Wkc februari 2014

40
Membangun Cinta Persaudaraan Keluarga Chevalier Warta Ametur Ubique Terrarum Cor Iesu Sacratissimum in Aeternum Februari 2014 TAHUN XII • No. 2 Sampah Menjadi Berkah Dapat Duit Tanpa Merusak Hutan PERTOBATAN EKOLOGIS Menghidupi Karisma Mencipta Identitas Misereor Super Turbam Olah Mental Olah Rasa Olah Raga

description

Monthly publication of Chevalier Family Indonesia

Transcript of Wkc februari 2014

Page 1: Wkc februari 2014

M e m b a n g u n C i n t a P e r s a u d a r a a nKeluarga ChevalierWarta

Ametur Ubique Terrarum Cor Iesu Sacratissimum in Aeternum

Feb rua r i 201 4TAHUN XII • No. 2

Sampah Menjadi Berkah

Dapat Duit Tanpa Merusak Hutan

PERTOBATANEKOLOGIS

Menghidupi Karisma Mencipta Identitas

Misereor Super Turbam

Olah Mental Olah RasaOlah Raga

Page 2: Wkc februari 2014

DAFTAR ISI DARI REDAKSI03 Sapaan Pimpinan

05 Misereor Super Turbam

06 Menjadi Bijaksana, Sebuah Permenungan Ekologis

12 Sampah Menjadi Berkah

16 Menghidupi Karisma Mencipta Identitas

24 Olah Mental, Olah Rasa, Olah Raga

32 Renungan tentang Hutan Kita

40 Totofore

PERTOBATAN EKOLOGIS

Cover: Pertobatan Ekologis (Arsip WKC)Diterbitkan oleh: Ametur IndonesiaRedaktur: Joni Astanto MSCKeuangan: Sr. M. Rosina Angwarmase PBHKGrafis & Tata Letak: Joni Astanto MSC Team Redaksi: P. Joni Astanto MSC P. Phillipus Seno Dewantoro MSC Sr. M. Violetha Kereh PBHK Fr. Vincensius BHK P. Patris Jeujanan MSC Sr. M. Evarina PBHK Sr. M. Fransina Ulmasembun TMMDistribusi: Keluarga ChevalierKontributor: P. Joseph Harbelubun MSC P. Jimmy Balubun MSC P. Antonius Dedian MSC P. Lexy Sarkol MSC P. Aris Angwarmase MSC P. Gregorius Hertanto MSC Sr. M. Margaretha PBHK Sr. M. Cornelia PBHK Sr. M. Agusta PBHK Fr. Kardinus BHK Fr. Patrik BHK Sr. M. Paskalina Fun TMM Bp. Yan Pontoan Drg. Petrus Sidharta MaringkaKontributor Luar Negeri: P. Hermas Asumbi MSC (Jepang) P. Angky Welliken MSC (Ekuador) P. Adrianus Budhi MSC (US) P. Alfin Buarlele (Australia) P. Anton Kaseger (Australia) Sr. M. Valentine PBHK (Afrika) Sr. M. Virginia PBHK (Afrika) P. Timoteus Ata MSC (Philippines)Alamat: AMETUR INDONESIA Lantai 1 Gedung Pax Jl. KH. Hasyim Ashari No. 23 JAKARTA 10130 Tlp. : (021) 6326737, 63857105. Fax.: (021) 6326778 email: [email protected] website: www.ameturindonesia.com

Pada pertengahan

bulan Januari yang lalu, kita dikejutkan oleh pelbagai bencana yang menimpa beberapa penjuru Indonesia. Kita sangat prihatin dengan bencana yang menimpa dan bersatu hati serta berbelarasa dengan mereka yang terkena dampak bencana itu untuk menghadapinya. Banyak komunitas yang terlibat entah secara langsung atau tidak langsung, dalam membantu mereka yang terkena bencana. Bantuan baik secara material maupun moral tentu sangat berarti bagi mereka.

Selain kita merasa prihatin, bencana alam yang “luar biasa” itu membuat kita juga bermenung. Barangkali, kita juga punya andil terhadap terjadinya bencana tersebut. Sudah sejauh manakah kita berperanserta dalam melestarikan lingkunga kita? Kita ingat akan kata-kata Beato Yohanes Paulus II tahun 2001 yang lalu: “Segera menjadi jelas bahwa umat manusia telah mengecewakan harapan-harapan ilahi – menghinakan bumi, rumah kita. Oleh sebab itu, perlu untuk mendorong dan menyokong pertobatan ekologis.” (Paus Yohanes Paulus II, Audiensi Umum, 17 Januari 2001).

Syukurlah, sudah ada yang mulai mengikuti gerakan pertobatan tersebut, walau masih dalam skala kecil. Namun, tanpa suatu usaha sekecil apapun, perubahan tidak akan pernah terjadi.

Mari kita jadikan pertobatan ekologis ini sebagai gerakan bersama.

Redaksi.

2 | WKC Februari 2014

Page 3: Wkc februari 2014

SAPAAN PIMPINAN

WARA-WARAWarta Keluarga Chevalier membuka kesempatan untuk siapa saja, baik Imam, Biarawan, Biarawati maupun awam angggota Keluarga Chevalier untuk berkontribusi dalam bentuk tulisan. Tulisan dikirim ke Redaksi melalui email: [email protected] atau [email protected], disertai dengan ilustrasi atau foto. Tulisan yang tidak dimuat tidak dikembalikan.

“Keluarga Chevalier”, Keluarga Allah di dunia. Semoga kita yang telah percaya akan Kasih Allah

itu akan tetap merasakan bimbingan-Nya dan tetap peduli akan harapan-harapan Tuhan Yesus yang diteruskan-Nya kepada kita di dunia. Semoga mereka yang terpilih menjadi biarawan-biarawati tetap diberi semangat kesetiaan, kerelaan, dan keterbukaan terhadap Tuhan yang diimani serta dengan penuh kerendahan hati bersama kaum awam saling bahu membahu mewujudkan HATI ALLAH di dunia.

Kepada kelompok-kelompok Awam Chevalier di manapun berada dan dengan nama apapun, kami bersyukur atas peran serta selama tahun 2013 dan semoga tahun 2014 dan masa yang akan datang dapat lebih aktif berperan tanpa pamrih terdorong oleh semangat kasih, terlebih bagi mereka yang menderita. “Semakin banyak perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan, semakin jelas wajah Yesus tampak kepada masyarakat (Mgr. Ign. Suharyo). Semakin kita menjadi pencinta Hati Kudus, semakin beraneka rupa partisipasi kita kepada lingkungan, Gereja, masyarakat dan pribadi-pribadi yang kita jumpai.

Selamat mengisi tahun 2014 dengan Kasih Allah yang mendunia.

Milly Karmila Sareal

“Dikasihilah Hati Kudus Yesus di Seluruh Dunia, selama-lamanya.”

Saudara saudaraku anggota Keluarga Chevalier terkasih, selamat berjumpa kembali di media kita tercinta ini. Majalah ini telah mempersatukan kita, menjadi tempat kita mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas berkat Tuhan pada kita sekeluarga besar. Dalam tahun 2013 kita telah mengalami Kasih Allah yang begitu signifikan baik secara pribadi maupun secara Kelompok dalam Keluarga Chevalier.

Dalam tahun 2013 juga, dimulai bulan September 2013, bermula dari Merauke, Ambon, Manado, Jawa Tengah, Tim Ametur telah bersafari menanamkan benih-benih spiritualitas dalam hati para anggota keluarga Chevalier, awam maupun religius, serta imam diosesan yang ikut Kunjungan para Tim Ametur ke daerah daerah yang baru pertama kali dibuat ini sungguh berarti. Luasnya wilayah Indonesia tidak memungkinkan kita anggota Keluarga Chevalier yang tersebar di mana-mana untuk berkumpul di satu tempat. Dengan demikian, kunjungan ke berbagai tempat di Nusantara ini dapat menggalang persaudaraan dan meningkatkan semangat kerjasama. Diharapkan bahwa hal ini dilakukan bukan hanya satu kali saja namun akan berkelanjutan.

Pada tahun ini, program-program pembinaan anggota Keluarga Chevalier terutama kaum awam amat diharapkan. Begitu banyak kaum awam yang haus akan bimbingan rohani dan masukan-masukan praktis untuk menghidupi sikap hidup sebagai pengikut Yesus, khususnya sebagai awam Keluarga Chevalier. Contoh-contoh yang telah disampaikan dalam Lokakarya dan digambarkan dengan uraian yang sederhana oleh P. Hans Kwakman MSC dalam bukunya Spiritualitas Hati untuk Masa Kini, dapat membantu kita untuk mempunyai semangat seperti Kristus. Kalau kita sudah mempunyai semangat seperti Kristus dan terbuka untuk menerima sesama dengan penuh cinta kasih, maka tak ada lagi hal-hal yang menghambat kita dalam bekerjasama menciptakan Keluarga Allah di dunia.

Kita yakin bahwa dengan semakin mendalami semangat hidup yang ditunjukkan Yesus dalam injil dan menjalin relasi pribadi dengan Tuhan, maka tak ada lagi beban berat yang menghalangi kita untuk berbuat sesuai dengan Kehendak-Nya. Hendaknya Kasih Allah yang berkobar-kobar meliputi kita hingga kita juga meluapkan kasih itu bagaikan nyala api yang menyebar kemana-mana. “Betapa rindu Hatiku agar nyala api ini yang Ku lemparkan menyala dimana-mana”. Betapa ingin hati Yesus agar api cinta kasih yang diwartakan dalam Injil menyala dalam hati kita dengan kehangatan cinta kasih persaudaraan dengan semua orang tanpa membeda-bedakan kaya, miskin, ras, agama, suku, dan tingkat kehidupan sosial. Kita semua adalah satu keluarga,

WKC Februari 2014 | 3

Page 4: Wkc februari 2014

BUDAYA CINTA

“Indonesia Darurat Bencana” adalah frase yang merangkum situasi di sejumlah tempat di Indonesia pada awal tahun 2014. Betapa tidak! Bencana demi bencana, dari satu daerah ke daerah lain, silih berganti, mulai dari gunung meletus (Sinabung) disusul banjir, longsor, angin puting beliung dan gelombang laut yang tinggi. Kondisi ini membuat daerah-daerah yang kena dampak berstatus darurat bencana, seperti Sinabung-Karo, Jakarta, Manado / Minahasa, seluruh Jawa (Barat, Tengah dan Timur). Dahsyatnya bencana ini mengakibatkan kerugian materiil dan ekonomis yang masif, korban jiwa pun tidak terhindarkan dan ritme kehidupan harian serasa diporakporandakan.

Tudingan tentang penyebab banjir dan longsor pun bermunculan. Tidak hanya faktor alam yang dipersalahkan tetapi juga faktor manusia dan perilakunya yang merusak eco-system alam: pemanasan global, pembuangan sampah yang sembarangan, pembangunan yang hanya mengejar keuntungan ekonomis tanpa memperhatikan keseimbangan alam / lingkungan, dsb.

Kerusakan dahsyat yang ditimbulkan dan korban-korban manusia yang berjatuhan turut menyadarkan sesama warga akan betapa sentralnya solidaritas (solidarity) dan belarasa (compassion) sebagai ungkapan nyata perintah Tuhan: “Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:39; Luk 10:27). Secara nyata Yesus mengungkapkan

perasaan gundah hati-Nya ketika melihat orang banyak yang kelaparan dan membutuhkan makanan. “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini” - “I have compassion on the crowd” – “Misereor super turbam” (Mark 8:2). Yesus tidak merasa tenang, aman dan nyaman menyaksikan penderitaan orang-orang, khususnya mereka yang mengikuti-Nya, mereka yang ada di dekat dan di hadapan mata-Nya. Hati-Nya yang tergerak mendorong Dia untuk berbuat nyata; Ia memperbanyak roti dan ikan, lalu dibagikan kepada mereka. Penderitaan mereka pun dilepaskan-Nya. “Dan mereka makan sampai kenyang” (Mark 8:8).

Tindakan solidaritas, kepedulian dan belarasa Yesus itu sungguh mulia dan luhur. Tindakan-Nya menampakkan hakekat diri-Nya yang datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. (Mat 20:28). Dia tidak mencari keuntungan bagi diri sendiri tetapi malahan memberi dan mengorbankan nyawa-Nya agar manusia dibebaskan dari belenggu kejahatan dan dosa.

Solidaritas, kepedulian dan belarasa terhadap sesama, khususnya yang ditimpa bencana, yang sakit dan menderita ketidakadilan, kekerasan, konflik, dsb, dengan memberi dan berbagi apa yang ada menampakkan wajah cintakasih ilahi. Uluran dan pengumpulan bantuan berupa materi dan uang, kesukarelawanan yang spontan untuk membantu

MISEREOR SUPER TURBAM

4 | WKC Februari 2014

P. JOHANIS MANGKEY MSC

Page 5: Wkc februari 2014

BUDAYA CINTA

WKC Februari 2014 | 5

di posko-posko dan terjun langsung di lapangan, kerja bakti sukarela membersihkan kotoran dan sampah akibat banjir dan tanah longsor, serta banyak upaya lain yang nyata menunjukkan rasa persaudaraan, solidaritas dan kepedulian yang kuat sebagai sesama.

Semua orang dari segala kalangan tidak mau ketinggalan untuk solider dan peduli untuk meringankan beban derita sesamanya. Solidaritas dan belarasa mempersatukan semua warga, tanpa sekat-sekat dan perbedaan-perbedaan. Sungguh mengharukan membaca bagaimana di suatu sekolah para siswa, yang berasal dari keluarga papa dan mereka sendiri sangat berkekurangan, tidak mau ketinggalan untuk ikut berbagi. “Mereka mengumpulkan lima bungkus mie intan kendati ratusan siswa ini sendiri adalah kaum papa yang diberi kesempatan pemerintah untuk tetap mengecap pendidikan di SMP Kristen Bukit Kasih Girian Permai tanpa biaya sepeserpun. Bahkan boleh dikatakan, lima bungkus mie instan bagi mereka adalah termasuk bahan makan yang tergolong mahal mengingat rata-rata penghasilan orang tua mereka tak lebih dari Rp 500 ribu per bulan” (http://beritamanado.com/lima-bungkus-mie-instan-dari-kaum-papa-untuk-manado/).

Berbagi seperti ini, ketika dijalankan bersama-sama sebagai suatu gerakan bersama, menjadi suatu gerakan

dari hati yang peduli dan bersemangat “misereor super turbam”. Berbagi seperti ini, yang merupakan suatu tindakan luhur dan mulia, seyogianya datang dari hati yang berbelarasa, bukan didikte oleh status, jabatan, kekayaan, gengsi atau suatu kepentingan priabdi di balik itu. Hati yang berbelarasa (a compassionate heart) sesungguhnya adalah hati yang peduli dan berbagi kisah hidup dengan sesama.

Dalam bahasa Henri Nouwen: “Belarasa mendorong kita untuk pergi ke tempat di mana ada luka, untuk masuk ke tempat-tempat di mana ada rasa sakit, untuk berbagi rasa dalam kerapuhan, ketakutan, kekacauan dan kemalangan. Belarasa menantang kita untuk berteriak nyaring dengan mereka yang melarat, bersedih dengan mereka yang kesepian, meratap dengan mereka yang menangis. Belarasa menuntut kita untuk menjadi lemah bersama kaum lemah, terluka dengan mereka yang terluka dan tak berdaya dengan mereka yang tidak berdaya. Belarasa berarti sepenuhnya masuk dalam kondisi menjadi manusiawi” (lih. Henri J.M. Nouwen, Donald P. McNeill, and Douglas A. Morrison. Compassion: A Reflection on the Christian Life, New York: Image Books – Doubleday, 1983.

Kita pun terpanggil untuk bersemangat “misereor super turbam” (compassion, belarasa) dalam hidup dan pelayanan kita bagi sesama.

Page 6: Wkc februari 2014

SAJIAN UTAMA

6 | WKC Februari 2014

MENJADI BIJAKSANASEBUAH PERMENUNGAN EKOLOGIS

Banjir itu menggerus tanah, menerjang rumah, menerjang pepohonan,

menghanyutkan mobil-mobil, dan merusak apa saja yang menghalangi jalannya. Ribuan rumah rusak. Endapan lumpur masuk ke rumah-rumah. Banjir itu sendiri tidak begitu lama. Tetapi menyisakan air mata dan kerusakan yang besar. Banyak keluarga menangis karena kehilangan anggota keluarga. Banyak orang hampir tidak percaya dengan apa yang terlihat. Mobil tersangkut di pagar besi, rumah setengah terbenam di lumpur, jembatan putus. Raut muka sedih hampir nampak pada

setiap orang yang berpapasan di jalan.Tanpa menyalahkan siapa-siapa (walaupun

secara pribadi saya berpendapat harus diadakan investigasi, bukan untuk mencari siapa yang salah tetapi untuk sebuah pembelajaran), kita perlu untuk merefleksikan musibah di atas untuk memetik maknanya.

Mengenali Alam dan Hukum-hukumnya

Sebagai orang beriman kita pasti mengamini bahwa alam semesta adalah ciptaan Tuhan. Tuhan menciptakan alam untuk manusia karena kasih-Nya kepada manusia.

Hari yang tidak terlupakan oleh penduduk Manado. Rabu, 15 Januari 2014. Setelah diguyur hujan 12 jam tanpa henti, banjir bandang menerjang jantung kota Manado.

P. Petrus Suroto Iswandi MSC

Page 7: Wkc februari 2014

SAJIAN UTAMA

WKC Februari 2014 | 7

Manusia harus menyadari kesatuannya dengan alam. Manusia harus memandang alam sebagai sesama ciptaan dan mengolahnya secara bertanggungjawab.

Di dalam alam ciptaan ini terdapat ekosistem, yaitu unsur-unsur lingkungan hidup, baik yang hidup (biotik) seperti manusia, tumbuhan, hewan; maupun yang tidak hidup (abiotik) seperti tanah, air dan udara (Nota Pastoral KWI 2012). Manusia dengan alam memiliki hubungan timbal balik yang erat. Lingkungan hidup menyediakan berbagai kebutuhan untuk menciptakan kebudayaan. Sedangkaan manusia dapat mempengaruhi perubahan-perubahan lingkungan hidup.

Hal pertama yang perlu dilakukan manusia adalah mengenali alam dan hukum-hukumnya. Adalah sifat air untuk mencari tempat yang lebih rendah, juga menjadi sifat gunung berapi untuk mengeluarkan letusan magma secara berkala. Manusia juga perlu mengenali bahwa alam itu kuat melebihi kekuatan manusia. Maka sikap-sikap mengubah alam harus dipikirkan dengan bijaksana. Seperti memindah alur sungai bisa sangat berbahaya, karena ketika datang banjir air akan mengikuti hukumnya sendiri dan tidak tunduk kepada kemauan manusia.

Sikap Bijaksana

Setelah kita memahami alam dan hukum-hukumnya, kita perlu bijaksana di dalam hidup. Memilih tempat tinggal perlu memperhitungkan keseimbangan alam. Dengan memahami hukum alam, kita sendiri bisa menilai manakah tempat yang aman dan manakah tempat yang berbahaya.

Kita rupanya juga perlu untuk menata ulang sikap-sikap kita kepada alam. Banjir besar yang terjadi di Manado sedikit banyak juga berhubungan dengan perilaku manusia, misalnya di dalam membuat saluran-saluran air. Banyak orang yang seringkali lupa untuk membuat saluran air yang mencukupi dalam rumahnya sehingga menyebabkan luapan air. Juga

dalam perilaku membuang sampah. Sampah-sampah yang terkumpul di sungai sedikit banyak memperparah banjir. Kewajiban yang lebih besar tentu di pundak pemerintah yang mengatur tata kota. Tata kota perlu untuk menyediakan saluran-saluran air yang memadai. Izin Mendirikan Bangunan jangan disempitkan pada masalah kewajiban membayar, tetapi perlu dijamin bahwa bangunan yang dibangun cukup aman.

Memang ada orang yang mengatakan bahwa banjir yang tejadi terlalu besar dan kegiatan-kegiatan seperti disebut di atas tidak ada artinya untuk banjir sebesar itu. Namun setidaknya membantu mengurangi. Dan lebih dalam lagi, keterlibatan kita di dalam memulihkan dan melestarikan keutuhan ciptaan bukan semata-mata untuk menyeselasikan semua masalah, tetapi merupakan perwujudan iman akan Allah Sang Pencipta dan Pemelihara kehidupan.

Sikap bijaksana juga menyentuh cara kita mengurus keuangan. Ada pepatah terkenal jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang. Uang yang kita miliki jangan kita habiskan semua untuk membeli barang dan perabotan. Kita perlu menaruhnya secara bijaksana. Termasuk memiliki tabungan supaya saat terjadi bencana alam tidak semua musnah.

Dan akhirnya sikap bijaksana juga termasuk memelihara kebiasaan-kebiasaan lama dan nasehat-nasehat bijak para leluhur. Contoh dalam Gereja misalnya, untuk mencopy buku babtis dan menyimpan salinan di tempat yang lain. Kebiasaan-kebiasaan ini sering berpangkal dari pengalaman konkrit.

Hidup yang fana

Salah seorang frater pranovis setelah bergabung dengan Mission Office MSC membantu korban bencana menulis dalam refleksinya, “melihat kerusakan parah akibat banjir, saya disadarkan betapa fananya barang-barang duniawi. Saya harus menyimpan “harta yang sesungguhnya” yang tidak di makan kerat dan ngengat”.

Page 8: Wkc februari 2014

SAJIAN UTAMA

8 | WKC Februari 2014

Bencana Alam yang akhir-akhir ini melanda pelbagai penjuru nusantara mengejutkan banyak orang. Banjir, kini bukan hanya terjadi di Jakarta. Kota-kota besar lain di luar Jawa pun kini mulai dilanda bencana yang disebabkan ketidakseimbangan ekologis itu. Yang terakhir, banjir bandang yang melanda Kota Manado, menjadi sebuah fenomena ekologis terkini yang harus dicermati dan diwaspadai. Sesudah keterkejutan itu kemudian bermunculan seruan untuk melakukan pertobatan ekologis.

Apa itu Pertobatan Ekologis?

Pertobatan manusia selalu dibuat dalam konteks kesekitaran di mana ia berada. Pertobatan ekologis adalah pertobatan manusia dalam kaitan dengan lingkungan hidupnya. Ketidakpedulian manusia pada alam menimbulkan dosa ekologis. Karena itu, bertobat dari dosa ekologis berarti berbalik menjadi peduli terhadap lingkungan. Kata ’pertobatan ekologis’ dalam Gereja Katolik memang baru populer sejak Paus Yohanes Paulus II. Ia menyatakan secara eksplisit dalam sambutannya pada 17 Januari 2001.

Akhir-akhir ini bencana bertubi-tubi menimpa pelbagai penjuru Nusantara. Menurut data Walhi, pada 2012 banjir dan longsor hanya terjadi 475 kali dan korban jiwa 125 orang, sedangkan pada 2013 angka itu menjadi 1.392 kali, atau meningkat 293%. Akan tetapi atas nama pertumbuhan ekonomi, atas nama pertambahan populasi, dan atas nama entah apa lagi, kita justru terus menambah dosa-dosa ekologis kita. Bencana yang melanda semestinya menjadi momentum yang mampu menyadarkan kita bahwa bencana ekologis yang fatal bisa menimpa kita di mana saja dan kapan pun jika kita tidak mampu menghentikan gaya hidup yang merusak. Sudah saatnya kita melakukan pertobatan ekologis.

PERTOBATAN EKOLOGISBeberapa petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Sulut membantu warga menyeberangi banjir di

Kelurahan Wenang, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (15/1/14).

Page 9: Wkc februari 2014

SAJIAN UTAMA

WKC Februari 2014 | 9

“Segera menjadi jelas bahwa umat manusia telah mengecewakan harapan-harapan ilahi – menghinakan bumi, rumah kita. Oleh sebab itu, perlu untuk mendorong dan menyokong pertobatan ekologis.” “It is immediately evident that humanity has disappointed divine expectations - humiliating the earth, our home. It is necessary, therefore, to stimulate and sustain ecological conversion.”(Paus Yohanes Paulus II, Audiensi Umum, 17 Januari 2001).

Kesadaran ini sebenarnya sudah lama muncul. Gereja mendengar jeritan orang miskin dan erangan bumi. Ia berusaha untuk berdiri dalam solidaritas dengan orang miskin dan terpinggirkan, dan untuk melaksanakan pelayanan yang baik dari ekosistem yang rapuh yang mendukung kehidupan di bumi . Setiap hari semakin banyak orang Kristen menjadi sadar akan tanggung jawab mereka sebagai orang-orang beriman terhadap ciptaan Allah .

Kesadaran ini juga tercermin dalam ajaran Gereja. Sejak akhir tahun 1980an Paus telah mengangkat isu-isu sosial dan lingkungan dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas kontribusi penting bagi perkembangan Ajaran Sosial Katolik di zaman kita. Ajaran-ajaran ini dapat membantu kita, sebagai orang Kristen, dan sebagai bagian dari komunitas Gereja, untuk menerima tanggung jawab kita bersama untuk melindungi manusia dan planet ini. Ajaran sosial Katolik itu mengingatkan kita bahwa manusia dipanggil untuk bertindak sebagai pelayan menjaga keutuhan ciptaan.

Kita perlu mengubah cara kita melihat dunia, berpikir dan berperilaku, saat kita menerima tanggung jawab untuk melindungi sumber daya alami bumi yang terbatas.

Menurut prinsip tujuan kebaikan universal setiap orang memiliki hak untuk mengakses barang-barang ciptaan untuk memenuhi kebutuhan - gaya hidup kita tidak harus membuat tuntutan sebegitu besar sehingga orang lain yang membutuhkan tidak kebagian lagi. Kita harus melatih kesederhanaan, moderasi dan disiplin. Dalam menghadapi budaya konsumen yang mengelilingi kita, hal ini adalah tantangan besar bagi kita masing-masing.

Prinsip-prinsip solidaritas dan kebaikan bersama mengingatkan kita bahwa kita semua benar-benar bertanggung jawab terhadap satu sama lain dan harus bekerja untuk kondisi sosial yang memastikan bahwa semua orang dan kelompok dalam masyarakat mampu memenuhi kebutuhan mereka dan menyadari potensi mereka. Setiap kelompok dalam masyarakat harus mempertimbangkan hak-hak dan aspirasi kelompok lain dan kesejahteraan seluruh keluarga umat manusia.

Usaha-usaha itulah yang telah diserukan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam sambutan dalam rangka Hari Perdamaian Dunia, 1 Januari 1990. Ia mengingatkan kerusakan bumi dan lingkungan hidup yang makin parah. Paus Yohanes Paulus II mengajak kita untuk lebih peduli pada alam, bukan hanya pada manusia saja. Paus Benediktus XVI pun melanjutkan semangat

Pembabatan hutan tak terkendali memberikan kontribusi pada kerusakan alam yang menimbulkan bencana.

Page 10: Wkc februari 2014

SAJIAN UTAMA

10 | WKC Februari 2014

itu. Bahkan, banyak pihak menjulukinya sebagai ’Paus Hijau’. Memang Paus Benediktus XVI banyak membuat pernyataan tentang keprihatinan dan kepedulian pada lingkungan hidup. Dalam ensiklik Caritas in Veritate (2009), Paus menyebut dengan sangat eksplisit masalah lingkungan hidup.

“Saat ini, subjek perkembangan juga terkait erat dengan tugas-tugas yang timbul dari hubungan kita dengan lingkungan alam. Lingkungan alam adalah karunia bagi setiap orang, dan dalam menggunakannya kita mempunyai tanggungjawab terhadap kaum miskin, terhadap generasi-generasi mendatang dan terhadap seluruh umat manusia. Jika alam, termasuk umat manusia, dilihat hanya sebagai hasil kebetulan atau determinisme evolusioner, cita rasa tanggungjawab kita akan menyusut. Dalam alam, orang-orang percaya mengenali aktivitas penciptaan Allah yang luar biasa, yang boleh kita pergunakan secara bertanggungjawab, untuk memenuhi kebutuhan legitim maupun material kita, sambil menghormati keseimbangan intrinsik ciptaan. Jika kita kehilangan visi itu, kita akan berakhir pada entah menganggap alam sebagai tabu yang tak tersentuh, atau sebaliknya, menyalahgunakannya. Kedua-duanya merupakan sikap yang tidak sesuai dengan visi Kristiani terhadap alam sebagai buah ciptaan Allah.” (Caritas in Veritate, 48).

Penyebab Dosa Ekologis

Dalam Pesan Pastoral Sidang Konferensi Wali Gereja Indonesia tahun 2012, ditegaskan bahwa alam semesta dan manusia sama-sama diciptakan oleh Allah karena kasih-Nya, sehingga manusia tidak bisa tidak menyadari kesatuannya dengan alam. Itulah sebabnya manusia harus memperlakukan alam sebagai sesama ciptaan dan mengolahnya secara bertanggung jawab (Pesan Pastoral Sidang KWI Tahun 2012 tentang Ekopastoral, no. 2). Diingatkan pula bahwa alam semesta bukanlah obyek yang dapat dieksploitasi sesuka hati tetapi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

Tetapi kenyataannya, lingkungan yang adalah anugerah Allah itu, dieksploitasi oleh manusia secara serakah dan ceroboh serta tidak memperhitungan kebaikan bersama, misalnya penebangan hutan, pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertambangan yang kurang

bertanggung jawab. Lingkungan menjadi rusak, terjadi bencana alam, lahir konflik sosial, akses pada sumber daya alam hilang dan terjadi marginalisasi masyarakat lokal/adat, perempuan dan anak-anak. Keadaan itu diperparah oleh kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada kepentingan politik sesaat dan pola pikir jangka pendek yang mengabaikan keadilan lingkungan. Akibatnya antara lain pemanasan bumi, bertumpuknya sampah, pencemaran air tanah, laut, udara serta tanah, pengurasan sumber daya alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan dalam skala besar.

Kini sudah terjadi kerusakan yang parah. Baik udara, air, maupun tanah tidak lagi bisa mendukung hidup manusia dengan baik. Hal itu tidak akan terjadi jika manusia tidak malas untuk memperhatikannya. Lebih jauh, keserakahan manusia juga menjadi sebab utama dari kerusakan lingkungan. Tak perlu banyak dijabarkan, orang gampang melihat bagaimana manusia, terutama manusia modern, yang dibekali dengan peralatan teknologi merusak alam.

Keserakahan itulah yang kiranya membuat kita menafsirkan perintah Tuhan untuk ‘berkuasa atas alam’ (Kej. 1: 28) sebagai pemanfaatan sebesar-besarnya untuk kelangsungan dan kenikmatan hidup manusia saja. Banyak di antara kita juga terlibat dalam keserakahan itu. Padahal yang dimaksudkan dengan ’berkuasa’ bukan hanya mengeruknya habis-habisan tanpa tanggungjawab untuk melestarikannya.

Perwujudan Pertobatan Ekologis

Sebenarnya, dibanding makhluk lain, manusia adalah makhluk istimewa. Ia dibekali akal budi dan hati.

Kandang Natal yang dibuat dari bahan-bahan bekas/sampah menjadi salah satu ben-tuk simbolisasi pertobatan ekologis.

Page 11: Wkc februari 2014

WKC Februari 2014 | 11

SAJIAN UTAMA

Dalam hubungannya dengan yang lain, manusia perlu memanfaatkan kelebihannya itu untuk memelihara semua supaya bisa saling menghidupi. Dalam sebuah wawancara denga sebuah media Katolik, P. Andang L. Binawan SJ, yang dikenal dengan Romo Sampah karena usahanya mempromosikan kelestarian lingkungan di Keuskupan Agung Jakarta dengan pengolahan sampah mengatakan bahwa ada dua pemahaman dasar tentang pertobatan ekologis. Pertama, manusia harus mengatasi kemalasan dan keserakahannya. Manusia harus berusaha untuk tidak lagi menempatkan dirinya sebagai pusat ciptaan. Bukan hanya manusia yang harus hidup. Benar, bahwa manusia adalah makhluk istimewa, tetapi makhluk lain juga punya hak hidup. Pertobatan berarti menghargai makhluk lain, juga bumi, bukan sekadar sebagai alat bagi manusia. Kedua, menjaga keseimbangan. Maksudnya, setiap ciptaan Tuhan, baik makhluk hidup maupun tidak hidup, telah disusun saling berkait dengan sempurna. Keserakahan manusia bisa menyebabkan keseimbangan kehidupan menjadi rusak. Karena itu, pertobatan manusia berarti juga mengembalikan keseimbangan ini.

Pertobatan adalah aksi positif, bukan sekadar sesal. Pun, sebuah pertobatan radikal biasanya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Dibutuhkan upaya terus-menerus untuk mewujudkannya. Untuk ini, pertobatan perlu diwujudkan dalam tiga bentuk yang akan saling mendukung.

Pertama, pertobatan personal. Pertobatan ini dilakukan secara pribadi berdasar niat pribadi. Lebih peduli pada sampah dengan tidak membuang sembarang, melainkan menaruh dan memilah sampah adalah salah satu contoh. Yang diharapkan bukan sekadar pertobatan yang sekali-sekali saja dilakukan, tetapi diharapkan membentuk habitus atau suatu

kebiasaan yang mendarah daging.Kedua, pertobatan struktural. Artinya, pertobatan

dilakukan sebagai sebuah gerakan bersama entah dalam komunitas kecil atau besar, baik rumah, biara, lingkungan maupun paroki,bahkan juga keuskupan. Misalnya, ada sebuah paroki yang menyediakan tempat sampah dan ‘kontrol’ yang lebih ketat tentang pemisahan dan pengelolaan sampah di kompleks gereja. Kerjasama yang intensif dan berkelanjutan tentang kepedulian ini bisa juga jadi contohnya.

Pesan Pastoral KWI tentang Ekopastoral juga mengatakan: “Kami mengajak seluruh umat untuk meneruskan langkah dan meningkatkan kepedulian dalam pelestarian keutuhan ciptaan dalam semangat pertobatan ekologis dan gerak ekopastoral. Kita menyadari bahwa perjuangan ekopastoral untuk melestarikan keutuhan ciptaan tak mungkin dilakukan sendiri. Oleh karenanya, komitmen ini hendaknya diwujudkan dalam bentuk kemitraan dan gerakan bersama, baik dalam Gereja sendiri maupun dengan semua pihak yang terlibat dalam pelestarian keutuhan ciptaan.”

Hampir setahun terakhir, di Provinsialat MSC ada usaha untuk memilah, dan memanfaatkan sampah. Sampah dipilah-pilah antara sampah basah atau organik, sampah plastik, dan sampah kertas. Walau dalam praktek tidak selalu berhasil, karena banyak anggota komunitas yang kurang peduli, usaha itu merupakan suatu usaha bertobat dari dosa ekologis.

Ketiga, bentuk pertobatan yang lebih bersifat simbolis. Membuat pohon atau kandang Natal dengan botol minuman bekas seperti dilakukan di beberapa Keuskupan baru-baru ini adalah contoh bentuk ini. Hal ini lebih bersifat mengingatkan dan menggugah kesadaran. Bahkan, menanam pohon di kompleks gereja pun bisa masuk kategori simbolis, karena yang diharapkan adalah dampak yang lebih luas, tidak dibatasi oleh waktu dan tempat.

Namun, kita juga perlu memperhatikan kontekstualisasi. Artinya, kita harus menemukan bentuk pertobatan yang paling sesuai dengan konteks setempat. Usaha pertobatan untuk menaruh sampah pada tempatnya mungkin tidak terlalu relevan di wilayah yang lebih membutuhkan kepedulian pada hutan. Diharapkan, pilihan nyata pertobatan itu bisa berdampak secara nyata. Maka, untuk menemukan bentuk pertobatan yang kontekstual, dukungan studi yang bersifat komuniter, entah bersama, entah perwakilan akan sangat berguna. Suatu studi yang lebih luas dan mendalam akan mendasari suatu tindakan pertobatan lebih kokoh. Dengan itu, semoga pertobatan ekologis menjadi lebih bermakna!. Kandang Natal yang dibuat dari bahan-bahan bekas/sampah menjadi salah satu ben-

tuk simbolisasi pertobatan ekologis.

Pemisahan sampah yang mulai diusahakan di Provinsialat MSC, sebagai usaha pelestarian lingkungan.

Page 12: Wkc februari 2014

SAJIAN UTAMA

12 | WKC Februari 2014

Ini bukan isapan jempol tetapi sungguh terjadi, bahkan telah saya nikmati hasilnya. Semula kulit jeruk dan macam-macam sampah dapur yang mentah saya olah menjadi pupuk yang disebut enzim. Setelah itu saya juga belajar mengolah bungkus kopi, bungkus jahe wangi, atau Nutrisari menjadi tas yang indah dan nyentrik. Ketrampilan ini memang tidak sekali jadi. Diperlukan ketekunan, ketelitian dan kesabaran. Sudah sekitar 3 tahun saya melihat orang membuat tas yang indah dan cantik. Dari sini saya mulai tertarik dan ingin belajar kerajinan ini. Kemudian saya mulai belajar dan membuat kerajinan ini ketika saya mengikuti pendalaman APP di desa Cisauk. Mereka adalah orang-orang pinggiran di Bumi Serpong Damai dan orang-orang miskin dari Cilincing. Cisauk terletak di dekat pembuangan sampah. Kerinduan untuk dapat membuat tas dari bungkus minuman instan akhirnya dapat kutemukan juga. Suatu kali saya pernah melihat tas dari bungkus Rinso yang besar dan dijahit, namun bagi saya kurang menarik karena masih menggunakan mesin jahit, bukan kerajinan tangan seluruhnya. Akhirnya saya belajar dari beberapa suster yunior yang pernah

live in di Sidareja, Cilacap, dan pernah belajar dengan suster Ambrosia PBHK yang juga membuat tas-tas dari bungkus minuman. Dengan berbekal kemauan dan kerendahan hati untuk bertanya sayapun pelan-pelan mulai belajar.

Saya sangat bersyukur atas rahmat dan talenta yang Tuhan anugerahkan kepada saya. Saya adalah seorang guru agama, tetapi juga lulusan STM bangunan. Kemudian saya mendapat kesempatan belajar di sekolah kateketik. Saat mengajar di SMP saya menjadi guru agama, tetapi sekaligus menjadi guru ketrampilan. Pertama kali saya mengajar anak-anak untuk membuat tas dari karton bekas dilapisi kertas kado dan dijahit dengan tali rafia. Kemudian membuat tas dari gelas aqua dan sedotan. Sekarang ini saya melanjutkan ketrampilan saya dengan membuat kerajinan tas dari bekas minuman instan. Jadi saya bersama para suster lain di Kramat, bila selesai makan malam, sambil rekreasi, bersama-sama membuat tas tersebut. Pengalaman yang indah dan unik karena saat rekreasi bersama teman-teman suster lain tidak hanya nonton TV tapi bisa bekerjasama dan berbagi ketrampilan dalam

SAMPAHMENJADI BERKAH

Page 13: Wkc februari 2014

SAJIAN UTAMA

WKC Februari 2014 | 13

kebersamaan.Dari kecintaan dan kesenangan melakukan

pekerjaan tangan ini, saya merasa damai, tabah dan tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Setiap malam, saat rekreasi saya menganyam dan menganyam, sehingga dalam waktu beberapa bulan terkumpul 9 buah tas dari berbagai bungkus minuman instan.

Cara membuat tas ini awalnya agak susah. Pertama kali kami mengumpulkan bungkus kopi, kemudian satu persatu dipilih yang memiliki motif yang bagus. Kemudian digunting atas bawah, dan direndam dengan rinso agar bersih. Tidak lupa bagian dalamnya digosok sehingga sisa-sisa kopi atau nutrisari terbuang dan menjadi bersih. Setelah itu dijemur atau dapat dilap sampai kering. Setelah itu bungkus minuman tadi dilipat dengan lipatan yang sama, serta motif yang bagus, baru dianyam. Yang agak sulit adalah cara mengambil sudutnya, yakni harus dalam hitungan ganjil misalnya 5,7,9,11,13, sehingga dapat mulai naik. Naiknya pun setelah ada 9 baris. Barulah membuat tali. Meskipun rumit saya telah mendapatkan tas bermacam-macam : dari indocafe, White Koffie, Jahe Wangi dan Nutrisari.

Selain mengembangkan ketrampilan ini, saya juga memanfaatkan sampah dapur menjadi pupuk. Caranya, kulit jeruk, kulit pisang, dan sampah yang

lain diolah dengan ukuran sebagai berikut: 1 kilogram sampah, 3 ons gula merah asli (tidak boleh gula pasir karena ada pemutih dan pengawetnya), air jernih 1 liter. Semua ini dicampur dan difermentasikan selama 3 bulan ditutup rapat. Wadah yang dipakai adalah jerigen plastic. Bahan kaca tidak dianjurkan karena gas yang kuat dapat menyebabkan ledakan. Setelah tiga bulan barulah siap pakai setelah disaring dan diambil airnya. Airnya dapat dipakai untuk mengepel lantai, membersihkan WC dan tegel kamar mandi agar hilang keraknya. Ada juga yang dipakai sebagai pencuci pakaian. Dari pengalaman ini saya belajar bahwa sebenarnya kita perlu kreatif dalam memanfaatkan barang-barang bekas menjadi barang yang sangat berguna. Selain itu kita juga berperan serta menjaga lingkungan. Sebab bila kemalasan datang, barang bekas yang kita buang sembarangan dapat menyebabkan bencana seperti banjir. Saat ini banyak orang membuang sampah sembarangan tanpa memikirkan akibatnya yang dapat merugikan orang lain. Semoga kita masing-masing-masing dapat memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna, sehingga sampah yang sering mengganggu pemandangan dapat menjadi barang indah yang berguna. Sr. Yustine PBHK – Kom Kramat.

MENJADI BERKAH

Sr. M. Yustina PBHK dengan beberapa hasil kerajinan berupa tas yang terbuat dari plastik pem-bungkus minuman instan (kiri atas). Salah satu hasil karya kerajinan dari pem-bungkus Nutrisari (kanan bawah).

Page 14: Wkc februari 2014

SAJIAN UTAMA

14 | WKC Februari 2014

Betapa tidak, sebagian besar kota Manado dan sekitarnya luluh lantak dihantam banjir bandang dan ‘taifun’ yang baru pertama kali melanda Sulawesi Utara (Sulut). Tak ada yang menduga. Semua orang panik. Manado laksana kota mati.

Bersih-Bersih

Beruntung Pineleng, tanah yang ‘dipilih’ (Pineleng; Bahasa Tombulu=dipilih), tempat di mana Skolastikat dan Pranovisiat MSC berdiri, tidak merasakan hantaman alam tersebut. Meski sempat ada genangan besar di beberapa tempat dan jalan menjadi seperti sungai kecil, tapi tidak seberapa dibanding dengan yang terjadi di tempat lain. Tanggap akan situasi, Magister Pranovisiat, Rm. Petrus Suroto MSC, menghimbau para pranovis untuk membuka diri, siap membantu para korban bencana. Bersama dengan Mission Office Skolastikat MSC, kami berkontribusi aktif di salah satu lokasi, yakni Gereja Paroki Raja Damai, Tikala Baru, Manado. Belum tiba di lokasi, kami harus berjalan kaki sampai ke gereja karena akses jalan sudah tidak terjangkau. Dalam perjalanan, betapa kaget dan iba melihat situasi yang amat parah. Semua daerah yang kami lalui tampak

begitu mengenaskan. Di jalan-jalan, bukan hanya sampah yang berserakan, tetapi juga lumpur, batu dan kerikil, puing-puing rumah, dan bahkan mobil dan sepeda motor berserakan tak karuan.

Setibanya di gereja Raja Damai, kami langsung bertemu dengan pastor paroki, Rm. Jansen Dianomo, Pr, yang sedang membersihkan lokasi gereja bersama beberapa relawan. Langsung terpapar di depan gereja material bangunan plus lumpur. Dengan sigap para frater langsung memulai tugasnya. Kendati diguyur hujan lebat, semangat tidak padam, diselingi canda-tawa sebagai penghangat badan. Sungguh, gereja memang nampak tak layak lagi. Kain altar berserakan, teks lagu dan buku nyanyian penuh lumpur, tak ada yang lolos selain Tabernakel Suci yang tinggal sejengkal lagi dari genangan lumpur. Setelah meneguk sebotol Cola, kami kemudian berjalan ke belakang, ke pastoran gereja. Ternyata lebih parah lagi. Lantai satu terendam air. Beberapa dokumen penting berhasil diselamatkan ke lantai atas, namun sebagian besar rusak.

Sekitar 5 jam bekerja sejak siang hari, ketika pukul 18.00 setempat, gereja sudah ‘sedikit’ lebih bersih. Setelah istirahat sejenak, saya dan para frater lainnya

PRAY FOR SULUT‘Pray for Sulut’ sepenggal kalimat inilah yang memenuhi berbagai macam media elektronik, dan cetak, serta media sosial seperti Facebook dan Twitter, sesudah peristiwa tanggal 15 Januari 2014 yang lalu.

Page 15: Wkc februari 2014

SAJIAN UTAMA

WKC Februari 2014 | 15

pamit pulang. Meski meraba-raba jalan, dengan sedikit berkas lampu terpancar dari rumah warga yang ber-genset, kami kembali ke tempat dimana kami di-drop. Tiba di kendaraan pick-up, dengan basah kuyup dan penuh lumpur, kami kembali ke biara masing-masing di Pineleng. Mission Accomplished.

Pray for Sulut

Kejadian ini adalah yang pertama bagi saya dan mungkin juga bagi banyak orang di Sulut. Banjir bandang merupakan sesuatu yang, seingat saya, belum pernah dialami oleh warga Manado. Hujan deras dan badai yang menimpa Manado dan sekitarnya selama beberapa hari tentu menjadi faktor utama. Tidak hanya banjir di beberapa tempat, terjadi juga tanah longsor dan memakan korban jiwa.

Hingga kini, sebagian besar warga masih membersihkan rumah dari genangan lumpur. Tak adanya air menjadi penghambat bagi masyarakat. Maklum saja, PDAM kelabakan karena air terkontaminasi. PLN juga tentu tidak ingin ambil resiko, sehingga di beberapa tempat listrik dipadamkan. Di beberapa tempat, jalan juga hancur. Butuh berbulan-bulan atau bahkan tahun, kondisi bisa menjadi normal kembali. Amat banyak kerugian, mencapai milyaran rupiah. Belum lagi korban jiwa dan kerugian psikologis warga. Banyak rumah yang hancur tak tersisa, semua harta benda rusak dan hanyut. Sungguh apa lagi yang mau dikata, tak lain “Pray for Sulut”.

Di mana Tuhan?

Melihat semua yang terjadi, entah Tuhan hendak menyampaikan sesuatu yang belum saya pahami. Saya belum dapat sepenuhnya memahami kebesaran-Nya. Saya sendiri masih begitu shocked dengan apa yang terjadi. Saya mencoba merenungkan lagi. Tuhan pasti tidak dengan sengaja memberikan tanggungan

seberat ini. Bukan hanya Manado, bukan hanya Sulut. Banyak daerah juga yang diterpa bencana.

Dari sebelumnya aman, kini Sulut porak-poranda. Saya berefleksi bahwa Tuhan ingin melihat sejauh mana semboyan ‘torang samua basudara’ (kita semua adalah saudara) berakar kuat pada warga Sulut. Apakah sekedar semboyan belaka, tapi tidak dilaksanakan. Namun saya sudah melihat dengan mata kepala sendiri. Saya bisa berkata bahwa falsafah itu benar. Tolong-menolong hadir di tengah penderitaan. Saya juga merasa bahwa Tuhan memberikan suatu pelajaran, dimana melihat seberapa kuat dan tabah umat beriman terhadap cobaan ini. Semua harus dimulai dari awal lagi. Apakah Sulut, yang mayoritas beragama Kristen, tetap beriman dan teguh, tidak mempersalahkan Tuhan.

Dengan begitu saya rasa bahwa dimensi anabatis-katabatis atau dialog suci antara manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia, sedang diuji dan diperteguh. Semua yang terjadi, tidak ada gunanya disesali. Lebih baik mulai baru lagi, pupuk semangat untuk menjalani hidup seterusnya. Saya hanya bisa membantu dan mendoakan mereka yang terkena musibah. Syukuri saja, bahwa yang datang berupa bencana, maka masih ada waktu untuk berubah dan bertobat. Jika seandainya yang datang adalah Hari Penghakiman, maka apalah daya, jiwa dan raga penuh dosa.

Peristiwa ini mengingatkan saya, pertama-tama tentang yang Maha Kuasa dan bagaimana sikap kita terhadap-Nya; rasa cinta dan sense of belonging pada alam dan lingkungan; solidaritas satu sama lain sebagai saudara. Jangan bosan-bosan untuk mengelap dan membersihkan lumpur dosa dalam diri agar semakin layaklah saya menjadi Misionaris. Sehingga Hati Kudus Yesus semakin dikasihi dimana-mana. Ametur. Fr. Rexi Alfrids Baptista Kawuwung

Para frater melepas lelah sesudah member-sihkan gedung gereja Raja Damai, Manado.

Page 16: Wkc februari 2014

SPIRITUALITAS

16 | WKC Februari 2014

Dalam bukunya yang berjudul A New Heart and a New Spirit, P. Eugene Cuskelly MSC menerangkan apa yang dimaksud dengan ‘Karisma’. Kata “karisma” berasal dari bahasa Yunani dan berarti “karunia”. Oleh sebab itu, jika digunakan dalam kaitannya dengan Pater Chevalier atau dengan para Bapa dan Ibu pendiri Kongregasi Religius itu berarti “karunia khusus” yang memampukan orang itu untuk melihat Yesus dalam Hidup dan Karya-

Nya dari sudut pandang atau aspek tertentu. Kita semua mengikuti Yesus yang ada dalam Injil dan mengetahui hidup dan ajaran-Nya. Akan tetapi perlulah kadang-kadang kita memusatkan diri pada salah satu aspek dari Hidup dan Ajaran Yesus. Itu menjadi sangat perlu ketika Gereja, dunia atau kita, kita sendiri, berada dalam bahaya untuk melupakan beberapa aspek Yesus yang harus selalu segar dalam kesadaran dan pikiran kita.

MENGHIDUPI KARISMAMENCIPTA IDENTITAS

Pemahaman yang baik akan karisma Jules Chevalier adalah hal terpenting dalam usaha memperkuat idenitas kita sebagai Keluarga Chevalier. Artikel berikut ini adalah sebuah refleksi yang berjudul asli: “Living Our Charism Creates Our Identity”, yang disampaikan oleh P. Nick Harnan MSC, yang pernah menjadi salah satu anggota Tim Cor Novum di Issoudun, pada pertemuan para Awam Keluarga Chevalier di San Domingo, Brasil, November 2008.

NICK HARNAN MSC

Semakin kita menghidupi karisma Chevalier, maka semakin jelas identitas kita sebagai Keluarga Chevalier.

Page 17: Wkc februari 2014

SPIRITUALITAS

WKC Februari 2014 | 17

Misalnya, jika kita atau Gereja secara umum terlalu memusatkan diri pada dosa dan kesalahan maka kita dengan mudah akan lupa bahwa Yesus selalu memberikan pengampunan, belas-kasih, belarasa dan pengertian yang penuh kasih terhadap kelemahan manusiawi kita. Oleh sebab itu sebuah karisma selalu memiliki DIMENSI KENABIAN yang dalam. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa karisma menantang Gereja dan dunia untuk kembali kepada kesadaran dan pelaksanaan aspek-aspek penting dari hidup dan karya Yesus. Untuk menggambarkan ini lebih lanjut, perkenankan saya mengisahkan kepada anda sebuah cerita berikut.

Malam menjelang kenaikanNya ke surga, Yesus amat

cemas. Walau sesudah kenaikan-Nya ia akan tetap bersama dengan kita dalam Roh Kudus yang tinggal di hati kita, Ia menyadari bahwa Ia kini tak akan KELIHATAN. “Apa yang akan terjadi bila dunia tidak dapat melihat Aku lagi? Apakah manusia, bahkan Gereja, akan segera melupakan teladan dan ajaran-ajaran-Ku yang paling utama?” Untuk mencegah hal itu terjadi, Yesus punya sebuah gagasan cemerlang. Ia memutuskan untuk memberikan karunia-karunia khusus kepada orang-orang tertentu yang akan mempunyai aspek tertentu dari warisan-Nya dan menempatkannya di hadapan mata kita. Nah untuk itu yang Yesus butuhkan hanyalah para relawan yang mau dan siap untuk itu.

Yesus berkata, “Selama hidup-Ku di dunia dengan teratur Aku mengundurkan diri dari kesibukan pelayanan dan pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa sepanjang malam. Siapa yang akan melaksanakan kebiasaan-Ku ini dan menunjukkannya kepada Gereja dan dunia?” Maka St. Benediktus tampil ke depan dan setuju untuk melakukannya. Ia

mengumpulkan orang-orang, baik religius dan awam untuk menjaga praktek itu tetap hidup. Maka mereka menerima karisma sebagai pertapa dan panggilan hidup kontemplatif dan itu tetap berlanjut hingga sekarang.

Kemudian Yesus berkata, “Dalam kehidupan-Ku di dunia, Aku membaktikan hidup-Ku untuk berkotbah tentang Kabar Baik, bahkan sampai menentang para penguasa dengan kesetiaan-Ku pada kebenaran. Siapa yang akan mempertahankan pelayanan-Ku untuk berkotbah dan setia ada kebenaran?” Maka

St. Dominikus maju ke depan dan berkata bahwa ia akan mengumpulkan orang-

orang, pria dan wanita, religius dan

awam, yang akan membaktikan hidup mereka

untuk mempertahankan dan mewartakan kebenaran Yesus. Maka keluarga Dominikan

menerima karisma untuk berkotbah dan menjaga Kebenaran Yesus.

Yesus juga berkata, “Selama hidup-Ku di dunia, Aku membayar mahal kesetiaan-Ku pada Kebenaran dan cinta-Ku bagi umat manusia. Aku menderita bahkan sampai mati karena cinta-Ku bagi umat-Ku. Siapa yang akan mengingatkan Gereja dan Dunia akan penderitaan dan kematian-Ku?” St. Paulus dari Salib tampil ke depan dan berkata bahwa ia akan mengumpulkan orang-orang, sebuah keluarga baik religius

maupun awam yang akan selalu mewartakan derita dan wafat Yesus dan memastikan bahwa aspek hidup Yesus ini tidak akan pernah dilupakan.

Maka ia dan keluarganya disebut sebagai para Passionis dan menerima karisma yang menguatkan mereka untuk setia pada kebenaran ini.

“Dalam hidup-Ku,” kata Yesus, “Aku menghayati kesederhanaan, kemiskinan dan keramah-tamahan. Siapa yang akan menjaga aspek kehidupan-Ku ini

Page 18: Wkc februari 2014

SPIRITUALITAS

18 | WKC Februari 2014

bagi Gereja dan dunia?” Maka tampillah St. Fransiskus dan Sta. Clara dan setuju untuk menghimpun orang-orang, pria dan wanita, awan dan religius, yang akan menjaga cara hidup yang sederhana, miskin dan ramah-tamah. Maka para Fransiskan menerima karisma khusus yang memampukan mereka menghidupi aspek hidup itu.

Yesus berkata lagi: “Selama hidup-Ku di dunia, sering kali Aku secara fisik hadir di tengah-tengah para miskin dan orang-orang yang terpinggirkan. Siapa yang akan mengingatkan Gereja dan dunia betapa dekat Aku dengan orang-orang miskin dan tersingkir?” Kemudian Ibu Theresa dari Calcutta tampil ke depan dan berkata bahwa ia akan mengumpulkan para religius wanita dan awam yang akan hadir di tengah-tengah orang-orang miskin dan tersingkir untuk menjaga aspek hidup Yesus itu tetap hidup. Maka Ibu Theresa dan keluarganya menerima karunia untuk melaksanakan teladan Yesus itu.

Kemudian Yesus berkata: “Dalam hidup-Ku di dunia

Aku dapat memberikan Kabar Baik yang paling utama. Aku dapat mengatakan dan menunjukkan kepada mereka bahwa Allah, dalam Aku, MENGASIHI MEREKA DENGAN HATI MANUSIAWI, HATI YANG PENUH BELAS KASIH, PENGAMPUNAN DAN KELEMBUTAN. Siapa yang akan menjadi saksi akan kebenaran ini dan menjaganya bagi Gereja dan dunia? Maka tampillah Pater Jules Chevalier dan berkata bahwa bersama dengan Ibu Louise Hartzer dan Pater Hubert Linkens ia akan mengumpulkan di sekelilingnya sebuah keluarga yang terdiri dari para imam, para suster, para bruder, para awam serta imam-imam diosesan yang akan membaktikan hidup mereka untuk menjadi saksi-saksi dan mewartakan kebenaran yang luar biasa ini dan berkarya untuk membangun Dunia Baru dalam cinta.

Yesus berkata, “Kamu bersama dengan seluruh keluargamu sungguh akan menerima karisma khusus ini yang akan menguatkan kamu untuk menjadi saksi cinta-Ku yang lemah lembut bagi semua orang, khususnya mereka yang miskin, terpinggirkan dan

tertindas. Engkau juga akan dikuatkan untuk membangun dunia yang dipenuhi dengan cinta yang telah aku bangun dan telah bertahta dalam Kerajaan Allah. Karena misi ini amat penting bagi-Ku, Aku akan menunjukkan tiga cara yang amat khusus yang memastikan kamu setia pada karisma-mu itu. Pertama, setialah kepada Ekaristi. Di sana kamu akan menerima cinta dan pengampunan-Ku yang tercurah secara istimewa. Kedua, tetaplah dekat dengan umat-Ku. Di sana kamu akan menemukan-Ku dalam pergulatan dan pengalaman sehari-hari. Dalam hati orang-orang, terutama mereka yang menderita atau ditolak, kamu akan mendengar panggilan-Ku kepada cinta dan pelayanan yang lebih besar lagi. Ketiga, tetaplah dekat dengan Bunda-Ku, Bunda Hati Kudus. Ia membentuk hati-manusia-Ku dalam rahimnya. Ia jugalah yang membentuk seluruh kemanusiaan-Ku dan mengajar-Ku bagaimana berbelarasa, berbelaskasih dan memahami perjuangan manusia. Seperti ia telah menjadi seorang yang membentuk Aku bagi perutusan-Ku, ia juga akan membentuk kamu dalam perutusanmu yang telah engkau terima dari-Ku. Dengan rahmat dan karunia-Ku (Karisma) dan dengan tiga cara yang istimewa itu kamu semua tidak akan pernah gagal.

Bermacam-macam tetapi satu Tubuh Kristus.

Page 19: Wkc februari 2014

SPIRITUALITAS

WKC Februari 2014 | 19

Keunikan ini jugalah yang mempengaruhi tiap-tiap orang dalam berperilaku, bertutur kata dan

bertindak terhadap sesuatu yang dialaminya. Belajar dari pengalaman, keunikan yang ada dalam

tiap pribadi manusia, tidaklah selalu menciptakan suasana yang mendamaikan dan membangun dalam kehidupan pribadi, tapi juga dalam kehidupan bersama. Tidak jarang orang mengeluh: “Saya tidak mengerti, kenapa saya jadi begini?” atau “Setahu saya dia pendiam, tapi sekarang koq jadi seperti itu ya?” Untuk menjawab kebingungan itulah, 4 suster yunior Putri Bunda Hati Kudus, diberi kesempatan mengikuti proses Pengolahan Hidup Rohani di Novisiat O. Carm Batu-Malang pada tanggal 4-13 Januari 2014 didampingi oleh Rm. Paulus Teguh Kusbiantoro, O. Carm. Bersama dengan 11 Novis O. Carm, 6 Novis H. Carm, keempat Suster Putri Bunda Hati Kudus (Sr. M. Patrisiana Mustika Dewi, Sr. M. Yosefine Luan, Sr. M. Candida Refwalu dan Sr. M. Annunciata Rumfaan) mendapat bekal yang cukup untuk menemukan identitas yang jelas tentang pribadi masing-masing dengan cara menggali sejarah hidupnya sejak awal kehidupan sampai saat ini. Salah satu

kegiatan proses Pengolahan Hidup Rohani adalah jalan bersama mendaki bukit (disana dinamakan Gunung Banyak). Para pendamping dari para peserta proses ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Kegiatan jalan bersama ini dimulai pada jam 05.00 WIB. Nampak sekali antusiasme orang-orang muda, meskipun ada yang belum bisa membayangkan bukit seperti apa yang akan didaki. Semangat dan terus semangat. Begitu kata-kata yang tiap kali keluar dari mulut para Frater Novis O. Carm untuk menyemangati teman-teman yang belum pernah mendaki bukit. Kekompakan dalam acara bersama ini sangat kelihatan. Tidak ada peserta yang ditinggalkan berjalan sendiri. Latihan untuk sabar menghadapi teman tapi sekaligus juga latihan untuk menaklukan diri sendiri yang ingin secepatnya sampai di puncak. Puncak pertama dapat dilalui dengan mengesankan. Semua peserta tiba dengan selamat sampai di puncak pertama. Tetap bersemangat penuh kegembiraan. Sesuatu yang unik nampak pada tingkah laku seorang Frater Novis O.Carm yang selain bawa ransel besar, juga memegang tempat sampah. Setiap plastik, gelas aqua, bungkusan permen atau makanan kecil lainnya, dipungutnya dan

Setiap pribadi diciptakan Allah secara unik. Keunikan ini nampak dalam soal rasa, kesukaan terhadap sesuatu, dan banyak hal lain yang menunjukkan bahwa Allah menciptakan makhluk yang bernama manusia itu benar-benar unik.

MENCINTAI ALAM CIPTAAN

Page 20: Wkc februari 2014

SPIRITUALITAS

20 | WKC Februari 2014

dimasukkan dalam sebuah wadah yang memang telah dipersiapkan. Aha…ini juga merupakan bagian dari proses Pengolahan Hidup Rohani. Sebagai seorang muda, berada di antara teman-teman sesama orang muda, merupakan sebuah kerinduan. Bisa sharing, bercanda sekaligus mengagumi alam ciptaan yang memang sangat indah, penuh pesona dengan hamparan pemandangan yang membangkitkan kekaguman pada Allah sang Pencipta. Proses berjalan secara alamiah, bagaimana Frater Novis ini menaklukkan diri sendiri dengan rendah hati membawa tempat sampah, memungut sampah yang ada, entah yang dilihatnya maupun yang ditunjuk teman-temannya dan bukan terus berada di antara teman-temannya. Keceriaan dan semangat yang ditampakkan oleh Frater Novis O. Carm ini, sungguh menarik perhatian. Langkah kaki berirama, kadang berjalan, terus sedikit berlari sambil sesekali berhenti memungut sampah, tertawa bersama bila ada cerita lucu yang muncul, mewakili suasana hatinya. Inilah proses pengolahan yang riil. Tidak merasa dibebani dengan tugas yang ada, tetap hadir bersama dan juga selalu memberi perhatian pada teman-teman yang membutuhkan bantuannya. Kecenderungan orang muda untuk kumpul bersama dengan teman-teman sebaya, berani diterobos Frater Novis O. Carm dengan membaur bersama para pendamping dan beberapa orang temannya.

Pendakian terus dijalani. Jalur yang dilalui ternyata bukan jalur yang biasanya dilalui oleh para pendaki pada umumnya. Jalan terobos berupa jalan setapak yang nampak dari jalan raya bukit ini tidak begitu

tinggi, ternyata terasa tinggi juga. Jalanan mulai licin karena semalam hujan, tidak menyurutkan semangat peserta proses. Masing-masing saling memberi semangat untuk terus melangkah, menyelesaikan pendakian yang cukup menantang ini. Hup…Sampai juga akhirnya…Terima kasih Tuhan…Lega rasanya bisa menyelesaikan jalan yang terasa panjang ini. Acara dilanjutkan dengan istirahat sebentar sambil menikmati pemandangan yang sangat indah sementara para Frater O. Carm sibuk mengeluarkan peralatan masak untuk mempersiapkan sarapan. Sangat terasa nikmat rezeki pemberian Tuhan berupa pop mie, roti, kopi panas. Semangat persaudaraan sangat terasa dimana satu sama lain saling berbagi rezeki, saling melayani dalam membagi makanan. Kebahagiaan terpancar dalam wajah masing-masing peserta, meski memang ada kesan kelelahan juga. Inilah kebahagiaan anak-anak Allah. Benarlah apa yang diungkapkan dalam nyanyian Madah Bakti No.530 “Alangkah bahagianya, hidup rukun dan damai. Di dalam persaudaraan, bagai minyak yang harum. Alangkah bahagianya, hidup rukun dan damai”. Sebagai rasa syukur semua peserta ikut dalam doa Brevir bersama dengan bebas memilih tempat duduk. Suara-suara yang melantunkan Mazmur sangat terasa indahnya. Betapa indah karya ciptaMu Tuhan. Acara bersama ini ditutup dengan pentas seni singkat dari masing-masing kelompok sebagai tanda syukur menyelesaikan proses Pengolahan Hidup Rohani tahap pertama. Syukur Tuhan untuk semua kebaikan yang boleh kami alami. Sr. M. Violetha Kereh PBHK.

Cinta terhadap alam ciptaan dan do-rongan untuk memeliharanya, memoti-vasi frater ini memungut sampah yang

dibuang sembarangan di sepanjang per-jalanan menuju puncak Gunung Banyak.

Page 21: Wkc februari 2014

SPIRITUALITAS

WKC Februari 2014 | 21

Pada abad ke XVIII, di suatu malam dengan cuaca yang buruk sebuah pohon sangat besar tumbang di salah satu jalan utama di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat. Satu peleton tentara ditugaskan untuk membersihkan jalan itu dan memindahkan pohon tumbang tersebut. Mereka memotong dahan-dahannya. Dengan sekuat tenaga mereka berusaha memindahkan batang pohon yang sangat besar itu dari jalan. Tetapi mereka tidak dapat menggesernya, karena batang pohon itu sangat berat. Komandan peleton, seorang yang tegap, tinggi, besar dan gagah duduk di atas seekor kuda, mengawasi anak buahnya bekerja, sambil memberikan perintah dengan keras dan tegas. Tetapi ia hanya memberikan perintah dari punggung kudanya.

Tiba-tiba seorang pria dengan kuda putih lewat di situ. Ia bertanya kepada komandan itu, mengapa ia tidak turun langsung membantu peletonnya memindahkan pohon itu dan hanya memberi perintah dari atas punggung kuda.

Komandan itu dengan marah menjawab: “Saya adalah komandan mereka, atasan mereka. Kalau saya bekerja bersama mereka itu merendahkan saya.”

Pria dengan kuda putih itu segera turun dari kudanya. Ia membuka topi dan jasnya, kemudian bergabung dengan para tentara itu bekerja. Akhirnya setelah usaha keras, mereka dapat menggeser batang pohon itu dari jalan sehingga tidak menghalangi jalan lagi. Ketika akan melanjutkan perjalanan, orang dengan kuda putih tadi berkata kepada komandan: “Kapan saja ada pekerjaan yang sulit, dan anda perlu bantuan, anda dapat memanggil saya. Saya akan datang membantu anda.”

Komandan itu bertanya, “Siapakah nama anda?” “Saya adalah George Washington!” jawab orang itu sambil memacu kudanya. Komandan peleton tadi

terkejut dan malu. Orang itu adalah Presiden Amerika Serikat, Komandan tertinggi Militer Amerika Serikat.

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang,” (Mat 20: 26 – 28).

PEMIMPIN

Page 22: Wkc februari 2014

ANTAR KITA

22 | WKC Februari 2014

MSC komunitas Daerah Jateng-Kalsel memulai pertemuan Komda di tahun 2014 pada tanggal

7 Januari di Hening Griya, Purwokerto. Pertemuan kali ini mengagendakan beberapa hal yang penting yakni sosialisasi statuta Provinsi MSC Indonesia yang dibawakan oleh P. Johanis Mangkey, MSC (Sekretaris Provinsi) dan pelantikan Pemimpin Daerah Jateng-Kalsel yang baru oleh Pater Provinsial yang diwakili oleh P. Hendrikus Suhendro Riberu, MSC.

Sosialisasi Statuta

Setelah dibuka dengan vesper bersama pada pkl.17.00, pertemuan Komda dilanjutkan dengan sosialisasi Statuta. Pater Mangkey memberikan latar belakang, dasar dan kisah-kisah unik di balik penyusunan Statuta (revisi) 2013 yang cukup memakan waktu. Dijelaskan pula bahwa setiap kata dari setiap ayat di statuta sungguh-sungguh diseriusi sehingga

kata yang dipilih kiranya ‘tepat’. Di dalam sosialisasi ini, dijelaskan juga mengenai Musyawarah Provinsi perdana yang akan diselenggarakan pada tahun 2014 ini. Karenanya pantaslah bagi kita semua anggota MSC menghaturkan terima kasih kepada ‘panitia’ di tingkat Provinsi yang serius memberikan acuan bagi kita, semua anggota MSC Provinsi Indonesia untuk hidup berkomunitas dan hidup pelayanan yang lebih baik, lebih teratur dan tertib seraya mendoakan agar Musyawarah Provinsi perdana berlangsung dengan baik.

Pelantikan Pemimpin Daerah

Tanggal 8 Januari 2014, Pkl. 18.00 pada Perayaan Ekaristi di Kapel Hening Griya, P. Hendrikus Suhendro Riberu, MSC melantik P. Florianus Miranto, MSC sebagai Pemimpin Daerah Jawa Tengah – Kalimantan Selatan periode 2014-2017. P. Suhendro dalam khotbahnya sebelum pelantikan mengingatkan mengenai

TAHUN BARU, PEMIMPIN BARUDi tahun baru ini dua Daerah mempunyai Pemimpin yang baru. Pemimpin Daerah Jawa Tengah - Kalimantan Selatan yang baru dilantik pada tanggal 8 Januari 2014. Sedangkan pada tanggal 8 Desember 2013 yang lalu telah dilantik Pemimpin Daerah Papua yang baru.

Serah Terima Jabatan dari Pemimpin Daerah Jawa Tengah - Kalimantan Selatan yang lama, P. Tarsisius Siswanto MSC kepada Pe-mimpin Daerah yang baru, P. Florianus Miranto MSC

Page 23: Wkc februari 2014

ANTAR KITA

WKC Februari 2014 | 23

‘pengalaman kasih Allah’ yang harusnya meresap dan menginspirasi komunitas dalam hidup pelayanan serta kesaksian di dunia. Komunitas Jateng-Kalsel harus berani keluar dari ‘zona aman’ serentak tetap menjadi naungan yang teduh bagi para anggotanya. Setelah khotbah, P. Tarsisius Siswanto membacakan surat keputusan mengenai pengangkatan P. Miranto sebagai Pemimpin Daerah kemudian dilanjutkan pembacaan Credo dan penandatanganan berita acara oleh Pimda yang baru dengan saksi P. M. Yatno Yuwono, MSC dan P. Stefanus Tri MSC. Setelah doa sesudah komuni dilangsungkan beberapa sambutan. P. Siswanto selaku mantan Pemimpin Daerah mengungkapkan rasa syukur, terima kasih dan serentak permohonan maaf kepada para konfrater atas enam tahun yang telah berlalu; P. Miranto sebagai Pemimpin Daerah yang baru meminta dukungan serta doa dari para konfrater agar bisa melanjutkan estafet kepemimpinan yang selama ini telah dilakukan dengan sangat baik oleh P. Siswanto. P. Suhendro mewakili Provinsial mengucapkan terima kasih atas segala pengabdian dan kerjasama yang selama ini

telah terjalin dengan P. Siswanto. Proficiat kepada Pimda yang baru dan mengharapkan kerjasama yang tetap apik untuk gerak langkah Komda selanjutnya.

MSC Komda Jateng-Kalsel 2014

Kami menutup tahun 2013 sebagai satu komunitas dengan retret bersama dan membuka tahun 2014 sebagai komunitas dengan pelantikan Pemimpin Daerah yang baru. Kami yang ambil bagian di komunitas ini tentu saja berdoa dengan penuh iman dan harap agar Tuhan menyertai segala gerak langkah MSC di daerah ini, khususnya di dua keuskupan yang secara khusus menjadi ladang pelayanan MSC yakni Keuskupan Purwokerto dan Keuskupan Banjarmasin. Melalui pengalaman akan kasih Allah itu pantaslah bila kami juga berseru di awal tahun ini ‘In Te Domine Speravi non confundar in aeternum’- pada Tuhan kami percaya dan tak akan kecewa selamanya- sebab kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan demi Ametur Ubique Terrarum Cor Iesu Sacratissimum In Aeternum (Dikasihilah Hati Kudus Yesus di seluruh dunia, selamanya). Liem msc

Pada tanggal 8 Desember 2013, bertempat di biara MSC Merauke, telah diadakan serah

terima Pemimpin Komunitas MSC Daerah Papua dari P. Cayetanus Tarong, MSC, yang sudah menjabat selama dua periode 6 tahun, kepada P. Robertus Sukiswadi, MSC. Terima kasih kepada P. Cayetanus atas pengabdian kepemimpinan dan selamat menjalankan tugas kepemimpinan komunitas Daerah Papua kepada P. Sukiswadi MSC. Pemimpin Provinsi diwakilkan kepada P. Kees de Rooij MSC untuk menyaksikan dan menerima serah terima ini.

Para anggota Komunitas Daerah Jawa Tengah - Kalimantan Selatan sesaat setelah Retret Tahunan 2014.

P. Robertus Sukiswadi MSC, Pemimpin Daerah Papua.

Page 24: Wkc februari 2014

ANTAR KITA

24 | WKC Februari 2014

Kegiatan refreshing tahunan para Frater Bunda Hati Kudus yang digelar setiap tahun, sempat

terhenti beberapa tahun terakhir. Mengingat kegiatan refreshing antar frater ini begitu penting dan perlu diadakan maka Dewan Provinsi Indonesia periode 2012-2018 menghidupkan kembali kegiatan refreshing antar Frater dengan tema : “OLAH MENTAL OLAH RASA DALAM OLAH RAGA MEMBANGUN PERSAUDARAAN SEJATI”. Kegiatan ini diisi dengan aneka jenis perlombaan antara lain sepak bola, bola volley, bulu tangkis, lari karung dan tarik tambang.

Refreshing kali ini agak berbeda dengan refreshing tahun sebelumnya, di mana kegiatan ini tidak hanya mencakup olah mental dalam olah raga melainkan juga olah rohani dalam seminar tentang Lingkungan hidup. Tema ini sengaja diambil untuk membuka wawasan para frater dalam memahami peranan dan pentingnya lingkungan hidup bagi semua kehidupan, sehingga para frater juga ikut ambil bagian dalam memperjuangkan dan mengembalikan keutuhan ekosistem alam dan kehidupan itu sendiri, dengan memberi perhatian khusus pada perbaikan lingkungan (alam) yang kian rusak. Selama ini banyak orang telah mengabaikan prasyarat dasar ekologi alam, alam dieksploatasi secara serakah dan ceroboh serta tidak memperhitungkan kebaikan bersama, sehingga lingkungan menjadi rusak dan bumi semakin

memburuk. Pengabaian itu telah berakibat fatal pada kerusakan serius ekosistem kehidupan yang melahirkan bencana alam, konflik sosial, akses pada sumber daya alam hilang, dll.

Atas dasar keprihatinan terhadap alam yang telah rusak akibat tangan jahil manusia maka di akhir seminar diadakan penanaman pohon di sekitar lingkungan provinsialat Frater Bunda hati Kudus, sebagai upaya untuk melestarikan sumber daya alam, dan juga untuk mempertahankan lingkungan provinsialat tetap hijau sehingga memberikan kontribusi bagi semua kehidupan di sekitarnya. Antara manusia dan lingkungan memiliki hubungan ketergantungan yang sangat erat. Manusia, dalam hidupnya senantiasa berinteraksi dengan lingkungan di mana ia berada. Karena itu manusia harus memperlakukan alam sebagai sesama ciptaan dan mengolahnya secara bertanggung jawab dan melihat lingkungan hidup sebagai tempat kediaman dan sumber kehidupan. Selain seminar tentang lingkungan hidup, pada hari yang sama juga diadakan seminar yang mengusung tema APAKAH AKU MENJAGA KONFRATERKU? Ini merupakan sebuah pertanyaan refleksi yang menuntut untuk dijawab oleh masing masing Frater secara pribadi. Dalam seminar ini kami dibawa pada suatu realita kehidupan bahwa dalam kehidupan bersama sebagai biarawan tidak terlepas

OLAH MENTAL, OLAH RASA, OLAH RAGA

Page 25: Wkc februari 2014

ANTAR KITA

WKC Februari 2014 | 25

dari perselisihan dan kesalahpahaman, tetapi sebagai seorang Frater Bunda Hati Kudus selalu sadar bahwa dalam keadaan apapun atau situasi apapun konfraterku adalah saudaraku, suka dukanya adalah suka dukaku. Oleh karena itu refreshing bersama merupakan wujud persaudaraan sejati di antara Frater Bunda Hati Kudus, untuk saling berbagi, sharing satu dengan yang lain.

Demi efektivitas kegiatan refreshing ini semua peserta dibagi menjadi 4 club dengan masing-masing club rata rata terdiri atas 13-15 orang. Keempat club itu terdiri atas club Frater, club Bunda, club Hati dan club Kudus. Masing-masing club diketuai oleh satu orang untuk mengatur anggotanya dan mengatur strategi dan trik bermain pada setiap cabang olahraga yang diperlombakan. Setiap tim mempunyai ambisi untuk menjadi yang terbaik dan pemenang dalam setiap jenis perlombaan, namun sportivitas tetap menjadi yang utama dalam kegiatan ini karena bukan juara yang dicari melainkan suka cita dan kegembiraan dalam persaudaraan Frater Bunda Hati Kudus yang ingin dibangun. Selama kegiatan ini berlangsung, setiap jenis kegiatan cabang olahraga yang diperlombakan selalu ada unsur suka cita dan kegembiraan karena di dalam setiap cabang olah raga yang diperlombakan, baik yang yunior maupun senior sama-sama mengambil bagian di dalamnya tanpa melihat status dan jabatan, karena dalam Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus, semua

Frater adalah saudara. Dengan demikian kegiatan refreshing ini memberi warna dan keunikan tersendiri. Ada yang selama pertandingan berlangsung tidak pernah kena bola, ada yang lari meninggalkan gawang ketika tim lawan membawa bola menuju gawang, karena takut kena bola, ada yang meninggalkan lapangan tanpa sepengetahuan wasit sehingga dapat hadiah kartu kuning. Dan di sinilah letak keindahan hidup dalam kebersamaan sebagai Frater Bunda Hati Kudus.

Kegiatan refreshing ini sangat menarik untuk dijadikan sebagai moment rekreasi bagi semua frater setelah satu tahun sibuk dengan segala macam tugas pelayanan di komunitas masing-masing hal ini nampak jelas sejak awal kegiatan, semua Frater datang dengan suka cita, selama proses kegiatan berlangsung diwarnai suka cita dan kegembiraan dan di akhir kegiatanpun dengan suka cita. Jadi datang dengan suka cita pulangpun dengan suka cita. Dengan demikian kegiatan refreshing ini telah memberikan efek yang positif bagi semua frater. Maka diharapkan energi positif ini sebagai hadiah terindah untuk dapat mengembalikan semangat dan tenaga para frater yang telah terkuras di komunitas karya sehingga ada daya dan kekuatan baru untuk lebih konsisten dan setia dengan tugas pelayanan di komunitas masing-masing. Hidup Frater Bunda Hati Kudus. Fr. Faustinus BHK.

Page 26: Wkc februari 2014

ANTAR KITA

26 | WKC Februari 2014

Beberap titik jalan di jalan Raya Manado- Tomohon longsor. Beberapa warga Manado meninggal dunia entah karena tertimbun tanah longsor maupun terbawa arus banjir. Di samping itu ribuan warga mengalami kehilangan rumah (kurang lebih 40.000 warga daerah Manado mengungsi ke posko-posko bencana serta ke rumah keluarga mereka), serta harta benda berharga lainnya. Ada yang rumahnya tergenang air, tertimbun pasir dan lumpur, bahkan ada yang rata dengan tanah. Beberapa stasiun radio lokal di Manado, termasuk Radio Montini FM (Milik Keuskupan Manado) serta surat kabar lokal setia memberikan kabar terkini mengenai keadaan kota Manado paska banjir bandang.

Ikut Peduli dengan Pendertiaan Sesama

Berhadapan dengan kenyataan yang memilukan ini, para frater MSC di Skolastikat MSC Pineleng tidak tinggal diam. Pater Superior Skolastikat MSC, P. Gino Farneubun, MSC meminta agar semua frater siap sedia membantu masyarakat yang terkena banjir. Dalam dua tiga hari pasca banjir, Komunitas Skolastikat MSC Pineleng ikut serta membantu para korban. Di bawah koordinasi P. Viany Untu, MSC serta P. Gregorius Hertanto, MSC, para frater terjun ke daerah-dearah yang terkena bencana banjir bandang. P. Viany, MSC yang juga adalah moderator kelompok JCM (Junior Chevalier Mission) mengatakan kepada para anggota JCM: ”Kita tidak punya apa-apa selain ketulusan hati kita untuk

MEMBANTU KORBAN BANJIR BANDANG MANADO

Pada hari Rabu, 15 Januari 2014 warga Manado mengalami bencana alam banjir bandang dan tanah longsor. Bencana banjir bandang kali ini menyebabkan aktivitas di wilayah Manado lumpuh total karena akses jalan di kota Manado penuh lumpur.

Para Frater MSC membantu mengeruk lumpur yang tertimbun di dalam rumah warga.

Page 27: Wkc februari 2014

ANTAR KITA

WKC Februari 2014 | 27

membantu mereka yang tertimpa bencana. Bantuan yang kita berikan bukan hanya untuk orang Katolik, tetapi juga untuk agama lain atau lintas batas agama.” Para frater pun menanggapi seruan ini dengan sangat antusias. Bahkan pada hari Rabu malam 15 Januari 2014 pukul 22.00 Wita, beberapa frater anggota JCM serta P. Viany, MSC mengadakan survey lapangan ke daerah banjir. Sayangnya pada malam itu tidak berhasil, terkendala oleh medan yang cukup berat serta hujan lebat. Maka kegiatan survey dilanjutkan pada keesokan harinya. Beberapa anggota JCM diutus oleh komunitas untuk mengadakan kegiatan survey, memantau daerah korban dengan kendaraan komunitas.

Hasil survey para anggota JCM dilaporkan kepada P. Viany Untu, MSC. Selanjutnya berdasarkan survey tersebut, para frater MSC diutus ke tempat-tempat yang merupakan daerah yang paling parah terkena dampak banjir bandang. Beberapa frater MSC diutus ke daerah Kanaan-Karombasan. Yang lain ke daerah Perkamil, Banjer, Paal 4. Yang dilakukan oleh para frater MSC di tempat-tempat yang terkena banjir adalah membersihkan lumpur serta pasir yang tertimbun dalam rumah warga. Di samping itu, mereka bertugas menyalurkan bantuan air mineral serta makanan siap saji dari para pengusaha serta Mission Office Indonesia. Seorang bapak di daerah Pakowa, Karombasan, meneteskan air mata haru ketika para frater berpamitan

dengannya setelah mereka membersihkan pasir yang tertimbun dalam rumahnya. “Kasiang kita dengan istri sendiri di sini. Anak-anak semua ada di Gorontalo. Terima kasih banyak so kase bantuan for kita pe keluarga,” ujarnya dalam logat Manado.

Tindakan para frater MSC dalam menolong para korban banjir adalah bentuk kepedulian kepada warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan duka akibat bencana. Antusiasme para frater MSC tampak sekali dalam kesiapsediaan untuk diutus ke tempat-tempat korban banjir. Mereka membawa alat-alat kerja yang dibutuhkan, teristimewa sekop dan pacul. Dalam suasana libur para frater menunjukkan ekspresi kepeduliaan dengan rela dikotori lumpur ketika membersihkan rumah warga. Para frater mau senasib dan sepenanggungan dengan warga Manado yang sedang terkena bencana banjir bandang. Tindakan ini tentu senada dengan harapan Gereja universal: “Duka dan derita masyarakat hendaknya juga menjadi bagian duka dan derita kita” (bdk. Gaudium et Spes art 1). Mari kita berdoa untuk warga Manado yang saat ini sedang mengalami duka akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor. Semoga duka cita yang mereka alami saat ini juga menjadi bagian perhatian kita dalam doa dan aksi nyata solidaritas kita. Tuhan memberkati. Amin Fr. Yongky Wawo MSC

Dengan membantu membersihkan pemukiman warga Manado, para Frater menunjukkan belarasa mereka dengan korban bencana alam, banjir bandang.

Page 28: Wkc februari 2014

ANTAR KITA

28 | WKC Februari 2014

Pada tanggal 19 Januari 2014, perwakilan OMK paroki-paroki Dekanat Timur, Keuskupan Purwokerto, melakukan kegiatan Misa Keliling. Dekanat Timur adalah wilayah gerejani Keuskupan Purwokerto yang meliputi Paroki Purworejo, Paroki Kutoarjo, Paroki Purwosari, Paroki Wonosobo dan Paroki Kapencar; sebagai Deken wilayah ini adalah RP. Stef Tri MSC. Misa keliling adalah kegiatan misa yang diadakan bergiliran di antara paroki-paroki Dekanat Timur. Pada awal tahun ini yang mendapat giliran adalah Paroki Kapencar. Para peserta pada Pkl.09.00 sudah tiba di kompleks Gereja St. Filipus Kapencar dan melakukan registrasi. Pkl. 10.00 dimulai kegiatan keakraban yang dipandu oleh OMK Kapencar. Pkl. 11.00 para peserta yang telah dibagi-bagi dalam beberapa kelompok melakukan lintas alam menikmati panorama dan pemandangan di Desa Kapencar yang berhawa sejuk dan terletak di ketinggian 1200 mdpl. Lintas alam ini berhenti disuatu dataran dan melakukan kegiatan puncak yakni Misa Alam.

Misa Alam dibawakan oleh RP. Philipus Seno Dewantoro MSC selaku moderator OMK Dekanat Timur. Pater Philips mengajak para OMK untuk menjadi saksi

Kristus, dengan merenungkan bacaan-bacaan Hari Minggu Biasa II, dengan pertama-tama mengenal pribadi Kristus. Kesaksian orang Kristen akan Pribadi Kristus nampak juga dalam tindakan hidup sehari-hari dan rutin karena itu para OMK tidak boleh lupa akan status mereka sebagai saksi Kristus.

Salah satu titik tekanan Arah Haluan Keuskupan Purwokerto berdasarkan hasil Muspas 2012 adalah memberikan perhatian kepada Orang Muda Katolik. Paradigma yang selama ini berkembang adalah ‘OMK sebagai Gereja masa depan’ harus diubah menjadi ‘OMK sebagai bagian dari Gereja masa kini’ artinya Orang Muda Katolik turut terlibat dalam geliat dan dinamika gereja hic et nunc (kini dan disini). Komisi Kepemudaan KWI melukiskan peran gereja bagi OMK pada era ini sebagai ‘teman’ dan karenanya Pedoman Pendampingan diberi judul ‘teman/sahabat sepeziarahan’; karenanya sebagai sahabat/teman Gereja juga melibatkan OMK secara utuh sebagaimana yang diinspirasikan oleh Yesus, ‘seorang sahabat tahu apa yang diperbuat oleh sahabatnya’. Liem

GELIAT OMK DEKANAT TIMURMisa Alam OMK Dekanat Timur Keuskupan Purwokerto bersama P. Phillips Seno Dewantoro MSC.

Page 29: Wkc februari 2014

ANTAR KITA

WKC Februari 2014 | 29

Beberapa tahun terakhir ini, MSC Provinsi Amerika Serikat menawarkan kerjasama dengan MSC dari berbagai Negara, seperti Indonesia, Philipines, India, Korea, dan Uni Pasifik untuk membantu pelayanan Gereja Lokal di Amerika. Dalam kunjungan saya, sebagai Provinsial ke Amerika dari tanggal 01 – 20 Januari 2014, ke wilayah California, saya menemukan beberapa hal yang sungguh mengesankan dalam perjalanan perutusan sebagai MSC, khususnya MSC Provinsi Indonesia.

Kebutuhan untuk Misi Bersama

Kunjungan ke Amerika sesungguhnya memenuhi undangan dari Provinsial MSC Amerika dan Dewannya

untuk membicarakan bersama tentang misi MSC di Amerika Serikat. Mereka juga mengundang pimpinan MSC dari Philipines, India, Korea dan Uni Pasifik. Kehadiran bersama ini untuk melihat proyek apa yang bisa dilakukan oleh MSC dalam kerjasama satu dengan yang lain. Selain itu, sebagai bagian dari visitasi kepada anggota MSC Indonesia yang bekerja di Amerika Serikat. Untuk maksud ini, maka saya tinggal di Riverside- California, komunitas yang dihuni oleh Pastor Adrianus Budhi MSC, bersama dengan 2 konfrater Philipines dan 1 orang Imam dari Korea. Dalam pertemuan dan kunjungan ini saya menemukan beberapa hal yang berkesan. Pertama: MSC Provinsi Amerika Serikat, anggotanya mayoritas berusia lanjut khususnya di atas 70 tahun. Hanya ada

KOMITMEN PERUTUSAN SEBAGAI MSC

Pada tanggal 1 - 20 Januari 2014 P. Benedictus Estephanus (Rolly) Untu MSC, Provinsial MSC Indonesia, mengadakan kunjungan ke Amerika Serikat. Apa saja oleh-oleh bagi kita di Indonesia? Berikut ini adalah penuturan P. Rolly MSC kepada Warta Keluarga Chevalier.

Para MSC dari pelbagai penjuru dunia yang bekerja di Amerika, bersama para Provinsial, Pemimpin Uni serta Pater Jenderal MSC.

Page 30: Wkc februari 2014

ANTAR KITA

30 | WKC Februari 2014

beberapa anggota yang berusia di bawah 70 tahun. Dalam pelayanan, mereka dibantu oleh anggota MSC yang berasal dari Philipines, Indonesia, India, Korea dan Uni Pasifik. Kedua: kehadiran kelompok-kelompok imigran seperti Hispanic, yang berbahasa Spanyol, Philipines, Indonesia dan Korea. Kehadiran kelompok-kelompok ini memberikan warna bagi Gereja Lokal dan menjadi bagian yang bervariasi dalam Gereja Lokal. Ketiga: ada pula kebutuhan untuk melayani karya-karya khusus seperti Rumah Sakit, Retret, Penjara, dan juga misi untuk orang-orang miskin. Keempat: Kenyataan lain yang ditemukan adalah Peranan dari awam yang sangat terlibat dalam hidup menggereja. Secara keseluruhan, saya menemukan bahwa Gereja Katolik Amerika merupakan Gereja yang hidup. Orang-Orang

Amerika ternyata menunjukkan bahwa Gereja hidup di sana dan aktif. Juga di bagian Timur, Gereja hidup dan awam terlibat secara aktif. Terutama di California, tiap hari ada misa harian 2 kali, pagi dan sore. Misa hari Minggu diadakan 7 kali (Sabtu dan Minggu). Karena itu, kita membayangkan kalau dalam 1 paroki hanya ada 2 orang Imam, maka minimal seorang imam akan melayani misa sebanyak 3 kali dalam hari Minggu.

Komitmen Kerjasama

Berhadapan dengan kenyataan di atas, pertemuan yang dilangsungkan antara Provinsial MSC Amerika Serikat dan Dewannya dengan Pimpinan MSC dari berbagai negara ini menegaskan komitmen untuk bekerjasama dalam pewartaan Spiritualitas Hati. Kita

P. Rolly Untu MSC bersama dengan P. Yonas Tandayu MSC dan P. Adrianus Budhi MSC yang bekerja di Amerika Serikat.

Diskusi para Pemimpin Provinsi dan Uni dengan Provinsial MSC Amerika dan Pater General MSC.

Page 31: Wkc februari 2014

ANTAR KITA

WKC Februari 2014 | 31

bersama-sama memikirkan kehadiran MSC dengan Spiritualitas Hati di tengah Gereja Lokal yang terdiri dari budaya-budaya yang beragam tersebut. Caranya bagaimana? MSC Amerika Serikat menawarkan pelayanan Parokial dan juga karya-karya khusus seperti Rumah Bina dan Pusat Pelayanan Spiritualitas. Mereka kekurangan orang-orang muda dan juga tidak memiliki Rumah Bina seperti yang ada di Indonesia. Khusus untuk MSC Indonesia, ada kehadiran komunitas-komunitas Katolik Indonesia yang semakin banyak. Misalnya Pastor Adri Budhi MSC, kini melayani 2 Komunitas Indonesia yang berada di 2 Keuskupan, yakni Keuskupan San Bernardino dan Orleans. Juga ada 1 komunitas yang dilayani oleh Imam Projo dan ingin diserahkan kepada MSC. Ini baru merupakan data yang berada di California. Masih banyak komunitas-komunitas Katolik Indonesia yang tersebar di seluruh kota di Amerika. Perhatian terhadap komunitas-komunitas ini mendapatkan dukungan dari Pimpinan Gereja Lokal. Uskup San Bernardino sangat mendukung pelayanan kepada komunitas imigran. Gereja melihat kontribusi dari imigran-imigran dalam memberi warna kepada Gereja Amerika Serikat. Mereka hadir dengan Bahasa dan budaya yang berbeda.

Pentingnya Sense of Mission Sejak Dini

Sesudah kunjungan ke Amerika Serikat ini, khususnya ke California, saya menemukan beberapa hal yang penting dalam persiapan kita untuk tugas perutusan di sana. Pertama: kesediaan untuk bekerjasama di bawah koordinasi dari Provinsi MSC Amerika Serikat. Kita telah menyepakati kontrak yang jelas dengan MSC Amerika Serikat, Hal yang sama juga dilakukan oleh masing-masing Provinsi atau Uni/Daerah yang mempunyai anggota di sana. Kita menyadari sungguh pentingnya bekerja dalam koordinasi ini demi misi bersama. Kedua: sense of mission (rasa terutus) harus kuat. Sejak dini kita sudah harus berkembang dalam Sense of Mission, supaya kita siap. Terutama rasa sebagai MSC harus kuat dalam diri setiap anggota. Pengalaman anggota MSC Indonesia yang bekerja di Amerika menunjukkan bahwa mereka kuat sehingga pada awalnya ada tantangan, mereka mampu menghadapinya. Bahkan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Pater General: “Konfrater MSC Indonesia, adalah orang-orang yang capable (mampu berbahasa, mampu bergaul dan mampu hidup berkomunitas). Mereka menunjukkan kontribusi bagi komunitas-komunitas”. Inilah yang harus kita pegang terus-menerus dalam

perutusan kita. Ketiga: orang yang berkualitas dengan kepribadian yang matang. Dalam menjalankan misi kita di berbagai tempat, para MSC Indonesia telah menunjukkan dimensi ini. Bahkan, dalam perjumpaan saya dengan Uskup Keuskupan San Bernadino, beliau meminta agar anggota MSC yang berkarya disana tidak boleh ditarik. Ini bukti nyata bahwa kita memberikan kontribusi kepada Gereja Lokal. Keempat: kemampuan berbahasa. Sejak dini, para anggota MSC diharapkan memiliki keterampilan dan pengalaman dalam Bahasa Inggris, yang siap untuk dipakai. Selain itu, untuk konteks Amerika Serikat, di daerah Hispanic, hendaknya sudah siap berbahasa Spanyol. Sebab 60 % penduduk California adalah Hispanic (Budaya & Bahasa, dll). Dengan bahasa dan kepribadian yang matang, kita menjadi figure yang mempersatukan berbagai Negara yang ada dalam Gereja Lokal Amerika Serikat. Kesiapan ini membuat kita juga semakin terbuka dengan tugas-tugas baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ada disana. Kunjungan ke Amerika ini juga menyadarkan saya akan apa yang dikatakan oleh Barack Obama: Change we Can. Kota California mampu membangun dengan visi yang jelas. Bagaimana mereka mengubah sesuatu. Gurun mereka ubah. Wilayah Tandus dan semak-semak, diubah dengan suatu visi. Kita juga berjuang terus untuk maju. Patris MSC

P. Rolly Untu MSC dan P. Adri Budhi MSC bersama dengan Mgr. Gerald R. Barnes, Uskup Keuskupan San Bernardino, California.

Page 32: Wkc februari 2014

JPIC

32 | WKC Februari 2014

Pada 21 Oktober hingga 17 Desember 2013 yang lalu, saya diutus oleh Pimpinan JPIC MSC Indonesia untuk mengikuti sebuah pelatihan Perubahan Iklim (Climate Change) di Pusat Riset untuk Perubahan Iklim (Research Center for Climate Change - RCCC) Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat. Judul kegiatan ini adalah “Pelatihan Mitigasi-Adaptasi Perubahan Iklim dan Pembiayaan Kehutanan Inovatif Berkelanjutan”.

Progam bersertifikat ini digagas oleh Universitas Indonesia dalam kerja sama dengan Columbia University (Center for Environment, Economy and Social Columbia University, USA) dan USAID (From American People). Pesertanya terbatas: hanya 15 orang. Maka, beruntunglah JPIC MSC Indonesia bisa mendapat pelatihan ini. Para peserta datang dari perusahaan,

NGO, pemerintah (beberapa kementerian), swasta, mahasiswa S2, dan pribadi.

Walau nama kegiatan ini “pelatihan” namun pada kenyataannya “perkuliahan” yang lebih banyak. Para pengajar adalah para dosen, baik dari UI, IPB Bogor, UNJ, juga tenaga dari NGO dan pengajar dari Columbia University sendiri.

Tulisan kecil ini sekadar sharing pengalaman saya dalam mengikuti kegiatan selama 2 bulan, dari pukul 08.00 – 17.00. Ketika melihat silabus dari perkuliahan ini, saya menyadari bahwa ini materi yang tidak mudah. Secara garis besar kuliah dan pelatihan yang didapat adalah Climate Change 101, Biodiversity and Forest Monitoring, Socio-Cultural Considerations of Forest Use, Political Ecology, Remote Sensing, GIS (Geographic

RENUNGAN TENTANG HUTAN KITA:DAPAT DUIT TANPA MERUSAK HUTAN

Isu global masa kini, yang mendesak dan terkait masalah lingkungan saat ini adalah perubahan iklim akibat emisi rumah kaca, baik yang dilakukan manusia maupun bencana alam. Kepedulian terhadap perubahan iklim mendorong pelbagai pihak untuk meminimalisir tingkat emisi rumah kaca.

Para peserta Pelatihan Mitigasi-Adaptasi Perubahan Iklim dan Pembiayaan Kehutanan Inovatif Berkelanjutan, di Universitas Indonesia.

Page 33: Wkc februari 2014

JPIC

WKC Februari 2014 | 33

Information System), Environmental Law, Natural Resource Economics, Tenurial System in Forest Resources Management, dan Environmental Business. Inilah materi untuk 3 SKS yang dipadatkan dalam waktu 2 bulan.

Untuk mendapatkan sertifikat yang dikeluarkan oleh Universitas Columbia, setiap peserta dinilai berdasarkan kehadiran dan keaktifan (10%), tugas: pribadi dan kelompok (50%), ujian: quizz, weekly exam, dan final exam (40%). Untuk menghindari “budaya copy-paste”, maka semua tugas dan ujian dilakukan secara tertulis dengan tangan (manual).

Climate change dan degradasi hutan

Isu global mendesak yang terkait masalah lingkungan saat ini adalah perubahan iklim akibat emisi rumah kaca, baik yang dilakukan manusia (antropogenik) maupun bencana alam. Kepedulian terhadap perubahan iklim ini telah mendorong negara-negara dunia dibawah badan PBB (UNFCCC: United Nations Framework Convention on Climate Change) untuk meminimalisir tingkat emisi gas rumah kaca (salah satu faktor penyebab) dan menghambat degradasi hutan.

Data memperlihatkan, suhu bumi sepanjang tahun 2013 tercatat sebagai yang terhangat ketujuh sejak pencatatan suhu bumi dimulai tahun 1850 dengan tren cuaca ekstem dan dampak topan. Sementara tahun 2012, konsentrasi gas rumah kaca telah mencapai rekor tertinggi: 393,1 ppm. Selain suhu bumi yang

terus menghangat, data ilmiah juga memperlihatkan perubahan pada pola angin dan arus laut terus meninggi.

Walau ada kemendesakan dalam penanggulangan pemanasan global, namun masalah emisi dan perdagangan karbon (carbon trading) masih menjadi sebuah perdebatan sengit di tingkal global antara negara maju dan negara berkembang. Bukan rahasia lagi, para ilmuwan dunia pun terpecah dalam sikap pro dan kontra terhadap masalah ini.

Konsep pengurangan emisi dengan cara mencegah deforestasi dan degradasi hutan ini didengungkan pada Konferensi Para Pihak (COP, Conference of the Parties) Ke-13 Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC) di Bali tahun 2007. Pada COP Ke-15 UNFCCC di Kopenhagen, Denmark, tahun 2009, mencantumkan REDD+ sebagai bagian dari portofolio mitigasi (pencegahan) iklim untuk diterapkan di bawah perjanjian pasca-Protokol Kyoto (berakhir tahun 2012). Negara-negara donor seperti Australia, Perancis, Jepang, Norwegia, Inggris dan AS telah menawarkan paket bantuan sebesar 3,5 miliar dolar AS untuk persiapan REDD+. Negara donor menghendaki pembayaran kompensasi untuk Carbon Trading ini berbasis capaian.

Di Indonesia, pemerintah membentuk Badan Pengelola REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation + Sustainable Forest Management and Enhancement of Forest Carbon

Degradasi hutan Indonesia sangat mencolok. Di Papua saja, 300 ribu hektar hutan rusak setiap tahun.

Page 34: Wkc februari 2014

JPIC

34 | WKC Februari 2014

Stocks) melalui Kepres No. 65 tahun 2013. Norwegia yang menyambut target penurunan emisi Indonesia yang dicanangkan Presiden SBY sebesar 26 – 41%, telah menyediakan dana 1 miliar dolar AS untuk Indonesia.

Carbon Trading

Indonesia, yang memiliki luasan hutan yang masih memadai, dapat melakukan penjualan karbon di pasar perdagangan karbon (carbon trade market) dan mendapatkan keuntungan finansial. Demikian pula komunitas lokal pemilik hutan seperti di Papua, Sumatera, dan Kalimantan, memiliki peluang untuk menjual karbon mereka lewat pemeliharaan hutan kepada pembeli (buyers) yang ada di negara lain (perusahaan). Mekanisme penjualan karbon (carbon trading) itu diatur dalam Rain Forest Standard (RFS). Sebuah perusahaan di Eropa atau Amerika yang menghasilkan emisi melebihi ketentuan, ia harus membeli karbon dari pemilik hutan (carbon stock) sebagai wujud tanggung jawabnya terhadap penurunan emisi global.

Jadi, komunitas-komunitas lokal pemilik hutan, seperti di Papua, dapat memelihara hutan mereka sambil menjual karbon yang terdapat dalam pohon di hutan. Maka perdagangan karbon pertama-tama dimaksudkan (negara-negara maju) memberikan kompensasi finansial kepada negara atau komunitas pemilik hutan agar mereka tidak merusak hutan yang dapat menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Ada mekanisme penjualan karbon, yang telah diatur secara internasional.

Banyak orang bertanya, bagaimana kita bisa menjual karbon? Bukankah karbon itu sesuatu yang tak bisa dilihat dan diraba? Karbon memang tidak bisa dilihat, tetapi sangat berpengaruh dalam proses penurunan emisi rumah kaca. Karbon (C02, cabon dioxide) yang ada di hutan (pohon, dll) dapat diukur dengan teknik tertentu, sehingga besarannya dapat diketahui. Ini bukan sesuatu hal yang sulit dilakukan. Akhirnya, karbon dapat menjadi komoditas yang dapat mendatangkan manfaat finansial bagi pemiliknya.

Hutan dan masyarakat

Tak dipungkiri, tingkat degradasi hutan di Indonesia terbilang sangat drastis. Data satelit memperlihatkan tingkat kerusakan hutan yang mencolok. Ini membuktikan penebangan liar dan pelbagai bentuk perambahan hutan semakin terjadi secara besar-besaran. Apalagi, yang merusak hutan itu justru bukan pemilik hutan (masyarakat adat), melainkan korporasi-korporasi besar yang sangat mengandalkan modal besar.

Coba bayangkan, hutan yang telah dijaga puluhan tahun oleh suatu komunitas lokal, bisa lenyap dalam sekejap oleh penebangan liar yang dilakukan atas “perintah” pemilik modal, yang tak pernah bersentuhan sedikit pun dengan perawatan hutan itu. Hanya dengan modal (kapital), ia dapat menghancurkan ribuan hektar hutan dan mendatangkan keuntungan ekonomis-finansial yang berlimpah ruah baginya dan bagi keturunannya. Adilkah itu?

Maka kehadiran mekanisme kompensasi finansial di tingkat global bagi komunitas pemilik hutan, merupakan sebuah rahmat dan keadilan bagi mereka yang selama ini merawat hutan mereka. Kompensasi itu dimaksudkan agar orang tidak menebang atau merusak hutannya. Sebagai balas jasa terhadap mereka yang memelihara hutan, maka diberikanlah kompensasi oleh pihak-pihak yang selama ini memproduksi emisi (negara, korporasi).

Tentu saja, tidak sesederhana itu kita berurusan dengan perdagangan karbon. Walau kita akan berhadapan dengan sejumlah persyaratan, halangan, tantangan teknologi,, namun sebuah langkah awal yang pasti sudah bisa kita mulai. Dengan mengikuti pelatihan ini, saya tidak menjadi ahli, tetapi baru menjadi orang yang mencoba memahami masalah hutan secara komprehensif dan memacu saya serta teman-teman di JPIC MSC untuk lebih peduli pada masalah lingkungan, yang ternyata sangat multidimensional. Stef Tokan

Page 35: Wkc februari 2014

PASTORALIA

WKC Februari 2014 | 35

Saya tiba di Jakarta pada tanggal 18 Desember 1968. Pada Bulan Januari 1969, saya tiba di Merauke. Kemudian, selama kurang lebih 2 minggu saya belajar bahasa sedikit di Merauke. Walaupun belum tahu betul, saya langsung terjun. Uskup sampaikan kepada saya Paroki yang baru dan saya langsung terjun. Apalagi saya diterima oleh seorang Pastor Belanda dan menerima saya sebagai anak buah. Tanpa ada kursus-kursus apapun yang lebih selain di Skolastikat. Praktisnya, bulan Februari 1969, saya sudah ada di Paroki. Umat menjemput saya dan mereka senang dengan kehadiran saya. Saya datang dari negara yang sudah maju sekali dan saya terjun ke alam batu. Saya berjuang untuk

terjun dengan hati yang baik sebagai Misionaris Hati Kudus. Bersama dengan Para Pastor yang sudah memulai misi, kami patroli tidak bawa apa-apa. Kami hanya makan sagu, dan semua yang dihidangkan oleh orang kampung. Mereka senang dan saya terjun saja dengan apa yang ada pada saya, terutama yang ada dalam pendidikan sebagai MSC. Apalagi sejak di Skolastikat Belanda, saya sudah tergabung dalam “Club Papua”, dengan maksud untuk belajar khusus tentang papua dari Para Misionaris yang sudah ada di papua, dari ceritera mereka, foto dan lain sebagainya. Inilah yang lebih mengarahkan saya untuk punya komitmen bagi orang-orang Papua.

Perhatian kepada sesama merupakan bagian yang tidak terpisah dari karya P. Cornelis de Rooij sebagai seorang MSC. Bahkan sejak awal di Skolastikat MSC Belanda, ia melengkapi dirinya dengan kursus kesehatan dan pertanian. Semuanya ini dimaksudkan untuk mendukung apa yang bisa dilakukan di tengah masyarakat. Ia berjuang untuk memberikan yang terbaik dalam tugas dan pelayanannya. Berikut sharing Ambe Kees tentang apa yang menjadi kekuatannya dalam karya bagi orang kecil di Papua.

P. CORNELIS DE ROOIJ MSC

LANGSUNG TERJUN

Page 36: Wkc februari 2014

PASTORALIA

36 | WKC Februari 2014

Kekuatan dalam Pelayanan kepada Orang Kecil

Sejak awal memulai misi di Papua tahun 1969, saya bertanya kepada seorang misionaris yang sudah mendahului saya, apa yang harus saya bawa? Jawaban dari sang misionaris ini menjadi permenungan awal. Ia memberikan kepada saya 3 strategi untuk karya bagi orang kecil yang saya hayati hingga saat ini, agar bisa hidup dan berkarya bersama dan bagi mereka. Pertama, hendaknya bawa sikap sabar. Sikap sabar agar bisa bertahan di Papua. Kedua, menemukan peluang-peluang lain dalam tugas perutusan, terutama di saat ada tantangan. Saya mengalami bahwa tugas sebagai misionaris harus menyentuh berbagai bidang. Dalam arti, kita bukan hanya fokus di satu pintu (satu bidang), melainkan kita menemukan apa yang diinginkan oleh masyarakat, dan coba untuk membuatnya. Ketiga, luangkan waktu untuk tenang, hening, membangun kebersamaan. Saya menemukan bahwa kalau ada dalam tantangan maka kita membutuhkan waktu untuk istirahat sejenak, rekreasi dan kebersamaan dengan teman dan akhirnya kita akan menemukan juga ketenangan dan jalan keluarnya. Sampai saat ini, saya mengalami kekuatan dalam tugas perutusan dengan kehadiran teman pastor yang mengunjungi. Inilah juga yang menguatkan saya sejak awal tugas di Merauke. Saya punya rekan pastor yang selalu datang dan melihat saya. Juga ada pertemuan rutin para misionaris.

Proses Belajar : Dari Keluarga Sampai di Tengah Masyarakat

Saya mengalami bahwa sudah tertanam keinginan menjadi misionaris sejak di tengah keluarga. Yang sungguh kuat di tengah keluarga dan mengantar anggota keluarga hingga kini berhasil adalah semangat perjuangan untuk hidup lebih baik. Dan saya berjuang sejak kecil untuk membantu orang lain. Ayah saya seorang Tukang Penyapu Jalan, dan Ibu Penjual Susu Sapi. Mereka mendidik kami untuk membantu sesama. Jiwa ini semakin terbentuk di Skolastikat MSC Belanda. Apalagi tatkala masuk dalam “Club Papua”, semakin bertumbuh keinginan untuk menjadi misionaris dan juga terlibat dalam social development untuk masyarakat. Kita bisa buat apa-apa di samping pelayanan hidup rohani. Pada tahun 1969, saya menemukan bahwa orang Papua belum pernah melihat mantri kesehatan. Mereka punya kesulitan banyak dalam pelayanan kesehatan. Dengan kemampuan kursus kesehatan dari Skolastikat, saya berpikir obat akan membuat hubungan yang baik dengan masyarakat. Karena itu, pelayanan kesehatan juga saya jalankan. Disamping itu, dimensi pertanian dan perekonomian. Sejak tahun 1970-an, saya sudah mengajak orang untuk terlibat dalam pertanian. Tahun 1974, saya ke Manado untuk belajar tanam cengkeh dan datangkan bibit untuk masyarakat di Papua. Karena itu, mereka menamakan saya Pastor Kees adalah Pastor

P. Kees de Rooij bersama dengan seorang anak yang mengidap HIV AIDS.

Page 37: Wkc februari 2014

PASTORALIA

WKC Februari 2014 | 37

Cengkeh. Kemudian, saya mendampingi mereka untuk menanam Karet di Getentiri, Merauke. Inilah yang membuat mereka memanggil saya sebagai Pastor Karet. Sejak awal saya bekerja dengan mereka, mendengar keinginan mereka dan berdiskusi dengan masyarakat.

Tertarik dengan Tantangan

Sewaktu saya bergabung dengan”Club Papua” di Skolastikat MSC Belanda, yang membuat tertarik adalah tantangan. Saya tertarik dengan tantangan di Papua. Hidup dengan mereka adalah hidup dengan sederhana. Saya mulai makan makanan setempat

dan tidak sakit apa-apa. Saya bekerja dengan mereka setiap saat. Karena itu, hingga kini saya sangat mengharapkan komunitas-komunitas MSC, khususnya di Merauke untuk membuka diri berceritera dengan orang Papua. Misalnya dalam setiap rekreasi dan pertemuan kita mengundang orang Papua untuk berbicara agar kita tahu apa yang menjadi keinginan mereka, harapan mereka untuk kehadiran kita. Inilah yang selalu saya harapkan. Kita datang dari bawah, dengar aspirasi mereka dan mendampingi mereka. Disamping itu, kehidupan kita yang sederhana dan memikirkan kehidupan orang Papua. Kalau kita buat demikian, maka kita harus setia terus-menerus untuk pelayanan kepada orang kecil. Patris MSC

P. Kees melatih masyarakat untuk menyadap karet. Karena usahanya mengajak masyarakat membudidayakan karet, P. Kees disebut Pastor Karet.

Page 38: Wkc februari 2014

KOLOM

38 | WKC Februari 2014

Ketika mata saya terasa penat atau lelah, sahabat saya berkata, “Jika mata lelah keluarlah sejenak dari kantormu selama 10 menit dan pandanglah hamparan hutan yang hijau. Saya jamin, kedua matamu akan segar kembali.” Dan memang benar, mata menjadi fresh kembali. Kita semua tentu berharap memiliki bumi yang ijo royo-royo. Tetapi sayang bahwa keserakahan manusia (pembalakan liar, penggundulan gunung tanpa memiliki HPH) telah membuat bumi yang ijo royo-royo itu kini menjadi kering kerontang

Bumi yang kita diami ini akan menjadi serasa Taman Firdaus jika kita merawat dan memeliharanya. Hutan sejak zaman dulu kala telah memberikan makna yang mendalam dalam kisah-kisah Mahabaratha dan Ramayana. Sang dalang ber-suluk demikian, “Alas gung liwang-liwung” yang artinya: hutan yang besar sekali dengan pepohonan yang amat besar. Para pangeran dalam dunia pewayangan akan menjadi bijaksana, ketika harus tinggal di hutan belantara (misalnya Rama, Shinta dan Laksmana tinggal di hutan Dandaka untuk “menempa diri”). Maka tidak mengherankan jika Emil Salim (mantan menteri Lingkungan Hidup) mengeluarkan statement, “Hutan mempunyai kemampuan mengatur tata air, mencegah erosi dan banjir serta memelihara kesuburan tanah.”

Di seluruh Nusantara ini, setiap daerah menghargai nilai-nilai kehidupan bersama dengan lingkungan. Orang diajak untuk menghormati tanaman-tanaman yang memberi kehidupan. Dongeng Kyai Jegod yang ditulis oleh Bakdi Soemanto dalam bukunya yang berjudul, “Cerita Rakyat dari Yogyakarta” mengisahkan supaya orang berhati-hati dalam menebang pohon. Di sini kita dapat belajar dari masyarakat setempat atau kearifan lokal. Di Jawa Barat kita kenal Legenda Nyi Pohaci Sanghyang Sri. Ketika wafat, dari pusara Nyi Pohaci tumbuh beragam tanaman padi. Dari bagian kepalanya keluar jenis pohon kelapa. Selain itu tumbuh pelbagai tanaman lain. Dari hidung, bibir

dan telinga muncul rempah-rempah dan sayur-mayur. Dari lengan dan tangan tumbuh pohon jati, cendana dan pohon-pohon berguna lainnya. Dari kedua pahanya tumbuh pohon-pohon bambu. Dari organ kelamin muncul pohon aren. Dari kaki tumbuh tanaman umbi-umbian. Dari pembuluh darahnya muncul saluran-saluran air. Kemudian dari bulu-bulu di tubuh Nyi Pohaci berjenis-jenis tanaman rumput (Bdk. Teologi Padi, sebuah tulisan Mutiara Andalas dalam “Majalah Rohani” no. 08 Agustus 2013).

Dari dongeng dan legenda di atas, kita bisa belajar betapa alam sangat bermurah hati kepada manusia. Ibu pertiwi menyediakan “segalanya” bagi putra-putrinya yaitu

manusia yang mendiaminya. Lingkungan hidup yang menjadi tumpuan hidup kita harus kita “sayangi” dan kita tidak boleh semena-mena merusaknya. Bahkan mungkin kita bisa kaget, tatkala mendengar kata Rabu (Wednesday). Oleh orang Anglo-Saxon, hari Rabu diperuntukkan untuk menyembah Dewa Hutan. Wednesday = Woden’s day = Hari penyembahan dewa Woden atau Wooden yang adalah Dewa Kayu atau dewa tumbuh-tumbuhan. Dewasa ini, setelah manusia banyak menderita – mungkin karena tindakan leluhur – muncullah slogan-slogan seperti, “back to nature” atau “go green” atau “3 R (Reduce, Reuse, Recycle).

Bencana dan musibah datang silih berganti. Banjir, angin taufan, gempa vulkanik dan tektonik, cuaca ekstrim serta global warming sedang dan sementara mengancam bumi kita. Kita belum terlambat untuk membuat bumi ini semakin hijau. Hal yang perlu senantiasa diingatkan ialah bersikap ramah terhadap lingkungan. (Bdk. Kisah-kisah dari St. Fransiskus Asisi dalam menyikapi alam semesta). Energi ramah lingkungan atau energi hijau, green energy adalah sebuah istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi atau tenaga yang ramah terhadap lingkungan. Khususnya yang merujuk ke sumber-sumber energi yang dapat diperbaharui dan tidak mencemari lingkungan. Markus Marlon MSC

H I J A U

Page 39: Wkc februari 2014

VARIA AD MULTOS ANNOS

01 SR. JEANNE FUTWEMBUN PBHK01 P. IGNATIUS WELERUBUN MSC02 SR. YOSEE MARY PARTINI PBHK02 SR. RAFAELA TMM03 BR. JOSAFAT MANUEL MSC03 BR. MARCELINUS LILO MSC03 SR. AGNES TMM03 SR. ANNUNCIATA RUMFAAN PBHK03 FR. STEFANUS ADI BUDI KRISTIANTO MSC04 SR. DANIELA TMM04 SR. HUBERTA SARKOL PBHK04 SR. LAURENTIA MAROADALA PBHK05 SR. VALERIANA TMM05 SR. ATHANASIA SUYATI PBHK06 FR. ADOLF BHK06 SR. ALBERTA MARANRESY PBHK07 P. JOHANIS OHOITIMUR MSC08 FR. FABIANUS BHK08 SR. ANNA MARY SUPARNI PBHK09 P. CHRISTOFEL FREDY ANDRIES MSC10 P. ALBERTUS SUJOKO HADIWARDOYO MSC10 SR. LUCIANI YANTI ABDULLAH PBHK10 BR. ANTONIUS RURUME MSC11 FR. DAMIANUS BHK11 SR. GAUDENTIA ERNSTINE PBHK12 P. YOHANES PURWANTO MSC13 SR. PAULA TMM13 SR. ROSALIA TMM14 SR. SOPHIA SUCIYAH PBHK14 SR. REBEKA TMM14 FR. ERICSON BHK15 SR. MONIKA TMM15 FR. CHRISTOSTOMUS BHK18 P. ALBERTUS MAGNUS KRISTIADJI RAHARDJO MSC18 SR. REGINA HALE TMM19 P. IGNATIUS F. WONG SANI SALIWARDAYA MSC19 SR. CHRISTINA TMM20 P. MATHEUS YATNOYUWONO MSC20 P. KRISTIAN FARNEUBUN MSC21 FR. DONATUS BHK22 P. JUSTINUS ULAHAYANAN MSC22 FR. SAMUEL YANEM MSC22 FR. SIMON PETRUS TAKAHANEM KAIZE MSC23 SR. JOSEPHINA TMM24 SR. FIDELIA KOJONGIAN PBHK24 SR. YULIA UMI LESTARI PBHK24 SR. CLARISTA PIPIT WULANDARI PBHK25 SR. ANGELA TMM26 FR. ALEXANDER SISKO MSC26 SR. DOLOROSA BARI PBHK27 FR. STEFANUS ARDI WATUSEKE MSC27 FR. JULIANUS BHK29 P. GONSVEL SIMON MANUMPIL MSC

Februari 2014

Terima KasihKepada para donatur bulan Januari :1. Keluarga Haryanto Santoso Rp. 100.000,002. Keluarga Paulus - Etty Rp. 100.000,003. Keluarga Susilo Santoso Rp. 100.000,004. Kel. Bpk. Stef Gunadi Rp. 500.000,00

Dukungan anda untuk majalah ini dapat disalurkan melalui:

No. Rek. 2620172963A.N. Sulvisius Joni Astanto atau Rosina Angwarmase

WKC Februari 2014 | 39

Masih tersedia buku:SPIRITUALITAS HATI UNTUK MASA KINI MENURUT KHARISMA PATER JULES CHEVALIERSebuah buku karya P. Hans Kwakman MSC yang hendak menunjukkan jangkauan dan relevansi Spiritualitas Hati. Sambil bercer-min pada Yesus yang hadir di tengah-tengah kita sebagai Putera Allah yang mencinta dengan hati manusiawi, Spiritualitas Hati memberi arti dan arah kepada hidup priba-di, keluarga, kemasyarakatan dan bidang-bidang hidup lainnya.Hubungi AMETUR INDONESIA, Lantai Dasar Gedung Pax, Jl. KH. Hasyim Ashari No. 23.Tlp: (021) 6326737; 63857105.email: [email protected] [email protected]

Rp. 30.000,00

Page 40: Wkc februari 2014

APA DAN SIAPA

P. PETRUS CELSIUS MAYABUBUN MSC

Tanggal 8 Januari 2014 merupakan hari yang istimewa bagi P. Petrus Celsius Mayabubun MSC. Pada hari itu P. Cel merayakan 25 tahun tahbisan imamat. P Cel yang dilahirkan tanggal 1 April 1959 di Letvuan, Kei Kecil, Maluku Tenggara ini ditahbiskan bersama dengan P. Antonius Fanumbi MSC di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat. Pada tanggal yang sama ditahbiskan juga P. Cayetanus Tarong MSC di Merauke.

Bagi P. Cel, yang saat ini bertugas sebagai pastor rekan di Paroki St. Andreas Kedoya, Jakarta Barat, perayaan bersama dengan umat dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2014 yang lalu. Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh P. Andreas Suyudi Gunawan MSC, Pemimpin Daerah MSC Jakarta – Sumatera Selatan – Kalimantan Barat, bersama dengan 11 imam lainnya, nampak meriah.

Mengomentari bacaan misa Pesta Pembaptisan Tuhan, P. Cel mengajak semua untuk menjadi pembawa damai sejahtera sesuai dengan peran dan panggilan masing-masing.

Di akhir Perayaan Ekaristi, P. Cel menantang kaum muda, khususnya di Paroki Kedoya, untuk mengikuti jejaknya. Umat Katolik di Jakarta secara umum masih berkembang dalam jumlah. Namun disadari bahwa jumlah imam masih kurang. Para orang tua juga

ditantang untuk mempersembahkan putera-putera mereka untuk menjadi imam, dan bukan hanya berdoa mohon panggilan, tetapi tidak rela bila putera-putera mereka terpanggil menjadi imam.

Sesudah Perayaan Ekaristi, di tengah rintik hujan yang turun, diadakan pemotongan tumpeng di halaman gereja dan seluruh umat dapat bersama-sama menikmati makanan kecil dan minuman yang disediakan. Menjelang tengah hari diadakan resepsi bersama dengan tokoh-tokoh umat, para imam, para pengurus Dewan Paroki dan undangan. Dalam sambutan pendeknya P. Cel mengungkapkan bahwa seperti Ibu Theresa, ia berusaha untuk melakukan pelayanan yang biasa, tapi dengan penuh cinta. Ada satu hal lagi yang diungkapkannya; P. Cel cukup lama berjuang dengan tangan “totofore” (gemetar) yang dideritanya. Namun sejak tahun terakhir bertugas di Paroki Cideng dan di Paroki Kedoya, P. Cel berjuang mengatasinya dengan metode Emotional Freedom Technique (EFT) untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif sehubungan dengan tangan yang “totofore”, serta dibantu dengan obat-obatan.

Asal jangan imamatnya yang “totofore” ya P. Cel! Jonast MSC

40 | WKC Januari 2014

TOTOFORE