Vaksinasi

7
Vaksinasi Vaksinasi atau Immunisasi adalah salah satu cara untuk mencegah terkenanya berbagai macam penyakit infeksi. Vaksinasi bisa di bedakan menjadi dua, yaitu vaksinasi secara aktif dan pasif. Vaksinasi secara aktif artinya kita di berikan vaksin yang berisi virus/bakteri yang sudah di matikan atau di lemahkan atau hanya bagian tertertentu dari virus/ bakteri itu sendiri atau bahkan hanya toksinnya saja. (toksin adalah zat racun yang di produksi bakteri tertentu, sepeti pada tetanus,dll). Tujuan pemberian vaksin secara aktif adalah untuk memacu tubuh kita mengenali virus/bakteri tersebut sehingga tubuh membentuk antibody melawannya dan ketika suatu saat kita terinfeksi dgn bakteri/virus tersebut, tubuh kita bisa dengan cepat mengenali dan mengeliminasi/mengancurkan “benda asing” yg masuk tadi. antibody yang di bentuk tubuh kita sifatnya spesifis, artinya satu jenis antibody hanya mengenal satu macam bakteri/virus tertentu yang kita “perkenalkan” melalui vaksinasi…sehingga jumlah antibody dalam tubuh byk sekali untuk melawan berbagai macam penyakit yang mungkin terjadi. Berbeda dengan vaksinasi secara aktif, vaksinasi secara pasif dilakukan dengan cara memasukkan serum yang sudah mengandung antibody tuk melawan jenis penyakit tertentu atau toksinnya dalam konsentrasi tinggi. Dalam hal ini tubuh kita tidak di pacu secara “aktif” menghasilkan/membentuk antibody sendiri tetapi hanya menerima antibody yg sudah ada, mengingat proses pembentukan antibody bisa berminggu-minggu lamanya. Sejarah Immunisasi Sampai pada abad ke 19 , dokter-dokter eropa tidak berdaya melawan penyakit infeksi yang tersebar luas dan berulang kali menginfeksi penduduk yang menyebabkan wabah dan epidemi besar. Salah satu penyakit infeksi yang meluas saat itu adalah cacar, dimana sekitar 30% orang yang tertular meninggal dunia. Penderita yang berhasil sembuh ditandai dengan luka2 kulit. Satu hal yang di ketahui saat itu adalah bahwa orang akan menjadi imun/kebal dengan penyakit yang sama jika sudah satu kali tertular dan terkena cacar. Karena itu, cacar merupakan penyakit infeksi pertama yang dilakukan percobaan dengan cara menulari orang secara sengaja supaya menjadi imun terhadap virus lainnya. Di perkirakan bahwa teknik seperti ini

description

vaksinasi

Transcript of Vaksinasi

VaksinasiVaksinasiatauImmunisasiadalah salah satu cara untuk mencegah terkenanya berbagai macam penyakit infeksi. Vaksinasi bisa di bedakan menjadi dua, yaitu vaksinasi secara aktif dan pasif. Vaksinasi secara aktif artinya kita di berikan vaksin yang berisi virus/bakteri yang sudah di matikan atau di lemahkan atau hanya bagian tertertentu dari virus/ bakteri itu sendiri atau bahkan hanya toksinnya saja. (toksin adalah zat racun yang di produksi bakteri tertentu, sepeti pada tetanus,dll). Tujuan pemberian vaksin secara aktif adalah untuk memacu tubuh kita mengenali virus/bakteri tersebut sehingga tubuh membentukantibodymelawannya dan ketika suatu saat kita terinfeksi dgn bakteri/virus tersebut, tubuh kita bisa dengan cepat mengenali dan mengeliminasi/mengancurkan benda asing yg masuk tadi. antibody yang di bentuk tubuh kita sifatnya spesifis, artinya satu jenis antibody hanya mengenal satu macam bakteri/virus tertentu yang kita perkenalkan melalui vaksinasisehingga jumlah antibody dalam tubuh byk sekali untuk melawan berbagai macam penyakit yang mungkin terjadi. Berbeda dengan vaksinasi secara aktif, vaksinasi secara pasif dilakukan dengan cara memasukkan serum yang sudah mengandung antibody tuk melawan jenis penyakit tertentu atau toksinnya dalam konsentrasi tinggi. Dalam hal ini tubuh kita tidak di pacu secara aktif menghasilkan/membentuk antibody sendiri tetapi hanya menerima antibody yg sudah ada, mengingat proses pembentukan antibody bisa berminggu-minggu lamanya.Sejarah ImmunisasiSampai pada abad ke 19 , dokter-dokter eropa tidak berdaya melawan penyakit infeksi yang tersebar luas dan berulang kali menginfeksi penduduk yang menyebabkan wabah dan epidemi besar. Salah satu penyakit infeksi yang meluas saat itu adalah cacar, dimana sekitar 30% orang yang tertular meninggal dunia. Penderita yang berhasil sembuh ditandai dengan luka2 kulit. Satu hal yang di ketahui saat itu adalah bahwa orang akan menjadi imun/kebal dengan penyakit yang sama jika sudah satu kali tertular dan terkena cacar. Karena itu, cacar merupakan penyakit infeksi pertama yang dilakukan percobaan dengan cara menulari orang secara sengaja supaya menjadi imun terhadap virus lainnya. Di perkirakan bahwa teknik seperti ini sudah mulai di lakukan orang2 india atau china 200 tahun sebelum Masehi. Dokter-dokter china di zaman itu melakukannya dengan memilih orang2 yang terkena cacar ringan dan mengumpulkan bagian kulit yang terkena cacar yang sudah mengering. Hasil kumpulannya kemudian di tumbuk menjadi bubuk dan di masukkan ke dalam hidung orang yang ingin di immunisasi. LadyMary Wortley Montagumemberitakan pada tahun 1718 bahwa orang-orang turki juga melakukan hal yang serupa yaitu cairan tubuh orang yang terinfeksi di ambil kemudian di berikan ke anaknya sendiri.Juga di percaya bahwa dengan terinfeksi dengancacar sapi( berbeda dgn cacar yang berbahaya pada manusia, cacar sapi juga menyebabkan cacar tetapi hanya berlangsung ringan) menyebakan tubuh menjadi imun dengan cacar. Dokter inggris saat itu Edward Jenner ( 1749-1823) melakukan experimen dengan hal ini dan menginfeksi secara sengaja seorang anak pada tahun 1796 dengan cacar sapi tsb. Hasil experimen ini akhirnya berhasil, dan anak tsb memang menjadi imun dengan cacar. Karena itu Jenner menamai bahan imunisasinyaVaccine( berasal dari bahasa latinVaccaberarti sapi) dan teknik pemberin vaksin seperti itu di namakanVaccination(bahasa latinnyavaccinus, berarti dari sapi). Teknik ini akhirnya menjadi teknik modern pertama dalam dunia imunisasi dan mulai tersebar luas di eropa saat itu, tetapi penyebab berbagai macam penyakit infeksi masih tetap belum di ketahui.Kronik perkembangan Vaksinasi duniaNama penyakit PenyebabCacar Virus VariolaRabies Virus RabiesDemam tifoid BakteriDifteri BakteriBatuk rejan BakteriTuberkulosis (TBC) BakteriTetanus BakteriDemam kuning yellow fever VirusInfluenza/flu VirusPolio VirusBeguk VirusCampak VirusRubella VirusTick borne meningoencephalitis VirusCacar air VirusRadang paru2 BakteriHepatitis B VirusMeningitis BakteriHaemophilus Influenzae Tipe B BakteriHepatitis A VirusDiare hebat VirusJenis VaksinasiBergantung pada jenis vaksin dan jenis immunisasi yang di lakukan ( pasif ataupun aktif), penerapan imunisasi dilakukan dengan bermacam metode. Immunisasi secara aktif misalnya dilakukan secara parenteral( artinya tidak melalui usus) yaitu dengan cara menyuntikkan jenis vaksin menggunakan jarum suntik. Inipun bisa di bedakan dalam berbagai cara yaitu secara intra dermal ( di dalam kulit) subkutan ( di bawah kulit ) atau di suntikkan ke dalam otot tertentu. Selain dengan metode ini, beberapa vaksinasi di diberikan melalui oral ( masuk melalui mulut dan di telan) atau bahkan melalui hidung. Walaupun demikian, jenis pemberian yang paling banyak di lakukukan adalah melalui suntikan ke otot lengan bagian atas ( musculos deltoideus). Untuk anak2 suntikan di bagian paha bagian luar ( musculus vastus lateralis) lazim di terapkan. Penyuntikan immunisasi aktif ke otot pantat ( musculus gluteus maximus) masih perdebatkan dan dinilai kurang membawa hasil mengingat lebih seringnya efek samping yang timbul pada jenis suntikan ini (di jerman misalnya, metode penyuntikan vaksin ke pantat tidak di anjurkan) . Bertolak belakang dengan itu, immunisasi secara pasif, justru lebih sering di lakukan dibagian tubuh ini.Immunisasi secara aktifImmunisasi secara aktif adalah jenis immunisasi yang paling sering di lakukan. Pada immunisasi jenis ini bisa di bedakan antara bahan vaksin hidup dan vaksin mati, Vaksin Hidup mengandung kuman (Bakteri/Virus) yang sudah di lemahkan tetapi masih mampu berkembang biak di dalam tubuh, tetapi tidak lagi menimbulkan penyakit itu sendiri. Sebaliknya pada bahan vaksin mati, mengantung kuman yang sudah di matikan sehingga tidak lagi berkembang biak atau bahkan hanya mengandung bagian tertentu saja dari kuman tsb (antigen). Selain itu, terdapat juga bahan vaksin yang hanya mengandung bagian toksin( seperti zat racun yang di produksi bakteri tertentu) yang secara biologis tidak lagi aktif ( contohnya pada vaksin tetanus, mengandung toksin dari baktreriClostridium tetaniyang tidak lagi aktif).Berbagai macam vaksin hidup, bisa di berikan secara bersamaan, jika pelaksanaannya tidak bisa berbarengan maka jarak antara satu jenis vaksin dengan vaksin lainnya harus minimal 4 minggu. Berbeda halnya dengan itu, bahan vaksin mati atau kombinasi antara keduanya, jarak waktunya antara keduanya tidak ada. Seperti yang sudah di sebutkan diatas, vaksinya bisa di suntik di lengan kiri atas, di paha atas untuk anak kecil, dibawah kulit, di telan atau di semprot ke hidung.Dengan pemberian vaksin secara aktif, berarti tubuh kita di pacu atau di rangsang untuk menghasilkanantibodyterhadap jenis kuman yang di masukkan, tanpa menimbulkan infeksi/penyakit itu sendiri. Dalam hal ini, bagian2 tertentu dari kuman tsb, misalnya protein atau molekul polisakarid(gula), disebut sebagaiantigen, akan di kenali oleh sel-sel dari sistem imun kita sebagai benda asing dan terjadi respon/reaksi terhadapnya. Respon dari tubuh terhadahap antigen yang tidak di kenali ini membuat tubuh kita menghasilkan jenis sel darah putih,limfosit, dimana sel2 limfosit ini di pacu untuk memproduksiantibodymelawan antigen yang ada. Setelah mendapat jawaban atau respon terhadapantigentsb, sel2 ini kemudian melakukan diferensiasi menjadi sel pengingat ataumemory B cell. Melalui sel2 pengingat ini, yang terus melakukan sirkulasi atau patroli dalam darah, maka tubuh kita tetap terjaga dan aman untuk melawan antigen tsb dan dengan demikian efek vaksinasinya bisa bertahan lama. Jika suatu saat kuman yang sama masuk ke dalam tubuh kita dan bertemu dengan sel2 pengingat ini yang sedang patroli, maka sel2 ini dengan cepatnya dan sangat efisien memberikan respon/jawaban terhadap antigen tsb dengan cara menghasilkan antibody yang bisa menghancurkan dan mengeliminasi kuman tersebut sebelum muncul penyakitnya.Immunisasi secara pasifImunisasi secara pasif mulai di perkenalkan oleh emil von Behring pada tahun 1890 ketika ia mengembangkan cara melawan difteri. Pada imunisasi jenis ini, antibody langsung di suntik ke dalam tubuh. Kelebihannya adalah bahwa tubuh kita tidak harus memproduksi antibody sendiri, dimana proses produksinya bisa lebih dari seminggu. Sebagai penggantinya, Serum yang mengandung antibody yang di suntikkan bisa segera mengenali kumann (bakteri / virus) yang masuk, sehingga sistem imun dari pasien tersebut bisa merespon/bereaksi dan akhirnya bisa di hancurkan. Pada umumnya imunisasi secara pasif seperti ini hanya bertahan beberapa minggu atau bulan saja, setelah itu antibody pinjaman ini di hancurkan dan di keluarkan dari tubuh. Oleh karena itu, bahaya akan adanya infeksi baru dengan kuman yang sama masih tetap ada, karena dalam bentuk imunisasi cepat seperti ini, tubuh kita tidak di rangsang membentuk sel2 pengingat. Maka dari itu juga, imunisasi secara pasif ini biasa di berikan sebagai imunisasi darurat jika tubuh kita sudah terkena kontak dengan kuman berbahaya. Sebagai contohnya jika terjadi dugaan terkena infeksi tetanus atau rabies sesudah gigitan anjing. Pasien dengan luka yang terkontaminasi serta tidak mengetahui pernah di vaksin atau tidak dengan kuman penyebab penyakit yang di duga ( status imunisasi di pertanyakan) maka selain vaksinasi secara aktif juga di berikan imunisasi secara pasif ini untuk menghindari terjadinya infeksi tsb. caranya adalah dengan menyuntikkan vaksin di dua bagian tubuh yang berbeda. Sesudah resorpsi / penyerahan bahan vaksinnya dan mencapai aliran darah, antibody yang di suntikkan akan mentralisasi antigen atau toksin yang mungkin ada dan tetap bertahan di dalam darah sampai tubuh kita menghasilkan antibody sendiri sebagai respon imunisasi aktif yang di berikan tsb. Dalam hal ini, Interval waktu sampai pembentukan sendiri antibody tsb bisa di jembatani.Pada umumnya antibody yang di pakai ini berasal dari manusia, caranya adalah hasil donor darah tsb di kumpulkan menjadi satu ( pool darah ) kemudian dari itu antibody nya di ekstraksi ( proses pemisahan). Hal ini tentunya bisa beresiko terutama untuk penyakit2 yang proses penularannya tidak di ketahui ( misalnya BSE atau penyakit sapi gila). Juga untuk penyakit yang sudah di ketahui pun ( misal HIV) tetap bisa terkontaminasi dan di tularkan jika proses pengerjaannya tidak sesuai aturan. tetapi selain antibody dari manusia ini, mulai di kembangkan antibody secara gen teknik di mana di produksi dengan antibody spesifis untuk melawan jenis penyakit tertentu ( antibody monoklonal). Contoh antibody monoklonal ini adalah imunisasi secara pasif denganPalivizumabmelawanRespiratory Syncytial Virus(RSV) terutama untuk bayi prematur yang terancam infeksi ini.Prinsip imunisasi pasif ini juga diterapkan untuk melawan racun ular. Zat yang di produksi ini bernamaAntivenin( atau Antivenom), yaitu dengan cara menyuntikkan jumlah kecil dari racun ular tsb ke binatang, terutama kuda, domba, kambing atau kelinci. Binatang2 ini kemudian membentuk antibody melawan protein yang ada dalam racun tsb, kemudian antibody nya di saring (ekstraksi) dari darah hewan2 tsb, di ambil dan di berikan ke pasien yang terkena gigitan ular.Serupa dengan imunisasi pasif juga terjadi pada bayi yang baru lahir. Si bayi mendapat antibody dari ibunya melalui plasenta dan bisa terlindungi untuk jangka waktu tertentu akan munculnya penyakit infeksi. Imunitas pinjaman ini akan berkurang efeknya dalam beberapa bulan pertama. Jika Sang Ibu tetap menyusui anaknya, antibody sang ibu masih tetap bisa di berikan melalui ASI sehingga si bayi masih bisa tetap terlindungi akan bahaya penyakit infeksi ( tidak untuk semua jenis penyakit, terutama yang menyerang sistem pencernaan).Kemanjuran imunisasiKemanjuran suatu jenis vaksin melawan berbagai macam penyakit infeksi telah lebih dari 50 tahun di dokumentasikan oleh badan2 pemerintahan bagian ini. Di eropa misalnya, setiap jenis vaksin sebelum mendapat izin peredaran harus melaluiEuropean medicine agency, di mana vaksin2 tersebut di buktikan kembali efektifitasnya secara preklinis dan klinis, dan setelahnya tetap di konrol secara berkelangsungan. Seperti diketahui, tidak ada vaksin satu pun yang bisa melindungi 100% dari setiap jenis penyakit infeksi. Perlindungan ini berbeda antara satu vaksin dan vaksin lainnya, tetapi walaupun demikian, vaksin2 yang di anjurkan oleh pemerintah tetap bisa menurunkan secara drastis kemungkinan terjadinya infeksi tsb. Ada juga jenis vaksinasi, yang membuat kelangsungan penyakit menjadi lebih ringan sehingga bisa tetap melindungi akan adanya komplikasi yang hebat.Sesuai keterangan WHO danGlobal Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI) bahwa pada tahun 2002 terdapat sekitar 2 juta orang meninggal karena penyakit infeksi yang seharusnya bisa di hindari kalau terjadi imunisasi/vaksinasi. Pemberantasan penyebab kematian seperti ini juga menhjadi tujuan WHO melalui program imunisasi yang di anjurkan. Keberhasilan program tersebut sekaligus sebagai bukti kemanfaatan/kemanjuran vaksinasi.