Wajarkah Ekspektasi Peningkatan Hubungan RI-AS ... filekan serangkaian kerja sama, antara lain...

1
H UBUNGAN Indo- nesia-AS telah ber- langsung lama dan mengalami pasang surut sebagaimana layaknya hubungan antara sahabat yang bukan sekutu Amerika Serikat. Untuk mengukur luasnya hubungan Indonesia, isu ekonomi menjadi satu-satunya hal yang mudah dikuantikasi di samping tentunya ada ukur- an lain yang bersifat kualitatif seperti frekuensi kunjungan pejabat kedua negara. Dapat diperkirakan bahwa kontak yang frekuen tersebut belum tentu selalu membuah- kan hasil yang diharapkan. Apalagi ketika akhir-akhir ini tampaknya garis pembatas antara, perang, damai, diplo- masi, dan pembangunan be- rangsur-angsur pudar dalam proses redefinisi pandangan dunia AS yang berupaya meng- aktualkan strateginya dengan konteks historis abad ke-21 agar mudah mengatasi tantang- an geopolitik serta masalah global lainnya. Dan untuk membentuk ta- tanan global abad ke-21 yang lebih baik, AS akan terus- menerus berupaya mewujud- kan serangkaian kerja sama, antara lain dengan Indonesia. Namun selama hubungan per- ekonomian Indonesia-AS tetap rendah kadarnya, rancangan kemitraan komprehensif (com- prehensive partnership) Indone- sia-AS tidak akan mungkin terealisasi apabila tidak ter- manifestasi dalam hubungan perekonomian lebih kokoh. Kebijakan perekonomian dan pertahanan AS Sebagaimana halnya dengan Presiden Carter pada 1970-an, Presiden Obama berasal dari sayap Jeffersonian dari Partai Demokrat dan tujuan stra- tegis politik luar negerinya adalah mengurangi ong- kos dan risiko di luar negeri dengan mem- batasi komitmen AS di mana mungkin (Mead 2010). Presiden Obama bertindak hati-hati karena masih harus mengukuhkan man- datnya ketika ia terpi- lih dan kenyataan bahwa baru-baru ini kekuasaan di Konggres AS telah be- ralih ke ta- ngan politisi Partai Republik ketika utang AS telah mencapai jumlah US$13 triliun. Presiden Obama pada dasarnya menginginkan dunia yang lebih tenang agar dapat memfokuskan diri kepada perbaikan dalam negeri AS. Ia memiliki preferensi un- tuk terwujudnya perjanjian pembatasan senjata daripada melakukan peningkatan kekua- tan militer dan mengharapkan adanya penggantian langkah unilateral AS dengan sebuah perimbangan regional (regional balance of power). Pada Januari 2010, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyatakan prinsip-prinsip yang akan meredefinisikan kepemimpinan AS di Asia Pas- ik dan pendekatan AS dalam hal kerja sama multilateral bahwa (i) hubung an aliansi dengan Jepang, Korea Selatan, Australia, Thailand, dan Fili- pina menjadi tonggak keterli- batan AS di kawasan Asia Pasik. (ii) Institusi kawasan dan upaya yang dilakukan harus bekerja untuk memaju- kan tujuan-tujuan AS yang te- gas dan dikehendaki di ka- wasan tersebut. (iii) Institusi- institusi tersebut harus efektif dan terfokus untuk mencapai tujuan. (iv) AS harus senantiasa menjaga eksibilitasnya dalam mengejar tujuan-tujuannya. (v) AS haruslah memastikan insti- tusi mana yang akan menjadi yang terpenting dalam melin- dungi dan mempromosikan tujuan negara-negara kawasan secara kolektif. Dalam pidatonya pada 28 Oktober 2010 di Hawaii, Men- teri Luar Negeri Clinton me- negaskan kembali langkah- langkah yang dilakukan pe- merintahan Obama untuk mem- perkokoh perangkat utama (main tools) bagi keterlibatan AS di Asia, antara lain: sekutu-sekutu AS (Jepang, Korea Selatan, Austra- lia, Thailand, dan Filipina); kemitraan yang sedang tum- buh (emerging partnerships), dan upaya kebijakan AS dengan institusi kawasan (our work with regional institutions). Perangkat-perangkat terse- but ditujukan untuk mencapai tujuan diplomasi dalam tiga trek kunci: pertama, memben- tuk masa depan perekonomian kawasan Asia Pasifik; kedua mendukung keamanan ka- wasan (underwriting regional security); dan ketiga, mem- perkokoh institusi demokratis dan meningkatnya dukungan akan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Hubungan Indonesia-AS dalam bentuk bantuan luar negeri AS memang memiliki aneka sumber kekuatan dalam bentuk kekuatan militer terbe- sar di dunia, kekuatan ideologi, dan sebuah bentuk negara re- publik yang tangguh dalam menghadapi pergulatan antara liberalisme politik dan otokrasi yang telah mewujudkan diri di masa ini. Hal itu terwujud dalam pe- ningkatan bantuan AS di bidang pendidikan dasar dan sekolah menengah atas, pemerintahan yang demokratis dan terdesen- tralisasi, pembangunan ekono- mi, kesehatan, dan lingkungan hidup. Sangat kontras jika dibandingkan dengan bantuan pada 1950-an yang mencakup bantuan bahan makanan, reha- bilitasi infrastruktur, kesehatan, dan pelatihan. Pada 1970-an dan 1980-an, bantuan AS meliputi dukungan ter- hadap upa- ya swasembada pangan dan keluarga berencana. Pada masa pemerintahan Presiden Bush dilangsungkan bantuan dari MCC (Millennium Challenge Account) mengang- gap Indonesia sebuah negara yang mencapai ambang batas (threshold) pada 2006 dan Indo- nesia menandatangani perjan- jian dua tahun untuk bantuan MCA di bawah Program Am- bang Batas MCC (MCC Thres- hold Program). Pada 2009 Darius Teter, seorang wakil presiden divisi pembangunan MCC, menyatakan bahwa In- donesia adalah salah satu dari 26 negara yang akan menerima hibah kompak (a multimillion- dollar compact grant) dari AS (US millennium challenge corporation) (Globe 2009). MCC fokusnya adalah mem- bantu negara-negara berpeng- hasilan rendah dalam meng- upayakan pengurangan kemis- kinan melalui pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. MCC compact mencakup be- berapa isu penting di Indone- sia, sebagai misal Indonesia terpilih karena telah mencapai beberapa indikator yang diten- tukan beberapa institusi inde- penden. Indikatornya meliputi kese- hatan, ekonomi, tata kelola yang baik, kadar imunisasi, dan derajat pendidikan perempuan, pengelolaan lingkungan hidup, dan pengendalian korupsi. Hibah MCC dianggap sebagai pengakuan dari institusi inter- nasional akan reformasi yang dilakukan di Indonesia istime- wa dalam soal pemberantasan korupsi. Perjanjiannya akan dimulai akhir 2010 dan berlangsung dalam jangka waktu lima tahun menurut proposal yang diaju- kan Indonesia dan mitra negara dalam hal ini Indonesia akan mengelola dana MCC (MCC compact funds). Bappenas akan membentuk tim nasional untuk meng- awasi proyek dan me- nentukan ke mana hibah akan dia- lokasikan. Dana akan dialokasikan dalam proyek yang akan memberikan akses lebih baik kepada sektor pen- didikan ser- ta usaha ke- cil dan juga program ke- luarga be- rencana. Un- tuk menjamin akuntabilitas, laman MCC akan memubli- kasikan setiap ta- hap proyek dan MCC akan me- nyediakan tim independen untuk menyuper- visi proyek yang berlangsung. Hubungan perekonomian Dalam mengukur sehatnya hubungan antarnegara dari jumlah bantuan yang diberikan AS tidak sejitu mengukur hubungan perekonomian Indo- nesia-AS. Karena perekonomi- an Indonesia yang akan men- jadi nomor 15 terbesar di dunia dalam ukuran lebih dari US$1 triliun dan akan meningkat sebesar 50% pada 2015 dalam kenyataannya hanya mengim- por US$5,1 miliar dari AS. Hal itu sekadar membuat Indonesia sebagai pasar ke-37 terbesar mengekspor US$12,9 miliar ke AS dan hanya men- jadi tuan rumah bagi US$16 miliar investasi AS dari sejum- lah US$153 miliar investasi AS di Asia Tenggara. Joshua Kurlantzick dari Council on Foreign Relations (2010) sangat menyayangkan bahwa mitra potensial AS, yakni Presiden Yudhoyono, terlampau lamban dalam me- nangani masalah korupsi, mereformasi militer, memba- ngun infrastruktur negeri, dan mempermudah proses bagi calon investor asing. Walter Lohman dari The Heritage Foundation (2010) menegaskan bahwa iklim beru- saha di Indonesia bersifat kurang pasti secara yuridis, di samping ada banyak peraturan yang menghambat arus in- vestasi maupun perdagangan. Para pengamat itu mengharap- kan Presiden Obama dapat meminta segera pemberlakuan standar kelas satu untuk ber- langsungnya hubungan Indo- nesia-AS yang terukur secara rinci karena meningkatnya arus aktivitas perekonomian. TIYOK Wajarkah Ekspektasi Peningkatan Hubungan RI-AS Pascakunjungan Obama? 20 | Kolom Pakar SENIN, 8 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Oleh Suzie S Sudarman Ketua Pusat Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia SUMBER: CONGRESSIONAL BUDGET JUSTIFICATION VOLUME 2 FOREIGN OPERATIONS DEPARTMENT OF STATE FISCAL YEAR 2011

Transcript of Wajarkah Ekspektasi Peningkatan Hubungan RI-AS ... filekan serangkaian kerja sama, antara lain...

HUBUNGAN Indo-nesia-AS telah ber-langsung lama dan mengalami pasang

surut sebagaimana layaknya hubungan antara sahabat yang bukan sekutu Amerika Serikat. Untuk mengukur luasnya hubungan Indonesia, isu ekonomi menjadi satu-satunya hal yang mudah dikuantifi kasi di samping tentunya ada ukur-an lain yang bersifat kualitatif seperti frekuensi kunjungan pejabat kedua negara.

Dapat diperkirakan bahwa kontak yang frekuen tersebut belum tentu selalu membuah-kan hasil yang diharapkan. Apalagi ketika akhir-akhir ini tampaknya garis pembatas antara, perang, damai, diplo-masi, dan pembangunan be-rangsur-angsur pudar dalam proses redefinisi pandangan dunia AS yang berupaya meng-aktualkan strateginya dengan konteks historis abad ke-21 agar mudah mengatasi tantang-an geopolitik serta masalah global lainnya.

Dan untuk membentuk ta-tanan global abad ke-21 yang lebih baik, AS akan terus-menerus berupaya mewujud-kan serangkaian kerja sama, antara lain dengan Indonesia. Namun selama hubungan per-ekonomian Indonesia-AS tetap rendah kadarnya, rancangan kemitraan komprehensif (com-prehensive partnership) Indone-sia-AS tidak akan mungkin terealisasi apabila tidak ter-manifestasi dalam hubungan perekonomian lebih kokoh.

Kebijakan perekonomian dan pertahanan AS

Sebagaimana halnya dengan Presiden Carter pada 1970-an, Presiden Obama berasal dari sayap Jeffersonian dari Partai Demokrat dan tujuan stra-tegis politik luar ne gerinya adalah mengurangi ong-kos dan risiko di luar negeri dengan mem-batasi komitmen AS di mana mungkin (Mead 2010).

Presiden Obama bertindak hati-hati karena masih harus mengukuhkan man-datnya ketika ia terpi-lih dan kenyataan bahwa baru-baru ini kekuasaan di Konggres AS telah be-ralih ke ta-ngan po litisi Partai Republik ketika utang AS telah mencapai jumlah US$13 tri liun.

Presiden Obama pada dasarnya menginginkan dunia yang lebih tenang

agar dapat memfokuskan diri kepada perbaikan dalam negeri AS. Ia memiliki prefe rensi un-tuk terwujudnya perjanjian pembatasan senjata daripada melakukan peningkat an kekua-tan militer dan mengharapkan adanya penggantian langkah unilateral AS dengan sebuah perimbangan regional (regional balance of power).

Pada Januari 2010, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyatakan prinsip-prinsip yang akan meredefinisikan kepe mimpinan AS di Asia Pas-ifi k dan pendekatan AS dalam hal kerja sama multilateral bahwa (i) hubung an aliansi dengan Jepang, Korea Selatan, Australia, Thailand, dan Fili-pina menjadi tonggak keterli-batan AS di kawasan Asia Pasifi k. (ii) Institusi kawasan dan upaya yang dilakukan harus bekerja untuk memaju-kan tujuan-tujuan AS yang te-gas dan dikehendaki di ka-wasan tersebut. (iii) Institusi-institusi tersebut harus efektif dan terfokus untuk mencapai tujuan. (iv) AS harus senantiasa menjaga fl eksibilitasnya dalam mengejar tujuan-tujuannya. (v) AS haruslah memastikan insti-tusi mana yang akan menjadi yang terpenting dalam melin-dungi dan mempromosikan tujuan negara-negara kawasan secara kolektif.

Dalam pidatonya pada 28 Oktober 2010 di Hawaii, Men-teri Luar Negeri Clinton me-negaskan kembali langkah-langkah yang dilakukan pe-merintahan Obama untuk mem-perkokoh

perangkat utama (main tools) bagi keterlibatan AS di Asia, antara lain: sekutu-sekutu AS (Jepang, Korea Selatan, Austra-lia, Thailand, dan Filipina); kemitraan yang sedang tum-buh (emerging partnerships), dan upaya kebijakan AS de ngan institusi kawasan (our work with regional institutions).

Perangkat-perangkat terse-but ditujukan untuk mencapai tujuan diplomasi dalam tiga trek kunci: pertama, memben-tuk masa depan perekonomian kawasan Asia Pa sifik; kedua mendukung keamanan ka-wasan (underwriting regional security); dan ketiga, mem-perkokoh institusi de mokratis dan meningkatnya dukungan akan nilai-nilai kemanusiaan yang universal.

Hubungan Indonesia-AS dalam bentuk bantuan luar negeri AS memang memiliki aneka sumber kekuatan dalam bentuk kekuatan militer terbe-sar di dunia, kekuatan ideologi, dan sebuah bentuk negara re-publik yang tangguh dalam menghadapi pergulatan antara liberalisme politik dan otokrasi yang telah mewujudkan diri di masa ini.

Hal itu terwujud dalam pe-ningkatan bantuan AS di bidang pendidikan dasar dan sekolah menengah atas, peme rintahan yang demokratis dan terdesen-tralisasi, pembangun an ekono-mi, kesehatan, dan lingkungan hidup. Sangat kontras jika dibandingkan dengan bantuan pada 1950-an yang mencakup bantuan bahan makanan, reha-bilitasi infrastruktur, kesehatan, dan pelatihan. Pada 1970-an dan 1980-an, bantuan AS meliputi

dukungan ter-h a d a p

upa-

ya swasembada pangan dan ke luarga berencana.

Pada masa pemerintahan Presiden Bush dilangsungkan bantuan dari MCC (Millennium Challenge Account) mengang-gap Indonesia sebuah negara yang mencapai ambang batas (threshold) pada 2006 dan Indo-nesia menandatangani perjan-jian dua tahun untuk bantuan MCA di bawah Program Am-bang Batas MCC (MCC Thres-hold Program). Pada 2009 Darius Teter, seorang wakil presiden divisi pembangunan MCC, menyatakan bahwa In-donesia adalah salah satu dari 26 negara yang akan menerima hibah kompak (a multimillion-dollar compact grant) dari AS (US millennium challenge corporation) (Globe 2009).

MCC fokusnya adalah mem-bantu ne gara-negara berpeng-hasilan rendah dalam meng-upayakan pengurangan kemis-kinan melalui pemba ngunan ekonomi yang ber kelanjutan. MCC compact mencakup be-berapa isu pen ting di Indone-sia, sebagai misal Indonesia terpilih karena telah mencapai beberapa indikator yang diten-tukan beberapa institusi inde-penden.

Indikatornya meliputi kese-hatan, ekonomi, tata kelola yang baik, kadar imunisasi, dan derajat pendidikan perempuan, pe ngelolaan lingkungan hidup, dan pengendalian korupsi. Hibah MCC dianggap sebagai pengakuan dari institusi inter-nasional akan reformasi yang dilakukan di Indonesia istime-wa dalam soal pemberantasan korupsi.

Perjanjiannya akan dimulai akhir 2010 dan berlangsung dalam jangka waktu lima tahun menurut proposal yang diaju-kan Indonesia dan mitra negara dalam hal ini Indonesia akan

mengelola dana MCC (MCC compact funds). Bappenas

akan membentuk tim nasional untuk meng-

awasi proyek dan me-nentukan ke mana

hibah akan dia-lokasikan.

D a n a a k a n dialokasikan

dalam proyek yang akan memberikan akses lebih baik kepada sektor pen-didikan ser-ta usaha ke-cil dan juga program ke-l u a rg a b e -

rencana. Un-tuk menjamin

akun tabilitas, l a m a n M C C

akan memubli-kasikan se tiap ta-hap proyek dan

MCC akan me-nyediakan tim

independen untuk menyuper-visi proyek yang berlangsung.

Hubungan perekonomianDalam mengukur sehatnya

hubungan antarnegara dari jumlah bantuan yang diberikan AS tidak sejitu mengukur hubungan perekonomian Indo-nesia-AS. Karena perekonomi-an Indonesia yang akan men-jadi nomor 15 terbesar di dunia dalam ukuran lebih dari US$1 triliun dan akan meningkat sebesar 50% pada 2015 dalam kenyataannya hanya mengim-por US$5,1 miliar dari AS.

Hal itu sekadar membuat Indonesia sebagai pasar ke-37 terbesar mengekspor US$12,9 miliar ke AS dan hanya men-jadi tuan rumah bagi US$16 miliar investasi AS dari sejum-lah US$153 miliar investasi AS di Asia Tenggara.

Joshua Kurlantzick dari Council on Foreign Relations (2010) sangat menyayangkan bahwa mitra potensial AS, yakni Presiden Yudhoyono, terlampau lamban dalam me-nangani masalah korupsi, mereformasi militer, memba-ngun infrastruktur negeri, dan mempermudah proses bagi calon investor asing.

Walter Lohman dari The Heritage Foundation (2010) menegaskan bahwa iklim beru-saha di Indonesia bersifat kurang pasti secara yuridis, di samping ada banyak peraturan yang menghambat arus in-vestasi maupun perdagangan. Para pengamat itu mengharap-kan Presiden Obama dapat meminta segera pemberlakuan standar kelas satu untuk ber-langsungnya hubungan Indo-nesia-AS yang terukur secara rinci karena meningkatnya arus aktivitas perekonomian.

TIYOK

Wajarkah Ekspektasi Peningkatan Hubungan RI-AS Pascakunjungan Obama?

20 | Kolom Pakar SENIN, 8 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Oleh Suzie S SudarmanKetua Pusat Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia

SUMBER: CONGRESSIONAL BUDGET JUSTIFICATION VOLUME 2 FOREIGN OPERATIONS DEPARTMENT OF STATE FISCAL YEAR 2011