· Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment...

55
B A B 8 KEBIJAKSANAAN MONETER DAN LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN

Transcript of  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment...

Page 1:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

B A B 8

KEBIJAKSANAAN MONETER DAN LEMBAGA-LEMBAGA KEUANGAN

Page 2:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah
Page 3:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

B A B 8KEBIJAKSANAAN MONETER DAN LEMBAGA-

LEMBAGAKEUANGAN

I. PERANAN KEBIJAKSANAAN MONETER DAN LEM-BAGA KEUANGAN

Peranan kebijaksanaan moneter di dalam suatu perekono- mian biasanya nampak jelas pada waktu perekonomian terse- but berusaha untuk menciptakan dan memelihara suatu tingkat kestabilan ekonomi. Di dalam masa pembangunan umumnya di•sadari betapa pentingnya kebijaksanaan ekonomi yang lain seperti kebijaksanaan perdagangan, kurs devisa, perpajakan, dan kebijaksanaan di bidang produksi seperti industri dan pertanian, akan tetapi kurang disadari pentingnya peranan yang sesungguhnya dilakukan oleh kebijaksanaan moneter. Umumnya kebijaksanaan moneter dianggap kurang mempu- nyai peranan yang menentukan bagi laju pertumbuhan eko- nomi apalagi di dalam masalah pemerataan pendapatan dan penyediaan kesempatan kerja, walaupun sebenarnya kebijaksa-naan moneter mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perdagangan, kesempatan kerja, dan lain-lain. Dalam Repelita II, akan dikembangkan kebijaksanaan moneter yang tidak saja mendorong laju pertumbuhan ekonomi tetapi juga memperta- hankan kestabilan ekonomi serta mendorong perluasan kesem-patan kerja dan pemerataan pendapatan masyarakat.

Sistem moneter termasuk lembaga keuangan merupakan sa- rana-sarana untuk pembentukan dan alokasi tabungan masya-rakat, di samping sarana-sarana lain seperti kebijaksanaan fiskal dan penyisihan keuntungan perusahaan. Dalam Repe- lita II peranan sistem moneter ini akan ditingkatkan. Di satu pihak hal ini perlu oleh karena kebutuhan akan pembentukan tabungan yang semakin besar untuk membiayai kegiatan

Page 4:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

BAB 8

pem-

241410475(16)

Page 5:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

bangunan yang semakin meningkat. Di lain pihak, proses pembangunan itu sendiri menuntut peranan yang makin besar dari tabungan masyarakat.

Kebijaksanaan moneter dilaksanakan melalui lembaga-lem- baga keuangan yang terorganisir seperti bank sentral, bank umum, bank pembangunan, dan lembaga keuangan bukan bank. Melalui lembaga-lembaga tersebut dapat digairahkan dan di- arahkan pembentukan dana-dana masyarakat guna membiayai kegiatan ekonomi sesuai dengan prioritas pembangunan. Kebi-jaksanaan moneter dimaksudkan untuk mendorong pembentuk- an tabungan masyarakat dan kemudian menyalurkannya kem- bali kepada masyarakat melalui lembaga keuangan dalam bentuk penyediaan uang dan kredit.

II. PERKEMBANGAN SELAMA REPELITA I

Kebijaksanaan moneter yang dilaksanakan selama Repelita I dapat dibagi menjadi dua bagian, walaupun yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Dalam dua tahun pertama Repelita I, kebijaksanaan moneter dipusatkan kepada penghen- tian proses kemerosotan sektor keuangan dan pemulihan kem- bali kepercayaan, masyarakat kepada lembaga keuangan.Lang- kah pokok yang telah ditempuh adalah pelaksanaan kebijaksa- naan suku bunga yang aktif pada permulaan Repelita I, serta penyusunan kembali fungsi bank sentral dan bank pemerintah lainnya. Selanjutnya dalam tiga tahun terakhir Repelita I kebi-jaksanaan moneter lebih ditekankan kepada langkah yang mempengaruhi kehidupan sektor moneter di dalam jangka panjang untuk menciptakan suatu sistem moneter yang sehat dan yang menunjang pembangunan. Langkah yang ditempuh di dalam periode ini termasuk penurunan suku bunga yang disesuaikan dengan peningkatan kestabilan ekonomi dan laju kegiatan pembangunan.

Selama Repelita I telah pula mulai digarap pembentukan berbagai lembaga keuangan baru yang diharapkan dapat memenuhi peningkatan kebutuhan perekonomian akan

Page 6:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

dana

242

Page 7:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

jangka menengah dan panjang untuk Repelita II dan selan-jutnya.

Pada akhir tahun 1968 dilaksanakan program deposito ber-jangka dengan memberikan antara lain bunga yang sangat menarik sebesar 6% sebulan untuk deposito berjangka satu tahun dan bunga yang lebih rendah untuk deposito yang ku-rang dari satu tahun. Dengan meningkatnya kestabilan ekono- mi maka tingkat suku bunga mulai berangsur-angsur diturun-kan. Dewasa ini suku bunga deposito adalah 15% per tahun untuk deposito berjangka satu tahun, 12% untuk yang berjangka enam bulan, 9% untuk tiga bulan dan 6% untuk depo- -sito berjangka satu bulan. Suku bunga deposito di bank-bank swasta umumnya lebih tinggi dari bank pemerintah.

Suku bunga kredit perbankan juga mengalami penyesuaian terus-menerus selama Repelita I. Dewasa ini tingkat suku-bunga berada di antara 6% dan 24% setahun, tergantung pada ting- kat prioritas kegiatan ekonomi dan jangka waktu pinjaman.

Sejalan dengan program deposito berjangka, maka dalam tahun 1971 dimulai program TABANAS (Tabungan Pemba-ngunan Nasional) dan TASKA (Tabungan Asuransi Berjang- ka). Tabanas berhasil menarik terutama para penabung kecil dan selama dua tahun pertama telah mengumpulkan tabungan sebesar 30,1 milyar rupiah dari hampir tiga juta penabung. Suku bunga TABANAS semula ditetapkan sebesar 18% setahun, akan tetapi sejak April 1973 telah diturunkan menjadi 9% setahun untuk jumlah yang melebihi Rp. 100.000,00 sedangkan untuk deposito tabungan dibawah Rp. 100.000,00 ditetapkan 15 % setahun. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepada penabung kecil mendapatkan keuntungan dari bunga yang sama besarnya dengan deposito berjangka untuk setahun.

Untuk para penabung besar, telah dirintis pengeluaran Ser-tifikat Bank Indonesia (SBI) dalam bulan April 1970 yang merupakan surat berharga berjangka waktu 90 hari. Program ini ternyata telah berhasil mendorong beberapa bank untuk mengeluarkan sertifikat deposito sejak tahun 1971. Dengan di-

Page 8:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

I11

243

Page 9:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

keluarkannya sertifikat deposito tersebut maka pengeluaran SBI dihentikan.

Dalam bidang perkreditan ditempuh kebijaksanaan pemberi- an kredit secara selektif dalam mengatur jumlah dan penyalur- annya dalam perekonomian. Selanjutnya pengaturan jumlah kredit perbankan juga dilakukan melalui penetapan besarnya likwiditas minimum yang harus dipelihara oleh bank. Penen- tuan besarnya kredit likwiditas beserta suku bunganya oleh Bank Indonesia kepada bank pemerintah, disesuaikan, dengan urutan prioritas. Selama pelaksanaan Repelita I persentase daripada kredit likwiditas dan suku bunga telah beberapa kali diubah sesuai dengan perkembangan kegiatan dan perubahan urutan prioritas.

Dalam menunjang pelaksanaan program peningkatan produk- si pangan, penyediaan kredit untuk program BIMAS memegang peranan yang sangat penting. Program kredit untuk petani ini dilaksanakan melalui Bank Rakyat Indonesia dan melputi areal lebih dari tiga juta hektar, dengan jumlah kredit sekitar 16 milyar rupiah dalam bulan September 1973.

Mulai musim tanam tahun 1973 kredit BIMAS per hektar ditingkatkan dan mulai dilaksanakan BIMAS palawija yang meliputi tanaman jagung, kacang, dan kedelai.

Bank Indonesia juga menunjang program peningkatan pro- duksi pertanian melalui penyediaan kredit Iikwiditas untuk impor dan penyaluran pupuk.

Kredit jangka menengah atau kredit investasi mulai diberi- kan sejak permulaan pelaksanaan Repelita I. Kredit ini dimak-sudkan pertama-tama untuk pembiayaan modal guna rehabili- tasi, tetapi kemudian juga untuk perluasan, dan pendirian pro- yek baru di berbagai bidang. Bagian terbesar kredit ini dibiayai dengan kredit likwiditas Bank Indonesia.

Dalam tahun 1973 pengaturan penyaluran kredit investasi di ubah sedemikian rupa sehingga lebih memberikan kesempatan kepada pengusaha menengah dan kecil untuk menggunakan fasilitas kredit tersebut. Hal ini dilaksanakan dengan bantuan

244

Page 10:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

kredit yang berbentuk : Pertama, pemberian kredit investasi kecil yang maksimal Rp. 5.000.000,00 di mana kewajiban pem- biayaan sendiri sebesar 25 % dari seluruh kebutuhan kredit tidak merupakan syarat mutlak. Kedua, pemberian kredit un- tuk modal kerja permanen sejumlah maksimal Rp. 5.000.000,00 guna memenuhi kebutuhan modal kerja yang terus menerus untuk kelancaran usaha.

Khususnya untuk membantu para produsen golongan ekono- mi lemah maka telah didirikan PT Bahana (Pembinaan Usaha Indonesia) dalam bulan April 1973. Maksud didirikannya PT Bahana adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan mem-perkuat perusahaan kecil dan menengah dengan jalan menye-diakan berbagai bentuk bantuan teknis dan keuangan yang me-mungkinkan perusahaan tersebut untuk tumbuh dan berkem- bang. Dengan demikian PT Bahana mempunyai peranan yang penting di dalam memajukan usaha golongan ekonomi lemah dengan jalan menyediakan sekedar modal perusahaan yang di-per1ukan dan sekaligus membantu di bidang mengelolaan per- usahaan yang bersangkutan.

Perusahaan yang dibantu oleh lembaga ini adalah perseroan terbatas yang termasuk golongan kecil dan menengah. Dalam segala bidang dari kegiatan sektor swasta PT Bahana dapat ikut serta dalam, management perusahaan dalam mana modal sahamnya diikut sertakan. Bilamana keadaan dan management perusahaan yang bersangkutan telah memjadi lebih baik, maka PT Bahana akan menarik pengikutsertaannya dari perusahaan yang bersangkutan dengan jalan menjual sahamnya kepada umum.

Di samping PT Bahana, dibentuk pula 1embaga-lembaga ke-uangan yang bertugas untuk memberikan jaminan kredit, se- perti PT Askrindo (Asuransi Kredit Indonesia) dan Lembaga Jaminan Kredit Koperasi. PT Askrindo dapat memikul sebagian dari risiko akibat tidak dibayarnya kembali kredit bank yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan menengah dan keciI tersebut. Sedangkan Lembaga Jaminan Kredit Koperasi diben- tuk untuk memberikan jaminan terhadap kredit yang diberikan

245

Page 11:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

Bank Rakyat Indonesia kepada koperasi. Jaminan Kredit Ko- perasi ini dalam tahun 1973 telah mencapai jumlah 2,6 milyar rupiah. I

Di samping kegiatan untuk memupuk tabungan masyarakat dan memberikan pengarahan terhadap pemberian kredit kepada sektor yang diprioritaskan, kebijaksanaan pemerintah selama Repelita I juga diarahkan untuk mengembangkan suatu sistem keuangan yang sehat yang dapat memberikan pelayanan ke- pada usaha-usaha jangka pendek dan jangka panjang. Hal ini dilaksanakan dengan meningkatnya efisiensi dari lembaga-lembaga keuangan yang ada serta membentuk atau mendorong pembentukan lembaga-lembaga keuangan yang baru.

Bank-bank pemerintah pada umumnya mengalami kesulitan dalam masa hyper inflasi. Setelah sistem perbankan diatur kembali dalam tahun 1968, maka bank pemerintah mengalami perkembangan pesat. Dilihat dari jumlah kredit yang diberikan, bagian bank dari keseluruhan kredit telah meningkat. Bank- bank pemerintah juga memegang peranan yang utama dalam kegiatan kredit investasi Perbaikan dalam operasi bank-bank tersebut terus dilakukan selama Repelita I, baik dalam pembe- rian kredit eksploitasi maupun kredit investasi. Walaupun demikian, efisiensi dan peningkatan bank-bank tersebut masih harus terus ditingkatkan dan disempurnakan.

Peranan bank-bank swasta nasional dalam perekonomian Indonesia masih sangat terbatas. Banyak dari bank ini didiri- kan pada waktu inflasi, dan setelah kestabilan moneter tercapai mereka tidak dapat lagi menyesuaikan diri. Berbagai kebijak-sanaan telah diambil untuk memperkuat bank swasta nasional selama periode Repelita I, terutama dengan mendorong proses penggabungan maupun peleburan usaha (konsolidasi). Berba- gai perangsang pajak dan bantuan teknik telah disediakan untuk mendorong proses tersebut. Di samping itu juga dilak-sanakan pengaturan clearing, pengawasan terhadap operasi, serta pemberian kredit likwiditas dan kredit darurat untuk membantu mereka yang menderita kesukaran dalam likwiditas. Dalam tahun 1973 diatur asuransi simpanan uang pada bank,

246

Page 12:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan swasta nasional.

Bank-bank asing mulai diperkenankan beroperasi dalam ta- hun 1968 dan banyak bergerak dalam bidang ekspor impor. Dalam bulan Juni 1973 kredit bank-bank asing merupakan 4,5% dari seluruh kredit perbankan. Selama Repelita I kegiat- an usaha bank asing dibatasi di Jakarta saja.

Dalam rangka pembentukan lembaga-lembaga keuangan baru telah diusahakan terbentuknya lembaga-lembaga keuangan, baik yang berupa lembaga pembiayaan pembangunan maupun lembaga perantara penerbitan dan perdagangan surat-surat berharga. Di samping itu, selama Repelita I telah dilaksanakan reorganisasi Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Indo-nesian Development Finance Company (IDFC) didirikan pada tahun 1972 untuk memberikan kredit jangka menengah dan panjang. Private Development Finance Company of Indonesia (PDFCI) yang didirikan pada akhir tahun 1973, dimaksudkan untuk memberikan kredit jangka menengah dan panjang, in-vestasi dalam bentuk saham dan juga memberikan bantuan tek- nis kepada perusahaan-perusahaan nasional. Baik IDFC mau- pun PDFCI tidak diperkenankan menerima deposito dari ma-syarakat. Di samping itu juga telah diberikan izin pendirian be-berapa lembaga perantara dan penerbitan surat-surat berharga,

Dalam rangka menciptakan suatu sistem keuangan yang lebih lengkap untuk melayani kegiatan pembangunan, telah diambil langkah-langkah ke arah pembentukan suatu pasar uang dan modal. Pasar uang dan modal yang sehat adalah penting bagi pembiayaan jangka panjang dalam kegiatan pembangunan. Da- lam hubungan ini, pada tahun 1972 telah dibentuk Badan Pem- bina Pasar Uang dan Modal yang sampai sekarang merupakan satu-satunya badan yang mempersiapkan pembinaan pengem- bangan pasar uang dan modal. Pasar uang dan modal yang akan dikembangkan ini terutama akan dimanfaatkan bagi pengem-bangan perusahaan nasional.

Page 13:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

247

Page 14:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

III. SASARAN KEBIJAKSANAAN MONETER DI DALAM REPELITA II

Pada permulaan pelaksanaan Repelita I, sasaran kebijaksa- naan moneter terutama dipusatkan kepada penyelesaian mas- alah yang mendesak yang bersifat jangka pendek. Setelah rehabilitasi sistem moneter berjalan, maka langkah-langkah di bidang moneter mulai diarahkan kepada penyelesaian masalah yang bersifat jangka menengah/panjang dan masalah lain di luar bidang moneter, seperti pemerataan pendapatan masyara-kat dan penyediaan kesempatan kerja. Di dalam Repelita I, langkah-langkah yang disebutkan terakhir ini baru berada da- lam tahap permulaan. Dengan demikian, maka sasaran kebijaksanaan moneter di dalam Repelita II adalah untuk menerus- kan, meningkatkan, dan menyempurnakan langkah-langkah yang telah dimulai sejak tahun-tahun terakhir Repelita I. Se-cara garis besar dapat disebutkan di sini lima pokok sasaran kebijaksanaan moneter dalam Repelita II, yaitu:(1) Meningkatkan mobilisasi tabungan masyarakat

melalui lembaga-lembaga keuangan.(2) Memperluas kesempatan kerja dan pemerataan

pendapatan masyarakat.(3) Menunjang usaha pemeliharaan dan peningkatan

kestabil-an ekonomi.(4) Menunjang usaha untuk meningkatkan kedudukan

golong-an ekonomi lemah.(5) Meningkatkan efisiensi kerja dan peranan lembaga-

lembaga keuangan.Meningkatkan mobilisasi tabungan masyarakat Untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi sebesar 7,5%

setahun selama Repelita II, maka perekonomian kita membutuh- kan investasi yang tidak kecil. Di samping investasi yang telah dijalankan di dalam Repelita I, yang diharapkan akan mem-berikan hasilnya dalam Repelita II, maka jumlah investasi baru di dalam Repelita II perlu ditingkatkan lagi dengan laju

Page 15:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

seki-248

Page 16:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

tar 13% setahunnya atau hampir dua kali lipat daripada laju pertumbuhan ekonomi.

Sebagian daripada investasi ini akan dibiayai dari tabungan Pemerintah, akan tetapi tabungan masyarakat (swasta) diha-rapkan dapat memegang peranan yang penting di dalam mem-biayai bagian yang semakin besar dari investasi tersebut.

Tabungan masyarakat oleh karenanya harus ditingkatkan de- ngan pesat dalam Repelita II. Di samping itu maka tabungan tersebut harus semakin banyak disalurkan melalui lembaga-lembaga keuangan yang terorganisir dalam bentuk simpanan giro, tabungan dalam bank, deposito berjangka, penyertaan modal dengan pembelian saham, polis asuransi, dan sebagainya. mobilisasi tabungan melalui lembaga-lembaga keuangan ini sa- ngat penting artinya dalam memberi kesempatan kepada para pengusaha untuk mendapatkan modal tambahan di samping modal sendiri untuk membiayai kebutuhan mereka.

Pembiayaan sendiri tidak cukup memberikan dana-dana bagi para pengusaha swasta untuk menjalankan investasi yang di-butuhkan guna mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang di-tetapkan. Di samping itu tanpa adanya lembaga-lembaga yang terorganisir, masyarakat tidak akan mempunyai tempat untuk menabung uang mereka dengan mendapatkan bunga yang cukup menarik, sehingga akumulasi tabungan tidak terlaksana. Dalam keadaan yang demikian maka praktek bank-bank gelap akan merajalela untuk memberikan pinjaman dengan bunga yang sangat tinggi. Dari segi penabung, karena tidak adanya lemba- ga keuangan yang terorganisir, maka mereka akan cenderung untuk menyimpan uang mereka di rumah sendiri, menyimpan emas dan perhiasan-perhiasan lain, membeli tanah atau me-nyimpan uangnya di luar negeri.

Jelas, bahwa tidak adanya lembaga-lembaga keuangan yang terorganisir akan sangat merugikan, baik bagi mereka yang ingin menabung maupun bagi mereka yang membutuhkan dana untuk membiayai investasi. Pembentukan tabungan masyara- kat akan terhalang dan pembiayaan investasi menjadi sangat

Page 17:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

249

Page 18:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

sukar dan mahal. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi yang pesat tidak akan tercapai yang berarti sulit pula untuk mencapai sasaran-sasaran lain seperti pemerataan pembagian pendapatan dan perluasan kesempatan kerja.

Memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan masyarakat

Salah satu sebab tidak meratanya pendapatan masyarakat adalah terdapatnya pengangguran. Pekerjaan merupakan sumber pendapatan bagi seseorang sehingga mereka yang menganggur berarti tidak mempunyai penghasilan atau pendapatan.

Dalam perekonomian Indonesia modal adalah langka diban-dingkan dengan tenaga kerja. Hal ini berarti bahwa pengguna- an modal haruslah benar-benar diarahkan kepada kegiatan-kegiatan produktif dan yang banyak menggunakan tenaga kerja. Dalam, keadaan modal yang langka tersebut maka biaya modal investasi, yang terlalu murah akan mendorong para pengusaha untuk menggunakan teknik produksi yang tidak banyak menggunakan tenaga kerja.

Kebijaksanaan moneter melalui kebijaksanaan suku bunga yang aktif dapat diarahkan untuk menghindarkan penggunaan teknik produksi yang banyak menggunakan modal tersebut. Dengan demikian kebijaksanaan moneter akan dapat turut me-ningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat dengan jalan mendorong para pengusaha untuk menggunakan teknik pro-duksi yang manyerap banyak tenaga kerja.

Di samping kebijaksanaan fiskal dan lain-lain, maka kebijak-sanaan moneter yang diarahkan untuk mendorong penggunaan modal secara efisien dan yang dikombinasikan dengan penggu-naan tenaga kerja yang banyak akan dapat turut mengurangi pengangguran.

Di samping itu kebijaksanaan moneter dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dengan jalan menghindarkan atau me-ngurangi tekanan inflasi. Di semua sistem ekonomi, inflasi se- lalu mempunyai kecenderungan merugikan golongan yang ber-penghasilan rendah.250

Page 19:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

Kebijaksanaan moneter juga dapat membantu perbaikan go-longan berpenghasilan rendah dengan memperhatikan kepen-tingan penabung dari golongan ini. Kebijaksanaan seperti pada Tabanas adalah contoh usaha nyata ke arah ini di mana bagi para penabung kecil diberikan kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari tabungan mereka berupa bunga sama seperti bunga yang di peroleh oleh penabung besar. Program ini akan diteruskan lagi dalam Repelita II.

Meningkatkan kestabilan ekonomiKebijaksanaan moneter dapat digunakan untuk meningkat-

kan kestabilan ekonomi, baik dengan mengurangi tekanan in- flasi di dalam negeri maupun dengan melindungi perekonomian terhadap tekanan-tekanan yang berasal dari luar negeri. Ke-bijaksanaan suku bunga yang realistis dapat mengurangi te-kanan inflasi dengan menekan kecepatan peredaran uang yang ada di dalam perekonomian. Dalam keadaan meningkatnya ekspor, melalui kebijaksanaan moneter dapat diperkecil tin- dakan-tindakan yang spekulatif. Dalam keadaan macetnya eks- por karena mengendornya pasaran, kebijaksanaan moneter da- pat digunakan untuk menghalangi larinya modal ke luar negeri dan mendorong penggunaannya ke dalam investasi yang pro-duktif di dalam negeri.

Kebijaksanaan moneter dapat juga digunakan untuk mening-katkan kestabilan ekonomi dengan jalan meningkatkan tabung- an masyarakat melalui lembaga-lembaga keuangan yang ter-organisir. Tabungan yang besar akan dapat membiayai cadang- an moneter yang besar yang dapat digunakan untuk menahan tekanan-tekanan dari perdagangan internasional, sehingga per-ekonomian kita tidak terlalu bergantung kepada perkembangan di luar negeri.

Meningkatkan kedudukan golongan ekonomi lemahGolongan ekonomi lemah pada hakekatnya adalah golongan

pribumi dan merupakan bagian terbesar daripada pengusaha nasional. Masalah keuangan-permodalan yang dihadapi oleh

Page 20:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

251

Page 21:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

para pengusaha golongan ekonomi lemah ini biasanya berupa. keterbatasan mereka untuk mendapatkan fasilitas kredit yang mencukupi, baik untuk investasi maupun untuk modal kerja. Pengalaman di negara-negara lain menunjukkan bahwa mas- alah keuangan yang dihadapi oleh para pengusaha kecil bukan- lah berupa masalah suku bunga yang tinggi, akan tetapi berupa masalah tersedianya kredit bagi mereka. Atas dasar ini, maka. Pemerintah akan terus berusaha untuk mencari dan mengem-bangkan cara-cara guna memperluas penyediaan kredit bagi golongan ini. Program-program seperti pembentukan PT BA-HANA dimaksudkan untuk membantu penyediaan kredit untuk memenuhi kebutuhan pengusaha golongan ekonomi lemah. Usa- ha ini yang dewasa ini masih sangat kecil, akan terus diting -katkan di dalam Repelita II. Sebagai pedoman operasionil ke-giatan lembaga tersebut ialah bahwa suku bunga pinjaman akan ditentukan sedemikian rupa sehingga penyediaan fasilitas ini di satu pihak tidak akan menderita rugi, dan di lain pihak jangan sampai mendorong penggunaan modal yang tidak pro-duktif.

Kegiatan penyediaan kredit bagi pengusaha golongan eko- nomi lemah ini masih akan diperluas dengan usaha-usaha lain, seperti jaminan kredit koperasi, kredit untuk modal kerja per-manen, kredit investasi, dan kredit desa. Pada pokoknya usaha-usaha ini adalah untuk menyediakan kredit investasi dan modal kerja bagi pengusaha kecil khususnya di daerah-daerah, terma- suk daerah pedesaan.

Peningkatan efisiensi dan peranan lembaga keuanganTingkat bunga di Indonesia relatif masih tinggi dibandingkan

dengan di negara-negara lain. Hal ini disebabkan karena lang- kanya modal serta tingginya biaya penyaluran modal dari pe-nabung kepada penanam modal. Selama biaya penyaluran mo- dal masih tinggi, maka tingkat bunga juga akan tetap tinggi. Tingginya biaya penyaluran modal bertalian dengan beberapa kelemahan sistem perbankan, belum sempurnanya pasar uang

Page 22:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

252

Page 23:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

dan modal, serta masih banyaknya lembaga-lembaga keuangan, khususnya bank-bank swasta yang terlalu kecil untuk dapat bekerja dengan efisien dan efektif.

Dalam Repelita II akan terus diusahakan untuk menurunkan biaya penyaluran modal dengan meningkatkan efisiensi dan pe- ranan lembaga-lembaga keuangan, baik perbankan maupun lem- baga keuangan bukan bank.

IV. POKOK-POKOK KEBI JAKSANAAN MONETER D I DALAM REPELITA II

1. Kebijaksanaan mobilisasi tabungan

Program Pemerintah untuk mengembangkan deposito ber-jangka yang dilancarkan sejak Oktober 1968 akan dilanjutkan. Khususnya TABANAS telah terbukti sangat berhasil dalam mengumpulkan tabungan masyarakat, terutama dari golongan penabung kecil. Program ini telah membantu usaha mengum-pulkan tabungan melalui perbankan dan dalam batas tertentu memperluas partisipasi masyarakat yang berpenghasilan kecil di dalam program pemupukan tabungan dan oleh karenanya menyumbang ke arah pemerataan pendapatan masyarakat. Atas dasar ini maka di dalam Repelita II pelaksanaan TABANAS akan dilanjutkan dan ditingkatkan.

Kebijaksanaan mengenai sertifikat deposito telah nampak berhasil selama dua tahun pelaksanaannya. Kebijaksanaan ini akan ditingkatkan dan dilanjutkan dalam Repelita II untuk menunjang usaha mobilisasi tabungan masyarakat melalui lem-baga-lembaga keuangan yang terorganisir.

Sementara itu dalam Repelita II dijajagi pula berbagai jenis sarana pemupukan tabungan masyarakat seperti pengembangan perasuransian dan lembaga keuangan lainnya sebagai peleng-kap sistem Tabanas, deposito berjangka, dan sertifikat deposito.

Bilamana pengerahan tabungan masyarakat belum dapat me-menuhi kebutuhan investasi dunia usaha yang diharapkan akan semakin meningkat dalam Repelita II, maka diusahakan untuk menyalurkan sebagian tabungan pemerintah guna

Page 24:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

pembiayaan

253

Page 25:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

investasi dunia usaha, khususnya golongan ekonomi lemah Penyaluran dana tersebut dapat dilakukan secara langsung dalam bentuk penyertaan modal pemerintah seperti yang sam-pai sekarang dilaksanakan, maupun secara tidak langsung me-lalui sistem perbankan atau lembaga-lembaga keuangan lainnya. Sehubungan dengan ini maka sebagian daripada tabungan pernerintah akan disalurkan melalui antara lain Bank Rakyat Indanesia (BRI) untuk kredit bagi pengusaha golongan ekonomi lemah di desa-desa dan kota-kota kecil. Sebagian lagi akan disalurkan melalui Lembaga Jaminan Kredit Koperasi untuk menjamin kredit BRI kepada koperasi dalam rangka mengembangkan dan membina pertumbuhan koperasi.

2. Kebijaksanaan suku bunga dan perkreditan

Kebijaksanaan suku bunga telah sangat berhasil di dalam Repelita I, baik di dalam pemupukan dana tabungan masyara-kat maupun di dalam penyalurannya guna pembiayaan usaha-usaha pembangunan dan stabilisasi. Kebijaksanaan suku bunga tersebut akan dilanjutkan dan disempurnakan di dalam Repelita II dengan berpedoman kepada pokok-pokok antara lain (i) ke-bijaksanaan tersebut harus fleksibel dalam arti harus selalu dapat disesuaikan setiap kali terjadi perubahan-perubahan harga, sehingga tingkat suku bunga yang riil tidak terlalu rendah pada waktu harga-harga melonjak tinggi dan sebaliknya tidak terlalu tinggi pada waktu harga-harga menurun ; (ii) kebijaksanaan suku bunga harus mencerminkan langkanya modal yang tersedia di dalam perekonomian dan keseluruhan biaya penyaluran modal dari penabung kepada peminjam; (iii) kebijaksanaan suku bunga adalah selektif yang didasarkan kepada urutan prioritas dan jangka waktu peminjaman.

Pelaksanaan kebijaksanaan suku bunga yang aktif diharap-kan akan menunjang tercapainya sasaran-sasaran kebijaksa-naan moneter seperti telah diuraikan di atas. Di dalam hal penciptaan kesempatan kerja, kebijaksanaan suku bunga yang aktif diharapkan akan mendorong kegiatan produksi yang se-

Page 26:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

254

Page 27:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

cara relatif banyak menyerap tenaga kerja serta mengurangi kecenderungan untuk menggunakan modal secara berlebihan. Kebijaksanaan suku bunga yang aktif diharapkan akan mampu membantu mengurangi kemungkinan terdapatnya kapasitas berlebih yang merupakan pemborosan modal.

Kebijaksanaan perkreditan dalam Repelita II akan tetap di -arahkan untuk mendorong pembangunan tanpa membahayakan kestabilan ekonomi. Untuk tujuan ini akan terus dikembangkan dan disempurnakan 1angkah-langkah yang dapat memberikan pengawasan yang lebih baik terhadap perkembangan moneter.

Penyediaan kredit likwiditas beserta tingkat bunganya oleh Bank Indonesia disesuaikan dengan urutan prioritas kegiatan pembangunan yang akan dibiayai dengan kredit tersebut. Da- lam Repelita II kebijaksanaan untuk mempengaruhi alokasi kredit dengan jalan penyediaan kredit likwiditas tersebut akan diteruskan dan disempurnakan. Dalam hubungan ini peranan kredit langsung akan makin berkurang.

Di samping kredit BIMAS, masih akan ditingkatkan fasilitas kredit untuk produksi pertanian di luar beras dan perkebunan besar. Karena pertanian rakyat sangat besar peranannya di dalam ekspor barang-barang pertanian dan karena bahan ma-kanan di luar beras diharapkan besar peranannya di dalam usaha peningkatan gizi makanan masyarakat, maka perhatian terhadap sektor-sektor tersebut akan ditingkatkan di dalam Repelita II. Oleh karena itu program BIMAS palawija akan ditingkatkan sambil mengusahakan sarana-sarana lain untuk menyalurkan kredit kepada sektor pertanian rakyat.

Program kredit investasi jangka menengah yang dilaksana- kan pertama kali pada permulaan pelaksanaan Repelita I telah merupakan salah satu sumber dana investasi bagi para peng- usaha nasional. Program kredit investasi ini telah berhasil, ter-utama dalam dua hal. Pertama, program ini telah mengisi ke-butuhan pengusaha nasional akan dana dan pembiayaan inves- tasi yang sangat diperlukan dalam periode rehabilitasi. Kedua, pelaksanaan program ini telah memberikan pengalaman kepada

255

Page 28:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

bank-bank komersiil untuk memberikan kredit jangka mene- ngah guna pembiayaan proyek-proyek investasi.

Di dalam Repelita II akan diambil langkah-langkah penyem-purnaan lebih lanjut daripada pelaksanaan program kredit in-vestasi. Di samping itu telah menjadi kebijaksanaan pemerintah bahwa program kredit investasi dikhususkan untuk golongan pribumi saja. I

3. Program bantuan kredit dan lain-lain bantuan keuangan untuk golongan ekonomi lemah

(a) Kredit investasi dan modal kerja permanen

Persoalan-persoalan yang dihadapi oleh perusahaan golong- an ekonomi lemah ialah terutama berkisar kepada kurangnya keahlian dalam bidang pemasaran, kelemahan dalam bidang organisasi dan management dan terbatasnya modal dari luar yang dapat mereka peroleh. Ketiga hal tersebut mempunyai hubungan yang saling kait-mengkait.

Usaha untuk meningkatkan kedudukan golongan ekonomi lemah dengan penyediaan fasilitas perkreditan lebih ditingkat- kan lagi di dalam Repelita II dengan menentukan bahwa kredit investasi hanya khusus diperuntukkan bagi pengusaha pribumi. Di samping itu, kebijaksanaan penyediaan kredit kecil yang telah dimulai pada akhir tahun 1973; yaitu kredit investasi dan modal kerja permanen sebesar maksimum Rp. 5.000.000,-- akan dilanjutkan dalam Repelita II. Dalam hubungan ini suku bunga kredit investasi ditetapkan sebesar 12% setahun, se-dangkan untuk modal kerja permanen sebesar 15 % setahun. Dalam hal kredit investasi, maka syarat kewajiban pembiayaan sendiri tidak secara mutlak ditetapkan 25%, melainkan menurut kemampuan yang nyata dari pengusaha golongan ekonomi lemah tersebut.

Di samping penyederhanaan prosedur pemberian kredit in-vestasi, Bank Sentral menyediakan pula dananya berupa kredit likwiditas dalam proporsi yang cukup besar untuk menjamin kelancaran pemberian kredit tersebut. Dengan demikian

Page 29:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

diha-

256

Page 30:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

410475-(17)

rapkan bahwa kredit ini dapat membantu secara lebih efektif pengembangan usaha golongan ekonomi lemah mengingat syarat-syarat kredit yang lunak dan prosedur yang diseder-hanakan di atas.

(b) Lembaga pembiayaan pembangunan untuk perusahaan menengah dan kecil

PT Bahana yang didirikan pada tahun 1972 akan mempunyai peranan yang besar sekali dalam kebijaksanaan umum peme- rintah untuk meningkatkan kemampuan berkembang dari per-usahaan-perusahaan kecil dan menengah di dalam segala sektor kegiatan ekonomi selama Repelita II PT Bahana mempunyai tugas untuk memberikan bantuan keuangan serta bimbingan dalam masalah management perusahaan kepada pengusaha-pengusaha golongan ekonomi lemah. Berhasilnya lembaga ini di masa depan akan ditentukan antara lain oleh perkembangan pasar uang dan modal yang lebih luas, karena PT Bahana harus mampu untuk menjual saham-saham dari perusahaan-perusa- haan yang perkembangannya telah menjadi baik untuk dapat memberi bantuan kepada perusahaan-perusahaan lain yang membutuhkan.

Diharapkan bahwa PT Bahana akan dapat melaksanakan pemberian bantuan kepada golongan ekonomi lemah menurut pola yang sehat sehingga terciptalah landasan untuk dapat mempertimbangkan bantuan yang Tebih besar dalam bidang yang sangat penting ini di dalam Repelita II.

Fasilitas asuransi kredit merupakan suatu alat yang efektif untuk membantu pergembangan golongan ekonomi lemah dalam bidang keuangan.

Di masa lampau kemampuan perusahaan kecil dan perusahaan koperasi untuk memperoleh kredit sangat terbatas oleh ketat- nya syarat-syarat pinjaman bank PT Askrindo (Asuransi Kredit Indonesia) yang didirikan sejak tahun 1971 dan penyem-purnaan lebih lanjut daripada Lembaga Jaminan Kredit untuk Koperasi telah banyak membantu untuk mengatasi hambatan tersebut.

Page 31:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

257410475-(17)

Page 32:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

Hingga dewasa ini kegiatan PT Askrindo hanya terbatas pada kota-kota besar di Jawa, Bali, dan Sumatra Utara. Di dalam Repelita II, PT Askrindo akan meluaskan kegiatannya ke kota-kota besar di propinsi lain, dan selanjutnya secara ber- tahap ke kota-kota tingkat kabupaten. Lembaga jaminan kredit juga akan ditingkatkan peranannya dalam Repelita II.

(c) Program kredit desa

Mulai tahun pertama Repelita II jenis kredit untuk golongan ekonomi lemah akan dilengkapi dengan program kredit desa. Kredit ini dimaksudkan untuk menanggulangi masalah kelang-kaan kredit bagi pengusaha-pengusaha golongan ekonomi le- mah, khususnya di desa-desa dan kota kecil. Produsen barang-barang kerajinan tangan, pedagang kecil, nelayan, dan perusahaan-perusahaan kecil lainnya di daerah-daerah umum- nya sangat sukar untuk mendapatkan fasilitas kredit yang sangat mereka butuhkan terutama untuk modal kerja.

Frogram ini terutama ditujukan kepada pengusaha kecil di desa dan kota tersebut. Jumlah untuk setiap nasabah diperkira- kan berkisar antara Rp. 10.000,00 sampai dengan Rp. 25.000,00 dengan maksimum Rp. 100.000,00. Penyaluran ini dilaksanakan melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Desa yang direnca-nakan pada tahap permulaan sejumlah 2.600 unit. Kre- dit ini dilaksanakan dengan tata cara yang mudah dan tidak terlalu dikaitkan pada jaminan dan kewajiban pembiayaan sendiri, akan tetapi pada prospek usahanya. Di tempat-tempat di mana tidak terdapat BRI unit desa, maka pemerintah daerah diharapkan dapat menggunakan sebagian daripada bantuan pembangunan Daswati I untuk maksud tersebut.

Sistem pemberian kredit terakhir ini akan menjangkau lebih jauh pada pengusaha golongan ekonomi lemah yang lebih kecil yang merupakan penggerak ekonomi di desa dan kota-kota kecil. Dengan demikian diharapkan bahwa dalam Repelita II pengusaha golongan ekonomi lemah di tingkat desa akan dapat

Page 33:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

258

Page 34:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

memperkembangkan diriya lebih bebas tanpa menggantungkan pada praktek kredit liar yang menghambat usahanya selamaini.

Di samping bentuk-bentuk nyata di atas akan terus dijajagi kemungkinan untuk mendapatkan cara-cara dan bentuk pem- berian kredit yang dapat lebih efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan pengembangan usaha golongan ekonomi lemah.

4. Peningkatan efisiensi lembaga keuangan

Sasaran-sasaran kebijaksanaan moneter akan sukar untuk tercapai selama biaya penyaluran modal masih relatif tinggi seperti yang tercermin dalam tingginya suku bunga yang ber- laku. Biaya penyaluran modal dari penabung kepada peminjam (penanam modal) telah banyak menurun selama Repelita I, akan tetapi relatif masih cukup tinggi apabila dibandingkan dengan negara-negara lain.

Biaya penyaluran modal dapat ditekan dengan mengadakan perbaikan organisasi dan cara kerja lembaga-lembaga keuang- an, termasuk bank-bank pembangunan, perusahaan-perusahaan asuransi, serta lembaga-lembaga keuangan lainnya. Pada taraf pembangunan dewasa ini perbaikan efisiensi bank-bank umum merupakan faktor yang sangat penting bagi terciptanya per- tumbuhan perkreditan yang sehat.

Di samping itu usaha meningkatkan mutu pelayanan bank- bank pemerintah pada masyarakat merupakan hal yang perlu mendapat perhatian pula. Perluasan penggunaan jasa bank oleh masyarakat akan menguntungkan kedua belah pihak, baik bank karena adanya pendapatan dari kegiatan jasa bank ini, maupun masyarakat sendiri karena peningkatan efisiensi di dalam transaksi di antara mereka. Oleh sebab itu dalam Repeli- ta II diberikan prioritas kepada peningkatan efisiensi baik di bidang organisasi dan management maupun pelayanan jasa pada masyarakat dari lembaga-lembaga tersebut. Dalam hubungan ini perlu ditingkatkan usaha-usaha penertiban dan penyempurnaan pengelolaan administrasi perkreditan dan

Page 35:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

pengelolaan dana-dana perbankan.

259

Page 36:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

V. LEMBAGA KEUANGAN DALAM REPELITA II Berhasil tidaknya kebijaksanaan keuangan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah diuraikan dapat diukur dengan melihat kepada pengaruhnya terhadap tabungan dan investasi. Akan tetapi kebijaksanaan tersebut bekerja melalui lembagalembaga keuangan, sehingga berhasil tidaknya pelaksanaan kebijaksanaan tersebut sangat tergantung kepada keadaan lembaga-lembaga keuangan yang ada di dalam perekonomian. 1. Sistem perbankan Bank Indonesia sebagai lembaga keuangan yang utama atau Bank Sentral di dalam pelaksanaan kebijaksanaan moneter pemerintah akan ditingkatkan peranannya dalam pengarahan dan pembinaan terhadap perbankan pada umumnya ke arah tercapainya suatu sistem moneter yang sehat, yang mempunyai orientasi pada kegiatan pembangunan. Di samping itu, sesuai dengan tugas pokoknya, peranan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral akan ditingkatkan dalam rang- ka membantu pemerintah menjaga dan meningkatkan kesta- bilan nilai rupiah pada khususnya, kelancaran pembangunan dan kestabilan ekonomi pada umumnya. Dalam hubungan ini akan terus ditingkatkan dan disempurnakan sistem pengawasan dan bimbingan terhadap bank-bank umum, terutama bank-bank umum milik pemerintah yang merupakan sumber yang sangat penting bagi ekspansi moneter. Dalam Repelita II, bank-bank umum pemerintah akan tetap merupakan sarana penting bagi pelaksanaan kebijaksanaan moneter. Berhubung dengan itu maka dalam rangka pelaksa- naan kebijaksanaan moneter yang mantap, dalam Repelita II akan diteruskan dan ditingkatkan usaha-usaha penyempurnaan organisasi dan tata laksana bank-bank umum, terutama bankbank pemerintah. Dengan demikian, bank-bank tersebut tidak hanya berfungsi sebagai lembaga-lembaga yang berorientasikan pembangunan akan

Page 37:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

tetapi juga sekaligus mereka harus merupa-kan alat kebijaksanaan institusionil yang efisien dan efektif

260

Page 38:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

dalam rangka usaha rnenjamin kestabilan ekonomi, suatu pra- syarat mutlak bagi berhasilnya usaha pembangunan nasional. Bank-bank umum dan bank-bank pemerintah lainnya wajib melaksanakan secara tertib dan teratur ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Tertib dan teraturnya cara bekerja bank-bank umum dan bank-bank lainnya tersebut di atas akan sangat membantu pencapaian sasaran-sasaran peningkatan kegiatan ekonomi yang sehat, stabilisasi ekonomi dan sebagainya.

Bimbingan dan pengarahan kepada bank-bank swasta nasional agar dapat berkembang menjadi lembaga keuangan yang berorientasi pada kegiatan pembangunan merupakan bagian yang integral daripada perbaikan struktur perbankan. Usaha ini telah dirintis di dalam Repelita I dan akan terus ditingkatkan di dalam Repelita II, terutama oleh karena pe-ningkatan kegiatan pembangunan menuntut peranan yang makin besar dari sektor perbankan.

Program asuransi deposito yang dimulai bulan Agustus 1973 antara lain dimaksudkan untuk memperkuat kedudukan bank- bank swasta nasional dan untuk memulihkan kembali keper-cayaan masyarakat terhadap perbankan swasta nasional. Di dalam Repelita II pelaksanaan program tersebut akan terus disempurnakan dan ditingkatkan.

Dalam Repelita II, perbankan swasta nasional diharapkan akan memainkan peranan yang makin besar di dalam mobilisasi dan penyaluran tabungan, terutama dalam hal penyediaan mo- dal kerja bagi perusahaan-perusahaan nasional yang bergerak di bidang industri dan perdagangan. Oleh karena itu, usaha untuk mendorong agar bank-bank swasta nasional melakukan penggabungan (merger) akan ditingkatkan dengan jalan mem-berikan beberapa fasilitas seperti kredit likwiditas dari Bank Indonesia. Di samping itu, usaha untuk mendorong peningkatan efisiensi kerja serta modernisasi perbankan swasta nasional de- ngan pendidikan, latihan, penyuluhan, dan bantuan-bantuan lain akan terus ditingkatkan.

Page 39:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

261

Page 40:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

Perbankan swasta asing yang mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 1968 telah mengalami perkembangan di dalam Repelita I. Bank-bank ini kebanyakan bergerak di dalam bidang pembiayaan ekspor impor. Kebijaksanaan mengenai bank-bank asing dalam Repelita II ditujukan ke arah peningkatan manfaat dari bank-bank tersebut untuk pembangunan di samping tetap dipertahankan sifat pelengkapnya dalam sistem perbankan kita.

2. Lembaga keuangan khusus

(a) Lembaga pembiayaan pembangunan

Lembaga-lembaga pembiayaan pembangunan (Development Finance Institutions) termasuk Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), bank-bank Pembangunan Daerah, Indonesian Deve-lopment Finance Company (IDFC), dan Private Development Finance Company of Indonesia (PDFCI) secara relatif belum besar peranannya di dalam Repelita I, sebagai lembaga-lemba- ga keuangan yang menyediakan dana pembiayaan jangka panjang.

Di dalam Repelita II diharapkan adanya peranan yang makin besar dari lembaga-lembaga pembiayaan pembangunan ini untuk meningkatkan volume dan tersedianya dana pembiayaan jangka menengah dan panjang. Langkah-langkah kebijaksana- an yang dilaksanakan terhadap Bapindo untuk memperbaiki organisasinya dan meningkatkan efisiensinya di dalam Repeli - ta I akan memungkinkan bank ini menjadi sumber utama dana pembiayaan jangka panjang bagi sektor industri. Bank-bank pembangunan daerah masih memerlukan penyempurnaan organisasi sebelum bank-bank tersebut dapat diharapkan untuk menyediakan dana pembiayaan jangka panjang di daerah-dae- rah. Bantuan teknis, dan bantuan-bantuan lain masih diperlu- kan untuk penyehatan kegiatan bank-bank pembangunan daerah.

Page 41:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

262

Page 42:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

11

(b) Lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan Surat Berharga

Lembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah seba- nyak sembilan buah, termasuk di antaranya PT Bahana yang telah diuraikan di muka. Kegiatan utama lembaga-lembaga perantara penerbitan dan perdagangan surat-surat berharga adalah memberikan perantaraan dalam penerbitan dan me- nanggung terjualnya surat-surat berharga. Di samping itu lembaga-lembaga tersebut diperkenankan untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain seperti mengadakan penyertaan modal dalam perusahaan-perusahaan dan melakukan usaha peranta-raan dalam perdagangan efek-efek. Lembaga-lembaga tersebut diperkenankan pula untuk memberikan jasa-jasa management dan penilaian proyek investasi.

Lembaga-lembaga tersebut merupakan pelengkap yang sangat berharga dalam sistem keuangan dan oleh sebab itu di dalam Repelita II perlu dikembangkan dan disempurnakan lebih lanjut.

(c) Bank Tabungan dan Bank Hipotik

Hingga akhir Repelita I terdapat 20 buah bank tabungan yang melakukan operasinya. Satu di antaranya, yang paling besar, adalah Bank Tabungan Negara yang menggunakan lebih dari 1.000 buah kantor pos di dalam operasinya untuk menerima deposito. Jumlah deposito terus meningkat, meski- pun dibandingkan dengan sumber-sumber lain jumlah tersebut tidaklah besar. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya pro- gram Tabanas yang lebih menarik bagi para penabung.

Dalam Repelita II akan diusahakan pendirian bank-bank hipotik. Antara lain akan dibentuk Bank Hipotik Perumahan yang akan menyelenggarakan pengelolaan pinjaman hipotik

263

Page 43:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

untuk perumahan. Melalui lembaga semacam ini diharapkan akan tumbuh kegairahan masyarakat untuk menabung dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka akan perumahan.

3. Lembaga Keuangan Lainnya

Lembaga-lembaga keuangan lainnya yang paling penting dalam golongan ini adalah perusahaan asuransi, asuransi so-sial, dan dana pensiun. Termasuk di sini juga adalah Lembaga Asuransi Perkreditan dan bank-bank koperasi.

Dalam Repelita I perusahaan asuransi baru dapat mulai me-lakukan kegiatannya kembali setelah mengalami kemunduran dalam periode inflasi. Dengan demikian, peranan perusahaan asuransi ini dalam penyediaan dana pembiayaan jangka pan- jang belum mempunyai arti penting di dalam Repelita I.

Pemerintah yakin akan pentingnya arti dan peranan perusa-haan asuransi di dalam menunjang kegiatan pembangunan nasional. Perusahaan asuransi mengurangi risiko yang diha- dapi oleh perusahaan-perusahaan dan dengan demikian mengu-rangi ketidakpastian usaha mereka. Lebih dari itu, perusahaan asuransi, terutama asuransi jiwa, dapat memobilisir tabungan jangka panjang yang dapat digunakan untuk membiayai penanaman modal jangka panjang. Asuransi jiwa merupakan tabungan yang permanen, dalam mana seseorang bersedia untuk menabung secara teratur untuk memenuhi kebutuhan di masa depan. Di semua negara yang telah berhasil menciptakan suatu sistem keuangan yang sehat dan mantap, bentuk tabungan yang demikian selalu memainkan peranan yang besar, tidak hanya dalam memperbesar jumlah tabungan masyarakat, akan tetapi juga dalam menyalurkan dana yang terkumpul kepada proyek-proyek penanaman modal yang membutuhkannya.

Perusahaan asuransi jiwa baru mulai berkembang kembali di dalam tahun 1970 - 1971. Perusahaan ini masih mengalami berbagai kesukaran yang harus diatasi sebelum dapat diharap-kan untuk berfungsi dengan baik. Masalah-masalah tersebut

264

Page 44:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

265

meliputi tingginya ongkos administrasi, kurangnya penyerta- an masyarakat, peraturan-peraturan yang belum mendorong perkembangannya, serta masalah perpajakan. Dalam Repelita II akan diusahakan untuk mengurangi masalah tersebut di atas agar dapat tercipta suasana yang dapat mendorong per-usahaan-perusahaan asuransi jiwa untuk berkembang.

Selain asuransi jiwa, maka di dalam Repelita II akan dido- rong berkembangnya asuransi sosial, termasuk tabungan hari tua dan dana pensiun, serta asuransi kerugian, termasuk asuransi kredit. Agar perasuransian dapat memberikan peranannya sebagaimana diharapkan, maka akan diusahakan pembinaan secara terus menerus dengan mengarahkan per-kembangannya sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi umumnya.

Seperti di kemukakan di atas di dalam asuransi sosial ini termasuk tabungan hari tua dan dana pensiun. Sistem asuransi sosial akan merupakan sarana yang sangat baik bagi pemupukan tabungan masyarakat yang sangat bermanfaat bagi pembiaya- an pembangunan, terutama untuk investasi jangka menengah dan panjang. Di samping itu sistem asuransi sosial akan sangat bermanfaat pula bagi usaha peningkatan kesejahteraan karya- wan. Program asuransi sosial ini diperuntukkan bagi pegawai negeri sipil dan anggota ABRI serta bagi karyawan swasta. Di dalam Repelita II diharapkan bahwa program-program ter- sebut telah dapat dilaksanakan.

Mengenai dana pensiun tampak bahwa selama Repelita I pemupukan dana pensiun untuk sektor swasta telah mulai ber-kembang sedang dana pensiun untuk pegawai negeri seluruh- nya dibiayai dengan anggaran negara. Kemungkinan untuk memupuk dana pensiun pegawai negeri yang sebagian berasal dari pembayaran pegawai negeri dan sebagian dengan dana dari anggaran negara sedang dijajagi dan diharapkan dalam Repelita II sistem pensiun yang bersendikan pada hal-hal ter-sebut sudah dapat dilaksanakan. Sistem ini bukan saja akan meningkatkan jumlah yang dapat dibayarkan untuk pensiun

Page 45:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

265

Page 46:  · Web viewLembaga-lembaga Perantara Penerbitan dan Perdagangan surat-surat Berharga (Investment Finance Institutions) yang diberi izin untuk beroperasi sejak 1973 akan berjumlah

akan tetapi sekaligus juga mendorong pembentukan tabungan masyarakat. Dalam Repelita II penjajagan ini akan terus dilak- sanakan sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu sistem dana pensiun yang lebih baik dan mantap.

4. Pasar uang dan modal

Terbentuknya pasar uang dan modal merupakan faktor yang penting bagi pengembangan sarana pembiayaan jangka panjang. Memang sejak semula pemerintah menyadari bahwa program pembentukan pasar uang dan modal merupakan suatu proses jangka panjang sehingga apa yang sampai sekarang dilakukan barulah merupakan persiapan-persiapan ke arah pem-bentukannya. Di dalam Repelita I telah dirintis berbagai usaha untuk menghilangkan berbagai rintangan hukum dan peratur- an perpajakan, dan rintangan-rintangan yang lain terhadap pembentukan pasar uang dan modal. Pemerintah telah mem- bentuk Badan Pembina Pasar Uang dan Modal, sebagai badan yang mempersiapkan pembinaan pengembangan pasar uang dan modal.

Dalam Repelita II akan diteruskan usaha-usaha yang telah dirintis untuk mendorong pembentukan pasar uang dan modal tersebut, termasuk menyempurnakan lembaga-lembaga ke- uangan yang sangat penting bagi pelaksanaan kerja pasar uang dan modal. Usaha-usaha lain meliputi perbaikan dan standardi- sasi asas-asas dan praktek akuntansi, perbaikan sistem laporan perusahaan, pengetatan persyaratan penyajian laporan keuang- an (neraca) dalam penentuan pemberian kredit, dorongan untuk terbentuknya bursa uang antar bank secara terorganisir (call money market), serta peninjauan terhadap berbagai undang-undang dan peraturan-peraturan yang masih menghambat pembentukan pasar uang dan modal.

266