Woi Udah Jadi Ini Efas Revisi Manstrat Ke 2
-
Upload
erwina-anandya -
Category
Documents
-
view
163 -
download
1
Transcript of Woi Udah Jadi Ini Efas Revisi Manstrat Ke 2
EXTERNAL FACTORS ANALISYS SUMMARY
Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman
eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi
strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan strategis
adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi eksternal dan
internal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.
Dalam hal ini dapat dibedakan secara jelas yaitu fungsi manajemen, konsumen,
ditributor dan pesaing. Jadi perencanaan strategi penting untuk memperoleh
keunggulan bersaing dan memilki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen
dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.
Memahami lingkungan eksternal
Tujuan Analisis lingkungan eksternal untuk mengerti/memahami dan
mengetahui peluang dan ancaman diluar perusahaan sehingga manajemen dari
organisasi/ perusahaan akan dapat melakukan reaksi secara tepat terhadap setiap
perubahan, selain itu agar memiliki kemampuan merespon berbagai isu kritis
mengenai lingkungan yang memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap perusahaan.
Dalam hal ini dapat ditelaah pada segi ancaman dan peluang terhadap lingkungan.
Ancama adalah suatu kondisi dalam lingkungan umum yang dapat menghambat
usaha-usaha perusahaan untuk mencapai daya saing strategis. Sedangkan peluang
adalah kondisi dalam lingkungan umum yang dapat membantu perusahaan mencapai
daya saing strategis. Proses yang dilakukan ini secara kontinyu untuk melakukan
analisis lingkungan eksternal adalah dengan:
Pemindaian (scanning):
Mengidentifikasi tanda-tanda awal perubahan lingkungan & trend yang
ada.
Pengawasan (monitoring):
Menemukan arti melalui observasi secara terus-menerus terhadap
perubahan lingkungan & trend.
Peramalan (forecasting):
Membuat proyeksi perkiraan hasil berdasarkan perubahan & trend yang
dimonitor.
Penilaian (assessing):
Menentukan waktu dan arti penting perubahan lingkungan & trend
terhadap strategi dan manajemen perusahaan.
Lingkungan Industri
Sekelompok faktor ancaman masuknya pendatang baru, pemasok, pembeli,
produk pengganti, dan intensitas persaingan antar persaing yang mempengaruhi suatu
perusahaan dan langkah serta tanggapan bersaingnya (porter’s five force analysis).
Ancaman pendatang baru
Ancaman ini menciptakan kekuatan yang bersifat substansial, yang
mempengaruhi besar – kecilnya hambatan yang masuk. Biasanya semakin
tinggi hambatan masuk, semakin rendah ancaman yang masuk dari pendatang
baru. Hambatan yang masuk seperti competitor baru yaitu PT BW Plantation
Tbk (BWPT). Dimana, Produsen baru ini dapat membahayakan perusahaan-
perusahaan kelapa sawit lain yang telah ada. Produsen baru ini menghasilkan
kapasitas produksi tambahan dengan luas lahan 95.182 pada tahun 2009.
Tetapi terdapat kelemahan pada implementasi dari manajemen strategi oleh
pendatang baru ini yang menjadi pengecualian dimana, permintaan terhadap
barang meningkat, tambahan kapasitasnya akan menekan agar biaya bagi
pembeli rendah, yang bisa mengakibatkan turunnya penjualan dan laba bagi
seluruh perusahaan industri tersebut. Untuk itu upaya mempertahankan
stabilitas manajemen strategi dari PT ASTRA AGRO LESTARI yaitu focus
dalam melakukan program intensifikasi yang mempertahankan posisi
Perseroan sebagai penghasil CPO dengan biaya terefisien dibandingkan
penghasil CPO lainnya di dunia; Melanjutkan program-program peningkatan
yang terfokus pada aktivitas-aktivitas baik di kebun maupun di pabrik, untuk
mencapai produktivitas maksimum dengan biaya terendah dan laba bersih
yang tinggi; lebih memfokuskan kegiatannya untuk terus melakukan program
intensifikasi dibandingkan ekstensifikasi. Tentu saja program pengembangan
akan tetap dilakukan, baik melalui akuisisi maupun penanaman tanaman baru,
sepanjang hal tersebut memberikan dampak positif bagi Perseroan, khususnya
dalam hal profitabilitas.
Kekuatan Tawar dengan Pemasok
Dalam hal ini, Biasanya sedikit jumlah pemasok, semakin penting produk yang dipasok, dan semakin kuat posisi tawarnya. Dimana dalam hal ini pemasok menggunakan kekuatan dalam industry dengan cara mengancam menaikan harga atau menurunkan kuantitas sedangkan pemasok yang kuat dapat menekan profitabilitas industry jika perusahaan tidak mampu mengatasi kenaikan biaya. Jadi dengan, Industri pemasok didominasi hanya oleh sedikit perusahaan, Produk pemasok hanya memiliki sedikit pengganti/substitutes, Pembeli bukan merupakan pelanggan yang penting bagi si pemasok, Produk si pemasok merupakan input yang penting bagi produk pembeli, Produk pemasok didiferensiasikan, Produk pemasok memiliki “switching costs” yang tinggi, Pemasok memiliki ancaman integrasi ke depan yang kuat akan menjadikan pemasok semakin kuat.
Kekuatan Tawar Pembelio Membeli sejumlah besar hasil satuan industri.
o Produk yang dibeli dari suatu industri merupakan porsi yang
signifikan dari biaya pembeli.o Dapat berpindah kepemasok lainnya dengan biaya rendah.
o Produk pemasok tidak eksklusif atau standar, dan memiliki ancaman
berintgrasi ke balakang ke dalan industri pemasok.
Kekuatan Produk Subsitusi
Ketersedian produk substitusi yg banyak akan membatasi keleluasaan
pemain dalam industri untuk menentukan harga jual produk. Secara umum,
ancaman produk pengganti adalah besar sejumlah pelanggan mengahadapi
sedikit, bila ada, biaya peralihan dan apabila harga produk pengganti tersebut
lebih rendah dan/atau mutu dan kemampuan kinerjanya sama atau lebih besar
dari pada produk yang ada.
Intensitas Rivalitas
o Jumlah Pesaing banyak atau kekuatan seimbang.
o Pertumbuhan Industri yang lambat.
o Biaya tetap atau penyimpanan yang tinggi.
o Kurangnya pembedaan.
o Penambahan kapasitas dalam jumlah besar.
o Keaneragaman Pesaing.
o Kepentingan Straegis yang Tinggi.
Biasanya intensitas persaingan itu dipengaruhi banyak faktor, seperti
struktur biaya produk. Misal kalau semakin besar porsi biaya tetap dlm
struktur biaya , maka semakin tinggi intensitas persaingan. Karena setiap
penjual memiliki tingkat break even point yang tinggi sehingga biasanya..
harus menjual produk dalam jumlah yang besar, dan bila perlu dilakukan
banting harga agar bisa mencapai tingkat break even tersebut.
Lingkungan Umum
Mencakup elemen dalam masyarakat luas yang dapat mempengaruhi suatu
industri dan perusahaan-perusahaan di dalamnya (PESTA: political force, economic,
social-cultural, technology, and agro-ecology)
PEMBAHASAN
LINGKUNGAN EKSTERNAL BERDASARKAN PESTA
Lingkup umum : sekumpulan aspek dalam lingkup masyarakat yang
mempengaruhi suatu industri yang berada di dalamnya. Berikut beberapa
lingkungan umum yang dapat menjadi peluang maupun ancaman bagi
perusahaan yang bergerak dalam sektor agribisnis.
Politik dan Hukum Hukum antitrust
Hukum pajak
Deregulasi
Ekonomi Tingkat inflasi
Defisit atau surplus perdagangan
Tingkat tabungan bisnis
Produk domestik bruto
Sosial dan Budaya Selera konsumen
Daya beli masyarakat ke pnga
Kebiasaan masyarakat
Teknologi Inovasi produk
Pengeluaran riset dan perngembangan
Teknologi komunikasi baru
Agroekosistem Iklim
Keunggulan komparatif
POLITICAL AND LAW FORCE
Posisi Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit (Crud Palm Oil/CPO)
bukan berarti mampu memiliki kebebasan mutlak dalam dunia industri. Ini terbukti
dengan kewajiban Indonesia untuk mematuhi ketentuan yang diatur oleh Roundtable
Sustainable Palm Oil (RSPO). Sertifikat RSPO ini biaya untuk mendapatkan
sertifikat itu membuat harga CPO naik. Dugaan kuat adanya indikasi politik dagang
dalam ketentuan RSPO ini, mengingat Indonesia adalah produsen terbesar CPO
dunia. Saat ini luas kebun sawit di indonesia 7,9 juta hektar, dan menghasilkan
menghasilkan 18,6 juta ton CPO pada tahun 2009,(tempointeraktif.com). Dan ini
mempunyai keterkaitan juga dengan regulasi-regulasi dari pemerintah seperti
deregulasi, atau hukum antitrust.
Hukum anti-trust merupakan Persaingan hukum, dikenal di Amerika Serikat
adalah hukum yang mempromosikan atau mempertahankan persaingan pasar dengan
mengatur anti-persaingan melakukan. Sejarah hukum persaingan mencapai kembali
ke Kekaisaran Romawi. Praktek bisnis pedagang pasar,serikat dan pemerintah selalu
tunduk pada pengawasan, dan kadang-kadang sanksi berat. Sejak abad ke-20, hokum
persaingan telah menjadi global. Dua dan paling berpengaruh terbesar dalam sistem
peraturan persaingan hukum antitrust Amerika Serikat dan Uni Eropa hukum
persaingan . Otoritas persaingan nasional dan regional di seluruh dunia telah
terbentuk dukungan internasional dan jaringan penegakan hukum.
Deregulasi adalah kebijakan pemerintah untuk mengatur,
mengurangi/meniadakan aturan administratif yang mengekang kebebasan gerak
modal, barang, dan jasa. Dengan kebebasan gerak produksi, distribusi, dan konsumsi
modal, barang, serta jasa. Dimana memiliki keterkaitan pada saat era oil blooming
Krisis harga minyak dunia pertama dan kedua ( 1973-1979) berdampak positif bagi
harga ekspor minyak Indonesia. Tahun 1977 Indonesia mulai menghasilkan minyak
lepas pantai dan mengekspor gas bumi berupa LNG. Hingga sekarang Indonesia
masih merupakan negara pengekspor LNG terbesar dunia.
1. PERIODE STABILISASI & REHABILITASI EKONOMI
Pada awal orde baru, untuk mengatasi kondisi perekonomian yang sangat
memprihatinkan. Angka inflasi diperkirakan 650%. Sehingga mengeluarkan UU No.
13 tahun 1968 tentang BankIndonesia
2. PERIODE PEREKONOMIAN DITUNJANG SEKTOR MINYAK
Kebijakan pemerintah dalam upaya memobilisasi dana masyarakat sebagai sumber
pembiayaan pembangunan disertai dengan Kredit Likuiditas bank Indonesia (KLBI)
Penyediaan KLBI sebagai akibat besarnya penerimaan Negara dari penerimaan
ekspor minyak pada dekade 1970an.
Kebijakan moneter yang ditempuh:
§ Menetapkan pagu kredit (credit ceiling) & aktiva lainnya
§ Menaikkan bunga kredit
§ Menaikkan bunga deposito & tabungan
§ Menaikkan ketentuan cadangan likuiditas wajib
Pada saat ini juga sedang berlangsung pembentukan Dewan Minyak Sawit
Indonesia dengan maksud agar minyak sawit dan turunannya dapat sebagai market
leader di pasar dunia dan salah satu sumber kekuatan ekonomi nasional serta berperan
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beriku beberapa regulasi dan kebijakan
yang ada :
KEBIJAKAN NASIONAL
Beberapa kebijakan pemerintah yang menonjol dan sebagian diantaranya
spesifik minyak sawit adalah:
1. Kebijakan perdagangan untuk menghambat ekspor, stabilisasi harga minyak
goreng dan ketersediaan bahan baku untuk industri dalam negeri diterapkan
melalui penggunaan instrumen pajak ekspor,
2. Kebijakan perpajakan dan retribusi untuk meningkatkan penerimaan negara
dan daerah melalui penggunaan instrumen pajak penghasilan, pertambahan
nilai dan retribusi,
3. Kebijakan yang berkaitan dengan perijinan usaha/investasi, yaitu adanya
integrasi vertikal antara kebun kelapa sawit dengan pengolahan dan integrasi
horizontal antara kebun kelapa sawit dengan usaha lain, misalnya ternak
4. Pengembangan perkebunan melalui penerapan 5 pola, yaitu:
o Pola koperasi usaha perkebunan (Pola KUP),
o Pola patungan koperasi sebagai majoritas pemegang saham dan
investor sebagai minoritas pemegang saham (Pola Pat K-I),
o Pola patungan investor sebagai mayoritas pemegang saham dan
koperasi sebagai minoritas pemegang saham (Pola Pat I-K),
o Pola built, operated, and transferred (Pola BOT), dan
o Pola bank tabungan negara (Pola BTN).
5. Sebagai bagian integral dari subsektor perkebunan, usaha di agribisnis kelapa
sawit juga tunduk pada pengaturan yang ditetapkan dalam UU No. 18 Tahun
2004 di samping aturan perundang-undangan lainnya.
REGULASI NASIONAL
Beberapa regulasi yang mengatur tentang pengusahaan komoditas kelapa sawit, diantaranya:
UU 41 tahun 1999 tentang kehutanan dan peraturan seperti PP 6 tahun
2007 memperbolehkan penanaman pohon perkebunan dalam kawasan
hutan tanaman.
Kementerian Kehutanan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan Dan Fungsi
Kawasan hutan.
Undang-undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, yang memiliki
ruang lingkup pengaturan meliputi perencanaan perkebunan, penggunaan
tanah, pemberdayaan dan pengelolaan usaha, pengelolaan dan pemasaran
hasil, penelitian dan pengembangan, pengembangan sumber daya,
pembiayaan dan pembinaan serta pengawasan. Perencanaan perkebunan
didasarkan diantaranya pada rencana pembangunan nasional, tata ruang
wilayah, kesesuaian tanah dan iklim serta ketersediaan tanah untuk usaha
perkebunan.
Keputusan Menteri Pertanian No. 357/Kpts/HK.350/5/2002 tentang
Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan. Menurut Kepmen ini, jenis usaha
perkebunan terdiri atas usaha budidaya perkebunan dan usaha industri
perkebunan. Usaha budidaya perkebunan terdiri atas usaha budidaya
tanaman skala besar yang harus diusahakan oleh perusahaan perkebunan
dan usaha budidaya tanaman skala kecil yang dapat dilakukan oleh petani
pekebun. Usaha budidaya perkebunan yang luas lahannya 25 ha atau
lebih wajib memiliki IUP (Ijin Usaha Perkebunan). Sedangkan bila
kurang dari 25 ha wajib dilakukan pendaftaran oleh pemberi izin. IUP
berlaku selama perusahaan melakukan pengelolaan perkebunan secara
komersil yang sesuai dengan standar teknis dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 335/KMK.017/1998 tentang
Tatacara Pembayaran dan Penyetoran Pajak Ekspor Kelapa Sawit,
Minyak Sawit, Minyak Kelapa dan Produk Turunannya.
REGULASI DAN KEBIJAKAN INTERNASIONAL
ISO 9000 dan ISO 14000 kelapa sawit sebagai seri standar internasional
mengakui pentingnya audit sebagai alat untuk pemantauan dan verifikasi
pelaksanaan kualitas perusahaan dan / atau kebijakan lingkungan
disekitar kelapa sawit.
Regulasi investasi public
Mengharuskan sertifikasi RSPO untuk perusahaan perkebunan besar
kelapa sawit sebagai stadarisasi kualitas CPO.
Adanya hukum antirust pada kartel internasional pada beberapa Negara
seperti amerika (The Sherman Antitrust Act,1890), uni eropa (surat pasal
101 TFEU, traktat roma).
Hal-hal diatas mempunyai pengaruh ke ancaman dan peluang untuk
perusahaan kelapa sawit di Indonesia oleh karena itu adanya kebijakan dan regulasi
internal dalam negeri dan dalam perusahaan.
EKONOMI
Saat ini produksi kelapa sawit Indonesia nomor satu dibanding Malaysia. Per
tahun 2010 sekitar 21, 5 juta ton dan untuk tahun 2011 diharapkan bisa naik 10-15%.
Indonesia mampu menjadi negara penghasil CPO nomor satu di dunia lebih cepat dari
prediksi sebelumnya. Semula Indonesia diperkirakan baru akan menjadi produsen
CPO terbesar di dunia pada 2010. Ternyata mulai 2008 kita mampu merealisasikan
prediksi tersebut dua tahun lebih cepat.
Di sisi lain, meskipun terjadi fluktuasi harga di pasar global, volume ekspor
CPO justru terus mengalami peningkatan menjadi 12,5 juta ton pada 2008, dengan
luas lahan sawit mencapai 8,127 juta hektare dengan produktivitas tanaman sawit 3,7
juta ton per hektare.
Peningkatan produksi CPO membawa dampak besar bagi pertumbuhan
perekonomian nasional. Industri sawit mampu memberikan sumbangan pada PDB
sebesar 4,5% dengan perolehan devisa dari ekspor CPO sebesar Rp3,5 miliar. Industri
kelapa sawit sangat berperan dalam membangkitkan perekonomian nasional. Industri
ini banyak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa. Produksi
CPO Indonesia sembilan kali lipat produksi kedelai dunia.
Pada 2008, produksi CPO mencapai 22 juta ton dan naik mencapai 40 juta ton
pada 2020. Kita terbesar di dunia. Dunia bergetar dengan kekuatan CPO Indonesia,
CPO merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada Indonesia yang seharusnya
disyukuri,
Potensi pasar ekspor juga meningkat, mulai dari China, India dan Eropa
Timur. Potensi ekspor CPO sangat menjanjikan, bisa melayani 350 juta penduduk
ekonomi. Bahkan beberapa perusahan sawit sudah membuka kebun sawit di Afrika,
Brazil, China dan negara Amerika Latin untuk berekspansi. Salah satu contoh adalah
perusahaan Sinar Mas yang membuka lahan sawit di Liberia seluas 250.000 hektare,
kebutuhan CPO dunia naik 7-11% per tahun.
Indonesia penghasil 50% dari kebutuhan dunia, Diketahui kebutuhan dunia
pada 2015 diperkirakan mencapai 62,5 juta ton dan akan meningkat menjadi 76 juta
ton pada 2025. Permintaan CPO dunia naik 5% per tahun, yang juga bergantung pada
produk Indonesia sebagai pemasok 46% CPO dunia atau yang terbesar.
Saat ini industri CPO memberikan kontribusi yang signifikan ke
perekonomian, baik nasional maupun regional. Sumatra memproduksi 73% CPO
Indonesia, meski Kalimantan juga memiliki potensi sebagai produsen CPO. Industri
CPO juga memperluas lapangan pekerjaan karena 42% kebun kelapa sawit dimiliki
petani kecil. Level produksi CPO yang diproduksi masyarakat lokal sangat kecil,
hanya 3,4 ton per hektar. Padahal kapasitas nasional 3,8 ton per hektar. Malaysia
sanggup memproduksi 4,6 ton per hektar.
Pada visi 2025, ditargetkan ada peningkatan valuasi produksi CPO sebanyak
US$8-42 miliar dari level saat ini. penambahan itu ditopang industri hulu seperti
ekspansi penanaman selektif, konversi lahan pertanian produktif dan pertumbuhan
produksi CPO (PN8, Maret ’11) .
Inflasi
CPO merupakan komoditas strategis dalam ekonomi Indonesia.
Pertama, sebagai bahan baku untuk minyak makan utama, harganya
memainkan peran penting dalam mendeterminasi angka inflasi
ekonomi Indonesia. (ombing,2007)
Nilai Export
Indonesia adalah negara net-exporter minyak sawit, tetapi
dalam keadaan mendesak Indonesia juga mengimpor minyak sawit.
Negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia adalah Eropa
Barat, India, Pakistan, Cina, dan Jepang. Produk yang diekspor adalah
minyak olahan tahap awal seperti RBD palm oil, CPO, dan beberapa
produk oleokimia. Secara umum, ekspor minyak sawit Indonesia
1988-2000 meningkat dengan laju 13,5%/tahun.
Volume dan nilai export minyak dan inti sawit
Impor minyak sawit umumnya dalam bentuk olein dari
Malaysia Impor ini biasanya terjadi pada waktu harga dunia tinggi
dimana terjadi rush export dari Indonesia.
Dalam keadaan demikian biasanya pemerintah menggunakan
mekanisme pajak ekspor untuk menjamin pasokan dalam negeri yang
besarnya pernah mencapai 60%.
85
Perkembangan harga minyak sawit (CPO) di pasar domestik
dan internasional sejak tahun 1988 sampai dengan 2002 menunjukkan
kecenderungan yang menaik.
Pergerakan harga minyak sawit di pasar internasional
ditransmisikan ke pasar domestik (border price dan whole sale price)
melalui mekanisme pasar. Secara umum pergerakan harga minyak
sawit domestik searah dengan perkembangan harga minyak sawit di
pasar internasional. Selain itu, harga minyak sawit juga mempunyai
fluktuasi musiman (Gambar 1). Dalam semester 1, harga pada bulan
Januari biasanya adalah paling tinggi kemudian turun melandai dalam
Februari sampai Mei. Dalam semester 2, penurunan harga yang paling
tajam terjadi pada Mei-Juli/Agustus dan naik sampai dengan bulan
Januari.
Sedangkan sekarang ini, factor turunnya harga CPO di awal
tahun 2009 mengakibatkan nilai ekspor minyak sawit Indonesia
terkoreksi cukup signifikan. Hal ini disebabkan pergerakan harga CPO
tahun 2009 lebih rendah dari 2008. Dibandingkan tahun 2008 yang
nilai ekspornya mencapai US$ 15,58 miliar nilai ekspor CPO pada
2009 turun menjadi US$ 10 miliar. Tetapi, total volume perdagangan
ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan produk
turunannya sepanjang tahun 2009 mencapai 15,5 juta ton, atau
mengalami kenaikan 1,7 juta ton dibandingkan dengan tahun 2008
yang hanya sebesar 13,8 juta ton (detik.com). sedangkan, Berdasarkan
data Greenomics Indonesia, nilai ekspor CPO/produk turunannya di
Indonesia meningkat lebih dari 3 kali lipat dari US$669 juta pada 2005
menjadi US$2,17 miliar pada 2010.
Dari jumlah ini, produk mentah CPO lebih disukai dengan nilai
US$383,58 juta pada 2005 menjadi US$1,79 miliar di 2010. Secara
keseluruhan, total nilai ekspor CPO Indonesia ke seluruh dunia
mencapai US$3,76 miliar pada 2005 dan naik 3 kali lipat pada 2010
menjadi US$13,47 miliar.
Selama ini, pasar Indonesia ke Uni Eropa masih berorientasi ke
Eropa Barat lewat Rotterdam (Belanda) dan Hamburg (Jerman).
Namun karena sekarang mereka mulai melakukan pengetatan dan
memberlakukan bea masuk yang sangat besar, Indonesia tampaknya
mulai mengalihkan pasar ke Eropa Timur.
Dimana, pasar Eropa Timur juga tidak kalah dengan Eropa Barat
karena mereka harus melayani 350 juta penduduk dengan
pertumbuhan populasi 5%-7% sehingga kita optimistis pertumbuhan
ekspor ke sana prospektif, (Bayu, ciputraentrepreneurship.com)
PDB
Kontribusi subsektor perkebunan dalam perekonomian
Indonesia, semakin jauh. Sebutlah misalnya dari sisi indikator makro.
Pada neraca perdagangan untuk 12 komoditas unggulan perkebunan
pada periode 2005-2009, misalnya. Jika pada 2005 surplus sebesar
US$7,88 miliar, pada 2009 menjadi US$28,45 miliar. Per tahun,
tumbuh 38%.
Ekspor minyak sawit mentah [crude palm oil/CPO) dan produk
turunannya diproyeksikan akan mencapai US$15 miliar hingga akhir
2010. Proyeksi kenaikan tersebut mempertimbangkan adanya
peningkatan permintaan pada 2 bulan terakhir. Permintaan CPO ke
depan cenderung meningkat seiring meluasnya penggunaan minyak
sawit sebagai energi terbarukan, yakni berupa bahan bakar nabati.
Prospek industri sawit akan terus berkembang, demikian opini
yang berkembang di tengah kalangan pengusaha. Industri ini telah
berkontribusi terhadap lapangan kerja dengan 1,2 juta keluarga bekerja
di sektor ini dan kontribusi ekspor USS10 miliar pada 2009. Sektor ini
banyak memberi kontribusi bagi perkembangan ekonomi Indonesia.
Dari segi nilai absolut, berdasarkan harga yang berlaku, PDB
perkebunan 2003 meningkat sekitar Rp33,7 triliun pada 2000 menjadi
sekitar Rp47 triliun pada 2003 atau meningkat dengan laju sekitar
11,7% pertahun.
Dengan peningkatan tersebut, kontribusi PDB subsektor
perkebunan terhadap PDB sektor pertanian adalah sekitar 16 %.
Terhadap PDB secara nasional tanpa migas, kontribusi subsektor
perkebunan adalah sekitar 2,9% atau sekitar 2.6 % PDB total.
Perkembangan PDB perkebunan itu selama periode 2005-
2009, atas dasar harga berlaku, nilai PDB perkebunansecara kumulatif
mengalami peningkatan, yaitu dari Rp56,43 triliun pada 2005 menjadi
Rp 130,50 triliun pada 2009 atau tumbuh rata-rata per tahun 23,52%.
Angka ini lebih besar dari rata-rata pertumbuhan PDB pertanian
(23,30%) maupun PDB nasional (17,94%). Rata-rata pangsa terhadap
PDB pertanian 19,83% atau 2,11% terhadap PDB nasional.
Nilai PDB perkebunan secara kumulatif juga mengalami
peningkatan, yaitu dari Rp39,81 triliun pada 2005 menjadi Rp45,53
triliun pada 2009 atau meningkat dengan rata-rata laju pertumbuhan
per tahun mencapai 3,42%. Angka ini lebih besar dari rata-rata laju
pertumbuhan PDB pertanian, tetapi masih di bawah rata-rata laju
pertumbuan PDB nasional.(Bisnis Indonesia)
IHSG
Melihat masih bergejolaknya Index Harga saham Gabungan
(IHSG) Indonesia beberapa pekan terakhir ini, berfluktuatifnya posisi
IHSG masih akan terjadi dan bisa tembus ke level 3.200. Selain
disebabkan inflasi, hal tersebut juga dikarenakan kondisi IHSG
Indonesia tidak hanya ditentukan oleh kondisi Indonesia semata.
(Mirza aditswara, infobank, januari’11)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor yang
cukup spektakuler pada tahun 2010 ini dengan menciptakan rekor
terbarunya sepanjang sejarah. IHSG hingga triwulan III-2010 tercatat
naik hingga 40% dan melonjak 190% sejak Maret 2009. IHSG mulai
pulih setelah sempat terkena dampak krisis pada tahun 2009.
Sepanjang tahun 2010 ini, IHSG sempat menembus rekor tertingginya
sepanjang sejarah di level 3.786,09 pada 9 Desember. Dengan
demikian, sepanjang tahun 2010 ini, IHSG menguat hampir 1.200 poin
karena pada pembukaan awal tahun, 4 Januari 2010, IHSG ditutup
pada level 2.575,41.
Sementara tingkat imbal hasil obligasi pemerintah dalam mata uang
lokal berada pada titik terendah yang pernah tercatat. Tingkat imbal
hasil atau yoeld obligasi negara 10 tahunan jatuh 280 basis poin sejak
Januari (dari 9,9 menjadi 7,1%), obligasi 5 tahunan jatuh 230 poin
(8,8% menjadi 6,5%), (detikfinance).
Kurs Jual Beli
USD 8,775.00 8,525.00
SGD 6,997.10 6,771.10
HKD 1,129.55 1,095.55
AUD 9,218.40 8,921.40
JPY 105.08 101.10
EUR 12,731.05 12,342.05
13 Apr 2011 - 09:18
VALUTA ASING
INDEXS
IHSG 3,719 -0.71%
Dow Jones 12,263 -0.95%
Nasdaq 2,744 -0.96%
HIS 23.968 -0.03%
13 Apr 2011 - 09:11
Social – Budaya
Hasil pemantauan dari berbagai media pada tahun 2011 dan
tahun-tahun sebelumnya, harga dari produk turunan cpo ini (minyak
goreng) mengalami flutuasi yang sulit terprediksi. Dari manufaktur
sektor usaha pangan hanya dapat diproyeksikan meningkat hingga
10% - 12% pada 2009 hingga saat ini . Karena harga pangan akan
sedikit mengalami penurunan. Minyak goreng membawa buruk pada
turunnya harga komoditas pada cpo yang membawa dampak postif
terhadap makan olahan dan sejenisnya. Ini menandakan adanya Selera
konsumen penggunaan kebutuhan dari minyak goreng atas
pengetahuan dan kebiasaan. Sehingga mempengaruhi daya beli
masyarakat akan minyak goreng kemasan maupun curah itu sendiri.
Teknologi
Inovasi produk
Kelapa sawit, seperti minyak nabati lainnya, dapat digunakan
untuk membuat biodiesel , baik sebagai kelapa sawit diproses hanya
dicampur dengan solar , atau diproses melalui transesterifikasi untuk
membuat minyak sawit ester metil campuran, yang memenuhi
internasional EN14214 spesifikasi. Proses yang sebenarnya digunakan
untuk menghasilkan biodiesel di seluruh dunia bervariasi antara negara
dan persyaratan pasar yang berbeda. Next generation biofuel proses
produksi juga sedang diuji dalam percobaan jumlah relatif kecil.
IEA memprediksi bahwa biofuel penggunaan di negara-negara Asia
akan tetap sederhana.
Alat-alat dan software
Software
Permintaan minyak sawit meningkat secara signifikan, baik
lokal maupun untuk ekspor sehingga pembukaan lahan lebih lanjut
dan konversi perkebunan yang ada di wilayah yang luas di Sumatera
dan Kalimantan. Biasanya, perkebunan kelapa sawit meliputi daerah
produksi yang membutuhkan infrastruktur pendukung seperti
bangunan, jalan dan jasa. Untuk lebih mengontrol sumber daya yang
terkait dan aset, GIS dianggap sebagai alat penting untuk pengelolaan
yang efektif. Penerapan teknologi ini hanya perlahan-lahan muncul di
industri perkebunan Indonesia. GIS untuk perkebunan kelapa sawit
meliputi pemetaan, infrastruktur, perencanaan produksi, dan analisis
control untuk beberapa perkebunan berbagai tahap pembangunan.
Karena sifat dinamis pembangunan perkebunan, kebutuhan informasi
berubah selama siklus hidup tanaman dan ini telah diperhitungkan
dalam makalah ini. Referensi dibuat untuk keberhasilan penerapan
teknologi GIS untuk beberapa proyek perkebunan di Sumatera,
Indonesia.
Selain itu ada pula software untuk penunjang dari GIS yaitu
Geo-Information Technologies (GIT) menyediakan alat penting untuk
pengelolaan perkebunan. Sebelum pengenalan sistem penentuan posisi
global dan sistem informasi geografis, data yang diperoleh di lapangan
sulit untuk mendapatkan dan dalam banyak kasus tidak akurat. Contoh
umum termasuk batas perkebunan bervariasi dari izin pemerintah, dan
daerah produksi yang diterapkan berbeda dari yang sebenarnya.
Selain itu, pengelolaan perkebunan harus mempertimbangkan sifat
perubahan suatu perkebunan yang membentang dari pembukaan lahan
awal, tahap produksi dan akhirnya kembali penanaman atau fase
konversi. GIS berbeda dari metode tradisional untuk menyediakan
alat-alat alternatif yang dapat memonitor dan menganalisis
data. Dengan menciptakan GIS, perkebunan dan produksi dapat lebih
efisien dan efektif dikelola untuk meningkatkan profitabilitas.
Ketika GPS dan GIS teknologi yang diterapkan, informasi
yang akurat, dapat diandalkan dan berulang.Teknologi ini disambut
oleh manajemen kebun, sebagai teknologi GIS mendirikan dasar yang
diandalkan untuk membuat keputusan. GIS memungkinkan anaisis
manajemen, efektif dan menampikan informasi secara jelas dan
terstruktur. Aplikasi SIG akan mengarah pada efisiensi dan
profitabilitas yang lebih besar karena lebih besar. Penggunaan
teknologi ini dan kelebihan aplikasi perusahaan tidak diketahui secara
luas oleh industri perkebunan.pendidikan lebih lanjut dan eksposur
industri diperlukan untuk membawa kesadaran yang lebih besar dari
GIT untuk industri perkebunan kelapa sawit.
Sejauh ini beberapa perusahaan perkebunan sudah
menggunakan software GIS dan GIT seperti kwala pasilam estate
(malaysia), perkebunan balai gajah (Sumatra utara), dan Rimba
Sawang Estate, Aceh Tamiang (aceh).
Beberapa alsintan yang biasa digunakan di perusahaan industry
perkebunan kelapa sawit mikro maupun makro
Fraksinasi kelapa sawit fully aoutomatic oil press
Peralatan ekstraksi minyak kelapa boiler sabut kelapa b.bakar m.termal
Generasi baru minya inti expeller palm oil refining machine 2T/D
Perkembangan teknologi Perusahaan Minyak Sawit diluar negeri :
Thailand
Industri Minyak Kelapa Chumporn Public Company Limited
(CPI) mulai konstruksi kelapa sawit di Salui, Tasae Kabupaten,
provinsi Chumporn, Thailand, pada bulan Juni 2004. kilang ini
dibangun untuk memenuhi permintaan global untuk produk minyak
sawit, khususnya dimurnikan, dijernihkan dan komponen
dihilangkan, untuk digunakan dalam makanan berkualitas tinggi dan
produk kosmetik. Perusahaan ini berkerjasama dengan De Smet
Jerman, sebuah perusahaan terkemuka dalam penyediaan, pembuatan
dan pemasangan alat penyulingan minyak ringan. Ini adalah kedua
De Smet fraksinasi dan pemurnian untuk CPI. Peralatan ini termasuk
teknologi pengolahan kelapa sawit yang inovatif untuk deodorising,
yang disebut Sistem Sublimax Es Kondensasi.
Malaysia
Dari segi produktivitas, industri sawit masih tidak
menunjukkan peningkatan yang diharapkan. Tahun 2003, rata-rata
produksi minyak hanya 3.75 ton / hektar / tahun. Dimana, Negara ini
mulai bergerak dan mengembangkan teknologi baru seperti:
Pensterilan berkelanjutan
MPOB berhasil mengembangkan proses pensterilan tandan
sawit secara berkelanjutan di pabrik. MPOB TOT 148 (2002):
Continuous Sterilization of Oil Palm Fresh Fruit Bunches, by
Sivasothy Kandiah, Rohaya Mohamad Halim, Yusof Basiron,
Zulkifli Abd Rahman, dan Ma Ah Ngan. Proses pensterilan
tandan sawit secara berkelanjutan yang dikembangkan MPOB
berpotensi berdaya maju pada skala komersial.
Teknologi dandang baru
Teknologi Dandang masih baru yaitu inovasi pembuatan ramah
lingkungan dan bisa mengontrol emisi asap dan partikel lain
untuk mengatasi masalah pencemaran alam. Teknologi baru ini
sangat relevan dengan penekanan mengurangi emisi gas rumah
kaca untuk menstabilkan kepekatannya di atmosfer dan pada
waktu sama dapat menangani pemanasan global menyusul
kenaikan suhu air laut, kemarau dan badai topan.
Pembuangan benda asing
Teknologi Pembuangan Benda Asing menggunakan proses
pemisahan dua tingkat untuk pengasingan benda asing bersama
buah lerai dari tandan kosong. Sedangkan teknologi Pensterilan
Berkelanjutan dan Otomatisasi Keseluruhan Pabrik adalah
teknologi pembuatan holistik yang memungkinkan operasi
dilakukan berkelanjutan melalui kontrol komputer dan
menggunakan kebutuhan tenaga kerja yang minimal.
Daur ulang
Kegiatan daur ulang dalam petunjuk bahan biomassa sawit
(berbasis bahan kering) telah berada di tingkat 90%. Tingkat
ini diperkirakan akan meningkat dalam berbagai inisiatif yang
telah diterapkan untuk mendorong usahaniaga produksi energi
dalam bio-diesel sawit serta program energi baru, di samping
produksi ampas dan kertas, serta bahan tambah nilai yang lain.
Agroecologi
Beberapa ilmuwan akan mendukung pernyataan bahwa
perkebunan kelapa sawit melepas lebih banyak karbon dibandingkan
dengan hutan tropis alami. Bahkan, beberapa penelitian terbaru
menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit, jika dibangun di daerah
lahan gambut dan hutan alami, menghasilkan lebih banyak emisi gas
rumah kaca dibandingkan dengan hutan alami. Jika penggunaan pupuk
dan emisi dari proses dimasukkan ke dalam perhitungan, dampak pada
iklim dari pengubahan hutan alami untuk kelapa sawit bahkal lebih
besar lagi.
Seperti kasus pada tumbuhan apapun, pohon-pohon kelapa
sawit memang menyita karbon karena saat mereka tumbuh - karbon
adalah blok pertumbuhan dasar dalam jaringan tumbuhan. Walau
demikian, proses penggundulan hutan dalam rangka mendirikan
sebuah perkebunan melepaskan lebih banyak karbon dibandingkan
yang akan digunakan oleh kelapa sawit-kelapa sawit yang tumbuh.
Jadi, sementara sebuah perkebunan kelapa sawit baru akan tumbuh
lebih cepat - dan menyita karbon lebih tinggi pada hitungan tahunan -
dibandingkan dengan hutan alami yang terus beregenerasi, pada
akhirnya, perkebunan minyak ini akan tetap menyimpan lebih sedikit
karbon (50-90 persen lebih rendah dalam 20 tahun) dari pada kawasan
hutan aslinya.
Pelepasan karbon bahkan lebih tinggi jika perkebunan
didirikan di lahan gambut, yang menyimpan karbon dalam jumlah
banyak namun melepasnya saat mereka kekurangan air. (terbuka
karena udara, gambut secara cepat beroksidasi, dekomposisasi, dan
melepaskan karbon dioksida.)
"Emisi dari pengubahan hutan jelas mempercepat fiksasi potensial
karbon dari penanaman kelapa sawit," Germer dan Sauerborn menulis
dalam makalah tahun 2007 yang dicetak dalam jurnal Environment,
Development and Sustainability.
Pengubahan hutan pada tanah bermineral untuk
mengembangkan panen tunggal kelapa sawit menyebabkan bersihnya
pelepasan 650 Mg karbon dioksida ekuivalen per hektar, sementara
emisi dari pengubahan hutan gambut lebih tinggi karena dekomposasi
dari gambut kering dan penghasilan emisi dari karbon oksid dan nitro
oksid
Pengubahan dari satu hektar hutan pada gambut melepaskan
lebih dari 1.300 Mg karbon dioksida ekuivalen selama putaran 25
tahun pertama pertumbuhan kelapa sawit. Bergantung pada kedalaman
gambut, dekomposasi secara terus-menerus memperbanyak emisi
dengan setiap tambahan putaran sebesar 800 Mg karbondioksida
ekuivalen per hektar.
Menurut Meine van Noordwijk dari World Agroforestry
Center (ICRAF) mengatakan bahwa pernyataan industri tentang
superioritas karbon untuk perkebunan jatuh saat mereka melihat
gambaran besarnya. Sementara masa hidup rata-rata dari perkebunan
kelapa sawit di bawah 30-40 tahun.
Data dari Wetlands International, sebuah kelompok lingkungan
hidup terkemuka yang telah mengeluarkan penelitian yang banyak
dipuji tentang emisi dari degradasi dan perusakan lahan gambut,
menunjukkan bahwa produksi darisatu ton minyak kelapa di lahan
gambut menghasilkan emisi karbon dioksida hingga 33 ton. Wetlands
International memperkirakan bahwa 1,5 juta hektar dari minyak kelapa
yang ditanam di lahan gambut di Indonesia menyumbangkan 100 ton
emisi karbon dioksida per hektar, hanya dari pengeringan saja.
Sementara data menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit
bukanlah bandingan bagi hutan alami dalam hal penyimpanan karbon,
minyak kelapa masih dapat berperan dalam usaha pengurangan emisi
gas rumah kaca. Kelapa saawit adalah satu dari bibit minyak yang
paling produktif di dunia - dalam ukuran berdasar per unit area,
biodiesel dihasilkan dari kelapa sawit jauh melampaui bio diesel
konvensional seperti jagung, kedelai, bibit gula rapeseet, dan tebu.
Dengan kata lain, menggunakan kelapa sawit sebagai sumber
biodiesel akan membutuhkan lebih sedikit lahan konversi untuk stok
bioenergi dibanding sumber lain, dan menyisakan lebih banyak lahan
untuk digunakan kepentingan lain, termasuk konservasi.
Untuk itu, kunci memaksimalkan keuntungan potensial dari
minyak kelapa adalah dengan mendirikan perkebunan di sepuluh dari
ribuan hektar lahan sisa yang ditinggalkan dan sudah terlanjur gundul,
sementara melindungi lahan gambut dan hutan alami negara yang
masih ada untuk keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, dan
kegunaan ekosistem lainnya.
Untuk menjadikannya kenyataan, pemerintah Indonesia,
produsen minyak kelapa, dan konsumen minyak kelapa harus bekerja
sama untuk membangun sebuah mekanisme pelacakan rantai
persediaan yang transparan dan kuat untuk minyak kelapa atau paling
tidak untuk memastikan bahwa hutan alami dan lahan gambut tidak
diubah untuk produksi.
Industri sawit harus memperhatikan dan menanganinya dengan bijak atas factor-
faktor eksternal yang sudah diuraikan untuk memastikan industry perusahaan
perkebunan di Indonesia dapat bersaing dengan produsen kelapa sawit di berskala
nasional dan internasional. Dengan beberapa tindakan proaktif yang harus diambil
adalah:
inovasi dan teknologi baru
melakukan pematangan manajemen strategi
menjaga atau memperbaiki kualitas
alsintan yang memadai
Kemajuan di bidang internet dan e-komersial serta software terbaru.
Kemajuan di bidang internet dan e-komersial memungkinkan pabrik dan
pedagang mengurangi biaya produksi. Teknologi baru yang inovatif seperti teknologi
Pensterilan Berkelanjutan Buah Tandan Segar (TBS), Otomatisasi Keseluruhan mesin
Pabrik, Pengolahan Tandan Kosong, Teknologi Pembuangan Benda Asing dan
Perawatan Efluen untuk pabrik pengolahan buah sawit yang dapat meningkatkan
efisiensi pembuatan dan mengurangi penggunaan karyawan sebanyak 50 persen.
Inovasi dan teknologi baru seperti ini akan di galakkan pemakaiannya ke semua
perusahaan pengolahan buah sawit di seluruh negara.
DAFTAR PUSTAKA
http://kiekie-myblog.blogspot.com/2010/03/analisa-lima-kekuatan-persaingan.html
http://www.detikfinance.com/read/2010/01/26/184357/1286598/4/nilai-ekspor-cpo-
ri-di-2009-turun-tapi-volume-naik
http://www.ciputraentrepreneurship.com/resep/7312-indonesia-ekspor-cpo-ke-eropa-
timur.html
http://bataviase.co.id/node/488381
http://ombing2002.blogspot.com/2007/07/quo-vadis-cpo-indonesia.html
http://www.bps.go.id/aboutus.php?tabel=1&id_subyek=54
http://paninsekuritas.co.id/?page=berita&id=SU5GLTIwMTEwMTE5MTYwNDMzLnhtbA==
http://www.detikfinance.com/read/2010/12/19/141237/1528189/6/ihsg-melonjak-40-
bank-dunia-nilai-tak-berdampak-signifikan-ke-ekonomi-ri
http://www.infobanknews.com/2011/01/inflasi-tinggi-ihsg-masih-berpeluang-turun-pada-
level-3-200/
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perusahaan_kelapa_sawit_Indonesia
http://www.ipard.com/art_perkebun/PROSPEK%20DAN%20ARAH%20PENGEMBANGAN
%20KELAPA%20SAWIT%20FINAL.pdf
http://www.gisdevelopment.net/application/agriculture/overview/ma07201.htm
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.alibaba.com/showroom/palm-oil-technology.html
www.gisdevelopment.net/application/agriculture/overview/
http://www.foodprocessing-technology.com/projects/chumporn/