Uu tambang

21

Click here to load reader

Transcript of Uu tambang

Page 1: Uu tambang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bumi merupakan satu-satunya planet yang mempunyai kehidupan di

dalamnya yang di tandai dengan hidupnya berbagai macam makhluk hidup

yang menempati bumi. Di bumi, tersebar kekayaan alam yang melimpah

ruah, kekayaan alam tersebut dapat dinikmati dengan panca indra kita dan di

manfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari makhluk hidup.

Contohnya Indonesia yang merupakan bangsa yang sangat kaya akan

Sumber Daya Alam, Suku Bangsa dan Budaya. Beraneka ragam Sumber

Daya Alam, Suku Bangsa dan Budaya itu sendiri tersebar dari Sabang

sampai Merauke. Sumber Daya Alam banyak difungsikan guna memenuhi

kebutuhan hidup makhluk hidup maupun untuk kepuasan mata.

Alam di bumi ini sangat indah untuk dirasakan dengan indra mata.

Dimulai dari pegunungan, baik pegunungan hijau maupun pegunungan

berapi yang menyediakan pemandangan yang eksotis di atasnya,

pemandangan lembah yang tidak kalah indahnya, pantai dan sungai yang

begitu menakjubkan dengan keindahan airnya.

Dari gambaran keindahan alam yang menakjubkan di atas, terdapat

hasil bumi yang melimpah, sebagian besar hasil bumi itu adalah berbagai

macam mineral serta tambang batu bara yang tersebar di wilayah Indonesia.

Dimana mineral dan batu bara tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Oleh karena mineral dan batu bara tersebut menguasi hajat hidup orang

banyak maka dibuatlah undang-undang yang mengatur tentang mineral dan

batu bara tersebut yang sangat berkaitan dengan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3,

yaitu Undang-Undang No. 4 Tahun 2009.

Dari uraian latar belakang diatas, judul makalah yang dapat diambil

yaitu “Hubungan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 dengan UU No. 4 Tahun

2009”.

Page 2: Uu tambang

1.2 Rumusan Masalah

1) Isi UUD 1945 Pasal 33 ayat 3

2) Penjelasan UUD 1945 Pasal 33 ayat 3

3) Isi UU No. 4 Tahun 2009

4) Penjelasan UU No. 4 Tahun 2009

1.3 Tujuan

Dapat mengatahui hubungan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 dengan UU

No. 4 Tahun 2009

1.4 Manfaat

1) Bagi Mahasiswa dan Penulis :

Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan secara khusus,

pemahaman dan berusaha mempelajari lebih lanjut, dan kemudian

dapat mengimplikasikannya.

2) Bagi Dosen dan Tenaga Pengajar :

Sebagai bahan informasi tambahan terhadap mata kuliah yang

bersangkutan dan materi yang diajarkan khususnya Undang-Undang

Tambang, Lingkungan dan Perburuhan.

1.5 Metode Pembuatan Makalah

Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode

sekunder, yaitu metode berdasarkan data dari buku, internet atau artikel-

artikel lainnya.

Page 3: Uu tambang

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Landasan Teori

Mineral dan batubara merupakan sumber daya alam tak terbarukan

yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang

banyak, serta memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian

nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Kegiatan usaha penambangan mineral dan batubara yang mengandung nilai

ekonomi dimulai sejak adanya usaha untuk mengetahui posisi, area, jumlah

cadangan, dan letak geografi dari lahan yang mengandung mineral dan

batubara. Setelah ditemukan adanya cadangan maka proses eksploitasi

(produksi), angkutan, dan industri penunjang lainnya akan memiliki nilai

ekonomis yang sangat tinggi sehingga akan terbuka persaingan usaha di

dalam rangkaian industri tersebut.

Sebagai kegiatan usaha, industri pertambangan mineral dan batubara

merupakan industri yang padat modal (high capital), padat resiko (high

risk), dan padat teknologi (high technology). Selain itu, usaha pertambangan

juga tergantung pada faktor alam yang akan mempengaruhi lokasi dimana

cadangan bahan galian. Dengan karakteristik kegiatan usaha pertambangan

mineral dan batubara tersebut maka diperlukan kepastian berusaha dan

kepastian hukum di dunia pertambangan mineral dan batubara. Tahun 2009

merupakan babak baru bagi pertambangan mineral dan batubara di

Indonesia dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba).

Perubahan mendasar yang terjadi adalah perubahan dari sistem kontrak

karya dan perjanjian menjadi sistem perijinan, sehingga Pemerintah tidak

lagi berada dalam posisi yang sejajar dengan pelaku usaha dan menjadi

pihak yang memberi ijin kepada pelaku usaha di industri pertambangan

mineral dan batubara. Kehadiran UU Minerba tersebut menuai pro dan

kontra. Ada sementara kalangan yang berpendapat bahwa beberapa

kebijakan dalam UU Minerba tersebut tidak memberikan kepastian hukum

Page 4: Uu tambang

terkait dengan kegiatan usaha di bidang pertambangan mineral dan batubara

dan memberikan hambatan masuk bagi pelaku usaha tertentu. Industri

mineral dan batubara menyangkut kepentingan banyak orang, oleh karena

itu kondisi di industri tersebut harus berada di dalam persaingan usaha yang

sehat. Salah satu syarat terciptanya persaingan yang sehat tersebut adalah

tidak adanya hambatan masuk yang berlebihan ke dalam industri tersebut,

termasuk hambatan yang berasal dari kebijakan Pemerintah.

Page 5: Uu tambang

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Isi UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3

“Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Isi ayat pasal di atas bermakna bahwa segala sesuatu mengenai sumber

daya alam termasuk di dalamnya air beserta kekayaan alam lainnya milik

atau berada dalam wilayah teritori NKRI berarti dikuasai, diatur, dikelola,

dan didistribusikan oleh negara atau pemerintah dengan segenap lembaga

pengelolanya untuk dipergunakan bagi memakmurkan atau mensejahterakan

rakyat Indonesia seluruhnya.

Sejauh ini pemerintah Indonesia sendiri berusaha untuk menjalankan

kewajibannya sehubungan dengan isi ayat pasal tersebut. Sehingga

dibentuklah lembaga-lembaga yang ditugasi untuk mengurusi dan mengelola

elemen-elemen alam milik bumi Indonesia. Contohnya saja negara kita

memiliki beberapa BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mengurusi

hal-hal tersebut seperti, PAM (Perusahaan Air Minum), Lemigas (Lembaga

Minyak dan Gas), Pertamina, PLN (Perusahaan Listrik Negara), dan lain

sebagainya. Ini semua menunjukan negara sudah menjalankan kewajibannya

sesuai amanah ayat pasal di atas untuk tahap pertama.

Namun setelah terbentuknya lembaga-lembaga tadi tugas pemerintah

belum sepenuhnya selesai. Kenyataan yang ada sekarang ini adalah masih

banyaknya rakyat yang merasa dirugikan atau kurang diperlakukan dengan

adil menyangkut kebutuhannya akan elemen-elemen alam tersebut. Padahal

seharusnya setiap rakyat memperoleh hak dalam hal ini kebutuhan akan air

bersih, bahan bakar, dan sumber daya alam lainnya. Seharusnya rakyat tidak

mengalami kesulitan dalam memperoleh hal-hal tadi mengingat negara ini

sangatlah kaya akan unsur-unsur alam tersebut.

Page 6: Uu tambang

3.2 Penjelasan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3

Penegasan dari makna demokrasi ekonomi, yaitu perekonomian

diselenggarakan demi kesejahteraan sosial bagi rakyat. Kepentingan

rakyatlah yang utama bukan kepentingan orang-seorang, meskipun hak

warganegara orang-seorang tetap dihormati.

Pada peringatan Hari Koperasi, 12 Juli 1977, Bung Hatta berusaha

memberikan sebuah defenisi yang longgar mengenai makna “dikuasai oleh

negara”. Menurut Bung Hatta, makna “dikuasai oleh negara” dalam pasal 33

UUD 1945 tidak berarti negara sendiri menjadi pengusaha, usahawan, atau

ondernemer. Lebih tepat, kata Bung Hatta, jika dikatakan bahwa kekuasaan

negara terdapat pada pembuatan peraturan guna melancarkan jalan ekonomi,

sebuah peraturan yang melarang pula “penghisapan” orang yang lemah oleh

orang yang bermodal.

Menurut Rudi Hartono, salah seorang peneliti dari Lembaga

Pembebasan Media dan Ilmu Sosial (LPMIS), penafsiran terhadap pasal 33

UUD 1945 tidak bisa dipisahkan dari semangat dari para penyusunnya dan

kondisi historis yang melingkupinya.

Rudi Hartono secara khusus merujuk kepada pemikiran Bung Karno

tentang sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Katanya, jika kita menjadi

kedua konsep itu sebagai acuan, maka UUD 1945 merupakan penegasan

konstitusional untuk menolak segala bentuk kolonialisme, imperiaisme,

bahkan kapitalisme.

Harus diingat Bung Karno adalah ketua Panitia Perancang Undang-

Undang Dasar. Jadi, pikiran beliau sangat banyak tercurahkan dalam

penyusunan UUD 1945. Saat itu, anggota Badan Penyelidik dipilah-pilah

menjadi Panitia Perancang Undang-Undang Dasar dengan ketua Soekarno,

Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua Abikoesno Tjokrosoejoso, serta

Panitia Ekonomi dan Keuangan dengan ketua Mohammad Hatta.

Panitia Keuangan dan Perekonomian, sebuah panitia bentukan

BPUPKI yang diketuai Mohammad Hatta –dalam Soal Perekonomian

Indonesia Merdeka, merumuskan pengertian dikuasai oleh Negara sbb:

Page 7: Uu tambang

1. Pemerintah harus menjadi pengawas dan pengatur dengan berpedoman

keselamatan rakyat;

2. Semakin besarnya perusahaan dan semakin banyaknya jumlah orang

yang menggantungkan dasar hidupnya karena semakin besar mestinya

penyertaan pemerintah;

3. Tanah air haruslah dibawah kekuasaan Negara; dan

4. Perusahaan tambang yang besar dijalankan sebagi usaha Negara.

Pertambangan merupakan sebuah industri yang sangat vital, hampir

semua barang-barang yang ada disekitar kita terbuat dari bahan tambang,

mulai dari besi, baja, kaca, emas, perak, timah, tembaga dan lain-lain. Disisi

lain masyarakat menyebut pertambangan adalah sebuah kegiatan yang

merusak lingkungan, tetapi pertambangan memiliki tahapan-tahapan

tersendiri yaitu : Penyelidikan Umum, eksplorasi, studi kelayakan, persiapan

penambangan, penambangan, pengolahan bahan galian, pengangkutan,

pemasaran, dan yang terakhir Reklamasi tambang.

Reklamasi tambang adalah usaha pelestarian lingkungan yg di lakukan

pada saat pasca tambang.

Pasal 33 ayat 3 : Kekayaan alam yang ada di Negara Indonesia itu di

kuasai oleh pemerintah. Tetapi dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk

kemakmuran rakyat Indonesia

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Page 8: Uu tambang

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

undang-undang.

Membangun perekonomian nasional berarti membangun badan

usaha koperasi yang tangguh, menumbuhkan badan usaha swasta

yang kuat dan mengembangkan BUMN yang mantap secara

simultan dan terpadu dengan bertumpu pada Trilogi Pembangunan

untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat banyak.

Karena pemahaman dan pemikiran terhadap koperasi dalam arti

yang luas dan mendasar seperti dimaksudkan dalam pasal 33 UUD

1945 beserta penjelasannya, memang sangat diperlukan.

3.3 Prinsip dalam UU No. 4 Tahun 2009

Undang-undang Mineral dan batu bara mengandung pokok-pokok

pikiran sebagai berikut:

1. Mineral dan batubara sebagai sumber daya yang tak terbarukan

dikuasai oleh negara dan pengembangan serta pendayagunaannya

dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah bersama dengan

pelaku usaha.

2. Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha

yang berbadan hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun

masyarakat setempat untuk melakukan pengusahaan mineral dan batu

bara berdasarkan izin, yang sejalan dengan otonomi daerah,

diberikan oleh Pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya masing-masing.

3. Dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah,

pengelolaan pertambangan mineral dan batubara dilaksanakan

berdasarkan prinsip eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi yang

melibatkan pemerintah dan pemerintah daerah.

4. Usaha pertambangan harus memberi manfaat ekonomi dan sosial

yang sebesar-besar bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

5. Usaha pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan wilayah

dan mendorong kegiatan ekonomi masyarakat/pengusaha kecil dan

Page 9: Uu tambang

mencegah serta mendorong tumbuhnya industri penunjang

pertambangan.

6. Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha

pertambangan harus dilaksanakan dengan memperhatikan

prinsip lingkungan hidup, transparansi, dan partisipasi masyarakat.

7. Pertambangan mineral dan batubara dikelola dengan berazaskan

manfaat, keadilan, dan keseimbangan; keberpihakan pada kepentingan

bangsa; partisipatif, transparasnsi dan akuntabilitasn; berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan.

Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang

berkesinambungan, maka tujuan pengelolaan mineral dan batubara adalah :

1. Menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan

usaha pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan baerdaya

saing;

2. Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara

berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup;

3. Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan

atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri;

4. Mendukung dan menumbuh kembangkan kemampuan nasional agar

lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional;

5. Mmeningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan Negara,

serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan rakyat; dan

6. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha

pertambangan mineral dan batubara.

Prinsip desentralisasi yang dianut dalam UU No.4 Tahun 2009 (UU

Minerba) dapat dikatakan sebagai langkah maju, tetapi masih dipenuhi

dengan tantangan.  Sebagian ruang bagi peran daerah  (provinsi,

kabupaten/kota) dapat teridentifikasi dalam undang-undang ini. Secara

umum, aspek pembagian kewenangan antar pemerintahan (pusat dan daerah)

jika merujuk UUD 1945 dan UU No.32 tahun 2004 yang menjadi landasan

dalam penyusunan UU No.4 tahun 2009, maka substansi yang terkandung

Page 10: Uu tambang

dalam UU No.4 Thun 2009 menggariskan kewenangan eksklusif pemerintah

(pusat) dalam hal sebagai berikut :

1. Penetapan kebijakan nasional;

2. Pembuatan peraturan perundang-undangan;

3. Penetapan standard, pedoman dan kriteria;

4. Penetapan sistem perijinan pertambangan minerba nasional;

5. Penetapan wilayah pertambangan setelah berkonsultasi dengan Pemda

dan DPR.

3.4 Tahapan Mengenai UU No. 4 Tahun 2009

Pertambangan Mineral dan Batubara

1. Penguasaan mineral dan batubara oleh Negara diselenggarakan oleh

Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah. (Pasal 4)

2. Pemerintah dan DPR menetapkan kebijakan pengutamaan mineral dan

batubara bagi kepentingan nasional. (Pasal5)

3. Pengelompokan usaha pertambangan : Mineral dan Batubara

4. Penggolongan tambang mineral : radioaktif, logam, non logam dan

batuan. (Pasal 34)

5. 21 kewenangan berada di tangan pusat. (Pasal 6)

6. 14 kewenangan berada di tangan provinsi. (Pasal 7)

7. 12 kewenangan berada di tangan kabupaten/kota. (Pasal 8)

8. Wilayah pertambangan adalah bagian dari tata ruang nasional,

ditetapkan pemerintah setelah koordinasi dengan Pemda dan DPR.

(Pasal 10)

9. Wilayah pertambangan terdiri dari Wilayah Usaha Pertambangan

(WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan Wilayah

Pencadangan Nasional (WPN). (Pasal 14 – 33)

Sistem/Rezim Perijinan (Pasal 35), terdiri atas 2 tahapan yang

berkonsekuensi pada adanya 2 tingkatan perijinan :

1. Eksplorasi yang meliputi : Penyelidikan Umum, Eksplorasi dan Studi

Kelayakan

2. Operasi produksi yang meliputi : Konstruksi, Penambangan,

Pengolahan dan Pemurnian, Pengankutan serta Penjualan. (Pasal 36)

Page 11: Uu tambang

3. IUP bagi badan usaha (PMA/PMDN), koperasi, perseorangan. (Pasal

38)

4. IPR bagi penduduk local dan koperasi. (Pasal 67)

5. IUPK bagi badan usaha berbadan hukum Indonesia dengan prioritas

pada BUMN/BUMD. (Pasal 75)

6. Kewajiban keuangan bagi Negara : Pajak dan PNBP. Tambahan bagi

IUPK pembayaran 10% dari keuntungan bersih.

7. Pemeliharaan lingkungan : Konservasi, reklamasi. (Pasal 96 – 100)

8. Kepentingan nasional : Pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.

(Pasal 103 – 104)

9. Pemanfaatan tenaga kerja setempat, partisipasi pengusaha local pada

tahap produksi, program pengembangan masyarakat. (Pasal 106 – 107)

10. Penggunaan perusahaan jasa pertambangan local dan atau nasional.

(Pasal 124)

11. Pusat : terhadap provinsi dan kabupaten/kota terkait penyelenggaraan

pengelolaan pertambangan

12. Pusat, provinsi, kabupaten/kota sesuai kewenangan terhadap pemegang

IUP dilakukan

13. Kabupaten/kota terhadap IPR. (Pasal 139 – 142)

3.5 Hubungan UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 dengan UU No. 4 Tahun 2009

Dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 terdapat beberapa hal sebagai

berikut :

1. Mineral dan batubara sebagai sumber daya yang tak terbarukan

dikuasai oleh negara dan pengembangan serta pendayagunaan

dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah bersama dengan

pelaku usaha.

2. Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha

yang berbadan hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun

masyarakat setempat untuk melakukan pengusahaan mineral dan

batubara berdasarkan ijin yang sejalan dengan otonomi daerah,

Page 12: Uu tambang

diberikan oleh Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah sesuai dengan

kewenangannya masing-masing.

3. Dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah,

pengelolaan pertambangan mineral dan batubara dilaksanakan

berdasarkan prinsip eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi yang

melibatkan Pemerintah dan pemerintah daerah.

4. Usaha pertambangan harus memberi manfaat ekonomi dan sosial yang

sebesar-besar bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

5. Usaha pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan

wilayah dan mendorong kegiatan ekonomi masyarakat/pengusaha kecil

dan menengah serta mendorong tumbuhnya industri penunjang

pertambangan.

6. Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha

pertambangan harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip

lingkungan hidup, transparansi, dan partisipasi masyarakat.

Hubungan antara UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 dengan UU No. 4 Tahun 2009 :

1. Mineral dan batu bara sama-sama di kuasai oleh Negara

2. Industri mineral dan batu bara menyangkut kehidupan banyak orang

3. Usaha pertambangan harus memberi manfaat ekonomi dan sosial

yang sebesar-besar bagi kesejahteraan rakyat Indonesia

4. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan Negara, serta

menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besarnya kesejahteraan

rakyat

5. Kegiatan usaha penambangan mineral dan batubara yang mengandung

nilai ekonomi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak

Page 13: Uu tambang

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

1. Mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum

pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan

sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan

penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu

pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai

tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha

mencapai kemakmuran dzn kesejahteraan rakyat secara berkeadilan

2. Kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara yang merupakan

kegiatan usaha pertambangan di luar panas bumi, minyak dan gas

bumi serta air tanah mempunyai peranan penting dalam memberikan

nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan

pembangunan daerah secara berkelanjutan

3. Kayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Mengingat

mineral dan batubara sebagai kekayaan alam yang terkandung di dalam

bumi merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan,

pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin, efisien,

transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta

berkeadilan agar memperoleh manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran

rakyat secara  berkelanjutan.

4. Dalam    perkembangan    lebih    lanjut, undang-undang   tersebut  

yang   materi muatannya  bersifat sentralistik sudah tidak sesuai

dengan perkembangan situasi sekarang dan tantangan di masa depan.

Di samping itu, pembangunan pertambangan harus menyesuaikan diri

dengan perubahan lingkungan strategis, baik bersifat nasional maupun

internasional. Tantangan utama yang dihadapi oleh pertambangan

mineral dan batubara adalah pengaruh globahsasi yang mendorong

demokratisasi, otonomi daerah, hak asasi manusia, lingkungan hidup,

Page 14: Uu tambang

perkembangan teknologi dan informasi, hak atas kekayaan intelektual

serta tuntutan peningkatan peran swasta dan masyarakat. Untuk  

menghadapi  tantangan  lingkungan   strategis  dan  menjawab 

sejumlah permasalahan tersebut, perlu disusun peraturan perundang-

undangan baru di bidang pertambangan mineral dan batubara yang

dapat memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah pembaruan

dan penataan kembali kegiatan pengelolaan dan pengusahaan

pertambangan mineral dan batubara.

4.2 Saran