rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula...

22
PROPOSAL SEMINAR UMUM (PNA4085) KEEFEKTIVAN HERBISIDA DIURON DAN AMETRIN UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA PERTANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) LAHAN KERING Disusun oleh: Rivandi Pranandita Putra 10/ 304773/ PN/ 12175 Dosen Pembimbing: Dody Kastono, S.P., M.P. PROGRAM STUDI AGRONOMI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Transcript of rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula...

Page 1: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

PROPOSAL SEMINAR UMUM

(PNA4085)

KEEFEKTIVAN HERBISIDA DIURON DAN AMETRIN UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA PERTANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) LAHAN KERING

Disusun oleh:

Rivandi Pranandita Putra

10/ 304773/ PN/ 12175

Dosen Pembimbing:

Dody Kastono, S.P., M.P.

PROGRAM STUDI AGRONOMI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

DAFTAR ISI

INTISARI ………………………………………………………………………………..……….2

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………………………………………...……………2-3

B. Tujuan…………………………………………………………………………………3

BAB II. GULMA DI PERTANAMAN TEBU LAHAN KERING

A. Pengaruh Gulma Terhadap Pertumbuhan Tebu…………………………...…………..4

B. Herbisida Diuron dan Ametrin……………………………………………………...4-6

C. Pengendalian Gulma Tebu Lahan Kering……………………….……………...…6-14

BAB III. PENUTUP……………………………………………………………………………..15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………16

1

Page 3: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

KEEFEKTIVAN HERBISIDA DIURON DAN AMETRIN UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA PERTANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) LAHAN KERING

INTISARI

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma akan bersaing dalam hal mendapatkan air, unsur hara, sinar matahari dan ruang gerak pertumbuhan tebu. Kadang - kadang ada beberapa jenis gulma yang mengeluarkan zat racun yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertunasan tebu. Kerugian pada tebu akibat dari persaingan tersebut terutama terlihat pada bobot tebunya, besarnya kerugian akibat gulma ini sangat bervariasi tergantung dari jenis spesies gulma dan kerapatannya.

Kata Kunci: Gulma, Tebu Lahan Kering, Efektivitas Herbisida

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk menjaga agar pertumbuhan tanaman tebu tidak terganggu dan mencegah kerugian

akibat adanya gulma pada pertanaman tebu, maka perlu dilakukan pengendalian. Pengendalian

gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan cara kimiawi.

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan

kimia yang dapat menekan pertumbuhan gulma. Bahan kimia ini disebut herbisida. Aplikasi

herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan tanaman utama dan gulma. Untuk itu ada

beberapa macam herbisida bila dilihat dari waktu aplikasinya, yaitu herbisida pra tumbuh dan

herbisida pasca tumbuh. Herbisida pra tumbuh diaplikasikan setelah benih tanaman ditanam

tetapi belum berkecambah dan gulma pun belum tumbuh. Pengendalian gulma dengan

menggunakan herbisida mempunyai beberapa keuntungan diantaranya : membutuhkan waktu

yang lebih singkat, menghemat kebutuhan tenaga kerja, terhindar dari kerusakan akar dan

struktur tanah, mencegah terjadinya erosi dan total biaya yang lebih rendah dari perlakuan

manual.

Herbisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pada pertanaman tebu

adalah diuron dan ametrin. Diuron mempunyai kemampuan untuk menahan pencucian karena

2

Page 4: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

daya larutnya yang rendah dalam air, sehingga persistensi diuron dalam tanah cukup lama yaitu

sekitar 2 - 3 bulan. Kedua herbisida ini bersifat sistemik dan selektif. Herbisida selektif adalah

herbisida yang bila diaplikasikan dalam suatu komunitas campuran maka dapat mematikan

sekelompok tumbuhan tertentu (gulma) dan relatif tidak mengganggu tumbuhan lain (tanaman

budidaya). Herbisida ini diabsorbsi dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Herbisida

ini bekerja dengan cara menghambat proses fotosintesis.

B. Tujuan

Mengetahui keefektifan dari herbisida diuron dan ametrin dalam mengendalikan gulma pada

pertanaman tebu lahan kering.

3

Page 5: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

BAB II.GULMA DI PERTANAMAN TEBU LAHAN KERING

A. Pengaruh Gulma Terhadap Pertumbuhan Tebu

Menurut Kuntohartono (1987), gulma merupakan kendala utama di areal perkebunan

tebu terutama karena terjadi peningkatan kelebatan pertumbuhan gulma yang cepat dan lebat

dengan berbagai macam spesies yang mendominasi. Padahal pada masa-masa tertentu tebu

harus terhindar dari persiangan gulma, salah satunya adalah ketika tebu pada masa bertunas dan

memulai fase anakan. Masa tersebut merupakan masa kritis pertumbuhan tebu dan selepas masa

kritis tersebut tebu mampu bersaing dengan gulma. Gulma tumbuh rapat sejak tanaman tebu

berumur 4-6 minggu dan sangat lebat pada saat umur tanaman tebu 8-12 minggu.

Kehadiran gulma akan mempersulit pemeliharaan dan pemanenan serta menurunkan

kualitas penebangan tebu, baik yang dilakukan secara manual, maupun mekanik. Peng (1984)

menyatakan bahwa penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma pada pertanaman tebu bisa

mencapai 6.6% – 11.7% pada berbagai jenis tanah yang beragam. Pengaruh buruk yang

diberikan oleh gulma dapat dilihat pada berkurangnya jumlah anakan tebu, batang tebu menjadi

kecil, ruas pendek-pendek dan berwarna pucat.Pada lahan kering gulma lebih beragam dan lebih

berbahaya. Gulma – gulma dominan yang menjadi pesaing kuat yang berakibat merugikan terdiri

atas gulma daun lebar dan merambat, gulma daun sempit dan teki-tekian.

B. Herbisida Diuron dan Ametrin

Diuron merupakan herbisida dari turunan urea. Herbisida ini merupakan herbisida yang

selektif dan dipakai lewat tanah, walaupun ada beberapa yang lewat daun. Termasuk dalam

kelompok ini adalah diuron, linuron, monuron dan sebagainya. Nama kimia dari herbisida diuron

adalah 3-(3,4 dichlorophenyl)-1,1-dimethylurea (Gambar 1). Menurut Thomson (1967 diuron da-

pat digunakan sebagai herbisida pra tumbuh, pasca tumbuh serta herbisida soil sterilant (steril-

isasi tanah). Herbisida diuron bersifat sistemik. Herbisida ini biasanya diabsorbsi melalui akar

dan ditranslokasikan ke daun melalui batang. Pemakaian lewat daun tidak ditranslokasikan lagi.

Di dalam tubuh tumbuhan diuron mengalami degradasi, terutama melalui pelepasan gugus metil.

4

Page 6: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

Herbisida diuron menghambat reaksi Hill pada fotosintesis, yaitu dalam fotosistem II. Dengan

demikian pembentukan ATP dan NADPH terganggu (Tjitrosoedirdjo et al, 1984).

Menurut Ashton et al. (1982), seperti kebanyakan herbisida yang berasal dari golongan

urea, diuron lebih cepat diserap melalui akar tumbuhan dan dengan segera ditranslokasikan ke

bagian atas tumbuhan (daun dan batang) melalui sistem apoplastik. Ada dua hal yang menye-

babkan diuron tetap berada di permukaan tanah dalam waktu yang relatif agak lama yaitu : (1)

tidak mudah larut dalam air sehingga diuron me mpunyai kemampuan untuk bertahan dari pen-

cucian dan (2) tingkat absorbsi yang tinggi oleh koloid tanah. Toksisitas diuron sangat tinggi un-

tuk kecambah tumbuhan pengganggu. Selain untuk mengendalikan gulma pada pertanaman tebu,

diuron juga banyak digunakan untuk pengendalian gulma pada tanaman kapas, karet ,teh dan se-

bagainya. Dalam keadaan murni diuron akan berupa kristal putih, tidak menguap, tidak mudah

terbakar dan tidak berbau, akan meleleh pada suhu 158-159oC, larut dalam air pada suhu 25oC

sebanyak 42 ppm dan tahan terhadap dekomposisi. Toksisitas diuron terhadap manusia dan ter-

nak rendah (Sumintapura dan Iskandar, 1975). Gejala yang terjadi akibat aplikasi diuron tergan-

tung pada jenis tumbuhan itu sendiri. Biasanya kematiannya diawali pada ujung daun dan apabila

ujung daun telah mati, maka tidak akan terjadi turgor lagi. Kemudian akan khlorosis yang bi-

asanya akan diikuti oleh pertumbuhan yang lambat dan kematian yang mendadak. Radosevich

(1997) menyatakan sebagai herbisida pra tumbuh diuron biasanya diaplikasikan melalui tanah

dan herbisida yang diaplikasikan melalui tanah biasanya disemprotkan mengelilingi tanaman

pokok atau disemprotkan diantara barisan untuk meningkatkan selektivitas herbisida dan mengu-

rangi biaya pengendalian gulma.

Ametrin merupakan herbisida selektif untuk mengendalikan gulma pada tanaman tebu,

nanas, pisang, jagung dan kentang (Ashton dan Monaco, 1991). Herbisida ini dikembangkan di

Swiss sejak tahun 1952 sebagai herbisida yang menghambat fotosintesis (Tjitrosoedirdjo et al,

1984). Ametrin termasuk herbisida golongan methiltio -s-triazine yang merupakan anggota

5

Page 7: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

kelompok herbisida triazine. Herbisida ini diaplikasikan sebagai herbisida pra tumbuh maupun

pasca tumbuh. Ametrin memiliki kemampuan sebagai herbisida karena mempunyai gugus substi-

tusi alkil dan amino pada posisi atom C keempat dan keenam. Gugus pada atom C kedua sangat

menentukan keselektifan herbisida ametrin. Gugus metiltio (-SCH3) pada atom kedua menen-

tukan keselektifan yang sedang (Gysin dalam Kuntohartono, 1976). Gambar rumus bangun

ametrin dapat dilihat pada Gambar 2. Absorbsi terjadi lewat akar dan translokasikan dengan

cepat sekali melalui sistem apoplas, tetapi herbisida yang masuk lewat daun tidak lagi di-

translokasikan. Di dalam tubuh tumbuhan herbisida ametrin ini mengalami degradasi yang

kadang-kadang sangat intensif sehingga tanaman resistan terhadap herbisida ini (Tjitrosoedirdjo

et al, 1984).

Herbisida ini membunuh tanaman dengan penggangguan proses fotosintesisnya. Tepatnya

yang diganggu adalah pada reaksi Hill. Menurut Ashton dan Craft (1973), akibat adanya gang-

guan reaksi Hill tersebut, tanaman tidak membentuk karbohidrat, sehingga terjadi kekurangan

bekal persenyawaan gulagula untuk memperoleh proses-proses metabolisme selanjutnya.

Tjitrosoedirdjo et al. (1984) menyatakan bahwa ametrin menghambat fotosintesis, terutama

dalam fotosistem II pada saat pecahnya air. Ternyata reaksi ini menimbulkan senyawa lain yang

mematikan tumbuhan. Gejala yang ditimbulkan karena aplikasi herbisida ametrin adalah klorosis

dan nekrosis pada daun. Gejala yang lain adalah menurunnya fiksasi CO2. .

C. Pengendalian Gulma di Pertanaman Tebu Lahan Kering

Dalam pelaksanaannya, pengendalian gulma dibagi menjadi pengendalian secara kimia,

mekanis dan manual. Untuk sistem reynoso, pengendalian lebih dominan dilakukan secara

manual. Sementara itu di lahan kering lebih umum pengendalian gulma secara kimia yang

dibedakan menjadi tiga yaitu pre emergence (pra tumbuh), late pre emergence (awal tumbuh)

dan post emergence (setelah/purna tumbuh). Adapun jenis herbisida dan dosis yang digunakan

6

Page 8: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

untuk penegendalian gulma. Pengendalian gulma pra tumbuh (pre emergence) adalah

pengendalian gulma yang dilakukan pada saat gulma dan tanaman tebu belum tumbuh.

Dilaksanakan pada 3 – 5 hari setelah tanam. Aplikasi herbisida dilaksanakan dengan

menggunakan Boom Sprayer yang mempunyai lebar kerja 12 meter (8 baris) yang ditarik oleh

traktor kecil 80 HP. Kecepatan kerja sekitar 1,52 km/jam. Late pre emergence adalah

pengendalian gulma yang dilakukan pada saat gulma sudah tumbuh dengan 2 – 3 daun dan

tanaman tebu sudah berkecambah. Late pre-emergence dilaksanakan karena terjadi

keterlambatan aplikasi pre emergence, sedangkan post emergence dilaksanakan pada saat gulma

sudah tumbuh dan biasanya dilaksanakan 1 – 2 kali. Post emergence diaplikasikan secara manual

dengan hand sprayer/knapsack sprayer (Anonim, 2013).

Data berikut merupakan hasil penelitian yang dilakukan Agustanti (2006) terhadap bobot

kering gulma.

A. Gulma Total

Tabel 1. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering Gulma Total

Perlakuan Dosis Minggu Setelah Aplikasi (MSA) (gram/ 0,25 m²)2 4 8 12

Diuron 80% 2 kg/ ha 0,26b 1,96b 7,00bc 5,77bAmetrin 80% 2 kg/ ha 0,27b 6,44b 9,27bc 9,80b

Manual - 0,00b 1,45b 13,17b 11,77bKontrol - 14,46a 25,33a 56,80a 57,47a

Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf 5 % uji Duncan

Sumber: Agustanti (2006)

Aplikasi herbisida diuron 2 kg/ha lebih efektif menekan bobot kering gulma total hingga

12 MSA. Diuron 2 kg/ha memberikan hasil yang lebih baik daripada ametrin 2 kg/ha. Secara

umum diuron memberikan hasil paling baik karena mampu mengurangi bobot kering hingga

bernilai paling kecil (5,77 gram), diikuti ametrin (9,80 gram), manual (11,77), dan yang control

memiliki pertumbuhan gulma paling subur (57,47).

7

Page 9: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

B. Gulma Digitaria adscendens

Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering Gulma

Digitaria adscendens

Perlakuan Dosis Minggu Setelah Aplikasi (MSA) (gram/ 0,25 m²) Rerata2 4 8 12

Diuron 80% 2 kg/ ha 1,02b 1,09b 1,60b 1,66b 1,3425

Ametrin 80%

2 kg/ ha 1,02b 1,49b 2,39ab 1,80b 1,675

Manual - 1,00b 1,11b 1,40b 2,07b 1,395

Kontrol - 1,47a 2,43a 2,95a 3,48a 2,5825

Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf 5 % uji Duncan

Sumber: Agustanti (2006).

Pada Tabel 2, disajikan pengaruh perlakuan gulma terhadap bobot kering gulma Digi-

taria adscendens. Secara umum, diuron 2 kg/ha sudah efektif menekan bobot kering gulma Digi-

taria adscendens dibandingkan dengan ametrin 2 kg/ha. Diuron 2 l/ha tidak berbeda efektifitas-

nya dengan ametrin 2 l/ha dalam mengendalikan gulma Digitaria adscendens. Diuron 2 kg/ha

memberikan hasil yang lebih baik dari ametrin 2 kg/ha. Secara umum perlakuan manual masih

mampu mengendalikan gulma Digitaria adscendens jika dibandingkan dengan kontrol. Aplikasi

diuron 2 kg/ha dan 2 l/ha cenderung efektif mengendalikan gulma Digitaria adscendens dari 2

hingga 12 MSA. Aplikasi diuron 2 kg/ha cenderung efektif mengendalikan gulma Digitaria ad-

scendens dari 2 hingga 12 MSA. Digitaria adscendens tergolong rumput semusim. Gulma ini

hidup berumpun dengan batang menjalar dan stolon yang mengeluarkan akar dan tunas. Digi-

taria adscendens menghasilkan biji yang banyak sehingga sering dominan di areal tanaman budi-

daya (Sastroutomo, 1990). Pengendalian gulma Digitaria adscendens dengan herbisida pra tum-

buh dapat mencegah gulma ini untuk tumbuh dan berkembang biak dan menghasilkan biji yang

banyak sehingga sering dominan pada jalur tanaman yang terbuka atau belum ternaungi.

8

Page 10: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

Gambar 4. Gulma Digitaria adscendens

C. Gulma Borreria alata

Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering Gulma

Borreria alata

Perlakuan Dosis Minggu Setelah Aplikasi (MSA) (gram/ 0,25 m²) Rerata2 4 8 12

Diuron 80% 2 kg/ ha 1,01c 1,17b 1,40b 1,66b 1,31

Ametrin 80%

2 kg/ ha 1,09b 1,86ab 1,81b 2,39b 1,7875

Manual - 1,00c 1,24b 2,32b 1,59b 1,615

Kontrol - 1,51a 2,28a 3,65a 3,65a 2,7725

Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf 5 % uji Duncan

Sumber: Agustanti (2006).

Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma Borreria alata da-

pat dilihat pada Tabel 3. Aplikasi herbisida diuron 2 liter/ha dan 2 kg/ha efektif menekan bobot

kering gulma Borreria alata hingga 12 MSA. Secara umum, diuron 2 kg/ha memberikan hasil

yang lebih baik dari diuron 2 l/ha. Meskipun demikian, diuron 2 l/ha tidak berbeda jauh efektivi-

tasnya dengan diuron 2 kg/ha. Pada 2 MSA, diuron 2 l/ha dan 2 kg/ha memberikan hasil yang se-

tara dengan diuron . Bobot kering gulma Borreria alata terendah terjadi pada 2 MSA dengan do-

sis herbisida diuron 50 % sebesar 3 l/ha. Penambahan ke taraf dosis yang lebih tinggi (2 l/ha dan

3 l/ha) cenderung memberikan nilai bobot kering yang lebih rendah. Aplikasi herbisida diuron 80

9

Page 11: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

% pada semua tingkat dosis cenderung efektif dalam mengendalikan bobot kering gulma Borre-

ria alata dari 2 hingga 12 MSA. Peningkatan dosis 2 kg/ha memberikan nilai bobot kering teren-

dah pada 2 dan 12 MSA, sedangkan peningkatan dosis 3 kg/ha memberikan nilai bobot kering

terendah pada 2 dan 4 MSA. Penambahan ke tingkat dosis yang lebih tinggi cenderung efektif

hingga 12 MSA. Jika dibandingkan dengan kontrol, perlakuan herbisida ametrin 50 % dan

ametrin 80 % efektif menekan bobot kering Borreria alata hingga 12 MSA. Perlakuan manual

menunjukkan nilai bobot kering gulma total yang lebih rendah dari perlakuan kontrol hingga 12

MSA. Secara umum diuron 80 % cenderung lebih efektif dalam mengendalikan bobot kering

gulma Borreria alata. Hal ini ditunjukkan oleh bobot kering gulma Borreria alata total yang di-

hasilkan oleh semua perlakuan diuron 80 % cenderung lebih rendah dari perlakuan herbisida di-

uron 50 % pada 2, 4 dan 8 MSA. Borreria alata termasuk gulma semusim yang tumbuh meram-

bat atau tegak, percabangan dari pangkal batang. Gulma ini berkembang biak dengan biji (Sas-

troutomo, 1990).

Gambar 5. Gulma Borreria alata

10

Page 12: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

D. Gulma Cleome rutidosperma

Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering Gulma Cleome

rutidosperma

Perlakuan Dosis Minggu Setelah Aplikasi (MSA) (gram/ 0,25 m²)

Rerata

2 4 8 12Diuron 80% 2 kg/ ha 1,01b 1,03c 1,13bc 1,12b 1,0725

Ametrin 80% 2 kg/ ha 1,01b 1,11bc 1,05c 1,16b 1,0825

Manual - 1,00b 1,02c 1,55bc 1,29b 1,215

Kontrol - 2,04a 1,67a 2,71a 2,10a 2,13

Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf 5 % uji Duncan

Sumber: Agustanti (2006).

Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma Cleome ruti-

dosperma dapat dilihat pada Tabel 4. Diuron 80 % memberikan hasil penekanan bobot kering

yang lebih baik dari diuron 50 %. Diuron 1 l/ha memiliki keefektivitasan yang sama dengan di-

uron 80 % pada taraf dosis yang sama. Diuron 80 % dosis 2 l/ha memberikan hasil yang lebih

baik dari diuron 50 % pada taraf dosis yang sama, kecuali pada 2 MSA diuron 80 % memberikan

hasil yang setara dengan diuron 50 %. Diuron 50 % dosis 3 l/ha tidak berbeda keefektivitasannya

dalam menekan bobot kering gulma Cleome rutidosperma. Diuron 50 % 2 l/ha memberikan hasil

penekanan bobot kering yang lebih baik dari ametrin 50 % pada dosis yang sama begitu juga

dengan diuron 80 % dosis 2 l/ha dengan ametrin 80 % pada dosis yang sama. Perlakuan manual

memberikan bobot kering yang rendah dari kontrol. Dari tabel dapat dilihat bahwa semua per-

lakuan mampu mengendalikan gulma Cleome rutidosperma dari 2 hingga 12 MSA. Penekanan

bobot kering gulma Cleome rutidosperma yang lebih baik ditunjukkan oleh dosis 3 l/ha pada 2

dan 8 MSA, sedangkan pada 4 dan 12 MSA penekanan terhadap bobot kering gulma cleome

yang lebih baik ditunjukkan ole h dosis 2 l/ha. Jika dibandingkan dengan perlakuan manual, per-

lakuan diuron 50 % pada semua tingkat dosismenunjukkan penekanan bobot kering gulma

Cleome rutidosperma yang lebih baik hingga 8 MSA. Aplikasi diuron 80 % pada semua tingkat

dosis cenderung efektif mengendalikan gulma Cleome rutidosperma dari 2 hingga 12 MSA.

11

Page 13: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

Penekanan terhadap bobot kering gulma Cleome rutidosperma yang lebih baik ditunjukkan pada

dosis 3 kg/ha, kecuali pada 4 MSA ditunjukkan oleh dosis 2 kg/ha. Jika dibandingkan dengan

perlakuan manual, perlakuan diuron 80 % pada beberapa tingkat dosis dapat mengendalikan

gulma Cleome rutidosperma dengan lebih baik dari 2 hingga 12 MSA.Pengendalian gulma

berdaun lebar lebih sukar karena gulma berdaun lebar biasanya berkembang biak dengan biji

(Sastroutomo, 1990). Kemampuan reproduksi gulma Cleome rutidosperma cukup tinggi se-

hingga kemungkinan untuk tumbuh kembali setela h dikendalikan akan lebih besar. Cleome ruti-

dosperma termasuk penghasil biji yang banyak, sehingga sering tumbuh rapat pada tanah yang

baru selesai diolah.

Gambar 7. Gulma Cleome rutidosperma

E. Gulma Cyperus kyllingia

Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Pengendalian Gulma terhadap Bobot Kering Gulma Cyperus

kyllingia

Perlakuan Dosis Minggu Setelah Aplikasi (MSA) (gram/ 0,25 m²) Rerata2 4 8 12

Diuron 80% 2 kg/ ha 1,00b 1,16b 1,37b 1,00b 1,1325

Ametrin 80%

2 kg/ ha 1,00b 1,00b 1,27b 1,00b 1,0675

Manual - 1,00b 1,11b 1,00b 1,00b 1,0275

Kontrol - 1,90a 1,91a 2,70a 1,60a 2,0275

Keterangan : Angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

taraf 5 % uji Duncan

Sumber: Agustanti (2006).

12

Page 14: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

Pengaruh perlakuan pengendalian gulma terhadap bobot kering gulma Cyperus kyllingia

dapat dilihat pada Tabel 5. Diuron 50 % 1 l/ha memberikan penekanan yang lebih baik dari di-

uron 80 % kecuali pada 12 MSA diuron 50 % memberikan hasil bobot kering yang setara dengan

diuron 80 % pada taraf dosis yang sama. Diuron 80 % 2 l/ha dan 3 l/ha memberikan penekanan

bobot kering yang lebih baik dari diuron 50 % pada taraf dosis yang sama. Ametrin 50 % dosis 2

l/ha memberikan hasil yang lebih baik dari diuron 50 % dengan dosis yang sama. Ametrin 80 %

2 l/ha memberikan hasil yang lebih baik dari diuron 80 % pada dosis yang sama, kecuali pada 2

dan 12 MSA kedua herbisida tersebut memberikan bobot kering yang setara. Dari Tabel 5 dapat

dilihat bahwa perlakuan herbisida diuron 50 % sudah dapat mengendalikan gulma Cyperus

kyllingia dari 2 hingga 12 MSA. Penekanan terhadap bobot kering terendah ditunjukkan oleh

perlakuan herbisida diuron 50 % dengan dosis 2 l/ha pada 2 dan 8 MSA, kecuali pada 4 MSA

dosis terendah ditunjukkan oleh dosis 3 l/ha. Perlakuan manual memberikan penekanan bobot

kering terendah pada 2, 8 dan 12 MSA sebesar 1.00 gr/0.25 m2. Aplikasi herbisida ametrin 50 %

memberikan nilai bobot kering yang lebih rendah dari herbisida diuron 50 %. Aplikasi diuron 80

% pada dosis 1 l/ha dan 2 l/ha sudah cukup mampu menekan pertumbuhan gulma Cyperus

kyllingia pada 2 dan 12 MSA. Namun secara umum penggunaan herbisida diuron 80 % sudah

cukup efektif dalam mengendalikan gulma Cyperus kyllingia. Perlakuan herbisida dan manual

efektif menekan bobot kering gulma Cyperus kyllingia dan memberikan pengaruh yang nyata

jika dibandingkan dengan kontrol. Pengendalian gulma dengan cara manual mampu menekan

bobot kering gulma Cyperus kyllingia. Cyperus kyllingia adalah tumbuhan teki tahunan,

berbunga sepanjang tahun, tumbuh pada tanah lembab dan berair terutama pada tanah alluvial

yang terbuka atau sedikit ternaungi ; penyebarannya meliputi 0-300 m, jarang sampai 1200 m di

atas permukaan laut (Nasution, 1986).

13

Page 15: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

BAB III.

PENUTUP

Perlakuan dua formulasi herbisida diuron pada semua tingkat dosis efektif dalam

mengendalikan gulma hingga 12 MSA. Aplikasi herbisida diuron 50 % dan 80 % memberikan

hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol dalam menekan bobot kering gulma total,

gulma rumput, gulma daun lebar dan gulma dominan. Daya berantas diuron terlihat lebih baik

pada gulma golongan daun lebar dibandingkan dengan gulma golongan rumput. Menurut

Thomson (1967) diuron merupakan herbisida berspektrum luas, namun diuron lebih baik

mengendalikan gulma dari golongan daun lebar.

Namun konsentrasi bahan aktif yang lebih tinggi pada diuron 80 % meningkatkan

kecepatan absorbsi herbisida ini oleh gulma. Diuron 80 % lebih efektif menekan pertumbuhan

gulma, hal ini disebabkan oleh kandungan bahan aktif dalam herbisida diuron 80 % lebih tinggi

dibandingkan dengan herbisida diuron 50 %. Efektivitas diuron sebagai herbisida pra tumbuh

sangat tergantung pada ketersediaan air dalam tanah. Anonim (1979) menyatakan bahwa untuk

mendapatkan efektivitas maksimum dari herbisida pra tumbuh maka selama satu minggu setelah

aplikasi kadar air tanah harus berada pada kisaran 30 %.Efektivitas herbisida akan lebih baik

pada tanah yang telah diolah, karena biji gulma akan terangkat ke permukaan tanah dan dapat

dikendalikan dengan lebih baik. Dari semua dosis yang digunakan, kedua formulasi herbisida

diuron dan ametrin yang diaplikasikan tidak menunjukkan adanya gejala keracunan pada

tanaman tebu dari awal hingga akhir pengamatan. Herbisida diuron secara umum tidak beracun

saat diaplikasikan pada tanaman tebu pada dosis yang direkomendasikan, meskipun herbisida ini

mengenai permukaan daun tanaman tebu, tetapi tidak akan menimbulkan gejala keracunan.

Keracunan pada tanaman tebu akibat aplikasi ametrin lebih be sar apabila daun tebu sudah

terbentuk. Hal ini disebabkan ametrin lebih banyak diserap melalui daun tebu daripada lewat

akar. Respon gulma terhadap efektivitas herbisida berbeda- beda dan kepekaan suatu jenis

tumbuhan terhadap herbisida dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah bentuk

permukaan daun tumbuhan, waktu aplikasi, umur gulma dan jenis herbisida.

14

Page 16: rivandipputra.files.wordpress.com  · Web viewAda beberapa faktor yang mempengaruhi produksi gula diantaranya karena adanya gulma pada areal pertanaman. Pada tanaman tebu, gulma

DAFTAR PUSTAKA

Agustanti, V.M. F. 2006. Studi Keefektivan Diuron dan Ametrin Untuk MengendalikanPertanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering. Jurnal Institut PertanianBogor, Bogor.

Anonim. 2013. Budidaya Tebu. <http://epetani.deptan.go.id/berita/budidaya-tebu-7825>.Diakses pada tanggal 13 April 2013.

Ashton, F. M. dan F. J. Monaco.1991. Weed Science: Principle and Practice John. Willey andSons. Inc, New York.

Kuntohartono, T. 1987. Pergeseran spesies gulma kebun tebu dan penanggulangannya. MakalahTemu Lapang Gulma P.G. Cinta Manis: 9-16.

Peng, S. 1984. The Biology And Control of Weeds in Sugarcane. Elsevier, New York.

15