Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

28

Transcript of Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Page 1: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014 |

http://kaskus.co.id

Page 2: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Laporan Utama

DAFTAR ISI volume I V | Nomor 1 1 | Edisi November 201 4 | www. ekon. go. id

Pembina :

Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian

Pengarah :

Sekretaris Kementerian

Koordinator

Bidang Perekonomian

Deputi Fiskal & Moneter

Koordinator :

Bobby Hamzar Rafinus

Editor :

Edi Prio Pambudi

Puji Gunawan

Ratih Purbasari Kania

Analis :

Sri Purwanti, Annida Masruroh,

Trias Melia,

Kontributor :

Juwita Lukitasari, Romi

Ramdani, Felix, Niken,

03 Editorial

Koordinasi Kebijakan Ekonomi

04 Rakortas Pengendalian Inflasi

Antisipasi Kenaikan Harga

Pasca Kenaikan BBM

Ekonomi Internasional

05 Wall Street Yakini Kenaikan

Suku Bunga AS

08 Nawa Cita, 9 Agenda

Prioritas Jokowi-JK

10 Membangun Potensi

Indonesia Sebagai

Negara Maritim

12 Kondisi dan Tantangan

Infrastruktur

14 Produktivitas

Untuk Daya Saing

KUR

16 Realisasi Penyaluran KUR

Periode Oktober 2014

Ekonomi Kreatif

18 Perkembangan dan Masa

Depan Industri Animasi

Keuangan

20 Perkembangan Perbankan

Syariah

Fiskal dan Regulasi Ekonomi

22 Realisasi APBN-P 2014

Ketenagakerjaan

24 Tenaga Kerja Indonesia

Di Hongkong

26 Pendidikan Keuangan

Bagi Remaja

27 Rubrik Menko

Pembangunan

Giant See Wall

Page 3: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

ada tanggal 20 Oktober 2014 yang lalu Indonesia

memil iki pemerintahan yang baru di bawah

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf

Kal la. Pimpinan nasional yang baru merupakan

hasil pemil ihan umum langsung pada 9 Jul i 2014,

dengan jumlah pemil ih mencapai 75% penduduk

yang berhak memil ih. Indonesia telah mengalami

pemilu Presiden secara langsung yang ketiga

kal inya dengan lancar sejak tahun 2004. Meskipun

melalui persaingan yang ketat antar dua kandidat

Presiden, Pemilu berlangsung damai. Peral ihan

kekuasaan di Indonesia tahun 2014 diakui dunia

sebagai keberhasilan demokrasi yang patut

dicontoh negara-

negara

berkembang.

Dari sisi pelaku

ekonomi,

pergantian

pemerintahan

diharapkan

mengakhiri

periode ‘wait and

see’, dan

memberi

kepastian usaha .

Hal ini tentunya

dapat segera diwujudkan apabila terdapat

kelanjutan arah dan kelembagaan antar

pemerintahan. Tentu dikehendaki kelanjutan

dengan perbaikan dan penyelesaian terhadap

permasalahan yang lalu. Pada RJPP 2005 – 2025,

periode 2015-2019 diarahkan untuk dapat

mencapai tahapan “Memantapkan pembangunan

secara menyeluruh di berbagai bidang dengan

menekankan pencapaian daya saing kompetitif

perekonomian berlandaskan keunggulan sumber

daya alam dan sumber daya manusia berkual itas

serta kemampuan Iptek yang terus meningkat”.

Pada dokumen RPJMN 2015-2019 teknokratis

yang disusun oleh Bappenas disampaikan bahwa

salah satu tantangan utama pembangunan jangka

panjang adalah meningkatkan pertumbuhan

ekonomi. Indonesia dapat masuk dalam kelompok

negara berpendapatan tinggi pada tahun 2030an

apabila tumbuh rata-rata 6-8% setiap tahunnya.

Sejalan dengan arahan RPJP, maka tugas

Pemerintah selama l ima tahun ke depan adalah

memantapkan fundasi ekonomi untuk terjadinya

percepatan pertumbuhan ekonomi.

Tantangan yang dihadapi untuk menciptakan

fundasi tersebut adalah meningkatkan

ketersediaan infrastruktur, melakukan penguatan

struktur ekonomi, mempercepat reformasi regulasi

yang menghambat pertumbuhan, mendorong

penguasaan

teknologi, dan

meningkatkan

kemampuan

pembiayaan

pembangunan.

Kel ima tantangan

tersebut perlu

dikerjakan

dengan mandiri ,

cepat dan tepat

menimbang

situasi ekonomi

global yang

makin kuat

pengaruhnya seperti penerapan kerjasama

Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Selain itu juga perkembangan beberapa negara

mitra dagang utama, seperti Tiongkok, Amerika

Serikat, dan Jepang yang banyak menimbulkan

ketidakpastian. Kebersamaan akan membuat

tantangan tersebut menjadi mudah. Bersatu kita

teguh, bercerai kita runtuh.

volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 03

Bobby Hamzar Rafinus

Editorial

P

Page 4: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

04 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

Koordinasi Kebijakan Ekonomi

Rakortas Pengendalian Inflasi(Antisipasi kenaikan harga pasca kenaikan BBM bersubsidi)

Dalam upaya antisipasi kenaikan harga BBM bersubsidi

yang dinaikkan pemerintah pada bulan November 2014,

diperlukan upaya-upaya antisipatif untuk mencegah

dan meminimal isir dampak yang akan timbul pada

sektor perekonomian dan sosial dalam jangka panjang.

Rakortas yang dihadiri oleh kementerian dibawah

koordinasi Kementerian Koordinator bidang

Perekonomian, Kemaritiman serta Bank Indonesia

diselenggarakan dua hari setelah kenaikan BBM

bersubsidi bertempat di Kantor Kemenko Perekonomian

membahas upaya antisipatif dalam pengendal ian inflasi

setelah dinaikkannya BBM bersubsidi jenis premium dan

solar.

Dengan adanya kenaikan BBM pada bulan November

maka diperkirakan akan berdampak pada peningkatan

inflasi pada bulan pertama setelah kenaikan yang pada

akhirnya akan berimbas pada peningkatan inflasi yang

diperkirakan pada akhir tahun mencapai 7,8%(yoy).

Dampak langsung dari kenaikan BBM bersubsidi adalah

naiknya tarif angkutan dalam kota serta angkutan antar

kota. Dengan adanya kenaikan tarif antar kota maka

akan medorong peningkatan inflasi pada akhir tahun

dan lebih tinggi lagi apabila kenaikan tarif antar kota

serta merta memperhitungkn kenaikan biaya komponen

lainnya.

Berdasarkan pantauan tarif angkutan dilapangan,

kenaikan tarif angkutan dalam kota di beberapa kota

cukup tinggi yang berkisar antara 30%-40%. Padahal

j ika tariff angkutan kota naik sebesar 10% seperti yang

sudah ditatapkan maka hal ini akan mengurangi

dampak terhadap kenaikan inflasi . Saat ini pertumbuhan

jumlah kendaraan bermotor dalam tiga tahun terakhir,

rata-rata angka penjualan mobil mencapai 1,1 juta unit

per tahun dan sepeda motor 7,6 juta unit per tahun,

dimana konsume pengguna premium adalh sepeda

motor. Dengan tingginya perbedaan harga BBM

bersubsidi dan BBM Non subsidi mengakibatkan

adanya migrasi dari pengguna BBM non subsidi ke BBM

bersubsidi.

Peningkatan inflasi tidak hanya berimbas pada bulan

pertama kenaikan BBM bersubsidi dan akhir tahun

2014, namun hal ini juga berdampak pada inflasi pada

tahun 2015. Dengan adanya kenaikan BBM bersubsidi

pada bulan November 2014 maka diproyeksikan akan

meningkatkan inflasi pada tahun 2015 mendekati batas

atas sasaran inflasi tahun 2015, sehingga diperlukan

pengaturan dalam hal timing dalam hal kebijakan

administered price.

Dalam upaya pengendal ian inflasi akibat administered

price tersebut maka diperlukan koordinasi dalam hal

pengendal ian tarif angkutan darat terutama diantara

kementerian terkait dengan pemerintah daerah. Dengan

adanya himbauan kepada pemerintah daerah dari

Kementerian Dalam negeri agar dalam penetapan tarif

angkutan dalam kota mempertimbangkan kenaikan

yang wajar serta mengacu pada besaran kenaikan tarif

AKAP, hal ini akan mengurangi dampak inflasi yang

timbul didaerah. Sementara itu, perlu juga dirumuskan

program kompensasi yang implementatif terutama

menyangkut aspek dan mekanisme pembiayaan bagi

sektor transportasi.

Dalam bidang pangan, khususnya kenaikan inflasi dari

volati le food, pemerintah dan juga pihak swasta harus

senantiasa berkoordinasi dalam rangka menjaga

kelancaran distribusi dan bahan pokok dengan

memastikan ketersediaan bahan pangan pokok apakah

sudah mencukupi di setiap daerah serta menjamin

beroperasinya sarana transportasi barang secara normal

di seluruh daerah. Sementara itu kepada para pelaku

usaha sebainya tidak menaikan harga barang secara

berlebihan karena akan menambah dampak inflasi yang

lebih besar.

Mengingat pentingnya pengendal ian inflasi baik

ditingkat pusat maupun daerah, oleh karena itu perlu

dilakukan koordinasi yang lebih intensif antara

pemerintah, bank Indonesia dalam rangka

mengarahkan ekspektasi inflasi serta dalam jangka

panjang senantiasa berkoordinasi dalam pengendal ian

inflasi dari kebijakan administered prices 2015.

Ratih Purbasari Kania

Page 5: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Ekonomi Internasional

Wal l Street dan sejumlah ekonom meyakini bahwa

The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan

AS pada Juni 2015. Akan tetapi sejauh ini masih

terdapat respon pasar yang cenderung meremehkan

kebijakan uang ketat yang akan dilakukan oleh The Fed.

Berdasarkan laporan yang diri l is Reuters, dari 19 dealer

utama sebanyak 14 dealer atau bank-bank yang

berhubungan langsung dengan The Fed mempunyai

ekpektasi kenaikan perdana suku bunga acuan The Fed

dengan biaya pinjaman meningkat sebesar 1 persen

sampai akhir tahun tersebut. Sementara itu, mengacu

pada data survei yang dilakukan di tempat terpisah

pada awal Bulan Oktober lalu , dari 19 dealer utama

sebanyak 15 dealer menyatakan proyeksinya bahwa The

Fed akan menaikkan suku bunga pada Juni 2015. Hal

senada juga diyakini oleh 24 ekonom yang disurvei di

tempat terpisah pasca anjloknya harga saham akibat

tingginya tingkat volati l itas bulan lalu .

Sebanyak sebelas dari 14 ekonom mengatakan The Fed

akan menaikkan suku bunga lebih agresif dibandingkan

pedagang di pasar obl igasi. Bagian kontrak dana

berjangka The Fed meminta agar para pedagang

obl igasi untuk menetapkan harga obl igasi pada tingkat

probabil itas di kisaran 34 persen dari kenaikan suku

bunga pada Bulan Juni 2015 kemudian melakukan

penyesuaian dengan mematok harga obl igasi pada

tingkat probabil itas sekitar 63 persen di Bulan

September 2015.

Terjadinya aksi jual pada Bulan Oktober 2014

berpengaruh signifikan menekan inflasi AS ke level yang

lebih rendah. Kondisi ini kemudian mendorong para

investor berekspektasi terhadap kenaikan suku bunga

The Fed yang diawal i pada pertengahan Tahun 2015

dan bahkan berlanjut sampai Tahun 2016. Kendati

demikian, pasar merespon cepat dengan melakukan

adjustment sehingga kondisi pasar cepat pul ih.

Setelah pertemuan Federal Open Market Committee

(FOMC) pada Bulan Oktober dan juga laporan semakin

membaiknya kondisi perekonomian AS, Bank Sentral AS

mengeluarkan kebijakan yang dinilai sangat percaya diri

ditengah masih melambatnya ekonomi global . Selain

itu, juga dilaporkan penurunan pemanfaatan sumber

daya di bursa tenaga kerja semakin berkurang. Pasca

pul ihnya kondisi perekonomian AS yang ditunjukkan

dengan bertambahnya 214.000 lapangan pekerjaan

pada Oktober 2014. Departemen Ketenagakerjaan AS

juga menyebutkan tingkat pengangguran mengalami

penurunan hingga menyentuh level terendah dalam

enam tahun terakhir hingga mencapai angka 5,8 persen.

Sebanyak 18 dealer memproyeksikan untuk tingkat

dana Bank Sentral AS pada akhir tahun 2015 berada di

angka 1 persen, sedikit berbeda dari perkiraan The Fed

selaku otoritas kebijakan moneter yang

menempatkannya di angka 1,38 persen seperti proyeksi

dari pertemuan Bulan Oktober. Sementara 14 dealer

volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 05

gigaom.com

Page 6: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

memproyeksikan pada akhir Tahun 2016 tingkat suku

bunga The Fed adalah 2,5 persen berbeda tipis

dibandingkan dengan proyeksi The Fed sebesar 2,88

persen. Sedangkan pada akhir tahun 2017, disebutkan

10 dealer memproyeksikan tingkat suku bunga acuan

sebsar 3,5 persen sementara otoritas moneter AS

memproyeksikan sebesar 3,75 persen.

Perlu diketahui bahwa sejak Bulan Desember 2008, The

Fed menargetkan tingkat suku bunga acuan berada

pada kisaran nol hingga 0,25 persen. Ketika pemul ihan

ekonomi yang ditandai dengan merosotnya angka

pengangguran telah mengubah arah kebijakan The Fed

untuk menaikkan tingkat suku bunga yang diperkirakan

oleh berbagai kalangan diawal i pada Bulan Juni 2015

nanti.

www.nyc­info.de

id. wikipedia. org

gigaom. com

06 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

Page 7: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

LAPORAN UTAMAVISI MISI KABINET KERJA

PRODUKTIVITAS

KEMARITIMANINFRASTRUKTUR

english. ahram. org. eg

Page 8: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Laporan Utama

08 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

Nawa Cita, 9 Agenda PrioritasKabinet Kerja Jokowi-JK

S etelah berhasil memenangkan pemil ihan umum

presiden yang diselenggarakan Komisi Pemil ihan Umum

(KPU) pada 9 Jul i 2014. Terpil ihlah pasangan Jokowi –

Jusuf Kal la sebagai Presiden dan Wakil Presiden

Republ ik Indonesia untuk periode 2014-2019. Setelah

dilantik oleh MPR RI, Jokowi-JK segera menyusun

kabinetnya, yang diberi nama kabinet kerja dengan 34

menteri yang akan membantunya mewujudkan visi dan

misi Jokowi-JK.

Jokowi-JK mengusung visi , misi , dan program aksi

dengan jalan perubahan untuk Indonesia yang

berdaulat, mandiri , dan berkepribadian. Dalam

pemerintahan Jokowi-JK terdapat sembilan agenda

prioritas yang disebut Nawa Cita yakni sebagai berikut:

1.Menghadirkan kembal i negara untuk mel indungi

segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada

seluruh warga negara, melalui pol itik luar negeri bebas

aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan

pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu

yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat

jati diri sebagai negara maritim.

2.Membuat pemerintah tidak absen dengan

membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,

efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan

prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publ ik

pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan

konsol idasi demokrasi melalui reformasi sistem

kepartaian, pemilu , dan lembaga perwakilan.

3.Membangun Indonesia dari pinggiran dengan

memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka

negara kesatuan.

4.Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi

sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi,

bermartabat, dan terpercaya.

5.Meningkatkan kual itas hidup manusia Indonesia

melalui peningkatan kual itas pendidikan dan pelatihan

dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia

Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong

land reform dan program kepemil ikan tanah seluas 9

hektar, program rumah kampung deret atau rumah

susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk

rakyat di tahun 2019.

6.Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di

pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa

maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7.Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan

menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi

domestik.

8.Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan

penataan kembal i kurikulum pendidikan nasional

dengan mengedepankan aspek pendidikan

kewarganegaraan, yang menempatkan secara

proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran

sejarah pembentukan bangsa, ni lai-ni lai patriotisme dan

cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti

di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

9.Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat

restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat

pendidikan kebhinnekaan dan enciptakan ruang-ruang

dialog antarwarga.

Jadi, semua program kementerian/Lembaga harus

mengacu pada Nawa Cita. Sejalan dengan itu, Jokowi

juga menekankan bahwa kabinet kerjanya harus mampu

mengimplementasikan Nawa Cita dan Trisakti untuk

Indonesia sehingga Sembilan agenda prioritas tersebut

dapat terwujud.

Sementara itu, visi dan misi pemerintahan Jokowi-JK

dengan platform perubahan di tahun berjalan. Dimana

misi Jokowi-JK sebagai berikut:

1.Mewujudkan keamanan nasional yang mampu

menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian

ekonomi, dengan mengamankan sumberdaya maritim,

dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai

Negara kepulauan.

2.Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan,

dan demokratis berlandaskan Negara hukum.

3.Mewujudkan pol itikluar negeri bebas aktif dan

memperkuat jati diri sebagai Negara maritim.

4.Mewujudkan kual itas hidup manusia Indonesia yang

tinggi, maju, dan sejahtera.

Page 9: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

5.Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6.Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritim yang

mandiri , maju, kuat dan berbasiskan kepentingan

nasional

7.Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam

berkebudayaan.

Kondisi Indonesia tahun 2014 dinilai sarat dengan

merosotnya wibawa negara, melemahnya sendi-sendi

perekonomian nasional , intoleransi dan krisis

kepribadian Indonesia. Jokowi-JK memil iki strategi

terobosan dengan kerja Trisakti dan kerja Nawa Cita

untuk jalan perubahan. Dimana ditargetkan tahun 2019

Indonesia sebagai negara bekerja, kemandirian yang

mensejahterakan, dan juga terwujudnya sebuah revolusi

mental . Semoga.

volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN |09

nasional. kompas. com

bloggernias. blogspot. com

Page 10: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

uas lautan dibandingkan luas daratan di dunia

mencapai kurang lebih 70 berbanding 30. Mel ihat hal

tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi negara-

negara di dunia yang memil iki kepentingan laut untuk

memajukan maritimnya. Seiring perkembangan

l ingkungan strategis, peran laut menjadi signifikan serta

dominan dalam mengantar kemajuan suatu negara.

ndonesia secara geografis merupakan sebuah negara

kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar

daripada daratan. Ini lah yang menjadikan Indonesia

negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504

pulau wilayah pesisir yang membentang sepanjang

91.000 kilometer dari Sabang sampai Merauke. Garis

pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000

km) yang menjadikan Indonesia menempati urutan

kedua setelah Kanada sebagai negara yang memil iki

garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang

merupakan potensi besar untuk memajukan

perekonomian Indonesia.

Indonesia juga memil iki ekosistem laut pal ing kaya di

dunia berupa hutan mangrove, padang lamun (rumput

laut), dan terumbu karang terluas dunia. Indonesia juga

terletak di posisi geografis strategis pada persimpangan

internasional Samudera Hindia-Pasifik serta benua Asia-

Austral ia, sehingga menjadi pusat berbagai aktivitas

ekonomi dan sosial kelautan. Dengan kata lain, selain

terbesar dari segi bio-fisik, laut Indonesia juga sangat

strategis secara geopol itik. Impl ikasi luas pemanfaatan

sumberdaya alam secara berlebihan dan tidak serius

memberikan konsekuensi makin rapuhnya status

sumberdaya kelautan Indonesia yang menyebabkan

kerugian ekonomi, ekologis, dan sosial yang sangat

besar.

Potensi maritim yang berbanding lurus dengan

kekayaan laut Indonesia tidak menjadikan bangsa

Indonesia tidak dikenal sebagai pemakan ikan. Oleh

karena itu, budaya maritim harus berwujud reformasi

kultural , atau jika meminjam isti lah Presiden Terpil ih,

Bapak Joko Widodo, “Revolusi Mental”, yang diawal i

dari meja makan, dimana ikan harus menjadi menu

utama bangsa Indonesia. Gemar makan ikan laut, selain

mencerdaskan bangsa sebagaimana bangsa Jepang

memil iki tradisi kuat mengkonsumsi ikan, akan

mendorong terbenahinya tata kelola kelautan Indonesia

yang tumpang tindih.

Pemerintah dapat mewujudkan budaya maritim dengan

cara mendorong dunia pendidikan, keluarga dan

lembaga terkait memil iki program makan ikan laut.

Membentuk suatu budaya itu tidak bisa instan tetapi

harus dididik, diajari dan diedukasi. Ini hal yang

sederhana tetapi akan mengubah cara pandang bangsa

Indonesia terhadap lautnya. J ika makan ikan laut

Mengembangkan PotensiIndonesia Sebagai Negara Maritim

L

10 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

nasional. kompas. com

Page 11: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

menjadi tradisi , kebutuhan makan ikan meningkat,

i l legal fishing diperangi, pembangunan instruktur

kelautan dan kekuatan keamanan dan keselamatan laut

ditingkatkan. Pada ujungnya nanti Indonesia tidak

membutuhkan banyak badan yang mengatur tata kelola

kelautan.

Upaya pembangunan Maritim dihadapkan pada

tantangan -meskipun potensi yang dimil iki oleh

Indonesia sangat besar, persoalan, dan kompleksitas

yang perlu dipahami dan diantisipasi dengan baik. Dari

banyaknya tantangan untuk mengembangkan Indonesia

sebagai poros maritim dunia, ada dua tantangan besar

yang harus segera diselesaikan.

Tantangan pertama adalah lemahnya Pengelolaan

Pelabuhan dan Logistik Kondisi pelabuhan di Indonesia

masih sangat memprihatinkan. Dari 134 negara,

menurut Global Competitiveness Report 2010-2011,

daya saing pelabuhan di Indonesia hanya berada di

urutan ke-95. Akibat lemahnya pengelolaan pelabuhan

dan sistem logistik, Indonesia mengalami potensi

kerugian ekonomi yang sangat besar mengingat

Indonesia merupakan salah satu lalu l intas tersibuk

dunia. Banyak para pengusaha mengeluhkan masih

tingginya biaya logistik akibat infrastruktur, terutama

pelabuhan, belum maksimal . Pengelola Pelabuhan

masih gagal mengantisipasi pertumbuhan arus barang.

Padahal setiap tahun ada prediksi pertumbuhan

ekonomi yang jelas berdampak pada kenaikan arus

barang di pelabuhan itu. Perbaikan sistem logistik

nasional yang salah satunya dilakukan melalui

percepatan dwel l ing time diharapkan akan menjadi

kunci efisiensi perekonomian Indonesia. Apalagi,

dengan skema MEA yang sudah berada di depan mata,

efisiensi ekonomi bakal menentukan daya saing

Indonesia.

Kedua, Il legal , Unreported, Unregulated (IUU) Fishing

Perairan Indonesia yang sangat kaya sumber daya

perikanan menjadi target-target bagi ribuan kapal

setiap tahun untuk melakukan praktek kegiatan

perikanan ilegal (i l legal fishing). Kerugian ekonomi bagi

Indonesia akibat kegiatan yang mel ibatkan tidak kurang

dari 10 negara tetangga diperkirakan lebih dari Rp 100

Trilun setahun. Potensi kemaritiman Indonesia juga

belum digarap optimal . Keuntungan posisi strategis

Indonesia, justru dinikmati Singapura karena

kemampuan negara kota itu memberikan layanan yang

memuaskan bagi kapal dagang yang mel intas di

perairan Nusantara. Disamping praktek perikanan ilegal ,

ternyata praktek perizinan kapal i legal (i l legal l icensing)

juga sangat marak di Indonesia.

Perlu adanya pengelolaan sumber daya perikanan

secara bertanggung jawab. Kondisi perikanan dunia saat

ini tidak dapat lagi dikatakan masih berl impah. Tanpa

adanya konsep pengelolaan yang berbasis l ingkungan,

dikhawatirkan sumber daya yang sangat potensial ini

(sebagai sumber protein yang sehat dan murah) bisa

terancam kelestariannya. Karena itu, sidang Organisasi

Pangan Sedunia (FAO) telah mengeluarkan petunjuk

aturan pelaksanaan dan metode untuk

mengembangkan kegiatan perikanan yang mencakup

perikanan tangkap dan budidaya. Dan aturan ini

harusnya juga diterapkan di Indonesia untuk menjaga

kelestarian kekayaan laut agar terus menerus

“mel impah”

Selain dari sisi pemanfaatan hasil laut, perlu dipandang

dari sisi pertahanannya pula. Dari sisi pertahanan,

penguasaan laut berarti mampu menjamin penggunaan

laut untuk kepentingan nasional dan mencegah lawan

menggunakan potensi laut yang kita mil iki . Pemerintah

perlu segera menyelesaikan percepatan batas wilayah

laut agar dapat memberikan memberikan kepastian atas

batas wilayah negara dan dapat mempererat hubungan

bilateral antara negara yang berbatasan, serta

mendorong kerja sama kedua negara yang berbatasan

di berbagai bidang termasuk dalam pengelolaan

kawasan perbatasan, misal terkait pelayaran, kelautan

dan perikanan.

Mel ihat bagaimana kejayaan masa lampau diperoleh

karena mengoptimalkan potensi laut sebagai sarana

dalam suksesnya perekonomian dan ketahanan pol itik

suatu negara, maka menjadi suatu hal yang wajar bila

sekarang ini Indonesia harus lebih mengembangkan

laut demi tercapianya tujuan nasional . Indonesia

menyandang predikat “Negara Maritim” atau negara

kepulauan.

Sri Purwanti

volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN |11

Page 12: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Laporan Utama

enyediaan infrastruktur dalam pembangunan

merupakan salah satu investasi . Investasi dalam

infrastruktur mempunyai dampak langsung terhadap

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peningkatan

investasi dapat meningkatkan PDB suatu negara.

Pembangunan infrastruktur daerah serta infrastruktur

yang menghubungkan antara daerah satu dengan

daerah lainnya juga diperlukan dalam mendukung

peningkatan aktivitas perekonomian serta sektor

lainnya.

Dalam upaya meningkatkan daya saing dalam

perekonomian internasional maka ketersediaan

infrastruktur menjadi prasyarat utama teruta

infrastruktur utama yaitu jalan raya, air bersih dan

instalasi l istrik harus sudah tersedia . Pasokan tenaga

l istrik yang optimal yakni dapat terpenuhinya kebutuhan

l istrik baik dipedesaan maupun diperkotaan. Selain itu

penyediaan air minum sedagai salah satu kebutuhan

dasar masyarakat yakni adanya akses masyarakat

terhadap air bersih.

Infrastruktur yang mendukung air adalah berupa air

baku yaitu merupakan kapasitas air baku, sehingga

diupayakan untuk meningkatkan kapasitas prasarana air

bakuuntuk melayani rumah tangga dan industri . Di

daerah-daerah baik diperkotaan dan pedesaan

diperukan sarana air bersih baik untuk air minum

maupun untuk sanitasi . Dibangun pula PDAM sehingga

masyarakat mendapatkan akses air minum yang layak

sesuai dengan standar kesehatan. Sementara itu, dalam

upaya menjangkau akses sanitasi bagi masyarakat telah

dibangun sarana sanitasi komunal yang sesuai syarat

dan standar kesehatan. Dengan adanya pengadaan

sarana air bersih baik untuk air minum maupun sanitasi

maka akan menurunkan angka kematian bayi dan bal ita

yag disebabkan oleh penyakit diare.

Infrastruktur lainnya adalah infrastruktur transportasi

yang mel iputi transportasi darat, transportasi udara,,

transportasi laut, transportasi ferry, serta logistik. Dalam

mendukung perhubungan darat diperlukan kondisi

kemantapan jalan raya anatara lain mel iputi jalan

nasional , jalan propinsi serta jalan kabupaten/kota.

Untuk perkeretaapian, diperlukan perbaikan serta

pemel iharaan rel atau jalur perkeretaapian, selain itu

penambahan menjadi double track sangat bermanfaat

dalam mensiasati membludaknya jumlah penumpang

angkutan kereta api. Penambahan fasil itas

perkeretaapian dilakukan dengan membangun stasiun-

stasiun dan fasil itas pendukukungnya. Penambahan

jalur kereta api juga membantu mengatasi masalah

transportasi darat terutama pada saat fix season seperti

hari raya besar keagamaan dan hari l ibur nasional

lainnya. Selain penambahan jalur perkeretaapian juga

12 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

P

Kondisi dan TantanganSektor Infrastruktur

www. voaindonesia. com

Page 13: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

diperlukan penambahan gerbong kereta baik gerbong

penumpang maupun barang.

Transportasi diwilayah jabodetabek dan Jakarta

khususnya perlu mendapat perhatian karena sebagai

ibu kota negara, DKI Jakarta merupakan pengerak

utama perekonomian nasional juga sebagai pusat

pemerintahan. Oleh karena itu kelancaran system

transportasi akan mendukung system tata kelola

pemerintahan juga perekonomian. Transportasi di

wilayah perkotaan mencakup transportasi berupa Bis

ataupun berupa MRT. Saat ini transportasi yang tersedia

adalah berupa Bus Way yang telah dilengkapi dengan

fasil itas jalur jalan tersendiri serta halte-halte yang

menghubungkannya diwilayah kota Jakarta. Sedangkan

untuk sarana perkeretaapian sudah mulai dibenahai baik

dari sisi manajemen, sarana prasarana serta

pelayanannya sehingga meningkatkan kenyamanan

masyarakat pengguna kereta api.

Sebagai negara maritim yang mempunyai ribuan pulau

di seluruh nusantara, transportasi udara serta

transportasi laut juga menjadi prioritas dalam upaya

pelaksanaan pembangunan baik didaerah maupun di

tingkat nasional . Transportasi udara ditingkatkan

dengan membangun bandara dengan sasaran

pembangunan dan pengembangan bandara dengan

jangkauan yang lebih besar dalam upaya mengatasi

kepadatan arus penumpang.

Sebagai negara maritim transportasi laut baik sarana

dan prasarana maupun SDM yang mengelola menjad

perhatian utama dalam rangka mendukung system

logistic nasional yang mengangkut barang dari daerah

penghasil ke daerah yang memerlukan. Infrastruktur

dalam transportasi laut terutama adalah jumlah

armada/kapal nasional , peningkatan pelabuhan trans

pengangkut barang internasional . Penambahan kapal-

kapal pengangkut diperlukan untuk pengangkutan

barang-barang terutama barang untuk tujuan ekspor

dan impor. Oleh karena itu pembangunan pelabuhan

yang memenuhi standar internasional menjadi

persyaratan utama dalam mendukung infrastruktur

kelautan.

Selain pembangunan pelabuhan-pelabuhan besar,

diperlukan pula infrastruktur kelautan yang

menghubungkan antara pulau-pulau kecil diseluruh

nusantara maupun pulau-pulau kecil terluar untuk

mengangkut logistik dari daeah pemasok barang. Oleh

karena itu dengan adanya infrastruktur pelabuhan dan

perkapalan yang terpenuhi maka hal ini akan

mengurangi biaya logistic dari pendistribusian barang

dan jasa. Selain itu , dengan adanya infrastruktur

kelautan ini dapat menurunkan waktu pelayanan serta

pendistribusian barang dan jasa.

Ratih Purbasari Kania

volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 13

Page 14: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Laporan Utama

ProduktivitasUntuk Sebuah Daya Saing

Berkelanjutanahun ini, perolehan rangking indeks daya saing

Indonesia kembal i meningkat dengan menempati

peringkat ke-34 dari 144 negara dibandingkan

perolehan peringkat ke-38 pada tahun sebelumnya

seperti yang dilansir oleh World Economic Forum dalam

Global Competitiveness Report 2014-2015.

Dalam penilaian daya saing tersebut, WEF menyebutkan

bahwa kriteria penilaian didasarkan pada 12 pilar daya

saing, yaitu kondisi dan situasi ekonomi makro,

pengembangan pasar finansial ,ukuran pasar, l ingkungan

bisnis, infrastruktur, pengelolaan institusi yang baik,

kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tingkat

atas dan pelatihan, efisiensi pasar, efisiensi tenaga kerja,

kesiapan teknologi, dan inovasi.

Naiknya peringkat indeks daya saing Indonesia

disumbang adanya perbaikan di beberapa kriteria

indikator penilaian seperti infrastruktur dan konektivitas

yang berkembang cukup signifikan, kual itas tata kelola

sektor swasta dan publ ik, efisiensi pemerintah, dan

pemberantasan korupsi, dan laju pertumbuhan ekonomi

yang terus meningkat beberapa tahun terakhir.

Sementara itu, dari ke-12 indikator penilaian indeks

daya saing, total skor yang diperoleh Indonesia adalah

4,57, dimana posisi daya saing Indonesia mengunggul i

sejumlah negara di Benua Biru seperti Spanyol (35),

Portugal (36), dan Ital ia (49). Indonesia masih dengan

posisi yang lebih unggul dibandingkan dnegan negara-

negara di Timur Tengah seperti Kuwait (40), Bahrain (44),

atau Oman (46), juga negara-negara Asia seperti Fi l ipina

(52) Vietnam (68), dan India (71). Adapun negara-negara

Asia yang posisinya berada di atas Indonesia yaitu

Singapore (2), Jepang (6), Taiwan (14), Malaysia (20),

Korsel (26), China (28), dan Thailand (31).

Kendati demikian, menurut laporan WEF tersebut

terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian

Indonesia untuk meningkatkan daya saing. Indonesia

harus menekan tingginya korupsi, memperbaiki defisit

neraca perdagangan, memperluas pasar tenaga kerja,

mendorong tingkat partisipasi perempuan,

meningkatkan pelayanan publ ik, serta meningkatkan

efektivitas dan efisiensi melalui pemanfatan teknologi.

Dalam sebuah acara Vice Presidential Lecture bertajuk

Competitiveness of Indonesia di Jakarta pada Bulan

September 2014, Boediono menyampaikan bahwa

peningkatan PDB tidak selalu mencerminkan

kemampuan produktif bangsa jika hanya berorientasi

pada kenaikan volume produksi. Bel iau juga

mengatakan indikator utama untuk memacu daya saing

Indonesia adalah tingkat produktivitas. Dimana dengan

adanya kemampuan produktif, maka suatu bangsa akan

mampu untuk bertahan ditengah ketatnya kompetisi

antar negara dan bisa mengejar ketertinggalannya dari

negara-negara maju.

Boediono menenkankan pentingnya sebuah bangsa

untuk meningkatkan daya saingnya. Mengingat

tantangan yang dihadapi semakin advance sehingga

suatu bangsa harus selalu siap dengan impelmentasi

langkah-langkah jangka panjang.

Dengan adanya kemampuan produktif, maka suatubangsa akan mampu untuk bertahan ditengah

ketatnya kompetisi antar negara

14 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

T

Page 15: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Adapun komponen yang perlu ditingkatkan untuk

menopang kemampuan produktif yaitu kreativitas

manusia. Dimana terdapat mental capital dan basic

capital yang mel iputi pembangunan infrastruktur. Untuk

mereal isasikan hal tersebut dibutuhkan investasi demi

memastikan tercapainya pembangunan kedua

komponen tersebut. Jadi pada kesimpulannya, suatu

negara akan maju dan modern apabila mampu untuk

survive dan mampu mengejar ketertinggalannya

ditengah sengitnya persaingan di berbagai aspek

dengan negara-negara lain .

volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 15

ariswildan. blogspot. com

Page 16: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

redit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu

instrumen peningkatan akses pembiayaan bagi Usaha

Mikro, Kecil , dan Menengah (UMKM) yang merupakan

amanat Instruksi Presiden No. 6 tahun 2007 tentang

Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Rii l dan

Pemberdayaan UMKM. Inpres tersebut diterbitkan dalam

rangka pemberdayaan UMKM, penciptaan lapangan

kerja, dan penanggulangan kemiskinan melalui

peningkatan akses pembiayaan, pengembangan

kewirausahaan, peningkatan pasar produk UMKM, dan

perbaikan regulasi bagi UMKM. KUR diluncurkan pada

November 2007 dan mensasar usaha produktif yang

layak namun belum bankable.

Secara akumulatif, penyaluran KUR Nasional sejak tahun

2007 sampai dengan Oktober 2014 sebesar Rp 171,6

tri l iun dengan debitur sebanyak 12,1 juta. Rata-rata

kredit per debitur sebesar Rp 14,2 juta dengan rata-rata

Non Performing Loan (NPL) sebesar 4,1%. Sedangkan

penyaluran KUR nasional selama 2014 yaitu dari Januari

sampai Oktober 2014 telah mencapai Rp 33,1 tri l iun

dengan jumlah debitur sebanyak 2 juta.

Penyaluran KUR dilakukan oleh 7 Bank Nasional dan 26

Bank Pembangunan Daerah (BPD) dengan sebaran

wilayah penyaluran yang mencakup seluruh provinsi di

Indonesia. Sampai dengan Oktober 2014, kinerja

penyaluran KUR oleh Bank Nasional yang terbanyak

adalah Bank BRI dengan total penyaluran sebesar Rp

92,4 tri l iun pada KUR Mikro dan Rp 20,4 tri l iun pada KUR

Ritel dengan jumlah debitur sebanyak 11,1 juta pada

KUR Mikro dan 116.664 pada KUR Ritel . Bank Nasional

yang juga memil iki kinerja penyaluran KUR dengan

kategori baik adalah Bank Mandiri dengan jumlah

penyaluran sebesar Rp 16,9 tri l iun untuk 382.291 debitur

dengan tingkat NPL sebesar 3,7% dan Bank BNI dengan

jumlah penyaluran sebesar Rp 15,3 tri l iun untuk 216.135

debitur dengan tingkat NPL sebesar 3,1%.

Sedangkan pada BPD, kinerja penyaluran KUR 3

terbanyak sampai dengan Oktober 2014 adalah Bank

Jatim dengan jumlah penyaluran sebesar Rp 4,5 tri l iun

untuk 42.800 debitur, diikuti oleh Bank Jabar Banten

dengan jumlah penyaluran sebesar Rp 3,5 tri l iun untuk

30.070 debitur dan Bank Jateng dengan jumlah

penyaluran sebesar Rp 2 tri l iun untuk 29.501 debitur.

Penyaluran KUR menurut sektor ekonomi dari Januari

sampai dengan Oktober 2014 yaitu sektor perdagangan

sebesar 58,1% (23,5% diantaranya terintegrasi dengan

sektor hulu), sektor lain-lain sebesar 8,6%, sektor

pertanian dan perikanan sebesar 19,3%, industri

pengolahan 2,9% dan gabungan sisa lainnya sebesar

7,6%. Total penyaluran KUR pada sektor hulu (pertanian

kelautan dan perikanan, kehutanan, industri pengolahan

dan sektor hulu terintegrasi) sebesar 45,7%.

Berdasarkan sebaran regional , penyaluran KUR yang

tinggi pada periode 2007 sampai dengan Oktober 2014

masih didominasi di pulau Jawa yaitu di Provinsi Jawa

Tengah dengan total penyaluran sebesar Rp 27,6 tri l iun,

Realisasi KURBulan Oktober 2014

KUR

16 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

K

Page 17: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Fatkhu Ridho

Provinsi Jawa Timur dengan total penyaluran sebesar Rp

26,1 tri l iun, dan Provinsi Jawa Barat dengan total

penyaluran sebesar Rp 22,2 tri l iun. Sedangkan untuk

luar Pulau Jawa, penyaluran KUR yang tinggi terjadi di

Provinsi Sulawesi Selatan sebesar Rp 9,2 tri l iun dan

Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp 8,4 tri l iun.

Pada Oktober 2014, Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian bekerjasama dengan Bank Dunia

menyelenggarakan Workshop Internasional evaluasi

KUR yang dilaksanakan di Bal i tanggal 13-14 Oktober

2014. Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh stakeholder

KUR mulai dari anggota Komite Kebijakan KUR, Bank

Pelaksana KUR, Perusahaan Penjamin KUR, Bank

Indonesia (BI) , Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Tim

Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

(TNP2K), dan Sekda 34 Provinsi di Indonesia.

Workshop Internasional evaluasi KUR ini menghadirkan

pembicara internasional dari Maroko dan Chil i yang

memberikan paparan terkait pelaksanaan kredit

berpenjaminan di Maroko dan Chil i . Selain dua

pembicara luar negeri , dalam acara tersebut juga

menghadirkan pembicara dari beberapa pihak terkait

KUR seperti Kementerian Keuangan, Kementerian

Koperasi dan UKM, BPKP, OJK, BI, TNP2K, serta penel iti

beberapa lembaga yang telah mengkaji pelaksanaan

KUR. Para pembicara menyampaikan evalusi dan

masukan terkait pelaksanaan Program KUR yang telah

menginjak tahun ketujuh. Melalui kegiatan ini

diharapkan dapat diperoleh masukan positif untuk

perbaikan pelaksanaan KUR ke depan.

Juwita Lukitasari

volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 17

jurnalnusantara. blogspot. com

Page 18: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Ekonomi Kreatif

Perkembangan dan Masa DepanIndustri Animasi Indonesia

alah satu subsektor dalam industri kreatif Indonesia

adalah industri animasi. Industri animasi di Indonesia

saat ini sudah jauh lebih berkembang dibandingkan 5

tahun yang lalu. Sudah lebih dari 10 tahun telah muncul

lembaga-lembaga pendidikan dalam bidang ini. Kini

dari segi talent telah banyak animator yang memil iki

kemampuan mumpuni. Saat ini kita bisa menononton

beberapa karya anak bangsa seperti Adit & Sopo Jarwo,

Keluarga Somat, dan Battle of Surabaya.

Setiap fi lm, iklan, acara-acara TV, video kl ip, dan

sinetron yang kita tonton di TV pasti mengandung

unsur animasi. Begitu banyak media yang

menggunakan animasi sehingga kebutuhan sumber

daya manusia dibidang animasipun terus meningkat.

Animasi telah menjadi trend di abad ke-21.

Dalam industri kreatif ada 5 jenis animasi berbasis

komputer (digital ) yang berkembang saat ini , yaitu:

character animation, motion graphic, visual ization,

visual effect, dan interactive animation. Beberapa

software yang mendukung pembuatan animasi banyak

kita temukan di pasaran, misalnya, Maya, 3DS Max,

Cinema 4D, Anime Studio, Toon Boom, Adobe Flash,

Adobe Director, Realflow, Fume FX, After Effect, dan

lain-lain.

Di sisi saluran distribusi , sejumlah stasiun TV Nasional

juga mulai memperl ihatkan ketertarikan untuk

menayangkan animasi lokal , meski jumlahnya masih

hitungan jari . Namun harapannya hal ini bisa menjadi

pembuka jalan yang lebih baik untuk perkembangan

animasi di Indonesia. Pemerintah juga sedikit demi

sedikit mulai mendukung industri animasi di Indonesia.

Permasalahan yang dihadapi Industri Animasi

Kondisi belum terstrukturnya industri animasi di

Indonesia, produk animasi diselesaikan oleh satu

kelompok animator serabutan yang berarti semua bisa

dan bisa semua. Kondisi ini melupakan prinsip kerja

pembuatan fi lm (Film adalah karya kolektif dan masing-

masing personal membidangi dan bertanggung jawab

sesuai profesinya).

Kondisi belum terstrukturnya industri animasi di

Indonesia juga berakibat pada daya tahan hidup

kelompok ‘industri animasi’. Profesi animator disandang

hanya beberapa lama ketika mengerjakan project dan

sesudahnya berprofesi sebagai pedagang, pramuniaga

dan profesi lain, Sambil menunggu pangilan bekerja

bila ada project dari pemerintah atau donasi swasta.

Kondisi ini dikaitkan dengan besarnya biaya produksi

mengakibatkan daya dukung finansial animator

menurun, bahkan sedikit sekal i animator yang mampu

membangun animasi sebagai industri . Kondisi ini

diperparah karena belum adanya investor yang

bergerak di bidang industri animasi, serta kalangan

perbankan yang belum percaya pada industri animasi

mengingat banyak perbankan yang belum dapat

mel ihat prospek ke depan industri animasi yang mampu

menggerakkan kelompok industri lain.

Kemandirian produksi yang belum terjadi pada fi lm

animasi Indonesia, menjadikan profesi animator belum

dipercaya sebagai media berekspresi sekal igus sebagai

profesi. Animator menjadi pekerjaan masa senggang.

Banyak animator yang lebih suka bekerja sendiri

sehingga tidak terjadi resiko kesalahan karena orang

Sblog. indotrading. com

18 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

Page 19: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

lain. Artinya banyak animator yang berlaku sebagai

aktor (animator adalah aktor yang mewakilkan dirinya

melalui karya animasi yang dibuatnya), sekal igus penul is

cerita, penul is skrip, sutradara, editor, kalau perlu pengisi

musik, dialog, dan sederet pekerjaan kreatif lainnya.

Dalam konteks ini , animator lebih senang membuat

karya animasi pendek dalam rangka lomba animasi, atau

membuat fi l ler.

Perkembangan teknologi juga sangat mendukung

bahwa seseorang mampu membuat segalanya seorang

diri . Akibat dari hal ini adalah sistem produksi yang

harus dibangun, tidak terjadi, bahkan setiap animator

mendudukkan animator lainnya sebagai pesaing.

Prospek Industri Animasi di Indonesia

Saat ini industri animasi global sedang didorong oleh

meningkatnya permintaan animasi, mulai dari fi lm,

program televisi , iklan, video musik, game interaktif,

desain web, sampai pada web interaktif streaming.

Beberapa perusahaan hiburan internasional , seperti

Warner Bros, Paramount Picture, dan New Line Cinema,

mulai mel irik studio–studio animasi Asia karena

dianggap biaya produksi lebih murah.

Industri animasi Indonesia mulai di l irik dan dipesan

pasar luar negeri. Pesanan mengal ir karena kemampuan

para animator nasional bisa diandalkan. Untuk animasi,

sejumlah studio kita sudah mulai menerima pesanan

dari Amerika Serikat, Jepang, dan sejumlah negara

Eropa.

Industri fi lm animasi di Hol lywood AS mengakui

kemampuan animator Indonesia. Oleh karena itu guna

membuat produk yang mempunyai cerminan karakter

nasional , pengguna produk animasi di Tanah Air

harusnya lebih berpihak pada karya-karya anak bangsa

yang bernuansa kearifan lokal . Sehingga industri kreatif

khususnya animasi fi lm, lebih berkembang dan dikenal

luas di dalam negeri dan animator nasional sudah

banyak yang go internasional .

Mel ihat peluang tersebut, industri animasi di Indonesia

dapat mengembangkan bisnisnya dengan

mengembangkan industri yang sal ing berkaitan seperti

komik, games, fi lm, dan advertising. Namun, untuk

mengembangkan industri animasi nasional tentunya

diperlukan peran pemerintah dalam mengatur regulasi

yang sesuai dan mampu menstimulus industri animasi

nasional dikarenakan sebagian komponen industri

animasi masih diimpor dari luar negeri sehingga

diperlukan regulasi yang tepat untuk menurunkan biaya

produksi industri animasi, serta kemudahan akses

permodalan yang selama ini menjadi masalah klasik.

Industri animasi telah diakui sebagai budaya modern

yang memil iki potensi besar untuk tumbuh sebagai

industri masa depan. Pengembangan sumber daya

manusia, reformasi pendidikan dalam hal kreativitas dan

inovasi, serta menciptakan ikl im usaha adalah kunci

untuk mencapai tujuan membangun industri animasi.

Dengan berkembangnya industri animasi dapat

dipastikan akan ikut menggerakkan industri kreatif

lainnya seperti , periklanan, arsitektur, rumah produksi,

desain web, dan pertelevisian. Pada akhirnya akan

memperluas lapangan kerja yang memberi pengaruh

baik pada ekonomi masyarakat.

volume IV nomor 11 edisi November 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 19

Page 20: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Keuangan

Perkembangan Perbankan Syariah

redikat negara musl im terbesar di dunia diyakini

otoritas menjadi modal utama untuk membesarkan

perbankan syariah. Kendati memil iki potensi jumbo,

nasib perbankan syariah masih terkendala perlambatan

ekonomi dan l ikuditas ketat. Meskipun hal tersebut

dapat diatasi dengan perluasan pangsa pasar dengan

cara memperluas pengetahuan tentang ekonomi

syariah.

Aset perbankan syariah di Indonesia masih terbilang

minim dibandingkan konvensional . Apabila

dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia masih jauh

tertinggal . Aset perbankan syariah Indonesia belum

mencapai 5 persen, sementara di Malaysia sudah

mencapai 26 persen. Dari catatan Bank Indonesia, bank

konvensional menempatkan ekses sebesar Rp 270 tri l iun

sementara bank syariah hanya Rp 16 tri l iun.

Keterbatasan instrumen yang ada di Indonesia selama

ini menyebabkan bank syariah menempatkan ekses

l ikuiditasnya di luar negeri seperti Malaysia yang

memang punya banyak instrumen syariah. Walaupun

demikian, perkembangan perbankan di Indonesia masih

menunjukkan pertumbuhan positif.

Dalam penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR)

tahun 2011, Indonesia menduduki urutan keempat

negara yang memil iki potensi dan kondusif dalam

pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran,

Malaysia dan Saudi Arabia (Grafik 1). Penil ian tersebut

mel ihat beberapa aspek dalam penghitungan indeks,

seperti jumlah bank syariah, jumlah lembaga keuangan

non bank syariah, serta ukuran aset keuangan syariah,

maka Indonesia diproyeksikan akan menjadi peringkat

pertama dalam beberapa tahun ke depan. Optimisme

ini sejalan dengan laju ekspansi kelembagaan dan

akselerasi pertumbuhan aset perbankan syariah yang

sangat tinggi (pertumbuhan yang selalu positif) ,

d itambah dengan volume penerbitan sukuk yang terus

meningkat.

Selama 5 (l ima) tahun terakhir, perkembangan

perbankan syariah di Indonesia cukup pesat. Industri

perbankan syariah memil iki hampir 13 juta rekening

simpanan, dan kurang lebih didukung dengan 3.000

jaringan kantor di seluruh Indonesia. Didukung dengan

sumber daya insani yang mencapai 43.310 orang.

Hingga Agustus 2014 jumlah bank syariah tercatat

sebanyak 12 bank, jumlah unit usaha syariah 22, BPRS

sebanyak 163 bank, jaringan kantor 2.582, dengan total

aset, pembiayaan, dan penghimpunan DPK perbankan

syariah (khusus Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah) masing-masing adalah sebesar Rp251,26 tri l iun,

Rp193,31 tri l iun, dan Rp194,64 tri l iun. Capaian tersebut

sesuai dengan proyeksi dari Bank Indonesia (sebelum

fungsi dial ihkan ke Otoritas Jasa Keuangan) pada tahun

2013. Berdasar skenario dibawah tersebut, pangsa

perbankan syariah pada akhir 2014 diperkirakan antara

5,25 -6,25 persen.

P

20 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

Page 21: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

volume IV nomor 7 edisi Ju l i 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 21

Peluang Pengembangan Perbankan Syariah

Banyak hal yang menjadi factor pendorong

perkembangan perbankan di Indonesia. Pertama,

Indonesia mempunyai keunggulan dalam hal

pengembangan keuangan syariah secara struktur.

Indonesia mempunyai regulatory regime yang dinilai

lebih baik dibanding dengan negara lain . Di Indonesia

kewenangan mengeluarkan fatwa keuangan syariah

bersifat terpusat oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) –

Majel is Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan institusi

yang independen. Sementara di negara lain, fatwa dapat

dikeluarkan oleh perorangan ulama sehingga peluang

terjadinya perbedaan sangat besar.

Faktor kedua, pengesahan beberapa produk

perundangan yang memberikan kepastian hukum dan

meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah, seperti :

(i) UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; (i i )

UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara (sukuk); dan (ii i ) UU No.42 tahun 2009 tentang

Amandemen Ketiga UU No.8 tahun 1983 tentang PPN

Barang dan Jasa. Lahirnya UU Perbankan Syariah

mendorong peningkatan jumlah BUS dari sebanyak 5

BUS menjadi 11 BUS dalam kurun waktu kurang dari dua

tahun (2009 -2010). Adanya peraturan-peraturan

tersebut menjadi landasan hukum dalam

pelaksanaannya, dan sebagai bukti bahwa pemerintah

“aware” terhadap perkembangan keuangan syariah di

Indonesia.

Faktor ketiga, Sumber Daya Manusia yang terus di up

grade oleh masing masing Bank, hal ini ditandai dengan

training yang terus dilakukan kepada karyawan di

Industri Perbankan Syariah, yang dilakukan oleh Trainner

yang sangat berpengalaman baik diadakan di dalam

maupun di luar negeri. Keempat, gencarnya program

edukasi dan sosial isasi kepada masyarakat mengenai

produk dan layanan perbankan syariah semakin

meningkatkan ke sadaran dan minat masyarakat. Serta

banyaknya Sekolah Menengah Tingkat Atas dan

perguruan tinggi yang memasukkan perbankan syariah

sebagai program studi atau hanya sebagai mata

pelajaran yang harus ditempuh. Faktor kel ima, upaya

peningkatan kual itas layanan (service excel lent)

perbankan syariah seperti pemanfaatan akses teknologi

informasi, seperti layanan Anjung an Tunai Mandiri

(ATM), mobile banking maupun internet banking.

Referensi:

Bank Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan

Sri Purwanti

Page 22: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

ecara agregat, real isasi penerimaan APBN semester I

tahun 2014 diperkiran mencapai 43,7 persen dari target

APBNP tahun 2014, angka ini lebih tinggi j ika

dibandingkan dengan real isasi tahun sebelumnya yaitu

41,5 persen. Tinggi nya real isasi membuktikan

kemampuan Pemerintah untuk mendorong sektor-

sektor penerimaan negara. Hal ini tercermin dari

besarnya real isasi bagian laba BUMN sebesar 75,3

persen di semester I 2014.

Namun disamping itu, rendahnya penerimaan bea

keluar pada semester I sebesar 34,8 persen dari target

atau 7,17 tri l iun juga menjadi perhatian khusus.

Rendahnya real isasi pemasukan dari bea keluar salah

satunya dikarenakan pelarangan ekspor bij i mineral .

Para pengamat menilai sampai akhir tahun 2014

nampaknya pemenuhan target penerimaan negara dari

bea keluar sul it tercapai.

Sementara itu dari sisi penerimaan perpajakan, target

Tax ratio Indonesia masih terbilang kecil dibandingkan

negara lainnya. Dalam APBNP 2014, tax ratio mencapai

angka 12 persen dengan penerimaan pajak sebesar Rp

1.246,1 Tri l iun. Sedangkan Tax ratio Thailand sudah

mencapai 17,55 persen. Dalam hal ini Pemerintah

dituntut untuk menggal i sumber-sumber pajak yang

baru dan menerbitkan sanksi yang cukup tegas bagi

perusahaan yang terus berkel it dari kewajiban

membayar pajak.

Dari sisi real isasi pengeluaran APBN selama 10 tahun

terakhir, secara umum anggaran belanja Pemerintah

selalu mengalami kenaikan. Rata-rata pertumbuhan

selama 2005-2014 adalah 15,75 persen per tahun. Pada

2005, jumlah anggaran belanja pemerintah pusat adalah

Rp361 tri l iun. Pada 2014, anggaran belanja pemerintah

pada APBN-P 2014 sebesar Rp1.280 tri l iun atau

meningkat sebesar 254,52 persen dari anggaran belanja

2005.

Namun kenaikan anggaran belanja ini masih didominasi

oleh alokasi belanja pegawai yang kurang berdampak

pada pertumbuhan ekonomi. Selain itu, porsi belanja

modal hanya mendapatkan rata-rata 12,46 persen setiap

tahunnya. Angka tersebut dinilai masih terlalu kecil

karena belanja modal merupakan faktor penting

pendorong investasi di Indonesia.

Selama kurun waktu 10 tahun terakhir dalam anggaran

belanja Pemerintah, belanja pegawai memang

mengalami peningkatan yang signifikan. Pertumbuhan

anggaran belanja pegawai rata-rata mencapai 19,14

persen per tahun. Selain itu, selama kurun waktu yang

Fiskal dan Regulasi Ekonomi

Realisasi APBN­P 2014

22 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

S

Page 23: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

sama, belanja pegawai juga merupakan sektor belanja

dengan porsi terbesar kedua setelah subsidi. Kedua,

belanja subsidi terutama subsidi BBM merupakan

belanja yang pal ing banyak menyedot anggaran. Rata-

rata porsi selama kurun waktu 10 tahun terakhir sebesar

30,73 persen. Sedangkan belanja untuk perl indungan

sosial tidak lebih dari 1,5 persen.

Sebagai tambahan terdapat beberapa catatan penting

dalam real isasi APBNP 2014, salah satunya adalah

asumsi pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2014

yang hanya mencapai 5,2 persen atau relatif di bawah

real isasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2013 sebesar

6 persen. Bahkan diprediksi akan terus turun hingga

level 5 persen di akhir tahun 2014. Rendahnya

pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh beberapa faktor

terutama kenaikan harga BBM bersubsidi dan turunnya

angka ekspor dari tahun sebelumnya akibat resesi global

yang masih terjadi di Eropa.

Sementara itu inflasi cenderung berfluktuasi dengan tren

menurun pada semester I 2014 yang mencapai 4,53

persen (yoy) dan berada pada tren naik mulai November

hingga akhir tahun 2014. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi turunnya inflasi di semester I yaitu

membaiknya sisi supply barang kebutuhan pokok dan

menguatnya rupiah. Disisi lain, naiknya inflasi di akhir

tahun secara umum disebabkan oleh naiknya harga BBM

bersubsidi yang berimbas pada kenaikan tarif angkutan

umum, serta melemahnya rupiah terhadap dol lar yang

diprediksi akan berlangsung hingga awal tahun 2015.

volume IV nomor 7 edisi Ju l i 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 23

www. kaskus. co. id

Page 24: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

ong Kong sampai dengan saat ini masih menjadi

salah satu tujuan utama daerah penempatan TKI. Total

overseas worker di Hong Kong mencapai 330.000 orang,

dimana 153.000 diantaranya berasal dari Indonesia dan

sebagian besar bergerak di sektor informal .

Untuk tahun 2014, Jumlah penempatan TKI sampai

bulan Jul i adalah sebanyak 20.066 orang (nomor 4

setelah Malaysia, Taiwan dan Saudi Arabia). Di samping

itu, Hong Kong menjadi favorit karena juga telah

memil iki ketentuan perundangan yang mengatur

tentang overseas worker. Hal ini berdampak pada

minimnya masalah TKI yang timbul .

Selama tahun 2013 saja hanya terdapat 900 kasus yang

sifatnya biasa (administratif) dan 1 kasus berat dan baru

terdapat 1 kasus berat di tahun 2014 (kasus Erwiana).

Terkait hal ini , model penempatan TKI di Hongkong bisa

dijadikan contoh dan benchmark untuk penempatan TKI

negara lainnya.Akan tetapi, Jumlah penempatan TKI

diatas cenderung menurun jika dibanding dengan

tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh

beberapa hal , diantaranya 1). biaya perekrutan Tenaga

kerja asal Indonesia yang relatif tinggi dibandingkan

Tenaga kerja dari negara lain 2). banyaknya perpindahan

TKI dari satu pemberi kerja ke pemberi kerja lainnya, dan

3). masih tertutupnya ekspansi TKI ke sektor formal

karena masih tingginya pasokan tenaga kerja penduduk

setempat ke sektor tersebut. Masalah TKI tentunya tidak

sebatas pada hal yang disebutkan. Masih banyak

tantangan perbaikan dalam seluruh mata rantai

penempatan TKI, seperti proses keberangkatan,

pembiayaan, kelengkapan dokumen, asuransi, remitansi

dan sebagainya.

Sebagai upaya untuk mengevaluasi beberapa

permasalahan penempatan TKI tersebut, Tim gabungan

yang berasal dari Kemenko Perekonomian, Kementerian

Luar Negeri, Dewan Ketahanan Nasional , Badan Nasional

Penempatan dan Perl indungan Tenaga Kerja Indonesia

(BNP2TKI), dan Bank BNI melakukan kegiatan kunjungan

kerja dan sosisal iasi ke Hong Kong dan Macau pada

bulan Oktober 2014. Beberapa pihak/insitutusi yang

dikunjungi mel iputi TKI, Agen Tenaga kerja setempat,

Pejabat Konsulat Jenderal RI di Hong Kong.

Beberapa temuan hasil kunjungan diantaranya:

Pertama, Terkait pembiayaan. Berdasarkan hasil diskusi

dengan TKI, sebagian besar TKI di Hong Kong belum

memanfaatkan skema pembiayaan melalui Kredit Usaha

Rakyat (KUR) TKI. Padahal beberapa bank pelaksana KUR

TKI, yaitu Bank BNI, Bank BRI dan Bank Mandiri , sudah

memil iki kantor cabang di Hong Kong yang dapat

dimanfaatkan dalam memudahkan TKI untuk proses

pembayaran kredit. Hal lain seperti yang sudah sebutkan

di atas adalah adanya agency fee sebesar Rp 7-8 juta

yang dimasukkan sebagai biaya penempatan TKI. Biaya

ini tidak tercantum dalam struktur biaya resmi, yaitu

Kepmenakertrans No. 98 Tahun 2012 tentang

Komponen dan Besarnya Biaya Penempatan Calon

Tenaga Kerja Indonesia Sektor Domestik Negara Tujuan

Hong Kong SAR.

Kedua, Terkait asuransi. banyak TKI di Hong Kong yang

tidak mengetahui bahwa dirinya diasuransikan dan

pembayaran premi asuransinya telah termasuk dalam

komponen biaya penempatan TKI. Hal ini tentunya

sangat merugikan TKI itu sendiri di samping masih

Ketenagakerjaan

Tenaga Kerja Indonesia Di Hongkong

H

24 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

www. theodora. com

Page 25: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Trias Mel ia

volume IV nomor 7 edisi Ju l i 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 25

banyak dari mereka yang tidak tahu cara mengajukan

klaim.

Ketiga, terkait remitansi. Berdasarkan hasil kunjungan,

diketahui bahwa pengiriman uang tidak hanya dilakukan

melalui jalur perbankan dan jasa pengiriman uang

namun juga melalui jalur lain, seperti menitip pada

teman yang akan kembal i ke Indonesia dan penyedia

jasa pengiriman uang pribadi.

Di samping itu itu, remitansi TKI di Hong Kong, menurut

divisi remitansi Bank BNI Hong Kong sebenarnya mudah

diidentifikasi dan dipolakan. Hal ini dapat memudahkan

pendataan dan pelaporan jika memang nantinya

kebijakan nasional remitansi akan dibentuk.

Masalah-masalah di atas sebenarnya dapat diatasi j ika

segenap pihak yang berkepentingan berkomitmen

sesuai tugas dan kewenangannya. Misalnya, dengan

sudah adanya perwakilan kantor bank pelaksana KUR

TKI di Hong Kong, seharusnya KUR TKI dapat lebih

dimanfaatkan dalam pembiayaan keberangkatan TKI.

KUR TKI merupakan Program Pemerintah yang

diluncurkan sendiri oleh Presiden RI pada bulan

Desember 2010. KUR TKI dirancang agar TKI dapat

bekerja lebih produktif dan mematuhi ikatan kontrak

dengan adanya transparansi pembayaran gaji dan

potongan melalui perbankan, Serta untuk meningkatkan

remitansi melalui Bank Pelaksana yang ditetapkan

melakui skema penjaminan kredit oleh pemerintah.

Optimal isasi penggunaan produk-produk perbankan

nasional yang ada di luar negeri juga dapat menunjang

upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan

kepada TKI di bidang pembiayaan, remitansi. Untuk

negara/daerah lain, Penerapan asas resiprokal dalam

Perbankan yang saat ini sedang diupayakan dapat

diupayakan dipercepat sehingga perbankan nasional

dapat mengembangkan usahanya ke berbagai negara

dalam rangka melayani msayarakat indonesia dan

meningkatkan investasi ke Indonesia.

Hal lain yang harus menjadi perhatian kita bersama

adalah perlunya upaya yang lebih keras dalam

menerapkan mekanisme reward and punishment.

Misalnya, Untuk lebih mengefektifkan proses

perl indungan TKI di luar negeri , maka diharapkan

PPTKIS bersama dengan Konsorsium Asuransi segera

membangun dan membentuk kantor di embarkasi

maupun kantor Perwakilan Luar negeri di negara-negara

penempatan TKI serta infrastruktur pendukungnya

(pembentukan database yang terintegrasi dengan

Kemenakertrans, BNP2TKI , Ditjen Imigrasi dan

Kementerian Luar Negeri. Perwalu PPTKIS dan

perusahaan asuransi TKI). Dengan adanya Perwalu ini ,

d iharapkan PPTKIS maupun Konsorsium Asuransi juga

dapat berfungsi sebagai verifikator TKI yang bekerja di

luar negeri serta untuk mendukung pelaksanaan

kewajiban lainnya sesuai peraturan perundang-

undangan.

Pendidikan, pelatihan dan sosial isasi yang terkait dengan

edukasi keuangan dan kewirausahaan juga tidak kalah

penting dan perlu ditingkatkan. Memutakhirkan materi

yang diajarkan seperti Memasukkan materi edukasi

asuransi kepada TKI dalam pendidikan pra

keberangkatan adalah salah satu contoh yang dapat

segera diapl ikasikan.

Terakhir, langkah-langkah koordinasi antar stakeholder

TKI di dalam negeri dalam rangka mengevaluasi besaran

premi dan coverage asuransi (insurable risk dan

uninsurable risk) serta peningkatan keterl ibatan OJK

dalam pengawasan operasional asuransi TKI.

Sebagaimana kita ketahui sudah banyak negara/daerah

penempatan TKI yang sudah mewajibkan para pemberi

kerja menyediakan asuransi bagi overseas worker yang

dipekerjakan. J ika upaya ini dilakukan, maka secara

otomatis beban biaya keberangkatan TKI akan

berkurang sekal igus dapat meningkatan efektifitas

upaya perl indungan Negara kepada TKI di luar negeri.

Page 26: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Pendidikan Keuangan Bagi Remaja(Study Pendidikan Keuangan Bagi Remaja pada Negara­negara OECD)

S

Ratih Purbasari Kania

aat ini pemahaman keuangan yang baik tidak saja

menjadi prasyarat bagi kaum dewasa di seluruh belahan

dunia, akan tetapi hal ini menjadi tuntutan bagi remaja

dimulai dari usia l ima belas tahun keatas. Sebagaimana

studi yang dilakukan mengenai Student and Money,

Financial Literacy skil l yang dilakukan oleh Organization

for economic co-operation and Development(OECD).

Pemahaman keuangan menjadi tuntutan kaum remaja

yang merupakan keharusan dimana mereka adalah

merupakan konsumen dari jasa atau layanan

perbankan yang mempunyai akses ke perbankan onl ine.

Sebagai remaja saat ini mereka dihadapkan untuk bisa

merencanakan masa depannya karena mereka akan

menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan

dalam pengelolaan keuangan pada saat memutuskan

akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Pendidikan

keuangan saat ini menjadi salah satu agenda global

dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan keuangan adalah proses dimana konsumen

keuangan atau investor meningkatkan pemahaman

mereka mengenai produk-produk keuangan, konsep,

resiko, baik melalui informasi yang tersedia maupun

insruktur.

Pentingnya dilakukan pendidikan keuangan bagi remaja

dan juga pada semua usia karena saat ini jumlah dari

negara-negara berkembang meningkat dan mulai

mengimplementasikan pendidikan keuangan sebagai

salah satu strategi nasionalnya. Sementara itu,

perkembangan keterampilan mengenai pemahaman

keuangan pada kalangan remaja menjadi penting

dikarenakan: 1) Pil ihan-pil ihan keuangan saat ini dan

dimasa mendatang yang dihadapi para remaja lebih

menantang bila dibandingkan dengan generasi

sebelumnya, dengan berbagai kompleksitas terutama

pada produk, layanan dan sistem yang tersedia, 2)Saat

ini remaja dihadapkan pada berbagai risiko-risiko

keuangan terkait meningkatnya usia harapan hidup,

penurunan kesejahteraan, dan ketidakpastian

perekonomian dan prospek ketenagakerjaan, 3)Remaja

usia 15 tahun keatas dihadapkan untuk memutuskan

permasalahan keuangan, dimana mereka sebagai

konsumen dari layanan perbankan dan sistem onl ine

perbankan serta mempersiapkan untuk pengelolaan

keuangan pada saat melanjutkan pendidikan formal

pada jenjang yang lebih tinggi.

Dari hasi l studi OECD didapatkan bahwa para remaja

yang mempunyai pemahaman yang baik mengenai

pendidikan keuangan mereka juga mempunyai

kelebihan dalam bidang matematik dan pengetahuan

bahasa, sehingga pengetahuan dasar dalam

matematika dan bahasa dapat meningkatkan

kemampuan dalam pengelolaan keuangan mereka,

sebal iknya di Perancis, Italy dan Slovenia pendidikan

keuangan remaja relatif masih kurang dengan

pemahaman yang sama pada bidang bahasa dan

matematika. Kaitanya dengan gender, remaja laki-laki

cenderung mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam

pemahaman keuangan dari remaja perempuan.

Dalam hubungannya dengan status sosial ekonomi,

pengelolaan keuangan pada remaja di negara-negara

OECD mempunyai hubungan yang positif antara status

sosial ekonomi dengan pemahaman keuangan remaja

yang didasarkan pada indikator pendidikan dan

pekerjaan orang tua, serta jumlah dan tipe dari rumah

yang mereka mil iki yang mengindikasikan pada

kesejahteraan keluarganya. Sementara itu, didapatkan

fakta banyak remaja dari kalangan sosial ekonomi yang

kurang beruntung mempunyai skor yang tinggi dalam

hal pemahaman keuangan mereka. Selain itu,

pemahaman keuangan juga berhubungan dengan jenis

pekerjaan orang tua mereka, dimana didapatkan bahwa

remaja yang orang tuanya bekerja pada sektor

keuangan mempunyai pemahaman keuangan yang

lebih besar dari pada yang bekerja pada sektor lainnya.

Pemahaman keuangan seperti yang telah dijelaskan

adalah didasarkan pada pengetahuan akademis, akan

tetapi pengalaman, sikap dan perilaku mereka sehari-

hari juga berkontribusi dalam hal mendukung

pemahaman mereka tentang keuangan.

26 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | volume IV nomor 11 edisi November

Page 27: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Mega Proyek Giant Sea WallDitargetkan Pemerintah Rampung 100%Tahun 2030

enko Perekonomian, Chairul Tanjung bersama

dengan Menteri dengan Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas), Armida Al isjahbana,

dan Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak

membahas mengenai proyek Nasional Capital

Integrated Coastal Development (NCICD). Disamping

itu, pembahasan juga mel ibatkan beberapa

kementerian/lembaga dan pemerintah administratif

terkait (Pemerintah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten).

Mengingat bahwa mega proyek tersebut membentang

dari wilayah DKI Jakarta hingga Banten, sehingga

membutuhkan koordinasi yang mel ibatkan segenap

pihak dan dukungan penuh dari pemerintah

administratif setempat.

Dalam bahasan yang disampaikan pada rapat koordinasi

NCICD, pemerintah akan membagi mega proyek

tersebut ke dalam tiga fase. Fase pertama memfokuskan

perhatian pada upaya penguatan tanggul laut,

memperlambat penurunan permukaan tanah,

mempercepat sanitasi air dan memperbanyak jumlah

pompa drainase. Fase kedua, mega proyek NCICD

mencakup pembanungan tanggul luar laut dengan

waduk-waduk besar. Adapun di fase ketiga,

pembangunan akan menitikberatkan pada upaya

konstruksi pelabuhan dan perluasan kawasan ekonomi

dengan tanggul laut.

Saat mengakhiri rapat koordinasi pembahasan mega

proyek NCICD tersebut, Chairul Tanjung menekankan

tindakan antisipatif pemerintah untuk mengikat para

pemenang tender dari pihak swasta supaya tetap

menjaga komitmennya dalam mereal isasikan

kewajibannya maupun memastikan bahwa

pembangunan mega proyek reklamasi ini akan rampung

100% sesuai target perencanaannya, yaitu tahun 2030.

Selain itu, diharapkan dengan adanya pembangunan

mega proyek giant sea wal l tidak hanya mengenai

pembangunan fisik, akan tetapi juga mel iputi

perubahan kultur masyarakat, misalnya pemanfaatan

sungai.

Rubrik Menko

volume IV nomor 7 edisi Ju l i 2014 | TINJAUAN EKONOMI & KEUANGAN | 27

http: //ekon. go. id

M

Page 28: Volume IV | Nomor 11 | Edisi November 2014

Untuk informasi lebih lanjut hubungi :

Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4

Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 1 071 0

Telepon. 021 -3521 843, Fax. 021 -3521 836

Email : [email protected]

Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat didownload pada website

www.ekon.go.id