Vascular Malformations
-
Upload
samuel-hotma-rotua-sinaga -
Category
Documents
-
view
40 -
download
1
description
Transcript of Vascular Malformations
Malformasi Vaskuler
A. Pendahuluan
Pembuluh-pembuluh darah pertama kali muncul pada umur janin 2
minggu diantara ektoderm dan membentuk daerah vaskuler yang terpisah-
pisah. Kemudian terbentuk suatu jenis sel baru, yaitu angioblast, yang seperti
mesoblast berasal langsung dari primitive streak. Sel-sel ini akan berkumpul
dan membentuk suatu masa yang padat dan kemudian membentuk suatu
pleksus. Di dalam pleksus ini akan berbentuk lumen dan di dalamnya
terkumpul plasma. Sel-sel yang di tepi berbentuk lumen dan di dalamnya
terkumpul plasma. Sel-sel yang ditepi berbentuk gepeng menjadi endotel,
sedangkan sel-sel darah merah terbentuk dari sisa angioblast yang sebelah
lumen. Sel darah merah akan melepaskan diri dan terbawa oleh plasma.
Dengan demikian terjadilah apa yang disebut pulau-pulau vaskuler dengan
sedikit demi sedikit di dalamnya akan terkumpul hemoglobin. Semua
pembuluh darah dalam tubuh dibentuk dari pleksus ini.1
Menurut Hertig (1935) sirkulasi di dalam embrio sudah mulai tampak
pada hari ke 13. Pada deferensiasi selanjutnya berkembang menjadi sistem
arteri vena, dapat terjadi malformasi dimana satu atau lebih hubungan arteri
vena ini menetap atau tidak diserap. Maka terjadilah hubungan anomali antara
arteri dan vena. Hal ini dapat pula terjadi sepanjang hidup seseorang oleh
banyak hal, seperti trauma dan lain-lain.1
Malformasi vaskuler bawaan relatif jarang ditemukan pada pasien, tetapi
luas serta beratnya manifestasi klinik dapat mengejutkan. Sistem arteri, vena
dan limfe dapat terlibat sendiri-sendiri atau bersamaan seperti pada sindrom
Parker-Weber, Malfucci, dan Klippel-Trenaunay. Diagnosis dan manajemen
dari malformasi vaskuler bawaan ini membutuhkan pendekatan
multidisipliner dan meliputi pengetahuan patofisiologi pembuluh darah. Kita
harus menentukan berapa jauh investigasi yang diperlukan pada pasien
malformasi vaskuler. Bila gejala klinik menunjukkan bahwa sesuatu dapat
dilakukan maka tantangan pertama adalah menentukan pendekatan
masalahnya. Bila tidak, maka keinginan untuk investigasi sebaiknya diganti
dengan pikiran sehat serta pertimbangan demi kebaikan pasien. Harus diingat
bahwa tumor dengan kaya vaskularisasi mungkin menyerupai malformasi
vaskuler, dan harus dibedakan dengan biopsi.
Malformasi vaskuler, diklasifikasikan lagi atas dasar tipe pembuluh darah
yang dominan dan sifat aliran :
1. Kelainan dengan aliran lambat, termasuk kapiler, limfe, dan malformasi
vena
2. Kelainan dengan aliran cepat, termasuk malformasi arteri, fistel arteri
vena, dan malformasi arteri vena.1
Pembuluh serebral dan dural berkembang dari pembuluh darah primitif
yang berasal dari jaringan mesodermal sekeliling tabung neural. Perkembangan
vaskuler serebral dibagi kedalam lima tahap oleh Streeter pada 1918:
1. Pembentukan pleksus primitif kanal dari cord angioblas.
2. Diferensiasi menjadi kapiler, arteri dan vena primitif.
3. Stratifikasi vaskulatur kedalam sirkulasi eksternal, dural, dan leptomeningeal
atau pial.
4. Penyusunan kembali kanal vaskuler untuk membentuk penyesuaian
terhadapperubahan besar pada struktur kepala sekitar
5. Diferensiasi histologis lanjut kebentuk pembuluh dewasa.2
B. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi telah diajukan sejak Virchow (18- 51), yang
membagi tumorserebrovaskuler ke dalam angioma kavernosum dan angioma
karena perubahan vaskuler, yang terakhir disubkelompokkan kedalam
telangiektasia dan angiomarasemosum.Cushing dan Bailey (1928)
mempercayai bahwa angioma kavernosumadalah neoplasma sejati dan
mengklasifikasikan malformasi vaskuler kedalam (1) telangiektasia, (2)
angioma venosa, dan (3) angioma arterial (arteriovenosa).2
Russell dan Rubinstein (1971) memodifikasi klasifikasi Cushing dan
Bailey sebagai: (1) telangiektasia kapiler, (2) angioma kavernosa, (3)
malformasi arteriovenosa, dan (4) malformasi venosa. McCormick (1966)
mengklasifikasikan malformasi vaskuler kedalam lima kategori: (1)
telangiektasia (angioma kapilari), (2) variks, (3) malformasi kavernosa
(angioma), (4) malformasi arteriovenosa, dan (5) malformasi venosa
(angioma). Klasifikasi ini paling banyak dianut saat ini.2
C. Malformasi Arteriovenosa
Gangguan Angiogenesis, terjadi gangguan perkembangan embriologis
dari network vaskuler, sehingga network ini masih tersisa pada saat
perkembangan terhanti. Gangguan terkumpulnya darah diantara
shunt/hubungan singkat antara arteri dan vena yang di hubungkan oleh
pembuluh darah yang mengggumpal yang disebut dengan nidus. Pembuluh
darah di sini memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembuluh darah
normal, dimana pembuluh darah pada nidus tidak meiliki sub epithelial
subtance, tidak adanya ikatan anrat lapisan yang kuat ( mudah berdarah), dan
berdinding tipis serta tidak mempunyai daya kontakilitas. Yang membedakan
dengan glioma adalah nidus ini dalam pencitraan MRI, pada nidus AVM di
antara pembuluh darah tidak ditemukan adanya parenchime otak, sedang pada
glioma di dapatkan adanya parenchime otak. Komponenya adalah
Arteri/feeder =====Nidus=====Red Vein/vena yang mengandung banyak
oksigen/out floow.
Prevalensinya 0.14%
Presentasinya:
1. Hemorrhage/ perdarahan 50%
2. Kejang
3. Mass effect, biasanya mass effect menekan struktur di sekitarnya seperti
CPA AVM yang bermanifestasi trigeminal neuralgia, tapi mass effectnya
bukan mass effect seperti pada glioma dengan lateralisasi. Ini yang
membedakan gloma dengan AVM
4. Ischemia: steal phenonena/karena aliran shunt/hubungan pendek ini maka
organ di sekitarnya jadi kekurangan darah, sehingga menyebabkan ischemia
5. Head ache; jarang
6. Bruit: biasanya diserati dengan dural AVM
7. Peninggian ICP
Hemorhage/perdarahan
puncak perdrarahan 15-20 tahun 10% mortality 30-50 % morbidity, kemudian
kemungkinan untuk rebleeding pertahunnya 6-10%.
Evaluasi dengan
MRI
ditemukan flow void, feeding artery, draining vein, high intensity
Angiography
untuk mengetahui angioarchitecthure dari AVM: pembesaran artery, Nidus,
Draining vein. Gradingnnya dengan Spletzer-martin
1.Ukuran
kecil <3 cm
sedang 3-6cm
besar >6cm
2. Lokasi
non eloquent 0
eloquent 1
3. Drainase Vein
Superficial vein 0
Deep vein 1
Treatment
1. Pembedahan, pilihan terbaik. Namun utntuk sampai pembedahan perlu di
pertimabngkan banyak hal. Grading splatzer, ukuran, lokasi serta drainase
vein. Feeder artery pun perlu menjadi perhatian utama, jika feeder diffuse
akan mempersulit pembedahan. Drainase yang diffuse pun masalah dalam
pembedahan. Masalah yang perlu diperhatikan adalah rebleeding post operasi
karena kacaunya sirkulasi disekitar bekas operasi. Maka perlu di berikan
propranolol 20mg qid selama tiga hari. Labetolol untuk mengendalikan MAP
70-80 Hg.
Deteriorasi post op:
1. normal perfusion pressure breaktrough :post op hemorrhage
2. occlusive hyperemia
3. rebleeding
4. kejang
2.Radiation surgery
Conventional radiasi efektif hanya pada 20 % kasus.
Stereotactic radiosurgery efektif pada kasus yang kecil 2,5-3 cm
3. Endocasular surgery embolisasi3
D. Malformasi Vena
Malformasi vena adalah yang paling sering dijumpai, dan kira-kira dua per
tiga dari seluruh kelainan vaskuler bawaan. Kelainan ini harus dibedakan dengan
varises, tumor jaringan lunak, dan malformasi vaskuler lainnya.
Varises Malformasi vena
Perjalanan penyakit Hipertensi, Refluk, Trombosis
Sudah ada sejak lahir, lama kelamaan dapat menjadi lebih parah
Morbiditas Gejala jelas Gejala lebih berat, sering terjadi trombosis
Bentuk nyata Vena yang berkelok-kelok karena fungsi katup yang rusak
Warna kebiruan yang melibatkan jaringan subkutan
Gambaran histologi Dinding vena dengan kerusakan jaringan elastik dan endotel, yang makin parah sesuai penyakit
Dinding pembuluh dengan lapisan otot tipis, dan perisit yang berkurang, serta lapisan endotel yang tipis dan kaku.
Diagnosis dimulai dengan evaluasi klinik yang cermat. Adanya hipertrofi
jaringan, varises vena dan noda hemangioma kapiler memberi kesan suatu mutasi
genetik yang terdiri atas sindrom klippel-trenaunay, Parker-Weber dan Sturges-
Weber. Malformasi vena serta fistel arteri vena bawaan akan mengakibatkan
hipertensi vena dan seterusnya menjadi CVI. Kelainan tulang dan tulang rawan
sering dijumpai pada sindrom malfucci, sedangkan pada hemangioma luas dengan
flebolit sebaiknya diperiksa jaringan lunak dan skelet.
Pemeriksaan dengan doppler dua arah dapat memperagakan refluks pada
sistem vena tepi, batasan vena abnormal pada sindrom klippel-trenauanay, dan
vena perforantes yang melebar pada fistel arteri vena. Duplek scanning yang
berwarna menunjukkan tempat serta luasnya refluks, ada atau tidaknya sistem
vena dalam, adan aneurisma vena yang sering (5-20%) menyertai malformasi
vena bawaan. Dengan pletismografi diukur pertambahan aliran darah pada pasien
dengan fistel arteri vena. Kateterisasi jantung kadang diperlukan untuk
menentukan fungsi jantung dan luasnya shunting atau pintasan pada pasien
dengan fistel arteri vena. Kateterisasi jantung kadang diperlukan untuk
menentukan fungsi jantung dan luasnya shunting (pintasan) pada pasien dengan
fistel arteri-vena luas. Dalam hal ini arteriografi seri atau digital computed
arteriografy (CT-angio) akan membantu menentukan daerah luas dan beratnya
shunting.
Ascending dan descending flebografi diperlukan dalam suatu investigasi
malformasi vena untuk memperagakan anatomi setempat dan menentukan titik
dimana kumpulan kelainan vena ini bermuara dan masuk ke sistem dalam.
Descending flebografi dilakukan untuk menentukan refluks dan menemukan
ketidakhadiran katup, sedangkan ascending flebografi dipakai untuk menentukan
serta menemukan distribusi sistem kolektor perforator dan derajat aplasi atau
hipoplasi dari sistem vena.
Baik CT scan maupuan MRI dapat dipakai untuk menentukan luasnya
malformasi vena. MRI sanggup menegakkan diagnosis atresia vena besar dan
memeragakan lokalisasi kolektor vena yang abnormal serta distribusi malformasi
diantara jaringan lunak. Pemeriksaan radiologi biasa dapat dipakai untuk evaluasi
derajat osteolisis dan perpendekan atau pembesaran tulang. Limfoskintografi
dianjurkan bila ada kemungkinan terlibatnya istem limfe .
Trombosis dapat terjadi karena aktivasi protein-C, protein-S atau kelainan
antitrombin lainnya. Trombositopenia dan kelainan perdarahan sering ditemui
pada hemangiomatosis. Biopsi jaringan diperlukan, karena degenerasi keganasan
sering menghasilkan koreng menahun, seperti Enchondroma dan degenerasi ganas
pada hemangiomatosis.
Perawatan harus dilakukan oleh ahli khusus dengan memakai alat canggih,
seperti embolisasi dengan kelereng silikon atau eksisi luas dengan ligasi bila
mungkin.1
E. Fistula Arteri Vena Bawaan
Terjadinya suatu fistula bawaan antara arteri dan vena adalah akibat
menetapnya hubungan antara arteri dan vena sejak pembentukannya. Hubungan
ini memang banyak terdapat pada masa pembentukan sistem sirkulasi, tetapi
berobliterasi sebelum lahir. Banyak ahli berpendapat bahwa pada hakekatnya
suatu hemangioma adalah suatu fistula arteri vena bawaan, seperti juga apa yang
disebut circoid aneurism atau pulsating haemangiom.
Fistula arteri vena bawaan ini dapat memberikan gejala segera setelah lahir
atau sama sekali tidak ada gejala. Faktor yang dapat mempercepat timbulnya
gejala klinik adalah pubertas, kehamilan dan trauma. Darah dalam arteri mengalir
ke vena melalui fistula dan hanya sebagian kecil mengalir ke distal. Volume
darah yang mengalir dalam fistula tergantung dari besarnya fistula dan arteri
mana yang terlibat. Pada fistula antara aorta dan vena kava inferior misalnya
dengan cepat akan mengakibatkan kelainan jantung, sedangkan fistula yang sama
besarnya antara arteri dan vena femoralis dapat berlangsung bertahun-tahun tanpa
ada kelainan jantung. Fistula di panggul, abdomen dan ekstremitas bawah sering
menyebabkan pembesaran jantung dari pada fistula di kepala, leher, atau
ekstemitas atas. Fistula ini sering-sering multipel, tapi untunglah biasanya
terdapat di lengan atas dan bawah.
Akibat aliran darah yang tidak adekuat ke distal, maka daerah ini akan terasa
dingin dan agak sianotik serta membengkak, terutama bagian akral. Juga terlihat
pelebaran dari pembuluh darah vena dan kadang-kadang terdapat ulserasi.
Gambaran klinik dari fistula arteri vena bawaan ini berbeda-beda dari naevus
cutaneus sampai deformitas yang luas dan dapat merusak seluruh muka, scapula,
ekstremitas, paru, ginjal, otak, karena itu dapat memberi gambaran seperti ganas.
Darah vena di daerah fistula ini lebih merah daripada darah di vena yang sehat,
karena saturasi zat asam yang lebih tinggi.
Menegakkan diagnosis fistula arteri vena bawaan ini tidak sukar. Biasanya
penderita datang dengan keluhan pelebaran pebuluh vena, perubahan warna dan
suhu dari anggota yang terlibat. Kadang-kadang ada palpitasi, takhikardi atau
kelainan jantung lain yang ringan. Di daerah fistula terdengar bising dan teraba
getaran, dan apabila daerah ini ditekan maka nadi akan menurun yang disertai
dengan meningginya tekanan sistole dan diastole. Diagnosis pasti didapat dengan
arteriografi dimana terlihat pengisian arteri dan vena secara simultan oleh bahan
kontras.
Tanda radiologi pada angiogram adalah :
1. Dilatasi pembuluh arteri yang masuk ke fistula
2. Arteri yang keluar dari fistula tidak terlihat
3. Daerah fistula penuh dengan tumpukan arteri
4. Pengisisan yang relatif cepat pada vena yang keluar dari fistula
Fistula dapat juga diketahui pada destruksi tulang, kelainan kulit seperti nevus
teleangiektasi. Tanda lain di klinik kita lihat edema dan ekstemitas hipertrofi.
Sering kita jumpai kelainan berupa varises di daerah fistula. Fistula dapat pula
ditemui pada thoraks, leher, kepala dan paru.1
F. Perawatan
Ligasi arteri yang masuk ke fistula, biasanya tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Lebih baik mengangkat seluruh tumor vaskuler, walaupun kadang-
kadang secara teknik sukar dilakukan. Menutup semua arteri yang menuju fistula,
misalnya pada fistula arteri vena di daerah bahu melakukan ligasi pada a.
subklavia, a.aksilaris, dan a.brachialis.
Embolisasi memakai gelfoam atau butylcyanoacrylaat yang didorong dengan
kateter sampai ke dekat ujung arteri yang bocor. Semua ini dilakukan dengan
pertolongan gambar di layar rontgen. Embolisasi dapat pula dilakukan untuk
menutup aneurisma otak, perdarahan di saluran pencernaan atau di pinggul kecil.
Biarpun hasil embolisasi ini dapat menghilangkan fistula tapi dapat terjadi
nekrose di daerah distal dari fistula.
Urutan perwatan fistula arteri vena adalah sebagai berikut :
1. Reseksi total dari fistula arteri vena
2. Bila tidak mungkin, dikerjakan embolisasi
3. Reseksi fistula dan peroperatif embolisasi
4. Embolisasi sisa fistula
5. Ligasi arteri yang bocor
6. Ligasi semua arteri di daerah fistula
7. Amputasi bagian yang mengalami nekrose
Pasien dengan kelainan anomali vaskuler mungkin pula mempunyai bentuk
koagulasi yang tidak normal, dan akan bereaksi dengan bahan tertentu. Karena itu
kita harus berhati-hati memilih bahan sklerotik bila akan melakukan skleroterapi atau
embolisasi. Tidak semua bahan skeroterapi sama bahkan ada yang berbahaya pada
perawatan malformasi arteri-vena.
Pemakaian dehydrateldalcohol atau sodium tetradecyl sulfate nyata-nyata
berhubungan dengan perubahan sistem koagulasi, seperti platelet dan fibrinogen yang
menurun, waktu protrombin meninggi, dan perubahan d-dimer dari negatif ke positif,
dan dengan demikian dapat menambah resiko perdarahan, trombosis, atau hematom.
Skleroterapi atau embolisasi dapat dilaksanakan dengan memakai cyanocrilic, alkohol
foam, dan platinum microcoils.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Jusi, Djang H. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI: pp 156-162.
2. Mulliken JB, Fishman SJ, Burrows PE. Vascular anomalies. Curr Prob Surg.
2000;37:517.
3. North PE, Waner M, Mizeracki A, et al. A unique microvascular phenotype
shared by juvenile hemangiomas and human placenta. Arch Dermatol.
2001;137:559.
4. Boye E, Yu Y, Paranya G, et al. Clonality and altered behavior of endothelial
cells from hemangiomas. J Clin Invest. 2001;107:745.
5. Berenguer B, Mulliken JB, Enjolras O, et al. Rapidly involuting congenital
hemangioma: clinical and histopathologic features. Pediatr Dev Pathol.
2003;6:495.
6. Metry DW, Dowd CF, Barkovich AJ, et al. The many faces of PHACE
syndrome. J Pediatr. 2001;139:117.
7. Mulliken JB, Anupindi S, Ezekowitz RAB, et al. Case records of the
Massachusetts General Hospital. Case 13-2004: a newborn girl with a large
cutaneous lesion, thrombocytopenia, and anemia.NEnglJMed. 2004;350:1764.
8. Boon LM, MacDonald DM, Mulliken JB. Complications of systemic
corticosteroid therapy for problematic hemangiomas. Plast Reconstr Surg.
1999;104:1616.
9. Mulliken JB, Rogers GF, Marler JJ. Circular excision of hemangioma and
purse-string closure—the smallest possible scar. Plast Reconstr Surg.
2002;109:1544.
10. Vikkula M, Boon LM, Mulliken JB. Molecular genetics of vascular
malformations. Matrix Biol 2001;20:327.
11. Padwa BL, Hayward PG, Ferraro NF, et al. Cervicofacial lymphatic
malformation: clinical course, surgical intervention, and pathogenesis of
skeletal hypertrophy. Plast Reconstr Surg. 1995;95:951.
12. Berenguer B, Burrows PE, Zurakowski D, et al. Sclerotherapy of craniofacial
venous malformations: complications and outcome. Plast Reconstr Surg.
1999;104:1.
13. Kohout MP, Hansen M, Pribaz JJ, et al. Arteriovenous malformations of the
head and neck: natural history and management. Plast Reconstr Surg.
1998;102:643.