bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat...

52
PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

Transcript of bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat...

Page 1: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

Page 2: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

BA B VII

PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

A. PENDAHULUANPangan, terutama beras, masih tetap memegang

peranan yang amat penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan karena, pertama, pengeluaran untuk pangan merupakan bagian terbesar dari biaya hidup masyarakat sehingga perubahan harga pangan akan sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Kedua, harga pangan langsung menentukan struktur upah para karyawan sehingga perubahan-perubahan harga pangan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan perusahaan-perusahaan. Ketiga, sebagian besar daripada penduduk negara kita adalah petani produsen pangan. Dan perubahan harga pangan akan mempengaruhi pendapatan mereka.

Dengan perkataan lain, peranan pangan, khususnya beras, baik bagi konsumen maupun produsen sangat besar. Dengan demikian gangguan-gangguan yang terjadi terhadap pengadaan dan pemasarannya, serta perubahan-perubahan dalam harganya akan menimbulkan kerisauan-kerisauan dalam masyarakat.

Atas dasar pertimbangan di atas kebijaksanaan pangan dalam Repelita II adalah memantapkan kebijaksanaan yang telah ditempuh selama Repelita I. Yaitu menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran pada tingkat harga yang layak bagi para konsumen dan wajar bagi para petani produsen. Layak bagi para konsumen dalam arti dapat

301

Page 3: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Sedang wajar bagi para petani berarti cukup memadai untuk mendorong mereka berusaha meningkatkan produksi dan memperoleh pendapatan yang semakin meningkat. Dalam melaksanakan kebijaksanaan tersebut selalu diusahakan agar pemasaran beras akan berkembang dan semakin meningkat daya gunanya.

Dewasa ini masih banyak golongan penduduk yang mempunyai pola konsumsi pangan yang kurang memadai mutu gizinya. Dengan

Page 4: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

perkataan lain masih banyak golongan penduduk yang menderita kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat menimbulkan berbagai hal yang tidak diinginkan, seperti tingkat kematian yang tinggi, banyak pendu-duk yang menderita berbagai penyakit dan lain-lainnya. Demikianlah maka, dalam Repelita II kebijaksanaan pangan juga diarahkan kepada peningkatan mutu gizi pangan yang dikonsumir oleh penduduk.

B. PENGADAAN PANGAN1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Sebagaimana telah disebutkan, tujuan kebijaksanaan dalam bidang pangan adalah menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran pada tingkat harga yang layak bagi para konsumen dan wajar bagi para produsen. Karena dalam kelompok jenis-jenis pangan beras mempunyai kedudukan yang sangat menentukan, maka kebijaksanaan pangan yang ditempuh pada umumnya diarahkan kepada beras. Namun untuk memungkinkan diversifikasi dalam konsumsi serta mengurangi ketergantungan pada satu jenis pangan, kebijaksanaan dalam bidang pangan juga diarahkan kepada gandum.

Menjaga keseimbangan antara permintaan dan penawaran beras tidak dapat semata-mata diserahkan kepada kekuatan pasar dan harus merupakan tujuan daripada kebijaksanaan Pemerintah. Hal ini disebabkan oleh ketiga hat berikut.

Pertama, produksi beras di negara kita masih bersifat musiman. Setiap tahun kita masih menghadapi musim panen dan musim paceklik. Padahal konsumsi beras berlangsung sepanjang 302

Page 5: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

tahun. Demikianlah, maka untuk menjaga keseimbangan tersebut di setiap waktu diperlukan juga adanya langkah-langkah kebijaksanaan.

Kedua, geografi negara kita menimbulkan keadaan di mana terdapat pusat-pusat konsumsi yang terpisah dari daerah-daerah produksi. Lagi pula di antara daerah-daerah produksi pada satu pihak terdapat daerah surplus dan di pihak lain terdapat daerah defisit. Hubungan pemasaran antara pusat-pusat konsumsi tertentu dan daerah-daerah produksi dewasa ini belum cukup lancar untuk menjamin adanya har-ga yang layak bagi konsumen dan harga yang wajar bagi produsen.,

Page 6: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

Demikian pula hubungan pemasaran antara daerah-daerah surplus dan daerah-daerah defisit. Demikianlah maka agar tercapai keseimbangan tersebut di setiap tempat perlu adanya langkah-langkah kebijaksanaan.

Ketiga, sampai sekarang perkembangan konsumsi beras kita ternyata masih melebihi perkembangan produksi. Demikianlah maka kebijaksanaan tersebut diperlukan untuk menjaga jangan sampai harga beras meningkat hingga tiada terjangkau oleh para konsumen yang berpendapatan rendah. Perlu sekali diperhatikan bahwa para konsumen ini bukan hanya terdiri atas kaum karyawan di kota-kota saja, melainkan juga terdiri atas para buruh tani dan petani dengan tanah kultivasi sempit di pedesaan.

Kenyataan-kenyataan tersebut menimbulkan keperluan akan kebijaksanaan untuk menjaga terpeliharanya keseimbangan yang diinginkan.

Tanpa adanya kebijaksanaan yang ditujukan untuk menjaga keseimbangan tersebut besar sekali kemungkinan terjadinya keadaan yang harus dihindarkan. Yaitu keadaan di mana harga beras di pusat-pusat konsumsi dan di daerah-daerah produksi defisit, terutama dalam musim paceklik, terlalu tinggi untuk golongan yang berpendapatan rendah. Sedang harga yang diterima oleh para petani, teristimewa yang diterima oleh petani kecil, baik di daerah produksi surplus maupun di daerah produksi defisit, di musim panen akan sangat rendah.

Untuk menjaga agar para petani selalu dapat memperoleh harga yang wajar untuk beras yang mereka jual ditempuh kebijaksanaan untuk menentukan harga dasar (floor-price). Pada pihak lain untuk menjaga agar harga beras selalu dapat terjangkau oleh golongan berpendapatan rendah

303

Page 7: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

diadakan harga batas tertinggi (ceiling price). Di samping itu bagi para karyawan Pemerintah dan anggota Angkatan Bersenjata disediakan beras sesuai dengan kebutuhannya. Lagi pula di tempat-tempat yang ditimpa bencana alam ataupun bencana lain selalu disediakan beras atau bahan pangan yang lain.

Kebijaksanaan perberasan dalam Repelita II juga bertujuan menjaga agar dapat terbina keseimbangan yang wajar antara harga beras di

Page 8: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

dalam negeri dan harga beras di pasaran dunia. Untuk mencapai tujuan itu, serta untuk menjaga agar para petani produsen beras tidak dirugikan oleh perkembangan harga-harga barang lain, maka sejak beberapa tahun yang lalu secara berkala diadakan penyesuaian terhadap harga dasar dan harga batas tertinggi.

Dalam tahun 1975/76 langkah-langkah yang diambil dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan tersebut dapat dikemukakan sebagai di bawah ini.

a. Langkah-langkah menjaga harga dasar.Sesuai dengan pokok-pokok kebijaksanaan

tersebut di atas serta berhubung adanya peningkatan harga-harga barang lain, termasuk juga harga faktor-faktor produksi, maka dalam tahun 1975/76 harga dasar dinaikkan. Dengan adanya kenaikan tersebut maka perkembangan harga dasar selama tahun-tahun 1974/75 dan tahun 1975/76 adalah sebagai yang disajikan dalam tabel VII 1 di bawah ini.

TABEL VII – 1PERKEMBANGAN HARGA. DASAR PANGAN, 1974/75—1975/76

Harga Dasar Dalam

Tahun-tahun

304

Page 9: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

J e n i s B a r a n g 1974/75

1975/76(Rp/Kg) (Rp/Kg)

Page 10: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

Padi kering lumbung di Desa . 30,— 42,—Padi kering lumbung di BUUD/KUD — 43,—Padi kering giling di Desa 31,80 44,50Padi kering giling di BUUD/KUD — 45,50Gabah kering lumbung di Desa 38,50 54,50Gabah kering lumbung di BUUD/KUD — 55,50Gabah kering giling di Desa 40,60 57,50Gabah kering giling di BUUD/KUD — 58,50

Dalam tahun-tahun tersebut harga pupuk urea dan TSP. dinaikkan dui Rp. 40,—/Kg menjadi Rp. 60,— /Kg dan DAP dan NPK

Page 11: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

15-15-15 masing-masing dari Rp. 55,—/Kg menjadi Rp. 83,50/Kg dan Rp. 39,—/Kg. menjadi Rp. 60;—/Kg.

Langkah-langkah yang diambil untuk mengusahakan agar para petani dapat menikmati kebijaksanaan harga dasar tersebut adalah sebagai berikut. Sejak tahun 1973 BUUD dan kemudian BUUD dan KUD diikut-sertakan dalam pembelian untuk stock nasional beras Pemerintah. BUUD dan KUD adalah lembaga yang kegiatannya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani. Mengingat hal itu maka kepada lembaga tersebut dipercayakan untuk membeli padi atau gabah dari petani dengan harga serendah-rendahnya sama dengan harga dasar yang telah ditentukan.

Demikianlah maka dalam musim panen, apabila harga berkecenderungan untuk menurun hingga lebih rendah dari harga dasar, para petani akan memperoleh kesempatan untuk menjual padi atau gabahnya, dengan persyaratan-persyaratan yang sesuai, kepada BUUD dan KUD pada tingkat harga yang sesuai dengan kebijaksanaan harga dasar.

Agar mampu melaksanakan pembelian-pembelian sesuai dengan yang ditentukan BUUD dan KUD yang bersangkutan diberi bantuan dalam ujud pembinaan serta kredit untuk melaksanakan pembelian-pembelian dan untuk mendirikan gudang dan lantai penjemuran.

Selanjutnya BUUD dan KUD dapat menjual gabah yang dibelinya pada BULOG yang bertindak sebagai badan Pemerintah, atau lebih tepat kepada DOLOG atau Sub DOLOG, di wilayah masingmasing pada tingkat harga yang ditentukan.

Sebagaimana tampak dari Tabel VII-2 pembelian gabah dan beras oleh Pemerintah selama tahun 1973/74, 1974/75 dan 1975/76 meliputi 268 ribu ton,

305

Page 12: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

536 ribu ton dan 539 ribu ton. Dalam tahun 1975/76 pembelian oleh DOLOG atau Sub DOLOG dilaksanakan terutama dalam bentuk gabah.

Apabila harga gabah ataupun beras di pasaran lebih menguntungkan bagi para petani, maka mereka bebas untuk menjual kepada siapapun juga yang mereka kehendaki.

Page 13: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

TABEL VII – 2PEMBELIAN GABAH DAN BERAS DALAM NEGERI,

DAN IMPOR BERAS, 1973/74 –1975/76 (ribu ton beras)

1973/74 1974/75 1975/76Pembelian gabah/beras dalam negeri

268 536 539

Impor beras : 1.225 1.137 668Bantuan pangan 166 172 6Komersiil 1.059 965 662J u m l a h : 1.493 1.673 1.207

306

Page 14: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

Dengan adanya langkah-langkah yang diatur seperti di atas ini para petani di daerah - daerah produksi, pun di musim panen diharapkan dapat selalu memperoleh harga yang wajar. Tabel VII – 3 menunjukkan bahwa daerah yang tercakup oleh kebijaksanaan ini selama dua tahun yang lalu bertambah.

Dalam tahun 1975/76 kebijaksanaan ini dapat juga dilaksanakan di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.b. Menjaga harga batas tertinggi.

Harga batas tertinggi beras selama tahun-tahun 1974/75 dan 1975/76 ditetapkan sebagai berikut (Rp/Kg)

1974/75 1974/75Untuk daerah produksi surplus 100,— 100,—Untuk daerah produksi 110,— 110,—Untuk daerah produksi defisit 120,— 120,—Adapun diadakannya perbedaan antara daerah,

produksi surplus, daerah swasembada dan daerah produksi defisit tersebut juga mempunyai tujuan tertentu, yaitu untuk menjaga agar kegiatan pema-saran antar-daerah yang ditangani oleh masyarakat, dapat berlangsung

secara lancar.

Page 15: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

TABEL VII—3

HASIL-HASIL PEMBELIAN GABAH DAN BERAS DALAM NEGERIDI DAERAH-DAERAH, 1974/75 — 1975/76

(ton beras)

P r o p i n s i 1974/75 1975/76

Jawa Barat 67.764 69.511

Jawa Tengah 112.188 87.270

Yogyakarta 19.089 6.667

Jawa Timur 284.774 226.817A c e h 695 1.389Sumatra Utara — 538

J a m b i 122 225Sumatra Selatan — 158

Lampung — 6.486

Kalimantan Selatan

26 11.960Sulawesi Utara — 491

Sulawesi Tengah — 2.577

Sulawesi Selatan 9.965 80.021

B a l i 28.505 23.820Nusa Tenggara Barat 12.922 21.103

J u m l a h : 536.050 539.033

Untuk menjaga agar harga beras di manapun juga tidak melebihi harga batas tertinggi dilaksanakan beberapa langkah. Pertama, sebagai telah disebutkan di atas, untuk para pegawai negeri dan para anggota angkatan bersenjata, atau yang disebut golongan anggaran, disediakan beras sesuai dengan kebutuhan mereka. Penyaluran beras untuk golongan ini dalam

tahun-tahun 1974/75 dan 1975/76 meliputi jumlah 307

Page 16: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

676.232 ton dan 658.820 ton.

Page 17: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

Selanjutnya diadakan juga penyaluran untuk pasaran umum. Penyaluran ini terutama dilakukan di musim paceklik di tempat-tempat yang harga berasnya meningkat hingga mendekati harga batas tertinggi. Selama tahun 1974/75 dan 1975/76 penyaluran untuk pasaran umum, yang juga disebut injeksi, meningkat dark 342.533 ton menjadi 536.534 ton.

Tribal VII ---- 4 menunjukkan perkembangan jumlah penyaluran selama tahun-tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1975/76.

TABEL VI1 --- 4JUMLAH PENYALURAN BERAS, 1973/74— 1975/76

(ton)1973/74 1974/75 1975/76

Golongan anggaran 659.913 676.232 658.820PN/PNP 91.815 95.871 92.772Penyaluran ke pasaran umum

417.681 342.533 536.534

J u m l a h : 1.169.409

1.114.636

1.288.126

c. Menjaga sarana penyangga Pemerintah.Kebijaksanaan menjaga keseimbangan antara penawaran

dan permintaan dalam masyarakat pada tingkat harga yang layak dan wajar hanya dapat dilaksanakan apabila syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat itu adalah :

(1) Sarana-sarana yang diperlukan untuk melaksanakan pem -

belian dalam bulan-bulan panen tersedia dengan kwalitas dan dalam jumlah yang memadai. Sarana-sarana ini meliputi organisasi pelaksana, sarana pergudangan yang memadai dan sejumlah dana kredit. Apabila syarat ini tidak terpenuhi kebijaksanaan harga dasar tidak akan mencapai tujuannya.

(2) Sejumlah stock beras yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penyaluran, baik penyaluran untuk golongan anggaran maupun penyaluran untuk pasaran umum.

308

Page 18: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

Telah disebutkan di atas bahwa organisasi Pemerintah yang menangani pembelian beras atau gabah, yang juga menangani penyaluranpenyaluran yang diperlukan, adalah BULOG dengan DOLOG dan Sub DOLOG-nya di daerah. Selanjutnya telah disinggung pula di atas dan dipaparkan di bab mengenai Koperasi bahwa fungsi pembelian gabah atau padi dari para petani untuk menjamin agar kebijaksanaan harga dasar dapat mengenai sasarannya dilaksanakan oleh BUUD/ KUD. Kebutuhannya akan dana kredit, sebagaimana juga telah diuraikan dalam bab tersebut, setiap tahun juga dipenuhi secara memadai.

Dalam tahun 1975/76 yang lalu telah diutamakan usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan akan pergudangan. Misalnya, dalam bab yang membicarakan koperasi telah dikemukakan kegiatan-kegiatan dalam pembangunan pergudangan dan hasil-hasilnya. Adapun mengenai hasil-hasil pembangunan pergudangan untuk menyimpan dan memelihara stock beras dan gabah sarana penyangga Pemerintah dikemukakan pada tabel VII — 5. Dari tabel tersebut tampak bahwa dalam tahun 1975/76 dibangun 315 unit gudang beras/gabah dengan kapasitas 1.102,5 ribu ton. Di antara gudang-gudang tersebut sebanyak 99 unit dengan kapasitas 346,5 ribu ton telah selesai pembangunannya.

TABEL VII—5

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN GUDANGJAKARTA DAN PROPINSI-PROPINSI

J a k a r t a P r o p i n s iUnit Kapasit

as(ribu

Unit Kapasitas

(ribu 309

Page 19: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

Rencana 72 252,0 250

875,0Selesai 100% — — 99 346,5Dalam pelaksanaan 72 252,0 14

4504

Mengenai syarat ke (2) yang disebut di atas memang dijaga agar selalu dapat terpenuhi. Menjamin tersedianya sejumlah persediaan beras, sebagian dalam ujud gabah, yang berfungsi sebagai ranapenyangga merupakan satu langkah dalam bidang pangan yang selalu dilaksanakan.

Di atas telah disebut bahwa pembelian beras dan gabah produksi dalam negeri terutama dimaksudkan agar para petani memperoleh harga yang sesuai dengan kebijaksanaan harga dasar (harga batas terrendah). Tidak perlu dikemukakan kiranya bahwa beras dan gabah yang diperoleh dari pembelian itu merupakan sebagian dari beras yang digunakan sebagai sarana penyangga.

Jumlah beras yang tersedia sebagai penyangga perlu mencukupi, agar sewaktu-waktu diperlukan dapat dilaksanakan penyaluran sesuai dengan kebutuhan. Sampai tahun ini jumlah yang diperoleh dari pem- belian dalam negeri tak cukup untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Untuk itu tiap tahun diperlukan impor. Perkembangan impor beras selama tahun 1973/74 — 1975/76 tampak dalam tabel VII — 2; se- tiap tahun masing-masing berjumlah 1.225 ribu ton, 1.137 ribu tondan 668 ribu ton.

Jumlah sarana penyangga yang dikuasai Pemerintah sebagai hasil pembelian dalam negeri dan impor, setelah dikurangi dengan penyaluran yang diperlukan setiap tahun, pada akhir tahun 1972/73, 1973/ 74, 1974/75 dan 1975/76 secara berturut-surut meliputi 198 ribu ton, 418 ribu ton, 782 ribu ton dan 511 ribu ton.

Page 20: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

Dari angka-angka sarana penyangga tersebut tampak bahwa sa-rana penyangga sejak akhir tahun 1973/74 jauh lebih besar daripada tahun 1972/73. Kenyataan itu merupakan akibat dari adanya kebijaksanaan Pemerintah untuk memperbesar sarana penyangga agar cukup tangguh menghadapi hal-hal yang tidak terduga sebelumnya. Apa yang dikenal sebagai "krisis-pangan” tahun 1972 menunjukkan bahwa persediaan beras yang digunakan sebagai sarana penyangga dalam tahun-tahun sebelumnya sangat kurang.

Bila kita perhatikan angka-angka impor dalam table VII — 2 tam-pak bahwa peranan impor selama tahun-tahun tersebut terutama adalah sebagai penunjang sarana penyangga. Betapa penting peranan itu ternyata dari perkembangan tahun 1974/75 ke tahun 1975/76. Dari angka-angka yang ada ternyata bahwa impor antara kedua tahun tersebut menurun dengan 469 ribu ton. Walaupun demikian stock

310

Page 21: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

akhir tahun 1975/76 hanya berkurang dengan 267 ribu ton. Jadi seandainya dalam tahun 1975/76 diimpor jumlah yang sama dengan tahun 1974/75, maka stock akhir tahun 1975/76 akan melebihi stock akhir tahun sebelumnya.d. Impor Gandum dan Penyaluran Tepung Terigu.

Kebijaksanaan pengadaan tepung terigu dimaksudkan untuk mencapai dua tujuan. Pertama untuk mencapai diversivikasi dalam pola konsumsi pangan rakyat dan, kedua, untuk mengurangi ketergantungan pada beras. Yang pertama sangat penting mengingat kebutuhan kita untuk meningkatkan nilai gizi pola konsumsi pangan penduduk. Sedang yang kedua sangat penting karena kenyataan bahwa produksi beras dapat berubah dengan tiba-tiba dan karena kenyataan bahwa kita masih perlu mengimpor pangan dalam jumlah yang berarti. Dengan memenuhi kebutuhan akan pangan dengan impor gandum kita mengurangi ketergantungan negara kita pada beberapa negara pengekspor beras.

Impor gandum yang dilakukan selama tahun-tahun 1973/74, 1974/75 dan 1975/76 dapat terlihat darn tabel VII — 6. Dari tabel tersebut ternyata bahwa dalam masing-masing tahun yang bersang-kutan telah diimpor gandum sebanyak 753 ribu ton,

769 ribu ton dan 834 ribu ton.

TABEL VII — 6IMPOR DAN PENYALURAN GANDUM, 1973/74 — 1975/76

1973/74

1974/75 1975/76

61 102 79753 769 834814 871 913712 792 814102 79 99

ImporJumlah tersedia Penyaluran

Page 22: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

(ribu ton)

311

Stock

Page 23: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

GRAFIK VII – IIMPOR DAN PENYALURAN GANDUM

1973/74 – 1975/76

312

Page 24: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

Perkembangan konsumsi gandum selama tahun-tahun tersebut tercermin dalam perkembangan penyalurannya. Dari tabel VII — 6 tampak bahwa selama tahun-tahun tersebut penyaluran gandum me -

liputi 712 ribu ton, 792 ribu ton dan 814 ribu ton. Sedangkan mengenai penyaluran tepung terigunya untuk tahun-tahun yang sama meliputi 520 ribu ton, 580 ribu ton dan 594 ribu ton.

2. Hasil-hasil Kebijaksanaan yang ditempuh.

Sampai berapa jauh kebijaksanaan dan langkah-langkah tersebut di atas berhasil mencapai tujuannya dapat dilihat pada perkembangan dalam situasi perberasan di negara kita. Perkembangan situasi per -

berasan terutama dicerminkan oleh perkembangan harga yang terjadi sepanjang musim setiap tahun, oleh perbedaan antara harga-harga di tempat yang satu dan di tempat yang lain dan oleh perkembangan harga beras pada umumnya.

Sesuai dengan pembicaraan mengenai tujuan-tujuan kebijaksanaan dalam bidang pangan, dalam bagian laporan ini akan disajikan beberapa uraian mengenai perkembangan harga antar musim, perbe-daan harga antar tempat dan perkembangan harga setiap tahun.

Tabel VII — 7 dan VII — 8 masing-masing menunjukkan perkembangan harga beras setiap bulan selama tahun-tahun 1973/74, 1974/75 dan 1975/76 di beberapa kota penting dan harga rata-rata gabah di daerah pedesaan. Selanjutnya dari tabel-tabel tersebut disusun tabel-tabel VII — 9 dan VII— 10.

Tabel VII— 9 menunjukkan bahwa harga-harga gabah rata-rata di daerah pedesaan dalam musim panen tidak jauh berbeda dari harga dimusim

:!!t{ +++++ 1 0 2

313

Page 25: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

paceklik. Harga di musim panen dalam tahun 1973/74, 1974/75 dan 1975/76 masing-masing lebih rendah 23,7%, 13,9% dan 28,8% daripada harga di musim paceklik dalam tahun-tahun yang sama. Dengan adanya kenyataan bahwa perbedaan harga antar musim tersebut telah mencerminkan juga kenaikan harga yang terjadi sebagai akibat langkah penyesuaian harga dasar dan harga batas tertinggi, maka perbedaan antar musim tersebut dapat dikatakan tidak besar. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan kebijaksanaan harga dasar,

Page 26: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

TABEL VII – 7HARGA BERAS BULANAN DI BEBERAPA KOTA TERPENTING

1973/74 – 1975/76(Rp./Kg)

Ujung Pandang

314

Page 27: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

lanjutan Tabel VII – 7

315

Page 28: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

Lanjutan Tabel VII - 7

316

Page 29: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

GRAFIK VII – 2HARGA BERAS BULANAN DI BEBERAPA KOTA TERPENTING,

1973/74 – 1975/76(Rp./Kg.)

317

Page 30: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

TABEL VII – 8

PERKEMBANGAN HARGA RATA-RATA GABAH DI PEDESAANINDONESIA, 1973/74 – 1975/76

(Rp./Kg)

1973/74 1974/75

1975/76

April 35,30 48,93 49,20M e i 35,03 47, – 49,17Juni 40,21 45,30 49,72Juli 49,27 43,45 51,76Agustus 50,20 41,90 53,56September 49,46 43,05 55,91Oktober 50,05 40,85 60,02Nopember 45,86 46, – 64,27Desember 48,05 51,80. 70,54Januari 57,50 52,96 70,37Pebruari 57,55 52,94 70,59Maret 51,90 53,58 64,95

yaitu menjaga agar para petani dapat memperoleh harga yang wajar, telah memberikan hasil.

Selanjutnya tabel VII – 10 menunjukkan perbedaan antara harga beras rata-rata di musim panen dan di musim paceklik di kotakota. Tabel tersebut menunjukkan bahwa harga-harga di musim paceklik dalam tahun 1973/74, 1974/75 dan 1975/76 rata-rata 26,81%, 11,87% dan 28,76% lebih tinggi dari harga-harga dalam musim panen. Perbedaan harga yang tidak besar itu juga menunjukkan bahwa kebijaksanaan untuk menjaga agar harga-harga tidak melampaui harga batas tertinggi juga telah memberi hasil. Dengan demikian pun di musim paceklik harga beras tetap terjangkau oleh masyarakat banyak, termasuk golongan yang berpendapatan rendah. Sebagai kita ketahui penduduk golongan berpendapatan rendah, di

Page 31: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

samping terdiri atas golongan buruh di kota-kota, terutama terdiri-atas buruh tani, para pemilik tanah kecil, para penggarap dan para nelayan.

318

Page 32: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

GRAFIK VII – 3PERKEMBANGAN HARGA RATA-RATA GABAH

DI PEDESAAN INDONESIA1973/74 – 1975/76

319

Page 33: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

TABEL VII— 9PERBEDAAN ANTARA HARGA RATA-RATA GABAH DI MUSIM

PANEN DAN MUSIM PACEKLIK DI DAERAH PEDESAAN,1973/74 — 1975/76

(Rp./Kg.)

1973/74

1974/75 1975/76

Harga rata-rata musim panen(Mei, Juni, Juli) 41,50 45,25 50,22Harga rata-rata musim paceklik(Desember, Januari, Pebruari) 54,37 52,57 70,50Perbedaan dalam % terhadapharga musim paceklik 23,7 13,9 28,8

TABEL VII – 10

PERBEDAAN ANTARA HARGA RATA-RATA BERAS DI MUSIMPANEN DAN MUSIM PACEKLIK DI KOTA- KOTA

(RP./Kg.)

1973/74

1974/75 1975/76Harga rata-rata musim panen

(Mei, Juni, Juli) 73,56 85,06 95,71

Harga rata-rata musim paceklik(Desember, Januari, Pebruari) 93,28 95,16 123,24Perbedaan dalam % terhadapharga musim panen 26,81 11,87 28,76

Selanjutnya dapat sekarang diperhatikan perkembangan harga di berbagai-bagai kota. Perbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara yang tertinggi dan yang terendah 320

Page 34: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

antara harga rata -rata yang berlaku di kota-kota ter-

Page 35: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

TABEL VII – 11PERBANDINGAN HARGA BERAS TERTINGGI DAN TERENDAH

DENGAN HARGA RATA-RATA DI BEBERAPA KOTATERPENTING, 1973/74 – 1975/76

(Rp/Kg )

321

Page 36: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

sebut dalam tahun 1973/74 dan tahun 1974/75 mencapai 49% dan 45%.

Perkembangan tahun 1975/76 cukup menggembirakan. Perbedaan antara yang tertinggi dan yang terendah antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dalam tahun yang lalu menjadi 34%. Kecenderungan menurun ini antara lain menunjukkan bahwa sistim pemasaran pangan selama tiga tahun tersebut semakin membaik.

Akhirnya, baiklah kita perhatikan perkembangan harga yang terjadi selama tiga tahun tersebut. Agar dapat menghargai betapa penting hasil yang dicapai oleh kebijaksanaan yang ditempuh selama tahun-tahun tersebut ada baiknya dikemukakan terlebih dulu perkembangan harga di luar negeri.

Pada akhir tahun 1972 harga beras dengan kadar remuk 15% di pasaran dunia US $ 153,— per ton. Satu setengah tahun kemudian . harga beras yang sama tersebut meningkat dengan 294% hingga mencapai US $ 603,— per ton. Setahun kemudian, yaitu pada bulan April 1975 harga tersebut telah jatuh menjadi US $ 365,— per ton. Dan dalam bulan Mei yang lalu harga tersebut telah menurun hingga US $ 220,— per ton.

Seandainya perkembangan harga beras di negara kita selama tiga tahun yang lalu berlangsung seperti yang terjadi di luar negeri, dapat dibayangkan betapa akan ruwet situasi pangan kita selama ini. Dan dapat dibayangkan pula betapa sejak permulaan tahun 1974 pendapatan para petani produsen pangan akan menurun terus. Un- tunglah perkembangan harga beras di negara kita selama tiga tahun yang lalu merupakan kebalikan dari yang berlangsung di luar negeri.

322

Page 37: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

Berkat kebijaksanaan yang ditempuh selama tiga tahun tersebut harga beras di negara kita berkembang secara sangat teratur. Hal ini ternyata dari tabel VII — 7. Dengan demikian para konsumen baik yang tinggal di kota-kota maupun yang hidup di daerah pedesaan tidak terganggu oleh perubahan-perubahan harga beras yang tiada terduga-duga. Di samping itu para petani juga tidak dirisaukan oleh perubahan-perubahan yang tiada menentu.

Page 38: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

C. PENINGKATAN MUTU GIZI POLA KONSUMSI

PANGAN 1. KebijaksanaanSampai sekarang beras masih merupakan

makanan pokok bagi penduduk Indonesia pada umumnya. Dengan perkataan lain dalam pola konsumsi penduduk Indonesia beras mempunyai peranan yang sangat menentukan.

Kenyataan bahwa satu jenis pangan merupakan makanan pokok dapat menimbulkan masalah-masalah. Pertama, masalah pangan jadi selalu rawan. Artinya setiap terjadi kekurangan dalam satu jenis pangan tersebut dalam masyarakat dapat timbul kerisauan. Lagi pula, dalam keadaan masih diperlukan impor dalam jumlah yang berarti, kemampuan untuk mencukupi kebutuhan akan pangan akan tergantung pada satu dua negara pengekspor bahan tersebut.

Selanjutnya pola konsumsi pangan yang hanya mengutamakan beras dapat menimbulkan masalah lain. Yaitu mutu gizi pangan yang dikonsumir kurang memadai, sehingga orang dapat menderita keku-rangan gizi.

Hal tersebut dapat mengakibatkan, adanya tingkat kematian yang tinggi dikalangan penduduk, terutama dikalangan anak-anak. Disam-ping itu kurang baiknya mutu gizi pangan juga mengakibatkan banyaknya penduduk yang menderita berbagai-bagai penyakit; seperti anaemi, penyakit buta karena kekurangan vitamin A, penyakit gondok dan lain-lainnya. Kekurangan ini dapat juga mengakibatkan berkurangnya kecerdasan otak. Tambahan pula mereka yang mempunyai pola konsumsi pangan yang bermutu gizi rendah umumnya peka terhadap berbagai-bagai penyakit.

323

Page 39: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

Kegiatan-kegiatan pembangunan yang berhasil akan meningkatkan pendapatan rakyat banyak. Dengan demikian kemampuan rakyat banyak untuk mempertinggi mutu gizi pola konsumsi pangan juga akan bertambah besar. Intensifikasi usaha-usaha peningkatan produksi palawija, kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan dan daging terutama dimaksudkan untuk memungkinkan bahkan mendorong agar kemampuan penduduk yang meningkat itu, setidak-

Page 40: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

tidaknya sebagian, sungguh-sungguh digunakan untuk mempertinggi mutu gizi pola konsumsi pangan.

Dari uraian singkat diatas cukup jelas bahwa keberhasilan dalam usaha-usaha peningkatan produksi akan dapat mendorong peningkatan mutu gizi pola konsumsi rakyat. Untuk menjamin agar kebijaksanaan ini sungguh-sungguh berhasil, maka dalam tahun 1975/76 dilaksanakan langkah-langkah yang disebutkan di bawah ini.

2. Langkah-langkaha. Penyuluhan gizi dalam usaha perbaikan gizi keluarga

Walaupun terjadi kenaikan pendapatan rakyat serta pertambahan persediaan bahan pangan yang bermutu gizi tinggi peningkatan mutu gizi pola konsumsi pangan penduduk masih dapat terhambat. Ini terutama akan terjadi kalau penduduk pada umumnya kurang mempunyai pengertian mengenai manfaat berbagai jenis bahan pangan untuk pertumbuhan dan kesehatan badan.

Agar kenaikan pendapatan rakyat juga mengakibatkan perbaikan mutu gizi pola konsumsi pangan mereka maka dilaksanakan kegiatan penerangan dan penyuluhan gizi. Kegiatan ini dilaksanakan melalui program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Dalam tahun 1975/76 kegiatan ini dilaksanakan dalam skala yang lebih besar dari tahun 1974/75. Hal ini ternyata dari tabel VII – 12. Sebagaimana tampak dalam tabel tersebut dalam tahun 1975/76 kegiatan penerangan dan penyuluhan dilaksanakan di 125 kabupaten dan 448 ke-

324

1974//975 251975/1976 25

83 125

Page 41: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

TABEL VII – 12

PENYULUHAN GIZI DI WILAYAH USAHA PERBAIKAN GIZIKELUARGA, 1974/75 – 1975/76

T a h u n Propinsi Kabupaten Kecamatan

315 448

Page 42: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

camatan. Dalam tahun sebelumnya kegiatan tersebut baru meliputi 83 kabupaten dan 315 kecamatan.b. Penyuluhan dengan penyediaan makanan tambahan

Walaupun telah terjadi peningkatan pendapatan di masyarakat masih banyak penduduk yang belum mampu untuk memperbaiki mutu gizi pola konsumsi pangan mereka. Untuk meningkatkan mutu gizi pola konsumsi mereka maka penerangan dan penyuluhan gizi yang diberikan disertai dengan penyediaan bahan makanan tambahan. Bahan makanan tambahan ini terutama diberikan kepada anak-anak mereka yang kurang gizi. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat. Manfaat yang pertama ialah membantu menjaga kesehatan dan pertumbuhan anak-anak yang bersangkutan. Sedang yang kedua meyakinkan orang tua mereka akan kebenaran penyuluhan yang diberikan.

Dalam tahun 1975/76 kegiatan ini juga dapat dilaksanakan secara lebih intensip dari tahun 1974/75. Seperti tampak dalam tabel VII – 13 dalam tahun 1975/76 penyuluhan yang disertai dengan penyediaan makanan tambahan dapat dilaksanakan di 6 propinsi, di 78 desa dan dapat meliputi 2.340 anak. Sedang tahun sebelumnya yang tercakup baru 5 propinsi, 50 desa dan 1.500 anak.

TABEL VII – 1 3PENYULUHAN GIZI DENGAN MAKANAN TAMBAHAN DI WILAYAH

USAHA PERBAIKAN GIZI KELUARGA, 1974/75 — 1975/76

T a h u n Propinsi Desa Anak

325

Page 43: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

1974/75 1975/76

1.500 2.340

56

50 78

Page 44: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

c. Fortifikasi bahan makananHal-hal yang telah dibicarakan terutama

mencakup usaha-usaha untuk mempertinggi kemampuan dan memperbesar kesediaan rakyat

Page 45: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

untuk mengkonsumir bahan-bahan makanan yang bermutu gizi tinggi. Dalam rangka meningkatkan mutu gizi pola konsumsi pangan ditempuh juga langkah-langkah guna menambah zat-zat gizi tertentu dalam berbagai-bagai bahan makanan.

Sebagai hasil penelitian-penelitian yang dilaksanakan sebelumnya dalam tahun 1975/76 telah mulai dapat dilaksanakan program yodisasi garam. Hal ini penting sebab sebagai akibat kekurangan zat yodium kurang lebih 10 juta dari rakyat Indonesia yang tinggal di daerah pegunungan menderita penyakit gondok. Selanjutnya sebagai akibat penderitaan tersebut dewasa ini kurang lebih 100.000 orang menderita kretinisme. Penyakit kretinisme ini timbul karena penyakit gondok. Jadi yodisasi garam perlu sekali dilaksanakan.

Dalam rangka pelaksanaan program yodisasi garam dalam tahun 1975/76 P.N. Garam telah memasang 10 Unit yodisasi di Medan, Padang, Jakarta, Semarang, Cilacap, Cirebon, Surabaya dan Madura. Unit-unit ini telah mulai berproduksi. Pada tahap pertama unit-unit yodisasi tersebut dapat menghasilkan 120.000 ton garam yodium per tahun, cukup untuk memenuhi kebutuhan 40 juta orang setiap tahun.

d. Usaha-usaha khusus

Di samping langkah-langkah yang telah disebutkan di atas dalam tahun 1975/76 juga dilaksanakan langkah-langkah khusus guna mengatasi persoalan-persoalan yang mendesak.

(1) Dalam usaha mencegah penyakit buta yang timbul karena kekurangan Vitamin A dalam tahun 1974/75 setiap 6 bulan sekali dibagikan kapsul vitamin A dosis tinggi kepada kurang lebih 290.000 anak-anak yang berumur 1 — 3 tahun. Dalam tahun

1975/ 76 jumlah anak-anak yang memperoleh 326

Page 46: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

bantuan mencapai 453.000 orang.(2) Dalam tahun 1975/76 juga telah selesai

dipersiapkan rencana penanggulangan masalah kekurangan kalori dan protein. Masalah ini disebut juga "Protein Calorie Malnutrition" atau disingkat PCM. Penanggulangan masalah ini memerlukan program yang

Page 47: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara

mencakup rencana-rencana kegiatan dari berbagai program. Dengan demikian diperlukan perencanaan lintas sektoral. Yang telah selesai dipersiapkan dalam tahun 1975/76 dan mulai dilaksanakan tahun 1976/77 adalah rencana penanggulangan PCM di sejumlah desa di Jawa Timur, Lombok, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Bali, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.

327

Page 48: bappenas.go.id · Web viewPerbedaan antara harga-harga yang berlaku di kota-kota tersebut dapat kita lihat dari tabel VII – 11. Sebagai- mana tampak dalam tabel itu perbedaan antara