wrapup skenario 2 (B9)
-
Upload
nurul-hikmah -
Category
Documents
-
view
116 -
download
5
description
Transcript of wrapup skenario 2 (B9)
SASARAN BELAJAR (LI & LO)
LI 1. Memahami susunan sirkulasi kapiler
LO 1.1 Memahami Pengertian Kapiler Darah
1.2 Memahami fungsi Kapiler darah dan Susunan kapiler darah
1.3 Memahami tekanan osmotic dan tekanan hidrostastik dalam kapiler darah
LI 2. Memahami aspek biokimia dan fisiologis kelebihan cairan tubuh
LO 2.1 Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kelebihan cairan tubuh
2.2 Memahami organ yang bekerja pada kelebihan cairan tubuh
2.3 Memahami patofisiologi kelebihan cairan tubuh
LI 3. Memahami gangguan kelebihan cairan tubuh
LO 3.1 Memahami pengertian edema
3.2 Memahami klasifikasi edema
3.3 Memahami Etiologi Edema
3.4 Memahami Gambaran klinis Edema
3.5 Memahami Pemeriksaan Penunjang
3.6 Memahami Diagnosis Edema
3.7 Memahami Penatalaksanaan
1
PENJELASAN LI & LO
LI 1. Memahami susunan sirkulasi kapiler
LO 1.1 Memahami pengertian kapiler darah
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang berasal dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dibawah mikroskop. Kapiler
membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu
dengan yang lain menjadi pembuluh darah yang lebih besar dan disebut vena.
Kapiler adalah pembuluh yang ideal untuk tempat pertukaran bahan-bahan antara
darah dan jaringan memiliki percabangan yang luas sehingga terjangkau oleh
semua sel.
1.2 Memahami fungsi kapiler darah
1. Alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena
2. Tempat terjadinya pertukaran zat-zat antara darah dan cairan jaringan.
Oksigen dan zat-zat makanan dimasukkan ke dalam sel melalui pembuluh
kapiler. Zat-zat ini digunakan sel untuk memperoleh energi dengan cara
pembakaran.
3. Mengambil hasil-hasil dari kelenjar
4. Menyerap hasil makanan yang terdapat di usus
5. Menyaring darah yang terdapat di ginjal
1.2 Memahami struktur, susunan dan komponen kapiler darah
Struktur dinding kapiler tersusun atas satu lapisan uniseluler sel – sel
endotelial, dan disebelah luarnya dikelilingi oleh membran dasar. Total ketebalan
dinding itu kira – kira 0,5 µm. Diameter kapiler besarnya 4 - 9 µm, yaitu ukuran
yang cukup besar untuk dapat dilewati oleh sel darah merah dan sel darah lainnya.
Luas total semua dinding kapiler didalam tubuh melebihi 6300 m2. Pada dinding
kapiler terdapat 2 buah penghubung kecil yang menghubungkan bagian dalam
dengan bagian luar kapiler. Salah satu dari penghubung ini adalah celah
interseluler yang merupakan celah tipis yang terletak diantara sel – sel endotel
yang saling berdekatan. Dalam otot rangka, otot jantung dan otot polos, hubungan
2
antara sel endotel memungkinkan lewatnya molekul sampai diameter 10 nm.
Sitoplasma sel endotel yang menipis disebut fenestrasi. Fenestrasi memungkinkan
lewatnya molekul yang relatif lebih besar dan membuat kapiler seperti berpori.
Pada sel endothelial terdapat juga banyak gelembung plasmalemal.
Gelembung ini terbentuk pada salah satu permukaan sel dengan menghambat
paket-paket plasma kecil atau cairan ekstraseluler. Mereka kemudian dapat
bergerak secara lambat melalui sel endotelial.
Pori-pori kapiler pada beberapa organ mempunyai sifat-sifat khusus sesuai dengan
kebutuhan organ.
1. didalam otak, sel endotel kapiler diotak hubungannya sangat rapat sehingga
hanya molekul yang sangat kecil yang dapat lewat masuk ke dalam jaringan
otak.
2. didalam hati, celah antara sel endotel kapiler begitu lebar terbuka, sehingga
hampir semua zat yang larut dalam plasma, dapat lewat dari darah masuk ke
dalam jaringan hati.
3. di dalam berkas glomerulus ginjal, ada beberapa jendela kecil berbentuk oval
yang disebut fenestra yang langsung menembus melalui bagian tengah sel
endotel, sehingga banyak sekali zat yang dapat difiltrasi melewati glomerulus
tanpa harus melewati celah diantara sel endotelial.
Kapiler dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu :
a. Kapiler sempurna
Banyak dijumpai pada jaringan termasuk otot paru, susunan saraf pusat, dan
kulit. Sitoplasmasel endotel menebal ditempat yang berinti dan menipis di
bagian lainnya.
b. Kapiler bertingkap
Pembuluh kapiler bertingkap dijumpai pada mukosa usus, glomerulus, ginjal,
dan pancreas. Sitoplasma tipis dan ditempat berpori – pori.
c. Kapiler sinusoidal
Mempunyai garis tengah, lumen lebih besar dari normal.
3
Susunan kapiler
Arteri arteriol Pembuluh metaarteriol (arteri terminalis) Kapiler
Venula Sirkulasi sitemik.
Keterangan : Di kapiler terjadi pertukaran makanan dan hasil – hasil yang
dikeluarkan oleh sel antara jaringan dan darah sirkulasi struktur rangkaian kapiler.
Darah memasuki kapiler melalui arteriol dan meninggalkan kapiler melalui
venula. Darah yang berasal dari arteriol akan melewati serangkaian pembuluh
metaarteriol yang disebut arteriol terminalis. Sesudah mengalir melalui kapiler,
darah memasuki venula dan kembali ke sirkulasi sitemik. Sirkulasi sistemik
menyuplai darah ke seluruh jaringan tubuh kecuali paru – paru dengan aliran
darah. Alirannya dibagi menjadi dua yaitu pembuluh darah dan pembuluh limfe
Bagian fungsional dari sirkulasi :
Arteri, berfungsi untuk mentransport darah dibawah tekanan tinggi kejaringan,
maka dinding arteri kuat dan darah mengalir kuat di arteri
Kapiler, berfungsi untuk pertukaran cairan, zat makanan, elektrolit, hormon,
dan bahan lainnya antara darah dan cairan intertisial, dinding kapiler sangat
tipis untuk zat bemolekul kecil
Vena, berfungsi untuk saluran drah dari jaringan kembali ke jantung. Dinding
vena sangat tipis tapi dindingnya memiliki otot sehingga dapat meluas dan
menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.
http://panel.bogor.net
Mekanisme pertukaran zat dalam kapiler
4
Kapiler memiliki percabangan yang luas sehingga terjangkau oleh semua sel.
Karena percabangan kapiler yang luas juga menyebabkan lambatnya aliran darah
melalui kapiler. Pertukaran zat antara darah dan jaringan melalui dinding kapiler
ada terdiri dari dua tahap yaitu, difusi pasif mengikuti penurunan gradient
konsentrasi dan bulk flow.
1. Difusi pasif mengikuti penurunan gradien konsentrasi
Zat-zat terlarut berpindah terutama melalui proses difusi menuruni gradien
konsentrasi. Gradien konsentrasi merupakan perbedaan konsentrasi antara dua zat
yang berdampingan.
Difusi setiap zat terlarut terus berlangsung secara independent sampai
tidak ada lagi perbedaan konsentrasi antara darah dan sel-sel sekitarnya. Semua
sel menggunakan O2 dan glukosa, sementara darah terus menerus menyalurkan
pasokan segar kedua zat vital tersebut, sehingga gradien konsentrasi yang
mendorong difusi netto zat-zat tersebut dari darah ke sel dapat dipertahankan.
Kapiler meminimalkan jarak difusi dan memaksimalkan luas permukaan.
2. Bulk flow
Bulk flow merupakan suatu volume cairan bebas protein yang tersaring ke luar
kapiler, bercampur dengan cairan interstisiun disekitarnya dan kemudian
direabsorpsi. Bulk flow sangat penting untuk mengatur distribusi CES antara
plasma dan cairan interstisium. Proses ini disebut bulk flow karena berbagai
konsituen cairan berpindah bersama-sama sebagai satu kesatuan.
(Price, A Sylvia, Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit)
5
1.3 Memahami hubungan tekanan osmotic dan tekanan hidrostastik dalam kapiler darah
Tekanan koloid osmotik
Tekanan osmotik koloid (tekanan onkotik) adalah tekanan osmotik yang
dihasilkan oleh molekul koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang
bersifat menarik air ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Perpindahan
cairan dari ruang intravaskular ke interstisium atau sebaliknya sangat dipengaruhi
oleh kadar albumin dalam plasma. Pada keadaan normal, albumin tidak dapat
keluar dari pembuluh darah. Albumin adalah protein utama di dalam plasma (80%
protein plasma), memberikan 85% tekanan onkotik plasma. Protein plasma
menghasilkan tekanan onkotik sekitar 25 mmHg. Efek osmotik packed red blood
cells adalah nol karena sel darah berada dalam suspensi bukan di dalam solution,
sehingga tidak bereaksi dengan air.
Tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik adalah tekanan di dalam pembuluh darah yang sangat
ditentukan oleh tekanan darah. Tekanan ini semakin menurun ke arah perifer.
Hubungan antara tekanan osmotik dan tekanan hidrostatik dalam kapiler.
Pergerakan cairan antara kapiler dan jaringan tubuh terutama ditentukan oleh
tekanan hidrostatik dan osmotik koloid (tekanan onkotik) yang terutama berasal
dari protein darah. Tekanan onkotik relatif stabil, berkisar 25 mmHg. Filtrasi
cairan di awal kapiler disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang melebihi tekanan
onkotik. Pada kapiler bagian proksimal (dekat arteriol) tekanan hidrostatik 40
mmHg. Air didorong dari plasma ke dalam cairan interstisium dengan tekanan 15
mmHg, sehingga terjadi filtrasi cairan secara terus-menerus dari kapiler ke
interstisium.
Pada bagian distal kapiler tekanan hidrostatik turun menjadi 10 mmHg. Sebagian
besar air dari cairan interstisium ditarik kembali ke dalam plasma dengan tekanan
15 mmHg. Sebagian besar cairan yang difiltrasi di kapiler bagian proksimal
kembali ke darah di kapiler bagian distal karena tarikan tekanan onkotik. Cairan
yang tertinggal, disalurkan melalui saluran limfe. Sisa air yang ditampung melalui
sistem limfatik dibawa kembali ke sistem vena.
6
LI 2. Memahami aspek biokimia dan fisiologis kelebihan cairan tubuh
LO 2.1 Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kelebihan cairan tubuh
Ketidakseimbangan antara intra dan ekstrasel atau antara interstisium dan
intravaskuler, sangat dipengaruhi oleh osmolalitas atau oleh tekanan osmotik.
Osmolalitas adalah perbandingan antara jumlah solut dan air. Solut – solut yang
mempengaruhi osmolalitas dalam tubuh adalah natrium, kalium, glukosa dan urea.
Makin tinggi osmolalitas maka makin tinggi tekanan osmotik. Urea
mempengaruhi osmolalitas akan tetapi tidak berpengaruh terhadap tekanan
osmotik oleh karena urea memiliki kemampuan untuk menembus membran sel
(lipid-soluable) berpindah bebas dari intrasel ke ekstrasel atau sebaliknya,
sehingga urea disebut sebagai osmol yang tidak efektif (ineffective-osmole).
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
7
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.
Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.
8
Faktor-faktor fisiologis dalam tubuh juga mempengaruhi kelebihan cairan tubuh,
faktor ini ditentukan dengan hukum starling.
Hukum Starling: kecepatan dan arah perpindahan air dan zat terlarut antara
kapiler dan jaringan dipengaruhi oleh perbedaan tekanan hidrostatik dan osmotik
masing-masing kompartemen.
a) Tekanan hidrostatik kapiler (HPc)
Tekanan cairan atau hidrostatik darah yang bekerja pada bagian dalam dinding
kapiler. Tekanan ini cenderung mendorong cairan dari kapiler untuk masuk ke
dalam cairan interstitium. Secara rata-rata, tekanan hidrostatatik di ujung arteriol
kapiler jaringan adalah 37 mmHg dan semakin menurun menjadi 17 mmHg di
ujung venula.
b) Tekanan osmotik kapiler (OPc)
Tekanan osmotik disebut juga tekanan onkotik, yaitu suatu gaya yang disebabkan
oleh dispersi koloid protein-protein plasma. Tekanan ini mendorong gerakan
cairan ke dalam kapiler. Plasma memiliki konsentrasi protein yang lebih besar
dan konsentrasi air yang lebih kecil dari pada di cairan interstitium. Perbedaan
ini menimbulkan efek osmotik yang cenderung mendorong air dari daerah dengan
konsentrasi air tinggi di cairan interstitium ke daerah dengan konsentrasi air lebih
rendah ( atau konsentrasi protein lebih tinggi) di plasma. Tekanan osmotik koliod
plasma rata-rata adalah 25 mmHg.
c) Tekanan hidrostatik cairan interstitium (HPi)
Tekanan yang bekerja di bagian luar dinding kapiler oleh cairan interstitium.
Tekanan ini cenderung mendorong cairan masuk ke dalam kapiler. Tekanan
hidrostatik cairan interstitium dianggap 1 mmHg.
d) Tekanan osmotik cairan interstitium (OPi)
Sebagian kecil protein plasma yang bocor ke luar dinding kapiler dan masuk ke
ruang interstitium dalam keadaan normal akan dikembalikan ke dalam darah
melalui sistem limfe. Namun apabila protein plasma secara patologis bocor ke
dalam cairan interstitim, misalnya dalam keadaan histamin akan memperlebar
celah antarsel selama cedera jaringan, protein-protein yang bocor menimbulkan
9
efek osmotik yang cenderung mendorong perpindahan cairan ke luar dari kapiler
dan masuk ke dalam cairan interstitium.
Dengan demikian, dua tekanan yang cenderung mendorong cairan ke luar kapiler
adalah tekanan hidrostatik kapiler dan tekanan osmotik cairan interstitium. Dua
tekanan yang cenderung mendorong cairan masuk ke dalam kapiler adalah
tekanan osmotik kapiler dan tekanan hidrostatik cairan interstitium. Pertukaran
neto di setiap tertentu dinding kapiler dapat dihitung dengan menggunsksn
persamaan berikut:
Tekanan pertukaran neto = (HPc+OPi) - (OPc+HPi)
(tekanan ke luar) (tekanan ke dalam)
Tekanan pertukaran neto positif apabila tekanan ke arah luar melebihi tekanan ke
dalam, merupakan tekanan ultrafiltrasi. Tekanan pertukaran neto yang negatif
apabila tekanan yang ke dalam melebihi tekanan ke arah luar, merupakan tekanan
reabsorpsi.
2.2 Memahami organ yang bekerja pada kelebihan cairan tubuh
• Ginjal
Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan:
- Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan eksresi selektif
cairan tubuh.
- Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang
dibutuhkan .
- Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen.
- Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.
Oleh karena itu gagal ginjal jelas mempengaruhi keseimbangan cairan, karena
ginjal tidak dapat berfungsi.
• Jantung dan pembuluh darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang
sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu
perfusi ginjal dan karena itu mengganggu pengaturan air dan elektrolit
• Paru-paru
10
Melalui ekhalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak +300L setiap hari pada
orang dewasa. Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau batuk yang
terus-menerus akan memperbanyak kehilangan air; ventilasi mekanik dengan air
yang berlebihan menurunkan kehilangan air ini.
• Kelenjar pituitary
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yaitu ADH yang disebut juga hormon
penyimpan air, karena fungsinya mempertahankan tekanan osmotik sel dengan
mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume
darah.
• Kelenjar adrenal
Aldosteron yang dihasilkan/disekresi oleh korteks adrenal (zona glomerolus).
Peningkatan aldosteron ini mengakibatkan retensi natrium sehingga air juga
ditahan, kehilangan kalor. Sedangkan apabila aldosteron kurang maka air akan
banyak keluar karena natrium hilang. Kortisol juga menyebabkan retensi natrium.
• Kelenjar paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid (PTH).
Sehingga dengan PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium dari usus dan
reabsorbsi kalsium dari ginjal.
2.3 Memahami patofisiologi kelebihan cairan tubuh
Pada keadaan edema terjadi penimbunan berlebihan pada cairan di
interstitium akibat salah satu gaya fisik yang bekerja pada dinding kapiler menjadi
abnormal karena suatu sebab. Maka dari itu tekanan yang masuk lebih besar dari
pada tekanan yang keluar.
Edema = HPc + OPi > HPi + Opc
Permeabilitas kapiler yang bertambah
11
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui
oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat
melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada
limfe.Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel
endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang
bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah
protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun
dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini
mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan
menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada
kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya
daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar
vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan
kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus yang
menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat
kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein
darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini
biasanya mengakibatkan edema umum.
Peningkatan Tekanan Hidrostatik
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam
vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke
dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan
ikat longgar dan rongga badan (terjadi edema).
Penurunan Tekanan Osmotik Plasma
12
Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga
tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada
keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika
permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan
dapat menyebabkan edema.Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari
tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai
jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata, tekanan
sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.
Sumbatan Saluran Limfe
Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan),
maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang
masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering
terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada
payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain
itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga
menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki
gajah/elephantiasis).
Retensi Natrium dan Air
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada
yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi
hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan
ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi
edema
13
LI 3. Memahami gangguan kelebihan cairan tubuh
LO 3.1 Memahami pengertian edema
Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan di antara sel-sel tubuh atau di
dalam berbagai rongga tubuh. Keadaan ini sering dijumpai pada praktek klinik
sehari-hari yang terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan faktor-faktor yang
mengontrol perpindahan cairan tubuh, antara lain gangguan hemodinamik system
kapiler yang menyebabkan retensi natrium dan air, penyakit ginjal serta
perpindahannya air dari intravascular ke intestinum.Pembengkakan jaringan
akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema.
(Ilmu Penyakit Dalam (IPD), Jilid 2 Ed. V)
3.2 Memahami klasifikasi edema
Edema diklasifikkasikan menjadi :
1. Edema lokalisata ( edema lokal)
Terbatas pada organ atau pembuluh sarah tertentu
a. Ekstremitas (unilateral), obstruksi pada vena atau pembuluh limfe,
misalnya:
Trombosis vena dalam
Obstruksi oleh tumor
Limfedema primer
Edema statis pada ekstrimitas tumpuh
b. Ekstremitas (bilateral), biasanya pada ekstremitas bawah;
Obstruksi vena cava inferior
Tekanan akibat asites massif/masa intra abdomen
Muka (facial edema) : obstruksi pada vena cava superior dan reaksi alergi
Asites (cairan rongga peritoneal)
Hidrotoraks (cairan dirongga pleura)
2. Edema Generalisata (edema umum)
14
Pembengkakan terjadi pada seluruh tubuh/sebagian besar tubuh penderita
Pada ekstremitas bawah, terutama setelah berdiri lama dan disertai dengan
edema pada paru hingga kelainan jantung
Pada mata terutama setelah bangun tidur mengakibatkan kelainan ginjal dan
gangguam ekskresi natrium
Asites, edema pada ekstremitas dan skrotum menyebabkan sitosis ataugagal
jantung
Selain itu, edema juga dapat dibedakan menjadi :
a. Edema Intaseluler
Edema yang biasa terjadi akibat depresi sistem metabolik jaringan dan tidak
adanya nutrisi sel yang adekuat.
b. Edema Ekstraseluler
Edema yang biasanya disebabkan oleh kebocoran abnormal cairan dari plasma ke
ruang interstitial dengan melintasi kapiler dan kegagalan limfatik untuk
mengembalikan cairan dari interestitium ke dalam darah.
Klasifikasi berdasarkan penyebab edema
a) Pembentukan edema pada gagal jantung kongestif
Gagal jantung kongestif ditandai kegagalan pompa jantung, saat
jantung gagal memompa darah, darah akan terbendung pada sistem vena dan
saat yang bersamaan volume darah pada arteri mulai berkurang. Pengurangan
pengisian arteri ini (VDAE) akan memicu aktivasi sistem saraf simpatis yang
mengakibatkan vasokonstriksi sebagai usaha untuk mempertahankan curah
jantung yang memadai. Akibatnya suplai darah akan diutamakan ke pembuluh
darah otak, jantung dan paru. Sehingga VDAE akan berkurang dan ginjal akan
menahan Na dan air. Kondisi gagal jantung yang sangat berat, juga akan terjadi
hiponatremia, ini terjadi karena ginjal lebih banyak menahan air dibanding
dengan natrium. Pada keadaan ini ADH akan meningkat dengan cepat dan
terjadi pemekatan urin. Keadaan ini diperberat oleh tubulus proksimal yang
juga menahan air dan natrium secara berlebihan sehingga produksi urin akan
15
sangat berkurang. Di lain pihak, ADH juga merangsang pusat rasa haus,
menyebabkan peningkatan pemasukan air
b) Pembentukan edema pada sirosis hapatis
Sirosis hepatis ditandai oleh fibrosis jaringan hati yang luas dengan
pembentukan nodul. Fibrosis hati yang luas yang disertai distorsi struktur
parenkim hati menyebabkan peningkatan tahanan sistem porta diikuti dengan
terbentuknya pintas portosistemik baik intra maupun ekstra hati. Apabila
perubahan stuktur parenkim semakin berlanjut, maka vasodilatasi akan
semakin berat dan meyebabkan tahan perifer semakin menurun.
Tubuh akan menafsirkan seolah-olah terjadi penurunan VDAE. Reaksi yang
dikeluarkan untuk melawan keadaan ini adalah meningkatkan tonus saraf
simpatis adrenergik. Hasil akhirnya adalah aktivasi sistem vasokonstriktor dan
anti diuresis yakni SRAA, saraf simpatis dan ADH. Peningkatan kada ADH
akan menyebabkan retensi air, aldosteron akan menyebabkan retensi garam
sedangkan sistem saraf simpatis dan angiotensin akan menyebabkan penurunan
kecepatan filtrasi glomelurus dan meningkatkan reabsopsi garam pada tubulus
proksimal.
c) Pembentukan edema karena obat
Mekanisme edema karena obat diantaranya terjadinya
1) Vasokonstriksi arteri renalis : obat anti inflamasi non steroid
2) Dilatasi arteri sistemik (vasodilator) : minoksidil, hidralazin, klonidin,
metildopa, guanetidin.
3) Meningkatkan reabsobsi natrium di ginjal (hormon steroid) : glukokortikoid,
anabolik steroid, estrogen, progestin.
4) Merusak struktur primer.
16
d) Edema idiopatik
Pada edema idiopatik ini terdapat perbedaan berat badan yang
dipengaruhi oleh posisi tubuh. Pada posisi berdiri terjadi retensi natrium dan
air sehingga terjadi peningkatan berat badan, ini diduga karena terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler pada posisi berdiri. Pada kondisi tertentu
dapat disertai penurunan volume plasma yang kemudian mengaktivasi SRAA
sehingga edema akan memberat
1) Mekanisme overfilling
Terjadinya edema yang diakibat karena kelainan yang mengganggu
ekskresi natrium di tubulus distal, sebagai akibat terjadinya peningkatan
volume darah (ocerfilling), penekanan SRAA dan vasopresin. Kondisis
volume darah yang meningkat yang disertai rendahnya tekanan osmotik plasma
mengakibatkan transudasi cairan dari kapiler ke interstitial meningkat sehingga
terjadi edema.
e) Pembentukan edema pada sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik adalah kelainan glomelurus dengan karakteristik
proteinuria (kehilanagn protein melalui urin ≥ 3,5 g/hari), hipoproteinemia,
edema dan hiperlipidemia. Hipoalbuminemia pada sindrom nefrotik
berhubungan dengan kehilangan protein, sehingga terjadi penurunan tekanan
osmotic yang menyebabakan perpindahan cairan intravaskuler ke interstitium
dan memperberat pembentukan edema. Volume plasma yang berkurang akibat
hipoalbuminemia dan kehilangan protein dapat menyebabkan penurunan
perfusi ginjal yang juga merangsang retensi natrium dan air.
Ada 2 mekanisme yang menyebabkan terjadinya edema pada sindrom nefrotik :
1) Mekanisme underfilling
Terjadinya edema disebabkankan rendahnya kadar albumin serum yang
mengakibatkan rendahnya tekanan osmotik plasma, sehingga cairan dari
kapiler berpindah ke interstitial, akibatnya volume darah yang beredar akan
berkurang. Selanjutnya mengakibatkan perangsangan SRAA yang meretensi
natrium dan air di tubulus distal.
17
3.3 Memahami Etiologi Edema
Penyebab edema dapat dikelompokan menjadi 4 kategori umum
1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan
osmotic plasma.
penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi,
sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal ; dengan demikian
terdapat cairan tambahan yang tertinggal diruang –ruang interstisium. Edema
yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui
beberapa cara : pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit
ginjal ; penurunan sintesis protein plasma akibat penyakit hati ( hati mensintesis
hampir semua protein plasma ); makanan yang kurang mengandung protein ; atau
pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas .
2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma
yang keluar dari kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak.
Sebagai contoh, melalui pelebaran pori–pori kapiler yang dicetuskan oleh
histamin pada cedera jaringan atau reaksi alergi . Terjadi penurunan tekanan
osmotik koloid plasma yang menurunkan kearah dalam sementara peningkatan
tekanan osmotik koloid cairan interstisium yang diseabkan oleh kelebihan protein
dicairan interstisium meningkatkan tekanan kearah luar. ketidakseimbangan ini
ikut berperanmenimbulkan edema lokal yang berkaitan dengan cedera ( misalnya ,
lepuh ) dan respon alergi (misalnya , biduran)
3. Peningkatan tekanan vena.
misalnya darah terbendung di vena , akan disertai peningkatan tekanan darah
kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena. peningkatan tekanan
kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadipada gagal
jantung kongestif. Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran
18
balik vena. Salah satu contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan kaki
yang sering terjadi pada masa kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena –
vena besar yang mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat vena-vena
tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini
menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya edema regional di ekstremitas
bawah
4. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema,
karena kelebihan cairan yang difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan
tidak dapat dikembalikan ke darah melalui sistem limfe. Akumulasi protein di
cairan interstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya. Penyumbatan
limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-saluran drainase
limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe selama
pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang lebih meluas
terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk
yang terutama dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada penyakit ini, cacing-cacing
filaria kecil mirip benang menginfeksi pembuluh limfe sehingga terjadi gangguan
aliran limfe. Bagian tubuh yang terkena,terutama skrotum dan ekstremitas,
mengalami edema hebat.Kelainan ini sering disebut sebagai elephantiasis,karena
ekstremitas yang membengkak seperti kaki gajah.
Apapun penyebab edema, konsenkuensi pentingnya adalah penurunan
pertukaranbahan-bahan antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan
interstisium, jarak antara sel dan darah yang harus ditempuh oleh nutrient, O2,
dan zat-zat sisa melebar sehingga kecepatan difusi berkurang. Dengan demikian,
sel-sel di dalam jaringan yang edematosa mungkin kurang mendapat pasokan
darah.
(Ilmu Penyakit Dalam (IPD), Jilid 2 Ed. V)
19
3.4 Memahami Gambaran klinis Edema
Gambaran klinis penderita edema :
Bengkak, mengkilat, bila ditekan timbul cekungan dan lambat kembali seperti
semula
Berat badan naik, penambahan 2% kelebihan ringan, penambahan 5%
kelebihan sedang, penambahan 8% kelebihan berat
Adanya bendungan vena di leher
Pemendekan nafas dan dalam, penyokong darah (pulmonary).
Perubahan mendadak pada mental dan abnormalitas tanda saraf, penahanan
pernapasan (pada edema cerebral yang berhubungan DKA)
Nyeri otot yang berkaitan dengan pembengkakan
Peningkatan tekanan vena ( > 11cm H 2O)
Efusi pleura
Denyut nadi kuat
Edema perifer dan periorbita
Asites
3.5 Memahami Pemeriksaan Penunjang
Test protein dengan test pandy dan test nonne, test pandy untuk globulin dan
albumin sedangkan test nonne hanya untuk globulin
Test plasma
Test urine
a) Pemeriksaan makroskopis
1. Jumlah
2. Warna
3. Kejernihan
4. Bau
5. Berat jenis
6. Bekuan
20
b) Pemeriksaan kimia
1. Percobaan rivalta
2. Kadar protein
3. Zat lemak
c) Pemeriksaan mikroskopis
1. Menghitung jumlah leukosit
2. menghitung jenis sel
d) Bakterioskopi
Tes fungsi hati
Tes Fungsi ginjal
EKG
Foto thorax
Ekokadiogram
3.6 Memahami Diagnosis Edema
Seorang dokter mendiagnosa edema berdasarkan gejala yang ditunjukkan oleh
pasien. Pada edema paru kardiogenik akut, cairan kadang-kadang dapat didengar
di paru-paru melalui stetoskop. Banyak tes seperti sinar-x pada dada dan
pengukuran jumlah oksigen dalam darah dapat membantu untuk
mengkonfirmasi penyakit tersebut. edema paru bisa didiagnosa dengan
diperikasa menggunakan radiasi inframerah. Tes fungsi hati seperti SGPT,
SGOT, Alkaline fosfat harus dilakukan untuk memeriksa penyakit hati dan
elektroforesis serum protein dan tes untuk BUN dan kreatinin harus dilakukan
untuk penyakit ginjal. CT scan dada akan membantu untuk mendiagnosis
perikarditis konstriktif. jarang, pasien memiliki edema disebabkan oleh tumor
perut. CT scan perut dan panggul harus dilakukan dalam kasus seperti itu.
lymphangiography Kontras mungkin diperlukan untuk mendiagnosa
lymphedema. Penurunan hematokrit, protein serum rendah, natrium serum
normal, natrium urine rendah ( <10meq/24jam )
21
22
3.7 Memahami Penatalaksanaan edema
Cari dan atasi penyebabnya
Pengobatan pada penyakit yang mendasar. Menyembuhkan penyakit yang
mendasari seperti asites peritonitis tuberkulosis.
Tirah Baring. Tirah Baring dapat memperbaiki efektifitas diuretika pada
pasien transudasi yang berhubungan dengan hipertensi porta yang bisa
menyebabkan aldosteron menurun. Dianjurkan Tirah Baring ini sedikit kakinya
diangkat, selama beberapa jam setelah minum diuretika.
Diet. Diet rendah natrium antara 40-60 mEq/hari atau setara dengan <500
mg/hari namun jika diet garam terlalu rendah akan mengganggu fungsi ginjal.
Terapi presentesis. Dengan mengetahui dasar patofisiologi dari protein
(gradien nilai albumin serum) untuk mengetahui penyebabnya dengan
transudat atau eksudat dan menghitung sel untuk mengetahui akibat dari
inflamasi
Stoking suportif dan elevasi kaki
Restriksi cairan <1500 ml/hari
Diuretik
Pada gagal jantung :
- hindari overdiuresis karena dapat menurunkan curah jantung dan menyebabkan
azotemia prerenal
- hindari diuretik yang bersifat hipokalemia karena dapat menyebabkan
intoksikasi digitalis
Pada sirosis hati :
- spironolakton dapat menyebabkan asidosis dan hiperkalemia
- dapat pula ditambahkan diuretik golongan tiazid
- deplesi volume yang berlebihan dapat menyebabkan gagal ginjal,
hiponatremia dan alkalosis
Pada sindroma nefrotik :
- pemberian albumin dibatasi hanya pada kasus yang berat
Hindari faktor yang memperburuk penyakit dasar : diuresis yang
berlebihan menyebabkan pengurangan volume plasma, hipotensi, perfusi yang
inadekuat, sehingga diuretic harus diberikan dengan hati-hati
23
Jenis jenis obat diuretik
1. Loop diuretik : dapat diberikan per oral atau intra vena
• Furosemid :
- 40-120 mg (1-2 kali sehari)
- masa kerja pendek, poten
- efektif pada laju filtrasi glomerulus (LFG) yang rendah
• Bumetanide :
- 0,5 – 2 mg (1-2 kali sehari)
- digunakan bila alergi terhadap furosemid
• Asam etakrinat
- 50-200 mg (1 kali sehari)
- masa kerja panjang
2. Bekerja di tubulus distal, tidak hemat kalium (menyebabkan hipokalemia)
• Hidroklorotiazide (HCT)
- 25-200 mg (1 kali sehari)
- bekerja bila LFG > 25 ml/menit
• Clortalidone
- 100 mg (1 hari atau 2 hari sekali)
- masa kerja panjang sampai 72 jam
- bekerja bila LFG > 25 ml/menit
• Metolazone
- masa kerja panjang
- efektif pada LFG yang rendah
3. Bekerja di tubulus distal, tapi hemat kalium
• Spironolakton
- 25-100 mg (4 kali sehari)
- dapat menyebabkan hiperkalemia, asidosis
- blok aldosteron → ginekomastia, impotensi,
amenorea
- onset 2-3 hari
- jangan bersamaan dengan ACE-inhibitor dan K
- sebaiknya tidak digunakan pada pasien GG
24
• Amiloride
- 5-10 mg (1-2 kali sehari)
- kurang poten dibanding spironolakton
- dapat menyebabkan hiperkalemia
• Triamterene
- 100 mg (2 kali sehari)
- kurang poten dibanding spironolakton
- ES : hiperkalemia dan pembentukan batu ginjal
4. Bekerja di tubulus proksimalis
– Asetazolamide (Diamoks)
– Teofilin
• Diperantarai oleh cyclic adenosine monophosphat
25
ANALISA TERHADAP SKENARIO
Memahami susunan sirkulasi kapiler Memahami Pengertian Kapiler Darah
Memahami fungsi Kapiler darah
Susunan dan komponen kapiler darah
Memahami tekanan osmotic dan tekanan hidrostastik dalam kapiler darah
Memahami aspek biokimia dan fisiologis kelebihan cairan tubuh Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kelebihan cairan tubuh
Memahami organ yang bekerja pada kelebihan cairan tubuh
Memahami patofisiologi kelebihan cairan tubuh
Memahami gangguan kelebihan cairan tubuh Memahami pengertian edema
Memahami klasifikasi edema
Memahami Etiologi Edema
Memahami Gambaran klinis Edema
Memahami Pemeriksaan Penunjang
Memahami Diagnosis Edema
Memahami Penatalaksanaan
26
DAFTAR PUSTAKA
• Guyton,Arthur c,dkk.1997.Buku ajar fisiologi kedokteran.Jakarta : EGC.
• Guyton,Arthur.c.1994. Buku ajar Fisiologi kedokteran. Ed9.Jakarta: EGC.
• Isseibacher, dkk.2000.prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta : EGC.
• Setiyohadi, bambang,dkk.1997.buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi IV.
Jakarta : depertemen ilmu penyakit dalam.
• Sloane, ethel.2002. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC.
• Price, A Sylvia, dkk.2002. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta : EGC.
• Sherwood, lauralee.2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta : EGC.
• Hendra,utama.2008.GANGGUAN KESEIMBANGAN AIR-ELEKTROLIT DAN
ASAM-BASA ed.2 . Jakarta : balai penerbit FKUI
• Widjajakusumah, djauhari. 2007. Ganong, , Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
ed. 21. Jakarta:EGC.
• Ganong W.F . 2005. Fisiologi kedokteran.EGC.Jakarta
• Ab. Petrus Andrianto, Johannes Gunawan.1995. KAPITA SELEKTA
PATOLOGI KLINIK/ DN. Baron, ed4 . Jakarta : EGC
• Murray R.K. et al .2000. Biokimia Harper ed 25,ab. A.Hartono, Jakarta: EGC
• Dorland, W.A. New man.2002. kamus kedokteran Dorland ed29. Jakarta:EGC
• Sudoyo, Aru W dan Bambang Setiyohadi et al .2006. Ilmu Penyakit
Dalam.Jakarta: Dapertemen ilmu penyakit dalam FK UI
• http://www.ilmukedokteran.net/Daftar-Masalah-Individu/edema.html
27