Week 1 - Hipertrophy of Adenoid Fix

14
PENDAHULUAN Adenoid (Tonsilla Pharingeal) merupakan kumpulan jaringan limfoid sepanjang dinding posterior nasofaring diatas batas palatum mole. 1 Adenoid terletak pada dinding posterior nasofaring, berbatasan dengan kavum nasi dan sinus paranasalis pada bagian anterior, serta kompleks tuba Eustachius – telinga tengah – kavum mastoid pada bagain lateral. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fossa Rosenmuller dan orifisium tuba Eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi. 2 Vaskularisasi adenoid diperoleh melalui cabang faringeal a.carotis eksternal, beberapa cabang minor berasal dari a.maxilaris interna dan a.fasialis. Innervasi sensible merupakan cabang dari n.glosofaringeus dan n.vagus. Anatomi mikro dan makroskopik dari adenoid menggambarkan fungsinya dan perbedaannya dengan tonsila palatina. Adenoid adalah organ limfoid yang mengalami invaginasi dalam bentuk lipatan yang dalam, hanya terdiri beberapa kripte berbeda dengan tonsila palatine yang memiliki jumlah kripte lebih. 3 Hipertrofi Adenoid

description

adenoid hypertrophy

Transcript of Week 1 - Hipertrophy of Adenoid Fix

Page 1: Week 1 - Hipertrophy of Adenoid Fix

PENDAHULUAN

Adenoid (Tonsilla Pharingeal) merupakan kumpulan jaringan limfoid sepanjang

dinding posterior nasofaring diatas batas palatum mole.1 Adenoid terletak pada dinding

posterior nasofaring, berbatasan dengan kavum nasi dan sinus paranasalis pada bagian

anterior, serta kompleks tuba Eustachius – telinga tengah – kavum mastoid pada bagain

lateral. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior,

walaupun dapat meluas ke fossa Rosenmuller dan orifisium tuba Eustachius. Ukuran adenoid

bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran

maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.2

Vaskularisasi adenoid diperoleh melalui cabang faringeal a.carotis eksternal, beberapa

cabang minor berasal dari a.maxilaris interna dan a.fasialis. Innervasi sensible merupakan

cabang dari n.glosofaringeus dan n.vagus. Anatomi mikro dan makroskopik dari adenoid

menggambarkan fungsinya dan perbedaannya dengan tonsila palatina. Adenoid adalah organ

limfoid yang mengalami invaginasi dalam bentuk lipatan yang dalam, hanya terdiri beberapa

kripte berbeda dengan tonsila palatine yang memiliki jumlah kripte lebih.3

Gambar. Tonsilla Pharingeal (Adenoid)

Hipertrofi Adenoid

Page 2: Week 1 - Hipertrophy of Adenoid Fix

Fungsi adenoid adalah bagian dari imunitas tubuh. Adenoid merupakan jaringan limfoid

bersama dengan struktur lain dalam cincin Waldeyer. Adenoid memproduksi IgA sebagai

bagian penting sistem pertahanan tubuh lini terdepan dalam memproteksi tubuh dari invasi

mikroorganisme dan molekul asing.4

Secara fisiologik pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi. Adenoid ini

membesar pada anak usia 3 tahun, puncaknya usia 3-7 tahun, kemudian akan mengalami

regresi atau mengecil seiring bertambahnya usia. Namun, apabila sering terjadi infeksi pada

saluran napas bagian atas kronik atau rekuren, bersifat patologis, maka dapat terjadi hipertrofi

adenoid yang akan mengakibatkan sumbatan pada koana, tuba Eustachius, dan lainnya.5

ETIOLOGI

Secara umum etiologi pembesaran adenoid dapat diringkas menjadi 2, yaitu secara

fisiologis dan faktor infeksi. Secara fisiologis, adenoid akan mengalami hipertrofi pada masa

puncaknya, yaitu 3-7 tahun, hal tersebut dikarenakan adenoid (pharyngeal tonsil) juga tonsil

merupakan organ limfoid pertama di dalam tubuh yang memfagosit kuman-kuman patogen.

Biasanya asimptomatik, namun jika cukup membesar akan menimbulkan gejala.

Hipertrofi adenoid juga didapatkan pada anak yang mengalami infeksi kronik atau

rekuren pada saluran pernapasan atas (ISPA). Hipertrofi adenoid terjadi akibat adenoiditis

yang berulang kali antara usia 4-14 tahun. Hipertrofi dari jaringan merupakan respon

terhadap kolonisasi dari flora normal itu sendiri dan mikroorganisme patogen.6

Secara patologis, penyebab utama hipertrofi jaringan adenoid adalah infeksi saluran

napas atas yang berulang. Infeksi dari bakteri-bakteri yang memproduksi beta-lactamase,

seperti Streptoccocus Beta Hemolytic Group A (SBHGA), Staphylococcus aureus, Moraxella

catarrhalis, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenzae, apabila mengenai

jaringan adenoid akan menyebabkan inflamasi dan hipertrofi. Jaringan adenoid yang

seharusnya mengecil secara fisiologis sejalan dengan pertambahan usia, menjadi membesar

dan pada akhirnya menutupi saluran pernapasan atas.4

Hipertrofi Adenoid

Page 3: Week 1 - Hipertrophy of Adenoid Fix

EPIDEMILOGI

Prevalensi hipertrofi adenoid dapat diperkirakan jumlahnya dari tindakan

adenoidektomi yang dilakukan. Di Indonesia belum ada data nasional mengenai jumlah

operasi adenoidektomi atau tonsiloadenoidektomi, tetapi didapatkan data dari Rumah Sakit

Umum dr. Sardjito Yogyakarta dan Rumah Sakit Fatmawati Jakarta. Data dari Rumah Sakit

Umum Dr. Sardjito diperoleh bahwa jumlah kasus selama 5 tahun (1999-2003) menunjukkan

kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi. Puncak kenaikan, yaitu 275

kasus pada tahun 2000 dan terus menurun sampai 152 kasus pada tahun 2003. Demikian pula

dari data dari Rumah Sakit Fatmawati dalam 3 tahun (2002-2004) dilaporkan bahwa terjadi

kecenderungan penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi setiap tahunnya.4

PATOGENESIS

Pada balita jaringan limfoid dalam cincin Waldeyer sangat kecil. Pada anak berumur 4

tahun bertambah besar karena aktivitas imun, karena tonsil dan adenoid (pharyngeal tonsil)

merupakan organ limfoid pertama di dalam tubuh yang memfagosit kuman-kuman patogen.

Jaringan tonsil dan adenoid mempunyai peranan penting sebagai organ yang khusus dalam

respon imun humoral maupun selular, seperti pada bagian epithelium kripte, folikel limfoid

dan bagian ekstrafolikuler. Oleh karena itu, hipertrofi dari jaringan merupakan respon

terhadap kolonisasi dari flora normal itu sendiri dan mikroorganisme patogen.6

Penyebab utama hipertrofi jaringan adenoid adalah infeksi saluran napas atas yang

berulang. Infeksi dari bakteri-bakteri yang memproduksi beta-lactamase, seperti

Streptoccocus Beta Hemolytic Group A (SBHGA), Staphylococcus aureus, Moraxella

catarrhalis, Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenzae, apabila mengenai

jaringan adenoid akan menyebabkan inflamasi dan hipertrofi. Jaringan adenoid yang

seharusnya mengecil secara fisiologis sejalan dengan pertambahan usia, menjadi membesar

dan pada akhirnya menutupi saluran pernapasan atas. Hambatan pada saluran pernapasan atas

akan mengakibatkan pernapasan melalui mulut dan pola perkembangan sindrom wajah

adenoid.4

Proses imunologi pada adenoid dimulai ketika bakteri, virus, atau antigen memasuki

nasofaring mengenai epitel kripte yang merupakan kompartemen adenoid pertama sebagai

Hipertrofi Adenoid

Page 4: Week 1 - Hipertrophy of Adenoid Fix

barrier imunologis. Kemudian terjadi absorbsi secara selektif oleh makrofag, sel HLA dan sel

M dari tepi adenoid. Antigen selanjutnya diangkut dan dipresentasikan ke sel T pada area

ekstra-folikuler dan ke sel B pada sentrum germinativum oleh follicular dendritic cells –

FDC. Interaksi antara sel T dengan antigen yang dipresentasikan oleh APC (Antigen

precenting Cell) bersama dengan IL-1 akan mengakibatkan aktivasi sel T yang ditandai oleh

pelepasan IL-2 dan ekspresi reseptor IL-2. Antigen bersama-sama dengan sel Th dan IL-2,

IL-4, IL-6 sebagai aktivator dan promotor bagi sel B untuk berkembang menjadi sel plasma.

Sel plasma akan didistribusikan pada zona ekstrafolikuler yang menghasilkan

immunoglobulin.4

Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian atas, maka dapat terjadi

hipertrofi adenoid yang akan mengakibatkan sumbatan pada koana dan tuba Eustachius.5

Adenoid dapat membesar seukuran bola ping-pong, yang mengakibatkan tersumbatnya

jalan udara yang melalui hidung sehingga dibutuhkan adanya usaha yang keras untuk

bernapas, sebagai akibatnya terjadi ventilasi melalui mulut yang terbuka. Adenoid juga dapat

menyebabkan obstruksi pada jalan udara pada nasal sehingga mempengaruhi suara.

Pembesaran adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada tuba Eustachius yang akhirnya

menjadi tuli konduktif karena adanya cairan dalam telinga tengah akibat tuba Eustachius

yang tidak bekerja efisien karena adanya sumbatan.6

Akibat sumbatan koana pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi (1) fasies

adenoid, yaitu tampak hidung kecil, gigi insisivus ke depan (prominen), arkus faring tinggi

yang menyebabkan kesan wajah pasien tampak seperti orang bodoh; (2) faringitis dan

bronkitis; serta (3) gangguan ventilasi dan drainase sinus paranasal sehingga menimbulkan

sinusitis kronik.5

Menurut Linder-Arosson (2000), sindrom wajah adenoid diakibatkan oleh penyumbatan

saluran napas atas kronis oleh karena hipertrofi jaringan adenoid. Penyumbatan saluran napas

atas kronis menyebabkan kuantitas pernapasan atas menjadi menurun, sebagai penyesuaian

fisiologis penderita akan bernapas melalui mulut. Pernapasan melalui mulut menyebabkan

perubahan struktur dentofasial yang dapat mengakibatkan maloklusi, yaitu posisi rahang

bawah yang turun dan elongasi, posisi tulang hyoid yang turun sehingga lidah akan

cenderung ke bawah dan ke depan, serta meningginya dimensi vertikal. Faktor etiologi

lainnya dari sindroma wajah adenoid adalah inflamasi mukosa hidung, deviasi septum

nasalis, anomali kogenital dan penyempitan lengkung maksila.4

Hipertrofi Adenoid

Page 5: Week 1 - Hipertrophy of Adenoid Fix

MANIFESTASI KLINIS

Obstruksi Nasi

Pembesaran adenoid dapat menyumbat parsial atau total respirasi hidung sehingga

terjadi ngorok, percakapan hiponasal, dan membuat anak akan terus bernapas melalui

mulut. Beberapa peneliti menunjukkan korelasi statistik antara pembesaran adenoid dan

kongesti hidung dengan rinoskopi anterior.

Sleep Apnea

Sleep apnea pada anak berupa adanya episode apnea saat tidur dan hipersomnolen pada

siang hari. Sering juga disertai dengan hipoksemia dan bradikardi. Episode apnea dapat

terjadi akibat adanya obstruksi, sentral atau campuran.

Gejala Obstruksi Saluran Napas Atas

Facies Adenoid

Secara umum telah diketahui bahwa anak dengan pembesaran adenoid mempunyai

tampak muka yang karakteristik. Tampakan klasik tersebut meliputi :

Mulut yang terbuka, gigi atas yang prominen dan bibir atas yang pendek. Namun sering

juga muncul pada anak-anak yang minum susu dengan menghisap dari botol dalam

jangka panjang. Hidung yang kecil, maksila tidak berkembang/hipoplastik, sudut

alveolar atas lebih sempit, dan arkus palatum lebih tinggi.

Efek Pembesaran Adenoid Pada Telinga

Hubungan pembesaran adenoid atau adenoiditis rekuren dengan otitis media efusi telah

dibuktikan baik secara radiologis maupun berdasarkan penelitian tentang tekanan oleh

Bluestone. Otitis media efusi merupakan keadaan dimana terdapat efusi cairan di

Hipertrofi Adenoid

Page 6: Week 1 - Hipertrophy of Adenoid Fix

telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda radang. Hal ini dapat

terjadi akibat adanya sumbatan pada tuba Eustachius. Keadaan alergik juga sering

berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya efusi cairan di telinga tengah. 4,5

DIAGNOSIS

1) Tanda dan gejala klinik

Bila hipertrofi adenoid berlangsung lama, akan timbul wajah adenoid, yaitu pandangan

kosong dengan mulut terbuka. Biasanya langit-langit cekung dan tinggi. Karena

pernapasan melalui hidung terganggu akibat sumbatan adenoid pada koana, terjadi

gangguan pendengaran dan penderita sering beringus.

2) Pemeriksaan rinoskopi anterior dengan melihat tertahannya gerakan velum palatum

mole pada  waktu fonasi. Pada pemeriksaan tepi anterior adenoid yang hipertrofi terlihat

melalui lubang hidung bila sekat hidung lurus dan konka mengerut. Dengan meletakkan

ganjal di antara deretan gigi atas dan bawah, adenoid yang membesar dapat diraba.

3) Pemeriksaan rinoskopi posterior (pada anak biasanya sulit).

4) Pemeriksaan nasoendoskopi dapat membantu untuk melihat ukuran adenoid secara

langsung.

5) Pemeriksaan radiologi dengan membuat foto polos lateral kepala agar dapat melihat

pembesaran adenoid.

6) CT scan merupakan modalitas yang lebih sensitif daripada foto polos untuk identifikasi

patologi jaringan lunak, tapi kekurangannya karena biaya yang mahal.7

PENATALAKSANAAN

Terapinya terdiri atas adenoidektomi untuk adenoid hipertrofi yang menyebabkan

obstruksi hidung, obstruksi tuba Eustachius, atau yang menimbulkan penyulit lain. Operasi

dilakukan dengan alat khusus (adenotom). Kontraindikasi operasi adalah celah palatum atau

insufisiensi palatum karena operasi ini dapat mengakibatkan rinolalia aperta. Kontraindikasi

relatif berupa gangguan perdarahan, anemia, infeksi akut yang berat, dan adanya penyakit

berat lain yang mendasari.1,8

Hipertrofi Adenoid

Page 7: Week 1 - Hipertrophy of Adenoid Fix

Indikasi adenoidektomi. Indikasi untuk adenoidektomi berdasarkan satu atau lehbih

keadaan di bawah ini:1

1. Obstruksi jalan napas bagian atas kronis yang menyebabkan gangguan tidur, kor pulmonale, atau sindrom apnea waktu tidur.

2. Nasofaringitis purulen kronik walaupun penatalaksanaan medik adekuat. 3. Adenoiditis kronis atau hipertrofi adenoid berhubungan dengan produksi dan

persistensi cairan telinga tengah (otitis media serosa atau otitis media mukosa).4. Otitis media supuratif akut rekuren yang tidak mempunyai respons terhadap

penatalaksanaan medik dengan antibiotik profilaksis.5. Kasus-kasus otitis media supuratifa kronis tertentu pada anak-anak dengan

hipertrofi adenoid penyerta.6. Curiga keganasan nasofaring (hanya biopsi).1

Adenoidektomi untuk mengatasi masalah bicara harus dilakukan dengan sangat hati-

hati, karena jika terdapat palatum yang pendek, celah submukosa, atau insufisiensi

velofaringiealis akibat dari adenoidektomi, suara menjadi hipernasal.1

Pada adenoidektomi, pengangkatan seluruh jaringan adenoid hampir tidak

memungkinkan, hal ini disebabkan jaringan adenoid tidak diliputi oleh kapsulnseperti tonsila,

sehingga memungkinkan untuk terjadi hipertrofi berulang dan infeksi.1

PENUTUP

Hipertrofi Adenoid

Page 8: Week 1 - Hipertrophy of Adenoid Fix

Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior

nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin waldeyer. Secara fisiologik

pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi. Adenoid ini membesar pada anak

usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang sama sekali pada usia 14 tahun.Apabila

sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian atas, maka dapat terjadi hipertrofi adenoid

yang akan mengakibatkan sumbatan pada koana, sumbatan tuba eustachius.

Akibat sumbatan koana pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi fasies

adenoid, faringitis dan bronchitis serta sinusitis kronik. Akibat sumbatan tuba Eustachius

akan terjadi otitis media akut berulang dan akhirnya dapat terjadi otitis media supuratif

kronik. Akibat hipertrofi adenoid juga dapat menimbulkan gangguan tidur, ngorok, retardasi

mental dan pertumbuhan fisik berkurang.

Pada kasus hipertropfi adenoid yang memberat, terapi yang dilakukan adalah

adenoidektomi. Namun pengangkatan seluruh jaringan adenoid hampir tidak mungkin

dikarenakan jaringan adenoid tidak diliputi oleh kapsul seperti tonsila. Jadi, hipertrofi

berulang dan infeksi mungkin untuk terjadi.

Daftar Pustaka

Hipertrofi Adenoid

Page 9: Week 1 - Hipertrophy of Adenoid Fix

1. Adam, G.L., Boies, L.R., Highler, P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.

Jakarta: EGC. 1997 : hlm 325-327.

2. Norhidayah. Gambaran Indikasi Tonsilektomi di RSUP Haji Adam Malik dari Tahun

2008-2010. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan. 2010.

Available at : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/23175

3. Moore KL, Anne MR. Neck. In : Essential Clinical Anatomy. USA : Lippincott

Williams and Wilkins. 2002 : p. 439-445

4. Handokho, Albert. Gambaran Klinis dan Perawatan Anomali Ortodonti Pada

Penderita Sindroma Wajah Adenoid yang Disebabkan oleh Hipertrofi Jaringan

Adenoid. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara : Medan. 2011. Available

at : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/24213

5. Rusmarjono, Hermani B. Nyeri Tenggorok (Odinofagia). Dalam : Soepardi EA,

Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

2010

6. Bull PD. Adenoids. In : Lecture Notes on Diseases of The Ear, Nose and Throat.

Ninth Edition. USA : Blackwell Science Ltd. 2002

7. Widjoseno-Gardjito. Kepala dan Leher. Dalam : Sjamsuhidajat R, Wim de Jong, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Cetakan I. Jakarta : EGC. 2005.

8. Rahbar R. Adenotonsillar Hypertrophy : The Presentation and Management of Upper Airway Obstruction. Seminars in Orthodontics 10 : 244-246. 2004. Elsevier Inc. Department of Otolaryngology, Children’s Hospital, Boston, MA. Available at : http://www.med.univaq.it/medicina/lo/6746/1165156019-Adenotonsillar%20Hypertrophy.pdf

Hipertrofi Adenoid