Impor Beras Indonesia \

28
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang membawa dampak pada peningkatan kemakmuran, dimana konsekuensinya adalah semakin bertambah cepatnya permintaan pangan serta perubahan bentuk dan kualitas pangan dari penghasil energi kepada produk- produk penghasil protein. Kebutuhan atas protein ini akan semakin meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan, sedang di pihak lain penyediaan sumber protein di Indonesia masih belum mencukupi. Kedelai merupakan salah satu bahan makanan yang mempunyai potensi sebagai sumber utama protein. Sebagai sumber protein yang tidak mahal, kedelai telah lama dikenal dan digunakan dalam beragam produk makanan, seperti tahu, tempe dan kecap. Selain itu kedelai juga merupakan bahan baku industri yang penting terutama industri makanan ternak (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005). Pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri dilakukan dengan cara produksi domestik dan impor. Produksi kedelai domestik hanya mampu memasok sekitar 30 persen dari kebutuhan nasional (Depdag, 2007). Dalam kurun waktu 1975-1999, produksi kedelai nasional cenderung mengalami peningkatan walaupun terlihat berfluktuasi. Sementara itu produksi kedelai sejak tahun 2000-2003 cenderung menurun drastis, sedangkan produksi pada tahun 2004 hanya meningkat sekitar 1.07 persen dari tahun sebelumnya. Hal yang serupa juga terlihat dalam perkembangan luas areal panen, dimana luas panen sejak tahun 1974-1999, terlihat berfluktuasi dan

description

impor Beras Indonesia

Transcript of Impor Beras Indonesia \

Page 1: Impor Beras Indonesia \

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Laju pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang membawa dampak pada

peningkatan kemakmuran, dimana konsekuensinya adalah semakin bertambah cepatnya

permintaan pangan serta perubahan bentuk dan kualitas pangan dari penghasil energi kepada

produk-produk penghasil protein. Kebutuhan atas protein ini akan semakin meningkat seiring

peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan, sedang di pihak lain penyediaan sumber protein di

Indonesia masih belum mencukupi.

Kedelai merupakan salah satu bahan makanan yang mempunyai potensi sebagai sumber

utama protein. Sebagai sumber protein yang tidak mahal, kedelai telah lama dikenal dan

digunakan dalam beragam produk makanan, seperti tahu, tempe dan kecap. Selain itu kedelai juga

merupakan bahan baku industri yang penting terutama industri makanan ternak (Puslitbang

Tanaman Pangan, 2005).

Pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri dilakukan dengan cara produksi domestik dan

impor. Produksi kedelai domestik hanya mampu memasok sekitar 30 persen dari kebutuhan

nasional (Depdag, 2007).

Dalam kurun waktu 1975-1999, produksi kedelai nasional cenderung mengalami

peningkatan walaupun terlihat berfluktuasi. Sementara itu produksi kedelai sejak tahun 2000-2003

cenderung menurun drastis, sedangkan produksi pada tahun 2004 hanya meningkat sekitar 1.07

persen dari tahun sebelumnya. Hal yang serupa juga terlihat dalam perkembangan luas areal

panen, dimana luas panen sejak tahun 1974-1999, terlihat berfluktuasi dan cenderung mengalami

peningkatan, sedangkan sejak tahun 2000-2004, cenderung mengalami penurunan yang cukup

signifikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan harga riil kedelai dan adanya persaingan

penggunaan lahan dengan palawija lainnya, seperti jagung yang memiliki harga riil yang lebih

tinggi daripada kedelai dan juga pemeliharaannya lebih mudah.

Selain itu hal yang juga merupakan penyebab turunnya areal panen kedelai secara drastis

dalam periode 2000-2004, adalah dari segi persaingan harga pasar, dimana harga kedelai impor

jauh lebih murah daripada kedelai lokal, menyebabkan arus impor semakin deras dan berimplikasi

pada menurunnya harga kedelai lokal, sehingga petani tidak bergairah untuk menanam kedelai.

Sementara itu jumlah penduduk terus mengalami peningkatan, dan ditambah juga dengan semakin

banyaknya industri pengolahan berbahan baku kedelai, seperti industri tahu, kecap, tempe, tauco

Page 2: Impor Beras Indonesia \

dan lain-lain mengakibatkan permintaan terhadap kedelai tidak bisa terpenuhi oleh produksi

domestik (Puslitbang Tanaman Pangan, 2005).

Impor kedelai merupakan jalan pintas untuk memasok kekurangan dalam negeri, kerena

dalam beberapa hal harganya lebih rendah dan kualitasnya lebih baik. Sesuai kesepakatan dengan

IMF, sejak tahun 1998-2003 pemerintah membebaskan bea masuk kedelai (BM nol persen) dan

pada tahun 2004 tarif tersebut ditingkatkan menjadi sepuluh persen (Deptan, 2005). Tarif ini

masih tergolong rendah sehingga relatif merugikan petani, karena harga komoditi cenderung

melemah, namun di sisi lain diharapkan juga bisa memacu petani untuk

mengusahakan pertanaman kedelai secara efisien dan menerapkan teknologi tepat guna.

Dengan melihat alasan-alasan di atas, maka sangat diperlukan suatu kajian atau penelitian

yang membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai

Indonesia, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang berperan penting dalam produksi dan

impor, juga mengetahui hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan untuk meningkatkan produksi

kedelai negeri dan bagaimana membatasi impor kedelai ke Indonesia.

I.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Permintaan kedelai relatif tinggi untuk berbagai kebutuhan domestik, seperti untuk konsumsi

manusia, industri bahan olahan pangan maupun pakan ternak. Agar permintaan dalam negeri dapat

terpenuhi, pemenuhan kedelai dalam negeri dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan produksi

domestik dan impor. Hal ini berarti Indonesia memiliki ketergantungan impor kedelai yang cukup

tinggi dikarenakan jumlah kedelai yang diimpor lebih banyak daripada produksi dalam negeri.

Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas mengenai: Faktor-faktor ysng terdiri dari produksi,

harga kedelai lokal, harga kedelai dunia, dan nilai tukar rupiah terhadapa dollar Amerika dan tarif

impor 10 persen yang mempengaruhi volume impor kedelai di Indonesia?

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini

secara umum adalah :

1. Menganaisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap volume impor

kedelai.

2. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap volume impor kedelai Indonesia.

Page 3: Impor Beras Indonesia \

I.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh seluruh stakeholder dalam

mempertahankan dan memajukan produksi kedelai nasional, serta mengurangi ketergantungan

impor kedelai. Dalam hal ini stakeholder yang terkait diantaranya mencakup tiga pihak yaitu

pemerintah sebagai pengambil kebijakan, pelaku ekonomi (produsen, konsumen), dan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi sebagai data dasar (bench mark data) bagi penelitian selanjutnya yang

terkait dalam bidang ini.

Page 4: Impor Beras Indonesia \

II. LANDASAN TEORI

II.1 Kajian Teori

II.1.1Komoditas Kedelai

Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar

Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal

sekarang (Glycine max (L) Merril). Di Indonesia, kedelai dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai

tanaman makanan dan pupuk hijau.

Kedelai juga merupakan tanaman semak semusim, tingginya 20-60cm. Batang tanaman

kacang-kacangan ini bersegi, berwarna hijau keputih-putihan. Daunnya segitiga majemuk,

berbentuk bulat telur, ujung daun tumpul dan tepi daun rata. Bunganya majemuk, berbentuk

tandan, berwarna ungu atau kuning keputihan. Buah kedelai berbentuk polong, seperti kacang,

bertangkai pendek pipih. Buah mudanya berwarna hijau dan tuanya berwarna kuning.

Tanaman ini tidak cocok ditanam pada lahan yang yang baru dibuka, karena

pertumbuhannya dapat terkena racun dari kandungan alumunium terlarut. Tanaman ini banyak

ditanam di sawah sehabis panen padi sebagai palawija yang dapat memperbaiki keadaan tanah.

Tanaman kedelai mempunyai dua periode tumbuh, yaitu periode vegetatif dan periode

produktif. Tanaman kedelai tumbuh subur di daerah tropis, pada tempat terbuka dan tidak

terlindung oleh tanaman liar, karena kedelai menghendaki hawa yang cukup panas.

Kadar keasaman tanah yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman kedelai pada pH 5,0-7,0.

Tanah dengan pH yang lebih besar dari 7,0 akan mengakibatkan klorosis, yaitu tanaman akan

menjadi kerdil dan daunnya menguning. Pada tanah dengan pH kurang dari 5,0 akan

mengakibatkan keracunan pada tanaman kedelai. Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik

pada ketinggian 50-500m diatas permukaan laut dengan suhu optimal antara 25-27ºC dan rata-rata

curah hujan tidak kurang dari 2000mm per tahun. Tanaman ini membutuhkan penyinaran yang

penuh, minimal 10 jam perhari dengan kelembaban rata-rata 65 persen. Pertumbuhan kedelai

optimal diperoleh pada penanaman musim kering, asalkan kelembaban tanah cukup terjamin.

Tanaman kedelai ini sangat responsif terhadap pupuk, terutama pada tanah yang miskin

unsur hara. Kedelai memerlukan pospat dalam jumlah banyak untuk merangsang perkembangan

akar agar tanaman tahan terhadap kekeringan, mempercepat masa panen dan meningkatkan

kandungan gizi kedelai.

Page 5: Impor Beras Indonesia \

2.1.1 Pengertian Impor

Impor adalah pemasukan barang dan jasa yang dibeli oleh penduduk suatu negara dari

penduduk negara lain yang berakibat timbulnya arus keluar mata uang asing dari dalam negeri

(Badan Pusat Statistik). Impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan

barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor tergantung dari

nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi pendapatan nasional, semakin

rendah menghasilkan barang-barang tersebut, maka impor pun semakin tinggi. Sebagai akibatnya

banyak kebocoran dalam pendapatan nasonal.

Perubahan nilai impor di Indonesia sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sosial

politik, pertahanan dan keamanan, inflasi, kurs valuta asing serta tingkat pendapatan dalam negeri

yang diperoleh dari sektor-sektor yang mampu memberikan pemasukan selain perdagangan

internasional. Besarnya nilai impor Indonesia antara lain ditentukan oleh kemampuan Indonesia

dalam mengolah dan memanfaatkan sumber yang ada dan juga tingginya permintaan impor dalam

negeri.

2.1.2 Nilai Tukar Rupiah

Kurs merupakan perbandingan antara nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara

lain. Perdagangan yang dilakukan antara dua negara tidaklah semudah yang dilakukan dalam suatu

negara, karena harus memakai dua mata uang yang berbeda misalnya antara Indonesia dan

Amerika Serikat, pengimpor Amerika harus memberli rupiah untuk membeli barang-barang dari

Indonesia. Sebaliknya pengimpor Indonesia harus membeli dollar amerika untuk menyelesaikan

pembayaran terhadap barang yang dibelinya di Amerika.

Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata uang

terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan,

maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara subtansional. Masalah mata uang muncul

saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain, dimana masing-masing negara

menggunakan mata uang berbeda. Jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata

uang suatunegara untuk memperoleh mata uang negara lain.

Nilai tukar mata uang asing memainkan peranan sentral dalam hubungan perdagangan

internasional, karena kurs memungkinkan dapat membandingkan harga barang dan jasa yang

dihasilkan oleh suatu Negara. Hal ini juga dijelaskan oleh Salvatore (1999) bahwa dalam

melakukan transaksi perdagangan antar Negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan

Page 6: Impor Beras Indonesia \

mata uang negara, mereka membutuhkan mata uang standar seperti US$ untuk bertransaksi.

Apabila mata uang domestik terapresiasi terhadap mata uang asing maka harga impor bagi

penduduk domestik menjadi lebih murah, tetapi apabila nilai mata uang domestic terdepresiasi

maka nilai mata uang asing menjadi lebih mahal yang mengakibatkan ekspornya bagi pihak luar

negeri menjadi lebih murah.

2.1.3 Tarif Impor

Perdagangan internasional dapat memaksimalkan output dunia dan keuntungan bagi setiap

negara yang terlibat didalamnya. Namun, hampir setiap negara masih menerapkan berbagai bentuk

hambatan terhadap berlangsungnya perdagangan internasional.

Bentuk hambatan perdagangan yang menonjol adalah tarif. Tarif adalah pajak atau cukai

yang dikenakan untuk suatu komoditi yang diperdagangkan lintas batas teritorial dan digunakan

sebagai sumber penerimaan pemerintah.

Ditinjau dari aspek asal komoditi, ada dua macam tarif, yaitu tarif impor dan tarif ekspor.

Tarif impor adalah pajak yang dikenakan untuk setiap komoditi yang diimpor dari negara lain dan

tarif ekspor adalah pajak untuk suatu komoditi yang diekspor.

Apabila ditinjau dari mekanisme penghitungannya, ada beberapa jenis tarif, yaitu tarif

spesifik, tarif ad-valorem dan tarif gabungan. Tarif spesifik adalah tarif yang dikenakan sebagai

beban tetap unit barang yang diimpor (misalnya saja, pungutan Rp 1.000.000 untuk setiap ton

kedelai). Tarif ad-valorem adalah pajak yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu

dari nilai barang-barang yang diimpor (misalnya, Indonesia memungut tarif 10 persen atas total

nilai impor kedelai). Dan yang terakhir, tarif gabungan adalah gabungan dari tarif spesifik dan

tarif ad-valorem, disamping mengenakan pungutan dalam jumlah tertentu, juga memungut sekian

persen lagi.

2.1.4 Kebijakan Tarif Impor Kedelai Indonesia

Upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri merupakan awal

munculnya kebijakan impor kedelai di Indonesia pada pertengahan dasawarsa 1980-an. Selain

melakukan impor kedelai, untuk memenuhi permintaan di dalam negeri, pemerintah juga terus

mengupayakan untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Hal ini tentunya untuk

mengurangi ketergantungan terhadap kedelai impor, karena dengan meningkatnya produksi

Page 7: Impor Beras Indonesia \

kedelai dalam negeri dapat digunakan sebagai impor substitution (pengganti kedelai impor) dalam

industri yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku produksi.

Tingkat tarif bea masuk kedelai impor perlu diterapkan agar dapat memberikan tingkat

proteksi yang diperlukan untuk melindungi produsen kedelai di dalam negeri. Tarif yang

digunakan untuk kedelai impor adalah tarif ad-valorem, yang dimulai pada tahun 1974. Tahun

1974 sampai 1982 tarif impor kedelai sebesar 30 persen. Pada tahun 1983 sampai tahun 1993 tarif

impor kedelai diturunkan menjadi 10 persen dan kemudian menjadi 5 persen pada tahun 1994

sampai 1996. Pada tahun 1997 tarif impor kedelai dihapuskan sampai tahun 2003. Selanjutnya

pada tahun 2004 menjadi 5 persen dan tahun 2005 sampai 2010 ditetapkan menjadi 10 persen.

Namun, kenaikan harga impor kedelai yang sangat tajam pada tahun 2008 membuat pemerintah

merevisi kembali persentase tarif yang telah ditetapkan. Tertanggal 18 Januari 2008, tarif impor

kedelai dibebaskan.

II.2 Penelitian Terkait

Penelitian yang dlakukan oleh Rika Purnamasari (2006) melakukan penelitian untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor kedelai di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan diketahui bahwa jumlah impor kedelai

Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh harga kedelai internasional, jumlah produksi kedelai,

konsumsi kedelai,dan jumlah populasi penduduk. Jumlah impor kedelai responsif terhadap

perubahan jumlah produksi kedelai, dan jumlah konsumsi kedelai nasional, baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang.

Popy Anggasari (2008) melakukan penelitian untuk menganalisis perkembangan produksi,

konsumsi dan impor kedelai serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impr

kedelai di Indooesia. Dengan menggunakan metode analisis regresi linear berganda OLS diketahui

bahwa volum impr kedelai secara nyata dipengaruhi oleh harga kedelai domestik, harga kedelai

luar negeri, niai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan dummy tarif impr sebesar 10 persen.

Page 8: Impor Beras Indonesia \

II.3 Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan studi penelitian terdahulu maka dalam penelitian ini akan diajukan beberapa

hipotesis, diantaranya :

Impor kedelai Indonesia dipengaruhi oleh produksi kedelai, dimana hubungan keduanya

negatif. Jika terjadi kenaikan produksi kedelai nasional maka impor kedelai akan menurun.

Harga kedelai lokal dengan volume impor beras Indonesia berhubungan positif. Bila terjadi

kenaikan harga kedelai di tingkat produsen maka permintaan impor kedelai akan meningkat.

Harga kedelai dunia dengan volume impor beras Indonesia berhubungan negatif. Bila terjadi

kenaikan harga kedelai di tingkat produsen maka permintaan impor kedelai akan menurun.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mempunyai hubungan yang negatif terhadap

volume impor kedelai. Depresiasi Rupiah terhadap Dollar Amerika menyebabkan harga

kedelai domestik lebih kompetitif dibanding dengan harga kedelai impor, sehingga

menurunkan insentif untuk mengimpor kedelai.

Dummy tarif impor sebesar 10 persen mempunyai hubungan yang negatif terhadap volume

impor kedelai. Penetapan tarif impor akan menyebabkan penurunan volume impor kedelai.

2.5 Definisi Operasional

Produksi Kedelai Indonesia

Harga kedelai lokal

Nilai Tukar Rupiah Terhadap $US

Dummy Tarif Impor 10%

Impor Kedelai Indoneia

Harga kedelai dunia

Page 9: Impor Beras Indonesia \

1. Kedelai yang dimaksud dalam penelitian ini tidak dipisahkan jenisnya menjadi kedelai

warna hitam, coklat, putih, kuning karena proporsi terbesar adalah warna kuning.

2. Volume impor kedelai Indonesia adalah jumlah seluruh impor kedelai yang dipasarkan di

pasar domestik setiap tahun, tidak termasuk impor ilegal, dan dinyatakan dalam satuan ton.

3. Produksi kacang kedelai nasional adalah total produksi kacang kedelai yang dihasilkan oleh

produsen (petani) dalam negeri Indonesia pada periode tertentu dalam satuan ton.

4. Harga kedelai lokal adalah harga kedelai di tingkat produsen yang dinyatakan dalam satuan

Rupiah per kilogram

5. Harga kacang kedelai dunia adalah harga kacang kedelai di Pasar Internasional (Pasar

Rotterdam) dalam Dollar Amerika per kilogram..

6. Nilai tukar mata uang adalah perbandingan dari perubahan mata uang Amerika terhadap

mata uang negara lain, dinyatakan dalam satuan Rupiah per Dollar Amerika.

7. Tarif Impor adalah tarif yang ditetapkan oleh pemerintah terhadap kedelai, yakni tarif

advalorem, dinyatakan dalam satuan persen.

III. METODE PENELITIAN

Page 10: Impor Beras Indonesia \

3.1 Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilaksanakan di wilayah Indonesia sehubungan

dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor kedelai di

Indonesia (Y) periode 1991-2010. Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh yaitu produksi

kedelai nasional (X1), harga kedelai lokal (X2), harga kedelai dunia (X3), nilai tukar rupiah

terhadap dollar Amerika (X4), dan dummy tarif impor 10 persen (X5).

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dengan rentang waktu

(data time series) dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2010. Sumber data dalam penelitian ini

diperoleh dari instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik, Departemen Keuangan dan Food and

Agriculture Organization (FAO). Data yang digunakan antara lain jumlah impor kedelai, produksi

kedelai dalam negeri, harga kedelai lokal, harga kedelai dunia, nilai tukar rupiah terhadap dollar

Amerika, dan dummy tarif impor 10 persen.

3.3 Metode Analisis

Analisis terhadap data dilakukan secara kuantitatif, untuk menentukan variabel-variabel

independen (variabel bebas) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen

(variabel terikat) secara bersama-sama maupun secara parisal.

Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda

dengan alat bantu software SPSS 16,0. Adapun bentuk model yang akan diuji dalam penelitian ini

adalah:

Yi = β0 + β1Xi1 + β1Xi2 + β1Xi3 + β1Xi4 + β1Xi5 + εi

Dimana:

Yi = Volume impor kedelai (ton)

β0 = Konstanta (intercept)

βik = Slope (k = 1,2,3,4,5)

Xi1 = Produksi kedelai Indonesia (ton)

Xi2 = Harga kedelai lokal (Rp/Kg)

Xi3 = Harga kedelai dunia (US$/Kg)

Xi4 = Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (Rp/US$)

Page 11: Impor Beras Indonesia \

Xi5 = Dummy tarif impor 10 persen

εi = Koefisien error

Uji Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model persaaan yang baik, maka hasil analisis regresi memerlukan

pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dapat dilakukan dengan melakukan uji sebagai

berikut:

a. Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Data

yang terdistibusi normal menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai ekstrem yang nantinya dapat

mengganggu hasil data penelitian. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data

normal/mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data maka dilakukan analisis statistik

yang salah satunya dapat dilihat melalui uji Kolmogorov-Smirnov.

Dalam uji ini terdapat nilai asymp. sig (2-tailed) yang dapat digunakan sebagai alat bantu

untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Jika nilai asymp. sig. (2-tailed)

lebih besar dari nilai α pada taraf signifikansi 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data terdisribusi

normal. Namun sebaliknya apabila nilai asymp. sig (2-tailed) ≤ 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

data tidak terdistribusi normal.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang

baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Secara grafik, heteroskedastisitas daat dilihat dengan melihat plot antara εi dengan Ŷ, jika

menunjukkan pola acak maka tidak terdapat heteroskedastisitas atau asumsi kesamaan varians

(homoskedastisitas) terpenuhi.

c. Uji Multikolonearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya

korelssi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen-nya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas didalam

model ini adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF < 10, maka

dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model

regresi.

Page 12: Impor Beras Indonesia \

d. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada

satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi

adalah tidak adanya autokorelasi pada model regresi.. Metode pengujian yang sering digunakan

adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan:

1. DW berada diantara du dan 4- du.berarti tidak ada autokorelasi di dalam model.

2. DW berada diantara dL dan du, atau berada di antara 4- du dan 4- dL, berarti tidak ada

kesimpulan.

Pengujian Hipotesis

a. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi model secara keseluruhan. Uji F dilakukan

untuk mengetahui apakah kesemua variabel independen yang dianalisis secara bersama-sama

memiliki pengaruh terhadap variable dependen. Jika menurut hasil uji F, hasil yang didapatkan

memilki nilai sig. < α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa kesemua variabel independen secara

bersama-sama dan simultan mempengaruhi variabel dependen.

Hipotesis

H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0 (tidak ada variabel independent yang berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen).

H1 : Minimal ada satu variabel independent yang berpengaruh signifikan terhadap variable

dependen).

b. Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi model secara parsial. Uji t dilakukan untuk

mengetahui apakah variabel independen yang dianalisis secara parsial memiliki pengaruh terhadap

variable dependen. Jika menurut hasil uji t, hasil yang didapatkan memilki nilai sig. < α (0,05)

maka dapat disimpulkan bahwa bahwa variabel independen tersebut secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Hipotesis

H0 : βi = 0 (variabel independent tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen).

H1 : βi ≠ 0 variabel independent berpengaruh signifikan terhadap variable dependen

Page 13: Impor Beras Indonesia \

Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi atau uji R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinansi adalah antara 0

dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel– variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

Pemilihan Model Terbaik

Secara teoritis, untuk mendapatkan model terbaik dari variabel-variabel yang diteliti

digunakan metode eliminasi backward. Eliminasi backward adalah salah satu prosedur pemilihan

model terbaik dalam regresi dengan eliminasi variabel bebas yang membangun model secara

bertahap.

Langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Memasukkan semua variabel bebas ke dalam persamaan.

b. Menghitung nilai F parsial untuk masing-masing variabel bebas dan mengujinya.

c. Membandingkan nilai F parsial dengan F tabel pada aátertentu, jika F parsial terkecil lebih

kecil dari F tabel maka variabel tersebut dikeluarkan dari persamaan.

d. Menyusun kembali persamaan tanpa mengikutsertakan variabel yang telah dikeluarkan dari

model. Kemudian, ulangi langkah b.

e. Proses pengurangan variabel berhenti jika tidak ada lagi nilai F parsial < F tabel, yang berarti

telah diperoleh model persamaan terbaik.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Berganda

Page 14: Impor Beras Indonesia \

Analisis regresi dilakukan untuk mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi impor

kacang kedelai nasional sebagai variabel tak bebas dengan faktor produksi kedelai nasional (X1),

harga kedelai lokal (X2), harga kedelai dunia (X3), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (X4),

dan dummy tarif impor 10 persen (X5) sebagai variabel bebas.

Untuk mendapatkan faktor yang secara statistik berarti (signifikan) mempengaruhi impor

kacang kedelai dipergunakan metode backward, yaitu semua variabel bebas diikutsertakan dalam

model regresi kemudian dilakukan analisis. Faktor-faktor yang tidak signifikan memengaruhi

impor kacang kedelai nasional, dilihat dari koefisien faktor tersebut dalam model regresi yang

diperoleh, dikeluarkan satu persatu hingga diperoleh model terbaik.

Tabel 4.1. Hasil Metode Backward

Model Summarye

Model R R SquareAdjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .907a .823 .760 172301.670862 .901b .812 .762 171500.556453 .881c .775 .733 181567.981194 .860d .739 .708 189964.04278 2.421

a. Predictors: (Constant), dummy tarif, produksi, harga dunia, kurs, harga lokalb. Predictors: (Constant), produksi, harga dunia, kurs, harga lokalc. Predictors: (Constant), harga dunia, kurs, harga lokald. Predictors: (Constant), harga dunia, harga lokale. Dependent Variable: impor

Dengan metode backward diperoleh model persamaan impor kacang kedelai nasional

periode 1991-2006. Model terbaik diperoleh setelah mengeluarkan faktor tarif impor kedelai 10

persen (X5) dari model pertama, faktor produksi kedelai nasional (X1) dari model kedua, dan

faktor nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (X4) dari model ketiga karena ketiga faktor

tersebut terbukti tidak signifikan mempengaruhi impor kacang kedelai nasional.

Tabel 4.2. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Model Terbaik

Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.

Page 15: Impor Beras Indonesia \

Coefficients

B Std. Error Beta

4 (Constant)

Harga Lokal

Harga Dunia

939730.980

.216

-1989.853

141173.265

.034

689.896

1.187

-.540

6.657

6.335

-2.884

.000

.000

.010

Berdasarkan nilai koefisien regresi pada tabel diatas, maka dapat disusun persamaan regresi

model terbaik sebagai berikut:

Impor Kedelai (Y) = 9397306,980 + 0,216 (Harga Lokal) - 1989,853 (Harga Dunia)

Interpretasi:

a. Jika harga produsen mengalami kenaikan Rp. 1/kg maka akan menyebabkan kenaikan sebesar

0,216 ton pada volume impor kedelai dimana faktor lain konstan. Hal ini mengindikasikan

bahwa kenaikan harga lokal kedelai akan menimbulkan permintaan terhadap kedelai impor

akan meningkat yang disebabkan harga lokal lebih mahal dibandingkan harga impor.

b. Jika harga dunia mengalami kenaikan 1 US$/kg maka akan menyebabkan penurunan volume

impor kedelai sebesar 1989,853 ton. Hal ini berarti bahwa permintaan terhadap impor kedelai

akan berkurang saat harga kedelai dunia mengalami kenaikan.

Tabel 4.3. Uji Simultan

ANOVAe

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

4 Regression 1.735E12 2 8.677E11 24.045 .000d

Residual 6.135E11 17 3.609E10

Total 2.349E12 19

a. Predictors: (Constant), harga dunia, harga lokalb. Dependent Variable: impor

Dari hasil perhitungan analisis regresi model terbaik dapat diketahui bahwa secara

bersama-sama variabel independen yaitu harga lokal dan harga dunia berpengaruh terhadap

variabel dependen. Hal ini dibuktikan dari hasil nilai signifikan sebesar 0,000 yang berarti nilai

signifikannya lebih kecil dari taraf yang ditentukan, yaitu sebesar 0,050. Dan artinya model

tersebut dapat digunakan untuk memprediksi volume impor kedelai nasional. Pada uji t. (tabel 4.2)

dengan taraf signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) diperoleh bahwa kedua variabel berpegaruh

signifikan terhadap volume imper kedelai.

Page 16: Impor Beras Indonesia \

Dari tabel 4.1 model summary diperoleh R2 untuk model terbaik sebesar 0,739, sehinnga

dapat dinyatakan bahwa variasi volume impor kedelai mampu dijelaskan oleh varibel independen

(harga kedelai tingkat produsen dan harga dunia) sebesar 73,9%, dan sisanya dipengaruhi faktor

lain. Kemudian untuk mengetahui pengaruh faktor independen tersebut secara lebih baik

digunakan adjusted R2, yaitu R2 yang sudah disesuaikan dengan derajat bebasnya. Pada model

terbaik ini, nilai adj. R2 sebesar 0,708 berarti bahwa sebesar 70,8% variasi volume impor kedelai

mampu dijelaskan oleh faktor harga produsen dan harga dunia, sedangkan 29,2% dijelaskan oleh

faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini. Selain itu, diperoleh juga bahwa antara

varibel independen (harga kedelai tingkat produsen dan harga dunia) dengan volume impor

kedelai Indonesia berkorelasi kuat yaitu sebesar 86%.

Uji Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model persaaan yang baik, maka hasil analisis regresi memerlukan

pengujian asumsi klasik. Uji asumsi klasik ini dilakukan terhadap model terbaik guna

mengetahuin apakah model terbaik tersebut telah memenuhi asumsi klasik.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji

nrmalitas yang digunakan adalah uji One-Sample Kolmogorov Smirnov.

Tabel 4.4. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 20Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 179687.99542808

Most Extreme Differences

Absolute .150Positive .119Negative -.150

Kolmogorov-Smirnov Z .672Asymp. Sig. (2-tailed) .757

a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.

Tabel output di atas menunjukkan bahwa data berdistribus normal. Dari nilai signifikansi juga

terlihat bahwa nilai signifikansi = 0,757 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi

kenormalan sudah terpenuhi.

Page 17: Impor Beras Indonesia \

b. Uji heteroskedasitas

Berikut ini adalah hasil pengujian heterokedastisitas dengan menggunakan metode grafik, dapat

dilihat pada gambar berikut:

Dari hasil pengolahan data dengan SPSS, jelas terelihat bahwa pola yang terbentuk acak, sehingga

asumsi tidak terjadinya heteroskedastisitas terpenuhi.

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar

variabel independen dalam model regresi.

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

harga_dunia

hargaprodusen

.438

.438

2.284

2.284

Page 18: Impor Beras Indonesia \

Dari hasil pengolahan data pada tabel menunjukkan tidak ada variable independen (harga

kedelai pada tingkat produsen dan harga dunia) yang memiliki nilai VIF lebih dari 5. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonearitas antara variabe independen dalam model

regresi. Dan model regresi layak dipakai untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap

volume impor kedelai.

d. Uji Autokorelasi

Pengujian Durbin-watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut

1,54 < DW < 2,46 , maka tidak terdapat autkorelasi

1,10 < DW < 1,54 atau 2,46 < DW < 2,90 maka tidak dapat disimpulkan

DW < 1,10 atau DW > 2,90, makan terjadi autokorelasi

Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS (lihat pada tabel 4.1) diperoleh nilai DW sebesar

2,421. Nilai tersebut berada diantara 1,54 < DW < 2,46 sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada

autokorelasi atau dengan kata lain gangguan estimasi suatu observasi tidak berkorelasi secara

serius dengan gangguan estimasi dari observasi yang lain.

V. PENUTUP

Kesimpulan

Page 19: Impor Beras Indonesia \

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat

terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan berkaitan dengan pengaruh produksi kedelai, harga

kedelai lokal, harga kedelai dunia, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan tarif impor 10

persen terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial pada volume impor

kedelai Indonesia selama tahun 1991 sampai 2010.

Dari lima faktor yang diduga berpengaruh terhadap impor kedelai Indonesia periode 1991 – 2010,

dengan taraf signifikansi 5% diperoleh dua faktor pada model terbaik yang berpengaruh

signifikan. Dimana faktor harga kedelai lokal (produsen) merupakan faktor yang paling dominan

berpengaruh.

Faktor harga kedelai lokal (produsen) berpengaruh positif terhadap impor kedelai, setiap

kenaikan harga lokal satu rupiah per kilogram akan meningkatkan volume impor kedelai

sebesar 0,216 ton dengan asumsi faktor lain tetap.

Faktor harga kedelai dunia berpengaruh negaitif terhadap impor kedelai, setiap kenaikan

harga dunia satu dollar Amerika per kilogram akan menurunkan volume impor kedelai

sebesar 21989,853 ton dengan asumsi faktor lain tetap.