nikmatussolikah.files.wordpress.com · Web viewMenghayati dan mengamalkan ajaran agama yang...

32
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 Nama Sekolah : SMA Brawijaya Smart School Mata Pelajaran : Geografi Kelas/Semester : X-5/ Gasal Materi Pokok : Konsep Dasar SIG Alokasi Waktu : 3 JP/2 kali pertemuan Pertemuan ke : 8 dan 9 A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku (jujur disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong- royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan pro- aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

Transcript of nikmatussolikah.files.wordpress.com · Web viewMenghayati dan mengamalkan ajaran agama yang...

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KURIKULUM 2013

Nama Sekolah : SMA Brawijaya Smart School

Mata Pelajaran : Geografi

Kelas/Semester : X-5/ Gasal

Materi Pokok: Konsep Dasar SIG

Alokasi Waktu : 3 JP/2 kali pertemuan

Pertemuan ke: 8 dan 9

A. Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Mengembangkan perilaku (jujur disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong-royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian

Kompetensi Dasar

Indikator

3.2 Memahami dasar-dasar pemetaan, Pengindraan Jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

3.2.1 Mengidentifikasi konsep dasar penginderaan jauh

3.2.2 Menganalisis jenis citra dan pemanfatannya

C. Tujuan Pembelajaran

· Siswa dapat menjelaskan konsep dasar penginderaan jauh

· Siswa dapat mengidentifikasi manfaat aplikasi penginderaan jauh dalam kehidupan

· Siswa dapat menganalisis jenis citra dan pemanfaatannya

D. Materi Pelajaran

1. Pengertian Penginderaan Jauh

2. Fungsi Citra Penginderaan Jauh

3. Komponen Penginderaan Jauh

4. Jenis Citra Penginderaan Jauh

(terlampir)

E. Pendekatan, Metode, dan Model Pembelajaran

1. Pendekatan: Saintifik;

2. Metode: Bermain; Ceramah; Diskusi dan Tanya Jawab;

3. Model Pembelajaran: Games

F. Media dan Bahan Pembelajaran

Media/Alat:

· Mind Mapping

· Kertas potongan materi

· Kertas Buram

· LCD/Proyektor

· Foto Udara

· Gunting/Cutter

· penggaris

Bahan

· Lem perekat/isolasi

· Potongan gambar dan tulisan

G. Sumber Belajar

· Buku modul dari guru

· Suhandini, Purwadi., Mulyo, Bambang Nianto. 2016. Geografi 1 Untuk Kelas X SMA dan MA. Solo: Wangsa Jatra Lestari.

· Soetoto. 2015. Penginderaan Jauh untuk Geologi. Yogyakarta: Ombak

· Sumber lain yang relevan, bisa dari internet.

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan 8 (90 menit)

No

Deskripsi Kegiatan

Alokasi Waktu

(Menit)

1

Kegiatan Pendahuluan

· Orientasi

· Guru mengucap salam untuk mengawali kegiatan pembelajaran

· Siswa ditanya mengenai temannya yang tidak hadir mengikuti kegiatan pembelajaran

· Apersepsi

· Siswa ditanya tentang pertanyaan yang mengarah terhadap materi penginderaan jauh terkait dengan kehidupan nyata

· Motivasi

· Siswa diberikan motivasi berupa tujuan, manfaat dan pentingnya mempelajari penginderaan jauh

· Siswa mendengarkan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan

(5 menit)

Kegiatan Inti

· Fase 1

Stimulation (Stimulasi/pemberian rangsangan)

· Siswa memperoleh mind mapping yang dibuat oleh guru sebagai bahan bacaan

· Siswa dibentuk menjadi lima kelompok

· Siswa duduk dengan kelompoknya masing-masing

· Masing-masing kelompok mendapatkan kertas buram

· Fase 2

Problem Statement

· Masing-masing siswa membaca tulisan yang tertera pada kertas warna, tulisan bisa berupa jawaban atau pertanyaan, siswa diminta untuk mencari pasangan tulisan yang sesuai (terlampir)

· Siswa difasilitasi untuk menanyakan pertanyaan yang belum dipahami

· Fase 3

Data Collection

· Masing-masing siswa mencari jawaban melalui sumber belajar dan melakukan diskusi dengan teman kelompoknya dan menempel pasangan jawaban di tempat yang tertera pada kertas buram

· Fase 4

Data Processing

· Siswa menganalisa jawaban yang ia peroleh dari sumber belajar dan hasil diskusi

· Fase 5

Generalization

· Siswa menempel jawaban yang sudah dianggap benar sebanyak mungkin

(80 menit)

3

Kegiatan Penutup

· Siswa mengumpulkan kertas buram untuk dikoreksi guru

· Siswa ditanya tentang ada atau tidaknya kesulitan pembelajaran hari ini

· Pelajaran ditutup dengan memberi salam

(5 menit)

4

Total Alokasi Waktu

90 menit

Pertemuan 9 (45 menit)

No

Diskripsi Kegiatan

Alokasi Waktu

(Menit)

1

Kegiatan Pendahuluan

· Orientasi

· Guru mengucap salam

· Siswa ditanya mengenai temannya yang tidak hadir mengikuti kegiatan pembelajaran

· Apersepsi

· Siswa ditanya tentang kesulitan mengerjakan tugas pada pertemuan sebelumnya

· Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi

(5 menit)

Kegiatan Inti

· Fase 1

Stimulation (Stimulasi/pemberian rangsangan)

· Siswa mengeluarkan buku catatan masing-masing

· Fase 2

Problem Statement

· Siswa mendengarkan review materi pertemuan sebelumnya dari guru

· Fase 3

Data Collection

· Siswa mencatat review materi yang disampaikan oleh guru

· Fase 4

Data Processing

· Siswa menganalisa mengenai pemahaman materi yang telah diperoleh

· Siswa dipersilahkan untuk menanyakan bagian materi yang belum dipahami

· Fase 5

Generalization

· Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru

· Siswa mendengarkan penjelasan tambahan dari guru

(35 menit)

3

Kegiatan Penutup

· Siswa dibimbing guru untuk membuat kesimpulan atas materi tentang penginderaan jauh

· Siswa ditanya tentang ada atau tidaknya kesulitan pembelajaran hari ini

· Pelajaran ditutup dengan memberi salam

(5 menit)

4

Total Alokasi Waktu

45 menit

I. Penilaian

1. Penilaian Pengetahuan

Kompetensi Dasar

Indikator

3.2 Memahami dasar-dasar pemetaan, Pengindraan Jauh, dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

3.2.1 Mengidentifikasi konsep dasar penginderaan jauh

3.2.2 Menganalisis fungsi citra

No

Aspek yang dinilai

Teknik Penilaian

Waktu Penilaian

1.

a. Menganalisis konsep dasar penginderaan jauh

b. menganalisis jenis citra dan kegunaannya

a. Penugasan

a. Saat materi berlangsung

b. Tugas disampaikan saat kegiatan pembelajaran berlangsung, lalu dikumpulkan untuk dilakukan penilaian

Instrument Penilaian Pengetahuan

PEDOMAN PENSKORAN:

KRITERIA YANG DINILAI

SKOR

Ketepatan jawaban yang tertera pada kertas

4

SKOR MAKSIMAL

100

Guru Pamong

Ita Rosita, S. Pd.

NIK 402504882013

Malang, September 2018

Guru Praktikan

Nikmatus Solikah

NIM 150721604798

Mengetahui

Kepala SMA BSS

Nandung Intirtama, Dip.Ed., M.Pd.

NIK. 401907812008

LAMPIRAN 1

MATERI

Penginderaan jauh atau disingkat inderaja, berasal dari bahasa Inggris yaitu remote sensing. Lillesand and Kiefer (1990), berpendapat bahwa penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji.

Maksud dari alat yang tidak kontak langsung ialah alat yang digunakan pada saat perekaman objek tidak terdapat di permukaan bumi. Alat tersebut berada di angkasa maupun luar angkasa. Alat tersebut dinamakan sensor. Untuk membantu sensor berada di angkasa pada saat perekaman objek dinamakan wahana. Wahana yang digunakan seperti satelit, pesawat udara, balon udara, gantole, dan sebagainya. Sensor menghasilkan data yang dinamakan citra. Hasil perekaman objek pada citra ialah berupa foto udara dan foto serta citra satelit.

Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu objek yang diamati, hasil liputan, dan atau rekaman suatu alat pemantau. Misalnya, memotret bunga di taman. Foto bunga yang berhasil kita buat itu merupakan citra bunga tersebut. Agar dapat dimanfaatkan, maka citra harus diinterprestasikan atau diterjemahkan atau ditafsirkan terlebih dahulu.

Contoh Hasil Kegiatan Penginderaan Jauh

a. Kegunaan Citra Penginderaan Jauh

1. Sebagai alat penerima

Citra merupakan alat yang baik dalam memberikan rekaman objek, sehingga citra sangat berguna bagi pendidikan dan pengajaran geografi, juga merupakan alat pendukung dalam penelitian geografi.

2. Untuk mendapatkan kenyataan terbaru

Setiap saat dan dalam cuaca apa pun, pengambilan citra dapat dilakukan. Citra merupakan sumber data dan dapat menyajikan gambar secara lengkap.

3. Alat penjelasan

Citra merupakan alat yang baik untuk memahami letak dan susunan gejala di muka bumi, karena citra menyajikan gambar yang lengkap dan wujud yang sebenarnya.

4. Alat bantu menyusun teori

Foto udara merupakan penghubung yang baik antara fakta dan teori. Teori disusun berdasarkan penelitian yang dibuat dengan tingkat kepercayaan antara fakta dan teori.

b. Sistem Penginderan Jauh

Berikut ini adalah enam komponen sistem penginderaan jauh.

1. Sumber Tenaga

Pengindraan jauh harus memiliki tenaga untuk memantulkan atau memancarkan objek di permukaan bumi. Tenaga yang biasanya digunakan adalah tenaga elektromagnetik dari matahari serta tenaga buatan. Perbedaan sumber tenaga inilah yang menghasilkan istilah penginderaan jauh sistem pasif (tenaga pantulan matahari) dan pengindraan jauh sistem aktif (tenaga pancaran buatan).

2. Atmosfer

Energi dari matahari tidak seluruhnya sampai ke permukaan bumi. Atmosfer mempunyai fungsi untuk menghambat dan mengganggu tenaga atau sinar matahari yang datang (selektif terhadap panjang gelombang). Bagian spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat mencapai bumi disebut dengan "jendela atmosfer". Kondisi demikian ini dapat menghalangi pancaran sumber tenaga ke muka bumi, sehingga akan menghalangi interaksi antara tenaga dan objek dalam sebuah sistem penginderaan jauh.

3. Interaksi antara Tenaga dan Objek

Kondisi ini dapat terlihat pada rona yang diperoleh, dimana tiap-tiap objek memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang pantulan ataupun pancaran tenaganya besar akan memiliki rona lebih cerah, sedangkan objek yang pantulan atau pancaran tenaganya sedikit akan memiliki rona lebih gelap.

4. Sensor

Komponen ini berfungsi untuk menerima dan merekam tenaga yang datang dari suatu objek. Kemampuan sensor dalam merekam objek terkecil disebut dengan istilah resolusi spasial. Atas dasar proses perekamannya, sensor dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Sensor Fotografik, dan Sensor Elektronik.

5. Data Input

Komponen ini dalam bentuk perolehan data yang dapat dilakukan secara manual visual, dan secara numerik atau digital. Contoh cara manual yaitu dengan melakukan interpretasi foto udara secara visual, sedangkan cara numerik atau digital yaitu dengan mengambil data digital melalui komputer.

6. Pengguna Data (User)

Tingkat keberhasilan sistem penginderaan jauh ditentukan oleh pengguna data (user). Kemampuan pengguna data dalam menerapkan hasil ideraja menjadikannya sebagai komponen yang sangat penting untuk mendapatkan manfaat langsung dari sistem ini. Para user akan sangat membutuhkan sebuah data penginderaan jauh yang terperinci dan handal.

c. Jenis-jenis CITRA

Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographyc image) atau foto udara dan citra non foto (non-photograpyc image).

1. Citra foto

Citra foto adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra foto dapat dibedakan atas beberapa jenis, antara lain sebagai

berikut.

1) Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan

a) Foto ultraviolet adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer. Cirinya, tidak banyak informasi yang dapat disadap. Kelebihannya, untuk beberapa objek dari foto ini mudah pengenalannya karena memiliki kekontrasan yang besar. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi tumpahan minyak di laut, membedakan atap logam yang tidak dicat, jaringan jalan aspal, dan batuan kapur.

b) Foto ortokromatik adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak, dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 –0,56 mikrometer). Cirinya, banyak objek yang tampak jelas. Foto ini bermanfaat untuk studi pantai karena filmnya peka terhadap objek di bawah permukaan air hingga kedalaman kurang lebih 20 meter. Foto ini juga sangat baik untuk survey vegetasi karena daun hijau tergambar dengan kontras.

c) Foto pankromatik adalah foto yang menggunakan seluruh spektrum tampak, mulai dari warna merah hingga ungu. Kepekaan film hampir sama dengan kepekaan mata manusia. Cirinya, pada warna objek sama dengan kesamaan mata manusia. Foto ini sangat baik untuk mendeteksi pencemaran air, kerusakan akibat banjir, serta penyebaran air tanah dan air permukaan.

d) Foto inframerah asli (true infrared photo) adalah foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah dekat hingga panjang gelombang 0,9 – 1,2 mikrometer yang dibuat secara khusus. Cirinya, dapat mencapai bagian dalam daun, sehingga rona pada foto inframerah tidak ditentukan oleh warna daun tetapi oleh sifat jaringannya. Foto ini baik untuk mendeteksi berbagai jenis tanaman termasuk tanaman, yang sehat atau yang sakit.

2) Berdasarkan sumbu kamera atau arah sumbu kamera ke permukaan bumi.

a) Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph) adalah foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.

b) Foto condong atau foto miring (oblique photograph) adalah foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar.Tapi bila sudut condongnya masih berkisar antara 1 – 4 derajat, foto yang dihasilkan masih digolongkan sebagai foto vertikal. Foto condong masih dibedakan lagi menjadi:

(1) Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada foto.

(2) Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila pada foto tampak cakrawalanya.

3) Berdasarkan jenis kamera yang digunakan:

a) Foto tunggal adalah foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan foto hanya tergambar oleh satu lembar foto.

b) Foto jamak adalah beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan daerah liputan yang sama. Pembuatannya ada 3 (tiga) cara, yaitu:

(1) multi kamera atau beberapa kamera yang masing-masing diarahkan ke satu sasaran;

(2) kamera multi lensa atau satu kamera dengan beberapa lensa;

(3) kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna;

Foto jamak dibedakan lebih jauh lagi, ke dalam 2 (dua) macam:

(1) Foto multispektral adalah beberapa foto untuk daerah yang sama dengan beberapa kamera, atau satu kamera dengan beberapa lensa masing-masing, lensa menggunakan band (saluran) yang berbeda yaitu biru, hijau, merah serta inframerah pantulan.

(2) Foto dengan kamera ganda adalah pemotretan di suatu daerah dengan menggunakan beberapa kamera dengan jenis film yang berbeda. Misalnya: pankromatik dan inframerah.

2. Citra non foto

Citra nonfoto adalah citra yang dibuat dengan menggunakan sensor elektronik. Spektrum elektromagnetik yang diterima oleh sensor, kemudian direkam pada pita magnetik. Wujud pita ini seperti pita video tape. Cara perekamannya, menggunakan sistem scanning sehingga sensor ini juga disebut scanner. Sinyal elektronik yang terekam dapat divisualisasikan pada layar komputer. Dari layar komputer, citra dapat diolah menjadi foto atau bentuk lainnya. Citra nonfoto dapat dibedakan menjadi citra inframerah termal, citra microwave, citra radar, dan citra satelit.

a. Citra inframerah termal: Citra inframerah termal yaitu citra nonfoto yang dibuat dengan menggunakan spectrum inframerah termal. Pemanfaatan spectrum itu didasarkan atas beda temperature tiap objek yang dipantulkan ke kamera atau sensor.

b. Citra microwave dan citra radar: Citra microwave dan citra radar adalah citra nonfoto yang dibuat dengan menggunakan spectrum microwave atau radar. Citra microwave menggunakan sumber energy buatan (sistem aktif).

c. Citra satelit: Citra satelit adalah citra nonfoto yang dibuat oleh sensor dari satelit yang mengorbit atau mengitari bumi.

LAMPIRAN 2

4. contoh wahana

3. alat untuk membantu sensor berada di angkasa/luar angkasa pada saat perekaman objek

2. SENSOR

1. ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji

6. KEGUNAAN CITRA PENGINDERAAN JAUH

5. CITRA

alat yang digunakan pada saat perekaman objek dan tidak terdapat di permukaan bumi, yakni di angkasa/luar angkasa

WAHANA

Sebagai alat penerima, Untuk mendapatkan kenyataan terbaru, Alat penjelasan, Alat bantu menyusun teori

Data yang dihasilkan oleh sensor/ gambaran yang tampak dari suatu objek yang diamati, hasil liputan, dan atau rekaman suatu alat pemantau

satelit, pesawat udara, balon udara,

PENGINDERAAN JAUH

12. gambar yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera

11. JENIS CITRA

9. PENGINDERAAN JAUH SISTEM PASIF

10. SISTEM KERJA PJ

8. PENGINDERAAN JAUH SISTEM PASIF

7. Sumber Tenaga, Atmosfer, Interaksi antara Tenaga dan Objek, Sensor, Data Input, Pengguna/User

KOMPONEN PJ

CITRA FOTO

CITRA FOTO DAN NON FOTO

Penginderaan jauh menggunakan tenaga matahari

Penginderaan jauh menggunakan tenaga buatan

16. PEMBAGIAN FOTO JAMAK

13. FOTO ULTRAVIOLET; FOTO ORTOKROMATIK; FOTO PANKROMATIK; FOTO INFRAMERAH ASLI

15. PEMBAGIAN CITRA FOTO BERDASARKAN JUMLAH KAMERA YANG DIGUNAKAN

18. JENIS CITRA NON FOTO

17. citra yang dibuat dengan menggunakan sensor elektronik

14. PEMBAGIAN CITRA FOTO BERDASARKAN ARAH SUMBU KAMERA

· Foto multispektral

· Foto dengan kamera ganda

PEMBAGIAN CITRA FOTO BERDASARKAN SPEKTRUM ELEKTROMAGNETIK

citra inframerah termal, citra microwave, citra radar, dan citra satelit

· FOTO VERTIKAL/TEGAK

· FOTO MIRING/CONDONG

· FOTO TUNGGAL

· FOTO JAMAK

CITRA NON FOTO

23.

22.

24.

19.

20.

21.

GAMBAR FOTO VERTIKAL; FOTO AGAK CONDONG; FOTO SANGAT CONDONG

GAMBAR CITRA SATELIT

GAMBAR CITRA RADAR

GAMBAR FOTO PANKROMATIK; FOTO INFRAMERAH ASLI

GAMBAR FOTO ULTRAVIOLET; FOTO ORTOKROMATIK

GAMBAR CITRA INFRAMERAH TERMAL

25. pemanfaatan PJ di bidang demografi

28. pemanfaatan PJ di bidang Kebencanaan

27. pemanfaatan PJ di bidang hidrologi

26. pemanfaatan PJ di bidang klimatologi

29. pemanfaatan PJ di bidang Oceanografi

30. pemanfaatan PJ di bidang Geomorfologi

Meneliti perubahan daerah pasca gempa

Melihat kepadatan pemukiman penduduk

Meneliti perubahan DAS/Daerah Aliran Sungai

Menganalisis daerah perairan pasca pencemaran oleh tumpahan minyak

Mengamati landform daerah perbukitan

Mengamati perubahan cuaca