VISITOR PLOT DI PROVINSI ACEH -...
Transcript of VISITOR PLOT DI PROVINSI ACEH -...
LAPORAN AKHIR TAHUN
VISITOR PLOT DI PROVINSI ACEH
PENELITI UTAMA
ABDUL AZIS, S.Pi
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN
2012
i
KATA PENGANTAR
Dalam upaya mengoptimalkan kebun percobaan melalui peningkatan kualitas
pelayanan penelitian/pengkajian, maka Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
menerapkan salah satu strategi dalam penyediaan teknologi dan informasi. Sehingga
akan diperoleh komoditas unggulan spesifik lokasi di lahan BPTP Aceh.
Laporan ini merupakan hasil pelaksanaan kegiatan Visitor Plot, dengan berbagai
komoditas yang dilakukan mulai Bulan Januari sampai Nopember 2012. Lokasi Visitor
Plot dilaksanakan pada 3 lokasi yaitu Kebun BPTP Banda Aceh, Kebun Percobaan Paya
Gajah Kabupaten Aceh Timur dan Kebun Percobaan Pondok Gajah Kabupaten Bener
Meriah.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
peneliti, penyuluh, teknisi dan tenaga administrasi serta semua pihak yang telah
membantu mulai dari perencanaan hingga tersusunnya laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan, mohon maaf atas
segala kekurangan.
Banda Aceh, Desember 2012Penanggung Jawab Kegiatan,
Abdul Azis, S.Pi.NIP. 19661231 199302 1 001
ii
RINGKASAN
Abdul Azis, dkk Visitor Plot. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memantapkan modelpercontohan kongkrit dengan berbagai macam komoditas spesifik lokasi tanaman musiman danternak yang berwawasan agribisnis. Kegiatan dilakukan di 3 (tiga) lokasi yaitu 1) Areal KantorBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh, 2) Kebun Percobaan Paya Gajah Aceh Timur, dan 3)Kebun Percobaan Pondok Gajah Bener Meriah. Paket teknologi yang dipakai disesuaikan dengankomoditas yang ditanam. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih sayuran, jagung, kacangtanah, melon dan kacang hijau serta pupuk, pupuk kandang, insektisida,dan fungisida. Secaraumum, kegiatan Visitor Plot mendapat perhatian dari khalayak karena dapat langsung melihatproses dan hasil yang diperoleh. Komoditas tanaman ini mempunyai prospek yang baik untukmenambah pendapatan hal ini dibuktikan dengan meningkatnya permintaan tanaman jagung,dan melon.
Kata kunci : Visitor, plot, provinsi Aceh
iii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
RINGKASAN ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Tujuan ............................................................................................. 3
1.3. Keluaran yang diharapkan ................................................................. 3
1.4. Hasil Yang Diharapkan ....................................................................... 3
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak .......................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4
III. PROSEDUR................................................................................................ 6
3.1. Pendekatan ....................................................................................... 6
3.2. Cakupan Kegiatan ............................................................................. 6
3.3. Bahan dan Alat ................................................................................. 6
3.4. Prosedur Pelaksanaan ........................................................................ 7
3.4.1 Teknologi Biochar dan Kompos Jerami pada Budidaya Melon 7di Lahan Visitor Plot BPTP Aceh
3.4.2 Uji Adaptasi Varietas Kacang Hijau dan Pupuk Organik di Lahan 10Visitor Plot BPTP Aceh
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 18
4.1. Hasil ................................................................................................. 18
4.2. Pembahasan ...................................................................................... 23
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 32
5.1. Kesimpulan......................................................................................... 32
5.2. Saran................................................................................................. 32
VI. Kinerja Hasil Kegiatan ............................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 34
LAMPIRAN ....................................................................................................... 35
2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejalan dengan era reformasi di berbagai bidang pemerintahan, maka salah satu
usaha yang sedang giat dilaksanakan pemerintah adalah meningkatkan mutu pelayanan
kepada masyarakat.
Peningkatan pelayanan merupakan upaya yang diperlukan dalam rangka
meningkatkan kinerja dan memenuhi kebutuhan khalayak terutama masyarakat tani, di
mana pelayanan sangat diperlukan di lingkungan unit kerja Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) NAD dengan semangat meningkatkan kepuasan para pelanggan.
BPTP merupakan unit pelaksana Badan Litbang Pertanian yang berada di tingkat
provinsi dan melayani kebutuhan teknologi pertanian spesifik lokasi di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, dengan tugas pokok melaksanakan penelitian komoditas, pengujian
dan perakitan teknologi tepat guna dan spesifik lokasi.
Upaya peningkatan kualitas pelayanan BPTP NAD merupakan salah satu strategi
yang diterapkan dalam rangka penigkatan kinerja penelitian serta penyediaan teknologi
dan informasi secara keseluruhan terutama memunculkan komoditas-komoditas unggul
spesifik lokasi di lahan BPTP NAD dan Kebun Percobaan (Paya Gajah Aceh Timur dan
Pondok Gajah Bener Meriah)
Dalam bidang penelitian dan pengembangan pertanian, reformasi pelayanan publik
telah dilakukan dengan pembentukan BPTP di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk
mendekatkan hasil penelitian kepada masyarakat, dengan cara pelaksanan penelitian di
lahan petani dan pelibatan petani dalam kegiatan pengkajian teknologi pertanian.
Melalui reformasi tersebut diharapkan hasil penelitian sebagai bentuk pelayanan
penelitian/ pengkajian dapat membantu para petani yang berorientasi agribisnis.Materi yang disiapkan di lahan Visitor Plot cenderung mengarah kepada komoditas
yang spesifik seperti kelapa, pepaya, mangga, nangka, sayur-sayuran, melon, semangka,
jagung dan kacang-kacangan. Sedangkan untuk subsektor peternakan ditetapkan lahan
padang rumput, ternak kambing dan itik.
Operasional di lapangan didukung oleh teknologi spesifik lokasi. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Aceh mempunyai lahan (± 2 ha) di sekeliling bangunan kantor dan 2
(dua) Kebun Percobaan sebagai lahan Visitor Plot yang merupakan contoh konkrit
komoditas unggulan daerah dan model pengkajian yang dirancang. Kegiatan
dimaksudkan agar masyarakat yang berkunjung ke BPTP dan Kebun Percobaan dapat
secara langsung melihat berbagai macam komoditas pertanian yang prospektif untuk
3
dikembangkan. Pengembangan Visitor Plot diarahkan melalui pengkajian adaptif
sehingga menjadi “model agribisnis” sekaligus dapat merupakan tempat berdiskusi untuk
merancang pola usaha tani yang berwawasan agribisnis, melalui fungsi dan peranan
Visitor Plot antara lain:
Sebagai etalase display hasil litkaji BPTP Aceh
Ajang promosi dan ekspose hasil litkaji
Optimalisasi lahan dan Kebun Percobaan
1.2. Tujuan
Memantapkan model percontohan konkrit dengan berbagai macam komoditas
spesifik lokasi baik tanaman musiman dan tahunan yang berwawasan agribisnis maupun
adaptif hasil Litkaji yang pernah dilakukan.
1.3. Keluaran Yang Diharapkan
Diperolehnya paket teknologi yang spesifik lokasi untuk tanaman semusim dan
tahunan.
Tersedianya paket-paket teknologi yang dilakukan di lokasi Visitor Plot Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh dan Kebun Percobaan untuk pengguna.
1.4. Hasil yang Diharapkan
Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam pengkajian terapan
dan rakitan paket teknologi spesifik lokasi untuk di aplikasikan kepada petani.
Meningkatnya pendapatan petani melalui peningkatan produksi dan produktivitas
yang dihasilkan.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Adanya peningkatan kesejahteraan petani akibat penyebarluasan paket teknologi
spesifik lokasi untuk tanaman semusim dan tahunan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efek Komunikasi
Suatu paket teknologi yang mencakup substansi inovasi pembangunan perlu
didekatkan kepada masyarakat pengguna (user) dengan cara melakukan percobaan-
percobaan, uji adaptif di lahan petani dan ajang demonstrasi serta dengan
memperhatikan strategi komunikasi yang tepat. Strategi komunikasi merupakan metode
terpilih untuk mengubah perilaku masyarakat melalui penyampaian inovasi dalam rangka
perbaikan mutu hidupnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan strategi komunikasi yaitu
karakteristik khalayak, kondisi geografis, lingkungan sosial dan budaya masyarakat
sasaran. Oleh karena itu komunikasi yang dilakukan harus bersifat informatif, persuasif
dan entertainment guna mengubah perilaku mereka.
Semua komunikasi massa menimbulkan efek pada diri khalayak. Efek adalah
reaksi tertentu terhadap stimulus tertentu, sedangkan disisi lain yang dimaksud dengan
efek dalam komunikasi adalah perubahan yang terjadi pada diri penerima sebagai akibat
pesan yang diterimanya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa efek dalam komunikasi
adalah pengaruh atau reaksi penerima terhadap pesan yang diterima, sehingga terjadi
perubahan pada dirinya. Dengan demikian yang harus menjadi fokus perhatian dalam
komunikasi massa adalah pesan.
Pesan yang dikemas harus mampu membangkitkan perhatian komunikan untuk
mendapatkan efek tersebut. Hal ini sangat penting karena bangkitnya perhatian
merupakan awal dari suatu efek dalam komunikasi. Cartwright (dalam Hanafi, 1984)
menekankan bahwa suatu pesan harus terlebih dahulu mendapat perhatian (attention)
sebelum mampu menyebabkan terjadinya efek lainnya.
Ada tiga macam efek yang dihasilkan dari terpaan pesan media massa yakni
perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan yang ditimbulkan adalah pada
ketiga aspek yaitu kognitif, afektif dan konatif. Rakhmat (1985) menjelaskan bahwa efek
koginitif berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan dan
informasi.
5
2.2. Visitor Plot Sebagai Tempat Belajar
Visitor Plot adalah sepetak lahan/tanah yang di dalamnya terdapat jenis-jenis
tanaman dan ternak sebagai contoh bagi pengunjung. Sasaran Visitor Plot yaitu
pengunjung, antaranya pengambil keputusan, peneliti, pengusaha, pelajar/mahasiswa
dan masyarakat umum.
Visitor Plot sangat strategis untuk media penyuluhan karena dapat melakukan
praktek langsung terhadap materi yang ada. Oleh karena itu Visitor Plot harus dirancang
sedemikian rupa mengikuti kaedah-kaedah ilmiah yang dipadukan dengan pengalaman
petani di lapangan. Dengan demikian Visitor Plot dapat berfungsi sebagai tempat belajar
petani dan pengguna lainnya.
Sulaiman (1981) yang menyatakan bahwa 75 % dari pengetahuan manusia
sampai ke otaknya melalui indera mata, selebihnya melalui indera lainnya. Agar menarik
perhatian, maka dalam merancang Visitor Plot harus memperhatikan penampilan dari
segi visual agar pengunjung merangsang perhatian, minat dan selanjutnya dapat
melakukan praktek.
Sejak tahun 2003, terdapat kebijakan dari Badan Litbang Pertanian untuk
memberikan porsi yang lebih besar sekitar 60 % bagi kegiatan Diseminasi dibandingkan
pengkajian. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa selama ini kegiatan
diseminasi hasil-hasil penelitian/pengkajian masih perlu dipacu dalam upaya
meningkatkan proses adopsi inovasi oleh petani dan pengguna lainnya. Bahkan akan ada
paradigma baru, di mana pada tahun-tahun mendatang kegiatan diseminasi semakin
mendapat perhatian dari Departemen Pertanian. Ini menunjukkan bahwa saat ini
disadari betapa pentingnya diseminasi hasil sebagai upaya menjembatani hasil-hasil
litkaji kepada pengguna.
6
III. PROSEDUR
3.1. Pendekatan
Visitor Plot diterapkan pada tiga lokasi 1) di lahan kebun perkan-toran BPTP Aceh
dengan luas ± 2 ha, 2) Kebun Percobaan Kopi Gayo di Kabupaten Bener Meriah, dan 3)
Kebun Percobaan Paya Gajah Kabupaten Aceh Timur.
Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Visitor Plot :
(1) Pendekatan laboratorium melalui uji tanah, dilakukan sebagai landasan
pemberian paket pemupukan terutama N, P dan K,
(2) Penempatan komoditas dan layout di lapangan disesuaikan dengan kaedah-
kaedah penelitian dan pengkajian.
Cakupan analisis lainnya yaitu:
(1) Identifikasi tanaman di lapangan melalui ciri morfologi tanaman dan
deskripsi klon/ varietas,
(2) Identifikasi tanah dan iklim,
(3) Identifikasi hama dan penyakit setiap komoditas,
3.2. Cakupan Kegiatan
Pencatatan keragaan agronomis/ morfologis dan usahatani secara berkala
terhadap berbagai komoditas disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Secara umum data yang dikumpulkan dari Visitor Plot dengan berbagai komoditas dan
paket teknologi antara lain adalah :
- Keragaan agronomis dari masing-masing komoditas
- Persepsi masyarakat yang mengunjungi areal Visitor Plot
- Tingkat adopsi inovasi dari pelaksanaan Visitor Plot.
3.3. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan adalah :
A. Bahan :
Bahan tanaman : Bibit dan benih berbagai tanaman
Pupuk organik : Pupuk kandang (kotoran sapi)
7
Pupuk anorganik : NPK Phonska, Urea, KCl dan SP-36
Insektisida : Buldog, Lanett, Sevin Pegasus, Curater,
Borat dan Curacron.
Fungisida : Antracol, Topsin, Bion M.
Tali plastik : untuk ikat tanaman cabai
Mulsa MPHP : untuk bedengan tanaman
Ajir tanaman : cabai
Plastik : untuk naungan benih cabe, dll.
Kapur Dolomix : untuk mendukung netral tanah
Plastik naungan : untuk persemaian bibit
Kawat bronjong : untuk mengatasi ternak kambing dan anjingmasuk.
B. Alat : Traktor dan cangkul : untuk pengolahan tanah
3.4. Prosedur Pelaksanaan
3.4.1 Teknologi Biochar dan Kompos Jerami pada Budidaya Melondi Lahan Visitor Plot BPTP Aceh
Budidaya melon dikerjakan dengan tiga perlakuan yaitu kombinasi biochar dan
kompos (B1K1), kompos tanpa biochar (B0K1), dan biochar tanpa kompos (B1K0). Bibit
yang digunakan adalah benih melon tipe berjaring (netted melon) yaitu (Cucumis melo
var. reticulatus) atau melon sky rocket. Proses kerja dalam teknik budidaya melon
menggunakan biochar dan kompos adalah sebagai berikut:
Penyemaian
a. Persiapan media semai
Tanah humus yang ada di sekitar lokasi semai dicacah halus menggunakan
cangkul, selesai dihaluskan tanah diangkut menggunakan gerobak sorong ke lokasi
penyemaian. Tanah humus halus dicampur biochar dan kompos (pupuk kandang)
dengan perbandingan 2:2:1 menggunakan skrup. Setelah semua tercampur rata, media
semai dimasukan ke dalam polybag dengan ukuran 10 cm x 20 cm sebanyak tiga
perempat polybag. Sebelum dilakukan penyemaian bibit melon, tanah yang telah
tercampur didiamkan sekitar tiga hari.
8
b. Penyemaian benih
Media semai dilubangi dengan kedalaman sekitar 1,5 cm. Selanjutnya ditanamkan
benih menggunakan spatula atau cara manual (menggunakan tangan) dan lubang
ditutup kembali dengan media.
Persiapan Bedengan
a. Pesiapan bedengan dengan perlakuan biochar
Pengolahan bedengan diawali dengan pembersihan sisa tanaman yang berada
pada lahan untuk kemudian dicangkul tanahnya agar tanah menjadi gembur. Setelah
dilakukan penggemburan tanah, maka dilakukan pembuatan bedengan setengah jadi
dengan ukuran 20 m x 1 m. Bedengan yang telah siap selanjutnya dilakukan
penambahan biochar 13,2 kg, kapur dolomit 2 kg, dan pupuk NPK 6,6 kg per bedengan,
hal ini dilakukan dengan cara menaburkan bahan campuran ini di atas tanah kemudian
ditutup dan dicampur kembali dengan tanah. Selanjutnya tanah yang telah tercampur
rata, di atas bedengan diaplikasikan mulsa (mulsa organik) sebagai penutup bedengan.
Bedengan yang telah selesai, didiamkan sekitar dua minggu. Setelah dua minggu
bedengan siap ditanami tanaman melon yang dipindahkan dari persemaian.
b. Persiapan bedengan dengan perlakuan kompos
Pengolahan bedengan diawali dengan pembersihan sisa tanaman yang berada
pada lahan untuk kemudian dicangkul tanahnya agar tanah menjadi gembur. Setelah
dilakukan penggemburan tanah, dilakukan pembuatan bedengan setengah jadi dengan
ukuran 20 m x 1 m. Bedengan yang telah siap selanjutnya dilakukan penambahan
kompos 33,3 kg, kapur dolomit 2 kg dan pupuk NPK 6,6 kg per bedengan, hal ini
dilakukan dengan cara menaburkan bahan campuran ini di atas tanah kemudian ditutup
dan dicampur kembali dengan tanah. Selanjutnya, setelah tanah tercampur rata, di atas
bedengan diaplikasikan mulsa (mulsa organik) sebagai penutup bedengan. Bedengan
yang telah selesai, didiamkan sekitar dua minggu. Setelah dua minggu bedengan siap
ditanami tanaman melon yang dipindahkan dari persemaian.
c. Persiapan bedengan dengan perlakuan kombinasi
Pengolahan bedengan diawali dengan pembersihan sisa tanaman yang berada
pada lahan untuk kemudian dicangkul tanahnya agar tanah menjadi gembur. Setelah
dilakukan penggemburan tanah, maka dilakukan pembuatan bedengan setengah jadi
9
dengan ukuran 20 m x 1 m. Setelah bedengan siap selanjutnya dilakukan penambahan
kompos 33,3 kg, biochar 13,2 kg, kapur dolomit 2 kg, dan pupuk NPK 6,6 kg per
bedengan, ini dilakukan dengan cara menaburkan bahan campuran ini di atas tanah
kemudian ditutup dan dicampur kembali dengan tanah. Setelah tanah tercampur rata, di
atas bedengan diaplikasikan mulsa (mulsa organik) sebagai penutup bedengan.
Bedengan yang telah selesai, didiamkan sekitar dua minggu. Setelah dua minggu
bedengan siap ditanami tanaman melon yang dipindahkan dari persemaian.
Pemindahan tanaman melon ke bedengan
Tanaman melon yang berumur 10-12 hari setelah disemai dipindahkan ke
bedengan. Terlebih dahulu bedengan dilubangi menggunakan skrup kecil dengan
kedalaman sekitar 10 cm berjarak 30 cm. Selanjutnya polybag tanaman melon yang
akan dipindahkan di sayat menggunakan pemotong (pisau kecil). Tanaman melon yang
masih terdapat tanah pada bagian akar, ditanamkan kedalam lubang, selanjutnya
digemburkan tanah yang terdapat di sekitar tanaman yang dipindahkan.
Penyiapan turus bambu
Pemasangan turus bambu atau tongkat dari kayu, dipasang setelah selesai
pemindahan bibit melon ke bedengan. Turus bambu yang dibuat berukuran 180 cm x 4
cm ukuran ini cukup kuat sehingga mampu menahan beban buah dengan bobot 2–3 kg.
Tempat ditancapkannya turus bambu adalah dengan jarak 25 cm dari pinggir bedengan
baik kanan maupun kiri. Selanjutnya agar turus lebih kokoh, dilakukan pengikatan tali
plastik pada bagian atas turus bambu, Apabila tanaman melon menghasilkan buah,
pengikatan pada tangkai buah dilakukan saat buah melon masih berumur sekitar satu
minggu.
Pengamatan
a. Pengamatan panjang ruas
Pengamatan panjang ruas tanaman melon di lakukan pada ruas ke 10 dan 11
berumur 30 hari setelah tanam. Pengamatan panjang ruas dikerjakan dengan cara
mengukur menggunakan meteran kain yang dilakukan pada setiap bedengan.
Selanjutnya dipilih 30 tanaman setiap bedengan, dibagi dalam tiga ulangan, setiap
ulangan terdapat 10 tanaman melon. Selanjutnya ruas ke 10 dan 11 tanaman dan diberi
label, setelah proses penglabelan selesai dilakukan pengukuran ruas.
b. Jumlah daun dan ukuran daun
Pengamatan ukuran dan jumlah daun tanaman melon dilakukan pada daun ke 15
tanaman melon berumur 30 hari setelah tanam. Pengamatan ukuran dan jumlah daun
10
tanaman prosesnya sama dengan pengukuran ruas, pemilihan jumlah ulangan dan
tanaman sama. Selanjutnya daun ke 15 dan diberi label, setelah proses penglabelan
selesai dilakukan pengukuran lebar dan panjang daun menggunakan meteran kain. Hasil
angka yang diperoleh dicatat. Selanjutnya dari daun ke 15, dihitung jumlah daun setiap
tanaman sampai pucuk. Hasil yang diperoleh dicatat.
c. Berat dan lingkaran buah
Hasil panen berupa buah yang diperoleh terlebih dahulu ditimbang menggunakan
timbangan buah. Penimbangan dilakukan pada buah yang diperoleh dari setiap
perlakuan dan ulangan. Selanjutnya setiap buah diukur besar lingkaranya dan dicatat
hasil yang diperoleh.
Perawatan tanaman
a. Pengairan
Pemberian air pada tanaman melon sangat bergantung pada musim yang sedang
berlangsung dan fase pertumbuhan tanaman. Selama penyemaian Penyiraman dilakukan
secara rutin pada pagi dan sore hari. Pengairan tidak perlu dilakukan pada musim hujan,
tetapi saluran-saluran air harus diperbaiki agar tidak terjadi penggenangan air hujan di
sekitar tanaman. Air yang tidak segera dibuang akan mengganggu sistem perakaran
tanaman. Sebaliknya pada musim kemarau tanaman melon perlu mendapatkan
pengairan yang cukup terutama pada periode pertumbuhan. Setiap tanaman melon
memerlukan air sekitar 2,5 liter setiap kali penyiraman.
b. Pemangkasan dan Pemupukan
Pemangkasan dilakukan untuk membuang calon tunas (cabang) yang merugikan,
terutama tunas yang muncul di ketiak daun, untuk mendapatkan pertumbuhan vegetatif
yang maksimum. Pemangkasan cabang dilakukan dari ruas pertama sampai dengan ruas
ke 8. Cabang pada ruas ke 9-11 tidak perlu dipangkas karena akan dijadikan sebagai
tempat munculnya calon buah yang akan dibesarkan. Pemupukan yang disediakan
adalah pupuk Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). proses pemupukan ini hanya
dilakukan saat pembuatan lahan (bedengan).
11
c. Pengendalian hama dan penyakit
Pencegahan penyebaran hama dan penyakit pada tanaman melon ini hanya
dilakukan saat tanaman melon disemai dan ketika berumur satu minggu dipindahkan ke
bedengan. Pengendalian hama dan penyakit ini menggunakan pestisida yaitu berupa
larutan curatter, matador, dan pegasus. Pengendalian hama dan penyakit ini dilakukan
secara priodik dengan intensitas tujuh hari sekali.
3.4.2 Uji Adaptasi Varietas Kacang Hijau dan Pupuk Organik di Lahan VisitorPlot BPTP Aceh
Pengolahan Lahan
Sebelum dilakukan penanaman, areal diolah terlebih dahulu. Pengolahan tanah
dilakukan 2 minggu sebelum tanam, mula-mula lahan dibersihkan dari gulma dan
bantuan, selanjutnya tanah dibajak dengan traktor dan diolah dengan cangkul sedalam
30 cm hingga gembur.
Pembuatan Bedengan
Setelah tanah digemburkan, dibuat bedengan dengan ukuran 2 m × 6 m. Jarak
antar ulangan dibuat saluran selebar 100 cm. Antara bedeng dibuat saluran selebar 50
cm dan sedalam 25 cm, tanah bagian saluaran diambil dan ditebarkan di atas petakan,
sehingga menambah tinggi bedengan. Permukaan petak bedengan dihaluskan dan
diratakan. Adapun jumlah bedengan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 36
bedengan.
Pemupukan
Pupuk kandang diberikan sebelum tanam dengan cara disebar di atas permukaan
tanah, kemudian diaduk rata dengan tanah. Pupuk kandang digunakan berasal dari
kotoran sapi yang telah terkomposisi sempurna, dengan dosis sesuai perlakuan yang
dicobakan.
Penanaman
Penanaman kacang hijau dilakukan dengan jarak tanam 40 x 20 cm (antar baris 5
dalam baris 25 tanaman) dengan ukuran bedeng 2 x 6 m. Jumlah tanaman dalam 1
bedeng yaitu 125 tanaman. Sedangkan jumlah populasi tanaman dalam 36 bedeng yaitu
4.500 tanaman. Pembuatan lubang tanam dilakkukan dengan alat tugal. Benih
12
dimasukkan ke dalam lubang sedalam 2 cm dengan jumlah benih, yaitu 2 biji per lubang.
Kemudian lubang tanam ditutup kembali dengan tanah gembur.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan, dan
pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan dengan mengunakan gembor yaitu
pada pagi hari kecuali hari hujan.
Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam, jika ada tanaman yang mati atau tidak
tumbuh. Selanjutnya pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam dilakukan penyiangan
dan penggemburan tanah di sekitar pangkal batang.
Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, dilakukan penyemprotan insektisida
dan fungisida.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada umur 65 hari setelah tanam
dengan cara polong dipetik satu per satu dengan menggunakan tangan. Tanda-tanda
tanaman sudah siap untuk dipanen adalah polongnya sudah kering dan berwarna cokelat
sampai hitam.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan sebagai berikut :
- Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 hari setelah
tanam, diukur mulai dari permukaan tanah yang sudah diberi tanda sampai ujung daun
tertinggi dengan menggunakan meteran, jumlah sampel yang diamati adalah 10
tanaman.
- Jumlah Polong Per Plot (buah)
Pengamatan jumlah polong per rumpun dilakukan pada saat panen dengan cara
menghitung jumlah polong per rumpun tanaman sampel selanjutnya dirata-ratakan.
- Jumlah Polong Bernas per Plot (buah)
Jumlah polong bernas per rumpun, diamati dengan cara menghitung jumlah
polong yang berisi penuh.
13
- Bobot Biji Kering per Plot (g)
Biji yang telah dirontokkan dari polongnya, dikeringkan dibawah sinar matahari
selama 3 hari, kemudian dibersihkan dan dihitung.
- Bobot 100 Butir Biji Kering (g)
Pengamatan bobot 100 butir biji kering dilakukan dengan cara mengambil 100 biji
secara acak kemudian ditimbang.
14
Tabel 1. Komponen yang digunakan dalam visitor plot Kacang Hijau di Lahan BPTP Aceh
:
No Komponen Teknologi UraianI Agroekosistem Sasaran Lahan KeringII Teknis Pelaksanaan
Waktu Tanam Juni 2012 (Juni – September 2012)
Lokasi Di dalam pekarangan kantor BPTP NAD
Penyiapan Lahan Pengolahan tanah secara optimal yaitu tanahdiolah dengan sempurna
Varietas Perkutut, Walet, Vima-1 dan varietas lokalBenih 25 - 30 kg/ha
Pemberian Bahan Organik Dilakukan 15 hari sebelum tanam, Carapemberiannya disebar merata di ataspermukaan tanah. Dosis pemberianya 15ton/ha
Penanaman Tanam dengan sistem tugal dengan 2-3biji/lubang dengan jarak tanam 40 cm x 10cm. Lubang tanam ditutup dengan tanah.
Pemupukan pupuk an organik (Urea, SP-36, KCl) denganperbandingan 45 : 90 : 50 Kg/ha
Pengendalian Hama Penyakit Penyemprotan dilakukan apabila populasimencapai ambang kendali insektisida dosisdisesuaikan dengan petunjuk.Pengendalian penyakit : penyemprotanapabila intensitas penularan mencapai 30%fungisida alternatif Dithane M-45, Baniatedan Beylevon.
Pengendalian Gulma Gulma dikendalikan dua kali secara manualyaitu pada umur 21 dan 35 hari setelahtanam (hst) melalui kegiatan penyiangandan pembubunan.
Panen Bila 95% polong telah berubah warna darihijau menjadi kecoklatan atau hitam.
15
Tabel 2. Deskripsi paket teknologi yang digunakan dalam visitor plot Tanaman Jagungdi Lahan BPTP Aceh.
No. Komponen Teknologi Uraian Kegiatan
1. Lahan Di dalam pekarangan Kantor BPTP NAD +
1.200 m2
2. Varietas Jagung Hibrida Arjuna, Srikandi, jagung manis
3. Pengolahan tanah Bajak 1 kali, garu 2 kali
4. Jarak tanam 75 cm x 50 cm ditanam 2 biji per lubang
5. Pupuk anorganik NPK (15, 15, 15) diberikan bersamaan pada
waktu tanam 5 gr per tanaman
6. Pemeliharaan Penyiangan : dilakukan pada umur 5 minggu
setelah tanam bersamaan dengan pemberian
pupuk Urea per lubang 5 gr.
Pengendalian hama dan penyakit : tergantung
kondisi di lapangan.
7. Panen cara memetik pada tanaman.
16
Tabel 3. Deskripsi paket teknologi yang digunakan dalam visitor plot Timun,Gambas dan Kacang Panjang di Lahan BPTP Aceh.
No Komponen Teknologi UraianI Agroekosistem Sasaran Lahan KeringII Teknis Pelaksanaan
1. Waktu Tanam April 2012 (April – Juli 2012)2. Lokasi Di dalam pekarangan Kantor BPTP NAD3. Penyiapan Lahan Pengolahan tanah secara optimal yaitu
tanah diolah dengan sempurna (Bajak 1kali, garu 2 kali)
4. Komoditi Timun, gambas dan kacang panjang5. Benih Semai dalam polybag6. Pemberian Bahan Organik Dilakukan 15 hari sebelum tanam, Cara
pemberiannya disebar merata di ataspermukaan tanah. Dosis pemberianya2 ton/ha
7. Penanaman Dilakukan secara tugal sedalam + 2-3 cmdengan jarak tanam 20 cm x 40 cm dan 15x 40 cm. 2 biji/lubang. Lubang tanamditutup dengan tanah.
8. Pemupukan pupuk an organik (Urea, SP-36, KCl)dengan perbandingan 50 : 100 : 100Kg/ha
9. Pengendalian HamaPenyakit
Penyemprotan dilakukan apabila populasimencapai ambang kendali insektisida dosisdisesuaikan dengan petunjuk.Pengendalian penyakit : penyemprotanapabila intensitas penularan mencapai30% fungisida alternatif Dithane M-45,Baniate dan Beylevon.
10.Pengendalian Gulma Gulma dikendalikan dua kali secara manualyaitu pada umur 21 dan 35 hari setelahtanam (hst) melalui kegiatan penyiangandan pembubunan.
17
Tabel 4. Deskripsi paket teknologi dalam visitor plot Kacang KP. Paya Gajah.
No Komponen Teknologi UraianI Agroekosistem Sasaran Lahan KeringII Teknis Pelaksanaan
Waktu Tanam Januari – September 2012Lokasi Di dalam pekarangan kantor KP. P.GajahLuas Lahan 400 M2
Penyiapan Lahan Pengolahan tanah secara optimal yaitu tanahdiolah dengan sempurna
Varietas Jerapah dan GajahBenih 25 - 30 kg/haPemberian Bahan Organik Dilakukan 15 hari sebelum tanam, Cara
pemberiannya disebar merata di ataspermukaan tanah. Dosis pemberianya 15ton/ha
Penanaman Tanam dengan sistem tugal dengan 2-3biji/lubang dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm.Lubang tanam ditutup dengan tanah.
Pemupukan pupuk an organik (Urea, SP-36, KCl) denganperbandingan 45 : 90 : 50 Kg/ha
Pengendalian Hama Penyakit Penyemprotan dilakukan apabila populasimencapai ambang kendali insektisida dosisdisesuaikan dengan petunjuk.Pengendalian penyakit : penyemprotan apabilaintensitas penularan mencapai 30% fungisidaalternatif Dithane M-45, Baniate dan Beylevon.
Pengendalian Gulma Gulma dikendalikan dua kali secara manualyaitu pada umur 21 dan 35 hari setelah tanam(hst) melalui kegiatan penyiangan danpembubunan.
Panen Bila 95% polong telah berubah warna dari hijaumenjadi kecoklatan atau hitam.
Tabel 5. Deskripsi teknologi dalam Visitor Plot Tanaman Kopi di KP. Gayo
No Komponen Teknologi Uraian Kegiatan1. Lahan KP Gayo, Pondok Gajah Kab. Bener Meriah
2. Varietas Catymor
3. Pengolahan tanah Pembubunan
4. Tanaman atas Diberikan pupuk organik 3 kg/batang
5. Tanaman bawah Diberikan Urea dan NPK 0,3 kg/batang
6. Jarak tanam 3 x 3 m
7. Pupuk Organik Dari kotoran ternak+limbah kulit kopi
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
A. Teknologi Biochar dan Kompos Jerami pada Budidaya Melondi Lahan Visitor Plot BPTP Aceh
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan terhadap pengamatan jumlah
tanaman, jumlah buah setiap bedengan, panjang ruas, ukuran daun, ukuran buah
(keliling dan berat buah) dan jumlah daun tanaman melon yang diberikan perlakuan
kompos, biochar dan kombinasi (biochar dan kompos) memiliki hasil yang berbeda-beda
sebgai berikut.
- Jumlah tanaman dan buah setiap bedengan
Jumlah tanaman dan buah yang diperoleh dari pengamatan tanaman 30 HST
(Hari Setelah Tanam) dihasilkan jumlah tanaman dan buah setiap bedengan yang dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Data hasil pengamatan jumlah batang dan buah setiap bedengan.
Keterangan: B0K1: kompos, B1K0: biochar, B1K1: kombinasi.
Jumlah tanaman terbanyak dari semua bedengan dengan perlakuan kompos,
biochar dan kombinasi (kompos dan biochar) yaitu tanaman pada bedengan yang diberi
perlakuan kompos. Hal ini dikarenakan kompos lebih banyak mengandung unsur fisika,
kimia tanah dan mikroorganisme. Unsur hara dan mikroorganisme tanah dapat
mempengaruhi pertumbuhan dari tanaman melon. Sebagaimana ditunjukan oleh tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik fisik-kimia biochar dan kompos,
JenisBahan
Jenis AnalisisN P K C-org KTK
Bio-char 1,32 0,07 0,08 25,62 4,58Kompos
1,38 1,08 0,19 22,38 60,80
No Bedengan Jumlah Tanaman Jumlah Buah1 B0K1 49 532 B1K0 40 473 B1K1 47 57
19
Sedikitnya jumlah tanaman pada bedengan dengan perlakuan biochar disebabkan
karena bedengan ini dekat dengan genangan air dan memungkinkan tanaman terserang
penyakit seperti jamur yang menyebabkan layu pada akar. Tumbuhnya jamur pada akar
disebabkan kelembaban tanah di daerah bedengan tersebut tinggi.
- Panjang ruas
Berdasarkan data yang dipeoleh dari pengamatan terhadap pengukuran panjang
ruas yang dilakukan pada ruas ke-10 dan ke-11 tanaman melon berumur 30 HST setiap
bedengan dengan perlakuan yang berbeda, dihasilkan total rata-rata panjang ruas
terbaik. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Data hasil pengamatan total rata-rata panjang ruas setiap perlakuan.
Keterangan: B0K1: kompos, B1K0: biochar, B1K1: kombinasi.
Pajang ruas terbaik jika dibandingkan dari setiap perlakuan dihasilkan oleh
tanaman yang diberi perlakuan kompos yaitu panjang ruas ke-10 = 6,79 cm dan panjang
ruas ke-11 = 7,46 cm. Sebagai mana dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan panjang ruas terbaik tanaman melon.
5.5
6
6.5
7
7.5
B0K1 B1K0 B1K1
Panjang Ruas 10
Panjang Ruas 11
No Bedengan Panjang ruas ke-10
Panjang ruaske-11
1 B0K1 6,79 7,462 B1K0 6,45 7,233 B1K1 6,40 7,08
20
- Jumlah daun dan ukuran daun
Berdasarkan data yang dipeoleh dari pengamatan terhadap jumlah daun yang
dihitung setiap tanaman melon dan ukuran daun yang dilakukan dengan cara mengukur
pada daun ke-15 tanaman melon berumur 30 HST setiap bedengan dengan perlakuan
yang berbeda, dihasilkan total rata-rata jumlah daun dan ukuran daun terbaik.
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Data hasil pengamatan total rata-rata jumlah daun danukuran daun setiap perlakuan.
Keterangan: B0K1: kompos, B1K0: biochar, B1K1: kombinasi.
Hasil terbaik untuk ukuran daun yang terdiri dari lebar dan panjang daun. Ukuran
lebar daun tebaik dihasilkan oleh tanaman melon yang diberi perlakuan kombinasi yaitu
18,75 cm, sedangkan untuk panjang daun terbaik dihasilkan oleh tanaman yang diberi
perlakuan biochar dengan 11,39 (cm). Sebagai mana yang ditunjukan gambar 2.
Gambar 2. Perbandingan ukuran daun terbaik tanaman melon.
0
5
10
15
20
B0K1 B1K0 B1K1
Lebar daun
Panjang Daun
No Bedengan Jumlah daunUkuran daun
Lebar Panjang1 B0K1 29,2 17,64 9,432 B1K0 28,87 18,74 11,393 B1K1 30,2 18,75 10,19
21
Jumlah daun yang dihasilkan dari setiap perlakuan sangat berbeda-beda.
Tanaman melon yang diberi perlakuan kompos, biochar dan kombinasi (biochar dan
kompos) memiliki jumlah daun yaitu 29,2, 28,7, dan 30,2. Hasil terbaik jumlah daun
dihasilkan dari tanaman yang diberi perlakuan kombinasi (biochar dam kompos).
Sebagaimana yang ditunjukan gambar 3.
Gambar 3. Perbandingan jumlah daun terbaik tanaman melon.
- Berat dan lingkaran buah
Berdasarkan data yang dipeoleh dari pengamatan terhadap berat buah dengan
cara di timbang dan mengukur lingkaran buah yang dilakukan pada buah 2 hari akan
dipanen setiap bedengan dengan perlakuan yang berbeda, dihasilkan total rata-rata
berat buah dan lingkaran buah terbaik. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Data hasil pengamatan total rata-rata berat buah dan lingkaranbuah setiap perlakuan.
Keterangan: B0K1: kompos, B1K0: biochar, B1K1: kombinasi.
Berdasarkan hasil dari berat dan pengukuran keliling buah nilai terbaik untuk
berat buah yaitu 1,55 kg tanaman melon yang diberi perlakuan kompos, sedangkan hasil
27.528
28.529
29.530
30.5
B0K1 B1K0 B1K1
Jumlah Daun
Jumlah Daun
No Bedengan Berat Buah LingkaranBuah
1 B0K1 1,55 46,42 B1K0 1,49 47,43 B1K1 1,47 47,4
22
terbaik dari lingkaran buah yaitu tanaman melon yang diberikan perlakuan biochar
dengan ukuran 47,4 cm. Sebagaimana yang ditunjukan gambar 4. dan Gambar 5.
Gambar 4. Hasil terbaik perbandingan berat buah tanamanmelon setiapperlakuan.
Gambar 5. Hasil terbaik ukuran lingkaran buah tanaman setiapperlakuan.
Hal sebelumnya sesuai dengan pernyataan Angriani (2009), setiap perlakuan
yang diberikan kompos mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini diduga
karena kompos mengandung mikroorganisme perombak bahan organik sehingga dapat
meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, seperti unsur P. Unsur P diperlukan
dalam proses, pertumbuhan daun, fotosintesis dan respirasi, sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan baik. Hal ini diperkuat oleh pernyataan yang dikemukaakan Solaeman
(2008), pengaruh positif terhadap kelarutan fosfat di dalam tanah dapat di tingkatkan
dengan penambahan bahan organik atau kompos. Selain berpengaruh positif bahan
1.421.441.461.48
1.51.521.541.56
B0K1 B1K0 B1K1
Berat Buah
Berat Buah
44.545
45.546
46.547
47.5
B0K1 B1K0 B1K1
Ukuran Lingkaran Buah
Ukuran LingkaranBuah
23
organik dapat meningkatkan produktivitas tanah karena kapasitas tukar kation bahan
organik tinggi dan asam organik hasil dekomposisi bahan organik oleh mikroba tanah
dapat melarutkan P.
Kandungan bahan organik tinggi dan kelarutan fosfat alam tinggi pada tanah
menghasilkan produktivitas tanaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanah
dengan kelarutan fosfat yang rendah. Adanya fotosintesis yang cukup bagi tanaman
memberikan produktivitas tanaman semakin baik. Mikroorganisme perombak yang
terdapat pada pupuk kandang dapat mempercepat pelarutan sumber pupuk P tersebut.
Menurut BPTP (2009), pengaruh biochar terhadap produktivitas tanaman
tegantung pada jumlah penggunaannya. Aplikasi biochar ke tanah meningkatkan
ketersediaan kation utama valensi tinggi seperti Al3+, Fe3+ dan fosfor, total nitrogen, dan
kapasitas tukar kation tanah. Melalui mekanisme ini maka akan terjadi hambatan
pertumbuhan tanaman akibat tingginya unsur Al dan Fe di dalam tanah. Selain
menambah perubahan dinamika mikroba tanah, biochar meningkatkan stabilisasi karbon
organik yang lebih tinggi dibanding bahan organik lain. Penelitian menunjukkan,
pemberian 0,4-8,0 ton karbon (C) per hektar meningkatkan produktivitas tanaman
sebesar 20-220%, bergantung pada komoditas yang dibudidayakan.
4.2. Pembahasan
- Pemeliharaan tanaman
Ketersediaan air yang cukup akan mendukung pertumbuhan tanaman melon
dengan baik. Penjagaan ketersediaan air ini dilakukan dengan cara penyiraman setiap
dua kali sehari pada tanaman. Volume air yang sesuai pula dapat mendukung
pertumbuhan, produktivitas dan kesuburan tanaman melon. Selain penyiraman pada
tanaman pemeliharaan tanaman melon dilakukan dengan cara memangkas bagian daun,
tangkai dan ujung daun. Tujuan ini agar pertumbuhan tanaman melon dapat optimal
seperti yang diinginkan. Pemangkasan ini dilakukan secara berkala untuk manjaga
jumlah dan ketersediaan daun serta tangkai tanaman melon. Pemeliharaan tanaman
melon dari hama dan penyakit tidak dilakukan secara intensif sehingga mempengaruhi
hasil dari buah dan jumlah tanaman setiap bedengan.
Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dilakukan cara mencegah
penyebaran OPT yang menyerang tanaman. Pengendalian OPT ini dilakukan secara
kultur teknis, kimiawi, mekanik ataupun fisik. Pengendalian OPT dengan cara kimiawi
dilakukan apabila serangan OPT tersebut sudah sangat serius dan tidak dapat
24
dikendalikan dengan pengendalian kultur teknis, fisik ataupun mekanis. OPT yang
menyerang tanaman melon ini disebabkan oleh serangan hama, penyakit dan dapat pula
disebabkan oleh defisiensi unsur hara. Menurut Kristianingsi (2010), ada beberapa cara
pengendalian OPT diantaranya adalah sebagai berikut:
- OPT berupa hama yang sering menyerang tanaman melon
Lalat Buah
Gejala : Timbul bercak bulat, membusuk dan berlubang kecil, buah akan
mengalami kerusakan kemudian rontok. Buah yang terserang berwarna kehitaman dan
keras. Pengendalian: kultur teknis yaitu dengan cara sanitasi lingkungan dengan
melakukan pemusnahan buah melon yang terserang lalat buah. Buah melon yang
terserang lalat buah dikumpulkan pada suatu tempat kemudian dibungkus dengan plastik
rapat dan ditimbun pada tanah sedalam 1 meter. Fisik atau mekanik pencegahan
serangan lalat buah ini dengan cara melakukan pembungkusan buah melon dengan
kantong plastik dan penggunaan perangkap yang terbuat dari botol plastik yang telah di
lumuri dengan metil eugenol.
Trips
Penyebab dari hama ini adalah Thrips parvispinus Karny. Gejala: daun muda dan
tunas menjadi keriting, tanaman menjadi kerdil. Pengendalian: cara kultur teknis dengan
melakukan sanitasi lingkungan seperti memusnahkan sisa-sisa tanaman dan inang lain
disekitar tanaman melon. Cara kimiawi dengan penggunaan insektisida berbahan aktif
seperti marsal, dimetoate, sipermetrin, tetasipaermetrin.
Kutu Daun
Penyebab dari serangan hama ini adalah kutu aphids (Aphis gossypu
Glover).Gejala: daun tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi keriting akibat
cairan daunnya dihisap oleh kutu ini. Pengendalian: cara kultur teknis sanitasi kebun
dengan dengan membersihkan gulma disekitar tanaman atau dengan memangkas daun
yang terkena serangan kutu tersebut untuk kemudian dibakar serta tidak menggunakan
pupuk nitrogen secara berlebihan. Cara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida
berbahan aktif seperti tetasipermetrin pada bagian pucuk tanaman.
25
Kumbang Daun
Penyebab dari serangan hama ini adalah Aulacophora femoralis Motschulsky.
Gejala: terdapat luka bekas serangan berupa keratan pada daun. Stadium larva hama
menyerang perakaran sampai pangkal batang. Kerusakan pada akar atau pangkal batang
dapat menyebabkan tanaman menjadi layu. Pengendalian: dengan cara kultur teknis
melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang tidak satu famili yaitu, melakukan
sanitasi kebun seperti membesihkan gulma di sekitar tanaman melon, melakukan
pengolahan tanah secara sempurna sehingga pupa atau telur hama yang berada di
dalam tanah dapat mati. Cara fisik atau mekanik dengan mencabut kemudian membakar
tanaman melon yang telah terserang hama ini secara serius. Cara kimiawi pengendalian
serangan hama ini dengan penggunaan pestisida berbahan aktif seperti profenofos,
diafentiuron, metidation.
Ulat Pemakan Daun
Penyebab serangan hama ini adalah Palpita sp. dan Spodoptera litura. Gejala:
daun-daun yang terserang menjadi meranggas hingga tinggal tulang daunnya, kadang-
kadang merusak bunga sehingga menggagalkan pembentukan buah, bahkan jika
tanaman melon sudah berbuah ulat ini akan menggerogoti kulit buahnya. Pengendalian:
kultur teknis: pemangkasan cabang-cabang sekunder sehingga hanya batang utama
yang dipelihara, dengan pemangkasan ini aerasi dilingkungan menjadi lancar dan
serangan ulat menjadi lebih mudah terkendali. Fisik atau mekanik: pengendalian dengan
menggunakan alat perangkap yang diberi metyl eugenol untuk Spodoptera litura seperti
halnya pada perangkap lalat buah. Cara kimiawi pengendaliannya dengan menggunakan
pestisida berbahan aktif seperti betasiflitrin.
Tungau
Penyebab dari serangan hama ini adalah Tetranycus cinnabarinus boisduval.
Gejala: pada daun terdapat luka nekrotis berupa titik–titik kuning yang makin lama
makin menghitam kemudian daun yang terserang melengkung dan terpelintir. Bagian
bawah daun yang terserang akan terlihat sekumpulan hama yang tampak seperti titik-
titik merah dan kuning. Pengendalian: kultur teknis seperti sanitasi kebun dengan
membersihkan gulma disekitar tanaman melon. Cara fisik atau mekanis yaitu tanaman
yang terserang berat dicabut untuk kemudian dibakar. Kimiawi, penggunaan akarisida
berbahan aktif propargit.
26
- OPT yang berupa penyakit yang sering menyerang tanaman melon
Bule (Penyakit Virus Kuning)
Gejala: terjadi klorosis pada anak tulang daun muda dan menyebar keseluruh
bagian tanaman hingga tampak menguning, daun mengeriting ke atas menebal dengan
ukuran yang mengecil, pertumbuhan terhambat atau kerdil. Pengendalian: dengan cara
kultur teknis, melakukan sanitasi di sekitar tanaman melon agar tidak menjadi inang bagi
virus tersebut. Cara fisik atau mekanis seperti melakukan pemusnahan bagi tanaman
yang terserang penyakit tersebut dengan cara dibakar.
Antraknosa
Penyebab dari penyakit ini adalah Collectrotrichum lagenarium (Pass) Ell. Et
Halst. Gejala: pada daun, batang muda, bunga dan buah terdapat bercak–bercak
berwarna coklat kelabu sampai ke hitaman yang sedikit demi sedikit melekuk dan
bersatu. Kemudian jaringan yang ada di bawahnya juga akan membusuk. Pengendalian:
dengan cara kultur teknis, pengaturan jarak tanam yang tepat yaitu 45 x 60 cm, 50 x 60
cm, 60 x 70 cm. Cara fisik atau mekanis melakukan pemusnahan bagi tanaman yang
terserang penyakit tersebut.
Penyakit Busuk Buah
Penyebab dari penyakit ini adalah Phytophythora nicotianae. Gejala: serangan
yang terjadi pada batang ditandai dengan adanya bercak coklat kebasahan yang
memanjang. Serangan serius dapat menyebabkan mati layu. Daun yang terserang
seperti tersiram air panas kemudian akan meluas. Serangan pada buah ditandai dengan
bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak, makin lama bercak
menjadi berkerut dan mengendap, bagian buah yang busuk akan diselimuti kumpulan
cendawan putih. Pengendalian: dengan cara kultur teknis seperti rotasi tanaman dengan
tanaman yang bukan sefamili. Cara fisik atau mekanis, pemangkasan daun atau cabang
yang berlebihan untuk mengurangi kelembaban disekitar tanah. Ataupun dengan
mencabut tanaman yang terserang untuk kemudian dibakar.
Penyakit Busuk Pangkal Akar
Penyebab dari penyakit ini adalah Mycosphaerella melonis passerini. Gejala:
pangkal batang yang terserang mula–mula seperti tercelup minyak kemudian keluar
lendir berwarna coklat kemudian tanaman mengalami kelayuan dan kematian. Daun
tanaman yang terserang akan mengering dan apabila diremas seperti kerupuk.
27
Pengendalian: dengan cara kultur teknis dengan melakukan sanitasi pada kebun dan
sekitar tanaman melon. Cara fisik atau mekanis tanaman melon yang terserang penyakit
ini dikumpulkan pada suatu tempat untuk kemudian dibakar. Cara kimiawi dengan
penyemprotan menggunakan fungisida berbahan aktif Cu, thiram atau mancozeb.
Embun bulu (down mildew)
Penyebab dari penyakit ini adalah Pseudoperenospora cubensis Barkely et Curtis.
Gejala: serangan pada tanaman melon dimulai dengan adanya bercak berwarna kuning
muda yang dibatasi oleh urat-urat daun sehingga terkesan menjadi bercak bersudut,
semakin lama bercak tersebut berubah warna menjadi kecoklatan. Pengendalian: kultur
teknis pemilihan lokasi penanaman yang jauh dari tanaman sefamili. Cara fisik atau
mekanis daun yang terserang segera dipotong atau dipangkas untuk kemudian dibakar.
Cara kimiawi melakukan penyemprotan dengan fungisida barbahan aktif seperti
Simoksanil atau mancozeb.
B. Uji Adaptasi Varietas Kacang Hijau dan Pupuk Organik di Lahan VisitorPlot BPTP Aceh
Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu tanah dianalisis dengan
menggunakan perangkat uji tanah kering (PUTK ) pada anggal 5 Mei 2012. Hasil analisis
PUTK dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis PUTK Lahan Kacang Hijau di Laboratorium BPTP Aceh
No Analisis PUTK Kadar Hara Rekom Dosis Pupuk1 Hara P Tinggi SP-36 100 kg/ha2 Hara K Rendah KCl 100 kg/ha3 C-organik Rendah Pukan
Jerami2 t/ha Pukan2 t/ha Jerami
4 Nitrogen Stabil Urea 25 kg/ha5 pH Netral 6 – 7
Kegiatan tanam perdana kacang hijau dilaksanakan Kepala BPTP Aceh didampingi
peneliti/ penanggung jawab Visitor Plot dan tim teknis lapang. Adapun varietas yang
dicobakan terdiri dari Perkutut, Walet, Vima-1 dan varietas lokal. Diharapkan dengan
penambahan pupuk organik dan anorganik mampu meningkatkan hasil kacang hijau
serta dapat menyuburkan lahan dan dapat dikembangkan di Provinsi Aceh dengan
produktivitas tinggi.
28
Kacang hijau merupakan komoditi unggulan di Provinsi Aceh di samping padi
sawah dan kedelai. Keberhasilan usahatani kacang hijau banyak ditentukan oleh mutu
benih, kesesuaian varietas dan waktu tanam yang tepat (sesuai musim) pada masing-
masing daerah.
Salah satu penyebab keragaman hasil kacang hijau di tingkat petani Provinsi
Aceh adalah belum diterapkannya teknologi kacang hijau secara tepat oleh petani. Hal
ini terlihat dari 40 % tanaman kacang hijau masih ditanam dengan cara sebar, di
samping komponen lain seperti sulitnya mendapatkan varietas unggul yang sesuai
dengan agroekosistem setempat, mutu benih belum memenuhi syarat, penyiangan,
pengendalian hama dan penyakit belum dilakukan secara baik oleh petani, sehingga hasil
yang diperoleh masih rendah (0,6 - 0,8 ton/ha).
Dalam upaya peningkatan produksi kacang hijau, Badan Litbang Pertanian c/q
Balitkabi Malang terus berupaya mendapatkan varietas unggul di masa datang. Uji multi
lokasi dan adaptasi di daerah sentra produksi merupakan salah satu cara untuk
mempercepat pelepasan benih unggul yang telah dihasilkan oleh Balitkabi.
Hasil pertumbuhan kacang hijau dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau di Kebun BPTP Aceh
No Varietas1 Perkutut Walet Vima-1 Lokal2345
C. Tanaman Jagung
Visitor plot untuk tanaman jagung di lahan BPTP Aceh mengalami kegagalan
panen, hal ini disebabkan berkeliarannya ternak kambing dan kemarau yang
berkepanjangan/
D. Timun, Gambas dan Kacang Panjang
Penanaman sayur-sayuran juga dilakukan antara lain dengan membuat bedeng
untuk lahan Kacang panjang sebanyak 200 batang. Hasil yang diperoleh mencapai 50
kg sayuran kacang panjang. Hasil panen dijual kepada karyawan dan ke pasar Ulee
29
Kareng dengan harga jual Rp 2.500,- per kilogramnya. Total hasil penjualan Rp.
125.000,-
Sedangkan tanaman Timun yang ditanami sebanyak 400 batang mengalami
gagal panen karena kemarau panjang. Untuk tanaman sayuran Gambas 200 batang
yaitu 100 kg x 3000 = 300.000,-
E. Visitor Plot Kacang Tanah di KP. Paya Gajah, Aceh Timur
Melakukan koordinasi beberapa hal yang penting dengan Kepala Kebun
Percobaan (KP) Paya Gajah, Syarwan Hamid, bahwa Visitor Plot 2012 dilaksanakan di
kebun BPTP, KP. Gayo dan KP. Paya Gajah sesuai dengan potensi dan karakteristik
spesifik lokasi masing-masing. KP. Paya Gajah yang memiliki tanah berpasir sangat
potensial untuk dikembangkan tanaman kacang tanah.
Dari diskusi yang berkembang, Kepala KP Paya Gajah melaporkan bahwa tahun
2010 lalu juga telah dilakukan penanaman kacang tanah melalui kegiatan perbanyakan
benih sumber, menggunakan tiga varietas yaitu Kelinci, Jerapah dan Gajah dengan
luasan ± 0,5 ha.
Untuk tahun 2011 ini penggunaan varietas yang sama dilakukan pada lahan yang
berbeda. Pelaksanaan pengkajian kacang tanah ini hanya menggunakan lahan seluas ±
400 m2. Dilaporkan pula oleh Pak Syarwan bahwa intensitas serangan hama pengerat
(babi) cukup tinggi di lokasi KP Paya Gajah walaupun telah diberikan pagar kawat
berduri di lokasi penanaman, oleh karena itu dipilihnya lokasi yang berbeda untuk
kegiatan visitor plot dirasakan dapat mengurangi risiko kegagalan nantinya. Lokasi
berada di samping perumahan karyawan yang relatif lebih ramai sehingga serangan
hama diharapkan tidak akan terjadi.
Menurut hasil pengamatan tim dan usulan dari Kepala KP, ada beberapa solusi
untuk pengembangan KP Paya Gajah agar lebih berdayaguna dan berhasilguna, seperti
pembuatan parit untuk mengantisipasi banjir tahunan, tanah galian parit sekaligus
membumbun pangkal batang tanaman kelapa yang masih produktif. Dengan demikian
tanaman kelapa dapat memperoleh unsur hara akibat penimbunan tanah di sekitar akar.
Telah disepakati bersama bahwa varietas yang akan digunakan yaitu Jerapah dan
Gajah yang relatif lebih disukai konsumen. Adapun perlakuan yang akan diberikan adalah
pemakaian jerami padi sebagi mulsa. Alasan penting yang dilihat adalah tanah di lokasi
KP Paya Gajah sangat tinggi kandungan pasirnya sehingga akan menaikkan suhu mikro
30
di sekitar perakaran tanaman, oleh karena itu perlu penggunaan mulsa sehingga
diharapkan produksi akan lebih baik lagi.
Kegiatan Visitor Plot di KP. Paya Gajah yaitu melakukan uji adaptasi varietas
Kacang tanah. Penanamannya dilakukan pada awal Januari 2012, diharapkan di lokasi ini
hujan telah mulai turun untuk pertumbuhan vegetatifnya.
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap tinggi tanaman dan hasil pada
tanaman kacang tanah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Hasil Panen Tanaman Kacang Tanah di KP. Paya Gajah
Petak
Varietas
Gajah JerapahTinggi tanaman
(cm) Hasil (kg)Tinggi tanaman
(cm) Hasil (kg)1 70 0,20 76 0,112 66 0,10 63 0,703 66 0,10 105 0,554 64 0,60 74 0,855 69 0,40 78 0,556 62 0,85 70 0,457 67 0.90 75 0,558 69 0,17 102 0,45
Rerata 66,6 0,11 80,4 0,52
Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa walaupun pertumbuhan tinggi tanaman
varietas jerapah mencapai 80,4 cm/rumpun, namun kacang tanah varietas Gajah
menghasilkan panen lebih berat yaitu mencapai 0,11 kg/petak, sedangkan varietas
Jerapah hanya mencapai berat 0,52 kg/petak. Hal tersebut menjunjukan bahwa varietas
Gajah lebih adaptif dan dapat meningkatkan produksi secara sangat nyata, jika
dibandingkan dengan varietas Jerapah.
Kegiatan panen di Kebun Percobaan Paya Gajah dilakukan pada tanggal 25 April
2012. Seluruh hasil tanaman kacang tanah dijadikan sebagai stock dalam upaya
memenuhi kebutuhan benih dan dikembangkan secara swadaya di areal kebun
percobaan Paya Gajah.
Permasalahan yang dihadapi saat ini, belum seluruh kebun terpagar sehingga
dapat leluasa masuk ternak, Hama babi, Sumber air terbatas, Dana tidak tersedia, SDM
terbatas dan status kebun jika dikelola oleh Pemda Kabupaten tidak jelas.
31
E. Visitor Plot Tanaman Kopi di KP. Gayo, Bener Meriah
Penggunaan kebun terutama untuk pemeliharaan dan perawatan plasma nutfah
varietas kopi Arabika serta klon-klon lamtoro sebagai naungan kopi. Plasma nutfah kopi
yang ada diharapkan suatu saat menjadi sumber benih. Selain itu KP Gayo berfungsi
sebagai kebun produksi yang hasilnya disetor ke PNBP.
Melalui dana kegiatan UKT 2007, telah dilakukan pembibitan kopi Arabika sebanyak
12.000 batang yang kemudian dijual kepada petani.
Permasalahan yang dihadapi antara lain : Produksi kopi semakin rendah dan
biaya perawatan tidak mencukupi.
Topik yang dibahas dalam pertemuan dengan kepala kebun percobaan kopi
gayo, sesuai dengan arahan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yaitu meminta
kepada, Kepala Kebun percobaan supaya dapat membuat kegiatan Visitor Plot pada
tanaman kopi mengenai teknik penyambungan tunas kopi dan pemberian pupuk kompos
pada calon varitas kopi Proginin 88 (asal Thailand).
Kemudian Kepala Kebun Percobaan Gayo menyatakan untuk melakukan
Pengkajian tersebut kurang berkeinginan, karena tanaman kopi Proginin 88 masih belum
menjadi varitas, walaupun hasilnya sama dengan kopi Tim-tim (G1) dan kopi Bor-bor
(G2), dan perlu diulang setiap tahun berikutnya dalam proses pemeliharaan untuk
mencapai produksi lebih baik.
Setelah pembicaraan dengan Kepala Kebun Percobaan Kopi Gayo dapat diambil
kesimpulan bahwa dana Visitor Plot dapat dialokasikan untuk penanaman sayur-sayuran
seperti Cabai merah dan kentang. Kemudian kepala Kebun Percobaan kopi gayo
menghubungi Kepala BPTP Nanggro Aceh Darussalam, untuk mengetahui kegiatan
Visitor Plot yang dapat kami laksanakan Kebun Porcobaan gayo adalah kentang dan
kajian nanti disampaikan kepada penanggung jawab Visitor Plot BPTP Aceh. Kemudian
hasil komonikasi antara Kepala BPTP NAD dengan Kepala KP Gayo melalaui HP , hasilnya
boleh juga menanam kentang asal ada kaedah kajian dalam proses penanamannya.
Setalah selesai dalam hal pembahasan kemudian tim Visitor Plot langsung cek
kelapangan calon lokasi penanam kentang yang telah di siapkan oleh Kepala KP Gayo
cocok untuk kentang dan cabai merah. Kemudian Tim Visitor Plot mengharapkan
pelaksanaan dan pemeliharaannya dapat terlaksana dengan baik sebagaimana hasil
petani dan dapat menjadi contoh kepada petani lain yang datang melihat sehingga
dapat diadopsi oleh petani sekitar Kebun Percobaan Gayo.
32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kegiatan Visitor Plot meliputi 3 lokasi terdiri kebun BPTP Aceh di Lampineung,
Kebun Percobaan Paya Gajah Aceh Timur dan Kebun Percobaan Pondok Gajah Bener
Meriah.
Respon masyarakat sangat positif, karena di dalamnya terdapat demonstrasi
teknologi pada petak percontohan (Visitor Plot), namun perlu dilakukan peningkatan
optimalisasi lahan.
a. Tanaman Melon
1. Penggunaan biochar dan kompos pada budidaya melon sangat baik dilakukan
kerena biochar dan kompos dapat menambah sifat fisika, kimia dan biologi tanah
serta menyuburkan tanaman.
2. Penggunaan biochar dan kompos dengan takaran yang telah ditentukan sangat
mempengaruhi panjang ruas, jumlah daun, ukuran daun dan ukuran buah.
3. Kehadiran penyakit dan hama sangat mempengaruhi jumlah tanaman dan buah
setiap bedengan.
4. OPT dapat dilakukan secara kultur teknis, kimiawi, mekanik ataupun fisik.
5. Kondisi pengairan yang tidak baik sangat mempengaruhi kelembaban tanah
sekitar tanaman melon.
6. Buah melon yang dihasilkan dari teknik budidaya ini merupakan buah melon
organik.
33
5.2. Saran
Kecukupan dana dan fasilitas yang memadai agar kesungguhan dan kerjasama
tim menjadi lebih baik, sehingga pemanfatan lahan akan terpenuhi lebih optimal.
a. Tanaman Melon
1. Pengendalian hama dan penyakit pada teknik budidaya ini sebaiknya
dilakukan secara intensif dan berkala agar mengurangi resiko kerugian.
2. Dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh dosis atau takaran
biochar dan kompos terhadap pertumbuhan tanaman melon.
3. Perlu adanya pengamatan lebih lanjut tentang identifikasi dan keaneka-
ragaman hama dan penyakit pada budidaya melon menggunakan biochar dan
kompos.
4. Dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang pengendalian hama dan
penyakit menggunakan berbagai ekstrak tumbuhan.
VI. KINERJA HASIL KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan Visitor Plot di Provinsi Aceh pada masih dapat dikategorikan
baik, yang dimulai dari konsultasi dan koordinasi baik dengan Kepala Balai, Koordinator
Program dan Kasubsi Kerjasama maupun dengan Kepala KP. Gayo dan KP. Paya Gajah
terutama dalam menentukan komoditas tanaman maupun penetapan lokasi plot.
Khusus dalam kegiatan demplot kacang hijau dan tanaman melon dirakit beberapa
komponen teknologi budidaya melalui pendekatan pemilihan teknologi terapan maupun
teknologi pilihan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan lokasi dengan
memperhatikan aspek lingkungan atau sumberdaya yang tersedia, sehingga diperoleh
teknik budidaya yang spesifik lokasi. Upaya ini dilakukan untuk dapat dikembangkan di
beberapa lokasi dalam Provinsi Aceh dalam pencapaian peningkatan produktivitas.
34
DAFTAR PUSTAKA
Angriani, E. 2009. Teknik Percobaan Pemberian Beberapa Sumber Unsur P PadaTanaman Melon (Cucumis Melo L.). B54uletin Teknik Pertanian. 14 (2): 54-57.
Anwar, D. Saraswati, R. dan Setyorin, E. K. 2011. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk2.pdf/diakses 02 November 2012.
Anonimous. 2012. Bibit Melon Sky Roket. http://www.jualbenih.net/2012/05/bibit-melon-sky-rocket/ diakses 15 Oktober 2012. 13.47.
BBPTP. 2009. Biochar Penyelamat Lingkungan. Warta Penelitian dan PengembanganPertanian. Vol. 31 No. 6: 15-16.
Ferizal, M. 2011. Arang Hayati (BIOCHAR) Sebagai Bahan Pembenah Tanah. BPTP AcehEdisi Khusus Penas XIII. 22 Juni: 25.
Gharib et all. 2008. Effect of Compost and Biofertilizers on Growth, Yield And EssentialOil of Sweet Marjoram (Majorana hortensis) Plant. Int. J. Agri. Biol., 10: 381–387.
Kristianingsi, I., D. 2010. Produksi benih melon (Cucumis Melo L.) unggul, UniversitasSebelas Maret, Surakarta.
Prihatman, K. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan,BAPPENAS. Jakarta.
Purwowidodo. 1983. Teknologi Mulsa. Dewa Ruci Press, DKI Jakarta.
Sipayung, H., dan Tombe, M. 2010. Bertani Organik dengan Teknologi Biofod. ANDI,Yogyakarta.
Suderajad, J., dan Saridewi, T., R. 2010. Pembinaan Kelompoktani Melalui Pembuatandan Penggunaan Kompos Jerami pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) diKecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. PenyuluhanPertanian. Vol. 5 No. 1: 78-86.
Soedarya, A 2010. Agribisnis Melon. Pustaka Grafika, Bandung.
Sobir., dan Firmansyah, D., S. 2010. Budidaya Melon Unggul. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Santi, L., P. 2010. Pemanfaatan Biochar Sebagai Pembawa Mikroba Untuk PemantapAgregat Tanah Ultisol dari Taman Bogo Lampung. Menara Perkebunan. Vol 78No. 2: 52-60
Soelaeman. Y. 2008. Evektivitas Pupuk Kandang Dalam Meningkatkan KetersediaanFosfat Pertumbuhan Dan Hasil Padi Dan Jagung Pada Lahan Kering Masam. BalaiPenelitian Tanah J. Tanah Trop. Vol 13 No. 1: 41-47.
35
Suryadikarta, A.D., Setiorini, D., dan Hartatik, W. 2004. Petunjuk Teniknis Uji Mutu danEvektivitas Pupuk Alternatif Anorganik. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
36
Lampiran 1 :
DAFTAR RISIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
NAMA PIMPINAN : Ir. T. Iskandar, MSi
NIP : 19580121 198303 1 001
KEGIATAN : Visitor Plot di Provinsi Aceh
TUJUAN KEGIATAN : 1. CPCL
2. Penanaman
3. Pemeliharaan
4. Panen
No Risiko Penyebab Dampak
1. Petani KurangKoperatif
Kelompok yang kurangaktif atau belum mantap
Informasi tidak sampai(terputus) terutamateknologi anjuran sehinggakegiatan usahatani kurangbaik
2. Distribusi Benih Keterlambatan pengirimanbenih ke petani
Panen dan jadwal tanamsehingga mengganggupertumbuhan/perkembangantanaman
3. Lahan tidakmemenuhiPersyaratanTumbuh
Keterbatasan lahan/lokasiatau pengelolaan lahanyang kurang sempurna
Pertumbuhan tanaman yangkurang optimal
4. Pertumbuhanvegetatif kurangbaik
Karena Banjir, kurangmemperhatikanpengelolaan lahan, kurangunsur hara atau air sertaserangan hama penyakit
Produktivitas menjadiberkurang
Disusun Tanggal : Desember 2012Penjab Kegiatan :
Abdul Azis, S.Pi
37
NIP. 19661231 199302 1 001
Lampiran 2 :PENANGANAN RESIKO
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
UNIT KERJA/UPT : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
NAMA PIMPINAN : Ir. T. Iskandar, MSi
NIP : 19580121 198303 1 001
KEGIATAN : Pendampingan SL-PTT Jagung Hibrida
TUJUAN KEGIATAN : 1. CPCL
2. Penanaman
3. Pemeliharaan
4. Panen
No Resiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan
1. Petani KurangKoperatif
Kelompok yangkurang aktif ataubelum mantap
Informasi tidaksampai (terputus)terutama teknologianjuran sehinggakegiatan usahatanikurang baik
Benah kelompokdan meningkatkanintensitaspembinaan olehDinas/Instansiterkait
2. DistribusiBenih
Keterlambatanpengiriman benihke petani
Panen dan jadwaltanam sehinggamengganggupertumbuhan/perkembangan tanaman
Penyediaan benihsesuai dengankebutuhan(kuantitas/kualitas)dan mantapkanjadwal tanam
3. Lahan tidakmemenuhiPersyaratanTumbuh
Keterbatasanlahan/lokasi ataupengelolaan lahanyang kurangsempurna
Pertumbuhantanaman yangkurang optimal
Penekanan padapengolahan tanahdan penggunaanpupuk terutamapupuk organik
4. Pertumbuhanvegetatifkurang baik
Kualitas kurangbaik, kurangmemperhatikanpengelolaan lahan,kurang unsur haraatau air sertaserangan hamapenyakit
Produktivitasmenjadi berkurang
Pengolahan tanahsempurna danpenambahan unsurhara dan air sertapengendalian OPTsecara terpadu
38
No Resiko Penyebab Dampak Upaya Penanganan
5. TerlambatPanen
Kurang memahamicara pengelolaanpasca panen
Kualitas dankuantitas produksimenjadi berkurang
Informasi petugaslapangan mengenaipenanganan pascapanen
Disusun Tanggal : Desember 2012Penjab Kegiatan :
Abdul Azis, S.PiNIP. 19661231 199302 1 001
39
Lampiran 3. Organisasi Pelaksana Kegiatan
No Nama Jabatan dalamKegiatan Uraian Tugas
AlokasiWaktu
(Jam/mg)
1. Abdul Azis, S.Pi Penjab Kegiatan Mengkoordinir kegiatan mulaiperencanaan sampai laporan
10
2. Emlan Fauzi, SP Anggota - Menyusun proposal danlaporan
5
3. Ir. M. Ferizal, M.Sc Anggota - Mengolah dan menganalisisdata
- Mengumpulkan data
5
4. Hasanuddin Anggota - Membantu kegiatan dilapangan
5
5. Saifullah Anggota - Membantu kegiatan dilapangan
5
6. Mardiah Anggota - Membantu dalam haladministrasi
5
7. Irhas Anggota - Teknisi 58. Ramli Anggota - Teknisi 59. Syahrul Anggota - Teknisi 510. Munawar Anggota - Teknisi 511. Sarianto Anggota - Teknisi 512 Samsul Bahri Anggota - Teknisi 513. Muzni Anggota - Teknisi 5
29
Lampiran 5. Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKT) Tahun 2012INSTANSI : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) ACEH
KEGIATAN
RencanaTingkatCapaianTarget
Realisasi
PersentasiPencapaianRencanaTingkatCapaian
Target (%)
Ket
Program Uraian Indikator Kinerja Satuan1 2 3 4 5 6 7 8
PendampinganProgramStrategisDepartemenPertanianSL-PTT Jagungsebanyak 247Unit di WilayahSumateraSelatan denganTargetPeningkatanProduksi >10%
Masukan :- Dana : Rp. 100.000.000,- Rupiah 100.000.000 89.906.000 89,90
SDM :- Peneliti : 2 orang 2 2 100,00 -- Penyuluh : 2 orang 2 2 100,00 -- Teknisi : 2 orang 2 2 100,00 -- Administrasi : 1 orang 1 1 100,00 -
Keluaran :1. Terlaksananya pendampingan dan pengawalan
teknologi pada kegiatan SL-PTT jagung sebanyak 2(dua Lokasi) di Aceh
Lokasi 2 2 100,00 -
2. Terlaksananya koordinasi dan keterpaduanpelaksanaan pendampingan SL-PTT jagung sebanyak2 (dua) lokasi di Aceh
Lokasi 2 2 100,00 -
3. Tercapainya peningkatan produktivitas jagung hibridadalam usaha meningkatkan pendapatan sertakesejahteraan petani pada areal SL-PTT jagung
Ton/ha 5,5 6,0 < 10 Setelahpenanamanumur 1 mingguterjadi banjir
4. Terlaksananya contoh kepada petani/masyarakatkeunggulan dan tata cara penerapan teknologi
Unit 2 2 100,00
30
KEGIATAN
RencanaTingkatCapaianTarget
Realisasi
PersentasiPencapaianRencanaTingkatCapaian
Target (%)
Ket
Program Uraian Indikator Kinerja Satuan1 2 3 4 5 6 7 8
budidaya jagung hibrida spesifik lokasi yangdiwujudkan dalam bentuk demplot
Hasil :1. Meningkatnya kemampuan petani dalam menerapkan
teknologi dan upaya untuk meningkatkanproduktivitas melalui pendekatan PengelolaanTanaman Terpadu (PTT) dengan prinsip partisipatif,spesifik lokasi, terpadu, sinergis atau serasi dandinamis
Kabupaten 1 1 100,00 -
2. Meningkatnya produktivitas jagung hibrida >10% perhektar sekaligus meningkatkan pendapatan petani
Ton/ha 5,5 6,0 > 10
Dampak :Dikembangkannya varietas unggul baru (VUB) jagunghibrida yang adaptif dengan penerapan beberapaalternatif komponen teknologi pengelolaan tanamanterpadu (PTT) dalam rangka meningkatkanproduktivitas.
Varietas 3 3 100 Distribusi danpenyediaanbenih yangkurang
31
Bagan Demplot Kacang Hijau
ULANGAN
I II III
V2 P1 V3 P3 V1 P2
V2 P3 V3 P1 P1 P3
V2 P2 V3 P2 V1 P1
V4 P2 V1 P3 V2 P2
V4 P1 V1 P2 V2 P3
V4 P3 V1 P1 V2 P1
V3 P1 V4 P1 V3 P1
V3 P3 V4 P2 V3 P3
V3 P2 V4 P3 V3 P2
V1 P3 V2 P1 V4 P3
V1 P2 V2 P2 V4 P1
V1 P1 V2 P3 V4 P2
6 m
2 m1 m Keterangan:
Jarak Tanam = 40 x 20 cm (antar baris5 dalam baris 25 tanaman)Ukuran Bedeng 2x6 mJumlah bedeng = 125 tanamanJumlah = 36 bedeng = 4.500tanaman
Faktor V = VarietasV1 = Varietas PerkututV2 = Varietas WaletV3 = Varietas Vima – 1V4 = Varietas Lokal
Faktor P = Pupuk kimia + PukanP1 = Anorganik 100 % (tanpa pukan)
P2 = Anorganik 75 % + pukan 10t/haP3 = Anorganik 50 % + pukan 20t/ha