Wrap Up Skenario 4

11
WRAP UP SKENARIO 4 MENCRET BERKEPANJANGAN Kelompok : B - 13 Ketua : Reza Ardi W (1102012242) Sekretaris : Puspa Oktaviani (1102012214) Anggota : Muhammad Hafiz (1102012175) Ranissa Puspita J (1102012225) Rizki Fitrianto (1102012251) Wina Hanriyani (1102012307) Yovita Oktavia N (1102012311) Yozhani Intan T P (1102012312)

Transcript of Wrap Up Skenario 4

Page 1: Wrap Up Skenario 4

WRAP UP SKENARIO 4

MENCRET BERKEPANJANGAN

Kelompok : B - 13

Ketua : Reza Ardi W (1102012242)

Sekretaris : Puspa Oktaviani (1102012214)

Anggota : Muhammad Hafiz (1102012175)

Ranissa Puspita J (1102012225)

Rizki Fitrianto (1102012251)

Wina Hanriyani (1102012307)

Yovita Oktavia N (1102012311)

Yozhani Intan T P (1102012312)

UNIVERSITAS YARSI

FAKULTAS KEDOKTERAN

TAHUN PELAJARAN 2012-2013

Page 2: Wrap Up Skenario 4

Mencret Berkepanjangan

Seorang laki-laki, 25 tahun, mengeluh diare yang hilang timbul sejak 3 bulan yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh sering demam, sariawan, tidak nafsu makan, dan berat badan menurun 10 kg dalam waktu 3 bulan terakhir. Dari riwayatnya dikatakan pasien sering melakukan hubungan seksual secara bebas.

Pada pemeriksaan fisik pasien terlihat kaheksia, mukosa lidah kering dan terdapat bercak-bercak putih. Pemeriksaan laboratorium darah rutin LED 50 mm/jam. Pemeriksaan feses terdapat sel ragi. Pada pemeriksaan screening antibodi HIV didapatkan hasil (+) kemudian dokter menganjurkan pemeriksaan konfirmasi HIV dan hitung jumlah limfosit T CD4 dan CD8.

Dari data tersebut dokter menyimpulkan bahwa penderita ini mengalami gangguan defisiensi imun akibat terinfeksi virus HIV. Dokter menganjurkan pasien untuk datang ke dokter lain dengan alasan yang tidak jelas. Walaupun demikian dokter menasehati pasien agar tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan penyakit ini.

Page 3: Wrap Up Skenario 4

SASARAN BELAJAR

LI.1. Mampu Memahami Gangguan Defisiensi ImunLO.1.1 DefinisiLO.1.2 EtiologiLO.1.3 Klasifikasi

LI.2. Mampu Memahami Penyakit Akibat Infeksi Virus HIVLO.2.1 Definisi dan StrukturLO2.2 PenularanLO.2.3 Siklus HidupLO.2.4 PatogenesisLO.2.5 PatofisiologiLO.2.6 Manifestasi klinikLO.2.7 Diagnosis dan Diagnosis BandingLO.2.8 Komplikasi LO.2.9 PenatalaksanaanLO.2.10 Prognosis

LI.3. Mampu Memahami Pemeriksaan pada Penyakit Akibat Infeksi Virus HIV

LI.4. Mampu Memahami Pencegahan pada Penyakit Akibat Infeksi Virus HIV

LI.5. Mampu Menjelaskan Peran Dokter Dari Sisi Hukum (KODEKI)

LI.6. Mampu Menjelaskan Etika Islam Dalam Menangani Kasus HIV/AIDS

Page 4: Wrap Up Skenario 4

LI.1. Mampu Memahami Gangguan Defisiensi Imun

LO.1.1 Definisi

Penyakit defisiensi imun adalah defek salah satu komponen system imun yang dapat menimbulkan penyakit berat bahkan fatal yang secara kolektif.

LO.1.2 Etiologi

DIBAGI MENJADI BEBERAPA TIPE BERDASARKAN ETIOLOGINYA Imunodefisiensi primer --> disebabkan penyakit genetik turunan. Muncul dengan sendirinya.

Ada yang menyebabkan limfosit B berkurang, limfosit T atau keduanya Imunodedefisiensi sekunder

Disebabkan kelainan lain seperti kanker atau infeksi (co.AIDS) . Atau karena terapi seperti kemoterapi sitostatik, imunosupresif, dan radiasi.

BERDASARKAN KOMPONEN YANG TERLIBAT, DIBAGI MENJADI Imunodefisiensi limfosit B Imunodefisiensi limfosit T Imunodefisiensi sel B dan sel T.

Imunodefisiensi komplemen/ fagosit.

Perkembangan penyakit ini dapat terjadi di mana-mana. Misalnya sebelum embrio, atau setelah lahir.Misalnya ada pada defisiensi IgA - yang berungsi pada saluran-saluran yang mensekresi IgA.

Page 5: Wrap Up Skenario 4

Jika imunodefisiensi yang terjadi spesifik terhadap sel tertentu, biasanya etiologinya adalah primer.

LO.1.3 Klasifikasi

1. Defisiensi Imun Non-Spesifika. Komplemen

Dapat berakibat meningkatnya insiden infeksi dan penyakit autoimun (SLE), defisiensi ini secara genetik.i. Kongenital

Menimbulkan infeksi berulang atau penyakit kompleks imun seperti LES dan glomerulonefritis

ii. FisiologikDitemukan pada neonatus disebabkan kadar C3, C5, dan faktor B yang masih rendah.

iii. DidapatDisebabkan oleh depresi sintesis. Misalnya, pada sirosis hati dan malnutrisi protein/kalori. Pada anemia sel sabit ditemukan gangguan aktivasi komplemen yang meningkatka resiko infeksi salmonella dan pneumokokok

b. Interferon dan lisozimi. Interferon kongenital

Menimbulkan infeksi mononukleosis fatal

ii. Interferon dan lisozim didapatDapat ditemukan pada malnutrisi protein/kalori

c. Sel NKi. Kongenital

Ditemukan pada pada penderita osteopetrosis (defek osteoklas dan monosit), kadar IgG, IgA, dan kekerapan autoantibodi meningkat.

ii. Didapat

Page 6: Wrap Up Skenario 4

Dapat terjadi akibat imunosupresi atau radiasi.

d. Sistem fagosit

Menyebabkan infeksi berulang, kerentanan terhadap infeksi piogenik berhubungan langsung dengan jumlah neutrofil yang menurun, resiko infeksi meningkat apabila jumlah fagosit turun < 500/mm3. Defek ini juga mengenai sel PMN.

i. KuantitatifTerjadi neutropenia/granulositopenia yang disebabkan oleh menurunnya produksi atau meningkatnya destruksi. Penurunan produksi diakibatkan pemberian depresan (kemoterapi pada kanker, leukimia) dan kondisi genetik (defek perkembangan sel hematopioetik). Peningkatan destruksi merupakan fenomena autoimun akibat pemberian obat tertentu (kuinidin, oksasilin).

ii. Kualitatif

Mengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis, fagositosis, dan membunuh mikroba intrasel.1. Chronic Granulomatous Disease (infeksi rekuren mikroba gram – dan +)

2. Defisiensi G6PD (menyebabkan anemia hemolitik)

3. Defisiensi Mieloperoksidase (menganggu kemampuan membunuh benda asing)

4. Chediak-Higashi Syndrome (abnormalitas lisosom sehingga tidak mampu melepas isinya, penderita meninggal pada usai anak)

5. Job Syndrome (pilek berulang, abses staphylococcus, eksim kronis, dan otitis media. Kadar IgE serum sangat tinggi dan ditemukan eosinofilia).

6. Lazy Leucocyte Syndrome (merupakan kerentanan infeksi mikroba berat. Jumlah neutrofil menurun, respon kemotaksis dan inflamasi terganggu)

7. Adhesi Leukosit (defek adhesi endotel, kemotaksis dan fagositsosis buruk, efeks sitotoksik neutrofil, sel NK, sel T terganggu. Ditandai infeksi bakteri dan jamur rekuren dan gangguan penyembuhan luka)

2. Defisiensi Imun Spesifika. Kongential/primer

Sangat jarang terjadi.i. Sel B

Page 7: Wrap Up Skenario 4

Defisiensi sel B ditandai dengan penyakit rekuren (bakteri)1. X-linked hypogamaglobulinemia2. Hipogamaglobulinemia sementara3. Common variable hypogammaglobulinemia4. Disgamaglobulinemia

ii. Sel TDefisensi sel T ditandai dengan infeksi virus, jamur, dan protozoa yang rekuren1. Sindrom DiGeorge (aplasi timus kongenital)2. Kandidiasis mukokutan kronik

iii. Kombinasi sel T dan sel B1. Severe combined immunodeficiency disease2. Sindrom nezelof3. Sindrom wiskott-aldrich4. Ataksia telangiektasi5. Defisiensi adenosin deaminase

b. Fisiologiki. Kehamilan

Defisiensi imun seluler dapat diteemukan pada kehamilan. Hal ini karena pningkatan aktivitas sel Ts atau efek supresif faktor humoral yang dibentuk trofoblast. Wanita hamil memproduksi Ig yang meningkat atas pengaruh estrogen

ii. Usia tahun pertamaSistem imun pada anak usia satu tahun pertama sampai usia 5 tahun masih belum matang.

iii. Usia lanjutGolongan usia lanjut sering mendapat infeksi karena terjadi atrofi timus dengan fungsi yang menurun.

c. Defisiensi imun didapat/sekunderi. Malnutrisi

ii. Infeksiiii. Obat, trauma, tindakan, kateterisasi, dan bedah

Obat sitotoksik, gentamisin, amikain, tobramisin dapat mengganggu kemotaksis neutrofil. Kloramfenikol, tetrasiklin dapat menekan antibodi sedangkan rifampisin dapat menekan baik imunitas humoral ataupun selular.

iv. PenyinaranDosis tinggi menekan seluruh jaringan limfoid, dosis rendah menekan aktivitas sel Ts secara selektif

Page 8: Wrap Up Skenario 4

v. Penyakit beratPenyakit yang menyerang jaringan limfoid seperti Hodgkin, mieloma multipel, leukemia dan limfosarkoma. Uremia dapat menekan sistem imun dan menimbulkan defisiensi imun. Gagal ginjal dan diabetes menimbulkan defek fagosit sekunder yang mekanismenya belum jelas. Imunoglobulin juga dapat menghilang melalui usus pada diare

vi. Kehilangan Ig/leukositSindrom nefrotik penurunan IgG dan IgA, IgM norml. Diare (linfangiektasi intestinal, protein losing enteropaty) dan luka bakar akibat kehilangan protein.

vii. Stresviii. Agammaglobulinmia dengan timoma

Dengan timoma disertai dengan menghilangnya sel B total dari sirkulasi. Eosinopenia atau aplasia sel darah merah juga dapat menyertai

d. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

Penyebabnya adalah retrovirus HIV (human immunodeficiency virus) Ada serotipe 1 dan 2 --> menyebabkan penyakit yang sama. Biasanya penyakit ini menyebabkan kelainan organ pada sistem imun dan sistem saraf pusat. Komplikasi yang dapat terjdi adalah infeksi oportunistik pada berbagai organ. Virus ini mengenai sel T helper (CD4+) melalui reseptor gp120 --> internalisasi. Biasanya untuk menilai berat ringannya penderita HIV - maka kita ukur jumlah deposit CD4+ dalam tubuh. Fase krisis - jika CD4+ kurang dari 200

 

LI.2. Mampu Memahami Penyakit Akibat Infeksi Virus HIVLO.2.1 Definisi dan Struktur LO2.2 PenularanLO.2.3 Siklus HidupLO.2.4 PatogenesisLO.2.5 PatofisiologiLO.2.6 Manifestasi klinikLO.2.7 Diagnosis dan Diagnosis BandingLO.2.8 Komplikasi LO.2.9 Penatalaksanaan

LO.2.10 Prognosis

Page 9: Wrap Up Skenario 4

LI.3. Mampu Memahami Pemeriksaan pada Penyakit Akibat Infeksi Virus HIV

LI.4. Mampu Memahami Pencegahan pada Penyakit Akibat Infeksi Virus HIV

LI.5. Mampu Menjelaskan Peran Dokter Dari Sisi Hukum (KODEKI)

LI.6. Mampu Menjelaskan Etika Islam Dalam Menangani Kasus HIV/AIDS