Warta ILO Jakarta, July 2016 pdf

20
ERNA, 16 tahun, harus bangun pukul 5 dini hari dan bersiap-siap berangkat bekerja di pabrik garmen di Sukabumi, Jawa Barat. Ia selalu menggunakan rias wajah agar penampilannya terlihat lebih dewasa. Memalsukan usia dan meminjam ijazah bukan lagi rahasia bagi pelamar kerja di bawah umur di pabrik- pabrik garmen. Mereka harus bekerja untuk membantu keluarga kendati harus menjalani kehidupan yang keras mengingat pekerja anak tidak memiliki waktu untuk bermain, bersekolah atau menjadi seorang anak. Kisah Erna merupakan bagian dari penayangan video pendek saat peringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak 2016 di @America di Jakarta pada 8 Juni. Mengusung tema “Menanggulangi Pekerja Anak dalam Rantai Pasokan”, peringatan Edisi Dwi Bahasa, Juli 2016 ini diselenggarakan bersama oleh ILO dan Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Jakarta. Erna merupakan salah seorang dari 168 juta pekerja anak yang terlibat dan menjadi bagian rantai pasokan global dan domestik. Francesco d’Ovidio, Direktur ILO di Indonesia, menegaskan bahwa dalam rantai pasokan, pekerja anak umumnya melakukan pekerjaan di bengkel kecil atau rumah tanpa sepengetahuan perusahaan- perusahaan di tingkat rantai tertinggi sehingga sulit untuk diidentifikasi dan ditanggulangi. “Jika kita pergi ke pabrik garmen atau sepatu atau makanan, kita mungkin tidak menemukan pekerja anak di sana. Namun, kita harus ingat kendati rantai terakhir dalam rantai pasokan kemungkinan Perjalanan menuju bebas pekerja anak suplai pasokan yang ILO Jakarta Warta Melalui program-program pendidikan ini, anak akan memiliki akses yang lebih luas atas pendidikan sehingga mereka tidak harus bekerja. Pemerintah tidak dapat menanggulangi masalah pekerja anak sendirian. Untuk mengakhiri pekerja anak dalam rantai pasokan, kita harus bekerja bersama. Ini merupakan tanggung jawab bersama.” Laurend Sinaga, Pejabat Sementara Direktur Norma Kerja, Perempuan dan Anak, Kementerian Ketenagakerjaan.

Transcript of Warta ILO Jakarta, July 2016 pdf

Page 1: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

ERNA, 16 tahun, harus bangun pukul 5 dini hari dan bersiap-siap berangkat bekerja di pabrik garmen di Sukabumi, Jawa Barat. Ia selalu menggunakan rias wajah agar penampilannya terlihat lebih dewasa. Memalsukan usia dan meminjam ijazah bukan lagi rahasia bagi pelamar kerja di bawah umur di pabrik-pabrik garmen. Mereka harus bekerja untuk membantu keluarga kendati harus menjalani kehidupan yang keras mengingat pekerja anak tidak memiliki waktu untuk bermain, bersekolah atau menjadi seorang anak.

Kisah Erna merupakan bagian dari penayangan video pendek saat peringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak 2016 di @America di Jakarta pada 8 Juni. Mengusung tema “Menanggulangi Pekerja Anak dalam Rantai Pasokan”, peringatan

Edisi Dwi Bahasa, Juli 2016

ini diselenggarakan bersama oleh ILO dan Kedutaan Amerika Serikat (AS) di Jakarta.

Erna merupakan salah seorang dari 168 juta pekerja anak yang terlibat dan menjadi bagian rantai pasokan global dan domestik. Francesco d’Ovidio, Direktur ILO di Indonesia, menegaskan bahwa dalam rantai pasokan, pekerja anak umumnya melakukan pekerjaan di bengkel kecil atau rumah tanpa sepengetahuan perusahaan-perusahaan di tingkat rantai tertinggi sehingga sulit untuk diidentifikasi dan ditanggulangi.

“Jika kita pergi ke pabrik garmen atau sepatu atau makanan, kita mungkin tidak menemukan pekerja anak di sana. Namun, kita harus ingat kendati rantai terakhir dalam rantai pasokan kemungkinan

Perjalanan menujubebas pekerja anak

suplai pasokan yang

ILO JakartaWarta

Melalui program-program pendidikan ini, anak akan

memiliki akses yang lebih luas atas pendidikan sehingga

mereka tidak harus bekerja. Pemerintah tidak dapat menanggulangi masalah

pekerja anak sendirian. Untuk mengakhiri pekerja anak dalam

rantai pasokan, kita harus bekerja bersama. Ini merupakan

tanggung jawab bersama.”

Laurend Sinaga, Pejabat Sementara Direktur Norma Kerja, Perempuan dan Anak, Kementerian Ketenagakerjaan.

Page 2: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

2

Berita Utama

terbebas dari pekerja anak, kita harus melihat rantai-rantai sebelumnya untuk memastikan tidak adanya kekerasan yang tersembuyi di sepanjang proses rantai pasokan,” kata dia saat sesi diskusi.

Assessment and Remediation Manager GAP Indonesia, Toni Wahid, mengakui bahwa pemalsuan umur kerap terjadi di sektor garmen. Dari ribuan pelamar kerja, perusahaan akan menemukan sekitar 20 hingga 30 persen anak-anak di bawah umur yang mempergunakan identitas palsu. Dengan hanya beberapa ratus ribu rupiah, seorang anak usia 15 tahun dapat memperoleh dokumen yang menyatakan dia berusia lebih dari 18 tahun.

Selanjutnya, perusahaan-perusahaan multinasional kemungkinan terkait hal ini melalui rantai pasokan internasional - melalui fasilitas sendiri, pemasok atau subkontraktor mereka - atau hanya karena beroperasi di daerah di mana perburuhan anak biasa terjadi. Karenanya, Morgan C. Hall, Staf Bidang Politik di Kedutaan AS untuk Indonesia, mendukung pemerintah Indonesia agar secara aktif mengawasi rantai pasokan sebagai upaya

menanggulangi pekerja anak dalam rantai pasokan.

“Pemerintah AS telah menjalin kerjasama erat dengan para pemimpin dunia dan organisasi yang terkait untuk menemukan solusi dalam menanggulangi masalah pekerja anak. Kami bekerja sama dengan ILO, misalnya, untuk menghapuskan pekerja anak di seluruh dunia, termasuk di Indonesia,” kata dia, menjelaskan.

Untuk solusi jangka panjang, Laurend Sinaga, Pejabat Sementara Direktur Norma Kerja, Perempuan dan Anak, Kementerian Ketenagakerjaan, berharap lebih banyak perusahaan swasta terfokus pada program tanggung jawab sosial perusahaan mengenai pendidikan. “Melalui program-program pendidikan ini, anak akan memiliki akses yang lebih luas atas pendidikan sehingga mereka tidak harus bekerja. Pemerintah tidak dapat menanggulangi masalah pekerja anak sendirian. Untuk mengakhiri pekerja anak dalam rantai pasokan, kita harus bekerja bersama. Ini merupakan tanggung jawab bersama,” ia menegaskan.

Lebih dari 230 orang menghadiri peringatan ini, mencakup pejabat pemerintah, penggiat buruh, organisasi pengusaha, organisasi internasional dan nasional, pelajar, mahasiswa dan media massa. Untuk menandai Hari

BAHAN BAKU PEMASOK MANUFAKTUR DISTRIBUTOR PENGECER KONSUMEN

Rantai pasokan merupakan serangkaian kegiatan/proses yang melibatkan produksi dan distribusi sebuah produk. Dengan globalisasi, rantai pasokan menjadi semakin kompleks, melibatkan para pekerja, usaha kecil dan perusahaan di seluruh dunia

Dunia ini, perwakilan dari pemerintah, pengusaha, pekerja, ILO dan kedutaan AS menggunting gambar pekerja anak dari miniatur yang menggambarkan rantai pasokan.

“Pengguntingan ini mencerminkan komitmen simbolis dari para aktor ketengakerjaan Indonesia yang menyerukan aksi bersama untuk mencegah anak terlibat dalam pekerjaan berbahaya, terutama dalam rantai pasokan,” Arum Ratnawati, Kepala Penasihat Teknis ILO untuk Pekerja Anak menjelaskan. ]

Seluruh rantai pasokan, dari pertanian hingga

manufaktur, jasa hingga konstruksi,

berisiko terhadap pelibatan pekerja anak. Diperkirakan

sekitar 59 persen pekerja anak berada di sektor pertanian, diikuti 32 persen di sektor

jasa (termasuk rumah tangga) dan 7 persen

di industri manufaktur.

Kami tidak menoleransi pekerja anak. Kami

melakukan verifikasi ganda dan menetapkan kriteria ketat

untuk mengecek dokumen dalam proses pelamaran guna memastikan seluruh 93 pabrik

yang dioperasikan GAP di Sukabumi, Jakarta dan Jawa Tengah tidak mempekerjakan

anak.”

Toni Wahid, Assessment and Remediation Manager GAP Indonesia.

Dari kiri ke kanan: Laurend Sinaga, Pejabat Sementara Direktur Norma Kerja, Perempuan dan Anak, Kementerian Ketenagakerjaan, Toni Wahid, Assessment and Remediation Manager, GAP Indonesia, Morgan C. Hall, Staf Bidang Politik Kedutaan AS di Indonesia dan Francesco d’Ovidio, Direktur ILO di Indonesia

Page 3: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

MEMPEKERJAKAN para

penyandang disabilitas dapat memiliki

dampak positif pada semangat kerja

pegawai, memberikan keragaman pada

perusahaan, meningkatkan kualitas layanan

pelanggan dari kalangan penyandang

disabilitas dan sekaligus meningkatkan

produktivitas karena penyandang

disabilitas cenderung lebih rajin

dibandingkan non-disabilitas, demikian

disimpulkan Forum Bisnis Inklusif sehari

yang diselenggarakan di Jakarta pada 22

Maret silam.

Forum, “Ketenagakerjaan Inklusif sebagai

Strategi Bisnis yang Menguntungkan”,

juga ditutup dengan rencana untuk

mendirikan Jejaring Bisnis Disabilitas

Indonesia—jejaring yang terdiri dari

berbagai perusahaan multinasional,

organisasi pengusaha, jaringan bisnis dan

organisasi penyandang disabilitas yang

memiliki keyakinan bahwa penyandang

disabilitas memiliki bakat dan keterampilan

yang dapat meningkatkan bisnis apapun.

Diselenggarakan oleh ILO, Forum ini

didedikasikan bagi pengusaha Indonesia

untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman

dalam memanfaatkan pasar dan potensi

para penyandang disabilitas yang belum

tersentuh. Untuk itu, Forum ini bertujuan

meningkatkan kesadaran dan pemahaman

badan usaha milik negara dan perusahaan

swasta mengenai manfaat mempekerjakan

penyandang disabilitas

Forum ini merupakan tindaklanjut dari

forum bisnis serupa yang diselenggarakan

pada Desember 2015. Forum ini juga

merupakan bagian dari penerapan Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di

Indonesia, khususnya Tujuan 8 mengenai

Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan

Ekonomi dan Tujuan 10 mengenai

Pengurangan Kesenjangan.

Sementara Francesco d’Ovidio, Direktur

ILO di Indonesia, menegaskan bahwa

ILO memiliki komitmen sejak lama untuk

mempromosikan pekerjaan layak bagi

penyandang disabilitas, sejalan dengan

Konvensi ILO No. 111 tentang Diskriminasi

dalam Hal Pekerjaan dan Jabatan.

Konvensi ILO ini telah diratifikasi oleh

Indonesia melalui Undang-Undang No

21/1999.

Diskusi yang dinamis terjadi di ketiga

sesi Forum tersebut. Perwakilan-

perwakilan dari perusahaan multinasional

Indonesia berbagi pengalaman mereka

dalam membangun program inklusif

yang sukses di perusahaan mereka. PT

Dewhirst, misalnya, telah memberikan

pengembangan karier yang sama bagi

pekerja disabilitas. PT Bank Mandiri

(Persero) telah mengembangkan program

pelatihan khusus bagi pegawai dengan

disabilitas dan PT Outsource Indonesia

telah secara aktif mencari pekerja dengan

disabilitas.

Menuju bisnis yang inklusif di Indonesia

Pemerintah Indonesia

berkomitmen untuk

mempromosikan peluang kerja

yang setara bagi penyandang

disabilitas. Pemerintah akan

membuka kesempatan kerja

sebagai pegawai negeri sipil

bagi penyandang disabilitas.”

Ini bukan masalah belas kasihan. Ini

merupakan pilihan karena memperkerjakan penyandang

disabilitas menguntungkan dari sudut pandang bisnis.”

Sapto Purnomo, Kepala Sub-Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Khusus, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, Kementerian Ketenagakerjaan.

Francesco d’Ovidio, Direktur ILO di Indonesia.

Ketenagakerjaan Inklusif Sebagai Strategi

Bisnis yang Menguntungkan

Mewujudkan Kerja Layak & Pertumbuhan Ekonomi bagi Semua

3

Disabilitas Inklusif

Page 4: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

4

jumlah penyandang disabilitas diperkirakan mencapai satu miliar,

atau 15 persen, dari populasi dunia. Sekitar

80 % merupakan usia produktif.

Diperkirakan sekitar 38 juta penduduk disabilitas di Indonesia. Mereka masih menghadapi tantangan

sikap, fisik dan informasi terhadap kesempatan

yang setara dalam dunia kerja.

anak penyandang disabilitas pergi jauh

dari rumah,” kisah I Nengah Latra, Direktur

Puspadi Bali.

Untuk lebih menghubungkan penyandang

disabilitas dengan perusahaan yang

menawarkan kesempatan kerja inklusif,

sejumlah upaya telah dilakukan oleh

DNetwork, jaringan kerja global.

“Menggunakan teknologi informasi,

kami menyediakan peluang kerja yang

disasarkan bagi para pencari kerja dengan

disabilitas. Kami juga memberikan bantuan

bertujuan mempromosikan pekerjaan dan peluang kerja yang lebih baik bagi

penyandang disabilitas laki-laki dan perempuan, melalui peraturan dan kebijakan, kesempatan

pengembangan keterampilan dan langkah-langkah untuk menghapuskan diskriminasi.

Forum ini terselenggara oleh ILO melalui Proyek Mempromosikan Hak-hak dan Kesempatan bagi Penyandang Disabilitas dalam Ketenagakerjaan (PROPEL) Project.

Sejumlah tantangan juga dibahas dalam

diskusi-diskusi tersebut. Semua peserta

dan narasumber sepakat bahwa tidaklah

mudah menemukan penyandang

disabilitas yang melamar pekerjaan. “Sulit

bagi kami menemukan pekerja disabilitas.

Meski kami telah membuka kesempatan

kerja bagi penyandang disabilitas, kami

hanya menerima beberapa pelamar

penyandang disabilitas,” kata Hayati,

Manajer Sumber Daya Manusia dan

Rekrutmen PT Dewhirst.

Puspadi Bali, penyedia pelatihan

keterampilan di Bali, juga mengalami

kesulitan yang sama. “Kami harus pergi

langsung ke desa-desa di Bali, misalnya,

untuk mendapatkan peserta. Kami juga

harus membujuk tidak hanya peserta tetapi

juga keluarganya karena banyak orangtua

yang masih ragu untuk membiarkan anak-

Disabilitas Inklusif

Didanai oleh

Irish Aid

lebih lanjut kepada komunitas disabilitas

yang membutuhkan bantuan selama

wawancara atau tes kerja. Misalnya kami

menyediakan penerjemah bahasa isyarat

bagi pencari kerja dengan disabilitas

pendengaran atau memberikan pelatihan

singkat tentang bahasa isyarat untuk

perusahaan yang mempekerjakan pekerja

dengan disabilitas pendengaran,” kata Ni

Komang Ayu Suriani, Koordinator Proyek

DNetwork. ]

Page 5: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

5

kemungkinan tanpa batas Apa yang dibutuhkan para

penyandang disabilitas hanyalah

satu kesempatan untuk

menunjukkan kemampuan mereka.

Sebuah lingkungan kerja yang

inklusif membuka akses tanpa

batas bagi peluang kerja yang

setara.

SURYA Sahetapy, 22 tahun, tidak

pernah membayangkan pengalaman kerja

pertamanya berada di kantor pemerintah.

Dia juga tidak pernah membayangkan

menjadi penyandang disabilitas pertama

yang diperkerjakan oleh Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta.

Salah satu tantangan bagi Surya adalah

terlibat dalam dan memahami percakapan

serta diskusi di sekelilingnya. Tanpa

bantuan penerjemah bahasa isyarat, dia

mencoba sebisanya membaca bibir.

pemerintah dan masyarakat luas tentang

isu-isu disabilitas,” kata Surya yang aktif

melakukan advokasi mengenai disabilitas.

Selama magang, ia pun belajar banyak

tentang peran dan fungsi pemerintah

provinsi. Yang paling berkesan baginya

adalah kesempatan untuk berpartisipasi

dalam pertemuan dengan Gubernur

DKI Jakarta, kunjungan ke kantor-kantor

pemerintah di tingkat masyarakat dan

berdialog dengan para pejabat terkait.

“Sebelumnya saya tidak peduli tentang

politik, tetapi sekarang saya memiliki

pandangan yang berbeda. Saya

berharap semakin banyak penyandang

disabilitas terlibat dalam program ini

untuk mempromosikan dan memberikan

advokasi mengenai isu-isu disabilitas,”

katanya.

“Melalui generasi muda seperti Surya

yang tanpa lelah mendukung dan

mempromosikan kesempatan dan

perlakuan yang sama bagi penyandang

disabilitas, diharapkan akan ada perubahan

yang lebih positif di negeri ini. Semakin

banyak lagi penyandang disabilitas yang

mendapatkan kesempatan sama terhadap

pekerjaan, pelatihan, pendidikan dan

aspek sosial kehidupan lainnya,” kata

Santy Otto, Koordinator Proyek PROPEL-

Indonesia ILO. ]

Tapi, orang-orang di sekitar saya berbicara

begitu cepat selama pertemuan dan saya tertinggal. Mereka

juga suka menggunakan kata-kata berat dan istilah-istilah

pemerintahan yang saya tidak tahu dan pahami. Saya berjuang

untuk menyatu dengan tim saya.”

Satu peluang,

Setelah dua minggu tanpa penerjemah,

Surya membahas hambatannya ini dengan

pemimpin tim. Karena pemerintah

provinsi belum pernah memperkerjakan

penyandang disabilitas, para pejabatnya

tidak menyadari isu-isu disabilitas. Seorang

penerjemah bahasa isyarat kemudian

diperkerjakan untuk membantu Surya

selama program pemagangan.

Pengalaman magang ini, bagaimanapun,

telah membuat Surya mengubah

persepsinya mengenai pemerintah.

“Saya memiliki kesan yang lebih positif

tentang pemerintah. Saya belajar

bahwa pemerintah sebenarnya peduli

tentang isu-isu disabilitas. Mereka belum

melakukan banyak karena tidak memiliki

pemahaman yang memadai tentang

hal ini. Karenanya, penting bagi semua

organisasi penyandang disabilitas dan

mereka yang peduli tentang menciptakan

lingkungan inklusif di sekitar kita untuk

terus memberikan advokasi kepada

Inisiatif Utama ILO tentang Disabilitas

pelatihan disabilitas untuk mitra

terkait.

pengembangan bahan informasi

dan video mengenai hak-

hak penyandang disabilitas.

bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran dan pemahaman

perusahaan tentang manfaat merekrut dan memperkerjakan penyandang disabilitas dan memperkuat jejaring antar perusahaan.

pelaksanaan Forum Bisnis Disabilitas.

Disabilitas Inklusif

Page 6: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

6

negeri sipil bagi penyandang disabilitas.

Inisiatif-inisiatif ini untuk menunjukkan

bahwa pemerintah telah membuka

pintunya guna memberikan inspirasi bagi

lebih banyak perusahaan di sektor swasta

untuk melakukan hal yang sama.

Kami juga terus meningkatkan kesadaran

para konstituen terkait, di antaranya dinas-

Ruang KonstituenPemerintah Indonesia melalui Kementerian Ketenagakerjaan telah mengembang-kan dan melak-sanakan inisiatif program untuk mendorong peluang kerja yang setara bagi penyandang disabilitas. Kementerian juga telah berpartisipasi dan mendukung program-program ILO yang dilaksanakan di bawah proyek yang didanai Irish-Aid mengenai Mempromosikan Hak dan Peluang bagi Penyandang Disabilitas dalam Pekerjaan melalui Peraturan Perun-

dangan (PROPEL-Indonesia). Apa saja yang telah dilakukan dan akan dilakukan terkait dengan isu-isu disabilitas? Berikut adalah wawa-ncara dengan Sapto Purnomo, Kepala Sub-Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Khusus, Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri, Kementerian Ketenagakerjaan

semakin terbuka lebar

Peluang kerja bagi

Sampai di mana upaya memajukan peluang kerja yang setara bagi penyandang disabilitas?

Dua tahun yang lalu, saya dan tim

mengkaji pelaksanaan kuota satu persen

(1 per 100 pekerja) di bawah UU No.

4/1997 tentang Penyandang Cacat. Kami

mengkaji apa yang telah kami

lakukan dan belum lakukan. Kami

menyadari bahwa kita belum

memiliki program yang memadai

untuk mendorong persoalan

disabilitas. Kami perlu melakukan

lebih dan sejauh ini beberapa

kemajuan sudah dibuat dan makin

banyak pintu-pintu kesempatan

kerja yang mulai terbuka bagi

penyandang disabilitas.

Kemajuan apa saja yang sudah dicapai sejauh ini? ?

Pemerintah Indonesia berkomitmen

untuk mendorong peluang kerja yang

setara bagi penyandang disabilitas.

Selain dari penandatanganan Nota

Kesepahaman (MoU) antara Kementerian

Ketenagakerjaan dan Kementerian Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) mengenai

Penempatan dan Pelatihan Kerja bagi

Penyandang Disabilitas di BUMN pada

Desember 2015, pemerintah akan

membuka peluang kerja sebagai pegawai

sesi interaktif ini, kami juga belajar lebih

banyak mengenai tantangan dan masalah

yang dihadapi perusahaan-perusahaan.

Apa strategi selanjutnya untuk mewujudkan peluang yang setara bagi penyandang disabilitas?

Kami terus memberdayakan

dinas-dinas ketenagakerjaan di

tingkat provinsi dan kabupaten/

kota melalui Pelatihan Kesetaraan

Penyandang Disabilitas atau

Disability Equity Training (DET)

dengan menggunakan manual

ILO karena mereka adalah

garis depan penempatan kerja

bagi penyandang disabilitas.

Kami terus memberdayakan

penyandang disabilitas

mengenai kewirausahaan

dengan mengembangkan

sebuah kemitraan dengan LSM

lokal, organisasi masyarakat, dan

sebagainya. Kami mempromosikan

produk-produk hasil karya penyandang

disabilitas melalui sebuah Ekspo

Disabilitas. Sejak tahun lalu, kami

menggabungkan penyelenggaraan

pameran dengan bursa kerja guna

menarik lebih banyak orang untuk

mengunjungi pameran tersebut dan

meningkatkan kesadaran masyarakat luas

mengenai usaha-usaha yang dijalankan

oleh penyandang disabilitas. ]

dinas ketenagakerjaan di tingkat provinsi

dan kabupaten/kota, perusahaan, serikat

pekerja, organisasi penyandang disabilitas

dan media massa melalui serangkaian

acara interaktif mengenai hak-hak para

penyandang disabilitas serta bakat dan

potensi mereka yang belum dimanfaatkan.

Sejauh ini, kami sudah melaksanakan

kegiatan-kegiatan ini di delapan provinsi

yang dikenal sebagai kawasan industri dan

kami akan melaksanakannya lagi di empat

provinsi lain pada 2016. Melalui sesi-

Reda

ksi

Pemimpin Redaksi: Francesco d’Ovidio

Wakil Pemimpin Redaksi: Michiko Miyamoto

Eksekutif Editor: Gita Lingga

Koordinator Editorial: Gita Lingga

Sirkulasi: Budi Setiawati

Kontributor: Aidil Azhari, Arum Ratnawati, Gita Lingga, Georginia M. Pascual, Gregoire W. Yameogo, Irfan Affandi/M.Nour/M. Rasyidi Bakar, Grace M. Halim, Lusiani Julia, Pertiwi Triwidiahening, Selly Woyla/M. Anis Nugroho, Santy Otto.

Desain & Produksi: Balegraph

Warta ILO JakartaMenara Thamrin Building, Lantai 22Jl. M. H. Thamrin Kav 3, Jakarta 10250, IndonesiaTelp. (62-21) 391-3112, Faks. (62-21) 310-0766Email: [email protected], Website: www.ilo.org/jakarta

Warta ILO Jakarta merupakan terbitan ILO dalam dua bahasayang bertujuan memberitakan kegiatan-kegiatan pokok ILOJakarta di Indonesia. Warta ini akan dipublikasikan tiga kalialam setahun serta dapat diakses secara online. Opini-opiniyang tercantum di dalam publikasi ini tidak mencerminkanpandangan dari ILO.

Wawancara

Page 7: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

77

Dari Kami

SELAMAT menikmati edisi

terbaru Warta ILO Jakarta kami yang

merayakan pencapaian bersama dalam

meningkatkan Pekerjaan Layak untuk

Semua di Indonesia. Warta ini menyajikan

informasi mengenai program-program ILO

di Indonesia.

Melalui Warta ini, kami berupaya agar

para konstituen kami—pemerintah,

organisasi pengusaha dan pekerja—serta

mitra kemasyarakatan lainnya terinformasi

dan terlibat dalam kegiatan kami. Kami

menyadari bahwa program-program

hanya dapat berjalan efektif dengan

keterlibatan dan dukungan seperti itu, dan

bersama-sama kami sedang melakukan

proses penyusunan prioritas-prioritas dan

program-program baru untuk Program

Pekerjaan Layak Nasional di Indonesia

berikutnya.

Edisi kali ini menegaskan komitmen

Indonesia dalam melaksanakan Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030

dan pentingnya peluang kerja yang sama

bagi penyandang disabilitas. Perusahaan-

perusahaan harus menyadari keuntungan

apa yang diperoleh dari merekrut dan

mempekerjakan penyandang disabilitas.

Edisi ini juga meliputi isu peningkatan

keselamatan dan kesehatan kerja,

kesetaraan gender, perluasan

perlindungan sosial, pekerjaan layak untuk

pekerja rumah

tangga dan

informasi terkini

proyek ILO.

Berbagai kisah

humanis disajikan

memperlihatkan

dampak dan

mengisahkan

pengalaman

yang mengubah kehidupan menjadi lebih

baik.

Saya percaya Anda mendapatkan

manfaat dari Warta ini. Terima kasih atas

keberhasilan usaha kita bersama. ]

Memperluas cakupan jaminan sosial di Indonesia dan ASEAN

ILO dengan dukungan dari Pemerintah

Jepang akan melaksanakan sebuah

program regional yang berjudul

“Mendorong dan Membangun

Perlindungan Sosial di Asia (fase ke-

3; 2016-2018): Memperluas Cakupan

Jaminan Sosial di ASEAN, yang

bertujuan untuk menghasilkan

pengetahuan dan kepakaran yang

lebih baik mengenai perluasan

jaminan sosial, dan mendorong

kerja sama Selatan-Selatan di

antara Negara Anggota ASEAN.

Program ini menyediakan

dukungan langsung kepada

Indonesia dan Vietnam, dan

sebagian kepada Myanmar, untuk

meningkatkan cakupan jaminan

sosial. Pelajaran, pengalaman, dan

praktik terbaik dari negara-negara

ini akan disebarluaskan ke seluruh

Negara Anggota ASEAN.

Program ini dikembangkan

sebagai respons terhadap

mendesaknya perluasan cakupan

jaminan sosial ASEAN, khususnya

dimulai pelaksanaan Masyarakat

Ekonomi ASEAN (MEA). Pada

Oktober 2013, Kepala-kepala

Negara ASEAN mengadopsi

sebuah Deklarasi mengenai

Penguatan Perlindungan Sosial,

yang menegaskan upaya mewujudkan

landasan perlindungan sosial sebagai

sebuah prioritas untuk mencapai

pertumbuhan yang adil.

Selain itu, Kerangka Kerja Regional untuk

Penguatan Perlindungan Sosial dan

Rencana Aksinya, diadopsi Kepala-kepala

Negara ASEAN pada November 2015,

memprioritaskan perluasan cakupan

jaminan sosial di antara pekerja ekonomi

informal dan pekerja usaha kecil dan

menengah (UKM).

Menetapkan sasaran cakupan universal

pada 2019, skema Jaminan Kesehatan

diluncurkan pada 2014 dan menjangkau

lebih dari 165 juta orang pada April 2016

(laporan online BPJS). Sementara itu,

BPJS Ketenagakerjaan mengelola empat

skema jaminan sosial (kecelakaan kerja,

kematian, hari tua dan skema pensiun

yang baru diluncurkan), dengan kurang

lebih 17 juta peserta aktif. ]

7

Perlindungan Sosial

Indonesia telah mengambil langkah-langkah penting

dalam mewujudkan perlindungan sosial untuk semua melalui penerapan sebuah

skema Jaminan Kesehatan sosial dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan.

Page 8: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

8

“INDONESIA berkomitmen

untuk mewujudkan kerja layak untuk

semua. Melalui forum ini, Pemerintah

Indonesia akan memperoleh masukan-

masukan berharga dari berbagai aktor

ketenagakerjaan mengenai peluang

dan tantangan untuk mewujudkan

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

(SDGs), khususnya tujuan ke-8

mengenai kerja layak dan pertumbuhan

ekonomi,” demikian ditegaskan Menteri

Ketenagakerjaan Kerja Republik

Indonesia, M. Hanif Dhakiri, saat secara

resmi membuka Konferensi SDGs di

Jakarta pada Februari lalu.

Konferensi dua hari mengenai

Pertumbuhan Inklusif melalui Kerja yang

Layak dan Dialog Sosial di Indonesia

ini berakhir pada 18 Februari dengan

kesepakatan mengenai pelaksanaan

serangkaian pertemuan teknis guna

menyusun Agenda Indonesia untuk

SDGs menuju Kerja Layak untuk

Semua. Diselenggarakan bersama oleh

Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia

dan ILO, Konferensi ini dihadiri lebih

dari 200 peserta yang mewakili badan-

badan pemerintah, organisasi pekerja

dan pengusaha, organisasi nasional dan

internasional, badan-badan PBB dan

media massa.

Konferensi ini membahas penciptaan

lapangan kerja (khususnya bagi kaum

muda), peningkatan produktivitas,

pendidikan dan pelatihan kerja, perbaikan

hak-hak kerja (berdasarkan Prinsip-prinsip

dan Hak-hak Mendasar di Tempat Kerja)

dan promosi lingkungan kerja yang

aman, kebijakan upah berkelanjutan

serta praktik-praktik hubungan industrial

yang baik melalui dialog sosial, jaminan

kerja dan perlindungan sosial. Tema

Indonesia berkomitmen wujudkankerja layak untuk pembangunan berkelanjutan

Komitmen para mitra sosial Indonesia untuk

mengembangkan sebuah tonggak penting dari strategi nasional untuk pembangunan

berkelanjutan sangat membesarkan hati.”

Gilbert Houngbo, Deputi Direktur Jenderal ILO Bidang Operasional dan Kemitraan.

yang berulang kali muncul selama

sesi-sesi konferensi adalah peningkatan

ketidaksetaraan dalam dunia kerja.

Diskusi mengungkapkan banyak bidang

yang saling terkait. Para peserta sepakat

bahwa hal ini akan dikembangkan lebih

lanjut dengan dukungan ILO selama

beberapa bulan ke depan dengan

perspektif untuk menyiapkan agenda

Indonesia dalam mendorong kerja layak

sebagai penggerak utama pembangunan

berkelanjutan di bidang ekonomi, sosial

dan lingkungan.

Konferesi ini merupakan bagian dari komitmen dan respons Indonesia terhadap

SDGs 2030 yang baru diadopsi oleh para pemimpin dunia pada September 2015.

SDGs pun terfokus pada mencapai pembangunan yang

berkelanjutan melalui tiga elemen –ekonomi, sosial dan lingkungan – secara seimbang

dan terpadu.

Ulasan Khusus

Page 9: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

9

“ILO dengan senang hati menawarkan

dukungan terhadap sebuah proses dialog

sosial mengenai elemen-elemen kunci dari

kerja layak, yang tercermin dalam Agenda

2030. Kami juga akan terus menjalin

kerjasama dengan mitra-mitra Badan

PBB lain guna mendukung pendekatan

yang terpadu dalam penerapan Agenda

2030 yang sedang dibangun Indonesia.”

kata Gilbert Houngbo, Deputi Direktur

Jenderal ILO Bidang Operasional dan

Kemitraan.

Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan kerja layak untuk semua. Melalui forum ini, Pemerintah Indonesia akan memperoleh masukan-masukan berharga dari berbagai aktor ketenagakerjaan

mengenai peluang dan tantangan untuk mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan ke-8

mengenai kerja layak dan pertumbuhan ekonomi.”

M. Hanif Dhakiri, Menteri Ketenagakerjaan Kerja Republik Indonesia.

Sementara itu, menegaskan kembali

komitmen PBB untuk mendukung

pemerintah Indonesia dalam mencapai

hasil terbaik untuk ke-17 tujuan SDGs,

Douglas Broderick, Koordinator Badan-

badan PBB untuk Indonesia, menyerukan

bahwa “Badan-badan PBB di Indonesia

akan bekerja sejalan dengan kebijakan

dan program pemerintah secara terpadu

dengan melibatkan pengetahuan,

kepakaran dan pengalaman global

kami kapan pun dan di mana pun

memungkinkan untuk mencapai hasil-hasil

yang lebih baik.”

Sesi pembukaan ditandai dengan

penandatanganan Deklarasi SDGs oleh

Menteri Ketenagakerjaan Indonesia,

diikuti semua panelis, fasilitator dan

peserta konferensi. Deklarasi ini

menegaskan dukungan dari semua

peserta terhadap penerapan SDGs di

Indonesia, khususnya Tujuan 8 mengenai

kerja layak dan pertumbuhan ekonomi.]

Selama bertahun-tahun perusahaan

dan organisasi mencari keunggulan

kompetitif dengan filosofi keberagaman

di lingkungan kerja. Salah satunya dengan

mengintegrasikan penyandang disabilitas

dalam angkatan kerja. Bukti menunjukkan

banyaknya manfaat yang didapat dengan

membuka dunia kerja bagi penyandang

disabilitas. Video ini memperlihatkan

potensi para penyandang disabilitas

bahwa mereka memiliki produktivitas

dan kompetensi yang sama dengan

pekerja lainnya. Video ini diproduksi oleh

ILO melalui Proyek Disabilitas, PROPEL-

Indonesia, bekerja sama dengan Hotel

Shangri-La Surabaya.

Program ILO di Indonesia: Capaian 2015

ISBN: 978-92-2-031036-6 (print)

978-92-2-831037-5 (web pdf)

Buku Video

Berita Utama 1

Disabilitas Inklusif 3

Wawancara 6

Dari KAMI 7

Perlindungan Sosial 7

Ulasan Khusus 8

Ketenagakerjaan 10

Hak di tempat kerja 12

Jender 16

Liputan Khusus 17

Daftar Isi

Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan ILO di

Indonesia, kunjungi: www.ilo.org/jakarta

Publikasi ini menyajikan capaian-capaian

program-program dan proyek-proyek ILO

di Indonesia. Capaian-capaian tahun 2015

ini pun merupakan hasil dari kemitraan

erat dengan para konstituen tripartit

kami—pemerintah, organisasi pekerja dan

pengusaha.

International LabourOrganization

ILO Works in Indonesia:2015 Results

Dari kiri ke kanan: M. Hanif Dhakiri, Menteri Ketenagakerjaan Indonesia, Gilbert Houngbo, Deputi Direktur Jenderal ILO Bidang Operasional dan Kemitraan, Tomoko Nishimoto, Asisten Direktur Jenderal dan Direktur Regional ILO untuk Asia dan Pasifik, Douglas Broderick, Koordinator Badan-badan PBB untuk Indonesia, Francesco d’Ovidio, Direktur ILO di Indonesia.

Ulasan Khusus

Page 10: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

Tingkatkan produktivitas,perusahaan SCORE dianugerahi Parama Karya

SCORE dirancang untuk meningkatkan produktivitas

dan daya saing usaha kecil

dan menengah (UKM)

Satu permasalahan umum yang kerap muncul dari usaha dan pekerja UKM

adalah kurangnya kemampuan komunikasi dan koordinasi yang mengakibatkan kurangnya kontrol terhadap kualitas dan efisiensi kerja. Selain

pelatihan di kelas, para pelatih juga memberikan bimbingan langsung melalui kunjungan ke perusahaan.

Diluncurkan di Indonesia

pada 2010 dan diprakarsai oleh

ILO.

Program ini telah menjadi sebuah

program tripartit, yang diterapkan

bersama oleh pemerintah,

organisasi pekerja dan pengusaha.

Para pegawai saya sekarang lebih termotivasi dan kami memiliki sistem

komunikasi yang lebih baik sehingga prestasi kerja meningkat, kerja sama

menguat dan pembagian tugas juga membaik.”

10

Noor Suryanti, Direktur UD Pelangi Indonesia

Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, pada November lalu.

Penghargaan Parama Karya merupakan penghargaan tertinggi untuk produktivitas yang diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada UKM. Selain UD Pelangi, empat UKM peserta SCORE lainnya yang menerima penghargaan tersebut adalah UD Kreasi Lutvi (Sumatera Utara), UD Pelangi Indonesia dari Jawa Timur, PT Mega Global Food Industry (Jawa Timur), PT Lambang Jaya (Lampung) dan CV Batik 16 (Semarang).

“Tujuan utama dari program SCORE adalah membuat UKM-UKM seperti UD Pelangi dan perusahaan peserta lainnya bisa lebih memiliki daya saing di pasar nasional dan global,” ujar Januar Rustandie, Manajer Program SCORE ILO di Indonesia.

Terus meningkatkan usahanya, dengan dukungan program SCORE, UD Pelangi saat ini sedang membangun jejaring bisnis dengan perusahaan-perusahaan peserta program SCORE lainnya. “Kami senang mendapatkan kesempatan untuk membangun jejaring bisnis dengan perusahaan-perusahaan yang lebih mapan. Kami berkesempatan mengunjungi PT Mega Global Food Industry untuk mempelajari praktik-praktik terbaik dan bagaimana memajukan usaha. Ini merupakan kesempatan berharga untuk masa depan bisnis kami,” ungkap Suryanti. ]

Ketenagakerjaan

TIDAK ADA lagi contoh-contoh produk, gulungan-gulungan benang dan pola-pola yang berserakan di ruang kerja UD Pelangi Indonesia, perusahaan kerajinan tangan skala menengah di Malang, Jawa Timur. Ruang penyimpanan yang rapi dan lini produksi yang sistematis telah dibangun untuk mempermudah para pekerja mengakses material yang mereka butuhkan dan memenuhi pesanan kerja.

Noor Suryanti, pemilik dan direktur UD Pelangi Indonesia, mengakui perubahan positif ini terjadi setelah perusahaannya bergabung dalam program ILO: Program Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan (SCORE) pada 2015. Program SCORE telah mengadakan serangkaian pelatihan yang bertujuan meningkatkan produktivitas seraya menegakkan hak-hak pekerja.

Suryanti menjelaskan, setelah mengikuti modul 1 SCORE mengenai Program

Kerja Sama di Tempat Kerja, di bawah bimbingan instruktur produktivitas dari Balai Latihan Kerja Daerah Provinsi Jawa Timur, lingkungan kerja di perusahaannya telah berubah.

Lini-lini produksi kini telah memperlihatkan hasil yang baik. Jumlah produk gagal dan perlu diperbaiki menurun dari 10 persen menjadi 5 persen, yang juga berarti peningkatan efisiensi kerja sebesar 10 persen. Tingginya peningkatan produktivitas mendorong UD Pelangi untuk meningkatkan skala usahanya dari usaha berskala kecil menjadi usaha berskala menengah.

“Program SCORE berperan penting bagi perusahaan saya hingga mendapatkan penghargaan Parama Karya,” ujar Suryanti dengan bangga. UD Pelangi merupakan salah satu dari 22 perusahaan yang menerima penghargaan Parama Karya dari

President Joko Widodo menyerahkan penghargaan Parama Karya 2015 kepada 22 usaha kecil dan menengah, disaksikan Menteri Ketenagakerjaan, M. Hanif Dhakiri.

Page 11: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

DI WARUNG kecilnya, Susiyanti

Br Sembiring sibuk menyeduh kopi

hitam panas bagi para pelanggannya.

Berlokasi di penampungan untuk

pengungsi Gunung Sinabung, Kabupaten

Karo, Sumatera Utara, warung kecilnya

juga menyediakan kebutuhan sehari-

hari, minuman dan sayur-sayuran. Dari

warungnya, ia sekarang dapat membantu

keluarganya dan tidak lagi bergantung

pada bantuan pemerintah.

Ia bahkan dapat menyisihkan sejumlah

uang untuk ditabung. Sekarang Susiyanti

memiliki rekening tabungan di Koperasi

Kredit Sondang Nauli dengan jumlah

tabungan wajib tiap bulan minimal Rp.

30,000. “Saya bahkan dapat menabung

untuk pendidikan ketiga anak saya.

Setiap bulannya, saya juga menabung

Rp. 300,000 untuk membantu pendidikan

mereka di masa mendatang, “ ia berkata

dengan bangga.

Susiyanti merupakan salah seorang dari

15.000 orang

di Kabupaten

Karo yang harus

meninggalkan

desanya karena

letusan Gunung

Sinabung pada

2013. Hingga

saat ini, Gunung

Sinabung terus

mengalami

aktivitas vulkanik

yang tinggi.

“Letusan telah

menghancurkan seluruh desa saya, Desa

Gurukinayan. Saya kehilangan usaha

saya dan lahan pertanian seluas 8 hektar

yang menjadi sumber utama penghasilan

keluarga,” ujarnya, mengingat hari

di mana ia dan keluarganya harus

meninggalkan desa mereka.

Letusan tersebut menyebabkan keluarganya

harus tinggal di tenda pengungsi di

Kabanjahe, ibukota Kabupaten karo. Selama

di tenda pengungsian, Susiyanti bekerja

sebagai pekerja kebun untuk membantu

keluarganya dan suaminya juga bekerja

sebagai supir angkutan umum daerah.

Sebagai pekerja kebun, ia dibayar Rp.

60,000 per hari, namun ia tidak bekerja

setiap hari dan hanya bekerja apabila

diminta.

Ketika mengetahui keberadaan program

ILO pada 2015 guna membantu

komunitas-komunitas setempat seperti

dirinya untuk

memperoleh kembali

mata pencaharian

mereka, ia langsung

mendaftarkan diri

untuk bergabung

dengan pelatihan ILO

mengenai Pendidikan

Keuangan dan

Kewirausahaan

dengan

menggunakan

modul GET Ahead.

“Sekarang saya

tahu bagaimana melakukan pencatatan

keuangan, menentukan prioritas

pengeluaran dan berhati-hati dalam

membelanjakan uang, khususnya dalam

kondisi sulit seperti ini,” ujarnya.

Pada Juli 2015, keluarga Susiyanti

menerima bantuan pemerintah untuk

perumahan dan penyewaan lahan

pertanian dengan jumlah total Rp.

3,800,000. Setelah menerima bantuan

tersebut, ia pindah ke penampungan

sementara yang disediakan oleh LSM lokal

bernama Jenggala dalam radius 6 km dari

Gunung Sinabung dan dekat dengan desa

Gurukinayan.

Berdasarkan apa yang ia pelajari dari

pelatihan keuangan, ia menggunakan

dana tersebut tidak hanya untuk menyewa

lahan pertanian, namun juga memulai

usaha kecilnya (warung kecil) di daerah

penampungan. Sekarang ia mampu

menghitung laba dari pengeluarannya

tiap minggu/bulan yang tidak pernah ia

lakukan sebelumnya.

“Sebelumnya, saya hanya bisa membeli

dan menjual. Saya tidak tahu persis

seberapa besar keuntungan saya. Namun,

sekarang dari tiap pengeluaran tiap

minggu atau bulannya, saya tahu persis

berapa banyak yang saya peroleh dari tiap

barang yang terjual,” katanya.

Sejak memulai warung kecilnya, ia

menerima keuntungan harian sekitar Rp.

150,000. Ia juga merasa lebih yakin akan

masa depannya, terutama untuk keluarga

dan ketiga anaknya. “Letusan gunung

berapi telah membuat saya kehilangan

usaha dan lahan; namun letusan tersebut

juga telah memberikan peluang untuk

belajar mengenai bisnis dan keuangan

dan membuat saya menjadi seorang

wirausaha yang lebih baik,” ia berkata,

seraya tersenyum. ]

menjadi seorang perempuan pengusaha

Bangkit dari bencana

Letusan gunung berapi telah membuat saya

kehilangan usaha dan lahan; namun letusan tersebut juga telah memberikan peluang

untuk belajar mengenai bisnis dan keuangan dan membuat

saya menjadi seorang wirausaha yang lebih baik.”

Sekarang saya tahu bagaimana melakukan

pencatatan keuangan, menentukan prioritas

pengeluaran dan berhati-hati dalam membelanjakan uang, khususnya dalam kondisi sulit

seperti ini.”

11

Ketenagakerjaan

Page 12: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

SERANGKAIAN pemutaran

video dan foto bercerita mengenai pekerja

rumah tangga (PRT) serta pekerja rumah

tangga anak (PRTA) dilakukan di berbagai

sekolah dan universitas di wilayah Jakarta

dan sekitarnya, Jawa Timur, Sulawesi

Selatan, dan Lampung sejak awal tahun ini

hingga April 2016. Serangkaian pemutaran

ini telah menjangkau sekitar 500 pelajar

dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga

mahasiswa.

Beragam pertanyaan diajukan para

siswa saat pemutaran. Komitmen untuk

menghormati dan menghargai pentingnya

peran PRT pun dibahas. Para siswa SD

di Tangerang Selatan, misalnya, berjanji

untuk menghormati PRT mereka dengan

ikut membantu meringankan pekerjaan

atau bersikap lebih sopan kepada PRT

mereka.

Pelajar promosikan pekerjaan layak bagi pekerja rumah tangga

Saya mendorong para mahasiswa untuk

memanfaatkan kegiatan ini dengan mengembangkan

kegiatan-kegiatan yang lebih nyata seperti riset, program pelibatan komunitas serta kegiatan sukarelawan di

sekolah PRT.”

memastikan kegiatan ekonomi rumah

tangga,” ujar para siswa.

Kontribusi nyata ditawarkan para mahasiswa

dari Jurusan Administrasi Publik Universitas

Lampung. Mereka terdorong untuk terlibat

dalam mempromosikan pekerjaan layak

bagi PRT sebagai guru sukarelawan atau

pelatih keterampilan kejuruan di sekolah-

sekolah PRT yang dikelola Damar, sebuah

lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang

menangani masalah PRT. ]

Menggunakan kata-kata dan pemilihan adegan mereka sendiri, video-video dan foto-foto ini

mendokumentasikan keseharian, lika-liku kehidupan, perjalanan dan harapan para PRT.

Video-video dan foto-foto ini terdiri

dari empat video diari dan lima foto

bercerita dengan durasi keseluruhan

sepanjang 90 menit.

Diproduksi oleh 25 kaum muda berusia 12-17 tahun, yang dipilih dari ratusan orang muda, di Jakarta dan Makassar, video-video dan foto-foto bercerita ini memperlihatkan

peran PRT dalam kehidupan mereka, interaksi keseharian mereka dengan PRT dan kehidupan PRT dari sudut pandang kaum muda.

Pemutaran-pemutaran video dan

foto bercerita ini dilakukan ILO

melalui proyek Pekerjaan Layak Bagi PRT guna Mengakhiri

PRTA (PROMOTE).

Proyek ini bertujuan untuk mempromosikan pekerjaan layak bagi PRTA dan menghapuskan PRTA.

Diluncurkan pada Juni

2015, video-video dan

foto-foto bercerita ini

difasilitasi oleh

ILO-PROMOTE berkolaborasi

dengan Yayasan Kampung Halaman (YKH) di bawah

program bertajuk Program Teman Remaja Teman Setara (TRTS). Program ini

bertujuan untuk melibatkan kaum muda dalam dua

permasalahan: meningkatkan kehidupan PRT dan menghapuskan PRTA.

Sementara di Surabaya, sejumlah

siswa sekolah menengah pertama

(SMP) mengakui hak-hak PRT dengan

menegaskan: “PRT harus dibayar

berdasarkan pekerjaan mereka dan tidak

diperlakukan seperti budak. Bagi anak-

anak yang terpaksa melakukan pekerjaan

rumah tangga, mereka tetap berhak

memperoleh pendidikan dan hak lainnya

sebagai anak.”

Penekanan terhadap peran pemerintah

dibahas para siswa sekolah menengah

atas (SMA) di Kabupaten Palopo dan

Takalar, Sulawesi Selatan. Mereka

mempertanyakan kurangnya perlindungan

hukum bagi PRT dan belum adanya

peraturan perundangan PRT. “PRT

harus mendapat perlindungan hukum

seperti layaknya pekerja lain karena

mereka memainkan peran penting dalam

Dr. Dedi Hermawan, Kepala Jurusan Administrasi Publik Universitas Lampung

12

Hak dalam Bekerja

Pemutaran di sekolah-sekolah Makassar.

Didanai oleh Departemen Perburuhan

Amerika Serikat

(USDOL)

Page 13: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

Hak dalam Bekerja

SEPULUH perusahaan di Kabupaten Sorong dan Jayapura (lima perusahaan di masing-masing kabupaten) berkomitmen untuk melanjutkan pelaksanaan program HIV di tempat kerja, bekerja sama dengan pemerintah daerah melalui pusat kesehatan masyarakat. Perusahaan-perusahaan ini berkomitmen untuk memberikan pencegahan HIV, konseling dan pemeriksaan yang efektif serta layanan dukungan pengobatan bagi pekerja mereka.

Perusahaan-perusahaan ini menerapkan kebijakan HIV di tempat kerja yang melindungi pekerjaan dan kerahasiaan pekerja penyandang HIV. Alhasil, 10.000 pekerja dari perusahaan-perusahaan ini telah menerima informasi pencegahan HIV melalui program keselamatan dan kesehatan kerja (K3), di mana 50 persen dari mereka merupakan penduduk asli Papua.

Perusahaan-perusahaan ini merupakan bagian dari Proyek ILO mengenai “Memobilisasi Sektor Swasta untuk Melaksanakan Pencegahan, Pengobatan dan Perawatan HIV di Daerah-daerah dengan Tingkat Prevalensi HIV Tinggi di Papua dan Papua Barat”. Dimulai pada 2014 selama dua tahun, Proyek ini bertujuan memperkuat kemitraan publik swasta untuk menerapkan layanan pencegahan, konseling, tes dan dukungan perawatan HIV yang efektif bagi tenaga kerja berisiko tinggi, khususnya penduduk asli Papua yang bekerja di perkebunan.

Didanai oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan pemerintah

Australia, ILO membantu perusahaan mengembangkan kebijakan dan program di tempat kerja yang memastikan bahwa masyarakat hukum adat memiliki akses atas layanan pencegahan, tes dan pengobatan HIV. Dinas Ketenagakerjaan memimpin program kerja sama dengan perusahaan dan kantor kesehatan untuk

berkomitmen cegah HIV di tempat kerja Sektor swasta di Papua dan Papua Barat

pekerja yang hidup dengan HIV. Saya berharap hubungan yang kuat antara perusahaan dan kantor kesehatan dapat dilanjutkan,” kata Dr Andreas Ari Wibowo mewakili PT Sinar Mas.

Selain itu, pemerintah daerah sangat mendukung program pencegahan HIV ini dengan memastikan kelanjutan dan replikasi program. “Di bawah kemitraan publik-swasta, pemerintah daerah berusaha mereplikasi model pencegahan HIV ke wilayah intervensi lain. Kami akan bekerja sama secara erat dengan Dinas Kesehatan Provinsi,” ujar Drs. Yan Piet Rawar, Kepala Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Papua.

Francesco d’Ovidio, Direktur ILO di Indonesia, sangat menghargai dukungan kuat yang diberikan oleh pemerintah kabupaten Sorong dan Jayapura serta pemangku kepentingan terkait lainnya seperti Komisi Penanggulangan AIDS Daerah, Kantor Otoritas Pelabuhan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Puskesmas, pekerja dan pengusaha serta sektor swasta dan pekerjanya.

“Setelah lebih dari satu tahun pelaksanaan, kemajuan yang telah dicapai ini patut dihargai. Dengan dukungan dan komitmen yang kuat tidak hanya dari sektor swasta, tetapi juga dari pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait lainnya, saya percaya kemajuan yang telah dicapai ini dapat dilanjutkan dan dipertahankan untuk bersama-sama menanggulangi HIV dan AIDS di Papua dan Papua Barat,” kata Francesco. ]

Kami berkomitmen karena perusahaan

diperbolehkan untuk menyediakan layanan terkait HIV secara mandiri. Tindakan inovatif telah dilakukan untuk menarik karyawan melakukan

tes dan pengobatan HIV secara sukarela. Kami

mengadakan bincang-bincang kesehatan dan donor darah

rutin serta memberikan suvenir.”

dr Wilkananta,

JOB Pertamina Petrochina

menciptakan hubungan baik dengan klinik berbasis pedesaan.

Komitmen serupa juga dikemukakan oleh PT Sinar Mas di Jayapura. “Inisiatif ini telah membantu kami menjangkau lebih banyak pekerja dengan testing dan konseling HIV. Karena jarak yang jauh ke rumah sakit terdekat, kami sekarang menyediakan pengobatan HIV bagi

13

Sekitar 10.000 pekerja dari perusahaan-

perusahaan ini telah menerima informasi

pencegahan HIV melalui program keselamatan dan kesehatan kerja (K3), di mana 50

persen dari mereka merupakan penduduk

asli Papua.

Page 14: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

SEMINAR dijadwalkan dibuka

pukul 09.00 pagi, namun meja pendaftaran

sudah ramai dengan peserta yang datang

lebih awal. Para peserta antusias dan

bersemangat untuk mempelajari tiga

keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

utama untuk industri garmen: bahaya dan

risiko kebakaran, sertifikasi laik fungsi (SLF)

dan pengelolaan K3.

“Saya berangkat dari Subang sekitar pukul

06.00 untuk menghindari kemacetan,”

kata salah satu peserta dari PT. Wilbess.

Peserta lain dari Bandung, Jawa Barat,

mengatakan,“Kami sangat antusias

untuk mengikuti seminar ini. Kami telah

mencoba mendapatkan sertifikasi layak

fungsi untuk pabrik kami tetapi belum

berhasil. Mudah-mudahan kali ini kami

dapat melakukannya dengan benar dan

belajar bagaimana melakukannya.”

Seminar bertajuk “Keselamatan dan

Kesehatan Kerja untuk Sektor Garmen

di Indonesia” ini diselenggarakan ILO

melalui Proyek Better Work Indonesia

(BWI) pada 6 April 2016, dengan

mengumpulkan para pelaku industri

di Bandung untuk membicarakan

tiga masalah K3 utama dalam industri

garmen. Sebanyak 58 peserta dari lebih

35 pabrik mitra BWI berpartisipasi dalam

seminar tersebut, bersama dengan

para narasumber dari Kementerian

Ketenagakerjaan serta pakar-pakar industri

dan K3.

Seminar memberikan ruang untuk dialog

interaktif dan bertukar pengalaman antara

pabrik-pabrik yang berpartisipasi. Para

ahli K3 juga hadir untuk mengklarifikasi

peraturan dan aspek teknis.

Menekankan pentingnya acara ini,

Maria Vasquez, Kepala Penasihat Teknis

BWI, menyoroti pentingnya masalah

K3 bagi pengusaha dan pekerja di

industri garmen. “Ini bukan hanya soal

kehidupan manusia dan kualitas hidup

tetapi juga menjadi keharusan finansial

bagi pengusaha mengingat biaya

remediasi hampir selalu melebihi biaya

pencegahan,” katanya saat memberikan

sambutan pembukaan.

Seminar dimulai dengan mengkaji sistem

manajemen K3. Diskusi dipimpin M.

Fertiaz dari Kementerian Ketenagakerjaan.

Dia menjelaskan bahwa dari 2,524

perusahaan yang diaudit dengan Sistem

Manajemen K3 (SMK3), hanya dua persen

berasal dari industri garmen dan alas kaki.

Dia kemudian menantang para peserta

guna mendaftar untuk mengikuti audit

SMK3 tahun ini dan meningkatkan

persentase industri garman dan alas kaki

pada penghargaan SMK3 2016. “Dengan

berjalannya Masyarakat Ekonomi ASEAN

saat ini, pelaksanaan SMK3 semakin

penting karena dapat meningkatkan daya

saing Indonesia di kawasan tersebut.”

Berbagai permasalahan dikemukakan

para peserta saat berdiskusi mengenai

sertifikat bangunan (SLF), terutama

Kelola risiko, selamatkan nyawa:Menangani keselamatan kerja di industri garmen

Keselamatan dan Kesehatan di tempat kerja

Semua pekerja berhak untuk bekerja

dalam lingkunga kerja yang aman

dan tidak berbahaya untuk kesehatan.

Pasal 7, Perjanjian Internasional mengenai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

“Pengusaha harus memastikan, selama

memungkinkan untuk diterapkan, tempat kerja, mesin,

peralatan dan proses yang berada di bawah pengawasan mereka bersifat aman tanpa

risiko kesehatan.”

Konvensi ILO mengenai Keselamatan dan Kesehatan

Kerja No. 155, 1981 (Pasal 16.1)

“Setiap Anggota harus mempromosikan dan menerapkan di semua tahapan, hak pekerja atas lingkungan kerja

yang aman dan sehat.”

Kerangka Kerja ILO untuk Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

No. 187, 2006 (Pasal 3.1)

14

Ketenagakerjaan

Page 15: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

mengenai kejelasan prosedur sertifikasi

dan biaya untuk melakukan pemeriksaan

teknis. Sejak runtuhnya Rana Plaza yang

menewaskan lebih dari 1.100 pekerja

garmen di Bangladesh pada 2013,

sertifikat dan peraturan bangunan menjadi

lebih signifikan dalam industri garmen,

dan termasuk di Indonesia.

Dalam diskusi disepakati bahwa ada

kebutuhan mendesak atas dukungan

pemerintah dalam ketersediaan dan

penegakan peraturan sertifikat bangunan

di tingkat kabupaten. Untuk saat ini,

hanya 318 kabupaten dari 508 kabupaten

di Indonesia yang memiliki peraturan

sertifikat bangunan. ]

Ini bukan hanya soal kehidupan manusia

dan kualitas hidup tetapi juga menjadi keharusan finansial bagi pengusaha mengingat

biaya remediasi hampir selalu melebihi biaya pencegahan.”

Industri garmen masih menjadi salah satu kontributor

yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia

dengan pertumbuhan rata-rata 8 persen per tahun.

Pada 2014, Indonesia berada di peringkat ke-12 di dunia dalam ekspor tekstil berdasarkan laporan BWI.

Ditandai dengan sifatnya yang padat karya dan tingginya penggunaan

bahan kimia dalam proses produksi, industri garmen

dianggap sebagai salah satu sektor dengan risiko tinggi

dalam K3. Di Indonesia, industri garmen mendapatkan peringkat sebagai industri

menengah-tinggi risiko II oleh Kementerian Ketenagakerjaan.

15

DENGAN dukungan dari

pemerintah Jepang, ILO memprakarsai

sebuah proyek regional bertajuk “Industri

dan Tempat Kerja untuk Pertumbuhan

Berkelanjutan dan Inklusif melalui Dialog

Tripartit, Berbagi Pengetahuan dan Praktik

Hubungan Industrial yang Baik, Bisnis

Ramah Lingkungan serta Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3)” atau secara singkat

lebih dikenal sebagai proyek InSIGHT.

Proyek InSIGHT bertujuan mempromosikan

mekanisme dan pendekatan praktis yang

mendorong industri dan tempat kerja

menjadi penggerak pertumbuhan yang

berkelanjutan dan inklusif di wilayah Asia.

Proyek ini juga akan memperluas upaya

yang telah dilakukan berbagai fase proyek

sebelumnya di Asia terkait dengan bisnis

yang lebih ramah lingkungan, hubungan

industrial dan K3.

Di Asia, Proyek ini akan dilaksanakan

di sejumlah negara seperti Indonesia,

Vietnam dan Bangladesh. Di Indonesia,

kegiatan-kegiatan InSIGHT akan dimulai

pada 2016 selama dua tahun hingga Maret

2018. Kegiatan-kegiatan ini akan dilakukan

bekerja sama dengan Kementerian

Ketenagakerjaan serta berkolaborasi

dengan organisasi-organisasi pekerja dan

pengusaha.

Kegiatan-kegiatan yang direncanakan

di Indonesia memadukan peningkatan

kapasitas dan kerangka untuk dialog

tripartit, serta pengembangan visi

bersama antara pemerintah, pekerja dan

Cuplikan

Mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan inklusif

melalui hubungan industrial

pengusaha untuk mencapai pertumbuhan

industri yang berkelanjutan dan inklusif di

Indonesia.

Di saat yang sama, InSIGHT akan

mengembangkan kapasitas dengan

pendekatan praktis dan bersifat dari

bawah ke atas (bottom-up) guna membuat

perusahaan lebih ramah lingkungan,

serta meningkatkan tempat kerja dan

hubungan kerja secara menyeluruh, yang

akan berkontribusi pada peningkatan

industri dan sektor terkait pertumbuhan

berkelanjutan. Ini akan memberikan

keuntungan nyata bagi para pekerja dan

pengusaha.

Proyek InSIGHT sejalan dengan

penerapan Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan (SDGs) yang dipadukan

dengan masa transisi dari konsolidasi

ekonomi di wilayah ASEAN. Program

ini juga sejalan dengan panduan yang

dikeluarkan ILO pada November 2015

mengenai ‘Transisi menuju ekonomi

dan masyarakat berkelanjutan yang

ramah lingkungan untuk semua’, yang

memaparkan kebutuhan akan beragam

respons pro aktif dan multidimensi

ntuk mewujudkan pekerjaan layak,

penghapusan kemiskinan dan dan

pelestarian lingkungan. ]

Indonesia

ProjectnSIGHTMaria Vasquez, Kepala Penasihat Teknis BWI.

15

Page 16: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

SEBAGAI bagian dari upaya

menerapkan Konvensi ILO No. 100

tentang Kesetaraan Pengupahan dan

No. 111 tentang Diskriminasi (dalam

Pekerjaan dan Jabatan) secara lebih

baik, Kementerian Ketenagakerjaan

(Kemenaker) secara aktif telah

menyelenggarakan berbagai program

advokasi di tingkat provinsi di seluruh

Indonesia. Berbagai kegiatan ini bertujuan

untuk mendorong pembentukan Gugus

Tugas Peluang Kerja yang Adil (Equal

Employment Opportunity/EEO) dan

menjadi tindak lanjut konkret dari Surat

Edaran Menteri Ketenagakerjaan No.

184 Tahun 2013 mengenai Revitalisasi

Gugus Tugas EEO di tingkat nasional dan

pembentukan gugus tugas provinsi.

Gugus Tugas EEO provinsi diharapkan

mampu memainkan peran aktif dalam

kesadaran dari para pekerja, pengusaha

dan pemerintah untuk bersama-sama

mencegah dan menghapus diskriminasi

dalam bentuk apa pun,” kata Lusiani Julia,

Staf ILO yang menangani masalah gender.

Selain menjalankan program advokasi,

Kemenaker terus menyediakan pelatihan

di tingkat provinsi dengan menggunakan

modul mengenai non-diskriminasi dan

kesetaraan di tempat kerja. Modul ini

dikembangkan bersama oleh Kemenaker

dan ILO. ]

Kesempatan kerja yang adil untuk Indonesia

Gugus Tugas EEO

Sejauh ini, empat Gugus Tugas EEO telah terbentuk di Bangka Belitung, Jawa Timur, Banten dan Lombok Timur.

Pada 2016 ini, Gugus Tugas EEO ini akan terbentuk di delapan provinsi: Lampung, Kalimantan Tengah, Bali, Maluku, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan.

menyebarluaskan informasi terkait EEO.

Gugus Tugas juga diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran baik pekerja

maupun pengusaha mengenai penerapan

tindakan non-diskriminasi dan kesetaraan

di tempat kerja.

Untuk memastikan terbentuknya Gugus

Tugas EEO Provinsi, ILO memberikan

dukungan kepada Kemenaker. ILO

memberikan saran dan masukan bagi

pelaksanaan Gugus Tugas EEO di tingkat

nasional dan mendukung pengembangan

kapasitas tripartit di tingkat provinsi.

“Persoalan diskriminasi cukup sulit

untuk ditangani karena berbagai alasan

yang melatarbelakanginya. Praktik-

praktik diskriminasi bisa terjadi dalam

bentuk-bentuk yang kasat mata, namun

dampaknya nyata. Karenanya, diperlukan

Gender

Kami ingin melihat adanya penerapan

tindakan non-diskriminasi dan kesetaraan di tingkat pabrik. Kami membutuhkan dukungan kuat dari pemerintah daerah dan berharap hal ini bisa tercermin dalam peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama.”

Sri Nurhaningsih, Direktur Norma dan Kondisi Kerja Kemnaker.

16

Page 17: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

di Indonesia

Setiap tahun, pada tanggal 28 April, ILO memperingati Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja se-Dunia sejak tahun 2003. Hari tersebut merupakan kampanye internasional tahunan untuk mempromosikan tempat kerja yang aman, sehat dan layak. Melalui peringatan hari dunia ini, ILO mempromosikan penciptaan budaya keselamatan dan kesehatan global yang bersifat preventif dengan melibatkan para konstituen ILO dan seluruh pemangku kepentingan di bidang ini.

Tanggal 28 April juga merupakan Hari Peringatan Internasional bagi Pekerja yang Meninggal dan Terluka, yang diperingati di seluruh dunia oleh gerakan serikat pekerja sejak tahun 1996. Pada 2003, ILO terlibat dalam kampanye 28 April tidak hanya untuk menghormati pekerja yang terluka dan tewas namun juga menegaskan bahwa cidera dan kematian dapat dicegah dan dikurangi.

Tema tahun ini adalah Stres di Tempat Kerja: Sebuah Tantangan Bersama. Ini menanggapi semakin besarnya tekanan yang dihadapi kehidupan kerja modern. Dengan laju kerja yang didikte oleh komunikasi instan dan tingkat kompetisi global yang tinggi, batas yang memisahkan kerja dari kehidupan di luar kerja menjadi semakin sulit untuk diidentifikasi.

Laporan khusus ini menyoroti inisiatif-inisiatif yang diambil oleh ILO di Indonesia dalam mempromosikan tempat kerja yang lebih aman dan sehat. Tiga inisiatif dipaparkan dan ditampilkan dalam laporan ini mulai dari stres di tempat kerja, yang sejalan dengan tema tahun ini, pentingnya peningkatan kapasitas bagi para ahli K3 di tingkat perusahaan hingga membangun budaya K3 di rumah dan untuk pekerja rumah tangga.

Menciptakan tempat kerja yang lebih aman dan sehat

Liputan Khusus

17

Page 18: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

RINA Dewi, 36 tahun, menderita batuk-batuk yang tak kunjung reda selama lebih dari tiga bulan. Kendati ia telah berkonsultasi dengan dokter yang berbeda-beda, mencari opini dan perawatan, namun batuknya tak juga kunjung sembuh. Bekerja sebagai seorang pegawai administrasi di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta, ia sangat putus asa. Batuknya yang terus menerus telah menyebabkan insomnia dan kegelisahan, hingga mengakibatkan ia tidak bisa konsentrasi di tempat kerja dan hal ini mulai mengganggu kinerjanya.

Penyelianya telah memperingatkan Rina untuk memperbaiki kinerjanya. Rina merasa depresi, khawatir kehilangan pekerjaan yang sudah ia jalani selama enam tahun. Terlebih lagi sebagai seorang orangtua tunggal, ia memerlukan pekerjaan ini untuk menghidupi keluarganya. Akhirnya, ia mengunjungi dokter lain sebagai harapan terakhirnya untuk mencari tahu apa yang telah terjadi. Setelah memeriksa kondisi dan berbagai perubahan dalam kehidupan Rina secara seksama, dokter mendiagnosis Rina menderita stres kerja.

Ternyata, empat bulan lalu, Rina dipromosikan menjadi pegawai administrasi senior, dan bertugas mengawasi tiga staf lainnya. Tanggung jawab dan beban kerja yang meningkat, membuatnya harus bekerja setelah jam kerja selesai. Ia menghadapi kesulitan menyeimbangkan beban kerja dengan tanggung jawab sebagai orangtua. Ia enggan mendiskusikan hal ini dengan penyelianya karena takut diturunkan jabatan, atau bahkan, kehilangan pekerjaan.

Rina merupakan satu dari jutaan pekerja di seluruh dunia yang harus menghadapi stres di tempat kerja. Dari berbagai survei yang dilakukan di Eropa, Amerika Serikat dan Australia, sekitar dua pertiga hingga setengah dari pekerja yang disurvei menyatakan bahwa mereka mengalami stres terkait kerja. Lebih dari 32 persen pekerja di Jepang melaporkan kegelisahan dan stres berlebihan di tempat kerja; sementara 20 persen pekerja di Korea melaporkan tekanan dan beban kerja yang tinggi.

Saat ini, banyak pekerja yang menghadapi tekanan lebih tinggi untuk memenuhi permintaan kehidupan kerja moderen. Risiko psikososial seperti kompetisi yang semakin meningkat, harapan lebih tinggi terhadap kinerja dan jam kerja yang lebih panjang berkontribusi pada tempat kerja yang menjadi lingkungan yang semakin stres. Dengan laju kerja didikte oleh komunikasi instan dan kompetisi global yang semakin meningkat, batas yang membatasi antara kehidupan kerja dan di luar kerja menjadi semakin sulit teridentifikasi.

Selain itu, akibat hubungan kerja yang telah berubah dan resesi ekonomi saat ini, para pekerja mengalami perubahan kelembagaan dan restrukturisasi, berkurangnya peluang kerja, semakin banyaknya kerja yang tidak pasti, rasa takut kehilangan pekerjaan, pemecatan massal dan pengangguran serta menurunnya stabilitas keuangan, dengan

konsekuensi serius terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan diri pekerja.

Beberapa tahun belakangan ini, semakin banyak perhatian yang diberikan kepada dampak risiko psikososial dan stres terkait kerja di kalangan para peneliti, praktisi dan pembuat kebijakan. Stres terkait kerja saat ini pada umumnya diakui sebagai sebuah persoalan global yang memengaruhi semua negara, profesi dan pekerja baik di negara maju maupun berkembang.

Selain dari kerangka hukum di atas, Indonesia juga meratifikasi Konvensi No. 187 Tahun 2006 mengenai Kerangka Kerja Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pada Agustus 2015. Sebagai bagian dari sistem K3 Nasional secara keseluruhan, Indonesia harus terus mendorong dan melaksanakan kesehatan dan keselamatan, termasuk kesehatan mental. Pencegahan bahaya psikososial harus menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja. Hal ini sangat penting karena tempat kerja selain menjadi sumber risiko psikososial yang penting juga merupakan tempat yang ideal untuk menangani risiko tersebut guna melindungi kesehatan dan kesejahteraan diri pekerja. ]

Liputan Khusus

Menuju lingkungan kerja yang bebas stres

• Undang-Undang (UU) Keselamatan Kerja (UU No.1/1970) sebagai UU utama mengenai K3 yang mencakup kesehatan mental (pasal 8, ayat 1) sebagai salah satu faktor dalam kesehatan dan keselamatan.

• UU Ketenagakerjaan No. 13/2003 mencakup ketentuan-ketentuan menyeluruh mengenai K3, termasuk kesehatan mental (Pasal 35 ayat 3, Pasal 71 ayat 2c): Setiap pekerja memiliki hak untuk menerima perlindungan dari bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan, perlindungan dari imoralitas dan ketidaksenonohan, dan perlakuan yang menunjukkan penghargaan terhadap martabat manusia dan nilai-nilai agama.

UU ini juga menentukan bahwa tiap perusahaan harus menerapkan sebuah sistem manajemen K3 yang diintegrasikan ke dalam sistem manajemen umum perusahaan.

• UU Kesehatan No. 6/2009 mendedikasikan pasal 164-166 untuk kesehatan kerja, dengan menyatakan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan agar semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa membahayakan dirinya atau komunitas mereka, dan untuk memperoleh produktivitas kerja optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja. UU tersebut secara khusus menyebutkan tiap tempat kerja harus menyediakan layanan kesehatan kerja.

Hingga saat ini, Indonesia telah menaruh perhatian pada kesehatan mental melalui sejumlah peraturan:

Informasi lebih lanjut mengenai

aplikasi mengenai pencegahan stres

di tempat kerja ILO dapat dilihat di:

http://www.ilo.org/safework/info/

publications/WCMS_438081/lang--

en/index.htm

18

Page 19: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

PADA 2015 ILO memperkirakan

satu kasus kecelakaan terjadi di tempat

kerja untuk setiap 100.000 pekerja tiap

harinya di Indonesia. Sementara itu,

Badan Penyedia Jaminan Sosial (BPJS)

Indonesia melaporkan bahwa 50.089

kasus kecelakaan

kerja didaftarkan

pada 2015. Ini

menunjukkan bahwa

keselamatan dan

kesehatan kerja

(K3) masih menjadi

persoalan besar di

negara ini.

Untuk

mempromosikan

tempat kerja

yang aman dan

sehat di negara ini, khususnya dalam

industri garmen, ILO berkerja sama

dengan Kementerian Ketenagakerjaan,

menyelenggarakan Pelatihan Ahli K3

Umum Bersertifikasi pada 11-22 April

2016 di Bogor, Jawa Barat. Pelatihan

tersebut diselenggarakan sejalan dengan

peringatan Hari Keselamatan dan

Kesehatan Kerja se-Dunia.

Perwakilan 10 pabrik dari wilayah

Jakarta dan sekitarnya dan Jawa Barat

berpartisipasi dalam pelatihan. Umumnya

Liputan Khusus

Mengasah ahli K3,mendorong tempat kerja yang aman dan sehat

pelatihan K3 didominasi para peserta

laki-laki. Pelatihan ini terdiri dari tujuh

ahli K3 perempuan dan tiga ahli K3 laki-

laki. Pelatihan ditutup dengan sertifikasi

lulusan pelatihan sebagai ahli K3 oleh

Kementerian Ketenagakerjaan.

Setelah tersertifikasi sebagai ahli K3,

mereka akan ditugaskan dan berperan

sebagai sekretaris Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

di pabrik-pabrik tempat mereka bekerja.

Ini sesuai dengan Undang-Undang (UU)

No. 1/1970 mengenai Panitia Pembina K3,

yang menyatakan bahwa pabrik-pabrik

dengan lebih dari 100 pekerja harus

membentuk dan melaksanakan sebuah

Komite K3, khususnya di industri garmen

yang tergolong sebagai industri berisiko

menengah ke tinggi. Selain itu, UU

Ketenagakerjaan No. 13/2003 menyatakan

bahwa sekretaris P2K3 haruslah seorang

ahli K3 umum yang bersertifikasi.

“Pelatihan ini merupakan bagian dari

layanan pelatihan reguler BWI yang

diselenggarakan

untuk mitra-mitra

pabriknya. Pelatihan

juga mencerminkan

komitmen BWI

untuk mendorong

terwujudnya

lingkungan kerja

yang aman dan sehat,

khususnya di industri

garmen,” kata M.

Anis Agung Nugroho,

Manajer Operasional

BWI.

Anis menyimpulkan bahwa pelatihan

tahunan ini merupakan bagian dari upaya

untuk meningkatkan standar dan praktik

keselamatan di tingkat pabrik. “Walaupun

inisiatif kolaboratif ini dilakukan dengan

pemerintah, diharapkan inisiatif ini

dapat mengarah kepada produktivitas,

meningkatkan kesejahteraan pekerja dan

mendorong pertumbuhan yang lebih

sehat khususnya untuk industri garmen,”

ujarnya. ]

Pelatihan tersebut diselenggarakan ILO melalui Proyek Better Work Indonesia (BWI). BWI merupakan sebuah

program unik yang dilaksanakan oleh ILO dan International Finance Corporation (IFC), dengan dukungan dari

Sekretariat Negara untuk Urusan Ekonomi (SECO) Swiss dan Pemerintah Kerajaan Belanda. Proyek ini bertujuan

untuk meningkatkan kepatuhan terhadap standar-standar ketenagakerjaan dan mendorong daya saing dalam rantai

pasokan global.

19

Page 20: Warta ILO Jakarta, July 2016  pdf

20

Liputan Khusus

BANYAK orang yang mungkin

berpikir bahwa rumah adalah tempat

teraman. Namun kenyataannya, banyak

bahaya dan risiko yang mengintai dalam

lingkungan rumah tangga. Bahaya dan

risiko ini termasuk, antara lain, kasus

kebakaran, keracunan makanan, zat-zat

kimia, kecelakaan dan sebagainya.

Sebagai bagian dari upaya untuk

mempromosikan kerja layak bagi pekerja

rumah tangga (PRT), ILO menyusun

sebuah daftar periksa yang mudah

digunakan untuk memandu PRT dan

majikannya dalam meningkatkan kondisi

kerja dalam lingkungan rumah tangga

yang disebut sebagai Perbaikan Kerja

dalam Lingkungan Rumah Tangga (WIDE).

Daftar periksa ini menerapkan metode

partisipatif berdasarkan tindakan sukarela

untuk membantu diri sendiri. Metode ini

membantu baik pekerja dan majikan untuk

melakukan perbaikan segera dengan

menggunakan sumber daya yang tersedia.

Merupakan alat bantu pertama yang

pernah ada, daftar periksa WIDE

dikembangkan oleh para ahli K3 ILO,

pengawas ketenagakerjaan Kementerian

Ketenagakerjaan, organisasi PRT,

agen rekrutmen, majikan PRT dan PRT

sendiri pada 2015. Guna memastikan

penerapannya, daftar periksa ini diujicoba

di Malang dan Surabaya, Provinsi Jawa

Timur. Di wilayah-wilayah percontohan

ini, PRT dilatih bagaimana menggunakan

daftar periksa tersebut dengan

menggunakan pelatihan berorientasi aksi

yang bersifat partisipatif (PAOT), dengan

memadukan pelatihan di kelas dengan

latihan praktis di rumah yang dibantu para

fasilitator K3.

Meningkatkan budaya K3 dalam pekerjaan rumah tangga

Mereka kemudian ditugaskan untuk

mengidentifikasi tiga kondisi kerja yang

baik dan tiga poin-poin perbaikan. Pada

akhir pelatihan, tiap peserta, didukung

para majikan mereka, diberikan waktu dua

bulan untuk memperbaiki tempat kerja

mereka dengan mengirimkan foto-foto

sebelum dan sesudah.

“PRT yang memahami K3 akan bekerja

lebih efektif dan ini akan memberikan

manfaat bagi pekerja dan pengusaha.

Mereka akan memahami bahwa kabel

listrik yang berantakan berbahaya dan

mereka akan responsif. Misalnya ketika

mereka melihat genangan air yang dapat

menjadi medium penyebaran penyakit,”

kata Arum Ratnawati, Kepala Penasihat

Teknis Proyek ILO untuk PRT.

Inisiatif WIDE dilakukan oleh ILO melalui

Proyek Mempromosikan Pekerjaan

Layak bagi PRT untuk Mengakhiri PRTA

(PROMOTE). Didanai Departemen

Perburuhan Amerika Serikat (USDOL),

Proyek PROMOTE bertujuan mengurangi

PRTA secara signifikan dengan

membangun kapasitas kelembagaan

para mitra guna mendorong Kerja yang

Layak untuk PRT secara efektif. Proyek ini

bertujuan meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan keahlian untuk

mengurangi PRTA dan mendorong kerja

layak bagi PRT. ]

Kami menyentuh zat-zat kimia hampir setiap hari, dan tidak mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan

tersebut secara rinci. Mereka juga membersihkan kamar mandi menggunakan bahan kimia serta berurusan dengan listrik hampir setiap harinya. Karenanya, penting bagi kami untuk belajar mengenai keselamatan dan kesehatan terkait dengan pekerjaan kami.”

Daftar periksa WIDE terdiri dari delapan bidang yang relevan dengan perbaikan kondisi kerja dalam

lingkungan rumah tangga

1. Penanganan dan penyimpanan bahan;

2. Desain tempat kerja;

3. Keamanan mesin;

4. Lingkungan fisik;

5. Kesejahteraan sosial dan pengaturan kerja;

6. Upah dan tunjangan;

7. Komunikasi dan hak untuk sukses; dan

8. Situasi pekerja rumah tangga anak (PRTA)

Santy, PRT.