ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web...

150
1 PERUBAHAN PERILAKU BERGOTONG ROYONG MASYARAKAT SEKITAR PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DI DESA MULAWARMAN KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Oleh: IRA SUPRIHATIN NIM. 1002035010 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Transcript of ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web...

Page 1: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

1

PERUBAHAN PERILAKU BERGOTONG ROYONG MASYARAKAT

SEKITAR PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DI DESA

MULAWARMAN KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Strata I

Oleh:

IRA SUPRIHATIN

NIM. 1002035010

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2014

Page 2: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

2

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Perubahan Perilaku Bergotong Royong Masyarakat Sekitar

Perusahaan Tambang Batubara di Desa Mulawarman

Kecamatan Tenggarong Seberang

Nama : Ira Suprihatin

NIM : 1002035010

Jurusan : Sosiologi

Program Studi : Ilmu Sosiatri

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Sutadji, MM Drs. Sugandi, M.SiNIP. 19510510 198003 1 000 NIP. 19580520198503 1 005

Mengetahui,Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Mulawarman

Prof. Dr. H. Adam Idris, M.SiNIP. 19600114 198803 1 003

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Page 3: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

3

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah di

ajukan oleh orang lain untuk memperoleh Gelar Akademik di suatu Perguruan

Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di

terbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan

disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat di buktikan terdapat

unsur-unsur plagiasi, saya bersedia skripsi ini di gugurkan dan gelar akademik

yang telah saya peroleh (sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Samarinda, 22 Maret 2014

Mahasiswa,

Ira Suprihatin

1002035010

ABSTRAK

Page 4: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

4

Tujuan penulisan skripsi ini adalah pertama, untuk menganalisa dan mendapatkan gambaran tentang perubahan perilaku bergotong royong masyarakat di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang sebelum dan sesudah kehadiran pertambangan batubara. Kedua, untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku bergotong royong serta partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam menganalisa data yang diperoleh dari lapangan. Digunakan teori evolusi sosial Emile Durkheim tentang perubahan solidaritas mekanis menjadi solidaritas organis pada masyarakat industri yang telah mengenal adanya pembagian kerja. Latar belakang penulisan ini melihat dari kian maraknya industri pertambangan batubara di Kutai Kartanegara Khususnya di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang yang saat ini lokasinya telah dikelilingi oleh aktifitas pertambangan batubara. Hal ini mempengaruhi perilaku sosial masyarakat khususnya pada perilaku bergotong royong. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPD), membuktikan bahwa semenjak hadirnya pertambangan batubara, frekuensi masyarakat dalam berpartisipasi mengikuti gotong royong menurun yang dibarengi dengan perubahan pada nilai-nilai gotong royong.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kehadiran pertambangan batubara di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang berimplikasi pada perubahan perilaku bergotong royong masyarakat. Sebelum hadirnya pertambangan batubara perilaku bergotong masyarakat lebih intensif, sangat antusias dan dilakukan secara tradisional dengan peralatan yang sederhana. Setelah hadirnya pertambangan batubara masyarakat lebih berorientasi pada sistem upah. Dan bantuan yang diberikan oleh masyarakat lebih dominan pada bantuan finansial. Selain itu, intensitas partisipasi masyarakat dalam bergotong royong pun mengalami penurunan.

Kata kunci: perubahan, perilaku bergotong royong dan pertambangan batubara

Page 5: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

5

RIWAYAT HIDUP

Ira Suprihatin, lahir pada tanggal 16 Januari 1991 di

Tenggarong, sebuah kecamatan di Kabupaten Kutai

Kartanegara. Merupakan anak bungsu dari empat bersaudara

pasangan Bapak Tamsir dan Ibu Marsini.

Pada tahun 1997 memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 016 dan

lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke

Sekolah Menengah Pertama (SMP) YPM Diponegoro dan lulus tahun 2006. Pada

tahun 2006 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) YPM

Diponegoro dan di nyatakan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2010 mengikuti

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Universitas

Mulawarman dan diterima di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan

Sosiologi Program Studi Ilmu Sosiatri. Dan pada tahun 2013 mengikuti Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Api-Api Kecamatan Bontang Utara Kota

Bontang dengan nilai A (sangat baik).

Page 6: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

6

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘alamin, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat

Allah SWT. karena dengan segala limpahan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan

Perilaku Bergotong Royong Masyarakat Sekitar Perusahaan Tambang Batubara di

Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang”.

Keberhasilan penulis juga berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,

oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus

kepada:

1. Prof. Dr. H. Zamruddin Hasid, SE. SU selaku Rektor Universitas

Mulawarman atas kepercayaan yang diberikan kepada penulis untuk

menempuh pendidikan di Universitas Mulawarman.

2. Prof. Dr. H. Adam Idris, M.Si selaku Dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Mulawarman yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Mulawarman.

3. Drs. H. Massad Hatuwe, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Sosiologi yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di

Jurusan Sosiologi.

4. Dra. Purwaningsih, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Sosiatri yang

telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di

Program Studi Ilmu Sosiatri.

Page 7: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

7

5. Prof. Dr. H. Sutadji, MM dan Drs. Sugandi, M.Si selaku pembimbing I dan

pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan serta saran-saran

mulai dari persiapan hingga selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini.

6. Prof. DR. Hj. Nur Fitriyah, MS dan Dra. Rita Kalalinggi, M.Si selaku penguji

yang telah memberikan saran-saran perbaikan dalam seminar hingga ujian

pendadaran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya dosen-

dosen Program Studi Ilmu Sosiatri terimakasi atas semua ilmu yang telah

diberikan selama dalam perkuliahan dan kapada seluruh staf administrasi

yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk belajar

hingga dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

8. Kepala Desa Mulawarman beserta jajarannya. Terimakasih atas kerjasama

dan bantuannya selama proses penelitian.

9. Kepada semua informan, terimakasih banyak atas bantuan dan kerjasamanya.

10. Kedua orangtuaku yang sangat aku cintai Bapak Tamsir dan Ibu Marsini.

Terimakasih atas kesabaran dan do’a yang tidak henti-hentinya serta

motivasi baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan di Universitas Mulawarman.

11. Kakak-kakakku tersayang, suprapto, suprapti, supriyanto. Terima kasih atas

do’a dan motivasi.

12. Agus Santoso, yang telah mencurahkan do’a, perhatian, kasih sayang dan

semangat hingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

8

13. Sahabat-sahabatku prodi ilmu sosiatri angkatan 2010. Dita, Ratna, Nugrayni,

Shinta, Sari, Jelita, Yuni, Putri, Aris, Handoko, Hasrul, Rizki, Daniel, David

Terimakasih atas motivasinya, senang bisa mengenal dan belajar bersama

dengan kalian semua.

14. Terimakasih atas bantuannya kepada semua pihak yang telah membantu

hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Dengan kesadaran yang tinggi bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran diharapkan dari pembaca

guna penyempurnaan lebih lanjut. Semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca dan insan akademis lainnya.

Samarinda, Maret 2014

Penulis,

Ira Suprihatin1002035010

Page 9: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

ABSTRAK .................................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................

........................................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 7

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 7

BAB II KERANGKA DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu ............................................................ 9

2.1.2 Diskusi ................................................................................. 11

2.2 Teori dan Konsep

2.2.1 Teori Evolusi Sosial Emile Durkheim ................................. 13

2.2.2 Perubahan Perilaku .............................................................. 16

2.2.2 Gotong Royong .................................................................... 17

2.2.3 Pertambangan Batubara ....................................................... 21

2.2.4 Masyarakat ........................................................................... 24

2.3 Definisi Konsepsional .................................................................... 29

Page 10: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

10

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian................................................................................ 31

3.2 Fokus Penelitian.............................................................................. 31

3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................ 32

3.4 Sumber Data ................................................................................... 32

3.5 Teknik Pengumpulan ..................................................................... 33

3.6 Teknis Analisis Data ...................................................................... 34

3.7 Jadwal Penelitian ........................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong

Seberang

4.1.1 Letak geografis Desa Mulawarman...................................... 37

4.1.2 Sejarah Desa Mulawarman .................................................. 39

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1 Perilaku bergotong royong masyarakat Desa Mulawarman

sebelum hadirnya pertambangan batubara............................ 42

4.2.2 Perilaku bergotong royong masyarakat Desa Mulawarman

setelah hadirnya pertambangan batubara............................... 51

4.3 Analisis dan Pembahasan ............................................................... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 78

5.2 Saran .............................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 82

LAMPIRAN .................................................................................................. 85

Page 11: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

11

DAFTAR TABEL

1.1 Klasifikasi sifat-sifat pokok solidaritas mekanis dan

solidaritas organis .................................................................................. 15

1.2 Jadwal kegiatan penelitian ..................................................................... 33

1.3 Batas-batas wilayah Desa Mulawarman ................................................ 35

1.4 Jumlah penduduk Desa Mulawarman tahun 2012.................................. 36

1.5 Klasifikasi perubahan perilaku bergotong royong sebelum dan

sesudah hadirnya pertambangan batubara .............................................. 58

Page 12: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman wawancara penelitian ................................................ 84

Lampiran 2: Pedoman observasi ................................................................... 87

Lampiran 3: Surat penelitian dan observasi dari fakultas ............................. 88

Lampiran 4: Surat penelitian dan observasi dari kantor desa ........................ 89

Lampiran 5: Dokumentasi penelitian ........................................................... 90

Page 13: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Modernisasi senantiasa beriringan dengan globalisasi yang salah satunya

di tandai dengan adanya pasar/perdagangan bebas yang telah di sahkan sejak

tahun 2003. Perdagangan bebas ini juga berlangsung di Indonesia. Hal ini

karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat potensial, seperti

minyak bumi, batu bara, emas, perak, tembaga,gas dll. Kekayaan alam yang

melimpah tersebut membuat investor asing melirik untuk menanamkan

sahamnya di Indonesia (Tarmizi, 2012).

Kalimantan timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) melimpah. Hal ini dapat dilihat

dari jumlah komoditas yang ada di Kalimantan Timur seperti emas, minyak

bumi, gas, batu bara serta komoditas lainnya seperti kelapa sawit, kopi, karet,

kakao, dan lada. Salah satu sumber daya mineral yang cukup penting di

Kalimantan Timur adalah batubara. Berdasarkan penelitian Departemen

Energi dan Sumber Daya Mineral, Kalimantan Timur merupakan produsen

batubara terbesar di Indonesia serta tercatat sebagai daerah nomor dua terbesar

dalam hal cadangan batubara. Selain itu, batubara juga merupakan komoditas

yang sedang marak diminati saat ini. Hal ini nampak dari permintaan batubara

global dalam beberapa tahun terakhir meningkat pesat yang disebabkan

semakin banyaknya pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang

menggunakan bahan bakar batu bara. Dari dalam negeri, kebutuhan batubara

Page 14: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

14

akan semakin meningkat seiring dengan selesainya proyek pembangkit listrik

10 ribu megawatt tahap I dan II.  PT PLN (Persero), Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) di sektor ketenagalistrikan, mengestimasikan konsumsi  batu

bara nasional pada 2014 akan mencapai 95,3 juta ton, meningkat 60% dari

konsumsi 2011 sebesar 59,4 juta ton. Selain itu, pilihan masuknya investor

asing ke sektor batubara adalah mengingat modal investasi yang relatif lebih

rendah daripada investasi pada sektor minyak dan gas (Wikipedia).

Aktivitas pertambangan batubara terbanyak di Kalimantan Timur

adalah Kutai kartanegara. Produksi batu bara di Kukar pada 2007 sampai

dengan 2010 terus mengalami peningkatan. Pada 2008 produksi batu bara di

Kukar hanya 13.487.541 metrik ton (MT), tetapi pada 2009 produksinya

menjadi 20.883.783 MT atau mengalami peningkatan sebesar 54,84%. Lalu

pada 2010 produksi batu bara di wilayah ini mencapai 29.014.588 MT dari 90

perusahaan tambang yang memasukkan data ke Dinas Pertambangan

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara. Rata-rata pertumbuhan

produksi batubara tiap tahun di Kukar mencapai 33,84% (sumber: Dinas

Pertambangan Kukar, 2011).

Tenggarong Seberang adalah salah satu kecamatan di Kukar yang juga

melakukan produksi tambang batubara. Di wilayah ini 60% perusahaan

tambang telah beroperasi. Berkenaan dengan hal ini, Desa Mulawarman

merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Tenggarong Seberang yang

dihuni oleh masyarakat trans sebagai hasil penempatan dari Transmigrasi

tahun 1980 -1981 dan saat ini lokasinya telah dikelilingi oleh aktivitas

Page 15: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

15

pertambangan batubara. Adapun sejumlah perusahaan tambang batubara yang

beroperasi dikawasan tersebut antaralain : PT. Jembayan (JMB) , PT. Kayan

Putra Utama Coal (KPUC), PT. Pama Persada Nusantara, PT. Santan Batu-

Bara dan PT. Kimco Armindo yang mulai beroperasi sejak tahun 2003

(sumber: Kantor Desa Mulawarma, 2012 ).

Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Desa Mulawarman sebelum

hadirnya pertambangan batubara adalah selayaknya masyarakat desa pada

umumnya seperti yang di katakan oleh Koentjaraningrat (Herment, 2012),

yaitu mayoritas bermata pencaharia sebagai petani atau berkebunan, para

warganya saling mengenal dan bergaul secara intensif, karena kecil, maka

setiap bagian dan kelompok khusus yang ada di dalamnya tidak terlalu

berbeda antara satu dan lainnya, para warganya dapat menghayati lapangan

kehidupan mereka dengan baik. Selain itu, masyarakat pedesaan memiliki sifat

solidaritas yang tinggi, kebersamaan dan gotong royong yang muncul dari

prinsip timbal balik. Artinya sikap tolong menolong yang muncul pada

masyarakat desa lebih dikarenakan hutang jasa atau kebaikan. Kemudian

setelah masuk dan beroperasinya pertambangan batubara dengan sejumlah

aktivitasnya itu, seperti ganti rugi lahan, proses penambangan, perekrutan

pegawai, penempatan mess karyawan, dan lain-lain berdampak pada

lingkungan di sekitarnya, baik itu lingkungan fisik maupun non-fisik. Dampak

terhadap lingkungan fisik seperti polusi udara/debu, pencemaran air (sumur,

sungai, kali), dan rusaknya fasilitas jalan raya (Amirullah, 2012). Selain itu,

berdampak pula pada berkurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan

Page 16: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16

pertanian/sawah dan ladang warga menjadi lahan galian tambang batubara.

Sarana pertanian di Desa Mulawarman dengan luas lahan sawah sekitar 450

ha.sangat memadai untuk kehidupan masyarakat setempat, kini persawahan

hanya tersisa sekitar 40 ha saja.Untuk menghidupi jumlah penduduk 2.486

jiwa. Begitu juga untuk lahan perkebunan P2WK dulunya 100 ha, sekarang

seluruhnya ditambang oleh pihak perusahaan. Saat ini petani sawah maupun

ladang sangatlah minim untuk hidup karena lahan yang dulunya menjadi lahan

pertanian kini berubah fungsi menjadi lahan pertambangan batubara (sumber:

profil Desa Mulawarman, 2012). Sedangkan dampak pada lingkungan non-

fisik salah satunya adalah pertambahan penduduk. Dengan adanya pendatang

baru perubahan struktur dalam lapisan masyarakat, sumber mata pencaharian

baru dan terbukanya lapangan pekerjaan baru sehingga dapat menekan angka

pengangguran dan kemiskinan, peningkatan kualitas ekonomi/pendapatan

masyarakat, serta sosial kemasyarakatan (Amirullah,2012).

Kondisi lingkungan yang demikian potensial merubah perilaku

masyarakat. Mess karyawan tambang batubara yang letaknya berdampingan

dengan rumah masyarakat lokal menimbulkan pola interaksi baru yang

mampu mendorong dan menggerakkan sendi-sendi ekonomi masyarakat

dengan membuka usaha kecil-kecilan seperti warung makan, warung kopi,

mini market, kios pulsa, bengkel, travel dan lain-lain. Masyarakat pendatang

yang menjadi karyawan di perusahaan tambang batubara maupun yang

berwirausaha di sekitar perusahaan tambang batubara akan mempengaruhi

Page 17: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

17

aktivitas keseharian masyarakat dalam berkomunikasi dan interaksi

(BPPD,2010:2).

Kegiatan gotong royong merupakan salah satu aktivitas masyarakat

yang terpengaruhi oleh kehadiran pertambangan batubara. Masyarakat desa

dengan latar belakang sebagai petani serta kehidupan yang penuh dengan

kesederhaan aktivitas gotong royong menjadi alternatif untuk saling

meringankan beban pekerjaan yang berlaku secara turun temurun sehingga

membentuk perilaku sosial yang nyata dalam tata kehidupan sosial. Namun

seiring dengan masuknya sistem budaya baru yakni masuknya pertambangan

batubara, perilaku tersebut mengalami perubahan. Jika dulu masyarakat

melaksanakan kegiatan gotong royong secara suka rela (tanpa upah) dan

mudah untuk dikerahkan, namun kondisi sekarang sulit untuk mengerahkan

warga atau tenaga orang untuk bekerja tanpa upah /gotong royong (Jatman,

1983:15-16). Tidak hanya itu, berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu

tokoh masyarakat Desa Mulawarman menyatakan bahwa frekuensi kegiatan

gotong royong juga mengalami penurunan sebagai akibat dari variasi

pekerjaan masyarakat yang tidak lagi hanya berpangku pada sektor pertanian

(Amirullah,2012).

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Daerah (BPPD), membuktikan bahwa kehadiran tambang

batubara mempengaruhi perilaku sosial terutama dalam kegiatan gotong

royong yaitu partisipasi masyarakat dalam mengikuti kerja bakti mengalami

penurunan paling besar, yaitu 31,34% dan kegiatan keagamaan 22,38%,

Page 18: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

18

kondisi tersebut berbanding terbalik dengan sumbangan masyarakat untuk

kegiatan sosial semakin lebih baik. Waktu kerja atau jam kerja di perusahaan

batubara sejak pagi sampai sore hari bahkan adanya kerja lembur adalah

sebagai pemicu terjadinya dampak keikutsertaan masyarakat untuk kegiatan

kerja bakti semakin menurun. Disisi lain, meningkatnya jumlah penghasilan

perbulan semakin mendorong masyarakat untuk ikut serta memberikan

sumbangan finansial untuk membiayai kegiatan sosial seperti kematian, kerja

bakti, sumbangan sosial masyarakat, dan siskamling (BPPD,2010:38).

Dengan demikian, keberadaan tambang batubara di Desa Mulawarman

Kecamatan Tenggarong Seberang merupakan faktor yang menjembatani

masuknya budaya masyarakat lain ke lingkungan perdesaan yang akan

menyebabkan perubahan sosial pada perilaku sosial masyarakat dalam

aktivitas sosial kemasyarakatan salah satunya adalah gotong royong. Sejatinya

gotong royong merupakan ciri budaya bangsa Indonesia yang selalu dipegang

teguh dan dijunjung tinggi terutama di pedesaan yang mayoritas dihuni oleh

masyarakat tradisional. Namun kondisi tersebut berubah seiring dengan

masuknya industri pertambangan batubara beserta perubahan yang terjadi

pada lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud untuk menganalisis

mengenai “Perubahan perilaku bergotong royong masyarakat yang berada

disekitar perusahaan tambang batubara di Desa Mulawarman Kecamatan

Tenggarong Seberang”.

Page 19: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

19

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas dan untuk memudahkan proses

penelitian guna menghindari pembahasan yang meluas, maka penulis

merumuskan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini,

yaitu:

- Bagaimanakah perubahan perilaku bergotong royong masyarakat di Desa

Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang sebelum dan sesudah

hadirnya pertambangan batubara?

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

- Untuk menganalisa dan mendapatkan gambaran tentang perubahan

perilaku bergotong royong masyarakat di Desa Mulawarman Kecamatan

Tenggarong Seberang sebelum dan sesudah kehadiran pertambangan

batubara.

- Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku bergotong royong dan

partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial di Desa Mulawarman

Kecamatan Tenggarong Seberang.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, hasil penelitian ini diharapkan

bermanfaat dan berguna bagi pihak yang membutuhkanya.

1.4.1. Manfaat Teoritis

- Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan kajian ilmu

Sosiologi yaitu sosiologi pedesaan khususnya yang berkaitan ciri

Page 20: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

20

atau karakteristik masyarakat perdesaan, ilmu perubahan sosial ,

ilmu sosiologi industri yang berkaitan dengan masyarakat industri

dan pekerjaaan sosial.

- Sebagai bahan bacaan, referensi, dan rujukan akademis bagi

peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis.

1.4.2. Manfaat Praktis

- Memberikan informasi kepada masyarakat tentang adanya

perubahan perilaku bergotong royong masyarakat pedesaan yang

tinggal di sekitar perusahaan tambang batubara.

- Sebagai bahan kajian dan pertimbangan Pemerintah Daerah terkait

dalam merencanakan pembangunan dan kebijakan sosial khususnya

masalah pertambangan.

- Sebagai bahan referensi dan pertimbangan dalam melaksanakan

program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan

tambang batu bara.

Page 21: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

21

BAB II

KERANGKA DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu

Penulis mengambil beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan tujuan penelitian untuk menjadi inspirasi dan gambaran dalam

melaksanakan penelitian. Dalam hal ini, penulis mengambil penelitian

terdahulu tentang dampak pertambangan batubara dan kegiatan gotong

royong.

Ari Satrio Basuki (2007), meneliti tentang dampak yang diakibatkan

oleh pertambangan batubara PT. Viktor Dua Tiga Mega terhadap kondisi

sosial ekonomi masyarakat sekitarnya di Kecamatan Lahei Kabupaten

Barito Utara Kalteng. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehadiran

PT. Victor Dua Tiga Mega membawa dampak pada kehidupan sosial dan

ekonomi masyarakat. Terhadap kondisi sosial masyarakat Kecamatan Lahei

adalah negatif yang rentan terjadi konflik sewaktu-waktu sehingga

diperkirakan akan merubah perilaku sosial masyarakat setempat. Sedangkan

dampak yang diakibatkan oleh PT. Viktor Dua Tiga Mega terhadap kondisi

ekonomi adalah positif dengan adanya lahan pekerjaan baru dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ari Satrio Basuki menggunakan

metode penelitian deskriptif kualitatif. Adapun kelebihan penelitian ini

adalah mengkaji dampak kehadiran pertambangan batubara tidak hanya dari

Page 22: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

22

satu sudut pandang dalam artian tidak hanya melihat dari sisi negatif tapi

juga sisi positifnya.

Dedek Apriyanto & Rika Harini (2012), mencoba mengungkap

dampak kegiatan pertambangan batu bara terhadap kondisi sosial ekonomi

masyarakat dan persepsi masyarakat dengan keberadaan kegiatan

pertambangan batubara terhadap kondisi sosial, ekonomi dan fisik melalui

penelitiannya yang berjudul “Dampak Kegiatan Pertambangan Batubara

Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi di Kelurahan Loa Ipuh Darat,

Tenggarong, KUKAR”. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dampak

kegiatan pertambangan di Kelurahan Loa Ipuh Darat pada kondisi sosial

adalah memicu timbulnya migrasi, konflik dan merenggangkan kekerabatan.

Sedangkan pada kondisi ekonomi menimbulkan peluang usaha bagi

masyarakat. Berdasarkan hasil uji dengan Kendall Tau-b di dapat bahwa

variable pendapatan dengan Correlation Coeffecient 0,313 dan tingkat

pendidikan terakhir dengan Correlation Coeffecient 0,225 memiliki

hubungan signifikan dalam pembentukkan persepsi terhadap dampak fisik

yang terjadi di Kelurahan Loa Ipuh Darat, sedangkan variabel pendapatan

dengan Correlation Coeffecient 0,226 memiliki hubungan signifikan dalam

pembentukkan persepsi terhadap dampak sosial ekonomi. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan metode skoring. Adapun

kelebihan penelitian ini adalah menambahkan kajian tentang persepsi

masyarakat melalui metode skoring terhadap keberadaan pertambangan

Page 23: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

23

batubara sehingga lebih mengurai permasalahan serta dampak-dampak

pertambangan batubara terhadap masyarakat sekitarnya.

Ayi Budi Santosa (2010), meneliti tentang gotong royong

menggunakan metode kualitatif dengan judul “Sikap Gotong Royong pada

Masyarakat Pedesaan (studi kasus Kampung Batu Reog, Lembang). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan gotong royong di Kampung

Batu Reog Lembang masih ada dan terpelihara kelestariannya dengan

adanya kegiatan gotong royong seperti jum’at bersih, pembersihan makam,

gotong royong dalam menggalang dana untuk memeriahkan hari

kemerdekaan Indonesia, gotong royong dalam hajatan dsb.

2.1.2 Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang terurai diatas, penulis

menarik kesimpulan untuk dijadikan inspirasi serta gambaran dalam

melaksanakan penelitian tentang perubahan perilaku bergotong royong

masyarakat disekitar perusahaan tambang batubara. Pertama, kehadiran

pertambangan batubara mempengaruhi kondisi masyarakat yang tinggal di

sekitarnya baik dari segi sosial maupun ekonomi dan masing-masing

memiliki nilai positif serta negatif. Kedua, masyarakat pedesaan memiliki

sikap gotong royong yang terpelihara sebagai bentuk solidaritas mekanis.

Dari tulisannya Ari Satrio Basuki (2007), tidak menjelaskan secara

detail dampak kehadiran pertambangan terhadap perubahan sosial yang

berkaitan dengan perilaku sosial dalam kegiatan gotong royong. Namun,

dari hasil penelitian Ari Satrio Basuki memberikan gambaran bahwa

Page 24: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

24

kehadiran pertambangan batubara mempengaruhi perilaku. Begitu pula

dengan penelitian terdahulu yang di tulis oleh Dedek Apriyanto & Rika

Harini (2012), pada penelitiannya mereka menambahkan aspek persepsi

masyarakat untuk melengkapi kajiannya. Berbeda dengan yang ditulis oleh

Ayi Budi Santosa, yang hanya mengkaji gotong royong pada masyarakat

perdesaan saja tanpa mengaitkan dengan variabel-variabel lain.

Pada tulisan Ari Satrio Basuki (2007), persamaan dengan penelitian

yang sedang dilakukan penulis yaitu pengaruh atau dampak kehadiran

pertambangan batubara terhadap masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis

adalah penelitian Ari Satrio Basuki berorientasi pada permasalahan makro

yaitu mengkaji dampak kehadiran pertambangan batubara terhadap kondisi

sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Pada tulisan Dedek Apriyanto & Rika Harini (2012), persamaan

dengan penelitian yang sedang dilakukan penulis adalah mengkaji pengaruh

atau dampak pertambangan batubara terhadap masyarakat yang tinggal di

sekitarnya. Sedangkan perbedaan dengan penelitian yang sedang dilakukan

penulis adalah penelitian ini mengkaji dampak kegiatan pertambangan

batubara terhadap kondisi sosial ekonomi dan melihat persepsi masyarakat

terhadap keberadaan kegiatan pertambangan batubara tersebut.

Pada tulisan Ayi Budi Santosa (2010), persamaan dengan penelitian

yang sedang dilakukan oleh penulis adalah mengkaji tentang gotong royong.

Page 25: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

25

Dan perbedaannya, penelitian ini hanya mengungkap kegiatan gotong

royong yang ada di dalam masyarakat pedesaan saja.

Sedangkan penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis berkaitan

dengan perubahan perilaku dalam kegiatan gotong royong masyarakat

pedesaan akibat kehadiran pertambangan batubara.

2.2 Teori dan Konsep

Pada penelitian ini, untuk mendapatkan jawaban teoritik dan memahami

fenomena perubahan perilaku bergotong royong masyarakat sekitar

perusahaan tambang batubara di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong

Seberang menggunakan landasan teori perubahan sosial yaitu teori evolusi

sosial yang dikemukakan oleh Emile Durkheim tentang perubahan solidaritas

mekanis menjadi solidaritas organis atau perubahan perilaku masyarakat dari

tradisional menjadi masyarakat moderen yang telah mengenal adanya

pembagian kerja serta konsep gotong royong yang dikemukakan oleh

Koentjoroningrat.

2.2.1 Teori Evolusi Sosial Emile Durkheim

Evolusi sosial adalah perubahan sosial yang berlangsung secara

bertahap. Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana

atau kehendak tertentu. Masyarakat hanya berusaha menyesuaikan dengan

keperluan, keadaan, dan kondisi yang baru. Dalam teori evolusi sosial ini,

Emile Durkheim memberikan sumbangan pemikirannya yang berkaitan

dengan solidaritas sosial yaitu perubahan solidaritas mekanis menjadi

solidaritas organis.

Page 26: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

26

“The Division of Labour In Society” merupakan tulisan Emile

Durkheim yang membahas tentang perubahan masyarakat tradisional

menjadi masyarakat moderen yang telah mengenal adanya pembagian kerja

yang nampak pada perilakunya melalui bentuk-bentuk solidaritas sosial.

Dalam karyanya tersebut, Durkheim mengklasifikasikan bentuk-bentuk

solidaritas kedalam dua tipe, yaitu solidaritas mekanis dan solidaritas

organis. Solidaritas mekanis adalah bentuk solidaritas yang didasarkan pada

masyarakat yang memiliki kesamaan dalam kepercayaan, pandangan, nilai

dan memiliki gaya hidup yang kurang lebih sama. Homogenitas ini juga

terlihat pada pembagian kerja dalam masyarakat yang rendah yang mana

hanya terspesialisasi menurut usia dan jenis kelamin. Dalam hal ini, orang

yang lebih tua diharapkan menjadi pemimpin dan penasihat yang bijaksana

sedangkan kaum hawa terspesialisasi dalam urusan rumah tangga seperti

mengurus rumah,anak dan memasak. Pada tipe solidaritas ini masyarakat

didasari oleh kesadaran kolektif yang kuat dan terdapat pada masyarakat

primitif yang sederhana. Sedangkan solidaritas organis adalah bentuk

solidaritas yang terdapat pada masyarakat yang telah mengenal pembagian

kerja secara lebih luas. Karena pembagian kerja mulai meluas, maka

kesadaran kolektif pelan-pelan mulai menghilang. Orang yang aktivitas

pekerjaannya menjadi lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi akan merasa

bahwa dirinya berbeda antara yang satu dengan yang lain dalam

kepercayaan, pandangan, nilai, juga gaya hidupnya. Dalam hal ini,

pekerjaan berpengaruh pada pengalaman hidup seseorang. Beraneka

Page 27: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

27

ragamnya corak atau jenis pekerjaan maka akan berpengaruh pula pada

kepercayaan, pandangan, nilai dan gaya hidup seseorang pada umumnya.

Heterogenitas yang demikian bertambah tersebut tidak pula menghancurkan

solidaritas sosial masyarakat. justru sebaliknya, karena pembagian kerja

semakin tinggi, individu dan kelompok dalam masyarakat merasa menjadi

semakin tergantung antara yang satu dengan yang lain daripada hanya

mencukupi kebutuhannya sendiri saja. Pada masyarakat ini lebih

membutuhkan spesialis pekerjaan lain untuk memenuhi berbagai kebutuhan

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan meningkatnya

secara bertahap saling ketergantungan fungsional antara berbagai bagian

masyarakat heterogen ini memberikan suatu alternatif baru untuk sebuah

kesadaran kolektif sebagai dasar solidaritas sosial yang dinamakan

solidaritas organis dan yang berkembang pada masyarakat moderen

(Johnson, 1988: 187).

Berikut ini adalah klasifikasi sifat-sifat pokok dari masyarakat yang di

dasarkan pada solidaritas mekanis dan masyarakat yang didasarkan pada

solidaritas organis.

TABEL 1.1:

Klasifikasi sifat-sifat pokok solidaritas mekanis dan solidaritas organis

Solidaritas Mekanis Solidaritas Organis

Pembagian kerja rendah

Kesadaran kolektif kuat

Pembagian kerja tinggi

Kesadaran kolektif lemah

Page 28: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

28

Hukum representatif dominan

Individualitas rendah

Konsensus terhadap pola-pola

normative itu penting

Keterlibatan komunitas dalam

menghukum orang yang

menyimpang

Secara relatif ketergantungan itu

rendah

Bersifat primitif atau pedesaan.

Hukum restitutif dominan

Individualitas tinggi consensus

pada nilai-nilai abstrak dan

umum itu penting

Badan-badan kontrol sosial

yang menghukum orang yang

menyimpang

Saling ketergantungan tinggi

Bersifat industrial perkotaan

( Sumber : Ranjabar, 2008:31)

2.2.2 Perubahan Perilaku

Secara garis besar, perilaku adalah tindakan atau pola respon yang

dilakukan oleh seseorang pada situasi tertentu. Perilaku seseorang

menyangkut tindakan atas respon hubungan timbal balik antara individu

dengan lingkungan sekitarnya yang dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi,

nilai, etika, kekuasaan, persuasi atau genetika. Perilaku sosial merupakan

perilaku yang terjadi dalam situasi sosial melalui cara orang berfikir,

merasakan dan bertindak. Perilaku sosial meliputi segala perilaku yang ada

dalam kehidupan bermasyarakat, seperti perilaku prososial dan perilaku

asosial. Perilaku prososial adalah segala perilaku yang menguntungkan dan

bermanfaat bagi orang atau kelompok lain, mempunyai konsekuensi sosial

positif yang diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan fisik maupun

Page 29: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

29

psikis tanpa mengharapkan imbalan apapun, tanpa memperdulikan motif-

motif si penolong. Perilaku asosial merupakan kebalikan dari perilaku

prososial (Ramadhani, 2013:13).

Perubahan adalah berubah dari satu bentuk ke bentuk lain yang

berbeda dari sebelumnya. Perubahan-perubahan dalam kehidupan tidak

selalu menunjukkan kemajuan (progress) namun dapat pula berarti

kemunduran dari bidang-bidang kehidupan tertentu. Perubahan sebagai

suatu kemajuan adalah perubahan yang memberi dan membawa kemajuan

pada masyarakat. Hal ini tentu sangat diharapkan karena kemajuan itu bisa

memberikan keuntungan dan berbagai kemudahan pada manusia.

Sedangkan kemunduran ini terjadi apabila perubahan itu tidak

menguntungkan bagi masyarakat, seperti ketika perubahan yang bertujuan

ke arah kemajuan berjalan tidak sesuai dengan rencana atau malah dampak

negatif yang tidak direncanakan muncul dan menimbulkan masalah baru

( Soerjono Soekanto 1982:497 ).

Dengan demikian, perubahan perilaku adalah perubahan tindakan,

sikap atau pola respon seseorang dari satu bentuk ke bentuk yang lain sesuai

dengan situasi dan kondisi pada lingkungan sekitarnya.

2.2.3 Gotong Royong

2.2.2.1 Pengertian Gotong Royong

Gotong royong merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama-

sama dan bersifat suka rela dengan tujuan agar kegiatan yang dikerjakan

dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Menurut Koentjoroningrat

Page 30: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

30

(Rary, 2012), gotong royong atau tolong menolong dalam komunitas kecil

bukan saja terdorong oleh keinginan spontan untuk berbakti kepada sesama,

tetapi dasar tolong menolong adalah perasaan saling membutuhkan yang ada

dalam jiwa masyarakat.

Perilaku masyarakat dalam kegiatan gotong royong menunjukkan

bentuk solidaritas dalam kelompok masyarakat tersebut. Gotong royong

merupakan ciri budaya bangsa Indonesia yang berlaku secara turun-temurun

sehingga membentuk perilaku sosial yang nyata dalam tata nilai kehidupan

sosial. Nilai tersebut menjadikan kegiatan gotong royong selalu terbina

dalam kehidupan komunitas sebagai suatu warisan budaya yang patut untuk

dilestarikan. Berkenaan dengan hal ini, Bintarto (Pasya, 2000),

mengemukakan bahwa:

“ Nilai itu dalam sistem budaya orang Indonesia mengandung empat konsep, ialah: (1) Manusia itu tidak sendiri di dunia ini tetapi dilingkungi oleh komunitinya, masyarakatnya, dan alam semesta sekitarnya. Didalam sistem makrokosmos tersebut ia merasakan dirinya hanya sebagai unsur kecil saja, yang ikut terbawa oleh proses peredaran alam semesta yang maha besar itu. (2) Dengan demikian manusia pada hakikatnya tergantung dalam segala aspek kehidupannya kepada sesamanya. (3) Karena itu, ia harus selalu berusaha untuk sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesamanya terdorong oleh jiwa sama rata sama rasa, dan (4) selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat conform, berbuat sama dengan sesamanya dalam komuniti, terdorong oleh jiwa sama tinggi sama rendah”. Pada kutipan tersebut, Bintarto menjelaskan kaitannya gotong royong

sebagai nilai budaya. Dengan adanya nilai tersebut menjadikan gotong

royong senantiasa dipertahankan dan diperlukan dalam berbagai aspek

Page 31: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

31

kehidupan dengan bentuk yang disesuaikan dengan kondisi budaya

komunitas yang bersangkutan tinggal. Aktifitas gotong royong dilakukan

oleh warga komunitas baik yang tinggal di pedesaan maupun di perkotaan.

Meski demikian masing-masing mempunyai nilai yang berbeda. Aktivitas

gotong royong di perkotaan sudah banyak di pengaruhi oleh materi dan

sistem upah. Sedangkan di perdesaan gotong royong sebagai suatu

solidaritas antar sesama masyarakat dalam satu kesatuan wilayah atau

kekerabatan.

2.2.2.2 Bentuk-Bentuk Gotong Royong

Gotong royong sebagai solidaritas sosial mengandung dua pengertian,

yaitu gotong royong dalam bentuk tolong menolong dan gotong royong

dalam bentuk kerjabakti. Keduanya merupakan sama-sama bertujuan untuk

saling meringankan beban namun berbeda dalam hal kepentingan. Tolong

menolong dilakukan untuk kepentingan perseorangan pada saat kesusahan

atau memerlukan bantuan dalam menyelesaikan pekerjaannya sehingga

pihak yang bersangkutan mendapat keuntungan dengan adanya bantuan

tersebut. sedangkan kerja bakti dilakukan untuk kepentingan bersama

sehingga keuntungannya pun dirasakan bersama baik bagi warga yang

bersangkutan maupun orang lain walaupun tidak turut serta dalam

kerjabakti.

Koentjaraningrat (Pasya, 2000), mengemukakan konsep atau bentuk-

bentuk kegiatan gotong royong di pedesaan sebagai berikut:

Page 32: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

32

- Dalam hal pertanian, yaitu bantuan berupa curahan tenaga pada saat

membuka lahan dan mengerjakan lahan pertanian, serta di akhiri pada

saat panen. Bantuan dari orang lain seperti ini harus dikembalikan sesuai

dengan tenaga yang telah orang lain berikan, hal ini terus-menerus

berlangsung hingga menjadi ciri masyarakat terutama yang bermata

pencaharian agraris/pertanian hingga membentuk sistem pertanian.

Seperti sistem pertanian huma sangat jelas sekali pola gotong royong

yang mereka lakukan yaitu berdasarkan azas timbal balik.

- Dalam hal kematian, sakit, atau kecelakaan, dimana keluarga yang

sedang tertimpa musibah tersebut mendapat pertolongan berupa tenaga

dan benda dari tetangga-tetangga dan orang lain yang tingga di desa

tersebut.

- Dalam hal pekerjaan rumah tangga, misalnya memperbaiki atap rumah,

mengganti dinding rumah, membersihkan rumah dari hama tikus,

menggali sumur dsb. Untuk itu pemilik rumah dapat meminta bantuan

tetangga-tetangganya dengan memberi bantuan makanan/jamuan.

- Dalam hal pesta-pesta atau hajatan, misalnya pesta pernikahan dan

khitanan, Aqikahan, bantuan tidak hanya dapat diminta dari kaum

kerabat saja tetapi juga tetangga-tetangga untuk mempersiapkan dan

penyelenggaraan pestanya.

- Dalam mengerjakan pekerjaan yang berguna untuk kepentingan umum

dalam masyarakat desa, seperti siskamling,memperbaiki jalan, jembatan,

Page 33: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

33

bendungan irigasi, bangunan umum dsb. Dalam hal ini penduduk desa

dapat bergerak untuk kerja bakti atas perintah dari kepala desa.

2.2.4 Pertambangan Batubara

2.2.4.1 Dampak Industri Pertambangan Batubara

Pertambangaan batubara adalah aktivitas eksploitasi mineral bumi

yang berupa batubara. Salah satu program pembangunan pemerintah

Indonesia dalam rangka meningkatkatkan kesejahteraan masyarakat adalah

kebijakan yang berkaitan dengan pertambangan batubara di sejumlah

wilayah Indonesia, dan salah satunya adalah di Desa Mulawarman

Kecamatan Tenggarong Seberang.

Berdasarkan pengamatan penulis, sejumlah berita baik melalui

suratkabar, artikel dan penelitian tidak sedikit yang memberikan informasi

tentang sejumlah dampak pertambangan batubara terhadap lingkungan dan

masyarakat sekitarnya baik dari sisi positif maupun negatif (meskipun

banyak yang memuat berita dampak negatif).

Rahmatullah (2010:1), mengklasifikasikan dampak pertambangan

batubara menjadi dua yaitu dilihat dari sisi positif dan negatif. Dampak

positif hadirnya pertambangan batubara menurut Rahmatullah (2010:1)

antara lain :

- Peningkatan kualitas ekonomi masyarakat.

- Terbukanya lapangan pekerjaan.

Page 34: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

34

- Perbaikan akses maupun pembangunan infrastruktur jalan raya,

jembatan, tempat ibadah dll.

- Dan bantuan sosial perusahaan.

Sedangkan dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat sekitarnya

adalah :

- Pencemaran lingkungan

- Rusaknya sumber-sumber ekonomi masyarakat seperti sawah,

kebun/ladang dsb.

- Munculnya konflik akibat disparitas ekonomi dan sosial yang mencolok

antara karyawan perusahaan dengan masyarakat setempat (penduduk

lokal).

Enoz Trapfosi (2009:1-2), mengatakan bahwa tambang batubara di

kawasan perdesaan menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan. Hal ini

terjadi sebagai akibat lahan pertanian yang dikonversi menjadi kawasan

pertambangan batubara, sehingga kuantitas hasil panen para petani

menurun.

Selain itu, Asis Djajadiningrat (2003:221-223), juga menyebutkan

bahwa dampak positif dari industri pertambangan batubara di Indonesia

adalah:

- Membuka daerah terisolasi dengan dibangunnya jalan pertambangan dan

pelabuhan.

- Sumber devisa Negara.

- Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Page 35: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

35

- Sumber energi alternatif untuk masyarakat lokal.

- Menampung tenaga kerja.

Sedangkan dampak negatif pertambangan batubara di Indonesia

menurut Asis Djajadiningrat (2003:221-223) antara lain:

- Sebagian perusahaan pertambangan yang dituding tidak memerhatikan

kelestarian lingkungan.

- Penebangan hutan untuk kegiatan pertambangan.

- Limbah kegiatan pertambangan yang mencemari lingkungan dan menjadi

masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan

penggunaannya. Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan,

abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam

berat, seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium,

kadmium, barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan

radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.

- Areal bekas penambangan yang dibiarkan menganga membahayakan

masyarakat sekitar.

- Sengketa lahan pertambangan dengan masyarakat sekitar.

- Kontribusi bagi masyarakat sekitar yang dirasakan masih kurang.

- Hubungan dan keterlibatan Pemerintah Daerah dalam kegaiatan

pertambangan masih kurang.

- Terganggunya arus jalan umum akibat banyaknya lalu lalang kendaraan

yang digunakan untuk angkutan karyawan tambang batubara    yang

berdampak pula pada aktivitas pengguna jalan lain. Hal ini menyebabkan

Page 36: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

36

meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan serta angka

kecelakaan.

- Konflik lahan hingga pergeseran sosial-budaya masyarakat

Tidak dapat di pungkiri bahwa batubara adalah salah satu bahan

tambang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia adalah

salah satu negara penghasil batubara terbesar nomor dua setelah Australia

hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia

mencapai 104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar

Ton. Namun hal ini tetap memberikan efek positif dan negatif bagi

masyarakat sekitarnya. Diantara dampak positif yang di rasakan adalah

bertambahnya devisa negara dari hasil kegiatan penambanganya. Secara

teoritis usaha pertambangan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Para

pekerja tambang selayaknya bekerja sama dengan masyarakat sekitar. Salah

satu bentuknya dengan cara memperkerjakan masyarakat sekitar dalam

usaha tambang sekitar, sehingga membantu kehidupan ekonomi masyarakat

sekitar (Vodcastinger, 2012).

2.2.5 Masyarakat

2.2.5.1 Masyarakat Sekitar Pertambangan Batubara

Masyarakat adalah kesatuan hidup atau sekumpulan manusia yang

saling berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat

kontinyu dan terikat oleh identitas bersama (Koentjaraningrat, 2002:143-

144). Masyarakat sekitar perusahaan tambang adalah mereka yang tinggal

berdekatan dengan lokasi/area aktivitas pertambangan batubara. Kondisi

Page 37: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

37

ekologi yang demikian serta masuknya komunitas, teknologi, pengetahuan

serta kebudayaan baru menjadikan respon tersendiri bagi masyarakat desa

yang masih tradisional.

Pada masyarakat perdesaan atau agraris tradisional gotong royong

sangat dijunjung tinggi sebagai warisan para leluhur. Namun seiring dengan

perkembangan jaman dan kemajuan teknologi serta program pembangunan

pemerintah terutama dalam pembangunan di pedesaan yang salah satunya

adalah kehadiran pertambangan batubara membuat nilai budaya masyarakat

mengalami perubahan yang salah satunya pada perilaku masyarakat dalam

kegiatan gotong royong yang merupakan wujud solidaritas sosial dalam

masyarakat.

Salah satu konsekuensi kehadiran pertambangan batubara pada suatu

daerah adalah pertambahan volume penduduk. Hal ini seperti yang di yakini

oleh Durkheim bahwa perubahan solidaritas mekanis menjadi solidaritas

organis disebabkan oleh dinamika penduduk yang merujuk pada jumlah

orang dalam masyarakat dan banyaknya interaksi yang terjadi di antara

mereka. Semakin banyak jumlah penduduk berarti kompetisi dalam

memperebutkan sumber-sumber kehidupan yang terbatas semakin

meningkat, sementara makin meningkatnya jumlah interaksi berarti

perjuangan untuk bertahan hidup juga semakin meningkat. Bersamaan

dengan pertambahan penduduk tersebut, maka kegiatan tolong menolong

mulai muncul adanya pamrih secara langsung dalam bentuk imbalan nyata

Page 38: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

38

atau berupa imbalan yang sama seperti yang telah diberikan (Ranjabar,

2008:30).

Pada masyarakat sekitar pertambangan batubara ini, perilaku dalam

kegiatan gotong royong mengalami perubahan dalam hal praktis/pragmatis

sedangkan secara substansial gotong royong tetap ada karena manusia itu

pada hakikatnya adalah makhluk sosial (zoon polition) yang selalu

membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

2.2.5.2 Masyarakat Pra-Industri dan Masyarakat Industri

Untuk menambah penjelasan tentang masyarakat pertambangan secara

lebih dalam, penulis mencoba mengambil referensi dari masyarakat industri

dengan alasan terbatasnya referensi yang menjelaskan tentang masyarakat

pertambangan. Selain itu, industri dan pertambangan merupakan aktifitas

yang sama-sama berorientasi pada produksi yang berpengaruh besar dalam

kehidupan masyarakat sekitarnya. Meskipun ada perbedaan di antara

keduanya. Menurut Haryanta (2012:90), industri adalah bagian dari proses

produksi yang tidak mengambil bahan yang langsung dari alam, tetapi

barang itu di olah dahulu hingga akhirnya menjadi barang yang bernilai bagi

masyarakat, sedangkan pertambangan merupakan usaha yang sifatnya

ekstraktif.

Masyarakat Pra-Industri adalah masyarakat yang hidup pada masa

sebelum munculnya revolusi industri. Beberapa ciri masyarakat Pra-Industri

(Wikipedia) di antaranya adalah:

Produksi terbatas.

Page 39: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

39

Ekonomi bertumpu pada sektor pertanian.

Pembagian kerja yang terbatas. Dalam masyarakat pra-industri, proses

produksi relatif sederhana dan jumlah spesialisasi kerja terbatas.

Variasi kelas sosial yang terbatas.

Komunikasi antar komunitas terbatas, hanya sedikit yang melihat atau

mengetahui keadaan di luar desanya sendiri.

Masyarakat banyak berkembang di daerah pedesaan.

Setelah adanya revolusi industri, industri memberikan input kepada

masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkah laku yang

mencerminkan cara bersikap dalam bekerja. Dengan berkembangnya aspek

ekonomi yaitu industrialisasi jelas akan membawa perubahan dalam

kehidupan masyarakat walaupun secara perlahan. Masyarakat secara

bertahap menerima adanya zaman baru, yaitu modernisasi. Durkheim

(Setabasri, 2012), menjelaskan karakteristik masyarakat industri, yaitu:

Dalam masyarakat industri, kepadatan moral (moral density) meningkat.

Peningkatan tersebut berakibat pada melemahnya solidaritas mekanik

yang membuat individu tidak lagi terikat oleh tradisi.

Sebagai penggantinya muncullah solidaritas organis yaitu ikatan sosial

berdasarkan spesialisasi dan saling ketergantungan okupasi antar anggota

masyarakat.

Perbedaan spesialisasi kerja (okupasi) pada masyarakat modern membuat

para anggotanya saling bergantung satu sama lain. Ketergantungan bukan

Page 40: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

40

karena punya nilai, norma, atau budaya serupa melainkan kepentingan

okupasi. Transaksi antar kepentingan okupasi direkat oleh uang.

2.2.5.3 Nilai-nilai Industri

Pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi akan

memunculkan konflik sosial karena nilai-nilai lama pada masyarakat

tradisional yang biasanya bercorak pertanian berubah menjadi nilai-nilai

masyarakat industri.

Nilai-nilai yang berubah itu seperti disebutkan oleh Rian (2010),

yaitu:

Nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan

upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.

Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang

disusun dalam organisasi formal perusahaan.

Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis.

Dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat

berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan

istirahat dalam dunia industri.

Dalam sosiologi industri (Parker,1990), secara implisit menjelaskan

nilai-nilai industri yaitu:

Nilai efisiensi

Nilai efisiensi adalah kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan

tepat atau ketepatan dalam menjalankan sesuatu.

Nilai spesialisasi

Page 41: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

41

Nilai spesialisasi adalah spesialisasi pekerjaan yang disebabkan oleh

semakin kompleks dan rumitnya bidang-bidang pekerjaan dalam

masyarakat industri, sehingga muncullah spesialisasi pekerjaan yang

saling menunjang satu sama lain. Berkenaan dengan hal ini, Durkheim

juga mempunyai pandangan yang serupa yaitu masyarakat moderen di

pertahankan bersama oleh spesialisai orang dan kebutuhan mereka akan

jasa dari orang lain. Spesialisasi ini tidak hanya pada tingkat individu

saja, tetapi juga kelompok, struktur dan institusi.

Nilai rasionalisasi

Nilai rasionalisasi adalah nilai yang mengarah pada tindakan sosial yang

dilakukan secara sadar dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu sesuai

dengan situasi dan kondisi setempat.

2.3 Definisi konsepsional

Definisi konseptual merupakan batasan konsep yang dipakai oleh

peneliti dengan maksud untuk memperjelas pengertian-pengertian variabel

penelitian berdasarkan tinjauan secara teoritis.

Dengan demikian, batasan konsep dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

- Perubahan Perilaku

Perubahan tindakan, sikap atau pola respon seseorang dari satu bentuk ke

bentuk yang lain sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan sekitarnya.

- Gotong Royong

Page 42: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

42

Gotong royong merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama

dan bersifat suka rela dengan tujuan agar kegiatan yang dikerjakan dapat

berjalan dengan lancar, mudah dan ringan.

- Tambang batubara

Tambang batubara adalah aktivitas eksploitasi mineral bumi berupa

batubara yang berdampak pada lingkunga fisik dan non-fisik hingga

mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kegiatan gotong gorong (sosial

kemasyarakatan).

- Masyarakat

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh

identitas bersama dan merupakan masyarakat asli yang tinggal di sekitar

pertambangan batubara.

Page 43: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang

mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan

secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan

analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.

Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara

jelas, lengkap, rinci, dan mendalam terkait dengan fenomena yang diteliti

yaitu perubahan perilaku bergotong royong masyarakat sekitar perusahaan

tambang batubara.

1.2 Fokus Penelitian

Adapun fokus pada penelitian ini adalah :

- Mengidentifikasi perilaku bergotong royong masyarakat di Desa

Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang sebelum hadirnya

pertambangan batu bara.

Page 44: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

44

- Mengidentifikasi perilaku bergotong royong masyarakat di Desa

Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang setelah hadirnya

pertambangan batubara.

- Mengetahui adanya perubahan perilaku bergotong royong pada

masyarakat Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang sebelum

dan sesudah hadirnya pertambangan batubara.

1.3 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi penelitian di Desa

Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang. Adapun alasan pemilihan

lokasi penelitian ini adalah :

- Desa Mulawarman merupakan salah satu desa di Kabupaten Kutai

Kartanegara yang lokasinya telah dikelilingi oleh aktivitas pertambangan

batubara.

- Berdasarkan pengamatan atau observasi awal yang dilakukan penulis,

masyarakat mengalami perubahan pada perilaku sosial yang salah satunya

diperlihatkan dalam kegiatan gotong royong.

- Lokasi penelitian mudah dijangkau karena merupakan tempat tinggal

peneliti sehingga dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga.

3.4 Sumber Data

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik purposive sampling . Teknik purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel sumber data dengan pertimbangan-pertimbangan

tertentu (orang yang paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan).

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Page 45: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

45

- Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil survey langsung di

lapangan dan hasil wawancara mendalam. Informan dalam penelitian ini

adalah masyarakat yang berdomisili di Desa Mulawarman Kecamatan

Ternggarong Seberang yaitu kepala desa, ketua Rt, tokoh masyarakat

(sesepuh di Desa Mulawarman), tokoh pemuda.

- Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku kajian sosiologi,

suratkabar, blog, artikel dan jurnal penelitian yang berkaitan dengan kajian

penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

a. Studi kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan teori dan konsep dari

kepustakaan berupa literatur atau buku-buku ilmiah yang berkaitan dengan

displin ilmu sosiologi dan kajian penelitian, blog, artikel, media

cetak/suratkabar, serta jurnal penelitian.

b. Studi lapangan (Field Work Research)

Studi lapangan yang dilakukan meliputi :

1. Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dan informasi yang

dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan

pencatatan secara sistematis terhadap perilaku dalam bergotong

royong masyarakat sekitar perusahaan tambang barubara.

2. Wawancara mendalam, yaitu mengumpulkan data dan informasi

dengan melakukan wawancara secara langsung dan mendalam

Page 46: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

46

berdasarkan pedoman yang telah disusun dan dipersiapkan

sebelumnya. Untuk memudahkan saat melakukan wawancara, peneliti

menggunakan alat-alat bantu berupa buku, tape recorder, dan camera.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Analisis Data Model Interaktif seperti yang dikembangkan oleh Miles dan

Huberman (1996:20), sebagai berikut:

1. Pengumpulan data (Data collection), merupakan proses awal yaitu

berusaha mengumpulkan data mentah yang berkaitan dengan bentuk-

bentuk praktis perilaku bergotong royong masyarakat sebelum dan sesudah

kehadiran pertambangan batubara yang diperoleh melalui observasi dan

wawancara mendalam kepada informan yang telah ditentukan.

2. Reduksi data (Data reduction), yaitu proses pemilihan atau

menyederhanakan data mentah yang telah dikumpulkan dengan membuat

abstraksi mengenai bentuk-bentuk praktis perilaku bergotong royong

masyarakat sebelum dan sesudah kehadiran pertambangan batubara.

3. Penyajian data (Data display), yaitu proses penyajian data yang telah

direduksi ke dalam bentuk uraian atau teks naratif terkait bentuk-bentuk

praktis perilaku masyarakat bergotong royong sebelum dan sesudah

kehadiran pertambangan batubara.

Page 47: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

47

4. Penarikan kesimpulan atau verifikasi (Conclusions:drawing/verying),

merupakan proses terakhir yaitu menyimpulkan data-data yang telah di

sederhanakan mengenai bentuk-bentuk praktis perilaku masyarakat dalam

kegiatan gotong royong sebelum dan sesudah kehadiran pertambangan

batubara.

Gambar 1. Komponen-komponen dalam analisis data

(interactive Model)

(Sumber: Miles & Huberman, 1996:20)

3.7 Jadwal Penelitian

Adapun jadwal kegiatan selama proses penelitian dilapangan tertuang

dalam tebel berikut ini:

Tabel 1.2: Jadwal Kegiatan Penelitian

No.Waktu

PenelitianInforman Proses Penelitian yang Dilakukan

Page 48: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

48

1Minggu

pertama

Melakukan observasi langsung

kelapangan untuk mengidentifikasi

kondisi lapangan serta mengumpulkan

data-data desa yang berkaitan dengan

tujuan penelitian

2Minggu

Kedua

Kepala Desa dan

ketua RT.

Melakukan wawancara mendalam

sesuai dengan pedoman wawancara

yang telah disiapkan guna mendapat

informasi yang berkaitan dengan tujuan

penelitian.

3Minggu

Ketiga

Tokoh

masyarakat dan

Tokoh pemuda

Melakukan wawancara lanjutan secara

mendalam untuk menambah informasi

yang lebih jelas sesuai dengan pedoman

wawancara yang telah di persiapkan

sebelumnya.

4Minggu

Keempat

Mengidentifikasi perilaku sosial

masyarakat khususnya yang berkaitan

dengan bentuk-bentuk perubahan

perilaku bergotong royong masyarakat

berdasarkan informasi dari hasil

observasi dan wawancara.

5Minggu

Kelima

Menganalisis data yang telah di

idenfikasi sesuai dengan prosedur dan

fokus penelitian.

6Minggu

Keenam

Menyimpulkan data-data penelitian dan

menyelesaikan proses penelitian dengan

informasi yang telah didapat

Page 49: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umun Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang

4.1.1 Letak Geografis Desa Mulawarman

Desa Mulawarman berada pada ketinggian 100 Meter dari Permukaan

air laut dengan topografi dataran rendah sekitar 3 .560 Ha dan 7.744 Ha

perbukitan. Desa Mulawarman berbatasan dengan 4 (empat) desa yang

terdiri dari:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Prangat Kec. Marang Kayu

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bukit Pariaman

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bhuana Jaya

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Suka Maju

Tabel 1.3:

Batas-batas Wilayah Desa Mulawarman

No Batas Wilayah Batas Keterangan

1 Desa Prangat Utara Kec. Marang Kayu

2 Desa Bukit Pariaman Timur Kec. Tgr Seberang

Page 50: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

50

3 Desa Buana Jaya Selatan Kec. Tgr Seberang

4 Desa Suka Maju barat Kec. Tgr Seberang

Sumber : kantor Desa Mulawarman tahun 2012

Desa Mulawarman terbagi dalam 3 (tiga) Dusun dan 19 (Sembilan

belas) Rukun Tetangga (RT) dan pada tahun 2011 dengan jumlah penduduk

2.486 Jiwa /31 Desember 2012. Berikut adalah pembagian RT pada tingkat

dusun.

1. Dusun Karya Jaya meliputi Rt. 1,2,3,4, 17,18 dan 19 yang diketuai oleh

Bapak Yaman.

2. Dusun Karya Bhakti meliputi Rt. 5,6,7,8 dan 9 yang diketuai oleh bapak

Sumardi.

3. Dusun Karya Harapan meliputi Rt. 10,11,12 ,13,14,15 dan 16 yang

diketuai oleh Bapak Suwandi.

Desa Mulawarman mengalami pertumbuhan penduduk yang kian

meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data tahun 2011 Jumlah Penduduk

2.446 Jiwa. Sedangkan tahun 2012 meningkat mencapai 2.486 Jiwa dengan

klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 1.4:

Jumlah Penduduk Desa Mulawarman Tahun 2012

NO RT KK Laki – laki Perempuan Balita Jumlah

1 I 56 89 89 23 102

2 II 42 75 61 18 154

3 III 32 50 35 12 97

Page 51: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

51

4 IV 30 46 56 16 118

5 V 31 45 37 12 94

6 VI 32 42 44 10 96

7 VII 34 46 43 13 102

8 VIII 51 70 64 19 153

9 IX 53 86 73 35 195

10 X 37 48 47 17 112

11 XI 21 34 24 10 68

12 XII 27 38 35 12 85

13 XIII 32 53 45 18 116

14 XIV 34 44 47 23 114

15 XV 53 79 66 29 174

16 XVI 47 76 66 26 171

17 XVII 70 94 87 32 213

18 XVIII 21 40 37 12 89

19 XIX 37 56 54 26 133

Jumlah 740 1111 1010 365 2486

Sumber: Kantor Desa Mulawarman Tahun 2012

4.1.2 Sejarah Desa Mulawarman

Desa Mulawarman adalah hasil penempatan dari transmigrasi tahun

1980 -1981 yang diberi nama Separi IV atau lebih familiar dengan nama

Km. 16. Nama tersebut diberikan karena jarak tempuh Desa Mulawarna dari

simpang tiga Desa Bukit Pariaman adalah 16 Km. Desa Mulawarman

menjadi desa difinitif pada tanggal 10 Oktober 1986 yang disahkan oleh

Page 52: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

52

pemerintah kabupaten Kutai Kartanegara serta merupakan bagian integral

dari Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara

Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah 10 KM 2 .

Pada awalnya Desa Mulawarman adalah desa yang terisolir, sehingga

belum tersentuh oleh infrastuktur jalan maupun penerangan. Jalan raya baru

mulai diperbaiki dan diaspal pada tahun 1991-1992 sedangkan sarana

penerangan atau PLN baru masuk pada tahun 1996 (sumber: kantor Desa

Mulawarman tahun 2012).

A. Kondisi Sosial Sebelum Hadirnya Pertambangan Batubara

Desa Mulawarman pada tahun 1981 mempunyai lahan pertanian

seluas 450 Ha dari wilayahnya yang dipergunakan dalam pengembangan

pertanian dengan berbagai komoditas pertanian yang mempunyai prospek

cukup baik. Mata pencaharian utama pada saat itu adalah bertani. Bertani

yang merupakan aktifitas keseharian yang senantiasa dijumpai di Desa

Mulawarman. Disamping bertani masyarakat juga mempunyai pekerjaan

sampingan seperti berkebun, beternak, berdagang kecil-kecilan dan perintis.

Meski kondisi lokasinya terpencil dan jauh dari perkotaan, namun

masyarakat dapat hidup mandiri secara rukun, aman dan damai.

Sebagian besar penduduk Desa Mulawarman adalah suku jawa karena

mayoritas berasal dari pulau jawa yaitu jawa timur, jawa tengah dan jawa

barat, sehingga masih memegang teguh tradisi dan budaya Jawa hingga

dibawa dan dikembangkan di Desa Mulawarman. Adapun bahasa yang

Page 53: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

53

seringan digunakan untuk berkomunikasi dalam keseharinnya adalah

bahasa jawa, yakni bahasa dari asal kampungnya masing-masing

B. Kondisi Sosial Setelah Hadirnya Pertambangan Batubara

Setelah hadirnya pertambangan batubara, Desa Mulawarman menjadi

desa binaan dari perusahaan tambang batubara yang ada disekitarnya.

Adapun perusahaan tambang batubara yang beroperasi disekeliling desa

tersebut adalah PT. Jembayan Muarabara, PT. Pama Persada Nusantara, PT.

Kayan Putra Utama Coal, PT. Santan Bara dan PT. Kimco Armindo.

Sektor pertanian kini bukan lagi menjadi pekerjaan utama masyarakat

meskipun masih ada sejumlah warga yang tetap menekuni bidang pertanian.

Kini sebagian warga telah beralih ke sektor wirausaha, swasta atau memilih

menjadi buruh srabutan. Hal ini bukan semata-mata tanpa alasan.

Banyaknya lahan pertanian yang telah dijual kepada pihak perusaaan

tambang batubara membuat ruang untuk bertani berkurang. Biaya

pembebasan lahan yang berjumlah ratusan juta hingga milyaran rupiah

membuat sikap dan perilaku warga yang bersangkutan menjadi enggan

untuk kembali bertani dan lebih tertarik untuk menjajal usaha atau bidang

pekerjaan lain dan salah satunya adalah dengan berwirausaha.

Seiring dengan terus beroperasinya pertambangan maka populasi

penduduk pun mengalami peningkatan. Hal ini juga dirasa menjadi sebuah

peluang untuk berwirausaha. Berdasakan sumber data Desa Mulawarman

tahun 2012, adapun sektor wirausaha yang dilakoni oleh masyarakat Desa

Mulawarman, seperti usaha toko sembako, toko bangunan, toko pakaian,

Page 54: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

54

warung makan atau ketering, bengkel, kios handphone dan pulsa, rental

bus/minibus, sewa kost, rental bus, jasa pelayanan air bersih, jasa angkutan

truk dan berbagai usaha lainnya.

Kini aktifitas masyarakat telah bervariasi sesuai dengan rutinitas

dalam pekerjaannya masing-masing. Partisipasi dan antusias masyarakat

dalam kegiatan gotong royong pun mengalami penurunan yang disebabkan

oleh faktor-faktor kesibukan kerja masing-masing orang atau warga. Tidak

hanya itu, suku masyarakat Desa Mulawarman juga makin bervariasi.

Berdasarkan sumber data desa tahun 2012, diketahui ada beberapa suku

yaitu jawa, bugis, banjar, dayak dan lain sebagainya. Mereka semua

merupakan kaum pendatang dari dalam maupun luar daerah yang bekerja di

perusahaan tambang batubara sehingga menciptakan interaksi baru dan

munculah budaya baru.

4.2 Hasil Penelitian

Berikut ini adalah hasil penelitian tentang perubahan perilaku

bergotong royong masyarakat pada beberapa bidang kegiatan gotong royong

sebelum dan sesudah hadirnya pertambangan batubara di Desa Mulawarman

Kecamatan Tenggarong Seberang.

4.2.1 Perilaku bergotong royong masyarakat Desa Mulawarman sebelum

hadirnya pertambangan batubara.

a) Gotong royong dalam bidang pertanian

Page 55: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

55

Perilaku yang nampak dalam bergotong royong pada bidang pertanian

adalah sikap untuk saling kerjasama pada saat membuka lahan, dan

penggarapan lahan sawah hingga panen.

Sebelum hadirnya pertambangan batubara, pertanian merupakan mata

pencaharian utama masyarakat Desa Mulawarman. Dalam kehidupan sehari-

hari aktifitas pertanian menjadi pemandangan yang tak terlewatkan. Hal ini

seperti yang disampaikan oleh ketua RT. 05 Dusun Karya Harapan yang

berinisial L (47 tahun):

“Sebelum tambang batubara beroperasi di kampung sini mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani, dan aktifitas kesehariannya pun kental dengan rutinitas kesawah, keladang atau kehutan untuk mencari kayu…..”. (wawancara tanggal 8 Desember 2013)

Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh tokoh masyarakat setempat yang

tinggal di RT.03 dan berinisial T (57 tahun):

“Sebelum hadirnya pertambangan batubara, pekerjaan utama masyarakat mulawarman adalah sebagai petani tulen, baik itu petani padi atau petani sayuran….”. (wawancara tanggal 6 Desember 2013)

Selain itu, tokoh masyarakat T (57 tahun) juga menambahkan bahwa dulu

sebelum hadirnya pertambangan batubara masyarakat mengerjakan pertanian

secara berkelompok dengan sistem bergantian.

“Mekanisme dalam sistem pertanian yang dipakai pada saat itu adalah sistem kelompok atau group-groupan, yang mana dalam satu kelompoknya itu terdiri dari 5-10 orang..”. (wawancara tanggal 6 desember 2013)

Page 56: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

56

Berkaitan dengan kelompok tani, informan T (57 tahun) kembali menjelakan

bahwa kelompok atau group tani itu dibentuk secara kondisional bukan

kelompok formal dan terstruktur tetapi kelompok yang mana penentuan

anggota sesuai dengan kesepakan siapa saja yang ingin bergabung saja.

“… kelompoknya itu bukan kelompok formal yang ada strukturnya gitu tapi kelompok biasa, yang mau ikutan ya silahkan asalkan konsisten mau gantian. Pekerjaan dilakukan secara bergilir, misalnya hari ini ngerjakan tempat si A besok ketempat si B, C, D dan seterusnya”. (wawancara tanggal 6 Desember 2013)

Tidak jauh beda dengan yang disampaikan oleh S (50 tahun), ketua RT. 01

yang berinisial S (50 tahun) yang masih bekerja sebagai petani, mengatakan

bahwa:

“mekanisme pertanian sebelum hadirnya pertambangan batubara adalah menggunakan sistem gotong royong berupa sistem gantian, saat proses buka lahan seperti babat rumput, bikin galeng, bajak sawah mengerjakan orang secara gantian dengan tetangga sambil membayar upah Rp. 1500/ hari, yah itung-itung buat ongkos rokok, begitu juga pada saat penggarapan sawah seperti nanam padi dan matun dilakukan secara bergantian. Pada saat panen tiba, cara pembagian hasil derepan 5:1..”. (wawancara tanggal 7 Desember 2013)

Informan SP (56 tahun), merupakan tokoh masyarakat yang dulunya bekerja

sebagai petani dan tinggal di RT. 15 Dusun Karya Harapan menuturkan

bahwa:

“ …..dulu memang mayoritas masyarakat Mulawarman adalah petani, pertanian yang dikerjakan yaitu petani sawah, petani sayur dan lain-lain. Pada saat itu penggarapan lahan sawah dikerjakan dengan manual dan sistemnya itu gantian. Kemudian pada sistem bagi hasil dalam memanen padi yaitu 5:1, artinya bagi pemilik garapan sawah 5 rantang dan 1 rantang untuk

Page 57: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

57

buruh panen. Satu rantang itu kurang lebih sama dengan satu kg padi..”. (wawancara tanggal 9 Desember 2013)

Dikatakan oleh R (43 tahun), ketua RT. 09 yang dulunya bekerja sebagai

petani di sawah bahwa bibit padi diperoleh dari lembaga pembinaan pertanian

yang ada di Desa Mulawarman.

“… dulu mah enak, bibit padi dikasih ama lembaga pembinaan pertanian desa Mulawarman..”. (wawancara tanggal 7 Desember 2013)

Disampaikan oleh mantan kepala Desa Mulawarman JS (64 tahun),

bahwa masyarakat menggunakan sistem gotong royong dalam menggarap

sawah karena keterbatasan ekonomi dan teknologi yang digunakan oleh

masyarakat, sehingga sistem gantian dapat menjadi alternatif untuk saling

meringankan beban masyarakat petani.

“salah satu alasan mengapa menggunakan sistem gantian adalah karena uang pas-pasan dan masih dikerjakan secara manual menggunakan peralatan yang sederhana. Dengan menggunakan sisten gantian ini, maka dapat mengurangi beban masyarakat petani karena cukup hanya dengan menjamu minuman, makanan dan juga rokok aja..”. (wawancara tanggal 4 Desember 2013)

b) Gotong royong dalam bidang penanganan musibah

Perilaku dalam kegiatan gotong royong saat ada kerabat atau tetangga

yang sedang dalam menangani musibah merupakan sikap kepedulian

masyarakat untuk saling membantu sesamanya seperti pada musibah

kematian, sakit atau kecelakaan.

Menurut ketua RT. 05 yang berinisial L (47 tahun), sebelum hadirnya

pertambangan batubara masyarakat memiliki kepedulian yang tinggi terhadap

Page 58: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

58

kerabat atau tetangga yang tertimpa musibah baik berupa musibah kematian,

sakit atau kecelakaan. Warga saling membantu untuk mengatasi segala

keperluan yang dibutuhkan oleh keluarga yang terkena musibah. Bantuan

yang diberikan berupa uang, tenaga atau juga sembako seikhlasnya.

“ Kalau warga sini ada yang terkena musibah, seperti kematian, sakit, kecelakaan dan sebagainya, warga yang lain saling membantu, biasanya tanpa disuruh warga akan berdatangan untuk membantu. Secara bergotong royong warga mencoba untuk menanggulangi. Bantuan yang di berikan bermacam-macam ada yang dalam bentuk uang, tenaga atau keduanya,….emmm kadang juga sembako….” (wawancara tanggal 8 Desember 2013)

Pada musibah kematian, warga berdatangan untuk membantu selama

prosesi pemakaman hingga selesai, bantuan yang di berikan secara suka rela

karena merupakan kesadaran moral masing-masing individu. Bantuan yang

diberikan berupa uang santunan, tenaga atau juga keduanya. Hal ini seperti

yang dijelaskan oleh tokoh masyarakat yang berinisial T (57 tahun) :

“… ketika ada salah satu warga yang meninggal dunia, masyarakat berdatangan untuk membantu mempersiapkan segala sesuatunya, ada yang ngurusin jenazah, gali kuburan, buat kayu nisan, ada yang masak dan lain sebagainya. Menurut saya membantu dalam prosesi pemakaman orang itu menjadi kesadaran moral masing-masing. Kalau menurut agama sih fardlu kifayah. Yang jelas masyarakat tetap antusias membantu dalam musibah kematian, sebelum adanya tambang pemerintah desa belum memiliki mobil ambulance sendiri jadi jenazah yang rumahnya jauh dari kuburan di antar dengan jalan kaki…….. ”.(wawancara tanggal 6 Desember 2013) Perilaku masyarakat ketika menjumpai tetangga atau kerabat dekat yang

sakit atau kecelakaan, warga menunjukkan sikap pedulinya dengan saling

menjenguk atau jika pada kondisi yang parah, membantu selama proses

Page 59: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

59

evakuasi dan pengobatan dengan suka rela. Informan G (56 tahun) adalah

ketua RT. 3, menjelaskan bahwa :

“kalau ada yang sakit karena kecelakaan pasti tetangga-tetangga dekat serta kerabat yang mengetahui datang menjenguk, dan membantu selama proses evakuasi juga membantu pendanaan dalam pengobatan, apalagi kalau warga tersebut kurang mampu atau lagi gak punya uang”. (wawancara tanggal 8 Desember 2013)

Hal yang serupa juga disampaikan oleh ketua RT. 15 yang berinisial R (43

tahun), yaitu ketika ada warga yang mengalami sakit atau sakit karena

kecelakaan tetangga dekat dan kerabat-kerabat akan berdatangan untuk

menjenguk.

“ Ketika mengetahui ada tetangga yang tertimpa musibah, warga bersikap saling membantu. Dulu belum ada ambulance jadi kalau ada yang sakit dipinjamkan ke warga yang punya mobil untuk di bawa ke puskesmas terdekat atau kerumah sakit”. (wawancara tanggal 7 Desember 2013)

c) Gotong royong pada bidang pekerjaan rumah tangga

Aktivitas gotong royong dalam bidang pekerjaan rumah tangga salah

satunya adalah ketika mendirikan rumah atau yang dikenal dengan istilah

jawa sambatan. Disini warga akan saling membantu dengan suka rela untuk

pasang tongkat atau tiang rumah dan menaikkan bagian kuda-kuda rumah

serta atapnya.

Sebelum hadirnya pertambangan batubara, umumnya bangunan rumah

adalah rumah kayu sehingga ketika ada warga atau tetangga yang hendak

membangun rumah, tanpa didatangi kerumah untuk dimintai bantuan satu

persatu, warga yang mengetahui langsung berdatangan untuk membantu,

Page 60: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

60

terutama pada saat pasang tongkat, menaikkan bagian kuda-kuda rumah dan

pasang atap oleh kaum laki-laki. Hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh

ketua RT. 01 yang berinisial S (50 tahun):

“ kalau dulu ndok, orang bangun rumah dari kayu. Tanpa dimintai bantuan masyarakat sekitar yang tau ya langsung datang aja untuk melaksanakan sambatan, warga beramai-ramai membantu dalam proses pasang tongkat, pasang kuda-kuda dan pasang atap”. (wawancara tanggal 7 Desember 2013)

Berkaitan dengan hal tersebut, tokoh masyarakat SP (56 tahun) juga

menuturkan hal yang sama yaitu :

“ dulu rame banget,… kalau ada yang mendirikan rumah, warga lansung berdatangan untuk membantu…..”.(wawancara tanggal 9 Desember 2013)

Sedangkan bagi kaum perempuan atau ibu-ibu, turut berpartisipasi

membantu dalam menyediakan jamuan makanan kepada kaum laki-laki yang

melakukan sambatan. Hal ini disampaikan oleh ibu M (47 tahun):

“Ibu-ibu ya bantu-bantu juga, bantu masak-masak dibelakang, nyiapain makanan ama minumannya buat yang sambatan..” (wawancara tanggal 15 Desember 2013)

d) Gotong royong pada bidang pesta atau hajatan

Pesta atau hajatan yang biasa dilakukan oleh masyarkat perdesaan

adalah seperti pada nikahan, khitanan da aqikahan. Acara-acara tersebut

dilakukan secara bergotong royong. Perilaku bergotong royong pada

kegiatan ini dapat dilihat dari bagaimana cara pelaksanaan atau mekanisme

penyelenggaraannya.

Page 61: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

61

Mekanisme pelaksanaan pesta atau hajatan ini yaitu warga yang

mempunyai hajat meminta bantuan kepada kerabat atau tetangga dekat saat

dua pekan sebelum acara akan dilaksanakan. Ketika ada warga akan

menyelenggarakan pesta atau hajatan tersebut, sikap masyarakat dalam

bergotong royong untuk membantu segala prosesi kegiatan nampak antusias

dan ramai. Hal ini sebagaimana yang di sampaikan oleh tokoh masyarakat SP

(56 tahun), yang sering diminta untuk hadir dan membantu kerabat atau

tetangga sekitarnya dalam pesta atau hajatan:

“ dalam penyelenggaraan pesta-pesta hajatan, warga yang bersangkutan meminta bantuan dan mengundang untuk datang membantu hingga selesai acara secara suka rela. Biasanya keluarga yang akan menyelenggarakan hajatan tersebut mendatangi rumah kerabat atau tetangga untuk meminta bantuan tenaga,….kalau waktunya itu kurang lebih dua minggu sebelum acara berlangsung baru kita datangnya lima hari sebelum hari H. Pada saat itu warga sangat berantusias sehingga suasana hajatan terasa sederhana namun ramai”. (wawancara tanggal 9 Desember 2013)

Dijelaskan oleh informan S (50 tahun), selaku ketua RT 01, bahwa

dalam penyelenggaraan acara hajatan tuan rumah mempercayakan

pelaksanaan pembagian dan pengaturan kerja kepada Bas (yaitu orang yang

ditunjuk oleh tuan rumah untuk mengatur segala proses dan keperluan dalam

pelaksanaan hajatan).

“… tuan rumah memilih seseorang untuk menjadi bas. Bas itu sebagai wakil tuan rumah sekaligus menjadi ketua buat memimpin dan mengarahkan pekerjaan teman-teman yang lain “. (Wawancara tanggal 7 Desember 2013)

Page 62: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

62

Berkaitan dengan upah atau imbalan, dikatakan oleh M (47 tahun),

merupakan informan yang sering diminta bantuan memasak setiap ada pesta

atau hajatan oleh rekan-rekannya yaitu:

“..tidak ada bayaran untuk semua yang telah ikut membantu kecuali bagi yang khusus masak nasi. Kalau tukang masak nasi dapat bayaran dari tuan rumah soalnya kan pekerjaannya cukup melelahkan. Baru kalau acara sudah selesai, seluruh kaum perempuan yang telah membantu diberi makanan dan sabun sebagai ungkapan terima kasih oleh tuan rumah”. (wawancara tanggal 15 Desember 2013)

e) Gotong royong dalam bidang kepentingan umum

Kegiatan gotong royong yang menyangkut pada kepentingan umum

(orang banyak) adalah seperti pada pembutan jalan atau jembatan, perbaikan

jalan atau jembatan, mebersihkan parit, renovasi tempat-tempat ibadah

(gereja,mushola dan masjid).

Sebelum tambang batubara ramai beroperasi di Desa Mulawarman,

masyarakat sangat tertib dan antusias dalam mengikuti aktivitas kerja bakti

pada pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama. Hal ini dirasakan

oleh ketua RT. 05 yang berinisial L (47 tahun) dan berkata:

“ dulu masyarakat sangat tertib dan rapi mengikuti kegiatan kerja bakti, seperti bersih lingkungan, dan memperbarui parit-parit jalanan itu…..”. (wawancara 8 Desember 2013)

Dalam melaksanakan kegiatan gotong royong untuk pekerjaan yang

menyangkut kepentingan umum seperti dalam membuat/memperbaiki jalan,

jembatan, parit, dikerjakan oleh warga secara kerja bakti yang digerakkan

langsung oleh RT setempat. Rasa kebersaman dan persaudaraan sangat

nampak disini. Dengan suka rela warga mengerjakannya hingga selesai, baik

Page 63: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

63

dalam menyediakan material maupun proses pelaksanaan, sebagaimana yang

dikatakana oleh informan T (57 tahun) yaitu:

“… membangun jalan, memperbaiki jembatan, parit, dulunya dikerjakan oleh masyarakat dengan kerja bakti yang digerakkan oleh pak Rt. Dengan suka rela masyarakat turut berpartisipasi hingga pekerjaan selesai. Jadi kebersamaan antar warga sangat kelihatan pada saat itu”. (wawancara tanggal 6 Desember 2013)

Pada kegiatan ini kaum perempuan turut berpartisipasi dalam

menyajikan makan dan minuman. Biasanya mereka berkumpul disatu rumah

yang lokasinya dekat dengan kerjabakti. Hal ini dijelaskan oleh R (43 tahun),

ketua RT. 09 bahwa:

“Ibu-ibu juga ikut bantu-bantu, mereka masak-masak nyediain makanan dan minuman…. Masaknya dirumah salah satu warga aja yang rumahnya dekat dengan kerja bakti”. (wawancara tanggal 7 desember 2013)

Pada kegiatan renovasi tempat ibadah seperti mushola, secara serentak

warga yang tinggal didekat lokasi bergotong royong yang dipimpin oleh

ketua mushola dan ketua RT setempat dalam menyiapkan seluruh material

hingga proses pengerjaan selesai dan tidak hanya pada mushola, renovasi

masjid atau gereja juga dilakukan secara kerja bakti, sebagaimana yang

dikatakan oleh ketua RT. 03 yang berinisial G (56 tahun) yaitu:

“Kalau dulu renovasi mushola itu ya dikerjakan dengan kerja bakti, iuaran beli material kemudian dikerjakan bersama-sama sampai selesai. Biasanya dipimpin penguruh mushola sama Rt. Kalau ada.. kalau gereja sama masjid yang besar juga begitu”. (wawancara tanggal 8 Desember 2013)

Page 64: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

64

4.2.2 Perilaku bergotong royong masyarakat Desa Mulawarman sesudah

hadirnya pertambangan batubara.

a) Gotong royong dalam bidang pertanian

Kondisi pertanian setelah hadir dan beroperasinya pertambangan

batubara saat ini masih tetap ada, namun hanya sebagian kecil orang saja

yang terus menggarap sawah. Salah satu penyebabnya adalah lahan pertanian

berkurang karena dijual kepada perusahaan tambang dan masyarakat yang

bersangkutan mendapat uang ganti rugi lahan atau uang hasil penjualan tanah

yang nilainya ratusan juta hingga milyaran rupiah, hal ini membuat

masyarakat mulai enggan untuk bertani dan memilih bekerja dibidang

wirausaha atau sebagai karyawan di perusahaan tambang batubara dan

sebagian lagi menjadi buruh srabutan. Adapun sektor wirausaha yang

dilakoni oleh masyarakat Desa Mulawarman, seperti usaha toko sembako,

toko bangunan, toko pakaian, warung makan atau ketering, bengkel, kios

handphone dan pulsa, rental bus/minibus, sewa kost, rental bus, jasa

pelayanan air bersih, jasa angkutan truk, rental minibus dan berbagai usaha

lainnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh tokoh masyarakat sekaligus

sekretaris Desa Mulawarman yang menjabat sejak tahun 2000 dan berinisial

SH (56 tahun), bahwa:

“Setelah pertambangan hadir di kampung sini, masyarakat beralih pekerjaan yaitu ada yang menjadi karyawan tambang, jualan dan usaha-usaha lainnya. Hal ini juga karena lahan pertanian yang dulunya menjadi sumber kehidupan telah dibeli oleh pihak perusahaan tambang untuk diambil batubaranya. Sehingga kini

Page 65: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

65

lahan pertanian yang masih tersisa sekitar 15 hektar…”. (wawancara tanggal 18 November 2013)

Jumlah pertanian yang sedikit itu mempengaruhi perilaku masyarakat

dalam mengerjakan atau cara penggarapan sawah. Dijelaskan oleh T (57

tahun), tokoh masyarakat yang tinggal di RT. 03 dan sampai saat ini masih

menekuni pertanian, bahwa pertanian saat ini dilakukan menggunakan sistem

borongan.

“Untuk saat ini setelah hadirnya pertambangan membuat lahan sawah berkurang dan sedikit orang yang masih menekuni pertanian sehingga sistem yang digunakan pun berubah. Kalau untuk bajak sawah menggunakan mesin traktor dengan membayar upah yang lumayan mahal,… kemudian saat nggarap seperti tandur itu juga menggunakan jasa borongan oleh kelompok tani dari desa lain atau meminta bantuan kepada tetangga dengan upah Rp. 60 ribu/hari. Saat memanen padi dilakukan dengan ketentuan 6:1 (artinya yang punya garapan padi 6 rantang dan 1 rantang untuk buruh panen) …”. (wawancara tanggal 6 Desember 2013)

Berkaitan dengan sistem pertanian yang digunakan pada saat ini,

Informan S (46 tahun), yang juga masih menekuni dunia pertanian

menjelaskan bahwa:

“…..sedangkan saat ini, sistem yang digunakan adalah sistem borongan dalam artian mengerjakan orang secara borongan untuk mengerjakan sawah biasanya adalah orang yang berasal dari group tani dari separi tiga. Untuk buka lahan si pemborong di bayar dengan upah Rp. 1.250.000/ hektar, sedangkan untuk ongkos nanam padi Rp. 1.200.000/ hektar. Sekarang ini untuk memanen padi banyak yang sudah mulai menggunakan alat/mesin pemotong padi jadi, pembagian hasil panen yaitu dengan sistem 7:1 ( 7 rantang bagi pemilik garapan sawah dan 1 rantang bagi buruh panen)….”. (wawancara tanggal 20 november 2013)

Informan G (56 tahun), menambahkan bahwa:

Page 66: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

66

“…kalau sekarang pertanian itu sistemnya borongan biar lebih gampang, gak ribet, nah kalau panen pembagiannya 6:1…”. (wawancara tanggal 8 Desember 2013)

Berkaitan dengan bibit padi, informan L (47 tahun), mengatakan bahwa

petani memperolehnya dari bibit sendiri atau beli kepada rekan yang memang

menyediakan bibit padi lebih untuk dijual.

“…… kalau sekarang bibit padi ya mbibit sendiri kalau enggak

beli sama teman yang nanam bibit lebih”. (wawancara tanggal 8

Desember 2013)

b) Gotong royong dalam bidang penanganan musibah

Perilaku bergotong royong pada saat ada kerabat atau tetangga yang

sedang dalam musibah merupakan sikap kepedulian masyarakat untuk saling

membantu sesamanya (khususnya sesama warga Desa Mulawarman) seperti

pada musibah kematian, sakit atau kecelakaan. Setelah hadir dan

beroperasinya pertambangan batubara di Desa Mulawarman, perilaku

bergotong royong dalam mengatasi musibah dapat terlihat dari sikap

masyarakat dan bentuk bantuan atau pertolongan yang diberikan.

Pada musibah kematian, sikap kepedulian itu ditunjukkan dengan hadir

untuk berbela sungkawa dan memberi bantuan berupa uang atau tenaga

hingga proses pemakaman selesai. Statemen tersebut sebagaimana yang

disampaikan oleh tokoh masyarakat SP (56 tahun), merupakan warga yang

telah tinggal di Desa Mulawarman sejak 28 tahun silam:

Page 67: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

67

“…yang namanya musibah gak ada orang yang mau to..! yang pasti dari dulu hingga sekarang warga saling membantu. Hadir kerumah duka untuk berbela sungkawa dan memberi bantuan, bisa berupa tenaga, uang, sembako, pokok’e sebisa dan semampunya…”. (wawancara tanggal 8 Desember 2013)

Selanjutnya, ketika ada kerabat atau tetangga yang sakit atau sakit

karena kecelakaan, perilaku masyarakat Desa Mulawarman terlihat dari sikap

kepeduliannya untuk menjenguk dan memberi bantuan uang (terutama pada

kerabat yang kurang mampu), jika pada kondisi yang darurat, memberikan

bantuan tenaga untuk proses evakuasi dan pengobatan kerumah sakit dengan

upah seikhlasnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh informan-informan

berikut ini.

Tokoh masyarakat T (57 tahun), mengatakan bahwa:

“….ya saling njenguk, apalagi kalau tetangga dekat atau teman dekat. Kalau sakitnya dirumah dijenguk dirumah, kalau dirumah sakit ya dijenguk dirumah sakit….” (wawancara tanggal 21 november 2013)

Kemudian, informan T (57 tahun) kembali menambahkan bahwa:

“ nah kalau ada kejadian kecelakaan dikampung sini, biasanya juga orang-orang sini juga, kita cepat evakuasi ndok, kampung ini kan jauh dari rumah sakit to, jadi ya langsung dipanggilkan ambulance yang ada dibalai desa. Supaya si korban cepat dapat penanganan medis, kalau soal pembiayaan rumah sakit, kalau keluarganya belum ada uang, biasanya teman-teman iuran dulu seikhlasnya….”. (wawancara tanggal 21 Desember 2013)

Informan S (35 tahun), merupakan tokoh pemuda yang tinggal di RT.

03 menuturkan bahwa:

“biasanya kalau ada yang sakit parah saya dimintai untuk mengantar kerumah sakit,…. Upahnya sich gak diminta, ya

Page 68: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

68

seikhlasnya aja, kan kitanya juga niatnya bantu bukan minta bayaran…tapi biasanya selalu dikasih sebagai uang bensin ama rokok juga sich ”. (wawancara 15 Desember 2013)

Berbeda dengan yang disampaikan oleh ketua RT. 09 saat ditemui

dirumahnya di Dusun Karya Bakti, yang berinisial R (43 tahun), mengatakan

bahwa:

“Tanggapan dan sikap warga ketika ada tetangga yang sedang tertimpa musibah yaitu mau membantu lah mbak, bantuan yang diberikan bisa berupa uang atau tenaga. Biasanya juga sich yang lebih banyak membantu adalah saudara atau kerabat dekatnya saja, sedangkan yang lain membantu dalam artian menemani atau sekedar menjenguk saja”. (wawancara tanggal 7 Desember 2013)

Hal ini disampaikan juga oleh G (56 tahun), ketua RT. 04 Dusun Karya

Jaya yaitu:

“kalau sekarang ini membantu warga yang tertimpa musibah lebih banyak menggunakan uang saja karena sibuk kerja, kalau ada waktu ya diusahakan njenguk tapi biasanya itu kalau yang bersangkutan adalah keluarga atau kerabat dekat saja”. (wawancara tanggal 8 Desember 2013).

c) Gotong royong pada bidang pekerjaan rumah tangga

Aktivitas gotong royong dalam bidang pekerjaan rumah tangga salah

satunya adalah ketika mendirikan rumah atau yang dikenal dengan istilah

jawa sambatan. Perilaku untuk turut membantu dalam sambatan, saat ini

tidak banyak dijumpai lagi. Hanya sebagian kecil saja yang dapat hadir dan

berpatisipasi karena faktor kesibukan/pekerjaan masing-masing khususnya

bagi warga yang bekerja sebagai karyawan tambang batubara yang kerjanya

part time.

Page 69: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

69

Dikatakana oleh S (35 tahun), merupakan tokoh pemuda yang saat ini

bekerja disalah satu perusahaan tambang batubara bahwa:

“…kalau lagi kerja malam siangnya bisa ikut sambatan sebentar, nah kalau pas kerja siang ini, ya gak bisa…” (wawancara tanggal 15 Desember 2013)

Kemudian informan SP (56 tahun), mengatakan bahwa:

“ …… sekarang mana ada dijumpai sambatan, palingan jarang. Kalaupun ada hanya bantu naikkan kuda” rumah, nah kalau rumahnya semen malah blas gak pake sambatan”. (wawancara tanggal 9 Desember 2013)

Menurut informan T (57 tahun), ketika ada salah satu warga yang akan

membangun rumah, maka tetangga atau kerabat yang mengetahui akan

berdatangan untuk membantu pada proses pasang tongkat, menaikkan kuda-

kuda rumah dan pasang atap/genting. Namun sambatan ini hanya dilakukan

jika rumah yang akan dibangun semi permanen atau berupa rumah kayu saja.

Jika rumahnya permanen maka tidak ada sambatan.

“Sambatan sekarang ini dilakukan kalau ada warga yang mau dirikan rumah kayu, yang bisa datang ya datang buat bantu-bantu pasang tongkat, naikkan kuda-kuda dan pasang atap. Tapi sekarang jarang orang ngadakan sambatan karena banyak yang bangun rumah tembok”. Wawancara tanggal 15 Desember 2013)

Ditambahkan pula oleh isteri dari informan T (57 tahun), yaitu M (47

tahun) yang berkaitan dengan peran dan partisipasi wanita dalam sambatan

dijelaskan bahwa :

“…iya, sekarang kalau sambatan yang bantu masak-masak saudaranya aja kalau gak tetangga sebelahnya”. (wawancara tanggal 15 Desember 2013)

Page 70: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

70

d) Gotong royong pada bidang pesta atau hajatan

Pesta atau hajatan yang dimaksud adalah seperti pada acara pernikahan,

khitanan, dan aqikahan. Acara-acara tersebut dilakukan secara bergotong

royong dengan mengundang kerabat atau tetangga dekat untuk membantu.

Untuk mengetahui perilaku sosial masyarakat setelah hadirnya pertambangan

batubara dalam kegiatan gotong royong pada acara hajatan ini dapat dilihat

dari mekanisme pelaksanaannya yaitu dengan cara warga yang mempunyai

hajat meminta bantuan kepada kerabat atau tetangga dekat dari rumah

kerumah saat dua pekan sebelum acara akan dilaksanakan. Hal ini seperti

yang disampaikan oleh ketua RT. 03 G (56 tahun), bahwa:

“….yang rewang didatangi satu persatu kerumahnya untuk dimintai bantuan tenaganya…..”. (wawancara tanggal 8 Desember 2013)

Berkaitan dengan antusias warga, informan R (43 tahun), menjelaskan

bahwa:

“Ketika dimintai bantuan oleh salah satu warga yang akan melaksanakan hajatan, antusias warga untuk hadir dan membantu tetap ada sebab suatu saat giliran kita sendiri yang punya hajat akan butuh bantuan dari kerabat atau tetangga juga. Tapi sekarang ini pekerjaan yang dikerjakan udah tidak begitu ribet soalnya telah menggunakan jasa penyewaan, baik tenda maupun perabotan dapur dan yang lainnya. Kurang lebih 4 hari sebelum acara puncak berlangsung, warga yang dipercaya oleh tuan rumah untuk membantu secara bersama-sama mulai mengerjakan sebagai persiapan dan berlanjut hingga acara selesai”. (wawancara tanggal Desember 2013)

Page 71: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

71

Informan S (48tahun), merupakan tokoh yang biasa ditunjuk untuk

mewakili tuan rumah pada saat pelaksanaan pesta/hajatan,menjelaskan

bahwa:

“……tidak bayaran untuk semua yang telah ikut membantu kecuali bagi yang ujubkan dan khusus khusus bagi yang masak nasi, masak sayur dan cuci piring. Bayaran tersebut diberikan karena karena pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang dirasa pailing melelahkan. Untuk kaum perempuan secara keseluruhan diberi makanan dan sabun sebagai apresiasi ungkapan terima kasih oleh tuan rumah”. (wawancara tanggal 7 Desember 2013)

e) Gotong royong pada bidang kepentingan umum

Gotong royong pada bidang kepentingan umum yaitu aktivitas kerja

bakti pada kegiatan yang menyangkut kepentingan bersama seperti

memperbaiki jalan, jembatan, parit dan renovasi tempat ibadah. Setelah

beroperasinya pertambangan batubara di Desa Mulawarman, antusias warga

untuk gotong royong pada bidang kepentingan umum tersebut mengalami

penurunan bahkan nyaris tidak ada lagi.

Informan SP (56 tahun), merupakan tokoh masyarakat di RT.15 Desa

Mulawarman menuturkan bahwa saat ini masyarakat cenderung berorientasi

pada kegiatan yang lebih menghasilkan uang sehingga tidak berminat untuk

kerja bakti.

“ wallah,, sekarang sudah gak ada lagi mbak kerja bakti baiki parit, jembatan apalagi jalan. Masyarakatnya sibuk sendiri pada pekerjaaan yang lebih mendatangkan materi, ya istilahnya materialistis lah, mana mau diajak kerja bakti he he he …. Kalau memang diperlukan mungkin lebih baik mempekerjakan orang saja untuk memperbaikinya”. (wawancara tanggal 9 Desember 2013)

Page 72: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

72

JS (64 tahun), merupakan mantan kepala desa sekaligus sebagai kepala

desa pertama yang menjabat di Desa Mulawarman dan telah menjabat selama

20 tahun mengatakan bahwa:

“ hemmm kalau berkenaan dengan kerja bakti untuk yang sifatnya pekerjaan umum kaya gitu, masyarakat sekarang ni cuek mbak…” (wawancara tanggal 4 Desember 2013)

Pernyataan tersebut ditambahkan pula oleh JS (47 tahun), merupakan PJ

Kepala Desa Mulawarman yang dipilih untuk sementara waktu menggantikan

pekerjaan Kades hingga pemilihan kepala desa selesai karena Kades yang

harusnya menjabat saat ini telah mengundurkan diri, mengatakan bahwa:

“…..sekarang sudah tidak ada lagi kerja bakti yang seperti itu karena warga merasa hal tersebut merupakan wewenang atau tanggup jawab pihak pemerintah desa”. (wawancara tanggal 8 Desember 2013)

Sementara SH (48 tahun), selaku Sekretaris Desa Mulawarman mengatakan

bahwa:

“Saat ini perbaikan infrastruktur jalan, jembatan didanai oleh bantuan CD (community development) atau dari ADD (anggaran dasar desa) dengan mengerjakan tenaga kontraktor , sebab bagaimana mau dikerjakan oleh warga sedangkan faktor kesibukan dalam pekerjaan, dan rasa enggan (malas), sifat materialistis masyarakat menjadi alasan utama untuk tidak turut berpartisipasi melaksanakan kegiatan gotong royong tersebut. dan karena faktor ini pula antusias warga jadi menurun”. (wawancara tanggal 18 November 2013)

Begitu juga dalam kegiatan renovasi tempat ibadah, biasanya kerja

bakti tetap dilakukan dengan instruksi dari ketua RT atau ketua

mushola/masjid/gereja namun hanya dihadiri oleh sebagian warga yang bisa

Page 73: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

73

saja. Berikut ini disampaikan oleh pengurus mushola Nurul Huda T (57

tahun), yaitu:

“….biasanya diumumkan dulu sama pak Rt atau ketua mushola kalau akan mengadakan kerja bakti buat mengerjakan,.. misalnya bikin tempat wudhu. Tapi ya begitulah karena banyak yang sibuk kerja yang datang ya gak banyak…”. (wawancara tanggal 15 Desember 2013)

4.3 Analisis dan Pembahasan

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan

wawancara kepada informan dilapangan maka dapat diketahui bagaimana

perubahan perilaku bergotong royong masyarakat Desa Mulawarman

Kecamatan Tenggarong Seberang sebelum dan sesudah hadirnya

pertambangan batubara yang semuanya telah terangkum ke dalam tabel

berikut ini:

Tabel 1.5:

Klasifikasi Perilaku Bergotong Royong Sebelum dan Sesudah Hadirnya

Pertambangan Batubara

Sebelum hadirnya pertambangan batubara

Setelah hadirnya pertambangan batubara

Page 74: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

74

1. Bidang pertanian

- Pertanian merupakan mata

pencaharian utama dan menjadi

aktivitas keseharian bagi

masyarakat Desa Mulawarman

pada umumnya.

- Mekanisme penggarapan lahan

seperti saat buka lahan yang berupa

babat rumput, bikin galengan,

bajak sawah kemudian nanam padi

dan matun (bersihkan rumput

disela-sela tanaman padi)

dilakukan dengan menggunakan

sistem kelompok secara bergantian.

- Kelompok tersebut dibentuk secara

kondisional dalam artian penentuan

anggota kelompok disesuaikan

dengan kondisi saat itu, siapa yang

ingin bergabung dipersilahkan saja

(bukan kelompok formal yang

terstruktur).

- Bibit padi diperoleh dari lembaga

pembinaan pertanian yang ada di

Desa Mulawarman.

- Pada saat panen, masyarakat Desa

Mulawarman masih menggunakan

peralatan sederhana/manual, sistem

bagi hasil yang diberlakukan

adalah 5:1, artinya bagi pemilik

garapan sawah 5 rantang dan 1

rantang untuk buruh panen (1

1. Bidang pertanian

- Setelah hadirnya pertambangan

batubara lahan pertanian berkurang

karena sebagian besar dijual

kepada perusahaan tambang dan

masyarakat yang bersangkutan

mendapat uang ganti rugi lahan

atau uang penjualan tanah yang

nilainya ratusan juta hingga

milyaran rupiah, hal ini membuat

masyarakat mulai enggan untuk

bertani kembali dan memilih

bekerja dibidang wirausaha atau

sebagai karyawan di perusahaan

tambang batubara dan sebagian

lagi menjadi buruh srabutan.

- Mekanisme penggarapan lahan

seperti saat buka lahan yang berupa

babat rumput, bikin galengan,

bajak sawah dikerjakan

menggunakan sistem borongan,

yaitu semua proses buka lahan

tersebut dikerjakan oleh tenaga

pemborong yang berjumlah 10 s/d

15 orang dan biasanya berasal dari

desa tetangga. Dalam hal ini

pemilik sawah terima beres dengan

memberi upah sebesar Rp.

1.250.000/hektar.

- Pada saat menanam padi atau

penggarapan dilakukan dengan dua

Page 75: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

75

rantang = 1 kg padi)

- Alasan masyarakat Desa

Mulawarman menggunakan sistem

gotong royong dalam menggarap

sawah adalah karena keterbatasan

ekonomi dan teknologi yang

digunakan oleh masyarakat,

sehingga sistem gantian dapat

menjadi alternative untuk saling

meringankan beban masyarakat

petani.

2. Bidang penanganan musibah

- Tolong menolong dalam

cara yaitu bisa menggunakan

tenaga borongan yang berjumlah

10-15 orang dengan membayar

upah sebesar Rp. 1.200.000/hektar

bebas tanpa member makan siang

atau dengan menggunakan jasa

tetangga atau kerabat yang ingin

menanamkan padinya dengan

membayar Rp. 60 000/orang/hari

- Pada saat panen, sistem bagi hasil

yang diberlakukan adalah bagi

yang masih menggunakan

peralatan manual yaitu 6:1, artinya

pemilik garapan sawah 6 rantang

dan 1 rantang untuk buruh panen (1

rantang = 1 kg padi). Bagi yang

telah menggunakan mesin perontok

padi moderen adalah 7:1, yaitu

pemilik garapan sawah 7 rantang

dan buruh panen 1 rantang. Hal ini

karena dengan menggunakan mesin

perontok padi moderen hasil yang

di di dapat lebih banyak, cepat dan

ringan kerjanya sehingga sistem

bagi hasil yang disepakati adalah

7:1.

- Bibit padi diperoleh dari nanam

bibit sendiri atau beli kepada petani

lain.

2. Bidang penanganan musibah

- Tolong menolong dalam

Page 76: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

76

penanganan musibah merupakan

sikap kepedulian masyarakat untuk

saling membantu sesamanya

seperti pada musibah kematian,

sakit atau kecelakaan.

- Masyarakat memiliki kepedulian

yang tinggi terhadap kerabat atau

tetangga yang tertimpa musibah,

baik berupa musibah kematian,

sakit atau kecelakaan. Warga saling

membantu untuk mengatasi segala

keperluan yang dibutuhkan oleh

keluarga yang terkena musibah.

Bantuan yang diberikan berupa

uang, tenaga atau juga sembako

seikhlasnya.

- Ketika salah satu warga ada yang

meninggal dunia, maka warga

saling membantu dalam

mempersiapkan segala sesuatu

yang dibutuhkan untuk prosesi

pemakaman hingga selesai secara

sukarela. Disamping membantu

dalam bentuk tenaga, warga juga

memberikan bantuan berupa uang

santunan atau sembako untuk

keluarga yang ditinggalkannya.

- Ketika ada yang sakit atau

kecelakaan, warga menunjukkan

sikap pedulinya dengan saling

menjenguk atau jika pada kondisi

penanganan musibah merupakan

sikap kepedulian masyarakat untuk

saling membantu sesamanya

seperti pada musibah kematian,

sakit atau kecelakaan.

- Masyarakat masih memiliki

kepedulian serta antusias yang

tinggi untuk saling membantu.

- Hal ini terlihat seperti pada

musibah kematian. Sikap

kepedulian itu ditunjukkan dengan

menyempatkan hadir untuk berbela

sungkawa dan memberi bantuan

berupa uang santunan, sembako

atau tenaga hingga proses

pemakaman selesai.

- Namun bantuan yang lebih

dominan diberikan adalah bantuan

finansial. Seperti ketika ada kerabat

atau tetangga yang sedang sakit

atau sakit karena kecelakaan,

perilaku masyarakat dalam

memberikan bantuan yaitu dengan

menjenguk dan memberi bantuan

uang (terutama pada kerabat yang

kurang mampu atau yang

bersangkutan sedang tidak sempat

untuk hadir dan menjenguk

langsung), jika pada kondisi yang

darurat, maka membantu dengan

tenaga untuk proses evakuasi dan

Page 77: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

77

yang parah membantu selama

proses evakuasi dan pengobatan

dengan suka rela.

3. Bidang pekerjaan rumah tangga

- Aktivitas gotong royong dalam

bidang pekerjaan rumah tangga

salah satunya adalah ketika

mendirikan rumah atau yang

dikenal dengan istilah jawa

sambatan.

- Sebelum pertambangan batubara

hadir dan beroperasi, umumnya

bangunan rumah adalah rumah

kayu sehingga ketika ada warga

atau tetangga yang hendak

membangun rumah, tanpa

didatangi kerumah untuk dimintai

bantuan satu persatu, warga yang

mengetahui langsung berdatangan

untuk membantu, terutama pada

saat pasang tongkat, menaikkan

bagian kuda-kuda rumah dan

pasang atap oleh kaum laki-laki.

- Dalam hal ini, kaum perempuan

turut membantu dalam

menyediakan jamuan makanan dan

minuman.

pengobatan kerumah sakit.

3. Bidang pekerjaan rumah tangga

- Aktivitas gotong royong dalam

bidang pekerjaan rumah tangga

yang dilakukan oleh masyarakat

Desa Mulawarman seperti

mendirikan rumah yang dikenal

dengan istilah jawa sambatan saat

ini tidak banyak dijumpai. Hanya

sebagian kecil saja yang dapat

hadir karena faktor

kesibukan/pekerjaan, apalagi bagi

warga yang bekerja sebagai

karyawan tambang batubara.

- Ketika ada salah satu warga yang

akan membangun rumah, maka

tetangga atau kerabat yang

mengetahui akan berdatangan

untuk membantu pada proses

pasang tongkat, naikkan kuda-kuda

dan pasang atap. Namun sambatan

ini hanya dilakukan jika rumah

yang akan di bangun semi

permanen atau rumah kayu saja.

Jika rumahnya permanen maka

tidak ada sambatan.

- Bagi kaum perempuan yang hadir

untuk berpartisipasi membantu

masak-masak membuat jamuan

Page 78: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

78

4. Bidang pesta atau hajatan

- Pesta atau hajatan yang biasa

dilakukan oleh masyarkat

perdesaan adalah seperti pada

nikahan, khitanan dan aqikahan.

- Acara-acara tersebut dilakukan

secara bergotong royong. Perilaku

bergotong royong ini dapat dilihat

dari bagaimana cara pelaksanaan

atau mekanisme pada saat

penyelenggaraannya.

- Dalam hal ini warga yang

mempunyai hajat meminta bantuan

kepada kerabat atau tetangga dekat

saat dua pekan sebelum acara akan

dilaksanakan.

- Antusias dan sikap masyarakat

dalam bergotong royong untuk

membantu segala prosesi kegiatan

nampak ramai.

- Penyelenggaraan acara hajatan ini

tuan rumah mempercayakan

pelaksanaan pembagian dan

pengaturan kerja kepada Bas (yaitu

orang yang ditunjuk oleh tuan

rumah untuk mengatur segala

proses dan keperluan dalam

pelaksanaan hajatan).

- Selama kurang lebih 5 hari

makanan dan minuman hanyalah

kerabat dekat saja.

4. Bidang pesta atau hajatan

- Pesta atau hajatan yang biasa

dilakukan seperti pada acara

pernikahan, khitanan, dan

aqikahan.

- Acara-acara tersebut dilakukan

masih secara bergotong royong.

Perilaku bergotong royong ini

dapat dilihat dari bagaimana cara

pelaksanaan atau mekanisme

penyelenggaraannya.

- Dalam hal ini warga yang

mempunyai hajat meminta bantuan

kepada kerabat atau tetangga dekat

saat dua pekan sebelum acara akan

dilaksanakan.

- Antusias masyarakat dalam

bergotong royong atau membantu

rangkaian prosesi acara masih tetap

ada. Namun tidak banyak lagi

masyarakat yang turut dilibatkan.

Hal ini karena telah banyak yang

memilih untuk menggunakan jasa

penyewaan, baik tenda maupun

perabotan dapur.

- Selama kurang lebih 4 hari

sebelum acara puncak berlangsung,

warga yang dipercaya oleh tuan

rumah untuk membantu telah hadir

Page 79: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

79

sebelum acara puncak berlangsung,

warga yang dipercaya oleh tuan

rumah untuk membantu telah hadir

dan membantu secara bersama-

sama dan suka rela hingga acara

selesai.

- Tidak ada bayaran atau upah untuk

semua yang telah ikut membantu

kecuali bagi yang khusus masak

nasi. Dalam hal ini tukang masak

nasi mendapat upah dari tuan

rumah karena pekerjaannya cukup

melelahkan. Dan ketika acara

sudah selesai, kaum perempuan

atau ibu-ibu yang telah membantu

diberi makanan dan sabun sebagai

apresiasi ungkapan terima kasih

oleh tuan rumah.

5. Bidang kepentingan umum

- Gotong royong yang menyangkut

pada kepentingan umum adalah

seperti pada kegiatan pembutan

jalan atau jembatan, perbaikan

jalan atau jembatan, mebersihkan

parit, renovasi tempat-tempat

ibadah (gereja,mushola dan

masjid).

- Masyarakat sangat tertib dan

antusias dalam berpartisipasi kerja

bakti

dan membantu secara bersama-

sama dan suka rela hingga acara

selesai.

- Tidak ada bayaran untuk seluruh

orang yang telah ikut membantu

kecuali bagi yang ujubkan dan

khusus untuk tukang masak nasi,

masak sayur dan cuci piring.

Bayaran tersebut diberikan karena

saat ini pekerjaan tersebut

merupakan pekerjaan yang dirasa

paling melelahkan. Sedangkan bagi

kaum perempuan terutama ibu-ibu

secara keseluruhan diberi makanan,

sabun dan sebagian juga diberi

sedikit sembako sebagai apresiasi

ungkapan terima kasih oleh tuan

rumah.

5. Bidang kepentingan umum

- Gotong royong pada bidang

kepentingan umum yaitu aktivitas

kerja bakti pada kegiatan yang

menyangkut kepentingan bersama

seperti memperbaiki jalan,

jembatan, parit dan renovasi tempat

ibadah.

- Setelah hadirnya pertambangan

batubara di Desa Mulawarman,

antusias warga untuk turut

bergotong royong mengalami

penurunan dan cenderung

Page 80: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

80

- Pada kegiatan gotong royong

membuat/memperbaiki jalan,

jembatan, parit, dikerjakan oleh

warga secara kerja bakti yang

digerakkan langsung oleh Rt

setempat. Rasa kebersaman dan

persaudaraan sangat nampak disini.

Dengan suka rela warga

mengerjakannya hingga selesai,

baik dalam menyediakan material

maupun proses pelaksanaan.

- Dalam hal ini kaum perempuan

juga turut berpartisipasi dalam

menjamu makanan dan minuman.

- Dalam kegiatan renovasi tempat

ibadah seperti mushola secara

serentak warga yang tinggal

didekat lokasi bergotong royong

dengan dipimpin oleh pengurus

mushola dan ketua Rt setempat

dalam menyiapkan material hingga

proses pengerjaan selesai. Hal yang

sama juga pada renovasi gereja

atau masjid.

berorientasi pada kegiatan yang

lebih menghasilkan uang sehingga

tidak berminat untuk kerja bakti.

Selain itu faktor kesibukan dalam

pekerjaan, dan rasa enggan (malas)

masyarakat menjadi alasan utama

untuk tidak turut berpartisipasi

melaksanakan kegiatan gotong

royong dalam bentuk ini.

- Aktivitas kerja bakti pada kegiatan

yang menyangkut kepentingan

bersama seperti membangun atau

memperbaiki jalan, jembatan atau

parit saat ini sudah jarang bahkan

hampir tidak dijumpai lagi.

- Saat ini untuk mengerjakan

pekerjaan tersebut telah dikerjakan

oleh pemerintah desa dengan

menggunakan dana dari ADD dan

CD dengan mengerjakan tenaga

kontraktor yang berasal dari luar

kampung.

- Begitu juga dalam kegiatan

renovasi tempat ibadah, biasanya

kerja bakti tetap dilakukan dengan

instruksi dari ketua

mushola/masjid/gereja namun

hanya dihadiri oleh sebagian warga

yang bisa saja.

Sumber : Penulis (2013)

Page 81: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

81

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat kita lihat bagaimana perubahan

perilaku masyarakat dalam kegiatan gotong royong pada bidang pertanian,

bidang penanganan musibah, bidang pesta/hajatan, bidang rumah tangga dan

bidang kepentingan umum sebelum dan sesudah hadirnya pertambangan

batubara di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang.

1. Gotong royong pada bidang pertanian

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebelum hadirnya

pertambangan batubara, pertanian menjadi pekerjaan utama sekaligus

aktivitas sehari-hari masyarakat. Mekanisme penggarapan lahan seperti pada

saat buka lahan yang berupa babat rumput, bikin galengan, bajak sawah

kemudian tanam padi dan matun (bersihkan rumput disela-sela tanaman padi)

dikerjakan oleh masyarakat dengan menggunakan sistem kelompok secara

bergantian. Kelompok tersebut dibentuk secara kondisional berdasarkan

kesepakatan dan bukan kelompok formal yang terstruktur. Adapun bibit padi,

pada saat itu diperoleh dari lembaga pembinaan pertanian yang ada di Desa

mulawarman. Kemudian pada saat panen, sistem bagi hasil yang diterapkan

adalah 5:1, yaitu 5 rantang bagi pemilik garapan sawah dan 1 rantang untuk

buruh panen. Pada saat panen, masyarakat Desa Mulawarman masih

menggunakan peralatan tradisional.

Sedangkan setelah hadirnya pertambangan batubara, pekerjaan

masyarakat lebih bervariasi dan hanya sebagian kecil orang saja yang masih

menekuni pertanian. Selain itu, mekanisme penggarapan lahan juga

mengalami perubahan yaitu saat buka lahan yang berupa babat rumput, bikin

Page 82: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

82

galengan, bajak sawah dikerjakan menggunakan sistem borongan, yaitu

semua proses buka lahan tersebut dikerjakan oleh tenaga pemborong yang

berjumlah 10 s/d 15 orang dan biasanya berasal dari desa tetangga. Dalam hal

ini pemilik sawah terima beres dengan memberi upah sebesar Rp.

1.250.000/hektar. Pada saat menanam padi atau penggarapan dilakukan

dengan dua cara yaitu bisa menggunakan tenaga borongan yang berjumlah

10-15 orang dengan membayar upah sebesar Rp. 1.200.000/hektar bebas

tanpa memberi makan siang atau dengan menggunakan jasa tetangga atau

kerabat yang ingin menanamkan padinya dengan membayar Rp. 60

000/orang/hari. Sedangkan bibit padi diperoleh dari bibit sendiri atau beli

kepada rekan sesama petani yang menyediakan bibit lebih. Pada saat panen,

sistem bagi hasil yang diberlakukan adalah bagi yang masih menggunakan

peralatan manual yaitu 6:1, artinya pemilik garapan sawah 6 rantang dan 1

rantang untuk buruh panen (1 rantang = 1 kg padi). Sedangkan bagi buruh

panen yang telah menggunakan mesin perontok padi moderen adalah 7:1,

yaitu pemilik garapan sawah 7 rantang dan buruh panen 1 rantang. Hal ini

karena dengan menggunakan mesin perontok padi (peralatan moderen), hasil

yang didapat lebih banyak, cepat dan ringan kerjanya sehingga sistem bagi

hasil yang disepakati adalah 7:1.

Artinya perilaku masyarakat dalam bergotong royong pada bidang

pertanian mengalami perubahan, yaitu dari yang sebelumnya mengerjakan

dengan menggunakan sistem kerjasama atau gantian berubah menjadi sistem

Page 83: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

83

borongan dan sistem bagi hasil 6:1 hingga 7:1. Diperlukan modal besar bagi

masyarakat Desa Mulawarman untuk dapat tetap bertani.

Kondisi yang demikian, maka sesuai dengan teori Emile Durkheim

bahwa industri membuat pekerjaan masyarakat menjadi lebih bevariasi dan

tidak hanya bertumpu pada sektor agraris (pertanian) saja, masyarakat

mengalami perubahan menjadi masyarakat dengan solidaritas organis Diana

pembagian kerja tinggi dan dalam transaksi antar kepentingan direkat oleh

uang. Selain itu, sebagai masyarakat yang beranjak moderen, masyarakat

mulai menggunakan peralatan moderen pula guna memudahkan dalam

bekerja.

2. Gotong royong pada bidang penanganan musibah

Gotong royong dalam menagani musibah merupakan sikap kepedulian

masyarakat untuk saling membantu sesamanya yang sedang dalam musibah,

seperti pada musibah kematian, sakit atau kecelakaan.

Sebelum hadirnya pertambangan batubara, perilaku masyarakat ketika

ada kerabat atau tetangga dekat yang terkena musibah ditunjukkan dengan

sikap kepedulian yang tinggi dan sikap warga untuk saling membantu dalam

hal memberi solusi atau santunan untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang

terteka musibah tersebut. Ketika salah satu warga ada yang meninggal dunia,

maka warga saling membantu dalam mempersiapkan segala sesuatu yang

dibutuhkan untuk prosesi pemakaman hingga selesai secara sukarela.

Page 84: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

84

Disamping membantu dalam bentuk tenaga, warga juga memberikan bantuan

berupa uang santunan atau sembako untuk keluarga yang ditinggalkannya.

Dan ketika ada yang sakit atau kecelakaan, warga menunjukkan sikap

pedulinya dengan saling menjenguk atau jika pada kondisi yang parah

membantu selama proses evakuasi dan pengobatan dengan suka rela.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi sebelum hadirnya pertambangan

batubara, setelah hadirnya pertambangan batubara masyarakat juga masih

memiliki kepedulian serta antusias yang tinggi untuk saling membantu.

Namun bantuan yang diberikan lebih dominan pada bantuan dalam bentuk

finansial. Pada musibah kematian, sikap kepedulian itu ditunjukkan dengan

menyempatkan hadir untuk berbela sungkawa dan memberi bantuan berupa

uang santunan, sembako atau tenaga hingga proses pemakaman selesai.

Ketika ada kerabat atau tetangga yang sedang sakit atau sakit karena

kecelakaan, perilaku masyarakat Desa Mulawarman terlihat dari sikap

kepeduliannya untuk menjenguk dan memberi bantuan uang (terutama pada

kerabat yang kurang mampu atau yang bersangkutan tidak sempat untuk hadir

dan menjenguk langsung), jika pada kondisi yang darurat, maka membantu

dengan tenaga untuk proses evakuasi dan pengobatan kerumah sakit.

Artinya, masyarakat mengalami perubahan perilaku bergotong royong

dalam penanganan musibah. Perubahan tersebut yaitu ditandai dengan lebih

banyaknya memberikan pertolongan dalam bentuk bantuan uang. Ketika

bantuan finansial lebih dominan berarti partisipasi langsung masyarakat

mengalami penurunan.

Page 85: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

85

3. Gotong royong pada bidang pekerjaan rumah tangga

Aktivitas gotong royong pada bidang pekerjaan rumah tangga salah

satunya adalah ketika mendirikan rumah atau yang dikenal oleh masyarakat

dengan istilah jawa sambatan.

Sebelum pertambangan batubara hadir dan beroperasi, umumnya

bangunan rumah yang ada di Desa Mulawarman adalah rumah kayu sehingga

ketika ada warga atau tetangga yang hendak membangun rumah, tanpa

didatangi kerumah untuk dimintai bantuan satu persatu, warga yang

mengetahui langsung berdatangan untuk membantu, terutama pada saat

pasang tongkat, menaikkan bagian kuda-kuda rumah dan pasang atap oleh

kaum laki-laki. Dalam hal ini, kaum perempuan turut membantu dalam

menyediakan jamuan makanan dan minuman.

Sedangkan pada masa setelah hadirnya pertambangan batubara,

mendirikan rumah dengan sambatan sudah tidak banyak dijumpai lagi.

Kalaupun ada hanya sebagian kecil saja orang yang dapat hadir karena faktor

kesibukan/pekerjaan masing-masing, apalagi bagi warga yang bekerja sebagai

karyawan tambang batubara. Ketika ada salah satu warga yang akan

membangun rumah, maka tetangga atau kerabat yang mengetahui akan

berdatangan untuk membantu pada proses pasang tongkat, naikkan kuda-kuda

dan pasang atap. Namun sambatan ini hanya dilakukan jika rumah yang akan

dibangun semi permanen atau rumah kayu saja. Jika rumahnya permanen

maka tidak ada sambatan. Bagi kaum perempuan yang hadir untuk

Page 86: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

86

berpartisipasi membantu masak-masak membuat jamuan makanan dan

minuman hanyalah kerabat dekat saja.

Artinya perilaku bergotong royong masyarakat pada bidang pekerjaan

rumah tangga seperti saat mendirikan rumah ini mengalami perubahan yaitu

pada mekanisme kerja pembuatan rumah tersebut. Jika sebelum hadirnya

tambang dilakukan secara beramai-ramai dengan sistem sambatan, maka

setelah adanya pertambangan batubara dilakukan oleh tukang/kuli bangunan

dengan bayaran yang telah ditentukan.

Hal ini sesuai dengan teori Durkheim bahwa pada masyarakat industri

lebih membutuhkan spesialis pekerjaan lain untuk memenuhi berbagai

kebutuhan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan

peningkatan secara bertahap saling ketergantungan fungsional antara berbagai

bagian masyarakat heterogen ini, maka memberi suatu alternatif baru untuk

sebuah kesadaran kolektif sebagai dasar solidaritas sosial masyarakat yang

dinamakan solidaritas organis.

4. Gotong royong pada bidang pesta atau hajatan

Pesta-pesta atau hajatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat

perdesaan adalah seperti pada acara pernikahan, khitanan, dan aqikahan.

Sebelum hadirnya pertambangan batubara, mekanisme yang dipakai

pada acara hajatan adalah warga yang mempunyai hajat meminta bantuan

kepada kerabat atau tetangga dekat saat dua pekan sebelum acara akan

dilaksanakan. Antusias dan sikap masyarakat dalam bergotong royong untuk

membantu pada seluruh rangkaian prosesi kegiatan hajatan nampak ramai.

Page 87: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

87

Penyelenggaraan acara hajatan ini, tuan rumah mempercayakan pelaksanaan

pembagian dan pengaturan kerja kepada Bas (yaitu orang yang ditunjuk oleh

tuan rumah untuk mengatur segala proses dan keperluan dalam pelaksanaan

hajatan). Selama kurang lebih lima hari sebelum acara puncak berlangsung,

warga yang dipercaya oleh tuan rumah untuk membantu telah hadir dan

membantu secara bersama-sama dan suka rela hingga acara selesai. Tidak ada

bayaran atau upah untuk semua yang telah ikut membantu kecuali bagi yang

khusus masak nasi. Dalam hal ini tukang masak nasi mendapat upah dari tuan

rumah karena pekerjaannya cukup melelahkan. Ketika acara sudah selesai,

kaum perempuan atau ibu-ibu yang telah membantu diberi makanan dan

sabun sebagai apresiasi ungkapan terima kasih oleh tuan rumah.

Setelah hadirnya pertambangan batubara, mekanisme yang digunakan

yaitu warga yang mempunyai hajat meminta bantuan kepada kerabat atau

tetangga dekat saat dua pekan sebelum acara akan dilaksanakan. Antusias

masyarakat dalam bergotong royong atau membantu segala rangkaian prosesi

acara masih tetap ada. Meski demikian pekerjaan yang dilakukan tidak lagi

sebanyak masa sebelum hadirnya pertambangan batubara. Hal tersebut karena

pada saat ini masyarakat banyak yang memilih untuk menggunakan jasa

penyewaan, baik tenda maupun perabotan dapur. Selama kurang lebih 4 hari

sebelum acara puncak berlangsung, warga yang dipercaya oleh tuan rumah

untuk membantu telah hadir dan membantu secara bersama-sama dan suka

rela hingga acara selesai. Sebagian orang yang turut membantu mendapat

bayaran. Mereka yang mendapat upah tersebut adalah yang bertugas meng-

Page 88: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

88

ujubkan dan khusus untuk tukang masak nasi, masak sayur dan cuci piring.

Bayaran tersebut diberikan karena saat ini pekerjaan tersebut merupakan

pekerjaan yang dirasa paling melelahkan. Sedangkan bagi kaum perempuan

terutama ibu-ibu secara keseluruhan diberi makanan, sabun dan sebagian juga

diberi sedikit sembako sebagai apresiasi ungkapan terima kasih oleh tuan

rumah.

Artinya, perilaku masyarakat dalam bergotong royong pada bidang ini

mengalami perubahan. Perubahan tersebut nampak pada teknis bergotong

royong yang dilakukan oleh masyarakat yaitu menjadi tidak sebanyak

sebelum masa hadirnya pertambangan batubara karena saat ini telah

menggunakan jasa-jasa penyewaan dan peralatan rumah tangga yang lebih

moderen sehingga lebih efektif, mudah dan cepat.

Hal ini juga sesuai dengan teori Emile Durkheim bahwa pada

masyarakat industri solidaritas mekanis masyarakat berubah menjadi

solidaritas organis dan didalamnya mulai memberlakukan sistem bayaran

sebagai imbalan nyata atas bantuan yang diberikan dan imbalan tersebut

diberikan dalam bentuk finansial (uang).

5. Gotong royong pada bidang kepentingan umum

Gotong royong pada bidang kepentingan umum yaitu aktivitas kerja

bakti pada kegiatan yang menyangkut kepentingan bersama seperti

memperbaiki jalan, jembatan, parit dan renovasi tempat ibadah. Sebelum

hadirnya pertambangan batubara, masyarakat sangat tertib dan antusias

berpartisipasi mengikuti kegiatan kerja bakti. Pada kegiatan gotong royong

Page 89: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

89

atau kerja bakti membuat/memperbaiki jalan, jembatan, parit, dikerjakan oleh

warga secara kerja bakti yang digerakkan langsung oleh Rt setempat. Rasa

kebersaman dan persaudaraan sangat nampak disini. Dengan suka rela warga

mengerjakannya hingga selesai, baik dalam menyediakan material maupun

proses pelaksanaan. Dalam hal ini kaum perempuan juga turut berpartisipasi

dalam menjamu makanan dan minuman. Kemudian pada kegiatan renovasi

tempat ibadah seperti mushola secara serentak warga yang tinggal didekat

lokasi bergotong royong dengan dipimpin oleh pengurus mushola dan ketua

Rt setempat dalam menyiapkan material hingga proses pengerjaan hingga

selesai. Hal yang sama juga pada renovasi gereja atau masjid.

Setelah hadirnya pertambangan batubara di Desa Mulawarman, antusias

warga untuk turut bergotong royong mengalami penurunan yang cukup

drastis dan cenderung berorientasi pada kegiatan yang lebih menghasilkan

uang sehingga tidak berminat untuk kerja bakti. Selain itu faktor kesibukan

dalam pekerjaan, dan rasa enggan (malas) masyarakat menjadi alasan utama

untuk tidak turut berpartisipasi melaksanakan kegiatan gotong royong dalam

bentuk ini. Aktivitas kerja bakti pada kegiatan yang menyangkut kepentingan

bersama seperti membangun atau memperbaiki jalan, jembatan atau parit saat

ini sudah jarang bahkan hampir tidak dijumpai lagi. Untuk saat ini,

mengerjakan pekerjaan seperti disebut diatas tersebut telah dikerjakan oleh

pemerintah desa dengan menggunakan dana dari ADD (anggaran dasar

daerah) dan CD (community development) dengan mengerjakan tenaga

kontraktor yang berasal dari luar kampung. Begitu juga dalam kegiatan

Page 90: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

90

renovasi tempat ibadah, biasanya kerja bakti tetap dilakukan dengan instruksi

dari ketua mushola/masjid/gereja namun hanya dihadiri oleh sebagian warga

yang bisa saja dengan jumlah yang tidak banyak dan untuk selanjutnya di

serahkan kepada tukang atau kuli bangunan.

Artinya, perilaku bergotong royong masyarakat pada kegiatan yang

berhubungan dengan kepentingan umum mengalami perubahan. Perubahan

tersebut ditandai dengan penurunan antusias dan minat dalam berpartisipasi

serta lebih berorientasi pada kegiatan yang dapat menghasilkan rupiah.

Kegiatan-kegiatan tersebut saat ini cenderung dikerjakan oleh kontraktor atau

mempekerjakan orang dengan sistem upah atau bayaran.

Kondisi demikian, sesuai dengan teori Emile Durkheim bahwa revolusi

industri berimplikasi pada perubahan solidaritas masyarakat dari mekanis

menjadi masyarakat dengan solidaritas organis yang mengenal adanya

pembagian kerja dengan imbalan berupa uang.

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami fenomena perubahan

perilaku bergotong royong, berikut ini adalah rangkuman atau pola perubahan

perilaku bergotong royong masyarakat sekitar perusahaan tambang batubara

di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang.

Pola Perubahan Perilaku Bergotong Royong Masyarakat Sekitar

Perusahaan Tambang Batubara

Perilaku bergotong royong

Pertambangan batubara

Page 91: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

91

Bidang kegiatan gotong royong Sebelum Sesudah

Pertanian Kerjasama bergiliran dari satu sawah ke sawah yang lain

Dikerjakan secara borongan atau dengan mempekerjakan orang (sistem upah)

Penanganan Musibah

Datang dan membantu dengan tenaga, bantuan finansial atau sembako

Menyempatkan untuk hadir menjenguk atau berbela sungkawa dengan memberi bantuan berupa uang, sembako atau tenaga. Namun lebih banyak pada bantuan finansial.

Pekerjaan rumah tangga

Dilakukan secara sambatan (kerja bakti warga dengan sukarela)

Mempekerjakan buruh atau kuli bangunan dengan bayaran

Pesta atau hajatan Menggunakan sistem rewang yaitu bergotong royong mempersiapkan segala kebutuhan bersama tetangga dekat dan kerabat dengan peralatan sederhana.

Menggunakan jasa penyewaan dan peralatan yang moderen sehingga tidak membutuhkan banyak orang untuk turut membantu.

Kepentingan umum

Rutin, tertib dan berantusias tinggi untuk mengadakan kerja bakti

Enggan dan lebih berorientasi pada kegiatan yang dapat menghasilkan uang sehingga dilakukan dengan sistem upah

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

oleh penulis yang bersumber dari hasil observasi dan wawancara mengenai

perubahan perilaku bergotong royong masyarakat sekitar perusahaan

tambanga batubara di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keberadaan tambang batubara di Desa Mulawarman Kecamatan

Tenggarong Seberang berimplikasi pada adanya perubahan perilaku

bergotong royong masyarakat. Perilaku bergotong royong mencakup pada

Perubahan

Page 92: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

92

lima bidang kegiatan yaitu bidang pertanian, penanganan musibah,

pekerjaan rumah tangga, pesta atau hajatan, dan bidang kepentingan

umum.

2. Sebelum hadirnya pertambangan batubara di Desa Mulawarman, warga

sangat antusias dalam mengikuti segala kegiatan gotong royong.

Frekuensi kegiatan gotong royong masyarakat pun lebih intensif dan

terkoordinir dengan baik serta masih dilakukan secara tradisional dengan

peralatan serta kondisi yang sederhana. Setelah pertambangan batubara

hadir dan beroperasi di Desa Mulawarman, perilaku masyarakat dalam

bergotong royong lebih berorientasi pada materi atau sistem bayaran

(upah). Serta lebih dominan memberi bantuan dalam bentuk finansial

ketimbang bantuan tenaga. Selain itu, intensitas partisipasi masyarakat

dalam kegiatan gotong royong pun mengalami penurunan karena faktor

kesibukan kerja masing-masing warga yang saat ini kian bervariasi.

3. Semua bidang kegiatan gotong royong mengalami perubahan pada

perilaku masyarakat. Adapun bidang kegiatan gotong royong yang

mengalami perubahan perilaku adalah pada bidang pertanian, bidang

penanganan musibah, pekerjaan rumah tangga, pesta atau hajatan, dan

pada bidang kepentingan umum.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan beberapa

saran sebagaimana berikut:

Page 93: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

93

1. Masyarakat Desa Mulawarman hendaknya menyadari pentingnya nilai-

nilai gotong royong sebagai wujud kebersamaan dalam hidup bertetangga

untuk saling meringankan beban pekerjaan sehingga dapat mengefisiensi

waktu guna mencapai output atau hasil yang lebih optimal. Selain itu,

masyarakat Desa Mulawarman juga harus mempertahankan nilai-nilai

gotong royong sebagai bentuk solidaritas dan kerukunan serta

keharmonisan dalam lingkungan bertetangga dan bermasyarakat yang

kondisinya semakin kompleks.

2. Perangkat Rt dan Kepala Dusun Desa Mulawarman seyogyanya lebih aktif

dan berinisiatif tinggi dalam menggerakkan masyarakat untuk saling

peduli serta mau berpartisipasi langsung untuk membantu kepada warga

atau tengga yang sedang membutuhkan pertolongan baik berupa bantuan

tenaga, materi maupun pikiran.

3. Pemerintah Desa Mulawarman sebaiknya memberikan himbauan serta

tauladan yang baik kepada masyarakat Desa Mulawarman terutama dalam

perilaku bergotong royong yang menyangkut kepentingan bersama seperti

membangun serta memperbaiki jalan atau jembatan, merenovasi tempat

ibadah, membersihkan selokan atau got dan lain sebagainya. Selain itu,

Pemerintah Desa Mulawarman juga perlu tanggap dalam menghadapi

perubahan sosial dan ekonomi masyarakat terutama yang disebabkan oleh

kehadiran pertambangan batubara di Desa Mulawarman. Sehingga perlu

meningkatkan kualitas pelayanan dan kinerja pegawai yang memadai dan

Page 94: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

94

mampu bekerja lebih baik serta lebih tanggap terhadap masyarakat yang

kurang mampu.

4. Pihak CSR (corporate social responsibility) perusahaan tambang batubara

yang beroperasi di area Desa Mulawarman hendaknya dapat menyesuaikan

serta memberi kontribusi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sosial

masyarakat Desa Mulawarman pada saat ini agar tidak terjadi ketimpangan

serta salah sasaran dalam memberdayakan masyarakat. Disamping itu,

perlu juga adanya kerja sama yang konsisten dari seluruh elemen

masyarakat Desa Mulawarman untuk tetap memenjunjung tinggi nilai-nilai

dalam bergotong royong yang merupakan budaya pemersatu bangsa dan

warisan para leluhur sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang damai

dan sejahtera meskipun tinggal di sekitar perusahaan tambang batubara.

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2012. ”Desa Mulawarman Nyaris “Punah” Akibat Penambangan”. Antara News Kaltim, 3 Maret 2012, hlm. 1-2 Samarinda.

Apriyanto, Dedek dan Rika Harini. 2012. Dampak Kegiatan Pertambangan Batubara Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi di Kelurahan Loa Ipuh Darat, Tenggarong, KUKAR. Jurnal. Kukar.

Basuki, Ari Satrio. 2007. Dampak Keberadaan Tambang Batubara PT. Viktor Dua Tiga Mega Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat disekitarnya. Malang: universitas Muhammadiyah Malang.

Haryanta, Agung Tri dan Eko Sujatmiko. 2012. Kamus Sosiologi. Surakarta: Sinergi Media.

Page 95: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

95

Hekmatyar, Gulbudin. 2011. Perilaku sosial. Blogspot. Diakses tanggal 06 Desember 2011 melalui file://localhost/C:/Users/USER/Documents /perilku %20sosial/._%20Perilaku%20 Sosial.mht.

Herment, Harol. 2012. Karakteristik Masyarakat Di Pedesaan. Makalah umum. Diakses pada 21 juni 2012 melalui http://bimcibedug.bandungbaratkab. go.id/karakteristik-masyarakat-di-pedesaan/

Johnson, Doyle Paul. 1988. Teori Sosiologi Klasik dan Moderen: Jilid 1. PT. Gramedia:Jakarta

Jatman, Darmanto. 1983. Perubahan Nilai-Nilai Di Indonesia. Penerbit Alumni: Bandung.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu antropologi. PT. Rineka Cipta: Jakarta.

Miles, Matthew B dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. UI-Press:Jakarta.

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi;Teks Pengantar dan Terapan. Kencana Prenada Media Group:Jakarta.

Parker, Brown dan J. Child dan M. A. Smith. 1990. Sosiologi Industri. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Prasetyo, Melano. 2009. Kajian Durkheim Tentang Solidaritas Sosial. BlogSpot:

18 April 2009. Jakarta.

Pasya, Gurniwan Kamil. 2000. Gotong Royong dalam Kehidupan Masyarakat. PDF. Universitas Pendidikan Indonesia.

Ranjabar, Jacobus. 2008. Perubahan Sosial dalam Teori Makro Pendekatan Realitas Sosial. Bandung: Alfabeta.

Ritzer,George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi: dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul:Kreasi Wacana.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2012. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

Rahmatullah. 2010. Studi Atas Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Di Desa Mangkalapi, Kecamatan Kusan Hulu, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Blogspot. Diakses tanggal 1 Desember 2010 melalui http://www.Rahmatullah . net/2010_12_01_ archive.html.

Page 96: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

96

Rian. 2010. Perubahan Nilai yang Cepat dan Mendadak dalam Masyarakat. wordpress. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2010 melalui http://riantipsikokelompok.wordpress.com/2010/10/27/perubahan-perubahan-nilai-yang-cepat-dan-mendadak-dalam-masyarakat/ .

Ramadhani, Ayunda. 2013. Psikologi Sosial. Diktat. Samarinda.

Rary, 2012. Bentuk-Bentuk Gotong Royong Masyarakat Desa. Blogspot. Diakses tanggal 11 juni 2012 melalui http://rarys blog.blogspot.com.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Soekanto. Soerjono, 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

Soekanto. Soerjono, 1982. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial. Balai Aksara: Jakarta.

Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. 1988. Sosiologi Pedesaan Jilid: 1.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Setiadi, Elly M, kama A. Hakam dan Ridwan Effendi. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:Kencana.

Santori, Djam’an dan Aan Komariah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Santosa, Ayi Budi. 2010. Sikap Gotong Royong Pada Masyarakat Perdesaan ( Studi Kasus Kampung Batu Reog, Lembang). Lembang.

Setabasri. 2012. Proses Pembentukan Masyarakat dan Perubahan Masyarakat Menurut Lenski Marx Weber dan Durkheim. Blogspot. Diakses melalui http://setabasri01.blogspot.com/2012/04/proses-pembentukan-masyarakat-dan.html

Trapfosi, Enoz. 2010. 2.600 Haktare Lahan Pertanian di Kukar Jadi Tambang. Tribun kaltim. Di akses melalui http://www.alqoimkaltim.com/?p=1633 .

Taufik, Rahmad. 2012. Komisi I DPRD Kukar dan DRD Kunjungi Desa Mulawarman. Diakses tanggal 2 Desember 2012 melalui http://Kaltim.tribunnews.com .

Tarmizi, Ahmad. 2012. Investor asing berminat tinggi investasi batu bara di Indonesia. Diakses tanggal 10 Desember 2012 melalui http:// blogspot.com.

Page 97: ejournal.sos.fisip-unmul.ac.idejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads... · Web viewKemudian pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)

97

Walgito,Bimo, 2003. Psikologi Sosial (Sosiologi Pengantar). Yogyakarta: Penerbit Andi.