Volume molal parsial

3
VOLUME MOLAL PARSIAL TUJUAN Menentukan volume molal parsial komponen larutan PEMBAHASAN Percobaan ini bermaksud untuk menentukan volume molal parsial komponen larutan. Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat mol zat terlarut yang terdapat dalam 1000 gram pelarut. Pada percobaan ini, larutan yang digunakan yaitu larutan NaCl dan akuades. Alasan penggunaan NaCl dikarenakan NaCl merupakan larutan elekrolit kuat yang akan terurai menjadi ion Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial semu. Reaksi yang terjadi pada langkah ini adalah : Sebelum dimulai kegiatan percobaan, diawali dengan menimbang berat piknometer kosong dan berat piknometer yang berisi akuades. Tujuan mengukur berat piknometer di sini karena hasil berat piknometer kosong dan berat piknometer berisi akuades akan digunakan dalam proses penghitungan volume piknometer nantinya, di mana berat piknometer kosong diasumsikan sebagai Wb dan berat piknometer berisi akuades diasumsikan sebagai Wo. Saat hendak mengukur berat piknometer berisi akuades, maka tutup piknometer dibuka terlebih dahulu, setelah itu akuades dituangkan ke dalam piknometer hingga penuh, kalau perlu hingga akuades meluber (tumpah) ke luar. Hal ini bertujuan agar saat piknometer nantinya ditimbang, maka dipastikan piknometer telah penuh berisi akuades (tidak ada ruang yang tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan atau penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam piknometer. Hal ini dapat mempengaruhi penghitungan berat piknometer nantinya. Saat kondisi seperti itu, barulah tutup piknometer ditutupkan kembali. Setelah ditutup, tabung (bagian) luar piknometer dibersihkan menggunakan tisu atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi dalam proses penimbangan. Konsentrasi awal larutan NaCl yang dibuat dari pelarutan seberat 17,5 gram NaCl dalam 100 ml akuades yaitu 3 M. Pencampuran awal dapat dilakukan di dalam gelas beker sampai NaCl dan akuades bercampur sebagian. Setelah itu barulah dimasukkan ke dalam labu ukur untuk proses pengenceran, di mana akuades ditambahkan ke dalam labu ukur sampai tanda batas. Cara demikian pun dilakukan untuk membuat larutan NaCl dengan konsentrasi-konsentrasi lainnya.

Transcript of Volume molal parsial

Page 1: Volume molal parsial

VOLUME MOLAL PARSIAL

TUJUAN

Menentukan volume molal parsial komponen larutan

PEMBAHASAN

Percobaan ini bermaksud untuk menentukan volume molal parsial komponen

larutan. Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara

pelarut dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat mol zat terlarut yang

terdapat dalam 1000 gram pelarut.

Pada percobaan ini, larutan yang digunakan yaitu larutan NaCl dan akuades. Alasan

penggunaan NaCl dikarenakan NaCl merupakan larutan elekrolit kuat yang akan terurai

menjadi ion Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya penambahan

volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial semu. Reaksi yang

terjadi pada langkah ini adalah :

Sebelum dimulai kegiatan percobaan, diawali dengan menimbang berat piknometer

kosong dan berat piknometer yang berisi akuades. Tujuan mengukur berat piknometer di

sini karena hasil berat piknometer kosong dan berat piknometer berisi akuades akan

digunakan dalam proses penghitungan volume piknometer nantinya, di mana berat

piknometer kosong diasumsikan sebagai Wb dan berat piknometer berisi akuades

diasumsikan sebagai Wo.

Saat hendak mengukur berat piknometer berisi akuades, maka tutup piknometer

dibuka terlebih dahulu, setelah itu akuades dituangkan ke dalam piknometer hingga penuh,

kalau perlu hingga akuades meluber (tumpah) ke luar. Hal ini bertujuan agar saat

piknometer nantinya ditimbang, maka dipastikan piknometer telah penuh berisi akuades

(tidak ada ruang yang tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan atau

penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam piknometer. Hal ini dapat

mempengaruhi penghitungan berat piknometer nantinya. Saat kondisi seperti itu, barulah

tutup piknometer ditutupkan kembali. Setelah ditutup, tabung (bagian) luar piknometer

dibersihkan menggunakan tisu atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi dalam

proses penimbangan.

Konsentrasi awal larutan NaCl yang dibuat dari pelarutan seberat 17,5 gram NaCl

dalam 100 ml akuades yaitu 3 M. Pencampuran awal dapat dilakukan di dalam gelas beker

sampai NaCl dan akuades bercampur sebagian. Setelah itu barulah dimasukkan ke dalam

labu ukur untuk proses pengenceran, di mana akuades ditambahkan ke dalam labu ukur

sampai tanda batas. Cara demikian pun dilakukan untuk membuat larutan NaCl dengan

konsentrasi-konsentrasi lainnya.

Page 2: Volume molal parsial

Proses penimbangan piknometer yang berisi larutan dimulai dari konsentrasi larutan

NaOH tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga saat selesai ditimbang piknometer perlu dicuci

terlebih dahulu hingga benar-benar bersih. Hal ini dilakukan karena piknometer yang

digunakan hanya 1 buah, jadi menghindari terjadinya kesalahan yang besar pada percobaan.

Mencuci piknometer sebelum digunakan untuk menimbang larutan berikutnya bertujuan

agar nantinya berat yang ditimbang untuk yang konsentrasinya kecil tidak dipengaruhi oleh

yang konsentrasinya besar. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang besar dapat mempengaruhi

konsentrasi yang kecil di mana dimungkinkan akan menambah berat menjadi agak besar

walaupun tidak sama. Sebaliknya, konsentrasinya kecil tidak akan mempengaruhi berat

konsentrasi yang besar.

Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa perbedaan konsentrasi akan

menyebabkan perbedaan berat piknometer yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi larutan

NaCl maka semakin tinggi pula berat larutan tersebut (berat piknometer semakin besar).

Semakin beratnya ini disebabkan oleh penyusun dari larutan NaCl tersebut. Pada larutan

NaCl yang konsentrasinya besar (3 M) akan mengandung lebih banyak zat NaCl yang terlarut

daripada air sehingga beratnya menjadi lebih besar. Hal ini berkebalikan dengan larutan

NaCl yang konsentrasinya kecil (0,1875 M) tentunya akan mengandung zat NaCl yang lebih

sedikit. Apalagi diketahui bahwa larutan NaCl dibentuk dari pelarutan padatan NaCl. Hal ini

akan menyebabkan NaCl memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan dengan

pelarutnya (air).

Berat ini tentunya akan mempengaruhi berat jenis larutan, di mana berat jenis dapat

diperoleh dari proses penghitungan pembagian antara berat larutan dengan volume larutan.

Sehingga, perbedaan konsentrasi larutan NaCl juga pasti akan menghasilkan densitas yang

berbeda-beda pula, di mana semakin tinggi konsentrasi larutan maka densitasnya juga

semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan,

menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin banyak.

Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil percobaan yang menyatakan bahwa

saat konsentrasi larutan NaCl tertinggi yaitu 3 M, larutan memiliki nilai densitas 1,1129 g/ml.

Pada konsentrasi 1,5 M densitasnya 1,0621 g/ml, pada konsentrasi 0,75 M densitasnya

1,0322 g/ml, pada konsentrasi 0,375 M densitasnya 1,0213 g/ml, dan pada konsentrasi

terendah yakni 0,1875 M densitasnya 1,0103 g/ml. Urain tersebut jelas menyatakan bahwa

nilai densitas suatu larutan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi larutan tersbut.

Jumlah mol solute per kg solven atau biasa disebut molalitas apabila dibandingakan

dengan nilai volume molal parsial komponen 1 menyatakan sebuah perbandingan yang

terbalik. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil perhitungan menyatakan

bahwa saat nilai molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal harga V₁ nya yaitu 16,756. Pada

molalitas 1,539 molal, harga V₁ nya 17,639. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₁ nya 18,67.

Pada molalitas 0,3752 molal, harga V₁ nya 18,77. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu

0,1876 molal, harga V₁ nya 18,801.

Hasil di atas telah membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding terbalik

terhadap volume molal parsial komponen 1 (V₁) larutan tersebut. Sehingga, semakin tinggi

Page 3: Volume molal parsial

nilai molalitas suatu larutan, maka semakin rendah nilai volume molal parsial komponen 1

(V₁) larutan tersebut.

Kejadian yang terdapat pada V₁ ternyata bertolakbelakang dengan kejadian yang

terjadi pada V₂. Pada penentuan volume molal parsial komponen 2 (V₂) diperoleh hasil

bahwa nilai molalitas larutan berbanding lurus dengan nilai volume molal parsial komponen

2 (V₂). Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang diperoleh, di mana pada

molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal, harga V₂ nya 47,83. Pada molalitas 1,539 molal,

harga V₂ nya 26,63. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₂ nya 12,36. Pada molalitas 0,3752

molal, harga V₂ nya 2,37. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V₂

nya -4,56.

Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding lurus

terhadap volume molal parsial komponen 2 (V₂). Sehingga, semakin tinggi nilai molalitas

larutan tersebut, maka semakin tinggi pula nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂)

larutan tersebut.