mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada...

29
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DECOMPRESSION SICKNESS DI SUSUN OLEH : ADE FATHUR RIDHOI 1510711015 \

Transcript of mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada...

Page 1: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DECOMPRESSION SICKNESS

DI SUSUN OLEH :

ADE FATHUR RIDHOI 1510711015

\

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UPN “Veteran” JAKARTA

Page 2: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan

perkenan-Nya saya dapat menyusun makalah ini sehingga dapat terselesaikan makalah

mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Decompression Sickness. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan

partisipasi, baik moril maupun materil dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi keperawatan. Selain

itu, makalah ini juga dibuat untuk bahan pembelajaran mengenai Asuhan Keperawatan pada

Klien dengan Decompression Sickness

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari

isi, materi, maupun penyajiannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik, saran

dan masukkan dari pembaca untuk perbaikan.

Jakarta, Mei 2017

Penulis,

Ade Fathur Ridhoi

i

Page 3: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1

1.2 TUJUAN

1.2.1 TUJUAN UMUM............................................................................2

1.2.2 TUJUAN KHUSUS........................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN.................................................................................................3

2.2 PREVALENSI..................................................................................................3

2.3 FAKTOR RISIKO............................................................................................3

2.4 ETIOLOGI........................................................................................................4

2.5 KLASIFIKASI..................................................................................................4

2.6 PATOFISIOLOGI............................................................................................5

2.7 MANIFESTASI KLINIS..................................................................................5

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................6

2.9 KOMPLIKASI..................................................................................................7

2.10 PENATALAKSANAAN MEDIS....................................................................7

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 ILUSTRASI KASUS........................................................................................9

3.2 DATA FOKUS.................................................................................................9

3.3 ANALISA DATA.............................................................................................10

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................12

3.5 RENCANA KEPERAWATAN........................................................................12

BAB IV PENUTUP

4.1 KESIMPULAN.................................................................................................14

4.2 SARAN.............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Decompression sickness atau dalam Bahasa Indonesia disebut penyakit dekompresi, ini

merupakan suatu kecelakaan yang timbul akibat penurunan tekanan lingkungan yang

mendadak. Hal ini biasanya terjadi pada penyelam yang naik ke permukaan secara cepat

tanpa mempertimbangkan tekanan disetiap meter ketika menuju ke permukaan. Penyakit ini

memiliki gold period yaitu 24 jam setelah kejadian.

RUBT (Ruang Udara Bertekanan Tinggi) atau juga disebut ruang hiperbaric merupakan

terapi di mana penderita harus ada disuatu ruangan bertekanan tinggi dan bernafas dengan

oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar dari pada udara atmosfer normal.

Terapi hiperbaric merupakan salah satu terapi yang diberikan pada penderita decompression

sickness, untuk mengurangi kandungan nitrogen dalam tubuh.

Tidak banyak juga pembahasan ataupun jurnal yang membahas mengenai penyakit

dekompresi. Terjadinya penyakit dekompresi (DCS) sangat jarang terjadi dan jumlah

penyelam aktif di seluruh dunia tidak diketahui. Menurut South Pacific Underwater Medicine

Society (SPUMS) dan European Underwater and Baromedical Society dalam Obat

Menyelam dan Hiperbarik yang baru dikeluarkan, tingkat perkiraan penyakit dekompresi

sekitar 2,8 kasus dari 10.000 kali penyelaman. Mereka melihat bahwa kejadian di penyelam

gua lebih rendah dari jumlah kasus yang diharapkan. Praktik dan pelatihan selam yang tepat

harus dipertimbangkan untuk pencegahan DCS. (Pulley. 2012 dalam Christina L. Javier.

Decompression of Sickness)

1.2 TUJUAN

1.2.1 TUJUAN UMUM

Pembaca dapat memahami Asuhan Keperawatan pada Klien Decompression

Sickness.

1.2.2 TUJUAN KHUSUS

1.2.2.1 Pembaca mengetahui pengertian decompression sickness

1.2.2.2 Pembaca mengetahui prevalensi decompression sickness

1.2.2.3 Pembaca mengetahui faktor risiko decompression sickness

1.2.2.4 Pembaca mengetahui etiologi decompression sickness

1.2.2.5 Pembaca mengetahui klasifikasi decompression sickness

1

Page 5: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

1.2.2.6 Pembaca mengetahui patofisiologi decompression sickness

1.2.2.7 Pembaca mengetahui manifestasi klinis decompression sickness

1.2.2.8 Pembaca mengetahui pemeriksaan penunjang decompression

sickness

1.2.2.9 Pembaca mengetahui komplikasi decompression sickness

1.2.2.10 Pembaca mengetahui penatalaksanaan medis decompression

sickness

2

Page 6: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN

Penyakit dekompresi adalah suatu kecelakaan yang timbul akibat penurunan tekanan

lingkungan yang mendadak. (Simanungkalit, Susan H. Perpustakaan UI)

Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh pelepasan

dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase terlarut dalam darah atau jaringan-

jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya. (Tjahjadi. 1995 dalam Analisis Kesehatan

Dan Keselamatan Lingkungan Kerja Penyelam Tradisional (Safety Health Environment

Analysis For Traditional Divers)

2.2 PREVALENSI

Berbagai penyakit dan kecelakaan dapat terjadi pada nelayan dan penyelam tradisional,

hasil penelitian Depkes RI tahun 2006 di Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat ditemukan

57,5% nelayan penyelam menderita nyeri persendian, 11,3% menderita gangguan

pendengaran ringan sampai ketulian. Di Kepulauan Seribu ditemukan 41,37% nelayan

penyelam menderita barotrauma atau perdarahan akibat tubuh mendapat tekanan yang

berubah secara tiba-tiba pada beberapa organ/jaringan serta 6,91% penyelam menderita

kelainan dekompresi yang di sebabkan tidak tercukupinya gas nitrogen akibat penurunan

tekanan yang mendadak, sehingga menimbulkan gejala sakit pada persendian, susunan

syaraf, saluran pencernaan, jantung, paru-paru dan kulit. (Sukbar, La Dupai, Sabril

Munandar. 2016)

2.3 FAKTOR RISIKO

Faktor predisposisi DCS dalam penelitian Pulley (2012) itu dikategorikan sesuai dengan

pengaruh berikut; Pengaruh sifat fisiologis dan pengaruh lingkungan.

Pengaruh sifat fisiologis meliputi:

o Umur

o Dehidrasi

o Kekurangan peredaran darah

o Obesitas / lemak tubuh

3

Page 7: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

o Kelelahan

o Buruk kondisi fisik

o cedera muskuloskeletal sebelumnya

Faktor lingkungan meliputi;

o Air dingin

o Setelan selam yang dipanaskan

o Kondisi laut yang kasar

o Pekerjaan berat

(Pulley. 2012 dalam Christina L. Javier. Decompression of Sickness)

 

Pada presentasi klinis Medscape, mereka menyertakan kesalahan penyelam sebagai

salah satu faktor penyebab penyakit dekompresi. Berikut adalah daftar kesalahan biasa

penyelam (Leo, 2013). Beberapa penyelaman harian tidak mengikuti tabel menyelam “Breath

holding Travelling” ke dataran tinggi dalam waktu 24 jam setelah menyelam dapat

menyebabkan penyakit dekompresi. (Leo. 2013 dalam Christina L. Javier. Decompression of

Sickness)

2.4 ETIOLOGI

Decompression sickness mungkin juga disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya,

adalah pembentukan gelembung dalam darah atau jaringan sepanjang atau setelah penurunan

tekanan lingkungan. Bekerja di daerah udara tekan juga bisa menyebabkan penyakit

dekompresi. Menurut Naval Safety Center yang ditulis oleh Ibu Kelsey Leo, waktu

menyelam seperti menyelam terlalu lama dan menyelam terlalu cepat bisa memicu penyakit

ini. Salah satu alasan utama pendakian cepat adalah

Mungkin karena panik Pendakian terkendali tidak boleh lebih dari 10 meter per menit untuk

menghindari DCS. Saat permukaan terlalu cepat, bisa menyebabkan tekanan tinggi kemudian

gelembung nitrogen terbentuk dalam darah. Setelah pembentukan gelembung nitrogen dari

darah akan meluas dan terkumpul ke dalam sendi, jaringan dan bagian tubuh lainnya.

Gelembung bisa menghalangi sirkulasi darah yang akan menyebabkan kematian. (Bulmann

1984 dalam Christina L. Javier. Decompression of Sickness).

2.5 KLASIFIKASI

4

Page 8: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

Secara umum, ada 2 jenis penyakit dekompresi dibagi berdasarkan beratringannya gejala

dan untuk pengobatan :

1. Tipe I, (pain only beds) yang melibatkan otot, kulit, dan limfatik, yang

lebih ringan dan tidak biasanya mengancam nyawa.

2. Tipe II (serious), kadang-kadang mengancam kehidupan, dan

mempengaruhi berbagai sistem organ. The sumsum tulang belakang

terutama rentan, daerahrawan lainnya termasuk otak, sistem pernapasan

(misalnya, emboli paru), dansistem peredaran darah (misalnya, gagal

jantung, syok kardiogenik). Mengacu pada sendi lokal atau nyeri otot

akibat penyakit dekompresi tetapi seringdigunakan sebagai sinonim untuk

setiap komponen dari gangguan. (Bennett, Mike. 2004. Azhari bahar. 2009)

2.6 PATOFISIOLOGI

Selama menyelam, udara dihirup pada tekanan yang lebih besar dari biasanya,

menyebabkan peningkatan jumlah nitrogen yang terlarut dalam jaringan tubuh. Semakin lama

dan dalam menyelam, semakin besar jumlah nitrogen yang akan dilarutkan sampai semua

jaringan jenuh. Selama pendakian, nitrogen harus dihilangkan saat tekanan ambien menurun.

Idealnya, selama pendakian yang direncanakan dengan pengurangan tekanan ambien yang

terkendali, nitrogen berdifusi ke gradien tekanan dari jaringan ke darah vena dan masuk ke

alveoli untuk dihembuskan. Namun, jika laju pendakian terlalu besar, gas bisa keluar dari

larutan dan membentuk gelembung dalam jaringan. Gelembung dapat menyebabkan

kerusakan melalui distorsi jaringan, penyumbatan vaskular atau stimulasi mekanisme

kekebalan yang menyebabkan edema jaringan, hemokonsentrasi dan hipoksia. (Bennet,

michael, Dr. Decompression illness. 2006)

2.7 MANIFESTASI KLINIS

Decompression sickness Tipe 1 :

1. Sakit ringan yang sembuh dalam waktu 10 menit onset (niggles)

2. Pruritus (kulit membungkuk)

3. Ruam kulit (bintik-bintik atau maling pada kulit atau ruam papular atau

plaquelike)

4. Kulit kulit jeruk (jarang)

5. Pitting edema

6. Anoreksia, mual

5

Page 9: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

7. Kelelahan berlebihan

8. Kusam, dalam, berdenyut, sakit gigi jenis sakit di sendi, tendon, atau tisuue

(tikungan)

9. Gerakan ekstremitas terbatas dengan suara berderak saat sendi bergerak

Decompression sickness Tipe 2 :

1. Gejala menirukan trauma tulang belakang (nyeri punggung bawah, paresis,

kelumpuhan, parestesia, kehilangan kontrol sfingter)

2. Sakit kepala atau gangguan penglihatan

3. Pusing

4. Penglihatan terowongan

5. Perubahan status mental

6. Mual, muntah, fertigo, nistagmus, tinnitus, dan anusa parsial

7. Ketidaknyamanan substernal pada inspirasi, perbekalan tidak produktif yang

bisa menjadi paroksismal, dan mengurangi gangguan pernapasan.

8. Emfisema subkutan

9. Tanda dan gejala syok hipovolemik atau embolisasi gas arterial

10. Tergantung dimana perjalanan emboli gas, kemungkinan tanda dan gejala

infark miokard, stroke dan kejang.

(Lippincott, William & Wilkins. 2008. Multisystem Disorder. Wolters Kluwer)

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang pada penyakit dekompresi (Caisson’s Disease)

1. Laboratorium

Pada penderita yang dicurigai mengalami penyakit dekompresi yang disertai

dengan perubahan status mental, maka hal-hal yang pelu dievaluasi adalah kadar

glukosa darah, darah lengkap, kadar natrium, magnesium, kalsium, dan fosfor,

saturasi oksigen, kadar etanol dan skrining obat-obatan lainnya, level

karboksihemoglobin.

Pada penderita yang dicurigai mengalami penyakit dekompresi yang disertai

dengan syok, maka hal-hal yang perlu dievaluasi adalah kadar glukosa darah, darah

lengkap, elektrolit dan ureum kreatinin, asam laktat, PT/aPTT/INR, level

karboksihemoglobin

6

Page 10: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

2. Radiologi

a. Foto toraks, untuk mencari bukti adanya pneumotoraks, pneumomediastinum,

emfisema subkutis, pneumoperikardium, perdarahan alveolar, dan

menurunnya aliran darah pulmoner yang disebabkan oleh emboli pulmoner

nirogen.

b. CT Scan kepala, jika status mental tidak membaik dengan menggunakan terapi

hiperbarik, pertimbangkan etiologi lain.

c. MRI, untuk melihat ada tidaknya lesi fokal medulla spinalis, atau kerusakan

jaringan otak akibat embolisasi gas arterial

3. Pemeriksaan penunjang lainnya, meliputi EKG dan/atau evaluasi saturasi oksigen

(http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-

Penyakit-Dekompresi.pdf)

2.9 KOMPLIKASI

Dapat berupa paralisis residual, nekrosis miokardial, dan beberapa komplikasi lainnya

akibat iskemik. (http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-

Penyakit-Dekompresi.pdf)

2.10 PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan pada pasien Caisson Disease, pertama-tama yang harus dilakukan

adalah mempertahankan jalan napas dengan menjamin ventilasi dan mencapai sirkulasi.

Pasien harus ditempatkan dalam posisi terlentang. Langkah-langkah penatalaksanaan lainnya

meliputi :

a) Pemberian oksigen 100% 15 liter / menit dengan menggunakan masker reservoir.

Namun perlu diperhatikan pemberian oksigen 100% hanya dapat ditoleransi

hingga 12 jam karena dapat menyebabkan toksisitas oksigen paru.

b) Pemberian cairan untuk mempertahankan output urin yang baik. Cairan yang

diberikan lebih dari 0.5ml/kg/hari. Hemokonsentrasi yang terkait dengan Caisson

Disease adalah hasil dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang

dimediasi oleh kerusakan endotel. Cairan dapat diberikan secara oral atau

diberikan secara intravena berupa NaCl 0.9% atau kristaloid / koloid untuk

mengatasi dehidrasi yang mungkin timbul setelah penyelaman (diuresis

7

Page 11: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

perendaman menyebabkan penyelam kehilangan 250-500 cc cairan per jam) atau

pergeseran cairan yang dihasilkan dari DCS.

c) Pemberian steroid deksametason 10 sampai 20 mg secara intravena, kemudian

dilanjutkan 4 mg setiap 6 jam.

d) Diazepam ( 5-10 mg ) jika pasien mengalami pusing, ketidakstabilan dan

gangguan visual terkait dengan kerusakan labirin (vestibular) pada telinga  bagian

dalam.

e) Dilantin (Fenitoin) diberikan IV 50 mg / menit selama 10 menit untuk 500 mg

pertama dan kemudian 100 mg setiap 30 menit setelahnya untuk memantau

konsentrasi darah yang dipertahankan 10 sampai 20 mcg / mL. Jika lebih dari 25

mcg / mL beracun. Beberapa orang memberikan aspirin 600 mg sebagai anti-

platelet.

f) DCS dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan dalam jaringan sehingga

antikoagulan tidak boleh digunakan secara rutin dalam pengobatan DCS. Satu

pengecualian untuk aturan ini adalah kasus kelemahan ekstremitas bawah.

Heparin molekul berat rendah (LMWH) harus digunakan untuk semua pasien

dengan ketidakmampuan berjalan pada setiap tingkat kelumpuhan ekstremitas

bawah yang disebabkan oleh DCS neurologis. Enoxaparin 30 mg atau setara

diberikan secara subkutan setiap 12 jam, dimana harus dimulai sesegera mungkin

setelah cedera untuk mengurangi risiko trombosis vena dalam (DVT) dan emboli

paru pada pasien lumpuh.

g) Terapi in-air recompression dalam ruang hiperbarik merupakan terapi di mana

penderita harus ada disuatu ruangan bertekanan tinggi dan bernafas dengan

oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar dari pada udara atmosfer

normal.

(Rijadi, R.M. Kesehatan Kelautan TNI AL. P: 89-103)

8

Page 12: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 ILUSTRASI KASUS

Pasien datang ke rumah sakit di antar oleh rekannya dalam keadaan tidak sadar. Rekan pasien

yang mengantar mengatakan 30 menit yang lalu pasien menyelam di pantai dan setelah

dipermukaan tidak lama kemudian pasien pingsan. Setelah sadar pasien mengeluh mengalami

kelemahan ekstremitas bawah setelah menyelam, sesak, nyeri pada persendian, dan nyeri

kepala, dan mati rasa pada ekstremitas bawah. Hasil tanda-tanda vital didapatkan, TD :

90/80mmHg, RR: 24x/mnt, N: 100x/mnt, S : 35,50C. Hasil lab didapatkan, Leukosit 8.200/ul,

Eritrosit: 5,10 juta/ul, Hb: 16%, Trombosit: 198.000/ul, Glukosa test: 111mg/Dl. Tampak

parapharese inferior, aktivitas pasien selalu dibantu keluarga, napas cepat. Hasil radiologi,

foto thorax terdapat emboli pada paru-paru. Hasil MRI, terdapat nekrosis iskemik metafisis

dan diafisis sum-sum tulang. Kekuatan otot :

3.2 DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Rekan pasien yang mengantar

mengatakan 30 menit yang lalu

pasien menyelam di pantai

2. dan setelah dipermukaan tidak lama

kemudian pasien pingsan

3. pasien mengeluh mengalami

kelemahan ekstremitas bawah setelah

menyelam,

4. sesak,

5. nyeri pada persendian,

6. dan nyeri kepala,

7. dan mati rasa pada ekstremitas

1. Hasil tanda-tanda vital didapatkan,

TD : 90/80mmHg, RR: 24x/mnt, N:

100x/mnt, S : 35,50C

2. Tampak parapharese inferior,

aktivitas pasien selalu dibantu

keluarga, napas cepat. Hasil radiologi,

foto thorax terdapat emboli pada

paru-paru,

3. Hasil radiologi, foto thorax terdapat

emboli pada paru-paru.

4. Hasil MRI, terdapat nekrosis iskemik

metafisis dan diafisis sum-sum tulang

9

5555 5555

1111 1111

Page 13: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

bawah. 5. Hasil lab didapatkan, Leukosit

8.2000/ul, Eritrosit: 5,10 juta/ul, Hb:

16%, Trombosit: 198.000/ul, Glukosa

test: 111mg/Dl

6. Kekuatan otot :

3.3 ANALISA DATA

DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI

DATA SUBJEKTIF

1. Rekan pasien yang

mengantar

mengatakan 30 menit

yang lalu pasien

menyelam di pantai

2. Setelah dipermukaan

tidak lama kemudian

pasien pingsan

3. Setelah sadar pasien

mengeluh mengalami

kelemahan

ekstremitas bawah

setelah menyelam

4. Klien mengeluh nyeri

pada persendian

5. Klien mengeluh nyeri

kepala

6. Klien mengeluh mati

rasa pada ekstremitas

bawah

DATA OBJEKTIF

1. Hasil TTV : TD : 90/80mmHg, N:

Hambatan mobilitas fisik

(00085)

Gangguan neuromuskular

10

5555 5555

1111 1111

Page 14: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

100x/mnt, S : 35,50C2. Hasil lab didapatkan,

Leukosit 8.2000/ul, Eritrosit: 5,10 juta/ul, Hb: 16%, Trombosit: 198.000/ul, Glukosa test: 111mg/Dl.

3. Tampak parapharese inferior

4. Aktivitas pasien selalu dibantu keluarga,

5. Hasil MRI, terdapat nekrosis iskemik metafisis dan diafisis sum-sum tulang

6. Kekuatan otot :

DATA SUBJEKTIF

1. Rekan pasien yang mengantar mengatakan 30 menit yang lalu pasien menyelam di pantai

2. Setelah dipermukaan tidak lama kemudian pasien pingsan

3. Setelah sadar pasien mengeluh sesak

DATA OBJEKTIF1. Hasil TTV: RR:

24x/mnt2. Napas klien tampak

cepat. 3. Hasil radiologi, foto

thorax terdapat emboli pada paru-paru

Ketidakefektifan pola napas

(00032)

Gangguan neuromuskular

11

5555 5555

1111 1111

Page 15: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

N

O

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular (00085)

2. Ketidaefektifan pola napas b.d gangguan neuromuskular (00032)

3.5 RENCANA KEPERAWATAN

Hari,

Tanggal /

Jam

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN &

KRITERIA HASIL

INTERVENSI

Hambatan mobilitas

fisik b.d gangguan

neuromuskular

(00085)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 7x24 jam.

Masalah hambatan

mobilitas fisik teratasi.

Dengan kriteria hasil:

1. Dapat

menggerakkan

ekstremitas

bawah

2. Nyeri sendi

berkurang atau

hilang

3. Hasil MRI tidak

terdapat

nekrosis

iskemik

4. Kekuatan otot :

5. Mati rasa pada

Peningkatan mekanika tubuh

(0140)

1. Kaji komitmen pasien

untuk belajar dan

menggunakan postur

tubuh yang benar

2. Kaji pemahaman pasien

tentang mekanika tubuh

yang benar

3. Bantu untuk

menghindari duduk

dengan posisi yang

sama dalam jangka

waktu yang lama

Terapi latihan: ambulasi

(0221)

1. Sediakan tempat tidur

berketinggian rendah

2. Bantu pasien untuk

perpindahan

Kolaborasi

12

5555 5555

5555 5555

Page 16: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

ekstremitas

berkurang atau

hilang

1. Dengan dokter dan

fisioterpi untuk terapi

hyperbaric

Ketidaefektifan pola

napas b.d gangguan

neuromuskular

(00032)

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam.

Masalah

ketidakefektifan pola

napas teratasi. Dengan

kriteria hasil:

1. Keluhan sesak

berkurang

2. Hasil TTV

dalam batas

normal, RR: 16-

24x/mnt

3. Hasil foto

thorax, emboli

tidak ada atau

berkurang

4. Tidak ada

penggunaan

otot-otot bantu

nafas

5. Tidak ada

pengunaan nafas

cuping hidung

Manajemen jalan napas (3140)

1. Posisikan pasien untuk

memaksimalkan

ventilasi

2. Auskultasi suara napas

3. Monitor status

pernapasan dan

oksigenasi

Monitor pernapasan (3350)

1. Monitor kecepatan,

irama, kedalaman dan

kesulitan bernafas

2. Catat pergerakan dada,

ketidaksimetrisan,

penggunaan otot-otot

bantu nafas

3. Monitor pola nafas

4. Monitor saturas oksigen

Kolaborasi

1. Dengan dokter dalam

pemberian terapi

oksigen

13

Page 17: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh

pelepasan dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase terlarut dalam

darah atau jaringan-jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya. Manifestasi yang

paling umum mencakup parestesia, hypesthesia, nyeri sendi. Tanda dan gejala yang

lebih serius meliputi kelemahan motorik, ataksia, dispnea, disfungsi sfingter uretra

dan dubur, syok dan kematian. Penggunaan oksigen dengan tekanan untuk

mempercepat difusi gas dan resolusi gelembung, alasan untuk pengobatan dengan

oksigen hiperbarik (HBO2) mencakup pengurangan langsung volume gelembung.

4.2 SARAN

Kepada penyelam agar lebih memperhatikan hal-hal yang dapat

membahayakan diri, dan berlatih kepada penyelam profesional dan berpengalaman.

Kepada instansi mengadakan seminar dan pelatihan dari persiapan menyelam

hingga teori-teori yang digunakan dalam menyelam dan pertolongan pertama pada

decompression sickness.

Kepada masyarakat awam agar segera dibawa ke Rumah sakit atau pelayanan

kesehatan terdekat apabila terjadi decompression sickness pada rekannya agar

mendapat pertolongan pertama.

14

Page 18: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

15

Page 19: mynerstation.files.wordpress.com€¦  · Web view2017-05-27 · Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyusun

DAFTAR PUSTAKA

Alias, syakirah. 2014. (available from: https://www.scribd.com/document/236010132/Decompression-Sickness , diakses pada : 25 Mei 2017)

Bahar,Azhari. Penyakit Dekompresi. Slide Kuliah: Sisten Neuropsikiatri.2009.

Bennet, michael, Dr. Decompression illness. 2006 (available from:

https://powcs.med.unsw.edu.au/sites/default/files/powcs/group/2006DivingMedicine.pdf , diakses pada 25 Mei 2017)

Bennett, Mike. Handbook of diving and Hyperbaric Medicine, The Prince of Wales Hospital

Oktober 2004.2.

Bullechek, Gloria M. Howard K. Butcher, Joanne M.Dchterman, Cheryl M. Wagner. 2016.

Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi Bahasa Indonesia keenam. Elsevier

Christina L. Javier. Decompression of Sickness. B.S Biology

Kusuma, Ratih. Caisson Disease. 2012. (Available from: http://www.scribd.com/doc/92963588/Caisson-Disease, diakses pada : 25 Mei 2017)

Lippincott, William & Wilkins. 2008. Multisystem Disorder. Wolters Kluwer (available from: https://books.google.co.id/books?id=bzJzBhfvWIEC&pg=PA442&dq=complication+of+decompression+of+sickness&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiWifexwIrUAhUERI8KHdudBn4Q6AEIJjAA#v=onepage&q=%20decompression%20of%20sickness&f=false )

Moorhead, Sue, Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2016. Nursing

Outcome Classification (NOC). Edisi Bahasa Indonesia Kelima. Elsevier

Rijadi, R.M. Penyakit Dekompresi. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan  Hiperbarik. Lembaga

Kesehatan Kelautan TNI AL. P: 89-103.

https://books.google.co.id/books?id=trFI0pzT-DIC&pg=PA443&lpg=PA443&dq=laboratory+evaluation+decompression+sickness&source=bl&ots=6kR0htxyI4&sig=K73DavFVzEcP7ZFw912Q9XO3fYw&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=laboratory%20evaluation%20decompression%20sickness&f=false

2015. Diagnosis Keperawatan "Definisi dan Klasifikasi 2015 -2017". Edisi 10. EGC: Jakarta