UDT Tugas Uro
Transcript of UDT Tugas Uro
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
1/26
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem reproduksi pria terdiri atas testis, saluran dari testis, kelenjar-kelenjar yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan penis. Pada bahasan undesensus testis
ini, akan dibahas lebih banyak mengenai testis.
Testis merupakan kelenjar ganda, karena secara fungsional bersifat eksokrin dan
juga endokrin. Fungsi eksokrin testis yang terutama adalah menghasilkan sel-sel
kelamin pria, sehingga dianggap sebagai kelenjar sitogenik. Sekresi endokrin
yang utama dari testis adalah testosterone, yang dihasilkan oleh sel-sel interstitial.
Testis tergantung di dalam skrotum dan dibungkus oleh simpai testis yang terdiri
dari 3 lapis, yaitu lapisan terluar (tunika aginalis!, lapisan tengah (tunika
albuginea! dan lapisan terdalam (tunika askulosa!. Simpai testis bukan
merupakan suatu pembungkus yang lembam melainkan merupakan suatu selaput
dinamis yang mampu berkerut secara berkala. "erutan-kerutan tersebut mungkin
bertujuan untuk mempertahankan tekanan yang sesuai di dalam testis, megatur
gerakan keluar masuknya cairan ke dalam kapiler-kapiler dan untuk memijat
sistem saluran, sehingga membantu gerakan spermato#oa kearah luar, memilikisifat-sifat selaput yang semipermeable dan turut berperan dalam beberapa faal
testis.
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
2/26
Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus selama kehidupan
seksual aktif, sebagai akibat dari rangsangan oleh hormone gonadotropin hipofisis
anterior, dimulai rata-rata pada usia $3 tahun dan berlanjut sepanjang hidup.
Sperma diproduksi di dalam testis melalui proses spermatogenesis. Proses ini
diatur oleh sumbu hipotalamo-hipofisis-gonad. %ipotalamus mengeluarkan
hormone gonadotropin releasing hormone (&n'%! yang merangsang kelenjar
hipofisis anterior untuk memproduksi hormone gonadotropin yaitu folikel
stimulating hormone (FS%!, luteini#ing hormone (%!.
Produksi hormone testosterone oleh sel-sel eydig di dalam testis diatur oleh %,
dan pada kadar tertentu, testosterone memberikan umpan balik negatie kepada
hipotalamus)hipofisis sebagai kontrol terhadap produksi %. FS% merangsang
tubuli seminiferi (terutama sel-sel sertoli! dalam proses spermatogenesis, di
samping itu sel-sel ini memproduksi inhibin yaitu suatu substansi yang
mengontrol produksi FS% melalui mekanisme umpan balik negatie. Proses
produksi sperma (spermatogenesis! berlagsung di dalam testis dimulai dari
differensiasi sel stem primitie spermatogonium yang terdapat pada membrane
Gambar 1. *natomi
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
3/26
basalis tubulus seminiferus testis. Spermatogonium kemudian mengalami mitosis,
meiosis, dan mengalami transformasi menjadi spermato#oa sesuai dengan urutan
mulai dari+
Spermatogoniumspermatosit spermatosit spermatidspermato#oa
Sel-sel spermatogonium mengalami mitosis menjadi sel-sel diploid spermatosit
(mempunyai kromosom! dan mengalami miosis menjadi sel-sel haploid
spermatosi (mempunyai /3 kromosom! dan selanjutnya mengalami mitosis
menjadi sel-sel spermatid. Sel-sel spermatid ini mengalami transformasi menjadi
spermato#oa sehingga terbentuk akrosom dan flagella serta hilangnya sebagian
sitoplasma. Proses transformasi pembentukan spermato#oa yang siap disalurkan
ke epididimis disebut spermiogenesis. Seluruh proses spermatogenesis ini
berlangsung kurang lebih 0 hari.
Terdapat beberapa hormone yang memiliki peranan yang sangat penting dalam
spermatogenesis, yaitu sebagai berikut+
$. Testosteron, disekresi oleh sel-sel eydig yang terletak di interstitium
testis, hormone ini penting bagi pertumbuhan dan pembagian sel-sel
germinatium dalam membentuk sperma.
/. %ormon utein (%!, disekresi oleh kelenjar hipofifis anterior,
merangsang sel-sel eydig untuk menyekresi testosterone.
3. %ormon perangsang folikel (FS%!, juga disekresi oleh sel-sel kelenjar
hipofisis anterior, merangsang sel-sel Sertoli, tanpa rangsangan ini,
pengubahan spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis! tidak akan
terjadi.. 1strogen, dibentuk dari testosterone oleh sel-sel sertoli ketika sel sertoli
sedang dirangsang oleh hormone perangsang folikel, yang mungkin juga
penting untuk spermiogenesis. Sel-sel sertoli juga menyekresi suatu
protein pengikat androgen yang mengikat testosterone dan estrogen serta
memba2a keduanya ke dalam cairan dalam lumen tubulus seminiferus,
membuat kedua hormone ini tersedia untuk pematangan sperma.
. %ormon pertumbuhan (&%!, seperti juga pada sebagian besar hormone
yang lain, hormone ini diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
4/26
metabolisme testis. %ormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan
pembelahan a2al spermatogenia sendiri. 4ila tidak terdapat hormone
pertumbuhan, seperti pada 52arfisme hipofisis, spermatogenesis sangat
berkurang atau tidak ada sama sekali.
6ndesensus testis atau biasa disebut kriptorkismus merupakan kelainan ba2aan
genitalia yang paling sering ditemukan pada anak laki-laki. Sepertiga kasus anak-
anak dengan undesensus testis adalah bilateral sedangkan dua pertiganya adalah
unilateral. nsiden undesensus testis terkait erat dengan umur kehamilan,dan
maturasi bayi. nsiden meningkat pada bayi yang lahir prematur dan menurun
pada bayi-bayi yang dilahirkan cukup bulan. Peningkatan umur bayi akan diikutidengan penurunan insiden undesensus testis.
nsidensnya 3 - 7 pada bayi laki-laki yang lahir cukup bulan dan meningkat
menjadi 387 pada bayi prematur. Setelah $88 tahun penelitian mengenai
undesensus testis, 9asih terdapat beberapa aspek yang menjadi kontroersial.
Faktor predisposisi terjadinya undesensus testis adalah prematuritas, berat bayi
baru lahir yang rendah, kecil untuk masa kehamilan, kembar dan pemberian
estrogen pada trimester pertama. Testis yang belum turun ke kantung skrotum dan
masih berada dijalurnya mungkin terletak di kanalis inguinalis atau di rongga
abdomen, yaitu terletak diantara fossa renalis dan annulus inguinalis internus.
*lasan utama dilakukan terapi adalah meningkatnya risiko infertilitas,
meningkatnya risiko keganasan testis, meningkatnya risiko torsio testis, resiko
trauma testis terhadap tulang pubis dan faktor psikologis terhadap kantong
skrotum yang kosong. Penatalaksanaan yang terlambat pada undesensus akan
menimbulkan efek pada testis di kemudian hari.
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
5/26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
6ndesensus testis (65T! atau kriptorkismus merupakan suatu kelainan
ba2aan genitalia yang paling sering ditemukan pada anak laki-laki.
"riptorkismus berasal dari kata cryptos yang dalam bahasa yunani disebut
tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin berarti testis. 6ndescended
testis adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan gagalnya
penurunan salah satu atau kedua testis secara komplit ke dalam skrotum yang
sering ditemukan pada anak kecil. Testis yang tidak turun ke skrotum dapat
berada pada saluran yang normal di antara ginjal dan bagian dalam skrotum,
tetapi tidak mencapai tempat kedudukannya yang normal di dalam skrotum.
2.2 Epidemioo!i
65T merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi pada anak
laki-laki. Pada kebanyakan 387 bayi laki-laki yang prematur mempunyai
testis yang tidak turun. nsiden ini turun menjadi 3 sampai 7 pada bayi
yang lahir cukup bulan. Penurunan testis pada bayi setelah lahir kebanyakan
karena pengaruh testosteron neonatus dalam usia 3 bulan pertama. :alaupun
sebelumnya testis dapat turun sampai usia satu tahun setelah lahir,
kebanyakan testis akan turun secara spontan dalam 3 bulan pertama kelahiran.
Selain itu, tidak ditemukan adanya perbedaan insiden antara ras. Penelitian
prospektif mendapatkan prealen 65T pada bayi dengan berat lahir lebih
atau sama dengan /88 gram, meningkat di 6nited "ingdom dari /,07
menjadi ,$7 antara tahun $;8 dan tahun$;;8. Pada negara lain dengan
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
6/26
penelitian yang sama selama dua decade berariasi antara /,$7 menjadi
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
7/26
Pada kehamilan bulan testis berkembang menjadi bulat seperti bentuk yang
normal dan mulai berpindah ke kaudal dan mencapai annulus inguinalis
internus pada kehamilan bulan. Selama bulan ke ? 0, testis mele2ati kanalis
inguinalis dan akan menonjol di samping tonjolan peritoneum yang disebut
prosesus aginalis peritonei. Selama bulan ke ? < dan bulan ke ? ;, testis
sudah berada dalam skrotum. "urang lebih 7 dari bayi aterm lahir dengan
desensus testis inkomplit. 5an sampai 387 bayi prematur lahir dengan
undesensus testis. Testis berkembang bersama mesonefron yang terpisah dari
as deferens yang berkembang baik sedangkan sedangkan testis tidak ada.
Perkembangan testis yang baik disertai dengan perkembangan as deferens
yang terganggu dijumpai pada penyakit fibrosis sistika.
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
8/26
"edua testis dalam scrotum digantung oleh tangkai fibroaskuler, funiculus
spermaticus, yang meninggalkan canalis inguinalis melalui annulus inguinalis
profunda. Testis kiri sering tergantung lebih rendah daripada yang kanan.
Scrotum berfungsi mengatur temperature testis. Scrotum berasal dari / genital
ridge yang ditunjukkan oleh adanya lapisan tengah, raphe scrota.
Testis matur bentuknya kira ? kira seperti buah plum, panjangnya ? cm.
konsistensi kenyal dan biasanya dalam scrotum posisi permukaan luas
menghadap ke belakang dan yang sempit menghadap depan. Testis dibagi
menjadi kutub atas dan kutub ba2ah, permukaan medial dan lateral. Pada tepi
posterior, mediastinum testis, pembuluh ? pembuluh darah, saraf dan ductus
deferens masuk dan meninggalkan epididymis bersama funiculus
spermaticus. Testis dan epididymis sebagian besar ditutupi oleh lapisan
isceral peritoneal sheath, tunica aginalis testis. apisan ini pada
mediatinum testis dan epididymis melipat menjadi lapisan parietal, lapisan
isceral membentuk alur di bagian lateral, bursa testicular terletak antara
testis dan epididymis.
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
9/26
Testis dibungkus dengan rapat oleh kapsul jaringan ikat tebal, keputih-
putihan, tunica albuginea. Septa ? septa jaringan ikat (septula testis!
menyebar dari kapsul menuju mediastinum testis membagi jaringan testis
menjadi /88 ? 388 lobulus (lobuli testis!. Tiap lobulus mengandung beberapa
tubulus seminiferous yang berkelok ? kelok (tubuli seminiferi contorti!. Tiap
tubulus pada testis matur (secara seksual! tebalnya $8 ? 388 @m, dan jika
dibentang panjangnya 38 -8 mm. tubulus masuk rete testis di mediastinum.
'ete testis terdiri atas saluran ? saluran seperti celah saling berhubungan dari
mana ductuli efferentes menyalurkan sperma (spermato#oa! menuju ductus
epididymis. Selanjutnya ductus epididymis melanjutkan diri sebagai ductus
deferens.
2.% E$ioo!i
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
10/26
9ekanisme terjadinya 65T berhubungan dengan banyak faktor
(multifaktorial! yaitu perbedaan pertumbuhan relatif tubuh terhadap funikulus
spermatikus atau gubernakulum, peningkatan tekanan abdomen, faktor
hormonal, perkembangan epididimis, perlekatan gubernakulum, penyebab
sekunder pasca-operasi inguinal yang menyebabkan jaringan ikat. 4eberapa
penelitian terakhir mendapatkan bah2a mutasi pada gen AS3 (eydig
insulin-like hormone 3! dan gen &'1*T (& protein-coupled receptor
affecting testis descent! dapat menyebabkan 65T.AS3 dan &'1*T
erupakan pasangan ligand dan reseptor yang mempengaruhi perkembangan
gubernaculum. 9utasi atau delesi pada gen-gen tertentu yang lain jugaterbukti menyebabkan 65T, antara lain gen reseptor androgen yang akan
menyebabkan *S (androgen insensitiity syndrome!, serta beberapa gen
yang bertanggung-ja2ab pada differensiasi testis.
Penyebab 65T yang multiple dan berbeda antara kasus yang satu dan lainnya
diperkirakan ditentukan oleh beberapa hal seperti kelainan aBis hipotalamus-
hipofisis-testis.%ipotalamus menghasilkan &n'%, %ipofise anterior
menghasilkan FS%, dan % sedangkan testis terdiri dari sel sertoli yang
menghasilkan *9%, dan sel leydig yang menghasilkan hormon testosteron
dan hormon AS3.5ensensus testis tidak terjadi pada mamalia yang
hipofisenya telah diangkat, ini menandakan bah2a kekurangan FS% dan %
menyebabkan terjadinya kriptorkismus.
"ekurangan hormon AS3 akan mengakibatkan kriptorkismus karena
hormon AS3 menyebabkan pertumbuhan gubernakulum dan terjadinya
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
11/26
desensus testis transabdominal, demikian juga kekurangan *9% akan
menyebabkan kriptorkismus karena *9% menyebabkan regresi duktus
mulleri, demikian juga halnya kekurangan hormon testosteron akan
menyebabkan kriptorkismus juga karena hormon testosteron menyebabkan
regresi CS dan regresi gubernakulum untuk desensus testis transinguinal.
Peningkatan hormon estrogen dicurigai akan menekan rangsangan untuk
turunnya testis karena hormon tersebut dicurigai menekan sel leydig testis
dalam memproduksi AS3 dan testosteron.
Terdapat faktor keturunan terjadinya 65T pada kasus-kasus yang isolated, di
samping itu testissebelah kanan lebih sering mengalami 65T.Sekitar ,8 7
anak-anak 65T mempunyai ayah yang 65T, dan ,/?;,
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
12/26
Gambar 2. etak 6ndesensus Testis. &ambar di sebelah kanan adalah beberapa letak testis kriptorkismus yaitu $. Testis retraktil, /. nguinal, dan 3. *bdominal, sedangkan
gambar di sebelah kiri menunjukkan testis ektopik, antara lain+ . nguinal superfisial, .
Penil, . Femoral
Testis ektopik merupakan penyimpangan turunnya testis dari saluran yang
normal, tidak melalui cincin inguinalis ekterna dan tidak berhubungan
dengan kerusakan testis atau transformasi keganasan. 6mumnya yang
menjadi tempat dari testis ektopik adalah bagianluar dari kantong inguinal,
pada perineum, kanalis femoralis, daerah suprapubik dan kontralateral dari
skrotum.Testis ektopik bisa dibedakan dengan kriptorkismus oleh adanya
pertumbuhan skrotum yang normal dan tidak adanya hernia inguinalis. Testis
retraktil merupakan bentuk lain dari penurunan testis ke dalam skrotum
dimana aktipnya reflek otot kremaster menyebabkan testis tertarik ke
pangkal paha. Testis retraktil biasanya bilateral dan sering ditemukan pada
anak usia /- tahun, kejadiannya /87 dari anak laki-laki yang normal dimana
testis masih dapat dimanipulasi samapi ke bagian ba2ah skrotum. 5engan
membesarnya olume testis pada pase pubertas kejadian ini akan menjadi
normal. "ejadian ini perlu dibedakan dengan kriptorkismus karena
pertumbuhan skrotum normal dan tesis bisa turun ke skrotum9aksimum /87
kriptorkismus testisnya tidak teraba pada pemeriksaan klinis, testis
kebanyakan berada disebelah kiri. 5ari testis yang tidak teraba 87-87
kasus testisnya masih utuh dan berada pada posisi intraabdominal atau
inguinal dan yang sungguh-sungguh tidak ada sekitar /87 dari kasus. Testis
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
13/26
yang naik atau kriptorkismus yang didapat sering ditemukan pada anak yang
sebelumnya testis sudah turun di skrotum. Pada anak laki-laki yang testisnya
sudah turun saat dilahirkan, tetapi selama masa anak-anak sering antara usia
-$8 tahun testis tidak masih ada di skrotum. 65T dapat diklasifikasikan
berdasarkan etiopatogenesisnya dan lokasinya.
"lasifikasi 6ndesensus testis berdasarkan etiopatogenesisnya+
$. 9ekanis ) anatomik ( perlekatan-perlekatan, kelainan kanalis inguinalis!
/. 1ndokrin)hormonal (kelainan aBis hipotalamus-hipofisis-testis!
3. 5isgenetik ("elainan interseks multipel!
. %erediter) genetik
6ndesensus testis dapat diklasifikasi berdasarkan lokasinya menjadi+
$. Skrotal tinggi (supraskrotal! + 8 7
/. ntrakanalikuler ( inguinal ! + /8 7
3. ntraabdominal (abdominal! + $87
6ndesesus testis dikelompokkan menjadi 3 tipe+
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
14/26
$. 6ndesensus testis sesungguhnya ( true undescended! + testis mengalami
penurunan parsial melalui jalur yang normal, tetapi terhenti. 5ibedakan
menjadi teraba (palpable! dan tidak teraba ( impalpable!
/. Testis ektopik + testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan yang
normal.
3.Testis retractile+ testis dapat diraba)diba2a ke dasar skrotum tetapi akibat
refleks kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalis
inguinalis, bukan termasuk 65T yang sebenarnya.
2.( Pa$ofisioo!i
Suhu di dalam rongga abdomen E$C lebih tinggi daripada suhu di dalam
skrotum, sehingga testis abdominal selalu mendapatkan suhu yang lebih
tinggi daripada testis normalD hal ini mengakibatkan kerusakan sel ? sel epitel
germinal testis. Pada usia / tahun, sebanyak $) bagian dari sel ? sel germinal
testis telah mengalami kerusakan sedangkan pada usia 3 tahun hanya $)3 sel ?
sel germinal yang masih normal. "erusakan ini makin lama makin progresif
dan akhirnya testis menjadi mengecil.
"arena sel ? sel leydig sebagai penghasil hormon androgen tidak ikut rusak,
maka potensi seksual tidak mengalami gangguan.*kibat lain yang
ditimbulkan dari letak testis yang tidak berada di skrotum adalah mudah
terpelintir (torsio!, mudah terkena trauma, dan lebih mudah mengalami
degenerasi maligna.
2.) Dia!nosis
a. *namnesis
Pasien biasanya diba2a berobat ke dokter karena orang tuanya tidak
menjumpai testis di kantong skrotum, sedangkan pasien de2asa mengeluh
karena infertilitasnya yaitu belum mempunyai anak setelah menikah beberapa
tahun.
Pada anamnesis harus digali adalah tentang prematuritas penderita (387 bayi
prematur mengalami 65T!, penggunaan obat-obatan saat ibu hamil
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
15/26
(estrogen!, ri2ayat operasi inguinal. %arus dipastikan juga apakah
sebelumnya testis pernah teraba di skrotum pada saat lahir atau tahun pertama
kehidupan (testis retractile akibat refleks cremaster yang berlebihan sering
terjadi pada umur - tahun!. Perlu juga digali ri2ayat perkembangan mental
anak, dan pada anak yang lebih besar bisa ditanyakan ada tidaknya gangguan
penciuman (biasanya penderita tidak menyadari!. 'i2ayat keluarga tentang
65T, infertilitas, kelainan ba2aan genitalia, dan kematian neonatal.
b. Pemeriksaan fisis
nspeksi pada regio skrotum terlihat hipoplasia kulit skrotum karena tidak
pernah ditempati oleh testis. Pada palpasi, testis tidak teraba di kantung
skrotum melainkan berada di inguinal atau di tempat lain. Pada saat
melakukan palpasi untuk mencari keberadaan testis, jari tangan pemeriksa
harus berada dalam keadaan hangat hangat untuk menghindari tertariknya
testis ke atas.
Pemeriksaan testis sebaiknya dilakukan pada posisi terlentang dengan Gfrog
leg positionG dan jongkok. 5engan / tangan yang hangat dan akan lebih baik
bila menggunakan jelly atau sabun, dimulai dari S*S menyusuri kanalis
inguinalis ke-arah medial dan skrotum (gambar 3!. 4ila teraba testis harus
dicoba untuk diarahkan ke-skrotum, dengan kombinasi GmenyapuG dan
GmenarikG terkadang testis dapat didorong ke-dalam skrotum. 5engan
mempertahankan posisi testis di dalam skrotum selama $ menit, otot
cremaster diharapkan akan mengalami GfatigueGD bila testis dapat bertahan di
dalam skrotum, menunjukkan testis yang retractile sedangkan pada 65T akan
segera kembali begitu testis dilepas.Tentukan lokasi, ukuran dantekstur testis.
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
16/26
Testis yang atropi atau anishing testis dapat dijumpai pada jalur penurunan
yang normal."emungkinan etiologinya adalah iskemia masa neonatal akibat
torsi. Testis kontra lateralnya biasanyamengalami hipertrofi.
okasi 65T tersering terdapat pada kanalis inguinalis (0/7!, diikuti
supraskrotal (/87!, danintra-abdomen (ika kedua buah testis tidak diketahui tempatnya, harus dibedakan dengan
anorkismus bilateral (tidak mempunyai testis!. 6ntuk itu perlu dilakukan
pemeriksaan hormonal antara lain hormon testoteron, kemudian dilakukan uji
dengan pemberian hormon hC& (human chorionic gonadotropin hormone!.
Tidak terjadi peningkatan kadar testosterone disertai peningkatan %)FS%
setelah dilakukan stimulasi mengindikasikan anorkismus.
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
17/26
Prinsip stimulasi test dengan hC& atau hC& test adalah mengukur kadar
pada keadaan basal dan / - < jam setelah stimulasi. 'espon testosteron
normal pada hC& test sangat tergantung umur penderita. Pada bayi, respon
normal setelah hC& test berariasi antara / - $8B bahkan /8B. Pada masa
kanak-kanak, peningkatannya sekitar -$8B. Sedangkan pada masa pubertas,
dengan meningkatnya kadar testosteron basal, maka peningkatan setelah
stimulasi hC& hanya sekitar / - 3B.
d. Pemeriksaan Pencitraan
6S& hanya dapat membantu menentukan lokasi testis terutama di daerah
inguinal, di mana halini akan mudah sekali dilakukan perabaan dengan
tangan.Pada penelitian terhadap kasus rujukandengan 65T tidak teraba
testis, 6S& hanya dapat mendeteksi 30,7 ($/ dari 3/! testis inguinalD
dantidak dapat mendeteksi testis intra-abdomen. %al ini tentunya sangat
tergantung dari pengalaman dankualitas alat yang digunakan.
CT scan dan 9' mempunyai ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan 6S&
terutamadiperuntukkan testis intra-abdomen (tak teraba testis!.9'
mempunyai sensitifitas yang lebih baik untukdigunakan pada anak-anak yang
lebih besar (belasan tahun!.9' juga dapat mendeteksi kecurigaankeganasan
testis.aik 6S&, CT scan maupun 9' tidak dapat dipakai untuk mendeteksi
anishingtestis ataupun anorchia.
5engan ditemukannya metode-metode yang non-inasif maka penggunaanangiografi (enografi!untuk mendeteksi testis yang tidak teraba menjadi
semakin berkurang.9etode ini paling baik digunakanuntuk menentukan
anishing testis ataupun anorchia. 5engan metode ini akan dapat diealuasi
pleksuspampiniformis, parenkim testis, dan blind-ending dari ena testis
(pada anorchia!."elemahannya selaininfasif, juga terbataspada umur anak-
anak yang lebih besar mengingat kecilnya ukuran ena-enagonad.
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
18/26
e. aparoskopi
9etode ini merupakan metode infasif yang cukup aman dilakukan oleh ahli
yang berpengalaman. Sebaiknya dilakukan pada anak yang lebih besar dan
setelah pemeriksaan lain tidak dapat mendeteksi adanya testis
diinguinal.4eberapa hal yang dapat diealuasi selama laparoskopi adalah+
kondisi annulus inguinalis interna, processus aginalis (patent atau non-
patent!, testis dan askularisasinya serta struktur 2olfiannya.
2.* Dia!nosis Bandin!
5iagnosis banding meliputi testis letak ektopik dan seringkali dijumpai testis
yang biasanya berada di kantung skrotum tiba ? tiba berada di daerah di
inguinal dan pada keadaan lain kembali ke tempat semula. "eadaan ini terjadi
karena refleks otot kremaster yang terlalu kuat akibat cuaca dingin, atau
setelah melakukan aktifitas fisik. %al ini disebut sebagai testis retraktil atau
kriptorkismus fisiologis dan kelainan ini tidak perlu diobati. Selain itu
undesensus testis perlu dibedakan dengan anorkismus, yaitu testis memang
tidak ada. %al ini biasa terjadi secara kongenital memang tidak terbentuk
testis, atau testis yang mengalami atrofi akibat torsio in utero atau torsio pada
saat neonatus.
2.+ Pena$aa'sanaan
Tujuan terapi undesensus testis yang utama dan dianut hingga saat ini adalah
memperkecil risiko terjadinya infertilitas dan keganasan dengan melakukan
reposisi testis kedalam skrotum baik dengan menggunakan terapi hormoneataupun dengan cara pembedahan (orkidopeksi!. Penatalaksanaan yang
terlambat pada undesensus testis akan menimbulkan efek pada testis di
kemudian hari. 5engan asumsi bah2a jika dibiarkan testis tidak dapat turun
sendiri setelah usia $ tahun, sedangkan setelah usia / tahun terjadi kerusakan
testis yang cukup bermakna, maka saat yang tepat untuk melakukan terapi
adalah pada usia $ tahun. Pada prinsipnya testis yang tidak berada di skrotum
harus diturunkan ke tempatnya, baik dengan cara medikamentosa maupun
pembedahan.
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
19/26
6ndesensus testis meningkatkan risiko infertilitas dan berhubungan dengan
risiko tumor sel germinal yang meningkat 3 - $8 kali. *trofi testis terjadi pada
usia ? 0 tahun, akan tetapi perubahan morfologi dimulai pada usia $ - /
tahun. Pada a2al pubertas, lebih dari ;87 testis kehilangan sel germinalnya
pada kasus intraabdomen, sedangkan pada kasus testis inguinal dan
preskrotal, penurunan sel geminal mencapai $7 dan /87.
a. 9edikamentosa
%ormon yang diberikan adalah hC&,gonadotropin releasing hormone
(&n'%! atau %-releasing hormone (%'%!. Terapi hormonal
meningkatkan produksi testosterone dengan menstimulasi berbagai tingkat
jalur hipotalamus-pituitary-gonadal. Terapi ini berdasarkan obserasi
bah2a proses turunnya testis berhubungan dengan androgen. Tingkat
testosteron lebih tinggi bila diberikan hC& dibandingkan &n'%. Semakin
rendah letak testis, semakin besar kemungkinan keberhasilan terapi
hormonal.
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
20/26
nternational %ealth Foundation menyarankan dosis hC& sebanyak /86)
kali pada bayi, 88 6 pada anak sampai usia tahun dan $888 6 pada
anak lebih dari tahun. Terapi diberikan / kali seminggu selama
minggu. *ngka keberhasilannya E 7. Secara keseluruhan, terapi
hormon efektif pada beberapa kelompok kasus, yaitu testis yang terletak di
leher skrotum atau undesensus bilateral. 1fek samping adalah peningkatan
rugae skrotum, pigmentasi, rambut pubis dan pertumbuhan penis.
Pemberian dosis lebih dari $888 6 dapat menginduksi fusie piphyseal
plate dan mengurangi pertumbuhan somatik.($! Pemberian hormonal pada
kriptorkismus banyak memberikan hasil terutama pada kelainan bilateral,
sedangkan pada kelainan unilateral hasilnya masih belum memuaskan.
Ibat yang sering digunakan adalah hormon hC& yang disemprotkan
intranasal.
b. Pembedahan
*pabila terapi hormonal telah gagal, terapi standar pembedahan untuk
kasus undesensus testis adalah orkidopeksi. "eputusan untuk melakukan
orkidopeksi harus mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain teknis,
risiko anastesi, psikologis anak, dan risiko bila operasi tersebut ditunda.
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
21/26
Gambar ". Irkidopeksi
Irkidopeksi digunakan untuk memperbaiki 65T pada anak-anak. Satuinsisi dibuat pada abdomen yang merupakan lokasi 65T, dan insisi lain
dibuat pada skrotum (*!. Testis dipisahkan dari jaringan sekitarnya (4! dan
dikeluarkan dari insisi abdomen menempel pada spermatic cord (C!. Testis
kemudian dimasukkan turun ke dalam skrotum (5! dan dijahit (1!.
Tujuan operasi pada kriptorkismus adalah+ ($! mempertahankan fertilitas,
(/! mencegah timbulnya degenerasi maligna, (3! mencegah kemungkinan
terjadinya torsio testis, (! melakukan koreksi hernia, dan (! secara
psikologis mencegah terjadinya rasa rendah diri karena tidak mempunyai
testis. Iperasi yang dikerjakan adalah orkidopeksi yaitu meletakkan testis
ke dalam skrotum dengan melakukan fiksasi pada kantung sub dartos.
Prinsip dasar orkidopeksi +
$. 9obilisasi yang cukup dari testis dan pembuluh darah
/. igasi kantong hernia
3. Fiksasi yang kuat testis pada skrotum
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
22/26
Testis sebaiknya direlokasi pada subkutan atau subdartos pouch skrotum.
Tindakan operasi sebaiknya dilakukan sebelum pasien usia / tahun, bahkan
beberapa penelitian menyarankan pada usia ? $/ bulan. Penelitian
melaporkan spermatogonia akan menurun setelah usia / tahun.
ndikasi absolut dilakukan operasi pembedahan primer adalah.
$. kegagalan terapi hormonal
/. testis ektopik
3. terdapat kelainan lain seperti hernia dengan atau tanpa prosesus aginalis
yang terbuka
2.1, Kompi'asi Undesens#s Tes$is
Telah lama diketahui bah2a komplikasi utama yang dapat terjadi pada
undesensus testis adalah keganasan testis dan infertilitas akibat degenerasi
testis. 5isamping itu disebut juga terjadinya torsio testis, dan hernia
inguinalis.
a. 'isiko "eganasan
Terdapat hubungan yang erat antara undesensus dan keganasan testis.
nsiden keganasan testis sebesar $ - pada setiap 88 laki-laki undesensus
testis di *merika. 'isiko terjadinya keganasan testis yang tidak turun pada
anak dengan undesensus testis dilaporkan berkisar $8-/8 kali dibandingkan
pada anak dengan testis normal. 9akin tinggi lokasi undesensus makin
tinggi risiko keganasannya, testis abdominal mempunyai risiko menjadi
ganas B lebih besar dibanding testis inguinal.
Irkidopeksi sendiri tidak akan mengurangi risiko terjadinya keganasan,
tetapi akan lebih mudah melakukan deteksi dini keganasan pada penderita
yang telah dilakukan orkidopeksi.
b. nfertilitas
Penderita undesensus testis bilateral mengalami penurunan fertilitas yang
lebih berat dibandingkan penderita undesesus unilateral, dan apalagi
dibandingkan dengan populasi normal. Penderita undesesus bilateral
mempunyai risiko infertilitas B lebih besar dibandingkan populasi normal
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
23/26
(3
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
24/26
BAB III
PENUTUP
6ndescendcus testis (65T! atau "riptorkismus adalah gangguan
perkembangan yang ditandai dengan gagalnya penurunansalah satu atau
kedua testis secara komplit ke dalam skrotum.nsiden 65T terkait erat
dengan umur kehamilan, dan maturasi bayi. Pada bayi prematur sekitar 38,3
7 dan sekitar 3, 7 padabayi cukup bulan. Peningkatan umur bayi akan
diikuti dengan penurunan insiden 65T. Prealensinya menjadi sekitar 8,<
7pada umur $ tahun dan bertahan pada kisaran angka tersebut pada usia
de2asa.
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
25/26
DA-TA PUSTAKA
Schneck FH, 4ellinger 9F. *bnormalities of the testes and scrotum and their
surgical management. 5alam+ :alsh PC. Campbell@s 6rology Jol $.
:.Smiths &eneral 6rology . 1disi $0.
California+The 9c&ra2 %ill companiesD /888. h./3-.
4asuki Purnomo. Testis 9aldesensus. 5alam+ 5asar ? 5asar 6rologi. 1disi /.
>akarta+ Sagung Seto. /88; h. $30-$8.
9ichael >9, %erbert S, dkk. The 6ndecended Testis+ 5iagnosis, Treatment
and ong-Term ConseKuences. 5alam +
http+))222.ncbi.nlm.nih.go)pmc)articles)P9C/0303/)( diakses+ $ *pril /8$!
Fai#i 9, Aetty 1P. Penatalaksanaan 6ndescendcus Testis Pada *nak. 5alam +
http+))old.pediatrik.com)pkb)/888//8-g/2ryu-pkb.pdf
(diakses $ *pril /8$!
*di S, *ny '. Tjahjodjati, dkk. Panduan Penatalaksanaan Pediatrik 6rologi
di ndonesia. 5alam + http+))222.iaui.or.id)ast)file)pediatricLurology.doc
(diakses $ *pril /8$!
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2737432/http://old.pediatrik.com/pkb/20060220-g2wryu-pkb.pdfhttp://www.iaui.or.id/ast/file/pediatric_urology.dochttp://old.pediatrik.com/pkb/20060220-g2wryu-pkb.pdfhttp://www.iaui.or.id/ast/file/pediatric_urology.dochttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2737432/
-
8/16/2019 UDT Tugas Uro
26/26
"olon TF, Patel 'P, %uff 5S. Cryptorchidism+ diagnosis, treatment, and long-
term prognosis.6rol Clin Aorth *m /88D 3$ (3!+ ;- Clin 1ndocrinol 9etab
4ajpai,*., 9enon,P.S.A. /88