VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDA …

8
1 PENDAHULUAN Masalah bahasa merupakan masalah yang cukup kompleks, bukan saja karena bahasa adalah unsur dan pendukung kebudayaan, melainkan juga karena bahasa mencakup kepentingan segenap lapisan masyarakat. Bahasa memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan manusia, baik secara individual (personal) maupun secara sosial (komunal). Fungsi utama bahasa adalah sebagai media komunikasi. VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDA LULUGU: ANALISIS DIAKRONIS DATA LINGUAL LULUGU’S VARIATIONS AND LEXICAL SEMANTIC RELATIONSHIPS LULUGU: DIACHRONIC ANALYSIS OF LINGUAL DATA Winci Firdaus Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa [email protected] Abstract The meaning of a lexem or word diacronically can change. The change of meaning in a language occurs with the passage of time. Similarly, the change of meaning that occurs in Sundanese. The research describes change of lexical meaning in Lulugu Sundanese (bahasa Sunda Lulugu; BSL) from old Sundanese (bahasa Sunda Kuno; BSK). The purpose of this research is to see the change of meaning in Sundanese Lulugu. The method used in this research is descriptif comparative method with range time diachronic. From the results of the analysis can be concluded the change of meaning in the form of extention-ristriction meaning, total change of meaning, euphemism, disphemism, and connotation change. Key Words: variations, relationships, semantics, diachronic Abstrak Makna sebuah leksem atau kata secara diakronis dapat mengalami perubahan. Perubahan makna pada suatu bahasa terjadi sejalan dengan perjalanan waktu. Begitu pula perubahan makna yang terjadi dalam bahasa Sunda. Penelitian ini mengungkapkan perubahan makna leksikal bahasa Sunda Lulugu (BSL) yang berasal dari bahasa Sunda Kuno (BSK). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perubahan makna pada bahasa Sunda Lulugu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif dengan jangkauan waktu bersifat diakronis. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa perubahan makna yang terjadi, berupa perluasan-penyempitan makna, perubahan total, ufemia, disfemia, dan perubahan konotasi. Kata Kunci: variasi, relasi, semantis, diakronis Sebagaimana diketahui pada umumnya bahwa pemakaian bahasa diwujudkan dalam bentuk leksem-leksem dan kalimat. Masyarakat pemakai bahasalah yang menggunakan leksem dan kalimat sehingga merekalah yang menambah kosakata yang ada sesuai dengan kebutuhan. Perubahan yang terjadi dalam bahasa mencakup, baik pe- nambahan, pengurangan maupun pergeseran. Per- ubahan leksem menyebabkan maknanya berubah. Makna sebuah leksem atau kata secara diakronis

Transcript of VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDA …

Page 1: VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDA …

1

Winci FirdausVariasi dan Relasi Semantis Leksikal Bahasa Sunda Lulugu: Analisis Diakronis Data Lingual

PENDAHULUANMasalah bahasa merupakan masalah yang

cukup kompleks, bukan saja karena bahasa adalahunsur dan pendukung kebudayaan, melainkan jugakarena bahasa mencakup kepentingan segenaplapisan masyarakat. Bahasa memiliki fungsi yangsangat kompleks dalam kehidupan manusia, baiksecara individual (personal) maupun secara sosial(komunal). Fungsi utama bahasa adalah sebagaimedia komunikasi.

VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDALULUGU: ANALISIS DIAKRONIS DATA LINGUAL

LULUGU’S VARIATIONS AND LEXICAL SEMANTIC RELATIONSHIPSLULUGU: DIACHRONIC ANALYSIS OF LINGUAL DATA

Winci FirdausBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

[email protected]

AbstractThe meaning of a lexem or word diacronically can change. The change of meaning in a language occurs with the passageof time. Similarly, the change of meaning that occurs in Sundanese. The research describes change of lexical meaning inLulugu Sundanese (bahasa Sunda Lulugu; BSL) from old Sundanese (bahasa Sunda Kuno; BSK). The purpose ofthis research is to see the change of meaning in Sundanese Lulugu. The method used in this research is descriptifcomparative method with range time diachronic. From the results of the analysis can be concluded the change of meaningin the form of extention-ristriction meaning, total change of meaning, euphemism, disphemism, and connotation change.

Key Words: variations, relationships, semantics, diachronic

AbstrakMakna sebuah leksem atau kata secara diakronis dapat mengalami perubahan. Perubahan maknapada suatu bahasa terjadi sejalan dengan perjalanan waktu. Begitu pula perubahan makna yang terjadidalam bahasa Sunda. Penelitian ini mengungkapkan perubahan makna leksikal bahasa Sunda Lulugu(BSL) yang berasal dari bahasa Sunda Kuno (BSK). Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perubahanmakna pada bahasa Sunda Lulugu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptifkomparatif dengan jangkauan waktu bersifat diakronis. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwaperubahan makna yang terjadi, berupa perluasan-penyempitan makna, perubahan total, ufemia, disfemia,dan perubahan konotasi.

Kata Kunci: variasi, relasi, semantis, diakronis

Sebagaimana diketahui pada umumnya bahwapemakaian bahasa diwujudkan dalam bentukleksem-leksem dan kalimat. Masyarakat pemakaibahasalah yang menggunakan leksem dan kalimatsehingga merekalah yang menambah kosakatayang ada sesuai dengan kebutuhan. Perubahanyang terjadi dalam bahasa mencakup, baik pe-nambahan, pengurangan maupun pergeseran. Per-ubahan leksem menyebabkan maknanya berubah.Makna sebuah leksem atau kata secara diakronis

Page 2: VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDA …

2

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 1, Edisi April 2018

dapat mengalami perubahan. Terdapat beberapafaktor yang mempermudah terjadinya perubahanmakna, yaitu: (1) bahasa senantiasa berkembang;(2) makna sebuah leksem sering bersifat samar-samar atau kabur; (3) kehilangan motivasi; (4) ter-dapat makna ganda; (5) ambigu (ambiguous contex);dan (6) struktur kosakata (Pateda, 2001:71).

Perubahan makna pada suatu bahasa terjadisejalan dengan perjalanan waktu. Begitu pulaperubahan makna yang terjadi dalam bahasaSunda. Perubahan makna ini terjadi oleh berbagaifaktor. Hal itu sejalan dengan apa yang dinyatakanoleh Verhaar (1978) bahwa makna kata itu secarasinkronik, dalam waktu yang relatif singkat tidakakan berubah; tetapi secara diakronik, yakni dalamwaktu yang relatif lama, ada kemungkinan bisaberubah.

Secara diakronik, perkembangan sebuah ba-hasa dapat dilihat, tidak terkecuali bahasa Sunda.Bahasa Sunda yang dikenal dewasa ini merupakanhasil dari perkembangan sepanjang masa. Perkem-bangan bahasa Sunda sejalan dengan perkembang-an budaya Sunda secara umum. Masyarakat Sundasudah sejak lama menjalin hubungan denganbangsa lain. Dengan demikian, tentu saja perkem-bangan kebudayaan Sunda ditentukan pula olehpenemuan-penemuan yang ada pada masyarakatSunda itu sendiri dan dari berbagai pengaruhkebudayaan luar.

Perubahan semantik atau yang dikenal jugadengan istilah semantic shift, menjelaskan perubahandari penggunaan kata, biasanya berkaitan denganmakna kata di zaman modern yang sangat berbedadengan zaman dulu. Dalam linguistik diakronik,perubahan semantik merupakan perubahan salahsatu makna dari sebuah kata. Setiap kata memilikibanyak senses dan konotasi yang dapat bertambah,berkurang, dan berubah setiap saat, bahkan biasa-nya sampai kepada tingkat sebuah kata memilikimakna yang sangat berbeda dari waktu ke waktu.

Menurut Prawirasumantri (2007), secara garisbesar sejarah bahasa Sunda dari zaman dahuluhingga saat ini terbagi ke dalam 5 periode. PeriodeI sejarah bahasa Sunda berlangsung sebelum tahun1600 M, pada saat itu telah berdiri kerajaan-kerajaan, seperti Salakanagara, Tarumanegara,Galuh, Sunda, Kawali, dan Padjadjaran. PeriodeII berlangsung tahun 1600 M sampai 1800 M,tahun 1579 Kerajaan Padjadjaran runtuh diserangoleh tentara Islam dari Banten. Agama Islam sen-diri diperkirakan telah masuk sejak tahun 1519.Adapun bahasa Sunda yang digunakan padaperiode ini telah banyak mendapat pengaruh daribahasa Arab dan bahasa Jawa. Perode III berlang-sung tahun 1800—1900 M. Mulai tahun 1880bangsa kita banyak mengalami penjajahan dariberbagai bangsa. Periode IV berlangsung tahun1900—1945 M. Adapun periode V berlangsungmulai tahun 1945 hingga sekarang.

Mengingat begitu banyak pengaruh dari ba-hasa lain yang turut memperkaya perkembanganbahasa Sunda (seperti yang telah dikemukakan diatas), artikel ini hanya akan memusatkan perhatianpada perubahan makna bahasa Sunda Lulugu(selanjutnya disingkat BSL); bahasa Sunda yangdigunakan sekarang dari bahasa Sunda Kuno (se-lanjutnya disingkat BSK); bahasa Sunda yang di-gunakan pada abad ke-14. BSK ini jika dilihat dariperiode sejarah perkembangan bahasa Sunda, ter-masuk ke dalam periode I. Adapun perubahanmakna yang dimaksud, yakni perubahan bersifatmeluas dan menyempit atau mengkhusus, per-ubahan yang sifatnya halus, perubahan yang sifat-nya mengasar, dan perubahan total.

Berdasarkan pada latar belakang di atas, pene-litian ini bertujuan mendeskripsikan perubahanmakna leksikal apa saja yang terjadi dalam BSLyang berasal dari BSK.

Page 3: VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDA …

3

Winci FirdausVariasi dan Relasi Semantis Leksikal Bahasa Sunda Lulugu: Analisis Diakronis Data Lingual

LANDASAN TEORIDjadjasudarma (1993) mengemukakan per-

kembangan makna mencakup segala hal tentangmakna yang berkembang, berubah, begeser. Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya perubahanmakna, antara lain: (1) bahasa berkembang. (2)Makna kata itu sendiri samar, kacur (bisa = dapatatau bisa = racun? Tanpa konteks tak selas makna-nya). (3) Kehilangan motivasi (loss of motivation).(4) Adanya makna ganda. (5) Karena ambigu (ke-taksaaan) “ambigous context”. (6) Struktur kosakata.

Faktor-faktor yang mengakibatkan perubahanmakna sebagai akibat perkembangan makna. Per-ubahan makna terjadi dapat pula sebagai akibat:faktor kebahasaan (linguistic causes), faktor ke-sejarahan (historical causes), yang dapat diuraikanatas: objek, intuisi, ide, dan konsep ilmiah, sebabsosial (social causes), faktor psikologis (psychologicalcauses) yang berupa faktor emotif, pengaruh bahasaasing dan karena kebutuhan akan kata-kata baru(Ullman, 2007).

Pergeseran makna terjadi pada kata-kata(frasa) bahasa Indonesia yang disebut eufemisme(melemahkan makna). Caranya dapat dengan meng-ganti simbolnya (kata, frasa) dengan yang baru danmaknanya bergeser, biasanya terjadi bagi kata-katayang dianggap memiliki makna yang menyinggungperasaan orang yang mengalaminya, seperti: bui,tahanan, atau tutupan. Hal ini sejalan dengan apayang dinyatakan oleh Verhaar (1978) bahwa maknakata itu secara sinkronik, dalam waktu yang relatifsingkat tidak akan berubah, tetapi secara diakro-nik, yakni dalam waktu yang relatif lama, ada ke-mungkinan bisa berubah.

METODE PENELITIANMetode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif dengan jangkauan waktusecara diakronis, yakni membandingkan bahasaSunda sekarang dengan bahasa Sunda yang diguna-kan pada abad ke-14.

Metode yang digunakan dalam pengumpulandata atau penyediaan data adalah metode simakdan metode studi pustaka dengan teknik catatsebagai teknik lanjutan. Penelitian ini mengguna-kan metode simak dengan teknik simak libat cakapsebagai teknik lanjutan. Menurut Sudaryanto(1988: 3) dalam teknik simak libat cakap (SLC)peneliti dilibatkan langsung dalam membentuk danmemunculkan calon data. Peneliti terlibat lang-sung dalam dialog dan menyimak pembicaraan.Sudaryanto (1993: 133) mengemukakan bahwametode simak dapat disejajarkan dengan metodepengamatan atau observasi. Selain metode simak,penulis juga menggunakan metode studi pustakauntuk memperoleh data sekunder yang berkait de-ngan penggunaan kata-kata bermakna dasar ‘ja-tuh’ dalam bahasa Indonesia. Setelah melakukanpenyimakan dan studi pustaka, penulis mencatatdata-data yang terkumpul pada kartu data untukdiklasifikasi.

Tahap analisis data digunakan metode analisiskomponen makna. Metode analisis komponenmakna digunakan untuk mengetahui persamaandan perbedaan. Komponen makna ditemukandengan mengontraskan makna antarleksem dalampemakaian. Pemecahan makna kata atau leksemmenjadi komponen-komponen digunakan teknikkontrastif. Selain menggunakan metode analisiskomponen makna, juga digunakan metode agih.Teknik lanjutan yang digunakan, berupa tekniksubstitusi. Pengaplikasian sederhananya, yaitu di-lakukan dengan teknik catat. Leksem (dalamistilah semantik) atau kata (dalam istilah grama-tika) yang terdapat dalam kamus BSK mempunyaibentuk sama dengan BSL, tetapi maknanya ber-ubah dicatat. Data kata yang telah terkumpul ke-mudian diidentifikasi, diklasifikasi berdasarkanperubahan makna kata. Analisis data dilakukansecara komparatif, yaitu membandingkan maknakata dari bahasa yang berasal dari kurun waktu

Page 4: VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDA …

4

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 1, Edisi April 2018

yang berbeda, yaitu BSK dengan BSL. Hasil ana-lisis data kemudian disimpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Generalisasi MaknaPerubahan makna meluas (generalisasi) ialah

gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksemyang pada mulanya hanya memiliki sebuah ‘makna’,tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadimemiliki makna-makna lain (Chaer, 2002:141).Dalam bahasa Sunda perubahan makna meluasterjadi pada kata leuleuy, mulanya dalam BSK kataini bermakna ‘tenang’ kemudian maknanya dalamBSL berkembang meluas menjadi ‘lemah lembut,lambat, pelan’, seperti tampak pada kalimat-kalimat di bawah ini.(1) Ngadidik budak kudu ku jalan leuleuy.

mendidik anak harus oleh jalan lemah-lembut‘Mendidik anak harus dengan cara yanglemah-lembut’.

(2) Geus deukeut ka muara mah, cai walungan tehleuleuy ngocorna.Sudah dekat ke muara (Part), air sungai (Part)lambat mengalirnya.‘Setelah mendekati muara, air sungai mengalirlambat’.

Kata lainnya yang mengalami perluasan maknaadalah sumber. Kata sumber awalnya dalam BSKbermakna ‘mata air’, kini dalam BSL maknanyameluas menjadi ‘pusat keluarnya’ tidak terbataspada mata air saja. Perhatikan kalimat-kalimat dibawah ini.(3) Ti mana sumberna éta béja téh.

dari mana sumbernya itu berita (Part).‘Dari mana sumber berita itu?’

(4) Buku téh sumber élmu.Buku (Part). sumber ilmu‘Buku merupakan sumber ilmu’.

Begitu pula dengan kata rakit. Mulanya katarakit mempunyai makna ‘pasangan’. Kini maknakata rakit menjadi rakit (alat penyeberangan disungai), menyusun, mengarang cerita, rarakitan;nama salah satu jenis pantun Sunda, dan sarakitditujukan pada sepasang binatang/kerbau (Suryanidan Endang, 2003). Dengan demikian, terjadi per-luasan makna.

2. Spesialisasi MaknaPerubahan makna menyempit atau spesialisasi

adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yangmulanya mempunyai makna yang luas, kemudianberubah menjadi terbatas hanya pada sebuah katasaja (Chaer, 2002:141). Berikut disajikan senaraikata BSL dari BSK yang mengalami penyempitanmakna.(5) abdi

Kata abdi mulanya mempunyai makna ‘hamba,pelayan, sahaya’ kemudian mengalami pe-nyempitan makna menjadi ‘saya’. Abdi ‘saya’merupakan pronomina persona pertamatunggal.

(6) ajiKata aji mempunyai makna ‘buku penge-tahuan, dihargai, raja, cela, mantra, baca’.Sekarang maknanya menyempit menjadi‘baca’ ngaji bermakna ‘membaca’. Maknamembaca ini pun khusus digunakan padakegiatan membaca kitab suci Alquran danbukan pada buku-buku umum.

(7) babarKata babar dalam BSK bermakna ‘selesai’.Makna kata ini mulanya bersifat umum. Kinibabar maknanya menyempit menjadi ‘me-lahirkan’, yaitu kegiatan yang khusus dilaku-kan pada waktu persalinan.

Page 5: VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDA …

5

Winci FirdausVariasi dan Relasi Semantis Leksikal Bahasa Sunda Lulugu: Analisis Diakronis Data Lingual

(8) caduKata cadu dalam BSK mempunyai makna‘keramat, suci, budiman’. Kini dalam BSLmaknanya menyempit menjadi ‘tabu, tidakpernah’.

(9) cénangDalam BSK kata cénang mempunyai makna‘cemerlang, mengkilap’. Kata ini dapat di-gunakan secara luas, artinya makna katacénang bersifat umum. Kini seiring perkem-bangan zaman makna kata ini menyempithanya digunakan pada penyakit saja. Sekarangkata cénang mempunyai makna ‘bisul kecil’yang terlihat mengkilap.

(10) pamegetKata pameget mulanya mempunyai makna‘bangsawan, luhur, mulia, terkemuka’. Maknakata ini menunjuk kepada sifat-sifat yangbiasanya dimiliki oleh gender maskulin. Kinimakna kata pameget menyempit menjadi lebihspesifik, yaitu menunjuk pada gender mas-kulin ‘laki-laki’.

(11) panghuluKata panghulu dalam BSK mempunyai makna‘induk, dusun, kepala, petunjuk’. Sejalandengan perkembangan zaman kata panghulumenyempit menjadi khusus dikatakan padalaki-laki yang berprofesi sebagai orang yangmenikahkan pasangan yang akan menikah,yaitu ‘penghulu’.

(12) rémbétAwalnya kata rémbét mempunyai makna‘kusut, berjalin-jalin’. Kata ini mempunyaimakna umum dan dapat digunakan secaraluas. Kini kata rémbét maknanya menyempitmenjadi ‘sukar dilalui karena terhalang olehakar-akaran’.

(13) selapKata selap mulanya bermakna ‘sembunyi’.Makna kata ini bersifat umum. Seiring denganperubahan zaman kata selap berubah me-nyempit menjadi ‘selip, terselip’.

(14) tarunaKata taruna dalam BSK mempunyai makna‘remaja’. Kini makna kata taruna berubahmenjadi spesifik hanya digunakan di bidangmiliter, yaitu untuk menyebut remaja yangmengikuti pendidikan militer, ‘teruna’.

3. Makna Perubahan TotalMakna perubahan total adalah berubahnya

sama sekali makna sebuah kata dari makna asal-nya. Kemungkinan makna yang dimiliki sekarangmemang masih ada sangkut-pautnya dengan maknaasal, tetapi sangkut-paut ini tampaknya sudah jauhsekali (Chaer, 2002:141). Berikut kata-kata dalambahasa Sunda yang mengalami perubahan maknasecara total.(15) bukti

Kata bukti dalam BSK bermakna ‘makan’.Kini dalam BSL makna kata bukti berubahtotal menjadi ‘bukti’. Dalam perkembangan-nya, makna kata ini tidak dapat lagi dilihathubungan maknanya.

(16) geuingKata geuing dalam BSK mempunyai makna‘sadar, dapat makan dan minum dalamkesenangan, hidup’. Kini maknanya berubahtotal menjadi ‘memperingatkan, membangun-kan’. Dari perubahan makna kata geuing inimasih dapat dilihat adanya sangkut-pautantara makna sadar dengan membangunkan.

(17) pasiniKata pasini dalam BSK bermakna ‘membagi,membatasi, meramu’. Dalam BSL maknakata ini berubah total menjadi ‘janji’. Ketika

Page 6: VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDA …

6

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 1, Edisi April 2018

terjadi perubahan makna, maka tidak dapatdilihat lagi sangkut-paut dengan makna asal-nya.

(18) pungkurKata pungkur dalam BSK bermakna ‘pergi,pulang, belakang’. Seiring dengan perkem-bangan zaman kata ini berubah total makna-nya menjadi ‘dahulu’. Perubahan makna katapungkur sekarang ini, tidak dapat dilihat lagisangkut-paut dengan makna asalnya.

(19) rengatKata rengat dalam BSK mempunyai makna‘marah’. Dalam BSL makna kata ini berubahtotal menjadi ‘retak’. Perubahan makna katarengat sekarang ini, tidak dapat dilihat lagisangkut-paut dengan makna asalnya.

(20) silibKata silib awalnya bermakna ‘diam-diam’.Kini dalam BSL makna kata silib berkembangmeluas menjadi ‘sindiran, lambang’. Dalamperubahan makna kata ini, tidak dapat dilihatlagi sangkut-paut makna sekarang denganmakna asalnya.

(21) socaDalam BSK kata soca mempunyai makna‘basuh’. Sekarang dalam bahasa Sunda Lulugumakna kata soca mengalami perubahan totalmenjadi ‘mata’. Dalam hal ini pun, tidak dapatdilihat adanya sangkut-paut antara maknakata soca sekarang ini dengan makna asalnya.

4. Makna Penghalusan (ufemia)Menurut Chaer (2002) dalam pembicaraan

mengenai makna penghalusan, maka berhadapandengan gejala ditampilkannya kata-kata ataubentuk-bentuk yang dianggap memilki maknayang lebih halus atau lebih sopan daripada yangakan digantikan. Dalam BSL, kata yang meng-alami penghalusan terdapat pada kata:

(22) geugeuhGeugeuh dalam BSK mempunyai makna ‘isi,tempat’. Makna kata ini bersifat umum, ke-mudian makna kata ini kini berubah dandigunakan untuk menghaluskan. Ngageugeuhyang mulanya bermakna ‘mengisi, menem-pati’ kini menghalus maknanya menjadi ‘me-nguasai tempat’; makna kata ini sebagaipenghalus untuk menyebut makhluk haluspenunggu suatu tempat.

(23) rusuhKata rusuh dalam BSK mempunyai makna‘buruk, tidak teratur’. Seiring dengan perkem-bangan pemakaiannya, makna kata rusuhdalam BSL maknanya menjadi ‘terburu-buru’.Dalam perubahan makna ini terjadi maknapenghalusan dari makna asalnya.

5. Makna Pengasaran (disfemia)Kebalikan dari penghalusan adalah pengasar-

an (disfemia). Disfemia adalah usaha untuk meng-ganti kata yang maknanya halus atau bermaknabiasa dengan kata yang maknanya kasar (Chaer,2007: 154). Dalam BSL kata yang mengalamimakna pengasaran terdapat pada kata:(24) jalu

Dalam BSK kata jalu bermakna ‘laki-laki,pria, suami’. Kini dalam BSL makna kata jalumengalami pengasaran menjadi ‘jantan’.Makna awal kata jalu bersifat netral, sedang-kan sekarang makna jalu mengalami pengasar-an karena kata ini hanya digunakan untukmenyatakan jenis kelamin binatang.

(25) siaDalam BSK kata sia bermakna ‘kamu, kataganti orang ke-2 tunggal’ yang bersifat netral.Sekarang dalam BSL makna kata ini mengasar.Perubahan makna ini terjadi sehubungandengan masuknya pengaruh Mataram yang

Page 7: VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDA …

7

Winci FirdausVariasi dan Relasi Semantis Leksikal Bahasa Sunda Lulugu: Analisis Diakronis Data Lingual

mengakibatkan adanya tingkat tutur kata(speak level) dalam bahasa Sunda.

6. Perubahan KonotasiMenurut Djajasudarma (1999:73) konotasi

atau disebut juga tautan pikiran yang menyertaimakna kognitif, sangat bergantung kepada pem-bicaranya, pendengar, dan situasi (keadaan, peris-tiwa, proses) yang melingkupi. Perubahan konotasiini menjurus ke dua arah, yaitu ke arah baik (po-sitif) dan arah jelek (negatif). Lehler (1974) dalamChaer (2007) konotasi yang berkaitan dengan nilairasa kata adalah berkenaan dengan adanya rasasenang (favourable) atau tidak adanya rasa senang(unfavourable) pada seseorang apabila mendengaratau membaca kata tersebut. Dalam BSL katayang mengalami perubahan konotasi terdapatpada kata:(26) apes

Kata apes dalam BSK bermakna ‘lemah,lunak, tidak berdaya’. Kini makna kata apesmenjadi ‘sial’. Makna kata ini menjurus kearah jelek (negatif).

(27) sangsaraKata sangsara dalam BSK bermakna ‘rang-kaian hidup dan mati’. Makna kata ini bersifatnetral. Lalu sekarang makna kata sangsaradalam BSL berubah menjadi ‘sengsara tidakmendapat kesenangan’. Makna kata inimenjurus ke arah jelek (negatif).

(28) siksaKata siksa dalam BSK bermakna ‘aturan,ajaran’. Kemudian, dalam BSL kata siksa iniberubah menjadi ‘hukuman’. Kata ini punmengalami perubahan konotasi yang men-jurus ke arah jelek (negatif).

SIMPULANPerubahan makna leksikal yang terjadi dalam

BSL yang berasal dari BSK meliputi perubahan-

perubahan makna yang terjadi karena perluasanmakna, penyempitan makna, perubahan maknatotal, makna mengasar, makna menghalus, danperubahan konotasi. Kata-kata BSL yang meng-alami perubahan makna total ada yang masihdapat dilihat atau ditelusuri sangkut-pautnya darimakna asalnya, ada pula yang sudah tidak dapatdilihat. Makna mengasar dan menghalus dalamBSL dapat terjadi karena berbagai faktor, di antara-nya disebabkan oleh faktor kesejarahan, sosial,dan akibat lingkungan.

DAFTAR PUSTAKAChaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa

Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.—————. 2007. Leksikologi dan Leksikografi

Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.Djadjasudarma. 1993. Metode Linguistik: Ancangan

Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.————— 1999. Semantik 1: Pemahaman Ilmu

Makna. Bandung: PT Refika Aditama.————— 1999. Semantik 2: Pemahaman Ilmu

Makna. Bandung: PT Refika Aditama.Satjadibrata, R. 2005. Kamus Basa Sunda. Bandung:

Kiblat.Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik: Ke Arah

Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

————— 1993. Metode dan Aneka TeknikAnalisis Bahasa (Pengantar Penelitian WahanaKebudayaan Secara Linguistis). Yogyakarta:Duta Wacana University Press.

Suryani N.S., Elis dan Undang Ahmad Darsa.2003. Kamus Bahasa Sunda Kuno Indonesia.Bandung: ALQA PRINT.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal (EdisiKedua). Jakarta: Rineka Cipta.

Prawirasumantri, Abud, dkk. 2007. Kamekaran,Adegan, jeung Kandaga Kecap Basa Sunda(Cetakan ka Genep). Bandung: Geger Sunten.

Page 8: VARIASI DAN RELASI SEMANTIS LEKSIKAL BAHASA SUNDA …

8

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 1, Edisi April 2018

Ullman, Stephen. 2007. Pengantar Semantik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Verhar, J.M.W. 1978. Pengantar Linguistik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.