· Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari...

15
Tugas Akhir : Salma Nisrina Nurhanifah, SH. Fakultas : Hukum Anak Pecandu Narkotika, Orang Tua Harus Apa? Skripsi berjudul “Kewajiban Orang Tua Melaporkan Anaknya sebagai Pecandu Narkotika” mengantarkan Salma Nisrina Nurhanifah mendapatkan predikat Skripsi Menarik. Calon wisudawan Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya ini meneliti tentang fenomena penyalahgunaan narkotika pada anak. Menurutnya hal ini harus menjadi perhatian lebih lagi bagi pemerintah dan juga orang tua. Topik ini menarik perhatian Salma karena adanya pertentangan peraturan antara dua kewajiban hukum yang harus dilaksanakan oleh orang tua, sehingga membuat mereka bingung. Pasal 26 Ayat (1) Huruf A UU No 35/2014 tentang Perlindungan Anak mengatur kewajiban orang tua dalam melindungi anaknya. Namun hal ini bertentangan dengan Pasal 55 Ayat (1) UU No 35/2009 tentang Narkotika, di mana orang tua pecandu narkotika wajib melaporkan anak mereka kepada instansi terkait . Anak bisa menjadi sasaran narkoba karena dalam masa tumbuh kembangnya, mereka memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi pada hal-hal baru. Apalagi mereka belum bisa menyaring segala jenis informasi yang masuk sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar mereka yang mereka anggap baik. Dari situlah para pengedar narkoba tidak kekurangan akal dalam mencari mangsanya melalui berbagai cara untuk mempengaruhi anak-anak. Lebih lanjut, mantan anggota DPM Fakultas Hukum Untag Surabaya ini memaparkan yuridisi inormatif yang dilakukan. Adanya dua kewajiban hukum yang saling bertentangan ini menyebabkan inkonsistensi norma. Pasal 55 ayat (1) UU No 35/2009 tidak sesuai dengan Pasal 26 ayat (1) huruf A UU No 35/2014 karena adanya kata ‘wajib’ dalam pasal tersebut yang mengakibatkan pertentangan dua kewajiban hukum yang harus dilaksanakan oleh orang tua yang memiliki anak sebagai pecandu narkotika. Dari hasil penelitiannya, Salma menjelaskan bahwa orang tua yang memilih melakukan rehabilitasi pada anaknya tidak dapat dipidana karena adanya alasan penghapus pidana. Artinya, orang tua tersebut secara pribadi telah melindungi masa depan anaknya. Dengan

Transcript of  · Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari...

Page 1:  · Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan Pengetahuan tentang Corona Virus dengan Kecemasan sebagai

Tugas Akhir : Salma Nisrina Nurhanifah, SH.Fakultas : Hukum

Anak Pecandu Narkotika, Orang Tua Harus Apa?

Skripsi berjudul “Kewajiban Orang Tua Melaporkan Anaknya sebagai Pecandu Narkotika” mengantarkan Salma Nisrina Nurhanifah mendapatkan predikat Skripsi Menarik. Calon wisudawan Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya ini meneliti tentang fenomena penyalahgunaan narkotika pada anak. Menurutnya hal ini harus menjadi perhatian lebih lagi bagi pemerintah dan juga orang tua.

Topik ini menarik perhatian Salma karena adanya pertentangan peraturan antara dua kewajiban hukum yang harus dilaksanakan oleh orang tua, sehingga membuat mereka bingung. Pasal 26 Ayat (1) Huruf A UU No 35/2014 tentang Perlindungan Anak mengatur kewajiban orang tua dalam melindungi anaknya. Namun hal ini bertentangan dengan Pasal 55 Ayat (1) UU No 35/2009 tentang Narkotika, di mana orang tua pecandu narkotika wajib melaporkan anak mereka kepada instansi terkait.

Anak bisa menjadi sasaran narkoba karena dalam masa tumbuh kembangnya, mereka memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi pada hal-hal baru. Apalagi mereka belum bisa menyaring segala jenis informasi yang masuk sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar mereka yang mereka anggap baik. Dari situlah para pengedar narkoba tidak kekurangan akal dalam mencari mangsanya melalui berbagai cara untuk mempengaruhi anak-anak.

Lebih lanjut, mantan anggota DPM Fakultas Hukum Untag Surabaya ini memaparkan yuridisi inormatif yang dilakukan. Adanya dua kewajiban hukum yang saling bertentangan ini menyebabkan inkonsistensi norma. Pasal 55 ayat (1) UU No 35/2009 tidak sesuai dengan Pasal 26 ayat (1) huruf A UU No 35/2014 karena adanya kata ‘wajib’ dalam pasal tersebut yang mengakibatkan pertentangan dua kewajiban hukum yang harus dilaksanakan oleh orang tua yang memiliki anak sebagai pecandu narkotika.

Dari hasil penelitiannya, Salma menjelaskan bahwa orang tua yang memilih melakukan rehabilitasi pada anaknya tidak dapat dipidana karena adanya alasan penghapus pidana. Artinya, orang tua tersebut secara pribadi telah melindungi masa depan anaknya. Dengan inkonsistensi norma ini, Salma berharap pemerintah dapat menganulir kata ‘wajib’ dalam Pasal 55 Ayat (1) tentang UU Narkotika, agar tidak menjebak dan lebih menjamin kepastian hukum bagi orang tua yang memiliki anak sebagai pecandu narkotika.

Page 2:  · Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan Pengetahuan tentang Corona Virus dengan Kecemasan sebagai

Dokumentasi

Page 3:  · Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan Pengetahuan tentang Corona Virus dengan Kecemasan sebagai

Nama : Farida Munawaroh, S.Psi.Fakultas : Psikologi

Kecanduan Game Online Sebabkan Regulasi Diri Rendah

Dewasa ini, fenomena merebaknya game online di kalangan remaja, baik itu usia sekolah hingga mahasiswa sangat marak terjadi. Seringkali game online membuat pemainnya mengalami kecanduan atau adiksi. Game online membuat seseorang menjadi mengabaikan aktivitas lainnya dan memilih bermain dengan gadget hingga berjam-jam. Selain itu, game online membuat para pemainnya pasif dalam lingkungan sosialnya di dunia nyata dan lebih mementingkan kehidupan sosialnya di dunia maya. Berangkat dari hal tersebut, Farida Munawaroh, calon wisudawan Fakultas Psikologi Untag Surabaya meneliti tentang hubungan antara regulasi diri dan konformitas dengan kecanduan game online pada mahasiswa.

Pada penelitiannya, Farida mengambil subjek peneltian yakni mahasiswa Psikologi Untag Surabaya Angkatan 2016 dengan durasi bermain game online minimal 6 jam sehari. “Ini berdasarkan penjelasan WHO yang menyatakan bahwa seseorang yang kecanduan game online akan bermain selama 30 jam perminggu atau sekitar 6 jam perhari,” terang Putri dari pasangan M. Munir dan Nurhayati itu. Sulung dari dua bersaudara ini menemukan bahwa terdapat hubungan antara regulasi diri dan konformitas secara bersama-sama dengan kecanduan game online. “Mereka yang mengalami kecanduan game online cenderung mempunyai regulasi diri yang rendah atau kurang baik. Hal ini mengakibatkan kurangnya perhatian atau cenderung abai dengan kewajiban yang lebih penting” terang Farida. Sementara itu, mereka yang mengalami kecanduan game online cenderung memiliki konformitas yang relatif tinggi. Mahasiswa yang rela menghabiskan waktu hanya untuk bermain game online demi mencapai target yang diharapkan dalam permainan seringkali sebagai bentuk upaya agar ia dapat diterima oleh kelompoknya.

“Saat bermain game online membuat mahasiswa rela meninggalkan aktivitas yang lebih prioritas dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Hal ini erat kaitannya dengan regulasi diri,” ungkap Farida. Disisi lain, banyak ditemukan mahasiswa yang rela mengabiskan waktu hanya untuk bermain game online demi mencapai target yang diharapkan sebagai upaya agar ia dapat diterima oleh kelompoknya. “Biasanya untuk bermain game seperti ini ada komunitasnya juga, nah ini berkaitan dengan konformitas. Jadi mereka rela bermain berjam-jam sebagai upaya agar bisa diterima dan diakui oleh kelompoknya,” imbuhnya. Fenomena ini membuat Farida menduga adanya indikasi terhubung antara regulasi diri dan konformitas pada kecanduan game online.

Page 4:  · Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan Pengetahuan tentang Corona Virus dengan Kecemasan sebagai

Dokumentasi

Page 5:  · Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan Pengetahuan tentang Corona Virus dengan Kecemasan sebagai

Nama : Andriana Budi Riastri, S.Psi., M.Psi.Fakultas : Magister Psikologi

Andriana Teliti Kecemasan Nakes di Masa Pandemi

Tenaga kesehatan menjadi garda terdepan di masa pandemi, apalagi dengan semakin banyaknya pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Hal tersebut berdampak pada kecemasan dan kinerja mereka. Fenomena kecemasan tenaga kesehatan semakin meningkat karena khawatir mereka akan menjadi carrier virus bagi keluarga. Belum lagi banyaknya penolakan dan perlakuan yang tidak manusiawi terhadap tenaga kesehatan akibat stigma negatif yang muncul di masyarakat.

Hal inilah yang menjadi latar belakang penelitian Andriana Budi Riastri, S.Psi., M.Psi. yang kini merupakan seorang tenaga Kesehatan. Dengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan Pengetahuan tentang Corona Virus dengan Kecemasan sebagai Variabel Intervening” Andriana meraih predikat Tugas Akhir menarik dari Program Studi Magister Psikologi Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus (Untag) 1945 Surabaya.

Andriana menerangkan, penyebaran virus SARS-Cov-2 yang masih baru menjadikan pengetahuan para tenaga kesehatan akan virus ini masih terbatas. Akibatnya, mereka menanggung resiko terpapar virus lebih besar. Pola pikir masyarakat dan kurangnya pengetahuan tersebut berdampak pada kecemasan serta penilaian dan persepsi negatif terhadap diri sendiri yang dikenal sebagai perceived stigma. Tak mengherankan bila kinerja para tenaga kesehatan turut terdampak.

Anggota Unit Rekam Medis di Rumah Sakit Bantuan Milik TNI di Sidoarjo ini melakukan penelitian pada 135 tenaga kesehatan medis dan non medis yang berusia 20-40 tahun. Selama meneliti, dia mengaku menghadapi tantangan karena minimnya jurnal pendukung. Di samping itu, kuisioner yang disebarkan secara daring juga menuntut kesabaran karena kesibukan para tenaga kesehatan. Meski demikian, Andriana berhasil menyelesaikan penelitiannya selama tiga bulan.

Hasil penelitian menunjukkan pada tingkat pengetahuan tentang COVID-19 dan kecemasan dapat memberikan pengaruh signifikan pada kinerja tenaga kesehatan di RS Bantuan Milik TNI Kota Sidoarjo. Dari hasil penelitiannya tersebut, Andriana menuturkan bahwa para tenaga kesehatan membutuhkan dukungan baik dari masyarakat dan pemerintah. Sosialisasi juga dibutuhkan agar meningkatkan kinerja mereka. Dia berharap, tenaga kesehatan selalu sehat dan semangat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Page 6:  · Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan Pengetahuan tentang Corona Virus dengan Kecemasan sebagai

Dokumentasi

Page 7:  · Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan Pengetahuan tentang Corona Virus dengan Kecemasan sebagai

Nama : Siti Wahyuningsih, S.Psi.Fakultas : Psikologi

Pandemi, Baik Extrovert Maupun Introvert Alami Tingkat Stress yang SamaPandemi yang telah berlangsung selama setahun ini mulai membawa dampak psikologis bagi

sebagian orang. Pembatasan kegiatan hingga adaptasi dengan kebiasaan baru memunculkan indikator-indikator stres seperti rasa cemas, takut yang berlebih, gelisah hingga sulit tidur. Namun tingkat stres yang dialami individu dapat berbeda-beda, salah satunya terkait faktor kepribadian seseorang. Melatarbelakangi penelitian, Siti Wahyuningsih mahasiswi Fakultas Psikologi Untag Surabaya membahas perbedaan tingkat stres antara individu dengan tipe kepribadian introvert dan tipe kepribadian extrovert. “Pada masa pandemi ini banyak orang yang mengalami rasa cemas, merasa gelisah dan tidak tenang hingga sulit tidur. Darisana saya melihat apakah ada perbedaan tingkat stress, utamanya dari tipe kepribadian,” tuturnya.

Peneliatian ini ia mendapatkan 264 responden warga kota Surabaya yang terdampak pandemi dengan rentang usia 18 hingga 30 tahun. Dijelaskan oleh mahasiswi yang akrab disapa Kristal ini, dalam rentang usia tersebut merupakan masa dewasa awal yang juga cukup rentan mengalami permasalahan, utamanya di masa pandemi ini. Pada hasil yang dia peroleh menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kecenderungan stress dengan tipe kepribadian introvert dan extrovert. “Jadi antara kepribadian introvert dan extrovert memiliki kecenderungan yang sama ketika mengalami stres pada masa pandemi, tidak ada perbdaan signifikan,” ungkap Kristal.

Berdasarkan hasil penelitiannya, distribusi data menunjukkan terdapat tiga derajat stres yang dialami responden dalam penelitiannya. Sebanyak 47 responden (17,8%) berada pada derajat stres yang tinggi, 182 responden (68,9%) berada pada derajat stress yang tergolong sedang dan 35 responden (13,3%wahyu) berada pada derajat stres yang rendah. “Hasilnya lebih banyak responden yang memiliki kategori stress yang tergolong sedang,” tutur putri tunggal dari pasangan Arli Banuoso dan Sumarlik ini. Diketahui bahwa individu stres tidak memandang tipe kepribadian. “Pada masa pandemi, semua lapisan masyarakat mengalami stress akibat dampak yang ditimbulkan pandemi sehingga semua lapisan masyarakat memiliki kecenderungan yang sama ketika mengalami stress,” paparnya. Meskipun lebih lanjut Kristal menyatakan, dalam hal ini ia hanya mendapatkan 264 dari 400 responden yang ditentukan untuk bisa mewakili kota Surabaya. “Karenanya penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan,” ungkapnya.

Page 8:  · Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan Pengetahuan tentang Corona Virus dengan Kecemasan sebagai

Dokumentasi

Page 9:  · Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan Pengetahuan tentang Corona Virus dengan Kecemasan sebagai

Nama : Syahvril Aditya, S.KomFakultas : Teknik

Prodi Teknik Informatika

Mahasiswa Untag Surabaya Ciptakan Animal Detector

Era teknologi yang kian berkembang secara pesat, membuka jendela dunia yang memudahkan untuk belajar dimana saja dan kapan saja. Mahasiswa Untag Surabaya kembali membuat inovasi teknologi. Syahvril Aditya, calon wisudawan prodi Teknik Informatika Untag Surabaya membuat aplikasi pengenalan macam-macam hewan yang ia beri nama “Animal Detector” dengan menggunakan teknologi terbaru Artificial Intelligence (AI) berbasis android.

Adanya aplikasi ini bertujuan untuk mempermudah edukasi pengenalan hewan di Indonesia untuk siswa Sekolah Dasar, rentang usia 8-12 tahun. “Saat ini belajar mengenai pengenalan hewan di sekolah hanya dapat dipelajari melalui buku saja, jadi membosankan. Karenanya saya mencoba membuat aplikasi pengenalan macam-macam hewan agar membuat anak-anak tertarik belajar mengenai hewan-hewan,” terang Syahvril yang hobi bermain musik ini.

Sejak Sekolah Menengah Pertama, ia sudah sangat gemar dalam memainkan komputer. Melalui aplikasi tersebut, pengguna cukup men-download dan install aplikasi pada smartphone-nya. Untuk mendeteksi suatu hewan, pengguna hanya perlu mengarahkan kamera atau scan objek hewan tersebut. Setelah itu, teknologi AI dari aplikasi memberikan informasi berbentuk suara mengenai nama dan jenis hewan. “Untuk keterangan masing-masing hewan, saya buat sendiri narasinya. Namun untuk voice saya menggunakan support dari google voice, kemudian download dan program,” papar mahasiswa asli Surabaya itu.

Lebih lanjut, Syahvril menjelaskan penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) dapat mempermudah dalam pengenalan berbagai macam jenis hewan dengan cara menggunakan algoritma Convolutional Neural Network. “Pengenalan hewan menggunakan teknologi Artificial Intelligence dan android ini dapat mengenalkan hewan secara realtime,” terangnya. Hingga saat ini, Syahvril telah melakukan training dataset dengan 15 gambar hewan yakni singa, beruang, jerapah, burung merak, burung hantu, koala, kuda, Komodo, kelinci, gajah, harimau, orang utan, kudanil, kanguru dan badak. “Masing-masing data membutuhkan hampir 1000 foto untuk bisa terdeteksi secara realtime,” imbuhnya.

Sulung dari empat bersaudara ini juga mengaku dapat membuat aplikasi pengenalan benda mati bukan hanya benda hidup seperti yang dilakukan pada penelitian kali ini, “semisal pada bangunan A nanti aplikasi dapat membantu menjelaskan sejarah bangunan itu”. Syahvril yang mengaku arek Suroboyo ini berharap karyanya mengedukasi secara positif untuk generasi penerus terutama untuk anak sekolah dasar (SD) yang merasa jenuh dengan pembelajaran daring, “harapannya bisa dipakai untuk pembelajaran, pengennya memang bisa bekerjasama dengan sekolah-sekolah sehingga bermanfaat,” ungkapnya.

Page 10:  · Web viewDengan tesis berjudul “Kinerja Tenaga Kesehatan di Era Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perceived Stigma dan Pengetahuan tentang Corona Virus dengan Kecemasan sebagai

Dokumentasi