Formulir /dokumen utama impor Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
puputanggraini25.files.wordpress.com · Web viewApabila pada tanggal impor (sesuai dokumen...
Transcript of puputanggraini25.files.wordpress.com · Web viewApabila pada tanggal impor (sesuai dokumen...
HUKUM PAJAK DAN PERPAJAKAN
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “HUKUM PAJAK DAN
PERPAJAKAN” dosen pengampu Dra. Wafroturrohmah M,Si
Oleh :
Puput Anggraini
A210100013
PROGRAM PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
I. PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 Adalah PPh pasal 22 membahas tentang penghasilan yang
berasal dari penjualan pada instansi pemerintah, impor, dan industri tertentu
(industri rokok, industri kertas, industri otomotif, industri semen, industri
baja, Pertamina Bulog untuk tepung terigu dan gula pasir).
Tarif PPh pasal 22 atas penjualan instansi pemerintah :
PPh pasal 22 bendaharawan = 1,5% x nilai penjualan
Tarif PPh pasal 22 atas impor :
1. Bila importir memiliki API (Angka Pengenal Impor)
PPh pasal 22 impor = 2,5% x nilai impor
2. Bila importir tidak memiliki API
PPh pasal 22 impor = 7,5% x nilai impor
Contoh Soal :
1. PT ANGGARA, memiliki nomor API, melakukan impor komputer
dari Amerika Serikat dengan perincian sbb:
Harga Komputer (Cost)…………………… US$ 20,000.00
Asuransi (Insurance) ……………………… US$ 1,000.00
Biaya angkut (Freight) ……………………. US$ 4,000.00
Harga Pabean …………………………….. US$ 25,000.00
Pungutan :
- Bea Masuk 20% ………………………… US$ 5,000.00
- Bea Masuk Tambahan 10% …………….. US$ 2,500.00
NILAI IMPOR ……………………………… US$ 32,500.00
Apabila pada tanggal impor (sesuai dokumen impor:pemberitahuan
impor barang) nilai kurs US $ 1.00= Rp 10.000,00 maka:
Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00= Rp
325.000.000,-
PPh Pasal 22 yang harus dipungut :Rp 325.000.000,00 x 2,5% = Rp
8.125.000,00
2. Seperti soal nomor diatas, tetapi PT ANGGARA tidak memiliki API,
maka perhitungan PPh Pasal 22 adalah :
� Dasar pengenaan PPh Pasal 22: US$ 32,500.00 x Rp 10.000,00= Rp
325.000.000,-
PPh Pasal 22 yang harus dipungut :Rp 325.000.000,00 x 7,5% = Rp
24.375.000,-
II. PPh Pasal 23
PPh pasal 23 membahas tentang penghasilan yang diperoleh dari penggunaan
harta atau modal (deviden, bunga, royalti, hadiah penghargaan, sewa, dan
jasa).
1. Deviden, royalti, bunga, hadiah penghargaan
PPh pasal 23 = 15% x penghasilan bruto
2. Sewa dan jasa
PPh pasal 23 = 2% x penghasilan bruto
Contoh Soal :
1. Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses Gagalnya, membagikan
dividen masing-masing Rp 10,000,000 kepada 20 pemegang
sahamnya. Atas dividen yang dibagikan, PT. Sukses Gagalnya wajib
memungut PPh Pasal 23.
PPh pasal 23 yang harus dipotong PT. Sukses Gagalnya adalah :
=>15% x Rp 10.000.000,- = Rp 150.000,-
=>20 x Rp 150.000,- = Rp 3.000.000,-
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal
31 Mei 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Juni 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Juni 2010
2. Pada tanggal 20 agustus 2010, PT. Tukang Utang membayar bunga
atas pinjaman membayarkan bunga kepada PT. Lintah Darat sebesar
Rp 90.000.000,-
PPh pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Tukang Utang adalah :
=> 15% x Rp 90.000.000 = Rp 13.500.000,-
Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal
31 Agustus 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 September 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 September 2010
III. PPh Pasal 24
PPh pasal 24 membahas tentang penghasilan yang berasal dari luar negeri.
Pada prinsinya dalam PPh pasal 24 adalah mencari besarnya pajak yang bisa
dikreditkan dengan jalan membandingkan antara pajak yang dipungut di luar
negeri dengan batas maksimum kredit pajak dipilih yang terkecil.
Batas maksimum kredit pajak = penghasilan dari luar negeri/ PKP x PPh
terutang
Contoh Soal :
1. PT. Seventeen yang berlokasi di Jakarta, selama tahun
2009memperoleh penghasilan baik dari usahanya dari dalam negeri
ataupun beberapa cabangnya yang berada di luar negeri. Penghasilan
Netto dari dalam negeri Rp 150.000.000.000 sedangkan usahanya di
luar negeri, seperti Jepang memperoleh penghasilan Rp 300.000.000
dan di Korea memperoleh penghasilan Rp 400.000.000 sedangkan di
China mengalami rugi Rp 100.000.000. Pajak yang telah dibayar
diluar negeri sebesar 25% untuk Jepang, 30% untuk Korea dan 20%
untuk China. Berapa PPh Pasal 24 yang diperkenankan untuk
dikreditkan dengan pajak penghasilan yang harus dibayar di dalam
negeri?
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 24 yang dapat dikreditkan di
dalam negeri.
1) Mencari Penghasilan Kena Pajak (PKP) :
Penghasilan Neto Dalan Negeri Rp150.000.000
Penghasilan Neto Luar Negeri
Jepang Rp 300.000.000
Korea Rp 400.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Luar Negeri Rp700.000.000 +
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp850.000.000
2) Mencari Pajak Penghasilan Terutang dari jumlah PKP Sebesar Rp
850.000.000 :
28% x Rp 850.000.000 = Rp238.000.000
3) Mencari Pajak Yang Telah Dibayar Atas Penghasilan Di Luar
Negeri :
Jepang : 25% x 300.000.000 = Rp 75.000.000
Korea : 30% x 400.000.000 = Rp 120.000.000
4) Mencari Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) :
KPLN Jepang : 300.000.000 / 850.000.000 x 238.000.000 = Rp
84.000.000
KPLN Korea : 400.000.000 / 850.000.000 x 238.000.000 = Rp
112.000.000
5) PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan
di Jepang sebesar : Rp 75.000.000 (Pilih yang terendah)
PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di Indonesia atas penghasilan
di Korea sebesar : Rp 112.000.000 (Pilih yang terendah)
6) Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan di dalam negeri :
Rp 75.000.000 + Rp 112.000.000 = Rp 187.000.000
2. menghitung PPh 24 jika terjadi kerugian usaha dalam negeri PT.
APAKE' di Indonesia memperoleh penghasilan netto tahun 2009 sbb:
di Negara Korea, memperoleh laba usaha Rp 300.000.000 (tarif pajak
yang berlaku 30%) didalam negeri menderit kerugian Rp 100.000.000
Jawab :
Perhitungan kredit pajak luar negeri PPh 24 :
Menghitung total PK
Penghasilan dari Korea Rp 300.000.000
Kerugian usaha dalam negeri (Rp 100.000.000)
Penghasilan kena pajak Rp 200.000.000
Jumlah penghasilan netto sama dengan PKP karena tidak terdapat
kompensasi kerugian atau pengurang lain.
meghitung total PPh terutang
28% x Rp. 200.000.000 Rp 56.000.000
PPh terutang Rp 56.000.000
Jadi jumlah PPh pasal 24 adalah Rp. 56.000.000
Menghitung PPh pasal 24 jika terjadi kerugian usaha Luar Negeri
PT. APAYA di Jakarta memperoleh penghasilan netto sbb :
Negara Jerman memperoleh laba Rp 200.000.000 ( tarif pajak 40%)
Negara Perancis memperoleh rugi Rp 300.000.000 ( tarif pajak 25%)
Di dalam negeri laba Rp 600.000.000
Jawab :
menghitung total PKP
penghasilan dari Negara Jerman Rp 200.000.000
laba dalam negeri Rp 600.000.000
penghasilan kena pajak Rp 800.000.000
menghitung PPh terutang
28% x Rp. 800.000.000 Rp. 224.000.000
menghitung PPh maksimum di kreditkan di Negara Jerman
Rp 200.000.000 x Rp. 224.000.000= Rp 56.000.000
Rp 800.000.000
menghitung PPh yang dipotong di Negara Jerman
40% * Rp 200.000.000 = Rp 80.000.000
IV. PPh Pasal 25
PPh pasal 25 membahas tentang angsuran pajak yang menggunakan stelsel
anggapan.
Ansuran pajak/ bulan = PPh terutang – kredit pajak /12
Contoh Soal :
1. Kasus 1
Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan SPT
Tahunan PPh tahun 2000
=Rp 50.000.000,00
Dikurangi dengan :
PPh yang dipotong pemberi kerja (PPh Pasal 21) Rp 15.000.000,00
PPh Pasal 22 Rp 10.000.000,00
PPh Pasal 23 Rp 2.500.000,00
Kredit pajak luar negeri (PPh Pasal 24) Rp 7.500.000,00
______________
Jumlah =Rp 35.000.000,00
Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 =Rp 15.000.000,00
Besarnya angsuran PPh yang harus dibayar sendiri setiap bulan dalam
tahun 2001 adalah :
= Rp 15.000.00,00/12 = Rp 1.250.000,00.
Contoh :
Apabila PPh pada contoh 1 di atas berkenaan dengan penghasilan untuk
bagian tahun pajak yang meliputi 6 bulan dalam tahun 2000, maka
besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri setiap bulan dalam
tahun 2001 sebesar :
= Rp 15.000.000,00/6 = Rp 2.500.000,00.
- Besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sama dengan besarnya angsuran
PPh untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
2. Kasus 2
Apabila SPT Tahunan PPh tahun 2000 disampaikan pada bulan Maret
2001, maka besarnya angsuran PPh yang harus dibayar wajib pajak untuk
bulan Januari dan Februari 2001 adalah sama dengan angsuran bulan
Desember 2000, misalnya sebesar Rp 1.000.000,00
Apabila dalam bulan September 2000 diterbitkan Surat Keputusan
pengurangan angsuran PPh menjadi nihil, sehingga angsuran PPh untuk
bulan Oktober s.d. Desember 2000 menjadi nihil, maka angsuran PPh
untuk bulan Januari dan Februari 2001 juga nihil.
CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI
Si A adalah Pengusaha Warung Makan di Jogjakarta yang memiliki
penjualan pada tahun 2010 sebesar Rp180.000.000,-. Si A statusnya kawin
dan mempunyai 2 (dua) orang anak. Si A menyelenggarakan pencatatan
untuk menghitung pajaknya. Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 yang
harus dibayar sebagai angsuran dalam tahun berjalan dihitung sebagai
berikut:
Jumlah peredaran setahun Rp180.000.000,-
Presentase penghasilan norma (lihat daftar presentase norma) = 20%
Penghasilan neto setahun = 20% x Rp 180.000.000,- = Rp 3.000.000,-
Penghasilan Kena Pajak = penghasilan neto dikurangi PTKP Rp
36.000.000,- – Rp 19.800.000,- = Rp 6.200.000,-
Pajak Penghasilan yang terutang : 5% x Rp 6.200.000,- = Rp 310.000,
PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar si A setiap bulan: Rp
310.000,- : 12 = Rp 25.833,-
CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB
PAJAK BADAN
Koperasi Unit Desa A bergerak dibidang simpan pinjam. Pada tahun 2010
memiliki penerimaan bruto dalam setahun sebesar Rp 500.000.000,- dan
seluruh biaya-biaya yang berkaitan dengan usaha (sesuai ketentuan
perpajakan) sebesar Rp 4.250.000.000,-.
Dengan demikian, penghasilan netonya adalah : Rp 500.000.000,- –
Rp 425.000.000,- = Rp 75.000.000,-
Pajak Penghasilan yang terutang : Rp75.000.000,- x 25% x 50% =
Rp9.375.000,-
Tarif 50% di atas dikarenakan Koperasi Unit Desa A mendapat
fasilitas.
PPh Pasal 25 (angsuran) yang harus dibayar KUD A setiap bulan:
Rp9.375.000,- : 12 = Rp781.250,-
V. PPN dan PPNBM
Merupakan pajak atas konsumsi dalam negeri. Oleh karena itu salah satu
syarat dikenakannya PPN atas suatu transaksi adalah bahwa BKP/JKP
dikonsumsi di dalam Daerah Pabean. Hal inilah yang mendasari pengenaan
PPN dengan tarif 0% atas kegiatan ekspor sedangkan untuk kegiatan impor
tetap dikenakan PPN 10%.
Contoh Soal :
1. PPN
PKP A bulan Januari 2011 menjual tunai barang kena pajak dengan
harga jual Rp 10.000.000,-. Hitung :
-PPN terutang
-Jumlah yang harus dibayar pembeli
Jawab :
PPN terutang 10% X Rp 10.000.000,- = Rp 1.000.000,-+
Harga Beli = Rp 10.000.000,-
PPN 10% X Rp 10.000.000,- = Rp 1.000.000,- +
Jumlah yang harus dibayar = Rp 11.000.000,-
2. Bpk.Dhani adalah seorang pengusaha yang memilih menjadi PKP
(PMPKP) pada suatu masa melakukan kegiatan sebagai berikut :
- Membeli BKP Rp 800.000.000,-
- Menjual BKP ke PKP Rp 600.000.000,-
- Menjual BKP ke bukan PKP Rp 210.000.000,-
- Menjual BKP ke Luar Negeri/Ekspor Rp 900.000.000,-
Persediaan barang awal dan akhir di anggap tidak ada. Hitung :
a. Pajak Masukan
b. Pajak Keluaran
c. Pajak masukan yang dapat di kreditkan
d. PPN lebih bayar/kurang bayar
Jawab :
1. Pajak Masukan = 10% X Rp 800.000.000 = Rp 80.000.000,-
2. Pajak Keluaran = 10% X Rp 600.000.000 = Rp 60.000.000,-
Pajak Keluaran atas penjualan di Luar Neger
= 0% X Rp 900.000.000 = Rp 0- = Rp 60.000.000,-
PPN Masukan ( yang dapat dikreditkan )
Rp 1.710.000.000 – Rp 210.000.000
Rp 80.000.000,-
Rp 1.710.000.000,-
= Rp 70.175.438,59
4. PPN Keluaran Rp 60.000.000,-
PPN Masukan yg dikreditkan Rp 70.175.438,59 –
PPN Lebih Bayar Rp 10.175.438,59
3. Haryono seorang pengusaha kena pajak membeli barang kena pajak
Rp 600.000.000,- kemudian barang tersebut dijual kedalam negeri
seharga Rp 300.000.000,- dan di ekspor Rp 900.000.000,- persediaan
awal dan akhir di anggap tidak ada.Hitunglah :
- Pajak Masukan
- Pajak Keluaran
- PPN Lebih Bayar/Kurang Bayar
Jawab :
1. Pajak Masukan = 10% X Rp 600.000.000,- = Rp 60.000.000,-
2. Pajak Keluaran atas penjualan didalam negeri
= 10% X Rp 300.000.000,- = Rp 30.000.000,-
Atas Ekspor = 0 % X Rp 900.000.000,- = Rp 0 -
Jumlah Pajak Keluaran Rp 30.000.000,-
3. PPN keluaran = Rp 30.000.000,-
PPN Masukan = Rp 60.000.000,-
PPN Lebih bayar
Rp 30.000.000,-
2. PPNBM
Materi
Bpk.Andi seorang importir mengimpor BKP Barang Mewah dengan
tarif 20% seharga Rp 200.000.000,- hitung :
- PPN dan PPN-BM
- jumlah yang di bayar Bpk.Andi
jawab :
Jumlah pembayaran Rp200.000.000,-
PPN 10% X Rp 200.000.000 Rp 20.000.000,-
PPN-BM 20% X Rp 200.000.000 Rp 40.000.000,-
---------------+
jumlah yang harus dibayar Rp 260.000.000,-
PT. Cahaya membeli BKP Barang Mewah Langsung dari pabrik
seharga Rp 500.000.000 tarif barang Mewah 20% kemudian barang
tersebut dijual lagi seharga Rp 750.000.000 di dalam negeri.
hitunglah :
- PPN dan PPN BM
- Jumlah yang dibayar PT Cahaya
- Jumlah Yang dibayar pembeli
Jawab :
-PPN 10% X Rp 500.000.000 Rp 50.000.000
PPN BM 20% X Rp 500.000.000 Rp 100.000.000
----------------+
-PPN dan PPN BM yang harus dibayar Rp 150.000.000
-PPN 10% X Rp 750.000.000
Jumlah yang dibayar pembeli Rp 75.000.000
VI. PBB
Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan
bangunan karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi
yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya
atau memperoleh manfaat dari padanya.
Rumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP
1. Jika NJKP = 40% x (NJOP – NJOPTKP) maka besarnya PBB
= 0,5% x 40% x (NJOP – NJOPTKP)
= 0,2%x(NJOP-NJOPTKP)
2. Jika NJKP = 20% x (NJOP – NJOPTKP) maka besarnya PBB
= 0,5% x 20% x (NJOP – NJOPTKP)
= 0,1 %x (NJOP -NJOPTKP)
Contoh Soal :
1. Objek perumahan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan oleh PNS,
ABRI dan para pensiunan termasuk janda dan dudanya.
- Luas Bumi 1.000 m2 dengan nilai jual Rp 840.000,00/m2 Nilai jual tanah
tersebut termasuk kelas 17 dengan nilai jual Rp 802.000,-/m2
- Luas Bangunan 400 m2 dengan nilai jual Rp 1.000.000,00/m2. Nilai jual
bangunan tersebut termasuk kelas 2 dengan nilai jual Rp 968.000,-/m2
Berapakah besar Pajak yang dikenakan kepada mereka?
Jawaban:
Penghitungan PBB-nya :
- Jumlah NJOP bumi 1.000 x Rp 802.000,- = Rp 802.000.000,-
- Jumlah NJOP Bangunan 400 x Rp 968.000,- = Rp 387.200.000,-
- NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Rp 1.189.200.000,-
- NJOPTKP = Rp 12.000.000,-
- NJOP untuk penghitungan PBB = Rp 1.181.200.000,-
- NJKP 40% x (NJOP – NJOPTKP)= 40% x (1.189.200.000-12.000.000)
= 40% x Rp.1,177.200.000
= Rp.470.880.000
PBB yang terutang
0,5% x Rp.470.880.000= Rp 2.354.400
(Dua juta tiga ratus lima puluh empat ribu empat ratus)
2. Apabila Objek Pajak pada contoh A dimiliki / dikuasai / dimanfaatkan oleh
PNS, ABRI, Pensiunan termasuk janda / dudanya yang berpenghasilan
semata-mata dari gaji atau uang pensiun maka penghitungannya adalah :
NJKP 20% x (NJOP – NJOPTKP) = 20% x (1.189.200.000-12.000.000)
= 20% x Rp. 1,177.200.000
= Rp. 235.440.000
PBB yang terutang
0,5% x Rp 235.440.000,- = Rp 1.177.200,-
(Satu juta seratus tujuh puluh tujuh ribu dua ratus rupiah)