Wrap Up Skenario 3 - B5

44
DAFTAR ISI Judul Daftar Isi .......................................................... .............................................................. ............1 Skenario ..................................................... .............................................................. ..................2 Mengidentifikasi kata – kata sulit ........................................................ .....................................3 Rumusan masalah ...................................................... .............................................................. ..3 Jawaban ...................................................... .............................................................. .................3 Hipotesa ..................................................... .............................................................. ..................4 Sasaran belajar ...................................................... .............................................................. .......5 Pembahasan ................................................... .............................................................. ..............6 1 | Page

description

Skenario 3 blok urin

Transcript of Wrap Up Skenario 3 - B5

DAFTAR ISIJudulDaftar Isi ....................................................................................................................................1Skenario .....................................................................................................................................2Mengidentifikasi kata kata sulit .............................................................................................3Rumusan masalah ......................................................................................................................3Jawaban .....................................................................................................................................3Hipotesa .....................................................................................................................................4Sasaran belajar ...........................................................................................................................5Pembahasan ...............................................................................................................................6LI 1. Memahami dan menjelaskan anatomi prostat.............................................................6LO 1.1 Memahami dan menjelaskan makroskopik prostat.....................................................6LO 1.2 Memahami dan menjelaskan mikroskopik prostat .....................................................7LI 2. Memahami dan menjelaskan fisiologi prostat.............................................................9LI 3. Memahami dan menjelaskan BPH..............................................................................9LO 3.1 Memahami dan menjelaskan definisi BPH...............................................................10LO 3.2 Memahami dan menjelaskan etiologi BPH ..............................................................10LO 3.3 Memahami dan menjelaskan klasifikasi BPH ..........................................................12 LO 3.4 Memahami dan menjelaskan patofisiologi BPH ......................................................14LO 3.5 Memahami dan menjelaskan epidemiologi BPH .....................................................16LO 3.6 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis BPH ..............................................16LO 3.7 Memahami dan menjelaskan diagnosis BPH ...........................................................18LO 3.8 Memahami dan menjelaskan diagnosis banding BPH .............................................22LO 3.9 Memahami dan menjelaskan tatalaksana BPH ........................................................22LO 3.10 Memahami dan menjelaskan komplikasi BPH ........................................................28LO 3.11 Memahami dan menjelaskan prognosis BPH ..........................................................28LO 3.12 Memahami dan menjelaskan pencegahan BPH .......................................................28 LI 4.Memahami dan menjelaskan pandangan islam tentang pemeriksaan dan penatalaksanaan kelainan saluran kemih lelaki................................................28Daftar pustaka .........................................................................................................................30

SKENARIO 3

TIDAK BISA BUANG AIR KECILLaki-laki, 65 tahun datang berobat ke Poliklinik Bedah dengan keluhan tidak bisa kencing sejak 1 hari yang lalu, meskipun merasa sangat ingin kencing. Sebelumnya riwayat LUTS (Lower Urinary Tract Syndrome) seperti hesistensi, nokturia, urgensi, frekuensi, terminal dribbling sering dirasakan sebelumnya. IPSS (International Prostate Symptom Score) > 30 dan Skor kualitas hidup (QoL) > 5. Pada pemeriksaan fisik didapatkan regio supra pubik bulging dan pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostate membesar. Oleh dokter yang memeriksanya dianjurkan untuk dipasang kateter urin dan dilakukan pemeriksaan BNO-IVP.

MENGIDENTIFIKASI KATA KATA SULIT1. Hesistensi : Kesulitan untuk mengeluarkan pancaran urin akibat tekanan pada uretra dan leher kandung kemih2. Terminal dribling : Masih adanya tetesan air kemih pada saat miksi3. QoL : Digunakan untuk mengetahui seberapa terganggunya pasien dengan penyakit yang dideritanya4. Nokturia : Berkemih saat malam hari5. LUTS : Sindroma saluran kemih bawah6. BNO IVP : Pemeriksaan radiologi yang bisa memberikan visualisasi ginjal dan ureter7. Urgensi : Rasa ingin menahan kencing sehingga terasa sakit8. Supra pubik bulging : Pembengkakan pada supra pubik pada saat palpasi

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah hormon yang berpengaruh pada penyakit ini? Apakah usia juga berpengaruh?2. Mengapa terjadi hesistensi, nokturia, dan terminal dribling?3. Mengapa tidak bisa kencing?4. Apa diagnosis skenario ini?5. Apa faktor penyebabnya?6. Mengapa pada pemeriksaan fisik terdapat supra pubik bulging?7. Pemeriksaan apa saja selain BNO IVP?8. Klasifikasi IPSS dan skor kualitas hidup?9. Tatalaksana?10. Faktor resiko?11. Pencegahan?12. Bagaimana bila tidak ditangani?

JAWABAN

1. Testoteron, estrogen. Iya usia berpengaruh2. Hesistensi Karena uretra tertekanNokturia Karena otot otot melemah3. Karena prostat membesar, uretra tertekan4. BPH5. Usia, hormon, aktivitas seksual, genetik6. Karena uretra terjepit jadi urin tertahan di vesica urinaria7. Urinalisis, kultur urin, USG, foto polos perut, PSA8. 0 7 ringan8 19 sedang20 35 berat9. Medikamentosa Penghambat a adrenergik, penghambat reduktase a, penghambat fosfodiesterase enzim, kombinasiOperasi prostektomi terbuka10. Testoteron dan estrogen11. Medical check up, diet, pola hidup, hindari obat yang memperburuk gejala12. Bisa refluks keatas, pielonefritis

HIPOTESA

Pertambahan usia menyebabkan ketidakseimbangan hormon, sehingga pada laki laki terjadi pembesaran prostat. Prostat bagian medial dan lateral yang membesar menekan uretra, akibatnya pasien sulit berkemih dan menimbulkan gejala LUTS. Pada pemeriksaan IPSS didapatkan derajat 3 (berat). Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan seperti BNO IVP, PSA untuk menegakkan diagnosis. Pasien diduga menderita BPH.

SASARAN BELAJAR

LI 1. Memahami dan menjelaskan anatomi prostatLO 1.1 MakroskopikLO 1.2 Mikroskopik

LI 2. Memahami dan menjelaskan fisiologi prostat

LI 3. Memahami dan menjelaskan BPHLO 3.1 DefinisiLO 3.2 EtiologiLO 3.3 Klasifikasi LO 3.4 PatofisiologiLO 3.5 EpidemiologiLO 3.6 Manifestasi klinisLO 3.7 DiagnosisLO 3.8 Diagnosis bandingLO 3.9 TatalaksanaLO 3.10 KomplikasiLO 3.11 PrognosisLO 3.12 Pencegahan

LI 4.Memahami dan menjelaskan pandangan islam tentang pemeriksaan dan penatalaksanaan kelainan saluran kemih lelaki

LI 1.Memahami dan menjelaskan anatomi prostat

LO 1.1Makroskopik

Prostat adalah bagian sistem reproduksi pria yang mengelilingi urethra. Mengeluarkan semen yg membawa sperma. Ukurannya sebesar buah kenari. Bentuknya ovoid, ujung caudal disebut Apex prostata, bersandar pd serabut-2 medial M.Levator ani dan M.Levator Prostata.

Pada prostat dewasa, masih dapat dibedakan lobus lateralis kanan dan kiri yang menonjol yang saling dihub.oleh jar. musculo fibrous disebut Isthmus.

Biasanya pada prostat, di daerah uvula pada bibir posterior collum vesicae terjadi pembesaran prostat yg oleh para klinisi dianggap sbg : Hipertrofi median lobe.Ada 5 lobus yaitu

Lobus anterior : terletak didepan Urethra pars prostatica unsur kelenjar tidak berkembang embryologi : berasal dari dinding depan urethra pars prostatica.

Lobus lateral dextra dan sinistra: paling berkembang menjadi Benign prostat hyperplasia terletak sebelah lateral dari Urethra pars prostatica

Lobus medius : sinonim : Lobus medianus berkembang dari dinding posterior urethra pars prostatica terletak diatas Ductus ejakulatorius sering menjadi BPH

Lobus posterior : berkembang dari dinding dorsal urethra lobus posterior ini yang teraba pada rectal toucher bila membesar jadi Carsinoma.prostata. bagian prostat yg berhadapan dgn rectum terletak dibawah muara Ductus ejakulatorius

Pendarahan dari A.Vesicales inferior cabang dari A.iliaca interna. Plexus venosa prostatica menerima darah dari V. dorsalis penis dan mengalirkan ke V. iliaca interna.Persarafan prostat berasal dari Pleksus hipogastrikus inferior dan membentuk Pleksus prostatikus. Prostat mendapat persarafan terutama dari serabut saraf tidak bermielin. Beberapa serat ini berasal dari sel ganglion otonom yang terletak di kapsula dan di stroma. Serabut motoris, mungkin terutama simpatis, tampak mempersarafi sel-sel otot polos di stroma dan kapsula sama seperti dinding pembuluh darah.

LO 1.2MikroskopikProstat merupakan kumpulan 30-50 kelenjar tubuloalveolar bercabang yang saluran keluarnya bermuara ke dalam urethra pars prostatica. Prostat mengeluarkan cairan prostat dan menyimpannya untuk dikeluarkan pada saat ejakulasi. Secara umumnya, kalenjar prostat terbentuk dari glandular fibromaskuler dan juga stroma, di mana, prostat berbentuk piramida, berada di dasar musculofascial pelvis dimana dan dikelilingi oleh selaput tipis dari jaringan ikat. Prostat dikelilingi oleh kapsula fibroelastis yang kaya akan otot polos. Kapsula ini memancarkan septa yang menembus kelenjar. Stroma yang sangat kaya akan fibromuskuler terbentuk mengelilingi kelenjar. Lamina basalis tidak nyata dan sel-sel epitel terletak pada suatu lapisanjaringan penyambung yang banyak otot polos, jala-jala serabut elastin padat dan kapiler-kapiler darah. Epitelnya mungkin kubis atau malahan berlapis tetapi pada sebagian besar tempat adalah toraks, disertai sedikit sel-sel basal. Sel-selnya mensekresi protein. Sel-sel ini memiliki aktifitas fosfatase asam yang besar. Keistimewaan ini dipertahankan pada karsinoma prostat yang ditandai oleh adanya enzim dalam konsentrasi tinggi dalam tumor dan dalam darah. Fosfatase asam serum diukur tidak hanya pada diagnosis tetapi juga untuk mengikuti penderita dengan tumor tersebut. Bagian-bagian kelenjar terbenam di dalam stroma padat yang di bagian tepi berlanjut pada simpai. Stromanya juga fibroelastik dan mengandung sejumlah berkas serat otot. Alveoli dan tubuli kelenjar sangat tidak teratur dan sangat beragam bentuk dan ukurannya. Alveoli dan tubuli bercabang berkali-kali, keduanya memiliki lumen yang lebar. Lamina basal kurang jelas dan epitel sangat berlipat-lipat. Jenis epitelnya selapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubis rendah, tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar. Sitoplasma banyak mengandung butir sekret dan butir lipid. Saluran keluar mempunyai lumen yang tidakteratur dan mirip tubuli sekretoris yang kecil. Sekret prostat merupakan cairan seperti susu, bersifat agak alkali, kaya dengan enzim proteolitik, terutama fibrinolisin yang membantu pencairan semen. Sekret juga mengandung sejumlah besar fosfatase asam. Pada sajian, sekret terlihat sebagaimassa granular yang asidofilik. Seringkali mengandung badan-badan bulat atau bulat telur disebut konkremen prostat (korpora amilasea) yang merupakan kondensasi sekret yangmungkin mengalami perkapuran.Telah ditemukan lima daerah/ zona tertentu yang berbeda secara histologi maupun biologi, yaitu: 1. Zona Anterior atau Ventral Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma fibromuskular. Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.1. Zona Perifer Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat. Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma terbanyak.1. Zona Sentralis. Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus tengah meliputi 25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi1. Zona Transisional. Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar preprostatik. Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih 5% tetapi dapat melebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi benign prostatic hyperpiasia (BPH)1. Kelenjar-Kelenjar Periuretra Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.Pada usia sekitar 40 th kelenjar-kelenjar mukosa ini sering mengalami hipertrofi. Hal tersebut dapat mengakibatkan obstruksi urethra total atau parsial. Proses sekresi prostat bergantung pada testosteran seperti halnya vesica seminalis. Badan-badan kecil sferis dan susunan glikoprotein yang bergaris tengah kurang dari 0,2 mm sering ditemukan pada lumen prostat (konkremen prostat). Badan-badan ini sering membentuk kalkuli. Jumlah mereka akan bertambah seiring bertambahnya usia.

http://faculty.tcc.edu/mmitchell/images/prost2b.gif

LI 2.Memahami dan menjelaskan fisiologi prostat

Kelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu, yang mengandung ion sitrat, kalsium, dan ion fosfat, enzim pembeku, dan profibrinolisis. Selama pengisian, sampai kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer seperti susu yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat menambah lebih banyak lagi jumlah semen. Sifat yang sedikit basa dari cairan prostat mungkin penting untuk suatu keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens relatif asam akibat adanya asam sitrat dan hasil akhir metabolisme sperma, dan sebagai akibatnya, akan menghambat fertilisasi sperma. Sekret vagina juga bersifat asam (ph 3.5 4).Sperma tidak dapat bergerak optumal sampai pH sekitarnya meningkat kira kira 6 6.5. Sehingga merupakan suatu kemungkinan bahwa cairan prostat menetralkan sifat asam dari cairan lainnya setelah ejakulasi dan juga meningkatkan motilitas dan fertilisasi sperma.Kelenjar prostat secara relatif tetap kecil sepanjang masa kanak kanak dan mulai tumbuh pada masa pubertas di bawah rangsangan testosteron. Kelenjar ini mencapai ukuran hampir tetap padausia 20 tahun dan tetap dalam ukuran itu sampai pada usia kira kira 50 tahun. Pada waktu tersebut, beberaoa orua kelenjarnya mulai berinvolusi, bersamaan dengan penurunan pembentukan testosteron oleh testis. Sekali kelenjar prostat terjadi, sel sel karsinogen biasanya dirangsang untuk tumbuh lebih cepat oleh testosteron, dan dihambat dengan pengangkatan testis, sehingga testosteron tidak dapat dibentuk lagi.

Fungsi prostatFungsi kelenjar prostat pada umumnya sebagai sumber nutrisi dan perlindungan spermatozoa yaitu dengan cara:1. Mengeluarkan cairan alkalis yang berfungsi untuk menetralkan sekresi vagina yang asam. Fungsi ini bertujuan untuk sperma agar dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang sedikit basa2. Menghasilkan enzim-enzim pembekuan dan fibrinolisin. Enzim pembekuan prostat bekerja pada fibrinogen dari vesikula seminalis untuk enghasilkan fibrin yang bertujuan untuk membekukan semen sehingga sperma yang diejakulasikan dapa bertahan di dalam saluran reproduksi wanita . Setelah itu bekuan seminal diuraikan oleh fibrinolisin ,yaitu suatu enzim pengurai fibrin dari prostat,sehingga sperma motil yang dikeluarkan dapat bergerak bebas di dalam saluran reproduksi wanita

Mekanisme Kerja ProstatKelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu, yang mengandung ion sitrat, kalsium, dan ion fosfat, enzim pembeku, dan profibrinolisis. Selama pengisian, sampai kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer seperti susu yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat menambah lebih banyak lagi jumlah semen. Sifat yang sedikit basa dari cairan prostat mungkin penting untuk suatu keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens relatif asam akibat adanya asam sitrat dan hasil akhir metabolisme sperma, dan sebagai akibatnya, akan menghambat fertilisasi sperma. Sekret vagina juga bersifat asam (ph 3.5 4).Sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH sekitarnya meningkat kira kira 6 6.5. Sehingga merupakan suatu kemungkinan bahwa cairan prostat menetralkan sifat asam dari cairan lainnya setelah ejakulasi dan juga meningkatkan motilitas dan fertilisasi sperma.Kelenjar prostat secara relatif tetap kecil sepanjang masa kanak kanak dan mulai tumbuh pada masa pubertas di bawah rangsangan testosteron. Kelenjar ini mencapai ukuran hampir tetap pada usia 20 tahun dan tetap dalam ukuran itu sampai pada usia kira kira 50 tahun. Pada waktu tersebut, beberaoa orang tua kelenjarnya mulai berinvolusi, bersamaan dengan penurunan pembentukan testosteron oleh testis. Sekali kelenjar prostat terjadi, sel sel karsinogen biasanya dirangsang untuk tumbuh lebih cepat oleh testosteron, dan dihambat dengan pengangkatan testis, sehingga testosteron tidak dapat dibentuk lagi.(Walsh, et al. 1992)

LI 3. Memahami dan menjelaskan BPH

LO 3.1 Definisi

Benigna Prostat Hiperplasi adalah perbesaran prostat, kelenjar prostat membesar, memanjang kearah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine, dapat mengakibatkan hidronefrosis dan hidroureter (Brunner & Suddarth, 2000)

Benigna Prostat Hiperplasi adalah pembesaran dari beberapa dari kelenjar ini yang mengakibatkan obstruksi urine (Mary Buradero dkk, 2000).

BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Marilynn, E.D, 2000).

Hipertropi adalah pembesaran sel, sedangkan hiperplasi adalah pertambahan jumlah sel,sehingga terjadi pembentukan jaringan yang berlebihan. Benigna Prostat Hiperplasi adalah pembesaran kelenjar prostat, memanjang ke arah depan ke dalam kandung kemih, yang mengakibatkan obstruksi urine (Poppy, 1998).

LO 3.2 Etiologi Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hyperplasia prostat adalah:

1. Teori HormonalSelain androgen (testosteron/DHT), estrogen juga berperan untuk terjadinya BPH. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara hormon testosteron dan hormon estrogen, karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. Dari berbagai percobaan dan penemuan klinis dapat diperoleh kesimpulan, bahwa dalam keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.

2. Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan)Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. Terdapat empat peptic growth factor yaitu basic transforming growth factor, transforming growth factor F1, transforming growth factor F2, dan epidermal growth factor.

3. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkurangnya Sel yang MatiBerkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis sehingga jumlah sel-sel prostat meningkat dan massa menjadi positif. Faktor-faktor yang menghambat apoptosis : Hormon androgen menghambat proses kematian sel Estrogen memperpanjang usia sel prostat

4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.

5. Teori Dihydro Testosteron (DHT)Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam target cell yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dyhidro testosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex. Kemudian hormone receptor complex ini mengalami transformasi reseptor menjadi nuclear receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat.

6. Teori ReawakeningMc Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran stroma pada kelenjar periuretral (zone transisi) melainkan suatu mekanisme glandular budding kemudian bercabang yang menyebabkan timbulnya alveoli pada zona preprostatik. Persamaan epiteleal budding dan glandular morphogenesis yang terjadi pada embrio dengan perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan adanya reawakening yaitu jaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologik, sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya, sehingga teori ini terkenal dengan nama teori reawakening of embryonic induction potential of prostatic stroma during adult hood.

Selain teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkan tentang penyebab terjadinya BPH seperti teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial, teori infeksi dari zat-zat yang belum diketahui, teori yang berhubungan dengan aktifitas hubungan seks, teori peningkatan kolesterol dan Zn yang kesemuanya tersebut masih belum jelas hubungan sebab-akibatnya. (De Jong. 2004)

LO 3.3 Klasifikasi

Kategori/tingkat keparahan BPHAUAsymptom ScoreGejaladan tanda klinis

Ringan7Asymptomatic, laju puncak aliran urin 25-50 ml, peningkatan serum kreatinin dan BUN

Sedang8-19Semua gejala pada tingkatan sedang ditambah adanya gejala obstruksi dan iritasi pada saat pengosongan urin

Berat20Semua gejala pada tingkatan sedang ditambah adanya komplikai dari BPH

Kategori/ tingkatan BPHGejala dan tanda klinis

RinganIPSS 15 ml/mnt

SedangIPSS 9-18,laju aliran urin maksimal 10-15 ml/mnt

BeratIPSS > 18, laju aliran urin maksimal < 10 ml/mnt

AUA : American Urological Association(Lee,M., 2008).

Dengan menggunakan indeks AUA, pasien menilai 7 kerusakan dan gejala mengganggu yang menyusahkan. Setiap item dinilai keparahannya dalam skala 0 sampai 5, sehingga 35 merupakan skor maksimum dan gejala terberat yang konsisten.Penentuan berat ringan gejala dari BPH juga dapat ditentukan dengan IPSS (International Prostate Symptom Score).Menurut Rumahorbo (2000 : 71), terdapat empat derajat pembesaran kelenjar prostat yaitu sebagai berikut :1. Derajat RektalDerajat rektal dipergunakan sebagai ukuran dari pembesaran kelenjar prostat ke arah rektum.Rectal toucher dikatakan normal jika batas atas teraba konsistensi elastis, dapat digerakan, tidak ada nyeri bila ditekan dan permukaannya rata.Tetapi rectal toucher pada hipertropi prostat di dapatkan batas atas teraba menonjol lebih dari 1 cm dan berat prostat diatas 35 gram.Ukuran dari pembesaran kelenjar prostat dapat menentukan derajat rectal yaitu sebagai berikut:

1) Derajat O : Ukuran pembesaran prostat 0-1 cm2) Derajat I : Ukuran pembesaran prostat 1-2 cm3) Derajat II : Ukuran pembesaran prostat 2-3 cm4) Derajat III : Ukuran pembesaran prostat 3-4 cm5) Derajat IV : Ukuran pembesaran prostat lebih dari 4 cm

Gejala BPH tidak selalu sesuai dengan derajat rectal, kadang-kadang dengan rectal toucher tidak teraba menonjol tetapi telah ada gejala, hal ini dapat terjadi bila bagian yang membesar adalah lobus medialis dan lobus lateralis. Pada derajat ini klien mengeluh jika BAK tidak sampai tuntas dan puas, pancaran urine lemah, harus mengedan saat BAK, nocturia tetapi belum ada sisa urine.

2. Derajat KlinikDerajat klinik berdasarkan kepada residual urine yang terjadi. Klien disuruh BAK sampai selesai dan puas, kemudian dilakukan katerisasi. Urine yang keluar dari kateter disebut sisa urine atau residual urine. Residual urine dibagi beberapa derajat yaitu sebagai berikut:1) Normal sisa urine adalah nol2) Derajat I sisa urine 0-50 ml3) Derajat II sisa urine 50-100 ml4) Derajat III sisa urine 100-150 ml5) Derajat IV telah terjadi retensi total atau klien tidak dapat BAK sama sekali.

Bila kandung kemih telah penuh dan klien merasa kesakitan, maka urine akan keluar secara menetes dan periodik, hal ini disebut Over Flow Incontinencia. Pada derajat ini telah terdapat sisa urine sehingga dapat terjadi infeksi atau cystitis, nocturia semakin bertambah dan kadang-kadang terjadi hematuria.

3. Derajat Intra VesikalDerajat ini dapat ditentukan dengan mempergunakan foto rontgen atau cystogram, panendoscopy.Bila lobus medialis melewati muara uretra, berarti telah sampai pada stadium tida derajat intra vesikal. Gejala yang timbul pada stadium ini adalah sisa urine sudah mencapai 50-150 ml, kemungkinan terjadi infeksi semakin hebat ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, menggigil dan nyeri di daerah pinggang serta kemungkinan telah terjadi pyelitis dan trabekulasi bertambah.

4. Derajat Intra UretralDerajat ini dapat ditentukan dengan menggunakan panendoscopy untuk melihat sampai seberapa jauh lobus lateralis menonjol keluar lumen uretra. Pada stadium ini telah terjadi retensio urine total.

LO 3.4 Patofisiologi

Pembesaran prostat tergantung pada androgen dihydrotestosterone (DHT). Pada kelenjar prostat, tipe II 5-alfa reduktase memetabolisme testosterone di sirkulasi menjadi DHT, yang bekerja secara local, bukan sistemik. DHT berikatan dengan reseptor androgen di nucleus sel, sehingga menyebabkan BPH.Penelitian in vitro menunjukkan bahwa jumlah besar reseptor alfa 1-adrenergik terletak di otot polos stroma dan kapsula prostat, bergitu juga di collum vesica urinaria. Stimulasi reseptor ini menyebabkan meningkatnya gaya otot polos, yang dapat memperburuk LUTS. Sebaliknya, apabila reseptor ini diblok dapat merelaksasi otot secara reversible dengan bantuan selanjutnya pada LUTS.Secara mikroskopis, BPH berkarakteristik proses hyperplasia. Hyperplasia menyebabkan pembesaran prostat yang dapat menghambat aliran urin dari vesica urinaria, menyebabkan gejala pada BPH. Pembesaran prostat seiring penambahan usia bergantung pada hormone. Khususnya, laki-laki yang dikebiri (yaitu, yang tidak mampu untuk membuat testosteron) tidak mengembangkan BPH.Teori tradisional balik BPH adalah bahwa, seperti memperbesarnya prostat, kapsul sekitarnya mencegah dari meluasnya pembesaran, berpotensi menghasilkan kompresi uretra. Namun, disfungsi kandung kemih akibat obstruksi berkontribusi secara signifikan terhadap LUTS. Dinding kandung kemih menjadi menebal, trabekulasi, dan mudah iritasi ketika dipaksa untuk hipertrofi dan meningkatkan kekuatan kontraktil sendiri.Hal ini meningkatkan sensitivitas (detrusor overactivity [DO]), bahkan dengan volume kecil urin di kandung kemih, diyakini berkontribusi terhadap frekuensi kencing dan LUTS.Kandung kemih secara bertahap melemah dan kehilangan kemampuan untuk mengosongkan sepenuhnya, yang menyebabkan peningkatan volume urin sisa dan, mungkin, retensi urin akut atau kronis.Dalam kandung kemih, obstruksi menyebabkan hipertrofi sel otot polos.Spesimen biopsi kandung kemih tertrabekulasi menunjukkan bukti serat otot polos langka dengan peningkatan kolagen.Serat kolagen membatasi kelenturan, yang mengarah ke tekanan kandung kemih yang lebih tinggi pada saat mengisi.Selain itu juga membatasi pemendekan sel otot polos yang berdekatan, menyebabkan gangguan pengosongan dan bertambahnya urin residu.Fungsi utama dari kelenjar prostat adalah untuk mengeluarkan cairan basa yang terdiri dari sekitar 70% dari volume mani. Sekresinya memproduksi pelumas dan nutrisi untuk sperma. Cairan alkali pada ejakulasi menghasilkan pencairan plug mani dan membantu untuk menetralisir lingkungan vagina yang bersifat asam.Uretra prostat adalah saluran untuk air mani dan mencegah ejakulasi retrograde yaitu, ejakulasi sehingga air mani dipaksa mundur ke dalam kandung kemih) dengan menutup leher kandung kemih selama klimaks seksual. Ejakulasi melibatkan kontraksi terkoordinasi dari berbagai komponen, termasuk otot-otot halus dari vesikula seminalis, vasa deferentia, saluran ejakulasi, dan otot ischiocavernosus dan bulbocavernosus.

LO 3.5 Epidemiologi Hiperplasia prostat merupakan penyakit pada pria tua Jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun. Pada usia lanjut beberapa pria mengalami pembesaran prostat benigna. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun Di Jakarta hiperplasia prostat merupakan kelainan ke-2 tersering setelah batu saluran kemih.

LO 3.6 Manifestasi klinisGejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih.1) Gejala pada saluran kemih bagian bawahKeluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif dan gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus.

Gejalanya ialah : Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy) Pancaran miksi yang lemah (weak stream) Miksi terputus (Intermittency) Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling) Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying).Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung tiga faktor, yaitu : Volume kelenjar periuretral Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat Kekuatan kontraksi otot detrusor

Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga meskipun volume kelenjar periurethral sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum dirasakan.Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak sempurna pada saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh.Gejalanya ialah : Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency) Nokturia Miksi sulit ditahan (Urgency) Disuria (Nyeri pada waktu miksi)Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi : Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml Grade III: Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa urin > 150 ml.Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah, WHO menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut Skor Internasional Gejala Prostat atau I-PSS (International Prostatic Symptom Score). Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga 7.Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu: Ringan : skor 0-7 Sedang : skor 8-19 Berat : skor 20-35Timbulnya gejala LUTS merupakan menifestasi kompensasi otot vesica urinaria untuk mengeluarkan urin. Pada suatu saat otot-otot vesica urinaria akan mengalami kepayahan (fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.Timbulnya dekompensasi vesica urinaria biasanya didahului oleh beberapa faktor pencetus, antara lain: Volume vesica urinaria tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca dingin, menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman yang mengandung diuretikum (alkohol, kopi) dan minum air dalam jumlah yang berlebihan Massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau mengalami infeksi prostat akut Setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi otot detrusor atau yang dapat mempersempit leher vesica urinaria, antara lain: golongan antikolinergik atau alfa adrenergik.

1) Gejala pada saluran kemih bagian atasKeluhan akibat penyulit hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis)., atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.

2) Gejala di luar saluran kemihTidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.

LO 3.7 Diagnosis1. ANAMNESIS Keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah mengganggu Riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami cedera, infeksi, atau pem-bedahan) Riwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan pembedahan.

2. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan :1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)1. Adakah asimetris1. Adakah nodul pada prostate1. Apakah batas atas dapat diraba1. Sulcus medianus prostate1. Adakah krepitasi

Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi. Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadang-kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus.Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra simfisis.

3. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.a) Darah Ureum dan Kreatinin normal fungsi ginjal dan VU normal tidak ada urolithiasis, Ca atau hiperplasia prostat berat Elektrolit Blood urea nitrogen Gula darah

b) Urin Kultur urin + sensitifitas test Sedimen Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria dan hematuria. BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi saluran kemih, batu buli-buli atau penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi, di antara-nya: karsinoma buli-buli in situ atau striktura uretra, pada pemeriksaan urinalisis menunjukkan adanya kelainan. Untuk itu pada kecurigaan adanya infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urine, dan kalau terdapat 3 kecurigaan adanya karsinoma buli-buli perlu dilakukan pemeriksaan sitologi urine. Pada pasien BPH yang sudah mengalami retensi urine dan telah memakai kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali telah ada leukosituria maupun eritostiruria akibat pemasangan kateter

c) PSA (Prostate Spesific Antigen) Prostate Specific Antigen (PSA) merupakan suatu glikoprotein protease yang diproduksi dan disekresi oleh sel epitel prostat, yang merupakan tanda paling efektif untuk mengetahui adanya kanker prostat dan keadaanya meningkat pada BPH. Peningkatan PSA juga sebagai dari akibat colok dubur (DRE = Digital Rectal Examination), pemasangan kateter, sistoskopi, biospsi jarum, ultrasonografi trasnrectal Transrectal Ultrasound), reseksi prostat transuretra (TURP, Transurethral Resection of the Prostate), bertambahnya umur dan retensi urin serta besarnya volume.

PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer specific. Jika kadar PSA tinggi berarti: Pertumbuhan volume prostat lebih cepat Keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek dan lebih mudah terjadinya retensi urine akut. Pemasangan kateter, sistoskopi, biopsi jarum, ultrasonografi (Transrectal Ultrasound), reseksi prostat transuretra (TURP, Transurethral Resection of the Prostate)Pertumbuhan volume kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Dikatakan oleh Roehrborn et al (2000) bahwa makin tinggi kadar PSA makin cepat laju pertumbuhan prostat. Laju pertumbuhan volume prostat rata-rata setiap tahun pada kadar PSA 0,2- 1,3 ng/dl laju adalah 0,7 mL/tahun, sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl sebesar 2,1 mL/tahun, dan kadar PSA 3,3-9,9 ng/dl adalah 3,3 mL/tahun19. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua. Sesuai yang dikemukakan oleh Wijanarko et al (2003) bahwa serum PSA meningkat pada saat terjadi retensi urine akut dan kadarnya perlahanlahan menurun terutama setelah 72 jam dilakukan kateterisasi. Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah: 40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml 50-59 tahun:0-3,5 ng/ml 60-69 tahun:0-4,5 ng/ml 70-79 tahun: 0-6,5 ng/mlMeskipun BPH bukan merupakan penyebab timbulnya karsinoma prostat, tetapi kelompok usia BPH mempunyai resiko terjangkit karsinoma prostat. Pemeriksaan PSA bersamaan dengan colok dubur lebih superior daripada pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi adanya karsinoma prostat. Oleh karena itu pada usia ini pemeriksaan PSA menjadi sangat penting guna mendeteksi kemungkinan adanya karsinoma prostat. Sebagian besar petunjuk yang disusun di berbagai negara merekomendasikan pemeriksaan PSA sebagai salah satu pemeriksaan awal pada BPH, meskipun dengan sarat yang berhubungan dengan usia pasien atau usia harapan hidup pasien.Tes PSA ini sebaiknya dilakukan setiap tahun sejak berumur 50 tahun, namun untuk pria yang memiliki riwayat penyakit kanker prostat atau orang keturunan Afrika-Amerika, tes PSA sebaiknya dimulai sejak umur 40 tahun.

d) Pemeriksaan fungsi ginjalObstruksi infravesika akibat BPH menyebabkan gangguan pada traktus urinarius bawah ataupun bagian atas. Dikatakan bahwa gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-rata 13,6%. Gagal ginjal menyebabkan resiko terjadinya komplikasi pasca bedah (25%) lebih sering dibandingkan dengan tanpa disertai gagal ginjal (17%), dan mortalitas menjadi enam kali lebih banyak. Pasien LUTS yang diperiksa ultrasonografi didapatkan dilatasi sistem pelvikalises 0,8% jika kadar kreatinin serum normal dan sebanyak 18,9% jika terdapat kelainan kadar kreatinin serum10. Oleh karena itu pemeriksaan faal ginjal ini berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas.

LO 3.8 Diagnosis banding

1) Kelemahan Detrusor Kandung Kemih Kelainan medula spinalis Neuropatia diabetes mellitus Pasca bedah radikal di pelvis Farmakologik2) Kandung Kemih Neuropati Kelainan neurologik Neuropati perifer Diabetes mellitus Alkoholisme Farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)3) Obstruksi Fungsional Dissinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor dengan relaksasi sfingter Ketidakstabilan detrusor4) Kekakuan Leher Kandung Kemih Fibrosis5) Resistensi Urethra yang Meningkat Hiperplasia prostat jinak atau ganas Kelainan yang menyumbatkan uretra Uretralitiasis Uretritis akut atau kronik Striktur uretra Prostatitis akut atau kronis

LO 3.9 TatalaksanaTujuan dari perawatan pada BPH adalah untuk meningkatkan LUTS dan kualitas hidup pasien seperti halnya mencegah komplikasi terkait BPH (Oelke, et al., 2005). Prinsip terapi pada BPH ialah pengambilan keputusan terapi yang didasarkan pada tingkat keparahan dari gejala, derajat gangguan yang ditimbulkan dan berdasarkan pilihan pasien (Nicket, et al., 2010). Ada beberapa pilihan terapi pasien BPH, dimana terapi spesifik dapat diberikan untuk pasien kelompok tertentu. Untuk pasien dengan gejala ringan (symptom score 0-7), dapat dengan hanya dilakukan watchful waiting .

1. Watchful waiting (WW)Watchful waiting dilakukan pada penderita dengan keluhan ringan, atau sedang hingga berat namun tidak memiliki dampak atau berdampak minimal pada kualitas hidup pasien. Tindakan yang dilakukan adalah observasi saja tanpa pengobatan. Pasien yang sedang menjalani WW secara periodik mengunjungi dokter untuk dilakukan monitoring (Nicket, et al., 2010). Penenteraman hati pasien, pemberian pemahaman mengenai penyakit ini, dan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk mengoptimalkan WW (Oelke, et al., 2005). Modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan diantaranya buang air kecil sebelum tidur, menghindari konsumsi kafein dan alkohol, pengosongan kandung kemih yang lebih sering ketika tidak sedang tidur

2. Terapi obatTerapi farmakologi BPH dapat dikategorikan menjadi 3 tipe, yaitu agen yang bekerja merelaksasi otot polos prostate (menurunkan faktor dinamik), agen yang mengganggu efek stimulasi testosterone pada kelenjar prostate yang membesar (menurunkan faktor static), dan kombinasi terapi dari keduanya.

A. -blockers,Semua -blocker memiliki kemanjuran klinik yang mirip. Terapi dengan -blocker brdasarkan hipotesis bahwa LUTS sebagian disebabkan oleh kontraksi otot polos prostate dan leher kandung kencing yang dimediasi oleh 1-adrenergik yang menghasilkan tersumbatnya saluran kemih. Agen ini merelaksasi sfingter intrinsik uretral dan otot polos prostate namun tidak mengecilkan ukuran prostate.Tiga generasi -blockers telah digunakan dalam terapi BPH, namun efek antagonis pada reseptor 2-adrenergik presinaptik yang menyebabkan takikardi dan aritmia membuat generasi pertama agen ini digantikan dengan generasi kedua antagonis 1-adrenergik postsinaptik dan generasi ketiga 1-adrenergik uroselektif.Yang termasuk kedalam generasi kedua adalah prazosin, terazosin, doxazosin dan alfuzosin. Terapi dengan obat obat tersebut harus diawali dengan dosis rendah, untuk meningkatkan toleransi terhadap kemungkinan terjadinya efek samping seperti hipotensi ortostatik dan pening.Tamsulosin adalah satu satunya -blocker generasi ketiga yang tersedia di Amerika. obat ini bekerja secara selektif pada reseptor 1-adrenergik prostate yang menyusun kurang lebih 70% dari reseptor adrenergic dari kelenjar prostate. Blockade pada reseptor tersebut menghasilkan relaksasi otot polos dari prostate dan kandung kemih tanpa menyebabkan relaksasi otot polos vaskuler perifer.

ObatT (jam)Dosis lazim per hariWaktu mencapai efek puncak pada gejala BPH

Prazosin2 32-10 mg dalam 2 atau 3 dosis terbagi2 6 minggu

Terazosin11 141-10 mg dosis tunggal, maksimum 20 mg2 6 minggu

Doxazosin15 191 4 mg dosis tunggal, maksimum 8 mg2 6 minggu

Doxazosin GTS15 194 atau 8 mg dosis tunggal, maksimum 8 mgBeberapa hari

Alfuzosin10 mg dosis tunggalBeberapa hari

Tamsulosin14 150,4 atau 0,8 mg dosis tunggalBeberapa hari

a. Phenoxybenzamine Efek samping : Orthostatic hypotensi, Tachycardia, pusing, lemas, malaise, sedasi, mulut kering, mual, muntah, inhibisi ejakulasi, miosis, nasal kongesti, perasaan mengantuk Kontraindikasi : hipersensitifitas terhadap phenoxybenzamine, segala kondisi dengan tekanan darah lemah, Orthostatic hypotensi Farmakokinetik : T1/2=24jam, onset=beberapa jam, durasi=beberapa hari, bioavaibilitas=20-30%, metabolism=di hati, metabolit= N-phenoxyisopropyl-benzylamine, eksresi=melalui urin dan feses Farmakodinamik : alfa bloker, nonkompetitif terhadap blockade alfa-adrenergik sinapsis post ganglioner pada otot polos, kelenjar eksokrin

b. Prazosin Efek samping : pusing (10%), perasaan mengantuk (8%), sakit kepala (8%), lemah (7%), asthenia (6,5%), mual (5%), palpitasi (5%), edema, Orthostatic hypotensi, syncope, demam, ruam, sakit pada abdominal, diare, muntah, tes fungsi hepar abnormal, impotensi, pancreatitis, inkontinensia urin Kontraindikasi : hipersensitifitas Farmakokinetik : Absorpsi : Bioavailability: 43-82%, Onset: sekitar 2 jam, Durasi: 10-24 jam, Peak effect: 2-4 jam, Peak plasma time: 2-3 jam Distribusi : ikatan protein (97%) Metabolism : di hepar Eliminasi : T1/2 (2-3jam) dan eksresi di urin (6-10%), feses (melalui empedu) Farmakodinamik : Alpha-1 blocker menghambat postsinapsis reseptor alfa-adrenergik, menyebabkan dilatasi arteri dan vena dan penurunan tekanan darah

c. Terazosin Efek samping : pusing, somnolens, palpitasi, sakit kepala ringan, hipotensi Kontraindikasi : hipersensitifitas terhadap terazosin atau golongan quinazoline Farmakokinetik : Absopsi : Bioavailabilitas: 90%, Onset (benign prostate hyperplasia): 2 minggu, Durasi: 24 jam, Peak response (benign prostate hyperplasia): 4-6 minggu, Peak plasma time: 1 jam Distribusi : ikatan protein (90-94%) Metabolism : dimetabolisme melalui hidrolisis, O-demethylasi dan N-dealkilasi di hati. Hasil metabolit = 6- dan 7-O-demethyl terazosin, piperazine derivative, diamine metabolite Eliminasi : T1/2=9-12jam, renal clearance=9-12,5mL/menit, ekskresi=feses(55-60%) dan urin (40%) Farmakodinamik : memblok reseptor alfa 1 post-sinapsis, pemblokan alfa ini menyebabkan dilatasi arteri dan vena. Agen yang selektif menyebabkan takikardi yang lebih ringan daripada agen nonselektif

d. Doxazosin Efek samping : pusing, sakit kepala, lemah Kontraindikasi : hipersensitifitas terhadap doxazosin Farmakokinetik : Absorpsi : Bioavailability: Immediate release, 65%; extended release, 54-59%Onset (BPH response): Initial, 2 minggu; peak, 4-6 mingguDurasi: 24 jamPeak plasma time: 2-3 jam Distribusi : ikatan protein (99%) Metabolisme : di hepar, metabolit= Metabolites: 6- dan 7-O-demethyl metabolites, 6'- dan 7'-hydroxy metabolites, metabolit kecil lainnya Eliminasi : T1/2=22jam(cepat) dan 15-19jam(jangka panjang), ekskresi=feses(65%), urin (0,6-9%) Farmakodinamik : memblok reseptor alfa 1 pada stroma prostat dan jaringan vesica urinaria, mengurangi simpatetik urethral yang menyebabkan gejala BPH

e. Tamsulosin Efek samping : sakit kepala, hipotensi orthostatic, rhinitis, ejakulasi abnormal, pusing, athralgia, infeksi Kontraindikasi : hipersensitifitas terhadap Tamsulosin Farmakokinetik : Absorbsi : Bioavailability: Fasting 30%, Onset: 4-8 jam, Peak plasma time: dengan makanan, 6-7 jam; puasa, 4-5 jam Distribusi : ikatan protein (90%) Metabolisme : di liver, metabolit=glukoronid dan konjugasi sulfat (inaktif) Eliminasi : T1/2=14-15jam, ekskresi=urin(76%), feses(21%) Farmakodinamik : memblok reseptor alfa-1a adrenergic pada otot polos prostat, menurunkan resistensi collum vesica urinaria dan uretra

B. 5-reductase-inhibitors (finasteride atau dutasteride),Merupakan obat pilihan untuk pasien dengan LUTS sedang/berat dan prostate membesar (>40 g). kedua obat tersebut menurunkan volume prostate hingga 20-30% dan memiliki kemanjuran klinik yang mirip. 5-reductase-inhibitors dapat mencegah perkembangan BPH, meningkatkan skor gejala hingga 15% dan juga dapat menyebabkan peningkatan yang lumayan pada aliran berkemih yaitu 1,3 1,6 mL/s (Rosette, et al., 2004).1a.FinasterideFinasteride lebih efektif diberikan kepada pasien dengan prostat lebih besar dari pada 40 mL. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa finasteride secara signifikan dapat mengurangi retensi urin akut dan pembedahan pada penderita BPH. Finasteride juga mampu menurunkan tingkat PSA dalam serum (Rosette, et al., 2004).Finasteride memiliki efek samping yang berkaitan dengan fungsi seksual. Pada sebuah penelitian, dilaporkan terjadinya efek samping penurunan libido (6,4%), impoten (8,1%), penurunan ejakulat (3,7%) dan kurang dari 1% pasien mengalami keluhan lain seperti kemerahan, pembesaran dan pelembekan payudara (Rosette, et al., 2004).

1b. DutasterideDutasteride merupakan 5-reductase-inhibitors nonselektif yang menekan isoenzin tipe 1 dan 2, dan sebagai konsekuensinya lebih cepat dan lebih efektif dalam menurunkan produksi DHT intraprostat dan tingkat DHT serum hingga 90%.

3. Kombinasi terapi 1-adrenergic antagonist dengan 5-reductase-inhibitors Idealnya diberikan kepada pasien dengan gejala berat, yang juga mengalami pembesaran prostat lebih dari 40 g dan tingkat PSA sedikitnya 1,4 ng/mL. kekurangan dari terapo kombinasi ini adalah meningkatnya biaya pengobatan, dan peningkatan kejadian munculnya efek yang tidak diharapkan.Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi. Indikasi absolut dilakukan operasi adalah:Retensi urin berulang (berat), yaitu retensi urin yang gagal dengan pemasangan kateter urin sedikitnya satu kali. Infeksi saluran kencing berulang. Gross hematuria berulang. Batu buli-buli. Insufisiensi ginjal. Divertikula buli-buli.

4. Terapi pembedahan

a. Transurethral Resection of the Prostate (TURP) TURP merupakan metode paling sering digunakan dimana jaringan prostat yang menyumbat dibuang melalui sebuah alat yang dimasukkan melalui uretra (saluran kencing). Secara umum indikasi untuk metode TURP adalah pasien dengan gejala sumbatan yang menetap, progresif akibat pembesaranprostat, atau tidak dapat diobati dengan terapi obat lagi, pada pasien baik dengan LUTS sedang atau pun berat, yang menginginkan perawatan secara aktif, atau yang mengalami kegagalan terapi Prosedur ini dilakukan dengan anestesiregional atau umum dan membutuhkan perawatan inap selama 1-2 hari.

b. Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)Dilakukan terhadap penderita dengan gejala sedang sampai berat dan dengan ukuran prostat kecil (