RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi...

41
RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK Diajukan untuk memenuhi syarat kelengkapan nilai UTS Mata Kuliah Agama dan Politik dalam bentuk Resume Disusun Oleh: Iis Siti Fatimah 1128030061 JURUSAN SOSIOLOGI B/IV FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2013/2014

Transcript of RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi...

Page 1: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

0

RESUME MATERI PERKULIAHAN

AGAMA DAN POLITIK

Diajukan untuk memenuhi syarat kelengkapan nilai UTS Mata Kuliah

Agama dan Politik dalam bentuk Resume

Disusun Oleh:

Iis Siti Fatimah

1128030061

JURUSAN SOSIOLOGI B/IV

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2013/2014

Page 2: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

1

POSISI STUDI AGAMA DALAM ILMU PENGETAHUAN

Middle English => religion – religioun

Old French => religion good faith, ritual

Latin => religio – religare

Agama dari sudut bahasa (etimologis) berarti peraturan-peraturan

tradisional, ajaran-ajaran, kumpulan-kumpulan hukum yang turun-temurun dan

ditentukan oleh adat kebiasaan. Dalam upadeca perkataan agama ditulis sebagai

berikut: Agama itu sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu a yang berarti

tidak dan gam berarti pergi. Jadi karakteristik tersebut bermakna tidak pergi yang

berarti tetap di tempat.1

Menurut Edward Burnett Tylor (1832-1917), ia memandang asal mula

agama adalah sebagai kepercayaaan kepada wujud spiritual (a belief in spiritual

being) / animism berevolusi kepada kepercayaan monoteisme. Agama

digambarkan sebagai kepercayaan kepada adanya ruh gaib yang berpikir,

bertindak dan merasakan sama dengan manusia.2

Agama merupakan seperangkat kepercayaan, doktrin, dan norma-norma

yang dianut dan diyakini kebenarannya oleh manusia. Keyakinan manusia tentang

agama, diikat oleh norma-norma dan ajaran-ajaran tentang cara hidup manusia

yang baik, tentu saja dihasilkan oleh adanya pikiran atau perilaku manusia dalam

hubungannya dengan kekuasaan yang tidak nyata. Perilaku manusia dalam

beragama ini dapat dilihat dalam acara dan upacara-upacara tertentu serta menurut

1 Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Amzah, Jakarta, 2006, hlm. 2

2 Muhammad Fauzi, Agama dan Realitas Sosial: Renungan dan Jalan Menuju

Kebahagiaan, Rajawali Pers, Jakarta, 2007, hlm. 8

Page 3: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

2

tata cara tertentu pula sesuai dengan yang telah ditentukan oleh agama masing-

masing.3 Kepercayaan beragama adalah sekumpulan jawaban yang didasarkan

atas ilmu ketuhanan atau “penafsiran atas kekuatan-kekuatan gaib terhadap

berbagai peryataan mendasar yang ditimbulkan oleh akal pikiran manusia”.4

Kepercayaan adalah penerapan konkret nilai-nilai yang kita miliki.5

Agama timbul sebagai akibat kemampuan kita untuk mempertanyakan segala

macam pertanyaan yang kemudian kita tidak dapat memberikan jawaban yang

bersifat rasional dengan memuaskan.6

Religi, berasal dari bahasa latin, yang sering dieja religio. Para ahli sering

berbeda pendapat tentang arti dasarnya. Cicero, seorang penulis Romawi,

menyatakan bahwa religi (religion) berasal dari kata leg yang berarti mengambil

atau menjemput, mengumpulkan, menghitung, atau memperhatikan. Sementara,

Sevius berpendapat bahwa religi itu berasal dari akar kata lig yang artinya

mengikat. Maka, religi atau religion berarti suatu perhubungan, yaitu suatu

perhubungan antara manusia dengan zat yang di atas manusia (supra manusia).7

Tylor yang dikenal dengan teori animis-nya mendefinisikan agama sebagai

a belief in the spiritual beings.8 Demikian pula Ogburn dan Nimkoff yang

menekankan pada sistem keyakinan yang didalamnya berisi tentang unsure

kepercayaan, emosi, sosial san “sesuatu” yang dianggap mutlak.9

3 Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama, Alfabeta, Bandung, 2011, hlm. 2

4 Ibid., hlm. 3

5 Ibid.

6 Ibid., hlm. 4

7 Ibid., hlm. 5

8 Ibid., hlm. 6

9 Ibid.

Page 4: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

3

Koentjaraningrat adalah seorang antropolog yang menganut konsepsi

religi. Dasar pendiriannya adalah, bahwa religi merupakan bagian dari

kebudayaan, yang kemudian menunjuk kepada konsep E. Durkheim tentang

dasar-dasar religi.10

Sementara itu, Barbara Hargrove berpendapat bahwa agama

merupakan fenomena manusia yang berfungsi untuk menyatukan kesatuan ritual,

sosial dan sistem-sistem personality ke dalam suatu lingkungan yang berarti.

Emile Durkheim, seorang sosiolog/antropolog Perancis, menyatakan

bahwa agama sebenarnya adalah bentuk primitifnya sosiologi; agama adalah juru

tafsir tatanan sosial dan serkaligus menjadi sumber tatanan sosial. lebih lanjut,

Durkheim menyatakan bahwa agama bukan hanya kenyataan sejarah, tetapi juga

merupakan kebutuhan sosial; jika masyarakat ada, maka agama pun mesti ada.

Sekalipun disadari, bahwa tinggi rendahnya “kebutuhan” terhadap agama

bergantung pada masyarakatnya sendiri, suatu masyarakat yang memiliki

dinamika dan struktur sosial tertentu.11

Donal Eugene Smith seperti dikutip Nanat Fatah Natsir dalam buku

Yahudi vs Islam menyebut empat pokok unsur agama, yaitu:

1. Agama sebagai identitas kelompok, mengacu pada eksistensi umat-umat

beragama, yaitu kelmpok yang terdiri dari individu-individu yang terkait satu

sama lain karena kesamaan lambang-lambang keagamaan.

2. Agama sebagai pengaturan kemasyarakatan, mengacu pada eksistensi

struktur-struktur sosio-religius yang mengatur kehidupan sosial intern umat

beragama.

10

Ibid. 11

Ibid., hlm. 6-7.

Page 5: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

4

3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-

lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI, PGI, HKBP.

4. Agama sebagai sistem keyakinan, mengacu pada eksistensi ideologi-ideologi

keagamaan. Contoh: pada kehidupan sehari-hari (Islam turunan), dan lain-

lain.

Politik

Asal kata politik itu berasal dari bahasa Yunani yaitu “polis” dimana

artinya adalah negara, kota dan dari kata polis tersebut bisa didapatkan beberapa

kata, diantaranya :

1. Polities = Warga Negara

2. Politikos = Kewarganegaraan

3. Politike Episteme = Ilmu Politik

4. Politicia = Pemerintahan Negara

Jadi kalau tinjau dari asal kata tersebut pengertian politik secara umum

dapat dikatakan bahwa politik adalah kegiatan dalam suatu system politik atau

negara yang menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem tersebut dan

bagaimana melaksanakan tujuannya.

Definisi Politik

1. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional

maupun non-konstitusional.

Page 6: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

5

2. Politik adalah bermacam-macam kegiatan dari suatu sistem politik (negara)

yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem Indonesia dan

melaksanakan tujuan-tujuan itu (Mirriam Budiharjo).

3. Politik adalah perjuangan untuk memperoleh kekuasaan/ teknik menjalankan

kekuasaan-kekuasaan/ masalah-masalah pelaksanaan dan kontrol kekuasaan/

pembentukan dan penggunaan kekuasaan (Isjware).

4. Politik adalah pelembagaan dari hubungan antar manusia yang dilembagakan

dalam bermacam-macam badan politik baik suprastruktur politik dan

infrastruktur politik (Sri Sumantri).

5. Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan

kebaikan bersama (Aristoteles).

6. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan

negara.

7. Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan

mempertahankan kekuasaan di masyarakat.

8. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan

kebijakan publik.

Melihat banyak versi pengertian politik tersebut, maka sebenarnya bisa

disimpulkan secara singkat bahwa “politik adalah siasat/cara atau taktik untuk

mencapai suatu tujuan tertentu”

Fokus dari Politik

1. Fokus terhadap power atau kekuasaan.

Page 7: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

6

2. Fokus tentang institusi atau pemerintahan. => demokrasi, monarki, otoriter,

dan lain-lain.

3. Fokus terhadap proses pembuatan kebijakan. => badan legislatif, eksekutif,

yudikatif.

4. Fokus terhadap fungsi dari institusi. => bagi kesejahteraan masyarakat.

5. Fokus terhadap ideologi dan gerakan. => contoh: pandangan hidup beragama.

6. Fokus terhadap hubungan internasional.

7. Fokus terhadap tingkah laku politik (elit dan rakyat).

Hubungan Ilmu Pengetahuan Dan Agama

MenurutMiroljub Jevtik, ada dua pandangan mengenai hubungan ilmu

pengetahuan dan agama, yaitu:

Pandangan 1

Menurut filosof Perancis (Holbach, Helvetius, Diderot), agama adalah

produk dari keterbelakangan ekonomi dan perkembangan sosial masyarakat yang

tercerahkan (unenlightened). Menjelang abad ke-18,

Agama jarang sekali dipakai sebagai subjek dari research politik.

Agama juga dipandang sebagai ideologi kunci yang menentukan

(menstimulasi konflik).

Pandangan 2

Alexis berpandangan bahwa agama bukanlah produk dari keterbelakangan

ekonomi dan masyarakat yang tidak tercerahkan.

In God We Trust ada pada uang kertas dan koin dollar Amerika.

Page 8: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

7

AGAMA DAN NEGARA

Negara (state) adalah sebuah pemerintahan yang memiliki entitas politik.

Secara etiomologis, negara berasal dari bahsa asing yaitu, staat (Belanda,

German), atau state (Inggris). Kata staat maupun state berasal dari bahsa Latin,

yaitu status atau statum yang berarti menempatkan dalam keadaan berdiri,

membuat berdiri, dan menempatkan. Kata status juga dapat diartikan sebagai

suatu keadaan tegak dan tetap. Sementara itu, Niccolo Machiavelli

memperkenalkan istilah La Stato dalam bukunya “Il Principle” yang mengartikan

negara sebagai kekuasaan.

Kata negara yang lazim digunakan di Indonesia berasal dari bahasa

Sansekerta nagari atau nagara yang berarti wilayah atau kota atau penguasa.

Hakikat negara adalah organisasi kekuasaan. Yaitu lembaga yang memiliki

kekuasaan tertinggi/ terluas bila dibandingkan dengan organisasi lainnya dalam

masyarakat.

Istilah bangsa adalah terjemahan dari kata nation, dan nation berasal dari

bahasa Latin yaitu natio yang artinya suatu yang lahir. Nation dalam istilah

bahasa Indonesia artinya bangsa. Bangsa (nation) adalah sekumpulan orang yang

memiliki sejarah, kesamaan bahasa, adat istiadat dan lain-lain. Bangsa adalah

kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah

tertentu di muka bumi.

Page 9: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

8

Dalam kamus ilmu Politik dijumpai istilah bangsa, yaitu “natie” dan

“nation”, artinya masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang

memiliki unsur sebagai berikut :

1. Satu kesatuan bahasa;

2. Satu kesatuan daerah;

3. Satu kesatuan ekonomi;

4. Satu kesatuan hubungan ekonomi;

5. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.

Ernest Renan menyatakan bahwa bangsa adalah bukan suatu ras, bukan

orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama, bukan pula dibatasi oleh

batas-batas geografis atau batas alamiah. Nation (bangsa) adalah suatu solidaritas,

suatu jiwa, suatu asa apiritual, suatu solidaritas yang dapat tercipta oleh perasaan

pengirbanan yang telah lampaudan bersedia dibuat di masa yang akan datang.

Nation memiliki masa lampau tetapi berlanjut masa kini dalam suatu realita yang

jelas melalui kesepakatan dan keinginan ubtuk hidup bersama (le desire d’enter

ensemble). Nation tidak terkait oleh negara karena negara berdasarkan hukum.m

enurutnya, wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.

Dari berbagai kriteria tentang bangsa, Mohammad Hatta memberikan

kesimpulan, bahwa bangsa ditentukan oleh keinsafan sebagai suatu persekutuan

yang tersusun jadi satu, yaitu keinsafan yang terbit karena percaya atas persamaan

nasib dan tujuan. Keinsafan ini bertambah besar oleh karena sama seperuntungan,

malang yang sama diderita, mujur yang sama didapat, oleh karena jasa bersama,

Page 10: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

9

kesengsaraan bersama, pendeknya oleh karena peringatan kepada riwayat bersama

yang tertanam di dalam hati dan otak.12

Hakikat Negara

Pada dasarnya berdirinya suatu Negara yaitu karena keinginan manusia

yang membentuk suatu bangsa karena adanya berbagai kesamaan ras, bahasa, adat

dan sebagainya. Sifat hakikat negara mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Sifat Memaksa

Negara memiliki sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuatan fisik

secara legal. Dan sarana nya adalah Polisi, tentara, dan alat penjamin hukum

lainnya. Sehingga diharapkan semua peraturan perundangan yang berlaku

ditaati supaya keamanan dan ketertiban Negara tercapai. Contoh bentuk

paksaannya adalah UU perpajakan yang memaksa setiap warga Negara untuk

membayar pajak, bila melanggar maka akan dikenai sanksi.

2. Sifat Monopoli

Dalam menetapkan tujuan bersama masyarakat. Misalnya Negara

dapat mengatakan bahwa aliran kepercayaan atau partai politik tertentu

dilarang karena dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat.

3. Sifat Mencakup Semua

Semua peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah untuk

semua orang tanpa terkecuali. Sebab kalau seorang dibiarkan berada di luar

12

Subandi Al Marsudi, Pancasila Dan UUD ’45: Dalam Paradigma Reformasi Edisi

Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 5

Page 11: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

10

ruang lingkup aktivitas Negara, maka usaha Negara kea rah tercapainya

masyarakat yang dicita-citakan akan gagal.

Syarat-syarat suatu negara bisa merdeka (independent state):

1. Memiliki wilayah yang diakui secara internasional.

2. Memiliki penduduk yang tinggal secara tetap/ menetap.

3. Memiliki aktivitas ekonomi/ organisasi ekonomi.

4. Memiliki perdagangan di luar dan dalam negeri (bebas ekspor dan impor).

5. Memiliki mata uang.

6. Wilayah yang tidak dalam sengketa.

7. Memiliki kekuatan untuk merubah dengan pendidikan.

8. Memiliki sistem transportasi yang pelayanannya baik.

9. Memiliki pemerintahan dengan sistem pelayanan publik (RT, RW)

10. Memiliki kedaulatan.

Unsur-Unsur Negara

Unsur-unsur negara menurut Plato, Aristoteles, Weber, Hegel

1. Ada wilayah dan batas wilayah.

2. Some type of people.

3. Organized by Ras or Background (organisasi ras dan latar belakang).

4. Generally, speak on language (bahasa kesatuan).

Page 12: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

11

Negara menurt Marxis (pluralis) adalah instrumen untuk memperoleh

kekuasaan. Sedangkan menurut Plato, Aristoteles, Weber, Hegel, negara adalah

lembaga yang berdiri netral dan mandiri.

Unsur-Unsur Terbentuknya Negara

1. Rakyat, adalah penduduk dan bukan penduduk, warga negara dan bukan

warga negara. Warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan

orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai

warga negara (Pasal 26 ayat 1). Sedangkan penduduk ialah warga negara

Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia (Pasal 26 ayat

2).

2. Wilayah, ada batas daratan dan lautan (batas alam dan batas buatan) =>

teritori, zona bersebelahan, landas benua.

3. Pemerintahan yang berdaulat, dalam arti luas adalah lembaga yang saling

terkait antar pemerintahan, dan dalam arti sempit berarti presiden, menteri,

kabinet.

Hubungan antara agama dan negara harus dibangun atas dasar simbiosis-

mutualistis dimana yang satu dan yang lain saling memberi. Dalam konteks ini,

agama memberikan “kerohanian yang dalam” sedangkan negara menjamin

kehidupan keagamaan.

Penataan hubungan antara agama dan negara juga bisa dibangun atas dasar

checks and balances (saling mengontrol dan mengimbangi). Dalam konteks ini,

kecenderungan negara untuk hegemonik sehingga mudah terjerumus bertindak

Page 13: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

12

represif terhadap warga negaranya, harus dikontrol dan diimbangi oleh nilai ajaran

agama-agama yang mengutamakan menebarkan rahmat bagi seluruh penghuni

alam semesta dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sementara disisi lain,

etrbukanya kemungkinan agama-agama disalahgunakan sebagai sumber dan

landasan praktek-praktek otoritarianisme juga harus dikontrol dan diimbangi oleh

peraturan dan norma kehidupan kemasyarakatan yang demokratis yang dijamin

dan dilindungi negara.

Bentuk Negara

Dalam teori modern saat ini terdiri atas dua bentuk negara, yaitu:

1. Negara kesatuan yaitu suatu negara yang merdeka dan berdaulat dengan

sistem yaitu sentralisasi dan desentralisasi.

2. Negara serikat (federasi) yaitu bentuk negara gabungan dari beberapa negara

bagian dari negara serikat. Yaitu kekuasaan asli negara federal merupakan

tugas negara bagian, karena berhubungan langsung dengan rakyatnya.

Selain dari pada kedua bentuk tersebut dari sejumlah orang yang

memerintah dalam sebuah negara, maka bentuk negara terbagi ke dalam tiga

kelompok, yaitu:

1. Monarkhi, ialah bentuk negara yang kekuasaannya dikuasai dan diperintah

hanya seorang raja saja.

2. Oligarkhi adalah negara yang di pimpin oleh beberapa orang, biasanya dari

kalangan feodal.

Page 14: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

13

3. Demokrasi bentuk negara yang pimpinan tertinggi negera terletak di tangan

rakyat.

Pola Hubungan Agama Dan Negara

1. Subordinasi

Ada yang diatas, bawah. Ada yang dibawah, atas.

-agama - negara

-negara - agama

Contoh: di Inggris, agamanya diatur oleh negara.

2. Separasi

- Agama dengan negara terpisahkan. Contoh: negara-negara komunis.

- Agama dilakukan di negara publik/ sosial.

3. Koordinasi

- Agama dengan negara berkoordinasi.

- Agama dan negara saling berkaitan.

Page 15: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

14

ISU SEKULARISASI

Sekularisme berasal dari terjemahan yang tidak tepat dari kata Perancis

“laiguisme”, namun kata “laigue” sendiri tidak berkaitan sama sekali dengan

sejarah timbulnya makna sekularisme itu sendiri. Asal kata yang tepat adalah

“laikos” yaitu berasal dari kata Yunani. Laikos bermakna apa yang berhubungan

dengan masyarakat umum untuk dibedakan dengan dari “clirous” (tokoh agama).

Jadi menurut Muhammad Abid Al-Jabiri “laque” adalah siapa saja yang bukan

tokoh agama atau tidak termasuk golongan pendeta.

Jean lacrowa mengambil kesimpulan bahwa “sesungguhnya pemikiran

laguisme (sekularisme-pen) bukanlah lawan dari pemikiran agama, namun

sekurang-kurangnya ia menuntut adanya pembedaan antara apa yang duniawi dan

apa yang sakral”. Agama merupakan hal yang telah dijauhi oleh masyarakat Barat,

karena agama dianggap terlalu mengekang kebebasan individu sebagai subjek

yang mengelola negara.13

Sekular lahir pada saat menghubungkan agama dan modernisasi (agama

dan lembaga-lembaga kegamaan). Sekularisasi adalah memisahkan,

mengesampingkan, mengabaikan. Yang melahirkan sekularisasi adalah sejarawan,

ahli sosiologi, dan lain-lain. Menurut KBBI, sekular adalah sikap atau cara

berpikir yang sesuai dengan tuntutan zaman (mutakhir, pembaharuan). Sekuler

lebih mengarah pada duniawi, fisikly, worldly. Selain itu, sekularisasi juga

melibatkan hal-hal seperti berikut:

13

Ahmad Ali Nurdin, Agama dan Politik: Kumpulan Makalah untuk Diskusi Kelompok,

UIN SGD Bandung.

Page 16: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

15

1. Kecenderungan untuk mengejar kebahagiaan;

2. Kebebasan yang bertambah dari segi ilmu, pengetahuan dan nilai;

3. Penekanan pada ukuran-ukuran empirik serta ukuran yang berkaitan dengan

kecenderungan duniawi;

4. Kesdaran mengenai kemampuan dan kuasa manusia terhadap alam sekitar

dan masyarakat;

5. Berkurangnya kuasa dan pengaruh badan-badan agama terhadap kehidupan

manusia;

6. Pemisahan agama dari politik dan pemerintahan.

Sifat-sifat sekularisasi seperti tersebut diatas merupakan sifat-sifat umum

saja. Suatu hal yang menarik adalah sebagian dari sifat-sifat ini terdapat juga

dalam beberapa agama tertentu. Misalnya Protestanisme dikatakan banyak

menekankan ukuran empiris dan rasional; agama Yahudi menitik beratkan hal-hal

keduniaan dan sebagainya.

Proses sekularisasi mempunyai hubungan yang erat dengan unsur-unsur

yang ditekankan dalam proses rasionalissi adalah penalaran, bukti-bukti empiris,

ilmu pengetahuan, perkiraan, dan halhal duniawi lainnya. Proses sekularisasi juga

berkaitan erat dengan ide Marx mengenai dealienasi manusia yang merupakan

satu proses, manusia bebas dari proses alienasi dan bebas dari kongkongan hasil

ciptaannya seperti agama.

Masyarakat sekular berlainan dari masyarakat suci (sacred). Nilai-nilai

utama dalam masyarakat sekular adalah utilitarianisme dan rasionalitas, sementara

Page 17: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

16

masyarakat suci lebih menekankan hal-hal suci, supernatural, agama, mitos serta

nilai-nilai yang berkaitan dengan tradisi dan konservatisme.

Hal-hal suci dan sekular merupakan salah satu tema utama dalam

pemikiran sosiologi sejak abad ke-19. Banyak hasil tulisan yang bercorak

keagamaan muncul di Eropa sebagai reaksi terhadap paham duniawi atau

sekularime yang ditekankan oleh Enlightenment dan Revolusi Perancis. Banyak

tokoh sosiologi seperti Comte, Durkheim, Weber, Tocqueville, Marx, dan Simmel

memberikan sumbangan tertentu ke arah pembicaraan mengenai aspek-aspek

agama dan kaitannya dengan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini paling tidak,

akan dipahami tentang esensi gerakan sosialis abad ke-19 dan awal ke-20 yang

menawarkan ide sekular dan komunisme sebagai kecemburuan atas doktrin-

doktrin agama. Atau bisa jadi mereka tidak puas terhadap agama karena

kesenjangan sosia ternyata tidak pernah berhenti.14

Dari hasil tulisan penulis-penulis abad ke-19, dapatlah kita rumuskan

empat perspektif dasar mengenai agama. Pertama, agama dianggap sebagai satu

alat yang perlu untuk mempersatukan manusia. Nilai-nilai suci merupakan dasar

konsensus moral. Kedua, agama merupakan unsur utama dan bidang

pertimbangan yang utama untuk memahami sejarah dan perubahan sosial yang

mendasar. Ketiga, agama lebih dari sekedar kepercayaan, keimanan, dan doktrin.

Agama juga merupakan upacara, komunitas yang mempunyai otoritas, hierarki

dan organisasi. Akhr sekali, dalam usaha mereka untuk membentuk kembali

14

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 157

Page 18: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

17

keagungan agama dalam pemikiran, ahli-ahli konservatif menjadikan agama

sebagai asal-usul semua ide dasar dalam pemikiran dan kepercayaan manusia.15

Modernisasi adalah proses yang ditempuh untuk sampai atau menuju

periode waktu “masa kini” tersebut. Istilah modernisasi, ternyata telah dipakai

untuk menyatakan adanya suatu perubahan sosial yang sangat besar yang telah

berhasil membentuk kembali perkembangan sejarah peradaban dan kebudayaan

umat manusia dalam kurun waktu yang berlainan.

Modernisasi di dalam dunia Barat => paham, pikiran, dasar untuk

mengubah sesuatu. Modernisasi berkembang dari tahun 660 sampai tahun 1800-

an. Modernisasi merupakan masa pemujaan akal. Modernisasi => The Age of

Reason. Pada masa revolusi Perancis, lahir protestanisme karena yang ortodoxs

tidak memberikan pencerahan lebih (memenjarakan akal, yang lebih bersifat

individualistic dan rasional).

Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang

bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju

kepada suatu masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat

para ahli adalah sebagai berikut:

1. Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari

kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi

serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis.

15

Taufiq Rahman, Glosari Teori Sosial, Ibnu Sina Press, Bandung, 2011, hlm. 113-114

Page 19: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

18

2. Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial

yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya

dinamakan social planning.

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki

syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut:

a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun

masyarakat.

b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan

birokrasi.

c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada

suatu lembaga atau badan tertentu.

d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi

dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.

e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan

di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.

f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

Desekularisme adalah meninggalkan sekularisasi.

a. Peter L. Berger (1860)

Sekularisasi adalah proses dari sektor-sektor dalam masyarakat dan

kebudayaan dilepaskan dari lembaga-lembaga dan simbol-simbol agama.

Faktor-faktor:

1. Peradaban manusia.

2. Kapitalisme industrial (industri semakin maju dan menjadi kiblat).

Page 20: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

19

3. Ilmu pengetahuan modern.

4. Suprastruktur sosial.

b. Jose Casanova (Public Religion In The Modern World)

Sekularisasi tetap merupakan kerangka teoritis agama, ilmu-ilmu sosial

dapat menjelaskan adanya hubungan antara agama dan modernisasi.

Teori sekularisme tidak perlu ditinggalkan atau dianggap tidak relevan

lagi, tetapi bisa menjadi analisis yang akurat terhadap agama di dunia

modern.

Sekularisasi sebagai proses marginalisasi agama ke dalam ranah yang

diprivasisasi.

Teori sekularisasi sebagai upaya untuk memahami proses modernisasi.

Page 21: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

20

ISLAM DAN NEGARA DI INDONESIA

(Islam And State Religion In Indonesia)

Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw

sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia

hingga akhir zaman.

Pengertian Islam secara etimologi (bahasa) artinya damai, selamat,

tunduk, patuh atau berserah diri, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf,

yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat” (salama). Adapun

menurut syari’at (terminologi), apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian,

yaitu:

Pertama, apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka

pengertian Islam mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’

(cabang), juga seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan

perbuatan. Jadi pengertian ini menunjukkan bahwa Islam adalah mengakui dengan

lisan, meyakini dengan hati dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas

semua yang telah ditentukan dan ditakdirkan

Menurut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahulllah, definisi

Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan

patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan

para pelakunya.

Kedua, apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka

yang dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya

Page 22: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

21

terjaga diri dan hartanya, baik dia meyakini Islam atau tidak. Sedangkan kata

iman berkaitan dengan amal hati.

Secara umum hubungan Islam dan Negara di Indonesia dapat digolongkan

ke dalam 2 (dua) bagian, yakni pertama hubungan yang bersifat antagonostik.

Hubungan ini mencirikan adanya ketegangan antara Negara dan Islam politik

(political Islam) pada masa kemerdekaan samapai pada pasca revolusi pernah

dianggap sebagai pesaing kekuasaan yang dapat mengusik basis kebangsaan

Negara. Intinya pada masa ini Negara mencurigai Islam sebagai ancaman dan di

cap sebagai kekuatan “ekstrem kanan” yang potensial dapat menandingi eksistensi

Negara. Disini Negara terus berusaha menghalangi dan melakukan domestikasi

terhadap gerak ideologis politik Islam.

Dan kedua hubungan yang bersifat akomodatif. Hubungn model ini

setidaknya terjadi padamedio 1980-an. Hal ini ditandai dengan semakin besarnya

peluangumat Islam dalam mengembangkan wacana politiknya dan muncul

kebijakan-kebijakan yang dianggap positif bagi kalangan umat Islam.

Three Paradigm:

1. The First – believes is religion and state cannot be separated (integrated).

2. The Second – believed is religion and state are related each other

(symbiotic).

3. The Third – believes is religion and state should be separated

(sekularism).

Page 23: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

22

Beberapa Pandangan:

1. Syari’ah sebagai hukum fundamental (dasar) suatu negara.

2. Meninggalkan hukum syari’ah seluruhnya, dan negara menjadi

sekularisme.

3. Kompromi terhadap dua domain, syari’ah dan negara. Contoh: Indonesia,

Malaysia, Siria, Mesir.

Di Indonesia, hukum Islam tidak bisa dimatikan dalam sistem hukum

kenegaraan kita. Kita akan kaji bahwa Islam tidak pernah meninggalkan negara.

Dalam konteksnya, terdapat 3 pandangan posisi agama dan negara yaitu:

Pertama, agama tidak mendapat tempat sama sekali dalam kehidupan

bernegara. Agama dipandang sebagai sesuatu yang berbahaya bagaikan candu

bagi masyarakat. Agama dipandang sebagai ilusi belaka yang diciptakan kaum

agamawan yang berkolaborasi dengan penguasa borjuis, dengan tujuan untuk

meninabobokkan rakyat sehingga rakyat lebih mudah ditindas dieksploitir dan.

Agama dianggap khayalan, karena berhubungan dengan hal-hal ghaib yang non-

empirik. Segala sesuatu yang ada, dalam pandangan ini, adalah benda (materi)

belaka. Inilah pandangan ideologi Komunisme-Sosialisme, yang menganut

ideologi serupa- sudah bermetamorfosis menjadi kapitalisme.

Kedua, agama terpisah dari negara. Pandangan ini tidak menafikan agama,

tetapi hanya menolak peran agama dalam kehidupan publik. Agama hanya

menjadi urusan pribadi antara manusia dengan Tuhan, atau sekedar sebagai ajaran

moral atau etika bagi individu, tetapi tidak menjadi peraturan untuk kehidupan

Page 24: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

23

bernegara dan bermasyarakat, seperti peraturan untuk sistem pemerintahan, sistem

ekonomi, sistem sosial, dan sebagainya.

Pandangan ini dikenal dengan Sekularisme, yang menjadi asas ideologi

Kapitalisme yang dianut negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Eropa

serta negara-negara lain pengikut mereka.

Ketiga, agama tidak terpisah dari negara, sebab agama mengatur segala

aspek kehidupan, termasuk di dalamnya aspek politik dan kenegaraan. Agama

bukan sekedar urusan pribadi atau ajaran moral yang bersifat individual belaka,

melainkan pengatur bagi seluruh interaksi yang dilakukan oleh manusia dalam

hidupnya, baik interaksi manusia dengan Tuhan, manusia dengan dirinya sendiri,

maupun manusia yang satu dengan manusia yang lain. Keberadaan negara bahkan

dipandanng sebagai syarat mutlak agar seluruh peraturan agama dapat

diterapkan. Inilah pandangan ideologi Islam, yang pernah diterapkan sejak

Rasulullah Saw. berhijrah dan menjadi kepala negara Islam di Madinah.

Adapun relevansi/implementasi hakikat konstitusi madinah dengan

konstitusi pemerintahan indonesia adalah sebagai berikut:

1. ada saat pembentukan kedua konstitusi ada suasana kebatinan yang sama

yaitu dibangun oleh berbagai kelompok agama dan suku yang berbeda.

2. Ada kemiripan yang bersifat prinsip pada uud 1945 dan konstitusi Madinah,

pada pembukaan UUD 1945 kata “Allah” disebut 2 kali kata dan pada

konstitusi Madinah kata “Allah” disebut 14 kali, kata “Muhammad” 5 kali,

kata “Nabi” 1 kali.

Page 25: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

24

3. Adanya kalimat tauhid pada kedua konstitusi itu. Pada muqoddimah UUD

1945 kalimat “atas berkat rahmat allah yang maha kuasa” pada konstitusi

Madinah kalimat “dengan nama allah yang maha rahman dan rahim”.

4. Trdapatnya prinsip monoteisme. Kelima, terdapatnya prinsip persatuan dan

kesatuan. Keenam, terdapatnya prinsip persamaan dan keadilan. Ketujuh,

terdapatnya prinsip kebebasan beragama. Kedelapan, terdapatnya prinsip

bela negara. Kesembilan, terdapatnya prinsip pelestarian adat yang baik. Dan

kesepuluh terdapat prinsip supremasi syari’at.

5. Adapun perbedaan pada konsep rule of law dan rechsstaat dengan konstitusi

Madinah, manusia kedudukannya dalam kedua konsep ini diletakkan dalam

titik sentral pada konstitusi madinah manusia diletakkan dalam sebuah tujuan

membangun sebuah masyarakat berdasarkan ridho Allah.

6. Dalam Islam, posisi agama dan negara dijelaskan prinsip-prinsipnya dalam

piagam Madinah sebagai negara hukum yaitu: prinsip umat, prinsip persatuan

dan persaudaraan, prinsip persamaan, prinsip kebebasan, prinsip hubungan

antar pemeluk agama, prinsip pertahanan, prinsip hidup bertetangga, prinsip

tolong-menolong, membela yang lemah dan teraniaya, prinsip perdamaian,

prinsip musyawarah, prinsip keadilan, prinsip pelaksanaan hukum, prinsip

kepemimpinan, prinsip ketakwaan, amar ma’ruf dan nahi munkar.

Page 26: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

25

Pra Independent (Sebelum Kemerdekaan)

Ada dua kelompok besar:

1. Group Nation atau kelompok kebudayaan => non theokrasi, menginginkan

tidak adanya agama dalam negara (sekular) => Soekarno, Moh. Hatta, Yamin,

... dan lain-lain.

2. Group Islamic atau kelompok Islami => theokrasi, menginginkan adanya

negara Islam => Moh. Natsir, Cokroaminoto, ... dan lain-lain.

Hal ini menimbulkan pergulatan yang sangat tajam antara sekular dan Islam.

Corak Hubungan Agama dan Negara (Era Soeharto):

1. Nuansa Antagoninic => dimulai DI/TII => negara dan Islam saling

mencurigai.

2. Nuansa Kritis => kiblat ke Francis (jilbab menjadi privasi).

3. Nuansa Saling Menghargai.

4. Nuansa Kemesraan => agama dan negara saling menopang.

Page 27: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

26

RELASI AGAMA DAN NEGARA (PERSFEKTIF PANCASILA)

Relasi agama dan negara sebagaimana dialami Indonesia selalu mengalami

pasang surut. Suatu ketika hubungan di antara keduanya berlangsung harmonis

sebagaimana terjadi belakangan ini, namun di saat yang lain mengalami

ketegangan sebagaimana tercermin dari pemberontakan atas nama agama di tahun

1950-1960. Maklumlah, relasi antar keduanya tidak berdiri sendiri, melainkan

juga dipengaruhi persoalan politik, ekonomi dan budaya.

Dari sisi Islam menurut Katerina Dalacaoura relasi agama (Islam) dan

politik (negara) tidak dapat dipisahkan. Dalacaoura menyebutkan dalam bukunya

Islam Liberalism & Human Right bahwa; religion and politics are one.

Relasi di Indonesia memperlihatkan terdapatnya “jalinan mutualisme”

antara agama dan negara. Negara diisi oleh spirit kerohanian agama dan agama

dilindungi bahkann ditertibkan (diatur) oleh negara. Keberadaan UU Perkawinan

dan UU Peradilan Agama memperlihatkan peran negara dalam hukum agama.

Namun jika dilihat dalam takaran yang lebih luas dan dalam, keberadaan produk

perundang-undangan tersebut juga memperlihatkan bahwa agama mempengaruhi

jalannya hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah (masyarakat).

Dengan kata lain agama juga berperan serta dalam pemerintahan.

Hubungan negara dan agama yang seperti dijelaskan di atas seringkali

menjadi “rumit”. Agama seringkali dipergunakan untuk bertentangan dengan

pemerintahan atau pemerintahan sering dijadikan kekuatan untuk menekan agama.

Page 28: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

27

Dalam diskursus politikdan ketatanegaraan serta agama jalinan tersebut masih

diperdebatkan dan dikaji baik di (negara) Barat maupun di (negara) Timur.

Agar hubungan antar agama dan negara tetap harmonis di tengah-tengah

dinamika kehidupan politik, ekonomi, dan budaya kita perlu mendiskusikannya

terus menerus, sehingga kita sampai pada pemahaman bahwa agama dan negara

bagai dua sisi mata uang, dimana keduanya bisa dibedakan, namun tidak bisa

dipisahkan satu sama lain karena keduanya saling membutuhkan.16

Kedudukan Pancasila dalam Konteks Berbangsa dan Bernegara:

1. Sumber dari segala sumber hukum.

2. Mengandung nilai-nilai universal.

3. Sebagai nilai etik dan moral.

Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara

Pancasila disebut sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, karena nilai-

nilai yang terkandung dlam sila-silanya tersebut dari waktu ke waktu dan secara

tetap telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan bangsa

Indonesia.

Sebagai pandangn hidup bangsa Indonesia, maka Pancasila dipergunakan

sebagai petnjuk hidup sehari-hari, dan digunakan sebagai petunjuk arah semua

kegiatan didalam segala bidang. Dalam pelaksanaannya tidak boleh bertentangan

16

Ahmad Ali Nurdin, Agama dan Politik: Kumpulan Makalah untuk Diskusi Kelompok,

UIN SGD Bandung.

Page 29: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

28

dengan norma-norma kehidupan, baik nrma agama, norma kesusialaan, norma

sopan santun maupun norma hukum yang berlaku.

Dalam pandangan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan

yang dicita-citakan dan pikiran-pikiran yang terdalam serta gagasan yang

dianggap baik. Dari hal itu, pandangan hidup suatu bangsa merupakan masalah

yang sangat asasi bagi kekokohan dan kelestarian suatu bangsa.

Definisi atau batasan tentang pandangan hidup suatu bangsa ini pernah kita

dapati dalam buku pengantar pemahaman atas latar belakang Ketetapan No.

II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau

Ekaprasetia Pancakarsa, yang pada Bab Pendahuluan merumuskan “pandangan

hidup sesuatu bangsa adalah suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang dmiliki oleh

bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada

bangsa itu untuk mewujudkannya”.

Berdasarkan hasil sidang istimewa MPR RI bulan November 1998

Ketetapan No. II/MPR/1978 tersebut diatas telah dinyatakan dicabut dengan

ketetapan MPR RI No.XVIII/MPR/1998.

Dari segi kedudukannya, Pancasila mempunyai kedudukan yang tinggi

yakni sebagai cita-cita dan Pandangan Hidup Bangsa dan Negara RI, sedangkan

dilihat dari segi fungsinya Pancasila mempunyai fungsi utama sebagai Dasar

Negara RI.17

17

Subandi Al Marsudi, Pancasila Dan UUD ’45: Dalam Paradigma Reformasi Edisi

Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 6-7

Page 30: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

29

Secara etimologis, ideologi berasal dari kata ideo berarti gagasan-gagasan

dan logos berarti ilmu. jadi, secara etimologis (asal-usul bahasa), ideologi berarti

ilmu tentang gagasan-gagasan atau ilmu yang mempelajari asal-usul ide.18

Pancasila sebagai Dasar Negara RI

Pancasila dalam pegertian ini sering disebut sebagai dasar falsafah negara,

Philosofische Grondslag dari Negara, ideologi negara, staatsidee. Pancasila

sebagai dasar negara RI berarti pancasila itu ijadikan dasar dalam mengatur,

menyelenggarakan pemerintah negara. Ruusan pancasila sebagai negara RI yang

sah tercantum dalam pembukaan UUD 1945 pada aleia keempat.

Selanjutya pancasila sebagaimana yang termuat dalam pembukaan UUD

1945 tersebut dituangkan dalam wujud berbagai aturan-aturan dasar atau pokok

sperti yang terdapat dalam batang tubuh UUD 1945 dalam bentuk pasal-pasalnya,

yang kemudian dijabarkan lagi ke dalam berbagai ketetapan majelis

permusyawaratan rakyat serta peraturan perundang-undangan lainnya, yaitu

sekedar mengenai bagian yan tertulis sedangkan yang tidak tertulis terpelihara

dalam konfensi atau kebiasaan ketatanegaraan.

Dalam kaitannya dengan fungsi pancasila yang demikian ini, maka

pelaksanaan pancasila mempunyai sifat mengikat dan keharusan atau bersifat

imperatif, rtinya sebagai norma-norma hukum yang tidak boleh dikesampingkan

maupun dilanggar, sedangkan pelanggaran atasya dapat berakibat hukum

dikenakannya suatu sanksi. Misalnya, bagi orang yang melakukan tindak pidana

18

Muslim Mufti, Teori-Teori Politik, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 200

Page 31: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

30

pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, penghinaan terhadap kepala negara,

maupun terhadap ideologi negara pancasila, dapat dikenakan hukuman

fisik/penjara sesuai dengan berat ringannya kejahatan yang ia lakukan.19

Ideologi adalah suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh

seseorang atau sekelompok orang dijadikan sebagai pandangan hidup.

Kathleen Knight menyatakan bahwa istilah ideologi pertama kali

dipopulerkan oleh Count Antoine Destutt de Tracy dalam karyanya, Elements

d’Ideologie yang terbit di Prancis pada era Napoleon tahun 1817.20

Hubungan manusia dengan cita-citanya disebut dengan ideologi. Ideologi

berisi seperangkat nilai, dimana nilai-nilai itu menjadi cita-citanya atau manusia

bekerja dan bertindak untuk mencapai nilai-nilai tersebut.

Ideologi atau pandangan hidup berkenaan dengan sikap manusia didalam

memandang diri dan lingkungannya. Sikap manusia ini dibentuk oleh adanya

kekuatan yang bersemayam pada diri manusia, yakni iman, cipta, rasa dan karsa,

yang membentuk pandangan hidup perorangan yang kemudian beradaptasi

dengan pandangan hidup perorangan lainnya menjadi pandangan hidup kelompok.

Hubungan antara kehidupan kelompok yang satu dengan kelompok lainnya

melahirkan suatu pandangan hidup bangsa. Padmo Wahjono, memberikan arti

pandangan hidup ini sebagai “prinsip” atau asas yang mendasari segala jawaban

terhadap pertanyaan dasar; untuk apa seseorang itu hidup.21

19

Op.Cit., hlm. 8-9 20

Op.Cit., hlm. 201 21

Padmo Wahjono, Masalah-Masalah Aktual Ketatanegaraan, Yayasan Wisma

Djokosoetono, Jakarta, 1991, hlm. 25.

Page 32: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

31

A.S. Hornby, ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk

landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh seseorang atau

sekelompok orang. Menurut Soerjono Soekanto, ideologi adalah kumpulan,

gagasa, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang

menyangkut bidang poltik, sosial-budaya, dan agama. Gunawan Setiardja

berpendapat bahwa, ideologi adalah sebagai seperangkat ide asasi (dasar) tentang

manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup. Frans

Magnis Soeseno, ideologi adalah suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan

menjadi ideologi tertutup dan ideologi terbuka.

1. Ideologi tertutup => pemikirannya hanya dipahami sekelompok orang.

Ciri-ciri ideologi tertutup:

a. Merupakan cita-cita suatu kelompok untuk mengubah dan memperbarui

masyarakat.

b. Atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang

dibebankan kepada masyarakat.

c. Berisi beberapa tuntutan konkret dan operasional yang keras dan mutlak.

2. Ideologi terbuka adalah pancasila.

Ciri-ciri ideologi terbuka:

a. Diambil dan digali dari moral dan budaya masyarakat.

b. Hasil musyawarah dari konsensus masyarakat.

c. Nilai-nilai bersifat dasar, hanya secara garis besar, dan tidak langsung

operasional.

Page 33: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

32

Fungsi Utama Ideologi di dalam Masyarakat

Harus bertujuan dan bercita-cita untuk mencapai suatu masyarakat yang

bersatu dan pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar pada

pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa.

Sifat ideologi pancasila, ada tiga yaitu:

1. Dimensi realitas, ialah dimensi dimana nilai yang terkandung di dalam

dirinya bersumber dari nilai-nilai hidup dalam masyarakat.

2. Dimensi idealisme, ialah ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin

dicapai dalam berbagai bidang dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

3. Dimensi fleksibilitas, ideologi itu menyegarkan, memelihara dan

memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu, sehingga bersifat dinamis

dan demokratis.

Pasal 29 ayat 1 dan 2 dan Sem.pan tahun 59 sila 1 dasar sila dan UU lainnya.

Page 34: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

33

KYAI DAN POLITIK

Kata lain dari kyai (ajengan) ialah ulama, ustadz, penceramah, dan lain-

lain. Ulama dalam fiqh pengertiannya sangat spesifik, penggunaannya tidak boleh

dipakai oleh sembarang orang. Kyai, merupakan panggilan yang bersifat lokal di

pulau Jawa, Jateng, dan Jatim. Kyai disematkan kepada orang yang dituakan,

bukan dalam masalah agama, tetapi juga dalam masalah lain. Benda-benda pun

sering disebut kyai. Contoh: di Cirebon ada keris yang dipanggil kyai. Sedangkan

ustadz, disematkan kepada orang yang mengajar agama (guru agama). Dalam

status sosial, kyai di daerah pedesaan menerima penghormatan lebih tinggi.

Sebutan lain kyai, di Sunda = ajengan, Aceh = teungku, Sumbar = Buya,

Makassar = Tofranrita, Madura = nul atau bendara, Lombok = tuan guru.

Tipologi Jaringan Kyai

Kyai pesantren mempunyai tipolgi yang bervariasi. Posisi sentral kyai

dalam konteks sosial keagamaan dan politik, secara historis sudah berlangsung

sejak zaman sebelum kemerdekaan. Peran penting kyai dalam masyarakat

pedesaan juga diakui kurasawa (1993) yang melihatt kyai sebagai pemimpin

spiritual dan memperoleh kehormatan dari rakyat. Lebih lanjut kurasawa

menyatakan bahwa ketika zaman penjajahan belanda banyak kyai yang berpern

sebagai pemimpin gerakan anti penjajahan, sehingga ditakuti belanda.

Kyai mempunyai pengaruh dan kharisma yang kuat yang menempatkan

mereka menjadi kekuatan politik tersendiri dlam masyarakat. Kekuatan ini yang

Page 35: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

34

membuat kyai dan pesantrennya seringkali menjadi sasaran tarik-menarik antar

kekuatan sosial politik di indonesia. Dengan figur kharismatik ini kyai ikut

berpengaruh dalam membentuk kehidupan sosial, kultural dan keagamaan warga

masyarakat.

Berbagai tipologi jaringan kyai, ialah sebagai berikut:

1. Jaringan ideologis, adalah persamaan kepentinga ideologis.

2. Jaringan geneologis, adalah terbentuk melalui hubungan darah atau

kekerabatan.

3. Jaringan intelektual, adalah terbentuk melalui proses pembelajaran, kyai

sebagai guru dan santri sebagai murid.

4. Jaringan kelembagaan, adalah melalui institusi MUI yang mewadahi

pertemuan para kyai dari berbagai organisasi sosial keagamaan (NU,

Muhammadiyah, Persis).

5. Jaringan tarekat, adalah terbentuk karena ada aktivitas spiritual keagamaan

dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan.

Sistem interaksi di kalangan santri berjalan melalui kontak langsung dan

dilandai prinsip persaudaraan yang terjalin kuat antara santri yang satu dengan

santri lainnya. Pola hubungan di kalangan santri yang mengarah kepada

persahabatan sejati ini didasrkan atas hubungan simpatik yang berarti suatu

keinginan untuk mengidentifikasikan kepentingan. Semakin individualis seeorang,

semakin sukar baginya untuk berusaha mengidentifikasikan dirinya dengan orang

lain.

Page 36: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

35

Tradisi Hubungan Kyai dan Santri

1. Pola hubungan guru-murid, adalah hubungan yang terjalin antara kyai dan

santri sebagaimana layaknya antara guru dengan murid dalam hubungan

formal.

2. Pola hubungan bapak-anak, yaitu pola hubungan yang terjalin antara kyai

dengan santrinya sebagaimana layaknya antara bapak dengan anak

Dalam pandangan kyai, santri disamping sebagi anak didiknya juga

dianggap sebagai bagian dari keluarganya. Tindakan ini mendorong terbentuknya

pola hubungan yang terjalin antara kyai dengan santri sebagaimana layaknya

hubungan antara bapak dan anak.

Tipologi dan Orientasi Aktivitas Kyai Pesantren

1. Kyai pesantren tipe kyai kitab, yaitu kyai pesantren yang berperan sebagi

pendidik yang mengajarkan ilmu agama melalui kajian terhadap kitab-

kitab kuning (klasik).

2. Kyai pesantren tipe kyai spiritual, yaitu kyai pesantren yang berperan

sebagai mursyid (guru) dalam suatu jama’ah tarekat. Perannya dalam hal

ini sebagai pembimbing jama’ahnya dalam memahami tarekat yang

diikutinya agar terfokus kepada aktivitas mensucikan hati untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan.

3. Kyai pesantren tipe kyai hikmah, yaitu kyai pesantren yang memiliki

kemampuan supranatural dan memberikan pelayanan pertolongan kepada

Page 37: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

36

masyarakat untuk mendapatkan pengobatan alternatif, pemberian amalan

zikir, wiridan, serta do’a untuk keberkahan.

4. Kyai pesantren tipe kyai advokatif, yaitu kyai pesantren yang

memperhatikan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat serta mampu

berperan secara langsung melakukan kontrol sosial kepada masyarakat

sekitarnya.

5. Kyai pesantren tipe kyai politik, yaitu kyai pesantren yang menjadi

pengurus partai politik. Dalam pandangan tipe kyai politik, aktivitas

politik hanya sebagai kendaraan untuk mengatur kehidupan di dunia,

sedangkan urusan mengajar di pesantren menyangkut kepentingan

kehidupan dunia dan akhirat yang harus dijalani dengan sebaik-baiknya.22

Hubungan Kyai dan Politik: Agama Dan Politik

1. Sangat dekat/ integrated.

2. Simbiotik => adanya hubungan, tapi ada jarak.

3. Sekular => memisahkan sama sekali agama dan politik.

Tiga Tipologi Budaya Politik Kyai

Menurut Almond dan Verba, budaya politik memiliki tipe tersendiri.

Melalui hasil penelitian lima negara, keduanya menyimpulkan bahwa terdapat tiga

budaya politik yang dominan terdapat di tengah individu. Tipe budaya politik

22

Ahmad Ali Nurdin, Agama dan Politik: Kumpulan Makalah untuk Diskusi Kelompok,

UIN SGD Bandung.

Page 38: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

37

berarti jenis kecenderungan individu didalam sistem politik. Tipe-tipe budaya

politik yang ada adalah sebagai berikut.

1. Budaya Politik Kyai Pesantren Parokial.23

Budaya politik parokial ini merupakan tipe budaya politik yang ikatan

seorang individu terhadap sistem politik tidak begitu kuat, baik secara

kognitif maupun afektif. Dalam tipe budaya politik ini, tidak ada peran politik

yang bersifat khusus. Individu tidak mengharapkan perubahan apa pun dari

sistem politik. Hal ini dikibatkan individu tidak merasa bahwa ia adalah

bagian dari sebuah bangsa secara keseluruhan. Ia hanya merasa bahwa

mereka terikat dengan kekuasaan yang dekat dengannya, mislnya suku,

agama, ataupun daerahnya.

Budaya politik parokial terlihat jelas dalam budaya masyarakat yang

masih nomaden, seperti kafilah badui Jazirah Arabia, suku pedalaman

Indonesia, seperti Kubu, Dani, Asmat, Anak Dalam, dan sejenisny. Contoh

tersebut tertuang dalam pengertian fisik. Adapun contoh parokialisme dalam

pengertian lebih luas, misalnya sebagian warga Aceh yang hendak

memisahkan diri dari Republik Indonesia adalah penganut budaya politik

parokial, sebab mereka tidak mengidentifikasi diri sebagai warga negara

Republik Indonesia. Secara garis besar ialah, dalam budaya politik parokial,

kyai menutup diri terhadap aktivitas politik.

2. Budaya Politik Kyai Pesantren Subjek.24

23

Muslim Mufti, Teori-Teori Politik, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 81 24

Ibid.

Page 39: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

38

Tingkatan budaya politik subjek lebih tinggi daripada budaya parokial

karena individu merasa bahwa mereka adalah bagian dari warga suatu negara.

Individu yang berbudaya politik subjek memberi perhatian yang cukup

terhadap politik, tetapi sifatnya pasif. Mereka kerap mengikuti berita-berita

politik, tetapi tidak bangga atasnya. Secara emosional, mereka tidak merasa

terlibat dengan negaranya. Ketika membicarakan masalah politik tidak

merasa nyaman sebab mereka tidak memercayai orang lain dengan mudah.

Bagian ujung yang lain, saat berhadapan dengan institusi negara, mereka

merasa lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Budaya politik subjek banyak berlangsung di negara-negara yang kuat

(strong government), tetapi bercorak otoritarian atau totalitarian. Misalnya,

budaya ini banyak terjadi di Indonesia pada masa Orde Baru. Pada masa

tersebut, orang tidak berani berbicara masalah politik secara bebas, terlebih

lagi mengkritik presiden ataupun keluarganya. Gejala ini juga terjadi di Cina,

Korea Utara, Kuba, atau sebagian negara makmur, seperti Arab Saudi,

Singapura, ataupun Malaysia, yang sistem politiknya belum sepenuhnya

demokrasi. Intinya, kyai tidak ikut berpartisipasi dalam politik secara pasif,

tetapi juga tida ikut berpartisipasi secara aktif.

3. Budaya Politik Kyai Pesantren Partisipan.25

Budaya politik partisipan adalah budaya politik yang lebih tinggi

tingkatannya dari budaya subjek. Dalam budaya politik partisipan, individu

mengerti bahwa mereka adalah warga negara yang mempunyai sejumlah hak

25

Ibid., hlm. 82

Page 40: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

39

dan kewajiban, misalnya hak untuk menyatakan pendapat, memperoleh

pekerjaan, penghasilan, pendidikan, dan pada sisi lain, misalnya kewajiban

untuk membayar pajak, dan sebagainya.

Dalam budaya politik partisipan, individu sering dan merasa bebas

mendiskusikan masalah politik. Mereka merasa bahwa hingga tingkatan

tertentu, mereka dapat mempengaruhi perpolitikan negara. Mereka pun

merasa bebas dan mampu mendirikan organisasi politik, baik untuk

memprotes maupun mendukung pemerintah. Jika tidak mendirikan organisasi

politik, mereka bergabung dalam organisasi sukarela, baik bersifat politik

maupun tidak. Ketika mengikuti pemilu, mereka cukup merasa bangga.

Budaya politik partisipan banyak terjadi di negara-negara dengan

tingkat kemakmuran dan keadilan yang cukup tinggi. Sebaliknya budaya

politik partisipan jarang terdapat di negara-negara yang masih bercorak

otoritarian, totaliter, ataupun terbelakang secara ekonomi. Jika tidak makmur

secara ekonomi, budaya politik partisipan muncul dalam sistem politik yang

terbuka, seperti demokrasi liberal. Intinya, ialah kyai ikut berpartisipasi

secara menyeluruh.

Page 41: RESUME MATERI PERKULIAHAN AGAMA DAN POLITIK · PDF file4 3. Agama sebagai organisasi keagamaan, mengacu pada eksistensi lembaga-lembaga keulamaan (cleric institutions). Contoh: MUI,

40

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah.

Al Marsudi, Subandi. Pancasila Dan UUD ’45: Dalam Paradigma Reformasi

Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Fauzi, Muhammad. 2007. Agama dan Realitas Sosial: Renungan dan Jalan

Menuju Kebahagiaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Ghazali, Adeng Muchtar. 2011. Antropologi Agama. Bandung: Alfabeta.

Kahmad, Dadang. 2009. Sosiologi Agama. Bandung: Rosdakarya.

Mufti, Muslim. 2013. Teori-Teori Politik. Bandung: Pustaka Setia.

Nurdin, Ahmad Ali. Agama dan Politik: Kumpulan Makalah untuk Diskusi

Kelompok. UIN SGD Bandung.

Rahman, Taufiq. 2011. Glosari Teori Sosial. Bandung: Ibnu Sina Press.

Wahjono, Padmo. 1991. Masalah-Masalah Aktual Ketatanegaraan. Jakarta:

Yayasan Wisma Djokosoetono.