Urin Jadi

24
PENDAHULUAN Latar Belakang Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeleminasi sisa - sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta mempertahankan homostatis cairan tubuh. Dalam keadaan normal orang dewasa diperoleh 1200 - 1500 ml urine dalam satu hari. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi cairan akan meningkatkan pembentukan urine sebab urea yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresikan prosuk metabolisme tubuh adalah 500 ml. Oligouria (volume urin berkurang) ditemukan pada berbagai keadaan demam, nefritis akut, glomerulonefritis kritis, gangguan hati akut, diare dan gagal jantung. Anuri (tidak berbentuk urin) pada suatu periode tertentu dapat terjadi pada keadaan syok, nefritis akut, keracunan air raksa atau batu ginjal. Poliuria (volume urin meningkat) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes inpidus, akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiapa hari dapat mencapai 10-20 L. Pada diebetes melitus, volume urin dapat mencapai 5-6 L dalam 1 hari. Rasio antara urin siang hari (pukul 08.00 - 20.00) dan urin malam hari (pukul 20.00 - 08.00) adalah 2 : 1, kadang - kadang 3 : 1. Pada kelainan ginjal rasio ini dapat berubah atua bahkan terbalik. Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan berbau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah 1,003 - 1,030. pH bersifat (pH

Transcript of Urin Jadi

Page 1: Urin Jadi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi

utama yaitu mengeleminasi sisa - sisa metabolisme dalam bentuk larutan serta

mempertahankan homostatis cairan tubuh. Dalam keadaan normal orang dewasa diperoleh

1200 - 1500 ml urine dalam satu hari. Pembentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk

dan jenis makanan. Diet tinggi cairan akan meningkatkan pembentukan urine sebab urea yang

terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan

tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengekskresikan prosuk

metabolisme tubuh adalah 500 ml.

Oligouria (volume urin berkurang) ditemukan pada berbagai keadaan demam, nefritis

akut, glomerulonefritis kritis, gangguan hati akut, diare dan gagal jantung. Anuri (tidak berbentuk

urin) pada suatu periode tertentu dapat terjadi pada keadaan syok, nefritis akut, keracunan air

raksa atau batu ginjal.

Poliuria (volume urin meningkat) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes

inpidus, akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiapa hari dapat mencapai 10-20

L. Pada diebetes melitus, volume urin dapat mencapai 5-6 L dalam 1 hari.

Rasio antara urin siang hari (pukul 08.00 - 20.00) dan urin malam hari (pukul 20.00 - 08.00)

adalah 2 : 1, kadang - kadang 3 : 1. Pada kelainan ginjal rasio ini dapat berubah atua bahkan

terbalik.

Pada keadaan normal, urin yang dibentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan

berbau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah

1,003 - 1,030. pH bersifat (pH 6,0) dan sangat bervariasi antara 4,9 sampai 8,0. Kandungan zat

padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut :

Klorida sebagai Na C l = ± 100 gr

C a2+, M g2+ dan iodium = sedikit

Urea = ± 20 - 30 gr

Kreatinin = 1,5 gr

Amonia = 0,7 gr

Asam Urat = 0,7 gr

Selain itu juga ditemukan sulfat, fosfat, oksalat, asam amino, vitamin, hormon dan enzim.

Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa, asam amino, protein dan berbagai

senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porifirin yang dapat digunakan untuk

Page 2: Urin Jadi

membantu menegakkan diagnosa penyakit tertentu. Dalam saluran kemih dapat terjadi

pembentukan batu sebagai akibat menurunnya kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira -

kira satu per tiga batu saluran kemih terdiri dari C a-fosfat, C a-karbonat dan M g aluminium

fosfat. Pembentukan batu terjadi akibat peningkatan eskresi kalsium , infeksi dan peningkatan

pH. Dalam urin juga dapat ditemukan batu oksalat dan batu asam urat (Hafiez Soewoto,2001).

Pengukuran biokimia maupun komponen spesifik darah dan air seni merupakan indikator

penting keadaan metabolik dan dipakai di dalam diagnosis penyakit dan pengobatan. Sebuah

contoh adalah diabetes melitus yang menyebabkan abnormalitis nyata pada metabolisme.

Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat urin, mengetahui jumlah zat

padat total pada urin, mengetahui adanya garam-garam amonium pada urin, mengetahui

adanya belerang dalam urin, melakukan uji asam urat pada urin, melakukan uji glukosa pada

urin, melakukan uji protein heller pada urin dan melakukan uji koagulasi.

Page 3: Urin Jadi

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat-sifat Urin

Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian

padaat yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun

kelektrolitanya, diantaranya adalah :

Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar,

didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan

subtansi lainya seperti hormon

Ion : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+).

Dalam Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42-,

PO43-). Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah

warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi

adanya penyakit. Bau : Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang

merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.

Berat jenis : Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu

volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling

adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 - 1025. Kejernihan : Normal urine terang dan

transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.

pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan

untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit

alkali .

Dalam keadaan normal kencing memang tampak sedikit berbusa karena kencing

mengandung unsur-unsur tersebut. Apalagi jika kencing dicurahkan kedalam tempat berwadah

dari posisi tinggi, akan terjadi reaksi yang menyebabkan urin tampak berbusa.

Garam-garam Amonia

Amonia adalah hasil deaminasi asam amino yang terjadi terutama di dalam hati dan juga di

dalam ginjal. Pada mammalia penghasil utama amonia adalah dari deaminasi glutamin pada

ginjal. Amonia merupakan persenyawaan yang sangat bersifat racun. Karena amonia bersifat

racun, maka urin pasti mengandung amonia sebagai saluran pembuangannya

Uji Glukosa Semi Kwantitatif

Glukosa adalah salah satu dari monosakarida yang mempunyai peranan besar sebagai

indikator penyakit diabetes melilitus (DM). Diabetes melilitus adalah suatu keadaan yang timbul

karena defisiensi insulin, baik secara relatif maupun absolut (Safrizal, 2010). Karena

Page 4: Urin Jadi

terhambatnya penyerapan glukosa ke dalam sel serta gangguan metabolismenya, maka timbul

hiperglikemia.

Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme

sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah

menjadi lemak (Safrizal, 2010). Pada diabetes melilitus semua proses tersebut terganggu,

sehingga sebagian besar glukosa tetap dalam sirkulasi darah dan energi terutama diperoleh

dari metabolisme protein dan lemak.

Selain dalam darah, glukosa juga bisa ditemukan dalam urin pada orang yang

menderita diabetes melitus. Kadar glukosa darah meningkat seiringan dengan pencernaan dan

penyerapan glukosa dari makanan. Pada individu sehat dan normal,kadar tersebut tidak

melebihi sekitar 140 mg/dL karena jaringan akan menyerap glukosa dari darah menyimpannya

untuk digunakan kemudian atau mengoksidasinya untuk menghasilkan energi (Safrizal, 2010).

Setelah makanan dicerna dan diserap, kadar glukosa darah menurun karena sel terus

metabolis glukosa. Apabila kadar glukosa terus meningkat setelah makan, konsentrasi glukosa

yang tinggi dapat menyebabkan keluarnya air dari jaringan akibat efek osmotik glukosa.

Jaringan akan mengalami dehidrasi dan fungsinya akan terganggu.

Pada penderita diabetes melitus, urinya akan mengandung glukosa karena

terganggunya pemecahan dan penyerapan glukosa itu sendiri. Air seni juga digunakan sebagai

indikator apakah seseorang mengidap penyakit diabetes melitus. Tes urin dapat dilakukan

dengan melakukan uji benedict ataupun fehling.

Uji Asam Urat

Asam urat asam hipurat merupakan zat sisa pencernaan sayuran dan buah.

Menumpuknya asam urat di dalam tubuh hyperuricemia menyebabkan terbentuknya kristal

asam urat. Penumpukan kristal asam urat yang kronis pada persendian menyebabkan cairan

getah bening yang berfungsi sebagai pelicin (lubricant) tidak berfungsi.  Akibatnya, apabila

persendian digerakkan akan terjadi gesekan kristal-kristal tersebut sehingga menimbulkan rasa

nyeri.

Asam urat merupakan kristal putih, tidak berbau, tidak berasa, mengalami dekomposisi

dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN), sangat sukar larut dalam air, tapi larut dalam

gliserin dan alkali.

Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk hidup akibat proses metabolisme utama yaitu,

suatu proses kimia dalam inti sel yang berfungsi menunjang kelangsungan hidup. Proses

dimulai dari makanan berupa karbohidrat, protein dan selulosa (serat) melalui siklus KREBS

Page 5: Urin Jadi

yang akan menghasilkan energi. Bila terjadi penyimpangan dalam proses ini, maka asam urat

akan menumpuk.

Asam urat (uric acid) adalah produk akhir metabolisme purin (adenine dan guanine)

yang merupakan konstituen asam nukleat Asam urat (uric acid) adalah produk akhir

metabolisme purin (adenine dan guanine) yang merupakan konstituen asam nukleat. Asam urat

terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase Setiap hari

dikeluarkan 0,3 sampai 2,0 gram asam urat hasil katabolisme protein. Asam urat diangkut ke

ginjal oleh darah untuk difiltrasi, direabsorbsi sebagain, dan dieksresi sebagian sebelum

akhirnya diekskresikan melalui urin. Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum

(hiperuresemia) bergantung kepada fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan

diet makanan yang mengandung purin.

Asam urat dapat mengkristal dalam saluran kemih pada kondisi urin yang bersifat asam

dan dapat berpotensi menimbulkan kencing batu oleh sebab itu fungsi ginjal yang efektif dan

kondisi urin yang alkalis diperlukan bila terjadi hiperuresemia. Masalah yang banyak terjadi

berkaitan dengan hiperuresemia adalah gout. Kadar asam urat sering berubah dari hari ke hari

sehingga pemeriksaan kadar asam urat perlu diulang kembali setelah beberapa hari atau

beberapa minggu.

Uji Protein Heller

Albumin merupakan suatu protein yang memiliki ukuran molekulnya cukup besar. Urine yang

mengandung Albumin menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna.

Indikator adanya Albumin dalam urine ditandai dengan terdapatnya cincin putih diantara Asam

nitrit pekat dan Urine. dalam keadaan normal, protein yang ada di dalam darah akan disaring

oleh glomerulus ginjal sehingga tidak akan mungkin didapat di dalam urine. Protein darah

merupakan molekul yang memiliki ukuran molekul yang sangat besar sehingga pada orang

yang normal, tidak akan bisa menembus saringan ginjal pada bagian glomerulus. Jika

ditemukan protein di dalam urine, itu artinya saringan yang ada di glomerulus tersebut telah

rusak dan jebol. Dengan rusaknya saringan di glomerulus tadi maka dapat menyebabkan zat –

zat lain yang seharusnya disaring oleh glomerulus juga akan ikut lewat. Sebagai catatan, jika

telah lolos dari saringan di glomerulus, protein tidak akan direabsorpsi lagi pada bagian tubulus

sehingga akan keluar melalui urine. Berbeda dengan zat – zat lain yang ukuran molekulnya

lebih kecil, seperti glukosa, yang masih bisa reabsorpsi pada bagian tubulus. Itulah sebabnya

mengapa protein dalam urine biasa dignakan sebagai parameter untuk menentukan ada

tidaknya kerusakan pada ginjal

Page 6: Urin Jadi

Uji Koagulasi

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan

terjadinya koagulasi berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi

secara fisik seperti pemanasan, pendinginan, dan pengadukan atau secara kimia seperti

penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

Metoda Uji ini digunakan untuk menentukan efektivitas flokulan atau kougulan, dan atau

keduanya serta media filter dalam memisahkan padatan terlarut dan koloid dari air baku dan air

limbah, serta menentukan interval pencucian filter dengan aliran balik, persyaratan pencucian

dengan aliran balik, pembilasan dan pengaruh kecepatan penyaringan terhadap kualitas

effluen. Koagulasi adalah proses pencampuran koagulan dan air baku serta pengadukan

secara cepat didalam suatu wadah atau tempat, agar diperoleh suatu campuran koagulan dan

air baku yang diolah secara merata sehingga proses pembentukan gumpalan atau flok dapat

terjadi secara merata pula. Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran

koagulan dan air baku yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat

mengendap dengan cepat. Filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media pasir atau

bahan sejenis untuk memisahkan partikel flok atau gumpalan yang tidak dapat mengendap,

agar diperoleh air yang jernih. Ringkasan pelaksanaan: 1) Flokulan atau koagulan, atau

keduanya, yang dibubuhkan pada aliran air baku atau air limbah bertekanan, dan flok yang

terbentuk, dipisahkan dengan menggunakan media filter. 2) Keefektifan sistem dalam

memisahkan bahan supensi dan koloid ditentukan dengan mengamati kwalitas effluen filter. 3)

Diperlukan bak penampung untuk pembentukan flok atau gumpalan lumpur yang dapat

mengendap. 4) Metode ini juga memberikan informasi mengenai interval pencucian filter

dengan aliran balik, persyaratan pencucian dengan aliran balik, pembilasan dan pengaruh

kecepatan penyaringan terhadap kualitas effluen. Keefektifan proses ini tergantung pada tipe

konsentrasi dan koagulan atau flokulan atau keduanya, pH, temperatur, media filter dan

kecepatan penyaringannya. Tipe-tipe koagulan seperti Aluminium Sulfat, Poli Aluminium

Klorida, Ferro Sulfat atau bahan sejenis dan persiapan larutan poli-elektrolit yang akan

digunakan, ditentukan berdasarkan uji koagulasi-fiokulasi dengan alat Jar.

Page 7: Urin Jadi

METODOLOGI

Tempat Dan Waktu

Praktikum ini kami lakukan di labolatorium B biokimia gizi IPB pada hari Rabu, 22

September 2010 pukul 11:00 s.d. pukul 14:00.

Alat dan bahan

Sifat-sifat Urin

Praktikum uji sifat-sifat urin ini menggunakan bahan-bahan seperti kertas saring,

timbangan, pipet tetes, gelas ukur, tabung reaksi, kertas lakmus, dan urin.

Jumlah Zat Padat Total

Praktikum uji jumlah zat padat total ini menggunakan dua angka terakhir dari berat jenis.

Uji Garam-garam Amonium

Praktikum uji garam-garam ammonium ini menggunakan natrium hidroksida, urin, kertas

lakmus, tabung reaksi, penangas air, dan gegep.

Uji Glukosa

Praktikum uji glukosa ini menggunakan urin, glukosa 1%, glukosa 0,3%, dan reaktan

benedict. Praktikum ini menggunakan 3 tabung reaksi, gelas ukur, pipet, dan penangas air.

Uji Asam Urat

Praktikum uji asam urat ini menggunakan piring pereaksi, urin, pipet tetes, asam urat,

larutan Na2CO3, larutan NaCN 5%, dan pereaksi arsenofosfotungstat.

Uji Protein Heller

Praktikum uji protein heller ini menggunakan urin, larutan nitrat pekat, dan tabung reaksi.

Uji Koagulasi

Praktikum uji koagulasi ini menggunakan 5 mL urin jernih (disaring) dan 3-5 tetes asam

asetat 2%.

Page 8: Urin Jadi

Prosedur Kerja

Sifat-sifat urin

Jumlah zat padat total

Berat jenis 2 angka terakhir dikali dengan 2,6

Garam-garam amonium

URIN

URIN

Diamati Sifat-sifatnya : volume, warna, bau, kejernihan, pH.

Diambil 7 ml urin

Ditimbang berat jenisnya

urin ditambahkan natrium hidroksida hingga reaksinya alkalis

diperhatikan bau yang timbul

dipanaskan

Page 9: Urin Jadi

Uji glukosa

Uji asam urat

Tabung I Tabung II Tabung III

Dimasukan glukosa 0,3% Dimasukan glukosa 1% Dimasukan glukosa urin

Ditambah 2,5 mL reaktan benedict

Dipanaskan sekitar 1 menit

Diamati perubahan warnanya

Didiamkan hingga suhunya turun

Dimasukkan 1 tetes asam urat ke dalam piring pereaksi.

Ditambah 1 tetes larutan

X

Page 10: Urin Jadi

Dimasukkan sampel urin 5 mL

Ditetesi asam nitrat pekat 5 mL

Uji protein

X

Ditambah 1 tetes larutan arsenofosfotungstat

Ditambah 1 tetes larutan NaCN 5%.

Diamati perubahan warna yang terjadi.

Dilakukan hal yang sama untuk uji 1 tetes urin dan 2 tetes

urin dengan mengganti tahap yan pertama.

X

Page 11: Urin Jadi

Dimasukkan 5 mL urin yang telah disaring

Dipanaskan hingga mendidih selama 1’-2’

Uji koagulasi

Diamati ada atau tidaknya cincin putih yang terbentuk

Ditambahkan 3-5 tetes asam asetat 2%bila terbentuk endapan

Diamati masih adakah endapan yang terbentuk

X

Page 12: Urin Jadi

PEMBAHASAN

Sifat-sifat Urin

Urin merupakan zat cair buangan yang terhimpun di dalam kandung kemih dan

dikeluarkan dari dalam tubuh melalui saluran kemih. Penelitian tentang urin kali ini meneliti

tentang sifat-sifat urin tersebut mulai dari bau, pH, kejernihan, warna, berat jenis. Urin yang

menjadi objek penelitian kami tergolong sehat, pertama bau dari urin tersebut berbau pesing.

Apabila urin berbau menyengat, urin tersebut terinfeksi bakteri E. Coli, dan apabila berbau

manis, berarti menderita diabetes dan busung lapar. Kejernihan dan warna urin kuning tidak

pekat atau jernih, ini berarti tubuh sedang sehat, lain halnya apabila warna urin semakin pekat,

yang berarti tubuh sedang kekurangan cairan, dan ini merupakan tahap awal penyakit liver.

Urin pH digunakan untuk mengklasifikasikan urin sebagai asam encer atau larutan basa.

Tujuh adalah titik netral pada skala pH. Semakin rendah pH, semakin besar keasaman suatu

larutan, semakin tinggi pH, alkalinitas yang semakin besar. The filtrat glomerular darah

biasanya diasamkan oleh ginjal dari pH sekitar 7,4 ke pH sekitar 6 dalam urin,. Tergantung

asam-basa orang di status pH urin dapat berkisar antara 4,5 sampai 8. Ginjal mempertahankan

keseimbangan asam-basa normal terutama melalui reabsorpsi natrium dan sekresi tubular dan

amonium ion hidrogen. Urin menjadi semakin asam sebagai jumlah natrium dan kelebihan

asam ditahan oleh tubuh meningkat. Alkaline urine, biasanya mengandung asam buffer

karbonat-bikarbonat, biasanya dikeluarkan ketika ada kelebihan dasar atau alkali dalam tubuh.

Sekresi atau alkali asam urin oleh ginjal adalah salah satu mekanisme yang paling penting yang

digunakan tubuh untuk menjaga pH tubuh yang konstan (Rita 2008)

Jumlah Zat Padat Total

Untuk menentuka zat opadat total pada urin kita hanya perlu mengalikan dua angka paling

belakang dengan bilangan long.

Garam-Garam Amonium

Dalam basoeki (2000) disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara

metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam

urin. Analisis urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara mikroskopik.

Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan urin dan pH serta

suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi analisis glukosa, analisis protein

analisid pigmen empedu, dan analisis garam-garam amonia. Pada percobaan ketiga ini , kita

akan melakukan uji garam-garam amoniak. Kita akan menguji apakah di dalam urine terdapat

Page 13: Urin Jadi

garam-garam amonia. Amonia (NH3) merupakan gas alkalin yang tidak berwarna, lebih ringan

dari udara, dan mempunyai aroma khas yang menyengat.

Penentuan adanya garam-garam amonia dalam urin dilakukan setelah urin di

tambahkan Natrium Hidroksida hingga uirin menjadi basa lalu dipanaskan. Berdasarkan hasil uji

garam-garam amonia pada urin, urin tersebut positif mengandung garam-garam amonia. Ini

ditunjukkan dengan aroma khas yang menyengat yang ditimbulkan urin saat pemanasan,

kemudian ditunjukkan pula oleh warna kertas lakmus yang berubah menjadi jingga kemerahan

saat didekatkan pada uap urin. Bau amonia biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa

pengawet atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong kemih.

Semakin lama urine di panaskan, bau amonia pada urine akan semakin hilang Amonia adalah

hasil deaminasi asam amino yang terjadi terutama di dalam hati dan juga di dalam ginjal.

Amonia merupakan persenyawaan yang sangat bersifat racun, hasil

pembongkaran/pemecahan protein sehingga harus dikeluarkan oleh tubuh. Salah satu cara

pengeluarannya, dikeluarkan bersama urin. . Namun demikian, jika untuk sementara disimpan

dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk

urea.

Uji Glukosa

Pada orang normal, urin tidak akan mengandung glukosa. Akan tetapi pada orang yang

menderita penyakit diabetes melitus, urinnya akan mengandung glukosa. Kadar glukosa dalam

urin dapat diukur secara kasar dengan melakukan uji benedict pada urin.

Benedict digunakan untuk menguji atau memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam

suatu cairan. Glukosa yang merupakan monosakarida akan mereduksi benedict sehingga akan

timbul endapan dan perubahan warna pada urin yang mengandung glukosa. Dengan

menggunakan benedict, kadar glukosa dalam urin juga bisa dihitung secara kasar. Hal tersebut

merupakan salah satu keunggulan penggunaan benedict dibanding dengan penggunaan

fehling. Warna yang dihasilkan menunjukan kadar glukosa dalam urin. Semakin keruh menuju

merah, maka kadar glukosa dalam urin semakin besar.

Urin yang mengandung glukosa selain mengubah warna urin setelah dilakukan uji

benedict juga akan mengalami pengendapan. Hal tersebut dikarenakan benedict yang

mengandung ion tembaga (II) akan tereduksi oleh aldehid yang dalam hal ini adalah glukosa

sehingga menghasilkan endapan (Clark, 2004).

Reaksi yang terjadi adalah : C6H12O6 C5H11O5 – C = O

R – C = O + 2Cu2+ R – C = O + Cu2O(s)

H

H OH

Page 14: Urin Jadi

C5H11O5 – C = O + 2Cu2+ C5H11O5 – C = O + Cu2O(s)

(Safrizal, 2010)

Dari data yang didapat melalui percobaan pada tabung I, II, dan III, kadar gula dalam

urin dapat kita hitung secara kasar. Tabung I menghasilkan warna hijau kekuningan dengan

sedikit endapan, tabung II menghasilkan warna merah, tabung III menghasilkan warna hijau.

Perbandingan pada tabung I dan II jelas terlihat pada perubahan warna yang terjadi. Hal

tersebut sesuai dengan literatur yang ada bahwa semakin tinggi kadar glukosa dalam suatu

larutan akan menghasilkan warna yang lebih pekat menuju merah ketika dilakukan uji benedict.

Pada tabung III dihasilkan warna hijau setelah uji benedict dilakukan. Hal tersebut

menunjukan tidak adanya glukosa pada sampel urin menurut literatur yang ada pada

http://www.docstoc.com/docs/26657917/ANALISAM-KUANTITATIF-KARBOHIDRAT. Akan

tetapi menurut literatur pada panduan praktikum 2 Biokimia Gizi IPB, warna hijau menunjukan

adanya glukosa dan hijau keruh menunjukan tidak adanya glukosa dalam urin. Menurut teori

yang ada, semakin keruh menuju merah hasil uji coba, maka kandungan urin akan semakin

besar. Hal tersebut bertolak belakang dengan literatur panduan praktikum kali ini.

Sampel urin yang sama digunakan oleh praktikan lain dan menghasilkan warna biru

setelah dilakukan uji benedict. Didapatkan dua hasil yang berbeda pada sampel yang sama.

Kemungkinan terjadi kelsalahan, baik pemberian jumlah reaktan, jumlah urin, waktu

pemanasan, ataupun kebersihan alat sehingga sampel bercampur dengan sampel lainnya yang

terjadi pada salah satu praktikan sehingga didapatkan hasil yang berbeda pada sampel yang

sama.

Uji Asam Urat

Adapun pada percobaan uji urin kali ini yaitu memeriksa kandungan asam urat dalam

urin dengan cara melakukan test benedict dengan prinsipnya asam urat itu ndapat diisolasi

berdasarkan sifatnya yang akan mengendap pada urin asam. Dimana pemeriksaan kimiawi

berdasarkan sifat mereduksi asam urat yaitu asam urat akan mereduksi asm fosfotungstat

sehingga membentuk zat berwarna biru.

Pada percobaan test benedict asam urat yang dilakukan untuk tes yang pertama yaitu

dengan menggunakan 1 tetes asam urat dari hasil percobaan tidak adanya warna biru yang

dihasilkan dalam arti kata asam uratnya tidak kelihatan hal ini di sebabkan karena larutan asam

H OH

Page 15: Urin Jadi

urat yang digunakan pada saat pratikum tidak memakai larutan asam urat murni,larutan asam

uratnya terlalu encer sehingga tidak bisa bereaksi dengan larutan lain.Pada urin dapat

disimpulkan semakin banyak tetes urin kandungan asam uratnya juga semakin banyak.

Uji Protein Heller

Pada percobaan keenam dilakukan uji protein pada urin. Albumin merupakan salah satu

protein utama dalam plasma manusia dan menyusun sekitar 60% dari total protein plasma.

Kadar albumin normal dalam urine berkisar antara 0-0,04 gr/L/hari. Keberadaan albumin dalam

urin dengan jumlah yang melebihi batas normal, dapat mengindikasikan terjadinya gangguan

dalam proses metabolisme tubuh.

Uji ini dilakukan dengan menambahkan asam nitrat pekat pada urin. Setelah

ditambahkan asam nitrat pekat tidak terbentuk cincin putih atau endapan wanrna putih. Hal ini

menunjukkan bahwa di dalam urin tersebut tidak mengandung albumin. Ini berarti kinerja ginjal

masih berfungsi dengan baik dan bisa menfiltrat protein yang masuk ke dalam ginjal.

Jika pada urin setelah ditambahkan asam nitrat pekat terdapat cincin putih atau

endapan putih, hal ini menunjukkan bahwa terdapat albumin di dalam urin tersebut. Ini berarti

orang tersebut mengidap penyakit albuminuria. Albuminuria adalah penyakit yang ditunjukkan

oleh adanya molekul albumin dan protein lain dalam urine. Penyebabnya karena adanya

kerusakan pada alat filtrasi.

Uji Koagulasi

Pada percobaan ini, dilakukan test koagulasi terhadap urin. Urin yang telah disaring

dimasukkan kedalam tabung reaksi untuk kemudian di panaskan hingga mendidih. Percobaan

ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya endapan yang terbentuk setelah proses

pemanasan. Endapan yang terbentuk setelah pemanasan bisa merupakan endapan protein dan

bisa juga merupakan endapan fosfat. Jika setelah pemanasan terbentuk endapan, maka harus

dilakukan penambahan asam asetat agar dapat diidentifikasi jenis endapan apa yang terbentuk.

Jika setelah penambahan asam asetat tetap terbentuk endapan, maka menandakan bahwa

endapan tersebut merupakan endapan protein. Jika setelah penambahan asam asetat

endapannya menjadi hilang maka menandakan bahwa endapan yang terbentuk setelah

pemanasan adalah endapan fosfat.

Pada percobaan yang kami lakukan, urin yang dipanaskan selama 1’-2’ tidak

menunjukkan adanya endapan. Sehingga uji selanjutnya dengan menggunakan asam asetat

tidak kami lakukan. Hasil yang kami peroleh menandakan bahwa urin yang menjadi sampel

pada percobaan ini tidak mengandung protein maupun fosfat.

Page 16: Urin Jadi

PENUTUP

Kesimpulan

Urine normal adalah Urine yang terdiri dari air, urea dan natrium klorida, serta tidak

mengandung glukosa maupun protein. Dari hasil percobaan yang dilakukan, tidak ditemukan

adanya glukosa maupun protein dalam urin, sehingga dapat kita katakan sampel urine yang

dipakai dalam percobaan kali ini adalah urine yang normal dan sehat.

Saran

Bahan-bahan dan alat-alat dalam percobaan kali ini seharusnya bisa lebih dilengkapi

sehingga percobaan bisa lebih kondusif dan hasil dari percobaan lebih baik.

Page 17: Urin Jadi

DAFTAR PUSTAKA

Clark J.2004. OXIDATION OF ALDEHYDES AND KETONES (terhubung berkala) http://ww

w.chemguide.co.uk/organicprops/carbonyls/oxidation.html (25 September 2010)

Rita.2008.Memantau Penyakit Lewat Urin (terhubung berkala) http://www.blogger.com/email-po

st.g?blogID=1610006998642175737&postID=3memantau penyakit lewat urin (25

September 2010.

Safrizal R.2010. ANALISA KUANTITATIF KARBOHIDRAT (terhubung berkala) http://www.d

ocstoc.com/docs/26657917/ANALISAM-KUANTITATIF-KARBOHIDRAT (25 Septemb

er 2010)

Soewoto, Hafiz.2001.Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta:UI Press

Page 18: Urin Jadi

LAMPIRAN