UDT Tugas Uro

download UDT  Tugas Uro

of 26

Transcript of UDT Tugas Uro

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    1/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Sistem reproduksi pria terdiri atas testis, saluran dari testis, kelenjar-kelenjar yang

     berhubungan dengan sistem reproduksi dan penis. Pada bahasan undesensus testis

    ini, akan dibahas lebih banyak mengenai testis.

    Testis merupakan kelenjar ganda, karena secara fungsional bersifat eksokrin dan

     juga endokrin. Fungsi eksokrin testis yang terutama adalah menghasilkan sel-sel

    kelamin pria, sehingga dianggap sebagai kelenjar sitogenik. Sekresi endokrin

    yang utama dari testis adalah testosterone, yang dihasilkan oleh sel-sel interstitial.

    Testis tergantung di dalam skrotum dan dibungkus oleh simpai testis yang terdiri

    dari 3 lapis, yaitu lapisan terluar (tunika aginalis!, lapisan tengah (tunika

    albuginea! dan lapisan terdalam (tunika askulosa!. Simpai testis bukan

    merupakan suatu pembungkus yang lembam melainkan merupakan suatu selaput

    dinamis yang mampu berkerut secara berkala. "erutan-kerutan tersebut mungkin

     bertujuan untuk mempertahankan tekanan yang sesuai di dalam testis, megatur 

    gerakan keluar masuknya cairan ke dalam kapiler-kapiler dan untuk memijat

    sistem saluran, sehingga membantu gerakan spermato#oa kearah luar, memilikisifat-sifat selaput yang semipermeable dan turut berperan dalam beberapa faal

    testis.

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    2/26

    Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus selama kehidupan

    seksual aktif, sebagai akibat dari rangsangan oleh hormone gonadotropin hipofisis

    anterior, dimulai rata-rata pada usia $3 tahun dan berlanjut sepanjang hidup.

    Sperma diproduksi di dalam testis melalui proses spermatogenesis. Proses ini

    diatur oleh sumbu hipotalamo-hipofisis-gonad. %ipotalamus mengeluarkan

    hormone gonadotropin releasing hormone (&n'%! yang merangsang kelenjar 

    hipofisis anterior untuk memproduksi hormone gonadotropin yaitu folikel

    stimulating hormone (FS%!, luteini#ing hormone (%!.

    Produksi hormone testosterone oleh sel-sel eydig di dalam testis diatur oleh %,

    dan pada kadar tertentu, testosterone memberikan umpan balik negatie kepada

    hipotalamus)hipofisis sebagai kontrol terhadap produksi %. FS% merangsang

    tubuli seminiferi (terutama sel-sel sertoli! dalam proses spermatogenesis, di

    samping itu sel-sel ini memproduksi inhibin yaitu suatu substansi yang

    mengontrol produksi FS% melalui mekanisme umpan balik negatie. Proses

     produksi sperma (spermatogenesis! berlagsung di dalam testis dimulai dari

    differensiasi sel stem primitie spermatogonium yang terdapat pada membrane

    Gambar 1. *natomi

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    3/26

     basalis tubulus seminiferus testis. Spermatogonium kemudian mengalami mitosis,

    meiosis, dan mengalami transformasi menjadi spermato#oa sesuai dengan urutan

    mulai dari+

    Spermatogoniumspermatosit spermatosit spermatidspermato#oa

    Sel-sel spermatogonium mengalami mitosis menjadi sel-sel diploid spermatosit

    (mempunyai kromosom! dan mengalami miosis menjadi sel-sel haploid

    spermatosi (mempunyai /3 kromosom! dan selanjutnya mengalami mitosis

    menjadi sel-sel spermatid. Sel-sel spermatid ini mengalami transformasi menjadi

    spermato#oa sehingga terbentuk akrosom dan flagella serta hilangnya sebagian

    sitoplasma. Proses transformasi pembentukan spermato#oa yang siap disalurkan

    ke epididimis disebut spermiogenesis. Seluruh proses spermatogenesis ini

     berlangsung kurang lebih 0 hari.

    Terdapat beberapa hormone yang memiliki peranan yang sangat penting dalam

    spermatogenesis, yaitu sebagai berikut+

    $. Testosteron, disekresi oleh sel-sel eydig yang terletak di interstitium

    testis, hormone ini penting bagi pertumbuhan dan pembagian sel-sel

    germinatium dalam membentuk sperma.

    /. %ormon utein (%!, disekresi oleh kelenjar hipofifis anterior,

    merangsang sel-sel eydig untuk menyekresi testosterone.

    3. %ormon perangsang folikel (FS%!, juga disekresi oleh sel-sel kelenjar 

    hipofisis anterior, merangsang sel-sel Sertoli, tanpa rangsangan ini,

     pengubahan spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis! tidak akan

    terjadi.. 1strogen, dibentuk dari testosterone oleh sel-sel sertoli ketika sel sertoli

    sedang dirangsang oleh hormone perangsang folikel, yang mungkin juga

     penting untuk spermiogenesis. Sel-sel sertoli juga menyekresi suatu

     protein pengikat androgen yang mengikat testosterone dan estrogen serta

    memba2a keduanya ke dalam cairan dalam lumen tubulus seminiferus,

    membuat kedua hormone ini tersedia untuk pematangan sperma.

    . %ormon pertumbuhan (&%!, seperti juga pada sebagian besar hormone

    yang lain, hormone ini diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    4/26

    metabolisme testis. %ormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan

     pembelahan a2al spermatogenia sendiri. 4ila tidak terdapat hormone

     pertumbuhan, seperti pada 52arfisme hipofisis, spermatogenesis sangat

     berkurang atau tidak ada sama sekali.

    6ndesensus testis atau biasa disebut kriptorkismus merupakan kelainan ba2aan

    genitalia yang paling sering ditemukan pada anak laki-laki. Sepertiga kasus anak-

    anak dengan undesensus testis adalah bilateral sedangkan dua pertiganya adalah

    unilateral. nsiden undesensus testis terkait erat dengan umur kehamilan,dan

    maturasi bayi. nsiden meningkat pada bayi yang lahir prematur dan menurun

     pada bayi-bayi yang dilahirkan cukup bulan. Peningkatan umur bayi akan diikutidengan penurunan insiden undesensus testis.

    nsidensnya 3 - 7 pada bayi laki-laki yang lahir cukup bulan dan meningkat

    menjadi 387 pada bayi prematur. Setelah $88 tahun penelitian mengenai

    undesensus testis, 9asih terdapat beberapa aspek yang menjadi kontroersial.

    Faktor predisposisi terjadinya undesensus testis adalah prematuritas, berat bayi

     baru lahir yang rendah, kecil untuk masa kehamilan, kembar dan pemberian

    estrogen pada trimester pertama. Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan

    masih berada dijalurnya mungkin terletak di kanalis inguinalis atau di rongga

    abdomen, yaitu terletak diantara fossa renalis dan annulus inguinalis internus.

    *lasan utama dilakukan terapi adalah meningkatnya risiko infertilitas,

    meningkatnya risiko keganasan testis, meningkatnya risiko torsio testis, resiko

    trauma testis terhadap tulang pubis dan faktor psikologis terhadap kantong

    skrotum yang kosong. Penatalaksanaan yang terlambat pada undesensus akan

    menimbulkan efek pada testis di kemudian hari.

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    5/26

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    6ndesensus testis (65T! atau kriptorkismus merupakan suatu kelainan

     ba2aan genitalia yang paling sering ditemukan pada anak laki-laki.

    "riptorkismus berasal dari kata cryptos yang dalam bahasa yunani disebut

    tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin berarti testis. 6ndescended

    testis adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan gagalnya

     penurunan salah satu atau kedua testis secara komplit ke dalam skrotum yang

    sering ditemukan pada anak kecil. Testis yang tidak turun ke skrotum dapat

     berada pada saluran yang normal di antara ginjal dan bagian dalam skrotum,

    tetapi tidak mencapai tempat kedudukannya yang normal di dalam skrotum.

    2.2 Epidemioo!i

    65T merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi pada anak 

    laki-laki. Pada kebanyakan 387 bayi laki-laki yang prematur mempunyai

    testis yang tidak turun. nsiden ini turun menjadi 3 sampai 7 pada bayi

    yang lahir cukup bulan. Penurunan testis pada bayi setelah lahir kebanyakan

    karena pengaruh testosteron neonatus dalam usia 3 bulan pertama. :alaupun

    sebelumnya testis dapat turun sampai usia satu tahun setelah lahir,

    kebanyakan testis akan turun secara spontan dalam 3 bulan pertama kelahiran.

    Selain itu, tidak ditemukan adanya perbedaan insiden antara ras. Penelitian

     prospektif mendapatkan prealen 65T pada bayi dengan berat lahir lebih

    atau sama dengan /88 gram, meningkat di 6nited "ingdom dari /,07

    menjadi ,$7 antara tahun $;8 dan tahun$;;8. Pada negara lain dengan

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    6/26

     penelitian yang sama selama dua decade berariasi antara /,$7 menjadi

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    7/26

    Pada kehamilan bulan testis berkembang menjadi bulat seperti bentuk yang

    normal dan mulai berpindah ke kaudal dan mencapai annulus inguinalis

    internus pada kehamilan bulan. Selama bulan ke ? 0, testis mele2ati kanalis

    inguinalis dan akan menonjol di samping tonjolan peritoneum yang disebut

     prosesus aginalis peritonei. Selama bulan ke ? < dan bulan ke ? ;, testis

    sudah berada dalam skrotum. "urang lebih 7 dari bayi aterm lahir dengan

    desensus testis inkomplit. 5an sampai 387 bayi prematur lahir dengan

    undesensus testis. Testis berkembang bersama mesonefron yang terpisah dari

    as deferens yang berkembang baik sedangkan sedangkan testis tidak ada.

    Perkembangan testis yang baik disertai dengan perkembangan as deferens

    yang terganggu dijumpai pada penyakit fibrosis sistika.

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    8/26

    "edua testis dalam scrotum digantung oleh tangkai fibroaskuler, funiculus

    spermaticus, yang meninggalkan canalis inguinalis melalui annulus inguinalis

     profunda. Testis kiri sering tergantung lebih rendah daripada yang kanan.

    Scrotum berfungsi mengatur temperature testis. Scrotum berasal dari / genital

    ridge yang ditunjukkan oleh adanya lapisan tengah, raphe scrota.

    Testis matur bentuknya kira ? kira seperti buah plum, panjangnya ? cm.

    konsistensi kenyal dan biasanya dalam scrotum posisi permukaan luas

    menghadap ke belakang dan yang sempit menghadap depan. Testis dibagi

    menjadi kutub atas dan kutub ba2ah, permukaan medial dan lateral. Pada tepi

     posterior, mediastinum testis, pembuluh ? pembuluh darah, saraf dan ductus

    deferens masuk dan meninggalkan epididymis bersama funiculus

    spermaticus. Testis dan epididymis sebagian besar ditutupi oleh lapisan

    isceral peritoneal sheath, tunica aginalis testis. apisan ini pada

    mediatinum testis dan epididymis melipat menjadi lapisan parietal, lapisan

    isceral membentuk alur di bagian lateral, bursa testicular terletak antara

    testis dan epididymis.

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    9/26

    Testis dibungkus dengan rapat oleh kapsul jaringan ikat tebal, keputih-

     putihan, tunica albuginea. Septa ? septa jaringan ikat (septula testis!

    menyebar dari kapsul menuju mediastinum testis membagi jaringan testis

    menjadi /88 ? 388 lobulus (lobuli testis!. Tiap lobulus mengandung beberapa

    tubulus seminiferous yang berkelok ? kelok (tubuli seminiferi contorti!. Tiap

    tubulus pada testis matur (secara seksual! tebalnya $8 ? 388 @m, dan jika

    dibentang panjangnya 38 -8 mm. tubulus masuk rete testis di mediastinum.

    'ete testis terdiri atas saluran ? saluran seperti celah saling berhubungan dari

    mana ductuli efferentes menyalurkan sperma (spermato#oa! menuju ductus

    epididymis. Selanjutnya ductus epididymis melanjutkan diri sebagai ductus

    deferens.

    2.% E$ioo!i

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    10/26

    9ekanisme terjadinya 65T berhubungan dengan banyak faktor 

    (multifaktorial! yaitu perbedaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap funikulus

    spermatikus atau gubernakulum, peningkatan tekanan abdomen, faktor 

    hormonal, perkembangan epididimis, perlekatan gubernakulum, penyebab

    sekunder pasca-operasi inguinal yang menyebabkan jaringan ikat. 4eberapa

     penelitian terakhir mendapatkan bah2a mutasi pada gen AS3 (eydig

    insulin-like hormone 3! dan gen &'1*T (& protein-coupled receptor 

    affecting testis descent! dapat menyebabkan 65T.AS3 dan &'1*T

    erupakan pasangan ligand dan reseptor yang mempengaruhi perkembangan

    gubernaculum. 9utasi atau delesi pada gen-gen tertentu yang lain jugaterbukti menyebabkan 65T, antara lain gen reseptor androgen yang akan

    menyebabkan *S (androgen insensitiity syndrome!, serta beberapa gen

    yang bertanggung-ja2ab pada differensiasi testis.

    Penyebab 65T yang multiple dan berbeda antara kasus yang satu dan lainnya

    diperkirakan ditentukan oleh beberapa hal seperti kelainan aBis hipotalamus-

    hipofisis-testis.%ipotalamus menghasilkan &n'%, %ipofise anterior 

    menghasilkan FS%, dan % sedangkan testis terdiri dari sel sertoli yang

    menghasilkan *9%, dan sel leydig yang menghasilkan hormon testosteron

    dan hormon AS3.5ensensus testis tidak terjadi pada mamalia yang

    hipofisenya telah diangkat, ini menandakan bah2a kekurangan FS% dan %

    menyebabkan terjadinya kriptorkismus.

    "ekurangan hormon AS3 akan mengakibatkan kriptorkismus karena

    hormon AS3 menyebabkan pertumbuhan gubernakulum dan terjadinya

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    11/26

    desensus testis transabdominal, demikian juga kekurangan *9% akan

    menyebabkan kriptorkismus karena *9% menyebabkan regresi duktus

    mulleri, demikian juga halnya kekurangan hormon testosteron akan

    menyebabkan kriptorkismus juga karena hormon testosteron menyebabkan

    regresi CS dan regresi gubernakulum untuk desensus testis transinguinal.

    Peningkatan hormon estrogen dicurigai akan menekan rangsangan untuk 

    turunnya testis karena hormon tersebut dicurigai menekan sel leydig testis

    dalam memproduksi AS3 dan testosteron.

    Terdapat faktor keturunan terjadinya 65T pada kasus-kasus yang isolated, di

    samping itu testissebelah kanan lebih sering mengalami 65T.Sekitar ,8 7

    anak-anak 65T mempunyai ayah yang 65T, dan ,/?;,

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    12/26

    Gambar 2. etak 6ndesensus Testis. &ambar di sebelah kanan adalah beberapa letak testis kriptorkismus yaitu $. Testis retraktil, /. nguinal, dan 3. *bdominal, sedangkan

    gambar di sebelah kiri menunjukkan testis ektopik, antara lain+ . nguinal superfisial, .

    Penil, . Femoral

    Testis ektopik merupakan penyimpangan turunnya testis dari saluran yang

    normal, tidak melalui cincin inguinalis ekterna dan tidak berhubungan

    dengan kerusakan testis atau transformasi keganasan. 6mumnya yang

    menjadi tempat dari testis ektopik adalah bagianluar dari kantong inguinal,

     pada perineum, kanalis femoralis, daerah suprapubik dan kontralateral dari

    skrotum.Testis ektopik bisa dibedakan dengan kriptorkismus oleh adanya

     pertumbuhan skrotum yang normal dan tidak adanya hernia inguinalis. Testis

    retraktil merupakan bentuk lain dari penurunan testis ke dalam skrotum

    dimana aktipnya reflek otot kremaster menyebabkan testis tertarik ke

     pangkal paha. Testis retraktil biasanya bilateral dan sering ditemukan pada

    anak usia /- tahun, kejadiannya /87 dari anak laki-laki yang normal dimana

    testis masih dapat dimanipulasi samapi ke bagian ba2ah skrotum. 5engan

    membesarnya olume testis pada pase pubertas kejadian ini akan menjadi

    normal. "ejadian ini perlu dibedakan dengan kriptorkismus karena

     pertumbuhan skrotum normal dan tesis bisa turun ke skrotum9aksimum /87

    kriptorkismus testisnya tidak teraba pada pemeriksaan klinis, testis

    kebanyakan berada disebelah kiri. 5ari testis yang tidak teraba 87-87

    kasus testisnya masih utuh dan berada pada posisi intraabdominal atau

    inguinal dan yang sungguh-sungguh tidak ada sekitar /87 dari kasus. Testis

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    13/26

    yang naik atau kriptorkismus yang didapat sering ditemukan pada anak yang

    sebelumnya testis sudah turun di skrotum. Pada anak laki-laki yang testisnya

    sudah turun saat dilahirkan, tetapi selama masa anak-anak sering antara usia

    -$8 tahun testis tidak masih ada di skrotum. 65T dapat diklasifikasikan

     berdasarkan etiopatogenesisnya dan lokasinya.

    "lasifikasi 6ndesensus testis berdasarkan etiopatogenesisnya+

    $. 9ekanis ) anatomik ( perlekatan-perlekatan, kelainan kanalis inguinalis!

    /. 1ndokrin)hormonal (kelainan aBis hipotalamus-hipofisis-testis!

    3. 5isgenetik ("elainan interseks multipel!

    . %erediter) genetik  

    6ndesensus testis dapat diklasifikasi berdasarkan lokasinya menjadi+

    $. Skrotal tinggi (supraskrotal! + 8 7

    /. ntrakanalikuler ( inguinal ! + /8 7

    3. ntraabdominal (abdominal! + $87

    6ndesesus testis dikelompokkan menjadi 3 tipe+

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    14/26

    $. 6ndesensus testis sesungguhnya ( true undescended! + testis mengalami

     penurunan parsial melalui jalur yang normal, tetapi terhenti. 5ibedakan

    menjadi teraba (palpable! dan tidak teraba ( impalpable!

    /. Testis ektopik + testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan yang

    normal.

    3.Testis retractile+ testis dapat diraba)diba2a ke dasar skrotum tetapi akibat

    refleks kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalis

    inguinalis, bukan termasuk 65T yang sebenarnya.

    2.( Pa$ofisioo!i

    Suhu di dalam rongga abdomen E$C lebih tinggi daripada suhu di dalam

    skrotum, sehingga testis abdominal selalu mendapatkan suhu yang lebih

    tinggi daripada testis normalD hal ini mengakibatkan kerusakan sel ? sel epitel

    germinal testis. Pada usia / tahun, sebanyak $) bagian dari sel ? sel germinal

    testis telah mengalami kerusakan sedangkan pada usia 3 tahun hanya $)3 sel ? 

    sel germinal yang masih normal. "erusakan ini makin lama makin progresif 

    dan akhirnya testis menjadi mengecil.

    "arena sel ? sel leydig sebagai penghasil hormon androgen tidak ikut rusak,

    maka potensi seksual tidak mengalami gangguan.*kibat lain yang

    ditimbulkan dari letak testis yang tidak berada di skrotum adalah mudah

    terpelintir (torsio!, mudah terkena trauma, dan lebih mudah mengalami

    degenerasi maligna.

    2.) Dia!nosis

    a. *namnesis

    Pasien biasanya diba2a berobat ke dokter karena orang tuanya tidak 

    menjumpai testis di kantong skrotum, sedangkan pasien de2asa mengeluh

    karena infertilitasnya yaitu belum mempunyai anak setelah menikah beberapa

    tahun.

    Pada anamnesis harus digali adalah tentang prematuritas penderita (387 bayi

     prematur mengalami 65T!, penggunaan obat-obatan saat ibu hamil

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    15/26

    (estrogen!, ri2ayat operasi inguinal. %arus dipastikan juga apakah

    sebelumnya testis pernah teraba di skrotum pada saat lahir atau tahun pertama

    kehidupan (testis retractile akibat refleks cremaster yang berlebihan sering

    terjadi pada umur - tahun!. Perlu juga digali ri2ayat perkembangan mental

    anak, dan pada anak yang lebih besar bisa ditanyakan ada tidaknya gangguan

     penciuman (biasanya penderita tidak menyadari!. 'i2ayat keluarga tentang

    65T, infertilitas, kelainan ba2aan genitalia, dan kematian neonatal.

     b. Pemeriksaan fisis

    nspeksi pada regio skrotum terlihat hipoplasia kulit skrotum karena tidak 

     pernah ditempati oleh testis. Pada palpasi, testis tidak teraba di kantung

    skrotum melainkan berada di inguinal atau di tempat lain. Pada saat

    melakukan palpasi untuk mencari keberadaan testis, jari tangan pemeriksa

    harus berada dalam keadaan hangat hangat untuk menghindari tertariknya

    testis ke atas.

    Pemeriksaan testis sebaiknya dilakukan pada posisi terlentang dengan Gfrog

    leg positionG dan jongkok. 5engan / tangan yang hangat dan akan lebih baik 

     bila menggunakan jelly atau sabun, dimulai dari S*S menyusuri kanalis

    inguinalis ke-arah medial dan skrotum (gambar 3!. 4ila teraba testis harus

    dicoba untuk diarahkan ke-skrotum, dengan kombinasi GmenyapuG dan

    GmenarikG terkadang testis dapat didorong ke-dalam skrotum. 5engan

    mempertahankan posisi testis di dalam skrotum selama $ menit, otot

    cremaster diharapkan akan mengalami GfatigueGD bila testis dapat bertahan di

    dalam skrotum, menunjukkan testis yang retractile sedangkan pada 65T akan

    segera kembali begitu testis dilepas.Tentukan lokasi, ukuran dantekstur testis.

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    16/26

    Testis yang atropi atau anishing testis dapat dijumpai pada jalur penurunan

    yang normal."emungkinan etiologinya adalah iskemia masa neonatal akibat

    torsi. Testis kontra lateralnya biasanyamengalami hipertrofi.

    okasi 65T tersering terdapat pada kanalis inguinalis (0/7!, diikuti

    supraskrotal (/87!, danintra-abdomen (ika kedua buah testis tidak diketahui tempatnya, harus dibedakan dengan

    anorkismus bilateral (tidak mempunyai testis!. 6ntuk itu perlu dilakukan

     pemeriksaan hormonal antara lain hormon testoteron, kemudian dilakukan uji

    dengan pemberian hormon hC& (human chorionic gonadotropin hormone!.

    Tidak terjadi peningkatan kadar testosterone disertai peningkatan %)FS%

    setelah dilakukan stimulasi mengindikasikan anorkismus.

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    17/26

    Prinsip stimulasi test dengan hC& atau hC& test adalah mengukur kadar 

     pada keadaan basal dan / - < jam setelah stimulasi. 'espon testosteron

    normal pada hC& test sangat tergantung umur penderita. Pada bayi, respon

    normal setelah hC& test berariasi antara / - $8B bahkan /8B. Pada masa

    kanak-kanak, peningkatannya sekitar -$8B. Sedangkan pada masa pubertas,

    dengan meningkatnya kadar testosteron basal, maka peningkatan setelah

    stimulasi hC& hanya sekitar / - 3B.

    d. Pemeriksaan Pencitraan

    6S& hanya dapat membantu menentukan lokasi testis terutama di daerah

    inguinal, di mana halini akan mudah sekali dilakukan perabaan dengan

    tangan.Pada penelitian terhadap kasus rujukandengan 65T tidak teraba

    testis, 6S& hanya dapat mendeteksi 30,7 ($/ dari 3/! testis inguinalD

    dantidak dapat mendeteksi testis intra-abdomen. %al ini tentunya sangat

    tergantung dari pengalaman dankualitas alat yang digunakan.

    CT scan dan 9' mempunyai ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan 6S&

    terutamadiperuntukkan testis intra-abdomen (tak teraba testis!.9'

    mempunyai sensitifitas yang lebih baik untukdigunakan pada anak-anak yang

    lebih besar (belasan tahun!.9' juga dapat mendeteksi kecurigaankeganasan

    testis.aik 6S&, CT scan maupun 9' tidak dapat dipakai untuk mendeteksi

    anishingtestis ataupun anorchia.

    5engan ditemukannya metode-metode yang non-inasif maka penggunaanangiografi (enografi!untuk mendeteksi testis yang tidak teraba menjadi

    semakin berkurang.9etode ini paling baik digunakanuntuk menentukan

    anishing testis ataupun anorchia. 5engan metode ini akan dapat diealuasi

     pleksuspampiniformis, parenkim testis, dan blind-ending dari ena testis

    (pada anorchia!."elemahannya selaininfasif, juga terbataspada umur anak-

    anak yang lebih besar mengingat kecilnya ukuran ena-enagonad.

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    18/26

    e. aparoskopi

    9etode ini merupakan metode infasif yang cukup aman dilakukan oleh ahli

    yang berpengalaman. Sebaiknya dilakukan pada anak yang lebih besar dan

    setelah pemeriksaan lain tidak dapat mendeteksi adanya testis

    diinguinal.4eberapa hal yang dapat diealuasi selama laparoskopi adalah+

    kondisi annulus inguinalis interna, processus aginalis (patent atau non-

     patent!, testis dan askularisasinya serta struktur 2olfiannya.

    2.* Dia!nosis Bandin!

    5iagnosis banding meliputi testis letak ektopik dan seringkali dijumpai testis

    yang biasanya berada di kantung skrotum tiba ? tiba berada di daerah di

    inguinal dan pada keadaan lain kembali ke tempat semula. "eadaan ini terjadi

    karena refleks otot kremaster yang terlalu kuat akibat cuaca dingin, atau

    setelah melakukan aktifitas fisik. %al ini disebut sebagai testis retraktil atau

    kriptorkismus fisiologis dan kelainan ini tidak perlu diobati. Selain itu

    undesensus testis perlu dibedakan dengan anorkismus, yaitu testis memang

    tidak ada. %al ini biasa terjadi secara kongenital memang tidak terbentuk 

    testis, atau testis yang mengalami atrofi akibat torsio in utero atau torsio pada

    saat neonatus.

    2.+ Pena$aa'sanaan

    Tujuan terapi undesensus testis yang utama dan dianut hingga saat ini adalah

    memperkecil risiko terjadinya infertilitas dan keganasan dengan melakukan

    reposisi testis kedalam skrotum baik dengan menggunakan terapi hormoneataupun dengan cara pembedahan (orkidopeksi!. Penatalaksanaan yang

    terlambat pada undesensus testis akan menimbulkan efek pada testis di

    kemudian hari. 5engan asumsi bah2a jika dibiarkan testis tidak dapat turun

    sendiri setelah usia $ tahun, sedangkan setelah usia / tahun terjadi kerusakan

    testis yang cukup bermakna, maka saat yang tepat untuk melakukan terapi

    adalah pada usia $ tahun. Pada prinsipnya testis yang tidak berada di skrotum

    harus diturunkan ke tempatnya, baik dengan cara medikamentosa maupun

     pembedahan.

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    19/26

    6ndesensus testis meningkatkan risiko infertilitas dan berhubungan dengan

    risiko tumor sel germinal yang meningkat 3 - $8 kali. *trofi testis terjadi pada

    usia ? 0 tahun, akan tetapi perubahan morfologi dimulai pada usia $ - /

    tahun. Pada a2al pubertas, lebih dari ;87 testis kehilangan sel germinalnya

     pada kasus intraabdomen, sedangkan pada kasus testis inguinal dan

     preskrotal, penurunan sel geminal mencapai $7 dan /87.

    a. 9edikamentosa

    %ormon yang diberikan adalah hC&,gonadotropin releasing hormone

    (&n'%! atau %-releasing hormone (%'%!. Terapi hormonal

    meningkatkan produksi testosterone dengan menstimulasi berbagai tingkat

     jalur hipotalamus-pituitary-gonadal. Terapi ini berdasarkan obserasi

     bah2a proses turunnya testis berhubungan dengan androgen. Tingkat

    testosteron lebih tinggi bila diberikan hC& dibandingkan &n'%. Semakin

    rendah letak testis, semakin besar kemungkinan keberhasilan terapi

    hormonal.

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    20/26

    nternational %ealth Foundation menyarankan dosis hC& sebanyak /86)

    kali pada bayi, 88 6 pada anak sampai usia tahun dan $888 6 pada

    anak lebih dari tahun. Terapi diberikan / kali seminggu selama

    minggu. *ngka keberhasilannya E 7. Secara keseluruhan, terapi

    hormon efektif pada beberapa kelompok kasus, yaitu testis yang terletak di

    leher skrotum atau undesensus bilateral. 1fek samping adalah peningkatan

    rugae skrotum, pigmentasi, rambut pubis dan pertumbuhan penis.

    Pemberian dosis lebih dari $888 6 dapat menginduksi fusie piphyseal

     plate dan mengurangi pertumbuhan somatik.($! Pemberian hormonal pada

    kriptorkismus banyak memberikan hasil terutama pada kelainan bilateral,

    sedangkan pada kelainan unilateral hasilnya masih belum memuaskan.

    Ibat yang sering digunakan adalah hormon hC& yang disemprotkan

    intranasal.

     b. Pembedahan

    *pabila terapi hormonal telah gagal, terapi standar pembedahan untuk 

    kasus undesensus testis adalah orkidopeksi. "eputusan untuk melakukan

    orkidopeksi harus mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain teknis,

    risiko anastesi, psikologis anak, dan risiko bila operasi tersebut ditunda.

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    21/26

    Gambar ". Irkidopeksi

    Irkidopeksi digunakan untuk memperbaiki 65T pada anak-anak. Satuinsisi dibuat pada abdomen yang merupakan lokasi 65T, dan insisi lain

    dibuat pada skrotum (*!. Testis dipisahkan dari jaringan sekitarnya (4! dan

    dikeluarkan dari insisi abdomen menempel pada spermatic cord (C!. Testis

    kemudian dimasukkan turun ke dalam skrotum (5! dan dijahit (1!.

    Tujuan operasi pada kriptorkismus adalah+ ($! mempertahankan fertilitas,

    (/! mencegah timbulnya degenerasi maligna, (3! mencegah kemungkinan

    terjadinya torsio testis, (! melakukan koreksi hernia, dan (! secara

     psikologis mencegah terjadinya rasa rendah diri karena tidak mempunyai

    testis. Iperasi yang dikerjakan adalah orkidopeksi yaitu meletakkan testis

    ke dalam skrotum dengan melakukan fiksasi pada kantung sub dartos.

    Prinsip dasar orkidopeksi +

    $. 9obilisasi yang cukup dari testis dan pembuluh darah

    /. igasi kantong hernia

    3. Fiksasi yang kuat testis pada skrotum

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    22/26

    Testis sebaiknya direlokasi pada subkutan atau subdartos  pouch skrotum.

    Tindakan operasi sebaiknya dilakukan sebelum pasien usia / tahun, bahkan

     beberapa penelitian menyarankan pada usia ? $/ bulan. Penelitian

    melaporkan spermatogonia akan menurun setelah usia / tahun.

    ndikasi absolut dilakukan operasi pembedahan primer adalah.

    $. kegagalan terapi hormonal

    /. testis ektopik 

      3. terdapat kelainan lain seperti hernia dengan atau tanpa prosesus aginalis

    yang terbuka

    2.1, Kompi'asi Undesens#s Tes$is

    Telah lama diketahui bah2a komplikasi utama yang dapat terjadi pada

    undesensus testis adalah keganasan testis dan infertilitas akibat degenerasi

    testis. 5isamping itu disebut juga terjadinya torsio testis, dan hernia

    inguinalis.

    a. 'isiko "eganasan

    Terdapat hubungan yang erat antara undesensus dan keganasan testis.

    nsiden keganasan testis sebesar $ - pada setiap 88 laki-laki undesensus

    testis di *merika. 'isiko terjadinya keganasan testis yang tidak turun pada

    anak dengan undesensus testis dilaporkan berkisar $8-/8 kali dibandingkan

     pada anak dengan testis normal. 9akin tinggi lokasi undesensus makin

    tinggi risiko keganasannya, testis abdominal mempunyai risiko menjadi

    ganas B lebih besar dibanding testis inguinal.

    Irkidopeksi sendiri tidak akan mengurangi risiko terjadinya keganasan,

    tetapi akan lebih mudah melakukan deteksi dini keganasan pada penderita

    yang telah dilakukan orkidopeksi.

     b. nfertilitas

    Penderita undesensus testis bilateral mengalami penurunan fertilitas yang

    lebih berat dibandingkan penderita undesesus unilateral, dan apalagi

    dibandingkan dengan populasi normal. Penderita undesesus bilateral

    mempunyai risiko infertilitas B lebih besar dibandingkan populasi normal

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    23/26

    (3

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    24/26

    BAB III

    PENUTUP

    6ndescendcus testis (65T! atau "riptorkismus adalah gangguan

     perkembangan yang ditandai dengan gagalnya penurunansalah satu atau

    kedua testis secara komplit ke dalam skrotum.nsiden 65T terkait erat

    dengan umur kehamilan, dan maturasi bayi. Pada bayi prematur sekitar 38,3

    7 dan sekitar 3, 7 padabayi cukup bulan. Peningkatan umur bayi akan

    diikuti dengan penurunan insiden 65T. Prealensinya menjadi sekitar 8,<

    7pada umur $ tahun dan bertahan pada kisaran angka tersebut pada usia

    de2asa.

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    25/26

    DA-TA PUSTAKA

    Schneck FH, 4ellinger 9F. *bnormalities of the testes and scrotum and their

    surgical management. 5alam+ :alsh PC. Campbell@s 6rology Jol $.

    :.Smiths &eneral 6rology . 1disi $0.

    California+The 9c&ra2 %ill companiesD /888. h./3-.

    4asuki Purnomo. Testis 9aldesensus. 5alam+ 5asar ? 5asar 6rologi. 1disi /.

    >akarta+ Sagung Seto. /88; h. $30-$8.

    9ichael >9, %erbert S, dkk. The 6ndecended Testis+ 5iagnosis, Treatment

    and ong-Term ConseKuences. 5alam +

    http+))222.ncbi.nlm.nih.go)pmc)articles)P9C/0303/)( diakses+ $ *pril /8$!

    Fai#i 9, Aetty 1P. Penatalaksanaan 6ndescendcus Testis Pada *nak. 5alam +

    http+))old.pediatrik.com)pkb)/888//8-g/2ryu-pkb.pdf 

    (diakses $ *pril /8$!

    *di S, *ny '. Tjahjodjati, dkk. Panduan Penatalaksanaan Pediatrik 6rologi

    di ndonesia. 5alam + http+))222.iaui.or.id)ast)file)pediatricLurology.doc

    (diakses $ *pril /8$!

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2737432/http://old.pediatrik.com/pkb/20060220-g2wryu-pkb.pdfhttp://www.iaui.or.id/ast/file/pediatric_urology.dochttp://old.pediatrik.com/pkb/20060220-g2wryu-pkb.pdfhttp://www.iaui.or.id/ast/file/pediatric_urology.dochttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2737432/

  • 8/16/2019 UDT Tugas Uro

    26/26

    "olon TF, Patel 'P, %uff 5S. Cryptorchidism+ diagnosis, treatment, and long-

    term prognosis.6rol Clin Aorth *m /88D 3$ (3!+ ;- Clin 1ndocrinol 9etab

    4ajpai,*., 9enon,P.S.A. /88