Variasi Bahasa
-
Upload
abit-adya-mubakhit -
Category
Documents
-
view
22 -
download
3
Transcript of Variasi Bahasa
1. Variasi bahasa
Penggunaan bahasa satu manusia dan manusia lain pasti berbeda. Perbedaan
bukan hanya pada penggunaan bahasa oleh lebih dari satu orang. Penggunaan bahasa
oleh seseorang pun dapat berbeda-beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh faktor-
faktor di luar bahasa. Faktor di luar cakupan linguistik yang mempengaruhi perbedaan
penggunaan bahasa tersebut biasanya dipengaruhi oleh alasan norma sosial budaya atau
adat istiadat, dan norma agama.
Perbedaan bentuk penggurnaan bahasa tersebut yang disebut dengan variasi
bahasa. Richards, platt dan waber (dalam Sarwidji: 2009) mengemukakan bahwa variasi
bahasa (language variation) adalah merujuk pada pada perbedaan-perbedaan dalam
bunyi/lafal, gramatika, atau pilihan kata penggunaan bahasa.
Hubungan variasi berbahasa dengan kesantunan bahasa adalah setiap manusia
bebas menentukan pilihan gaya bahasa yang diinginkan sesuai dengan yang dianggapnya
sesuai. Pemakaian bahasa secara santun atau tidak bebas pada setiap individu dalam
berkomunikasi. Setiap orang bebas untuk menentukan akan menggunakan bahasa secar
santun atau bentuk tak santun, sesuai dengan konsekuensi yang dipilihnya. Variasi bahasa
dapat berkaitan dengan wilayah/regional (dialek), kurun waktu (kronolek), formalitas
situasi kebahasaan, ragam bahasa disiplin ilmu tertentu (register) dan lain-lain.
Terdapat beberapa kriteria penentu dalam pemilihan variasi bahasa. Dell Hymes
mengemukakan faktor yang melatarbelakangi pemilihan bahasa atau factor yang
menandai tindak tutur dengan akronim “SPEAKING”, yang masing-masing faktornya
dapat dijabarkan menjadi:
S: setting and scene yang berarti tempat dan suasana bicara.
P: participant yang meliputi penutur, mitra tutur, dan pendengar.
E: end yang bermakna tujuan pembicaraan.
A: act sequences yang bermana suatu peristiwa yang menggunakan kesempatan
bicaranya.
K: key (tone or spirit of act) meliputi nada suara dan cara berbicara.
I: instrument atau jalur yang digunakan.
N: norm of interaction and iinterpretation yang berarti aturan permainan).
G: genres atau bentuk dan ragam bahasa yang dipakai.
Perbedaan pemakaian bahasa atau variasi bahasa yang terjadi pada seorang
penutur bukan hanya terletak pada faktor sosialnya saja. Seorang akan memilih bentuk
bahasa juga menurut tingkat formalitas suatu peristiwa tutur yang terjadi. Nababan
(1991:22) membagi situasi kebahasaan berdasarkan tingkat keformalannya menjadi
beberapa jenis yaitu:
1. Ragam beku (frozen) merupakan ragam bahasa yang paling resmi digunaka
dalam situasi-stuasi khikmad. Misalkan: upacara adat, upacara resmi. Dalam
bentuk tertulis, ragam bahasa ini terdapat pada dokumen-dokumen bersejarah.
2. Ragam resmi (formal) merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
formal. Misalnya terdapat pada pidato-pidato resmi, rapat dinas, dan
sebagainya.
3. Ragam usaha (consultative) ragam biasa yang biasanya digunakan sebagai
bahasa usaha. Misalnya terdapat pada KBM disekolah, jual beli di pasar.
4. Ragam santai (casual) merupakan ragam yang biasanya dilakukan dalam situasi
santai. Misalkan pada perbincangan antar teman, rekreasi, olah raga.
5. Ragam bahasa akrab (intimate) adalah ragam bahasa yang tingkat
keformalannya paling rendah. Ragam bahasa ini biasanya digunakan antar
anggota keluarga, atau teman akrab.
Selaras dengan topik kajian ini, pemilihan bentuk bahasa yang santun pada
interaksi social formal bersemuka di kelas dipengaruhi oleh pelaku tindak tuturnya, topik
yang dibicarakannya, situasi yang terjadi, tujuan yang ingin dicapai, dan jalur
komunikasi yang dipilih. Mahasiswa memilih bentuk bahasa yang santun dengan
menimbang beberapa factor tersebut. Pemilihan bahasa seharusnya menggunakan bahasa
usaha atau consultative baik ketika berinteraksi dengan dosen maupun teman
mahasiswanya.