau penyakit. Biasanya sistem
kekebalan tubuh akan membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh, tetapi kadang-kadang
bakteri tersebut mampu berkembang dan menyebabkan infeksi. Bagian tubuh yang mengalami
kerusakkan jaringan (nekrosis) atau suplai aliran darahnya sedikit merupakan tempat-tempat
yang disenangi oleh bakteri anaerob untuk tumbuh dan berkembang karena miskin akan
oksigen. Keadaan yang kurang mengandung oksigen dapat disebabkan karena penyakit
pembuluh darah, keadaan syok, trauma/cedera dan tindakkan pembedahan.
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi di seluruh bagian tubuh. Misalnya:
Mulut, kepala dan leher. Infeksi dapat terjadi pada saluran akar gigi, gusi, rahang, tonsil,
tenggorok, sinus-sinus dan telinga.
Paru. Bakteri anaerob menyebabkan pneumonia, abses paru, infeksi pada salaput pembungkus
paru (empiema) dan pelebaran bronkhus pada paru (bronkiektasis).
Rongga perut. Infeksi bakteri anaerob didalam perut membentuk abses, radang selaput rongga
perut (peritonitis) dan radang usus buntu (apendisitis).
Saluran kelamin wanita. Bakteri anaerob menyebabkan abses panggul, penyakit radang panggul,
peradangan dinding rahim (endometritis) serta infeksi panggul yang diikuti keguguran atau
persalinan prematur.
Kulit dan jaringan lunak. Bakteri anaerob sering menyebabkan ulkus pada penderita diabetes,
gangren, infeksi yang merusak lapisan kulit sebelah dalam dan jaringan serta luka infeksi akibat
gigitan.
Susunan saraf pusat. Bakteri anaerob menyebabkan pembentukkan abses pada otak dan
susunan saraf pada tulang belakang.
Aliran darah. Bakteri anaerob dapat ditemukan di dalam aliran darah penderita yang sakit
(keadaan ini disebut bakteremia).
·
BAB III
PEMBAHASAN
A. Xerostomia
Xerostomia adalah keadaan di mana mulut kering akibat pengurangan atau
tiadanya aliran saliva. Xerostomia bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala
dari pelbagai kondisi seperti perawatan yang diterima, efek samping dari radiasi di
kepala dan leher, atau efek samping dari pelbagai jenis obat.
- Etiologi
Faktor penyebab timbulnya xerostomia:
1. Gangguan pada kelenjar saliva: Ada beberapa penyakit lokal tertentu yang
mempengaruhi kelenjar saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva.
Sialodenitis kronis lebih sering mempengaruhi kelenjar submandibula dan parotis.
Penyakit ini menyebabkan degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus. Kistakista
dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan
penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelenjar saliva dan dengan demikian
mempengaruhi sekresi saliva. Sindroma Sjogren merupakan penyakit autoimun
jaringan ikat yang dapat mempengaruhi kelenjar airmata dan kelenjar saliva.
el-sel asini kelenjar saliva rusak karena infiltrasi limfosit sehingga sekresinya
berkurang.
2. Keadaan fisiologis: Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan fisiologis. Pada saat berolahraga, berbicara yang lama dapat
menyebabkan berkurangnya aliran saliva sehingga mulut terasa kering. Bernafas
melalui mulut juga akan memberikan pengaruh mulut kering. Gangguan
emosionil, seperti stress, putus asa dan rasa takut dapat menyebabkan mulut kering.
Hal ini disebabkan keadaan emosionil tersebut merangsang terjadinya pengaruh
simpatik dari sistem syaraf autonom dan menghalangi sistem parasimpatik yang
menyebabkan turunnya sekresi saliva.
3. Penggunaan obat-obatan: Banyak sekali obat yang mempengaruhi sekresi
saliva. Obat-obatan tersebut mempengaruhi aliran saliva secara langsung dengan
memblokade sistem syaraf dan menghambat sekresi saliva. Oleh karena sekresi air
dan elektrolit terutama diatur oleh sistem syaraf parasimpatis, obat-obatan dengan
pengaruh antikolinergik akan menghambat paling kuat pengeluaran saliva. Obatobatan
dengan pengaruh anti β-adrenergik (yang disebut β-bloker) terutama akan
menghambat sekresi ludah mukus. Obat-obatan juga dapat secara tidak langsung
mempengaruhi saliva dengan mengubah keseimbangan cairan dan elektrolit atau
dengan mempengaruhi aliran darah ke kelenjar.
4. Usia: Keluhan mulut kering sering ditemukan pada usia lanjut. Keadaan ini
disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan
umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah
komposisinya. Seiring dengan meningkatnya usia, dengan terjadinya proses aging,
terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim
hilang yang digantikan oleh jaringan lemak, lining sel duktus intermediate mengalami
atropi. Keadaan ini mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva. Selain itu,
penyakit- penyakit sistemik yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang
digunakan untuk perawatan penyakit sistemik dapat memberikan pengaruh mulut
kering pada usia lanjut.
5. Terapi kanker: Xerostomia paling sering berhubungan dengan terapi radiasi
kepala dan leher. Xerostomia akut karena radiasi dapat menyebabkan suatu
reaksi peradangan, bila xerostomia kronik terjadi sampai 1 tahun setelah mendapat
terapi radiasi, dapat menyebabkan fibrosis kelenjar saliva dan biasanya permanen.
Radiasi menyebabkan perubahan di dalam sel sekresi serous, mengakibatkan
pengurangan pengeluaran saliva dan peningkatan kepekatan saliva. Biasanya,
keluhan awal dari terapi radiasi adalah saliva pekat dan berlendir. Kadar
permanennya xerostomia bergantung pada banyaknya kelenjar saliva yang terpapar
radiasi dan dosis radiasi. Apabila jumlah dosis radiasi yang diterima melebihi
5,200 cGy, aliran saliva akan berkurang dan sedikit atau tidak ada saliva yang
dikeluarkan dari kelenjar saliva. Perubahan ini biasanya permanen. Beberapa obat
kemoterapi kanker juga dapat mengubah komposisi dan aliran saliva, mengakibatkan
xerostomia, tetapi perubahan ini biasanya sementara.
- Gejala dan Tanda
1. Gejala
a. Individu yang menderita xerostomia sering mengeluhkan masalah dalam makan, berbicara,
menelan, dan pemakaian gigitiruan. Makanan yang kering biasanya sulit dikunyah dan ditelan.
Pemakaian gigitiruan juga biasanya mengalami masalah dengan retensi gigitiruan, lesi akibat
gigitiruan, dan lidah juga lengket pada palatum.
2. Tanda
a. Pasien yang menderita xerostomia dapat mengeluhkan gangguan pengecapan (dysgeusia), rasa
sakit pada lidah (glossodynia) dan peningkatan kebutuhan untuk minum air, terutama pada
malam hari. Xerostomia dapat mengakibatkan peningkatan karies dental, erythema mukosa
oral, pembengkakan kelenjar parotid, angular cheilitis, mukositis, inflamasi atau ulser pada lidah
dan mukosa bukal, kandidiasis, sialadenitis, halitosis, ulserasi pada rongga mulut.
HUBUNGAN PENGGUNAAN GIGITIRUAN DENGAN XEROSTOMIA YANG DI DERITA PASIEN
Pasien yang menggunakan gigitiruan memiliki beberapa kemungkinan yang bisa menyebabkan ia
menderita xerostomia. Pasien yang menggunakan gigitiruan mungkin saja akan mengalami
hipersekresi atau hiposekresi saliva. Hal yang berkaitan dengan masalah xerostomia ialah
apabila sekresi saliva pada penderita kurang dari sekresi normal pada saliva, dan menyebabkan
terjadinya mulut kering. Mengapa sekresi saliva bisa berkurang? Hal ini bisa saja disebabkan
karena kontur dari gigitiruan yang kurang sempurna dan justru mengganggu titik-titik penghasil
saliva di dalam mulut.
HUBUNGAN XEROSTOMIA DENGAN KEHIDUPAN MIKROORGANISME DI DALAM MULUT
Ada beberapa mikroorganisme yang berkembang di dalam mulut manusia. Rongga mulut bayi
yang baru dilahirkan bebas dari mikroorganisme, namun hanya dalam waktu beberapa jam
sudah terjadi kolonisasi bakteri. Streptococcus salivarius sudah tumbuh pada hari pertama,
demikian juga dengan Veillonella alcascens, lactobasilli, dan Candida albicans. Actinomyces dan
kuman anaerob lainnya baru tampak setelah satu bulan kelahiran, sedangkan Streptococcus
sanguis dan Streptococcus mutans baru tumbuh mengikuti erupsi gigi geligi susu.
Pada scenario, penderita menggunakan gigi palsu. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
gigi palsu juga bisa menyebabkan berkurangnya sekresi saliva. Kita mengetahui bahwa fungsi
saliva ialah membantu mencerna dan memindahkan bolus makanan ke dalam tenggorokan,
membasahi mukosa rongga mulut, sebagai pembersih mekanis, mempunyai aktivitas anti
bakteri dan jamur, menjaga PH dalam rongga mulut, remineralisasi pada email gigi dan menjadi
media untuk merasakan makanan. Sehingga apabila sekresi saliva berkurang, maka fungsi-fungsi
dari saliva seperti yang sudah disebutkan di atas menjadi kurang maksimal. Hal ini bisa
menyebabkan berkumpulnya sisa makanan di dalam mulut, sehingga menjadi lahan subur bagi
bakteri untuk hidup. Terlebih lagi mengingat fungsi saliva yang bisa menjadi anti bakteri dan
jamur berkurang sejalan dengan berkurangnya sekresi saliva. Hal ini yang menyebabkan
penderita xerostomia rentan terhadap karies dan halitosis.
HUBUNGAN XEROSTOMIA DENGAN DENGAN SISTEM STOMATOGNATIK
Kita mengetahui bahwa sistem stomatognatik ialah sekumpulan beberapa organ yang
mempunyai fungsi berkaitan satu dengan yang lainnya, dan salah satu yang terlibat di dalamnya
ialah saliva. Saliva memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kelembaban mulut, oral
hygine, dll. Itulah yang menjadikan xerostomia memiliki peran yang sangat erat dengan sistem
stomatognatik.
CARA MENGATASI MULUT KERING
1. Sikat gigi tiga kali sehari. Gigi dan gusi yang sehat akan memproduksi air liur yang tepat, dan
membuat mulut tetap lembab dan segar.
2. Minum banyak air sepanjang air untuk membantu menjaga mulut lembab. Namun, hal itu akan
lebih baik membantu jika minum air dengan teguk kecil. Hal ini karena minum air dalam tegukan
besar hanya akan membuat orang buang air kecil lebih sering, dan semakin memperburuk mulut
kering.
3. Menghindari minuman berkafein, seperti teh, kopi dan soda.
4. Untuk mencegah kekeringan, terutama ketika sedang makan, seteguk air di antara waktu makan
akan membuat mengunyah makanan menjadi lebih mudah.
5. Memancing kelenjar ludah untuk lebih mengeluarkan air liur. Hal ini dapat dilakukan dengan
permen karet bebas gula atau permen. Namun, cobalah untuk tidak berlebihan karena
kelebihan gula dalam permen dapat menyebabkan gangguan dari karies gigi.
6. Jangan konsumsi rokok (tembakau) atau alkohol, karena ini cenderung untuk meningkatkan
kekeringan pada mulut.
7. Menghindari makanan yang memperburuk mulut kering, seperti makanan asin atau makanan
pedas yang dapat menyebabkan rasa sakit dan iritasi lidah dan rongga mulut.
8. Menggunakan pasta gigi fluoride untuk mencegah kemungkinan perkembangan karies gigi.
9. Jika mulut sakit, gunakan air garam yang hangat dan baking soda bilasan untuk meredam
kekeringan.
10. Penyembuhan sederhana untuk mulut kering adalah dengan mengunyah makanan berserat di
antara waktu makan, seperti wortel dan seledri. Ini membantu untuk meningkatkan sekresi air
liur dan juga tidak menyebabkan karies gigi.
11. Makanlah makanan yang lebih mudah untuk dikunyah dan ditelan.
12. Bernapas melalui hidung, bukan mulut.
13. Konsultasikan dengan dokter jika harus mengonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat
menyebabkan mulut kering.
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Xerostomia adalah keadaan di mana mulut kering akibat pengurangan atau
tiadanya aliran saliva. Xerostomia bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala
dari pelbagai kondisi seperti perawatan yang diterima, efek samping dari radiasi di
kepala dan leher, atau efek samping dari pelbagai jenis obat.
Kaitannya dengan microorganism, gigitiruan, dan sistem stomatognatik sangatlah jelas. Karena
xerostomia melibatkan fungsi yang sangat penting dari saliva, yang pada kasus xerostomia
sekresinya menjadi sangat kurang dikarenakan oleh beberapa syarat, salah satunya karena tidak
sesuainya kontur protesa pada gigitiruan. Kurangnya sekresi saliva menyebabkan kurangnya
fungsi self cleansing yang dapat menjaga kebersihan dari rongga mulut, sehingga mulut
berpotensi menjadi retensi makanan dan bisa menjadi tempat yang subur untuk tumbuhnya
mikroorganisme.
Cara mengatasi mulut kering:
Sikat gigi tiga kali sehari. Gigi dan gusi yang sehat akan memproduksi air liur yang tepat, dan
membuat mulut tetap lembab dan segar.
Minum banyak air sepanjang air untuk membantu menjaga mulut lembab. Namun, hal itu akan
lebih baik membantu jika minum air dengan teguk kecil. Hal ini karena minum air dalam tegukan
besar hanya akan membuat orang buang air kecil lebih sering, dan semakin memperburuk mulut
kering.
Menghindari minuman berkafein, seperti teh, kopi dan soda.
Untuk mencegah kekeringan, terutama ketika sedang makan, seteguk air di antara waktu makan
akan membuat mengunyah makanan menjadi lebih mudah.
Memancing kelenjar ludah untuk lebih mengeluarkan air liur. Hal ini dapat dilakukan dengan
permen karet bebas gula atau permen. Namun, cobalah untuk tidak berlebihan karena
kelebihan gula dalam permen dapat menyebabkan gangguan dari karies gigi.
Jangan konsumsi rokok (tembakau) atau alkohol, karena ini cenderung untuk meningkatkan
kekeringan pada mulut.
Menghindari makanan yang memperburuk mulut kering, seperti makanan asin atau makanan
pedas yang dapat menyebabkan rasa sakit dan iritasi lidah dan rongga mulut.
Menggunakan pasta gigi fluoride untuk mencegah kemungkinan perkembangan karies gigi.
Jika mulut sakit, gunakan air garam yang hangat dan baking soda bilasan untuk meredam
kekeringan.
Penyembuhan sederhana untuk mulut kering adalah dengan mengunyah makanan berserat di
antara waktu makan, seperti wortel dan seledri. Ini membantu untuk meningkatkan sekresi air
liur dan juga tidak menyebabkan karies gigi.
Makanlah makanan yang lebih mudah untuk dikunyah dan ditelan.
Bernapas melalui hidung, bukan mulut.
Konsultasikan dengan dokter jika harus mengonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat
menyebabkan mulut kering.
DAFTAR PUSTAKA:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22667/5/Chapter%20I.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16857/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21672/4/Chapter%20II.pdf
http://catatankuliah-heri.blogspot.com/2010/03/bakteri-aerob-dan-anaerob.html
organisme aerobik. Online.http//:wikipedia.com
Michael J. Pelczar, dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Ui-Press : Jkarta
Buku Ajar Mikrobilogi Kedokteran. Binarupa Aksara: Jakarta.1994
Isolasi dan Pembiakan Bakteri. http//:totobe.net
Jurnal PDGI Vol. 56, No. 3, Perbedaan Sekresi Saliva antara Mengunyah Makanan Asam dengan
Mengunyah Makanan Manis
Imunologi Oral, Kelainan di Dalam Rongga Mulut