uu

13
1 Contoh Tugas DDMM (Tanpa Di-layout): PROPOSAL PENERBITAN MAJALAH “PLESIR” PROBLEMATIKA Indonesia adalah negara yang kaya. Memiliki bentang alam yang menawan dan sumber daya yang melimpah. Sedemikian makmurnya negara ini, sampai-sampai grup musik Koes Plus memberikan metafora khusus dalam syair lagunya. Sebut saja istilah seperti “kolam susu” untuk lautan, atau “tongkat ditanam jadi pohon singkong” sebagai analogi atas suburnya tanah Indonesia. Belum cukup puja dan puji itu, berbagai slogan pun membanjir, untuk melecut ingatan siapapun yang sedang membaca tulisan “Indonesia”, dan selalu ingin mengunjunginya. Jika pun sudah pernah bertandang ke bumi Pertiwi dan harus pergi, kapan-kapan akan kembali lagi. Namun ternyata slogan hanyalah sebuah rangkaian kata tanpa makna. Meski sudah sedemikian bagusnya tanah air ini digambarkan, ternyata rakyatnya sendiri belum bisa menghargai apa yang mereka miliki, termasuk dalam bidang pariwisata. Meski situs tourismindonesia.com mencatat bahwa jumlah wisatawan tahun ini meningkat sebanyak 11,96 % dari tahun lalu (per Maret 2005), namun ternyata jumlah wisatawan mancanegara lebih banyak ketimbang wisatawan domestik. Dari salah satu jalan masuk wisatawan di Bandara Ngurah Rai, misalnya. Didapat data bahwa jumlah turis mancanegara mencapai 130 ribu orang, sedangkan wisatawan dalam negeri tidak sampai setengahnya, tepatnya 52.690 orang (www.tourismindonesia.com). Artinya, warga negara Indonesia ternyata tidak memberikan kontribusi besar dalam pembangunan pariwisata dan budaya negaranya sendiri (dalam bentuk devisa). Konsep berwisata di kepala sebagian besar rakyat Indonesia adalah pergi keluar negeri, mengunjungi surga fesyen di Paris, kota judi Las Vegas, atau melihat patung Liberty di New York. Pokoknya luar negeri. Dan jika sudah pergi ke sana, ada sebuah prestise yang muncul dan dapat menaikkan gengsi. Ironisnya, orang Indonesia justru tak mengenal totem ukiran asli suku Asmat dengan baik, ada pantai indah berpasir lembut di bagian selatan Lampung, atau bahkan terumbu karang yang mulai punah di laut Sulawesi. Akibatnya, masyarakat kita malah tak mengenal dengan baik karakteristik dan kondisi pariwisata negaranya dengan baik. Di samping itu, pembangunan pariwisata di Indonesia tidak seimbang. Hanya titik- titik tertentu saja yang diberi subsidi, tanpa memiliki keinginan kuat untuk mengeksplorasi bagian-bagian lain di ribuan pulau di Indonesia. Dan orang-orang pun hanya mengenal Bali, Taman Laut Bunaken, Pantai Parangtritis, dan situs-situs budaya seperti Borobudur dan Prambanan. Padahal, kian hari tempat-tempat itu semakin terlihat “tua” dan “lelah”, karena terlalu banyak pengunjung. Sementara, tempat-tempat indah lain di Indonesia masih dibiarkan diam dan tak terurus. Fenomena ini sudah mengemuka ketika Indonesia belum tertimpa bencana. Dan ketika berbagai bencana datang bertubi-tubi menimpa bumi Indonesia beberapa bulan terakhir, maka penderitaan “tokoh” nasional bernama Pariwisata seolah menjadi semakin lengkap. Situs-situs budaya dan aset wisata di Aceh dan Nias, misalnya, sudah hampir punah tertelan bencana. Sementara itu, konsentrasi pemerintah Indonesia masih tersita untuk menolong para pengungsi dan membangun ulang infrastruktur kehidupan di Aceh dan Nias. Pariwisata belum menjadi prioritas, meski sudah ada beberapa pengamat yang mulai cemas. Beruntung, saat ini sudah ada beberapa acara di televisi yang menayangkan program-program eksplorasi ke berbagai pelosok negeri, namun rasanya itu belum cukup mengakomodir keingintahuan masyarakat tentang kondisi wisatanya sendiri.

description

INI

Transcript of uu

  • 1

    Contoh Tugas DDMM (Tanpa Di-layout): PROPOSAL PENERBITAN

    MAJALAH PLESIR

    PROBLEMATIKA

    Indonesia adalah negara yang kaya. Memiliki bentang alam yang menawan dan sumber daya yang melimpah. Sedemikian makmurnya negara ini, sampai-sampai grup musik Koes Plus memberikan metafora khusus dalam syair lagunya. Sebut saja istilah seperti kolam susu untuk lautan, atau tongkat ditanam jadi pohon singkong sebagai analogi atas suburnya tanah Indonesia.

    Belum cukup puja dan puji itu, berbagai slogan pun membanjir, untuk melecut ingatan siapapun yang sedang membaca tulisan Indonesia, dan selalu ingin mengunjunginya. Jika pun sudah pernah bertandang ke bumi Pertiwi dan harus pergi, kapan-kapan akan kembali lagi.

    Namun ternyata slogan hanyalah sebuah rangkaian kata tanpa makna. Meski sudah sedemikian bagusnya tanah air ini digambarkan, ternyata rakyatnya sendiri belum bisa menghargai apa yang mereka miliki, termasuk dalam bidang pariwisata. Meski situs tourismindonesia.com mencatat bahwa jumlah wisatawan tahun ini meningkat sebanyak 11,96 % dari tahun lalu (per Maret 2005), namun ternyata jumlah wisatawan mancanegara lebih banyak ketimbang wisatawan domestik.

    Dari salah satu jalan masuk wisatawan di Bandara Ngurah Rai, misalnya. Didapat data bahwa jumlah turis mancanegara mencapai 130 ribu orang, sedangkan wisatawan dalam negeri tidak sampai setengahnya, tepatnya 52.690 orang (www.tourismindonesia.com). Artinya, warga negara Indonesia ternyata tidak memberikan kontribusi besar dalam pembangunan pariwisata dan budaya negaranya sendiri (dalam bentuk devisa).

    Konsep berwisata di kepala sebagian besar rakyat Indonesia adalah pergi keluar negeri, mengunjungi surga fesyen di Paris, kota judi Las Vegas, atau melihat patung Liberty di New York. Pokoknya luar negeri. Dan jika sudah pergi ke sana, ada sebuah prestise yang muncul dan dapat menaikkan gengsi.

    Ironisnya, orang Indonesia justru tak mengenal totem ukiran asli suku Asmat dengan baik, ada pantai indah berpasir lembut di bagian selatan Lampung, atau bahkan terumbu karang yang mulai punah di laut Sulawesi. Akibatnya, masyarakat kita malah tak mengenal dengan baik karakteristik dan kondisi pariwisata negaranya dengan baik.

    Di samping itu, pembangunan pariwisata di Indonesia tidak seimbang. Hanya titik-titik tertentu saja yang diberi subsidi, tanpa memiliki keinginan kuat untuk mengeksplorasi bagian-bagian lain di ribuan pulau di Indonesia. Dan orang-orang pun hanya mengenal Bali, Taman Laut Bunaken, Pantai Parangtritis, dan situs-situs budaya seperti Borobudur dan Prambanan. Padahal, kian hari tempat-tempat itu semakin terlihat tua dan lelah, karena terlalu banyak pengunjung. Sementara, tempat-tempat indah lain di Indonesia masih dibiarkan diam dan tak terurus.

    Fenomena ini sudah mengemuka ketika Indonesia belum tertimpa bencana. Dan ketika berbagai bencana datang bertubi-tubi menimpa bumi Indonesia beberapa bulan terakhir, maka penderitaan tokoh nasional bernama Pariwisata seolah menjadi semakin lengkap. Situs-situs budaya dan aset wisata di Aceh dan Nias, misalnya, sudah hampir punah tertelan bencana. Sementara itu, konsentrasi pemerintah Indonesia masih tersita untuk menolong para pengungsi dan membangun ulang infrastruktur kehidupan di Aceh dan Nias. Pariwisata belum menjadi prioritas, meski sudah ada beberapa pengamat yang mulai cemas.

    Beruntung, saat ini sudah ada beberapa acara di televisi yang menayangkan program-program eksplorasi ke berbagai pelosok negeri, namun rasanya itu belum cukup mengakomodir keingintahuan masyarakat tentang kondisi wisatanya sendiri.

  • 2

    Penjelajahan yang dilakukan belum cukup optimal untuk merangsang minat dan perhatian masyarakat. Orang-orang tetap butuh bacaan yang mengulas habis sektor pariwisata dan budaya Indonesia, di tengah dinamika mindset masyarakat yang sangat terobsesi dengan pariwisata luar negeri. Padahal, banyak pusaka negeri ini yang sama berharganya dengan menara Pisa atau Colosseum Roma. SOLUSI

    Realitas di lapangan menunjukkan, selama ini belum ada media yang mengkhususkan diri mengulas informasi tentang sektor pariwisata dan budaya Indonesia sekaligus. Akibatnya, perhatian terhadap dua sektor ini semakin berkurang. Masyarakat jadi tidak punya rasa memiliki (sense of belonging) terhadap hartanya sendiri. Bahwa sebenarnya sumber daya pariwisata dan aset budaya Indonesia adalah tanggung jawab seluruh warga negara Indonesia, bukan hanya pekerjaan rumah bagi pemerintah.

    Hadirnya PLESIR sebagai media baru tentu tidak akan dirasa aneh dan mubazir, mengingat majalah setebal 80 halaman ini berusaha hadir untuk menjawab kegersangan dan berbagai masalah tersebut di atas. Tidak hanya berperansebagai travelling guide, PLESIR juga mengemban misi idealis untuk merangsang pembangunan pariwisata dan budaya daerah. Dengan asumsi bahwa jika suatu daerah makin sering diliput dan diangkat oleh media, maka dengan sendirinya muncul dorongan pada tubuh pemerintah daerah untuk terus memperbaiki dan mempercantik daerahnya masing-masing. Pada akhirnya, segala potensi pariwisata dan budaya yang tersebar di seluruh pelosok negeri akan dapat dioptimalkan.

    PLESIR berusaha menempatkan fungsi sosial di atas fungsi ekonominya. Sebab, majalah ini berpedoman jika fungsi sosialnya sudah terbangun kuat, maka dengan mudah fungsi ekonomi akan berjaln. Dari fungsi sosial-ekonomi inilah PLESIR akan menjalin kerjasama dengan berbagai biro wisata, resort, dan bahkan Departemen Pariwisata Republik Indonesia.

    Di samping itu, strategi bisnis PLESIR dilakukan dengan profesionalitas. Persiapan yang matang untuk proses produksi, peluncuran produk, promosi, dan periklanan. Hal ini menjadi suatu keharusan karena PLESIR harus membiayai keseluruhan aktivitas produksinya. Iklan adalah komponen utama yang diupayakan menjadi sumber pemasukan selain penjualan produk dan saham. TUJUAN

    Tujuan penerbitan majalah PLESIR adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi seputar dunia pariwisata dan budaya Indonesia secara

    detil di tiap daerah, lengkap dengan segala permasalahannya. 2. Memberi ruang kepada masyarakat untuk mengenali, mengamati, dan

    menganalisis dunia pariwisata dan budaya tanah air yang kian tersisihkan dari agenda pemerintah.

    3. Mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan sekaligus mengoptimalkan aset serta infrastruktur pariwisata dan budaya di daerahnya.

    4. Menarik masyarakat untuk lebih berapresiasi dan menghargai pariwisata dan aset budaya.

    5. Dapat menjadi travelling guide bagi penikmat kegiatan jalan-jalan.

  • 3

    PARADIGMA

    Sebagaimana dalam usaha penerbitan media massa pada umumnya, ada dua paradigma yang dijadikan landasan berpijak penerbitan majalah PLESIR, yaitu:

    1. Paradigma Propaganda (Misionaris)

    Dalam hal ini penerbitan pers dipandang sebagai usaha untuk mempengaruhi orang lain. Sifatnya yang top-down memungkinkan penyebaran ide-ide dan tujuan organisasi pada masyarakat dengan suatu maksud tertentu. Institusi media yang menggunakan paradigam ini memiliki tendensi utama, yaitu memperkenalkan visi dan misi organisasi yang berada di belakangnya. Maka tak jarang jika misi organisasi tersebut telah mengakar kuat dan dijadikan landasan operasional penerbitan media.

    Biaya produksi dalam penerbitan pers ditanggung oleh organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu, sangat mungkin para pemilik organisasi tersebut melakukan intervensi yang cukup jauh dalam hal penyajian isi media. Perspektif misionaris memandang usaha penerbitan media semata-mata untuk pengembangan organisasi, dan bukan sebagai usaha memperoleh laba.

    2. Paradigma Pasar

    Media massa yang menganut pandangan ini merefleksikan realitas dinamis kehidupan masyarakat. Berangkat dari paradigma ini, akses media massa bersifat bottom-up. Masyarakat memiliki kebebasan untuk memperoleh informasi yang diinginkan sesuai selera masing-masing. Perspektif ini menjadikan profit adalah tujuan utama usaha penerbitan media, sehingga biaya produksi disuplai oleh pembacanya melalui pembayaran melalui eceran maupun langganan.

    Keberhasilan paradigma ini sangat tergantung dari bagaimana industri pers mampu memunculkan berbagai dinamika pembaca dalam medianya. Kepentingan public harus terwakili, dengan penyajian berita yang berkualitas.

    Dualisme paradigma ini di atas tidaklah saklek saat diterapkan di lapangan. Kenyataan yang ada menunjukkan suatu kecenderungan penggunaan paradigma-paradigma itu secara kombinasi. Media massa tertentu yang didasari satu paradigma juga memasukkan unsur-unsur paradigma yang lain. Sebuah penerbitan majalah yang dijadikan alat propaganda, misalnya, kadang-kadang juga merefleksikan realitas dinamik masyarakatnya. Begitu juga sebaliknya.

    Majalah PLESIR hadir dengan menggunakan paradigma yang kedua, sebab majalah ini memiliki misi merefleksikan realitas kehidupan yang ada. Realitas ini dapat diamati dari kebutuhan masyarakat akan informasi pariwisata domestik Indonesia. Walaupun di dalamnya terkandung misi ideal tentang pendidikan dan pengembangan pariwisata Indonesia yang selama ini belum tersentuh, namun misi yang diemban bukanlah kepentingan organisasi yang ditanamkan pada kehidupan masyarakat. Misi PLESIR adalah propaganda mulia untuk memperkaya pengetahuan bangsa Indonesia tentang kondisi pariwisata, termasuk menumbuhkan rasa cinta pada negerinya.

    Sebagai tindak lanjut dari paradigma yang dijadikan landasan penerbitannya, PLESIR menjalankan strategi bisnis yang menganut sistem ekonomi pasar. Langkah ini perlu ditempuh, karena jika suatu penerbitan terlalu naf dan sombong untuk tidak memikirkan laba, maka tak ada biaya penopang yang memungkinkan sebuah usaha media bisa bertahan. Apalagi, ada persoalan lain tentang penyediaan lapangan kerja bagi sebagian orang.

    Akan tetapi, jangan sampai ideologi keuntungan itu menjadikan media massa tidak lagi jndependen. Profesionalitas harus tetap dijaga, agar media massa tetap bisa merefleksikan realitas kehidupan masyarakatnya dengan seimbang, pun agar tetap mempertahankan loyalitas pembacanya. Profesionalitas ini juga berkaitan dengan pendapatan kue iklan dengan institusi media lain, baik persaingan dengan media sejenis atau tidak. Institusi media dituntut untuk mempersiapkan segala sesuatunya

  • 4

    dengan taktis dan matang. Sehingga, kesetiaan pembaca yang juga menjadi salah satu penentu hidup-matinya PLESIR tetap bisa terjaga.

    JENIS DAN BENTUK MEDIA a. Format

    Sebagai media yang ertikelnya tetap relevan untuk dibaca di kemudian hari, PLESIR mengambil format majalah yang memiliki sifat lebih eksklusif, ringkas, mudah dibawa, dan tidak mudak rusak.

    PLESIR dapat digunakan sebagai majalah panduan yang layak didokumentasikan sampai kapanpun. Untuk itu, majalah ini membutuhkan bentuk yang simple dan tahan lama dengan bahan yang baik, resolusi warna yang berkualitas, plus lay out menarik yang digarap secara teliti.

    Pertimbangan lain dengan format majalah adalah: Majalah memiliki added value dari sekedar lembaran-lembaran tipis yang

    terpisah. Majalah mampu mengangkat citra isi yang ditampilkan menjadi lebih prestise

    dimata pembacanya. Usia edar majalah lebih panjang bila dibandingkan dengan media massa cetak

    berformat lain, karena usia majalah juga lebih panjang jika ingin dipajang atau dikoleksi.

    Majalah memberi keleluasaan lebih bagi para desainer grafis, sehingga tata letak dan perwajahan dalam majalah dapat tampil lebih menarik dan detil.

    b. Nama Media

    Majalah pariwisata dan budaya ini menggunakan nama PLESIR yang memiliki dimensi makna filosofis yang dalam. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata plesir berasal dari kata pelesir yang artinya berjalan-jalan untuk bersenang-senang, bertamasya, atau pesiar. Tentunya, aktivitas pesiar tak dapat lepas dari wahana pariwisata dan budaya. Melalui aktivitas itu pula, sektor pariwisata dan budaya mendapat tempat yang khusus.

    Dari pengertian tersebut ingin ditegaskan bahwa PLESIR adalah majalah yang peduli terhadap aset pariwisata dan budaya Indonesia sekaligus meneropong perkembangannya dan menjaga kelestarian kedua sektor tersebut.

    Motto PLESIR yang berbunyi Untuk pariwisata dan budaya Indonesia menggambarkan bahwa majalah ini memang secara idealis khusus mengabdi pada pembangunan pariwisata dan budaya Indonesia. Besar harapan majalah ini akan membantu meningkatkan devisa negara dari bidang pariwisata dan budaya, yang akhir-akhir ini kian terpuruk akibat berbagai bencana dan konflik multidimensional yang dihadapi negara.

    c. Spesifikasi

    Ukuran majalah: 280 x 210 mm Posisi: vertikal/tegak/format potret Tebal: 80 halaman (sudah termasuk cover depan dan belakang) Warna: full color Jenis kertas Cover: Artpaper 200 gram Jenis Kertas Isi: Artpaper 100 gram

    d. Waktu Penerbitan

    Majalah PLESIR mengambil periodisasi terbit setiap satu bulan sekali. Periodisasi ini memberikan waktu yang cukup untuk melakukan riset dan eksplorasi terhadap

  • 5

    perkembangan pariwisata Indonesia dengan ulasan mendalam dengan analisis interpretatif dan investigative. Sehingga, berita yang disajikan lebih dalam dengan data yang akurat dan valid. Waktu sebulan juga cukup untuk mengerjakan proses produksi, baik pra-cetak (lay outing) maupun cetak secara matang dan tidak terburu-buru. e. Ciri Khas

    1. Topik utama yang diangkat tiap edisi khusus membahas satu daerah saja. Sehingga, setiap edisi PLESIR adalah edisi khusus. Edisi khusus Bali, edisi khusus Papua, dan lain-lain.

    2. Tulisan dan background PLESIR yang berwarna hijau kombinasi kuning menggambarkan keadaan alam Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya. Hijau juga mewakili nuansa teduh dan tenang namun tetap terasa segar. Selain itu, kombinasi dua warna cerah tersebut juga sangat eye catcing di mata pembaca. Tulisan tersebut menjadi logo resmi majalah dan telah didaftarkan pada departemen kehakiman serta menjadi hak paten pihak majalah PLESIR. Fontase huruf PLESIR yaitu John Handy, memberikan kesan santai. Sebab, majalah PLESIR yang dapat dibaca saat santai berkorelasi dengan suasana jalan-jalan sebagai kegiatan pelepas lelah dan membutuhkan rasa rileks.

    3. Warna dasar cover yanag akan selalu berubah dinamis sesuai tema yang diusung tiap edisinya.

    SASARAN PEMBACA

    Sasaran pembaca sangat penting artinya untuk menentukan efektifitas komunikasi sehingga transfer informasi dapat berproses. Majalah PLESIR sebenarnya memang ditujukan pada sasaran spesifik, yaitu utamanya adalah orang-orang yang suka bepergian (travelling), senang menjelajah tempat-tempat baru, baik untuk turis domestik maupun mancanegara. Majalah ini juga ditujukan untuk orang-orang yang memiliki minat besar terhadap budaya tradisional daerah, para ekspatriat dan backpackers (sebutan populer untuk orang yang suka berjalan jauh dengan menyandang tas ransel besar di punggungnya).

    Jika melihat target utama tersebut, maka sasaran PLESIR adalah masyarakat dari kalangan menengah ke atas yang secara gradual memiliki kemapanan pendapatan, pendidikan dan usia. Khusus untuk segmentasi usia, PLESIR ditujukan untuk pembaca berusia 20 tahun ke atas.

    Akantetapi, pembatasan-pembatasan di atas tidak menutup kemungkinan pihak lain di luar target tersebut, seperti mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, dan lain-lain.

    Berdasarkan letak geografis, segmentasi dilakukan dengan cara membagi daerah sasaran awal menjadi lima wilayah yang merupakan kota besar dan pasar potensial di Indonesia. Pemilihan wilayah ini berkaitan dengan atmosfer pendidikan, potensi ekonomi dan konsentrasi massa yang tinggi. Perlakuan di lima kota besar ini adalah upaya uji coba terhadap tanggapan masyarakat. Setelah itu, sesai dengan tujuan awalnya, PLESIR akan melebarkan sayap distribusinya ke seluruh wilayah Indonesia.

    Kelima kota yang dipilih berdasarkan potensi, kondisi, dan kualitas sasaran pembacanya adalah:

    1. Jakarta : 25 % 2. Bali : 25 % 3. DIY : 20 % 4. Surabaya : 15 % 5. Medan : 15 %

  • 6

    RUBRIKASI Isi dan bentuk majalah PLESIR akan dirinci dalam rubrik-rubrik. Selain memberi kesan mapan bagi eksistensi media, rubrikasi juga akan memudahkan manajemen redaksional. Karena isi PLESIR berkaitan dengan dunia pariwisata dan budaya, nama-nama rubrik pun diadaptasi dari istilah-istilah pariwisata dan budaya, serta hal-hal yang berhubungan dengan dua dunia tersebut.

    Rubrikasi ini dituangkan dalam rubrik-rubrik utama sebagai kerangka besar yang dipecah menjadi subrubrik. Rubrik utama akan muncul secara rutin tiap edisi, sedangkan subrubrik muncul mengikuti kebijakan redaksi dan disesuaikan dengan kebutuhan.

    Rubrikasi majalah PLESIR adalah sebagai berikut: 1. Beranda

    Sebagaimana editorial atau tajuk sebuah media, Beranda memuat pandangan-pandangan media terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia pariwisata dan budaya, khususnya Indonesia.

    2. Sapa Kami Adalah kolom surat pembaca yang berisi feedback atas keseluruhan isi majalah PLESIR dan merupakan ruang keluh kesah masyarakat terhadap perkembangan dan kondisi pariwisata dan budaya tanah air.

    3. Galeri Adalah menu yang berisi daftar materi yang disajikan dalam sebuah edisi, lengkap dengan penempatan halaman agar pembaca mudah menjelajah dan memilih sajian untuk dibaca terlebih dahulu.

    4. Eksplorasi Dengan makna menjelajah, Eksplorasi menjadi rubrik yang berisi liputan utama dengan jumlah halaman paling banyak. Rubrik ini berisi penjelajahan PLESIR pada suatu daerah, sesuai dengan komitmen PLESIR yang hanya membahas satu daerah saja di tiap edisi.

    5. Cuci Mata Berisi liputan tentang pernak-pernik atau oleh-oleh khas yang berasal dari daerah yang sedang dibahas, disertai dengan informasi mengenai tempat-tempat untuk mendapatkannya.

    6. Wisata Kuliner Hampir mirip dengan rubrik Cuci Mata, hanya saja informasi yang diberikan mengenai makanan khas daerah setempat.

    7. Lanskap Adalah esai foto tentang bentang alam dari berbagi sudut daerah yang sedang dibahas.

    8. Tips Adalah rubrik yang berisi berbagai tips ketika berwisata, dan hal-hal lain yang berkaitan erat dengan dunia pariwisata dan budaya. Rubrik ini tidak terikat dengan daerah yang sedang dibahas dalam edisi.

    9. Rupa-Rupa Berisi kilas berita dan beragam artikel lepas yang menyoroti tentang dunia pariwisata dan budaya baik domestic maupun mancanegara. Dalam rubrik ini, sumber artikel tidak hanya berasal dari redaksi, tapi juga para pembaca atau kontributor. Sama dengan Tips, informasi dalam rubrik ini bias mengenai apa saja, tidak harus berhubungan dengan daerah khusus dalam edisi.

    10. Pusaka Kota Membahas tentang keadaan daerah yang dibahas dalam edisi yang bersangkutan, ditinjau dari segi pariwisata. Dalam rubrik ini dibahas pula mengenai pos-pos pariwisata daerah tersebut yang belum terbangun namun menyimpan potensi yang besar untuk dikembangkan lebih lanjut.

  • 7

    11. Bentang Budaya Banyak mengulas tentang peta budaya di daerah yang sedang dibahas, ikon budayanya, atau sejarah budaya daerah tersebut.

    12. Turis Bulan Ini Manifestasi dari rubrik profil pada umumnya. Tokoh yang dibahas dalam rubrik ini tidak harus orang-orang yang berhubungan dengan pariwisata secara praksis, tapi bisa public figure yang memiliki pengalaman unik maupun kepedulian tersendiri terhadap dunia pariwisata dan budaya.

    PEMBAGIAN HALAMAN

    Pendekatan yang digunakan dalam pembagian halaman ini adalah kombinasi antara metode kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian, jika ada informasi yang kurang berbobot atau tidak layak muat maka akan disubstitusi dengan rubrik lain yang dirasa lebih layak.

    Tetapi PLESIR bertekad untuk tetap konsisten membagi halaman sesuai plot jatah awal, yaitu semua rubrik disajikan dengan kualitas optimal. Sehingga, tiap edisi dapat dibagi sebagai berikut: Jumlah total: 80 halaman. Dibagi menjadi:

    1. Beranda : 3 halaman 2. Sapa Kami : 2 halaman 3. Galeri : 2 halaman 4. Eksplorasi : 10 halaman 5. Cuci Mata : 5 halaman 6. Wisata Kuliner : 5 halaman 7. Lanskap : 4 halaman 8. Tips : 5 halaman 9. Rupa-Rupa : 8 halaman 10. Pusaka Kota : 5 halaman 11. Bentang Budaya : 5 halaman 12. Turis Bulan Ini : 6 halaman 13. Iklan 25 % : 20 halaman

    OPLAH DAN HARGA JUAL

    Berdasarkan survei banding yang telah dilakukan terhadap media-media lain pada awal peluncurannya dan berdasar pula jumlah sasaran pembaca potensial, maka PLESIR mengambil oplah awal sebesar 50.000 eksemplar dan diterapkan sebagaimana konsep awal tentang segmentasi pasar menurut geografis, sebagai berikut:

    1. Jakarta : 25 % x 50.000 eksemplar = 12.500 2. Bali : 25 % x 50.000 eksemplar = 12.500 3. DIY : 20 % x 50.000 eksemplar = 10.000 4. Surabaya : 15 % x 50.000 eksemplar = 7.500 5. Medan : 15 % x 50.000 eksemplar = 7.500

    Harga yang dibanderol adalah Rp. 20.000,00 per eksemplarnya. Harga ini telah

    disesuaikan dengan keseluruhan perhitungan biaya produksi dan biaya operasional (lihat lampiran).

    Secara psikologis harga tersebut merupakan harga yang realit terjangkau untuk ukuran majalah, dan pembulatan angka Rp. 20.000,00 juga akan memudahkan transaksi.

  • 8

    PROMOSI Melalui langkah promosi yang gencar, diharapkan masyarakat akan mengenal

    majalah PLESIR sebagai produk baru yang memberi informasi pariwisata dan budaya seperti yang mereka nantikan selama ini. Promosi akan dilakukan secara terencana dan matang melalui berbagai kombinasi cara yang berasal dari konsep marketing mix.

    Promosi selain memperkenalkan produk juga bertujuan mengikat setiap pemabaca agar tetap setia pada majalah PLESIR. Promosi akan ditempuh dengan beberapa metode, yaitu:

    1. Pemasangan spanduk di tempat-tempat keramaian, seperti jalan utama, perempatan, mal-mal, dan sebagainya.

    2. Penayangan iklan di televisi lokal maupun nasional. Kemunculan televisi-televisi lokal beberapa tahun terakhir semakin membuka jalan bagi PLESIR untuk mendekati calon pembacanya, apalagi di daerah-daerah distribusi. PLESIR akan diiklankan di stasiun-stasiun televisi tersebut, terutama sebagai langkah perkenalan awal berskala nasional.

    3. Publikasi di internet, baik lewat situs sendiri maupun sebagai banner di homepage lain.Di home page sendiri (www.plesir-online.com) majalah PLESIR akan secara rutin di upload dan fungsi homepage akan dioptimalkan sebagai media interaksi PLESIR dengan pembacanya.

    4. Direct mail dan mail order advertising. Brosur dikirim ke biro wisata dan perjalanan, resort-resort di daerah, hotel, dan restoran di daerah-daerah distribusi. Brosur akan menjelaskan bagaimana cara berlangganan majalah PLESIR lengkap dengan cara pengisian formulir dan pembayaran.

    5. Sponsorship dan kerjasama. Dapat dilakukan dengan mensponsori acara yang berhubungan dengan dunia pariwisata, acara-acara yang diselenggarakan oleh biro wisata bahkan departemen pariwisata dan kebudayaan.

    DISTRIBUSI DAN SIRKULASI

    Ketika pertama kali terbit, PLESIR akan dilaunching di Jakarta, tempat di mana kantor pusat redaksi, sirkulasi dan pemasaran berlokasi. setelah peluncuran perdana tersebut, distribusi dan sirkulasi menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi bisnis PLESIR. Daya jangkau yang luas akan membuat PLESIR sebagai majalah pariwisata dan budaya semakin dekat menyentuh calon pembacanya. Karenanya, lokasi distribusi yang berpotensi menarik pembeli adalah tempat-tempat sebagai berikut:

    Biro perjalanan dan travel Tempat ini menjadi lokasi pertama yang dipatok PLESIR sebagai tempat yang paling potensial meraup pembaca. Sebab, tak sedikit orang yang ingin bepergian menghubungi tempat ini untuk memesan tiket atau reservasi hotel. Ketika itulah, mereka akan melihat sosok PLESIR yang terpajang di meja atau rak sebuah biro perjalanan. Toko Buku Toko buku menjadi lokasi yang cukup strategis untuk memasarkan PLESIR, karena setiap hari toko buku akan dikunjungi banyak orang. Maka, banyak pula pihak yang melihat PLESIR dipajang di etalase. Supermarket Supermarket adalah tempat yang menjual berbagai macam produk, tak terkecuali media cetak. Mobilitas tinggi yang dilakukan masyarakat di tempat ini memungkinkan supermarket menjadi tempat potensial bagi penjualan majalah PLESIR. Agen Fungsinya agen sebagai penghubng antara pelanggan dengan pihak perusahaan. Peran agen mutlak diperlukan bagi pendistribusian majalah

  • 9

    PLESIR karena memudahkan daya jangkau pembaca sekaligus tempat berlangganan.

    PERIKLANAN

    Majalah PLESIR memiliki dua sumber pendapatan untuk menutup biaya operasionalnya. Sumber-sumber tersebut adalah hasil penjualan produk (baik eceran maupun berlangganan) dan pendapatan iklan. Pendapatan kedua inilah yang lebih banyak mensupport keuangan perusahaan. Namun untuk memperoleh iklan yang senafas dengan materi, PLESIR perlu melakukan seleksi.

    Beberapa iklan yang direkomendasikan adalah: - Biro wisata di berbagai daerah seperti Puri Tour (DIY), Panen Tour (Jakarta),

    Mizan Tour (Jakarta), dan lain-lain. - Resort atau tempat wisata di beberapa daerah, seperti Bali Resort, Linggarjati

    Resort (Kuningan, Jawa Barat), dan lain-lain. - Perusahaan penerbangan, seperti Garuda Airlines, Bouraq Airlines, Adam Air,

    Jatayu Air, Lion Air, dan lain-lain. - Iklan produk, seperti pakaian (LEA, H & R, Walrus, Watchout, dsb), jam tangan

    (Tag Heuer, Casio, Alba, dsb.), kosmetik (Loreal, Ponds, La Tulipe, Sari Ayu, dsb.), parfum (KENZO, Hugo, Calvin Klein, dsb.), dan lain-lain.

    - Pusat-pusat perbelanjaan, seperti WTC, Cilandak Town Square, dan lain-lain. - Hotel dan penginapan

    STRUKTUR ORGANISASI DAN PERSONALIA

    Komitmen awal yang ingin dibangun ketika menyusun struktur organisasi majalah PLESIR adalah efisiensi dan efektivitas guna mengoptimalkan keuntungan dan meminimalisasi pengeluaran. Setelah berkembang nantinya, penambahan atau perampingan struktur organisasi akan ditinjau ulang sesuai kebutuhan.

    Berikut ini struktur organisasi yang telah terbentuk beserta penjelasan singkat mengenai tugas masing-masing. (Bagan struktur organisasi yang lebih sistematis, lihat lampiran)

    1) Bidang Umum a. Pemimpin Umum Membawahi pemimpin redaksi dan pemimpin perusahaan, bertanggungjawab terhadap keseluruhan jalannya organisasi penerbitan, menentukan kebijakan organisasi baik ke dalam maupun ke luar. a. Pemimpin Redaksi Pemimpin redaksi bertanggungjawab terhadap kebijaksanaan serta strategi redaksional sesuai dengan visi, misi, kebijakan organisasi secara menyeluruh. Secara umum bertanggungjawab baik terhadap produksi maupun isi. b. Pemimpin Perusahaan Bertanggungjawab terhadap kelancaran jalannya perusahaan yang berada di luar bagian redaksional, seperti administrasi keuangan dan personalia, distribusi dan sirkulasi, promosi dan iklan. 2) Bidang Redaksional Pemimpin redaksi membawahi Redaktur Pelaksana Rubrik dan Redaktur Pelaksana Produksi. Kelancaran proses produksi secara menyeluruh tergantung pada jalinan kerjasama di antara mereka. a. Redaktur Pelaksana Rubrik

  • 10

    Bertugas untuk merencanakan, mengkoordinasi dan bertanggungjawab terhadap materi berita serta sebagai tempat berkumpulnya bahan-bahan dari redaktur rubrik dan redaktur foto. b. Redaktur Desk Rubrik Bertanggungjawab terhadap masing-masing rubrik. Redaktur ini punya staf yang bertugas mengumpulkan materi sesuai dengan rubrik yang menjadi tanggung jawab atau sesuai dengan yang ditetapkan dalam rapat redaksi. Ia berhak menentukan artikel mana yang layak untuk dimuat dan artikel yang tidak dimuat. c. Redaktur Foto Bertanggungjawab terhdap segala sesuatu yang berhubungan dengan dokumen foto. Bertanggungjawab membantu Redaktur Desk Rubrik dalam dokumentasi yang dibutuhkan artikel. d. Lay-out dan artistik Bagianini bertanggungjawab terhadap penampilan media yang akan diterbitkan seperti setting, ilustrasi, tata letak, dan lain-lain hingga menjadi sebuah finishing work. e. Finishing Bertanggungjawab terhadap proses pemeriksaan final art work, pembuatan plat, sampai hal-hal yang berhubungan dengan percetakan karena proses percetakan dilakukan di luar redaksi. f. Reporter Bertanggungjawab terhadap proses pencarian berita (news gathering). g. Fotografer Bertanggungjawabterhadap proses pembuatan foto dan dokumentasi yang sesuai dengan artikel. 3) Bidang Perusahaan Pemimpin perusahaan membawahi tiga bagian, yaitu sirkulasi dan distribusi, iklan dan promosi, serta administrasi keuangandan personalia. a. Bagian Sirkulasi dan Distribusi Bertanggungjawab terhadap sirkulasi dan distribusi (peredaran majalah) sampai ke tangan pembaca. b. Bagian Iklan dan Promosi Bagian iklan bertanggungjawab terhadap pencarian iklan komersial, menyaring iklan yang masuk, serta bernegosiasi dengan biro iklan atau pemasang iklan. Bagian promosi bertanggungjawab terhadap segala bentuk kegiatan promosi untuk mengenalkan majalah PLESIR kepada pembaca. c. Bagian Administrasi Keuangan dan Personalia Bagian administrasi keuangan bertanggungjawab dalam menjalankan, mengatur, dan mengelola keuangan serta administrasi keuangan perusahaan. Personalia bertanggungjawab terhadap proses rekruitmen dan pengelolaan personil dalam perusahaan, sekaligus bertanggungjawab pada efektifitas kerja dan pengembangan potensi personinya.

    Personalia

    Secara lebih rinci, jumlah staf penerbitan majalah PLESIR adalah sebagai berikut:

    Pemimpin Umum 1 orang Pemimpin Redaksi 1 orang Pemimpin Perusahaan 1 orang Redaktur Pelaksana Rubrik 1 orang Redaktur Pelaksana Produksi 1 orang Redaktur Desk Rubrik 10 orang Redaktur Foto 1 orang

  • 11

    Manager Distribusi dan Sirkulasi 1 orang Staf Distribusi dan Sirkulasi 2 orang Manager Administrasi Keuangan dan Personalia 2 orang Staf Administrasi Keuangan dan Personalia 2 orang Manager Iklan dan Promosi 2 orang Staf Promosi dan Iklan 5 orang Lay-outer 4 orang Finishing 3 orang Staf Reporter 21 orang Fotografer 4 orang Jumlah 62 orang

    ANGGARAN Perkiraan pembiayaan majalah PLESIR dibagi menjadi beberapa kelompok:

    1. Biaya Langsung, meliputi: Biaya tenaga kerja Biaya administrasi Biaya pemeliharaan tempat Biaya reportase Biaya promosi Biaya cetak

    2. Biaya Tak Langsung, meliputi: Sewa ruang Inventaris kantor

    3. Perkiraan Pendapatan Usaha, meliputi: Hasil penjualan majalah Hasil pemasukan iklan (Display selengkapnya lihat lampiran)

    PENUTUP

    Demikianlah proposal perencanaan penerbitan majalah PLESIR ini disusun dengan suatu harapan agar dapat menajdi referensi pariwisata dan budaya tanah air. Pada akhirnya, segala tujuan akan tercapai dan apresiasi serta penghargaan masyarakat terhadap sumber daya serta aset pariwisata dan budaya Indonesia makin meningkat.

    Secara teknis hal-hal yang belum tercantum dalam proposal ini akan dijabarkan lebih rinci kemudian.

  • 12

    LAMPIRAN

    RENCANA ANGGARAN CONTOH COVER (2 EDISI) STRUKTUR ORGANISASI

    I. RENCANA ANGGARAN A. Biaya-biaya: - Biaya Langsung

    a. Biaya Tenaga Kerja Pemimpin Umum Rp. 4.500.000,00 Pemimpin Redaksi Rp. 3.000.000,00 Pemimpin Perusahaan Rp. 3.000.000,00 Redaktur Pelaksana Rubrik Rp. 2.500.000,00 Redaktur Desk Rubrik @ Rp. 2.000.000,00 x 10 Rp. 20.000.000,00 Staf Reporter dan Fotografer @ Rp. 1.500.000,00 x 25 Rp. 37.500.000,00 Redaktur Pelaksana Produksi Rp. 2.000.000,00 Lay-out dan Artistik @ Rp. 1.500.000,00 x 4 Rp. 6.000.000,00 Finishing @ Rp. 1.500.000,00 x 3 Rp. 4.500.000,00 Manager Sirkulasi dan Distribusi Rp. 2.500.000,00 Staf Sirkulasi dan Distribusi @ Rp. 1.500.000,00 x 2 Rp. 3.000.000,00 Manager Adm Keuangan dan Personalia Rp. 2.500.000,00 Staf Adm Keuangan dan Personalia @ Rp. 1.500.000,00 x 2 Rp. 3.000.000,00 Manager Iklan dan Promosi @ Rp. 2.500.000,00 Rp. 5.000.000,00 Staf Iklan dan Promosi @ Rp. 1.500.000,00 x 5 Rp. 7.500.000,00

    b. Biaya Administrasi Rp. 2.000.000,00 c. Biaya Pemeliharaan Tempat Rp. 2.000.000,00 d. Biaya Reportase Rp. 5.000.000,00 e. Biaya Promosi Rp. 30.000.000,00 f. Biaya Cetak

    @ Rp. 7000 x 50.000 Rp. 350.000.000,00 Total Biaya Langsung Rp. 495.500.000,00

    - Biaya Tak Langsung a. Biaya Sewa Gedung Rp. 10.000.000,00 b. Biaya Inventaris Kantor

    Komputer 15 x Rp. 5.000.000,00 Rp. 75.000.000,00 Mebel Rp. 20.000.000,00 Peralatan Kantor Lain Rp. 10.000.000,00

    Total Biaya Tak Langsung Rp. 115.000.000,00

  • 13

    Rekapitulasi Biaya: Biaya Langsung Rp. 495.500.000,00 Biaya Tak Langsung Rp. 115.000.000,00 Total Biaya Rp. 610.500.000,00 B. Pendapatan

    Hasil Penjualan Majalah @ Rp. 20.000,00 x 50.000 eks Rp.1.000.000.000,00 Hasil Pemasukan Iklan a. Satu halaman f/c cover belakang

    1 x @ Rp. 25.000.000,00 Rp. 25.000.000,00 b. Satu halaman f/c cover dalam muka

    1 x @ Rp. 20.000.000,00 Rp. 20.000.000,00 c. Satu halaman f/c cover dalam belakang

    1 x @ Rp. 17.500.000,00 Rp. 17.500.000,00 d. Satu halaman f/c dalam

    20 x @ Rp. 10.000.000,00 Rp. 200.000.000,00 e. Setengah halaman f/c dalam

    5 x Rp. 7.000.000,00 Rp. 35.000.000,00 f. Seperempat halaman f/c dalam

    10 x Rp. 5.000.000,00 Rp. 50.000.000,00 Rp. 347.500.000,00 Total Pendapatan Rp.1.347.500.000,00 Perhitungan Keuntungan Bersih Perusahaan: Total Pendapatan Rp.1.347.500.000,00 Dikurangi: Biaya-biaya Rp. 610.500.000,00 Modal Saham @ Rp. 5000 x 20.000 Rp. 100.000.000,00 Jumlah Rp. 710.500.000,00 Keuntungan Bersih Rp. 637.000.000,00