xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah...

24
MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK Disusun Oleh: Naela Himayati Afifah 0906508333 Rombongan I (Rotasi kedua) Penguji: dr. Zulhasmar S, SpF, SH DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO 1

Transcript of xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah...

Page 1: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

MAKALAH UJIAN KASUS PATOLOGI FORENSIK

Disusun Oleh:

Naela Himayati Afifah

0906508333

Rombongan I (Rotasi kedua)

Penguji:

dr. Zulhasmar S, SpF, SH

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

JAKARTA 2012

1

Page 2: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

ILUSTRASI KASUS

No. Registrasi Forensik : 1118/SK-I/X/2012

No. Registrasi RSCM : 3665A

Pemeriksaan : Pemeriksaan Luar : 14 Oktober 2012 pukul 07.35 WIB

Pemeriksaan Dalam: 18 Oktober 2012 pukul 08.30 WIB

Identitas Jenazah

Nama : Mr. X

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : -

Usia : 60-70 tahun

Warganegara : Indonesia

Agama : -

Pekerjaan : -

Alamat : -

Riwayat Kasus

Pada hari Minggu, 14 Oktober 2012, mayat laki-laki tak dikenal dibawa ke bagian

forensic RSCM oleh Kepolisian Satlantas Jakarta Utara pukul 7.15 WIB. Jenazah tersebut

ditemukan pada hari yang sama pukul 04.55 WIB di Jalan Tol Soeyatmo Kilometer 30

Jakarta Utara. Dalam surat permintaan pemeriksaan bedah mayat disebutkan bahwa

mayat diduga sebagai pejalan kaki kendaraan bermotor yang mengalami kecelakaan lalu

lintas.

Pada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan

luka lecet pada kepala, wajah, dada, punggung, dan keempat anggota gerak. Selain itu,

ditemukan juga patah tulang pada kaki kanan dan kiri. Jenazah dibawa ke RSCM di

dalam kantong mayat.

Kepolisian Sat Lantas Wilayah Jakarta Utara membuat surat permintaan pemeriksaan

bedah mayat yang ditujukan kepada dokter ahli Forensik RSCM dengan nomor B/117/3-

2

Page 3: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

K/2012/LL-JU untuk melakukan pemeriksaan luar dan dalam terhadap korban dan

dibuatkan Visum et Repertum.

3

Page 4: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

PEMBAHASAN UMUM

A. Prosedur Medikolegal1,2

Berbagai peristiwa pelanggaran hukum kerap terjadi di masyarakat, termasuk

kasus yang menyangkut nyawa manusia. Kecelakaan lalu lintas, pembunuhan, perkosaan,

penganiayaan, dan korban meninggal, merupakan contoh-contoh peristiwa yang erat

kaitannya dengan tubuh manusia. Untuk itu, berfungsi dalam penyidikan dan

penyelesaian hukum sampai pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan ahli di bidang

terkait akan berbagai tindakan dalam peristiwa tersebut. Dalam hal ini, Ilmu Kedokteran

Forensik merupakan cabang spesialistik Ilmu Kedokteran yang membantu proses

peradilan. Berbekal ilmu kedokteran yang dimiliki, dokter diharapkan dapat membantu

lingkup pengadilan dan hukum ini.

Selain itu, ilmu kedokteran tidak hanya bermanfaat dalam proses penyembuhan

penyakit, namun juga membantu penyelesaian tindak pidana. Dokter dapat menemukan

kelainan yang terjadi di tubuh korban, bagaimana kelainan tersebut dapat timbul, apa

penyebabnya, dan apa akibat timbul kesehatan korban. Jika korban meninggal, dokter

diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian yang bersangkutan, mekanisme

terjadinya kematian, membantu dalam perkiraan saat kematian, dan perkiraan cara

kematian.

Karena pada kasus-kasus tersebut penyidik membutuhkan bantuan ahli, yaitu

dokter maupun ahli forensik untuk mengungkap kasus dan perkara menjadi lebih terang,

maka pada kondisi demikian, penyidik berwenang untuk meminta keterangan ahli, sesuai

pasal 133 KUHAP ayat (1): “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan

menangani seorang korban baik luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena

peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan

keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainya.”

Pasal tersebut menjelaskan bahwa keterangan yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran

kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan yang dibuat oleh selain ahli kedokteran

kehakiman disebut keterangan. Semua dokter yang mempunyai surat penugasan atau

surat izin dokter dapat membuat keterangan ahli.

Yang merupakan penyidik menurut KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983

pasal 2 ayat (1) adalah Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusu oleh

undang-undang dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua. Bila

penyidik merupakan pegawai negeri sipil, pangkat terendah adalah golongan II/b untuk

4

Page 5: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

penyidik. Menurut PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (2), jika di suatu Kepolisian Sektor

tidak ada pejabat penyidik seperti yang disebutkan, maka Kepala Kepolisian Sektor

berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua dapat dikategorikan sebagai penyidik

karena jabatannya.

Dokter berkewajiban untuk memberikan keterangan ahli bila diminta karena

penyidik berwewenang untuk meminta pada dokter, seperti tertuang pada pasal 179

KUHAP yang berbunyi “Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran

kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi

keadilan.”

Surat keterangan ahli yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang

berwenang ini disebut Visum et Repertum (VER). Pemeriksaan medik yang dilakukan

terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh

manusia, dilakukan berdasarkan keilmuan dokter di bawah sumpah, dan untuk

kepentingan peradilan. VER, sesuai dengan pasal 184 KUHAP ayat (1) yang

menyebutkan bahwa keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan

terdakwa, merupakan alat bukti yang sah. VER menguraikan segala sesuatu tentang hasil

pemeriksaan medik, juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil

pemeriksaan medic.

Sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati,

permintaan keterangan ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis. Permintaan

VER ini ditulis dalam Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV), yang tertera kop

surat, pihak yang meminta visum, pihak yang dituju, identitas korban, dugaan penyebab

kematian, permintaan apakah pemeriksaan luar dan atau bedah mayat, jabatan peminta

visum, dan tanda tangan yang bersangkutan.

VER harus dibuat secara tertulis, di atas sebuah kertas putih dengan kepala surat

institusi kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia tanpa memuat

singkatan, dan seminimal mungkin tidak menggakan istilah asing. Jika tulisan dalam

VER berakhir tidak pada tepi kanan format, maka diberi garis hingga ke tepi kanan.

Dapat diberikan gambar atau foto untuk memperjelas uraian tertlis dalam VER pada

lampiran. VER terdiri dari lima bagian yang tetap, yaitu Pro justitia, Pendahuluan,

Pemberitaan, Kesimpulan, dan Penutup. Seperti pada pasal 133 ayat (2) KUHAP yang

berbunyi, “Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan engan tegas utuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.”

5

Page 6: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

Pada pemeriksaan dan penulisan visum et repertum jenazah, jenazah harus diberi

label yang memuat identitas mayat, di-lak dengan diberi cap jabatan, yang diikatkan pada

ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Sesuai dalam pasal 133 KUHAP ayat (3) yang

berbunyi “Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada

rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh peghormatan terhadap mayat

tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan

yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.”

Surat permintaan VER harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang diminta, apakah

hanya pemeriksaan luar, atau bedah mayat. Jika pemeriksaan bedah mayat (autopsi) yang

diminta, maka penyidik wajib memberitahu kepada keluarga korban dan menerangkan

maksud dan tujuan pemeriksaan. Autopsi dilakukan dengan persetujuan keluarga atau

dalam dua hari tidak ada tanggapan apa pun dari keluarga korban. Jenazah yang diperiksa

dapat juga jenazah yang didapat dari penggalian kuburan, seperti tertuang dalam pasal

135 KUHAP yang berbunyi, “Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu

melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 133 ayat (2) dan Pasal 134 ayat (1) undang-undang ini.”

Hal ini sesuai dengan pasal 134 KUHAP ayat (1), (2), dan (3). Pasal 134 KUHAP

ayat (1) berbunyi “Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian

bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlabih

dahulu kepada keluarga korban.” Sementara, jika keluarga keberatan, pasal 134 KUHAP

menerangkan dalam ayat (2) yang berbunyi, “Dalam hal keluarga keberatan, wajib

menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya

pembedahan tersebut.” Jika dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apa pun, maka,

sesuai pasal 134 KUHAP ayat (3) yang berbunyi, “Apabila dalam waktu dua hari tidak

ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak

diketemukan, peyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.”

Setelah dilakukan seluruh pemeriksaan pada jenazah dan diberi surat keterangan,

jenazah boleh dibawa keluar, dan jika jenazah dibawa pulang paksa, maka tidak ada surat

keterangan kematian. Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar

jenazah, tanpa melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah.

Pemeriksaan dilakukan dengan teliti dan tematik, dicatat secararinci, mulai dari bungkus

dan tutup jenazah, pakaian, benda-benda di sekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum

identitas, tanda-tanda tanatologik, gigi-geligi, dan luka atau cedera atau kelainan yang

6

Page 7: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

ditemukan di seluruh bagian luar. Apabila peyidik hanya meminta pemeriksaan luar,

maka kesimpulan VER meyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan, dan jenis

kekerasa peyebabya. Pada pemeriksaan bedah jenazah menyeluruh dengan membuka

rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadang dilakuka pemeriksaan

penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologik, toksikologik, serologik,

dan lain-lain. Dari pemeriksaan ini dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis

luka atau kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan saat kematian seperti tersebut.

B. Tanda Kematian2

a). Tanda kematian tidak pasti

1. Pernapasan berhenti

Tanda ini dinilai selama lebih dari 10 menit dengan inspeksi, palpasi, dan

auskultasi.

2. Terhentinya sirkulasi

Tanda ini dinilai selama 15 menit, berupa nadi yang tidak teraba.

3. Kulit pucat

Dapat terjadi karena spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan, dan bukan

merupakan tanda yang dapat dipercaya.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi

Terdapat relaksasi primer sesaat setelah kematian yang mengakibatkan pendataran

daerah-daerah yang tertekan, seperti belikat dan bokong pada mayat terlentang. Relaksasi

otot wajah menyebabkan kulit menimbul, kadang membuat orang tampak lebih muda.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi

Beberapa menit setelah kematian, segmen-segmen pembuluh darah retina

bergerak ke arah tepi retina dan menetap.

6. Pengeringan kornea

Korena mongering dan keruh dalam waktu 10 menit, masih dapat dihilangkan

dengan meneteskan air.

b). Tanda pasti kematian

1. Lebam mayat (livor mortis)

Lebam mayat terjadi karena setelah kematian klinis, eritrosit menempati tempat

terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan venula, dan akhirnya membentuk

bercak warna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh. Darah tetap cair karena

adanya fibrinolisin. Lebam mayat mulai tampak 20-30 menit pasca mati, dan akan

7

Page 8: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

lengkap atau menetap pada 8-12 jam. Sebelum menetap, lebam mayat akan hilang pada

penekanan. Menetapnya lebam mayat disebabkan sel-sel darah yang tertimbun dalam

jumlah cukup banyak sehingga sulit berpindah, ditambah kekakuan otot dinding

pembuluh darah ikut mempersulit perpindahan tersebut.

Lebam mayat sering digunakan sebagai tanda pasti kematian, memperkirakan

sebab kematian, mengetahui perubahan posisi mayat setelah terjadi lebam mayat

menetap, dan memperkirakan saat kematian.

2. Kaku mayat (rigor mortis)

Kaku mayat disebabkan karena cadangan glikogen dalam otot habis, sehingga

energi tidak terbentuk, aktin dan miosin menggumpal. Glikogen yang ada tersebut

merupakan cadangan dalam otot untuk meghasilkan energi, yang mengubah ADP dan

ATP, dan kemudian ATP inilah yang menjaga serabut aktin dan myosin tetap letur.

Pemeriksaan terhadap kaku mayat dilakukan dengan memeriksa sendi. Kaku

mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh

kea rah dalam. Setelah mati klinis 12 jam, kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan

selama 12 jam, lalu menghilang. Kaku mayat dipercepat dengan aktivitas fisik sebelum

mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot kecil, dan suhu lingkungan

tinggi.

3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda

ke benda yang lebih dingin, dapat melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan

konveksi. Kecepatan penurunan suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan

kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh, dan pakaian. Suhu saat mati juga

diperlukan utuk penghitungan perkiraan saat kematian. Cara memperkirakan suhu tubuh

dapat dilakukan dengan melakukan 4-5 kali penentuan suhu rectal dengan interval waktu

sama (minimal 15 menit).

4. Pembusukan (decomposition, putrefaction)

Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan

kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam

keadaan steril, akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan sel pasca mati. Jika

seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh akan masuk ke jaringan.

Sebagian besar bakteri berasal dari usus yang terutama Clostridium.

Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati, warna kekuningan pada

perut kanan bawah, yaitu sekitar sekum. Warna kehijauan ini disebabkan terbentuknya

8

Page 9: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

sulf-met-hemoglobin. Warna ini akan meyebar ke perut dan dada, disertai bau busuk.

Pembuluh darah kulit akan tampak melebar dan berwarna hijau kehitaman. Ciri

pembusukan lain adalah kulit ari akan terkelupas, membentuk gelembung berisi cairan

kemerahan berbau busuk, mulai terbentukya gas di dalam tubuh dimulai dari lambung

dan usus yang teraba derik atau krepitasi dan membuat tubuh tampak membengkak

terutama pada skrotum dan payudara, tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugilistic

attitude) dengan kedua lengan dan tungkai dalam sikap fleksi. Selain itu, rambut menjadi

lebih mudah dicabut, kuku mudah terlepas, wajah menggembung warna ungu kehijauan,

kelopak mata membengkak, lidah membengkak dan sering terjulur. Hewan pengerat akan

merusak tubuh mayat beberapa jam setelah mati, khas berupa lubang-lubang dangkal

dengan tepi bergerigi.

Setelah 36-48 jam pasca mati, larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas

pembusukan nyata. Alat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan

berbeda, prostat dan uterus non gravid merupakan organ padat yang paling lama bertahan

terhadap pembusukan. Bila suhu keliling optimal, pembusukan akan timbul lebih cepat.

Perbandingan kecepatan pembusukan mayat yang berada dalam tanah: air: udara adalah

1: 2: 8.

5. Adiposera atau lilin mayat

Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak, atau

berminyak, berbau tengik, terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Adiposera

terdiri dari asam-asam lemak tak jenuh, terbentuk oleh hidrolisis lemak, mengalami

hidrogenisasi hingga terbentuk asam lemak pasca mati, bercampur dengan sisa otot,

jaringan ikat, jaringan saraf. Adiposera terapung di air, biasanya berbentuk bercak,

terlihat di pipi, payudara, atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Adiposera

membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-tahun.

6. Mummifikasi

Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup

cepat sehigga terjadi pegeringan jaringan, selanjutnya dapat menghentikan pembusukan.

Mummifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh

yang dehidrasi dan dalam waktu yang lama (12-14 minggu).

C. Traumatologi2,3

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa). Sementara luka adalah suatu

9

Page 10: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Kekerasan dapat

dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu mekanik (kekerasan oleh benda tajam, kekerasan

oleh benda tumpul, dan tembakan senjata api), fisika (suhu, listrik dan petir, perubahan

tekanan udara, akustik, dan radiasi), dan kimia (asam atau basa kuat).

Luka akibat kekerasan benda tumpul

Luka jenis ini disebabkan benda yang memiliki permukaan tumpul.

a. Memar

Memar adalah suatu perdarahan pada jaringan bawah kulit karena pecahnya

kapiler dan vena. Luka memar sering kali member petujuk tentang bentuk benda

penyebab lukanya, misal jejas ban (marginal haemorrhage). Faktor yang mempegaruhi

letak, bentuk, dan luas luka memar yaitu besarnya kekerasan, jenis benda penyebab,

kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan

pembuluh darah, dan penyakit. Perubahan warna pada luka memar dapat secara kasar

digunakan untuk memperkirakan usianya. Saat timbul, memar berwarna merah, kemudian

berubah menjadi ugu atau hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau kemudian

berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan menghilang dalam 14 sampai 15

hari. Dalam medikolegal, interpretasi luka memar merupakan hal penting.

b. Luka lecet

Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda

yang memiliki permukaan kasar atau runcing. Sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas,

tubuh terbentul aspar, atau benda tersebut yang bergerak dan menyentuh kulit. Luka lecet

diklasifikasikan sebagai berikut:

Luka lecet gores : luka lecet inni disebabkan oleh benda runcing yang

menggeser lapisa permukaan kulit di depannya, sehingga lapisan terangkat, dan

hal ini dapat menunjukkan arah kekerasan.

Luka lecet serut : luka lecet ini merupakan variasi luka lecet gores dengan

daerah persentuhan dengan permukaan kulit lebih lebar. Letak tumpukan epitel

menunjukkan arah kekerasan.

Luka lecet tekan : luka lecet ini disebabkan penjejakan benda tumpul pada

kulit, sehingga sering digunakan utuk megidentifikasi benda penyebab luka yang

10

Page 11: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

khas karena bentuk luka menyerupai, seperti gigitan, kisi-kisi radiator mobil, dan

lain sebagainya. Luka ini berwarna lebih gelap dari jaringan sekitar.

Luka lecet geser : luka lecet ini disebabkan tekanan linier pada kulit disertai

gerakan bergeser, seperti pada kasus gantung atau jerat.

c. Luka robek

Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang

menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan batas elastisitas kulit terlampaui. Ciri luka

ini umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan

antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau

luka memar di sisi luka.

d. Cedera Kepala

Tulang tengkorak yang tidak terlindung kulit hanya mampu menahan benturan

sampai 40 pound/inch2, tetapi bila terlindung kulit dapat menahan sampai 425.900

pound/inch2. Cedera kepala juga dapat mengakibatkan perdarahan tengkorak, perdarahan

epidural, subdural, dan subarachnoid, juga kerusakan selaput otak dan jaringan otak.

e. Cedera Leher (Whiplash Injury)

Cedera leher dapat terjadi pada penumpang kendaraan yang ditabrak dari

belakang, yang mengalami percepatan mendadak sehingga terjadi hiperekstensi kepala

yang disusul hiperfleksi. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang belakang

dan medula oblongata.

f. Trauma Pada Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan lalu lintas didefinisikan sebagai serangkaian peristiwa dari kejadian

yang tidak diduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan benda, luka, atau

kematian. Dapat juga diartikan sebagai peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak

disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang

mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda.

Kasus kematian akibat kekerasan benda tumpul terbanyak ditemukan pada

kecelakaan lalu lintas. Pada kecelakaan lalu lintas, tersangkut beberapa pihak, yaitu

pejalan kaki, pengemudi kendaraan, penumpang, dan sebagainya. Pada pejalan kaki, luka-

11

Page 12: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

luka dapat terjadi akibat benturan pertama (benturan yang pertama terjadi antara korban

dengan kendaraan), benturan kedua (benturan kedua antara korban dan kendaraan), dan

luka sekunder (akibat benturan dengan objek lain, misalnya jalan, kaki-lima). Cedera

pertama berupa patah tulang lutut atau kaki karena bumper, kemudian pejalan kaki

tersebut akan terlempar ke atas dan kepala mengenai bagian luar bingkai kaca dan dapat

terjadi cedera kepala dan patah tulang leher. Jika mengenai truk, bus, atau mini bus,

cedera dapat mengenai seluruh badan dari kepala sampai kaki, termasuk organ-organ

dalam tubuh (paru, toraks, hati, limpa, pancreas, usus, dan ginjal). Setelah tertabrak

kendaraan, korban akan terlempar dan cedera lagi karena tubuh membentur jalan, trotoar,

pohon, tiang listrik, atau terlindas mobil, bahkan terkena kendaraan lain.

Pada pejalan kaki, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya

kecelakaan, di antaranya faktor dari korban sendiri (posisi, keadaan fisik), faktor dari

kendaraan (jenis, kecepatan, jarak), dan faktor keadaan jalan (permukaan jalan).

Luka-luka pada pengendara sepeda hampir sama dengan pejalan kaki, tetapi luka-

luka sekundernya lebih parah. Pada golongan usia tua, dipikirkan kemungkinan penyakit

yang mengakibatkan kehilangan kontrol (inkapasitas).

Pada penumpang kendaraan roda tiga atau lebih, penting untuk menentukan posisi

korban dalam kendaraan saat kecelakaan. Pada pengemudi, luka karena pergelangan

tangan karena menahan kemudi sering ditemukan, juga luka pada femur dan pelvis karena

menginjak pedal dengan kuat. Sedangkan, pengendara sepeda motor bila ditabrak

pengendara lain, maka akan dijumpai luka benturan pertama, benturan kedua, dan luka

sekunder lebih parah.

12

Page 13: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

PEMBAHASAN KHUSUS

A. Prosedur Medikolegal

Pada kasus ini, surat permintaan visum disampaikan dalam bentuk tertulis yang

sesuai dengan KUHAP pasal 133 ayat (2).

Surat ini terdiri atas:

1. Institusi pengirim : Kepolisian Sat Lantas Wilayah Jakarta Utara

2. Tujuan surat : Bagian Ilmu Kedokteran Kehakiman FKUI/

Lembaga Kriminologi UI RSCM

3. Identitas : Hanya tercantum nama korban dan umur (kisaran).

Mayat tidak diberi label.

4. Dugaan penyebab kematian : Kecelakaan lalu lintas (SK-I)

5. Permintaan penyidik : Pemeriksaan bedah mayat

6. Jabatan pengirim : Atas Nama Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya

Kasat Lantas Wilayah Jakut yang diwakili oleh

Kepala Unit (Kanit) Laka (Kecelakaan Korban

Luka) dengan pangkat AKP (Ajun Komisaris

Polisi), Daud Iskandar.

Berdasarkan ketentuan dalam KUHAP pasal 133 ayat (3) yang mengatakan bahwa

jenazah harus diberi label yang memuat identitas mayat, maka pada mayat laki-laki (Mr.

X) yang berusia kisaran lima puluh tahun ini, hal tersebut tidak terpenuhi. Jenazah datang

tidak dengan label berisi identitas yang terpasang pada ibu jari, namun hanya dengan

surat permintaan visum et repertum. Sementara pada ketentuan Surat Permintaan Visum

yang dibuat oleh polisi, pangkat penyidik adalah Ajun Komisaris Polisi dengan pangkat

III yang setara dengan Kapten TNI. Hal ini sesuai dengan KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP

27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) yang menyataka bahwa pangkat penyidik minimal adalah

Pembantu Letnan Dua. Ajun Komisaris Polisi (AKP) dalam kepolisian menduduki

peringkat lebih tinggi dibandingkan Pembantu Letnan Dua.

Selain itu, pada mayat ini diperlukan pemeriksaan bedah jenazah sesuai

permintaan penyidik. Jika dalam 2 x 24 jam tidak ada keluarga yang memberi tanggapan,

maka dokter dapat langsung melakukan pemeriksaan bedah jenazah. Hal ini sesuai

dengan KUHAP pasal 134 ayat (3). Pada kasus ini, mayat yang datang pada taggal 14

Oktober 2012, dilakukan pemeriksaan bedah mayat empat hari kemudian, yaitu pada

13

Page 14: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

tanggal 18 Oktober 2012. Hal ini dapat dikarenakan tidak ada keluarga yang menanggapi,

atau keluarga korban tidak ditemukan, bahkan sampai lebih dari 2 x 24 jam.

B. Tanda Pasti Kematian

Pada pemeriksaan mayat, ditemukan kaku mayat pada jari-jari tangan, mudah

dilawan. Hal ini menunjukkan bahwa kaku mayat yang terjadi belum komplit, dan kaku

mayat. Kaku mayat terbentuk 2 jam pasca kematian, dan menjadi komplit pada 12 jam

berikutnya. Selain itu, pada mayat juga terdapat lebam mayat yang terdapat pada leher

bagian belakang dengan warna merah keunguan samar. Lebam mayat ini masih hilang

pada penekanan. Lebam mayat akan muncul pada 20 hingga 30 menit setelah kematian

klinis, dan akan menetap setelah 8 hingga 12 jam setelah kematian. Masih hilangnya

lebam mayat pada penekanan di mayat ini menunjukkan bahwa mayat meninggal kurang

dari 8 hingga 12 jam. Jadi, berdasarkan tanda kematian ini, diperkirakan bahwa mayat

telah meninggal pada 2 hingga 8 jam.

C. Traumatologi Forensik

Ditemukan luka lecet, memar, dan luka terbuka pada kepala, wajah, dahi, pipi,

dada, perut, punggung, dan kedua ekstremitas. Luka lecet dan memar disebabkan oleh

kekerasan tumpul, begitu juga dengan luka terbuka yang memiliki karakteristik tepi tidak

rata, dasar luka tidak beraturan, masih terdapat jembatan jaringan di antara kedua tepi

luka, dan dikelilingi lecet dan memar, yang merupakan karakteristik kekerasan tumpul.

Selain luka lecet, memar, dan luka terbuka, pada korban ditemukan pula patah

tulang pada daerah tulang kepala, leher, dada, iga-iga, panggul, tulang tibia, dan tulang

firbula di kedua kaki. Patah tulang iga-iga dan dada pada korban menyebabkan rupturnya

hati dan paru. Patah tulang tibia dan fibula merupakan keadaan yang khas pada trauma

akibat benturan bumper mobil setinggi fraktur. Sedangkan patah tulang tengkorak pada

korban dapat menyebabkan rusaknya jaringan otak, termasuk batang otak.

Pada kecelakaan lalu lintas, harus ditentukan manakah benturan yang menjadi

penyebab utama kematian, apakah benturan pertama, kedua, atau luka sekunder. Perlu

dipastikan juga, apakah luka-luka pada korban terjadi secara intravital atau post-mortem,

karena hal ini terkait dengan sebab dan mekanisme kematian korban.

D. Sebab dan Mekanisme Kematian

14

Page 15: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

Pada korban terdapat beberapa kemungkinan kematian. Fraktur atau trauma pada

kepala (trauma kapitis) dan leher akibat kekerasan tumpul dapat menyebabkan rusaknya

jaringan otak dan putusnya batang otak. Trauma ini paling bersifat vital. Terdapat pula

resapan darah di rongga otak, trauma ini kemungkinan terjadi secara intravital, namun

tetap harus dipastikan secara histopatologi jaringan otak. Fraktur pada basis kranii juga

dapat menyebabkan keluarnya darah dari telinga yang disebabkan trauma pada kepala dan

leher akibat kekerasan tumpul.

Patah tulang iga dan dada serta luka-luka pada dada dan perut juga dapat

menyebabkan kematian karena dapat merusak organ dalam, seperti paru dan hati. Pada

pemeriksaan bedah mayat, ditemukan cairan merah kehitaman yang kemungkinan besar

adalah darah, dengan jumlah 10 mL masing-masing di rongga dada kanan dan kiri. Pada

kematian yang disebabkan kekerasan tumpul pada dada, seharusnya darah ditemukan

lebih banyak karena ruptur organ dapat menyebabkan kehilangan darah masif. Resapan

pada penggantung perut tidak begitu besar, sehingga sebab kematian akibat kekerasan

tumpul pada abdomen dapat disingkirkan. Namun, untuk dapat memastikan penyebab

kematian secara pasti, diperlukan pemeriksaan histopatologi dari organ-organ korban.

E. Kesimpulan

Pada mayat laki-laki yang diperkirakan berusia antara 60-70 tahun dengan

berbagai golongan darah AB, ditemukan luka lecet, memar, dan luka terbuka pada kepala,

wajah, dada, punggung, dan keempat anggota gerak. Selain itu, ditemukan juga patah

pada keempat anggota gerak, patah tulang kepala, wajah, tulang leher, dada, iga-iga,

panggul, tulang kemaluan, dan kedua anggota gerak, yang menyebabkan hancurnya

sebagian otak, putusnya batang otak, robeknya paru dan hati, yang disebabkan oleh

kekerasan tumpul. Sebab mati adalah kekerasan tumpul pada kepala dan leher yang

menyebabkan patah tulang kepala sehingga terjadi putus batang otak. Perkiraan saat

kematian adalah 2-8 jam sebelum pemeriksaan luar, yaitu tanggal 13 Oktober 2012 pukul

23.35 WIB hingga tanggal 14 Oktober 2012 pukul 05.35 WIB.

15

Page 16: xa.yimg.comxa.yimg.com/.../383284506/name/MAKALAH+PATFOR+NAELA.docx · Web viewPada jenazah ditemukan bercak darah dan jaringan otak pada pakaian, luka terbuka dan luka lecet pada

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran

Forensik FKUI; 1997. P 1-42.

2. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Peraturan Perundang-undangan Bidang

Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik FKUI; 1994.

3. Anonim. Bab II: Tinjauan Pustaka Traumatologi [PDF]. Diunduh di

www.library.upnvj.ac.id (1 November 2012, pukul 05.00 WIB).

16