Ventilasi Pada Kasus Emergency

13
VENTILASI PADA KASUS EMERGENCY Oleh dr. Sofian Hasibuan Peserta PPDS-I Anesthesiologi dan Reanimasi Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta BAGIAN ANESTHESIOLOGI DAN REANIMASI FK. UGM / RSUP DR. SARDJITO 1

description

ventilasi emergensi

Transcript of Ventilasi Pada Kasus Emergency

VENTILASI PADA KASUS EMERGENCY

VENTILASI PADA KASUS EMERGENCY

Oleh

dr. Sofian Hasibuan

Peserta PPDS-I Anesthesiologi dan Reanimasi

Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta

BAGIAN ANESTHESIOLOGI DAN REANIMASI

FK. UGM / RSUP DR. SARDJITO

YOGYAKARTA2008VENTILASI PADA KASUS EMERGENCYA. PENDAHULUAN Pernapasan secara harafiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer menuju ke sel dan keluarnya karbon dioksida (CO2) dari sel keudara bebas. Pemakaian O2 dan pengeluaran CO2 diperlukan untuk menjalankan fungsi normal sel dalam tubuh; tetapi sebagian besar sel-sel tubuh kita tidak dapat melakukan pertukaran gas-gas langsung dengan udara, karena sel-sel tersebut letaknya sangat jauh dari tempat pertukaran gas tersebut. Pada dasarnya sistem pernapasan dan sistem kardivaskuler dipisahkan oleh membran kapiler alveoli. Pergerakan udara masuk dan keluar dari saluran udara disebut ventilasi atau bernapas.1 Difusi O2 dan CO2 melalui membran kapiler alveoli sering dianggap sebagai pernapasan eksternal. Sistem kardiovaskuler menyediakan pompa, jaringan pembuluh dan darah yang diperlukan untuk mengangkut gas-gas antara paru dan sel-sel tubuh. Hb yang berfungsi baik dalam jumlah cukup diperlukan untuk mengangkut gas-gas tersebut.

Pernapasan internal adalah reaksi-reaksi kimia intraselular saat O2 dipakai dan CO2 dihasilkan, bersamaan dengan sel memetabolisme karbohidrat dan zat-zat lain untuk membangkitkan adenosin trifosfat (ATP) dan pelepasan energi.1Tujuan dari penulisan tugas tambahan ini adalah agar penulis khususnya, lebih memahami proses fisiologi pernapasan, dapat mempertahankan ventilasi yang baik dan dapat melakukan ventilasi buatan pada keadaan emergensi.B. SISTEM RESPIRASIProses respirasi terdiri dari 4 aspek diantaranya ventilasi, difusi, perfusi, dan transportasi.Definisi :

Ventilasi sebagai proses keluar masuknya udara dari atmosfir kedalam alveoli atau sebaliknya dari alveoli menuju atmosfir.

Ventilasi, merupakan gerakan udara keluar masuk paru terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dan alveoli akibat gerakan paru dalam rongga dada yang diperkuat otot-otot pernapasan.

Tekanan intrapleura menjadi lebih negative selama inspirasi dan kurang negative selama ekspirasi. Udara bergerak kedalam paru selama inspirasi bila tekanan alveoli lebih rendah dari pada tekanan atmosfer, dan udara keluar dari paru selama ekspirasi bila tekanan alveolar lebih besar dari pada tekanan atmosfer.Difusi sebagai proses pertukaran gas yang berada dialveoli dengan pembuluh kapiler.

Perfusi menunjukkan besarnya aliran darah kapiler pulmonal yang melewati membrane alveoli.

Transportasi diangkutnya oksigen yang telah diperfusi oleh darah untuk dibawa menuju sel dan dibuangnya karbondioksida dari sel menuju atmosfir (melalui alveoli).1,2Kerja ventilasi dipengaruhi oleh 3 hal diantaranya:

Status asam basa dan kadar PO2 dalam darah.

Kerja sistem saraf (kemosensitif sentral dan perifer), dan

Otot-otot pernapasanKemosensitif sentral (medula) dan kemosensitif perifer (aorta dan badan karotis), sangat sensitif sekali terhadap perubahan asam basa. Secara terperinci lagi medula hanya sensitif terhadap perubahan ion H+ atau (pH) sedangkan aorta dan badan karotis sangat sensitif terhadap perubahan H+, CO2 dan O2.

Jika terjadi peningkatan pH dan PCO2 (hiperkapni) dalam darah maka medula dan kemosensitif perifer akan terstimulus untuk mengirimkan infuls kepada area inspirasi dan ekspirasi yang selanjutnya melalui N IX glossopharyngeal dan N X vagus akan diteruskan menuju diafragma dan otot-otot pernapasan agar melakukan kompensasi berupa hiperventilasi yaitu frekwensi pernapasan menjadi cepat dan dalam sampai kadar CO2 dan H + dalam darah menjadi normal (CO2 menjadi lebih banyak terbuang). Sebaliknya jika terjadi hipokapni (PCO2 rendah) kompensasi dilakukan dengan cara hipoventilasi atau frekwensi nafas diperlambat.1,2Begitu juga jika PO2 turun dari 105-50 mmHg, kemosensitif perifer memberikan stimulus untuk melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan frekwensi nafas. Infuls yang disampaikan dari medula akan mengakibatkan kontraksi otot pernafasan dan diafragma kearah bawah, sehingga ruang thorax mengembang dan tekanan didalam alveolus menjadi lebih rendah atau lebih negatif (758 mmHg) dari tekanan atmosfer (760 mmHg) dan perbedaan negatif ini menyebabkan udara masuk dari tekanan tinggi memasuki ruang alveolus yang bertekanan lebih rendah. Proses ini disebut dengan Inspirasi yang dalam keadaan normal dilakukan secara aktif. Dikatakan proses aktif karena diperlukan kontraksi dari diafragma dan kerja otot pernapasan.Setelah tekanan dialveolus melebihi tekanan atmosfer (762 mmHg), secara pasif udara akan berpindah lagi menuju tekanan yang lebih rendah, keluar dari paru-paru menuju udara bebas (atmosfer) diikuti oleh relaksasi diafragma, dinding thoraks, otot-otot pernapasan dan paru-paru. Selanjutnya disebut sebagai proses ekspirasi dan dalam keadaan normal berlangsung secara pasif. Dikatakan pasif karena pergerakan diafragma naik keatas merupakan gerakan rekoil untuk kembali kepada posisi semula.2Proses inspirasi dan ekspirasi pada pernapasan normal terjadi karena perbedaan tekanan intrathorakal yang negatif. Dan proses ini merupakan homeostasis tubuh dalam mempertahankan status asam basa dan kadar oksigen dalam darah supaya tetap seimbang.C. VENTILASI PADA KEADAAN EMERGENSIHenti napasHenti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang bertujuan :

1. mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.

2. memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau henti napas melalui resusitasi jantung paru (RJP).1,3Resusitasi jantung paru terdiri dari 2 tahap yaitu:

Primary survey, dapat dilakukan setiap orang

Secondary survey, yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan merupakan lanjutan dari survei primer.Ventilasi pada primery survey maupun pada secondary survey hanya menyangkut tentang airway dan breathing saja untuk itu bagian C cirlulasi dan D Defibrilator /drugs tidak akan dibahas pada tugas / referat singkat ini.1,3Primary survey

A airway (jalan nafas)

Pada tahap A dilakukan ; Pemeriksaan jalan napas untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari yang dilapisi kain atau diseksion (sedot), sedang sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger.Membuka jalan napas. Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, maka dilakukan pembukaan jalan napas dengan cara tengadah kepala topang dagu (Head tild-chin lift). Bila ada dugaan cedera pada leher lakukan pengangkatan rahang bawah kedepan disertai dengan membuka rahang bawah (Jaw thrust), jangan lakukan ekstensi kepala. Apabila pasien masih bernafas spontan, untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka posisikan kepala pada kedudukan yang tepat. Pada keadaan yang meragukan untuk mempertahankan jalan nafas pasanglah oral / nasal airway.3, 4Cara pemasangan oropharyngeal airway.

Bersihkan mulut dan faring dari segala kotoran

Masukkan alat dengan ujung mengarah ke chefalad

Saat didorong masuk mendekati dinding belakang faring alat diputar 180.

Ukuran alat dan penempatan yang tepat menghasilkan bunyi nafas yang nyaring pada auskultasi paru saat dilakukan ventilasi.

Pertahankan posisi kepala yang tepat setelah alat terpasang.

B Breathing (Bantuan napas) Pada tahap B dilakukan pemeriksaan yang memastikan pasien tidak bernapas dengan cara ; melihat (look) pergerakan naik turunnya dada, mendengar (listen) bunyi napas dan merasakan (feel) hembusan nafas korban. Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga diatas mulut dan hidung korban / pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka. Proses ini tidak boleh melebihi 10 detik.Memberikan bantuan napasSyarat memberikan hembusan napas antara lain ; hembusan napas sebanyak 2x, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 2 detik, dan volume udara yang dihembuskan adalah 700 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban / pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 17 %.3, 4Cara memberikan bantuan pernapasan:

1. Mulut ke mulutMulut penolong harus dapat menutup seluruh mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat menghembuskan napas dan juga penolong harus menutup hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung. 2. Mulut ke hidung.

Direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut kehidung, penolong harus menutup mulut korban / pasien.

3. Mulut ke Stoma

Pada pasien yang mengalami laringotomi, bila mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.

OXYGENASI DAN VENTILASI BUATAN (EMERGENSI)Ventilasi Mulut kemulut.

Posisi kepala ekstensi

Pencet hidung penderita dengan salah satu tangan atau menutup dengan pipi penolong

Bekikan ventilasi 2x (1,5 2 detik)

Segera raba a. Karotis / a. Femoralis

Bila tetap henti nafas, denyut (+) berikan ventilasi dalam (800 1200 ml) setiap 5 detik (12 x / min)

Bila denyut a. Karotis (-) lakukan 2x ventilasi dalam, sesudah setiap 15 kompresi dada (pada 1 atau 2 penolong).3, 4Ventilasi mulut kehidungHampir sama seperti pada mulut ke mulut hanya saja pada mulut kehidung, penolong harus menutup mulut korban dan meniup hidung korban.

Mulut ke stoma

Ventilasi dilakukan dari mulut kestoma melalui laringotomi yang sudah terpasang.

D. KESIMPULAN.

1. Ventilasi, merupakan gerakan udara keluar masuk paru terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dan alveoli akibat gerakan paru dalam rongga dada yang diperkuat otot-otot pernapasan.2. Ventilasi merupakan hal yang terpenting dalam mempertahankan airway.3. Syarat memberikan ventilasi buatan dengan hembusan napas antara lain ; hembusan napas sebanyak 2x, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 2 detik, dan volume udara yang dihembuskan adalah 700 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban / pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 17 %.3, 4Daftar pustaka.1. Price Sylvia A, Wilson Loraine M, Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan, Patofisiologi Vol 2, 6 ed 2006 hal 737, 752.2. Krisna S, sistem respirasi, Ventilator 1 ed, 2008 hal 3-7.3. Richard O. Cummins, MD, MPH, MSc, ACLS: Principles and Practice, American Heart Association 2003.

4. Faisal Baras dr, Bantuan hidup dasar, ACLS 1 ed 2003 hal;25-27.PAGE 6