· Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB...

141
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Februari 2018

Transcript of  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB...

Page 1:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Maluku

Februari 2018

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 2:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
Page 3:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
Page 4:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

Misi Bank Indonesia1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-Undang.

Kami sangat mengharapkan komentar, saran dan kritik demi perbaikan buku ini

Alamat Redaksi :Tim Advisory dan Pengembangan EkonomiKantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi MalukuJl. Raya Pattimura No. 7AMBON, 97124

Telp : 0911-352762-63 ext. 8350Fax : 0911-356517e-mail : [email protected]

[email protected]@[email protected]

Homepage

: www.bi.go.id

Page 5:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
Page 6:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

KATA PENGANTAR

Perekonomian Maluku pada triwulan IV-2017 mampu mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi meskipun terpantau melambat. Ekonomi Maluku mampu tumbuh 5,11% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2017 sebesar 5,83% (yoy). Angka pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan IV-2017 mencatatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,19% (yoy). Selain itu, inflasi Maluku terpantau cukup terkendali, yaitu sebesar 0,78% (yoy) pada triwulan IV-2017. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku, terutama dalam menjaga stabilitas harga pangan bergejolak. Ke depan, kami optimis bahwa perekonomian Provinsi Maluku dapat terus tumbuh positif dengan tetap memperhatikan kestabilan harga, khususnya didukung oleh peningkatan koordinasi dan kerjasama antar instansi dalam upaya pengendalian harga.Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Maluku ini disusun secara rutin triwulanan sebagai salah satu perwujudan pencapaian sasaran strategis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku, yaitu pengoptimalan hasil kajian dan penyediaan informasi ekonomi di wilayah kerja. Buku ini merupakan asesmen terhadap perkembangan ekonomi Maluku terkini yang berisi informasi mengenai ekonomi makro, keuangan pemerintah, inflasi, stabilitas keuangan daerah, pengembangan akses keuangan dan UMKM, sistem pembayaran, serta ketenagakerjaan dan kesejahteraan yang diharapkan dapat berguna untuk perumusan kebijakan di kantor pusat Bank Indonesia dan pihak terkait (stakeholders) di daerah.Penyusunan buku ini tidak terlepas dari kerjasama yang baik dengan Pemerintah Provinsi Maluku, Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, perbankan, responden survei, civitas akademika, dan berbagai pihak terutama masyarakat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku. Dalam rangka meningkatkan kualitas buku ini, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi kita semua khususnya masyarakat Maluku.Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini dan semoga Tuhan memberikan berkah-Nya kepada kita semua dalam mengupayakan kinerja yang lebih baik.

Ambon, 22 Februari 2018KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI MALUKU

Ttd

Bambang PramasudiKepala Perwakilan

Page 7:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................III

DAFTAR TABEL.....................................................................................................VI

DAFTAR GRAFIK.................................................................................................XIII

DAFTAR SUPLEMEN............................................................................................XIII

TABEL INDIKATOR EKONOMI...............................................................................XIII

RINGKASAN UMUM................................................................................................1

BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL..............................................5

1.1 PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI PROVINSI MALUKU....................................................................51.2. PERKEMBANGAN PDRB SISI PERMINTAAN...................................................................................7

1.2.1. Konsumsi.............................................................................................................................91.2.2. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)........................................................111.2.3. Ekspor dan Impor..............................................................................................................13

1.3. PERKEMBANGAN PDRB SISI PENAWARAN.................................................................................141.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan................................................................................161.3.2. Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Sepeda Motor.................................181.3.3. Konstruksi..........................................................................................................................21

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH...........................................................................28

2.1...............................................................................................................REALISASI APBN PROVINSI MALUKU

282.2. REALISASI APBD PROVINSI MALUKU.........................................................................................................29

2.2.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Maluku..........................................................................292.2.2. Realisasi Belanja APBD Provinsi Maluku.................................................................................31

BAB III. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH............................................................35

3.1.....................................................................................................PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI MALUKU

353.2..............................................................................................PERKEMBANGAN INFLASI KOTA-KOTA DI MALUKU

373.2.1 Inflasi Kota Ambon..................................................................................................................373.2.2 Inflasi Kota Tual.......................................................................................................................39

3.3..................................................................................ANALISIS DISAGREGASI INFLASI PROVINSI MALUKU

403.3.1 Komponen Volatile Food.........................................................................................................413.3.2 Komponen Core Inflation.........................................................................................................423.3.3 Komponen Administered Prices...............................................................................................43

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

iii

Page 8:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

3.4.......................................................................REALISASI INFLASI TRIWULAN II-2017 DIBANDING POLA HISTORIS

453.5.....................................................................................KEGIATAN PENGENDALIAN INFLASI DI PROVINSI MALUKU

46

BAB IV. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM.................................................................................................................53

4.1................................................................................................................ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA

534.1.1. Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga......................................................................534.1.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga.....................................................................................564.1.3. Eksposur Rumah Tangga Pada Perbankan........................................................................57

4.2.......................................................................................................................ASESMEN SEKTOR KORPORASI

644.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi...............................................................................644.2.2. Kinerja Keuangan Korporasi..............................................................................................664.2.3. Eksposur Korporasi Pada Perbankan.................................................................................67

4.3..................................................................................................ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN)694.3.1. Bank Umum.......................................................................................................................694.3.2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR).........................................................................................734.3.3. Perkembangan Perbankan Syariah....................................................................................74

4.4.......................................................................................................................................AKSES KEUANGAN

754.4.1. Akses Keuangan Pada UMKM.............................................................................................754.4.2. Akses Keuangan Penduduk...............................................................................................76

BAB V. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH..........................................................................................................................78

5.1..................................J PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN TUNAI DAN KEGIATAN PERKASAN DI BANK INDONESIA

785.1.1. Perkembangan Pemusnahan Uang....................................................................................795.1.2. Kegiatan Kas Keliling Bank Indonesia dan Kegiatan Lainnya.............................................79

5.2............................................................................................PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON-TUNAI

81

BAB VI. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN..............................................82

6.1................................................................................................................PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN

826.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN DAERAH.................................................................................................84

BAB VII. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH.........................................................88

iv

iv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 9:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

7.1..............................................................................................................................PERTUMBUHAN EKONOMI

887.2...................................................................................................................................................... INFLASI

89

DAFTAR ISTILAH..................................................................................................93

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

v

Page 10:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

DAFTAR TABEL

TABEL 1. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI MALUKU SISI PERMINTAAN.......................8TABEL 2. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PROVINSI MALUKU SISI PENAWARAN TAHUN DASAR

2010................................................................................................................................... 15TABEL 3. PERKEMBANGAN APBN UNTUK PROVINSI MALUKU..................................................................28TABEL 4. PERKEMBANGAN ANGGARAN APBD PEMERINTAH PROVINSI MALUKU...........................................33TABEL 5. SERIES INFLASI PROVINSI DI KTI (KALIMANTAN-SULAMPUA-BALINUSRA) (DALAM % YOY)................35TABEL 6. PERKEMBANGAN INFLASI KOTA AMBON, KOTA TUAL, PROVINSI MALUKU, DAN NASIONAL................37TABEL 7. KEGIATAN TPID TRIWULAN III-2017....................................................................................47TABEL 8. PENGGUNAAN PENGHASILAN MASYARAKAT KOTA AMBON PER KELOMPOK PENGELUARAN................56TABEL 9. KOMPOSISI KREDIT RUMAH TANGGA TIAP DATI II DI MALUKU....................................................61TABEL 10. PERTUMBUHAN DAN NPL.................................................................................................62TABEL 11. PERTUMBUHAN DAN NPL.................................................................................................62TABEL 12. PANGSA KREDIT MULTIGUNA BERDASARKAN BESAR PINJAMAN DAN JANGKA WAKTU.....................63TABEL 13. NPL KREDIT MULTIGUNA BERDASARKAN BESAR PINJAMAN DAN JANGKA WAKTU..........................64TABEL 14. PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA BANK UMUM DI MALUKU..................................................69TABEL 15. PERKEMBANGAN INDIKATOR UTAMA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI MALUKU....................73TABEL 16 REKAPITULASI KEGIATAN PERKASAN KPW BI PROV. MALUKU....................................................78

Page 11:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

vii

Page 12:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK 1. PETA PERTUMBUHAN EKONOMI KAWASAN TIMUR INDONESIA TRIWULAN III-2017..........................................................5

GRAFIK 2. PERKEMBANGAN PDRB RIIL PROVINSI MALUKU.........................................................................................................7

GRAFIK 3. KAPASITAS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU..........................................................................................................7

GRAFIK 4. KONSUMSI RUMAH TANGGA PROVINSI MALUKU.........................................................................................................9

GRAFIK 5. INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PROVINSI MALUKU.....................................................................................................9

GRAFIK 6. PERKEMBANGAN KREDIT KONSUMSI DI PROVINSI MALUKU...........................................................................................9

GRAFIK 7. ARUS BONGKAR MUAT PELABUHAN YOS SUDARSO....................................................................................................10

GRAFIK 8. JUMLAH PETI KEMAS PELABUHAN YOS SUDARSO.......................................................................................................10

GRAFIK 10. KONSUMSI PEMERINTAH PROVINSI MALUKU..........................................................................................................11

GRAFIK 11. PEMBENTUKAN MODAL TETAP DOMESTIK BRUTO MALUKU......................................................................................12

GRAFIK 12. PERKEMBANGAN IMPOR BARANG MODAL PROVINSI MALUKU...................................................................................12

GRAFIK 13. KREDIT INVESTASI PROVINSI MALUKU....................................................................................................................12

GRAFIK 14. PERKEMBANGAN INVESTASI DUNIA......................................................................................................................12

GRAFIK 15. PDRB EKSPOR LUAR NEGERI PROVINSI MALUKU....................................................................................................13

GRAFIK 16. PDRB IMPOR LUAR NEGERI PROVINSI MALUKU......................................................................................................13

GRAFIK 17. PERKEMBANGAN EKSPOR NON-MIGAS KOMODITAS.................................................................................................14

GRAFIK 18. IMPOR LUAR NEGERI NON-MIGAS PROVINSI MALUKU.............................................................................................14

GRAFIK 20. PDRB KATEGORI PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN.....................................................................................16

GRAFIK 21. PRODUKSI IKAN DI PPN AMBON DAN PPN TUAL....................................................................................................17

GRAFIK 22. EKSPOR HASIL LAUT PROVINSI MALUKU................................................................................................................17

GRAFIK 23. NILAI EKSPOR PALA PROVINSI MALUKU.................................................................................................................17

GRAFIK 24. PRODUKSI KARET DI MALUKU TENGAH..................................................................................................................17

GRAFIK 25. PERKEMBANGAN USAHA PERTANIAN & PERIKANAN MALUKU....................................................................................18

GRAFIK 26. KREDIT SEKTOR PERTANIAN MENURUT LOKASI PROYEK............................................................................................18

GRAFIK 27. PDRB PERDAGANGAN DAN REPARASI PROVINSI MALUKU.........................................................................................19

GRAFIK 28. ARUS BARANG DI PELABUHAN YOS SUDARSO, AMBON............................................................................................19

GRAFIK 29. KREDIT KATEGORI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN.............................................................................................19

GRAFIK 30. KEGIATAN USAHA KATEGORI PERDAGANGAN..........................................................................................................19

GRAFIK 31. PDRB SEKTOR KONSTRUKSI PROVINSI MALUKU......................................................................................................20

GRAFIK 32. PDRB SEKTOR KONSTRUKSI PROVINSI MALUKU......................................................................................................21

GRAFIK 33. KEGIATAN USAHA SEKTOR KONSTRUKSI PROVINSI MALUKU.......................................................................................21

GRAFIK 34. KEGIATAN USAHA SEKTOR KONSTRUKSI PROVINSI MALUKU.......................................................................................22

GRAFIK 35. KREDIT SEKTOR BANGUNAN DI BANK UMUM MENURUT LOKASI PROYEK.....................................................................22

GRAFIK 36. RASIO REALISASI BELANJA APBN MALUKU TAHUN 2016-2017................................................................................28

GRAFIK 37. REALISASI BELANJA APBN MALUKU TRIWULAN III ANTARTAHUN...............................................................................28

Page 13:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

GRAFIK 38. PERBANDINGAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI MALUKU TRIWULAN III TAHUN 2016 DAN 2017...................29

GRAFIK 39. PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI MALUKU TRIWULAN III SETIAP TAHUNNYA...........................29

GRAFIK 40. PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH............................................................................................30

GRAFIK 41. RASIO REALISASI PAD PROVINSI MALUKU..............................................................................................................30

GRAFIK 42. PERKEMBANGAN REALISASI DANA PERIMBANGAN....................................................................................................31

GRAFIK 43. PERBANDINGAN REALISASI DANA PERIMBANGAN.....................................................................................................31

GRAFIK 44. PERKEMBANGAN REALISASI APBD MALUKU HINGA TW-II ANTARTAHUN....................................................................32

GRAFIK 45. PERBANDINGAN RASIO REALISASI BELANJA TERHADAP PAGU.....................................................................................32

GRAFIK 46. PERBANDINGAN INFLASI MALUKU DAN NASIONAL...................................................................................................36

GRAFIK 47. ANDIL KELOMPOK KOMODITAS............................................................................................................................36

GRAFIK 48. INFLASI DAN ANDIL DISAGREGASI BULANAN (MTM) KOTA AMBON.............................................................................38

GRAFIK 49. INFLASI DAN ANDIL DISAGREGASI BULANAN (MTM) KOTA TUAL.................................................................................40

GRAFIK 50. ANDIL DISAGREGASI INFLASI MALUKU TRIWULAN III-2017.......................................................................................41

GRAFIK 51. ANDIL KOMODITAS VOLATILE FOOD PROVINSI MALUKU TW III-2017.........................................................................41

GRAFIK 52. CURAH HUJAN MALUKU TRIWULAN III-2017.........................................................................................................42

GRAFIK 53. ANDIL INFLASI TAHUNAN KOMPONEN INFLASI INTI..................................................................................................42

GRAFIK 54. PERKEMBANGAN KEYAKINAN KONSUMEN KOTA AMBON...........................................................................................42

GRAFIK 55. PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA...............................................................................................................44

GRAFIK 56. PERKEMBANGAN KURS RUPIAH TERHADAP US DOLLAR (JISDOR)..............................................................................44

GRAFIK 57. EVENT ANALYSIS INFLASI PROVINSI MALUKU..........................................................................................................45

GRAFIK 58. TREN INFLASI TAHUN KALENDER (YTD) PROVINSI MALUKU.........................................................................................46

GRAFIK 59. TREN INFLASI BULANAN (MTM) PROVINSI MALUKU.................................................................................................46

GRAFIK 60. PERTUMBUHAN DAN KONTRIBUSI KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA EKONOMI MALUKU...............................................53

GRAFIK 61. PERKEMBANGAN KEYAKINAN KONSUMEN KOTA AMBON...........................................................................................53

GRAFIK 62. PERSEPSI RUMAH TANGGA KOTA AMBON TERHADAP KONDISI EKONOMI SAAT INI........................................................54

GRAFIK 63. EKSPEKTASI RUMAH TANGGA KOTA AMBON TERHADAP KONDISI EKONOMI 6 BULAN MENDATANG.................................54

GRAFIK 64. TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI MALUKU...........................................................................................55

GRAFIK 65. PERTUMBUHAN JUMLAH PENGANGGUR DAN ANGKATAN KERJA PROVINSI MALUKU.......................................................55

GRAFIK 66. EKSPEKTASI KONSUMEN KOTA AMBON TERHADAP INFLASI TRIWULANAN.....................................................................55

GRAFIK 67. EKSPEKTASI KONSUMEN KOTA AMBON TERHADAP KENAIKAN HARGA TRIWULANAN TIAP KELOMPOK KOMODITAS..............55

GRAFIK 68. PENGGUNAAN PENGHASILAN MASYARAKAT KOTA AMBON........................................................................................56

GRAFIK 69. PERKEMBANGAN RASIO KEUANGAN MASYARAKAT KOTA AMBON..............................................................................56

GRAFIK 70. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU........................................................................................57

GRAFIK 71. PERKEMBANGAN UPAH MINIMUM PROVINSI MALUKU.............................................................................................57

GRAFIK 72. KOMPOSISI NOMINAL DPK PROVINSI MALUKU.......................................................................................................58

GRAFIK 73. PERKEMBANGAN PENGHIMPUNAN DPK DI PROVINSI MALUKU...................................................................................58

GRAFIK 74. KOMPOSISI DPK PERSEORANGAN PROVINSI MALUKU..............................................................................................58

GRAFIK 75. PERKEMBANGAN DPK PERSEORANGAN DI PROVINSI MALUKU...................................................................................58

xiv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 14:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

GRAFIK 76. KOMPOSISI KREDIT BERLOKASI PROYEK DI PROVINSI MALUKU....................................................................................59

GRAFIK 77. KOMPOSISI KREDIT RUMAH TANGGA (KONSUMSI) MALUKU......................................................................................59

GRAFIK 78. PERTUMBUHAN KREDIT RUMAH TANGGA BERLOKASI PROYEK DI PROVINSI MALUKU......................................................60

GRAFIK 79 PERTUMBUHAN KREDIT RUMAH TANGGA BERLOKASI PROYEK DI PROVINSI MALUKU.......................................................60

GRAFIK 80. PANGSA PDRB MALUKU ATAS DASAR HARGA BERLAKU...........................................................................................65

GRAFIK 81. KOMODITAS EKSPOR ASAL MALUKU SELAMA TRIWULAN III-2017.............................................................................65

GRAFIK 82. PRODUKSI IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN UTAMA MALUKU....................................................................................65

GRAFIK 83. HARGA IKAN CAKALANG DAN UDANG BEKU THAILAND.............................................................................................65

GRAFIK 84. PERKEMBANGAN PENJUALAN DOMESTIK BADAN USAHA DI MALUKU DIBANDING PERTUMBUHAN PDRB...........................66

GRAFIK 85. KONDISI KEUANGAN DAN AKSES KREDIT BADAN USAHA DI MALUKU...........................................................................66

GRAFIK 86. PANGSA KREDIT KORPORASI (USAHA NON-UMKM) TERHADAP SELURUH PENYALURAN KREDIT DI MALUKU......................68

GRAFIK 87. PERKEMBANGAN INVESTASI BADAN USAHA MALUKU DIBANDING PERTUMBUHAN KREDIT KORPORASI...............................68

GRAFIK 88. PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) KREDIT KORPORASI SEKTOR UTAMA DI MALUKU........................................................69

GRAFIK 89. PERKEMBANGAN NON-PERFORMING LOAN (NPL) KREDIT KORPORASI SEKTOR UTAMA DI MALUKU.................................69

GRAFIK 90. PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) ASET BANK UMUM DI MALUKU...............................................................................70

GRAFIK 91. TREN PERTUMBUHAN DPK TAHUN BERJALAN (YTD) BANK UMUM DI MALUKU.............................................................71

GRAFIK 92. TREN PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN BERJALAN (YTD) BANK UMUM DI MALUKU..........................................................71

GRAFIK 93. PERKEMBANGAN RASIO PROFITABILITAS DAN EFISIENSI BANK UMUM DI MALUKU.........................................................72

GRAFIK 94. PERKEMBANGAN ASET PERBANKAN SYARIAH DI MALUKU..........................................................................................74

GRAFIK 95. PANGSA PERBANKAN SYARIAH DAN KONVENSIONAL DI PROVINSI MALUKU...................................................................74

GRAFIK 96. PERKEMBANGAN PENGHIMPUNAN DPK PERBANKAN SYARIAH...................................................................................75

GRAFIK 97. PERKEMBANGAN PENYALURAN PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH.............................................................................75

GRAFIK 98. PERKEMBANGAN KREDIT UMKM DI MALUKU........................................................................................................76

GRAFIK 99. PERKEMBANGAN NPL KREDIT UMKM DI MALUKU.................................................................................................76

GRAFIK 100. RASIO REKENING DANA PIHAK KETIGA PERSEORANGAN BANK UMUM DIBANDING JUMLAH PENDUDUK...........................76

GRAFIK 101. RASIO REKENING KREDIT PERSEORANGAN BANK UMUM DIBANDING JUMLAH PENDUDUK.............................................76

GRAFIK 102. PERPUTARAN UANG KARTAL KPW BI PROV. MALUKU............................................................................................79

GRAFIK 103. PERTUMBUHAN UANG KARTAL KPW BI PROV. MALUKU........................................................................79

GRAFIK 104. PEMUSNAHAN UANG TIDAK LAYAK EDAR (UTLE)..................................................................................................79

GRAFIK 105. KEGIATAN KAS KELILING TRIWULAN III-2017.......................................................................................................80

GRAFIK 106. PERPUTARAN KLIRING DI PROVINSI MALUKU........................................................................................................81

GRAFIK 107. TINGKAT PENGANGGURAN PROVINSI MALUKU......................................................................................................82

GRAFIK 108. TENAGA KERJA BERDASARKAN SEKTOR.................................................................................................................83

GRAFIK 109. KETENAGAKERJAAN DALAM SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA..................................................................................83

GRAFIK 110. NILAI TUKAR PETANI (NTP) GABUNGAN..............................................................................................................84

GRAFIK 111. NILAI TUKAR PETANI PER SUB-SEKTOR................................................................................................................84

GRAFIK 112. TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI MALUKU............................................................................................................85

GRAFIK 113. JUMLAH PENDUDUK MISKIN DAN GARIS KEMISKINAN.............................................................................................85

Page 15:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

GRAFIK 114. INDEKS HARGA KONSUMEN DAN GARIS KEMISKINAN..............................................................................................85

GRAFIK 115. INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN.........................................................................................................................88

GRAFIK 116. INDEKS EKSPEKTASI KEGIATAN USAHA.................................................................................................................88

GRAFIK 115. PRAKIRAAN CURAH HUJAN PADA JANUARI 2017...................................................................................................90

GRAFIK 116. PRAKIRAAN CURAH HUJAN PADA FEBRUARI 2017.................................................................................................90

GRAFIK 115. PRAKIRAAN CURAH HUJAN PADA JANUARI 2017...................................................................................................90

GRAFIK 116. PRAKIRAAN CURAH HUJAN PADA FEBRUARI 2017.................................................................................................90

xvi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 16:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
Page 17:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

DAFTAR SUPLEMEN

BOKS 1 STRUKTUR PASAR INDUSTRI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN DI AMBON TAHUN 2017.....23

BOKS 2 FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA PENGANGGURAN TERDIDIK DI MALUKU 2017......................48

Page 18:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
Page 19:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

TABEL INDIKATOR EKONOMI

2017I II III IV I II III IV I II III IV I II III

Ekonomi Makro RegionalProduk Domestik Regional Bruto ADHK Tahun Dasar 2010 (%, yoy) 8.90 7.44 6.81 3.70 4.12 5.54 5.64 6.54 5.57 6.04 5.52 5.91 6.49 5.49 5.26

Berdasarkan Sektor

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8.22 6.49 7.44 2.45 2.66 2.03 0.43 (0.09) 1.65 2.64 6.26 8.73 9.26 6.28 4.502 Pertambangan dan Penggalian 21.38 19.28 24.14 21.04 2.59 (3.72) (4.15) 1.68 5.99 4.07 2.65 3.05 5.21 6.74 (1.56)3 Industri Pengolahan 13.18 8.57 8.53 4.04 3.41 4.28 2.16 5.75 8.49 7.42 7.45 4.94 4.48 4.19 4.714 Pengadaan Listrik dan Gas 25.97 31.55 38.12 51.77 61.05 (13.77) (16.44) (4.61) (25.72) 43.67 34.85 7.38 3.55 (6.23) (5.58)5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6.61 6.64 4.77 5.40 (0.26) 2.76 0.88 (1.13) 1.95 2.01 4.63 7.64 4.93 3.56 4.986 Konstruksi 11.18 9.12 6.37 3.18 2.36 3.16 6.45 9.90 5.50 7.58 4.51 2.63 2.86 2.27 6.317 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.48 4.75 4.46 1.74 5.82 8.67 7.27 6.77 5.11 5.56 4.43 8.46 8.21 8.86 11.408 Transportasi dan Pergudangan 11.89 9.22 7.87 6.34 3.94 6.11 5.15 5.11 4.36 4.89 4.29 3.27 4.06 2.77 3.349 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.27 4.17 5.65 2.80 3.63 7.36 8.04 11.68 7.35 0.14 (2.20) (5.41) 1.31 3.62 5.99

10 Informasi dan Komunikasi 9.94 9.19 6.11 5.53 7.72 10.82 9.08 8.47 6.67 6.55 9.43 8.94 10.23 7.14 4.3411 Jasa Keuangan dan Asuransi 4.81 5.98 4.14 10.54 11.06 2.08 10.01 6.15 8.11 16.95 6.44 6.02 2.35 3.91 3.9512 Real Estate 9.63 8.93 6.95 3.24 3.62 3.60 2.40 1.78 1.85 1.83 2.27 3.06 2.83 2.81 2.8613 Jasa Perusahaan 4.42 4.79 5.71 4.39 4.86 4.48 2.75 1.68 1.30 1.23 2.09 4.13 4.04 4.60 5.6114 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9.08 6.99 5.22 1.17 3.80 10.22 11.53 13.96 10.00 8.73 5.18 3.22 5.64 4.58 4.1415 Jasa Pendidikan 9.79 11.81 9.34 7.27 6.06 6.56 8.70 9.95 6.69 7.64 8.71 8.76 6.29 5.76 4.7216 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.91 2.16 2.68 2.76 1.49 5.28 5.71 6.85 5.44 5.54 4.87 6.24 5.07 4.72 3.4817 Jasa lainnya 9.95 8.35 3.51 0.89 0.96 4.18 6.86 5.95 4.72 4.83 5.34 6.87 6.10 4.93 3.63Berdasarkan Permintaan

- Konsumsi Rumah Tangga 5.75 5.88 4.96 6.49 7.23 7.71 7.24 8.24 8.41 7.90 5.43 2.43 4.20 4.76 6.35- Konsumsi Nirlaba 11.08 4.68 1.72 3.90 (5.62) 3.47 8.62 14.59 7.36 8.07 9.74 8.08 9.93 7.39 3.59- Konsumsi Pemerintah 4.02 (0.71) 2.97 7.00 10.36 8.57 8.42 7.43 12.11 7.47 5.80 5.34 7.55 8.34 3.58- PMTB 4.36 10.36 5.21 2.28 (6.06) 4.49 6.45 10.14 9.54 7.16 7.25 5.63 5.97 6.12 5.64- Perubahan Stok (11.95) 8.43 76.43 31.46 (57.64) (62.61) (51.52) 62.70 5.88 4.14 1.72 4.16 4.33 4.45 7.35- Ekspor (5.91) (31.84) (11.52) (15.72) 23.76 (6.90) (12.27) 4.16 (3.03) (6.88) 0.96 0.25 4.25 9.73 3.46- Impor 4.23 (10.40) (3.49) 7.80 7.80 7.75 1.73 2.87 (1.02) (3.87) 1.43 0.33 1.63 6.95 11.01

Ekspor

- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 29.51 26.61 30.76 27.75 11.11 5.37 3.09 2.95 4.43 7.12 8.76 11.10 11.15 13.22 11.44 - Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) 82.74 39.62 43.76 35.90 13.99 3.73 0.27 0.53 0.63 1.92 2.04 3.61 4.89 5.57 6.21

Impor

- Nilai Impor Non Migas (USD juta) 3.62 2.54 1.17 0.21 5.94 - 0.25 0.03 - 0.02 0.36 12.70 0.60 0.27 92.44 - Volume Impor Non Migas (ribu ton) 7.82 5.54 0.65 0.08 6.27 - 0.23 0.10 - 0.03 0.38 10.14 0.18 0.18 3.41

Indeks Harga Konsumen Tahun Dasar 2012

- Kota Ambon 110.20 111.85 111.86 115.04 119.50 120.87 120.41 121.85 121.97 122.93 123.93 125.85 126.67 129.63 127.74 - Kota Tual 112.53 113.36 117.57 125.34 130.83 133.57 133.64 136.09 135.79 137.60 137.15 140.13 142.83 150.91 153.62 - Provinsi Maluku 110.38 111.97 112.31 115.86 120.40 121.88 121.46 122.98 123.07 124.09 124.98 126.98 127.95 131.32 129.79

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

- Kota Ambon 6.81 8.44 8.06 7.64 5.92 2.07 1.70 2.92 3.28 3.85 5.45 3.07 - Kota Tual 11.48 16.26 17.83 13.67 8.58 3.79 3.02 2.63 2.97 5.18 9.67 12.01 - Provinsi Maluku 7.19 9.07 8.85 8.14 6.15 2.22 1.82 2.90 3.26 3.97 5.82 3.85

Perbankan

Aset Perbankan (Rp Triliun) 13.21 14.23 15.11 12.91 15.69 15.56 16.51 14.74 16.59 17.14 16.32 15.47 16.28 18.01 18.01

- Bank Pemerintah 5.66 5.88 6.17 5.87 6.75 5.91 6.26 6.83 6.67 6.87 6.94 7.27 7.01 7.53 7.77 - Bank Swasta 3.04 3.22 3.41 3.49 3.36 3.52 3.54 3.89 3.83 3.73 3.64 3.84 3.70 3.79 3.86 - BPD 4.52 5.14 5.53 3.55 5.58 6.13 6.70 4.03 6.08 6.54 5.73 4.37 5.57 6.68 6.38

Dana Pihak Ketiga - Lokasi Bank Pelapor (Rp Triliun) 9.25 9.92 10.50 10.41 10.79 11.49 12.05 12.06 12.43 12.60 11.96 11.51 11.80 12.69 12.74

- Giro 2.07 2.38 2.26 1.90 2.44 2.93 2.99 2.27 2.78 2.85 2.40 1.62 2.46 2.61 2.45 - Tabungan 4.54 4.56 4.98 5.52 4.72 4.78 5.08 6.28 5.86 5.80 5.71 6.43 5.71 6.03 6.14 - Deposito 2.64 2.99 3.26 2.99 3.64 3.79 3.99 3.51 3.79 3.95 3.85 3.46 3.63 4.05 4.14

Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan - Lokasi Proyek (Rp Triliun) 7.58 7.76 7.95 8.09 8.17 8.53 8.73 8.73 8.88 9.29 9.41 9.97 10.20 10.62 11.10

- Modal Kerja 2.13 2.28 2.34 2.34 2.39 2.91 2.99 2.87 2.88 3.19 3.23 3.28 3.31 3.33 3.61 - Investasi 1.25 1.16 1.20 1.19 1.15 0.86 0.84 0.84 0.86 0.79 0.76 0.98 1.06 1.22 1.25 - Konsumsi 4.20 4.32 4.42 4.56 4.63 4.76 4.91 5.02 5.14 5.31 5.42 5.71 5.84 6.07 6.23

Kredit UMKM - Lokasi Proyek (Rp Triliun) 2.07 2.10 2.14 2.22 2.23 2.39 2.42 2.45 2.48 2.67 2.73 2.74 2.92 2.89 2.89

- Modal Kerja 1.34 1.44 1.52 1.60 1.62 1.78 1.82 1.83 1.85 2.03 2.11 2.08 2.23 2.23 2.53 - Investasi 0.68 0.66 0.62 0.63 0.62 0.61 0.60 0.62 0.63 0.64 0.61 0.65 0.69 0.66 0.70 - Konsumsi 0.05 - - - - - - - - - - - - - -

Loan to Deposit Ratio 0.82 0.78 0.76 0.78 0.76 0.74 0.72 0.72 0.71 0.74 0.79 0.87 0.86 0.84 0.85

NPL Gros (%) 3.35 3.38 3.01 2.46 2.72 2.10 1.91 1.63 1.76 1.60 1.66 1.45 1.50 1.46 1.48

Sistem Pembayaran

Transaksi Kliring

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 21.84 20.27 18.51 22.33 21.68 16.49 25.66 37.46 38.24 33.32 30.57 32.37 26.44 24.26 25.65 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Ribu Lembar) 0.60 0.59 0.61 0.61 0.59 0.40 0.47 0.55 0.56 0.53 0.60 0.64 0.53 0.58 0.57

2016Indikator

20152014

Page 20:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
Page 21:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

RINGKASAN UMUM

Kinerja ekonomi Maluku di triwulan IV-2017 tumbuh sebesar 5,11% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III-2017 yang mencapai 5,83% (yoy).

Asesmen Perkembangan Ekonomi MakroPerekonomian Maluku pada triwulan IV-2017 mencatatkan

perlambatan pertumbuhan. Ekonomi Maluku tumbuh positif sebesar 5,11% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,83% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan Konsumsi Pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB). Selain itu, perlambatan pada kategori Perdagangan Besar dan Eceran, dan kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menahan pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.

Dari sisi permintaan, perlambatan konsumsi pemerintah sejalan dengan berakhirnya rangkaian kegiatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di lima Kabupaten/Kota di Maluku pada semester 1-2017, serta berkurangnya intensitas penyelenggaraan kegiatan berskala nasional atau internasional di Maluku baik oleh pemerintah maupun oleh instansi swasta lainnya. Selain itu, kapasitas fiskal pemerintah tahun 2017 juga lebih terbatas seiring adanya penurunan pagu anggaran Provinsi Maluku baik APBN maupun APBD. Di sisi lain, penurunan ekspor minyak dan gas pada triwulan laporan mendorong perlambatan kinerja ekspor luar negeri Maluku. Selain itu, meningkatnya impor antar daerah untuk keperluan belanja bahan makanan pokok memicu melemahnya pertumbuhan Maluku pada periode laporan.

Dari sisi penawaran/lapangan usaha, melemahnya laju pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan IV-2017 dipicu oleh melambatnya kinerja kategori Perdagangan Besar dan Eceran dan kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Perlambatan kategori Perdagangan Besar dan Eceran dipicu oleh berakhirnya beberapa kegiatan berskala internasional yang berlangsung selama triwulan III-2017. Selain itu, perlambatan pada kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dipicu oleh cuaca di Maluku, walaupun sudah lebih baik dari pada triwulan sebelumnya.

Pada triwulan I-2018, pertumbuhan ekonomi Maluku diperkirakan meningkat. Dari sisi permintaan, hal ini akan didorong oleh menguatnya Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah. Dari sisi lapangan usaha, percepatan ekonomi Maluku triwulan I-2018 didorong oleh penguatan yang terjadi pada kinerja lapangan usaha utama, yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Selain itu, kinerja dari kategori Industri Pengolahan dan industri Pengadaan Listrik Gas diperkirakan juga mendorong pertumbuhan Maluku di triwulan I-2018.

Realisasi APBN tercatat lebih

Asesmen Keuangan PemerintahRealisasi belanja APBN dari Pemerintah Pusat di Provinsi

Maluku pada triwulan IV-2017, tercatat lebih tinggi

Page 22:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Realisasi APBD terkontraksi karena penurunan pagu komponen pembentuk anggaran belanja.

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi APBN untuk Maluku mencapai 91,67% atau mencapai Rp6.834,77 miliar. Secara rasio, realisasi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 86,48%. Secara nominal, realisasi belanja APBN tersebut sedikit lebih rendah bila dibandingkan triwulan IV-2016 yang tercatat sebesar Rp6.847,74 miliar, karena adanya penurunan pagu APBN untuk Maluku pada 2017 sebesar 8,57% (yoy) menjadi sebesar Rp7,24 triliun.

Realisasi belanja APBD Provinsi Maluku triwulan IV-2017 mengalami pertumbuhan yang melambat. Realisasi belanja APBD Provinsi Maluku pada triwulan IV-2017 tumbuh sebesar 10,44% (yoy) dengan nominal realisasi sebesar Rp2.816,82 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang tumbuh hingga 19,60% (yoy) dengan nominal sebesar Rp2.550,62 miliar. Melambatnya pertumbuhan belanja pada triwulan IV-2017 dipengaruhi oleh penurunan pagu komponen pembentuk anggaran belanja, yaitu komponen Belanja Langsung hingga 1,30% (yoy). Dengan menurunnya pagu komponen dimaksud, kapasitas belanja yang dimiliki pemerintah tidak sebanyak tahun lalu untuk menopang kinerja pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kurang optimalnya realisasi penyerapan anggaran dari proyek pemerintah juga menjadi salah satu pemicu melemahnya realisasi APBD Provinsi Maluku pada triwulan IV-2017.

Inflasi Maluku pada triwulan IV-2017 terpantau relatif terkendali.

Perkiraan inflasi pada tahun 2018 akan sejalan dengan tahun sebelumnya, walaupun mulai terasa adanya tekanan di awal tahun.

Asesmen InflasiInflasi tahunan Provinsi Maluku pada triwulan IV-2017

terpantau relatif terkendali, yang ditunjukkan oleh penurunan angka inflasi dibadingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Realisasi inflasi Maluku tercatat sebesar 0,78% (yoy), atau menurun dibandingkan triwulan III-2017 yang tercatat sebesar 3,85% (yoy). Realisasi inflasi tersebut cukup terkendali dan masih berada di bawah sasaran inflasi Maluku tahun 2017 berdasarkan roadmap pengendalian inflasi yang disusun oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku yaitu sebesar 4,5% ± 1% yang juga dapat mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional.

Rendahnya laju inflasi tahunan Provinsi Maluku pada triwulan IV-2017 dibandingkan triwulan sebelumnya dipicu oleh rendahnya Inflasi Kelompok Transportasi, khususnya pada subkelompok angkutan udara. Sejalan dengan meredanya inflasi pada kelompok angkutan udara, tekanan inflasi kelompok bahan makanan juga terpantau mereda.

Dengan mempertimbangkan perkembangan harga di masyarakat dan risiko-risiko inflasi pada triwulan I-2018, laju inflasi Maluku untuk keseluruhan tahun 2018 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu berada dalam rentang 3,5% - 3,9% (yoy). Berdasarkan data inflasi sampai dengan Januari 2018, inflasi tahun kalender Maluku mencapai 0,58% (ytd) atau secara tahunan mencapai 1,10% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun kalender periode yang sama tahun

Page 23:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

sebelumnya yang sebesar 0,26% (ytd). Perkembangan inflasi Maluku sampai dengan Januari 2018 lebih banyak dipengaruhi oleh kelompok volatile food, terutama terkait dengan persediaan pasokan bahan makanan utama, seperti beras, ikan segar dan sayur-sayuran. Perkiraan inflasi pada tahun 2018 akan sejalan dengan tahun sebelumnya, walaupun mulai terasa adanya tekanan di awal tahun. Komoditas beras memberikan tekanan yang cukup besar, dan mulai terjadi sejak triwulan IV-2018 hingga awal triwulan I-2018. Kelangkaan beras kualitas medium menjadi pemicu utamanya.

Kondisi stabilitas keuangan daerah secara umum masih terjaga dengan baik, baik dari rumah tangga, korporasi, maupun UMKM.

Stabilitas keuangan daerah relatif terjaga seiring dengan adanya peningkatan intermediasi bank umum dan menurunnya risiko kredit bank umum.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Hingga triwulan IV-2017, kondisi stabilitas keuangan daerah Provinsi Maluku secara umum masih terjaga dengan baik dengan sumber kerentanan pada kondisi keuangan rumah tangga, korporasi, maupun UMKM yang juga dapat dikelola dengan baik pula. Pembiayaan perbankan, baik kepada sektor rumah tangga, korporasi, maupun UMKM terpantau menguat disertai dengan penurunan risiko kredit pada masing-masing sektor.

Penyaluran kredit oleh perbankan terpantau mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan III-2017. Kredit modal kerja dan konsumsi menjadi penopang utama pertumbuhan kredit di Provinsi Maluku pada triwulan IV-2017. Sementara itu, aset perbankan mengalami sedikit penurunan seiring dengan adanya pelemahan pertumbuhan aset pada kelompok Bank Pembangunan Daerah di triwulan laporan. Di sisi lain, Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Maluku terpantau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III-2017. Namun demikian, risiko kredit mengalami penurunan seiring dengan berkurangnya NPL. Selain itu, perbankan terpantau mengalami peningkatan efisiensi kinerja seiring dengan rasio BOPO yang menurun.

Arus kas uang kartal pada triwulan IV-2017 menunjukkan net outflow.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Perkembangan sistem pembayaran tunai sebagaimana ditunjukkan dari arus perputaran kas di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku sampai dengan akhir triwulan IV-2017 menunjukan net outflow sebesar Rp907,07 miliar. Hal ini menunjukan bahwa jumlah uang tunai yang keluar lebih banyak dibandingkan jumlah yang masuk dari Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku.

Arus uang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku secara tahunan tercatat mengalami kontraksi. Penerimaan setoran uang kartal mengalami kenaikan sebesar 32,27% (yoy) pada triwulan IV-2017, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 25,80% (yoy). Di sisi lain, arus uang

Page 24:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

Perkembangan transaksi RTGS dan Kliring pada triwulan IV-2017 terpantau menurun.

kartal yang keluar dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku tercatat mengalami kontraksi tahunan, yaitu sebesar 2,82% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 39,36% (yoy). Kontraksi arus uang kartal keluar tersebut sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan IV-2017.

Perkembangan sistem pembayaran non-tunai di Maluku pada triwulan IV-2017 secara umum mengalami tren pertumbuhan yang menurun. Pertumbuhan tahunan transaksi RTGS di Maluku pada triwulan IV-2017 mengalami penurunan, baik dari sisi maupun volume. Selain itu, pertumbuhan tahunan kliring di Maluku pada triwulan IV-2017 mengalami pertumbuhan yang terbatas

Pengangguran Maluku tercatat meningkat karena adanya penyerapan tenaga kerja yang rendah di Sektor Industri.

Laju inflasi yang rendah dan stabil dapat menekan pertumbuhan angka kemiskinan.

Ketenagakerjaan dan KesejahteraanPengangguran Maluku pada Agustus 2017 tercatat

mengalami peningkatan. Jumlah pengangguran Provinsi Maluku per Agustus 2017 mencapai 65.735 orang atau sebesar 9,29% dibanding total angkatan kerja yang sebanyak 769.108 orang. Tingkat pengangguran tersebut mengalami peningkatan dibanding tingkat pengangguran per Februari 2017, yang sebesar 7,77% dari total angkatan kerja. Hal ini didorong oleh penyerapan tenaga kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja periode Agustus 2017.

Dari sisi pendapatan masyarakat, Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan pada Triwulan IV-2017. Peningkatan NTP secara triwulanan terjadi di beberapa subsektor, yaitu Tabama, Peternakan, dan Perikanan Tabama dan Perikanan, yang didukung oleh meningkatnya volume produksi akibat mulai turunnya curah hujan, terutama di Maluku. N Namun di sisi lain, NTP subsektor Hortikultura dan Perkebunan mengalami kontraksi selama triwulan laporan.

Sementara itu, dari sisi kemiskinan, perkembangan kesejahteraan penduduk Provinsi Maluku tercatat mengalami peningkatan. Peningkatan kesejahteraan tersebut terlihat dari berkurangnya jumlah penduduk miskin yang terdapat di Provinsi Maluku. Peningkatan kesejahteraan Provinsi Maluku semakin jelas terlihat, karena di saat yang bersamaan angka garis kemiskinan mengalami peningkatan. Namun demikian, potensi peningkatan penduduk miskin masih ada. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi (PDRB) Provinsi Maluku yang kembali menurun pada triwulan IV-2017. Namun demikian, ekspektasi peningkatan serapan tenaga kerja hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha dapat menjadi ekspektasi positif dalam penurunan jumlah penduduk miskin di Provinsi Maluku.

Pertumbuhan ekonomi Maluku

Prospek Ekonomi dan InflasiPertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan II-

2018 diperkirakan tumbuh stabil dalam rentang 5,8% - 6,2%

Page 25:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

pada triwulan II-2018 diperkirakan dalam rentang 5,8% - 6,2% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada keseluruhan tahun 2018 diperkirakan dalam rentang 5,7% - 6,1% (yoy).

Laju inflasi pada triwulan II-2018 diperkirakan membaik di kisaran -0,3% - 0,09% (yoy).

(yoy). Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2018 didorong oleh membaiknya kinerja Kategori Pertanian dan Perikanan. Sub-Kategori Perikanan di Provinsi Maluku diperkirakan membaik namun dengan level yang terbatas. Membaiknya Sub-Kategori Perikanan didorong oleh kondisi cuaca yang membaik. Selain itu, harga udang internasional diperkirakan stabil dan harga tuna internasional diperkirakan meningkat pada 2018 (berdasarkan analisis Food and Agriculture Organization – FAO). Pertumbuhan ekonomi di awal 2018 juga akan cukup terdorong dari Kategori Perdagangan Besar dan Eceran seiring adanya arus barang masuk yang meningkat di awal tahun. Namun, pertumbuhan tersebut masih akan terbatas. Hal ini tercermin dari ekspektasi kegiatan usaha korporasi dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha yang cenderung meningkat pada akhir tahun 2017 namun sedikit menurun pada awal tahun 2018.

Dari sisi permintaan, stabilnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2018 lebih ditopang dari Komponen Konsumsi Rumah Tangga, walaupun diperkiranan masih terbatas. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh terbatas pada triwulan II-2018 seiring dengan meningkatnya optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Hal tersebut tercermin dalam Survei Konsumen Bank Indonesia dimana ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 (enam) bulan ke depan terus membaik. Selain itu, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan diselenggarakan di beberapa kabupaten/kota di Maluku akan cukup mendorong pertumbuhan ekonomi Maluku di triwulan II-2018.

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Maluku untuk keseluruhan tahun 2018 diperkirakan dalam rentang 5,71% - 6,11% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan keseluruhan tahun 2017 yang tumbuh 5,81% (yoy). Pertumbuhan ekonomi diperkirakan didorong oleh terus membaiknya Sektor Perikanan seiring meningkatnya produksi dan ekspor perikanan. Investasi baru dalam sektor perikanan dan konstruksi terpantau meningkat mulai akhir tahun 2017 dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir 2018. Sementara itu, kinerja kategori perdagangan diperkirakan tetap tumbuh seiring dengan perbaikan tingkat keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi, secara relatif dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, semakin membaiknya kondisi korporasi diharapkan dapat menyediakan lebih banyak lapangan kerja. Oleh karena itu, kredit perbankan juga diperkirakan akan meningkat pada semester I-2018 seiring dengan membaiknya optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi.

Laju inflasi Provinsi Maluku untuk triwulan II-2018 diperkirakan membaik, berada pada rentang -0,31%-0,09% (yoy). Inflasi komponen volatile food menjadi pendorong utama meningkatnya inflasi pada triwulan II-2018. Peningkatan diperkirakan masih terjadi pada kelompok ikan segar, sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Tingginya permintaan terhadap kelompok bahan makanan tersebut akan memicu inflasi. Namun, perkiraan perbaikan cuaca akibat rendahnya curah hujan dapat membantu suplai ikan segar dan sayur-sayuran di pasar Maluku. Dari sisi komponen inflasi administered

Page 26:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

Sementara itu, laju inflasi keseluruhan tahun 2018 diperkirakan masih akan mengalami tekanan yang cukup tinggi pada kisaran 5,4% - 5,8% (yoy) seiring dengan adanya Pilkada serentak yang juga akan diselenggarakan di Maluku.

prices, trend kenaikan harga minyak dunia akan menodorong kenaikan harga bahan bakar minyak non-subsidi di Indonesia. Dampak lanjutan dari kondisi ini adalah peningkatan tarif transportasi, terutama angkutan udara yang tidak menggunakan BBM bersubsidi. Komponen inflasi inti (C) juga diprediksi akan mengalami sedikit peningkatan, terutama pada kelompok pendidikan. Subkelompok peralatan pendidikan akan mengalami peningkatan harga akibat periode awal semester genap tahun 2018.

Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan risiko-risiko inflasi, tingkat inflasi Maluku pada tahun 2018 secara kumulatif diprediksi akan berada pada kisaran 5,4% - 5,8%. Puncak inflasi diperkirakan akan berada pada bulan Mei dan Juni 2018 yang merupakan periode bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, bulan Agustus sampai dengan Oktober juga diprediksi meningkat akibat siklus cuaca dengan curah hujan yang tinggi. Pada kedua periode tersebut, komponen inflasi volatile food diprediksi akan mengalami tekanan terbesar dibandingkan dengan komponen administered prices dan komponen inflasi inti. Tingginya permintaan dan keterbatasan stok ikan segar, sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan akan menjadi pendorong utama kenaikan harga pada kelompok bahan makanan. Komponen administered prices juga akan mengalami tekanan inflasi walaupun tidak sebesar komponen inflasi volatile food. Tekanan inflasi komponen administered prices akan meningkat pada bulan Mei hingga Juli akibat bulan Ramadhan dan hari libur sekolah serta November hingga Desember akibat hari Natal dan Tahun Baru. Pemilihan Kepala Daerah Maluku 2018 juga menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan permintaan terhadap jasa transportasi udara. Subkelompok makanan jadi menjadi pendorong inflasi pada komponen inti menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Natal.

Page 27:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN
Page 28:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku

Perekonomian Provinsi Maluku pada triwulan IV-2017 tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan laporan mencapai 5,11% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,83% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat 5,19% (yoy). Secara nominal pada triwulan IV-2017, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Provinsi Maluku tercatat sebesar Rp10,41 triliun, sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tercatat sebesar Rp7,19 triliun. Dengan demikian, pada triwulan IV-2017, laju deflator PDRB atau inflasi implisit Provinsi Maluku mencapai 1,90% (yoy), lebih tinggi dibanding inflasi implisit triwulan sebelumnya yang sebesar 1,65% (yoy).

Grafik 1. Peta Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Timur Indonesia Triwulan IV-2017

Sumber : Badan Pusat Statistik; diolah

Secara kumulatif, perekonomian Provinsi Maluku tahun 2017 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku tahun 2017 mencapai 5,81% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,73% (yoy). Pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat 5,07% (yoy). Secara nominal pada tahun 2017,

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

5

Page 29:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Provinsi Maluku tercatat sebesar Rp39,88 triliun, sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tercatat sebesar Rp27,81 triliun. Dengan demikian, pada tahun 2017, laju deflator PDRB atau inflasi implisit Provinsi Maluku mencapai 1,73% (yoy), lebih rendah dibanding inflasi implisit triwulan sebelumnya yang sebesar 2,03% (yoy).

Perekonomian di Kawasan Timur Indonesia (KTI) secara agregat mengalami sedikit perlambatan pertumbuhan. Perekonomian KTI, yang terdiri dari Kalimantan, Sulampua (Sulawesi-Maluku-Papua), dan Balinustra (Bali dan Nusa Tenggara), tumbuh 5,15% (yoy) pada triwulan IV-2017, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,28% (yoy). Melambatnya pertumbuhan KTI secara umum disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan di Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, termasuk Maluku. Di Provinsi NTB, perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh melambatnya kinerja sektor Pertambangan Bijih/Logam/Konsentrat dan Ekspor Luar Negeri. Sedangkan di Kalimantan Selatan, perlambatan ekonomi pada triwulan IV-2017 dipicu oleh pelemahan di beberapa sektor industri seperti industri Kayu dan Barang Anyaman, industri Farmasi dan industri Bahan Kimia. Sementara itu, pelemahan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur disebabkan oleh pelemahan industri Manufaktur yang tumbuh negatif pada triwulan IV-2017.

Sama seperti perekonomian KTI, perekonomian Maluku pada triwulan laporan mengalami perlambatan. Pada triwulan IV-2017, tercatat perekonomian Maluku tumbuh 5,11% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh hingga 5,83% (yoy). Dibandingkan provinsi lain di KTI, Maluku menempati urutan 15 dari 18 provinsi di KTI. Pertumbuhan ekonomi Maluku masih lebih rendah dibandingkan perekonomian KTI, dan juga masih lebih rendah dibandingkan perekonomian nasional yang tumbuh 5,11% (yoy).

Dari sisi permintaan, perlambatan laju pertumbuhan disebabkan oleh melambatnya kinerja Konsumsi Pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto. Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto merupakan tiga sektor dengan pangsa terbesar pada PDRB Maluku dari sisi permintaan, dengan pangsa masing-masing sebesar 68,09%, 42,63% dan 31,29%. Realisasi Konsumsi Pemerintah Maluku pada triwulan IV-2017 hanya tumbuh sebesar 0,48% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh mencapai 3,58% (yoy). Turunnya pertumbuhan pada Konsumsi Pemerintah disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan Komsumsi Individu Pemerintah Maluku selama triwulan laporan, hanya sebesar 0,17% (yoy). Selanjutnya, menurunnya Konsumsi Pemerintah juga dapat ditinjau dari sisi anggaran. Dari sisi anggaran, pagu anggaran APBN untuk Maluku pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 8,57% menjadi sebesar Rp7,24 triliun, setelah pada tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp7,92 triliun. Hal ini menyebabkan kapasitas fiskal pemerintah daerah dari pemerintah pusat terkait dengan investasi melalui Belanja Modal dan Belanja Barang juga lebih terbatas. Hal tersebut ditunjukkan oleh realisasi belanja pemerintah hingga akhir triwulan IV-2017 yang tercatat mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan periode yang sama

6 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 30:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

tahun sebelumnya. Penurunan pertumbuhan dimaksud dipengaruhi oleh rendahnya realisasi belanja tidak langsung, khususnya belanja pegawai pada periode ini dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Apabila ditinjau dari realisasi APBD, menurunnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2017 juga dipengaruhi oleh rendahnya realisasi di semua komponen belanja pemerintah, mulai dari belanja operasional dan transfer, belanja modal dan belanja tidak terduga dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Di sisi penawaran, perlambatan pada triwulan IV-2017 dipengaruhi oleh melambatnya kinerja kategori Perdagangan Besar dan Eceran dan kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Tiga kategori yang memiliki pangsa terbesar di Maluku dari sisi penawaran adalah kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, kategori Administrasi Pemerintahan dan kategori Perdagangan Besar dan Eceran, dengan pangsa masing-masing terhadap PDRB sebesar 23,29%, 22,59% dan 13,71%. Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tumbuh sebesar 4,29% (yoy) pada triwulan IV-2017, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 4,69% (yoy). Sedangkan kategori Perdagangan Besar dan Eceran tumbuh 6,85% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 12,67% (yoy). Perlambatan pertumbuhan dari kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, secara year-on-year. Namun secara quarter-to-quarter, kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan mampu tumbuh sebesar 1,82% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan kinerja pada kategori tersebut. Perbaikan kinerja pada kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan terlihat dari peningkatan angka produksi ikan segar, kopra dan kelapa hibrida yang cukup signifikan pada triwulan laporan. Perbaikan kinerja (secara qtq) ini dipicu oleh membaiknya cuaca di Maluku selama triwulan laporan. Kategori pertambangan dan penggalian juga memicu pelemahan pertumbuhan pada triwulan IV-2017 yang disebabkan oleh berkurangnya produksi mineral pada periode laporan. Sementara itu, kategori Konstruksi dan Jasa Pendidikan memperlihatkan kinerja pertumbuhan yang lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Beberapa proyek besar seperti proyek pembangunan rumah sakit, hotel dan pelabuhan mampu mendorong pertumbuhan pada kategori Konstruksi.

Grafik 2. Perkembangan PDRB Riil Provinsi MalukuGrafik 3. Kapasitas Perekonomian Provinsi Maluku

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

7

Page 31:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Memasuki triwulan I-2018, pertumbuhan ekonomi Maluku diperkirakan mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan I-2018 diperkirakan tumbuh positif dalam rentang 5,7% - 6,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi lapangan usaha, percepatan ekonomi Maluku triwulan I-2018 didorong oleh penguatan yang terjadi pada kinerja lapangan usaha utama, yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Selain itu, kinerja dari kategori Industri Pengolahan dan industri Pengadaan Listrik Gas dan Produksi Es diperkirakan juga mendorong pertumbuhan Maluku di triwulan I-2018. Kondisi cuaca yang semakin membaik merupakan salah satu faktor utama yang mendukung percepatan dimaksud. Dari sisi permintaan, peningkatan kinerja Maluku pada triwulan I-2018 diperkirakan berasal dari Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Pemerintah. Pada tahun 2018 akan diadakan pemilihan umum kepala daerah di Maluku, termasuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku, sehingga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi juga pada kategori Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT).

Dengan melihat kinerja perekonomian Maluku sampai dengan triwulan IV-2017 dan mempertimbangkan risiko-risiko pertumbuhan pada periode triwulan I-2018, pertumbuhan ekonomi Maluku untuk keseluruhan tahun 2018 diperkirakan tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2017. Ekonomi Maluku pada tahun 2018 diperkirakan berada pada kisaran 5,7% - 6,1% dengan motor utama oleh kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, kategori Perdagangan Besar dan Eceran serta kategori Industri Pengolahan dari sisi penawaran (lapangan usaha). Sedangkan dari sisi permintaan (penggunaan) Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah dan Konsumsi LNPRT diprediksi mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Maluku pada tahun 2018. Pertumbuhan ekonomi Maluku pada tahun 2018, secara keseluruhan, diperkirakan juga masih akan berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan, pelemahan kinerja perekonomian Provinsi Maluku pada triwulan IV-2017 terjadi pada seluruh sektor perekonomian. Seluruh komponen penyusun PDRB Maluku pada sisi permintaan mengalami perlambatan pada triwulan laporan mulai dari Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi (Lembaga Non Profit Rumah Tangga) LNPRT, Konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB), Net Ekspor Luar Negeri, Net Impor Luar Negeri, dan Net Ekspor Antar Daerah. Kategori Konsumsi Rumah Tangga sedikit mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini dipicu oleh berakhirnya beberapa kegiatan berskala internasional, sehingga sebagian besar penduduk Maluku cenderung membatasi konsumsinya. Perlambatan konsumsi pemerintah sejalan dengan berakhirnya rangkaian kegiatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di lima Kabupaten/Kota di Maluku pada semester 1-2017, serta berkurangnya intensitas penyelenggaraan kegiatan berskala nasional atau internasional di Maluku baik oleh pemerintah maupun oleh instansi swasta lainnya. Perlambatan konsumsi pemerintah juga disebabkan oleh

8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 32:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

terkendalanya penyaluran dana desa di Maluku. Sama seperti yang terjadi pada kategori Konsumsi Pemerintah, perlambatan konsumsi LNPRT disebabkan karena berakhirnya kegiatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Maluku. Sementara itu, PMTDB melemah sejalan dengan menurunnya realisasi Belanja Modal pada APBD dan APBN. Pada tahun 2017 terjadi pengurangan alokasi anggaran bagi pemerintah Maluku sebesar 8,57%, yaitu menjadi sebesar Rp7,24 triliun, setelah pada tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp7,92 triliun. Hal ini menyebabkan kapasitas fiskal pemerintah daerah dari pemerintah pusat terkait dengan investasi melalui Belanja Modal dan Belanja Barang juga lebih terbatas. Penurunan ekspor minyak dan gas pada triwulan laporan mendorong perlambatan kinerja ekspor luar negeri Maluku. Selain itu, meningkatnya impor antar daerah untuk keperluan belanja bahan makanan pokok memicu melemahnya pertumbuhan Maluku pada periode laporan.

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Permintaan

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah, *Angka sementara BPS (revisi)** Angka sangat sementara BPS (revisi)

Selanjutnya, untuk triwulan I-2018 peningkatan pertumbuhan dari sisi permintaan diperkirakan akan ditopang oleh, konsumsi LNPRT, konsumsi pemerintah, perkembangan investasi, dan net ekspor yang membaik. Optimisme konsumsi rumah tangga diperkirakan kembali menurun terutama pada komponen penghasilan dan pembelian barang tahan lama. Berakhirnya Hari Raya Natal dan Tahun Baru di triwulan IV-2017 diperkirakan menjadi salah satu faktor sebagian rumah tangga untuk membatasi konsumsi. Sementara itu, arus perdagangan baik keluar maupun masuk Maluku pada awal triwulan I-2018 diperkirakan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

9

Page 33:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

mengalami sedikit peningkatan. Kinerja realisasi anggaran belanja pemerintah baik APBN dan APBD diperkirakan akan tumbuh, seiring proyek investasi pemerintah yang terus menunjukkan progress peningkatan, adanya optimalisasi realisasi belanja langsung maupun tidak langsung khususnya menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Maluku pada tahun 2018.

Secara kumulatif tahunan, pertumbuhan ekonomi Maluku tahun 2018 dari sisi permintaan diperkirakan tumbuh sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2017. Kinerja konsumsi rumah tangga Maluku tahun 2018 diperkirakan tumbuh positif, dan sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, konsumsi pemerintah dan konsumsi LNPRT Maluku tahun 2018 secara keseluruhan juga diperkirakan akan tumbuh cukup signifikan akibat berlangsungnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Investasi pemerintah pada tahun 2018 juga akan kembali meningkatt, tertutama didorong oleh adanya beberapa proyek konstruksi strategis di Maluku, seperti pembangunan pelabuhan, bandara dan bendungan yang. Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Maluku diharapkan dapat kembali meningkat seiring dengan adanya potensi peningkatan tren indeks keyakinan konsumen tahun 2018 dibandingkan tahun sebelumnya dan adanya Pilkada serentak yang juga dilaksanakan di Maluku.

1.1.

1.2.

1.2.1. Konsumsi1.2.1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2017 sedikit mengalami penurunan. Konsumsi rumah tangga Provinsi Maluku pada triwulan IV-2017 tercatat tumbuh 6,28% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh 4,35% (yoy). Konsumsi rumah tangga merupakan komponen dengan porsi terbesar dalam kinerja perekonomian Maluku di sisi permintaan, dengan pangsa mencapai 68,09% terhadap total perekonomian Maluku pada triwulan IV-2017. Pangsa tersebut tercatat lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 67,20%.

Grafik 4. Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Maluku Grafik 5. Indeks Keyakinan Konsumen Provinsi Maluku

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Sumber : Bank Indonesia; diolah

10 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 34:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan konsumsi Provinsi Maluku pada triwulan IV-2017 tercermin dari peningkatan arus bongkar muat di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon selama triwulan IV-2017 dengan jumlah kontainer mencapai 29.771 unit, atau meningkat 42,06% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kondisi yang sama juga dialami pada arus kargo pesawat di Bandara Pattimura yang mencapai 2017 ton atau tumbuh positif sebesar 20,68% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2016. Namun di sisi lain, impor barang konsumsi pada triwulan IV-2017 tercatat nihil, sama seperti triwulan sebelumnya yang tercatat nihil.

Penguatan konsumsi rumah tangga juga dipengaruhi oleh adanya perayaan Hari Besar Keagamaan, yaitu Hara Raya Natal dan Tahun Baru. Namun, terjadi penurunan pendapatan yang terpantau dari pelemahan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV-2017 di mana terjadi penurunan pada Indeks Terima (lt) yang didapatkan petani dan peningkatan pada Indeks Bayar (lb) yang dikeluarkan oleh petani. Penurunan NTP terjadi pada NTP Tanaman Hortikultura dan

NTP Perkebunan. Sedangkan peningkatan NTP terjadi pada NTP Tanaman Bahan Makanan (Tabama) dan NTP Ternak. Penurunan NTP yang tidak sangat kecil ini memicu sedikit penurunan pendapatan yang mendorong masyarakat untuk melakukan konsumsi sedikit lebih rendah. Berkebalikan dengan NTP, penyaluran kredit konsumsi pada triwulan IV-2017 tercatat sebesar Rp6,56 triliun atau secara tahunan tumbuh positif sebesar 15,41% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,97% (yoy).

Pada triwulan I-2018, pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan menguat namun terbatas. Dimulainya semester baru pada kegiatan sekolah akan mendorong masyarakat untuk melakukan konsumsi sedikit lebih tinggi. Optimisme konsumen sebagaimana terpantau dalam Survei Konsumen juga diperkirakan swdikit lebih tinggi dibandingkan perkiraan periode sebelumnya dengan nilai Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) mencapai 147,29 pada triwulan I-2018. Namun, peningkatan ekspektasi tersebut tidak diikuti oleh perkiraan adanya peningkatan penghasilan. Konsumen justru memperkirakan terjadi penurunan pendampatan pada triwulan I-2018. Sebagai tambahan, arus kargo Bandara Pattimura dan arus kontainer Pelabuhan Yos Sudarso mengalami peningkatan pada awal triwulan IV-2017, sama seperti arus kargo bandara Pattimura yang juga mengalami peningkatan pada awal triwulan I-2018. Namun tidak dengan arus bongkar muat dan peti kemas di pelabuhan Yos Sudarso yang mengalami sedikit penurunan pada awal triwulan I-2018.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

11

Grafik 6. Perkembangan Kredit Konsumsi di Provinsi Maluku

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah

Page 35:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Grafik 7. Arus Bongkar Muat Pelabuhan Yos SudarsoGrafik 8. Jumlah Peti Kemas Pelabuhan Yos Sudarso

Sumber : PT Pelindo IV Cabang Ambon; diolah Sumber : PT Pelindo IV Cabang Ambon; diolah

Secara kumulatif tahunan, kinerja konsumsi rumah tangga Maluku tahun 2018 diperkirakan tumbuh positif, namun hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2017. Tingkat pendapatan masyarakat yang menurun, yang ditunjukkan oleh angka pengangguran tahun ini yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi hal tersebut. Namun kegiatan Pemilihan Kepala Daerah dapat menjadi salah satu pemicu peningkatan konsumsi rumah tangga sepanjang tahun 2018. Selain itu, kondisi cuaca yang mulai membaik dengan curah hujan yang mulai menurun diperkirakan akan meingkatakan NTP yang berujung pada peningkatan konsumsi tumah tangga.

1.2.1.2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah tercatat melambat, baik untuk komponen APBN maupun APBD. Komponen konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2017 tercatat mengalami pertumbuhan hanya sebesar 0,48% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 3,58% (yoy). Melemahnya konsumsi pemerintah pada triwulan laporan ditunjukkan oleh realisasi anggaran yang lebih rendah pada APBN dan APBD dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Pada APBN, tercatat bahwa realisasi belanja pegawai pada triwulan IV-2017, yaitu sebesar 84,63%, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 96,71%. Pada APBD, rendahnya konsumsi pemerintah terlihat dari melambatnya pertumbuhan realisasi belanja barang dan jasa yang hanya tumbuh sebesar 5,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 12,25% (yoy). Selain itu, realisasi belanja langsung non modal juga mengalami perlambatan, hanya tumbuh sebesar 8,68% (yoy), selbih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 12,17% (yoy).

Pada triwulan I-2018, komponen konsumsi pemerintah diperkirakan akan tumbuh menguat.

12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 9. Konsumsi Pemerintah Provinsi Maluku

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah

Page 36:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Penguatan realisasi belanja pemerintah sejalan dengan proyek investasi pemerintah yang terus menunjukkan progres peningkatan dan juga didukung oleh adanya optimalisasi realisasi belanja langsung maupun tidak langsung, khususnya menjelang akhir tahun. Beberapa proyek besar pemerintah yaitu pembangunan jalan raya, pelabuhan, dan bendungan akan mendorong konsumsi pemerintah Maluku. Sementara itu, peningkatan pagu anggaran belanja operasional dalam APBD, diperkirakan juga akan mendorong kinerja komponen ini pada triwulan selanjutnya.

Secara kumulatif tahunan, kinerja konsumsi pemerintah Maluku tahun 2018 diperkirakan masih tumbuh terbatas dibandingkan tahun sebelumnya. Menurunnya anggaran pemerintah khususnya untuk komponen belanja langsung, baik di sisi pusat (APBN) maupun daerah (APBD) masih menjadi salah satu faktor utama yang memicu melemahnya kinerja konsumsi pemerintah pada tahun 2018 akibat kapasitas fiskal yang lebih terbatas. Selain itu, melemahnya realisasi anggaran belanja pemerintah selama tiga triwulan terakhir di tahun 2017 dibandingkan tahun sebelumnya juga menjadi faktor kinerja konsumsi pemerintah tumbuh terbatas. Namun demikian, dengan adanya Pilkada tingkat provinsi yang akan dilaksanakan serentak di beberapa daerah, termasuk Maluku, diharapkan dapat mendorong percepatan pertumbuhan konsumsi pemerintah di tahun 2018.

1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)Investasi Provinsi Maluku terpantau melemah. Pada triwulan III-2017, komponen

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) Provinsi Maluku tumbuh 5,64% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2017 yang tumbuh sebesar 6,12% (yoy). Hal ini sejalan dengan menurunnya realisasi belanja pemerintah, khususnya pada komponen belanja modal dalam APBN dan APBD. Dari sisi APBN, pada triwulan III-2017, total anggaran untuk belanja modal tercatat sebesar 30,03%, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 35,02%. Penurunan yang sama juga terjadi dari sisi APBD. Tercatat pada triwulan III-2017 bahwa total anggaran untuk belanja modal dalam APBD adalah sebesar 22,29%, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 26,96%. Penurunan tersebut membuat kapasitas pemerintah untuk melakukan pembelanjaan modal menjadi lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

13

Page 37:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Grafik 10. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto Maluku Grafik 11. Perkembangan Impor Barang Modal Provinsi Maluku

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Sumber : Bank Indonesia; diolah

Namun demikian, investasi masih dapat tumbuh positif yang didukung oleh adanya peningkatan dari kinerja konstruksi yang dipicu oleh adanya realisasi proyek infrastruktur pada triwulan III-2017. Hal ini tercermin dari masih meningkatnya pertumbuhan kredit investasi sebesar 65,24% pada triwulan laporan. Selain itu, hasil liaison kepada pelaku usaha menyatakan optimisme pada investasi meski masih berada di level yang terbatas.

Grafik 12. Kredit Investasi Provinsi Maluku Grafik 13. Perkembangan Investasi Dunia

Sumber : Laporan Bank Umum; diolah Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia; diolah

Investasi Maluku pada triwulan IV-2017 diperkirakan akan meningkat. Realisasi percepatan belanja pemerintah untuk mencapai target akhir tahun termasuk di dalamnya pembangunan rumah sakit umum daerah dan proyek infrastruktur tahunan seperti perbaikan akses darat oleh Balai Wilayah Jalan dan akses laut oleh Balai Wilayah Sungai diperkirakan dapat mendorong investasi pada triwulan IV-2017. Selain itu, beberapa proyek infrastruktur swasta seperti pembangunan jaringan rumah sakit swasta nasional, perhotelan dan tempat perbelanjaan, serta hunian vertikal maupun horizontal juga dapat mendorong investasi Maluku di tengah lemahnya kapasitas fiskal. Namun demikian, masih terdapat risiko perlambatan investasi swasta secara umum, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia di Maluku, yang menunjukkan potensi menurun pada perkembangan investasi di triwulan IV-2016

14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 38:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Secara kumulatif tahunan, kinerja investasi Maluku tahun 2017 diperkirakan masih tumbuh terbatas dibandingkan tahun sebelumnya. Tingginya tingkat pertumbuhan investasi Maluku di tahun 2017 masih belum dapat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun penyaluran kredit investasi berada dalam tren meningkat. Hal ini dipicu oleh lebih terbatasnya proyek-proyek infrastruktur baru, baik bangunan maupun non-bangunan di tahun 2017 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian, dengan melihat tren perkembangan investasi dunia yang meningkat secara tahunan, diharapkan kinerja investasi di Maluku dapat membaik pada tahun berikutnya.

1.2.3. Ekspor dan Impor1.2.3.1. Ekspor dan Impor Luar Negeri

Pada triwulan III-2017, kinerja Ekspor luar negeri Maluku tercatat mengalami penurunan pertumbuhan. Komponen Ekspor luar negeri tumbuh sebesar 3,46% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,73% (yoy). Ekspor non-migas Maluku pada triwulan laporan mencapai USD 11,44 juta atau tumbuh melambat sebesar 30,60% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu menghasilkan nilai ekspor sebanyak USD 13,22 juta atau tumbuh sebesar 82,67% (yoy). Penurunan kinerja ekspor didorong oleh penurunan hasil ekspor laut, yang mencakup ikan segar, udang segar/beku, dan ikan olahan. Tercatat pada triwulan III-2017, total ekspor dari ikan dan udang adalah sebesar USD 6,59 juta atau tumbuh terkontraksi hingga 20,63% (yoy) setelah triwulan sebelumnya berhasil menghasilkan ekspor sebesar USD 7,86 juta dengan pertumbuhan 21,90% (yoy). Hal ini dapat dicerminkan oleh menurunnya produksi ikan dan hasil laut lainnya selama periode laporan. Produksi ikan segar yang dihasilkan di Kota Ambon selama triwulan III-2017 tercatat sebesar 701,04 ton dengan pertumbuhan hingga 60,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 707,95 ton dengan pertumbuhan hingga 183,39% (yoy).

Selanjutnya, penurunan juga terjadi di ekspor komoditas industri. Komoditas industri mencatatkan realisasi ekspor sebesar USD 6,01 juta, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat USD 6,28 juta. Selain itu, data BPS menunjukkan bahwa nilai ekspor perdagangan Maluku juga mengalami penurunan. Pada triwulan III-2017, pertumbuhan ekspor Maluku tercatat sebesar 19,15% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nilai pertumbuhan yang sangat tinggi seiring dengan adanya ekspor bahan bakar mineral sebanyak USD 17.609,57 juta ton.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

15

Page 39:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Grafik 14. PDRB Ekspor Luar Negeri Provinsi Maluku Grafik 15. PDRB Impor Luar Negeri Provinsi Maluku

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah

Kinerja impor luar negeri tercatat meningkat pada triwulan III-2017. Impor luar negeri Maluku tercatat tumbuh 11,01% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,95% (yoy). Menurut data BPS, nominal impor Maluku pada triwulan III-2017 mencapai USD 171,65 juta, dengan porsi 56,8% merupakan impor non-migas dan 43,2% merupakan impor migas. Kedua komponen impor tersebut mencatatkan pertumbuhan secara tahunan. Impor non-migas tercatat tumbuh dengan nominal USD 97,56 juta, meningkat setelah periode yang sama tahun sebelumnya tidak mencatatkan realisasi. Sementara itu, impor migas tercatat tumbuh sebesar 49,30% (yoy), atau dengan nominal sebesar USD 74,09 juta. Impor barang non migas didominasi oleh barang berupa kapal dan alat pendukung industri lainnya.

Grafik 16. Perkembangan Ekspor Non-Migas Komoditas Asal Provinsi Maluku Grafik 17. Impor Luar Negeri Non-Migas Provinsi Maluku

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku; diolah

Pada triwulan IV-2017, kinerja ekspor-impor luar negeri Maluku diperkirakan akan meningkat. Kinerja ekspor diperkirakan menguat dengan ditopang oleh ekspor migas yaitu bahan bakar minyak serta ekspor non migas yang juga akan menguat ditopang meningkatnya produksi ikan segar pelabuhan utama seiring cuaca yang makin membaik pada triwulan IV-2017. Sementara itu, impor migas diperkirakan akan mendorong penguatan di sisi impor luar negeri seiring peningkatan demand BBM non-subsidi.

16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 40:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

1.3. Perkembangan PDRB Sisi Penawaran

Pada sisi lapangan usaha, melemahnya laju pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan III-2017 dipicu oleh melambatnya kinerja kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Administrasi Pemerintahan, serta Pertambangan dan Penggalian. Melemahnya kinerja kategori pertanian dan perikanan dipicu oleh kondisi cuaca ekstrem yang membatasi produksi hasil pertanian dan perikanan dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari kategori administrasi pemerintahan, pelemahan pertumbuhan dipengaruhi oleh melemahnya realisasi anggaran pemerintah untuk belanja pegawai dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, menurunnya pertumbuhan dari kategori pertambangan dipicu oleh berkurangnya aktivitas pertambangan pada triwulan laporan.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

17

Page 41:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Penawaran tahun dasar 2010

I II III IV Total I* II* III**Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 23.82 23.41 23.55 23.45 23.55 24.44 23.59 23.38 Pertambangan dan Penggalian 3.30 3.12 3.18 3.22 3.21 3.26 3.16 2.98 Industri Pengolahan 5.58 5.43 5.41 5.35 5.44 5.48 5.36 5.38 Pengadaan Listrik, Gas 0.11 0.12 0.11 0.11 0.11 0.11 0.10 0.10 Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang 0.47 0.47 0.48 0.47 0.47 0.46 0.47 0.47 Konstruksi 6.74 6.85 6.89 6.87 6.84 6.51 6.64 6.96 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 14.17 14.32 14.20 14.74 14.36 14.40 14.77 15.03 Transportasi dan Pergudangan 5.42 5.42 5.41 5.33 5.40 5.30 5.28 5.31 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.81 1.73 1.70 1.68 1.73 1.72 1.70 1.71 Informasi dan Komunikasi 4.02 4.02 4.06 4.01 4.03 4.16 4.08 4.02 Jasa Keuangan 3.95 3.91 3.80 3.71 3.84 3.79 3.85 3.76 Real Estate 0.35 0.34 0.34 0.33 0.34 0.34 0.33 0.33 Jasa Perusahaan 1.03 1.01 1.00 0.99 1.01 1.01 1.00 1.00 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 19.83 20.35 20.26 20.17 20.15 19.67 20.18 20.04 Jasa Pendidikan 5.55 5.62 5.72 5.65 5.64 5.54 5.64 5.69 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.16 2.18 2.18 2.19 2.18 2.13 2.16 2.15 Jasa lainnya 1.69 1.70 1.72 1.73 1.71 1.68 1.69 1.69 Total PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

I II III IV Total I* II* III**Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.65 2.64 6.26 8.73 4.82 9.26 6.28 4.50 Pertambangan dan Penggalian 5.99 4.07 2.65 3.05 3.91 5.21 6.74 (1.56) Industri Pengolahan 8.49 7.42 7.45 4.94 7.04 4.48 4.19 4.71 Pengadaan Listrik, Gas (25.72) 43.67 34.85 7.38 8.35 3.55 (6.23) (5.58) Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang 1.95 2.01 4.63 7.64 4.07 4.93 3.56 4.98 Konstruksi 5.50 7.58 4.51 2.63 4.98 2.86 2.27 6.31 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.11 5.56 4.43 8.46 5.92 8.21 8.86 11.40 Transportasi dan Pergudangan 4.36 4.89 4.29 3.27 4.19 4.06 2.77 3.34 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.35 0.14 (2.20) (5.41) (0.25) 1.31 3.62 5.99 Informasi dan Komunikasi 6.67 6.55 9.43 8.94 7.91 10.23 7.14 4.34 Jasa Keuangan 8.11 16.95 6.44 6.02 9.22 2.35 3.91 3.95 Real Estate 1.85 1.83 2.27 3.06 2.26 2.83 2.81 2.86 Jasa Perusahaan 1.30 1.23 2.09 4.13 2.19 4.04 4.60 5.61 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10.00 8.73 5.18 3.22 6.62 5.64 4.58 4.14 Jasa Pendidikan 6.69 7.64 8.71 8.76 7.97 6.29 5.76 4.72 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.44 5.54 4.87 6.24 5.53 5.07 4.72 3.48 Jasa lainnya 4.72 4.83 5.34 6.87 5.46 6.10 4.93 3.63 Total PDRB 5.57 6.04 5.52 5.91 5.76 6.49 5.49 5.26

I II III IV Total I* II* III**Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.41 0.64 1.46 1.99 1.14 2.21 1.47 1.06 Pertambangan dan Penggalian 0.20 0.13 0.09 0.10 0.13 0.17 0.21 (0.05) Industri Pengolahan 0.46 0.40 0.40 0.27 0.38 0.25 0.23 0.25 Pengadaan Listrik, Gas (0.04) 0.04 0.03 0.01 0.01 0.00 (0.01) (0.01) Pengadaan Air, Pengolahan Sampah dan Daur Ulang 0.01 0.01 0.02 0.04 0.02 0.02 0.02 0.02 Konstruksi 0.37 0.51 0.31 0.19 0.34 0.19 0.16 0.43 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0.73 0.80 0.64 1.22 0.85 1.16 1.27 1.62 Transportasi dan Pergudangan 0.24 0.27 0.23 0.18 0.23 0.22 0.15 0.18 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.13 0.00 (0.04) (0.10) (0.00) 0.02 0.06 0.10 Informasi dan Komunikasi 0.27 0.26 0.37 0.35 0.31 0.41 0.29 0.18 Jasa Keuangan 0.31 0.60 0.24 0.22 0.34 0.09 0.15 0.15 Real Estate 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 Jasa Perusahaan 0.01 0.01 0.02 0.04 0.02 0.04 0.05 0.06 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1.90 1.73 1.05 0.67 1.32 1.12 0.93 0.84 Jasa Pendidikan 0.37 0.42 0.48 0.48 0.44 0.35 0.32 0.27 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.12 0.12 0.11 0.14 0.12 0.11 0.10 0.08 Jasa lainnya 0.08 0.08 0.09 0.12 0.09 0.10 0.08 0.06 Total PDRB 5.57 6.04 5.52 5.91 5.76 6.49 5.49 5.26

2016

2016

2016 2017

2017

2017

Andi

l yoy

(%)

Komponen

Pert

umbu

han

yoy

(%)

Pang

sa (%

)Komponen

Komponen

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah*Angka sementara BPS**Angka sangat sementara BPS

Selanjutnya, untuk triwulan IV-2017 peningkatan pertumbuhan dari sisi penawaran diperkirakan akan ditopang oleh kategori pertanian dan perikanan, administrasi pemerintahan, dan konstruksi. Kinerja kategori pertanian dan perikanan pada triwulan IV-2017 diperkirakan akan meningkat seiring dengan kondisi cuaca yang semakin membaik pada periode menjelang akhir tahun dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan yang didorong oleh membaiknya kinerja administrasi pemerintah didukung oleh adanya optimalisasi belanja pemerintah untuk mencapai target akhir tahun,

18 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 42:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

terutama pada komponen anggaran belanja tidak langsung. Sementara itu, kinerja konstruksi diperkirakan juga akan meningkat seiring dengan adanya percepatan realisasi proyek infrastruktur menjelang akhir tahun, baik yang berasal dari APBN dan APBD maupun dari proyek-proyek infrastruktur swasta.

Secara kumulatif tahunan, pertumbuhan ekonomi Maluku tahun 2017 dari sisi penawaran diperkirakan tumbuh sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Maluku yang terbatas dimaksud akan dipengaruhi oleh melemahnya kinerja dari kategori administrasi pemerintah dan konstruksi apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Melemahnya kinerja dari kedua kategori tersebut banyak dipengaruhi oleh menurunnya anggaran belanja pemerintah secara tahunan dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga kapasitas fiskal pemerintah menjadi lebih rendah pada tahun ini. Sementara itu, kinerja sektor utama penyumbang PDRB Maluku, seperti pertanian dan perikanan serta perdagangan besar dan eceran diperkirakan secara kumulatif akan meningkat di tahun 2017 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan dimaksud diperkirakan belum cukup optimal untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi Maluku pada tahun 2017.

1.1.1.1.2.1.3.

1.1.1.1.2.1.3.

1.3.1.

1.3.

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan III-2017, kinerja kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh tercatat sebesar 4,50% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 6,28% (yoy). Meskipun melambat, kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan masih menjadi kategori dengan

pangsa terbesar pada PDRB Provinsi Maluku dengan porsi sebesar 23,38%. Melambatnya

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

19

Grafik 18. PDRB Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Page 43:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

pertumbuhan kategori ini disebabkan oleh kinerja pada sub-kategori perikanan pada triwulan laporan tidak setinggi triwulan sebelumnya. Sejalan dengan produksi perikanan, produksi sub-sektor pertanian dan kehutanan juga tidak lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang dipengaruhi oleh melemahnya produksi komoditas karet selama periode laporan.

Sub-kategori perikanan terpantau tumbuh melambat. Peningkatan produksi perikanan yang tercatat di pelabuhan utama Provinsi Maluku tercatat tidak setinggi triwulan sebelumnya. Produksi perikanan pada triwulan III-2017 mencapai 701,04 ton, tumbuh sebesar 60,23% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibandingkan triwulan II-2017 yang mampu mencatatkan peningkatan produksi ikan hingga 183,39% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, perlambatan juga terjadi pada ekspor hasil laut Maluku khususnya komoditas udang beku, ikan segar, dan mutiara. Secara keseluruhan, realisasi ekspor hasil laut Maluku pada triwulan laporan tercatat mencapai USD7,86 juta atau tumbuh 21,90% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh hingga 59,42% (yoy).

Grafik 19. Produksi ikan di PPN Ambon dan PPN Tual Grafik 20. Ekspor Hasil Laut Provinsi MalukuSumber: PPN Ambon dan PPN Tual; diolah Sumber: Bank Indonesia

Pada sub-kategori perkebunan, pertumbuhan komoditas terpantau mengalami perbaikan. Realisasi kegiatan dunia usaha sektor pertanian dan perikanan yang terpantau dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha tercatat mengalami peningkatan pada triwulan III-2017. Sejalan dengan hal tersebut, produksi komoditas pada triwulan III-2017 juga membaik dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun masih tumbuh negatif. Komoditas karet pada triwulan III-2017 tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 11,67% (yoy), membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 17,76% (yoy). Sementara itu, komoditas kopra tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 64,44% (yoy) di mana masih lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan kontraksi hingga sebesar 78,94% (yoy). Di sisi lain, kinerja ekspor pala menjadi penahan perlambatan pertumbuhan dengan realisasi ekspor komoditas biji pala, bunga, dan kapulaga mencapai USD780ribu atau tumbuh hingga 219,93% (yoy).

20 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 44:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Grafik 21. Nilai Ekspor Pala Provinsi Maluku Grafik 22. Produksi Karet di Maluku TengahSumber: Bank Indonesia Sumber: Perusahaan Perkebunan; diolah

Grafik 23. Perkembangan Usaha Pertanian & Perikanan Maluku Grafik 24. Kredit Sektor Pertanian Menurut Lokasi Proyek

Sumber: PPN Ambon dan PPN Tual; diolahSumber: Bank Indonesia

Pada triwulan IV-2017, kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan

diperkirakan meningkat. Peningkatan pertumbuhan ditopang oleh membaiknya kinerja subkategori perikanan dengan adanya peningkatan produksi ikan segar dan udang basah seiring cuaca yang semakin kondusif. Dengan kondisi cuaca yang lebih baik, pemulihan produksi karet dan kopra diperkirakan juga akan berlanjut pada periode ini. Sementara itu, produksi pala diharapkan dapat kembali membaik, sehingga juga dapat turut serta mendorong peningkatan sub-sektor perkebunan.

Secara kumulatif tahunan, kinerja kategori pertanian dan perikanan Maluku tahun 2017 diperkirakan menguat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini didukung oleh peningkatan hasil perikanan seiring dengan tren tahunan pemulihan hasil laut setelah sebelumnya mengalami penurunan yang sangat tajam sejak adanya kebijakan moratorium Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di tahun 2014. Sementara itu, produksi hasil pertanian dan perkebunan juga turut membaik dibandingkan tahun lalu yang didukung oleh kondisi cuaca yang lebih kondusif. Dalam hal ini, kondisi membaiknya kinerja kategori pertanian dan perikanan Maluku tahun 2017 juga dicerminkan oleh tren NTP selama tahun laporan yang mengalami peningkatan.

1.3.2. Perdagangan Besar & Eceran, dan Reparasi Mobil & Sepeda Motor

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

21

Page 45:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan kategori Perdagangan di Provinsi Maluku terpantau meningkat. Kategori ini pada triwulan III-2017 mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,40% (yoy), meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,33% (yoy). Pertumbuhan kategori ini memberikan andil pertumbuhan hingga 1,62% (yoy) pada triwulan III-2017 yang merupakan andil terbesar dari seluruh kategori. Tumbuhnya kategori ini tercermin dari meningkatnya pertumbuhan secara signifikan terhadap arus bongkar muat barang di pelabuhan utama Yos Sudarso sebesar 56,19% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,63% (yoy).

Tumbuhnya arus barang tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat sejalan dengan adanya peningkatan penghasilan yang didorong oleh pembayaran gaji ke-13 kepada PNS. Selain itu, penyaluran kredit bank umum di Provinsi Maluku juga terpantau meningkat. Penyaluran kredit pada Kategori Perdagangan mencapai Rp2,38 triliun pada triwulan III-2017, atau tumbuh 10,38% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 4,68% (yoy). Meskipun pertumbuhan kategori ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam periode laporan, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia menunjukkan bahwa ekspektasi usaha pada triwulan III-2017 diperkirakan akan menurun. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa kategori perdagangan masih dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik walaupun pelaku usaha memiliki anggapan sebaliknya.

Pada triwulan IV-2017, kategori perdagangan besar dan eceran diperkirakan tumbuh melemah dibandingkan periode laporan. Meskipun pada triwulan IV-2017 terdapat Hari Raya Natal dan Tahun Baru, pertumbuhan kategori perdagangan dan eceran diperkirakan belum dapat melampaui pertumbuhan pada triwulan laporan. Salah satu faktor yang memicu hal ini adalah tingginya realisasi pertumbuhan kategori dimaksud pada periode laporan, sehingga diperkirakan masyarakat akan cenderung menekan arus pembelanjaan hingga akhir tahun, khususnya untuk barang tahan lama. Hari Raya Natal dan Tahun Baru memang diperkirakan dapat memberikan peningkatan konsumsi masyarakat, khususnya untuk barang tidak tahan lama, namun secara agregat masih lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Selain itu, berdasarkan hasil SKDU Bank Indonesia untuk triwulan IV-2017,

22 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 25. PDRB Perdagangan dan Reparasi Provinsi Maluku Grafik 26. Arus Barang di Pelabuhan Yos Sudarso, AmbonSumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, diolah Sumber: PT. Pelindo IV Cabang Ambon, diolah

Page 46:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

ekspektasi kegiatan usaha perdagangan menunjukkan arah yang melambat, sehingga diperkirakan dapat membatasi peningkatan kinerja kategori ini.

Grafik 27. Kredit Kategori Perdagangan Besar dan Ecerandi Bank Umum di Provinsi Maluku Menurut Lokasi Proyek

Grafik 28. Kegiatan Usaha Kategori Perdagangan

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

Secara kumulatif tahunan, kinerja kategori perdagangan besar dan eceran Maluku tahun 2017 diperkirakan menguat dibandingkan tahun sebelumnya. Iklim usaha yang membaik seiring dengan adanya peningkatan penyaluran kredit dari perbankan untuk kategori perdagangan merupakan beberapa faktor yang mendukung meningkatnya kinerja perdagangan besar dan eceran Maluku pada tahun 2017. Selain itu, meningkatnya kinerja perdagangan tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya juga tercermin dalam arus barang masuk melalui pelabuhan yang mengalami tren meningkat selama tahun 2017.

1.3.3. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Pada triwulan III-2017, kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib terpantau tumbuh melambat. Pertumbuhan kategori administrasi pemerintahan triwulan III-2017 tercatat 4,14% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,58% (yoy). Melambatnya laju pertumbuhan kategori ini dipicu oleh

melemahnya realisasi belanja pemerintah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, khususnya pada komponen Belanja Tidak Langsung dalam APBD dan APBN. Realisasi Belanja Tidak Langsung sebesar 48,79% dari anggaran pada triwulan III-2017, jauh lebih rendah dibandingkan realisasi dalam triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu mencapai 77,39%. Ditinjau dari APBN, pelemahan kategori ini juga dipicu oleh menurunnya realisasi Belanja Tidak Langsung apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Salah satu subkomponen utama yang memicu menurunnya kinerja realisasi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

23

Grafik 29. PDRB Sektor Konstruksi Provinsi MalukuSumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Page 47:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Belanja Tidak Langsung, baik pada APBD maupun APBN, adalah Belanja Pegawai pada periode laporan.

Pada triwulan IV-2017, kinerja kategori ini diperkirakan menguat, seiring dengan percepatan realisasi anggaran yang bersumber dari APBD maupun APBN. Pertumbuhan kinerja kategori ini akan lebih didorong oleh realisasi anggaran Dana Desa (DD) tahap kedua yang akan cair pada semester II-2017 dan percepatan realisasi anggaran pada komponen belanja tidak langsung. Realisasi APBD pada triwulan III-2017 yang masih relatif rendah, juga memberikan ruang yang cukup besar bagi kategori ini untuk tumbuh lebih tinggi pada triwulan selanjutnya.

Secara kumulatif tahunan, kinerja kategori perdagangan besar dan eceran Maluku tahun 2017 diperkirakan tumbuh terbatas dibandingkan tahun sebelumnya. Melemahnya kinerja administrasi pemerintahan di tahun 2017 masih dipengaruhi oleh menurunnya anggaran belanja pemerintah dibandingkan tahun lalu. Dari sisi APBN, anggaran belanja secara keseluruhan untuk tahun 2017 tercatat lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Sementara itu dari sisi APBD, menurunnya anggaran pemerintah, khususnya untuk komponen belanja barang dan jasa juga mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini yang selanjutnya membuat kapasitas fiskal pemerintah menjadi lebih terbatas, sehingga memengaruhi kinerja dari kategori administrasi pemerintahan Maluku di tahun 2017.

1.3.4. Konstruksi

Kategori konstruksi mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan III-2017. Kategori konstruksi mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,31% (yoy), jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,27% (yoy). Peningkatan kinerja kategori konstruksi didorong oleh peningkatan realisasi proyek investasi dari sektor swasta. Dalam hal ini, pemerintah belum memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap menguatnya pertumbuhan konstruksi pada triwulan III-2017. Tercatat bahwa dari realisasi APBD dan APBN hingga triwulan III-2017, realisasi Belanja Modal pemerintah bergerak melambat dibandingkan periode yang sama di tahun lalu. Sampai dengan akhir triwulan III-2017, tercatat rasio realisasi belanja modal APBN terhadap pagu mencapai 44,79% dan realisasi belanja modal pada APBD sebesar 46,76% terhadap pagu. Rasio tersebut tercatat menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 45,94% untuk belanja modal pada APBN dan 52,60% belanja modal pada APBD. Kondisi tersebut juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) sektor konstruksi, dimana persepsi pelaku usaha sektor konstruksi terhadap realisasi kegiatan usaha pada triwulan laporan cenderung menurun dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Sementara itu, meskipun belanja modal pemerintah tercatat melemah pada periode laporan, pertumbuhan realisasi pengadaan semen pada periode ini justru mengalami peningkatan apabila dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya,

24 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 48:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

yaitu mencapai 27,22% (yoy) dibandingkan 0,11% (yoy). Dari sisi kredit, tercatat bahwa pertumbuhan pemberian kredit perbankan terhadap sektor konstruksi juga mengalami perbaikan dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Dengan demikian, realisasi proyek yang dilakukan sektor swasta mendorong akselerasi kinerja kategori konstruksi pada triwulan III-2017 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Grafik 30. PDRB Sektor Konstruksi Provinsi Maluku Grafik 31. Kegiatan Usaha Sektor Konstruksi Provinsi MalukuSumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia

Kinerja konstruksi diperkirakan melanjutkan tren peningkatan pada triwulan IV-2017. Rasio realisasi belanja modal APBN dan APBD yang masih rendah, memberikan ruang peningkatan kinerja yang cukup besar. Sejalan dengan hal tersebut, ekspektasi kegiatan usaha konstruksi pada triwulan IV-2017 akan lebih baik dibandingkan triwulan laporan. Pertumbuhan realisasi pengadaan semen yang cukup tinggi pada periode laporan diperkirakan akan tetap bertahan sejalan dengan percepatan realisasi belanja modal dan dana desa yang dipacu pada triwulan IV-2017.

Secara kumulatif tahunan, kinerja kategori konstruksi Maluku tahun 2017 diperkirakan tumbuh terbatas dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan yang terbatas dari kategori konstruksi di tahun 2017 dipengaruhi oleh sektor pemerintah dan swasta. Dari sisi pemerintah, melemahnya kinerja konstruksi dipicu oleh menurunnya anggaran belanja pemerintah, baik dalam APBN maupun APBD. Hal ini yang selanjutnya membuat kapasitas fiskal pemerintah untuk realisasi belanja modal menjadi menurun dibandingkan tahun lalu. Sementara itu dari sektor swasta, melemahnya kinerja konstruksi di tahun 2017 dapat dipengaruhi oleh penyaluran kredit perbankan untuk bangunan yang mengalami tren menurun dibandingkan tahyn sebelumnya. Selain itu, kondisi tersebut juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) sektor konstruksi, dimana persepsi pelaku usaha sektor konstruksi terhadap realisasi kegiatan usaha pada tahun laporan cenderung lebih rendah dibandingkan kondisi tahun lalu.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

25

Page 49:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Grafik 32. Kegiatan Usaha Sektor Konstruksi Provinsi MalukuGrafik 33. Kredit Sektor Bangunan di Bank Umum Menurut Lokasi

Proyek

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia; diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

26 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 50:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

A. Latar BelakangSubsektor perikanan merupakan salah satu subsektor yang menjadi andalan Provinsi

Maluku. Namun demikian, kondisi subsektor tersebut saat ini belum memberikan hasil yang optimal. Kontribusi sektor perikanan terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Bruto Kota Ambon cenderung menurun dengan rata-rata kontribusi sebesar 5% sejak tahun 2012 sampai dengan 2016. Di sisi lain, tingkat konsumsi ikan di Provinsi Maluku merupakan paling tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya. Hal tersebut menunjukkan budaya masyarakat yang lebih gemar mengkonsumsi ikan dibandingkan lainnya. Peluang ini yang kemudian ditangkap oleh sebagian pengusaha di Kota Ambon. Potensi pasar industri rumah makan dan restoran ikan cenderung lebih luas, tidak hanya terbatas pada masyarakat lokal namun juga para pendatang baik yang memang untuk menetap maupun hanya berwisata.

Peningkatan kapasitas pada bebeberapa usaha rumah makan dan restoran mengindikasikan potensi pasar yang terserap dengan baik. Meskipun demikian, tantangan dunia usaha yang dinamis menuntut pengusaha agar lebih tepat dan cepat dalam melakukan kebijakan usahanya. Untuk mendukung hal tersebut, perlu diketahui bagaimana struktur pasar industri rumah makan dan restoran di Kota Ambon. Melalui struktur pasar, informasi yang dapat diperoleh adalah rata-rata struktur biaya dan penerimaan dan tingkat konsentrasi industri ini sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi yang jelas terkait industri rumah makan dan restoran di Kota Ambon.

Pasokan listrik merupakan salah satu aspek yang sangat dibutuhkan baik untuk proses bisnis maupun rumah tangga. Selama periode penelitian diketahui bahwa akses listrik di Provinsi Maluku tidak merata antara wilayah. Frekuensi mati listrik cukup sering terjadi pada kabupaten/kota di luar kota Ambon. Hal ini menjadikan beberapa aktivitas bisnis perikanan terpengaruh khususnya pada cold storage di wilayah-wilayah yang dekat dengan titik penangkapan ikan.

Selain itu, permasalahan pelabuhan khususnya pelabuhan ekspor menjadi salah satu kendala dari terhambatnya proses ditribusi komoditas perikanan di Provinsi Maluku. Biaya bongkar muat yang relatif lebih mahal dan ketersediaan container yang masih terbatas menyebabkan tingginya biaya produksi di sektor perikanan. Perusahaan yang akan melakukan ekspor terpaksa perlu mendatangkan container dari Surabaya. Hal tersebut berdampak pada lamanya waktu pengiriman ke negara tujuan.

Pasca diberlakukannya moratorium pada kapal-kapal asing, hal ini menyebabkan tidak ada lagi kapal asing yang beroperasi di wilayah penangkapan Provinsi Maluku sehingga memengaruhi kapasitas produksi hasil perikanan. Pada satu sisi, hal ini berdampak pada ketersediaan ikan yang cukup banyak. Namun, di sisi lain kapal-kapal domestik belum mampu memaksimalkan kesempatan tersebut karena kapal penangkap ikan khususnya di

BOKS 1 Struktur Pasar Industri Rumah Makandan Restoran Di Ambon Tahun 2017

oleh Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Provinsi Maluku

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

27

Page 51:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Provinsi Maluku masih didominasi oleh kapal-kapal di bawah 30 GT. Hal tersebut berpengaruh pada saat musim ombak tinggi dimana kapal-kapal tidak mampu beroperasi secara maksimal.

B. Metodologi PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan

sumber data primer dan sekunder. Guna mendapatkan data primer yang relevan dengan penelitian ini, maka dilakukan pengumpulan data primer melalui kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait.

Metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi struktur pasar industri rumah makan dan restoran di Kota Ambon didasarkan pada paradigma Structure-Conduct-Performance (SCP) oleh Lipczynski (2005), namun penelitian ini hanya menggunakan paradigma struktur untuk mengidentifikasi stuktur pasar industri rumah makan dan restoran di Kota Ambon. Terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur pasar, yaitu melalui perhitungan pangsa pasar dan konsentrasi pasar serta pengukuran Indeks Harfindahl-Hirsman (HHI). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh jumlah Rumah Makan dan Restoran yang datanya dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kota Ambon, yakni sebanyak 61 usaha, dengan perhitungan banyaknya sampel yang digunakan berdasarkan Rumus Slovin, yaitu sebanyak 10 (sepuluh) usaha. Guna memberikan gambaran yang lebih luas, maka kajian ini menggunakan sampel sebanyak 30 usaha. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling dengan membagi populasi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan klasifikasi dengan mendasarkan pada tujuan studi.

Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Sisi Penawaran tahun dasar 2010Definisi dan Pengukuran Keterangan

1. Pangsa Pasar (MS):

MS=SiS tot

×100%

Konsentrasi:

2.CR 4=∑i=1

4

MS=S1+S2+S3+S 4

3.HHI=∑i=1

n

MS2

1. S = Penjualan perusahaan2. CR = Rasio konsentrasi3. HHI = Indeks Harfindahl-Hirscman4. G = Koefisien GiniSemakin tinggi pangsa pasar dan derajat konsentrasi maka derajat kompetisi dalam industri semakin rendah dan menggambarkan struktur pasar yang mendekati monopoli.Penentuan struktur pasar dengan Harfindahl-Hircsman Indeks merujuk pada kriteria yang diberikan oleh Hasibuan (1993) yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Sumber: Lipczynski (2005)

C. Hasil Penelitian

28 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 52:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

1. Rumah Makan dan Restoran Ikan di Kota AmbonPerbedaan rumah makan dan restoran terletak pada beberapa aspek fisik. Rumah

makan adalah kegiatan usaha penyediaan makanan dan minuman, umumnya dikonsumsi di tempat penjualan, termasuk bar, kantin, kafe tenda, warung kopi, warung nasi, warung sate, catering dan lain-lain. Sementara itu, restoran adalah salah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penyajian, dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya dan memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan ini (Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor KM. 95/HK.103/MPT-87).

Jenis ikan yang banyak dijual di rumah makan dan restoran di Kota Ambon berjenis ikan karang. Masyarakat Kota Ambon menyebutnya dengan sebutan Ikan Batu-batu. Ikan tersebut dan pangsa pasarnya untuk masing-masing adalah Ikan Mubara sebanyak 15.56%, Kerapu sebanyak 6.67%, Baronang sebanyak 6.67%, Sikuda sebanyak 20%, Kakap sebanyak 17.78%, Sinaru sebanyak 2.22%, Samandar sebanyak 6.67%, Garopa sebanyak 8.89%, dan Kakak Tua sebanyak 4.44%.

Kondisi industri rumah makan dan restoran yang dimiliki oleh masing-masing responden berbeda-beda berdasarkan umur usaha, modal awal yang digunakan dan jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Usaha rumah makan dan restoran yang telah berdiri lebih dari 7 (tujuh) tahun sebanyak 17% dari total responden, sedangkan 40% lainnya telah menjalankan usahanya selama 3 sampai dengan 7 Tahun, serta 43% pengusaha mengaku telah berjalan selama kurang dari 3 tahun. Modal awal yang dikeluarkan oleh responden juga beraneka ragam, mulai dari ratusan ribu rupiah sampai dengan ratusan juta rupiah. Namun, lebih dari setengah responden, yakni sebanyak 67% hanya menggunakan modal kurang dari Rp10.000.000,-. Berdasarkan penjelasan dari responden, ada beberapa yang hanya bermodalkan Rp500.000,- dan mampu menjalankan usahanya hingga saat ini.

2. Identifikasi Struktur PasarIdentifikasi struktur pasar Industri Rumah Makan dan Restoran di Kota Ambon dapat

dilakukan dengan melihat indikator-indikator dari pangsa pasar dan konsentrasi pasar seperti market share, konsentrasi pasar, serta HH index. Masing-masing perusahaan rumah makan dan restoran ikan di Kota Ambon memiliki pangsa pasar yang bervariasi. Pangsa pasar perusahaan rumah makan dan restoran berada dalam kisaran 1,36% sampai 6,89%. Rata-rata pangsa pasar dari 30 rumah makan dan restoran tersebut adalah 2% - 3%. Tingkat konsentrasi pasar dalam industri rumah makan dan restoran di Kota Ambon tergolong sedang berdasarkan hasil pengukuran rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), yaitu sebesar 25.93%. Angka tersebut menunjukkan bahwa empat perusahaan dengan penjualan terbesar dalam industri rumah makan dan restoran menguasai hampir 26% dari total pangsa pasar industri rumah makan dan restoran di Kota Ambon. Pengukuran Indeks Harfindahl-Hirsman (HHI) juga menunjukkan angka yang rendah yaitu sebesar 420,73, sehingga kedua pengukuran tersebut menunjukkan bahwa struktur pasar industri rumah makan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

29

Page 53:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

dan restoran bersifat persaingan monopolistik. Salah satu ciri struktur pasar monopolistik adalah adanya sedikit perbedaan harga antar sesama pengusaha (Eko Prasetyo, 2007). Kondisi tersebut memberikan pengusaha normal profit. Artinya, rata-rata pengusaha memiliki profit yang hampir sama pada setiap ikan yang dijualnya.

3. Struktur Biaya dan Penerimaan Ikan pada Tingkat Produsen dan Restoran Berdasarkan sumbernya, ikan konsumsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ikan

budidaya dan ikan tangkap. Ikan tangkap banyak digemari oleh masyarakat khususnya di Kota Ambon. Budaya masyarakat yang gemar mengonsumsi ikan segar menjadi salah satu faktor rendahnya permintaan ikan budidaya. Selama ini, ikan budidaya hanya dijadikan sebagai alternatif pilihan ikan. Hingga saat ini, ikan laut yang dibudidayakan di Kota Ambon masih terbatas pada 3 (tiga) komoditas tertentu, yaitu Ikan Bubara, Ikan Kakap Putih, dan Ikan Kerapu Macan. Sementara itu, restoran dan rumah makan di Kota Ambon pada umumnya menjual ikan, seperti Ikan Kerapu Merah, Ikan Kerapu Hitam, Ikan Barakuda, Ikan Baronang, dan Ikan Bubara. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, diketahui bahwa pemasok ikan ke rumah makan dan restoran berasal dari nelayan dan pembudidaya ikan laut. Keunggulan pemasok dari nelayan adalah ikan yang dihasilkan lebih segar, namun ketersediaannya yang cenderung tidak pasti. Pada musim-musim tertentu, terdapat beberapa jenis ikan yang sulit ditangkap, sedangkan ikan hasil budidaya memiliki keunggulan, yaitu ketersediaannya yang lebih pasti. Oleh karena itu, pelaku usaha selama ini masih menjadikan ikan budidaya sebagai alternatif pilihan terakhir sebagai sumber pemasok bahan baku. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa mayoritas rumah makan dan restoran yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki total penghasilan sebesar Rp42,5 juta dan total biaya sebesar Rp26,0 juta, sehingga memperoleh laba sebelum dikurangi biaya tenaga kerja sebesar Rp16,5 juta.

D. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada industri rumah makan dan restoran

di Kota Ambon, maka diperoleh kesimpulan bahwa industri rumah makan dan restoran memiliki struktur pasar yang bersifat monopolistik dengan nilai konsentrasi empat perusahaan terbesar sebesar 25,93% dan Harfindahl-Hirsman Index (HHI) sebesar 420,73.

Dengan melakukan identifikasi struktur biaya dan penerimaan pada tingkat produsen, maka diketahui bahwa laba pada tingkat nelayan kurang lebih sebanyak Rp19 juta per trip (2 - 3 hari). Jumlah tersebut merupakan nilai laba rata-rata saat musim ikan, sedangkan saat musim tidak mendukung untuk melaut, nelayan lebih memilih untuk tidak pergi melaut, sehingga nelayan perlu menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk ditabung supaya kebutuhan sehari-harinya dapat tetap terpenuhi meskipun tidak melaut. Laba bersih pembudidaya diperoleh sebesar Rp2,9 juta per bulan. Walaupun relatif tidak terlalu besar dibanding nelayan tangkap, namun pembudidaya memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi

30 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 54:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL

dalam memperoleh pendapatan. Keadaan seperti ini menjadikan beberapa nelayan tangkap mulai mencoba untuk memiliki usaha sampingan budidaya ikan laut.

Berdasarkan paparan di atas, dengan mempertimbangkan bahwa bahan baku yang digunakan di industri tersebut, yaitu ikan karang memiliki harga yang cukup tinggi di mana pasar ini bersifat monopolistik, industri yang dapat dikembangkan adalah industri rumah makan dan restoran yang memiliki keunggulan produk selain ikan karang atau jenis ikan lain yang harganya relatif lebih murah dibandingkan ikan karang dengan tingkat permintaan yang lebih tinggi. Dalam hal ini, dibutuhkan peran serta pemerintah daerah dan swasta dalam mendukung pelaksanaannya, seperti sosialisasi, pelatihan, dan sebagainya. Selanjutnya, berdasarkan penelitian ini, dapat dikembangkan penelitian lain yang mengkaji pengembangan industri dengan bahan baku lain, seperti jenis ikan lain yang lebih rentan memberikan tekanan inflasi di Provinsi Maluku, seperti jenis Ikan Pelagis.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

31

Page 55:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH

BAB II. KEUANGAN PEMERINTAH

2.1. Realisasi APBN Provinsi Maluku

Pada triwulan III-2017, realisasi belanja APBN yang dilakukan oleh pemerintah pusat di Provinsi Maluku tercatat lebih rendah dari pada periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi APBN untuk Maluku mencapai 44,79% atau mencapai Rp4.153,55 miliar. Secara rasio, realisasi tersebut lebih rendah bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 56,15%. Secara nominal pun, realisasi belanja APBN tersebut lebih rendah bila dibandingkan triwulan III-2016 yang tercatat sebesar Rp4.292,84 miliar. Salah satu penyebab karena adanya penurunan pagu APBN untuk Maluku pada 2017 sebesar 10,67% (yoy) menjadi sebesar Rp7,07 triliun, setelah pada tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp7,92 triliun.

Tabel 4. Perkembangan APBN untuk Provinsi Maluku Anggaran (Rp Juta)

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 20171. Belanja Pegaw ai 1,392,342 1,715,703 1,872,189 2,242,984 2,388,532 2,571,082 23.22 9.12 19.81 6.49 7.64 2. Belanja Barang 1,567,664 1,702,145 1,956,645 2,606,511 2,873,359 2,383,820 8.58 14.95 33.21 10.24 (17.04) 3. Belanja Modal 2,922,609 2,741,054 3,103,472 4,906,147 2,639,318 2,099,410 (6.21) 13.22 58.09 (46.20) (20.46) 4. Belanja Bantuan Sosial 627,198 454,260 499,556 204,929 17,456 19,515 (27.57) 9.97 (58.98) (91.48) 11.80 5. Belanja Lain-Lain - - - - - - - - - - - Total 6,509,813 6,613,162 7,431,861 9,960,571 7,918,665 7,073,827 1.59 12.38 34.03 (20.50) (10.67)

Pertumbuhan (%)Anggaran APBN

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah

Berdasarkan komponen belanja, rasio realisasi belanja barang dan belanja bantuan sosial mengalami peningkatan, sedangkan komponen belanja pegawai dan belanja modal sedikit menurun. Realisasi belanja barang mencapai sebesar 55,69%, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 51,02% dan realisasi belanja bantuan sosial meningkat dari 31,05% menjadi 65,18%. Kemudian realisasi belanja pegawai mencapai 69,68% dan belanja modal 44,79%. Keduanya memiliki rasio yang lebih rendah dibandingkan triwulan III-2016 yang masing-masing tercatat sebesar 73,86% dan 45,94%.

Grafik 34. Rasio Realisasi Belanja APBN Maluku tahun 2016-2017 Grafik 35. Realisasi Belanja APBN Maluku Triwulan III AntartahunSumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah

32 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 56:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH

Namun secara nominal, belanja pegawai terpantau tumbuh positif sebesar 3,70% (yoy) dengan realisasi sebesar Rp1.775,45 miliar, meningkat dari triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1.712,17 miliar. Peningkatan secara nominal ini pun terjadi pada komponen belanja barang dan belanja bantuan sosial. Nominal realisasi belanja barang pada triwulan III-2017 sebesar Rp1.391,55 miliar, meningkat 1,89% (yoy), dan belanja bantuan sosial sebesar Rp12,62 miliar, meningkat 132,81%, setelah pada triwulan III-2016 masing-masing tercatat sebesar Rp1.365,74 miliar dan Rp5,42 miliar.

2.2. Realisasi APBD Provinsi Maluku

2.2.1. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Maluku

Pos pendapatan pada APBD Provinsi Maluku di triwulan III-2017 mengalami peningkatan. Pada triwulan laporan, realisasi pendapatan daerah Provinsi Maluku tercatat sebesar Rp2.092,51 miliar, atau tumbuh lebih tinggi sebesar 13,05% (yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 7,01% (yoy) dengan realisasi sebesar Rp1.851,02 miliar. Apabila dilihat dari komponen penyusunnya, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tumbuh lebih tinggi hingga 6,74% (yoy), begitu pula dengan Dana Perimbangan yang mampu tumbuh positif secara signifikan sebesar 30,32% (yoy). PAD yang memiliki pangsa 9,73% dari total anggaran pendapatan, hanya mencatatkan realisasi sebesar Rp306,32 miliar, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp286,97 miliar. Realisasi Dana Perimbangan cukup tinggi dan mencapai Rp1.463,63 miliar, dengan pangsa 46,48% dari total pendapatan. Realisasi tersebut lebih tinggi dibanding triwulan III-2016 yang sebesar Rp1.123,14 miliar.

Grafik 36. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Maluku Triwulan III tahun 2016 dan 2017

Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah

Grafik 37. Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Maluku Triwulan III Setiap Tahunnya

Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah

Namun, secara rasio realisasi terhadap pagu anggaran, rasio realisasi terhadap pagu anggaran pada triwulan III-2017 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Rasio realisasi pendapatan pada triwulan III-2017 mencapai 66,45% dari pagu APDB Maluku, lebih rendah dibanding triwulan sama tahun sebelumnya sebesar 74,66%. Dua komponen utama anggaran pendapatan, yaitu PAD dan Dana Perimbangan, masing-masing mempunyai realisasi sebesar 43,83% dan 60,13%. Rasio

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

33

Page 57:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH

realisasi PAD tersebut lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 54,43%, begitu juga dengan rasio realisasi Dana Perimbangan tercatat lebih rendah dibanding triwulan III-2016 sebesar 70,32%. Perubahan nomenklatur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Maluku yang dilakukan di awal tahun 2017 menjadi penyebab menurunnya kinerja pendapatan pada APBD Maluku. Realisasi pendapatan tersebut merupakan yang terendah selama lima tahun terakhir, sehingga perlu adanya proses evaluasi terutama untuk realisasi di triwulan ketiga setiap tahunnya.

Pertumbuhan PAD Provinsi Maluku pada triwulan III-2017 mengalami peningkatan. Pertumbuhan PAD tercatat meningkat sebesar 6,74% (yoy) dengan nominal realisasi sebesar Rp306,32 miliar, lebih tinggi dibanding triwulan III-2016 yang tercatat tumbuh 5,79% (yoy) atau sebesar Rp286,97 miliar. Peningkatan pertumbuhan PAD tersebut didorong oleh peningkatan realisasi pajak daerah, hasil retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah selama triwulan III-2017. Padahal ketiga komponen anggaran tersebut memiliki pangsa yang besar pada komponen PAD, yaitu pajak daerah 72,75%, hasil retribusi daerah 18,69% dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebesar 8,47%.

Pajak daerah mengalami pertumbuhan pada triwulan III-2017 sebesar 14,12% dengan nominal realisasi Rp222,84 miliar. Realisasi ini meningkat secara nominal dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp195,26 miliar dengan pertumbuhan 2,37% (yoy). Secara rasio realisasi terhadap pagu anggaran, komponen pajak daerah tercatat memiliki rasio realisasi sebesar 66,30%, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya dengan realisasi 58,68%. Pola yang sama juga terjadi pada komponen hasil retribusi daerah. Dengan angka pertumbuhan sebesar 55,60% dan realisasi sebesar Rp57,24 miliar, komponen hasil retribusi daerah mencatatkan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar Rp36,79 miliar dan tumbuh saat itu tumbuh negatif sebesar 42,45% (yoy). Begitu pula dengan rasio realisasinya yang tercatat sebesar 66,45% pada triwulan laporan, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 45,11%.

Selanjutnya komponen anggaran dengan pangsa terbesar ketiga adalah lain-lain pendapatan asli dareah yang mencapai 8,47%. Kinerja komponen anggaran tersebut cukup baik pada triwulan laporan, yaitu berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 92,37% (yoy) dengan realisasi sebesar Rp25,93 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu dengan pertumbuhan yang terkontraksi 18,79% (yoy) dan realisasi Rp13,48 miliar. Terakhir, pangsa terbesar keempat dengan pangsa 0,10% adalah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, mampu mencatatkan realisasi Rp 300 juta, lebih rendah dari tahun lalu karena pada triwulan III-2016 komponen anggaran ini dapat mencatatkan realisasi anggaran sebesar Rp 41,43 miliar. Untuk dua komponen anggaran terakhir, yaitu Lain-lain PAD Yang Sah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, masing-masing memiliki rasio realisasi yang tidak begitu baik pada triwulan laporan, yaitu sebesar 11,61% dan 0,56%. Pada triwulan III-2016 Lain-lain PAD Yang Sah memiliki rasio realisasi 22,35%, sedangkan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan memiliki rasio realisasi sebesar 78,77%.

Grafik 38. Rasio Realisasi PAD Provinsi Maluku

34 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 58:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH

Grafik 39. Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli DaerahProvinsi Maluku Triwulan III Setiap Tahunnya

Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah

Triwulan III Tahun 2016 dan 2017 Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah

Komponen penyaluran dana perimbangan tercatat tumbuh meningkat. Pada triwulan III-2017, realisasi dana perimbangan mencapai Rp 1.463,63 miliar, meningkat 30,32% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu. Anggaran dana perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, dengan masing-masing pangsa di triwulan laporan adalah 85,80%, 10,07%, dan 4,44%. DAU dan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak tercatat tumbuh positif selama triwulan pelaporan, masing-masing sebesar 32,32% (yoy) dengan realisasi sebesar Rp1.251,36 miliar dan 131,40% (yoy) dengan realisasi sebesar Rp 64,95 juta. Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatatkan realisasi Rp945,67 miliar atau tumbuh negatif 3,65% (yoy) dan Rp 28,07 juta atau tumbuh negatif sebesar 51,57% (yoy). Pada triwulan pelaporan, DAK mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar 1,38% (yoy) atau realisasi sebesar Rp147,33 miliar, seangkan pada tahun lalu tumbuh positif sebesar 4,23% dengan realisasi sebesar Rp 149,39 juta. Secara rasio realisasi terhadap pagu, ketiga komponen pembentuk dana perimbangan tersebut mengalami kenaikan, kecuali DAK. Pada triwulan III-2017, DAU tercatat memiliki rasio realisasi sebesar 80,44%, DAK sebesar 19,02%, dan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar 62,53%, sedangkan pada tahun lalu masing-masing komponen mencatatkan rasio realisasi sebesar 75,00%, 60,25%, dan 31,80%.

Grafik 40. Perkembangan Realisasi Dana PerimbanganProvinsi Maluku Triwulan III Setiap Tahunnya

Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah

Grafik 41. Perbandingan Realisasi Dana PerimbanganTriwulan III Tahun 2016 dan tahun 2017

Sumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah

2.2.2. Realisasi Belanja APBD Provinsi Maluku

Realisasi belanja APBD Provinsi Maluku mengalami pertumbuhan yang melambat. Realisasi belanja APBD Provinsi Maluku pada triwulan III-2017 tumbuh negatif hingga 4,81% (yoy) dengan nominal realisasi sebesar Rp 1.520,98 miliar, lebih rendah dibanding triwulan sama tahun lalu sebesar Rp 1.597,85 miliar. Pencapaian angka pertumbuhan ini berlawanan dengan tren peningkatan yang terjadi di tiap triwulan III sejak tahun 2012. Selain itu, angka pertumbuhan ini juga lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 8,09% (yoy), setelah pada 2015 mampu tumbuh hingga 33,68% (yoy). Melambatnya pertumbuhan belanja pada triwulan III-2017 dipengaruhi oleh

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

35

Page 59:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH

penurunan pagu komponen pembentuk anggaran belanja, yaitu komponen belanja langsung hingga 1,58% (yoy).

Komponen belanja langsung juga mencatatkan penurunan pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan komponen belanja langsung tercatat sebesar 1,53% (yoy) dengan realisasi sebesar Rp 724,22 miliar, lebih tinggi dibanding tahun lalu sebesar Rp 713,33 miliar. Seiring dengan hal tersebut, komponen pembentuk belanja langsung yaitu belanja langsung pegawai dan belanja langsung barang dan jasa juga mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan pada triwulan laporan, yaitu sebesar 1,66% (yoy) dan 12,25% (yoy) dengan realisasi Rp 2,97 miliar dan Rp 390,47 miliar. Pencapaian tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sama tahun yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,96% (yoy) dan 4,19% (yoy). Sedangkan untuk belanja langsung modal tumbuh negatif pada triwulan pelaporan, yaitu sebesar 8,77% (yoy) dengan realisasi nominal sebesar Rp 330,78 miliar.

Sejalan dengan melambatnya realisasi secara nominal, anggaran belanja juga mengalami penurunan rasio realisasi terhadap pagu anggaran. Rasio belanja tercatat 47,91%, menurun bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 62,50%. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh realisasi belanja tidak langsung yang hanya mencatatkan rasio sebesar 48,79%, sedangkan pada triwulan III-2016 memiliki rasio realisasi hingga 77,39%. Komponen belanja langsung pun belum mampu menjadi penarik ke atas rasio realisasi anggaran belanja dengan rasio sebesar 46,98% setelah pada triwulan pada tahun sebelumnya mencapai 50,63%. Komponen belanja langsung yaitu belanja modal dan belanja barang dan jasa dan belanja pegawai mengalami penurnan rasio realisasi, masing-masing sebesar 46,76%, 48,16% dan 12,72 setelah pada tahun lalu tercatat mencapai 52,60%, 48,61% dan 69,37%. Hal ini menunjukan bahwa penurunan pagu anggaran cukup memberikan pengruh yang signifikan terhadap realisasi belanja.

Grafik 42. Perkembangan Realisasi APBD Maluku Hinga Tw-II AntartahunSumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah

Grafik 43. Perbandingan Rasio Realisasi Belanja Terhadap PaguSumber: BPPKAD Provinsi Maluku; diolah

36 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 60:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH

Tabel 5. Perkembangan Anggaran APBD Pemerintah Provinsi Maluku

2014-P 2015-P 2016-P 2017 2015 2016 20171. Pendapatan Daerah 1,880,827,575,859 2,388,454,641,124 2,744,943,161,923 2,860,026,790,976 26.99 14.93 4.19

1. Pendapatan Asli Daerah 494,992,854,209 612,015,056,124 600,781,690,120 519,252,405,976 23.64 (1.84) (13.57)1. Pajak Daerah 321,575,058,495 408,789,258,095 345,765,591,430 335,588,052,287 27.12 (15.42) (2.94)2. Hasil Retribusi Daerah 65,055,992,381 84,058,343,975 105,659,588,910 79,932,620,369 29.21 25.70 (24.35)3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 57,501,900,000 32,651,900,000 52,600,000,000 53,288,500,000 (43.22) 61.09 1.314. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 50,859,903,333 86,515,554,054 96,756,509,779 50,443,233,320 70.11 11.84 (47.87)

2. Dana Perimbangan 1,157,906,991,650 1,482,956,726,000 2,049,873,654,000 2,333,050,345,000 28.07 38.23 13.811. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 68,068,519,650 88,267,452,000 58,578,255,000 92,619,805,000 29.67 (33.64) 58.112. Dana Alokasi Umum (DAU) 1,019,704,312,000 1,177,774,674,000 1,260,897,986,000 1,465,641,669,000 15.50 7.06 16.243. Dana Alokasi Khusus (DAK) 70,134,160,000 216,914,600,000 730,397,413,000 774,788,871,000 209.29 236.72 6.08

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 227,927,730,000 293,482,859,000 94,287,817,803 7,724,040,000 28.76 (67.87) (91.81)1. Hibah 300,000,000 391,459,000 55,139,204,803 224,040,000 30.49 13,985.56 (99.59)2. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 227,627,730,000 293,091,400,000 39,148,613,000 7,500,000,000 28.76 (86.64) (80.84)

2. Belanja (1,950,789,660,915) (2,554,399,230,749) (2,798,916,489,702) (2,877,290,905,544) 30.94 9.57 2.801. Belanja Tidak Langsung (948,910,381,369) (1,128,623,985,794) (1,232,628,946,943) (1,616,486,425,725) 18.94 9.22 31.14

1. Belanja Pegaw ai (436,106,800,356) (503,774,097,555) (502,679,264,253) (896,032,356,181) 15.52 (0.22) 78.252. Belanja Bunga (1,192,613,179) (874,408,640) (557,947,686) (237,999,560) (26.68) (36.19) (57.34)3. Belanja Subsidi - - - - 0.00 0.00 1.004. Belanja Hibah (308,601,730,000) (402,032,341,497) (496,242,242,500) (496,178,001,020) 30.28 23.43 (0.01)5. Belanja Bantuan Sosial (5,896,090,000) (12,000,000,000) (13,272,000,000) (12,000,000,000) 103.52 10.60 (9.58)6. Belanja Bagi Hasil kpd Prov/Kab/Kota, Pemdes (139,444,595,443) (184,397,702,112) (201,080,282,344) (181,888,068,965) 32.24 9.05 (9.54)7. Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota, Pemdes & parpol(52,348,886,456) (21,545,435,991) (11,297,210,160) (22,650,000,000) (58.84) (47.57) 100.498. Belanja Tidak Terduga (5,319,665,935) (4,000,000,000) (7,500,000,000) (7,500,000,000) (24.81) 87.50 0.00

2. Belanja Langsung (1,001,879,279,546) (1,425,775,244,956) (1,566,287,542,759) (1,260,804,479,819) 42.31 9.86 (19.50)1. Belanja Pegaw ai (36,793,454,314) (7,207,673,420) - (9,041,843,229) (80.41) (100.00) -2. Belanja Barang dan Jasa (580,058,186,582) (749,249,334,034) (734,223,192,938) (667,926,996,815) 29.17 (2.01) (9.03)3. Belanja Modal (385,027,638,650) (669,318,237,502) (832,064,349,821) (583,835,639,775) 73.84 24.32 (29.83)

Surplus/Defisit (69,962,085,056) (165,944,589,626) (53,973,327,780) (17,264,114,569) 137.19 (67.48) (68.01)3. Pembiayaan 69,962,085,056 165,944,589,626 53,973,327,780 17,264,114,569 137.19 (67.48) (68.01)

1. Penerimaan Pembiayaan Daerah 89,547,970,487 168,680,475,057 86,709,213,211 20,000,000,000 88.37 (48.60) (76.93)1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya89,547,970,487 168,680,475,057 21,709,213,211 20,000,000,000 88.37 (87.13) (7.87)2. Pencairan Dana Cadangan - - 65,000,000,000 - - - -

2. Dana PerimbanganPengeluaran Pembiayaan Daerah (19,585,885,431) (2,735,885,431) (32,735,885,431) (2,735,885,431) (86.03) 1,096.54 (91.64)1. Pembentukan Dana Cadangan (15,000,000,000) - (30,000,000,000) - - - -2. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah (1,850,000,000) - - - - -3. Pembayaran Pokok Utang (2,735,885,431) (2,735,885,431) (2,735,885,431) (2,735,885,431) - - -4. Pembentukan Dana Bergulir Pemda - - - - - - -

Sisa Kurang/Lebih Pembiayaan 0 (0) 0 (0)

Uraian Pagu % Growth Pagu

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

37

Page 61:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH

38 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 62:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

BAB III. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH1.

1.

3.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Maluku

Inflasi tahunan Provinsi Maluku pada triwulan III-2017 terpantau terkendali, hal ini terlihat dari penurunan angka inflasi dibandingkan dengan triwulan II-2017. Pada triwulan III-2017, inflasi tahunan Maluku tercatat 3,85% (yoy), mengalami penurunan sebesar 1,97% dibandingkan triwulan II-2017 yang tercatat sebesar 5,82% (yoy). Realisasi inflasi tersebut cukup terkendali dan masih berada dalam rentang sasaran inflasi Maluku tahun 2017 berdasarkan roadmap Pengendalian inflasi yang disusun oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku yaitu sebesar 4,5% ± 1%. Dengan capaian tersebut, inflasi Maluku juga dapat mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional pada rentang 4% ± 1%.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

39

Page 63:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tabel 6. Series Inflasi Provinsi di KTI (Kalimantan-Sulampua-Balinusra) (dalam % yoy)

Sumber: BPS; diolah

Realisasi inflasi Maluku pada triwulan laporan relatif sedikit lebih tinggi apabila dibandingkan rata-rata inflasi Kawasan Timur Indonesia (KTI) maupun inflasi nasional. Inflasi Maluku yang sebesar 3,85% (yoy), tercatat sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi agregat 18 provinsi di wilayah KTI (meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) yang sebesar 3,60% (yoy), maupun inflasi nasional sebesar 3,72% (yoy). Provinsi Papua menjadi Provinsi dengan tingkat inflasi tahunan terendah di KTI untuk triwulan III-2017 dengan inflasi sebesar 1,42% (yoy), sementara inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Barat dengan tingkat inflasi 4,70% (yoy).

Grafik 44. Perbandingan Inflasi Maluku dan Nasional Grafik 45. Andil Kelompok KomoditasPenyumbang Inflasi Maluku triwulan III-2017

Sumber: BPS; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Menurunnya laju inflasi tahunan Provinsi Maluku pada triwulan III-2017 dibandingkan triwulan sebelumnya masih tetap didorong oleh Inflasi Kelompok Bahan Makanan. Inflasi pada kelompok bahan makanan tercatat sebesar 10,54% (yoy), sudah lebih rendah bandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,56% (yoy). Kelompok bahan makanan menjadi penyumbang atau memberikan andil inflasi tertinggi pada

40 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 64:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

tiwulan laporan sebesar 2,64% (yoy), lebih tinggi dibandingkan sumbangan pada triwulan sebelumnya yaitu 4,13% (yoy).

Inflasi pada kelompok Bahan Makanan masih didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi subkelompok Ikan Segar yang menyumbang inflasi hingga 2,10% (yoy), namun sudah lebih rendah dibandingkan andil subkelompok tersebut pada triwulan sebelumnya sebesar 3,03% (yoy). Cuaca yang belum kunjung membaik menjadi faktor utama penyebab terbatasnya suplai ikan segar di pasar Maluku. Selain itu, banyak nelayan Maluku yang justru menjual hasil tangkapan ikannya ke luar Maluku, sehingga stok ikan di pasar Maluku berkurang. Selanjutnya, sumbangan inflasi subkelompok Sayur-sayuran juga masih dominan setelah kelompok Ikan Segar. Pada triwulan III-2017, inflasi subkelompok Sayur-sayuran tercatat sebesar 1,16% (yoy). Angka ini lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 1,23% (yoy). Salah satu faktor penyebab tingginya andil inflasi subkelompok Sayur-sayuran ini disebabkan karena tingginya curah hujan yang terjadi saat triwulan III-2017. Hal ini menyebabkan rendahnya produksi tanaman sayuran, terutama jenis daun-daunan seperti sayur sawi, sayur bayam merah dan sayur bayam hijau. Namun, kondisi ini tidah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jenis sayur-sayuran lahan kering seperti kol, kentang dan buncis.

Di sisi lain, tekanan inflasi subkelompok Bumbu-bumbuan terpantau mereda, dimana pada triwulan laporan tercatat mengalami deflasi dengan sumbangan sebesar 0,01% (yoy) setelah pada triwulan II-2016 lalu tercatat menyumbang inflasi sebesar 0,31% (yoy). Hal ini tak lepas dari upaya Bulog dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Maluku dalam menjaga stok bumbu-bumbuan secara intensif melalui kegiatan monitoring serta pelaksanaan pengadaan bumbu-bumbuan dari daerah lain seperti Jawa dan Sulawesi. Mendukung hal tersebut, pasokan daging yang cukup stabil hingga akhir triwulan laporan berkontribusi dalam meredam tekanan inflasi dengan sumbangan deflasi sebesar 0,02% (yoy) di triwulan III-2017.

Pada triwulan IV-2017, inflasi Provinsi Maluku diperkirakan tetap terkendali walaupun akan sedikit mengalami tekanan. Dengan mencermati perkembangan inflasi sampai dengan Oktober 2017 dan beberapa indikator harga, tekanan inflasi pada triwulan IV-2017 akan didominasi oleh tingginya permintaan menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru 2018 terutama untuk permintaan kebutuhan bahan makanan dan sandang. Hal ini didukung oleh data pada bulan Oktober tahun 2017 yang menunjukkan bahwa inflasi volatile food dan inflasi inti memberikan andil yang dominan, yaitu masing-masing sebesar 1,54% (yoy) dan 1,19 (yoy), sedangkan inflasi administered price mengalami deflasi sebesar 0,54 (yoy).

Dengan mempertimbangkan perkembangan harga di masyarakat dan risiko-risiko inflasi pada triwulan IV-2017, laju inflasi Maluku untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu berada dalam rentang 2,1% - 2,5% (yoy). Berdasarkan data inflasi sampai dengan Oktober 2017, inflasi tahun kalender Maluku mencapai 1,13% (ytd) atau secara tahunan mencapai 2,19% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi tahun kalender periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,64% (ytd). Perkembangan inflasi Maluku sampai dengan Oktober

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

41

Page 65:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2017 lebih banyak dipengaruhi oleh kelompok volatile food, terutama terkait dengan persediaan pasokan bahan makanan utama, seperti ikan segar dan sayur-sayuran. Perkiraan inflasi untuk keseluruhan tahun 2017 akan sejalan dengan tahun sebelumnya bahwa menjelang akhir tahun tingkat inflasi akan cenderung lebih terkendali dengan adanya kondisi cuaca yang semakin membaik.

3.2. Perkembangan Inflasi Kota-Kota di Maluku

Tabel 7. Perkembangan Inflasi Kota Ambon, Kota Tual, Provinsi Maluku, dan Nasional

Sumber: BPS; diolah

3.2.1 Inflasi Kota Ambon

Laju inflasi Kota Ambon, secara year-on-year (yoy), pada triwulan III-2017 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi Kota Ambon pada triwulan III-2017 mencapai 3,07% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 5,45% (yoy). Tekanan inflasi bulanan tertinggi pada triwulan laporan tercatat pada bulan Juli 2017 dengan inflasi sebesar 0,86% (mtm), sementara inflasi bulanan terendah terjadi pada bulan Agustus 2017, dimana terjadi deflasi yang tercatat sebesar 2,08% (mtm). Volatilitas harga kelompok Bahan Makan menjadi faktor dominan penarik inflasi ke atas selama triwulan III-2017. Jika dilihat lebih detil, volatilitas harga ikan segar yang tinggi menjadi penyebab utamanya, dengan inflasi subkelompok ikan segar mencapai 75,86% (yoy) pada bulan Juli, turun pada bulan Agustus menjadi 6,76% (yoy) dan kembali meningkat tajam pada bulan September 2017 menjadi 25,88% (yoy).

Pada Juli 2017, inflasi Kota Ambon tercatat 0,86% (mtm) atau 5,84% (yoy). Inflasi volatile food memberikan andil terbesar dengan angka 1,10% (mtm) dan 4,78% (yoy). Jika dilihat lebih jauh lagi, kelompok bahan makanan mencatatkan inflasi sebesar 21,85% (yoy) selama bulan Juli 2017. Lebih speseifik lagi, inflasi terbesar pada kelompok Bahan

42 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 46. Inflasi dan Andil Disagregasi Bulanan (mtm) Kota Ambon

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Page 66:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Makanan terjadi pada subkelompok Ikan Segar dengan angka inflasi sebesar 75,86%. Selain Subkelompok Ikan Segar, subkelompok Sayur-sayuran pun mencatatkan angka inflasi yang tinggi selama bulan Juli 2017, yaitu sebesar 41,34% (yoy), dikuti oleh subkelompok Bumbu-bumbuan sebesar 18,76% (yoy).

Faktor dominan yang menyebabkan inflasi ketiga subkelompok utama tersebut adalah curah hujan yang tinggi. Ketika curah hujan tinggi, maka durasi dan intensitas hujan pun tinggi. Hal ini akan menyebabkan gelombang laut yang tinggi, sehingga sangat menyulitkan bagi nelayan untuk berlayar mencari ikan. Akibatnya, stok ikan di pasar Maluku akan berkuran, atau lebih kecil dari pada permintaan akan ikan. Selain itu, tingginya intensitas dan durasi hujan, sangat berdampak bagi tanaman sayu-sayuran yang memiliki panen. Genangan air akibat hujan dapat membuat tanaman sayur-sayuran gagal panen, sehingga stok tanama sayur-sayuran di pasar akan berkurang. Hal ini juga terjadi pada tanaman bumbu-bumbuan.

Di sisi lain, kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan menjadi faktor yang mencba menarik inflasi ke bawah dengan angka deflasi sebesar 4,05% (yoy) pada bulan Juli 2017. Turunnya biaya angkutan udara paska bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri menjadi salah satu pendukung deflasi yang terjadi pada kelompok tersebut.

Tekanan inflasi Kota Ambon pada Agustus 2017 terpantau mereda seiring adanya deflasi sebesar 2,08% (mtm) atau secara tahunan tercatat inflasi sebesar 3,19% (yoy). Secara andil, komponen Volatile Food memberikan andil deflasi terbesar, yaitu 1,64% (mtm) dan andil inflasi 1,39% (yoy). Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan mencatatkan angka deflasi sebesar -0,73% (yoy) dengan subkelompok transportasi udara yang mengalami deflasi sebesar -2,59% (yoy). Penurunan ongkos transportasi udara ini disebabkan telah berakhirnya masa liburan tengah tahun dan juga berakhirnya bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, sehingga permintaan kan tiket angkutan udara berkurang.

Mendukung hal itu, dari sisi kelompok Bahan Makanan pun mencatatkan penurunan angka inflasi menjadi 5,65% (yoy), lebih rendah dari pada bulan Juli 2017 yang mencapai 21,85% (yoy). Hal ini didukung oleh deflasi yang terjadi pada subkelompok Bumbu-bumbuan, Daging, dan Padi-padian. Curah hujan yang mulai menurun mendukung para nelayan, sehingga mereka memiliki banyak waktu untuk berlayar dan mencari ikan. Hal ini terlihat dari menurunnya angka inflasi subkelompok Ikan Segar menjadi 6,76% (yoy), lebih rendah daripada bulan sebelumnya.

Di sisi lain, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga menjadi faktor penarik inflasi ke atas dengan catatan inflasi sebesar 8,165 (yoy). Subkelompok Pendidikan menjadi faktor utama yang menyebabkan tinginya inflasi pada subkelompok ini, tercatat sebesar 16,80% (yoy). Hal ini terjadi karena bulan Agustus menjadi bulan-bulan awal bagi para pelajar untuk mulai masuk sekolah, terutama untuk pada pelajar setingkat mahasiswa untuk mulai memasuki jenjang perguruan tinggi.

Pada September 2017, Kota Ambon kembali mengalami deflasi sebesar 0,23% (mtm) atau 3,07% (yoy). Tekanan inflasi kelompok Bahan Makanan masih mendominasi inflasi pada bulan ini, yaitu sebesar 9,13% (yoy). Secara detil, subkelompok Sayur-sayuran dan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

43

Page 67:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Ikan Segar kembali mencatatkan angka inflasi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 32,34% (yoy) dan 25,88% (yoy), lebih tinggi dari pada bulan Agustus 2017. Curah hujan yang kembali meningkat kembali menjadi faktor utama menipisnya stok ikan dan sayuran di pasa Maluku. Hal ini berakibat meningkatnya harga jual ikan dan sauran di pasar Maluku.

Berlawanan dengan kelompok Bahan Makanan, kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan justru menjadi faktor dominan penarik inflasi ke bawah, dengan angka deflasi sebesar 5,25% (yoy). Secara detil, subkelompok transport, yaitu biaya angkutan udara yang mengalami penurunan menjadi kontributor deflasi yang terjadi pada kelompok ini. Penurunan permintaan jasa angkutan udara ke Kota Ambon menyebabkan turunnya harga tiket angkutan udara.

3.2.2 Inflasi Kota Tual

Sedikit berbeda dengan Kota Ambon, laju inflasi Kota Tual pada triwulan III-2017 terpantau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi Kota Tual pada triwulan laporan tercatat 12,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,67% (yoy). Pencapaian inflasi bulanan tertinggi pada triwulan III-2017 terjadi pada bulan Juli 2017, yaitu sebesar 2,29% (mtm), dengan pendorong utama inflasi adalah subkelompok ikan segar dengan andil sebesar 1,74% (mtm). Sementara inflasi bulanan terendah pada triwulan laporan terjadi pada Agustus 2017, karena pada bulan tersebut tercatat angka deflasi sebesar 2,05% (mtm), dimana subkelompok Ikan Segar dan Transpor khususnya angkutan udara menjadi kontributor penarik kebawah dengan andil deflasi masing-masing 1,08% (mtm) dan 0,16% (mtm).

Lebih lanjut, pada bulan Juli 2017 laju inflasi Kota Tual tercatat 2,29% (mtm) atau 11,45% (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Tingginya tekanan inflasi tersebut bersumber dari kelompok Bahan Makanan dengan andil inflasi hingga 2,14% (mtm), dengan penyumbang utama inflasi pada subkelompok ikan segar dan sayur-sayuran masing masing 1,74% (mtm) dan 0,71% (mtm). Di sisi lain, subkelompok Padi-padian dan Bumbu-bumbuan menjadi penarik inflasi ke bawah dengan andil deflasi 0,07% (mtm) dan 0,1% (mtm).

Berdasarkan disagregasi, meningkatnya tekanan inflasi pada Juli 2017 didorong oleh meningkatnya inflasi komponen inflasi Volatile Food dengan andil inflasi sebesar 2,13%, serta komponen Administered Prices (AP) dengan andil inflasi sebesar 0,21%. Di sisi lain, tekanan inflasi komponen inti mereda dengan andil inflasi sebesar 0,01% (mtm).

44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Grafik 47. Inflasi dan Andil Disagregasi Bulanan (mtm) Kota TualSumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Page 68:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Pada Agustus 2017, Kota Tual mengalami deflasi sebesar 2,05% (mtm), namun secara tahunan mengalami inflasi sebesar 11,45% (yoy). Deflasi tersebut didorong oleh kelompok Bahan Makanan, subkelompok Ikan Segar dan Sayur-sayuran dengan andil deflasi 1,08% (mtm) dan 0,95% (mtm).

Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan tekanan inflasi pada Agustus 2017 didorong oleh meningkatnya tekanan komponen inti dengan andil inflasi tercatat 0,02% (mtm). Tekanan inflasi di Kota Tual kembali meningkat pada September 2017, yaitu sebesar 1,59% (mtm), dan inflasi tahunan 12,01% (yoy). Subkelompok Ikan Segar menyumbang andil inflasi terbesar bulan Agustus 2017 yaitu sebesar 2,26% (mtm) dengan komoditas ikan cakalang berkontribusi utama terhadap peningkatan laju inflasi. Sebaliknya komoditas pada subkelompok Padi-padian menarik inflasi ke bawah dengan andil deflasi subkelompok sebesar 0,23%.

3.3. Analisis Disagregasi Inflasi Provinsi Maluku

Secara tahunan, Komponen Volatile Food (VF) masih menjadi faktor pendorong utama peningkatan laju inflasi Maluku pada triwulan III-2017. Komponen VF memberikan andil inflasi sebesar 2,59% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 3,70% (yoy). Selain itu, komponen inflasi inti memberikan andil inflasi sebesar 1,54% (yoy), sedikit menurun dibandingkan andil triwulan sebelumnya sebesar 1,71% (yoy). Sementara itu, komponen Administered Price (AP) mengalami deflasi sebesar 0,27 (yoy), terpantau mengalami penurunan dari 0,41% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Grafik 48. Andil Disagregasi Inflasi Maluku Triwulan III-2017 Grafik 49. Andil Komoditas Volatile Food Provinsi Maluku Tw III-2017

Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

3.3.1 Komponen Volatile Food

Komponen Volatile Food (VF) mengalami inflasi sebesar 11,05% (yoy) pada triwulan III-2017. Laju inflasi tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 15,97% (yoy). Masih tinginya tekanan inflasi VF didorong oleh kelompok

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

45

Page 69:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Bahan Makanan terutama subkelompok Ikan Segar dan Sayur-sayuran yang memberikan andil inflasi sebesar 2,10% (yoy) dan 1,16% (yoy). Kondisi cuaca dan curah hujan yang tinggi menjadi faktor dominan yang mempengaruhi ketersediaan ikan segar dan sayuran di pasar Maluku. Ketika buruk dan curah hujan tinggi, maka nelayan tidak dapat berlayar mencari ikan akibat gelombang yang tinggi. Pun begitu dengan tanaman sayuran yang harus mengalami gagal panen akibat curah hujan yang tinggi. Beberapa jenis ikan yang dominan mempengaruhi inflasi di Maluku adalah komoditas ikan cakalang, ikan selar dan ikan layang.

Di sisi lain, kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan, terutama subkelompok transportasi udara mengalami deflasi dengan andil 1,05% (yoy), turun dibandingkan triwulan lalu yang menyumbang andil inflasi sebesar 0,47% (yoy). Rendahnya permintaan transportasi udara akibat berakhirnya masa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, hal ini mendukung turunnya harga angkutan udara.

Pada triwulan IV-2017, inflasi Maluku dari komponen volatile food diperkirakan akan meningkat walupun tetap dalam tingkat yang terkendali. Dengan mencermati perkembangan inflasi sampai dengan Oktober 2017 dan beberapa indikator harga, tekanan inflasi dari komponen volatile food pada triwulan IV-2017 akan dipengaruhi oleh permintaan bahan makanan, seperti ikan segar, sayur-sayuran, dan bahan makanan lainnya seiring dengan adanya hari raya Natal dan Tahun Baru 2018. Hal ini didukung oleh data pada bulan Oktober tahun 2017 yang menunjukkan bahwa ikan segar dan sayur-sayuran memberikan andil yang dominan, yaitu masing-masing sebesar 1,06% (yoy) dan 0,98% (yoy).

Dengan mempertimbangkan perkembangan harga di masyarakat dan risiko-risiko inflasi pada triwulan IV-2017, laju inflasi Maluku dari komponen volatile food untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan masih lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu berada dalam rentang 2,3% - 2,7% (yoy). Berdasarkan data inflasi sampai dengan Oktober 2017, inflasi volatile food berdasarkan tahun kalender Maluku mencapai 6,34% (ytd) atau secara tahunan mencapai 6,79% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi volatile food tahun kalender periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,56% (ytd). Perkiraan inflasi Maluku dari komponen volatile food yang rendah didukung oleh persediaan pasokan bahan makanan yang cukup sampai akhir tahun berdasarkan informasi hasil Rapat Koordinasi Tim Pegendali Inflasi Daerah (TPID) Maluku. Dengan tingkat inflasi volatile food yang terkendali, diharapkan dapat mendukung pencapaian sasaran inflasi Maluku tahun 2017 dalam rentang 4,5% ± 1%.

Juli Agustus September

46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 70:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Sumber: BMKGGrafik 50. Curah Hujan Maluku Triwulan III-2017

3.3.2 Komponen Core Inflation

Laju inflasi komponen Inflasi Inti terpantau sebesar 2,97% (yoy) pada triwulan III-2017, atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat 3,35% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi dari komponen ini didorong utama oleh kenaikan biaya pendidikan khususnya pada tingkatan akademi atau perguruan tinggi di Ambon yang naik pada awal semester baru. Biaya pendidikan memberikan andil hingga 0,52% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 0,51% (yoy). Tekanan dari juga terasa dari subkelompok Biaya Tempat Tinggal, Perlengkapan dan Penyelenggaraan RT dengan andil inflasi sebesar 0,47% (yoy)

Grafik 51. Andil Inflasi Tahunan Komponen Inflasi Inti Grafik 52. Perkembangan Keyakinan Konsumen Kota AmbonSumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Sementara penarik ke bawah Inflasi Inti didorong oleh meredanya tekanan inflasi Bahan Makanan (Olahan). Andil inflasi subkelompok Bahan Makanan (olahan) pada triwulan laporan tercatat deflasi, yaitu sebesar 0,02% (yoy), turun daripada triwulan sebelumnya yang tercatat 0,28%. Laju inflasi atas subkelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami penurunan seiring dengan masih rendahnya permintaan. Penurunan harga Bahan Makanan (olahan) ini justru berbanding terbalik dengan kenaikan harga ikan segar.

Hasil Survei Konsumen menunjukan peningkatan pada triwulan III-2017. Indeksi Kondisi Ekonomi Saat Ini menunjukan terlihat meningkat pada triwulan pelaporan, yaitu sebesar 89,07, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 89,43. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat meyakini kondisi ekonomi Maluku pada triwulan pelaporan lebih baik daripada triwulan sebelumnya. Hal ini juga terlihat dari adanya peningkatan penghasilan saat triwulan pelaporan dengan indeks sebesar 106,90, cukup signifikan peningkatannya dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 98,05. Dari sisi ketersediaan lapangan pekerjaan juga mengalami peningkatan. Survei Konsumen menunjukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

47

Page 71:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

bahwa pada triwulan III-2017 ketersediaan lapangan kerja mengalami peningkatan, dengan peningkatan indeks menjadi 66,01 dari triwulan sebelumnya yang sebesar 61,46.

Pada triwulan IV-2017, inflasi Maluku dari komponen inti (core) diperkirakan akan meningkat walupun tetap dalam tingkat yang terkendali. Dengan mencermati perkembangan inflasi sampai dengan Oktober 2017 dan beberapa indikator harga, tekanan inflasi dari komponen core pada triwulan IV-2017 diperkirakan akan dipengaruhi oleh peningkatan harga produk olahan di masyarakat, seperti produk makanan jadi dan sandang seiring dengan adanya hari raya Natal dan Tahun Baru 2018. Hal ini sejalan dengan tren tahunan inflasi bahwa harga dari produk makanan jadi dan sandang cenderung memiliki andil yang dominan pada periode menjelang akhir tahun.

Dengan mempertimbangkan perkembangan harga di masyarakat dan risiko-risiko inflasi pada triwulan IV-2017, laju inflasi Maluku dari komponen core untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan masih lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu berada dalam rentang 2,3% - 2,7% (yoy). Berdasarkan data inflasi sampai dengan Oktober 2017, inflasi core berdasarkan tahun kalender Maluku mencapai 2,01% (ytd) atau secara tahunan mencapai 2,27% (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi core tahun kalender periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,86% (ytd). Dengan tingkat inflasi core yang terkendali, diharapkan dapat mendukung pencapaian sasaran inflasi Maluku tahun 2017 dalam rentang 4,5% ± 1%.

3.3.3 Komponen Administered Prices

Menurunnya laju inflasi komponen Administered Price (AP) menjadi salah satu penahan inflasi pada triwulan III-2017. Laju inflasi AP pada triwulan laporan tercatat negatif, atau deflasi sebesar 1,35% (yoy), menurun dibandingkan triwulan lalu yang tercatat inflasi sebesar 1,95% (yoy). Deflasi yang terjadi pada komponen ini didominasi oleh penurunan biaya pada kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan, terutama pada subkelompok Transportasi, yaitu transportasi udara sebesar 7,27% (yoy). Berakhirnya hari libur sekolah dan Hari Raya Idul Fitri mendorong penurunan permintaan terhada transportasi udara di Maluku.

Grafik 53. Perkembangan Harga Minyak Dunia Grafik 54. Perkembangan Kurs Rupiah terhadap US Dollar (JISDOR)Sumber: Bloomberg Sumber : Bank Indonesia

48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 72:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Searah dengan deflasi yang terjadi pada komponen Administered Price (AP), harga minyak dunia menunjukan tren penurunan yang cukup tajam terutama pada triwulan II-2017. Namun, harga bahan bakar minyak jenis Pertamax di Maluku tidak mengalami perubahan harga, dan masih berada di harga Rp 9.600,-. Hal ini searah juga dengan penurunan tekanan inflasi yang disebabkan oleh subkelompok Bahan Bakan, Penerangan dan Air yaitu sebesar 17,07% (yoy) pada triwulan III-2017, dan ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 19,16% (yoy).

Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (USD) masih stabil dan cenderung mengalami penguatan hingga akhir triwulan laporan. Nilai tukar rupiah terhadap USD tercatat sebesar Rp 13.340,- per USD pada bulan Juli, dan mengalami penguatan menjadi Rp 13.303,- pada bulan September 2017.

Pada triwulan IV-2017, inflasi Maluku dari komponen administered prices diperkirakan akan meningkat walupun tetap dalam tingkat yang terkendali. Dengan mencermati perkembangan inflasi sampai dengan Oktober 2017 dan beberapa indikator harga, tekanan inflasi dari komponen administered prices pada triwulan IV-2017 diperkirakan akan dipengaruhi oleh penetapan tarif angkutan umum, terutama angkutan udara seiring dengan adanya hari raya Natal dan Tahun Baru 2018. Hal ini sejalan dengan tren tahunan inflasi bahwa perusahaan-perusahaan maskapai penerbangan umum cenderung menaikkan tarifnya di hari-hari besar, termasuk Natal dan Tahun Baru.

Dengan mempertimbangkan perkembangan harga di masyarakat dan risiko-risiko inflasi pada triwulan IV-2017, laju inflasi Maluku dari komponen administered prices untuk keseluruhan tahun 2017 diperkirakan masih lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu berada dalam rentang 2,6% - 3,2% (yoy). Berdasarkan data inflasi sampai dengan Oktober 2017, inflasi administered prices berdasarkan tahun kalender Maluku mengalami deflasi hingga 6,11% (ytd) atau secara tahunan mengalami deflasi sebesar 2,68% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi administered prices tahun kalender periode yang sama tahun sebelumnya yang juga mengalami deflasi sebesar 0,51% (ytd). Dengan tingkat inflasi administered prices yang terkendali, diharapkan dapat mendukung pencapaian sasaran inflasi Maluku tahun 2017 dalam rentang 4,5% ± 1%.

3.4. Realisasi Inflasi Triwulan III-2017 dibanding Pola Historis

Mencermati pola historis laju inflasi Provinsi Maluku, faktor cuaca, tingginya ketergantungan terhadap daerah lain dan adanya pengaruh kebijakan dari pemerintah merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya inflasi di Maluku. Kemandirian pangan yang termasuk rendah menjadikan Provinsi Maluku rentan terhadap shock, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Sebagian besar komoditas Maluku, terutama komoditas penyumbang inflasi seperti beras, bumbu-bumbuan, telur dan daging ayam didatangkan dari daerah lain, seperti Pulau Jawa (melalui Surabaya) dan Sulawesi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

49

Page 73:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

(melalui Makassar dan Manado). Terlebih lagi apabila terdapat shock yang bersumber dari sisi permintaan, seperti adanya perayaan kegiatan berskala besar, kegiatan besar berskala nasional, maupun faktor musiman Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Ketergantungan Provinsi Maluku yang tinggi terhadap pasokan barang dari daerah lain juga tercermin dari perkembangan net ekspor antar daerah Maluku yang masih mencatatkan kondisi “net-impor” dengan nominalnya terpantau mengalami tren peningkatan.

Grafik 55. Event Analysis Inflasi Provinsi MalukuSumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Pada September 2017 terjadi kenaikan biaya sewa peti kemas di Pelabuhan Ambon. Kondisi ini berpotensi memberikan tekanan pada inflasi, terutama pada komoditas bahan makanan karena sebagian besar komoditas bahan makanan di Maluku, seperti Bumbu-bumbuan dan Sayur-sayuran, didatangkan dari luar Maluku menggunakan pelayaran peti kemas.

Pergerakan laju inflasi tahun kalender Maluku tahun 2017 cenderung berfluktuasi dan mengalami sedikit tekanan. Namun demikian, tingkat inflasi kalender pada triwulan III-2017 tercatat sebesar 2,21% (year to date/ ytd), relatif lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi tahun kalender di triwulan I selama 5 tahun terakhir yang terpantau sebesar 5,79% (ytd). Namun, inflasi ytd pada triwulan pelaporan masih lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi ytd pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Realisasi tersebut didorong oleh inflasi tahun kalender Sub-kelompok Ikan Segar dan Sayur-sayuran yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 74:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Grafik 56. Tren Inflasi tahun kalender (ytd) Provinsi Maluku Grafik 57. Tren Inflasi Bulanan (mtm) Provinsi Maluku

Sumber: BPS Provinsi Maluku, diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah

Pergerakan Inflasi Bulanan pada triwulan III-2017 masih sesuai dengan pola historis 5 tahun terakhir, dimana inflasi bulanan cenderung turun dari triwulan II ke triwulan III di tahun yang sama. Namun demikian, apabila dicermati lebih detil kenaikan inflasi yang terjadi bulan September 2017 relatif lebih tinggi dibandingkan pola historisnya. Kondisi iklim dan curah hujan yang ekstrim sangat mempengaruhi inflasi di Maluku, karena menghambat suplai komoditas ikan segar dan sayuran di pasar Maluku.

3.5. Kegiatan Pengendalian Inflasi di Provinsi Maluku

Sesuai dengan fase Pengendalian Inflasi dalam Roadmap Pengendalian Inflasi, TPID Provinsi Maluku terus memfokuskan program pengendalian inflasi pada komponen Volatile Food (VF). Pada triwulan III-2017, TPID Provinsi Maluku melakukan penajaman, implementasi dan pengawasan program pengendalian inflasi.

Penandatanganan Memorandum of Understanding terkait suplai pangan antara Maluku dan Sulawesi Selatan. Penandatanganan ini dilakukan bersamaan dengan dibukanya program Misi Dagang dan Pameran Produk/Komoditas Unggulan Sulawesi Selatan di Maluku. Penandatangan dilakukan oleh Gubernur Maluku, Gubernur Sulawesi Selatan, Kepala Dinas (Kadis) Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) provinsi Maluku dan Kadis Disperindag Provinsi Sulawesi Selatan. Komoditas yang dikerjasamakan adalah ikan, rumput laut, beras, gula pasir, cabe dan bawang merah.

Pemetaan komoditas pangan tiap daerah di Maluku. TPID provinsi Maluku, melalui Dinas Pertanian provinsi Maluku, dalam tahap menyusun neraca surplus/defisit komoditas pangan yang ada di tiap kabupaten/ kota yang ada di Maluku. Program ini bertujuan untuk mengetahui komoditas pangan apa saja yang yang dibutuhkan oleh tiap kabupaten/ kota di Maluku. Selain itu, juga ingin memonitor komoditas pangan apa yang berlebih/surplus di tiap kabupaten/ kota. Ketika komoditas ini sudah diketahui, maka idenya adalah agar kabupaten/ kota yang memiliki surplus komoditas pangan membantu kabupaten/ kota yang defisit komoditas pangannya. Sehingga, stok komoditas pangan di tiap kabupaten/ kota dapat terpenuhi secara lebih murah (daripada mendatangkan komoditas makanan dari luar Maluku

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

51

Page 75:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

seperti dari Jawa, ataupun Sulawesi). Ketika stok komoditas pangan terpenuhi, maka harga komoditas pangan tersebut dapat dikendalikan yang berakibat terjaganya laju inflasi.

Program alokasi hasil tangkapan ikan untuk dijual ke pasar lokal Maluku. Kesepakatan ini difasilitasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) dan Disperindag provinsi Maluku. TPID sangat berharap agar nelayan menjual hasil tangkapan ikannya ke pasar lokal Maluku, bukan kepada para penadah di luar Maluku. Setuju bila dikatakan bahwa nelayan memiliki hak untuk menjual hasil tangkapannya kemana pun, namun TPID provinsi Maluku menginginkan agar stok ikan segar di pasar Maluku terpenuhi terlebih dahulu, atau menjadi prioritas penjualan ikan hasil tangkapan nelayan.

Berkoordinasi dengan polisi laut dan DKP untuk melakukan pengawasan di perairan Maluku. Pengawasan ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada transaksi ikan yang dilakukan di atas laut kepada pembeli yang berasal bukan dari Maluku. Hal ini bertujuan untuk mengajak para nelayan agar menjual hasil tangkapan ikannya ke pasar Maluku.

Berkoodinasi dengan Bappeda dalam penyusunan rencana anggaran untuk implementasi program pengendalian inflasi tahun 2018. Setiap SKPD atau instansi/lembaga yang tergabung dalam anggota TPID memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan program pengendalian inflasi. Implementasi program ini memerlukan dana, dan dana tersebut harus ada di dalam anggaran setiap SKPD atau instansi/lembaga tersebut. Bappeda mengajak tiap SKPD atau instansi/lembaga anggota TPID untuk membuat rencana anggaran tersebut.

52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 76:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Tabel 8. Kegiatan TPID triwulan III-2017

No Waktu Kegiatan Pelaksana Agenda1 Jul i 2017 MoU Kejasama Antar Daerah

Maluku - Sulawesi SelatanPemerintah Provinsi Maluku

1. Merupakan upaya pengendalian inflasi dengan meningkatkan suplai produk komoditas (terutama komoditas bahan makanan).2. Kerjasama suplai komoditas bahan makanan berupa beras, gula pasir, cabe dan bawang.

2 Agustus 2017 Pemetaan komoditas pangan tiap daerah di Maluku

1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku2. Dinas Pertanian Provinsi Maluku

1. Berkoordinasi dengan dinas di kabupaten/kota untuk emlakukan pendataan komoditas bahan makanan yang dihasilkan, seperti volume produksi dan volume konsumsi rata-rata tiap bulan2. Mengukur volume pengiriman komoditas keluar daerah penghasil tersebut.

3 Agustus 2017 Melakukan pengawasan harga komoditas bahan makanan di pasar Ambon

1. Polda Provinsi Maluku2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku

1. Berkoordinasi dengan Polda untuk melakukan pengawasan harga-harga komoditas bahan makanan, untuk menghindari terjadinya kartel di pasar.

4 September 2017 Melibatkan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) provinsi Makassar dalam TPID provinsi Maluku

1. TPID Provinsi Maluku2. KPPU Makassar

1. Melibatkan KPPU Makassar dalam program TPID provinsi Maluku untuk melakukan pengawasan terhadap struktur pasar dan persaingan usaha di Maluku.2. Pengawasan difokuskan pada perdagangan komoditas penyumbang inflasi seperti komoditas bahan makanan berupa ikan, sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan.3. Pembentukan harga di pasa Maluku juga menjadi objek pengawasan di Maluku.

5 September 2017 Kesepakatan alokasi hasi l panen/tangkapan ikan agar dijual ke pasar lokal daerah

1. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku

1. Membuat kesepakatan dengan para nelayan dan petani agar mengalokasikan 10% dari total hasi l panen/ hasil tangkapan ikannya agar dijual ke pasar lokal daerahnya (tidak seluruhnya di jual ke luar daerah..

6 September 2017 Membuat perencanaan alokasi anggaran tahun 2018 terkait dengan program pengendalian inflasi

1. Bappeda Provinsi Maluku2. Dinas-Dinas Provinsi Maluku

1. Bappeda mengusulkan agar tiap dinas (terutama dinas yang merupakan anggota TPID) agar membuat rencana alokasi anggaran yang akan digunakan untuk program pengendalian inflasi

7 September 2017 Pengawasan nelayan di perairan Maluku

1. Polisi Laut2. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku

1. Berokoordinasi dengan Polisi Laut dan Dinas Kelautan dan Provinsi Maluku untuk mencegah terjadinya transaksi penjualan di atas laut yang menyebabkan hasil tangkapan ikan tidak dijual ke pasar lokal Maluku2. Memastikan bahwa hasil tangkapan di bawa ke pelabuhan di Maluku.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

53

Page 77:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

A. Latar BelakangPertumbuhan ekonomi menurut Boediono (1999) adalah proses kenaikan output per

kapita dalam jangka panjang. Pengertian tersebut menekankan pada suatu gambaran dalam waktu yang cukup lama dengan tidak hanya melihat kenaikan dari pendapatan nasional, namun juga mempertimbangkan aspek pertumbuhan penduduk. Selain menciptakan pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya, salah satu tujuan utama dari usaha pembangunan ekonomi juga perlu adanya peningkatan standar hidup masyarakat (Todaro, 2006).

Pertumbuhan ekonomi Maluku selalu menunjukkan tren yang meningkat. Bahkan, pada tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Maluku selalu berada di atas rata-rata nasional. Namun, kualitas dari pertumbuhan tersebut masih belum optimal khususnya dalam aspek ketenagakerjaan. Provinsi Maluku adalah salah satu provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan tingkat pengangguran yang meningkat selama 3 (tiga) tahun terakhir. Bahkan, Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku mencatatkan pengangguran di Provinsi Maluku pada Agustus 2017 adalah tertinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia, yaitu sebesar 9,29%. Berdasarkan pendidikan terakhir, tingkat pengangguran tertinggi berasal dari pendidikan SMA atau sederajat dan Perguruan Tinggi. Keduanya pun mengalami peningkatan dari periode Februari 2016 - Februari 2017 sebanyak 11.135 orang.

Pertumbuhan yang tinggi namun diiringi dengan meningkatnya pengangguran pada angkatan kerja berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi merupakan salah satu indikasi belum optimalnya upaya dari institusi pendidikan dan pemerintah dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu, diperlukan kajian untuk mengidentifikasi penyebab dari permasalahan tersebut dan pandangan mereka terhadap pembangunan ekonomi Provinsi Maluku.

B. Metodologi PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan sumber

data primer dan sekunder. Guna mendapatkan data primer yang relevan dengan penelitian ini, maka penulis menyusun sebuah media pengumpulan data berupa kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh angkatan kerja di Provinsi Maluku yang datanya dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, sedangkan banyaknya sampel dihitung berdasarkan Rumus Slovin dan nilai kritis 5%, yaitu diperoleh sebanyak 100 sampel. Namun demikian, guna memberikan gambaran yang lebih luas, maka penulis memutuskan untuk mengambil sampel sebanyak 150 sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling dengan membagi populasi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan klasifikasi dengan

BOKS 2 Faktor Penyebab Tingginya Pengangguran Terdidik Di Maluku 2017oleh Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Provinsi Maluku

54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 78:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

mendasarkan diri pada tujuan studi seperti angkatan kerja berusia produktif, yaitu 19 – 30 Tahun, yang sedang merencanakan dan mencari pekerjaan serta yang sedang bekerja.

C. Hasil Penelitian1. Gambaran Umum Permasalahan Ketenagakerjaan Di Provinsi Maluku

Fungsi produksi menjelaskan bahwa Y= f (K, L). Tenaga kerja yang produktif dan akumulasi kapital yang positif merupakan faktor penting dalam suatu perekonomian. Angkatan kerja terdidik seperti mahasiswa yang sebenarnya memiliki harapan untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus, sehingga dapat meningkatkan taraf kehidupannya. Hanya 15,1% calon tenaga kerja yang berencana untuk berwirausaha. Lebih dari 70% calon tenaga kerja memiliki keinginan untuk bekerja di Provinsi Maluku. Alasan mereka tidak ingin bekerja di luar Maluku adalah agar lebih dekat dengan keluarga.

Pekerjaan yang paling diminati angkatan kerja di Provinsi Maluku masih didominasi oleh profesi sebagai Pegawai Negeri Sipil. Kekuatan relasi, pendapatan yang tetap, jaminan hari tua, dan pekerjaan yang dianggap tidak terlalu berat merupakan beberapa alasan yang dikemukakan responden yang mengundang ketertarikan angkatan kerja untuk bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Permasalahan lainnya adalah institusi pendidikan tinggi belum mempersiapkan angkatan kerja terdidik lebih siap dalam bersaing dengan pelamar lainnya. Selama ini, belum ada program pengayaan terkait informasi dunia kerja dan hal-hal lainnya yang dibutuhkan dalam proses seleksi tenaga kerja, seperti penyusunan Curriculum Vitae dan keterampilan lainnya.

Berdasarkan informasi responden, relasi dianggap menjadi suatu yang penting ketika angkatan kerja akan melamar pekerjaan. Hal tersebut disebabkan karena sumber informasi lowongan pekerjaan akan lebih mudah diperoleh. Selain itu, hal penting lainnya adalah kemampuan bahasa asing, Indeks Persepsi Kumulatif yang tinggi, dan yang terakhir adalah kemampuan organisasi.

Begitupun halnya dengan tenaga kerja Maluku yang bekerja di dalam Provinsi Maluku. Sumber informasi lowongan pekerjaan di Provinsi Maluku masih banyak diperoleh dari relasi yang dimiliki oleh calon tenaga kerja. Indeks Prestasi Kumulatif yang tinggi dianggap sebagai pelengkap kemampuan bahasa asing calon tenaga kerja. Oleh karena itu, rata-rata responden yang memilih relasi sebagai faktor paling utama untuk mendapatkan pekerjaan di Provinsi Maluku memiliki waktu tunggu mendapatkan pekerjaan pertama yang relatif lebih sebentar, yaitu kurang dari 5 (lima) bulan.

Kesulitan yang pernah dirasakan dan dinilai paling menghambat dalam mencari pekerjaan di Provinsi Maluku adalah ketidakterbukaan informasi. Kebanyakan responden yang bekerja di Provinsi Maluku mendapatkan informasi lowongan pekerjaan dan proses penyaringan tenaga kerja berasal dari relasi atau orang terdekat. Angkatan kerja yang tidak memiliki relasi akan merasa kesulitan mendapatkan informasi mengenai lowongan dan proses

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

55

Page 79:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

penyaringan tenaga kerja. Selain itu, beberapa responden juga merasa terkendala dengan sistem online.

Calon tenaga kerja dan yang sudah menjadi tenaga kerja di Maluku memiliki perbedaan minat dalam beriwirausaha. Angkatan kerja terdidik Maluku memiliki minat berwirausaha yang cukup rendah, yaitu sebesar 15,1%. Sementara itu, tenaga kerja yang sudah bekerja baik di sektor formal maupun informal memiliki minat berwirausaha yang cukup tinggi, yaitu sebesar 78%.

Beberapa bidang usaha yang diminati oleh tenaga kerja yang memiliki keinginan untuk beriwirausaha di antaranya adalah bidang usaha kuliner, fashion, reparasi elektronik, café dan bar, jasa menjahit, toko retail, dan kontraktor. Responden sebanyak 24,5% memiliki minat untuk berwirausaha di bidang kuliner, café dan bar diminati responden sebanyak 20,4%, kontraktor dan fashion diminati responden sebanyak 16,3%, toko ritel diminati oleh 10,2% responden, sedangkan jasa menjahit dan reparasi elektronik masing-masing diminati oleh 6,1%.

2. Ekspektasi Anak Muda Maluku terhadap Pembangunan Ekonomi Provinsi MalukuTeori ekonomi menjelaskan bahwa pemerintah memiliki peran sebagai penengah ketika

terjadi kegagalan pasar. Tingginya pengangguran terdidik merupakan suatu ironi ketika pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil studi lapangan, diperoleh hasil mengenai harapan dari calon tenaga kerja dan tenaga kerja di Maluku. Sebanyak 41% calon tenaga kerja dan tenaga kerja di Maluku mengharapkan keterbukaan informasi publik yang lebih transparan khususnya mengenai info lowongan dan proses seleksi tenaga kerja. Selain itu, 31% responden mengharapkan ketersediaan lapangan kerja. Sebagian responden lainnya berharap bahwa pemerintah dapat lebih banyak menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mendukung tumbuhnya kegiatan wirausaha di Maluku. Responden sebanyak 16% mengharapkan adanya program peningkatan keterampilan gratis bagi calon tenaga kerja yang disesuaikan dengan potensi wilayah Maluku, seperti Pariwisata. Dengan demikian, Maluku diharapkan mampu lebih berkembang dan bersaing dengan provinsi lainnya di Indonesia.

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dengan beberapa keterbatasan penelitian terhadap angkatan kerja baik yang akan dan sedang mencari pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh mereka terdiri dari ketidakterbukaan informasi mengenai lowongan pekerjaan dan proses seleksi tenaga kerja di Maluku. Mereka menganggap bahwa relasi adalah faktor paling penting yang harus dimiliki oleh calon pelamar kerja, sehingga kemampuan atau keterampilan menjadi prioritas berikutnya. Sejalan dengan tenaga kerja di Maluku yang sudah memiliki pekerjaan baik formal maupun informal, sebagian besar dari responden mendapatkan informasi lowongan pekerjaan pertama mereka dari orang terdekat.

56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 80:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Institusi pendidikan juga masih belum optimal dalam mempersiapkan tenaga kerja yang terampil. Walaupun mayoritas calon tenaga kerja memiliki keinginan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil, namun setiap calon lulusan perguruan tinggi belum memiliki gambaran bagaimana proses melamar pekerjaan dan apa saja yang perlu disiapkan. Berbeda dengan tenaga kerja yang sudah memiliki pekerjaan, minat berwirausaha cukup tinggi dan sudah memiliki gambaran bidang usaha yang nantinya ingin digeluti, seperti bidang kuliner, kontraktor, fashion, toko retail, café dan bar, jasa menjahit, dan reparasi elektronik. Terlepas dari berbagai permasalahan ketenagakerjaan yang mereka hadapi, mereka tetap optimis bahwa suatu hari pengangguran akan menurun dan ekonomi Provinsi Maluku akan semakin berkualitas.

Berdasarkan paparan dalam penelitian ini, beberapa hal yang dapat direkomendasikan sebagai upaya mengurangi pengangguran terdidik di Provinsi Maluku adalah sebagai berikut: 1. Bagi Insitiusi Pendidikan di Provinsi Maluku, calon lulusan perguruan tinggi sebaiknya

diberikan pembekalan terkait persiapan menghadapi dunia kerja, seperti cara penyusunan Curriculum Vitae yang menarik dan mendatangkan pembicara tamu dari instansi/perusahaan yang akan memberikan wawasan tentang dunia kerja.

2. Bagi Pemerintah khususnya Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Maluku, diperlukan kegiatan atau event seperti Carrier Expo di kampus-kampus di Maluku agar informasi lowongan pekerjaan di daerah ini menjadi lebih terbuka, sehingga instansi/perusahaan pun dapat bertemu dan mendapatkan putra-putri terbaik dari Provinsi Maluku.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

57

Page 81:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

58 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 82:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

BAB IV. STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN

UMKM

4.1. Asesmen Sektor Rumah Tangga

4.1.1. Sumber Kerentanan Sektor Rumah Tangga

Sebagai salah satu komponen dalam sistem keuangan, sektor rumah tangga berfungsi sebagai penerima dana dan penyedia dana. Peran sektor rumah tangga sebagai penerima dana dilakukan dengan cara meminjam dana dari pelaku ekonomi lainnya yang berada dalam keadaan surplus secara keuangan yang kemudian digunakan dalam kegiatan konsumsi. Di sisi sebaliknya, sektor rumah tangga juga berperan sebagai penyedia atau penyalur dana dengan melakukan penempatan surplus dananya kepada lembaga keuangan atau instrumen keuangan yang selanjutnya akan dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi lainnya sebagai sumber dana. Semakin tinggi peran sektor rumah tangga dalam aktivitas perekonomian suatu daerah, maka semakin penting untuk menjaga ketahanan sektor tersebut.

Grafik 58. Pertumbuhan dan Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga pada Ekonomi Maluku

Grafik 59. Perkembangan Keyakinan Konsumen Kota Ambon

Sumber: BPS, diolah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Konsumsi rumah tangga tercatat mengalami peningkatan kinerja pada triwulan laporan. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 6,35% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu dengan realisasi sebesar 4,76% (yoy). Meskipun demikian, peningkatan pertumbuhan pada komponen konsumsi rumah tangga belum mampu mendorong laju pertumbuhan ekonomi Maluku yang tercatat tumbuh melambat pada triwulan III-2017 menjadi 5,26% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mampu tumbuh sebesar 5,49% (yoy). Komponen konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dengan andil sebesar 4,25% (yoy) dan pangsa terhadap total perekonomian sebesar 67,57%. Realisasi tersebut mengalami peningkatan, baik dari sisi andil

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

59

Page 83:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

maupun pangsa ekonomi, yang masing-masing tercatat sebesar 3,18% (yoy) dan 66,33% pada triwulan II-2017.

Kinerja konsumsi rumah tangga juga dipengaruhi oleh masih optimisnya konsumen terhadap perekonomian. Dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia di Kota Ambon selama triwulan III-2017, konsumen masih optimis dengan tingkat penghasilannya saat ini dengan indeks sebesar 99,58. Hal tersebut juga memberikan pengaruh positif terhadap pola konsumsi terhadap barang tahan lama yang berada di atas level optimis yaitu sebesar 112,76.

Namun risiko kerentanan masih terpantau dengan adanya peningkatan jumlah pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2017, ditambah dengan peningkatan porsi Setengah Pengangguran dari total penduduk bekerja. Jumlah pengangguran pada Agustus 2017 mengalami peningkatan sebesar 25,54% (yoy), lebih tinggi dibandingkan Agustus 2016 yang terkontraksi sebanyak -27,47% (yoy). Di sisi lain, jumlah penduduk dengan status setengah pengangguran juga terpantau mengalami penurunan sebesar 71,90% menjadi 79.197 orang. Hal ini turut menurunkan porsi penduduk bekerja dengan status setengah pengangguran menjadi 12,33% dari seluruh penduduk bekerja.

Grafik 60. Persepsi Rumah Tangga Kota Ambon Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini

Grafik 61. Ekspektasi Rumah Tangga Kota Ambon Terhadap Kondisi Ekonomi 6 Bulan Mendatang

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 84:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 62. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Maluku Grafik 63. Pertumbuhan Jumlah Penganggur dan Angkatan Kerja Provinsi Maluku

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Ke depan, komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan berada pada tingkat yang optimis. Lapangan pekerjaan diperkirakan berada pada kondisi yang lebih baik pada enam bulan mendatang, dengan indeks ekspektasi lapangan kerja mencapai 140,99, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan optimisme dunia usaha terhadap perekonomian ke depan dengan indeks sebesar 169,52. Lapangan pekerjaan yang lebih luas dan kondusifnya kegiatan perekonomian diharapkan mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran yang ada.

Grafik 64. Ekspektasi Konsumen Kota Ambon Terhadap Inflasi Triwulanan

Grafik 65. Ekspektasi Konsumen Kota Ambon Terhadap Kenaikan Harga Triwulanan Tiap Kelompok Komoditas

Sumber: Bank Indonesia dan BPS, diolah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Konsumen memperkirakan adanya kenaikan harga dari beberapa komoditas barang dan jasa pada triwulan III-2017. Dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, kategori perumahan dan bahan bakar diperkirakan mengalami peningkatan harga seiring dengan pencabutan subsidi listrik kategori 900 VA untuk golongan mampu yang diberlakukan pemerintah dari awal tahun hingga pertengahan tahun 2017. Selain itu, meskipun konsumen memperkirakan terjadi kenaikan harga pada triwulan III-2017, tekanan inflasi justru menurun

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

61

Page 85:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

untuk kategori bahan makanan. Cuaca yang mulai membaik memengaruhi pasokan sebagian besar komoditas penyumbang inflasi di Maluku sehingga harga menjadi lebih stabil. Laju inflasi Kota Ambon tercatat sebesar 4,01% (qtq), meningkat cukup signifikan dibanding triwulan lalu sebesar 2,34% (qtq).

4.1.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Grafik 66. Penggunaan Penghasilan Masyarakat Kota Ambon Grafik 67. Perkembangan Rasio Keuangan Masyarakat Kota Ambon

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Keuangan rumah tangga terpantau berada dalam kondisi yang masih cukup terjaga meskipun adanya penurunan pada rasio simpanan. Saving to Income Ratio (STIR) atau rasio simpanan masyarakat Kota Ambon tercatat mengalami penurunan pada triwulan III-2017 yaitu sebesar 19,74%, setelah pada triwulan lalu tercatat sebesar 22,55%. Masyarakat dengan penghasilan Rp3,1-4 Juta memiliki rasio STIR tertinggi mencapai 22,42%. Sejalan dengan hal tersebut, rasio konsumsi atau marginal propensity to consume (MPC) terpantau turut mengalami peningkatan dengan rasio sebesar 74,10%. Rasio tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 68,92%. Untuk rasio MPC, masyarakat dengan penghasilan Rp1-2 Juta memiliki rasio tertinggi sebesar 76,53%. Peningkatan pada rasio konsumsi dan penurunan pada rasio simpanan, tentu akan berpengaruh terhadap rasio cicilan atau debt to service ratio (DSR). Rasio cicilan tercatat sebesar 6,17%, atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu sebesar 8,53%. Angka rasio DSR tersebut masih berada di bawah batas atas yang biasanya digunakan perbankan untuk melakukan evaluasi terhadap risiko kredit rumah tangga yaitu sebesar 30-40% (berdasarkan kajian dari Bank of International Settlement). Rasio DSR tertinggi berada pada kelompok masyarakat dengan penghasilan lebih dari Rp5 Juta yaitu sebesar 18,91%.

62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 86:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Tabel 9. Penggunaan Penghasilan Masyarakat Kota Ambon Per Kelompok Pengeluaran

Rp 1-2 Juta Rp 2,1-3 Juta Rp 3,1-4 Juta Rp 4-5 Juta >Rp 5 Juta Rata-rata

Konsumsi 76.53 75.33 67.28 67.42 63.79 74.10 Cicilan 4.05 5.34 10.29 14.17 18.91 6.17 Tabungan 19.42 19.34 22.42 18.41 17.30 19.74

Penggunaan Penghasilan

Berdasarkan Kelas Pengeluaran

TW III-2017

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Peningkatan rasio konsumsi masyarakat sejalan dengan penguatan pada pertumbuhan penghasilan pada triwulan III-2017. Pertumbuhan penghasilan meningkat terlihat dari penguatan Nilai Tukar Petani (NTP) menjadi 101,33 pada triwulan laporan, setelah pada triwulan II-2017 tercatat sebesar 101,07. Selain itu, penguatan konsumsi turut didorong oleh peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) di awal 2017 sebesar 8,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada 2016 sebesar 7,58% (yoy).

Grafik 68. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Grafik 69. Perkembangan Upah Minimum Provinsi Maluku

Sumber: BPS, diolah Sumber: Surat Keputusan Gubernur, diolah

4.1.3. Eksposur Rumah Tangga Pada Perbankan

4.1.3.1. Eksposur Dana Pihak KetigaDana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan, khususnya bank umum di

Maluku, masih didominasi oleh sektor rumah tangga. Pada triwulan III-2017, DPK yang bersumber dari sektor rumah tangga mencapai 71,77% atau sebesar Rp9,14 triliun dari seluruh DPK yang terhimpun di Maluku. Posisi tersebut sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 70,17% atau Rp9,14 triliun. Dari total DPK sektor rumah tangga atau perorangan, sebanyak 62,26% atau Rp5,69 triliun ditempatkan dalam bentuk tabungan dan 34,55% atau Rp3,16 triliun dalam bentuk deposito. Posisi tabungan perorangan tersebut sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan II-2017 yang mencapai 62,68% atau Rp5,58 triliun untuk tabungan, dan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 33,44% atau Rp2,98 triliun untuk deposito. Di

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

63

Page 87:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

sisi giro perseorangan tercatat mengalami peningkatan pada triwulan III-2017. Giro perseorangan terpantau mencapai Rp292 miliar (3,19%), lebih tinggi dari triwulan lalu sebesar Rp345 miliar (3,88%).

Bila dibandingkan dengan total DPK dalam bentuk tabungan yang dihimpun bank umum di Maluku, porsi tabungan perorangan mencapai 92,68% atau Rp5,69 triliun. Sedangkan dalam bentuk deposito perseorangan, mencapai 76,22% atau Rp3,16 triliun. Melihat hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran sektor rumah tangga sebagai penyedia dana masih tinggi.

Grafik 70. Komposisi Nominal DPK Provinsi Maluku Grafik 71. Perkembangan Penghimpunan DPK di Provinsi Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah

Pada triwulan III-2017, perkembangan DPK perseorangan di Maluku berada dalam posisi yang menguat. DPK perseorangan mencatatkan pertumbuhan 6,54% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 2,31% (yoy). Penguatan tersebut turut mendorong pertumbuhan DPK total bank umum di Provinsi Maluku yang tercatat sebesar 6,49% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,69% (yoy). Perbaikan posisi DPK tersebut terjadi pada produk jenis tabungan dan deposito. Produk deposito mampu tumbuh hingga 6,34% (yoy), atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,47% (yoy). Produk tabungan juga tumbuh positif mencapai 7,24% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan II-2017 yang tumbuh sebesar 2,19% (yoy). Sementara itu, produk giro perseorangan justru mengalami penurunan yang tumbuh terkontraksi hingga 3,85% (yoy), setelah pada triwulan lalu tumbuh sebesar 2,89% (yoy).

64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 88:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 72. Komposisi DPK Perseorangan Provinsi Maluku Grafik 73. Perkembangan DPK Perseorangan di Provinsi Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah

4.1.3.2. Eksposur KreditDari sisi kredit, sektor rumah tangga masih memiliki peran yang besar dalam

penyaluran kredit di Provinsi Maluku. Kredit yang disalurkan kepada sektor rumah tangga mencapai Rp6,23 triliun atau 56,17% dari total kredit yang disalurkan ke Provinsi Maluku. Sedangkan sisanya sebesar Rp4,87 triliun atau 43,83% disalurkan kepada sektor produktif. Dari total kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Maluku, sebesar Rp809 miliar atau 12,98% disalurkan dalam bentuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Rp154 miliar atau 2,47% dalam bentuk Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Rp3,41 triliun atau 54,74% dalam bentuk Kredit Multiguna.

Grafik 74. Komposisi Kredit Berlokasi Proyek di Provinsi Maluku Grafik 75. Komposisi Kredit Rumah Tangga (Konsumsi) Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah

Pertumbuhan kredit sektor rumah tangga mengalami penguatan pada triwulan III-2017. Kredit rumah tangga tumbuh 14,97% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar 14,30% (yoy). Kredit multiguna dengan pangsa terbesar kredit rumah tangga di Provinsi Maluku, mencatatkan pertumbuhan sebesar 13,58% (yoy) pada triwulan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

65

Page 89:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

laporan, atau melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 14,02% (yoy). KPR dengan pangsa terbesar kedua, mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan III-2017 mencapai 15,85% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2017 yang tumbuh sebesar 14,44% (yoy). Penguatan realisasi kredit juga terjadi pada KKB yang tumbuh hingga 12,77% (yoy), melambat dibandingkan triwulan lalu dengan pertumbuhan 18,00% (yoy).

Tekanan risiko kredit rumah tangga sedikit meningkat setelah posisi non-performing loan (NPL) mengalami peningkatan pada triwulan III-2017. NPL kredit rumah tangga pada triwulan III-2017 tercatat sebesar 0,71%, atau meningkat dibandingkan posisi triwulan sebelumnya sebesar 0,64%. Penurunan posisi NPL tersebut dipengaruhi dengan meningkatnya posisi NPL untuk KPR menjadi 1,40%, setelah pada triwulan II-2017 tercatat sebesar 1,24%. Sejalan dengan hal tersebut, NPL pada KKB juga mengalami sedikit perbaikan menjadi 0,95%, sedangkan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 0,98%. Namun NPL pada kredit multiguna terpantau sedikit mengalami peningkatan. Pada triwulan II-2017, NPL kredit multiguna terpantau 0,43%, sedangkan pada triwulan III-2017 meningkat menjadi 0,52%. Membaiknya risiko kredit tersebut juga memberikan andil terhadap turunnya suku bunga tertimbang kredit rumah tangga, menjadi 15,25% pada triwulan laporan, setelah sebelumnya tercatat sebesar 15,32% pada triwulan II-2017.

I II III IV I II IIIKPR 15.38 13.64 8.61 9.4 8.8 14.44 15.85KKB (14.42) (12.16) (5.66) 8.8 13.5 18.00 12.77Kredit Peralatan (72.05) (28.40) 133.80 368.3 387.6 108.3 -21.1Kredit Multiguna 14.73 16.27 14.80 16.38 15.92 14.02 13.58Kredit RT Lainnya 5.58 5.19 5.27 11.3 11.1 14.4 17.5Total RT 10.97 11.59 10.50 13.80 13.57 14.30 14.97

2016 2017Jenis Kredit RT

Grafik 76. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Berlokasi Proyek di Provinsi Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah

Grafik 77 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Berlokasi Proyek di Provinsi Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum (LBU), diolah

66 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 90:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Seperti pada triwulan sebelumnya, penyaluran kredit rumah tangga di Provinsi Maluku masih terkonsentrasi di Kota Ambon. Kredit rumah tangga yang disalurkan ke Kota Ambon memiliki pangsa mencapai 48,28% atau sebesar Rp3,01 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 16,11% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2017 sebesar 15,63% (yoy). Selain itu, kredit rumah tangga Kota Ambon didominasi kredit multiguna, sama seperti kabupaten/kota lainnya yang juga didominasi kredit multiguna kecuali Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) yang didominasi oleh KPR. Pertumbuhan kredit rumah tangga tertinggi dicapai oleh Kota Tual, disusul oleh Kabupaten Maluku Barat Daya. Meskipun pangsa kreditnya masih tergolong kecil, namun pertumbuhan kredit di dua daerah tersebut cukup tinggi seiring dengan meningkatnya akses kredit di daerah tersebut.

Tabel 10. Komposisi Kredit Rumah Tangga Tiap Dati II di Maluku

Baki DebetPertumbuhanPangsa(Rp Miliar) (% yoy) (%) KPR KKB Peralatan Multiguna Lainnya

Maluku Tengah 964.85 14.37 15.48 1,781 303 28 7,981 5,126 Maluku Tenggara 643.99 9.73 10.33 422 55 177 5,017 2,236 Maluku Tenggara Barat 578.02 11.31 9.27 1,284 26 8 2,995 2,281 Buru 252.00 15.72 4.04 152 8 14 1,793 1,210 Seram Bagian Barat 196.81 10.52 3.16 579 36 6 1,139 827 Seram Bagian Timur 178.77 5.59 2.87 578 43 - 322 1,175 Kepulauan Aru 212.29 5.44 3.41 128 3 1 656 1,545 Maluku Barat Daya 94.87 75.60 1.52 25 - 1 184 732 Buru Selatan 48.87 19.20 0.78 1 - - 74 511 Kota Ambon 3,009.84 16.11 48.28 1,550 5,731 701 21,558 8,992 Kota Tual 54.00 186.95 0.87 38 6 4 207 157 Maluku 6,234.32 14.97 100.00 6,538 6,211 940 41,926 24,792

Jumlah RekeningDaerah

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Kinerja KPR di Provinsi Maluku terpantau mengalami perbaikan pada triwulan III-2017. KPR di Provinsi Maluku tumbuh sebesar 15,85% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,44% (yoy). Peningkatan kinerja tersebut didorong oleh penguatan pada kinerja KPR & KPA untuk tipe kurang dari 21, yang mencatatkan pertumbuhan hingga 31,23% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 18,73% (yoy). KPR kategori tersebut juga mencatatkan kenaikan pangsa pada triwulan III-2017 menjadi 32,18% dan meningkat dibanding triwulan II-2017 dengan pangsa sebesar 30,89%. Pangsa KPR terbesar berada pada KPR & KPA tipe 21-70 dengan pangsa mencapai 41,44%. Namun kredit tipe tersebut mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II-2017 sebesar 15,48% (yoy), setelah pada triwulan lalu tumbuh sebesar 16,30% (yoy). Perbaikan kinerja kredit terutama dialami oleh KPR & KPA tipe di atas 70, dengan angka pertumbuhan mencapai 7,24% (yoy) pada triwulan laporan, meningkat dibandingkan triwulan I-2017 yang tumbuh terkontraksi sebesar -8,30% (yoy).

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

67

Page 91:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Namun untuk kredit kategori KP Ruko mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan setelah terkontraksi semakin dalam mencapai -12,87% (yoy). KP Ruko telah mencatatkan pertumbuhan yang terkontraksi dari awal 2016 dan belum menunjukkan perbaikan. Bahkan terjadi peningkatan NPL untuk KP Ruko pada triwulan III-2017 menjadi 6,07%, setelah pada triwulan sebelumnya mencatatkan angka NPL sebesar 4,66%. Tingkat NPL tersebut perlu diwaspadai karena telah melebihi batas aman yang ditetapkan perbankan sebesar 5%. Sedangkan untuk KPR & KPA lainnya, memiliki NPL yang membaik yaitu KPR & KPA tipe di bawah 21 NPL sebesar 0,38%, KPR & KPA tipe 21-70 dengan NPL 0,90%, dan KPR & KPA tipe di atas 70 dengan NPL 0,38%. Total NPL untuk KPR masih berada di dalam batas aman yang ditetapkan, yaitu 1,24% pada triwulan II-2017

Tabel 11. Pertumbuhan dan NPL

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Maluku

Tw I-2017 Tw II-2017 Tw I-2017 Tw II-2017 Tw I-2017 Tw II-2017KPR&KPA Tipe <21 30.89 32.18 18.73 31.23 0.62 0.38 KPR&KPA Tipe 21-70 41.64 41.44 16.30 15.48 1.34 0.90 KPR&KPA Tipe >70 15.25 15.34 (8.30) 7.24 1.40 0.49 KP Ruko 12.22 11.04 (8.97) (12.87) 4.66 6.07 KPR 100.00 100.00 8.84 14.44 1.53 1.24

Jenis KPRPangsa (%) Pertumbuhan (% yoy) % NPL

Tabel 12. Pertumbuhan dan NPL

Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) di Maluku

Tw I-2017 Tw II-2017 Tw I-2017 Tw II-2017 Tw I-2017 Tw II-2017Mobil 68.46 67.73 13.18 12.94 1.06 0.79

Motor 25.68 26.14 24.35 26.39 1.07 1.67

Kendaraan Lainnya 5.86 6.12 (15.69) 49.83 - 0.05

KKB 100.00 100.00 13.52 18.00 1.00 0.98

Jenis KKBPangsa (%) Pertumbuhan (% yoy) % NPL

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Kredit Kendaraan Bermotor

Kredit kendaraan bermotor (KKB) menunjukkan pertumbuhan yang menguat pada triwulan III-2017. Pertumbuhan KKB pada triwulan laporan mencapai 18,00% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2017 sebesar 13,52% (yoy). Kredit untuk pembelian mobil masih mendominasi dengan pangsa sebesar 67,73%. Namun pertumbuhan KKB untuk pembelian mobil sedikit mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan sebesar 12,94% (yoy), setelah pada triwulan II-2017 tumbuh sebesar 13,18% (yoy). Sedangkan KKB untuk pembelian motor mengalami penguatan kinerja setelah mencatatkan pertumbuhan sebesar 26,39% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 24,35% (yoy).

Risiko kredit KKB masih tergolong aman dengan posisi NPL yang rendah pada triwulan III-2017. Total NPL KKB sebesar 0,98% dan masih jauh berada di bawah batas aman yang ditetapkan perbankan sebesar 5%. NPL semua jenis KKB juga masih tergolong rendah, baik untuk pembelian mobil, motor, atau kendaraan lainnya masing-masing sebesar 0,79%, 1,67%, dan 0,05%.

Kredit Multiguna

Kredit multiguna memiliki porsi terbesar dalam kredit rumah tangga di Provinsi Maluku. Kredit multiguna pada triwulan III-2017 mencapai 55,06% dari total kredit di Provinsi Maluku, atau sebesar Rp3,34 triliun. Angka pangsa kredit multiguna tersebut sedikit mengalami penurunan dibanding triwulan lalu yang mencapai 55,55% dari total kredit Provinsi

68 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 92:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Maluku. Penurunan pangsa tersebut juga sejalan dengan penurunan pertumbuhan kredit multiguna pada triwulan laporan yaitu sebesar 14,02% (yoy), setelah pada triwulan II-2017 mampu tumbuh sebesar 15,92% (yoy). Penurunan pertumbuhan kredit multiguna juga turut dipengaruhi oleh bertambahnya ruang konsumsi masyarakat seiring dengan peningkatan pendapat sehingga masyarakat cenderung menggunakan pendapatannya sebagai sumber konsumsi.

Tabel 13. Pangsa Kredit Multiguna Berdasarkan Besar Pinjaman dan Jangka Waktu

< 1

tahu

n

1 - 3

tahu

n

3 - 4

tahu

n

4-5

tahu

n

> 5

tahu

n

Tota

l

< 1

tahu

n

1 - 3

tahu

n

3 - 4

tahu

n

4-5

tahu

n

> 5

tahu

n

Tota

l

<10 juta 0.08 0.09 0.05 0.12 0.87 1.21 1.92 1.81 0.40 0.81 1.38 6.32 10 - 50 juta 0.20 0.60 0.41 0.95 1.42 3.57 1.19 3.75 1.72 3.33 3.95 13.94 50 - 100 juta 0.10 1.15 1.92 5.58 20.02 28.77 0.15 2.19 3.34 8.93 27.55 42.16 100 - 500 juta 0.02 0.45 0.74 2.89 61.08 65.18 0.02 0.37 0.63 2.17 35.53 38.70 500 juta - 1 miliar - 0.07 0.02 0.28 1.50 1.87 - 0.02 0.01 0.04 0.25 0.33 > 1 miliar 0.04 0.26 0.05 0.61 2.22 3.17 0.00 0.01 0.00 0.04 0.09 0.15 Total 0.44 2.62 3.19 10.42 87.10 103.77 3.27 8.16 6.10 15.31 68.75 101.59

Besar PinjamanMultiguna

% Pangsa Berdasarkan Nominal % Pangsa Berdasarkan Rekening

Sumber: Laporan Bank Umum Triwulan III-2017, diolah

Kredit multiguna pada triwulan III-2017 masih didominasi oleh kredit dengan nominal Rp100-500 Juta dengan pangsa secara nominal sebesar 61,26% dan cicilan lebih dari 5 tahun sebesar 83,24%. Namun kredit dengan nominal Rp100-500 Juta merupakan kedua tertinggi untuk jumlah rekening dengan pangsa sebesar 36,61%. Jumlah rekening tertinggi berada pada kredit dengan nominal Rp50-100 Juta dengan pangsa mencapai 42,42%, meskipun secara nominal pangsanya hanya sebesar 29,20%.

Risiko kredit multiguna terpantau masih berada dalam posisi aman pada triwulan III-2017 dengan tingkat NPL sebesar 0,44%. Secara umum untuk seluruh besaran pinjaman multiguna berada dalam posisi aman, kecuali untuk kredit multiguna di bawah Rp10 Juta. NPL kredit multiguna dengan nominal di bawah Rp10 Juta terpantau mengalami peningkatan risiko kredit seiring dengan meningkatnya tingkat NPL yaitu sebesar 17,90%. Tingkat NPL yang sudah melebihi batas aman 5% terutama untuk jangka waktu pinjaman 3-4 tahun dengan NPL sebesar 5,30%, jangka waktu 4-5 tahun sebesar 17,34%, dan jangka waktu lebih dari 5 tahun sebesar 22,43%. Namun meskipun tingkat risiko meningkat, kredit multiguna di bawah Rp10 Juta memiliki pangsa tidak terlalu besar, hanya sebesar 1,12%. Sehingga ke depan, risiko kredit multiguna secara umum masih dapat dikelola sesuai dengan batas yang aman.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

69

Page 93:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Tabel 14. NPL Kredit Multiguna Berdasarkan Besar Pinjaman dan Jangka Waktu

< 1

tahu

n

1 - 3

tahu

n

3 - 4

tahu

n

4-5

tahu

n

> 5

tahu

n

Tota

l

<10 juta 2.21 9.15 2.46 21.44 27.61 17.90 10 - 50 juta 0.18 0.31 1.50 1.32 1.32 1.17 50 - 100 juta - 0.18 0.23 0.06 0.21 0.16 100 - 500 juta - - 0.03 0.59 0.17 0.17 500 juta - 1 miliar - - - - 4.75 2.07 > 1 miliar - - - - - - Total 0.00 0.01 0.01 0.06 0.47 0.44

Besar PinjamanMultiguna

% NPL

Sumber: Laporan Bank Umum Triwulan-III, diolah

4.2. Asesmen Sektor Korporasi

4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Korporasi atau badan usaha memiliki peran sebagai penerima dana dalam suatu sistem keuangan. Korporasi akan mencari dana dari institusi keuangan atau pemilik modal dan dana tersebut akan digunakan untuk melakukan kegiatan produksi. Hasil dari kegiatan produksi tersebut akan dikonsumsi oleh sektor rumah tangga. Semakin besar hubungan antara korporasi dengan sektor lainnya, maka semakin penting untuk memantau kondisi ketahanan badan usaha tersebut demi menjaga stabilitas keuangan daerah tersebut. Faktor tingkat permintaan, ketersediaan pasokan atau produksi, perkembangan harga bahan baku, jumlah tenaga kerja, merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketahanan sektor korporasi. Secara umum, tiga kategori badan usaha terbesar dalam perekonomian Provinsi Maluku (tanpa administrasi pemerintahan) adalah (i) pertanian dan perikanan, (ii) perdagangan besar dan eceran, dan (iii) konstruksi.

Grafik 78. Pangsa PDRB Maluku Atas Dasar Harga Berlaku Grafik 79. Komoditas Ekspor Asal Maluku Selama Triwulan III-2017

Sumber: BPS Provinsi Maluku, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 94:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 80. Produksi Ikan di Pelabuhan Perikanan Utama Maluku Grafik 81. Harga Ikan Cakalang dan Udang Beku Thailand

Sumber: PPN Ambon dan PPN Tual, diolah Sumber: Thai Union, diolah

Kategori usaha dengan pangsa terbesar di Provinsi Maluku adalah usaha perikanan dan merupakan penyumbang utama komoditas ekspor non-migas asal Provinsi Maluku. Subsektor perikanan termasuk ke dalam kategori pertanian dan perikanan, dan memiliki pangsa PDRB sebesar 54,96% pada tahun 2015. Produksi dari subsektor perikanan tersebut juga mendominasi ekspor non-migas dari Provinsi Maluku dengan pangsa sebesar 59,47%. Komoditas utama ekspor non-migas tersebut adalah udang beku (22,71%), ikan olahan (19,80%), mutiara (15,51%), dan ikan segar (1,44%).

Dari sisi produksi, hasil produksi perikanan Provinsi Maluku terpantau mengalami penurunan pertumbuhan meskipun dalam tren yang menguat. Produksi perikanan Maluku tercatat tumbuh sebesar 73,65% (yoy) pada triwulan III-2017, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu sebesar 237,46% (yoy). Namun demikian, produksi perikanan Maluku berada dalam tren yang menguat sejak awal 2016 pasca dicabutnya moratorium penangkapan ikan di akhir 2015. Hal ini merupakan kabar yang positif bagi perekonomian Maluku yang mengandalkan sektor perikanan bagi pendorong utama ekonomi. Ditambah dengan tren penguatan harga cakalang (skipjack tuna) dan udang beku sejak triwulan I-2016 diperkirakan mendorong kinerja subsektor perikanan lebih tinggi lagi. Selain itu, informasi dari kontak liaison Bank Indonesia untuk korporasi perikanan tangkap, kondisi bahan baku perikanan di perairan Maluku semakin melimpah sehingga mendukung produksi, khususnya perikanan tangkap. Namun cuaca yang kurang kondusif sejak pertengahan triwulan II-2017 menyulitkan para nelayan untuk melaut, terutama nelayan dengan kapasitas kapal yang kecil (di bawah 30 GT).

Sektor usaha terbesar kedua di Provinsi Maluku adalah sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor yang mengalami penguatan pertumbuhan pada triwulan III-2017. Penguatan kinerja sektor usaha perdagangan terlihat dari meningkatnya arus bongkar muat peti kemas di pelabuhan utama Kota Ambon pada triwulan laporan sebesar 56,19% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II-2017 yang tercatat tumbuh sebesar 27,63% (yoy). Penguatan tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat yang disebabkan oleh meningkatnya pendapatan dengan salah satu faktor

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

71

Page 95:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

pendukung adalah pembayaran gaji ke-13 kepada PNS, sehingga terjadi peningkatan barang yang masuk ke Ambon melalui pelabuhan utama tersebut. Khusus untuk proses bongkar, mencatatkan pertumbuhan yang menguat pada triwulan III-2017 sebesar 8,79% (yoy), meningkat signifikan setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh terkontraksi hingga -4,56% (yoy).

4.2.2. Kinerja Keuangan Korporasi

Perkembangan tahunan korporasi di Maluku pada triwulan III-2017 terpantau tumbuh terbatas. Perkembangan penjualan domestik korporasi pada kategori perdagangan besar dan eceran mengalami peningkatan, sejalan dengan penguatan pada konsumsi rumah tangga. Sesuai dengan hasil liaison Bank Indonesia dengan salah satu kontak korporasi di sektor perdagangan, penjualan domestik masih tumbuh positif meskipun tidak sekuat periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, meningkatnya penjualan juga sejalan dengan penguatan pada arus bongkar muat peti kemas di pelabuhan utama Kota Ambon pada triwulan III-2017. Begitu pula dengan arus bongkar muat kargo di Bandara Pattimura Ambon yang tumbuh positif sebesar 17,61% (yoy), lebih kuat dibandingkan triwulan lalu dengan pertumbuhan sebesar 16,63% (yoy).

Grafik 82. Perkembangan Penjualan Domestik Badan Usaha di Maluku dibanding Pertumbuhan PDRB

Grafik 83. Kondisi Keuangan dan Akses Kredit Badan Usaha di Maluku

Sumber: Liaison Bank Indonesia dan BPS, diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia, diolah

Kinerja keuangan korporasi sektor perikanan juga mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan signifikan pada penjualan domestik maupun luar negeri. Meningkatnya stok bahan baku yang tersedia dan tren penguatan pada harga komoditas ikan cakalang dan udang segar turut memberikan pengaruh positif bagi kinerja korporasi perikanan. Namun produksi terpantau tumbuh terbatas seiring dengan cuaca kurang kondusif yang melanda Maluku sejak pertengahan triwulan II-2017. Rata-rata korporasi sektor perikanan tangkap di Maluku menggunakan jasa nelayan-nelayan kecil untuk melakukan pengumpulan (produksi) ikan dan kemudian dikumpulkan oleh perusahaan tersebut untuk diekspor. Curah hujan tinggi menyulitkan para nelayan kecil tersebut untuk melaut sehingga produksi menurun pada triwulan III-2017.

72 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 96:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Di sisi lain, sektor usaha perhotelan cenderung mengalami penurunan kinerja seiring dengan sepinya kegiatan berskala nasional maupun internasional sepanjang triwulan III-2017. Sektor perhotelan di Maluku masih bergantung pada kegiatan Meetings, Inventions, Conference, and Event (MICE) untuk mempertahankan margin profit. Pagelaran-pagelaran besar seperti Festival Meti Kei, Festival Pesona Budaya Banda, dan Tour de Moluccas yang diselenggarakan di pertengahan 2017, dirasa belum memberikan dampak signifikan dibandingkan dampak event serupa yang diselenggarakan pada tahun 2016.

Kinerja keuangan korporasi secara keseluruhan pada triwulan III-2017 mengalami pertumbuhan yang terbatas. Perbaikan kinerja korporasi pada sektor utama di Provinsi Maluku masih belum solid sejalan dengan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia pada triwulan laporan. Penurunan produksi yang berdampak pada pelemahan ekspor perikanan turut menekan kinerja korporasi khususnya pada sektor perikanan. Namun kenaikan harga ikan segar mampu menahan margin korporasi sektor perikanan tangkap, di tengah kenaikan komponen biaya. Perusahaan juga mengakui bahwa akses kredit ke perbankan relatif tidak sebaik triwulan sebelumnya sehingga mendorong peningkatan likuiditas perusahaan dengan adanya pencairan pada modal kerja dan investasi.

4.2.3. Eksposur Korporasi Pada Perbankan

Kredit kepada korporasi di Provinsi Maluku terpantau masih terbatas. Korporasi hanya memegang 15,67% dari total kredit yang disalurkan di Provinsi Maluku. Kredit konsumsi pada sektor rumah tangga masih mendominasi dengan pangsa 57,16%, sedangkan kredit kepada sektor produktif lebih banyak disalurkan kepada debitur kategori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kredit korporasi pada triwulan II-2017 sebesar Rp1,66 triliun, lebih besar daripada penyaluran kredit korporasi triwulan sebelumnya sejumlah Rp1,44 triliun atau 14,14% dari total kredit Maluku. Kredit korporasi pada sektor perikanan memiliki pangsa terbesar yaitu 38,40% atau Rp639 miliar. Sedangkan sektor perdagangan besar dan eceran memiliki pangsa 22,04% atau Rp366,84 miliar, dan sektor konstruksi memiliki pangsa 4,98% atau Rp82,83 miliar.

Peningkatan pangsa kredit korporasi di atas sejalan dengan penguatan pertumbuhan penyaluran kredit korporasi pada triwulan II-2017. Pada triwulan II-2017, kredit korporasi tumbuh 27,17% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 14,48% (yoy). Pendorong utama pertumbuhan kredit korporasi pada triwulan laporan adalah sektor pertanian dan perikanan yang mampu tumbuh signifikan sebesar 40,73% (yoy), setelah tumbuh terkontraksi pada triwulan I-2017 sebesar -7,35% (yoy). Perbaikan produksi dan peningkatan harga jual mendorong peningkatan kredit sektor perikanan, terutama untuk kredit modal kerja.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

73

Page 97:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 84. Pangsa Kredit Korporasi (usaha non-UMKM) Terhadap Seluruh Penyaluran Kredit di Maluku

Grafik 85. Perkembangan Investasi Badan Usaha Maluku dibanding Pertumbuhan Kredit Korporasi

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha dan Laporan Bank Umum, diolah

Sementara itu, sektor perdangangan besar dan eceran terpantau tumbuh positif meskipun tidak sekuat triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2017, kredit sektor perdagangan tumbuh 5,75% (yoy), lebih lambat dibanding triwulan lalu dengan pertumbuhan sebesar 15,76% (yoy). Di sisi lain, kredit korporasi sektor konstruksi terpantau masih berada dalam tren yang melambat setelah pada triwulan II-2017 mencatatkan realisasi pertumbuhan yang terkontraksi hingga -54,97% (yoy), atau terkontraksi semakin dalam dibanding triwulan lalu yang terkontraksi hingga -45,21% (yoy). Tingginya persepsi risiko kredit pada sektor konstruksi menahan insentif untuk perbankan dalam melakukan ekspansi kredit pada sektor konstruksi, sejalan dengan menurunnya realisasi semen pada triwulan laporan dan rendahnya demand investasi pada sektor usaha tersebut.

Dilihat dari kualitasnya, kredit korporasi di Maluku sedikit mengalami penurunan risiko. Persentase NPL kredit korporasi terpantau mengalami penurunan menjadi 0,56%, sedikit menurun dibanding triwulan lalu yang sebesar 0,58%. Seluruh sektor utama di Maluku mengalami penurunan risiko , terutama sektor perdagangan besar dan eceran yang pada triwulan laporan memiliki NPL 1,21%, sedangkan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 1,34%.

74 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 98:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 86. Pertumbuhan Tahunan (yoy) Kredit Korporasi Sektor Utama di Maluku

Grafik 87. Perkembangan Non-Performing Loan (NPL) Kredit Korporasi Sektor Utama di Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

4.3. Asesmen Institusi Keuangan (Perbankan)

4.3.1. Bank Umum

Tabel 15. Perkembangan Indikator Utama Bank Umum di Maluku

I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II IIIAset 15,692.81 15,561.47 16,506.90 14,744.90 16,589.26 17,136.36 16,315.24 15,469.41 16,278.04 18,008.54 18,011.32 18.77 9.34 9.28 14.18 5.71 10.12 (1.16) 4.91 (1.88) 5.09 10.40

DPK 10,794.15 11,494.92 12,054.47 12,059.47 12,425.43 12,600.73 11,962.36 11,512.50 11,801.01 12,687.90 12,739.21 16.75 15.84 14.80 15.87 15.11 9.62 (0.76) (4.54) (5.03) 0.69 6.49Giro 2,437.14 2,925.17 2,991.63 2,267.80 2,781.53 2,854.68 2,399.50 1,623.11 2,457.26 2,611.99 2,454.07 17.88 22.76 32.20 19.07 14.13 (2.41) (19.79) (28.43) (11.66) (8.50) 2.27Tabungan 4,715.30 4,781.10 5,077.46 6,282.69 5,857.88 5,800.85 5,709.08 6,430.79 5,713.10 6,026.62 6,140.83 3.84 4.96 2.01 13.87 24.23 21.33 12.44 2.36 (2.47) 3.89 7.56Deposito 3,641.70 3,788.66 3,985.38 3,508.97 3,786.02 3,945.20 3,853.79 3,458.60 3,630.65 4,049.29 4,144.31 38.11 26.91 22.25 17.52 3.96 4.13 (3.30) (1.44) (4.10) 2.64 7.54

Kredit (Lokasi Proyek) 8,167.97 8,532.77 8,732.39 8,731.84 8,878.19 9,289.95 9,413.87 9,968.60 10,199.69 10,621.35 11,099.57 7.76 9.99 9.78 7.91 8.70 8.87 7.80 14.16 14.88 14.33 17.91Modal Kerja 2,386.17 2,912.34 2,986.18 2,873.67 2,883.49 3,189.60 3,232.71 3,277.66 3,307.91 3,331.54 3,611.54 12.01 28.00 27.66 22.59 20.84 9.52 8.26 14.06 14.72 4.45 11.72Investasi 1,152.18 860.24 839.23 841.18 857.08 788.51 758.73 981.81 1,056.76 1,218.39 1,253.71 (7.99) (25.94) (29.79) (29.24) (25.61) (8.34) (9.59) 16.72 23.30 54.52 65.24Konsumsi 4,629.61 4,760.19 4,906.99 5,016.98 5,137.62 5,311.84 5,422.44 5,709.14 5,835.02 6,071.43 6,234.32 10.31 10.15 11.01 10.06 10.97 11.59 10.50 13.80 13.57 14.30 14.97

Kredit (Lokasi Bank) 7,127.14 7,507.02 7,648.12 7,707.51 7,707.51 8,268.64 8,360.60 8,519.66 8,601.11 9,014.03 9,189.53 8.16 10.51 10.23 8.99 8.14 10.15 9.32 10.54 11.59 9.01 9.91

LDR 66.03 65.31 63.45 63.91 62.03 65.62 69.89 74.00 72.88 71.04 72.14

% NPL (Gross) 2.72 2.10 1.91 1.63 1.76 1.60 1.66 1.45 1.50 1.46 1.41

Pertumbuhan (% yoy)Nominal (dalam Rp Miliar)2017 2015 20172016 2016Indikator 2015

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Aset

Aset bank umum di Provinsi Maluku tercatat mengalami pertumbuhan yang meningkat. Pada triwulan III-2017, aset bank umum Maluku tumbuh sebesar 10,40% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 5,09% (yoy). Penguatan tersebut dipengaruhi oleh membaiknya seluruh kelompok bank pada triwulan III-2017. Bank umum tumbuh 11,87% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh 9,72% (yoy). Bank swasta nasional juga tercatat mengalami peningkatan dengan pertumbuhan 6,08% (yoy), setelah pada triwulan sebelumya tumbuh sebesar 1,64% (yoy). Sementara itu, Bank Pemerintah Daerah juga mengalami perbaikan aset

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

75

Page 99:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

yaitu tumbuh sebesar 11,34% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang terkontraksi hingga 2,19% (yoy).

Grafik 88. Pertumbuhan Tahunan (yoy) Aset Bank umum di Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Penghimpunan DPK bank umum tercatat mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Penghimpunan DPK tercatat tumbuh sebesar 6,49% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 0,69% (yoy). Perbaikan terutama dialami pada giro, tabungan, dan deposito yang mencatatkan pertumbuhan positif pada triwulan laporan. Giro mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,27% (yoy), setelah triwulan sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan hingga sebesar -8,50% (yoy). Tabungan mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,56% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,89% (yoy). Sementara itu, deposito turut tumbuh menguat dengan realisasi pertumbuhan sebesar 7,54% (yoy), meningkat dari pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 2,64% (yoy).

76 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 100:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 89. Tren Pertumbuhan DPK Tahun Berjalan (ytd) Bank umum di Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Kredit

Kredit bank umum tercatat tumbuh terbatas pada triwulan III-2017, didorong oleh kredit investasi. Kredit investasi mencatatkan pertumbuhan 65,24% (yoy), meningkat dibanding triwulan lalu yang tumbuh 54,52% (yoy). Perbaikan kinerja korporasi dan realisasi rencana investasi pada sektor perikanan turut berkontribusi pada peningkatan kredit tersebut. Kredit modal kerja mencatatkan peningkatan pada triwulan III-2017 menjadi sebesar 11,72% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,45% (yoy). Di sisi lain, kredit konsumsi tercatat mengalami sedikit penguatan. Kredit konsumsi tumbuh 14,97% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 14,30% (yoy), seiring dengan penurunan suku bunga yang mendorong kredit sektor rumah tangga di tengah peningkatan penghasilan masyarakat.

Grafik 90. Tren Pertumbuhan Kredit Tahun Berjalan (ytd) Bank umum di Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

77

Page 101:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

LDR dan NPL

Tingkat intermediasi perbankan di Provinsi Maluku terpantau meningkat. DPK yang dihimpun perbankan pada triwulan III-2017 lebih rendah daripada realisasi kredit, sehingga Loan to Deposit (LDR) bank umum mengalami peningkatan. Pada triwulan sebelumnya, LDR tercatat 71,04%, menjadi 72,14% pada triwulan III-2017. Tingkat LDR tersebut masih lebih rendah dibandingkan batas optimal yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 80-92%. Hal ini menunjukkan bahwa ruang untuk melakukan ekspansi kredit masih terbuka lebar untuk dioptimalkan lebih lanjut.

Risiko kredit di Maluku terpantau mengalami sedikit pelonggaran. Tingkat risiko kredit / kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tercatat sebesar 1,41% pada triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dengan realisasi 1,46%. Tingkat NPL tersebut masih berada dalam batas aman untuk kredit bermasalah (NPL) yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 5%.

Profitabilitas (NIM dan BOPO)

Pada triwulan III-2017, rasio profitabilitas Bank Umum terpantau mengalami penurunan yang menekan efisiensi kinerja. Rasio Net Interest Margin (NIM) tercatat sebesar 8,85%, menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 9,19%. Sementara itu, kenaikan margin pendapatan juga mendorong efisiensi kinerja perbankan yang terpantau dari penurunan rasio BOPO menjadi 68,52%, setelah sebelumnya tercatat sebesar 69,50%. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan pendapatan operasional perbankan lebih rendah dibandingkan kenaikan biaya operasionalnya, sehingga kinerja perbankan belum efisien dibandingkan periode sebelumnya yaitu dengan biaya operasional yang meningkat sehingga menghasilkan laba yang menurun.

Grafik 91. Perkembangan Rasio Profitabilitas dan Efisiensi Bank Umum di Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

78 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 102:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.3.2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Tabel 16. Perkembangan Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Maluku

I II III IV I II III IV I II1. Aset 1,160 1,190 1,223 1,271 1,381 1,375 1,408 1,473 1,510 1,532 Growth (% yoy) 26.52 21.85 19.72 8.22 19.06 15.52 15.15 15.89 9.36 11.42

2. DPK 303 306 282 303 440 462 509 555 599 640 Growth (% yoy) 17.09 16.43 22.67 (7.82) 45.27 50.88 80.04 83.08 36.20 38.55 Giro - - - - - - - - Tabungan 66 81 73 74 78 90 94 99 105 110 Deposito 237 226 209 229 362 372 414 455 494 530 Grow th Tabungan (% yoy) 9.73 29.50 16.22 11.96 17.79 11.18 28.59 33.70 35.00 22.86 Grow th Deposito (% yoy) 19.33 12.37 25.10 (12.84) 52.93 65.08 98.09 99.15 36.46 42.33

3. Pasiva Antar Bank 709 754 805 820 792 786 748 756 725 722 Grow th (% yoy) 27.80 25.12 22.78 17.95 11.67 4.26 (7.20) (7.78) (8.43) (8.10) Porsi Terhadap Dana Terhimpun 70.08 71.12 74.04 73.01 64.29 62.98 59.51 57.68 54.76 53.02 4. Kredit Lokasi Proyek 991 1,047 1,085 1,110 1,111 1,200 1,232 1,274 1,332 1,386 Growth (% yoy) 22.21 22.09 20.89 17.43 12.04 14.67 13.54 14.82 19.92 15.50Kredit Modal Kerja 1.72 2.72 2.89 2.83 3.18 3.25 3.06 3.51 4.00 3.42Kredit Investasi 0.17 1.15 1.82 2.41 2.98 4.01 3.93 4.76 5.48 5.53Kredit Konsumsi 990 1,043 1,081 1,104 1,147 1,193 1,225 1,266 1,323 1,378

5. Kredit Lokasi Bank 991 1,047 1,085 1,110 1,111 1,200 1,232 1,274 1,332 1,386 Growth (% yoy) 22.21 22.09 20.89 17.43 12.04 14.67 13.54 14.82 19.92 15.50 Kredit UMKM 1.83 3.78 4.71 5.24 6.16 7.27 6.99 8.27 9.48 8.96 Pangsa Kredit UMKM (%) 0.18 0.36 0.43 0.47 0.55 0.61 0.57 0.65 0.71 0.65

6. NPL Lokasi Proyek 5.38 6.39 6.45 6.97 5.22 5.31 6.07 3.05 3.54 5.12% NPL 0.54 0.61 0.59 0.63 0.47 0.44 0.49 0.24 0.27 0.37

7. LDR (%) 327.47 341.81 384.25 366.33 252.55 259.78 242.32 229.76 222.37 216.56

201720162015Indikator (Rp Miliar, kecuali dinyatakan lain)

Sumber: Laporan Berkala BPR, diolah

Pada triwulan III-2017, BPR di Provinsi Maluku mencatakan pertumbuhan yang meningkat. Peningkatan DPK pada BPR mendorong penguatan kinerja BPR pada triwulan laporan. DPK tumbuh 38,55% (yoy), atau tumbuh meningkat dibanding triwulan II-2017 sebesar 36,20% (yoy). Selain itu, aset BPR pada triwulan laporan mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,42% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,36% (yoy). Di sisi lain, kredit BPR di Maluku mengalami penurunan kinerja dengan realisasi pertumbuhan sebesar 15,50% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan I-2017 yang mencapai 19,92% (yoy). Namun, kualitas kredit terpantau meningkat menjadi 0,37%, lebih tinggi dari NPL triwulan lalu yang tercatat sebesar 0,27%. Sementara itu, pasiva antar bank di triwulan II-2017 mencapai 53,02%, atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut berdampak pada tekanan likuiditas yang turun pula, sehingga tercermin dari tingkat LDR yang mencapai 216,56%. LDR tersebut membaik dibandingkan triwulan sebelumnya karena nominal pasiva antar BPR terpantau mengalami konstraksi hingga -8,43% (yoy) pada triwulan II-2017.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

79

Page 103:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.3.3. Perkembangan Perbankan Syariah

Aset perbankan umum syariah di Provinsi Maluku mengalami penurunan pada triwulan III-2017. Aset bank umum syariah mengalami kontraksi pertumbuhan hingga mencapai -21,34% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 6,26% (yoy). Posisi aset bank umum syariah tercatat sebesar Rp370,02 miliar pada triwulan III-2017. Selain itu, pangsa aset perbankan syariah juga mengalami penurunan, yaitu sebesar 2,05% dari total aset perbankan di Maluku. Posisi aset tersebut lebih rendah dibandingkan posisi triwulan lalu sebesar 2,74%.

Grafik 92. Perkembangan Aset Perbankan Syariah di Maluku Grafik 93. Pangsa Perbankan Syariah dan Konvensional di Provinsi Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Namun di sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum syariah, terpantau mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan III-2017, DPK perbankan syariah di Provinsi Maluku tumbuh 6,86% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu sebesar 4,97% (yoy). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya deposito, dari Rp89,58 miliar menjadi Rp104,60 miliar, dan giro, dari Rp39,74 miliar menjadi Rp43,11 miliar.

80 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 104:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 94. Perkembangan Penghimpunan DPK Perbankan Syariah Grafik 95. Perkembangan Penyaluran Pembiayaan Perbankan Syariah

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Dari sisi penyaluran pembiayaan, perbankan syariah mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan III-2017, perbankan syariah menyalurkan Rp328,37 miliar, atau tumbuh sebesar 1,78% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang terkontrasi sebesar -1,54% (yoy). Diharapkan perkembangan perbankan syariah di Provinsi Maluku diharapkan dapat tumbuh lebih baik. Mulai beroperasinya Bank Umum Syariah baru di Kota Ambon diharapkan dapat memberikan alternatif pilihan produk syariah kepada masyarakat. Selain itu, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) mulai bergerak secara aktif untuk mengedukasi masyarakat tentang produk-produk perbankan syariah sehingga ke depan perbankan syariah diperkirakan dapat tumbuh lebih cepat dan dapat diterima oleh masyarakat Maluku sebagai salah satu alternatif untuk mendapatkan akses ke lembaga keuangan.

4.4. Akses Keuangan

4.4.1. Akses Keuangan Pada UMKM

Kredit UMKM di Maluku mengalami penurunan kinerja sekaligus terjadi peningkatan pada NPL kredit UMKM tersebut. Kredit UMKM di Maluku tumbuh 8,10% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu sebesar 17,80% (yoy). Kredit yang disalurkan kepada UMKM pada triwulan III-2017 sebesar Rp2,89 triliun atau sebesar 32,01% dari total penyaluran kredit di Maluku. Penurunan kinerja tersebut dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan kredit beberapa sektor utama di Maluku, seperti perikanan yang semula tumbuh 214,84% (yoy), menjadi 45,70% (yoy), sedangkan konstruksi semula tumbuh 29,61% (yoy) menjadi 8,65% (yoy). Namun di sisi lain, kredit UMKM pada sektor perdagangan besar dan eceran relatif tumbuh stabil dengan tumbuh 4,47% (yoy). Sementara itu, kualitas kredit UMKM terpantau sedikit meningkat setelah mencatatkan tingkat NPL 3,77%, setelah sebelumnya tercatat 3,60%.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

81

Page 105:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Grafik 96. Perkembangan Kredit UMKM di Maluku Grafik 97. Perkembangan NPL Kredit UMKM di Maluku

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

4.4.2. Akses Keuangan Penduduk

Akses keuangan di masyarakat Maluku terpantau mengalami peningkatan, baik dari sisi kredit maupun DPK. Rasio kepemilikian rekening DPK meningkat menjadi 76,78%, lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu sebesar 70,46%. Begitu pula dengan rasio jumlah rekening kredit dibandingkan jumlah penduduk yang mengalami peningkatan rasio, semula 7,40% menjadi 7,44%. Rasio penyaluran dana maupun kredit bank umum berada dalam tren yang menguat. Hal ini mengindikasikan bahwa akses keuangan semakin luas diberikan kepada masyarakat, namun masih dapat dioptimalkan lagi sehingga pelayanan keuangan dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Maluku.

Grafik 98. Rasio Rekening Dana Pihak Ketiga Perseorangan Bank Umum dibanding Jumlah Penduduk

Grafik 99. Rasio Rekening Kredit Perseorangan Bank Umum dibanding Jumlah Penduduk

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

82 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 106:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH,PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

83

Page 107:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

B AB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

BAB V. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

RUPIAH

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai dan Kegiatan Perkasan di Bank Indonesia

Perkembangan sistem pembayaran tunai sebagaimana ditunjukkan dari arus perputaran kas di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku sampai dengan akhir triwulan III-2017 menunjukan net inflow sebesar Rp29,88 miliar. Hal ini menunjukan bahwa jumlah uang tunai yang masuk lebih banyak dibanding jumlah uang tunai yang keluar dari Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku. Angka net inflow tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mengalami net ouflow sebanyak Rp87,00 miliar.

Tabel 17 Rekapitulasi Kegiatan Perkasan KPw BI Prov. MalukuKegiatan

(Rp Miliar) I II III IV I II III IV I II III

Inflow 884.14 285.93 478.29 141.15 882.71 354.26 609.36 227.65 667.83 251.14 452.13

Outflow (195.84) (586.59) (931.99) (1408.45) (138.31) (916.24) (696.36) (1243.30) (155.49) (948.16) (422.25)

Net Inflow (Outflow ) 688.30 (300.66) (453.70) (1267.29) 744.40 (561.97) (87.00) (1015.65) 512.34 (697.03) 29.88

Penukaran Melalui Kas Keliling 10.02 10.48 11.36 12.86 10.39 21.41 12.14 14.65 12.18 15.92 13.38

Remise (Pengiriman Uang) 66.25 171.81 526.68 1434.50 51.40 716.09 24.42 1714.35 39.39 0.00 311.81

Inflow /Hari 14.74 4.33 7.60 2.24 14.71 5.63 11.60 3.75 11.13 4.10 7.54

Outflow /Hari 3.26 8.89 14.81 22.36 2.31 14.30 12.75 20.52 2.59 15.70 7.04

Setoran/Hari 14.37 4.73 8.22 2.02 14.53 5.25 11.36 3.45 10.88 3.76 7.29

Penarikan/Hari 2.90 9.77 16.22 22.14 2.12 13.92 12.52 20.22 2.34 15.35 6.79

Penukaran/Hari 0.25 0.02 0.05 0.02 0.02 0.06 0.02 0.07 0.07 0.13 0.06

20162015 2017

Sumber: Bank Indonesia, diolah

4.

5.

6.

6.3.

Arus uang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku secara tahunan tercatat mengalami kontraksi. Penerimaan setoran uang kartal mengalami kontraksi sebesar 25,80% (yoy) pada triwulan III-2017, lebih rendah sebesar 3,31% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 29,11% (yoy). Di sisi lain, arus uang kartal yang keluar dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku tercatat mengalami kontraksi tahunan, yaitu sebesar 39,36% (yoy), berlawanan dengan triwulan sebelumnya yang

84 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 108:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

tumbuh 3,48% (yoy). Kontraksi arus uang kartal keluar tersebut sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan III-2017.

Grafik 100. Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov. MalukuGrafik 101. Pertumbuhan Uang Kartal KPw BI Prov. Maluku

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.1.1. Perkembangan Pemusnahan Uang

Salah satu kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku adalah menjaga kualitas uang kartal yang beredar dalam kondisi layak edar, melalui kegiatan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Sesuai dengan kebijakan clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku memprioritaskan penerimaan UTLE dari perbankan.

Grafik 102. Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Sumber: Bank Indonesia, (diolah)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

85

Page 109:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

B AB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Pemusnahan UTLE yang dilakukan selama triwulan III-2017 mencapai Rp392,84 miliar atau sebanyak 86,89% dari jumlah inflow. Secara tahunan, pemusnahan UTLE pada triwulan III-2017 tumbuh 16,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -100% (yoy). Nilai -100% disebabkan karena proses pemusnahan dilakukan di KPw Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

5.1.2. Kegiatan Kas Keliling Bank Indonesia dan Kegiatan Lainnya

Kegiatan kas keliling pada triwulan III-2017 tencatat sebanyak 19 kali. Kegiatan kas keliling merupakan upaya Bank Indonesia untuk menarik UTLE dan mengedarkan ULE kepada masyarakat di luar pulau Ambon, disamping itu kondisi geografis Maluku yang terdiri dari kepulauan dan didominasi oleh wilayah perairan menjadi tantangan tersendiri bagi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku dalam menajaga kualitas uang beredar, selain menerapkan clean money policy, kegiatan kas keliling juga bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan uang pecahan kecil tanpa harus datang ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku.

Pada triwulan laporan ini, Bank Indonesia melaukan kas keliling di dalam Kota Ambon sebanyak 11 kali dan diluar kota sebanyak 8 kali. Salah satu diantara kas keliling luar kota yang dilaksanakan tersebut adalah Kas Keliling ke desa Tehoru Kab. Maluku Tengah, desa Tehoru merupakan daerah kas keliling yang baru dijangkau oleh Tim Kas Keliling Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku, dengan dilakukannya kas keliling di desa Tehoru diharapkan masyarakat di desa tersebut mampu mengenal ciri keaslian rupiah khususnya uang TE 2016 serta keberadaan Bank Indonesia dapat dipahami oleh masyarakat desa Tehoru. Di dalam kota Ambon, Bank Indonesia secara rutin melakukan kegiatan kas keliling yang berlokasi di depan Ambon Plaza setiap hari kamis untuk memudahkan masyarakat untuk menukarkan uang lusuh/ tidak layak edar dengan uang layak edar, serta memudahkan masyarakat untuk mendapatkan uang pecahan kecil yang layak edar.

86 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 110:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Grafik 103. Kegiatan Kas Keliling Triwulan III-2017

Pada triwulan laporan ini, Bank Indonesia melakukan kas keliling di dalam Kota Ambon sebanyak 11 kali dan diluar kota sebanyak 8 kali. Salah satu diantara kas keliling luar kota yang dilaksanakan tersebut adalah Kas Keliling ke desa Tehoru Kab. Maluku Tengah, desa Tehoru merupakan daerah kas keliling yang baru dijangkau oleh Tim Kas Keliling Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku, dengan dilakukannya kas keliling di desa Tehoru diharapkan masyarakat di desa tersebut mampu mengenal ciri keaslian rupiah khususnya uang TE 2016 serta keberadaan Bank Indonesia dapat dipahami oleh masyarakat desa Tehoru. Di dalam kota Ambon, Bank Indonesia secara rutin melakukan kegiatan kas keliling yang berlokasi di depan Ambon Plaza setiap hari kamis untuk memudahkan masyarakat untuk menukarkan uang lusuh/ tidak layak edar dengan uang layak edar, serta memudahkan masyarakat untuk mendapatkan uang pecahan kecil yang layak edar.

Ke depan, jaringan distribusi uang kartal Provinsi Maluku akan diperkuat dengan pembukaan 2 kas titipan baru. Rencananya Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku akan membuka layanan kas titipan di Namlea Kabupaten Buru dan kas titipan di Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Hal ini dilakukan agar dapat memperkuat layanan distribusi uang ke Kota/Kabupaten yang sulit dijangkau.

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Non-Tunai

Pertumbuhan tahunan kliring di Provinsi Maluku pada triwulan III-2017 kembali berada dalam tren penurunan. Transaksi kliring di Provinsi Maluku pada triwulan III-2017 mencapai Rp1,42 triliun, yang terdiri dari 73,35% kliring debit dan 25,86% kliring kredit. Transaksi tersebut berasal dari 20,74 ribu lembar warkat kliring yang terdiri dari 68,45% warkat debit dan 31,55% warkat kredit. Secara nominal perputaran kliring

di Provinsi Maluku terkontraksi sebesar 23,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 35,76% (yoy). Sejalan dengan kondisi nominal tersebut, secara volume perputaran kliring pada triwulan III-2017 mengalami kontraksi 42,95% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 20,16% (yoy). Penurunan transaksi kliring tersebut sejalan dengan kontraksi pertumbuhan konsumsi LNPRT dan konsumsi pemerintah disisi permintaan, serta melambatnya pertumbuhan sektor ekonomi utama di Maluku pada triwulan III-2017 yaitu kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.

Grafik 104. Perputaran Kliring di Provinsi MalukuSumber: Bank Indonesia, (diolah)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

87

Page 111:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

B AB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARANDAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

88 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 112:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

BAB VI. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan

Pengangguran Maluku pada Agustus 2017 tercatat mengalami peningkatan. Jumlah pengangguran Provinsi Maluku per Agustus 2017 mencapai 65.735 orang atau sebesar 9,29% dibanding total angkatan kerja yang sebanyak 769.108 orang. Tingkat pengangguran tersebut mengalami peningkatan dibanding tingkat pengangguran per Februari 2017, yang hanya sebesar 7,77% dari total angkatan kerja. Hal ini didorong oleh penyerapan tenaga kerja yang lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan angkatan kerja periode Agustus 2017. Angkatan kerja mengalami pertumbuhan negatif 4,76% (yoy) Penurunan angkatan kerja tersebut juga terkonfirmasi oleh pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang negatif, sebesar 7,05% (yoy). Penyerapan tenaga kerja yang lebih rendah tersebut berakibat pada peningkatan jumlah pengangguran secara tahunan sebesar 13.372 orang atau 25,54% (yoy).

Grafik 105. Tingkat Pengangguran Provinsi MalukuSumber : BPS Provinsi Maluku; diolah

Pertumbuhan Setengah Penganggur (Pekerja tidak penuh dengan jam kerja di bawah 35 jam dalam satu minggu) pada Agustus 2017 lebih tinggi dari pertumbuhan serapan tenaga kerja. Setengah penganggur pada Agustus 2017 tercatat sebesar 79.197 orang atau 12,33% dari seluruh penduduk bekerja. Angka tersebut meningkat sebesar 3.604 orang dari Agustus 2016 atau tumbuh sebesar 4,77% (yoy). Pertumbuhan penduduk Setengah Penganggur tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan serapan tenaga kerja dalam setahun terakhir yang justru mengalami penurunan sebanyak 48.725 orang atau tumbuh negatif sebesar 7,05% (yoy). Dengan demikian, terdapat indikasi pergeseran yang cukup besar dari Penduduk Bekerja Penuh menjadi Setengah Penganggur selama setahun terakhir.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

89

Page 113:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Penyerapan tenaga kerja Agustus 2017 hanya didorong oleh sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi, sedangkan sektor lainnya mengalami pertumbuhan tenaga kerja yang negatif. Tenaga kerja sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi mengalami pertumbuhan 10,99% (yoy). Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan, industri, perdagangan dan akomodasi, serta jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan mengalami pertumbuhan negatif, masing-masing sebesar 10,90% (yoy), 9,32% (yoy), dan 3,13% (yoy). Pertumbuhan tenaga kerja pada sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi berhasil mendorong peningkatan pada pangsa tenaga kerja sektor tersebut dari 12,90% pada Agustus 2016 menjadi 15,40% pada Agustus 2017, sebaliknya pertumbuhan tahunan negatif pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan yang cukup besar, berkontribusi terhadap penurunan pangsa tenaga kerja sektor industri dari 39,13% menjadi 37,51%.

Grafik 106. Tenaga kerja Berdasarkan Sektor Grafik 107. Ketenagakerjaan dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha

Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber : Bank Indonesia; diolah

Dinamika struktur ketenagakerjaan Provinsi Maluku menurun seiring dengan perlambatan pertumbuhan perekonomian teraktual. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 4,50% (yoy) pada triwulan III-2017. Hal ini bertolak belakang dengan jumlah tenaga kerja pada sektor tersebut yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 10,90% (yoy).

Penyerapan tenaga kerja Provinsi Maluku ke depan diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan adanya indikasi tren peningkatan penyerapan tenaga kerja, terutama dari Industri Pertanian, Pengolahan, Bangunan/Konstruksi, Pengangkutan dan Komunikasi serta Industri Perdagangan, Hotel dan Restauran. Industri Pertanian memang diperkirakan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja, karena kegiatan pertanian cenderung mengalami peningkatan hingga saat ini akibat dari curah hujan Maluku yang sudah mengalami penurunan. Selain itu, Industri Pembangunan/Konstruksi juga sedang menggeliat di Maluku, hal ini terlihat dari beberapa proyek besar yang sedang dilaksanakan di Maluku, seperti pembangunan gedung rumah sakit dan gedung hotel. Industri lainnya seperti Industro Pengangkutan dan

90 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 114:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Komunikasi pun sedang menggeliat di Ambon, hal ini terbukti dari sudah mulai masuk jasa transportasi online di Maluku, terutama di Kota Ambon.

6.2. Perkembangan Kesejahteraan Daerah

Grafik 108. Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan

Grafik 109. Nilai Tukar Petani Per Sub-sektor

Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah

Dari sisi pendapatan masyarakat, Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami peningkatan dari Triwulan II-2017. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku pada Triwulan III-2017 tercatat sebesar 101,33 atau naik 0,26% dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini diakibatkan oleh peningkatan Indeks Terima yang meningkat menjadi 131,07 dari triwulan sebelumnya yang sebesar 130,85, atau meningkat 0,17%. Namun beberda pengingkatan ini tidak terjadi pada Indeks Bayar yang justru mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Namun, secara yoy, NTP masih mengalami penurunan 0,19%.

Peningkatan NTP secara triwulanan hampir terjadi pada seluruh subsektor, yaitu Tabama, Hortikultura, dan Peternakan. NTP Tabama, Hortikultura, dan Peternakan pada triwulan III-2017 tercatat mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 2,45% (qtq), 1,64% (qtq), dan 1,57% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada sektor Tabama dan Hortikultura, kenaikan NTP didukung oleh meningkatnya volume produksi akibat mulai turunnya curah hujan, terutama di Kota Ambon. Namun di sisi lain, NTP sektor Perkebunan dan Perikanan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,72% (qtq) dan 1,65% (qtq) terhadap triwulan II-2017. Penurunan nilai NTP ini didorong oleh menurunnya volume produksi ikan tangkap, terutama di Kota Tual.

Sektor Perkebunan dan Perikanan mencatat nilai NTP negatif. Namun untuk sektor Perkebunan, NTP masih berada di bawah angka 100. Hal ini menunjukan bahwa nilai yang diterima oleh petani sektor Perkebunan lebih kecil dari pada nilai yang dibayarkan. Kondisi ini menggambarkan bahwa upah yang diterima oleh petani pada sektor Perkebunan cenderung lebih kecil dari pada biaya yang harus dikeluarkan poleh petani tersebut dalam

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

91

Page 115:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

kegiatan produksi/penanaman. Pada sektor perikanan pun mengalami penurunan angka NTP, namun masih berada di atas angka 100. Hal ini menunjukan bahwa upay yang diterima nelayan masih lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk kegiatan produksi/penangkapan ikan. Penurunan ini angka ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu penurunan volume ikan tangkap di Kota Tual. Namun berbeda di Kota Ambon, penurunan NTP disebabkan akibat menurunnya harga ikan segar yang dijual di Kota Ambon.

Grafik 110. Tingkat Kemiskinan Provinsi MalukuSumber : BPS Provinsi Maluku; diolah

Grafik 111. Jumlah Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Grafik 112. Indeks Harga Konsumen dan Garis Kemiskinan

Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku; diolah

Dari sisi kemiskinan, perkembangan kesejahteraan penduduk Provinsi Maluku tercatat mengalami peningkatan. Peningkatan kesejahteraan tersebut terlihat dari berkurangnya jumlah penduduk miskin yang terdapat di Provinsi Maluku. Meski jumlah penduduk miskin sempat meningkat menjadi 331.790 orang pada bulan September 2016, namun pada bulan Maret jumlah penduduk miskin Provinsi Maluku turun menjadi 320.510 orang, atau turun 3,40%. Penurunan penduduk miskin terbesar terjadi di desa, yaitu sebesar 8.280 orang. Hal ini searah dengan peningkatan NTP yang terjadi di Provinsi Maluku. Selain itu, meningkatnya harga semakin mendukung peningkatan NTP dan pengurangan penduduk miskin di desa, karena komoditas yang terjual oleh petani (yang banyak terdapat di desa) mengalami peningkatan harga yang berpotensi pada peningkatan pendapatan penduduk desa.

Peningkatan kesejahteraan Provinsi Maluku semakin jelas terlihat, karena di saat yang bersamaan angka garis kemiskinan mengalami peningkatan dari Rp 424.656/kapita/bulan pada bulan September 2016 menjadi Rp 436.865/kapita/bulan, atau meningkat 2,88%. Hal ini menunjukan bahwa memang, secara pendapatan perkapita perbulan, terjadi peningkatan pendapatan pada penduduk Provinsi Maluku, terutama penduduk di desa.

92 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 116:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Namun demikian, potensi peningkatan penduduk miskin masih ada. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi (PDRB) Provinsi Maluku yang terus mengalami tren penurunan. Namun demikian, ekspektasi peningkatan serapan tenaga kerja hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha dapat menjadi ekspektasi positif dalam penurunan jumlah penduduk miskin di Provinsi Maluku.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

93

Page 117:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

94 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 118:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

BAB VII. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH6.

7.

7.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan I-2018 diperkirakan tumbuh stabil dalam rentang 5,6% - 6,0% (yoy). Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2018 didorong oleh membaiknya kinerja Kategori Pertanian dan Perikanan. Sub-Kategori Perikanan di Provinsi Maluku diperkirakan membaik namun dengan level yang terbatas. Membaiknya Sub-Kategori Perikanan didorong oleh kondisi cuaca yang membaik. Selain itu, harga udang internasional diperkirakan stabil dan harga tuna internasional diperkirakan meningkat pada 2017 (berdasarkan analisis Food and Agriculture Organization – FAO). Pertumbuhan ekonomi di awal 2018 juga akan cukup terdorong dari Kategori Perdagangan Besar dan Eceran seiring adanya arus barang masuk yang meningkat di awal tahun. Hal tersebut juga tercermin dari ekspektasi kegiatan usaha korporasi dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha yang cenderung meningkat pada akhir tahun 2017 sehingga akan berdampak pada meningkatnya investasi di awal 2018.

Sementara itu, perlambatan kinerja lapangan usaha Konstruksi berpotensi membatasi pertumbuhan Maluku di awal 2017. Perlambatan lapangan usaha konstruksi dipengaruhi oleh kemampuan fiskal pemerintah daerah yang diperkirakan melemah di awal tahun 2018. Hal ini dipicu karena pada umumnya pembangunan proyek-proyek infrsastruktur pemerintah baru memasuki tahap konstruksi setelah berakhirnya periode triwulan I. Meskipun demikian, proyek-proyek pembangunan infrsatruktur yang bersifat multi years diperkirakan akan terus berlanjut proses konstruksinya.

Grafik 113. Indeks Ekspektasi KonsumenSumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 114. Indeks Ekspektasi Kegiatan UsahaSumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha – Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

95

Page 119:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Dari sisi permintaan, stabilnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2018 lebih ditopang dari Komponen Konsumsi Rumah Tangga, berbeda dengan periode-periode sebelumnya yang ditopang oleh Konsumsi Pemerintah. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh meningkat pada triwulan I-2018 seiring dengan membaiknya optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Hal tersebut tercermin dalam Survei Konsumen Bank Indonesia dimana ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi 6 (enam) bulan ke depan terus membaik. Selain itu, Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan diselenggarakan di beberapa kabupaten/kota di Maluku akan cukup mendorong pertumbuhan ekonomi Maluku di triwulan I-2018.

Namun demikian, kinerja Konsumsi Pemerintah diperkirakan akan tumbuh melambat, sehingga tidak dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi seperti periode-periode sebelumnya, bahkan dapat menjadi penahan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2018. Hal tersebut disebabkan pertumbuhan anggaran pemerintah yang diperkirakan cukup terbatas mengingat kapasitas fiskal secara nasional yang masih terbatas

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Maluku untuk keseluruhan tahun 2018 diperkirakan dalam rentang 5,9% - 6,3% (yoy), sedikit meningkat dibanding keseluruhan tahun 2017 yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,7 – 6,1% (yoy). Pertumbuhan ekonomi diperkirakan didorong oleh terus membaiknya Sektor Perikanan seiring meningkatnya produksi dan ekspor perikanan. Investasi baru dalam sektor perikanan terpantau meningkat mulai akhir tahun 2016 dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga akhir 2018. Sementara itu, kinerja kategori perdagangan diperkirakan meningkat seiring dengan perbaikan tingkat keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi, secara relatif dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, semakin membaiknya kondisi korporasi diharapkan dapat menyediakan lebih banyak lapangan kerja. Oleh karena itu, kredit perbankan juga diperkirakan akan meningkat pada semester I-2017 seiring dengan membaiknya optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi.

7.2. Inflasi

Laju inflasi Provinsi Maluku untuk triwulan I-2018 diperkirakan mengalami sedikit peningkatan, berada pada rentang 3,0%-3,4% (yoy). Inflasi komponen volatile food menjadi pendorong utama meningkatnya inflasi pada triwulan I-2018. Peningkatan diperkirakan masih terjadi pada kelompok ikan segar, sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan. Tingginya permintaan terhadap kelompok bahan makanan tersebut akan memicu inflasi. Namun, perkiraan perbaikan cuaca akibat rendahnya curah hujan dapat membantu suplai ikan segar dan sayur-sayuran di pasar Maluku. Dari sisi komponen inflasi administered prices, trend kenaikan harga minyak dunia akan menodorong kenaikan harga bahan bakar minyak non-subsidi di Indonesia. Dampak lanjutan dari kondisi ini adalah peningkatan tarif transportasi, terutama angkutan udara yang tidak menggunakan BBM bersubsidi. Komponen inflasi inti (C) juga diprediksi akan mengalami sedikit peningkatan, terutama pada kelompok pendidikan.

96 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 120:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Subkelompok peralatan pendidikan akan mengalami peningkatan harga akibat periode awal semester genap tahun 2018.

Tekanan pada inflasi komponen inti pada triwulan I-2018 diperkirakan sedikit meningkat. Subkelompok pendidikan dan peralatan pendidikan diprediksi menjadi pemicu inflasi pada komponen ini. Triwulan I-2018 merupakan awal kegiatan belajar pada semester genap. Hal ini akan memicu peningkatan permintaan terhadap alat tulis dan peralatan sekolah lainnya. Kondisi ini juga memicu peningkatan permintaan pada subkelompok sandang anak-anak. Pada triwulan I-2018 inflasi komponen inti diprediksi pada rentang 2,7% - 3,1% (yoy). Prediksi ini lebih rendah dibandingkan dengan realisasi inflasi komponen inti pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,77% (yoy).

Tekanan pada inflasi komponen volatile food pada triwulan I-2018 diperkirakan meningkat. Peningkatan terutama terjadi pada kelompok bahan makanan akibat dampak lanjutan dari peningkatan permintaan ikan segar, sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan paska tahun baru. Cuaca yang diprediksi lebih baik akibat menurunnya curah hujan menjadi faktor penahan inflasi, sehingga suplai ikan segar dan sayur-sayuran terjaga. Penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan mengenai Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras belum dapat diimplementasikan secara optimal di Maluku, karena masih terdapat pedagang yang menjual beras di atas HET. Pengawasan dan penertiban perlu untuk dilakukan demi menjamin ketercapaian HET beras. Namun, potensi inflasi pada komponen ini dapat terjadi ketika hasil tangkapan ikan segar maupun hasil panen sayuran tidak dijual melalui pasar lokal Maluku, melainkan dijual ke luar Maluku. Inflasi Volatile Foods (VF) pada triwulan I-2018 diprediksi pada rentang 2,6% - 3,0% (yoy), atau lebih rendah daripada realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 4,78% (yoy). Proyeksi ini juga diperkuat dari menurunnya Indeks Ekpektasi Harga tiga bulan yang akan datang.

Grafik 115. Prakiraan Curah Hujan pada Januari 2017Sumber: BMKG

Grafik 116. Prakiraan Curah Hujan pada Februari 2017Sumber: BMKG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

97

Page 121:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Grafik 117. Prakiraan Curah Hujan pada Januari 2017Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 118. Prakiraan Curah Hujan pada Februari 2017Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Tekanan pada inflasi komponen administered prices pada triwulan I-2018 diperkirakan menurun. Seiring dengan berakhirnya hari Raya Natal dan Tahun baru dan periode liburan sekolah, maka permintaan terhadap tiket angkutan udara akan menurun. Namun di sisi lain, tren peningkatan harga minyak dunia akan terus berlanjut hingga tahun 2018. Peningkatan ini akan memicu kenaikan harga BBM non-subsidi yang akan berdampak pada kenaikan harga tiket angkutan udara.

Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan risiko-risiko inflasi, tingkat inflasi Maluku pada tahun 2018 secara kumulatif diprediksi akan berada pada kisaran 4,1% - 4,5%. Puncak inflasi diperkirakan akan berada pada bulan Mei dan Juni 2018 yang merupakan periode bulan Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, bulan Agustus sampai dengan Oktober juga diprediksi meningkat akibat siklus cuaca dengan curah hujan yang tinggi. Pada kedua periode tersebut, komponen inflasi volatile food diprediksi akan mengalami tekanan terbesar dibandingkan dengan komponen administered prices dan komponen inflasi inti. Tingginya permintaan dan keterbatasan stok ikan segar, sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan akan menjadi pendorong utama kenaikan harga pada kelompok bahan makanan. Komponen administered prices juga akan mengalami tekanan inflasi walaupun tidak sebesar komponen inflasi volatile food. Tekanan inflasi komponen administered prices akan meningkat pada bulan Mei hingga Juli akibat bulan Ramadhan dan hari libur sekolah serta November hingga Desember akibat hari Natal dan Tahun Baru. Pilkada Maluku 2018 juga menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan permintaan terhadap jasa transportasi udara. Subkelompok makanan jadi menjadi pendorong inflasi pada komponen inti menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya Natal.

98 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 122:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

99

Page 123:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

DAFTAR ISTILAHAdministered prices

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk barang/jasa yang harganya diatur oleh pemerintah, seperti harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah bersama DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Barang Modal (Capital)

Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi.

Bahan baku (Raw Material)

Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri.

BI Rate Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulannya. Sejak Agustus 2016 diubah menjadi BI 7 Days Reverse Repo Rate.

BI-RTGS Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana.

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Adalah simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka.

Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara, antar provinsi atau antar suatu wilayah tertentu.

Financing/ Loan to Deposit Ratio (FDR/ LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional.

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan tingkat ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang.

Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang.

Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Inflasi inti Salah satu disagregasi inflasi, yaitu Inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental. Dihitung berdasarkan inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices.

100 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

Page 124:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

Inflow Adalah uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu aktivitas produksi melalui peningkatan kapasitas atau teknologi

Kredit penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara pemberi pinjaman (kreditur) dengan penerima pinjaman (debitur) yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Konsumsi (Consumption)

Kategori barang-barang jadi yang digunakan langsung untuk konsumsi, baik habis pakai maupun tidak.

Liaison Kegiatan pengumpulan data/ statistik dan informasi yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dana rah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan.

Mtm Month to Month. Perbandingan antara data di bulan tertentu dengan data bulan sebelumnya.

Net Inflow Uang yang diedarkan inflow lebih besar dari outflow. Non Performing Financing/ Loan (NPF/ NPL)

Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap total penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional. Kriteria NPF atau NPL adalah: (1) Kurang lancar, (2) Diragukan, dan (3) Macet.

Outflow Adalah aliran keluar uang kartal dari Bank Indonesia.PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Mencerminkan agregat/ keseluruhan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu selama periode tertentu.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

Qtq Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “Meningkat” dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban “Menurun” dan mengabaikan jawaban “Sama”.

Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian antara saldo bersih suatu lapangan usaha/ sub kategori usaha dengan bobot lapangan usaha/ sub kategori usaha yang bersangkutan

Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu komoditas pangan yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Yoy Year on Year. Perbandingan antara data di periode tertentu dengan data periode yang sama tahun sebelumnya.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

101

Page 125:  · Web viewBAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB I PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN

102 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU NOVEMBER 2017KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU