Uro Sepsis
-
Upload
febdi-maulana -
Category
Documents
-
view
93 -
download
3
Transcript of Uro Sepsis
Referat
UROSEPSIS
Oleh:
ALTA IKHSAN NURNIM. 0908151702
Pembimbing:
dr. ZUHIRMAN, SpU
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMADPEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Rabb semesta alam, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat dengan
judul “UROSEPSIS”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing, dr. Zuhirman, Sp.U yang telah meluangkan waktu untuk
membimbing dan memberikan pengarahan dalam penyusunan referat ini dari awal
hingga selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan masukan yang
membangun dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga referat
ini dapat berguna bagi kita semua.
Pekanbaru, 25 Juli 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Urosepsis adalah sepsis yang disebabkan oleh mikrobakteria yang
berasala dari saluran kemih. Infeksi traktus urinarius dapat bermanifestasi sebagai
bakteriuria dengan siptom klinik yang terbatas, sepsis atau sepsis berat, tergantung
dari lokasi atau penyebaran sistemik.1 Penyakit infeksi merupakan penyakit yang
sering dijumpai di seluruh dunia. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi
tersering kedua setelah infeksi saluran nafas atas yang terjadi pada populasi
dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas
65 tahun. Infeksi saluran kemih merupakan infeksi nosokomial tersering yang
mencapai kira-kira 40-60%.2 Sebagian besar sepsis berat dilaporkan dalam
literatur berhubungan dengan pernapasan (50%), infeksi abdomen (24%), traktur
urinarius (5%).3 Sepsis sebagian besar ditemukan pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan.4
Dalam bebarapa tahun terakhir insidensi sepsis meningat 8,7% per tahun.5
Infeksi traktus urinarius dapat bermanifestasi sebagai bakteriuria dengan gejala
yang terbatas, sepsis, sepsis berat, tergantung pada lokasi dan penyebaran
sistemik. Sepsis berat merupakan keadan yang berat dengan laporan mortalitas
berkisar 20-42 %.5 Angka kematian itu turun karena diduga pengingkatan
manajemen pasien yang bagus. 6
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk menulis
referat mengenai urosepsis.
1.2 Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang anatomi traktur urinarius, definisi, etiologi,
klasifikasi, gejala dan diagnosa klinis, serta penatalaksanaan urosepsis.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah :
1. Memahami dan menambah wawasan mengenai urosepsis.
2. Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah dibidang kedokteran
khususnya dibagian Ilmu Bedah terutama di bidang Urologi.
3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik Senior
dibagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru.
1.4 Metode Penelitian
Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan
mengacu kepada beberapa literatur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Urosepsis adalah sepsis yang disebabkan oleh mikrobakteria yang berasala
dari saluran kemih. Infeksi traktus urinarius dapat bermanifestasi sebagai
bakteriuria dengan siptom klinik yang terbatas, sepsis atau sepsis berat, tergantung
dari lokasi atau penyebaran sistemik. Sepsis didiagnosis jika infeksi disertai oleh
tanda-tanda SIRS ( Systemic Inflamatory Response Syndrome ) yang tandai
dengan: 1
Hipotermi
Takikardi
Takipnu
Leukopeni / leukositosis
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua setelah infeksi
saluran nafas atas yang terjadi pada populasi dengan rata-rata 9.3% pada wanita di
atas 65 tahun dan 2.5-11% pada pria di atas 65 tahun. Infeksi saluran kemih
merupakan infeksi nosokomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60%. 2
Urinary Tract Infection (UTI) atau lebih dikenal Infeksi saluran kemih(ISK) merupakan
masalah yang banyak dijumpai dalam praktek klinis. Menurutsaluran yang terkena maka ISK
dapat dibedakan menjadi bagian atas(pielonefritis) dan bagian bawah (sisititis, prostatitis,
uretritis) (Tisher danWilcox, 1997).Dari segi klinis ISK dibagi menjadi:7
1. Infeksi saluran kemih tidak terkomplikasi (simple / uncomplicated urinarytract
infection) yaitu bila tanpa faktor penyulit dan tidak didapatkan gangguanstruktur maupun
fungsi saluran kemih
2. Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract infection) yaitu bila
terdapat hal-hal tertentu sebagai penyulit ISK dan kelainanstruktural maupun fungsional
yang merubah aliran urin, seperti:
a. Obstruksi saluran urin
a. Anomali konginetal
b. Batu saluran kemih
c. Oklusi urete
d. Kista ginjal
e. Abses ginjal
f. Tumor ginjalb
b. Refluks vesikouretral
c. Penderita gangguan fungsi dan struktur ginjal
d. Residu urin dalam kandung kemih
a. Neurogenic bladder
b. Struktur uretra
c. Penyakit dengan pembesaran prostate
Wanita lebih beresiko terkena infeksi saluran kemih daripada laki-lakikarena pada wanita
panjang uretranya lebih pendek dibandingkan laki-laki. Padawanita panjang uretra 1,5 inci dan
pada laki-laki panjang uretra 8 inchi.8
Sampai saat ini belum adanya klasifikasi dan standarisasi penatalaksanaan
infeksi saluran kemih dan genitalia pria di Indonesia. Penatalaksanaan infeksi
berkaitan dengan pemberian antibiotika. Penggunaan antibiotika yang rasional
dibutuhkan untuk mengatasi masalah resistensi kuman.9
Oleh karena itu Ikatan Ahli Urologi Indonesia membuat suatu Panduan
Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genitalia Pria. Panduan ini merujuk
panduan yang sudah dibuat oleh EAU (European Association of Urology) dan
IDSA (Infectious Disease Society of America).10
B. EPIDEMIOLOGI
Penelitian di rumah sakit di Amerika Serikat selama kurun waktu antara 1979-
2000 menunjukkan bahwa insidens sepsis menunjukkan peningkatan rata-rata
8,7% setiap tahunnya. Insiden laki-laki lebih banyak mengalami sepsis
dibandingkan wanita. Sebagian besar kematian disebabkan karena disfungsi organ
multiple. Dikatakan bahwa jika tidak disertai dengan komplikasi disfungsi organ,
hanya 15% pasien sepsis yang meninggal, sedangkan jika diikuti dengan disfungsi
organ multiple angka kematian meningkat menjadi 70%. 11 Penyebab terbanyak
urosepsis ini adalah golongan bakteri gram negative. Urosepsis sama dengan tipe
sepsis lainnya dimana berat ringannya sepsis tergantung pada respon host. Pasien
yang mudah terkena urosepsis adalah :
Pasien usia tua
Pasien diabetes
Pasien dengan imunokompromis
Resepien tranplantasi organ
Pasien kanker yang medapatkan kemoterapi atau kprtikosteroid
Pasien dengam acquired immunodeficiensy syndrome
Urosepsis juga dipengaruhi oleh faktor lokal seperti, kalkulus traktus urinarius,
obstruksi pada traktus urinarius, penyakit neurogenic bladder, atau pemeriksaan
dengan endoskopi.13
Bakteremia simtomatik yang menyebabkan syok dan kematian akibat
bakteri berasal dari traktus urinarius yang merupakan komplikasi dari ISK. 1
Bakteremia :
Bakteri terdapat dalam darah yang dikonfirmasi dengan kultur, dapat
bersifat sementara.3
Septikemia :
Sama seperti bakteraemia, tetapi menunjukkan kondisi yang lebih berat.
Bukti klinis infeksi ditambah bukti respon sistemik terhadap infeksi.
Respon sistemik ini dapat bermanifestasi 2 atau lebih kondisi berikut :
Temperatur > 38°C atau < 36°C
Denyut nadi > 90 kali / min
Frekuensi pernafasan > 20 kali /min or PaCO2 < 32 mmHg (< 4.3
kPa)
Leukosit > 12,000 sel/mm3, < 4,000 sel/mm3 atau 10% bentuk imatur
(batang).3
Sepsis syndrome
Infeksi ditambah bukti gangguan perfusi organ berupa: hipoksemia;
peningkatan laktat; oliguria; gangguan kondisi mental.3
Syok septik
Sepsis dengan hipotensi walaupun telah dilakukan resusitasi cairan yang
cukup dan masih tetap terdapat gangguan perfusi berupa asidosis laktat,
oliguria dan gangguan mental akut. Pasien dengan obat inotropik dan
vasopressor dapat tidak memberikan gambaran hipotensi saat terjadi
gangguan perfusi.
Refractory septic shock
Syok septik yang berlangsung > 1 jam dan tidak respon terhadap
pemberian cairan atau intervensi farmakologi.
Systemic inflammatory response syndrome
Respon terhadap berbagai jenis gangguan klinis, dapat berupa infeksi atau
non infeksi (seperti luka bakar atau pankreatitis).
C. ETIOLOGI
Karena merupakan penyebaran infeksi maka kuman penyebabnya sama
dengan kuman penyebab infeksi primer di traktus urinarius yaitu golongan kuman
coliform negatif. E coli merupakan penyebab tersering menimbulkan sepsis.
Kelainan urologi yang sering menimbulkan urosepsis adalah batu saluran kemih,
hyperplasia prostat, dan keganasan saluran kemih yang menyebabkan
hidronefrosis dan bahkan pionefrosis.2
D. PATOFISIOLOGI
Patogenesis dari gejala klinis urosepsis adalah akibat dari masuknya
endotoksin, suatu komponen lipopolisakarida dari dinding sel bakteri kedalam
sirkulasi darah. Dengan adanya endotoksin tersebut memacu terjadinya rangkaian
septic cascade. Keadaan ini menimbulkan sindroma respon inflamasi sistemik
atau systemic inflammation response syndrome. Dikatakan SIRS jika terdapat
paling sedikit dua dari beberapa kriteria berikut:3,4
1. Suhu tubuh > 380C atau <360C
2. Denyut nadi > 90
3. Frekuensi nafas >20 atau PaCO2 <32
4. Leukosit darah >12000 atau <4000/dL atau >10% bentuk leukosit muda
Dikatakan sepsis jika didapatkan SIRS dengan tanda infeksi dan sepsis berat
jika disertai dengan hipotensi (sistole <90mmHg), atau terdapat disfungsi organ,
atau hipoperfusi (terdapat salah satu kondisi berikut, yaitu hipoksemia,
peningkatan asam laktat, atau oliguria). Derajat sepsis paling berat adalah syok
septic yaitu sepsis yang disertai dengan hipotensi dan hipoperfusi.
Adapun yang berperan dalam ISK adalah12
Mekanisme Pertahanan Host
Saluran kemih yang normal umumnya resisten terhadap invasi oleh bakteri danefisien
dengan cepat menghilangkan mikroorganisme yang mencapai kandung kemih.Urin
dalam keadaan normal mampu menghambat dan membunuh mikroorganisme.Faktor-
faktor yang dianggap bertanggung jawab termasuk pH rendah, ekstrem diosmolalitas,
konsentrasi urea tinggi, dan tingginya konsentrasi asam organik.Pertumbuhan bakteri
pada laki-laki terhambat oleh sekresi pada prostat. Adanyabakteri di dalam kandung
kemih merangsang berkemih, dengan diuresis meningkatdan efisien pengosongan
kandung kemih. Faktor-faktor ini sangat penting dalammencegah inisiasi dan
penjegahan infeksi kandung kemih. Pasien yang tidak mampu untuk membuang urin
sepenuhnya berada pada risiko lebih besar untuk mengalamiinfeksi. Selain itu, pasien
dengan jumlah urin sisa lebih sedikit dalam kandung kemihmereka menanggapi
dengan kurang menyenangkan dibandingkan dengan pasienyang dapat
mengosongkan kandung kemih mereka sepenuhnya .Salah satu faktorvirulensi penting
dari bakteri adalah kemampuan mereka untuk masuk ke sel epitelkemih, sehingga
Kolonisasi kemih saluran, infeksi kandung kemih, dan faktorpyelonephritis(Dipiro,
2005).Faktor lain yang mungkin mencegah masuknya bakteri adalah
imunoglobulin(Ig) G dan A. Peran Igs dalam mencegah infeksi kandung kemih kurang
jelas. Setelahbakteri benar-benar memiliki menginvasi mukosa kandung kemih,
peradangan respondirangsang dengan mobilisasi polymorphonuclear leukosit (PMNs)
dan fagositosisyang dihasilkan. PMNs adalah terutama bertanggung jawab untuk
membatasi invasi jaringan dan mengendalikan penyebaran infeksi pada
kandung kemih dan ginjal.Faktor-faktor yang mungkin memainkan peran dalam
pencegahan UTI adalahkehadiran Lactobacillus dalam vagina flora dan estrogen. Pada
wanita premenopause, estrogen mendukung pertumbuhan laktobasilus, yang
menghasilkan asam laktatuntuk membantu mempertahankan pH vagina yang rendah,
sehingga mencegahkolonisasi E. Coli di vagina. Yang dapat di gunakan Spermisida,
β-laktamantimikroba digunakan, estrogen tingkat rendah. 12
Faktor Virulensi Bakteri
Organisme patogen memiliki perbedaan derajat patogenisitas (virulensi), yangberperan
dalam pengembangan dan beratnya infeksi. Bakteri yang masuk epitelsaluran kemih
terkaitdengan kolonisasi dan infeksi. Mekanisme adhesi bakteri gram negatif, terutama
E.coli, berkaitan dengan bakteri fimbriae ini fimbriae adalah komponen glikolipid
padasel epitel spesifik. Jenis yang paling umum dari fimbriae adalah tipe 1, yang
mengikatresidu mannose dalam glikoprotein. Glikosaminoglikan dan Tamm- protein
Horsfallkaya residu mannose yang berisi tipe 1 fimbriae. Selain itu sekretori IgA
antibodi mengandung reseptor untuk tipe 1 fimbriae, yang memudahkan fagositosis,
tetapimereka bukan reseptor untuk fimbriae P. faktor virulensi lainnya adalah
produksihemolisin dan aerobactin. hemolisin adalah protein yang diproduksi oleh
bakterisitotoksik menyebabkan lisis berbagai sel, termasuk eritrosit, dan monosit. E.
colidan bakteri gram negatif lainnya membutuhkan besi untuk metabolisme
aerobik.Aerobactin memfasilitasi mengikat dan menyerap zat besi oleh E. coli, namun,
maknadari patogenesis UTI masih belum diketahui.12
E. DIAGNOSIS10
Untuk menegakkan diagnosis suatu urosepsis harus dibuktikan bahwa bakteri
yang beredar didalam darah (kultur darah) sama dengan bakteri yang ada dalam
urin (kutur urin). Secara umum dikatakan urosepsis merupakan komplikasi dari
beberapa situasi antara lain:
1. tindakan instrumentasi pada traktus genitourinaria
2. abses renal
3. pielonefritis akut
4. Infeksi akibat obstruksi saluran kemih atau pasien dengan gangguan
kekebalan imunitas
5. bakteriuri akibat pemasangan kateter pada obstruksi dan pasien dengan
gangguan kekebalan imunitas.
Selain itu, dilakukan pemeriksaan untuk mencari sumber infeksi dan akibat dari
kelainan yang ditimbulkan pada beberapa organ. Segera dilakukan pemeriksaan
yang meliputi laboratorium, dan pencitraan.
F. PENATALAKSANAAN 10
Penanganan urosepsis harus dilakukan secara komprehensif dan ditujukan
terhadap:
Penanganan infeksi yang meliputi eradikasi kuman penyebab infeksi serta
menghilangkan sumber infeksi
Akibat dari infeksi yaitu SIRS, syok septic atau disfungsi multiorgan
Toksin atau mediator yang dikeluarkan oleh bakteri
Tindakan umum
– Tegakkan diagnosis : gejala dan tanda serta laboratorium
penunjang. Singkirkan penyebab lain seperti hipovolemia, perdarahan,
gangguan jantung, anafilaktik dll.
– Terapi antibiotika adekuat sesuai kultur darah dan urin serta fungsi
ginjal
– Pemberian cairan intravena & agen vasoaktif (dopamin dan
dobutamin)
– Pasang alat monitoring cairan : CVP atau Swan Ganz kateter,
kateter urin
– Suplementasi O2 dengan atau tanpa ventilator
Tindakan khusus urologi :
– Drainase semua obstruksi
– Pengangkatan benda asing seperti kateter atau batu.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Johnson. CC, MD. Definitions, Classification and Clinical Presentation of
Urinary Tract Infections. Med. Clin of North Am 1991; 75:2. 241-52.
2. Smyth EG, O'Connell N, Complicated urinary tract infection. Drugs &
Therapy Perspectives 1998; 11(1): 63-6.)
3. Hotchkiss RS, Karl IE. The pathophysiology and treatment of sepsis. N
Engl J Med 2003;348(2):138-50.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12519925
4. Rosser CJ, Bare RL, Meredith JW. Urinary tract infections in the critically
ill patient with a urinary catheter. Am J Surg 1999;177(4):287-90.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10326844
5. Martin GS, Mannino DM, Eaton S, Moss M. The epidemiology of sepsis in
the United States from 1979through 2000. N Engl J Med
2003;348(16):1546-54.
6. Brun-Buisson C, Meshaka P, Pinton P, Vallet B; EPISEPSIS Study Group.
EPISEPSIS: a reappraisal of the epidemiology and outcome of severe
sepsis in French intensive care units. Intensive Care Med 2004;30(4):580-
8. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14997295.
7. Mangatas AM, Ketut suwitra, 2004 . Diagnosis Dan Penatalaksanaan Infeksi
Saluran Kemih Terkomplikasi , available at
http://www.dexamedica.com/test/htdoes/dexamedica/article_files/isk.pdf
8. Price, S. Anderson. Lorraine McCathy Wilson. 1994. Patofisiologis Konsep
KlinisProses-Proses Penyakit , edisi ke empat, diterjemahkan oleh Peter
Anigrah.Jakarta: EGC
9. Rubin RH, Shapiro ED, Andriole VT, Davis RJ, Stamm WE. General
guidelines for the evaluation of new anti-infective drugs for the treatment
of urinary tract infection. Clin Inf Dis 1992 (15) : S216-27.
10. Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, Lobel B
(ed). European Association of Urology : Guidelines on Urinary and Male
Genital Tract Infections. 2001.
11. Concencus Conference Criteria Defining Sepsis dalam Lazaron V dan
Barke RS. Urol Clin of N Am, 1999, 26, hal 688
12. Dipiro, Joseph T (editor), 2005 Pharmacotherapy: A Pathophisiology approach,
3 rd Edition , McGraw Hill, New York
13. Bone RC, Balk RA, Cerra FB, Dellinger RP, Fein AM, Knaus WA, Schein
RM, Sibbald WJ. Definitions for sepsis and organ failure and guidelines
for the use of innovative therapies in sepsis. The ACCP/ SCCM Consensus
Conference Committee. American College of Chest Physicians/Society of
Critical Care Medicine. Chest 1992;101(6):1644-55.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1303622