Propinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · PUSAT DALAM RANGKA PENGEMBANGAN ... BAB VI PERKEMBANGAN...

138
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Kantor Bank Indonesia Palembang Triwulan IV - 2008

Transcript of Propinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · PUSAT DALAM RANGKA PENGEMBANGAN ... BAB VI PERKEMBANGAN...

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Propinsi Sumatera Selatan

Kantor Bank Indonesia Palembang

Triwulan IV - 2008

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008” dapat

dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa

indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran,

dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank

Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,

hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada

masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih

meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar

bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya

serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam

pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada

umumnya.

Palembang, Februari 2009

Ttd

Endoong Abdul Gani

Pemimpin

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

ii

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK ix

INDIKATOR EKONOMI xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 11

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan 11

SUPLEMEN 1 KONDISI USAHA DI TENGAH KRISIS: PERSPEKTIF PENGUSAHA 13

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan 17

1.3. Perkembangan PDRB Dari Sisi Penggunaan 25

1.4. Struktur Ekonomi 28

1.5. Perkembangan Ekspor Impor 29

1.5.1. Perkembangan Ekspor 29

1.5.2. Perkembangan Impor 32

SUPLEMEN 2 PENGARUH MELEMAHNYA HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP PDRB PERKEBUNAN SUMATERA BAGIAN SELATAN 34

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI KOTA PALEMBANG 42

2.1. Inflasi Tahunan 42

2.2. Upaya Tim Pengendali Inflasi Daerah 45

2.3. Inflasi Bulanan 47

2.4. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang 51

SUPLEMEN 3 PROYEKSI INFLASI PALEMBANG TAHUN 2009 55

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

iv

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 59

3.1. Kondisi Umum 59

3.2. Kelembagaan 60

3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) 61

3.3.1. Penghimpunan DPK 61

3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota 62

3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 63

3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral 63

3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan 64

3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten 65

3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) 67

3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan 68

3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan 68

3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman 69

3.5.3 Perkembangan Spread Suku Bunga 70

3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan 70

3.7. Kelonggaran Tarik 71

3.8. Resiko Likuiditas 72

3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah 72

Suplemen 4 RINGKASAN PENELITIAN PERATURAN DAERAH DAN PERATURAN PUSAT DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) UNGGULAN DAERAH PROPINSI SUMATERA SELATAN 74

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 79

4.1. Realisasi APBD Tahun 2008 79

4.2. APBD Tahun 2009 82

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 87

5.1. Perkembangan Kliring 87

5.2. Perkembangan Perkasan 89

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

v

5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau 91

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 93

6.1. Ketenagakerjaan 93

6.2. Pengangguran 95

6.3. Pendapatan per Kapita 97

6.4. Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Selatan 99

6.5. Nilai Tukar Petani 99

6.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 101

Suplemen 5 INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENINGKAT 103

BAB VII OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 113

7.1. Pertumbuhan Ekonomi 113

7.2. Inflasi 116

7.3. Perbankan 117

DAFTAR ISTILAH

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

vi

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Daftar Tabel

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 12

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 18

Tabel 1.3 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha) 24

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (%) 25

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (%) 27

Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007-2008 28

Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007-2008 29

Tabel 1.8 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD) 30

Tabel 1.9 Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (Juta USD) 30

Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional Januari 2003 – Desember 2008 45

Tabel 2.2 Pokok-pokok Upaya Pengendalian Inflasi yang dikoordinasikan melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah 46

Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 62

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun) 63

Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 66

Tabel 3.4 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta) 73

Tabel 4.1 Perbandingan Realisasi APBD Sumsel Tahun 2008/2007 (Rp Miliar) 79

Tabel 4.2 Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 80

Tabel 4.3 APBD Sumsel 2009 & Realisasi APBD Tahun 2008 (Rp Miliar) 83

Tabel 4.4 Realisasi APBD Sumsel 2008 & APBD Sumsel Tahun 2009 84

Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera Selatan 88

Daftar Tabel

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

viii

Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar) 89

Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) 91

Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi 93

Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 (persen) 96

Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 Atas Dasar

Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah) 98

Tabel 6.4 Jumlah Penduduk Miskin Sumsel Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007 99

Tabel 6.5 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-Ags 2008 100

Tabel 6.6 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani 101

Tabel 6.7 IPM 2005-2006 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan 102

Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008 114

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara 115

Tabel 7.3 Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian pada Triwulan I 2009 118

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Dengan Migas 11

Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel 16

Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Dengan Migas 17

Grafik 1.4 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Boom Baru Propinsi Sumatera Selatan 19

Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel 19

Grafik 1.6 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 20

Grafik 1.7 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 20

Grafik 1.8 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional 21

Grafik 1.9 Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional 21

Grafik 1.10 Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumatera Selatan (juta KWH) 21

Grafik 1.11 Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan 23

Grafik 1.12 Pertumbuhan Triwulanan Kinerja Sub Sektor Pertanian Triwulan IV 2008 (%) 23

Grafik 1.13 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 23

Grafik 1.14 Perkembangan Kegiatan Usaha 26

Grafik 1.15 Perkembangan Situasi Bisnis 27

Grafik 1.16 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan 28

Grafik 1.17 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 31

Grafik 1.18 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 31

Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan 31

Grafik 1.20 Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Sept-Nov 2008 32

Grafik 1.21 Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan 32

Grafik 1.22 Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan 32

Grafik 1.23 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal 33

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

x

Grafik 1.24 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Sept-Nov 2008 33

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Palembang 41

Grafik 2.2 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan IV 2008 42

Grafik 2.3 Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Internasional 43

Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang 44

Grafik 2.5 Perbandingan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional 45

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang 47

Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang per Kelompok Barang dan Jasa 48

Grafik 2.8 Inflasi Bulan desember 2008 (mtm) per Sub Kelompok pada Kelompok Bahan Makanan di Palembang 49

Grafik 2.9 Event Analysis Inflasi Kota Palembang Desember 2007 - Desember 2008 49

Grafik 2.10 Perbandingan Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Harga Konsumen 3 Bulan YAD 50

Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008 (persen) 50

Grafik 2.12 Pergerakan Harga Bulanan Sesuai SPH 51

Grafik 2.13 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 52

Grafik 2.14 Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 52

Grafik 2.15 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 53

Grafik 2.16 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram) 53

Grafik 2.17 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota Palembang (Sept 2007-Sept 2008) 54

Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan 59

Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan 60

Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan 61

Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Tw IV 2008 di Propinsi Sumatera Selatan 61

Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tw IV 2008 64

Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan 65

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

xi

Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tw IV 2008 65

Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Tw IV 2008 Berdasarkan Wilayah 66

Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan 67

Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit 68

Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Sumatera Selatan 68

Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan Sumatera Selatan 69

Grafik 3.13 Perkembangan Spread Suku Bunga Perbankan Sumatera Selatan 70

Grafik 3.14 Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan 70

Grafik 3.15 Komposisi NPL Menurut Sektor Ekonomi 71

Grafik 3.16 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan 71

Grafik 3.17 Perkembangan Resiko Likuiditas Perbankan Sumsel 72

Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan 82

Grafik 4.2 Rasio Sumber Pembiayaan Realisasi APBD Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan 82

Grafik 5.1 Perkembangan Triwulanan Perputaran Kliring Sumsel 87

Grafik 5.2 Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring Sumsel 88

Grafik 5.3 Perkembangan Jumlah Cek/Bilyet Giro Kosong Sumsel 88

Grafik 5.4 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2007-2008 90

Grafik 5.5 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh oleh KBI Palembang 90

Grafik 5.6 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan Tahun 2007-2008 92

Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008 94

Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung (Setengah Pengangguran) Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008 96

Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 97

Grafik 6.4 Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu 98

Grafik 6.5 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani 100

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan 113

Grafik 7.2 Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan 116

Daftar Grafik

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

xii

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionallay blank

Indikator Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

xiii

INDIKATOR EKONOMI

A. INFLASI DAN PDRB

TW IV TW I TW II TW III TW IV

170.24 175.54 112.66* 116.26* 115.92*

8.20 10.87 13.96* 14.19* 11.15*

14,115 14,059 14,356 15,231 14,434

2,697 2,693 2,880 3,340 2,654

3,411 3,368 3,385 3,419 3,444

2,530 2,504 2,514 2,621 2,498

69 69 70 71 70

1,083 1,068 1,083 1,124 1,138

1,958 1,949 1,998 2,118 2,038

682 682 690 738 776

562 585 589 606 607

1,122 1,141 1,147 1,193 1,208

7.01 8.17 4.97 5.23 2.26(2.48) (0.40) 2.12 6.09 (5.23)

Sept 07-Nov 07 Des 07-Feb 08 Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags 08 Sep 08-Nov 08

730.22 688.95 744.16 710.66 730.23

52.43 35.47 56.18 55.59 81.74

Volume ekspor nonmigas (ribu ton) 841.54 763.43 845.84 696.28 736.43

104.38 94.25 98.14 64.70 126.12

*) Tahun dasar 2007

2008

Pertumbuhan PDRB- Tahunan (yoy) %- Triwulanan (qtq) %

Nilai impor nonmigas (USD Juta)

Nilai ekspor nonmigas (USD Juta)

Volume impor nonmigas (ribu ton)

Ekspor Impor

INDIKATOR

- Bangunan

- Pertambangan & penggalian

- Industri pengolahan

- Listrik, gas dan air bersih

MAKROIndeks Harga Konsumen

Laju Inflasi

2007

- Keuangan, persewaan dan jasa

- Jasa

- Tahunan (yoy)

- Pengangkutan dan komunikasi

- Perdagangan, hotel dan restoran

PDRB - harga konstan (miliar Rp)

- Pertanian

Indikator Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

xiv

B. PERBANKAN

versi SEKDA2007Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*

Total PerbankanTotal Aset (Triliun Rp) 32.89 31.04 33.87 35.64 37.11

- - DPK (Triliun Rp) 24.14 23.20 24.77 26.54 28.84 - Tabungan 10.18 10.17 11.05 11.16 10.92 - Giro 4.76 4.49 5.15 5.31 5.14 - Deposito 9.20 8.54 8.57 10.07 12.78

- - Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 16.58 17.22 20.41 21.97 21.97 - Modal Kerja 8.05 7.72 9.59 10.24 9.79 - Investasi 3.27 3.64 4.30 4.57 4.83 - Konsumsi 5.26 5.86 6.52 7.15 7.35

- - Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Sektor ekonomi 16.58 17.22 20.41 21.97 21.97Pertanian 2.04 2.13 2.59 2.84 2.93 Pertambangan 0.03 0.04 0.29 0.27 0.34 Perindustrian 2.48 2.36 3.07 3.06 2.72 Perdagangan 3.69 3.77 4.42 4.90 4.92 Listrik, Gas dan Air 0.42 0.39 0.38 0.37 0.45 Konstruksi 1.19 1.18 1.42 1.57 1.56 Pengangkutan 0.25 0.25 0.27 0.26 0.27 Jasa Dunia Usaha 0.99 1.01 1.18 1.30 1.22 Jasa Sosial Masyarakat 0.22 0.23 0.27 0.23 0.22 Lain-lain 5.26 5.86 6.52 7.16 7.36

- - Kredit UMKM (Juta Rp) 10.61 11.33 12.95 14.30 14.48 - Modal Kerja 4.24 4.31 5.08 5.67 5.71 - Investasi 1.16 1.20 1.39 1.54 1.53 - Konsumsi 5.21 5.82 6.47 7.08 7.24

LDR 68.67% 74.23% 82.40% 82.76% 76.17%

NPL Gross 1.73% 1.94% 2.05% 1.77% 1.85%NPL Nett 0.42% 0.48% 0.77% 0.40% 0.75%NPL Kredit UMKM 2.39% 2.65% 2.74% 2.32% 2.15%

% Kelongaran Tarik 14.59% 14.21% 13.20% 14.46% 17.85%

*) Data Sekda s.d November 2008

INDIKATOR2008

Indikator Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

xv

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*BPR/BPRSTotal Aset (Triliun Rp) 0.34 0.39 0.39 0.41 0.40

DPK (Triliun Rp) 0.26 0.31 0.31 0.33 0.30 - Tabungan 0.09 0.11 0.11 0.12 0.11- Deposito 0.17 0.20 0.19 0.20 0.19

Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 0.21 0.22 0.26 0.28 0.29 - Modal Kerja 0.11 0.12 0.13 0.15 0.15- Investasi 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03- Konsumsi 0.08 0.08 0.09 0.10 0.11LDR 79.24% 71.66% 83.59% 86.72% 94.19%Nominal NPL (Triliun Rp) 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 NPL 8.06% 7.41% 7.34% 6.89% 6.25%

Perbankan SyariahTotal Aset (Triliun Rp) 0.80 0.84 0.92 1.03 1.09DPK (Triliun Rp) 0.52 0.54 0.55 0.59 0.61 - Tabungan 0.27 0.28 0.32 0.33 0.33 - Giro 0.04 0.05 0.05 0.05 0.05 - Deposito 0.21 0.21 0.18 0.22 0.23 Pembiayaan (Triliun Rp) 0.64 0.74 0.84 0.95 0.97

FDR 123.44% 137.42% 151.47% 159.82% 158.71%

*) Data LBU November 2008

INDIKATOR2007 2008

C. SISTEM PEMBAYARAN

2007Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

1. Perputaran Kliring:

a. Nominal (Rp juta) 5,674,793 6,043,615 6,820,688 7,256,214 5,837,900 b. Warkat (lembar) 178,616 184,740 193,385 200,315 155,642

2. Perputaran perharia. Nominal (Rp juta) 94,580 100,727 108,265 113,378 100,653 b. Warkat (lembar) 2,977 3,079 3,070 3,130 2,683

3. Penolakan cek/BGa. Nominal (Rp juta) 50,898 49,211 63,882 84,384 80,756 b. Warkat (lembar) 1,705 1,589 1,731 2,707 2,803 Jumlah hari 60 60 63 64 58

4. Penolakan cek/BG> Nominal (%) 0.90% 0.81% 0.94% 1.16% 1.38%> Warkat (%) 0.95% 0.86% 0.90% 1.35% 1.80%

5. Mutasi kas (juta rupiah)a. Aliran uang masuk/inflow 1,776,091 1,092,299 986,835 1,416,709 1,101,367 b. Aliran uang keluar/outflow 2,848,477 1,414,098 2,693,779 2,500,109 2,053,075

Net Flow: Inflow (Outflow) (1,072,387) (321,799) (1,706,945) (1,083,400) (951,708)

KETERANGAN 2008

Indikator Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

xvi

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Perekonomian Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 telah terpengaruh krisis finansial global melalui penurunan harga komoditas unggulan di pasar internasional. Pertumbuhan ekonomi melemah dan diperkirakan akan terus melemah pada triwulan berikutnya. Kinerja perbankan mencerminkan respon pelaku-pelaku ekonomi terhadap krisis dengan menghindari risiko dan mempertahankan suku bunga. Perkembangan sistem pembayaran juga menunjukkan indikasi penurunan aktivitas ekonomi secara signifikan. Kesejahteraan masyarakat mengalami tendensi penurunan melalui penurunan PDRB per kapita, nilai tukar petani yang mencapai defisit, dan perkembangan ketenagakerjaan yang tidak begitu baik bila faktor musiman diperhitungkan. Kendati demikian, tekanan inflasi yang menurun, baik dari sisi permintaan maupun penawaran, telah membantu mempertahankan daya beli masyarakat. Terlepas dari berbagai hambatan perekonomian yang sebagian besar merupakan faktor eksternal, kondisi perekonomian dan tingkat kestabilan harga di Sumatera Selatan pada triwulan I 2009 diperkirakan masih ditopang permintaan domestik yang tetap terjaga sebagai dampak dari penurunan harga BBM, penurunan BI rate, dan aktivitas pentas politik sehubungan dengan akan diselenggarakannya Pemilihan Umum Legislatif..

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN IV 2008

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

2

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 diperkirakan sebesar 2,26% (dengan migas) atau 2,80% (tanpa migas). Laju pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,23% (dengan migas), dan sebesar 6,10% (tanpa migas). Penyebab utama penurunan ini adalah harga komoditas dunia yang menurun dan menurunkan nilai ekspor komoditas unggulan Sumatera Selatan. Kontraksi pertumbuhan paling tinggi terjadi di sektor pertanian dan industri pengolahan masing-masing sebesar 1,60% (yoy) dan 1,25% (yoy). Hal ini konsisten dengan menurunnya harga produk-produk sektor tersebut yang anjlok di pasar komoditas internasional pada triwulan IV 2008. Di lain pihak, pertumbuhan masih dapat ditopang oleh sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 13,79%, sektor keuangan, persewaan, dan jasa keuangan sebesar 7,97%, serta sektor jasa-jasa sebesar 7,72%.

Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 (secara kumulatif) mengalami peningkatan sebesar 5,10% (yoy). Meskipun angka pertumbuhannya berada di atas 5%, namun tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kumulatif tahun 2007 yang tercatat sebesar 5,84% (yoy). Total PDRB Sumatera Selatan pada tahun 2008 tercatat sebesar Rp58,08 triliun.

Secara triwulanan (qtq), pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 5,23% (dengan migas) atau sebesar 6,85% (tanpa migas). Seperti terkonfirmasi oleh Survei Konsumen Palembang, pertumbuhan perekonomian saat ini disertai dengan menurunnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Selain itu, kontraksi tersebut juga terpengaruh oleh faktor siklikal yang biasa terjadi pada triwulan IV.

Kinerja ekonomi sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh paling tinggi yakni sebesar 5,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Relatif baiknya sektor ini terutama didorong oleh peningkatan sub sektor telekomunikasi yang tumbuh mencapai 6,53% (qtq) dan sub sektor pengangkutan tercatat tumbuh sebesar

Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 diperkirakan sebesar 2,26% (dengan migas) atau 2,80% (tanpa migas).

Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) dari sisi penggunaan didominasi oleh konsumsi dan investasi.

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

3

4,25% (qtq). Hal ini didorong oleh: (1) terjadinya lonjakan permintaan jasa telekomunikasi ditengah bertambahnya operator seluler dan meningkatnya kompetisi antar operator, (2) meningkatnya frekuensi arus barang dan jasa serta penumpang terkait dengan perayaan Idul Fitri, dan moment libur panjang pada perayaan natal serta tahun baru. Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) dari sisi penggunaan didominasi oleh konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 1,99% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta nirlaba, serta konsumsi pemerintah masing-masing tercatat sebesar 1,17%, 4,58% dan 7,86%. Kontribusi konsumsi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tercatat paling tinggi yakni mencapai 68,66%.

Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumatera Selatan masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 42,25%. Pangsa sektor primer tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 44,38%. Penurunan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor pertanian dari sebesar 21,93% menjadi 18,39%. Sektor sekunder mengalami peningkatan pangsa menjadi 25,68% dari triwulan sebelumnya yang sebesar 25,05%. Pangsa sektor tersier juga sedikit meningkat dari sebesar 30,58% pada triwulan sebelumnya menjadi 32,08%. Ekspor Sumatera Selatan selama tiga bulan terakhir (data hingga Sept-Nov 2008) tercatat sebesar USD653,21 juta atau menurun sebesar 10,55% (yoy). Sementara itu dibandingkan periode triwulan sebelumnya (qtq), nilai ekspor tercatat menurun sebesar 8,08 % dari sebesar USD710,63 juta. Berdasarkan komoditas, pangsa nilai ekspor terbesar dicatat oleh komoditas karet yakni sebesar 73,98 %.

Realisasi impor periode triwulan IV tercatat sebesar USD81,74 juta, meningkat sebesar 55,92% (yoy). Dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq) terjadi peningkatan impor sebesar 47,05% dari sebesar USD55,59 juta. Peningkatan nilai impor secara triwulanan ini terkait dengan meningkatnya impor pupuk dan bahan kimia yang banyak digunakan untuk menunjang sektor pertanian.

PDRB Sumatera Selatan masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 44 38 persen

Ekspor Sumatera Selatan menurun, sedangkan Impor meningkat secara tahunan

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

4

Perkembangan Inflasi

Inflasi tahunan kota Palembang pada triwulan IV 2008 mencapai 11,15 persen (yoy), mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 14,19 persen. Inflasi Kota Palembang secara bulanan (mtm) pada bulan Desember 2008 tercatat sebesar 0,19 persen. Penurunan inflasi ini disebabkan oleh jatuhnya harga komoditas yang menyebabkan penurunan pendapatan dan daya beli masyarakat, dan kebijakan pemerintah dalam hal penurunan harga BBM.

Berdasarkan kelompok barang, kelompok bahan makanan mencatat inflasi tahunan yang tertinggi yaitu 15,90%. Urutan kedua dan ketiga dicatat oleh kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau mg-masing sebesar 13,66% dan 12,86%. Di sisi lain, inflasi terendah terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga masing-masing sebesar 4,38% dan 6,70%. Berdasarkan Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Palembang, terdapat tendensi penurunan harga barang/komoditas sebesar 10,42% dibandingkan triwulan sebelumnya. Setelah mengalami tren kenaikan harga secara terus-menerus sejak awal tahun 2008, tendensi penurunan harga terjadi pada bulan Oktober dan November 2008, mengikuti penurunan harga komoditas di pasar internasional yang menurunkan pendapatan per kapita propinsi Sumatera Selatan.

Perkembangan Perbankan Daerah

Total aset perbankan Sumatera Selatan meningkat sebesar 12,82% (yoy) atau sebesar 4,13% (qtq) menjadi Rp37,11 triliun. Peningkatan yang tinggi tersebut berasal dari peningkatan DPK bank Pemerintah yang secara triwulanan meningkat sebesar 12,52%. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 19,46% (yoy) atau 8,66% (qtq) menjadi Rp28,84 triliun. Peningkatan DPK tersebut terutama dikontribusikan oleh peningkatan simpanan berjangka yang meningkat sebesar 38,91% (yoy) dan 26,91% (qtq), yang antara lain disebabkan oleh : (1) adanya krisis

Inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yakni sebesar 15,90%.

Kinerja perbankan di Propinsi Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 (November 2008) dilihat dari beberapa variabel menunjukkan perkembangan positif sekaligus menunjukkan respon masyarakat dan investor akibat krisis global

Inflasi tahunan kota Palembang pada Triwulan IV 2008 menurun menjadi 11,15% (yoy).

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

5

global yang membuat investor cenderung menghindari risiko, (2) adanya peningkatan suku bunga simpanan, (3) adanya peningkatan jaminan simpanan dari LPS sampai dengan Rp2 Miliar. Peningkatan yang masif tersebut juga membuat komposisi DPK didominasi oleh simpanan berjangka. Penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 32,51% (yoy) atau sebesar 0,02% (qtq). Meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan ini terutama terkait dengan peningkatan kredit di sektor pertambangan dan sektor pertanian masing-masing sebesar 1.066,94% dan 49,64% (yoy). Kendati pertumbuhan triwulanan sangat lemah, namun secara tahunan, tidak terdapat satu sektor ekonomi pun yang mengalami penurunan jumlah kredit. Kredit investasi mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar 47,78% (yoy) menjadi sebesar Rp4,83 triliun. Kredit modal kerja dan kredit konsumsi mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 21,56% dan 39,78% (yoy). Kendati demikian, penyaluran kredit/pembiayaan untuk modal kerja tercatat mengalami penurunan sebesar 4,42% (qtq). Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 76,17%, menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 82,76%. Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) tercatat mengalami peningkatan sebesar 36,55% (yoy) atau 1,32% (qtq). Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit konsumsi sebesar 39,00%(yoy) atau 2,29% (qtq). Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing sebesar 34,79% dan 31,95% (yoy). Berdasarkan plafon kredit, realisasi penyaluran kredit kecil mencatat pertumbuhan tertinggi baik secara tahunan maupun triwulanan. Rata-rata suku bunga simpanan mengalami penurunan, sedangkan rata-rata suku bunga pinjaman mengalami peningkatan. Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 9,18%, sedangkan rata-rata tingkat suku bunga pinjaman tercatat sebesar 15,85%. Hal ini menyebabkan spread suku bunga kembali ke kisaran 6,67% setelah pada triwulan sebelumnya mencapai 2,05%. Berdasarkan lamanya simpanan, suku bunga simpanan 1 bulan masih tercatat sebagai suku bunga paling tinggi yakni sebesar 10,08%, sedangkan suku bunga simpanan 24 bulan tercatat sebagai yang terendah yaitu sebesar 7,00%. Hal ini menunjukkan ekspektasi

Sebaran suku bunga semakin melebar setelah sebelumnya menyempit hingga mencapai 2,05%

Perkembangan kredit secara triwulanan sangat lambat, hanya sebesar 0,02% (perbankan) dan 1,32% (UMKM)

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

6

penurunan suku bunga di masa depan. Suku bunga kredit yang tertinggi dan mencatat peningkatan tertinggi pada triwulan IV 2008 adalah suku bunga kredit modal kerja yaitu sebesar 17,18%. NPL dan undisbursed loan mengalami peningkatan, sedangkan rasio likuiditas menurun. NPL gross pada triwulan IV 2008 (November 2008) tercatat sebesar 1,85% dari total kredit yang disalurkan, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,77%. Sementara itu, NPL net tercatat sebesar 0,75 % dari total kredit, meningkat dari triwulan yang lalu yang sebesar 0,40 %. NPL gross terbesar masih bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (29,51%) dan sektor konstruksi (20,92%). Undisbursed loan (kredit yang belum direalisasikan oleh debitur) pada triwulan IV 2008 tercatat sebesar 17,85% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, meningkat baik secara tahunan maupun triwulanan. Risiko likuiditas bank umum masih tergolong sangat likuid dengan rasio likuiditas sebesar 113,52%. Namun demikian, rasio tersebut menurun baik dibandingkan tahun sebelumnya maupun triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 179,90 % dan 128,19 %. Perkembangan perbankan umum Syariah menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Pada triwulan IV 2008 (data November 2008) total aset tercatat sebesar Rp1.089,66 miliar, meningkat sebesar 35,47% (yoy) atau sebesar 5,43% (qtq). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat sebesar Rp613,50 miliar, meningkat 18,12% (yoy) atau sebesar 3,45% (qtq). Penyaluran pembiayaan secara tahunan (yoy) juga mengalami peningkatan yang tinggi yakni sebesar 50,45% (yoy) namun hanya meningkat 1,77% (qtq) dengan pangsa terbesar dicapai oleh piutang murabahah, yaitu sebesar 61,17%. Finance to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari sebesar 127,83% pada triwulan sebelumnya menjadi 157,23%.

Perkembangan Keuangan Daerah

Realisasi penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 mencapai 94,80%. pencapaian penerimaan pada tahun ini secara nominal mengalami peningkatan sebesar 16,16% dibandingkan realisasi penerimaan APBD pada tahun 2007. Realisasi penerimaan

Realisasi penerimaan APBD Sumatera Selatan 2008 mencapai 94,80%.

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

7

dari komponen Dana Perimbangan tercatat sebesar Rp1.390,32 miliar atau menyumbang sebesar 56,04% dari total realisasi penerimaan.

Realisasi belanja Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 mencapai 82,91%, dengan realisasi belanja terbesar pada pos belanja langsung yang mencapai 59,28% dari total belanja dan terealisasi sebesar 85,85% dari anggaran tahun 2008. Pada pos belanja langsung, komponen belanja modal masih tercatat sebagai pengeluaran paling besar yang mencapai 56,70%. Besarnya pengeluaran untuk belanja modal mengindikasikan bahwa tingginya komitmen pemerintah daerah yang direpresentasikan dengan bergulirnya berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang tersebar di seluruh pelosok wilayah Sumatera Selatan.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Perputaran kliring di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 menunjukkan penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan yang mengindikasikan menurunnya transaksi non tunai. Jumlah warkat yang dikliringkan tercatat sebanyak 155.642 lembar dengan nominal sebesar Rp5,84triliun. Volume warkat menurun 12,86% (yoy) dan 22,30% (qtq). Secara triwulanan, jumlah nominal kliring menurun 19,55% (qtq) meskipun secara tahunan meningkat tipis sebesar 2,87% (yoy).

Kegiatan perkasan KBI Palembang mencatat terjadinya penurunan baik inflow maupun outflow, yang mengindikasikan menurunnya transaksi tunai. Inflow tercatat sebesar Rp1,10 triliun, menurun sebesar 37,99% (yoy) atau 22,26% (qtq). Outflow tercatat sebesar Rp2,05 triliun, menurun sebesar 27,92% (yoy) atau 17,88% (qtq). Net-outflow selama triwulan IV 2008 sebesar Rp0,95 triliun, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya maupun tahun sebelumnya.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Jumlah pengangguran mengalami peningkatan dari 206,971 orang menjadi 207,288 orang. Jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.453.238 orang atau meningkat sebesar 0,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya jumlah angkatan

Realisasi belanja Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan tercatat sebesar 82,91%

Perkembangan sistem pembayaran menunjukkan penurunan transaksi tunai dan non tunai.

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

8

kerja yang relatif tidak sepenuhnya dapat diikuti oleh penyerapan tenaga kerja ke dalam sektor-sektor usaha yang ada terkait dengan situasi bisnis yang kurang kondusif akibat adanya krisis finansial global. Berdasarkan sektor ekonomi, konsentrasi tenaga kerja masih terdapat di sektor pertanian yang menyerap 55,49% tenaga kerja. Daya serap sektor sekunder (manufaktur) pada triwulan IV sebesar 9,33%. Sektor industri memberi kontribusi paling besar dalam sektor manufaktur ini yakni mencapai 5,61%, kemudian disusul sektor konstruksi sebesar 3,52%. Kontribusi sektor tersier (jasa) tercatat meningkat menjadi 34,12%. Sektor perdagangan masih merupakan sektor dengan daya serap terbesar setelah pertanian. Secara umum dapat disebutkan bahwa sampai saat ini transformasi tenaga kerja dari sektor primer yang produktivitasnya rendah ke sektor sekunder dan tersier yang produktivitasnya lebih tinggi masih berjalan lamban. Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku (dengan migas) Propinsi Sumatera Selatan menurun drastis sebesar 12,96% (qtq) menjadi sebesar Rp.3.807.053. Jika tanpa memperhitungkan komponen migas, pendapatan per kapita juga menurun sebesar 8,05% yaitu dari Rp2.890.656 menjadi Rp2.657.878. Dengan mengeliminasi faktor perubahan harga, pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000 (dengan migas) pada triwulan IV mencapai Rp1.697.078. Angka ini mengalami penurunan sebesar 5,53% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.796.483. Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang mengkonfirmasi terjadinya penurunan pendapatan perkapita masyarakat Sumatera Selatan. Nilai tukar petani pada triwulan IV 2008 (November 2008) mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya sampai pada level defisit yaitu dari sebesar 102,24 menjadi sebesar 96,45. Penurunan nilai tukar terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani melebihi kenaikan indeks harga yang dibayar petani. Indeks yang diterima petani mengalami koreksi cukup tajam dari 116,79 pada triwulan sebelumnya menjadi 110,97, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami sedikit kenaikan dari 114,23 menjadi 115,05.

Pendapatan perkapita (dengan migas) anjlok sebesar 12,96% (qtq)

Nilai tukar petani menurun hingga level defisit

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

9

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2009 diperkirakan berada pada kisaran 0,29 ± 1% (yoy) atau secara triwulanan diperkirakan terkontraksi sebesar 2,32 ± 1% (qtq). Selain faktor siklikal, angka proyeksi pertumbuhan triwulanan didasarkan pada beberapa faktor yakni realisasi belanja pemerintah daerah yang masih sangat rendah di awal tahun, penurunan tingkat permintaan masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya serta melemahnya permintaan dunia atas komoditas unggulan propinsi Sumatera Selatan. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih dapat ditopang oleh permintaan domestik. Stimulus pada permintaan domestik diperkirakan berasal dari: (1) adanya kegiatan-kegiatan politik terkait dengan Pemilihan Umum 2009 yang berpotensi mempertahankan tingkat permintaan dari kelompok grass-root, (2) sinyal dari pemerintah untuk mempercepat realisasi APBD pada triwulan pertama, sehingga stimulus pertumbuhan yang berasal dari kebijakan pemerintah diprediksi lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, (3) dimulainya musim panen yang menyerap tenaga kerja secara temporer, (4) relatif rendahnya tingkat inflasi dan adanya penurunan harga BBM yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat. Diperkirakan inflasi tahunan pada triwulan I 2009 akan turun menjadi 9,88 ± 1% (yoy), sedangkan inflasi triwulanan diperkirakan akan mencapai 2,01 ± 1% (qtq). Tekanan inflasi yang berasal dari perubahan biaya juga diperkirakan akan menurun yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) permintaan domestik yang menurun menyusul adanya penurunan daya beli masyarakat sehubungan dengan krisis global, (2) nilai tukar Rupiah yang relatif stabil pada masa krisis global dan adanya ekspektasi apresiasi Rupiah pada tahun 2009, (3) penurunan harga BBM oleh pemerintah. Walaupun perekonomian masih lesu, kinerja perbankan pada triwulan I 2009 diperkirakan akan cukup baik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: (1) penurunan BI rate sebesar 75 basis poin (akumulasi) dalam dua bulan berturut-turut berikut ekspektasi penurunan yang lebih lanjut dimasa depan diperkirakan akan tetap meningkatkan ekspansi kredit sebesar 7,44% ± 1% (qtq)

Pertumbuhan ekonomi tw I 2009 diprediksi sebesar 0,29±1% (yoy)

Inflasi tw I 2009 diprediksi sebesar 9,88±1% (yoy)

Ringkasan Eksekutif

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

10

(2) meskipun persentase NPL diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan menurunnya pendapatan masyarakat, hal tersebut diprediksi hanya akan bersifat temporer terkait dengan ekspektasi penurunan suku bunga di masa depan, (3) pencapaian Indonesia atas indikator-indikator makroekonomi tahun 2008 yang relatif baik dan stabil dibandingkan negara-negara lainnya, berikut tingkat suku bunga yang relatif tinggi, dapat membuat penanaman modal di Indonesia cukup atraktif di mata investor asing pada tahun 2009.

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan

Laju pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008

diperkirakan sebesar 2,26% (dengan migas) atau 2,80% (tanpa migas). Laju pertumbuhan

ekonomi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,23% (dengan migas) dan sebesar 6,10%

(tanpa migas). Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 tercatat sebesar

Rp58,08 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 5,10% dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan Menurunnya laju pertumbuhan ekonomi Sumsel terkonfirmasi dari hasil survei bisnis

yang mengisyaratkan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi di Sumatera Selatan sebagai

dampak langsung maupun tidak langsung dari krisis finansial global, yang tercermin dari

menurunnya permintaan dan omset penjualan/produksi perusahaan. Sementara itu, pelaku

usaha di industri pengolahan berbasis sumber daya alam (SDA) dan berorientasi pasar

ekspor, khususnya karet, batu bara, dan minyak bumi, pada triwulan IV 2008 sedang

menghadapi situasi penurunan harga komoditas di pasar dunia. Berdasarkan hasil estimasi,

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1

14.1214 .06

14.36

15 .23

14 .43

2 .26

5.234 .97

8 .177 .01

13 .40

13 .60

13 .80

14 .00

14 .20

14 .40

14 .60

14 .80

15 .00

15 .20

15 .40

Tw. IV Tw. I Tw. II Tw . III Tw . IV

2007 2008

Rp

Trili

un

-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Pers

en

Nomina l PDRB Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)

Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera

Selatan Atas Dasar Harga Konstan

(ADHK) 2000 pada triwulan IV 2008

diperkirakan sebesar Rp14,43 triliun

(dengan migas) atau Rp11,08 triliun

(tanpa migas). Sementara itu PDRB

atas dasar harga berlaku tercatat

sebesar Rp32,09 triliun (dengan

migas) atau Rp22,49 triliun (tanpa

migas).

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

12

pengaruh harga komoditas dunia tersebut terbukti sensitif dalam mempengaruhi PDRB

sektoral (lihat Suplemen 2. Pengaruh melemahnya harga komoditas dunia terhadap

PDRB perkebunan Sumatera Bagian Selatan)

Dampak krisis juga dirasakan oleh pelaku usaha melalui nilai tukar Rupiah yang

terdepresiasi terhadap US Dollar yang menyebabkan meningkatnya harga bahan baku yang

diimpor. Para pelaku usaha memprediksikan bahwa krisis finansial global masih akan

berdampak terhadap perekonomian tahun 2009. Kondisi tersebut mempengaruhi secara

negatif pencapaian usaha, keputusan investasi, dan penyerapan tenaga kerja di tahun

2009. Secara konsisten, tidak terdapat rencana investasi yang akan dilakukan di tahun

2009, para pelaku usaha ingin terlebih dahulu mencermati perkembangan perekonomian,

khususnya kestabilan nilai tukar (lihat Suplemen 1. Kondisi Usaha di Tengah Krisis:

Perspektif Pengusaha).

Kinerja perekonomian sektoral

ditandai oleh pertumbuhan tahunan

tertinggi pada sektor pengangkutan

dan komunikasi yang tumbuh

sebesar 13,79%, yang pada tahun

sebelumnya (triwulan IV 2007)

tercatat tumbuh sebesar 14,77%.

Kemudian diikuti oleh sektor

keuangan, persewaan, dan jasa

keuangan sebesar 7,97%, serta

sektor jasa-jasa sebesar 7,72%.

Sebaliknya, sektor ekonomi yang

mengalami penurunan/kontraksi

pertumbuhan secara tahunan

adalah sektor pertanian dan sektor

industri pengolahan yakni masing-

masing sebesar 1,60% dan 1,25%.

Kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada kedua sektor tersebut diyakini sebagai dampak

penurunan harga-harga komoditas ekspor Sumatera Selatan karena krisis global.

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral

PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 2007 2008 Lapangan

Usaha Tw. IV Tw. I Tw.II Tw. III Tw. IV

Pertanian 10.26 12.18 3.37 3.44 -1.60

Pertambangan dan Penggalian

1.55 2.49 0.64 2.05 0.97

Industri Pengolahan

2.95 5.55 4.68 4.91 -1.25

Listrik, Gas & Air Bersih

7.95 7.22 6.83 4.00 0.68

Bangunan 8.16 7.59 6.10 5.85 5.13

Perdagangan, Hotel & Restoran

10.50 10.52 7.21 6.90 4.05

Pengangkutan & Komunikasi

14.77 15.55 12.80 13.63 13.79

Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan

10.05 9.94 7.90 8.76 7.97

Jasa-jasa 13.96 14.64 12.76 10.74 7.72

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

13

KONDISI USAHA DI TENGAH KRISIS: PERPEKTIF PENGUSAHA*

Aktivitas ekonomi di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008 mengalami penurunan sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari krisis global. Hal tersebut tercermin dari menurunnya permintaan dan omset perusahaan yang secara simultan mempengaruhi pendapatan masyarakat. Walaupun demikian, pada triwulan IV 2008 dampak tersebut secara umum masih relatif kecil karena masih terdapat kontrak penjualan dengan harga lama dan adanya fluktuasi konsumsi domestik dalam jangka pendek, sehingga masih dapat disiasati dengan efisiensi penggunaan energi tanpa menambah jumlah pengangguran secara signifikan. Namun, pemakaian tenaga kerja lepas sudah mulai dikurangi untuk meminimalkan biaya operasional. Dampak krisis global diprediksi akan masih terasa sampai dengan Semester I 2009.

Dampak krisis juga dirasakan oleh pelaku usaha melalui nilai tukar Rupiah yang terdepresiasi terhadap US Dollar, sehingga menyebabkan meningkatnya harga bahan baku impor. Namun, pada triwulan IV 2008 efek tersebut juga belum sepenuhnya dirasakan mengingat kontrak masih didasarkan atas harga pada periode-periode sebelumnya.

Para pelaku usaha berekspektasi bahwa krisis finansial global masih menyebabkan lesunya keadaan perekonomian tahun 2009. Umumnya pelaku usaha mengatakan, tidak terdapat rencana investasi yang secara pasti akan dilakukan pada 2009, pelaku usaha ingin terlebih dahulu mencermati perkembangan perekonomian, khususnya kestabilan nilai tukar. Harga jual dan margin pada tahun 2009 juga diperkirakan akan menurun.

Permintaan domestik beberapa pelaku usaha mengalami perubahan yang bervariasi. Penjualan barang kebutuhan pokok masih menunjukkan peningkatan tahunan dalam batas wajar, sebaliknya penjualan produk otomotif dan elektronik mengalami penurunan drastis. Beberapa department store mengalami penurunan omset penjualan berkisar 40%-50%. Sementara itu, penjualan produk pakaian dan semen cenderung tetap, dan sektor industri pengolahan mengalami sedikit penurunan permintaan domestik. Permintaan terhadap jasa pergudangan secara umum mengalami penurunan dalam kategori normal pada kisaran 10%. Meningkatnya suku bunga kredit dan penurunan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang biasanya sebagai pembeli barang-barang ekspor dari Sumatera Selatan telah mengakibatkan adanya stagnasi aliran barang-barang/turnover barang menjadi menurun.

Jumlah penggunaan tenaga kerja di beberapa pelaku usaha tidak mengalami perubahan yang berarti. Efisiensi dalam pemakaian tenaga kerja disiasati melalui pengaturan jam kerja tenaga kerja paruh waktu, namun belum menyebabkan PHK bagi tenaga kerja tetap. Menurut Disnakertrans Sumatera Selatan, sampai saat ini belum terlihat gejolak signifikan pada bidang ketenagakerjaan di Sumatera Selatan terkait dengan krisis global. Menurut Disnakertrans, masih terdapat peluang kerja di luar negeri, misalnya di Afrika Selatan yakni di bidang kontruksi, sehubungan negara tersebut akan menjadi tuan rumah Piala Dunia, sedangkan di Jepang masih membutuhkan tenaga suster/perawat dalam jumlah yang cukup banyak namun hanya dapat terpenuhi sebagian kecil karena kendala bahasa dan biaya keberangkatan.

Suplemen 1

*) Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

14

Kondisi investasi perusahaan pelaku usaha tidak mengalami perubahan. Salah satu pelaku usaha mengemukakan bahwa pada tahun 2008 investasi yang dilakukan tidak optimal karena adanya kenaikan suku bunga kredit. Untuk tahun 2009, hanya beberapa pelaku usaha yang berencana meningkatkan investasi, namun sulit untuk memastikan investasi tersebut karena sangat bergantung dari perkembangan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar.

Secara umum, tidak terdapat kendala teknis dari pembiayaan perbankan bagi dunia usaha. Walaupun beberapa pelaku usaha mengkhawatirkan adanya perubahan suku bunga kredit terkait dengan BI rate yang sempat mengalami kenaikan beberapa waktu lalu.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

15

Selama triwulan IV 2008, sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami

pertumbuhan yang cukup signifikan terutama ditopang oleh sub sektor komunikasi yang

tumbuh sebesar 23,13%. Pertumbuhan di sub sektor komunikasi terutama didorong oleh

terus bertambahnya operator, semakin beragamnya layanan komunikasi dan gencarnya

para operator komunikasi selular melakukan promo yang menjurus kepada perang tarif

layanan jasa telekomunikasi. Selain itu juga, para operator berupaya memperluas jangkauan

layanan mereka hingga ke seluruh wilayah Sumatera Selatan.

Sub sektor pengangkutan tumbuh sebesar 8,00%, atau mengalami peningkatan

pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

7,06%. Kondisi usaha di sub sektor pengangkutan tumbuh cukup baik pada triwulan ini

terutama terkait dengan meningkatnya frekuensi arus barang dan jasa sehubungan

dengan perayaan Idul Fitri, Natal, dan liburan akhir tahun ini.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa

masing-masing tercatat tumbuh sebesar 7,97% dan 7,72%. Namun demikian, apabila

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan sebelumnya ternyata

mengalami perlambatan yang disebabkan oleh lesunya perekonomian secara makro.

Sektor bangunan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR)

masing-masing tercatat tumbuh sebesar 5,13% dan 4,05%. Dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, pertumbuhan tahunan di kedua sektor tersebut tercatat mengalami

perlambatan terutama pada sub sektor perdagangan besar dan eceran yang pada triwulan

sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 6,90%. Sementara itu, sub sektor hotel & restoran

pada triwulan IV 2008 mengalami pertumbuhan tahunan yang relatif tinggi dibandingkan

dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 16,33%

dan 14,71%.

Sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami pertumbuhan

tahunan sebesar 0,97%, menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat

sebesar 2,05%. Rendahnya pertumbuhan tahunan di sektor ini terutama disebabkan oleh

stagnannya pertumbuhan tahunan sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang

tercatat sebesar 0,23%. Relatif kecilnya pertumbuhan sektor ini erat kaitannya dengan

semakin terbatasnya kegiatan eksplorasi & produksi, sementara sumur-sumur minyak yang

saat ini diandalkan semakin menurun produktivitasnya.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

16

Sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) mencatat pertumbuhan relatif rendah

yaitu sebesar 0,68%. Rendahnya pertumbuhan ekonomi di sektor ini terutama disebabkan

oleh terkontraksinya pertumbuhan di sub sektor listrik yakni sebesar 1,25% jauh di bawah

pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,64%. Secara keseluruhan, sub

sektor penopangnya yakni sektor listrik, air, dan gas, mengalami perlambatan pertumbuhan

pada triwulan ini. Namun di sisi lain, sub sektor gas kota dan sub sektor air bersih tercatat

mengalami pertumbuhan sebesar 4,17% dan 9,60%.

Selain kelima sektor ekonomi di atas, dua sektor unggulan Sumatera Selatan yakni

sektor pertanian dan sektor industri pengolahan tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan

masing-masing di atas 1%. Kondisi sektor industri pengolahan tercatat mengalami

kontraksi pertumbuhan secara tahunan sebesar 1,25%. Kontraksi pertumbuhan yang terjadi

terutama disebabkan oleh turunnya pertumbuhan ekonomi tahunan sub sektor industri

pengolahan tanpa migas yang mencapai 2,15%. Semakin banyaknya kompetitor yang

bergerak dalam industri ini dan tidak diimbangi oleh jumlah bahan baku yang semakin

terbatas, merupakan salah satu penyebab beberapa perusahaan mengalami kerugian.

Selain itu, krisis global juga telah menurunkan produksi industri pengolahan.

Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang mengalami kontraksi paling

tinggi yakni sebesar 1,60% atau mengalami penurunan yang cukup signifikan apabila

dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

Grafik 1.2Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM

Propinsi Sumsel

139.92154.56141.45

132.00134.74

167.61161.78 167.05189.68 190.25

54.2757.3762.97 31.1046.36

-20406080

100120140160180200

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

Rib

u Li

ter

Premium Solar M. Tanah

Sumber: Pertamina UPMS II Palembang

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

17

3,44%. Kondisi krisis yang berkepanjangan telah menyebabkan hampir seluruh sektor

industri di dunia mengalami kelesuan yang pada gilirannya menyebabkan permintaan

bahan baku industri dari negara berkembang seperti Indonesia mengalami penurunan. Di

sektor tanaman bahan makanan, pada triwulan IV ini sebagian besar daerah produsen

beras masih belum memasuki masa musim panen. Musim panen diperkirakan akan terjadi

pada akhir triwulan I 2009. Tercatat tiga sub sektor penopang sektor pertanian mengalami

kontraksi pertumbuhan, yaitu sub sektor kehutanan, sub sektor tanaman perkebunan, dan

sub sektor bahan makanan yang masing-masing terkontraksi sebesar 2,17%, 2,96%, serta

4,02%. Trend menurunnya pertumbuhan sub sektor perkebunan telah terdeteksi sejak

akhir triwulan III 2008 yang ditandai dengan turunnya harga komoditas unggulan Sumatera

Selatan secara berangsur-angsur di pasar internasional seperti CPO dan karet. Krisis di AS

telah menyebabkan para importir sawit menahan pembelian sehingga harga Tandan Buah

Segar (TBS) di tingkat petani mengalami penurunan.

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan

Secara triwulanan (qtq), pertumbuhan

ekonomi Sumatera Selatan

diperkirakan mengalami kontraksi

pertumbuhan sebesar 5,23% (dengan

migas) atau sebesar 6,85% (tanpa

migas). Beberapa indikator seperti

jumlah arus penumpang dan barang,

konsumsi listrik, serta perkembangan

konsumsi semen mengkonfirmasi hal

tersebut.

Kinerja ekonomi sektor

pengangkutan dan komunikasi

tumbuh paling tinggi yakni sebesar 5,18% dibandingkan triwulan sebelumnya. Relatif

baiknya sektor ini terutama didorong oleh peningkatan sub sektor telekomunikasi yang

tumbuh mencapai 6,53%, melebihi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang hanya

sebesar 5,77%.

Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB

Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan Migas

14.47

14.12 14.06

14.36

15.23

6.09

2.12

(0.40)

(2.48)

5.83

13.40

13.60

13.80

14.00

14.20

14.40

14.60

14.80

15.00

15.20

15.40

Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III

2007 2008

Rp

Trili

un

(3.00)

(2.00)

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

Pers

en

Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

18

Bertambahnya jumlah operator

dan perang tarif di tengah

persaingan industri komunikasi

seluler diyakini telah menjadi

pemicu lonjakan permintaan.

Selain penyedia layanan telepon

tetap (fixed phone) yang telah

lama hadir, pada saat ini

setidaknya terdapat 4 operator

seluler berbasis teknologi Global

System for Mobile (GSM) dan 5

operator seluler berbasis teknologi

Code Division Multiple Access

(CDMA) yang melayani kebutuhan

komunikasi masyarakat Sumatera

Selatan.

Sub sektor pengangkutan tercatat tumbuh sebesar 4,25% (qtq). Meningkatnya

frekuensi arus barang dan jasa serta penumpang terkait dengan perayaan Idul Fitri yang

jatuh pada awal bulan Oktober, moment libur panjang pada perayaan natal dan liburan

sekolah serta perayaan tahun baru menjadi penyebab tumbuhnya kinerja triwulanan sub

sektor pengangkutan, baik angkutan darat, laut maupun udara.

Kondisi sektor bangunan sampai dengan triwulan IV 2008 masih cukup baik

dengan tingkat pertumbuhan triwulanan sebesar 1,29%. Kondisi pertumbuhan triwulanan

pada saat ini cenderung menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan pada

triwulan sebelumnya sebesar 3,78%. Menurunnya kinerja sektor bangunan ini sangat erat

kaitannya dengan krisis ekonomi yang mempengaruhi kinerja para pengembang, terkait

dengan meningkatnya harga bahan bangunan hingga 40%, yang mengharuskan para

pengembang untuk mengkalkulasi ulang realisasi bisnisnya.

Tabel 1.2Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral

PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 2007 2008 Lapangan

Usaha Tw. III Tw. I Tw.II Tw. III Tw. IV

Pertanian (16.47) (0.16) 6.95 15.97 (20.54)

Pertambangan dan Penggalian

1.80 (1.25) 0.48 1.02 0.73

Industri Pengolahan

1.25 (1.04) 0.40 4.29 (4.70)

LGA 1.92 (0.60) 1.41 1.22 (1.33)

Bangunan 1.99 (1.38) 1.41 3.78 1.29

PHR (1.18) (0.48) 2.54 6.01 (3.82)

Pengangkutan & Komunikasi

5.03 (0.06) 1.25 6.91 5.18

Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan

0.99 4.01 0.74 2.78 0.26

Jasa-jasa 4.07 1.74 0.49 4.08 1.23

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

19

Berdasarkan data dari Asosiasi Semen Indonesia, sampai dengan bulan triwulan IV

2008 terjadinya penurunan penjualan semen sebesar 9,16% (qtq). Berdasarkan hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha, kondisi penjualan perumahan di sektor bangunan pada triwulan IV

ini mengalami penurunan dalam kisaran angka 10% yang disebabkan karena masih

tingginya suku bunga KPR.

Sektor jasa-jasa mencatat pertumbuhan triwulanan sebesar 1,23% atau

mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 4,08%. Dari jasa pelabuhan penyeberangan diperoleh informasi

mengenai terjadinya peningkatan permintaan layanan penyeberangan namun tidak

ditunjang dengan cukup tersedia kapal yang dapat melayani jalur penyeberangan

Palembang-Mentok sehingga menyebabkan terjadinya antrian, penumpukkan barang dan

penumpang, serta keterlambatan distribusi barang ke Pulau Bangka. Di sektor jasa lainnya,

penyedia jasa pergudangan juga mengemukakan bahwa sejak akhir triwulan III 2008 telah

terjadi penurunan turn-over keluar-masuk barang di gudang. Turunnya turn-over

menyebabkan barang-barang cenderung mengalami stagnasi akibat krisis global.

Penurunan turn-over pada akhirnya akan menggerus profit margin perusahaan.

Grafik 1.4 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut

Pelabuhan Boom Baru Propinsi Sumsel

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

Ora

ng

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

Ton

Arus Penumpang (Axis Kiri) Arus Barang Bongkar Arus Barang Muat

Sumber : PT. Pelindo II Boom Baru, diolah

Grafik 1.5 Perkembangan Konsumsi Semen

Propinsi Sumsel

271,458263,997 266,162

304,015

276,168

(1.55) (2.75)0.82

14.22

(9.16)240,000

250,000

260,000

270,000280,000

290,000

300,000

310,000

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

Ton

(15)

(10)

(5)

-5

10

15

20

Pers

en

Jumlah (ton) Pertumbuhan (qtq)

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

20

Sektor pertambangan dan penggalian dan sektor keuangan, persewaan, dan

jasa merupakan sektor ekonomi yang juga mengalami pertumbuhan triwulanan walaupun

tidak begitu besar yakni masing-masing sebesar 0,73% dan 0,26%. Namun demikian,

pertumbuhan secara triwulanan pada triwulan ini lebih rendah bila dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang masing-masing mencatat pertumbuhan

sebesar 1,02% dan 2,78%.

Tendensi penurunan harga batu bara dan juga minyak bumi yang merupakan salah

satu komoditas unggulan Sumsel di pasar internasional semakin memperberat kondisi

usaha pelaku bisnis ditengah kondisi stagnanasi kapasitas produksi yang dialami kedua

komoditas tersebut. Kinerja pertumbuhan produksi batu bara saat ini masih stagnan

dengan produksi per tahun sebesar 10 juta ton. Optimalisasi kapasitas produksi tidak

terpakai sebesar 2 juta ton, tidak dapat dilaksanakan karena terbatasnya pengangkutan ke

pelabuhan. Kondisi pertumbuhan sub sektor pertambangan minyak bumi juga masih relatif

stagnan. Menurunnya harga minyak di pasar internasional diperkirakan akan

mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan yang bergerak di sub sektor ini, apalagi

dari sisi produksi juga mengalami tendensi penurunan sebagai akibat penurunan

produktivitas sumur-sumur minyak di Sumatera Selatan.

Grafik 1.6 Perkembangan Harga Karet

di Pasar Internasional

260.72

228.88248.63

285.23

317.88328.94

220.59

262.95

0

50

100

150

200

250

300

350

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

USD/

kg

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.7Perkembangan Harga CPO

di Pasar Internasional

716.62 749.56

865.65

1077.91 1095.81

836.97

454.68

556.60

0

200

400

600

800

1,000

1,200

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

USD/

Met

rik T

on

Sumber: Bloomberg

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

21

Selain kelima sektor di atas, empat sektor ekonomi lainnya yakni sektor listrik, gas,

dan air bersih, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan, dan

sektor pertanian tercatat mengalami penurunan pertumbuhan apabila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya.

Sektor listrik, gas, dan air

bersih mencatat kontraksi pertumbuhan

triwulanan sebesar 1,33% atau

mengalami perlambatan pertumbuhan

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat tumbuh sebesar 1,22%.

Kontraksi pertumbuhan di sektor ini

terutama disebabkan oleh menurunnya

konsumsi masyarakat terhadap gas

sehingga pertumbuhan di sub sektor gas

mengalami kontraksi sebesar 7,64 %.

Sub sektor listrik pun tercatat mengalami

penurunan sebesar 1,58%.

Grafik 1.8 Perkembangan Harga Batu Bara

di Pasar Internasional

44.25 43.9250.30

72.81

101.10

114.94

79.86

40.98

0

20

40

60

80

100

120

140

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

USD

/Met

rik T

on

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.9Perkembangan Harga Minyak Bumi

di Pasar Internasional

124.07

63.21

118.33

0

20

40

60

80

100

120

140

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

2006 2007 2008

USD/

Barr

el

Sumber: Bloomberg

Grafik 1.10Perkembangan Konsumsi Listrik

Propinsi Sumatera Selatan (juta KWH)

-

100

200

300

400

500

600

700

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

Sosial Rumah TanggaBisnisIndustriPemerintahTotal

Sumber : PLN Sumbagsel

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

22

Krisis global diperkirakan menjadi penyebab kontraksi pertumbuhan yang cukup

tinggi di sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) akibat rendahnya daya beli

masyarakat terutama yang berada di pedesaan yang sangat tergantung pada sektor

pertanian sebagai mata pencahariannya. Berdasarkan informasi dari beberapa swalayan di

wilayah Sumatera Selatan diperoleh informasi telah terjadi penurunan rata-rata omset

penjualan sebesar 25% s.d 80%. Penurunan omset khususnya terjadi pada swalayan atau

toko yang menjual produk home appliances dan fashion, khususnya yang berada di luar

Palembang dan mempunyai customer base kalangan petani perkebunan. Penurunan omset

penjualan sudah terasa sejak Oktober 2008 menyusul penurunan harga karet dan sawit

yang begitu tajam yang menyebabkan penurunan pendapatan sebagian masyarakat.

Sektor Industri Pengolahan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 4,70%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kontraksi pertumbuhan di sub sektor industri

pengolahan tanpa migas bahkan mencapai 5,93%. Omset penjualan perusahaan-

perusahaan di industri pengolahan ini mengalami penurunan dalam kisaran 10% akibat

rendahnya harga di pasar internasional. Menurut informasi dari Gabungan Pengusaha

Kelapa Sawit Indonesia, industri pengolahan sawit di Sumatera Selatan saat ini juga sedang

mengalami stagnasi usaha. Hal tersebut disebabkan karena menurunya permintaan CPO

belakangan ini sehingga menyebabkan tangki penimbunan stok berada dalam kapasitas

maksimal dan tidak dapat lagi menerima pasokan bahan baku dari petani. Kondisi tersebut

telah memaksa dirumahkannya sekira 9.800 pegawai harian lepas. Kendala yang dihadapi

oleh sebagian besar pelaku usaha sawit diantaranya adalah : (1) Harga pupuk yang terus

melambung, terutama pupuk impor, (2) Biaya bahan bakar produksi yang relatif masih

tinggi. Dari industri pengolahan karet, tingkat produksi karet alam cenderung menurun

akibat musim hujan (musim gugur daun) sehingga menyebabkan pasokan bahan baku

industri berkurang. Semakin banyaknya kompetitor yang bergerak dalam industri yang tidak

diimbangi oleh jumlah pasokan bahan baku yang semakin terbatas, menyebabkan kenaikan

harga bahan baku karet yang diakui oleh para pengusaha akan menekan profit margin.

Sektor pertanian diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi

triwulanan tertinggi dibanding triwulan III 2008 yakni sebesar 20,54% yang disebabkan

karena menurunnya pertumbuhan triwulanan yang tinggi pada sub sektor tanaman

perkebunan dan sub sektor tanaman bahan makanan yang masing-masing turun sebesar

28,43% dan 27,25%.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

23

Kondisi curah hujan yang tinggi

dalam beberapa waktu terakhir mendorong

produksi buah sawit sehingga

meningkatkan volume produksi di sub

sektor ini. Namun demikian penurunan

harga komoditas sawit di pasar

internasional serta gejolak keuangan di AS

telah menyebabkan harga komoditas sub

sektor ini mengalami penurunan di tingkat

domestik serta menghambat pertumbuhan

secara keseluruhan.

Pada awal triwulan IV 2008, Gabungan Pengusaha Karet Indonesia menyatakan

bahwa secara umum kondisi perkaretan di Sumatera Selatan ini masih cukup baik,

meskipun memang terdapat penurunan produksi dan ekspor yang dipengaruhi oleh faktor

musiman dimana sedang berlangsung musim hujan dan gugur daun, atau masa paceklik

untuk bahan baku. Dalam rangka mengantisipasi dampak dari krisis keuangan di AS,

Gapkindo mengemukakan : (1) menghimbau petani untuk mengurangi frekuensi sadap dari

sehari sekali menjadi 2 hari sekali atau dari 2 hari sekali menjadi 3 hari sekali, sehingga stok

getah karet dapat disimpan di pohon, dan (2) memberi informasi kepada pasar bahwa

Gapkindo Sumatera Selatan akan mengurangi ekspor untuk memberikan opini kepada

pasar agar harga tidak dipermainkan.

Grafik 1.11 Perkembangan Curah Hujan

di Sumatera Selatan

050

100150200250300350400450500

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

tS

ep Okt

Nov

Des Ja

nFe

bM

arA

prM

eiJu

nJu

lA

ugS

ep Oct

Nov

2007 2008

mm

02468101214161820

hari

Curah Hujan Hari Hujan

Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten

Grafik 1.12 Pertumbuhan Triwulanan

Kinerja Sub Sektor Pertanian Triwulan IV 2008 (%)

-27.25

5.16

-28.43

-0.60

0.18

Tabama

Perkebunan

Peternakan

Kehutanan

Perikanan

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 1.13 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000

Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

1 8 .3 9 %

2 3 .8 6 %

1 7 .3 1 %

1 4 .1 2 %

0 .4 8 %

7 .8 9 %

8 .3 7 %

4 .2 1 %

5 .3 8 %

P e r ta n ia n P e r ta m b a n g a nIn d u s t r i L G AB a n g u n a n P H RA n g k u ta n K e u . S e w aJ a s a - ja s a

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

24

Rata-rata harga CPO dunia pada triwulan IV tercatat sebesar USD454,68/metrik ton,

menurun sebesar 47,48% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).

Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, harga CPO tercatat mengalami

penurunan sebesar 45,68% dari sebesar USD836,97/metrik ton menjadi sebesar

USD454,68/metrik ton. Sementara itu, harga karet dunia juga menunjukkan trend

penurunan, dimana pada triwulan ini tercatat sebesar USD220,59/kg atau menurun sebesar

11,28% dibandingkan dengan rata-rata harga pada triwulan IV 2007 sebesar

USD248,63/kg atau menurun sebesar 32,94% dibandingkan harga pada triwulan

sebelumnya sebesar USD328,94/kg.

Sub sektor yang mengalami pertumbuhan secara triwulanan pada sektor pertanian

adalah sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Sub sektor ini mengalami pertumbuhan

sebesar 5,16% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Rendahnya kinerja pertumbuhan triwulanan sub sektor tanaman bahan makanan

pada triwulan IV 2008 karena periode tersebut merupakan masa tanam. Menurut informasi

dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Selatan diperoleh keterangan

bahwa luas tanam dan luas panen padi di Sumatera Selatan pada tahun 2008 masing-

masing tercatat sebesar 738.210 Ha dan 730.133 Ha.

Tabel 1.3Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha)

LT LP LT LP LT LP LT LP LT LP

1 Palem bang 45 47 5,484 5 845 5,723 86 1,233 6,460 7,0082 M usi Banyuasin 4,765 22,004 17,305 23,050 1,772 13,438 41,181 5,796 65,023 64,2883 Banyuasin 29,391 101,004 31,108 47,725 6,534 29,479 126,721 6,374 193,754 184,5824 Ogan Ilir 267 2,120 36,368 815 8,127 33,684 2,081 10,552 46,843 47,1715 Ogan Kom ering Ilir 7,958 44,487 51,690 18,155 9,454 48,674 43,697 12,099 112,799 123,4156 OKU Tim ur 24,255 41,916 39,552 29,934 5,675 35,750 46,820 5,266 116,302 112,8667 Ogan Kom ering Ulu 1,188 5,086 1,637 3,229 361 1,509 8,792 639 11,978 10,4638 OKU Selatan 4,050 5,416 6,396 3,132 1,134 4,644 6,139 1,179 17,719 14,3719 M uara Enim 4,192 16,262 20,737 7,868 3,360 18,752 22,863 8,685 51,152 51,567

10 Lahat 6,050 13,932 6,564 7,307 4,190 6,665 18,285 4,088 35,089 31,99211 M usi Rawas 11,438 20,861 10,010 14,303 11,940 7,196 21,232 12,067 54,620 54,42712 Pagar Alam 1,556 1,664 1,587 1,748 1,442 1,435 1,679 1,370 6,264 6,21713 Prabumulih 0 799 502 430 23 303 234 222 759 1,75414 Lubuk Linggau 948 784 1,263 1,013 1,141 1,206 623 1,084 3,975 4,08715 Empat Lawang 5,721 5,763 2,177 4,673 2,578 3,650 4,997 1,840 15,473 15,926

Jum lah 101,824 282,145 232,380 163,387 58,576 212,108 345,430 72,494 738,210 730,133

SASARANNo Kabupaten/ Kota Tw I Tw III

TotalTw IV

REALISASITw II

Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

25

1.3 Perkembangan PDRB dari Sisi Penggunaan

Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) dari sisi

penggunaan masih didominasi oleh konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi

tercatat sebesar 1,99% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta

nirlaba, serta konsumsi pemerintah masing-masing tercatat sebesar 1,17%, 4,58% dan

7,86%. Namun demikian, seperti terkonfirmasi oleh Survei Konsumen Palembang, keyakinan

konsumen terhadap kondisi perekonomian pada triwulan IV 2008 berada pada kisaran

pesimis yakni di bawah 100 (lihat Suplemen 4. Indeks Keyakinan Konsumen Palembang

Meningkat).

Tabel 1.4

Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (%)

2007

IV I II III IV

1. Konsumsi Rumah Tangga 6.92 7.36 7.04 9.52 1.17

2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 7.77 8.36 8.38 7.47 4.58

3. Konsumsi Pemerintah 9.15 9.31 12.08 11.92 7.86

4. Investasi 0.16 (0.15) (14.38) (12.63) 38.03

5. Ekspor Barang dan Jasa 10.60 13.82 11.99 8.90 (5.71)

6. Impor Barang dan Jasa 8.88 9.67 8.66 8.58 8.46

TOTAL 7.01 8.17 4.97 5.23 2.26

Penggunaan2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Dari kegiatan perdagangan, ekspor tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan

ekonomi sebesar 5,71%, mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahunan

pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,90%. Sementara itu, impor mencatat

pertumbuhan tahunan sebesar 8,46%, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 8,58%.

Turunnya nilai ekspor sangat erat kaitannya dengan memburuknya kegiatan usaha

para pelaku usaha di Sumatera Selatan pada triwulan ini. Kondisi krisis ekonomi global yang

berimbas pada menurunnya permintaan dunia terhadap komoditas/produk unggulan

Sumatera Selatan menyebabkan sebagian besar para pelaku usaha yang bergantung pada

sektor tersebut mengalami kerugian yang cukup besar.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

26

Grafik 1.14 Perkembangan Kegiatan Usaha

Sumber : SKDU KBI Palembang

Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV 2008 mengindikasikan

terjadinya penurunan kegiatan usaha dari triwulan dari persepsi kalangan dunia usaha

dibanding triwulan sebelumnya yang tercermin dengan penurunan nilai Saldo Bersih

Tertimbang (SBT)1 menjadi -9,07% dibandingkan dengan triwulan III 2008 yang

sebelumnya tercatat sebesar 18.98% (lihat grafik 1.14)

Ditinjau dari sektor ekonomi, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan

hotel dan restoran mengalami penurunan. Sektor pertanian bersaldo nol, sedangkan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan memiliki SBT 0,75%. Penurunan kegiatan usaha

di triwulan IV terlihat dari penurunan indikator usaha seperti volume produksi maupun

pesanan.

Secara triwulanan (qtq), komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi

adalah investasi yang tercatat meningkat sebesar 19,01%. Berdasarkan keterangan dari

Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Propinsi Sumsel, pertumbuhan investasi tersebut

tidak terlepas dari adanya kucuran dana realisasi penanaman modal beberapa investor yang

bergerak di sektor pertanian (perkebunan), sektor pertambangan, sektor bangunan, serta

sektor telekomunikasi pada akhir tahun 2008 ini.

Meningkatnya investasi tidak terlepas dari semakin membaiknya situasi dan kondisi

bisnis di Sumatera Selatan. Secara umum situasi bisnis pada triwulan IV 2008 mengalami

1 SBT adalah selisih antara jawaban meningkat (optimis) dengan jawaban menurun (pesimis) yang dikalikan dengan bobot masing-masing sektor ekonomi.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

27

sedikit kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terindikasikan

melalui nilai saldo bersih sebesar 28,57% untuk triwulan ini, diatas angka triwulan lalu yang

tercatat sebesar 26,09%.

Grafik 1.15 Perkembangan Situasi Bisnis

Sumber : SKDU KBI Palembang

Kondisi investasi pada triwulan I 2009 juga berpeluang membaik seiring dengan

membaiknya kondisi perekonomian dunia yang diperkirakan mulai pulih pada triwulan I

2009. Hal tersebut yang mendasari keyakinan bahwa kegiatan investasi akan akan sedikit

membaik.

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (%) 2007

IV I II III IV

1. Konsumsi Rumah Tangga 2.67 (0.60) 2.22 4.98 (5.15)

2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 3.76 (0.06) 1.78 1.82 0.97

3. Konsumsi Pemerintah 5.16 (2.34) 3.89 4.89 1.35

4. Investasi (24.67) 9.47 (6.58) 13.42 19.01

5. Ekspor Barang dan Jasa 2.59 (1.57) 4.69 3.01 (11.17)

6. Impor Barang dan Jasa 2.06 2.15 1.61 2.50 1.95

TOTAL (2.48) (0.40) 2.12 6.09 (5.23)

Penggunaan2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

28

1.4. Struktur Ekonomi

Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni

sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar

42,25%. Pangsa sektor primer tersebut sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 44,38%. Penurunan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor

pertanian dari sebesar 21,93% menjadi 18,39%.

Sektor sekunder mengalami

peningkatan pangsa menjadi 25,68%

dari triwulan sebelumnya sebesar

25,05%. Peningkatan pangsa di sektor

sekunder tersebut disebabkan oleh

peningkatan pangsa pada seluruh sub

sektor. Sektor industri pengolahan, sektor

LGA, serta sektor bangunan masing-

masing mengalami peningkatan pangsa

sebesar 0,10%, 0,02%, dan 0,51%.

Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008

2007

IV I II III IV

1. Pertanian 19.11% 19.16% 20.06% 21.93% 18.39%

2. Pertambangan 24.17% 23.96% 23.58% 22.45% 23.86%

Sektor Primer 43.28% 43.12% 43.64% 44.38% 42.25%

3. Industri 17.92% 17.81% 17.51% 17.21% 17.31%

4. Listrik, Gas, Air 0.49% 0.49% 0.49% 0.46% 0.48%

5. Bangunan 7.67% 7.60% 7.54% 7.38% 7.89%

Sektor Sekunder 26.09% 25.89% 25.54% 25.05% 25.68%

6. Perdagangan 13.87% 13.86% 13.92% 13.91% 14.12%

7. Pengangkutan 4.83% 4.85% 4.81% 4.85% 5.38%

8. Keuangan 3.98% 4.16% 4.10% 3.98% 4.21%

9. Jasa-Jasa 7.95% 8.12% 7.99% 7.84% 8.37%

Sektor Tersier 30.64% 30.99% 30.82% 30.58% 32.08%

T o t a l 100% 100% 100% 100% 100%

Sektor2008

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 1.16 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Tw. IV 2007 Tw. I 2008 Tw. II 2008 Tw. III 2008 Tw. IV 2008

Pers

en

Primer Sekunder Tersier

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

29

Pangsa sektor tersier sedikit meningkat dari sebesar 30,58% pada triwulan

sebelumnya menjadi 32,08%. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya peningkatan

pangsa dari seluruh sub sektor pada sektor ini.

Dari sisi penggunaan, secara struktural konsumsi masih memperlihatkan peran

yang dominan pada PDRB Sumatera Selatan dengan kontribusi sebesar 68,66%, yang

meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 68%.

Kontribusi konsumsi rumah tangga tercatat sebesar 59,24%, meningkat apabila

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 59,19%. Demikian pula dengan konsumsi

pemerintah meningkat menjadi sebesar 8,26% dari sebesar 7,72% pada triwulan III-2008.

Adapun konsumsi swasta nirlaba tercatat mengalami peningkatan pangsa dari sebesar

1,09% menjadi 1,16%.

Tabel 1.7

Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008

2007

IV I II III IV

84.31 85.58 84.32 84.63 89.54

68.84 68.57 68.76 68.00 68.66

1. Konsumsi Rumah Tangga 59.88 59.76 59.82 59.19 59.24

2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 1.14 1.14 1.14 1.09 1.16

3. Konsumsi Pemerintah 7.83 7.68 7.81 7.72 8.26

15.47 17.01 15.56 16.63 20.88

15.69 14.42 15.68 15.37 10.46

44.59 44.07 45.18 43.87 41.12

28.91 29.65 29.50 28.50 30.66b. Impor Barang dan Jasa

I. Komponen Internal

II. Komponen Eksternal

Penggunaan

a. Komponen Konsumsi

b. PMTDB

a. Ekspor Barang dan Jasa

2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

1.5. Perkembangan Ekspor Impor

1.5.1. Perkembangan Ekspor

Ekspor Sumatera Selatan selama tiga bulan terakhir (Sept-November 2008) tercatat sebesar

USD653,21 juta atau menurun sebesar 10,55% dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya (yoy) yang sebesar USD730,22 juta. Sementara itu dibanding periode triwulan

sebelumnya (qtq), nilai ekspor tercatat menurun sebesar 8,08 % dari sebesar USD710,63

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

30

juta. Berdasarkan komoditas, pangsa nilai ekspor terbesar dicatat oleh komoditas karet

adalah sebesar 73,98%.

Tabel 1.9 Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan

(Juta USD)

2007Jan- Nov 07 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Jan-Nov 08 YoY (%)

Total Ekspor 2,422.66 253.59 239.71 279.51 200.80 263.86 268.56 223.17 218.89 288.13 167.09 197.99 2,601.30 7.37 Karet 1,285.25 127.24 158.49 160.10 159.24 189.18 153.39 190.58 170.35 234.74 136.22 112.31 1,791.86 39.42 Batubara 22.02 2.23 1.83 2.90 5.48 3.87 5.78 3.56 9.20 7.46 4.78 11.05 58.13 163.94 Sawit 318.29 92.03 56.75 99.13 15.02 47.41 93.56 7.16 25.60 22.81 13.02 60.73 533.22 67.53 Lain-lain 797.10 32.10 22.63 17.38 21.06 23.39 15.83 21.87 13.75 23.12 13.07 13.90 218.08 (72.64)

2008

Sumber : DSM Bank Indonesia

Sampai dengan November 2008, nilai ekspor Sumsel tercatat sebesar USD 2.601,30

juta atau meningkat sebesar 7,37% dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun

sebelumnya sebesar USD2.422,66

Berdasarkan volume, ekspor pada periode September-November 2008 tercatat

sebesar 726,43 ribu ton atau menurun sebesar 12,49% dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 841,54 ribu ton atau meningkat sebesar

5,77% periode Juni-Agustus 2008 (qtq) yang tercatat sebesar 696,28 ribu ton.

Tabel 1.8Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera Selatan (USD)

Sept 07-Nov 07 Des 07-Feb 08 Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags 08 Sept 08-Nov 09

Total Ekspor 730,220,771 688,945,339 744,155,718 710,630,374 653,212,746

Karet 377,628,590 401,333,994 508,521,822 514,331,784 483,273,250

Batubara 7,731,700 7,855,573 12,250,891 18,537,224 23,287,647

Sawit 113,696,698 193,606,184 161,562,467 126,317,476 96,563,950

Lain-lain 231,163,783 86,149,588 61,820,538 51,443,890 50,087,899

Sumber : DSM Bank Indonesia

08

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

31

Grafik 1.17 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi

Sumatera Selatan

730.22

688.95

744.16

710.63

653.21

25.56

20.11

11.068.03

(10.55)

11.01

(5.65)

8.01

(4.51)(8.08)

600

620

640

660

680

700

720

740

760

Sept 07-Nov07

Des 07-Feb08

Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags08

Sept 08-Nov08

USD

Juta

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

20

25

30

Per

sen

Nilai EksporPertumbuhan Tahunan (yoy)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.18 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi

Sumatera Selatan

841.54

763.43

845.84

696.28736.43

3.40

(5.78)

(17.50)

(30.04)

(12.49)(15.45)

(9.28)

10.79

(17.68)

5.77

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Sept 07-Nov07

Des 07-Feb08

Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags08

Sept 08-Nov08

Ribu

Ton

(35)

(30)

(25)

(20)

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

Pers

en

Volume EksporPertumbuhan Tahunan (yoy)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.19 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera

Selatan Berdasarkan Negara Tujuan

497.24 539.25 546.19 538.52469.50

119.20 23.77 33.87 32.8043.24

31.5329.53 32.58 29.31

31.26

24.8522.02 33.57 34.04

41.48

57.4074.38

97.94 75.9667.74

-

100

200

300

400

500

600

700

800

Sept 07-Nov 07Des 07-F

eb 08Mar 08-M

ei 08Jun 08-

Ags 08Sept 08-Nov 08

USD

Jut

a

Singapura Malaysia China USA Lainnya

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.20Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan Negara Tujuan Sept-Nov 2008

Lainnya10.37%

China4.79%

Malaysia6.62%

USA6.35%

Singapura

71.88%

Sumber : DSM Bank Indonesia

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

32

Berdasarkan negara tujuan ekspor, pada triwulan ini negara Singapura merupakan

tujuan utama ekspor Sumatera Selatan dengan pangsa sebesar 71,88%, diikuti oleh

Malaysia sebesar 6,62 %, Amerika Serikat sebesar 6,35%, dan China sebesar 4,79%.

1.5.2. Perkembangan Impor

Realisasi impor periode triwulan ini tercatat sebesar USD81,74 juta, meningkat sebesar

55,92% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar

USD52,43 juta. Dibandingkan periode Juni-Agustus 2008 terjadi peningkatan impor sebesar

47,05% dari sebesar USD55,59 juta. Peningkatan nilai impor secara triwulanan ini terkait

dengan meningkatnya impor pupuk dan bahan kimia yang banyak digunakan untuk

menunjang sektor pertanian.

Berdasarkan negara asal, pangsa impor Sumatera Selatan yang terbesar masih

berasal dari negara China yakni sebesar 10,17%, diikuti oleh Malaysia sebesar 10,48%

diikuti oleh China sebesar 10,17%, dan Singapura sebesar 3,86%.

Grafik 1.21 Perkembangan Nilai Impor Propinsi

Sumatera Selatan

52.43

35.47

56.18

81.74

55.59

(46.98)

(4.48)

25.45

(32.35)

(1.05)

33.02

60.91

55.9258.39

47.05

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Sept 07-Nov 07 Des 07-Feb 08 Mar 08-Mei 08 Jun 08-Ags 08 Sep 08-Nov 08

US

D Ju

ta

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

Pers

en

Nilai ImporPertumbuhan Tahunan (yoy)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.22 Perkembangan Volume Impor Propinsi

Sumatera Selatan

104.3894.25 98.14

64.70

126.12

(14.35)

20.46

(9.29)

20.84

46.33

(9.70)

4.12

(34.07)

94.94

(3.06)

-

20

40

60

80

100

120

140

Sept 07-Nov 07Des 07-Feb 08Mar 08-Mei 08Jun 08-Ags 08Sep 08-Nov 08

Rib

u To

n

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

120

Pers

en

Volume ImporPertumbuhan Tahunan (yoy)Pertumbuhan Triwulanan (qtq)

Sumber : DSM Bank Indonesia

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

33

Grafik 1.23 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera

Selatan Berdasarkan Negara Asal

11.192.32

14.40 11.98 8.31

3.88

4.93

6.521.49

1.34

5.15

5.41

12.38

11.768.57

1.83

2.46

2.289.22

3.15

30.37

20.35

20.60 21.1460.38

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Sept 07-Nov 07Des 07-Fe

b 08Mar 08-Mei 08

Jun 08-Ags 08

Sep 08-Nov 08

USD

Jut

a

China USA Malaysia Singapura Lainnya

Sumber : DSM Bank Indonesia

Grafik 1.24 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Sept-Nov 2008

Lainnya73.86%

China10.17%

Malaysia10.48%

USA1.63%

Singapura

3.86%

Sumber : DSM Bank Indonesia

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

34

PENGARUH MELEMAHNYA HARGA KOMODITAS DUNIA TERHADAP

PDRB PERKEBUNAN SUMATERA BAGIAN SELATAN

Kasus gagal bayar subprime mortgage yang terjadi di AS menyebabkan tergerusnya aset-aset finansial global yang telah saling terkait satu sama lain pada era bubble economy. Nilai aset yang jatuh sedemikian rupa membuat perusahaan-perusahaan berkelas internasional bangkrut dan juga merugikan investor dalam jumlah besar. Hal ini berpengaruh pada memburuknya nilai kekayaan, realokasi portofolio dan flight to quality, serta lesunya permintaan berbagai komoditas akibat daya beli yang menurun. Sebagai konsekuensinya, harga berbagai komoditas di pasar dunia mengalami penurunan. Hal ini berimbas pada nilai tambah sektor riil, termasuk juga komoditas unggulan ekspor di Sumatera Bagian Selatan. Penurunan harga CPO, karet, dan berbagai komoditas unggulan lainnya menyebabkan penurunan PDRB, khususnya PDRB Perkebunan di Sumbagsel. Menurunnya penjualan produk hilir dari karet yang juga sebagai akibat dari menurunnya permintaan dunia, mempunyai andil besar dalam menurunnya ekspor karet Sumbagsel.

Gambar 1. Transmisi Krisis Global terhadap PDRB Perkebunan Sumbagsel

Suplemen 2

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

35

Walaupun secara bersamaan nilai tukar Rupiah mengalami depresiasi akibat derasnya capital outflow, hal ini tidak dapat mempertahankan nilai tambah ekspor komoditi, khususnya sawit dan karet. Untuk menjelaskan secara formal sensitivitas antara perubahan harga karet dan sawit dunia terhadap PDRB perkebunan, perlu juga dimasukkan beberapa variabel penjelas tambahan untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh variabel lainnya terhadap PDRB perkebunan, sehingga kemungkinan koefisien yang dihasilkan bias atau inefisien semakin kecil. Sesuai dengan pola transmisi di atas, setidaknya satu variabel lain, yaitu nilai tukar, harus disertakan. Melemahnya permintaan dunia tidak hanya terjadi pada CPO dan karet, namun juga terjadi pada berbagai komoditi lainnya. Sehingga seringkali harga antar komoditi mempunyai korelasi yang kuat.

Tabel 1. Matriks Korelasi Harga Komoditas Unggulan Sumbagsel di Pasar Internasional

COAL COFFEE CPO IDR RUB TIMAH WTI

COAL 1.00 0.45 0.44 0.22 0.33 0.60 0.72

COFFEE 1.00 0.94 0.02 0.83 0.88 0.90

CPO 1.00 -0.03 0.75 0.83 0.89

IDR 1.00 -0.18 -0.14 0.16

RUB 1.00 0.89 0.75

TIMAH 1.00 0.88

WTI 1.00

Merujuk pada Gujarati, dua variabel memiliki tingkat korelasi yang kuat jika mempunyai angka korelasi di atas 0.8. Maka, harga kopi mempunyai korelasi yang kuat dengan harga CPO, karet, timah, dan minyak. Kemudian harga CPO mempunyai korelasi yang kuat dengan harga timah dan minyak. Selain itu, harga karet juga mempunyai korelasi yang kuat dengan harga timah.

Berdasarkan korelasi tersebut, tidak seluruh harga komoditi dapat digunakan secara bersamaan dalam regresi. Harga komoditas yang dipergunakan hanya CPO dan karet sebagai komoditas unggulan di Sumbagsel, tingkat korelasi keduanya di bawah 0.8.

Merujuk pada pola data, berbeda dengan propinsi lainnya, PDRB perkebunan Sumsel sangat sensitif terhadap faktor musiman. Sehingga, variabel dummy perlu disertakan untuk memperkecil residual dan mencegah parameter variabel independen yang tidak efisien. Karena data yang digunakan adalah panel, maka variabel dummy tersebut harus di terapkan di seluruh cross-section, namun tanpa dikenakan restriksi antar cross-section.

Untuk simplifikasi model, variabel independen disederhanakan menjadi hanya harga komoditas dan nilai tukar. Dengan kata lain, seluruh variabel lainnya yang secara simultan mempengaruhi PDRB perkebunan dianggap sudah terwakili oleh kedua variabel tersebut atau mengikuti pola stokastik error. Hal ini dimungkinkan, walaupun tidak sempurna, jika mempertimbangkan kerangka pikir di atas. Data yang digunakan masing-masing sebagai berikut : (1) data PDRB perkebunan riil yang diperoleh dari BPS, (2) rerata harga dunia CPO dan karet yang diperoleh dari Bloomberg, dan (3) rerata nilai tukar IDR/USD yang diperoleh dari Bank Indonesia. Cross-section yang digunakan adalah Sumatera Selatan, Bandar

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

36

Lampung, dan Bangka Belitung, sedangkan time series yang digunakan adalah kuartalan sejak Q1 2005 sampai dengan Q3 2008. Tidak diikutsertakannya Bengkulu dikarenakan data PDRB Bengkulu tidak memilah sektor pertanian sampai dengan sektor perkebunan. Berdasarkan penjelasan di atas, spesifikasi model yang digunakan secara formal adalah sebagai berikut:

Model 1, Koefisien umum:

Model 1, Koefisien spesifik:

Model 2, Koefisien umum:

Model 2, Koefisien spesifik:

Dimana Y merupakan PDRB perkebunan riil, Pcpo merupakan harga CPO dunia, Prub harga karet dunia, ER adalah nilai tukar, D merupakan variabel dummy kuartalan, dan u adalah stokastik error. Nilai µ=0 untuk model pertama dan 1 untuk model kedua. K=3 adalah jumlah dummy, dan t adalah waktu. a, b, c, d, dan e merupakan parameter. Nilai D1, D2, dan D3 adalah 1 berturut-turut pada kuartal 2, 3, dan 4, serta bernilai 0 pada observasi lainnya. Hal ini untuk mengakomodasi faktor musiman yang mempengaruhi PDRB perkebunan. Huruf m mendenotasikan cross-section, dan huruf t mendenotasikan waktu. Elemen perkalian antara harga dan nilai tukar dapat dijelaskan sebagai harga di dalam nilai tukar domestik, dalam hal ini Rupiah.

Regresi dilakukan dengan menggunakan metode data panel. Karena jumlah cross-section yang lebih kecil dibandingkan jumlah parameter, dank arena terdapat spesifikasi koefisien yang spesifik menurut cross-section, maka penggunaan efek acak (random effect) tidak dimungkinkan. Karena itu, metode yang digunakan adalah efek tetap (fixed effect) tanpa terlebih dahulu memilih metode dengan menggunakan uji Hausman.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

37

Tabel 2. Hasil Estimasi Model 1

Koefisien umum Koefisien spesifik Variabel

Sumsel Lampung Babel Sumsel Lampung Babel

harga CPO 0.18549* 0.20862** 0.11730*** 0.23054

Harga karet 0.12615*** 0.09552** 0.08680*** 0.19613*

Nilai tukar 0.88528* -0.13796 0.18274 2.61105**

Dummy Q2 0.34593*** -0.02853 0.05831 0.33136*** -0.02691* 0.071263

Dummy Q3 0.62846*** -0.03362 0.16579 0.61295*** -0.02671 0.174397

Dummy Q3 0.31145*** -0.03652 0.10435 0.31387*** -0.03009*** 0.095505

R2 0.982330 0.984255

DW stat 1.580979 2.124439

S.E 0.087406 0.082507

* Signifikan pada nilai kritis 10% ** Signifikan pada nilai kritis 5% *** Signifikan pada nilai kritis 1%

Grafik 2. Perbandingan Nilai Actual dan Fitted PDRB Sektor Perkebunan Sumbagsel Berdasarkan Model 1

Sumatera Selatan Lampung Bangka-Belitung

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

2000000

05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3

YREAL_PAL (Baseline) Actuals

YREAL_PAL

700000

750000

800000

850000

900000

950000

05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3

YREAL_LAM (Baseline) Actuals

YREAL_LAM

160000

200000

240000

280000

320000

360000

05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3

YREAL_BAB (Baseline) Actuals

YREAL_BAB

Estimasi tersebut menghasilkan statistik R yang cukup tinggi, menunjukkan bahwa lebih dari 98% variasi pada data dapat diterangkan oleh model. Angka DW statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada kedua regresi.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa secara keseluruhan, penurunan harga CPO internasional sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.19%. Penurunan harga karet internasional akan menurunkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.13%. Lebih sensitifnya perubahan harga CPO dalam mempengaruhi PDRB dapat disebabkan karena adanya perbedaan elastisitas permintaan antara komoditas CPO dan karet. Kemudian, dapat diperkirakan pula bahwa depresiasi Rupiah sebesar 1% akan

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

38

meningkatkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.88% karena menjadikan komoditi ekspor Sumbagsel menjadi lebih kompetitif di pasar internasional.

Secara spesifik menurut propinsi, penurunan harga CPO sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumatera Selatan dan Bandar Lampung masing-masing sebesar 0.21% dan 0.12%. Sedangkan penurunan harga karet sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumatera Selatan, Bandar Lampung, dan Bangka Belitung masing-masing sebesar 0.1%, 0.09%, dan 0.2%. Sedangkan untuk variabel nilai tukar, depresiasi Rupiah sebesar 1% akan meningkatkan PDRB perkebunan Bangka Belitung sebesar 2.61%.

Selain itu, hasil estimasi mengindikasikan bahwa faktor musiman sangat signifikan dalam mempengaruhi pola PDRB perkebunan di Sumatera Selatan. Regresi dengan koefisien spesifik menjelaskan bahwa terdapat sedikit faktor musiman pada pola pergerakan PDRB perkebunan Bandar Lampung.

Tabel 3. Hasil estimasi model 2

Koefisien umum Koefisien spesifik Variabel

Sumsel Lampung Babel Sumsel Lampung Babel

harga CPO*

Nilai tukar

0.18011* 0.21276*** 0.11750*** 0.210059

Harga karet*

Nilai tukar

0.11572*** 0.10355** 0.08719*** 0.156434

Dummy Q2 0.33917*** -0.03529 0.05155 0.33657*** -0.0267* 0.045521

Dummy Q3 0.62178*** -0.0403 0.15911 0.61809*** -0.02647 0.148966

Dummy Q3 0.31419*** -0.03377** 0.10710 0.31175*** -0.03019*** 0.105952

R2 0.987295 0.988106

DW stat 1.501594 1.612991

S.E 0.088298 0.091546

* Signifikan pada nilai kritis 10% ** Signifikan pada nilai kritis 5% *** Signifikan pada nilai kritis 1% Berbeda dengan sebelumnya, pada model kedua ini, diasumsikan pergerakan nilai tukar Rupiah sebagai variabel yang blended dengan harga. Dengan kata lain, dalam mengambil keputusan atas impor, importir hanya memperdulikan nilai riil yang harus dibayarkan, tanpa memperdulikan fluktuasi dan ekspektasi perubahan nilai tukar pada triwulan berikutnya.

Berdasarkan hasil estimasi, penurunan harga CPO dalam Rupiah sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan SUmbagsel sebesar 0.18%, sedangkan penurunan harga karet dalam Rupiah sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumbagsel sebesar 0.11%. Kemudian secara spesifik, penurunan harga CPO dalam Rupiah sebesar 1% akan menurunkan PDRB perkebunan Sumsel dan Bandar Lampung masing-masing sebesar 0.21% dan 0.12%, sedangkan penurunan harga karet dalam Rupiah sebesar 1% akan

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

39

menurunkan PDRB perkebunan Sumatera Selatan dan Bandar Lampung masing-masing sebesar 0.1% dan 0.09%. Seperti model sebelumnya, faktor musiman juga tampak signifikan di Sumatera Selatan dan Bandar Lampung, dengan momentum pertumbuhan tertinggi pada kuartal ketiga untuk Sumatera Selatan dan kuartal pertama untuk Bandar Lampung.

Grafik 3. Perbandingan Nilai Actual dan Fitted PDRB Sektor Perkebunan Sumbagsel Berdasarkan Model 2

Sumatera Selatan Lampung Bangka-Belitung

600000

800000

1000000

1200000

1400000

1600000

1800000

2000000

05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3

YREAL_PAL (Baseline) Actuals

YREAL_PAL

720000

760000

800000

840000

880000

920000

960000

05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3

YREAL_LAM (Baseline) Actuals

YREAL_LAM

160000

200000

240000

280000

320000

360000

05:1 05:3 06:1 06:3 07:1 07:3 08:1 08:3

YREAL_BAB (Baseline) Actuals

YREAL_BAB

Berdasarkan seluruh regresi yang telah dilakukan, hasil koefisien yang dihasilkan adalah konsisten antara satu regresi dengan regresi lainnya. Kesimpulan umum yang dihasilkan adalah: Pertama, perubahan harga CPO lebih berpengaruh terhadap perubahan PDRB perkebunan Sumbagsel dibandingkan perubahan harga karet. Namun, perbedaan sensitivitas ini dapat dipengaruhi oleh tingkat korelasi yang berbeda antara harga CPO dan harga karet terhadap harga komoditi lain yang juga signifikan dalam mempengaruhi PDRB perkebunan Sumsel. Kedua, depresiasi Rupiah mampu meningkatkan PDRB perkebunan jika diperhatikan melalui data rata-rata triwulanan. Ketiga, terdapat faktor musiman yang signifikan dalam mempengaruhi PDRB perkebunan di Sumsel dan Bandar Lampung.

Menurunnya permintaan dunia secara drastis mengancam sektor perkebunan di Sumbagsel. Padahal, Sumbagsel masih sangat bergantung pada sektor perkebunan. Di saat pasar secara natural tidak dapat memenuhi harapan industri, maka peran pemerintah dan bank sentral sangat krusial dalam menjaga kelangsungan industri tersebut pada jangka pendek, baik misalnya melalui pelonggaran ketentuan perkreditan melalui pengurangan bobot risiko. Sementara itu, dalam jangka panjang, Sumbagsel harus mendiversifikasi sektor penyumbang PDRB dan mengoptimalkan perdagangan antar daerah.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

40

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

2.1. Inflasi Tahunan

Inflasi1 tahunan kota Palembang pada triwulan IV 2008 adalah sebesar 11,15% (yoy), atau

mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan inflasi pada Tw-III lalu yang mencapai

14,19%. Namun demikian angka tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan inflasi

pada triwulan yang sama tahun 2007 yang hanya sebesar 10,87%.

Penurunan tekanan inflasi tersebut tidak

terlepas dari krisis finansial global yang

berdampak pada penurunan harga

komoditi internasional, yang secara

langsung menurunkan nilai tambah

komoditi ekspor unggulan propinsi

Sumatera Selatan. Anjloknya harga

komoditi menyebabkan penurunan

pendapatan dan daya beli masyarakat

terutama yang menggantungkan mata

pencahariannya pada usaha perkebunan

khususnya karet dan kelapa sawit.

Menurunnya inflasi pada triwulan IV 2008

didukung juga oleh kebijakan pemerintah

yang telah menurunkan harga Bahan

Bakar Minyak (BBM) pada awal Desember

2008.

Berdasarkan kelompok barang, kelompok bahan makanan mengalami inflasi

tahunan tertinggi yaitu 15.90%. Urutan kedua dan ketiga dicatat oleh kelompok 1 Penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia sejak 1 Juli 2008 menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar 2002) yang didasarkan pada hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2007. Cakupan kota bertambah dari 45 kota menjadi 66 kota. Paket komoditas secara nasional naik dari 744 pada tahun 2002 menjadi 774 di tahun 2007, sementara paket komoditas untuk kota Palembang juga bertambah dari 314 komoditas menjadi 360 komoditas.

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy)

Palembang

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan *) Tahun Dasar 2007 = 100

6.55 6.84

9.24 8.21

10.87

13.96 14.19

11.15

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

Pers

en

PERKEMBANGAN INFLASI KOTA PALEMBANG 2

Perkembangan Inflasi Kota Palembang �

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

42

perumahan, air, listrik & bahan bakar serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok &

tembakau yaitu masing-masing sebesar 13,66% dan 12,86%. Di sisi lain, inflasi terendah

terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi serta kelompok pendidikan, rekreasi

dan olahraga masing-masing sebesar 4,38% dan 6,70%.

Grafik 2.2 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang

per Kelompok Pengeluaran Triwulan IV 2008

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Seperti pada triwulan III 2008, penyebab inflasi tahunan di kelompok bahan

makanan antara lain karena tingginya inflasi pada sub kelompok kacang-kacangan, sub

kelompok lemak dan minyak serta sub kelompok daging & hasil-hasilnya. Keterkaitan yang

erat antara harga komoditi kacang-kacangan di pasar dunia yang mempengaruhi harga

komoditi tersebut di pasar nasional umumnya dan juga Sumatera Selatan khususnya

menyebabkan peningkatan harga yang terjadi di pasar internasional berpengaruh pula

terhadap kenaikan harga komoditi tersebut di Sumatera Selatan, begitupun sebaliknya.

Pada pasar internasional, harga beberapa komoditi mengalami penurunan cukup

tajam sebagai dampak lanjutan dari terjadinya krisis perumahan di Amerika Serikat.

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pada triwulan IV 2008 harga terigu mengalami

penurunan dari 7,48 USD/bushel menjadi 4,70 USD/bushel, atau mengalami penurunan

sebesar 42,44% (yoy). Harga beras mengalami penurunan dari 614,15 USD/metrik ton

menjadi 547,21 USD/metrik ton. Kemudian, harga emas mengalami penurunan dari

868,54 USD/oz menjadi 797,17 USD/oz, dan harga kedelai mengalami penurunan dari

13,16 USD/bushel menjadi 8,65 USD/bushel, atau mengalami penurunan sebesar 15,42%

(yoy).

������

������

��������

����

����

����

����

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

Pers

en

Umum

Bahan Makanan

Makanan Jadi

Perumahan

Sandang

Kesehatan

Pendidikan

Perkembangan Inflasi Kota Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

43

Grafik 2.3

Perkembangan Harga Komoditas Strategis (yoy) di Pasar Internasional

Perkembangan Harga Terigu

Sumber : Bloomberg, diolah�

4.835.43

8.17 10.17 8.297.48

4.70

10.33 21.22

70.41

124.12

71.80

37.71

(42.44)(60)(40)(20)-20 40 60 80 100 120 140

0

2

4

6

8

10

12

Tw II Tw III

Tw IV

Tw I Tw II Tw III

Tw IV

Per

sen

US

D/B

ushe

l

Harga Terigu

Perkembangan Harga Beras

Sumber : Bloomberg, diolah�

315.19

332.92337.49

396.55

696.45614.15

547.21

9.36 13.03 16.41

32.80

120.96

84.47

62.14

-

20

40

60

80

100

120

140

0

100

200

300

400

500

600

700

800

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Per

sen

US

D/M

etri

k To

n

Harga Beras

Perkembangan Harga Emas

Sumber : Bloomberg, diolah �

667.58681.70

790.07924.95

897.30

868.54

797.17

6.46

9.78

28.56

42.23

34.41

27.41

0.90 -

5 10

15

20

25

30

35

40 45

0100200300400500600700800900

1000

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Per

sen

US

D/O

Z

Harga Emas

Perkembangan Harga Kedelai

Sumber : Bloomberg, diolah

7.438.27

10.23

12.7713.59

13.16

8.6531.15

50.98

66.06 81.21 82.90

59.20

(15.42)(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Tw II

Tw III

Tw IV

Tw I Tw II

Tw III

Tw IV

Per

sen

US

D/B

ushe

l

Harga Kedelai

Perkembangan Inflasi Kota Palembang �

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

44

Bila dibandingkan dengan triwulan III 2008, inflasi tahunan di seluruh kelompok

mengalami penurunan kecuali untuk kelompok pendidikan yang meningkat menjadi

6,70%. Kelompok barang yang mengalami penurunan inflasi tahunan paling drastis hingga

menjadi 15,90% dari yang semula 24,97% adalah kelompok bahan makanan. Hal tersebut

terkait dengan penurunan harga komoditi dunia dalam 3 bulan terakhir pada tahun 2008.

Selain itu, cuaca juga mendukung pencapaian panen di beberapa sentra produksi beras.

Penurunan laju inflasi juga diikuti oleh kelompok barang lainnya yang disebabkan oleh

mulai menurunnya permintaan seiring adanya penurunan daya beli masyarakat.

Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa

di Palembang

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

*) Tahun Dasar 2007 = 100

Inflasi tahunan kota Palembang secara historis lebih fluktuatif dibandingkan

nasional yang ditunjukkan oleh angka standar deviasi Palembang dan Nasional masing-

masing sebesar 4,34% dan 3,62%. Rata-rata inflasi kota Palembang dan inflasi nasional

pada periode Januari 2003 sampai dengan Desember 2008 masing-masing sebesar

10,57% dan 8,89%, sehingga Kota Palembang memiliki kecenderungan tingkat inflasi

lebih tinggi dari nasional dengan selisih rata-rata 1,75%.

11.15

15.90

12.8613.66

7.699.34

6.704.38

-

5�

10�

15�

20�

25�

30�

Tw�IV�07 Tw�I�08 Tw�II�08* Tw�III�08* Tw�IV�08*

Per

sen

Umum Bahan�Makanan

Makanan�Jadi Perumahan

Sandang Kesehatan�

Pendidikan Transportasi�&�Komunikasi

Perkembangan Inflasi Kota Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

45

Grafik 2.5 Perbandingan Inflasi Tahunan Palembang

dan Nasional

Sumber: Biro Pusat Statistik

Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan

Palembang dan Nasional, Januari 2003 - Desember 2008

Palembang Nasional Selisih

Rata-rata 10.57% 8.89% 1.75% Standar Deviasi 4.34 3.62 1.22

Maksimum 19.92% 17.11% 4.53%

Minimum 4.13% 5.11% -0.98% Sumber: BPS, diolah

2.2 Upaya Tim Pengendali Inflasi Daerah

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 telah

melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:

1.� Pemaparan mengenai upaya pengendalian inflasi di daerah oleh Tim Direktorat Riset

Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia dan pembahasan mengenai langkah-

langkah yang telah ditempuh setiap instansi dalam rangka pengendalian inflasi, telah

dilaksanakan pada 26 Maret 2008 dengan beberapa substansi yang diperoleh pada

diskusi tersebut adalah sebagai berikut:

a.� Harga beras dipengaruhi oleh kondisi/harga di propinsi tetangga dan tata niaga

yang tidak sehat.

b.� Infrastruktur juga disinyalir sebagai faktor yang berpengaruh terhadap

pembentukan inflasi. Berkaitan dengan hal tersebut, Dinas Perhubungan Propinsi

Sumatera Selatan telah memiliki program rutin yang diyakini dapat menekan inflasi,

diantaranya adalah pengaturan distribusi barang dan survei-survei volume beban

kendaraan.

2.� Penjelasan dari kepala pasar tradisional mengenai perkembangan pasokan barang,

banyaknya pedagang, tendensi kenaikan harga, dan informasi terkait dengan aktivitas

pasar lainnya yang telah dilaksanakan pada 13 Mei 2008. Beberapa hal yang diperoleh

dari penjelasan tersebut adalah sebagai berikut:

������

�����

�����

������

������

������

������

� ��� � ��� � ��� � ��� � ��� � ���

��� ���� ���� ��� ���� ����

������

Palembang Nasional

Perkembangan Inflasi Kota Palembang �

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

46

a.� Tidak terdapat penimbunan di pasar tradisional. Penentu naik turunnya harga

adalah faktor musiman, terutama untuk komoditas yang tidak tahan lama seperti

sayuran dan buah-buahan.

b.� Rencana kenaikan harga BBM bukan faktor utama penyebab naiknya harga suatu

komoditas, namun isu tersebut digunakan oleh oknum untuk menimbun komoditas

yang bisa bertahan lama, seperti beras, terigu dan minyak goreng.

3.� Identifikasi upaya-upaya yang telah dilakukan oleh dinas-dinas dan instansi terkait

dalam rangka pengendalian inflasi beserta kendala yang dihadapi, serta formulasi

rekomendasi kebijakan untuk Gubernur Sumatera Selatan dalam rangka pengendalian

inflasi yang telah dilaksanakan pada 14 Mei 2008.

4.� Identifikasi upaya-upaya dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga-harga pada

bulan puasa, lebaran, Natal, dan tahun baru yang telah dilaksanakan pada 26 Agustus

2008.

Tabel 2.2 Pokok-Pokok Upaya Pengendalian Inflasi yang Dikoordinasikan melalui

Tim Pengendalian Inflasi Daerah Area Langkah-langkah yang diambil

Pasokan •� Pengadaan (pembelian) beras •� Pemetaan lokasi pangkalan mitan. •� Menjaga ketahanan stok Sembako •� Konversi mitan ke LPG. •� Tindakan pemutusan hubungan usaha bagi pangkalan yang melakukan

penimbunan. •� Mengusulkan peningkatan kuota Sumatera Selatan atas tabung LPG 12 Kg. •� Pembinaan ke petani nelayan melalui pendamping pembudidaya

Distribusi •� Mempercepat penyaluran raskin •� Mengatur rute jaringan lintas angkutan barang di Palembang. •� Memberikan prioritas angkutan barang sembako di pelabuhan 35 Ilir. •� Mempermudah Perijinan untuk distributor •� Koordinasi dengan pihak terkait antara lain dengan pihak pelabuhan •� Meningkatkan jumlah distributor •� Pengaturan operasional Pelabuhan Penyeberangan 35 Ilir

Harga •� Monitoring harga Sembako setiap hari pada 7 pasar yang berbeda •� Operasi pasar minyak goreng dan kedelai •� Himbauan penurunan margin •� Menghapus pungutan-pungutan di jalan •� Pengawasan tarif angkutan •� Merencanakan formula penyesuaian tarif angkutan dalam kota. •� Penetapan HET sembako dilakukan apabila terjadi kenaikan yg signifikan. •� Koordinasi dengan pengusaha angkutan darat (khususnya ekspedisi angkutan

barang) untuk mengenakan tarif angkutan yang realistis.

Perkembangan Inflasi Kota Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

47

Area Langkah-langkah yang diambil Pembiayaan •� Bantuan modal usaha melalui APBN beserta bimbingan teknis di lapangan

•� Pembinaan pembiayaan/penguatan modal investasi di 14 kabupaten/kota. Infrastruktur •� Peningkatan kelas jalan

•� Pengerukan alur pelayaran di Sungai Musi •� Perbaikan infrastruktur jalan raya dan jembatan. •� Pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi dan rawa. •� Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan jaringan yang sudah ada (sarana

dan SDM). •� Pembangunan dermaga, dermaga sungai dan suku cadang timbangan

2.3. Inflasi bulanan

Inflasi bulanan kota Palembang pada bulan

Desember 2008 tercatat sebesar 0.19% (m-

t-m), mengalami peningkatan apabila

dibandingkan bulan November 2008 yang

mengalami deflasi sebesar 0.40 %.

Walaupun pada bulan Desember 2008

terjadi lonjakan permintaan sehubungan

dengan perayaan Hari Raya Natal dan

Tahun Baru, namun pada awal bulan

tersebut pemerintah telah menurunkan

harga BBM, sehingga inflasi bulanan

Desember 2008 hanya mengalami sedikit

peningkatan dibandingkan November 2008

dan lebih rendah dibandingkan Desember

tahun 2007 yang tercatat sebesar 1,61%.

Inflasi bulanan yang tertinggi pada bulan Desember 2008 terjadi pada kelompok

sandang dan bahan makanan masing-masing sebesar 2,06% dan 1,34%. Perayaan hari

Natal, tahun baru, libur panjang, dan promosi pada akhir tahun telah menyebabkan

tingginya permintaan domestik pada kelompok sandang dan bahan makanan. Hal tersebut

berdampak pada naiknya harga-harga pada kedua kelompok barang tersebut. Kelompok

bahan makanan sempat mengalami inflasi bulanan yang tinggi pada bulan Desember 2008

setelah sebelumnya mencatat deflasi pada bulan Oktober dan November.

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm)

Palembang

�Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

*) Tahun Dasar 2007 = 100

���

����

���

���

���

���

���

���

��������

����

���

����

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

���

���

���

���

���

���

���

���

���

��

!"�

#$%

���

Pers

en

Perkembangan Inflasi Kota Palembang �

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

48

Tingginya inflasi kelompok bahan makanan di bulan Desember 2008

dikontribusikan terutama oleh kenaikan harga cabe merah, beras dan kentang. Cabe merah

telah memberikan sumbangan inflasi yang signifikan, yaitu 0,16%. Di bulan yang sama sub

kelompok bumbu-bumbuan tercatat mengalami inflasi tertinggi di antara kelompok bahan

makanan, yaitu sebesar 9,73%, disusul oleh sub kelompok sayur-sayuran serta sub

kelompok lemak dan minyak masing-masing sebesar 3,01% dan 2,59%. Rendahnya inflasi

pada kelompok transportasi terkait dengan penurunan harga BBM yang dilakukan

pemerintah pada bulan Desember 2008. Penurunan harga BBM tersebut dilakukan

pemerintah seiring dengan penurunan harga minyak di pasar internasional hingga sempat

berada dibawah USD 40/barrel setelah sebelumnya sempat menyentuh level USD

140/barrel.

Grafik 2.7

Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang) per Kelompok Barang dan Jasa

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

*) Tahun Dasar 2007 = 100

(5)

-

5�

10�

15�

20�

Dec Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun*

Jul*

Aug

*

Sep

*

Okt

*

Nov

*

Des

*

2007 2008

Per

sen

UmumBahan�MakananMakanan�JadiPerumahanSandangKesehatan�PendidikanTransportasi�&�Komunikasi

Perkembangan Inflasi Kota Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

49

Grafik 2.8 Inflasi Bulan Desember 2008 (mtm) per Sub Kelompok

pada Kelompok Bahan Makanan di Palembang

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 2.9 Event Analysis Inflasi Kota Palembang

Desember 2007 – Desember 2008

�Sumber: Diolah dari BPS Propinsi Sumatera Selatan�

�������������

&����'

����������

����

&����'

�����

����

2.59�

�����

(2.00)

-

2.00�

4.00�

6.00�

8.00�

10.00�

12.00�������

BAHAN�MAKANAN

Padi-padian,�Umbi-umbian�dan�Hasilnya

Daging�dan�Hasil-hasilnya

Ikan�Segar

Ikan�Diawetkan

Telur,�Susu�dan�Hasil-hasilnya

Sayur-sayuran

1.61

0.91

0.35

1.83

2.38

1.56

3.41

1.32

0.791.05

-0.09

-0.4

0.19

8.21 8.98 8.67

10.87

14.24

15.19

13.96 14.48

14.01 14.19

12.81 12.03

11.15

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

2007 2008

Pers

en

Pers

en

mtm (axis kiri) yoy (axis kanan)

Kenaikan harga BBM

Natal, tahun baru, Penurunan harga BBM

Jatuhnya harga komoditas akibat krisis global

Hari raya Idul fitri

Kenaikan harga rokok dan kacang-kacangan

Kenaikan harga kedelai

Panen padi

Perkembangan Inflasi Kota Palembang �

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

50

Tingginya bobot kelompok bahan makanan pada perhitungan inflasi menyebabkan

pergerakan inflasi umum secara bulanan mengikuti pola pergerakan harga kelompok bahan

makanan. Hal tersebut terjadi pada triwulan IV 2008. Secara umum inflasi kota Palembang

memiliki pola pergerakan yang searah dengan inflasi nasional. Namun, data historis

menunjukkan bahwa inflasi kota Palembang lebih fluktuatif dibandingkan dengan inflasi

nasional. Pengaruh peningkatan harga komoditas sampai dengan pertengahan tahun 2008

terlihat lebih sensitif meningkatkan inflasi Palembang dibandingkan inflasi nasional, dan

penurunan harga komoditas sekitar triwulan IV 2008 juga terlihat lebih sensitif menurunkan

inflasi Palembang dibandingkan inflasi nasional. Kemudian, pengaruh kenaikan harga BBM

pada bulan Mei 2008 juga lebih sensitif meningkatkan inflasi Palembang dibandingkan

inflasi nasional, namun hal ini tidak tampak terjadi sebaliknya ketika pemerintah

menurunkan harga BBM pada akhir tahun, dimana inflasi bulanan Palembang tercatat

sebesar 0,19%, sedangkan inflasi bulanan nasional lebih rendah yakni sebesar 0,04%.

Grafik 2.10 Perbandingan Inflasi Bulanan dan

Ekspektasi Harga Konsumen 3 Bulan YAD

Sumber: BPS dan Survei Konsumen BI

Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm)

Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008

Sumber: Badan Pusat Statistik

0

50

100

150

200

250

300

(2.00)

(1.00)

-

1.00

2.00

3.00

4.00

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agt

Sep

Okt

Nop Des ��

������ �����

�����������

inflasi bulanan Survei Konsumen ���

��������

����

-1

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agt

Sep

Okt

Nov Des

2007 2008

Pers

en

Palembang Nasional

Perkembangan Inflasi Kota Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

51

Berdasarkan hasil survei konsumen yang dilaksanakan setiap bulan oleh KBI

Palembang di Palembang, terdapat pergerakan yang seiring antara laju inflasi bulanan

dengan jumlah konsumen yang memprediksikan kenaikan harga pada 3 bulan yang akan

datang dengan laju inflasi. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa masyarakat masih

bersikap adaptif dalam pembentukan ekspektasinya2.

2.4. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang �Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Palembang secara umum dapat

disimpulkan bahwa terjadi tendensi penurunan harga barang/komoditas sebesar 10,42%

dibandingkan posisi triwulan sebelumnya. Setelah mengalami tren kenaikan harga secara

terus-menerus sejak awal tahun 2008, tendensi penurunan harga terjadi pada bulan

Oktober dan November 2008, mengikuti penurunan harga komoditas di pasar internasional

yang menurunkan pendapatan per kapita sebesar 12,96% secara triwulanan pada triwulan

IV 2008.

Namun demikian, kenaikan harga karena faktor musiman terlihat menjelang akhir

tahun, yang secara jelas ditunjukkan oleh meningkatnya harga cabe merah dan harga

daging sapi. Berbeda dengan kedua jenis barang tersebut, harga minyak goreng dan

daging ayam menunjukkan penurunan secara tipis.

Grafik 2.12 Pergerakan Tingkat Harga Bulanan Sesuai SPH

�Sumber : SPH KBI Palembang�

�������������������������������������������������2�Hal ini dikenal sebagai adaptive expectation, dimana ekspektasi inflasi pada suatu periode dibentuk berdasarkan inflasi periode sebelumnya.�

-

10,000�

20,000�

30,000�

40,000�

50,000�

60,000�

70,000�

80,000�

Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Rup

iah/

Kg

BerasDaging�AyamDaging�SapiBawang�MerahCabe�Merah

Perkembangan Inflasi Kota Palembang �

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

52

Bila dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq), harga beras mengalami penurunan

masing-masing sebesar 6,03 % di pasar Cinde dan sebesar 10,42 % di pasar Lemabang.

Grafik 2.13

Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)

Grafik 2.14 Pergerakan Harga Minyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg)

Pasar Cinde

Sumber : SPH KBI Palembang �

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

st

Sept

Okt

Nov Des

2007 2008

Pasar Lemabang

Sumber : SPH KBI Palembang

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

st

Sept

Okt

Nov Des

2007 2008

Pasar Cinde

�Sumber : SPH KBI Palembang�

-2,000 4,000 6,000 8,000

10,000 12,000 14,000

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

stSe

ptO

ktN

ov Des

2007 2008

Pasar Lemabang

�Sumber : SPH KBI Palembang

11,000 11,500 12,000 12,500 13,000 13,500 14,000 14,500 15,000 15,500

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

stSe

ptO

ktN

ov Des

2007 2008

Perkembangan Inflasi Kota Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

53

Di kedua pasar tersebut, harga daging sapi mengalami perlambatan kenaikan,

bahkan sedikit menurun pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2008 setelah

sebelumnya mempunyai tendensi peningkatan pada akhir triwulan III 2008.

Grafik 2.15

Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/kg)

Grafik 2.16

Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Gram)

Pasar Cinde

Sumber : SPH KBI Palembang��

-

10,000�20,000�

30,000�

40,000�

50,000�60,000�

70,000�

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

st

Sep

t

Okt

Nov

Des

2007 2008

Pasar Lemabang

Sumber : SPH KBI Palembang �

-10,000�20,000�30,000�40,000�50,000�60,000�70,000�

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

stS

ept

Okt

Nov

Des

2007 2008

Pasar Cinde

�Sumber : SPH KBI Palembang�

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

st

Sept

Okt

Nov Des

2007 2008

Pasar Lemabang

Sumber : SPH KBI Palembang�

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

stSe

ptO

ktN

ov Des

2007 2008

Perkembangan Inflasi Kota Palembang �

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

54

Hasil SPH juga menunjukkan sedikit peningkatan harga emas di pasar Cinde dan

Lemabang pada bulan Desember 2008. Namun, pada periode triwulan IV 2008, pola

pergerakan harga emas pada kedua pasar tersebut berbeda. Di pasar Cinde, harga emas

sempat menurun drastis pada bulan Oktober 2008 setelah sebelumnya memperlihatkan

tendensi kenaikan drastis pada bulan September 2008 sedangkan di pasar Lemabang,

harga emas cenderung meningkat secara gradual pada triwulan IV 2008.

Hasil SPH yang dilakukan oleh KBI Palembang secara independen di Kota

Palembang menunjukkan pola pergerakan harga yang cukup konvergen dengan hasil survei

inflasi yang dilakukan secara bulanan oleh BPS. Hal ini menunjukkan bahwa hasil SPH Kota

Palembang dapat dijadikan sebagai salah satu petunjuk dalam memperkirakan

perkembangan inflasi di kota Palembang.

Grafik 2.17

Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota Palembang (Sept 2007 – Sept 2008)

�Keterangan : Data dan informasi diolah dari BPS Propinsi Sumatera Selatan dan SPH Bank Indonesia Palembang

(6)

(4)

(2)

-

2�

4�

6�

8�

-1

0

1

2

3

4

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

st

Sep

t

Okt

Nov

Des

2008

Per

sen

Per

sen

Inflasi�BPS,�Bulanan�(Axis�Kiri)

Inflasi�SPH,�Bulanan�(Axis�Kanan)

Perkembangan Inflasi Kota Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

55

PROYEKSI INFLASI PALEMBANG TAHUN 2009

Secara umum, pada tahun 2009, tekanan inflasi dari sisi domestik diprediksi mengalami penurunan terkait dengan beberapa hal, yaitu: (1) adanya penurunan harga komoditas unggulan Sumatera Selatan sejak Oktober 2008 yang berpengaruh terhadap menurunnya pendapatan masyarakat, (2) adanya penurunan harga BBM domestik yang ditetapkan oleh pemerintah, (3) adanya ekspektasi apresiasi Rupiah yang berpotensi menurunkan biaya bahan baku impor. Di sisi lain, kegiatan-kegiatan politik yang terkait dengan Pemilu legislatif dan Pemilihan Capres/Cawapres pada tahun 2009 dapat memicu kenaikan harga. Namun, hal ini diperkirakan tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi inflasi. Dalam memperkirakan inflasi Kota Palembang tahun 2009, dilakukan pertimbangan melalui isu kualitatif dan metode kuantitatif. Adanya perubahan tahun dasar pembentukan Indeks Harga Konsumen (IHK) menjadi 2007=100 dari yang semula 2002=100 dapat menyebabkan nilai inflasi tahunan yang tidak konsisten. Sejak bulan Juni tahun 2008, BPS tidak lagi menyediakan data IHK dengan tahun dasar 2002. Padahal, proyeksi dengan metode ekonometrik mengharuskan adanya jumlah observasi yang cukup panjang. Untuk itu, dilakukan penyesuaian IHK seperlunya sebelum dilakukan proses estimasi. Proyeksi IHK dan Inflasi Palembang 2009 menggunakan sampel 2002:1 sampai dengan 2008:4 melalui basis atheoretical ARIMA dengan 4 penyesuaian data yang berbeda, yaitu:

•� Model 1: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002, dilakukan penyesuaian IHK mulai 2008:2 dengan menggunakan angka inflasi yoy berdasarkan SBH 2007. Proyeksi mengacu pada perubahan qtq keluaran baseline IHK.

•� Model 2: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002, dilakukan penyesuaian IHK mulai 2008:2 dengan menggunakan angka inflasi yoy berdasarkan SBH 2007. Proyeksi mengacu pada keluaran baseline IHK.

•� Model 3: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002. Proyeksi mengacu pada perubahan qtq keluaran baseline IHK, dengan penyesuaian angka yoy untuk proyeksi 2009:1 berdasarkan angka estimasi multiplier yoy antara SBH 2002 dan SBH 2007.

•� Model 4: Dengan data IHK yang menggunakan SBH 2002. Proyeksi mengacu pada keluaran baseline IHK, dengan penyesuaian angka yoy untuk proyeksi 2009:1 berdasarkan angka estimasi multiplier yoy antara SBH 2002 dan SBH 2007.

Hasil proyeksi setiap triwulan dapat dilihat pada grafik 1, grafik 2, dan grafik 3.

Suplemen 3

Perkembangan Inflasi Kota Palembang �

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

56

Grafik 1. Proyeksi IHK per Triwulan Tahun 2009

�Sumber: hasil estimasi berdasarkan data BPS

����

������

Tw 4 - 08 Tw 1 - 09 Tw 2 - 09 Tw 3 - 09 Tw 4 - 09

model 1 115.92 117.80 120.29 123.10 125.20

model 2 115.92 117.89 120.41 122.72 124.65

model 3 115.92 118.56 122.91 125.18 125.62

model 4 115.92 118.74 122.92 124.59 125.90

110.00

112.00

114.00

116.00

118.00

120.00

122.00

124.00

126.00

128.00 Harga komoditas sedikit naik, sektor riil stagnan, masih ada pengaruh BBM turun, kampanye parpol

putaran pertama kampanye capres/ cawapres

putaran kedua kampanye capres/ cawapres, idul fitri

capres/ cawapres sudah terpilih, mulai terdapat efek pernurunan BI rate sejak Tw 4 2008

Grafik 2. Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) per Triwulan Tahun 2009

�Sumber: Hasil Estimasi

Tw I -09

Tw 2 -09

Tw 3 -09

Tw 4 -09

model 1 9.54 7.91 6.76 8.01

model 2 9.62 7.94 6.32 7.86

model 3 10.10 9.09 7.66 8.37

model 4 10.24 9.10 7.15 8.61

6.00

6.50

7.00

7.50

8.00

8.50

9.00

9.50

10.00

10.50

11.00

������

Grafik 3. Proyeksi Inflasi Triwulanan (qtq) per Triwulan Tahun 2009

�Sumber: Hasil Estimasi

Tw I - 09Tw 2 -

09Tw 3 -

09Tw 4 -

09

model 1 1.62 2.11 2.33 1.71

model 2 1.70 2.14 1.92 1.58

model 3 2.28 3.67 1.84 0.35

model 4 2.43 3.52 1.35 1.05

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

ProyeksiInflasi qtq

Perkembangan Inflasi Kota Palembang

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

57

Pada triwulan I 2009, diprediksi terjadi penurunan inflasi yoy dibandingkan triwulan sebelumnya, yang disebabkan oleh adanya penurunan konsumsi domestik karena menurunnya aktivitas sektor riil dan adanya pengaruh lanjutan dari penurunan harga BBM. Sehingga pada triwulan I 2009, Inflasi secara tahunan (yoy) diproyeksikan sebesar 9,88 ± 1%. Pada triwulan II 2009, diprediksi akan terjadi peningkatan inflasi triwulanan yang disebabkan oleh adanya kampanye capres/cawapres putaran pertama, namun terjadi penurunan inflasi secara tahunan karena tingginya inflasi pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sehingga, inflasi tahunan pada periode tersebut diproyeksikan sebesar 8,51% ± 1%. Pada triwulan III 2009, inflasi secara triwulanan relatif tidak berubah dibandingkan sebelumnya. terjadi tekanan inflasi yang disebabkan oleh adanya kampanye Capres/Cawapres putaran kedua, dan adanya hari raya Idul Fitri pada minggu ketiga bulan September. Sehingga, inflasi tahunan pada periode tersebut diproyeksikan sebesar 6,97% ± 1%. Pada triwulan IV 2009, akan terdapat tekanan inflasi melalui tingginya realisasi pengeluaran pemerintah dan adanya hari raya Natal serta libur akhir tahun. Di sisi lain, efek riil adanya penurunan BI rate pada akhir tahun 2008 akan mulai muncul dan menurunkan proteksi terhadap inflasi. Pada akhir tahun 2009, inflasi diproyeksikan sebesar 8,21% ± 1%.

Perkembangan Inflasi Kota Palembang �

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

58

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

3.1. Kondisi Umum

Kinerja perbankan di Propinsi Sumatera Selatan secara tahunan (yoy) pada triwulan IV 2008

(November 2008) dilihat dari beberapa indikator (total aset, penghimpunan dana dan

penyaluran kredit/pembiayaan yang diberikan) masih menunjukkan perkembangan positif.

Total aset perbankan Sumatera Selatan meningkat sebesar 12,82% dari triwulan yang sama

pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp32,89 triliun menjadi Rp37,11 triliun.

Peningkatan aset perbankan terutama disebabkan meningkatnya jumlah penghimpunan

dana dan laba yang diperoleh perbankan.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

(DPK) yang terdiri dari simpanan deposito,

tabungan, dan giro meningkat sebesar

19,46% dari Rp24,14 triliun pada

triwulan yang sama tahun sebelumnya

menjadi Rp28,84 triliun. Peningkatan DPK

pada triwulan IV 2008 tersebut terutama

disumbang oleh peningkatan simpanan

deposito sebesar 38,91% dibandingkan

triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Penyaluran kredit/ pembiayaan

mengalami peningkatan dari Rp16,58

triliun pada triwulan yang sama pada

tahun sebelumnya menjadi Rp21,97

triliun atau meningkat sebesar 32,51%.

Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat

mengalami peningkatan sebesar Rp4,23 triliun atau sebesar 36,55% dari Rp10,61 triliun

menjadi sebesar Rp14,84 triliun. Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit

MKM mengalami peningkatan sebesar Rp0,19 triliun atau sebesar 1,32%

Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan

32.89 31.04

33.87 35.64

37.11

24.14 23.20 24.77

26.54 28.84

16.58 17.22

20.41 21.97 21.97

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

Rp

Trili

un

Aset DPK Kredit

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

3

Perkembangan Perbankan Daerah�

60� Kajian Ekonomi Regional Propinsi�

Secara triwulanan (

peningkatan yang cukup

kredit/pembiayaan. Total aset meningkat sebesar

sebelumnya. Jumlah DPK meningkat sebesar

Dilihat dari pangsanya, peningkatan total ase

peningkatan kinerja bank peme

triwulanan meningkat sebesar

secara triwulanan meningkat sebesar

kredit perbankan Sumatera Selatan

sebelumnya.

Peningkatan DPK tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu: (1) adanya krisis

global yang membuat investor cenderung menghinda

bunga simpanan, dan (3) adanya peningkatan jaminan simpanan

Simpanan (LPS) sampai dengan Rp2 Milyar.

menghindari resiko investasi menyebabkan

yang diyakini lebih terjamin dan berisiko lebih rendah.

Loan to Deposit Ratio

IV 2008 tercatat sebesar 76,17%

sempat mencapai 82,76%,

sebelumnya sebesar 69,77%

sedikit peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar

1,85%, namun meningkat dibandingkan tahun sebel

3.2. Kelembagaan

Jumlah bank yang beroperasi di Propinsi

Sumatera Selatan sampai dengan

triwulan IV 2008 berjumlah

dengan jumlah kantor bank sebanyak

441 kantor yang terdiri dari 4

Wilayah Bank Umum Konvensional, 1

Kantor Pusat Bank Pemerintah Daerah, 18

Kantor Pusat BPR/S, 56 Kantor

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008�

Secara triwulanan (qtq), kinerja perbankan Sumatera Selatan

kup baik dilihat dari beberapa indikator kecuali

aset meningkat sebesar 4,13% dibandingkan triwulan

sebelumnya. Jumlah DPK meningkat sebesar 8,66% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dilihat dari pangsanya, peningkatan total aset perbankan terutama

peningkatan kinerja bank pemerintah, dimana total aset bank pemerintah secara

wulanan meningkat sebesar 5,56%, dan penghimpunan DPK bank Pemerintah yang

wulanan meningkat sebesar 12,52%. Tidak seperti total aset dan DPK

perbankan Sumatera Selatan hanya meningkat sebesar 0,02% dibandingkan triwulan

tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu: (1) adanya krisis

global yang membuat investor cenderung menghindari resiko, (2) adanya peningkatan suku

(3) adanya peningkatan jaminan simpanan dari Lembaga Penjamin

sampai dengan Rp2 Milyar. Perilaku investor yang sangat khawatir dan

menyebabkan terjadi pemindahan DPK ke bank pemerintah,

yang diyakini lebih terjamin dan berisiko lebih rendah.�

Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di wilayah Sumatera Selatan pada triwulan

76,17%, menurun dari LDR pada triwulan sebelumnya yang

, namun secara triwulanan meningkat dibanding

%. Selain itu, rasio Non-Performing Loan (NPL) menunjukkan

dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar 1,77

dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,73

Jumlah bank yang beroperasi di Propinsi

Sumatera Selatan sampai dengan

berjumlah 52 Bank

jumlah kantor bank sebanyak

yang terdiri dari 4 Kantor

Konvensional, 1

ah Daerah, 18

Kantor Cabang

Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATMdi Propinsi Sumatera Selatan

���

���

���

52 2369

283

66

JML KP / KWL KC KCP

� �

Sumatera Selatan mengalami

kecuali pada

dibandingkan triwulan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

terutama berasal dari

emerintah secara

, dan penghimpunan DPK bank Pemerintah yang

aset dan DPK, penyaluran

dibandingkan triwulan

tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu: (1) adanya krisis

ri resiko, (2) adanya peningkatan suku

Lembaga Penjamin

Perilaku investor yang sangat khawatir dan

bank pemerintah,

pada triwulan

dari LDR pada triwulan sebelumnya yang

namun secara triwulanan meningkat dibanding tahun

(NPL) menunjukkan

77% menjadi

umnya yang tercatat sebesar 1,73%.

Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan�

66

468

KK ATM

Kajian Ekonomi Regional Propinsi�

Bank Umum Konvensional, 7 Kantor Cabang Bank

BPR/S, 237 Kantor Cabang Pembantu

Pembantu Bank Umum Syariah, serta 66

Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak

3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ket

3.3.1 Penghimpunan DPK

DPK secara tahunan (yoy) mengalami peningkat

meningkat dari Rp4,76 triliun menjadi

sebesar 8,00%. Simpanan deposito meningkat dari Rp9,20

atau meningkat sebesar 38,91

menjadi Rp10,92 triliun atau meningkat sebesar

Secara triwulanan (qtq), penghimp

tabungan. Jumlah giro men

Jumlah tabungan menurun sebesar

simpanan berjangka mengalami peningkatan

Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankandi Propinsi Sumatera Selatan

4.76� 4.49�5.15�

10.18� 10.17�11.05�

9.20�8.54�

-

2.00�

4.00�

6.00�

8.00�

10.00�

12.00�

14.00�

Tw�IV Tw�I Tw�II

2007

Rp

Trili

un

Giro Tabungan

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Konvensional, 7 Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 4 Kantor Cabang

Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Konvensional, 21 Kantor

antu Bank Umum Syariah, serta 66 Kantor Kas Bank Umum dan BPR. Jumlah

Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 468 unit.

3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

) mengalami peningkatan. Simpanan giro tercatat

6 triliun menjadi sebesar Rp5,14 triliun atau terjadi p

nan deposito meningkat dari Rp9,20 triliun menjadi Rp

38,91%. Simpanan tabungan meningkat dari Rp10,18

triliun atau meningkat sebesar 7,23%.

ecara triwulanan (qtq), penghimpunan DPK mengalami peningkatan kecuali untuk

umlah giro menurun sebesar 3,31% dibandingkan triwulan sebelumnya.

sebesar 2,12 % dibandingkan triwulan sebelumnya, dan jumlah

simpanan berjangka mengalami peningkatan 26,91% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan

5.15� 5.31� 5.14�

11.05� 11.16� 10.92�

8.57�10.07�

12.78�

Tw�II Tw�III Tw�IV

2008

Deposito

Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan

di Propinsi Sumatera Selatan

17.81%

44.33%

Giro Tabungan Deposito

Perkembangan Perbankan Daerah

61�

4 Kantor Cabang

Bank Umum Konvensional, 21 Kantor Cabang

Kantor Kas Bank Umum dan BPR. Jumlah

tercatat sedikit

terjadi peningkatan

triliun menjadi Rp12,78 triliun

n tabungan meningkat dari Rp10,18 triliun

unan DPK mengalami peningkatan kecuali untuk

dibandingkan triwulan sebelumnya.

dibandingkan triwulan sebelumnya, dan jumlah

dibandingkan triwulan sebelumnya.

DPK Perbankan Triwulan IV 2008 di Propinsi Sumatera Selatan

17.81%

37.86%

Deposito

Perkembangan Perbankan Daerah �

62� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �

Berdasarkan pangsa masing-masing simpanan terhadap total DPK yang berhasil

dihimpun, simpanan deposito mempunyai pangsa terbesar yaitu sebesar 44,33 % diikuti

oleh tabungan sebesar 37,86 % dan simpanan giro sebesar 17,81 %. Sejak tahun

sebelumnya, komposisi DPK selalu didominasi oleh tabungan.

3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota

Saat ini sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia Palembang masih

mengelompokkan daerah berdasarkan 11 kabupaten/kota. Berdasarkan laju pertumbuhan

secara tahunan (yoy). Laju pertumbuhan penghimpunan DPK Musi Rawas tercatat

mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 727,12 % dari sebesar Rp3,61 miliar

menjadi Rp29,82 miliar. Penghimpunan DPK di Kota Palembang sebagai Ibukota propinsi

Sumatera Selatan tercatat tumbuh sebesar 16,58% dari sebesar Rp17,11 triliun menjadi

sebesar Rp19,95 triliun. Kabupaten yang tercatat mengalami peningkatan DPK secara

tahunan yang terendah adalah Kabupaten Musi Banyuasin dengan peningkatan sebesar

4,51%.

Tabel 3.1

Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)

2007 2008

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Prabumulih 959,248 906,349 970,880 1,007,161 1,026,505

Pagar Alam 329,253 305,480 366,532 410,353 401,972

Lubuklinggau 1,143,114 1,241,037 1,391,816 1,377,708 1,319,165

Baturaja 602,944 673,660 741,031 773,940 746,281

Palembang 17,108,535 16,485,719 17,262,656 18,607,803 19,945,556

Ogan Komering Ulu 471,945 488,806 478,699 504,927 493,274

Ogan Komering Ilir 633,587 777,485 892,291 739,407 865,711

Musi banyuasin 846,279 751,344 1,052,942 945,175 884,447

Musi Rawas 3,606 4,181 9,606 60,818 29,823

Lematang Ilir Ogan Tengah 1,469,022 981,977 979,473 1,427,797 2,435,346

Lahat 574,938 581,692 621,094 686,748 692,248

Berbeda dengan pertumbuhan tahunan, kabupaten Musi Rawas yang mencatat

pertumbuhan tahunan tertinggi justru mengalami penurunan penghimpunan DPK cukup

signifikan dari Rp60,82 miliar menjadi Rp29,82 miliar atau menurun sebesar 50,96%. DPK

Kota Palembang mengalami peningkatan dari Rp18,61 triliun atau meningkat sebesar

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 63��

7,19%. Wilayah yang mencatat peningkatan dalam menghimpun DPK paling tinggi adalah

Kabupaten Lematang Ilir Ogan Tengah yang tercatat mengalami peningkatan dari Rp1,24

triliun menjadi Rp2,44 triliun atau meningkat sebesar 97,03%.

Berdasarkan pangsa, DPK Kota Palembang tercatat sebagai daerah dengan pangsa

DPK terbesar yakni sebesar 69,16% dari total DPK Sumatera Selatan, kemudian daerah

yang mempunyai pangsa paling kecil adalah kabupaten Musi Rawas dengan pangsa

sebesar 0,1%.

3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan

3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral

Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan tercatat mengalami peningkatan sebesar

32,51% dari tahun sebelumnya. Meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan dari Rp16,58

triliun menjadi Rp21,97 triliun ini antara lain terkait dengan peningkatan kredit di sektor

pertambangan dan sektor pertanian dengan pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar

1066,94% dan 43,36%.

Tabel 3.2

Perkembangan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun)

2007 2008 Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Pertanian 2.04 2.13 2.59 2.84 2.93

Pertambangan 0.03 0.04 0.29 0.27 0.34

Perindustrian 2.48 2.36 3.07 3.06 2.72

Perdagangan 3.69 3.77 4.42 4.90 4.92

LGA 0.42 0.39 0.38 0.37 0.45

Konstruksi 1.19 1.18 1.42 1.57 1.56

Pengangkutan 0.25 0.25 0.27 0.26 0.27

Jasa Dunia Usaha 0.99 1.01 1.18 1.30 1.22

Jasa Sosial 0.22 0.23 0.27 0.23 0.22

Lain-lain 5.26 5.86 6.52 7.16 7.36

Total Kredit 16.58 17.22 20.41 21.97 21.97

Perkembangan Perbankan Daerah�

64� Kajian Ekonomi Regional Propinsi�

Kredit pada sektor lain

mengalami peningkatan sebesar

39,81% dibandingkan tahun

sebelumnya. Kredit pada

perdagangan mengalami peningkatan

sebesar 33,10% dibandingkan tahun

sebelumnya. Pertumbuhan kredit yang

cukup baik juga dialami oleh sektor

dunia usaha, sektor konstruksi

sektor perindustrian masing

sebesar 23,70%, 30,64%

9,49%. Pada triwulan IV tahun 2008

ini, tidak terdapat satu sektor

pun yang mengalami penurunan

jumlah kredit secara tahunan.

Menurut komposisinya, selain sektor lain

sektor perdagangan, yaitu sebesar 22,38

pertanian dan sektor perindustrian ma

Kemudian, pada urutan berikutnya adalah penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan

sektor jasa dunia usaha masing

air, sektor pengangkutan, sektor pertambangan

mempunyai pangsa yang kecil, y

1,00%.

3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan

Seluruh penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (

mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar

Kredit modal kerja mencatat pertumbuhan sebesar

tercatat tumbuh sebesar 39,78

Secara triwulanan (qtq

mengalami penurunan sebesar

peningkatan tertinggi yakni sebesar

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008�

sektor lain-lain

alami peningkatan sebesar

dibandingkan tahun

sebelumnya. Kredit pada sektor

perdagangan mengalami peningkatan

dibandingkan tahun

sebelumnya. Pertumbuhan kredit yang

cukup baik juga dialami oleh sektor

sektor konstruksi, dan

ing-masing

%, dan

. Pada triwulan IV tahun 2008

ini, tidak terdapat satu sektor ekonomi

mengalami penurunan

Menurut komposisinya, selain sektor lain-lain, penyaluran kredit didominasi pada

erdagangan, yaitu sebesar 22,38% dan disusul oleh penyaluran kredit pada sektor

pertanian dan sektor perindustrian masing-masing sebesar 13,33% dan 12,36

Kemudian, pada urutan berikutnya adalah penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan

saha masing-masing sebesar 7,09% dan 5,56%. Sektor listrik, gas dan

air, sektor pengangkutan, sektor pertambangan dan sektor jasa sosial masyarakat

mempunyai pangsa yang kecil, yakni masing-masing sebesar 2,05%, 1,21%, 1,53

3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan

Seluruh penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit investasi tercatat

ling tinggi yakni sebesar 47,78% menjadi sebesar Rp4,

catat pertumbuhan sebesar 21,56%, sedangkan kredit konsumsi

39,78%.

qtq), penyaluran kredit/pembiayaan untuk modal kerja tercatat

engalami penurunan sebesar 4,42% setelah pada triwulan sebelumnya mencatat

an tertinggi yakni sebesar 20,10%. Kredit investasi mencatat peningkatan

Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral

Propinsi Sumatera Selatan Triwulan

13.33%

22.38%

2.05%

7.09%

1.21%5.56%

1.00%

33.49%

Pertanian Pertambangan

Perindustrian Perdagangan

Listrik, Gas dan Air Konstruksi

Pengangkutan Jasa Dunia Usaha

Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain

� �

lain, penyaluran kredit didominasi pada

dan disusul oleh penyaluran kredit pada sektor

dan 12,36%.

Kemudian, pada urutan berikutnya adalah penyaluran kredit pada sektor konstruksi dan

. Sektor listrik, gas dan

dan sektor jasa sosial masyarakat

, 1,53%, dan

Seluruh penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami peningkatan

). Kredit investasi tercatat

menjadi sebesar Rp4,83 triliun.

redit konsumsi

), penyaluran kredit/pembiayaan untuk modal kerja tercatat

setelah pada triwulan sebelumnya mencatat

nvestasi mencatat peningkatan

Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

1.53%

12.36%

22.38%

Pertambangan

Perdagangan

Konstruksi

Jasa Dunia Usaha

Kajian Ekonomi Regional Propinsi�

tertinggi, yakni sebesar 5,60

peningkatan sebesar 2,80%.

Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan pada triwulan IV

2008 ini masih didominasi oleh kredit m

kredit konsumsi yakni sebesar 31,95

20,74%.

3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten

Menurut daerah penyaluran kredit, wilayah

tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (

signifikan yakni masing-masing sebesar

pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan yang paling rendah adalah

dengan pertumbuhan sebesar

Grafik 3.6Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan

Propinsi Sumatera Selatan

8.05� 7.72�

9.59�

3.27� 3.64�4.30�

5.26�5.86�

-

2.00�

4.00�

6.00�

8.00�

10.00�

12.00�

Tw�IV Tw�I Tw�II

2007

Rp

Trili

un

Modal�kerja Investasi

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

5,60%, kemudian disusul oleh kredit investasi yang

Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan pada triwulan IV

2008 ini masih didominasi oleh kredit modal kerja, yakni sebesar 47,31%, kemudian diikuti

it konsumsi yakni sebesar 31,95%, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar

3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten

Menurut daerah penyaluran kredit, wilayah Lematang Ilir Logan Tengah dan wilayah

tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (

masing sebesar 88,10% dan 83,38%. Wilayah yang mengalami

pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan yang paling rendah adalah Kota Palembang

dengan pertumbuhan sebesar 24,53%.

Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan

Propinsi Sumatera Selatan

9.59�10.24� 9.79�

4.30� 4.57� 4.83�

6.52�7.15� 7.35�

Tw�II Tw�III Tw�IV

2008

Investasi Konsumsi

Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan

Menurut PenggunaanPropinsi Sumatera Selatan T

2008

21.96%

33.47%

Modal kerja Investasi

Perkembangan Perbankan Daerah

65�

yang mengalami

Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan pada triwulan IV

, kemudian diikuti

asi dengan pangsa sebesar

dan wilayah Lahat

tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (yoy) yang

ilayah yang mengalami

Kota Palembang

Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan

Menurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV

44.56%

Investasi Konsumsi

Perkembangan Perbankan Daerah�

66� Kajian Ekonomi Regional Propinsi�

Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan PerbankanPropinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)

Prabumulih

Pagar Alam

Lubuklinggau

Baturaja

Palembang

Ogan Komering Ulu

Ogan Komering Ilir

Musi banyuasin

Musi Rawas

Lematang Ilir Ogan Tengah

Lahat

lainnya �

Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah Lematang Ilir Ogan

Tengah tercatat mengalami peningkatan tertinggi yakni sebesar

penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah pagar alam yang mengalami pertumbuhan

sebesar 7,27%. Wilayah Musi

sebesar 2,02%. Penyebaran kredit/pembiayaan berdasarkan wilayah di Propinsi

Selatan didominasi oleh kota Palembang dengan pangsa kredit sebesar

Komposisi Penyaluran Kredi

5.26%

5.78%

8.11%2.79%

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008�

Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan

Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 2007 2008

Tw IV Tw I Tw II Tw III 677,125 661,416 856,965 869,557

148,918 160,856 216,527 249,659

466,554 474,199 582,124 659,163

223,067 209,347 353,318 375,782

10,397,330 10,601,396 12,321,469 13,188,073

860,923 883,257 1,038,884 1,144,495

843,993 899,331 1,071,326 1,218,853

1,429,902 1,504,852 1,720,060 1,818,250

383,468 400,277 608,707 598,916

707,656 928,589 1,069,057 1,203,594

357,603 433,798 544,211 638,464

82,793 62,809 26,388 374

), penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah Lematang Ilir Ogan

Tengah tercatat mengalami peningkatan tertinggi yakni sebesar 10,59%, dan disusul oleh

penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah pagar alam yang mengalami pertumbuhan

. Wilayah Musi Banyuasin tercatat mengalami penurunan penyaluran kredit

. Penyebaran kredit/pembiayaan berdasarkan wilayah di Propinsi

didominasi oleh kota Palembang dengan pangsa kredit sebesar 58,94%

Grafik 3.8

Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan TriwulanBerdasarkan Wilayah

4.05%1.22%

3.10% 1.71%

58.94%

2.79% 6.06%

2.99%

0.00% Prabumulih Pagar Alam Lubuklinggau Baturaja Palembang Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Musi banyuasin Musi Rawas Lematang Ilir Ogan Tengah Lahat lainnya

� �

Tw IV

890,409

267,813

680,947

375,314

12,947,657

1,155,366

1,269,910

1,781,536

612,925

1,331,093

655,777

317

), penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah Lematang Ilir Ogan

, dan disusul oleh

penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah pagar alam yang mengalami pertumbuhan

tercatat mengalami penurunan penyaluran kredit

. Penyebaran kredit/pembiayaan berdasarkan wilayah di Propinsi Sumatera

%.

an Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir

Lematang Ilir Ogan Tengah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi�

3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (

mengalami peningkatan sebesar Rp4,23

menjadi sebesar Rp14,84 triliun.

oleh kredit konsumsi sebesar

investasi masing-masing sebesar

Sementara itu, secara triwulanan (

peningkatan sebesar Rp0,18

Pertumbuhan tersebut didominasi oleh pertumbu

Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk konsumsi

dan modal kerja. Kredit konsumsi tercatat sebesar Rp

sebesar 50,00%. Kredit Modal Kerja tercatat sebesar Rp5,

sebesar 39,43%.

Penyaluran Kredit UMKM PerbankanPropinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan plafon kredit,

tertinggi baik secara tahunan

realisasi penyaluran kredit mikro (plafon sd. Rp50 juta)

juta), dan menengah (Rp501 juta s.d. Rp5 miliar) masing

58,94%, dan 28,93%. Secara triwulanan (qtq), perkembangan rea

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Tw IV

2007

4.24

1.16

5.21

Rp

Tri

liun

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Realisasi kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy

sebesar Rp4,23 triliun atau sebesar 36,55% dari Rp10,

menjadi sebesar Rp14,84 triliun. Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai

oleh kredit konsumsi sebesar 39,00%. Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit

masing sebesar 34,79% dan 31,95%.

Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit MKM

triliun atau sebesar 1,32% dibanding triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan tersebut didominasi oleh pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 2,29

Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk konsumsi

dan modal kerja. Kredit konsumsi tercatat sebesar Rp7,24 triliun atau dengan pangsa

. Kredit Modal Kerja tercatat sebesar Rp5,71 triliun atau dengan pangsa

Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan

Propinsi Sumatera Selatan Menurut Penggunaan

kredit, realisasi penyaluran kredit kecil mencatat pertumbuhan

tertinggi baik secara tahunan maupun triwulanan. Secara tahunan (yoy), perkembangan

realisasi penyaluran kredit mikro (plafon sd. Rp50 juta), kecil (plafon Rp51 juta s.d. Rp500

juta), dan menengah (Rp501 juta s.d. Rp5 miliar) masing-masing tercatat sebesar

ecara triwulanan (qtq), perkembangan realisasi penyaluran kredit

Tw I Tw II Tw III Tw IV

2008

4.24 4.31 5.08 5.67 5.71

1.16 1.20 1.39 1.54 1.53

5.21 5.82 6.47 7.08 7.24

Modal kerja Investasi Konsumsi

Perkembangan Perbankan Daerah

67�

3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

yoy) tercatat

dari Rp10,61 triliun

Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai

. Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit

realisasi kredit MKM mengalami

dibanding triwulan sebelumnya.

sebesar 2,29%.

Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk konsumsi

atau dengan pangsa

1 triliun atau dengan pangsa

realisasi penyaluran kredit kecil mencatat pertumbuhan

), perkembangan

, kecil (plafon Rp51 juta s.d. Rp500

masing tercatat sebesar 24,75%,

lisasi penyaluran kredit

Perkembangan Perbankan Daerah �

68� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �

mikro menurun sebesar 0,60%, sedangkan kredit kecil dan kredit menengah masing-

masing meningkat sebesar 4,32% dan 0,13%.

Grafik 3.10

Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafond Kredit

3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan

Suku bunga perbankan yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman

pada triwulan IV 2008 tercatat mengalami pertumbuhan yang bertolak belakang. Suku

bunga simpanan tercatat mengalami penurunan, sedangkan suku bunga kredit tercatat

mengalami peningkatan.

3.5.1. Perkembangan Suku Bunga

Simpanan

Suku bunga simpanan yang terdiri dari

suku bunga simpanan 1 bulan, 3 bulan, 6

bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara

rata-rata mengalami peningkatan

dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya (yoy) namun

mengalami penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya (qtq).

4.13 4.47 4.77

5.18 5.15

3.27 3.60

4.36 4.98 5.19

3.21 3.26

3.82 4.14 4.14

-

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008Mikro Kecil Menengah

Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan

Perbankan Sumatera Selatan

8.18 7.83 7.65

12.91

9.18

-

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

������

1 Bln 3 Bln 6 Bln

12 Bln 24 Bln Rata2

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 69��

Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 9,18%, menurun dibandingkan

tingkat suku bunga simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 12,91%.

Namun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) tercatat

meningkat dari sebesar 8,18%. Walaupun mengalami tingkat penurunan suku bunga yang

tertinggi dibandingkan dengan suku bunga simpanan lainnya, namun berdasarkan lamanya

simpanan, suku bunga simpanan 1 bulan masih tercatat sebagai suku bunga paling tinggi

yakni sebesar 10,08%.

Suku bunga simpanan yang terendah dicatat oleh suku bunga simpanan 24 bulan,

yakni sebesar 7,00%. Hal ini mencerminkan adanya ekspektasi penurunan suku bunga di

masa depan.

3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman

Perkembangan tingkat suku bunga pinjaman yang terdiri dari suku bunga kredit modal

kerja, kredit investasi, maupun konsumsi, secara rata-rata mengalami penurunan

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) maupun dibandingkan

triwulan sebelumnya (qtq).

Rata-rata tingkat suku bunga

pinjaman tercatat sebesar 15,85%,

meningkat apabila dibandingkan dengan

tingkat suku bunga pinjaman pada

triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar

14,96% maupun apabila dibandingkan

dengan tahun sebelumnya (yoy) yang

tercatat sebesar 15,81%. Berdasarkan

penggunaan, suku bunga kredit yang

tertinggi dan mencatat peningkatan

tertinggi pada triwulan IV 2008 adalah

suku bunga kredit modal kerja, yaitu

sebesar 17,18%. Kredit investasi tercatat

sebagai kredit dengan suku bunga

terendah, yaitu 14,45%.

Grafik 3.12

Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan

Sumatera Selatan

15.81 15.40 15.56 14.96

15.85

10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

Pers

en

Modal Kerja Investasi

Konsumsi Rata2

Perkembangan Perbankan Daerah �

70� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �

3.5.3. Perkembangan Spread Suku Bunga

Spread suku bunga perbankan, yaitu

selisih antara suku bunga kredit dan suku

bunga simpanan perbankan tercatat

mengalami peningkatan signifikan pada

triwulan IV 2008 menjadi 6,67% setelah

pada triwulan sebelumnya mengalami

penurunan drastis dari 7,91% menjadi

2,05%. Hal ini mencerminkan keadaan

perbankan yang kembali normal pada

triwulan IV 2008 setelah sempat

mengalami mengalami sedikit gejolak

pada triwulan III akibat krisis finansial

global.

3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan

Berdasarkan data LBU KBI Palembang,

jumlah Non-Performing Loan (NPL)

perbankan Sumatera selatan pada

triwulan IV 2008 adalah sebesar

Rp294,97 miliar, menurun sebesar 0,31%

(qtq) namun meningkat sebesar 22,24%

(yoy). NPL gross (belum

memperhitungkan PPAP) pada triwulan IV

2008 (November 2008) tercatat sebesar

1,85% dari total kredit yang disalurkan,

sementara pada triwulan sebelumnya

tercatat sebesar 1,77%. Sementara itu,

NPL net sudah memperhitungkan PPAP)

tercatat sebesar 0,75 % dari total kredit

meningkat dari NPL Net pada triwulan

yang lalu tercatat sebesar 0,40 %.

Grafik 3.13

Perkembangan Spread Suku Bunga Perbankan Sumatera Selatan

7.63 7.58 7.91

2.05

6.67

��������������������������������������� ����

�� ��� �� �� �� ��� �� ���� �� ���

���� ����������

Grafik 3.14

Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan

����

����

���������

0.000.050.100.150.200.250.300.350.40

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

������

NPL nominal (axis kanan)Persentase NPL grossPersentase NPL net

Kajian Ekonomi Regional Propinsi�

Dilihat dari sektor ekonominya,

persentase NPL gross terbesar masih

bersumber dari sektor perdagangan,

hotel dan restoran yakni sebesar

meskipun menurun dari triwulan

sebelumnya yang mencapai

Sektor konstruksi tercatat menyumbang

NPL sebesar 20,92%, Sektor lain

tercatat menyumbang NPL sebesar

18,90%, sedangkan sektor pertanian

yang juga merupakan salah satu sektor

unggulan Sumatera Selatan

menyumbang NPL sebesar

meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 15,05

3.7. Kelonggaran Tarik

Dari LBU KBI Palembang diperoleh

informasi bahwa undisbursement loan

(kredit yang belum direalisasikan oleh

debitur) pada triwulan IV 2008 tercatat

sebesar Rp2,85 triliun atau 17,85%

plafon kredit yang disetujui oleh

perbankan, meningkat dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp2,04 triliun atau

maupun dibandingkan dengan

sebelumnya yang tercatat sebesar

triliun atau 14,46%. Hal ini terutama

disebabkan oleh suku bunga yang

meningkat dan adanya ekspektasi

penurunan suku bunga di masa depan.

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Dilihat dari sektor ekonominya,

terbesar masih

bersumber dari sektor perdagangan,

hotel dan restoran yakni sebesar 29,51%,

meskipun menurun dari triwulan

sebelumnya yang mencapai 31,94 %.

Sektor konstruksi tercatat menyumbang

ektor lain-lain

tercatat menyumbang NPL sebesar

, sedangkan sektor pertanian

yang juga merupakan salah satu sektor

Sumatera Selatan tercatat

menyumbang NPL sebesar 16,47%,

meningkat dibandingkan triwulan

15,05%.

Dari LBU KBI Palembang diperoleh

undisbursement loan

(kredit yang belum direalisasikan oleh

2008 tercatat

17,85% dari

plafon kredit yang disetujui oleh

dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang tercatat

Rp2,04 triliun atau 15,53%,

dengan triwulan

tercatat sebesar Rp2,42

Hal ini terutama

disebabkan oleh suku bunga yang

adanya ekspektasi

penurunan suku bunga di masa depan.

Grafik 3.16 Perkembangan Undisbursed Loan

Perbankan Sumatera Selatan

1.80

2.00

2.20

2.40

2.60

2.80

3.00

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

��������

Nominal Kelonggaran Tarik

Persentase Kelongaran Tarik

Grafik 3.15 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi

16.47%

20.92%

29.51%

3.34%

4.74%0.55%

18.90%

Pertanian PertambanganIndustri ListrikKonstruksi PerdaganganAngkutan Jasa UmumJasa Sosial Lain-lain

Perkembangan Perbankan Daerah

71�

Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan

12.00%13.00%14.00%15.00%16.00%17.00%18.00%19.00%

Tw IV

Nominal Kelonggaran Tarik

Persentase Kelongaran Tarik

Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi

0.01%5.55%0.00%

20.92%

PertambanganListrikPerdaganganJasa Umum

lain

Perkembangan Perbankan Daerah �

72� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �

3.8. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas bank umum di Propinsi

Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008

tergolong sangat likuid dengan besaran

angka rasio likuiditas sebesar 113,52%.

Namun demikian, rasio tersebut tercatat

menurun baik dibandingkan dengan rasio

likuiditas tahun sebelumnya maupun

triwulan sebelumnya yang masing-masing

tercatat sebesar 179,90% dan 128,19%.

Jumlah aktiva likuid < 1 bulan tercatat

sebesar Rp34,89 triliun atau menurun

sebesar 16,15% dari tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar Rp41,61 triliun. Di

sisi lain, jumlah pasiva likuid < 1 bulan

tercatat sebesar Rp30,74 triliun atau

meningkat sebesar 32,90% dari tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar

Rp23,13 triliun.

3.9. Perkembangan Bank Umum Syariah

Perkembangan bank umum Syariah menunjukkan kinerja yang menggembirakan dilihat

dari indikator aset, penghimpunan DPK maupun penyaluran pembiayaan. Pada triwulan IV

2008 (hingga November 2008) total aset tercatat sebesar Rp1.089,66 miliar, meningkat

sebesar 35,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat

sebesar Rp804,34 miliar atau secara triwulanan meningkat sebesar 5,43% dibandingkan

posisi triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar Rp1.033,51 miliar. Penghimpunan

DPK tercatat sebesar Rp613,50 miliar, meningkat 18,12% dibanding triwulan IV 2007 (yoy)

yang sebesar Rp519,39 miliar atau meningkat sebesar 3,45% dibandingkan triwulan

sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar Rp593,06 miliar. Dana investasi tidak terikat

mendominasi pangsa penghimpunan DPK yakni sebesar 90,04% atau sebesar Rp552,41

miliar yang terdiri dari komponen tabungan mudharabah sebesar Rp314,13 miliar dengan

Grafik 3.17 Perkembangan Resiko Likuiditas

Perbankan Sumatera Selatan

41.61

40.34

39.22

29.52

34.89

23.13 21.31 23.17 23.02

30.74

179.90%

189.27%

169.26%

128.19%

113.52%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

180%

200%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Tw�IV Tw�I Tw�II Tw�III Tw�IV

Rp

Trili

un

Aktiva�Likuid�<�1�bulan

Pasiva�Likuid�<�1�bulan

Rasio�Likuiditas

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 73��

pangsa sebesar 51,20% dari total DPK dan deposito mudharabah sebesar Rp238,28 miliar

atau dengan pangsa sebesar 38,84%.

Sejalan dengan peningkatan aset dan penghimpunan DPK, penyaluran pembiayaan

secara tahunan (yoy) juga mengalami peningkatan yang tinggi yakni sebesar 50,45%

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau hanya meningkat tipis sebesar

1,77% dibandingkan posisi triwulan sebelumnya (qtq). Dari total penyaluran pembiayaan

yang mencapai Rp964,60 miliar, pangsa terbesar dicapai oleh piutang murabahah sebesar

61,17% atau sebesar Rp590,09 miliar, diikuti oleh pembiayaan mudharabah sebesar

Rp264,48 miliar dengan pangsa 27,42% dan pembiayaan musyarakah sebesar Rp71,91

miliar dengan pangsa 7,45%. Sementara itu, piutang qardh dan piutang istishna pangsanya

masih relatif kecil yakni masing-masing sebesar 3,49% dan 0,47%.

Pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang lebih besar dibanding pertumbuhan

penghimpunan DPK menyebabkan angka Finance to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari

sebesar 127,83% pada triwulan sebelumnya menjadi 157,23%.

Tabel 3.4 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta)

INDIKATOR 2007 2008 Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV*

Total Aset 804,344 842,396 915,243 1,033,505 1089,660 Dana Pihak Ketiga 519,390 536,641 553,707 593,064 613,504 1. Simpanan Wadiah 48,678 54,798 54,640 57,580 61,097 - Giro Wadiah 44,131 49,697 50,329 48,754 44,564 - Tabungan Wadiah 4,547 5,101 4,311 8,826 16,533

2. Dana Investasi tidak terikat 470,712 481,843 499,067 535,484 552,407 - Tabungan Mudharabah 260,706 271,919 314,323 320,200 314,131 - Deposito Mudharabah 210,006 209,924 184,744 215,284 238,276

Komposisi Pembiayaan 641,126 737,437 838,681 947,832 964,599 - Piutang Murabahah 367,477 411,351 477,313 567,266 590,088 - Piutang Istishna 6,563 6,544 6,285 4,619 4,490 - Piutang Qardh 17,618 28,717 26,143 32,108 33,640 - Pembiayaan Mudharabah 219,873 253,071 268,576 274,888 264,475 - Pembiayaan Musyarakah 29,595 37,754 60,364 68,951 71,906

*) Data s.d November 2008

Perkembangan Perbankan Daerah �

74� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �

RINGKASAN PENELITIAN PERATURAN DAERAH DAN PERATURAN PUSAT DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

(UMKM) UNGGULAN DAERAH PROPINSI SUMATERA SELATAN

Bank Indonesia Palembang bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya pada Desember 2008 telah menyelesaikan satu penelitian yang berjudul Kajian Identifikasi Peraturan Daerah dan Peraturan Pusat Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Unggulan Daerah di Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengidentifikasi peraturan pemerintah pusat dan daerah yang dinilai kurang mendukung pengembangan UMKM yang terkait dengan komoditi unggulan di Sumatera Selatan. Berbagai kalangan menilai bahwa pengembangan UMKM menghadapi berbagai kendala dalam hal pendirian dan pengembangan usaha, antara lain perizinan, retribusi, dan kesulitan akses kredit/pembiayaan ke lembaga keuangan.

Total sampel penelitian yang diwawancarai dan mengisi kuesioner sebanyak 254 responden dengan penentuan responden secara judgemental sampling. Distribusi responden per wilayah survei terdiri dari 10 kabupaten/kota: Banyuasin dan Musi Banyuasin sebanyak 45 responden, Muara Enim dan Prabumulih sebanyak 41 responden, Lahat dan Pagar Alam sebanyak 41 responden, Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir sebanyak 43 responden, Ogan Komering Ulu Timur sebanyak 41 responden, dan Kota Palembang sebanyak 43 responden.

Metode pengumpulan data melalui: (i) pengisian kuesioner dan (ii) focus group discussion (FGD). Pengumpulan data difokuskan pada komoditas-komoditas unggulan berskala UMKM di masing-masing kabupaten, sehingga dapat diidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan komoditas-komoditas tersebut. FGD dilakukan di 7 kota masing-masing: (i) Pangkalan Balai, (ii) Muara Enim, (iii) Kayu Agung, (iv) Lahat, (v) Palembang, (vi) Inderalaya, dan (vii) Martapura.

Tabel. 1 Area Penelitian dan Masing-Masing Komoditi Unggulan

No. Kabupaten/Kota Komoditas Unggulan

1 Banyuasin Kelapa Sawit 2 Musi Banyuasin Kelapa Sawit 3 Ogan Komering Ilir Sapi 4 Ogan Ilir Sapi 5 Lahat Kopi 6 Pagar Alam Kopi 7 Ogan Komering Ulu Timur Padi 8 Muara Enim Karet 9 Prabumulih Karet 10 Kota Palembang Ayam

Suplemen 4

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 75��

Data yang dihimpun oleh kuesioner kemudian diolah mellalui metode statistik dekriptif yang hasilnya kemudian dibawa ke FGD di Kabupaten/Kota. Penelitian tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan yang berintikan kendala dan beberapa peraturan yang dinilai menghambat UMKM sebagai berikut:

1.� Sertifikasi dan Labelisasi Benih/Bibit. Terdapat beberapa peraturan yang dinilai kurang mendukung antara lain:

a.� Perda Pemprov No. 4 tahun 2002 tentang Retribusi Jasa Pelayanan dan Pengawasan Mutu Barang.

b.� Perda No. 19 tahun 2004 tentang Retribusi, Registrasi usaha Prevenian, Sertifikasi dan Pengujian Benih Tanaman serta Penggunaan sarana proteksi tanah.

c.� Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No.36/Permentan/OT.140/2/2007 Tentang Perizinan Usaha Perkebunan.

d.� Permentan No.39/OT/140/8/2007 Tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Unggul.

Perda dan Perpus ini dinilai tidak kondusif bagi UMKM dalam usaha penangkar benih karet, sawit, dan padi. Isu strategis dalam berusaha adalah mahalnya harga bijih/bibit sawit, adanya bejih/bibit illegal (palsu).

2.� Sertifikasi Lahan. Keterbatasan dana bantuan sertifikasi lahan, birokrasi dalam pengurusan sertifikat, mahalnya biaya pengurusan sertifikat, dan lemahnya koordinasi lintas sektoral menyebabkan sebagian besar UMKM tidak bankable, karena terkendala agunan pinjaman.

3.� Skim Kredit UMKM. Skim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) belum tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat dan UMKM.

4.� Distribusi Pupuk. Sering terjadi kelangkaan pupuk pada saat musim tanam hal ini mengganggu hasil panen. Kelangkaan pupuk terjadi antara lain karena lemahnya fungsi perencanaan, koordinasi, dan pengawasan dalam mata rantai distribusi pupuk bersubsidi.

5.� Perizinan Usaha. Untuk usaha mikro dan kecil umumnya tidak memerlukan izin usaha. Namun bagi UMKM yang mau akses ke perbankan umumnya memerlukan perizinan, seperti: SIUP, TDP, SITU, dan NPWP. Proses memperoleh perizinan usaha rumit, lama dan biayanya mahal.

Rekomendasi

A. Kepada Pemerintah Propinsi

1.� Peraturan Pusat yang menyangkut sertifikasi benih dan pembibitan yang selanjutnya diatur dalam Perda Propinsi secara bertahap perlu dilimpahkan kepada Kabupaten/Kota, karena untuk lebih mendekatkan dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat sesuai semangat otonomi daerah.

2.� Dalam jangka pendek Pemerintah Propinsi perlu membuka kantor perwakilan administrasi di kabupaten yang mengurus dokumen sertifikasi dan labelisasi bibit karet serta program pelatihan SDM terkait sertifikasi benih/bibit.

Perkembangan Perbankan Daerah �

76� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �

3.� Pemda perlu mengusulkan kepada Menteri Perdagangan dan Menteri Pertanian untuk menerbitkan produk hukum yang mengharuskan perusahaan penghasil bijih sawit untuk memberikan layanan khusus pengadaan bijih sawit bagi UMKM.

4.� Dalam distribusi pupuk bersubsidi perlu ditingkatkan fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan, dan penegakan hukum (law enforcement) agar kasus kelangkaan pupuk di daerah dapat diatasi.

5.� Pemerintah Propinsi perlu memfasilitasi pengembangan sentra pengadaan bijih/benih/bibit unggul bersertifikat secara perwilayahan.

6.� Pemerintah Propinsi perlu memperbanyak sentra penangkaran benih/bibit berlabel yang dikelola oleh kelompok tani.

B. Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota

1.� Pemerintah Kabupaten/Kota perlu meningkatkan forum koordinasi lintas dinas, lintas

sektoral dengan pemerintah propinsi dan pemerintah pusat dalam pembinaan dan pengembangan UMKM di daerahnya.

2.� Pemerintah Kabupaten/Kota perlu meningkatkan alokasi dana bantuan sertifikasi tanah bagi UMKM dalam APBD tahunannya.

3.� Pemerintah Kabupaten/Kota perlu meningkatkan kegiatan sosialisasi perda terkait UMKM baik melalui program temu wicara/pelatihan UMKM maupun informasi melalui media cetak dan elektronika.

4.� Bagi Pemerintah Kabupaten yang belum memiliki LPKD (Lembaga Penjamin Kredit Daerah) perlu mempertimbangkan berdirinya lembaga seperti itu di daerahnya agar aksesibilitas UMKM kepada sektor perkreditan dapat ditingkatkan dalam rangka mendukung pengembangan UMKM di daerahnya.

5.� Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota perlu mempertimbangkan kemungkinan pembuatan Perda-Perda baru, yaitu:

a.� Perda yang khusus mengatur Pembinaan dan Pengembangan usaha UMKM;

b.� Perda yang mengatur tentang fasilitasi dan insentif bagi perusahaan yang memproduksi benih/bijih/bibit berkualitas, termasuk pengadaan lahannya.

c.� Perda pengembangan usaha perkopian (perkebunan dan industri pengolahan skala UMKM) di Lahat dan Pagar Alam;

d.� Perda tentang Pengembangan Usaha Padi (usaha penangkaran benih lokal, harga gabah pada saat panen raya, dan pengadaan pupuk);

e.� Perda tentang Pengembangan Usaha Sapi di Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir (sebagai insentif bagi usaha pembiakan sapi);

f.� Perda tentang Rumah Potong Hewan di Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir;

g.� Perda tentang Pengembangan Usaha Ternak Ayam;

h.� Perda yang menyangkut Penjaminan Kredit dari Pemkab/Pemkot bagi UMKM untuk akses kepada perbankan;

Perkembangan Perbankan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 77��

i.� Perda Tentang Pendirian Pusat atau Balai Pembibitan di kabupaten/kota, untuk menghasilkan benih/bibit dan pelatihan sertifikasi bagi petani;

j.� Perda Tentang Pengaturan Pelayanan Perizinan Satu Atap;

k.� Pendirian Badan Usaha Milik Daerah yang berfungsi menampung pembelian beras dan/atau kopi dan sawit pada saat panen raya;

C. Kepada Pemerintah Pusat

1.� Pemerintah Pusat perlu meningkatkan alokasi bantuan dana untuk Program sertifikasi lahan bagi UMKM, agar jumlah UMKM yang bankable meningkat.

2.� Pemerintah Pusat perlu meningkatkan sosialisasi dan pemberian informasi mengenai Peraturan Pusat kepada UMKM.

3.� Perum Bulog perlu meningkatkan pembelian beras pada musim panen raya.

4.� Pemerintah Pusat perlu mempertimbangkan kemudahan impor biji benih sawit bersertifikat untuk UMKM.

5.� Pemerintah Pusat perlu mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi.

Perkembangan Perbankan Daerah �

78� Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008� �

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

4.1. Realisasi APBD Tahun 2008

Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, realisasi

penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Sumatera Selatan

pada tahun 2008 mencapai 94,80%, sedangkan realisasi belanja pemerintah kurang dari

90%.

Realisasi penerimaan APBD Sumatera Selatan tahun 2008 tersebut tidak begitu jauh

berbeda dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya yang mencapai 95,31%.

Namun demikian, pencapaian penerimaan pada tahun ini secara nominal mengalami

peningkatan sebesar 16,16% dibandingkan realisasi penerimaan APBD pada tahun 2007.

Realisasi penerimaan dari komponen Dana Perimbangan tercatat sebesar

Rp1.390,32 miliar atau menyumbang sebesar 56,04% dari total realisasi penerimaan.

Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) tercatat sebesar Rp1.080,23 miliar atau

mencapai 43,54% dari total penerimaan, diikuti oleh realisasi lain-lain pendapatan yang sah

sebesar Rp10,36 miliar dengan pangsa sebesar 0,42%.

Tabel 4.1Perbandingan Realisasi APBD Sumsel Tahun 2008/2007 (Rp Miliar)

Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi %Penerimaan 2,241.04 2,135.83 95.31 2,617.01 2,480.91 94.80 PAD 897.16 847.97 94.52 1,040.32 1,080.23 103.84 Dana Perimbangan

1,335.85 1,280.90 95.89 1,568.03 1,390.32 88.67

Lain-lain 8.04 6.96 86.62 8.65 10.36 119.69 Belanja 2,557.66 2,328.23 91.03 2,718.47 2,253.92 82.91 Pembiayaan 296.60 192.40 64.87 101.46 101.05 99.59 Surplus/Defisit - - - - 328.04 -

TA. 2007 TA. 2008

Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, diolah

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Perkembangan Keuangan Daerah

80

Perbandingan antara PAD dengan Dana Perimbangan daerah Sumatera Selatan saat

ini adalah 1 : 1,29 yang artinya besar PAD hanya sebesar 0,78% dari Dana Perimbangan

yang diterima, sehingga pada masa yang akan datang diperlukan terobosan untuk memacu

Pendapatan Asli Daerah secara proporsional dengan kondisi masyarakat maupun dunia

usaha sehingga geliat sektor riil dan pertumbuhan ekonomi dapat tetap terjaga.

Tabel 4.2 Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2008

No Uraian Anggaran (Juta Rp)

Realisasi (Juta Rp) (%)

1 Pendapatan 2,617,007.90 2,480,910.47 94.80

1.1 PAD 1,040,323.65 1,080,228.02 103.84

- Pajak Daerah 897,944.35 982,694.98 109.44 - Retribusi Daerah 12,324.67 12,859.22 104.34

- Hasil Pengelolaan Yang Dipisahkan 42,059.64 25,902.10 61.58

- Lain-lain PAD Yang Sah 87,995.00 58,771.71 66.79

1.2 Dana Perimbangan 1,568,030.17 1,390,324.71 88.67

- Bagi Hasil Pjk/ Non Pajak 1,022,254.03 799,067.23 78.17

- Dana Alokasi Umum (DAU) 545,776.13 591,257.48 108.33

- Dana Alokasi Khusus (DAK) - - #DIV/0!

- Dana Perimbangan dari Propinsi - - 0.00

1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 8,654.08 10,357.74 119.69

- Pendapatan Hibah 8,644.85 10,348.51 119.71

- Bantuan Keuangan dari Pemda Lain - -

- Dana Tunjangan Pendidikan 9.23 9.23 99.99

2 Belanja 2,718,469.71 2,253,922.56 82.91

Belanja Tidak Langsung 1,162,103.63 917,733.03 78.97

Belanja Langsung 1,556,366.08 1,336,189.52 85.85

-101,461.81 226,987.91 -223.72

3 Pembiayaan 101,461.81 101,048.46 99.59

- Penerimaan Daerah 101,461.81 101,048.46 99.59

- Pengeluaran Daerah 0.00 0.00

0.00 328,036.36

Surplus/Defisit

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Perkembangan Keuangan Daerah

81

Dari empat komponen pembentuk Pendapatan Asli Daerah, yaitu : (1) Pajak Daerah,

(2) Retribusi Daerah, (3) Hasil Perusahaan Daerah & Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan, serta (4) lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, hanya komponen

pajak daerah dan retribusi daerah yang realisasinya mencapai lebih dari 100%, yakni

masing-masing sebesar 109,44% dan 104,34%.

Saat ini terdapat beberapa jenis pajak daerah yang umumnya ditetapkan dengan

peraturan daerah (termasuk Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan) yaitu : (1) Pajak

Kendaraan Bermotor (PKB), (2) Pajak Hotel dan Restoran, (3) Pajak Hiburan dan Tontonan,

(4) Pajak Reklame, (5) Pajak Penerangan Jalan, dan (6) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

(BBNKB). Berbagai jenis pajak daerah ini merupakan sumber utama PAD, sehingga ke

depan pos-pos ini perlu dioptimalkan, namun perlu diantisipasi agar tidak menimbulkan

gejolak baru di masyarakat dan mendistorsi kegiatan perekonomian di daerah. Langkah

yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan penerimaan pajak dalam jangka pendek

adalah memfokuskan pada intensifikasi pemungutan pajak yaitu mengoptimalkan jenis-

jenis pungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah ada.

Selain itu, optimalisasi perusahaan daerah maupun kekayaan daerah merupakan

salah satu alternatif yang penting dilakukan dalam rangka peningkatan PAD mengingat

realisasi pos ini pada tahun 2008 hanya mencapai 61,58%. Ke depan, rendahnya realisasi

komponen tersebut perlu mendapat perhatian dari pihak terkait karena pemberdayaan

setiap sumber daya yang dimiliki oleh daerah dalam era otonomi daerah sekarang ini

merupakan syarat mutlak terwujudnya kemandirian dalam menggerakkan roda pemerintah

untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera.

Realisasi belanja Pemerintah Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 mencapai

82,91%, dengan realisasi belanja terbesar pada pos belanja langsung yang mencapai

59,28% dari total belanja dan terealisasi sebesar 85,85% dari anggaran tahun 2008. Pada

pos belanja langsung, komponen belanja modal masih tercatat sebagai pengeluaran paling

besar yang mencapai 56,70%. Besarnya pengeluaran untuk belanja modal mengindikasikan

bahwa tingginya komitmen pemerintah daerah yang direpresentasikan dengan bergulirnya

berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang tersebar di seluruh pelosok wilayah

Sumatera Selatan.

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Perkembangan Keuangan Daerah

82

Realisasi penerimaan pembiayaan daerah dari sisa lebih pembiayaan anggaran

(SILPA) tahun sebelumnya tercatat sebesar 99,59% atau terealisasi sebesar Rp101,05 miliar.

Sehingga dengan juga memperhitungkan jumlah surplus pada realisasi APBD, pada tahun

anggaran 2008 terdapat sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) sebesar Rp328,04 miliar

atau meningkat sebesar 224,63% dari SILPA tahun sebelumnya.

4.2. APBD Tahun 2009

Berdasarkan data Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, penerimaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009

direncanakan sebesar Rp2.681,67 miliar atau meningkat sebesar 8,09% dari realisasi tahun

sebelumnya yang mencapai Rp2.480,91 miliar. Adapun belanja pemerintah daerah

direncanakan sebesar Rp2.751,67 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 22,08% dari

realisasi tahun 2008 yang mencapai Rp2.253,92 miliar.

Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD

Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Penda

patan PAD

Dana P

erimba

ngan

Belanja

Rp

Milia

r

Anggaran

Realisasi Tahun 2008

Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 4.2 Rasio Sumber Pembiayaan Realisasi APBD

Tahun 2008 Propinsi Sumatera Selatan

PAD41.84%

Dana Perimban

gan53.85%

Lain-lain Pendapat

an yg Sah

0.40%

Pembiayaan

Daerah3.91%

Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Perkembangan Keuangan Daerah

83

Target penerimaan APBD Sumatera Selatan tahun 2009 masih ditopang oleh

komponen Dana Perimbangan sebesar 55,96% atau sebesar Rp1.500,61 miliar, meningkat

sebesar 7,93% dari realisasi tahun sebelumnya. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)

tercatat sebesar Rp1.171,64 miliar atau mencapai 43,69% dari total penerimaan APBD

Sumsel, diikuti oleh pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp9,42 miliar dengan pangsa

sebesar 0,35%.

Dana Perimbangan merupakan andalan utama sumber pembiayaan pembangunan

wilayah Sumatera Selatan dengan pangsa sebesar 55,96% dari total penerimaan, namun

kontribusinya menurun sebesar 0,08% apabila dibandingkan dengan realisasi tahun

sebelumnya.

Menyikapi rendahnya penerimaan dari hasil perusahaan daerah dan pengelolaan

kekayaan alam yang dipisahkan pada realisasi APBD tahun sebelumnya, Pemerintah Propinsi

Sumatera Selatan telah menetapkan anggaran penerimaan dari komponen tersebut sebesar

Rp40,60 miliar atau meningkat sebesar 56,74% dibandingkan realisasi tahun 2008, namun

dilihat kontribusinya hanya sebesar 1,51% dari total penerimaan pada anggaran 2009.

Tabel 4.3APBD Sumsel 2009 & Realisasi APBD Tahun 2008 (Rp Miliar)

Anggaran Realisasi % AnggaranPenerimaan 2,617.01 2,480.91 94.80 2,681.67 PAD 1,040.32 1,080.23 103.84 1,171.64 Dana Perimbangan

1,568.03 1,390.32 88.67 1,500.61

Lain-lain 8.65 10.36 119.69 9.42 Belanja 2,718.47 2,253.92 82.91 2,751.67 Pembiayaan 101.46 101.05 99.59 70.00 Surplus/Defisit - 328.04 - -

TA. 2008 TA. 2009

Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan, diolah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Perkembangan Keuangan Daerah

84

Tabel 4.4 Realisasi APBD Sumsel 2008 & APBD Sumsel Tahun 2009

No Uraian Realisasi 2008 (Juta Rp)

Anggaran 2009 (Juta Rp)

Peningkatan (%)

1 Pendapatan 2,480,910.47 2,681,672.32 8.09

1.1 PAD 1,080,228.02 1,171,643.28 8.46

- Pajak Daerah 982,694.98 1,035,104.83 5.33 - Retribusi Daerah 12,859.22 12,968.45 0.85

- Hasil Pengelolaan Yang Dipisahkan 25,902.10 40,600.00 56.74

- Lain-lain PAD Yang Sah 58,771.71 82,970.00 41.17

1.2 Dana Perimbangan 1,390,324.71 1,500,609.79 7.93

- Bagi Hasil Pjk/ Non Pajak 799,067.23 993,253.91 24.30

- Dana Alokasi Umum (DAU) 591,257.48 507,355.88 -14.19

- Dana Alokasi Khusus (DAK) - -

- Dana Perimbangan dari Propinsi - -

1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 10,357.74 9,419.25 -9.06

- Pendapatan Hibah 10,348.51 9,410.02 -9.07

- Bantuan Keuangan dari Pemda Lain - -

- Dana Tunjangan Pendidikan 9.23 9.23 0.01

2 Belanja 2,253,922.56 2,751,672.32 22.08

Belanja Tidak Langsung 917,733.03 1,213,428.89 32.22

Belanja Langsung 1,336,189.52 1,538,243.43 15.12

226,987.91 -70,000.00 -130.84

3 Pembiayaan 101,048.46 70,000.00 -30.73

- Penerimaan Daerah 101,048.46 70,000.00 -30.73

- Pengeluaran Daerah 0.00 0.00

328,036.36 0.00

Surplus/Defisit

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan

Secara umum alokasi APBD tahun 2009 berada di atas realisasi APBD tahun 2008

baik dari sisi pendapatan maupun sisi belanja pemerintah. Beberapa pos baik di sisi

pendapatan maupun belanja mengalami penurunan anggaran. Di sisi pendapatan, Dana

Alokasi Umum dan pendapatan masing-masing menurun sebesar 14,19% dan 9,06%. Di

sisi belanja, pos belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja modal masing-masing

mengalami penurunan sebesar 69,53%, 3,09%, dan 15,98%.

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Perkembangan Keuangan Daerah

85

Pos pengeluaran untuk belanja daerah pada tahun 2009 meningkat sebesar

22,08% dibandingkan realisasi tahun 2008. Komponen belanja tidak langsung meningkat

paling signifikan mencapai 32,22% sedangkan komponen biaya langsung tercatat

meningkat sebesar 15,12%. Pada komponen biaya langsung, sub komponen biaya

pegawai tercatat meningkat secara signifikan yakni mencapai 179,34% dibandingkan

realisasi APBD tahun 2008. Peningkatan gaji PNS yang secara gradual akan dilakukan pada

tahun 2009 didentifikasi merupakan salah satu penyebab naiknya pos tersebut.

Grafik 4.3 Perbandingan Realisasi APBD 2008 &

APBD 2009 Propinsi Sumatera Selatan

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

Penda

patan

PAD

Dana P

erim

bang

an

Belanja

Rp

Mili

ar

Realisasi APBD 2008

Rencana APBD 2009

Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 4.4 Rasio Sumber Pembiayaan APBD Tahun 2009

Propinsi Sumatera Selatan

Pembiayaan

Daerah2.54%

Lain-lain Pendapat

an yg Sah

0.34%

Dana Perimban

gan54.53%

PAD42.58%

Sumber : Biro Keuangan Propinsi Sumatera Selatan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Perkembangan Keuangan Daerah

86

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

87

Sebagai konsekuensi terjadinya pesimisme ekonomi akibat krisis finansial global,

perkembangan sistem pembayaran, dilihat dari sisi tunai dan non tunai menunjukkan

adanya indikasi penurunan frekuensi maupun nilai aktivitas ekonomi melalui penurunan

tingkat perputaran kliring dan net outflow di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008.

5.1. Perkembangan Kliring

Perputaran kliring di Sumatera Selatan

pada triwulan IV 2008 menunjukkan

penurunan dari segi jumlah warkat

maupun nominalnya baik secara tahunan

maupun triwulanan. Jumlah warkat yang

dikliringkan tercatat sebanyak 155.642

lembar dengan nominal sebesar

Rp5,84triliun. Secara tahunan (yoy),

volume warkat menurun 12,86%

dibanding triwulan IV 2007 yang tercatat

sebanyak 178.616 lembar dan secara

nominal meningkat 2,87% dari sebesar

Rp5,67 triliun.

Aktivitas kliring merupakan salah satu indikator geliat perekonomian yang

merupakan proxy intensitas transaksi ekonomi yang bersifat non tunai. Secara triwulanan

(qtq) terjadi penurunan volume warkat sebesar 22,30% dari sebanyak 200.315 lembar dan

berdasarkan nilai nominalnya menurun 19,55% dari sebesar Rp7,26 triliun, yang

menunjukkan dampak krisis finansial global terhadap aktivitas perekonomian Sumsel pada

triwulan IV 2008, baik dari sisi frekuensi transaksi maupun nilai transaksi secara triwulanan.

Grafik 5.1 Perkembangan Triwulanan Perputaran Kliring

Sumsel

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

88

Sementara itu, cek/bilyet giro (BG) kosong yang dikliringkan tercatat sebanyak

2.803 lembar dengan nominal sebesar Rp80,76 miliar. Angka tersebut dilihat dari jumlah

warkat dan nilai nominalnya mengalami penurunan secara triwulanan dan peningkatan

secara tahunan.

Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) jumlah warkat cek/BG

kosong meningkat sebesar 64,40% dari sebanyak 1.705 lembar, sedangkan dari sisi

nominal tercatat meningkat sebesar 58,66% dari sebesar Rp50,90 miliar. Dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, jumlah cek/BG kosong yang dikliringkan meningkat sebesar

3,55% dari sebanyak 2.707 lembar dan dari sisi nominal menurun sebesar 4,30% dari

sebesar Rp84,38 miliar.

Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong

Propinsi Sumatera Selatan

2007

IV I II III IVPerputaran Kliring

1. Lembar Warkat 178,616 186,973 194,299 200,315 155,642

2. Nominal (Triliun Rp) 1.93 1.97 1.78 5.67 5.84

Cek/Bilyet Giro Kosong

1. Lembar Warkat 1,705 1,589 1,731 2,707 2,803

2. Nominal (Miliar Rp) 50.90 49.21 63.88 84.38 80.76

Ketarangan2008

Grafik 5.3 Perkembangan Jumlah Cek/Bilyet Giro

Kosong Sumsel

40

240

440

640

840

1,040

1,240

1.50

6.50

11.50

16.50

21.50

26.50

31.50

36.50

des feb apr juni agt okt des

2007 2008

lem

bar

Mili

ar

nominal lembar

Grafik 5.2 Perkembangan Bulanan Jumlah

Perputaran Kliring Sumsel

40.00

45.00

50.00

55.00

60.00

65.00

70.00

75.00

1.50

1.70

1.90

2.10

2.30

2.50

2.70

des feb apr juni agt okt des

2007 2008

ribu

lem

bar

Trili

un

nominal lembar

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

89

Secara bulanan, aktivitas kliring tertinggi terjadi pada bulan Desember 2008 dengan

jumlah warkat sebanyak 60.419 lembar dengan nominal sebesar Rp2,17 triliun. Pada bulan

Oktober tercatat sebanyak 51.300 lembar senilai Rp.1,94 triliun dan di bulan November

turun drastis menjadi 43.923 lembar senilai Rp1,73 triliun. Sementara itu, dari jumlah

cek/bilyet giro kosong, aktivitas perputaran warkat maupun nominal yang tertinggi terjadi

pada bulan Desember 2008 yakni sebanyak 1.078 lembar senilai Rp32,65 miliar, sedangkan

pada bulan November 2008 tercatat sebanyak 780 lembar senilai Rp20,70 miliar dan pada

bulan September 2008 sebanyak 945 lembar senilai Rp27,41 miliar.

5.2. Perkembangan Perkasan

Kegiatan perkasan yang juga merupakan salah satu proxy dari aktivitas perekonomian

melalui transaksi tunai. Dalam triwulan IV 2008 kegiatan perkasan di KBI Palembang

mencatat inflow sebesar Rp1,10 triliun, menurun sebesar 37,99% dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp1,78 triliun. Apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq), jumlah tersebut menunjukkan penurunan

sebesar 22,26%. Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp2,05 triliun atau

menurun sebesar 27,92% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), dan

tercatat mengalami penurunan sebesar 17,88% dari sebesar Rp1,41 triliun apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq). Dengan membandingkan angka inflow

dan outflow maka terjadi net-outflow selama triwulan IV 2008 sebesar Rp0,95 triliun,

sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat net-outflow sebesar Rp1,07

triliun. Net-outflow pada triwulan ini juga tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar Rp 1,83 miliar.

Tabel 5.2

Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp Miliar)

2007

IV I II III IVInflow 1,776.09 1,092.30 986.83 1,416.71 1,101.37

Outflow 2,848.48 1,414.10 2,693.78 2,500.11 2,053.08

Net Inflow (Net Outflow) (1,072.39) (321.80) (1,706.94) (1,083.40) (951.71)

Keterangan2008

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

90

Menurunnya transaksi outflow

dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya mengindikasikan minimnya

kebutuhan masyarakat terhadap uang

dalam bentuk tunai pada bulan Oktober

2008. Pada periode Oktober 2008 jumlah

uang yang didistribusikan ke masyarakat

tercatat sebesar Rp0,10 triliun, jauh di

bawah jumlah distribusi uang pada bulan

September yang tercatat sebesar Rp1,65

triliun. Namun, pada bulan November

2008 dan Desember 2008, nilai outflow

dan inflow mulai kembali seperti

biasanya.

Melalui kegiatan perkasan,

dilakukan pula penarikan uang lusuh di

KBI Palembang sebagai wujud dari clean

money policy Bank Indonesia. Secara

triwulanan, pada triwulan IV 2008, uang

lusuh yang ditarik tercatat menurun

26,72% dari Rp620,36 miliar menjadi

Rp454,60 miliar. Penarikan uang lusuh

tersebut juga menurun 16,03%

dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya, yang tercatat sebesar

Rp541,37 miliar.

Menurut proporsinya terhadap inflow, nilai penarikan uang lusuh juga mengalami

penurunan sebesar 27,06% secara triwulanan dan sebesar 8,34% secara tahunan.

Perkembangan tersebut juga mendukung adanya indikasi berkurangnya frekuensi transaksi

tunai dalam perekonomian pada triwulan IV 2008.

Grafik 5.4Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel

2007- 2008

(1,500.00)

(1,000.00)

(500.00)

500.00

1,000.00

1,500.00

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

2007 2008

Mili

ar

Outflow Inflow Net Inflow

Grafik 5.5 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh

oleh KBI Palembang

-

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

0

10

20

30

40

50

60

70

Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

2007 2008

Mili

ar

Pers

en

Nilai (axis kanan) % terhadap inflow

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

91

5.3. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau

Selain kegiatan perkasan yang dilaksanakan di Kota Palembang, di Sumatera Selatan juga

terdapat kegiatan kas titipan yang dilaksanakan di Kota Lubuk Linggau. Kas titipan tersebut

dilaksanakan mulai tahun 2005 yang ditandai dengan penandatangan Memorandum of

Understanding (MoU) antara Bank Indonesia Palembang dengan PT. Bank Rakyat Indonesia

Cabang Lubuk Linggau yang ditunjuk sebagai bank penyelenggara kas titipan.

Pertimbangan penyelenggaraan kas titipan di Lubuk Linggau dilatarbelakangi oleh relatif

tingginya kebutuhan terhadap uang tunai serta jarak yang cukup jauh dari Kota

Palembang.

Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau

(Rp Miliar) 2007

IV I II III IV

Inflow 367.48 338.46 173.29 414.01 317.50

Outflow 429.65 346.68 417.78 451.38 220.32

Net Inflow (Net Outflow) (62.16) (8.22) (244.49) (37.37) 97.18

Keterangan2008

Aktivitas kas titipan pada triwulan IV 2008 tercatat semakin menurun. Kegiatan

inflow tercatat sebesar Rp317,50 miliar atau menurun sebesar 48,72% dibandingkan

periode yang sama pada tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp367,48 miliar,.

Demikian pula apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq) tercatat mengalami

penurunan sebesar 51,19%. Outflow tercatat sebesar Rp220,32 miliar, mengalami

penurunan sebesar 13,60% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang

tercatat sebesar Rp429,65 miliar. Secara triwulanan (qtq), besar outflow tercatat mengalami

peningkatan sebesar 23,31% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

Rp451,38 miliar. Secara keseluruhan, pada triwulan ini tercatat net-inflow sebesar Rp97,18

miliar, berbeda dari triwulan-triwulan sebelumnya yang selalu mencatat net outflow.

Kondisi net inflow yang tercatat memberikan indikasi menurunnya aktivitas perekonomian

di Sumatera Selatan pada triwulan IV 2008.

Secara bulanan (mtm) jumlah inflow pada bulan Oktober 2008 mengalami

peningkatan tajam, sedangkan outflow mengalami penurunan yang sangat signifikan,

sehingga tercatat net inflow sebesar Rp162,95 milyar. Hal ini menunjukkan berkurangnya

Perkembangan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

92

transaksi perekonomian di Sumsel. Pada bulan November dan Desember, aktivitas kas

titipan kembali mencatat net outflow.

Grafik 5.6 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan

Tahun 2007-2008

(150)

(100)

(50)

-

50

100

150

200

250 D

es

Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun

Jul

Aug

Sep Oct

Nov

Dec

2007 2008

Rp

Mili

ar

Outflow Inflow Net Inflow (Net Outflow)

Penurunan harga komoditi unggulan ekspor propinsi Sumatera Selatan sebagai akibat dari

adanya krisis finansial global telah berdampak pada penurunan kesejahteraan masyarakat.

Hal ini tercermin dari penurunan PDRB per kapita dan Nilai Tukar Petani (NTP) secara cukup

signifikan. Meskipun tingkat pengangguran belum mengalami penurunan yang tinggi,

namun terdapat tendensi mulai meningkatnya pengangguran sebagai konsekuensi krisis

tersebut.

6.1. Ketenagakerjaan

Secara umum, kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumatera Selatan tidak mengalami

banyak perubahan dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya. Meskipun

beberapa indikator ketenagakerjaan selama beberapa triwulan terakhir menunjukkan

sedikit fluktuasi, namun secara umum tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.

Berbagai permasalahan dasar masih mewarnai kondisi ketenagakerjaan di daerah ini,

seperti lambannya transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder,

produktivitas tenaga kerja yang masih relatif rendah, serta masih tingginya angka

pengangguran.

Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi

2007Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah1. Pertanian 1,933,405 1,978,361 1,970,189 1,835,852 1,801,303 2. Pertambangan 22,453 25,639 29,792 33,915 34,247 3. Industri 113,422 132,342 161,239 183,085 182,179 4. Listrik, Gas dan Air 19,801 9,467 7,600 5,631 6,381 5. Kontruksi 81,094 108,761 111,071 113,373 114,285 6. Perdagangan 482,544 471,520 482,370 492,940 521,337 7. Transportasi 117,880 149,554 149,028 148,126 146,000 8. Lembaga Keuangan 18,780 19,910 25,018 38,357 40,166 9. Jasa 277,032 266,703 278,780 388,752 400,052

Jumlah 3,066,411 3,162,257 3,215,087 3,240,031 3,245,950

SEKTOR2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 6

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008

94

Jumlah angkatan kerja propinsi Sumatera Selatan tercatat sebesar 3,453,238 orang

atau meningkat sebesar 0,18 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak

3,447,002 orang. Peningkatan angkatan kerja tersebut selain terkait dengan peningkatan

jumlah penduduk usia kerja, juga disebabkan oleh semakin bertambahnya jumlah

penduduk yang menyelesaikan jenjang pendidikan yang ditempuh dan siap memasuki

dunia kerja. Dugaan tersebut dikonfirmasi oleh data peningkatan jumlah penduduk yang

bekerja dari 3.240.031 orang menjadi 3.245.950 orang, atau sebesar 0,18%. Namun,

jumlah penduduk yang menganggur mengalami peningkatan dari 206,971 orang menjadi

207,288 orang. Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang relatif tidak sepenuhnya dapat

diikuti oleh penyerapan tenaga kerja ke dalam sektor-sektor usaha yang ada terkait dengan

situasi bisnis yang kurang kondusif akibat adanya krisis finansial global.

Sementara itu, berdasarkan sektor ekonomi, distribusi sektoral menunjukkan bahwa

konsentrasi tenaga kerja masih terdapat di sektor pertanian yang menyerap 55,49% tenaga

kerja, meskipun angka ini sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 56,66%, namun tetap membuktikan bahwa sektor pertanian masih tetap menjadi

tumpuan utama bagi sebagian besar masyarakat Sumatera Selatan.

Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja

Menurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

55.49

1.06

5.61

0.20

3.52

16.06

4.50

1.24

12.32

Pertanian

Pertambangan

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, dan Air

Bangunan

Perdagangan

Pengangkutan

Keuangan

Jasa-jasa

Dalam satu tahun terakhir

jumlah penduduk yang bekerja di

sektor pertanian mengalami

fluktuasi. Meskipun demikian,

fluktuasinya relatif kecil dari waktu

ke waktu dan perubahannya relatif

lamban serta cenderung mengalami

penurunan. Ini menunjukkan

lambannya transformasi tenaga

kerja dari sektor primer ke sektor

sekunder maupun tersier serta

menunjukkan sekaligus bahwa

sektor pertanian masih menjadi

andalan bagi penduduk sebagai

mata pencaharian.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

95

Di tengah kondisi ekonomi yang masih terbatas lapangan kerja di sektor-sektor

formal, sektor pertanian tetap menjadi pilihan penduduk karena sifatnya yang fleksibel dan

tidak membutuhkan keahlian yang tinggi. Para pekerja di sektor ini lebih mudah untuk

keluar masuk jika ada peluang kerja yang lebih baik.

Daya serap sektor sekunder (manufaktur) pada triwulan IV sebesar 9,33%, mengalami

kenaikan sebesar 0,01 persen dibandingkan dengan angka pada triwulan sebelumnya yang

mencapai 9,32 persen. Sektor industri memberi kontribusi paling besar dalam sektor

manufaktur ini yakni mencapai 5,61%, kemudian disusul sektor konstruksi sebesar 3,52%.

Dibandingkan triwulan sebelumnya daya serap sektor industri relatif stabil, begitu juga dengan

sektor konstruksi. Dua sektor lainnya yaitu sektor pertambangan dan sektor listrik, gas dan air,

mempunyai daya serap yang relatif kecil. Secara umum dapat dikatakan bahwa daya serap

tenaga kerja sektor-sektor tersebut relatif masih rendah.

Kontribusi sektor tersier (jasa) tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, yaitu dari 32,97% menjadi 34,12%. Peningkatan di sektor tersebut bersumber

dari adanya peningkatan kontribusi sektor-sektor terkait, kecuali sektor transportasi yang

memiliki kontribusi tetap pada dua triwulan terakhir, yaitu sebesar 4,50%. Sektor

perdagangan masih merupakan sektor dengan daya serap terbesar setelah pertanian.

Secara umum dapat disebutkan bahwa sampai saat ini transformasi tenaga kerja

dari sektor primer yang produktivitasnya rendah ke sektor sekunder dan tersier yang

produktivitasnya lebih tinggi masih berjalan lamban. Sektor-sektor ekonomi belum

sepenuhnya mampu menyediakan kesempatan kerja bagi pencari kerja yang jumlahnya

terus meningkat. Kondisi tersebut mengakibatkan masih tingginya pengangguran di

Sumatera Selatan.

6.2. Pengangguran

Masalah pengangguran merupakan masalah yang melekat pada aspek

ketenagakerjaan. Penduduk yang menganggur a d a l a h p e n d u d u k y a n g sedang

mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja),

yang mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin

mendapatkan pekerjaan.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008

96

Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 – 2008 (persen)

2007 2008

IV I II III IV

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 9.34 8.45 7.77 6.00 6.00

Tingkat Setengah Pengangguran 34.94 34.47 34.20 38.37 38.80

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung

(Setengah Pengangguran) Menurut Lapangan Pekerjaan

di Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan sektor ekonominya, persentase tingkat setengah pengangguran

terbesar terjadi pada sektor pertanian yakni sebesar 57,21% terkait dengan karakteristik

sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh musim sehingga beban kerjanya juga

mengikuti siklus musim.

Tingkat setengah pengangguran secara konvensional biasanya diukur berdasarkan

jam kerja. Seseorang dikatakan sebagai setengah pengangguran jika dia bekerja kurang

dari jam kerja normal (< 35 jam seminggu). Meskipun jumlah jam kerja per minggu tidak

sepenuhnya dapat memberikan gambaran tingkat produktivitas, terutama bagi mereka

yang memang menghendaki jam kerja rendah, namun demikian jam kerja yang rendah

merupakan salah satu indikasi pemanfaatan tenaga kerja yang kurang optimal.

57.21

7.22

16.61

44.30

7.83

25.05

7.29

3.70

30.50

PertanianPertambanganIndustri PengolahanListrik, Gas, dan Air

BangunanPerdagangan

PengangkutanKeuangan

Jasa-jasa

Selama kurun waktu triwulan IV

2007 hingga triwulan IV 2008 ini

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di

Sumatera Selatan menunjukkan

kecenderungan menurun yang

ditunjukkan dengan semakin kecilnya

persentase Tingkat Pengangguran

Terbuka menjadi sekitar 6,00 persen

pada saat ini.

Namun, tingkat setengah

pengangguran mengalami sedikit

peningkatan. Tingkat pengangguran

berubah dari sebesar 38,37 menjadi

38,80 pada triwulan ini.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

97

Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini

83.00

53.33

76.33

79.70

75.30

63.33

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Aug Se

p

Oct

Nov

Dec

2007 2008

6.3. Pendapatan per Kapita

Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku (dengan migas) Propinsi

Sumatera Selatan tercatat sebesar Rp.3.807.053 atau menurun sebesar 12,96% dibanding

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp.4.373.686. Jika tanpa memperhitungkan komponen

migas, pendapatan per kapita juga menurun sebesar 8,05% yaitu dari Rp2.890.656 menjadi

Rp2.657.878.

Dengan mengeliminasi faktor perubahan harga, maka didapat besaran pendapatan

perkapita atas dasar harga konstan tahun 2000. Pada Tw-IV ini, pendapatan perkapita

atas dasar harga konstan 2000 (dengan migas) mencapai Rp1.697.078. Angka ini

mengalami penurunan sebesar 5,53% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp1.796.483. Sementara itu, pendapatan per kapita regional atas dasar

konstan tanpa migas mengalami penurunan sebesar 7,15% dari Rp1.398.508

menjadi Rp1.298.584.

Meningkatnya jumlah

pengangguran di Sumatera Selatan

terkonfirmasi dari hasil survei konsumen

yang diselenggarakan di kota

Palembang. Dari hasil survei tersebut,

konsumen rumah tangga menilai

ketersediaan lapangan kerja saat ini

menjadi lebih buruk. Setelah mengalami

peningkatan pada bulan Oktober hingga

mencapai 79,70, namun kemudian

indeks ketersediaan lapangan kerja

berangsur-angsur turun hingga

mencapai 63,33 pada bulan Desember.

Nilai tersebut juga jauh lebih rendah dari

Desember tahun lalu yang mencapai

83,00.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008

98

Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2007-2008

Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah) 2007

IV I II III IV

Harga Berlaku

Dengan migas 3,656,596 3,692,181 4,050,657 4,373,686 3,807,053

Tanpa migas 2,385,407 2,414,467 2,606,623 2,890,656 2,657,878

Harga Konstan

Dengan migas 1,680,196 1,668,895 1,698,719 1,796,483 1,697,078

Tanpa migas 1,278,896 1,274,409 1,303,124 1,398,508 1,298,584

PDRB2008

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 6.4Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan

6 Bulan Yang Lalu

141.3

133.3

120.0 123.0

143.7 148.00

140.33

132.33

90

100

110

120

130

140

150

Des Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Aug Sep

Oct

Nov

Dec

2007 2008

Inde

ks

Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu

Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad

relatif sedikit meningkat dibandingkan indeks penghasilan saat ini pada bulan

September yang sebesar 120,00. Hal yang patut diperhatikan adalah konsumen di

Sumatera Selatan memandang pesimis terhadap ekspektasi penghasilan pada enam

bulan yang akan datang. Hal tersebut dapat terlihat dari menurunnya indeks

ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang dari 148,00 pada bulan Oktober

2008 menjadi 132,33 pada bulan Desember 2008.

Hasil survei konsumen

yang secara bulanan dilakukan

oleh Bank Indonesia

Palembang terhadap

konsumen rumah tangga di

Sumatera selatan

mengkonfirmasi terjadinya

penurunan pendapatan

perkapita masyarakat

Sumatera Selatan secara

triwulanan.

Indeks penghasilan saat

ini pada bulan Desember

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

99

6.4. Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Selatan

Walaupun Propinsi Sumatera Selatan termasuk salah satu propinsi yang kaya di Indonesia,

tetapi jumlah penduduk miskinnya termasuk tinggi. Jumlah penduduk miskin tertinggi di

Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten Musi Banyuasin, yaitu sebanyak 165.600

orang, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah adalah di Kota Prabumulih yaitu

sebanyak 10.000 orang (data tahun 2007).

Tabel 6.4 Jumlah Penduduk Miskin Sumatera Selatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004-2007

Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan) No Kabupaten/Kota 2004 2005 2006 2007

1. OKU 201,4 45,2 46,1 40,6 2. OKI 218,9 161,6 174,1 152,7 3. Muaraenim 138,3 140,3 140,7 128,5 4. Lahat 160,2 162,6 163,1 94,9 5. Musi Rawas 164 166,4 166,9 160,3 6. Musi Banyuasin 164,4 171,3 171,8 165,6 7. Banyuasin 147,3 149,5 149,9 136,8 8. OKU Selatan - 58,8 67,8 61,2 9. OKU Timur - 102,8 103,1 90,7

10. Ogan Ilir - 85,5 82,7 79,6 11. Empat Lawang - - - 49,7 12. Palembang 124,1 125,9 126,3 124,4 13. Prabumulih 15,8 15,5 12,3 10 14. Pagaralam 16,9 15,2 13,7 11,2 15. Lubuklinggau 28 28,4 28,5 25,6

Sumatera Selatan 1.379 1.429 1.446,9 1.331,8

Sumber : Sakernas BPS

6.5. Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator untuk menunjukkan kemampuan daya beli

petani. Perkembangan NTP selama Januari 2008 sampai November 2008 cukup fluktuatif.

NTP pada Tw-IV 2008 (November 2008) mengalami penurunan dari Tw-III 2008 sampai

pada level defisit yaitu dari sebesar 102,24 menjadi sebesar 96,45. Penurunan nilai tukar

terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani melebihi kenaikan indeks harga

yang dibayar petani. Indeks yang diterima petani mengalami koreksi cukup tajam dari

116,79 pada triwulan sebelumnya menjadi 110,97, sedangkan indeks yang dibayar petani

mengalami sedikit kenaikan dari 114,23 menjadi 115,05.

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008

100

Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani mengalami peningkatan dari 115,07

menjadi 115,61. Konsumsi petani paling tinggi masih digunakan untuk konsumsi

pendidikan, rekreasi dan olah raga yang indeksnya mencapai 122,71. Konsumsi terendah

para petani ada pada makanan jadi yang terlihat dari indeksnya sebesar 109,40.

Grafik 6.5 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai Tukar Petani

108.22 110.97

103.89

115.05

104.17

96.45

90

95

100

105

110

115

120

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov

2008

Inde

ks

Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Tabel 6.5 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-Ags 2008

Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok Jan Mar Jun Agt Sep Okt Nop

%Nop thd Okt

Konsumsi Rumah Tangga 104.14 106.6 111.13 113.47 115.09 115.07 115.61 0.47

1. Bahan Makanan 102.62 105.4 110.32 113.65 115.63 115.45 115.84 0.34

2. Makanan Jadi 103.77 106.1 108.10 109.48 110.26 109.05 109.40 0.32

3. Perumahan 102.75 105.3 112.26 114.09 117.84 121.6 121.44 -0.13

4. Sandang 111.10 116.1 116.07 117.63 117.36 113.55 114.20 0.57

5. Kesehatan 107.74 109.2 113.95 113.82 113.82 113.94 116.05 1.85 6. Pendidikan,Rekreasi dan Olahraga 116.77 118.1 118.27 119.12 119.12 119.12 122.71 3.01 7. Transportasi dan Komunikasi 100.29 99.44 110.15 111.12 111.12 111.12 111.20 0.07

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

101

Biaya produksi dan penambahan modal petani mengalami sedikit peningkatan. Hal

ini tercermin dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan modal dari sebesar

112,43 menjadi 113,69. Peningkatan indeks tertinggi terjadi pada upah buru tani dari

114,14 menjadi 118,76. Terkait dengan penurunan harga BBM, pengeluaran pada

transportasi tercatat mengalami penurunan indeks sebesar 0,76% dari 117,21 menjadi

sebesar 116,32.

Tabel 6.6 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani

Sektor,Kelompok dan Sub Kelompok Jan Mar Jun Ags Sep Okt Nop

%Nop thd Okt

Biaya Produksi dan Penambahan Modal 103.22 103.6 109.39 111.21 111.55 112.43 113.69 1.12 1. Bibit 97.09 95.22 115.61 115.66 115.67 115.64 115.87 0.20 2. Obat-obatan dan pupuk 100.07 101.3 108.01 109.79 111.44 112.77 112.61 -0.14 3. Sewa lahan, pajak dan lainnya 104.94 104.9 106.14 106.83 106.99 107.18 107.29 0.10 4. Transportasi 102.42 99.11 116.16 117.29 116.14 117.21 116.32 -0.76 5. Penambahan barang modal 102.68 103.8 107.48 108.25 108.76 109.04 108.92 -0.11 6. Upah buruh tani 107.92 109 109.37 113.14 113.33 114.14 118.76 4.05

6.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah

pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup

untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah

sebuah wilayah adalah wilayah maju, wilayah berkembang atau wilayah terbelakang, serta

untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Sumatera Selatan, 15 kabupaten dan kota

yang berada di wilayah Sumatera Selatan tercatat memiliki IPM antara 65 hingga 74 pada

tahun 2006. Kota Palembang sebagai ibu kota propinsi tercatat sebagai wilayah yang

memiliki angka IPM paling tinggi yakni sebesar 74,30. Secara umum, wilayah perkotaan

rata-rata memiliki IPM yang tinggi sebagaimana juga ditunjukkan oleh IPM kota Prabumulih

dan Pagaralam yang menduduki peringkat dua dan tiga dengan IPM sebesar 71,70 dan

71,10.

Secara garis besar tidak terdapat perubahan yang begitu signifikan antara peringkat

IPM tahun 2005 dengan IPM 2006. Hanya terdapat beberapa kota yang mengalami

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008

102

penurunan maupun peningkatan ranking IPM. Kabupaten Empat Lawang yang merupakan

daerah pemekaran baru tercatat memiliki angka IPM 66,60 atau menempati peringkat ke-

14.

Tabel 6.7 IPM 2006-2007 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan

Juni 2005 Juni 2006 2005 2006 2005 2006 2005 2006

1 Palembang 1,338,793 1,369,239 114.15 137.04 18,299,536 21,610,411 73.60 74.30 2 Prabumulih 130,340 132,752 114.23 138.15 12,527,589 14,029,649 71.10 71.70 3 Pagaralam 114,562 115,553 118.06 142.03 6,220,869 6,869,367 69.90 71.10 4 OKU 255,246 259,292 114.20 137.53 12,511,678 14,087,874 69.90 70.90 5 OKU Selatan 317,277 322,307 113.67 136.94 4,325,679 5,222,268 68.80 70.00 6 Muara Enim 632,222 643,924 115.05 137.41 15,480,019 20,485,483 68.70 69.10 7 OKI 626,828 672,192 114.42 137.93 5,405,682 6,109,002 68.80 69.00 8 Musi Banyuasin 469,175 484,245 115.30 139.40 36,012,743 39,159,940 68.70 69.00 9 Lahat 545,754 550,478 116.94 141.17 7,674,760 10,130,237 67.60 68.40

10 Banyuasin 733,828 757,398 115.99 139.31 7,966,130 9,280,813 67.20 68.10 11 Lubuklinggau 174,452 178,074 117.54 141.19 6,597,214 7,286,987 66.30 68.00 12 Ogan Ilir 356,983 365,333 113.33 136.69 5,567,214 6,118,237 66.00 67.20 13 OKU Timur 556,010 564,824 113.14 138.53 4,685,796 5,433,742 65.40 67.50 14 Empat lawang - - - - - 5,890,034 - 66.60 15 Musi Rawas 474,430 484,281 118.49 142.42 8,682,544 9,676,459 65.00 65.60

PDRB/KAPITA (ADHB IPMKabupaten/KotaNo

Penduduk IKK

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

103

INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG MENINGKAT I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan IV - 2008

Tingkat Keyakinan Konsumen Palembang selama triwulan IV - 2008 secara umum sedikit mengalami peningkatan dibanding dengan triwulan III - 2008. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan IV - 2008 mencapai 106.18 atau meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 94.81, sedangkan rata-rata Indeks Keyakinan Ekonomi Saat ini (IKESI) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) masing-masing mencapai 97.52 dan 114.85, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 87.59 dan 102.04. Dibandingkan dengan indeks triwulan yang sama tahun 2007, IKK, IKESI, dan IEK mengalami penurunan. Hal tersebut mencerminkan keyakinan konsumen kota Palembang memburuk dibanding triwulan yang sama tahun lalu.

Grafik 1 IKK, IKESI, IEK periode 2007-2008

97.28

89.89

104.67

-

20

40

60

80

100

120

140

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni Juli

Agu

st

Sep

Okt

Nov Des

2007 2008

Inde

ks

IKK IKE IEK

Opt

imis

Pesim

is

Selama triwulan IV - 2008, beberapa hal yang menjadi concern bagi konsumen

Palembang antara lain; tingkat penghasilan, ketersediaan tenaga kerja, perkiraan harga barang dan jasa (lihat grafik 2).

Grafik 2 Pembentuk Keyakinan Konsumen periode 2007-2008

123.0132.3

63.3

75.083.3

106.7

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Agust

Sep

Okt

Nov

Des

2007 2008

Indek

s

Penghasilan saat inidibandingkan 6 bln yang lalu

Ekspektasi penghasilan 6bulan yad

Ketersediaan lapangan kerjasaat ini

Ketersediaan lapangan kerja6 bulan yad

Ketepatan waktu pembelian(konsumsi) barang tahan lama

Kondisi ekonomi 6 bulan yad

Opt

imis

Pesim

is

Suplemen 5

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008

104

II. Keyakinan Konsumen Bulan Oktober 2008

IKK pada bulan Oktober 2008 tercatat sebesar 114.94, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 106.67 dan 123.22. Angka Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 133.3, indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 148. Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 79.7, indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 109, indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 107, dan indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan yang akan datang sebesar 112.7.

2.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi

Dari 300 responden, sebanyak 47.33 % atau 142 responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 35 % atau 105 responden berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 17.67 % atau 53 responden yang berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, menurut sebagian besar responden kondisi ekonomi pada bulan Juli 2008 lebih buruk dibandingkan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 1).

Tabel 1 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan

Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 47 88 114 249 Rp3-5 juta 3 14 25 42 >Rp 5 juta 3 3 3 9 Jumlah Responden 53 105 142 300

2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja

Angka indeks mengenai ketersediaan lapangan kerja merupakan indeks yang terendah yakni 79.7. Sebagian besar atau sekitar 45 % responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk daripada kondisi 6 bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6 bulan silam sebanyak 30.33 % atau 91 responden, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 24.67 % atau 74 responden. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendapatkan perhatian serius di mata konsumen (lihat Tabel 2).

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

105

Tabel 2 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 59 76 114 249 Rp3-5 juta 15 12 15 42 >Rp 5 juta 0 3 6 9 Jumlah Responden 74 91 135 300

2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan

Sebanyak 52 % atau 156 responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 40.67 % atau 122 responden berpendapat lebih baik, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 7.33 % atau 22 responden. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan (lihat Tabel 3).

Tabel 3 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan

Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 101 132 16 249 Rp3-5 juta 18 18 6 42 >Rp 5 juta 3 6 0 9 Jumlah Responden 122 156 22 300

2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang

Harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 81.67 % atau 245 responden berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada 3 bulan mendatang akan mengalami kenaikan. Sebanyak 9.33 % atau 28 responden berpendapat akan stabil dan 9 % atau 27 responden berpendapat akan mengalami penurunan harga barang dan jasa di 3 bulan mendatang (lihat Tabel 4).

Tabel 4 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 6 Bulan Yang Akan Datang

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 6 bulan yang akan

datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 199 25 25 249 Rp3-5 juta 38 2 2 42 >Rp 5 juta 8 1 0 9 Jumlah Responden 245 28 27 300

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008

106

III. Keyakinan Konsumen Bulan November 2008

IKK pada bulan November 2008 tercatat sebesar 106.33, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 96 dan 116.67. Indeks Penghasilan saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 120, indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan yang akan datang sebesar 140.3, indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini sebesar 75.3, indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan yang akan datang sebesar 99.7, indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 92.7, dan indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan yang akan datang sebesar 110.

3.1 Pendapat Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi

Sebanyak 55.67 % atau 167 responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 31.33 % atau 94 responden berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 13 % atau 39 responden yang berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, menurut sebagian besar responden kondisi ekonomi pada bulan November 2008 lebih buruk dibandingkan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 5).

Tabel 5 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu

Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 34 82 143 259 Rp3-5 juta 4 10 22 36 >Rp 5 juta 1 2 2 5 Jumlah Responden 39 94 167 300

3.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja

Angka indeks mengenai ketersediaan lapangan kerja merupakan indeks yang terendah yakni 75.3. Sebagian besar atau sekitar 46.67 % responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk daripada kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan sama seperti 6 bulan silam sebanyak 31.33 % atau 94 responden, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 22 % atau 66 responden. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendapatkan perhatian serius di mata konsumen (lihat Tabel 6).

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

107

Tabel 6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 58 77 124 259 Rp3-5 juta 8 14 14 36 >Rp 5 juta 0 3 2 5 Jumlah Responden 66 94 140 300

3.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan

Sebanyak 53.33 % atau 160 responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 33.33 % atau 100 responden berpendapat lebih baik, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 13.33 % atau 40 responden. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan di bandingkan 6 bulan yang lalu (lihat Tabel 7).

Tabel 7 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu Pengeluaran per Bulan

Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden Rp 1juta-Rp3 Juta 89 136 34 259 Rp3-5 juta 10 21 5 36 >Rp 5 juta 1 3 1 5 Jumlah Responden 100 160 40 300

3.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang

Harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 60 % atau 180 responden berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada 3 bulan mendatang akan mengalami kenaikan dan sebanyak 26 % atau 78 responden berpendapat akan stabil dan hanya 14 % atau 42 responden yang berpendapat akan turun (lihat Tabel 8).

Tabel 8 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Yang Akan Datang

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan

datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 153 67 39 259 Rp3-5 juta 23 10 3 36 >Rp 5 juta 4 1 0 5 Jumlah Responden 180 78 42 300

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008

108

IV. Keyakinan Konsumen Bulan Desember 2008

IKK pada bulan Desember tercatat sebesar 98.83, sedangkan IKESI dan IEK masing-masing 89.89 dan 104.67. Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu sebesar 123, Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 132.3, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini sebesar 63.3, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 75, Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama sebesar 83.3, dan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan Yang Akan Datang sebesar 106.7.

4.1 Pendapat Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi

Sebanyak 55 % atau 165 responden berpendapat bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kondisi 6 bulan yang lalu, 26.67 % atau 80 responden berpendapat kondisi ekonomi saat ini sama dengan kondisi 6 bulan yang lalu, dan hanya 18.33 % atau 55 responden yang berpendapat kondisi ekonomi lebih baik. Dengan demikian, pendapat konsumen tentang buruknya kondisi perkonomian belum mengalami perubahan selama triwulan IV - 2008 bahkan terus mengalami penurunan (lihat Tabel 9).

Tabel 9 Pendapat Konsumen Terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Kondisi Ekonomi Saat Ini dibanding 6 bulan yang lalu

Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 51 64 140 255 Rp3-5 juta 3 11 21 35 >Rp 5 juta 1 5 4 10 Jumlah Responden 55 80 165 300

4.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja

Sebagian besar atau sekitar 51.67 % responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk dengan kondisi enam bulan yang lalu. Sementara itu, jumlah responden yang berpendapat ketersediaan lapangan pekerjaan tidak mengalami berubah daripada kondisi 6 bulan silam sebanyak 33.33 % atau 100 responden, sedangkan yang berpendapat lebih baik hanya 15 % atau 45 responden. Indeks ketersediaan lapangan kerja dalam satu tahun terakhir selalu berada dalam level pesimis. Tidak berbeda dengan pendapat konsumen terhadap kondisi perekonomian, kondisi ketenagakerjaan pun dinilai mengalami penurunan menurut sebagian besar konsumen sepanjang triwulan IV – 2008 (lihat Tabel 10).

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

109

Tabel 10 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan yang lalu

Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 38 86 131 255 Rp3-5 juta 6 11 18 35 >Rp 5 juta 1 3 6 10 Jumlah Responden 45 100 155 300 4.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan

Sebanyak 50.33 % atau 151 responden berpendapat bahwa penghasilan mereka cenderung tetap dibandingkan 6 bulan yang lalu. Sementara 36.33 % atau 109 responden berpendapat lebih baik, dan yang menyatakan lebih buruk sebanyak 13.33 % atau 40 responden. Berdasarkan informasi tersebut, maka sebagian besar responden penghasilannya tidak mengalami perubahan atau dengan kata lain konstan (lihat Tabel 11).

Tabel 11 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Penghasilan Saat ini dibanding 6 bulan yang lalu

Pengeluaran per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 90 132 33 255 Rp3-5 juta 14 16 5 35 >Rp 5 juta 5 3 2 10 Jumlah Responden 109 151 40 300

4.4 Prakiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang

Harga barang/jasa pada 3 bulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan oleh sebagian besar konsumen. Hal tersebut tercermin dari 52 % atau 156 responden berpendapat bahwa harga barang dan jasa pada 3 bulan mendatang akan mengalami kenaikan, sebanyak 36.67 % atau 110 responden berpendapat akan stabil dan 11.33 % atau 34 responden yang menyatakan harga akan turun (lihat Tabel 12).

Tabel 12 Pendapat Konsumen Terhadap Perkiraan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Yang Akan Datang

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Prakiraan Harga Barang/Jasa Secara Umum pada 3 bulan yang akan

datang Pengeluaran per Bulan Naik Tetap Turun Jumlah Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta 128 96 31 255 Rp3-5 juta 21 12 2 35 >Rp 5 juta 7 2 1 10 Jumlah Responden 156 110 34 300

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008

110

V. Profil Responden

5.1 Profil Responden Bulan Oktober 2008

Profil responden pada bulan Oktober 2008 secara rinci dapat dilihat pada tabel 13. 5.2 Profil Responden Bulan November 2008

Profil responden pada bulan November 2008 secara rinci dapat dilihat pada tabel 14. 5.3 Profil Responden Bulan Desember 2008

Profil responden pada bulan Desember 2008 secara rinci dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 13 Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang

Periode Bulan Oktober 2008 Pengeluaran per Bulan

Profil Responden Rp 1juta-Rp3 Juta

Rp3-5 juta

>Rp 5 juta

Total

SMA 69 14 1 84 Akademi/D.III 29 7 2 38 Sarjana/S1 55 11 1 67

Pendidikan

Pasca Sarjana 4 0 2 6 Laki-Laki

Subtotal 157 32 6 195 SMA 34 5 1 40 Akademi/D.III 21 0 0 21 Sarjana/S1 36 3 1 40

Pendidikan

Pasca Sarjana 1 2 1 4

Jenis Kelamin

Perempuan

Subtotal 92 10 3 105 SMA 103 19 2 124 Akademi/D.III 50 7 2 59 Sarjana/S1 91 14 2 107

Total responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Pasca Sarjana 5 2 3 10 Total Responden 249 42 9 300

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008

111

Tabel 14

Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang Periode Bulan November 2008

Pengeluaran per Bulan Profil Responden Rp 1juta-

Rp3 Juta Rp3-5 juta

>Rp 5 juta Total

SMA 82 6 1 89 Akademi/D.III 25 4 0 29 Sarjana/S1 49 10 1 60

Pendidikan

Pasca Sarjana 5 4 2 11 Laki-Laki

Subtotal 161 24 4 189 SMA 38 4 0 42 Akademi/D.III 19 2 0 21 Sarjana/S1 35 6 1 42

Pendidikan

Pasca Sarjana 6 0 0 6

Jenis Kelamin

Perempuan

Subtotal 98 12 1 111 SMA 120 10 1 131 Akademi/D.III 44 6 0 50 Sarjana/S1 84 16 2 102

Total responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Pasca Sarjana 11 4 2 17 Total Responden 259 36 5 300

Tabel 15 Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang

Periode Bulan Desember 2008

Pengeluaran per Bulan Profil Responden

Rp 1juta-Rp3 Juta

Rp3-5 juta

>Rp 5 juta Total

SMA 70 6 1 77 Akademi/D.III 27 0 0 27 Sarjana/S1 35 8 7 50

Pendidikan

Pasca Sarjana 5 4 1 10 Laki-Laki

Subtotal 137 18 9 164 SMA 62 4 1 67 Akademi/D.III 20 2 0 22 Sarjana/S1 31 8 0 39

Pendidikan

Pasca Sarjana 5 3 0 8

Jenis Kelamin

Perempuan

Subtotal 118 17 1 136 SMA 132 10 2 144 Akademi/D.III 47 2 0 49 Sarjana/S1 66 16 7 89

Total responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Pasca Sarjana 10 7 1 18 Total Responden 255 35 10 300

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2008

112

Tabel 16

Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Palembang 2007 2008

Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust

Sep Okt Nov Des

Indeks Keyakinan Konsumen

112.06

106.89 99.72 98.89 87.11 91.22 79.94 91.78 94.83 97.83 114.9

4 106.33 97.28

Kondisi Ekonomi Saat Ini

109.56

101.67 94.67 92.44 83.67 93.00 84.00 85.33 86.22 91.22 106.6

7 96.00 89.89

Ekspektasi Konsumen

114.56

112.11 104.78 105.3

3 90.56 89.44 75.89 98.22 103.44 104.44 123.22 116.67 104.6

7

7.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi propinsi Sumatera Selatan masih tetap tergantung pada sektor

primer yaitu terutama sektor pertanian dan industri pengolahan yang berbasis pada sumber

daya alam. Pada triwulan I diperkirakan kinerja sektor pertanian masih akan mengalami

penurunan dibanding triwulan yang sama tahun 2007, hal ini disebabkan dengan harga

komoditas unggulan Sumsel di pasar internasional yang masih rendah akibat adanya krisis

finansial global.

Sesuai dengan karakteristik siklikal, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan

triwulan I 2009 diperkirakan akan mengalami kontraksi pertumbuhan. Berdasarkan proyeksi

dan mempertimbangkan kondisi ekonomi terkini, diperkirakan pertumbuhan ekonomi

tahunan (yoy) pada triwulan I 2009 akan berada pada kisaran 0,29 ± 1%. Sedangkan

secara triwulanan (qtq) pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terkontraksi pada kisaran

2,32 ± 1%. Angka proyeksi pertumbuhan triwulanan didasarkan pada beberapa faktor

yakni realisasi belanja pemerintah daerah yang masih sangat rendah di awal tahun,

penurunan tingkat permintaan masyarakat dibandingkan triwulan sebelumnya serta

melemahnya permintaan dunia atas komoditas unggulan propinsi Sumatera Selatan.

Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

*Hasil proyeksi KBI Palembang

������

�����

����

������

������

�����

������

�����

������

������

����

����

������

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I*

2007 2008 2009

���������

����

PDRB riil (axis kanan) Pertumbuhan (yoy) Pertumbuhan (qtq)

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

7

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

114� � Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008��

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan IV 2008 yang

dilakukan KBI Palembang, diperkirakan akan terjadi penurunan nilai penjualan pada

triwulan I 2009. Akan tetapi berdasarkan hasil survei diperkirakan pula bahwa akan terjadi

peningkatan volume produksi karena dimulainya musim panen. Volume pesanan dan harga

jual pada umumnya diperkirakan meningkat pada triwulan I 2009. Di sisi lain, penggunaan

tenaga kerja diperkirakan relatif tetap.

Tabel 7.1

Leading Economic Indicator Propinsi Sumsel Triwulan IV 2008

Aspek Pertumbuhan Ekspektasi triwulan mendatang

Keterangan

Kegiatan Usaha (umum)

Turun Kegiatan usaha pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan hotel dan restoran mengalami penurunan, kegiatan usaha pada sektor pertanian stabil, kegiatan usaha pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sedikit meningkat

Volume produksi

Turun Meningkat Penurunan terjadi khususnya pada sektor industri pengolahan, ekspektasi meningkat karena adanya musim panen

Nilai penjualan Tetap, melambat Menurun Akibat penurunan permintaan

Kapasitas produksi

Tetap, melambat Terjadi pada hampir seluruh sektor ekonomi yang mengalami penurunan produksi akibat adanya penurunan permintaan

Tenaga kerja Meningkat Tetap Penambahan tenaga kerja temporer dalam menghadapi masa panen

Volume pesanan

Meningkat namun melambat

Meningkat Sebagai akibat dari menurunnya permintaan dunia untuk beberapa komoditi Pesanan domestik di sektor perdagangan juga menurun

Harga jual Meningkat namun melambat

Meningkat

Kondisi keuangan

Meningkat Karena efisiensi biaya dan penurunan harga solar industri

Akses kredit Meningkat

Situasi bisnis Meningkat

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Palembang

Kinerja ekspor produk-produk unggulan Sumsel pada triwulan I 2009 diperkirakan

akan mengalami penurunan yang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1) masih rendahnya

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 115��

pertumbuhan ekonomi negara-negara importir (2) faktor musiman yang masih

berpengaruh pada penurunan produksi karet yang pada gilirannya membatasi kinerja

industri pengolahan karet (3) adanya kendala bahan baku yang membatasi tingkat

produktivitas, (4) kapasitas produksi yang sulit untuk ditingkatkan, (5) peremajaan mesin

juga masih terkendala oleh investasi, serta (6) implementasi kebijakan maupun peraturan

pemerintah yang kurang mendukung kinerja ekspor.

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara

Negara Proyeksi 2009 (%) Negara Proyeksi 2009 (%)

Negara Maju 0,5 Singapura 3,5

Amerika Serikat 0,1 Hongkong 3,5

Uni Eropa 0,2 Taiwan 2,5

Jepang 0,5 RRC 9,3

Inggris -0,1 Thailand 4,5

Belanda 1,0 Malaysia 4,8

Korea Selatan 3,5 Vietnam 5,5

Sumber: International Monetary Fund (IMF)

Efisiensi produksi yang dilakukan oleh pengusaha sehubungan dengan melemahnya

permintaan dunia dan masih rendahnya harga komoditas di pasar internasional, pada Tw I

2009 akan berpotensi terjadi: (1) meningkatnya tingkat pengangguran pada sektor-sektor

yang terkait erat dengan komoditas sawit dan karet (2) Menurunnya tingkat investasi tetap,

sehingga juga menurunkan nilai tambah sektor bangunan.

Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih dapat

ditopang oleh permintaan domestik. Stimulus pada permintaan domestik diperkirakan

berasal dari: (1) adanya kegiatan-kegiatan politik terkait dengan Pemilihan Umum 2009

yang berpotensi mempertahankan tingkat permintaan dari kelompok grass-root, (2) Sinyal

dari pemerintah untuk mempercepat realisasi APBD pada triwulan pertama, sehingga

stimulus pertumbuhan yang berasal dari kebijakan pemerintah diprediksi lebih tinggi

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, (3) Dimulainya musim panen yang

menyerap tenaga kerja secara temporer, (4) relatif rendahnya tingkat inflasi dan adanya

penurunan harga BBM yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

116� � Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008��

7.2. Inflasi

Mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini dan pergerakan harga serta ketersediaan

barang dan jasa, perkembangan inflasi pada triwulan I 2009 diperkirakan akan berada pada

level yang relatif rendah dibanding triwulan IV 2008, dengan catatan tidak terdapat

perubahan harga pada barang-barang administered price. Penurunan tingkat inflasi

diperkirakan akan berasal dari kelompok bahan makanan terkait dengan permintaan

domestik yang menurun menyusul adanya penurunan daya beli masyarakat sehubungan

dengan krisis global. Selain kelompok bahan makanan, kelompok makanan juga

diperkirakan akan mengalami sedikit tekanan inflasi terkait dengan permintaan masyarakat

sehubungan dengan adanya perayaan tahun baru Imlek.

Tekanan inflasi dari sisi penawaran juga diperkirakan menurun pada kelompok

bahan makanan terutama beras. Hal ini terkait bahwa pada sub sektor tanaman bahan

makanan terutama padi, di beberapa sentra produksi beras, diperkirakan akan mulai

memasuki musim panen pada akhir triwulan I, meskipun terdapat faktor yang berpotensi

membatasi meningkatnya pasokan yaitu tingginya curah hujan yang menyebabkan banjir

dan mengakibatkan puso.

Inflasi pada kelompok transportasi

secara triwulanan pada triwulan I 2009

diperkirakan akan mendekati nol karena

adanya kebijakan pemerintah dalam

menurunkan harga BBM pada Desember

2008 dan Januari 2009, dan adanya

penurunan tarif angkutan umum menyusul

penurunan harga tersebut.

Pada masa yang akan datang,

tekanan inflasi yang berasal dari perubahan

biaya juga diperkirakan akan menurun yang

disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (1)

nilai tukar Rupiah yang relatif stabil pada

masa krisis global dan adanya ekspektasi

apresiasi Rupiah pada tahun 2009, (2)

penurunan harga BBM oleh pemerintah.

Grafik 7.2

Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

*Hasil proyeksi KBI Palembang

������

���

������

�����

������

�����

���

���������������������

������������������������������������

�� �

�� �

��

�� �

���

�� �

��

�� �

�� �

��

�� �

���

�� �

��

�� �

�� �

��

�� �

���

�� �

��

�� �

��

���� ���� ���� ����

����������

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008 117��

Diproyeksikan inflasi tahunan pada triwulan I 2009 akan berada pada level yang

lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Hal yang masih perlu diwaspadai hingga saat ini

adalah ketersediaan pasokan barang dan jasa dan faktor distribusi karena adanya

ekspektasi kenaikan harga beberapa barang tertentu beberapa bulan ke depan.

Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta

determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka diperkirakan inflasi tahunan (yoy) pada

triwulan I 2009 akan turun menjadi 9,88 ± 1%, sedangkan inflasi triwulanan (qtq)

diperkirakan akan mencapai 2,01 ± 1%.

7.3. Perbankan

Berdasarkan kondisi perekonomian, diperkirakan kinerja perbankan pada triwulan I 2009

akan mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan IV 2008, baik dari

penghimpunan dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit.

Penurunan BI rate sebesar 75 basis poin (akumulasi) dalam dua bulan berturut-turut

berikut ekspektasi penurunan yang lebih lanjut dimasa depan diperkirakan akan tetap

meningkatkan ekspansi penyaluran kredit. Berdasarkan proyeksi teknikal dan dengan

mempertimbangkan kondisi perekonomian terkini berikut ekspektasi di masa depan,

diperkirakan pertumbuhan kredit pada triwulan I 2009 akan mencapai 7,44% ± 1% (qtq).

Hal ini diharapkan akan memberikan iklim yang kondusif bagi pengembangan sektor riil

dari sisi pembiayaan.

Kemudian, berkaitan dengan adanya efisiensi produksi dan potensi meningkatnya

pengangguran akibat penurunan harga komoditas di pasar internasional, persentase NPL

diperkirakan akan meningkat pada berbagai jenis kredit menurut penggunaan. Namun, hal

tersebut diperkirakan hanya akan bersifat temporer terkait dengan ekspektasi penurunan

suku bunga di masa depan.

Pencapaian Indonesia atas indikator-indikator makroekonomi tahun 2008 yang

relatif baik dan stabil dibandingkan negara-negara lainnya, berikut tingkat suku bunga yang

relatif tinggi, dapat membuat penanaman modal di Indonesia cukup atraktif di mata

investor asing pada tahun 2009. Namun, mengingat prospek bisnis yang belum baik

sehubungan dengan masih lesunya pasar komoditas dunia, penanaman modal tersebut

hanya akan bersifat jangka pendek dan banyak terhenti di sektor finansial. Hal ini

berpotensi menimbulkan peningkatan DPK dan penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR)

pada perbankan.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

118� � Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2008��

Tabel 7.3

Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian pada Triwulan I 2009

Indikator Prediksi Faktor penyebab

Ekspor Rendah Harga komoditas dunia relatif rendah

Impor Rendah Harga komoditas dunia relatif rendah

Pertumbuhan Rendah Harga komoditas dunia relatif rendah, namun masih terdapat

permintaan domestik

Inflasi Rendah Penurunan harga BBM

Pengangguran Moderat Adanya efisiensi produksi sehubungan dengan menurunnya

permintaan dunia, namun terdapat musim panen

Investasi Rendah Penyesuaian rencana bisnis dan produksi sehubungan dengan

menurunnya permintaan dunia

Konsumsi domestik Moderat Terdapat potensi stimulus dari kegiatan politik dan kebijakan

pemerintah, walaupun penghasilan masyarakat menurun

Kredit perbankan Moderat Prediksi tingginya NPL dan penurunan suku bunga kredit

*Prediksi mempertimbangkan kondisi terkini, ekspektasi, dan karakteristik siklikal secara relatif terhadap keadaan normal

DAFTAR ISTILAH

Mtm

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya

Qtq

Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya

Yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya

Share Of Growth

Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal

Sektor ekonomi dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan

Migas

Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas

Omzet

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

Share effect

Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah

Andil inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut

Ekspor

Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil mau

Impor

Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil

PDRB atas dasar harga berlaku

Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian

PDRB atas dasar harga konstan

Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito

Loan to Deposits Ratio (LDR)

Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun

Cash inflows

Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya

Aktiva Produktif

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional

Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent) Kliring

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu

Kliring Debet

Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional

Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)

Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet (setelah dikurangi agunan)

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.