Wrap Up Skenario 3

36
SKENARIO 3 BLOK MUSKULOSKELETAL “NYERI PANGGUL KARENA JATUH” Disusun oleh: KELOMPOK A-2 KETUA : INTAN NURUL HIKMAH (1102011128) SEKRETARIS : ADINDA AMALIA SHOLEHA (1102013007) ANGGOTA : ABIYYA FARAH PUTRI (1102013003) ADELIA PUTRI SABRINA (1102013005) ADELINA ANNISA PERMATA (1102013006) ADITYA NUGRAHA ARTAR (1102013008) LALU REZA ALDIRA AKBAR (1102010147) ADIYATY YUNITA P.P. (1102011008) ANDRIANA WIJAYA (1102011027) ADITYA WICAKSONO (1102012007) UNIVERSITAS YARSI

description

BLOK MUSCULOSKELETAL

Transcript of Wrap Up Skenario 3

Page 1: Wrap Up Skenario 3

SKENARIO 3

BLOK MUSKULOSKELETAL

“NYERI PANGGUL KARENA JATUH”

Disusun oleh:

KELOMPOK A-2

KETUA : INTAN NURUL HIKMAH (1102011128)

SEKRETARIS : ADINDA AMALIA SHOLEHA (1102013007)

ANGGOTA : ABIYYA FARAH PUTRI (1102013003)

ADELIA PUTRI SABRINA (1102013005)

ADELINA ANNISA PERMATA (1102013006)

ADITYA NUGRAHA ARTAR (1102013008)

LALU REZA ALDIRA AKBAR (1102010147)

ADIYATY YUNITA P.P. (1102011008)

ANDRIANA WIJAYA (1102011027)

ADITYA WICAKSONO (1102012007)

UNIVERSITAS YARSI

Jl. Let. Jend. Suprapto. Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta. Indonesia. 10510. Telepon: +62 21 4206675.

Page 2: Wrap Up Skenario 3

SKENARIO 3

NYERI PANGGUL KARENA JATUH

Seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke UGD Rumah Sakit dengan keluhan nyeri pinggul kanannya setelah terbentur lantai kamar mandi karena jatuh. Sejak terjatuh yang dirasakan tidak mampu berdiri karena rasa nyeri yang sangat pada pinggul kanannya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat, merintih kesakitan, compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 104x/menit, frekwensi napas 24x/menit. Terdapat hematom pada art. coxae dextra, posisi tungkai atas kanan sedikit flexi, abduksi, dan exorotasi. Ditemukan krepitasi tulang dan nyeri tekan juga pemendekan extremitas. Gerakan terbatas karena nyeri. Neurovaskular distal baik. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur femoris tertutup. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi.

2

Page 3: Wrap Up Skenario 3

A. Kata-kata sulit

1. Komposmentis : Keadaan sadar

2. Hematom : Penggumpalan darah yang terlokasi

3. Krepitasi : Suara yang dihasilkan oleh gesekan segmen tulang

4. Neurovaskulardistal: Persyarafan dan perdarahan tepi

5. Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak kontak dengan luar

3

Page 4: Wrap Up Skenario 3

B. Pertanyaan

1. Bagaimana hubungan usia dengan fraktur?

2. Mengapa terjadi pemendekan ekstremitas?

3. Bagaimana perbandingan pria dan wanita saat terjadi fraktur?

4. Mengapa bisa terjadi hematom?

5. Mengapa tekanan darah pasien pada saat jatuh bisa tinggi?

6. Mengapa hematom terjadi pada sendi coxae padahal fraktur terjadi di collum femur?

7. Fraktur femur bisa terjadi dimana saja?

8. Apa pertolongan pertama saat terjadinya fraktur dan apa terapi non kooperatif?

9. Kenapa fraktur terjadinya di collum bukan di bagian lain?

10. Apa saja pemeriksaan penunjang yang lain?

C. Jawaban

1. Osteoprogenitor bertambah aktif, sedangkan osteoblas menghasilkan sedikit osteosit

2. Karena ada pergeseran tulang akibat fraktur sehingga otot menarik tulang sesuai lokasi terjadinya fraktur

3. Wanita yang menopause lebih beresiko karena estrogennya menurun sehingga pertumbuhan tulang menurun

4. Karena terjadi penggumpalan darah yang disebabkan oleh trauma

5. Karena menahan nyeri

6. Karena trauma terjadi pada bagian sendi coxae

7. Collum, caput, articulatio, corpus, condilus

8. Di kompres air dingin, bidai, balut, anti nyeri (analgetik), di rujuk ke dokter spesialis ortopedi

9. Karena posisi terjatuhnya bertumpu pada pinggul

10. Rontgen, MRI

4

Page 5: Wrap Up Skenario 3

D. Hipotesa

Usia merupakan faktor utama terjadinya fraktur femur, jenis kelamin, hormonal, tumor, densitas tulang juga memperngaruhi. Posisi jatuh bertumpu pada bagian pinggul sehingga terjadi fraktur collum femur ditandai pemendeka tungkai kaki atas. Fraktur dapat menyebabkan adanya hematom pada articulatio disertai nyeri dan sedikit meningkatnya tekanan darah. Pemeriksaan radiologi menunjukan adanya discontinu pada femur. Pada pertolongan pertama dapat dilakukan kompres air dingin/es, balut bidai, pemberian analgetik, setelah itu dirujuk ke dokter spesialis ortopediuntuk dilakukan pemeriksaan dan tatalaksana lebih lanjut.

5

Page 6: Wrap Up Skenario 3

E. Sasaran Belajar

LI1. Memahami dan Menjelaskan Articulatio Coxae

LO1.1. Makroskopis

LO1.2. Mikroskopis

LI2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur

LO2.1. Definisi Fraktur

LO2.2. Etiologi Fraktur

LO2.3. Klasifikasi Fraktur

LI3. Memahami dan Menjelaskan Fraktur Femur

LO3.1. Definisi Fraktur Femur

LO3.2. Etiologi Fraktur Femur

LO3.3. Klasifikasi Fraktur Femur

LO3.4. Manifestasi Klinis Fraktur Femur

LO3.5. Pemeriksaan Penunjang Fraktur Femur

LO3.6. Penatalaksanaan Fraktur Femur

LO3.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding Fraktur Femur

LO3.8. Komplikasi Fraktur Femur

6

Page 7: Wrap Up Skenario 3

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Articulatio Coxae

LO1.1. Makroskopis

Articulatio coxae berada diantara caput femoris dan acetabulum.Jenis sendinya berupa Enarthrosis Spheroidea. Penguat dari sendi tersebut adalah tulang rawan pada facies lunata. Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Ia berjalan dari pinggir acetabulum menyebar ke latero-inferior mengelilingi collum femoris dan akhirnya melekat pada linea intertrochanterica bagian depan dan pertengahan bagian posterior collum femoris (11 jari diatas crista intertrhrocanterica). Bagian lateral dan distal colum femoris adalah di luar capsula articularis.

Ligamen- ligamen pada sendi ini ialah:1) Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap

ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.

2) Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.3) Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi

externa. Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.

Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, sirkumdiksi, dan rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar dalam mengubah sudut gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam gerakan berputar di sendi. Jadi ketika paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur, berputar di dalam acetabulum hanya dengan sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan dari leher femur juga mempengaruhi gerakan adduksi dan abduksi. Sedangkan rotasi pada paha terjadi karena adanya gerakan meluncur / gliding dari kepala femur terhadap acetabulum.

Articulatio coxae termasuk articulatio inferioris liberi. Tulang : antara caput humeri dan acetabulum Jenis sendi : Spheroidea Penguat sendi :

Terdapat tulang rawan pada facies lunata Terdapat kelenjar havers pada acetabuli Ligamentum iliofemorale : untuk mempertahankan art.coxae

tetap ekstensi, menghambat rotasi femur dan mencegah batang badan berputar kebelakang pada saat berdiri, mengurangi kebutuhan kontraksi otot saat posisi tegak

Ligamentum ishciofemoralis : mencegah rotasi interna

7

Page 8: Wrap Up Skenario 3

Ligamentum pubofemorale : mencegah abduksi, ekstensi dan rotasi externa.

Ligamnetum transversum acetabuli dan ligamnetum capitisfemoris

Capsula articularis dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista intertrochanterica.

http://www.tk.de/rochelexikon/pics/s02240.006-3.jpg

Pada femur atau tulang paha terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian distal. Kepala tulang paha akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian proksimal lainnya yaitu trochanter major dan trochanter minor menjadi tempat perlekatan otot.Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus.Di dekatnya terdapat bagian linea aspera, tempat melekatnya otot biceps femoris.

8

Page 9: Wrap Up Skenario 3

Salah satu fungsi penting kepala tulang paha adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya. Pada ujung distal tulang paha terdapat condylus yang akan membuat sendi condylar bersama lutut.Terdapat dua condylus yakni condylus medialis dan condylus lateralis. Di antara kedua condylus terdapat jeda yang disebut fossa intercondylaris.

LO1.2. Mikroskopis

Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.

Tulang panjang memiliki 2 struktur, yaitu tulang kompakta dan tulang spongiosa. Tulang kompakta merupakan tulang padat, yang terdiri atas serat kolagen yang tersimpan dalam lapisan – lapisan tipis yang disebut lamel. Sedangkan untuk tulang spongiosa terdiri atas daerah yang saling berhubungan seperti anyaman dan tidak padat. Celah-celah diantaranya diisi oleh sumsum tulang. Ruang diantara trabekula berisi sumsum tulang merah. Pada trabekula yang tebal dapat terlihat osteon.

9

Page 10: Wrap Up Skenario 3

http://media.opencurriculum.org/articles_manual/ck12_biology/the-skeletal-system/5.png

Gambar. Pembagian daerah tulang

Tulang terdiri atas dua bagian yakni, diaphysis dan epiphysis. Diaphyisis lebih banyak disusun oleh tulang kompakta, sedangkan bagian epiphysis lebih banyak disusun oleh tulang spongiosa karena dapat melakukan pemanjangan (pertumbuhan).

Gambar. Struktur Tulang

10

Page 11: Wrap Up Skenario 3

Gambar. Tulang Kompakta

Tulang kompakta memiliki lamellae yang tersusun dalam tiga gambaran umum yakni :

1. Lamelae sirkumfleksia sejajar terjadap permukan bebas periosteum dan endosteum.2. System Havers (osteon) sejajar terhadap sumbuh sejajar tulang kompakta. Lapisan

lamellar 4-20 tersusun secara konsentris disekitar ruang vascular. 3. System intersisial adalah susunan tidak teratur dari lamel – lamel, secara garis besar

membentuk segitiga dan segiempat.

Pada tulang kompakta juga terdapat kanal Havers, kanal Volkman, lacuna dan kanalikuli.

Gambar. Tulang Spongiosa

Sel-sel pada tulang spongiosa adalah : a. Osteoblast 

Osteoblast berperan dalam kalsifikasi, mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast dapat mensekresi matriks organk tulang dengan bantuan vit.C. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek. Gambaran mikroskopisnya adalah sitoplasma biru, banyak apparatus golgi, alkali phosphate ,dll.

Osteoclast

11

Page 12: Wrap Up Skenario 3

http://o.quizlet.com/i/Hi0RxO1ygDFZRIxUNtyAFg_m.jpg

b. Osteosit Osteosit merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai

peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada tulang yang disalurkan melalui kanalikuli. Osteosit berada di dalam lacuna dan dapat berhubungan dengan osteosit lain dengan gap junction.

http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/69_04.jpg

c. OsteoclastOsteoclast adalah sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan

merupakan bagian yang penting. Osteoclast mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoclast ini berasal dari deretan sel monosit makrofag. Aktifitas osteoclast akan meningkat dengan adanya hormone parathyroid dan dapat dihambar oleh calcitonin.

http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/69_05.jpg

d. Sel osteoprogenitor

12

Page 13: Wrap Up Skenario 3

Osteoprogenitor merupakan sel induk tulang. Osteoprogenitor berperan sebagai bone repair dan pembentukan callus. Osteoprogenitor mempunyai sifat multipoten yaitu bisa berdiferensiasi menjadi osteoblast, fibroblast, chondroblast, dan sel lemak.

Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat. Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain :

a. Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.b. Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang. c. Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi . d. Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.

Articulatio coxae merupakan sendi diartrosis. Pada jenis sendi ini permukaan sendi dari tulang ditutupi tulang rawan hialin yang dibungkus dalam simpai sendi. Simpai sendi ini terdiri atas lapis fibrosa luar dari jaringan ikat padat yang menyatu dengan periosteum tulang. Lapis dalamnya adalah lapisan sinovial. Jaringan ikat pada sinovial langsung berhubungan dengan cairan sinovial dalam rongga sendi.

Pada permukaan atau di dekatnya ditemukan sel mirip fibroblas yang menghasilkan kolagen, proteoglikan,dan komponen lain dari interstitium; sel makrofag yang membersihkan debris akibat aus dari sendi. Bisa terdapat limfosit pada lapisan yang lebih dalam.

Pendarahan sampai ujung os femur pada Art.Coxae dibentuk oleh tiga kelompok besar:

Cincin arteri Ekstracapsuler yang berada pada dasar collum femoris. Terdiri dari arteri circumleksa femoral medialis dan arteri circumfleksa femoral lateralis yang menjalar secara anterio maupun posterior.

Percabangan dari cincin arteri ascenden menjalar ke atas yang berada pada permukaan collum femoris sepanjang linea intertrochanterica.

Arteri pada Ligamentum teres dan pembuluh darah metafisial inferior bergabung membentuk pembuluh darah epifisial. Sehingga terbentuknya pembuluh cincin kedua sebagai pemasok darah pada caput femori

Pada fraktur collum femoris sering terjadi terganggunya aliran darah ke caput femori. Pembuluh darah Retinacular superior dan pembuluh epifisial merupakan sumber terpenting untuk suplai darah. Pada fraktur terbuka dapat menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya termasuk pembuluh darah dan sinovial.

13

Page 14: Wrap Up Skenario 3

LI2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur

LO2.1. Definisi Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (trauma)

LO2.2. Etiologi Fraktur

Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu:

1. Cidera atau benturan 2. Fraktur patologik

Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.

3. Fraktur beban

14

Page 15: Wrap Up Skenario 3

Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari

LO 2.3. Klasifikasi Fraktur

Fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. Berdasarkan hubungan dengan udara bebas

1. Fraktur tertutup: tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau bagian eksternal tubuh.

2. Fraktur terbuka: terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat, yaitu :

Derajat Luka Fraktur

I < 2 cm, Keruskan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk. Kontaminasi minimal

Sederhana, dislokasi ringan minimal

II > 2 cm , kontusi oto di sekitarnya Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar, hilangnya jaringan disekitarnya

Kominutif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang

b. Komplit dan tidak komplit1. Fraktur complete : Bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau

melalui kedua korteks tulang.2. Fraktur incomplete : Bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang3. Hairline fracture : Patah retak rambut4. Buckle fracture/ Torus fracture : Bila terjadi lipatan dari korteks dengan kompresi tulang

spongiosa di bawahnya. Biasanya pada distal radius anak-anak.

5. Greenstick fracture : Fraktur tidak sempurna, korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteumnya. Sering terjadi pada anak-anak. Fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami remodelling ke bentuk fungsi normal.

15

Page 16: Wrap Up Skenario 3

c. Sudut patah1. Fraktur transversal : Garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang

tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi/ direduksi kembali ke tempatnya semula.

2. Farktur oblik : Garis patahnya membentuk sudut. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

3. Fraktur spira : Akibat trauma rotasi. Garis patah tulang membentuk spiral. Fraktur cenderung cepat sembuh.

d. Jumlah garis patah1. Fraktur kominutif : Garis patah lebih dari 1 dan saling berhubungan.2. Fraktur segmental : Garis patah lebih dari 1 tetapi tidak saling berhubungan.3. Fraktur multiple : Garis patah lebih dari 1 tetapi pada tulang yang berlainan.

e. Trauma1. Fraktur kompresi : 2 tulang menumbuk tulang ke-3 yang berada diantaranya.2. Fraktur avulse : Trauma tarikan, suatu fragmen tulang pada tempat insersi

tendon ataupun ligamen.3. Fraktur spiral

f. Bergeser dan tidak bergeser1. Fraktur undisplaced : Garis patah komplit tetapi ke-2 fragmen tidak bergeser,

periosteumnya masih utuh.2. Fraktur displaced : Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga

disebut lokasi fragmen.

Terbagi atas:- Dislokasi ad longitudinal cum contractionum: pergeseran searah sumbu dan overlapping.- Dislokasi ad axim: pergeseran yang membentuk sudut.- Dislokasi ad latus: pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauh.

16

Page 17: Wrap Up Skenario 3

LI 3 Memahami dan Menjelaskan Fraktur Femur

LO3.1. Definisi Fraktur FemurFraktur kolum femur adalah fraktur intrakapsuler yg terjadi di femur proximal pd daerah

yg berawal dari distal permukaan artikuler caput femur hingga berakhir di proximal daerah intertrochanter

LO3.2. Etiologi Fraktur Femur

a. Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut, misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras.

b. Trauma tidak langsung : Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan, misalnya disebabkan oleh gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen didalam asetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi,mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur.

c. Fraktur patologis : fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, infeksi tulang dan tumor tulang. Fraktur kolum femur sering tejadi pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulangakibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal dan basal, yang kesemuannya terletak didalam simpai sendi panggul atau intrakapsular, fraktur intertrochanter dan sub trochanter terletak ekstra kapsuler.

d. Adanya tekanan varus atau valgus

LO3.3. Klasifikasi Fraktur Femoris

Klasifikasi fraktur kolum femur berdasarkan:

Lokasi anatomi,dibagi menjadi: Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul

a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femurb. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femurc. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur

Fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggula. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minorb. Fraktur intertrokanterc. Fraktur subtrokanter

17

Page 18: Wrap Up Skenario 3

Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.

Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.

Standar pemeriksaan radiologi untuk fraktur kolum femur adalah rontgen pinggul dan pelvis anteroposterior dan cross-table lateral. Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut :

a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseranc. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment)d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang

bersinggungan

Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak.

a. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada posisi tegakb. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada posisi tegakc. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal pada posisi tegak

18

Page 19: Wrap Up Skenario 3

LO3.4. Manifestasi Klinis Fraktur Femur

Fraktur collum femoris merupakan fraktur yang paling sering terjadi terutama pada usia lanjut karena jatuh. Fraktur tersebut tidak sembuh dengan mudah sehingga menyebabkan penurunan suplai darah pada caput femoris. Terjadi syok hebat dan pada fraktur tertutup, dan fat emboli sering ditemukan. Kaki berotasi keluar, memendek dan deformitas. Paha membengkak dan memar. Patah pada daerah ini menimbulkan pendarahan yang cukup banyak. Penderita biasanya tidak hanya nyeri bahkan tidak bisa bangun. Hal ini terjadi karena ketidakstabilan fraktur.

Manifestasi klinik fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekka deformitas, krepitus pembengkakan local dan perubahan warna. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur yang merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

a) Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas yang bisa diketahui dengan ekstermitas normal.Terjadi pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.

b) Saat ekstermitas diperiksa teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus akibat gesekan antara fragmen satu dgn yang lainnya.

c) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur

LO3.5. Pemeriksaan Penunjang Fraktur Collum Femoris

a. Sinar XPemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan. Pemeriksaan sinar X terdiri dari :1. Dua pandangan. Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X

tunggal dan sekurang-kurangnya harus dilakukan dua sudut pandang (anterior-posterior dan lateral).

2. Dua sendi. Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat emngalami fraktur dan angulasi. Tetapi angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi di atas dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan pada foto sinar X.

3. Dua tungkai. Pada sinar-X tulang anak-anak, epifisis yang normal dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto tungkai yang tidak cidera dapat bermanfaat. Dua cidera kekuatan yang hebat sering menyebabkan cidera pada lebih dari singkat. Karena itu bila ada fraktur pada calcaneus atau femur, perlu juga diambil foto sinar-X pada tulang belakang.

19

Page 20: Wrap Up Skenario 3

4. Dua kesempatan. Segera setelah cidera suatu fraktur (misalnya pada skafoid carpal) mungkins ulit dilihat. Kalau ragi-ragu sebagai akibat resorpbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat menegakkan diagnosis.

b. Pencitraan khusus

Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar x biasa. Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau fraktur condylus tibia, ct dan MRI mungkin merupakan satu-satunya cara untuk menunjukkan apakah fraktur vertebrae mengancam akan menekan medula spinalis. Sesungguhnya potret transeksional snagat penting untuk visualisasi. Fraktur secara tepat pada tempat yang sukar misalnya calcaneus atau acetabulum, dan potret rekonstruksi 3 dimensi bahkan lebih baik. Scanning radioisotop berguna untuk mendiagnosis fraktur tekanan yang dicurigai atau fraktur bergeser yang lain.

Intracapsular Fracture Intertrochanteric Fracture

20

Page 21: Wrap Up Skenario 3

Subtrokchanteric fracture

LO3.6. Penatalaksanaan Fraktur Collum Femoris

Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

a. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur

1. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

3. Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

b. Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi  atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal.

1. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal.

2. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

c. Mempertahankan  dan mengembalikan fungsi, segala upaya  diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;(1) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi

21

Page 22: Wrap Up Skenario 3

(2) Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan(3) Memantau status neurologi.(4) Mengontrol kecemasan dan nyeri(5) Latihan isometrik dan setting otot(6) Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari(7) Kembali keaktivitas secara bertahap.

LO3.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding Fraktur Femur

1. Anamnesa (Ada tidaknya trauma)Dilakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera,

posisi tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan, obat-obatan yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit lainnya.

Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur yang terjadi adalah fraktur patologis. Jika terjadi trauma, harus diperinci jenis, berat-ringannya trauma, arah trauma, dan posisi penderita atau ekstrimitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera

Terdapat tiga situasi dimana fraktur leher femur dapat terlewatkan;

Fraktur-tekanan : Pasien manula dengan nyeri pinggul yang tak diketahui mungkin mengalami fraktur-tekanan; pemeriksaan sinar X hasilnya normal tetapi scan tulang akan memperlihatkan lesi “panas”.

Fraktur yang terimpaksi : Garis awal fraktur tak terlihat, tetapi bentuk kaput femoris dan leher berubah; selalu bandingkan kedua sisi.

Fraktur yang tidak nyeri : Pasien yang berada di tempat tidur dapat mengalami fraktur “diam”.

2. Pemeriksaan UmumDicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya : shock pada fraktur multiple,

fraktur pelvis, serta tanda-tanda fraktur terbuka terinfeksi.3. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah

22

Page 23: Wrap Up Skenario 3

pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasienakan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.a. Inspeksi (look)b. Palpasi (feel)c. Gerakan (moving)

A. Inspeksi / lookPada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat adanya

asimetris pada kontur atau postur, pembengkakan, dan perubahan warna local. Pasien merasa kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Adanya luka kulit, laserasi atau abrasi, dan perubahan warna di bagian distal luka meningkatkan kecurigaan adanya fraktur terbuka. Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi yang sehat.

B. Palpasi / feelNyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat juga secara

objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan sumbunya. Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat sama.

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi. Neurovaskularisasi yang perlu diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya, pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill test), sensibilitas.

Palpasi harus dilakukan di sekitar lesi untuk melihat apakah ada nyeri tekan, gerakan abnormal, kontinuitas tulang, dan krepitasi. Juga untuk mengetahui status vaskuler di bagian distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapat diperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di distal fraktur. Pada tes gerakan, yang digerakkan adalah sendinya. Jika ada keluhan, mungkin sudah terjadi perluasan fraktur.

C. Gerakan / movingGerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan

nyeri dan mengakibatkan cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin fraktur. Gerakan sendi terbatas karena nyeri, akibat fungsi terganggu (Loss of function)

23

Page 24: Wrap Up Skenario 3

DIAGNOSIS BANDING

a. Osteitis PubisOsteitis pubis adalah peradangan simfisis pubis dan sekitarnya insersi otot. Osteitis pubis biasanya dialami oleh atlet. Gejala yang muncul dari pubis osteitis dapat hampir semua keluhan tentang pangkal paha atau perut bagian bawah serta perbedaan panjang kaki.

http://www.orthoclinic.com.sg/wp-content/uploads/2013/10/osteitis_pubis.jpg

b. SlippedCapital Femoral EpiphysisSlipped capital femoral epiphysis adalah ketidakstabilan growth plate (lempeng pertumbuhan) femoralis proksimal. Ada pemisahan epiphysis femoralis proksimal melalui pelat pertumbuhan sehingga menyebabkan selipan terjadi diatas epifisis.

24

Page 25: Wrap Up Skenario 3

http://www.orthopediatrics.com/binary/org/ORTHOPEDIATRICS/images/hipimages/child_hip_slipped_cfe_anatomy05.jpg

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00052

c. Snapping Hip Syndrome

Snapping Hip Syndrome atau Iliopsoas Tendinitis adalah suatu kondisi dimana Anda mendengar suara derik atau merasakan sensasi gertak di pinggul ketika sedang berjalan, berlari, bangun dari kursi, atau mengayunkan kaki. Gertakan pinggul terjadi akibat hasil dari kekakuan otot dan tendon di sekitar pinggul. Orang-orang yang terlibat dalam olahraga lebih mungkin untuk mengalami patah pinggul. Penari dan Atlet muda lebih rentan memiliki patah pinggul.

http://www.caringmedical.com/wp-content/uploads/2013/11/Snapping_Hip_syndrome.jpg

25

Page 26: Wrap Up Skenario 3

LO3.8. Komplikasi Fraktur Collum Femoris

Komplikasi awal

o Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan

darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.

o Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk

kedalam pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

o Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan

dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk). Sindrom ini dapat ditangani dengan fascioctomi untuk tindakan operatif dan hindari elevasi.

o Trombo-emboli: obtruksi pembuluh darah karena tirah baring yang terlalu lama.

Misalnya dengan di traksi di tempat tidur yang lama.o Infeksi: pada fraktur terbuka akibat kontaminasi luka, dan dapat terjadi setelah

tindakan operasi.o Osteonekrosis (avakular): tulang kehilangan suplai darah untuk waktu yang lama

(jaringan tulang mati dan nekrotik)o Osteoatritis: terjadi karena faktor umur dan bisa juga karena terlalu gemuk

o Koksavara: berkurangnya sudut leher femur.

o Anggota gerak memendek (ektrimitas).

Komplikasi lambat

o Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang

lebih lama dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan).o Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.

o Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu

semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.o Kekakuan pada sendi.

o Refraktur: terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang

solid.

26

Page 27: Wrap Up Skenario 3

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A.G., dan Solomon, L. 1995. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley. Alih bahasa; fr. Edi Nugroho. Jakarta: Widya medika

Eroschenko,Victor P. 2002.Atlas histologi diFiore edisi 11.Jakarta: EGC.

Sjamsuhidjat R,Wim de J. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Simbardjo, Djoko. 2008. Fraktur Batang Femur dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: FKUI.

http://emedicine.medscape.com/article/91596-overview Diakses pada tanggal 25 September 2014 pukul 20:06 WIB

http://emedicine.medscape.com/article/87420-overview Diakses pada tanggal 25 September 2014 pukul 20:45 WIB

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00052 Diakses pada tanggal 25 September 2014 pukul 20:36 WIB

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00363 Diakses pada tanggal 25 September 2014 pukul 20:52WIB

27