VARIKOKEL

31
REFERAT VARIKOKEL Disusun oleh : Anggun Siska Kharisma NIM : 1102008307 Pembimbing 1

description

utyf

Transcript of VARIKOKEL

Page 1: VARIKOKEL

REFERAT

VARIKOKEL

Disusun oleh : Anggun Siska Kharisma

NIM : 1102008307

Pembimbing

dr.Hengkinarso Subekti,Sp.UKEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH

RSUD Pasar Rebo Jakarta

1

Page 2: VARIKOKEL

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas

segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga saya dapat melaksanakan tugas

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Pusat.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Dr.Hengkinarso Subekti,Sp.U yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar lebih banyak tentang “ kelainan degeneratif

tulang“ sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna dalam pembuatan

referat ini. Oleh karena itu, saya menerima saran dan kritik untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga

referat ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

(Penulis)

2

Page 3: VARIKOKEL

VARIKOKEL

A. DEFINISI VARIKOKEL

Varikokel adalah dilatasi abnormal dari vena pada pleksus pampiniformis akibat

gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Kelainan ini terdapat pada 15%

pria. Varikokel ternyata merupakan salah satu penyebab infertilitas pada pria dan

didapatkan 21 – 41% pria yang mandul menderita varikokel.

Varikokel didefinisikan sebagai keberadaan meluasnya testis karena

pembuluh darah di dalam skrotum mengalami refluks darah ke dalam pembuluh darah.

Varikokel adalah suatu kelainan paling umum yang diidentifikasi menyebabkan

ketidak suburan pada pria.

3

Page 4: VARIKOKEL

B. EPIDEMIOLOGI VARIKOKEL

Umumnya prevalensi dari varikokel pada populasi laki-laki dewasa adalah sekitar

15%. Prevalensi varikokel adalah 30-40% pada pria dengan infertilitas primer dan 50-

80% pada pria dengan infertiliras sekunder. Akan tetapi tidak semua pasien varikokel

mengalami gangguan fertilitas, diperkirakan sekitar 20 – 50% didapatkan gangguan

kualitas semen dan perubahan histologi jaringan testis.

C. ETIOLOGI VARIKOKEL

Peningkatan Tekanan Vena

Perbedaan letak vena spermatika interna kanan dan kiri menyebabkan terpelintirnya vena

spermatika interna kiri, dilatasi dan terjadi aliran darah retrogard. Darah vena dari testis

kanan dibawa menuju vena cava inferior pada sudut oblique (kira – kira 300). Sudut ini,

bersamaan dengan tingginya aliran vena kava inferior diperkirakan dapat meningkatkan

drainase pada sisi kanan (Venturi effect). Sebagai perbandingan, vena testikular kiri

menuju ke arteri renalis kiri (kira – kira 900). Insersi menuju vena renalis kiri sepanjang 8

– 10 cm lebih ke arah kranial daripada insersi dari vena spermatika interna kanan, yang

berarti sisi kiri 8 – 10 cm memiliki kolom hidrostatik yang lebih panjang dengan

peningkatan tekanan dan relatifnya aliran darah lebih lambat pada posisi vertikal.

Vena renalis kiri dapat juga terkompres di daerah proksimal diantara arteri mesenterika

superior dan aorta (0.7% dari kasus varikokel), dan distalnya diantara arteri iliaca

comunis dan vena (0.5% dari kasus varikokel). Fenomena nutcracker ini dapat juga

menyebabkan peningkatan tekanan pada sistem vena testikular kiri.

Anastomosis Vena Kolateral

Studi anatomi menggambarkan terdapat anastomosis sistem drainase superfisial dan

interna, bersamaan dengan kiri ke kanan hubungan vena pada ureter (L3-5), spermatik,

skrotal, retropubik, saphenus, sakral dan pleksus pampiniformis. Vena spermatika kiri

4

Page 5: VARIKOKEL

memiliki cabang medial dan lateral pada level L4. Penemuan ini penting dan harus

dilakukan untuk menentukan penanganan varikokel. Prosedur yang dilakukan diatas level

memiliki risiko kegagalan lebih tinggi karena percabangan multipel dari sistem vena

spermatika.

Katup yang Inkompeten

Pada tahun 1966, Ahlberg menjelaskan bahwa pembuluh testis berisi katup yang protektif

terhadap varikokel, dan ini merupakan kekurangan atau ketidakmampuan pada sisi kiri

yang menyebabkan terjadinya varikokel. Untuk mendukung gagasan ini, ia menemukan

tidak adanya/hilangnya katup pada 40% postmortem vena spermatika kiri dibandingkan

dengan 23% hilangnya pada sisi kanan. Keraguan telah dilemparkan pada teori ini,

namun, dari studi radiologi terbaru yang dilakukan oleh Braedel dkk menemukan bahwa

26.2% pasien dengan katup yang kompeten tetap ditemukan varikokel. Beberapa

anatomis kini bahkan menjelaskan bahwa sebenarnya tidak terdapat katup baik pada vena

spermatika sisi kanan maupun kiri.

5

Page 6: VARIKOKEL

D. PATOGENESIS VARIKOKEL

Mekanisme Patofisiologi

Beberapa mekanisme telah menjadi hipotesa untuk menjelaskan fenomena dari

subfertilitas yang ditemukan pada pria dengan varikokel unilateral atau bilateral,

termasuk peningkatan suhu skrotal yang menyebabkan disfungsi gonadal bilateral,

refluks renal, metabolit adrenal dari vena renalis, hipoksia, dan akumulasi gonadotoksin.

Disfungsi Bilateral

Seperti aspek lainnya dari varikokel, penyebab disfungsi testikular bilateral disamping

varikokel unilateral masih dalam studi. Aliran darah retrograd sisi kanan didapatkan pada

pria dengan varikokel sisi kiri dan menjadi mekanisme yang memungkinkan. Zorgniotti

dan MacLeod membuat hipotesa pada era tahun 1970an, dengan data yang disebutkan

pada pria dengan oligosperma dengan varikokel memiliki temperarur intraskrotal dimana

0.60C lebih tinggi dibandingkan pada pasien dengan oligosperma tanpa varikokel. Saypol

dkk dan Green dkk keduanya mendeskripsikan peningkatan aliran darah testikular

bilateral dan peningkatan temperatur pada eksperimen dengan binatang yang dibuat

varikokel artifisial unilateral. Sebagai tambahan, dilakukan perbaikan dari varikokel

tersebut dengan hasil normalisasi dari aliran dan temperatur.

Setelah itu, peneliti mendemonstrasikan bahwa aktivitas DNA polimerase dan enzim

DNA rekombinan pada sel germ sensitif terhadap temperatur, dengan suhu optimal kira-

kira 330C. Temperatur optimal untuk sintesis protein pada spermatid berkisar antara 340C.

Proliferasi sel germ mungkin dipengaruhi dari peningkatan suhu dari varikokel akibat

inhibisi 1 atau lebih dari enzim – enzim yang penting. Trauma hipertermi konsisten

dengan penurunan jumlah spermatogonal akibat adanya apoptosis yang ditemukan dari

biopsi sampel pasien dengan varikokel. Disamping temuan ini, tidak semua peneliti

menemukan adanya hubungan antara meningkatnya temperatur intratestis dan varikokel.

Refluks dari Metabolit Vasoaktif

6

Page 7: VARIKOKEL

Karena adrenal kiri dan vena gonadal menuju ke proksimitas terdekat satu sama lain dari

vena renalis, MacLeod menyebutkan bahwa derivat – derivat dari ginjal atau adrenal

dapat menuju ke vena gonadal. Jika metabolit ini bersifat vasoaktif (mis: prostaglandin),

maka dapat menjadi berbahaya pada fungsi testis. Hasil dari beberapa studi tidak

mensuport teori ini, tetapi peningkatan jumlah norepinefrin, prostaglandin E dan F,

adrenomedulin (vasodilator poten) ditemukan pada vena spermatika pria dengan

varikokel. Metabolit lainnya seperti renin, dehidroepiandrosteron, atau kortisol tidak

ditemukan. Beberapa penulis menyebutkan dengan adanya metabolit, refluks tidak

mengubah/mempengaruhi spermatogenesis.

Hipoksia

Pada era 1980an, Shafik dan Bedeir berteori bahwa perbedaan gradien tekanan (dan

gradien oksigen subsekuen) antara vena renalis dan gonadal dapat menyebabkan hipoksia

diantara vena gonadal. Dua teori hipoksia lainnya yaitu: peningkatan tekanan vena

dengan olahraga dapat menyebabkan hipoksia, dan stasis dari darah menyebabkan

penurunan tekanan oksigen. Menurut Tanji dkk, pria dengan varikokel memiliki

“atrophy pattern” muskulus kremaster dari studi histokimia. Disamping penemuan ini,

tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kontrol dan tekanan gas oksigen, yang

dilakukan percobaan pada binatang.

Gonadotoksin

Beberapa studi telah mendemonstrasikan bahwa pria yang merokok memiliki efek

samping yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok. Perokok setidaknya

memiliki insiden 2 kali lebih tinggi untuk terkena varikokel, dan yang telah memiliki

varikokel setidaknya 10 kali terjadi peningkatan insiden oligospermia jika dibandingkan

dengan pria varikokel yang tidak merokok. Nikotin memiliki implikasi sebagai kofaktor

pada patogenesis varikokel. Cadmium, gonadotoksin yang mudah dikenal sebagai

penyebab apoptosis, ditemukan secara signifikan pada konsentrasi testikular yang lebih

tinggi dan penurunan spermatogenesis pada pria dengan varikokel daripada pria dengan

varikokel dengan normal spermatogenesis atau obstruktif azoospermia.

7

Page 8: VARIKOKEL

E. KLASIFIKASI VARIKOKEL

Derajat 1 varikokel teraba saat pasien berdiri dan manuver valsava berulangkali

Derajat 2 varikokel terlihat saat pasien berdiri dan manuver valsava sekali saat

berbaring varikokel tidak tampak.

Derajat 3 variokel teraba dan terlihat jelas saat pasien berdiri tanpa manuver

valsava. Saat berbaring varikokel tidak terlihat jelas.

Derajat 4 varikokel terlihat jelas baik pasien berdiri maupun duduk seringkali

disertai nyeri.

F. MANIFESTASI KLINIS VARIKOKEL

Kebanyakan laki-laki yang didiagnosa sebagai varikokel tidak mempunyai gejala,

tapi varikokel penting bagi beberapa alasan. Varikokel dapat menyebabkan infertilitas

dan testicular atrofi. Kira – kira 40% dari kasus primer pria infertil dan 80% kasus

sekunder pria infertil dipercaya berkaitan dengan varikokel. Pasien datang ke dokter

biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah. Varikokel

dapat menyebabkan keluhan testis terasa berat, dan ini terjadi akibat tekanan meninggi

dalam vena testis yang tidak berkatup di vena kava inferior atau vena renalis sampai di

testis. Peninggian tekanan di dalam pleksus pampiniformis dapat diraba sebagai struktur

yang terdiri atas varises pleksus pampiniformis yang memberikan kesan raba seperti

kumpulan cacing. Varikokel jarang menyebabkan nyeri.

G. DIAGNOSIS VARIKOKEL

8

Page 9: VARIKOKEL

Pasien datang ke dokter biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa

tahun menikah, atau kadang-kadang mengeluh adanya benjolan di atas testis yang terasa

nyeri.

Anamnesa

Pada pemeriksaan dasar kelainan di dalam skrotum terlebih dahulu harus dijawab tiga

pertanyaan:

Apakah kelainan jelas terbatas di sebelah atas. Kelainan yang tidak terbatas di sebelah

proksimal biasanya merupakan hernia inguinalis, sedangkan bila kelainan terbatas di

sebelah atas, pasti terdapat suatu kelainan di dalam struktur skrotum.

Apakah kelainan bersifat kistik atau padat. Kista kecil kadang tidak menunjukkan

fluktuasi, sedangkan tumor padat yang lunak sekali dapat memberi kesan adanya

fluktuasi. Yang menentukan ialah pemeriksaan transiluminasi karena cairan jernih selalu

bersifat tembus cahaya.

Pertanyaan menyangkut letak dan struktur anatomin kelainan yang harus diperiksa secara

palpasi. Skrotum terdiri atas kulit yang membentuk kantung yang mengandung funikulus

spermatikus, epididimis, dan testis. Karena untuk spermatogenesis testis membutuhkan

suhu yang lebih rendah dibandingkan suhu tubuh kulit skrotum tipis sekali tanpa jaringan

lemak di subkutis, yaitu lapisan isolasi suhu. Keadaan ini memungkinkan palpasi ketiga

struktur di dalam skrotum secara teliti. Anulus inguinalis selalu dapat diraba di dinding

perut bagian bawah. Funikulus spermatikus dapat ditentukan karena keluar dari anulus

inguinalis eksternus. Sebaiknya pemeriksaan funikulus bilareral sekaligus untuk

membandingkan kiri dengan kanan. Di dalam funikulus dapat diraba vas deferens karena

sebagian besar dindingnya terdiri atas otot. Prosesus vaginalis di dalam funikulus pada

anak mungkin teraba seperti lapisan sutra, yang mungkin menjadi tanda diagnostik untuk

hernia inguinalis pada anak. Struktur lain di dalam funikulus adalah pembuluh arteri dan

vena serta otot kremaster yang sukar diraba sendiri, kecuali bila didapatkan bendungan

pleksus pampiniformis yang merupakan varikokel.

9

Page 10: VARIKOKEL

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang hangat dengan pasien dalam posisi berdiri tegak,

untuk melihat dilatasi vena. Skrotum haruslah pertama kali dilihat, adanya distensi

kebiruan dari dilatasi vena. Jika varikokel tidak terlihat secara visual, struktur vena harus

dipalpasi, dengan valsava manuever ataupun tanpa valsava. Varikokel yang dapat diraba

dapat dideskripsikan sebagai “bag of worms”, walaupun pada beberapa kasus didapatkan

adanya asimetri atau penebalan dinding vena.

Pemeriksaan dilanjutkan dengan pasien dalam posisi supinasi, untuk membandingkan

dengan lipoma cord (penebalan, fatty cord ditemukan dalam posisi berdiri, tapi tidak

menghilang dalam posisi supinasi) dari varikokel. Palpasi dan pengukuran testis dengan

menggunakan orchidometer (untuk konsistensi dan ukuran) dapat juga memberi

gambaran kepada pemeriksa ke patologi intragonad. Apabila disproporsi panjang testis

atau volum ditemukan, indeks kecurigaan terhadap varikokel akan meningkat.

Kadangkala sulit untuk menemukan adanya bentukan varikokel secara klinis meskipun

terdapat tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu pemeriksaan

auskultasi dengan memakai stetoskop Doppler sangat membantu, karena alat ini dapat

mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada pleksus pampiniformis. Varikokel yang

sulit diraba secara klinis seperti ini disebut varikokel subklinik.

Diperhatikan pula konsistensi testis maupun ukurannya, dengan membandingkan testis

kiri dengan testis kanan. Untuk lebih objektif dalam menentukan besar atau volume testis

dilakukan pengukuran dengan alat orkidometer. Pada beberapa keadaan mungkin kedua

testis teraba kecil dan lunak, karena telah terjadi kerusakan pada sel-sel germinal.

Untuk menilai seberapa jauh varikokel telah menyebabkan kerusakan pada tubuli

seminiferi dilakukan pemeriksaan analisis semen. Menurut McLeod, hasil analisis semen

pada varikokel menujukkan pola stress yaitu menurunnya motilitas sperma,

meningkatnya jumlah sperma muda (immature) dan terdapat kelainan bentuk sperma

(tapered).

10

Page 11: VARIKOKEL

H. Pemeriksaan Penunjang

Angiografi/venografi

Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk mendeteksi

varikokel yang kecil atau subklinis, karena dari penemuannya mendemonstrasikan

refluks darah vena abnormal di daerah retrograd menuju ke ISV dan pleksus

pampiniformis.

Karena pemeriksaan venografi ini merupakan pemeriksaan invasif, teknik ini

biasanya hanya digunakan apabila pasien sedang dalam terapi oklusif untuk menentukan

anatomi dari vena. Biasanya, teknik ini digunakan pada pasien yang simptomatik.

Positif palsu/negatif

11

Page 12: VARIKOKEL

Vena testikular seringkali spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari vena dengan

kontras medium dapat sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasi dengan

menggunakan kanul menuju vena testikular kanan.

Left testikular venogram

Ultrasonografi

Penemuan USG pada varikokel termasuk:

1. Struktur anekoik terplintirnya tubular yang digambarkan yang letaknya

berdekatan dengan testis.

2. Pasien dengan posisi berdiri tegak, diameter dari vena dominan pada kanalis

inguinalis biasanya lebih dari 2.5 mm dan saat valsava manuever diameter

meningkat sekitar 1 mm.

3. Varikokel bisa berukuran kecil hingga sangat besar, dengan beberapa

pembesaran pembuluh darah dengan diameter ± 8 mm.

4. Varikokel dapat ditemukan dimana saja di skrotum (medial, lateral, anterior,

posterior, atau inferior dari testis)

12

Page 13: VARIKOKEL

5. USG Doppler dengan pencitraan berwarna dapat membantu mendiferensiasi

channel vena dari kista epidermoid atau spermatokel jika terdapat keduanya.

6. USG Doppler dapat digunakan untuk menilai grade refluks vena: statis (grade

I), intermiten (grade II),dan kontinu (grade III)

7. Varikokel intratestikular dapat digambarkan sebagai area hipoekoik yang kurang

jelas pada testis. Gambarannya berbentuk oval dan biasanya terletak di sekitar

mediastinum testis.

Dengan menggunakan diameter sebagai kriteria dilatasi vena, Hamm dkk

menemukan bahwa USG memiliki sensitivitas sekitar 92.2%, spesifitas 100% dan akurasi

92.7%.

Positif palsu/negatif

Kista epidermoid dan spermatokel dapat memberi gambaran seperti varikokel. Jika

meragukan, USG Doppler berwarna dapat digunakan untuk diagnosa. Varikokel

intratestikular dapat memberi gambaran seperti ektasis tubular.

I. PENATALAKSANAAN VARIKOKEL

Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya

melakukan operasi pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa varikokel yang

telah menimbulkan gangguan fertilitas atau gangguan spermatogenesis merupakan

indikasi untuk mendapatkan suatu terapi.

Indikasi Tindakan Operasi

Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan dengan

infertilitas, penurunan volume testikular, dan nyeri, untuk itu tidak selalu dilakukan

tindakan operasi. Varikokel secara klinis pada pasien dengan parameter semen yang

abnormal harus dioperasi dengan tujuan membalikkan proses yang progresif dan

penurunan durasi-dependen fungsi testis. Untuk varikokel subklinis pada pria dengan

faktor infertilitas tidak ada keuntungan dilakukan tindakan operasi. Varikokel terkait

13

Page 14: VARIKOKEL

dengan atrofi testikular ipsilateral atau dengan nyeri ipsilateral testis yang makin

memburuk setiap hari, harus dilakukan operasi segera. Ligasi varikokel pada remaja

dengan atrofi testikular ipsilateral memberi hasil peningkatan volume testis, untuk itu

tindakan operasi sangat direkomendasikan pada pria golongan usia ini. Remaja dengan

varikokel grade I – II tanpa atrofi dilakukan pemeriksaan tahunan untuk melihat

pertumbuhan testis, jika didapatkan testis yang menghilang pada sisi varikokel, maka

disarankan untuk dilakukan varikokelektomi.

Teknik Operasi

Ligasi dari vena spermatika interna dapat dilakukan dengan berbagai teknik.

Teknik yang paling pertama dilakukan dengan memasang clamp eksternal pada vena

lewat kulit skrotum. Operasi ligasi varikokel termasuk retroperitoneal, inguinal atau

subinguinal, laparoskopik, dan microkroskopik varikokelektomi.

1. Teknik Retroperitoneal (Palomo)

Teknik retroperitoneal (Palomo) memiliki keuntungan mengisolasi vena

spermatika interna ke arah proksimal, dekat dengan lokasi drainase menuju vena renalis

kiri. Pada bagian ini, hanya 1 atau 2 vena besar yang terlihat. Sebagai tambahan, arteri

testikular belum bercabang dan seringkali berpisah dari vena spermatika interna.

Kekurangan dari teknik ini yaitu sulitnya menjaga pembuluh limfatik karena sulitnya

mencari lokasi pembuluh retroperitoneal, dapat menyebabkan hidrokel post operasi.

Sebagai tambahan, angka kekambuhan tinggi karena arteri testikular terlindungi

oleh plexus periarterial (vena comitantes), dimana akan terjadi dilatasi seiring

berjalannya waktu dan akan menimbulkan kekambuhan. Paralel inguinal atau

retroperitoneal kolateral bermula dari testis dan bersama dengan vena spermatika interna

ke arah atas ligasi (cephalad), dan vena kremaster yang tidak terligasi, dapat

menyebabkan kekambuhan. Ligasi dari arteri testikular disarankan pada anak – anak

14

Page 15: VARIKOKEL

untuk meminimalkan kekambuhan, tetapi pada dewasa dengan infertilitas, ligasi arteri

testikular tidak direkomendasikan karena akan mengganggu fungsi testis.

2. Teknik Inguinal (Ivanissevich)

Insisi dibuat 2 cm diatas simfisis pubis.

Fasia M. External oblique secara hati – hati disingkirkan untuk mencegah trauma N.

ilioinguinal yang terletak dibawahnya.

Pemasangan Penrose drain pada saluran sperma.

Insisi fasia spermatika, kemudian akan terlihat pembuluh darah spermatika.

Setiap pembuluh darah terisolasi, kemudian diligasi dengan menggunakan benang

yang nonabsorbable.

Setelah semua pembuluh darah kolateral terligasi, fasia M. External oblique ditutup

dengan benang yang absorbable dan kulit dijahit subkutikuler.

15

Page 16: VARIKOKEL

3. Teknik Laparoskopik

Teknik ini merupakan modifikasi dari teknik retroperitoneal dengan keuntungan

dan kerugian yang hampir sama. Pembesaran optikal dibutuhkan untuk melakukan teknik

ini, untuk memudahkan menyingkirkan pembuluh limfatik dan arteri testikular sewaktu

melakukan ligasi beberapa vena spermatika interna apabila vena comitantes bergabung

dengan arteri testikular. Teknik ini memiliki beberapa komplikasi seperti trauma pada

16

Page 17: VARIKOKEL

usus, pembuluh darah intraabdominal dan visera, emboli, dan peritonitis. Komplikasi ini

lebih serius dibandingkan dengan varikokelektomi open.

Indikasi dilakukan operasi:

Infertilitas dengan produksi semen yang jelek

Ukuran testis mengecil

Nyeri kronis atau ketidaknyamanan dari varikokel yang besar

Komplikasi

Perdarahan

Infeksi

Atrofi testis atau hilangnya testis

Kegagalan mengkoreksi varikokel

Apabila varikokel berhasil dikoreksi: tidak terabanya palpasi varix setelah 6 bulan

postoperasi, orchalgia, oligoastenospermia)

17

Page 18: VARIKOKEL

4. Microsurgical varicocelectomy (Marmar-Goldstein)

Microsurgical subinguinal atau inguinal merupakan teknik terpilih untuk

melakukan ligasi varikokel. Saluran spermatika dielevasi ke arah insisi, untuk

memudahkan pengelihatan, dan dengan menggunakan bantuan mikroskop pembesaran

6x hingga 25x, periarterial yang kecil dan vena kremaster akan dengan mudah diligasi,

serta ekstraspermatik dan vena gubernacular sewaktu testis diangkat. Fasia

intraspermatika dan ekstraspermatika secara hati – hati dibuka untuk mencari pembuluh

darah. Arteri testikular dapat dengan mudah diidentifikasi dengan menggunakan

mikroskop. Pembuluh limfatik dapat dikenali dan disingkirkan, sehingga menurunkan

komplikasi hidrokel.

Komplikasi

Hidrokel

Rekurens; dikarenakan ligasi inkomplit

Iskemia testis dan atrofi; karena trauma dari arteri testicular

18

Page 19: VARIKOKEL

5. Teknik embolisasi

Embolisasi varikokel dilakukan dengan anestesi intravena sedasi dan lokal anestesi.

Angiokateter kecil dimasukkan ke sistem vena, dapat lewat vena femoralis kanan

atau vena jugularis kanan.

Kateter dimasukan dengan guiding fluoroskopi ke vena renalis kiri (karena

kebanyakan varikokel terdapat di sisi kiri) dan kontras venogram.

Dilakukan ISV venogram sebagai “peta” untuk mengembolisasi vena.

Kateter kemudian dimanuever ke bawah vena menuju kanalis inguinalis internal.

Biasanya vena atau cabangnya terembolisasi dengan injeksi besi atau platinum

spring-like embolization coils.

Vena kemudian terblok pada level kanalis inguinalis interna dan sendi sakroiliaka.

19

Page 20: VARIKOKEL

Dapat ditambahkan sclerosing foam untuk menyelesaikan embolisasi.

Pada tahap akhir, venogram dilakukan untuk memastikan semua cabang ISV terblok,

kemudian kateter dapat dikeluarkan.

Dibutuhkan tekanan manual pada daerah tusukan selama 10 menit, untuk mencapai

hemostasis.

Tidak ada penjahitan pada teknik ini. Setelah selesai, pasien diobservasi selama

beberapa jam, kemudian dapat dipulangkan. Angka keberhasilan proses ini mencapai

95%.

20

Page 21: VARIKOKEL

Kesimpulan

Varicoceles berhubungan dengan pengurangan kesuburan dan gangguan fungsi testis,

sedangkan perbaikan parameter sperma dan meningkatkan tingkat kesuburan dapat

menyebabkan seorang pria menjadi subur. Setelah varicocelectomy, sekitar 66 - 70% dari

pasien telah mengalami perbaikan air mani, dan 40 - 60% dari pasien telah meningkatkan

tingkat konsepsi. Karena spermatogenesis manusia berlangsung sekitar 72 hari, peningkatan

pertama hasil analisis air mani biasanya tidak tampak sampai 3 - 4 bulan setelah pembedahan

21

Page 22: VARIKOKEL

DAFTAR PUSTAKA

1. Chan., P., and Goldstein., M., 2004. Reproductive Medicine Secrets.Philadelphia,

The Curtis Center Independence Square West.

2. De jong., W and Sjamsuhidajat., R., 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2.Jakarta, EGC.

3. Purnomo., B., B., 2003. Dasar-dasar Urologi edisi kedua. Jakarta, Sagung Seto.

Sandlow., J., 2004. Pathogenesis and Treatment of Varicoceles. USA, Medical

CollegeofWisconsin.http://www.bmj.com/cgi/content/full/328/7446/967?

maxtoshow=&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=varicocele&searchid=1&FIRSTI

NDEX=0&sortspec=date& resourcetype =HWCIT

22