Makalah Urin Jadi POC_Revisi

50
PEMANFAATAN URIN SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR (POC) disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Reuse, Recycle & Recovery Dosen Pembimbing : Ir. Emma Hermawati, MT Disusun oleh : Achmad Faisal ,121424002 Datin Nurina Fajrin ,121424012 Gilang Kurniawan ,121424014 Pria Gita Maulana ,121424024 PROGRAM STUDI DIV-TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

description

Makalah

Transcript of Makalah Urin Jadi POC_Revisi

Makalah

PEMANFAATAN URINSEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR (POC)disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Reuse, Recycle & RecoveryDosen Pembimbing : Ir. Emma Hermawati, MT

Disusun oleh :Achmad Faisal,121424002Datin Nurina Fajrin,121424012Gilang Kurniawan,121424014Pria Gita Maulana,121424024

PROGRAM STUDI DIV-TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIHJURUSAN TEKNIK KIMIAPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul PEMANFAATAN URIN SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR (POC), dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Reuse, Recycle & Recovery (3R).Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Emma Hermawati, MT selaku Dosen mata kuliah Reuse, Recycle, & Recovery.Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, karena itu saran dan kritik demi perbaikan makalah ini senantiasa akan diterima dengan lapang dan senang hati.

Bandung, April 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2DAFTAR ISI 3BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 41.2 Rumusan Masalah 51.3 Tujuan Penulisan 51.4 Sistematika Penulisan 51.5 Metodologi Penulisan 5BAB II LANDASAN TEORI 2.1 3R (Reuse, Recycle, Recovery) 62.2 Urin 82.3 Pupuk 102.4 Fermentasi ..14BAB III PEMBAHASAN 3.1 Potensi Pemanfaatan Urin 163.2 Rancangan Instalasi 183.3 Proses Fermentasi 213.4 Peluang Usaha 25BAB IV PENUTUP4.1 Simpulan 32 4.2Saran 32

DAFTAR PUSTAKA 33

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAir limbah domestik adalah air limbah yang bersumber dari aktifitas manusia, yaitu toilet, laundry, dan dapur. Air limbah ini merupakan hasil buangan dari perumahan (rumah tangga), perkantoran, bangunan perdagangan, dan sarana sejenis. Sumber air limbah dari kegiatan rumah tangga seperti dari urine, kegiatan mandi, mencuci peralatan rumah tangga, mencuci pakaian serta kegiatan dapur lainnya. Seharusnya sebelum air limbah dibuang ke saluran air harus diolah terlebih dahulu. Prinsip dasarnya adalah bahwa air limbah yang dilepas ke lingkungan sudah tidak berbahaya lagi bagi kesehatan lingkungan. Air Limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan ekosistem.Urin atau air seni atau istilah yang lebih umum dipakai adalah air kencing, merupakan cairan sisa reaksi biokimiawi rumit yang terjadi di dalam tubuh. Tanaman memerlukan unsur nitrogen (N) lebih banyak pada fase pertumbuhan vegetatif. Banyak hal yang bisa kita manfaatkan untuk memperoleh hara ini. Salah satunya dari urin manusia.Sebanyak 70% bahan makanan yang dikonsumsi manusia dikeluarkan dalam bentuk air seni. Dalam sehari, orang dewasa dapat mengeluarkan air kencing antara 1 sampai 1 liter atau rata-rata 500 liter dalam setiap tahunnya. Hara terkandungannya cukup tinggi, yaitu 80% nitrogen (Larsen et al, 2001) dan sisanya fosfat serta potasium. Ketiga unsur tersebut termasuk unsur penting dalam pertumbuhan tanaman. Sudah barang tentu hal ini akan sangat bermanfaat sekali kalau dijadikan pupuk, tentunya setelah melalui proses fermentasi terlebih dahulu agar bau pesingnya terurai.Di Indonesia penggunaan pupuk dari hasil fermentasi urin manusia ini belum begitu banyak dipergunakan. Disamping faktor pengusahaannya yang belum memadai, masalah tabu dan juga jiji, sering menjadi kendalanya. Berbeda dengan Cina, Zimbabwe, Meksiko, India, Uganda, Jerman dan Swedia, pupuk urin ini merupakan bagian dari program pemanfaatan limbah yang disebut Ecological Sanitation (Ecosan).

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Bagaimana potensi urin sebagai bahan pembuatan pupuk organik cair?2. Bagaimana proses pengelolaan urin menjadi pupuk organik cair?3. Bagaimana peluang usaha produk pupuk organik cair yang terbuat dari urin?1.3 Tujuan PenulisanTujuan khusus1. Mendapatkan pemahaman mendalam mengenai pelaksanaan prinsip 3R dalam pengelolaan limbah cair di Politeknik Negeri Bandung.2. Mengetahui potensi urine sebagai bahan pembuatan pupuk organik cair. 3. Mengetahui proses pembuatan pupuk organik cair dari urine.4. Mengetahui peluang usaha pupuk organik cair yang terbuat dari urin.Tujuan umum1. Memenuhi tugas mata kuliah 3R (Reuse, Recycle, Recovery)1.4 Sistematika Penulisan Bagian pembuka1. Cover2. Kata Pengantar3. Daftar Isi Bagian isi1. Pendahuluan2. Dasar Teori3. Pembahasan Bagian penutup1. Simpulan dan Saran2. Daftar Pustaka1.5 Metodologi PenulisanMetode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang sebaik mungkin. Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metoda studi pustaka/kepustakaan dan observasi.

BAB IILANDASAN TEORI2.1 3R (Reuse, Recycle, Recovery)2.1.1 Konsep 3R (Reuse, Recycle, Recovery)Secara umum dikenal beberapa konsep pengelolaan limbah, konsep paling popular diantaranya adalah :1. Pembungan limbah langsung ke lingkungan2. Pengelolaan limbah sebelum dibuang ke lingkungan (end-of-pipe treatment)3. Daur ulang limbah2.1.1.1 Pembuangan langsung ke lingkunganLimbah yang dihasilkan baik padat, cair, maupun gas dibuang langsung ke lingkungan. Hal itu dapat dilakukan karena alam masih memiliki daya dukung lingkungan yang memadai dengan jumlah limbah yang masih terbatas. Kualitas limbah pada masa awal periode industri ini belum terlalu berat atau beracun. 2.1.1.2Pengelolaan limbah (end-of-pipe treatment)Metode ini menitik beratkan pada pengolahan dan pembuangan limbah untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Namun pada kenyataannya upaya mengolah limbah tersebut tidak memecahkan permasalahan yang ada. Pencemaran dan kerusakan lingkungan tetap terjadi dan cenderung terus berlanjut, karena dalam prakteknya pendekatan melalui pengolahan limbah menghadapi berbagai kendala. Masalah utama yang dihadapi adalah masih rendahnya penegakan hukum dan peraturan, masih lemahnya perangkat peraturan yang tersedia, serta masih rendahnya tingkat kesadaran. Kendala lain yang dihadapi antaralain :1. Mahalnya biaya investasi maupun biaya operasi. Jika biaya produksi meningkat, maka harga jual produk pun akan meningkat.2. Pengolahan limbah hanya mengubah bentuk limbah dan memindahkannya dari satu media ke media lain. Sehingga, tetap dapat mencemari lingkungan.3. Belum ada kesadaran yang tinggi dari konsumen untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan.

2.1.1.3 Daur ulang (3R)Dengan berkembangnya pengelolaan lingkungan, muncul pemahaman yang melihat bahwa limbah dapat dilihat sebagai sesuatu yang tidak harus dibuang tetapi suatu sumberdaya yang masih dapat digunakan dan bernilai ekonomis, sehingga dapat menjadi tambahan pendapatan bagi kalangan pengusaha/industri.Untuk itu dikembangkan teknik-teknik yang bertujuan untuk mendaur ulang limbah, sehingga dapat dipakai kembali ke dalam proses produksi atau digunakan di luar industri. Teknik-teknik tersebut antara lain :1. Reuse merupakan upaya penggunaan limbah untuk digunakan kembali tanpa mengalami proses pengolahan atau perubahan bentuk.2. Recycle merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara mendaur ulang melalui pengolahan fisik atau kimia untuk menghasilkan produk yang sama atau yang berlainan.3. Recovery merupakan upaya pemanfaatan limbah dengan cara memproses kembali materi/energi yang terkandung didalamnya.2.1.2Keuntungan dan Manfaat Penerapan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)Berbagai keuntungan dari penerapan 3R dapat diperoleh berbagai pihak yang terkait dengan proses pencemaran lingkungan. Dari segi pengusaha/industri, penerapan reduce, reuse, dan recycle akan memberikan keuntungan, yaitu :1. Peningkatan efisiensi produksi.2. Penghematan biaya pembelian bahan baku.3. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja yang berdampak pada penghematan biaya kesehatan.4. Peningkatan citra perusahaan sehingga berdampak positif untuk proses penjualan produk.5. Memberikan keunggulan daya saing dipasar domestik dan internasional6. Biaya pengolahan limbah menjadi berkurang dan terhindar dari biaya pembersihan lingkungan.7. Memberikan keuntungan secara ekonomis (penghematan biaya)Sedangkan dari segi lingkungan, pelaksanaan 3R memberikan beberapa keuntungan, yaitu :1. Limbah yang dihasilkan memenuhi baku mutu dan regulasi lingkungan.2. Sejalan dengan standar ISO 140003. Penggunaan sumber daya alam lebih efeksif dan efisien.4. Mengurangi resiko terhadap pencemaran lingkungan dan kesehatan manusia.5. Mengurangi atau mencegah terbentuknya pencemarReduce, reuse, dan recycle (3R) juga memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terkait dengan Pengelolaan Lingkungan, diantaranya adalah :a. Masyarakat, kualitas udara lingkungan akan lebih terjaga dengan adanya proses daur ulang limbah gas hidrogen.b. Pemerintah, memudahkan dan meringankan aparat pemerintah dalam melakukan penegakan hukum yang terkait dengan Lingkungan Hidup dengan keikut sertaan pengusaha secara sukarela.Selain memberikan keuntungan penerapan 3R memberikan berbagai manfaat bagi industri, yaitu :1. Memberikan pengaruh positif dalam pasar global, regional, dan nasional. Dari sisi perdagangan, adanya pengaturan perdagangan dunia adalah meminimalkan hambatan perdagangan dan penciptaan pasar terbuka serta kecenderungan mengaitkan aspek lingkungan hidup yang terus meningkat, sehingga hal tersebut menjadikan suatu tantangan bagi kalangan industri dan jasa untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerjanya supaya tetap dapat mempertahankan diri dalam situasi persaingan global.2. Kecenderungan konsumen memilih produk akrab lingkungan. Konsumen yang berpandangan pada prinsip-prinsip 3R mempunyai pertimbangan yang luas dalam melakukan tindakan berkonsumsi. Mereka tisak hanya memperhatikan mutu, penampilan, harga, garansi, ataupun pelayanan saja, melainkan akan memperhatikan pula aspek keramahan produk terhadap lingkungan.

2.2 UrinUrin adalah cairan yang diekskresikan oleh ginjal. Urin terdiri atas air yang membawa kelebihan zat dan produk limbah tubuh dalam bentuk larutan. Sebagian besar hasil sisa metabolisme oleh tubuh manusia diekskresikan melalui urin. Oleh karena itu, urin kaya akan nutrisi yang berharga bagi tanaman dan dapat dianggap sebagai pupuk cair. Dalam jangka waktu satu tahun, rata-rata orang mengeluarkan hampir 6 kg nutrisi tanaman murni melalui urin. Ini hampir setara dengan jumlah zat gizi yang terkandung dalam 15 kg NPK dan pupuk majemuk (Mnkeni, 2008). Persis seperti nutrisi dalam pupuk kimia, nutrisi di urin dapat dengan mudah diambil oleh tanaman. Urin mengandung sejumlah besar makronutrien utama yang dibutuhkan oleh tanaman, seperti nitrogen (kebanyakan seperti urea), fosfat, dan potasium yang terlarut. Pada umumnya, manusia mengeluarkan urin sekitar 580 kg per tahun (untuk dewasa) atau sekitar 1,5 liter per hari. dan ini mengandung banyak nutrisi yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. Di Cina, Gao, Shen, dan Zheng (2002), secara laboratoris menunjukan bahwa urin mengandung 96,98% air, 0,53% (3,08 kg/thn) nitrogen (kebanyakan urea), 0,04% (0,23 kg/thn) fosfor, dan 0,14% ( 0,81 kg/thn) kalium. Dengan perbandingan 113,7 kg kotoran manusia yang dihasilkan per tahun yang mengandung 80,7% air, 1,16% (1,31 kg/thn) nitrogen, 0.26% (0,29 kg/thn) fosfor dan 0.03% (0.03 kg/thn) kalium (angka yang rendah untuk kalium dibandingkan dengan analisis lainnya). Jadi, urin menghasilkan 4,12 kg/thn NPK dibandingkan dengan kotoran yang menghasilkan 1,63 kg/thn.Tabel 1. Kandungan Nutrien Tanaman dalam Urin ManusiaKandungan NutrienPer literPer person & Year

Nitrogen7 g3,5 kg

Fosfor1 g0,5 kg

Potasium2 g1,0 kg

Sulfur1 g0,5 kg

Magnesium80 mg40 g

Calcium200 mg100 g

Sumber: Penilitian Desi dkk, 2010Urin manusia mengandung nitrogen, fosfor, potassium/kalium, sulfur, magnesium, dan kalsium (Kirchmann, 1995), yang memiliki manfaat sebagai berikut:a.Nitrogen (N) adalah hara utama tanaman, merupakan komponen dari asam amino, asam nukleid, nudeotides, klorofil, enzim, dan hormon. Nitrogen mendorong pertumbuhan tanaman yang cepat dan memperbaiki tingkat produksi serta kualitas gabah melalui peningkatan jumlah anakan, pengembangan luas daun, pembentukan gabah, pengisian gabah, dan sintesis protein. Nitrogen sangat mobile di dalam tanaman dan tanah sehingga distribusi zat tersebut sangat merata bagi tanaman (Soepardi, 2003). b.Fosfat (P) adalah hara utama tanaman yang penting untuk perkembangan akar, anakan, berbunga awal, dan pematangan. Fosfat mobil dalam tanaman, tetapi tidak mobil dalam tanah (Rinsema, 2006).c.Potasium/kalium adalah hara tanaman utama yang dibutuhkan untuk meningkatkan perkembangan akar dan vigor tanaman, ketahanan terhadap kerebahan dan hama/penyakit. Kalium mobil dalam tanaman dan sangat mobil di dalam tanah (Sutanto, 2002).d.Belerang atau Sulfur (S) adalah hara utama penting yang diperlukan untuk produksi klorofil. Sulfur diperlukan untuk memproduksi asam amino (cystein, methionin, dan cystin) dalam tanaman yang berkaitan dengan nutrisi manusia. Sulfur sangat mobil dalam tanaman (walaupun lebih kurang mobil dibandingkan dengan nitrogen), namun hanya sebagian yang mobil dalam tanah (Thompson, 2005).e.Magnesium dan kalsium adalah hara utama penting yang berfungsi sebagai aktifator berbagai jenis enzim tanaman, merangsang pembentukan senyawa lemak dan minyak, serta karbohidrat, membantu translokasi pati dan distribusi fosfor didalam tubuh tanaman, unsur pembentuk warna daun (Klorofil) sehingga tercipta hijau daun yang sempurna, menjaga tingkat ketersediaan unsur hara mikro sesuai kebutuhan tanaman, dan mampu menjaga keasaman tanah agar sesuai dengan pH yang diperlukan tanaman (Masjan, 2009).2.3 Pupuk2.3.1 Sejarah Penggunaan Pupuk Jenis PupukSejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai Nil, Euphrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir yang terjadi setiap tahun.Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia. Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganyapun relatif murah, dan mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian. Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk buatan dan sarana pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pertanian konvensional ke pertanian organik (Sutanto, 2002).2.3.2 Jenis PupukPupuk memiliki beberapa jenis yang berbeda, diantaranya adalah :1. Pupuk kandangPupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam. Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air kencing (urine) hewan. Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang padat (makro) banyak mengandung unsur fosfor, nitrogen, dan kalium. Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di antaranya kalsium, magnesium, belerang, natrium, besi, tembaga, dan molibdenum. Kandungan nitrogen dalam urine hewan ternak tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan nitrogen dalam kotoran padat.2. Pupuk hijauPupuk hijau adalah pupuk organik yang berasal dari tanaman atau berupa sisa panen. Bahan tanaman ini dapat dibenamkan pada waktu masih hijau atau setelah dikomposkan. Sumber pupuk hijau dapat berupa sisa-sisa tanaman (sisa panen) atau tanaman yang ditanam secara khusus sebagai penghasil pupuk hijau, seperti sisasisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air (Azolla). Jenis tanaman yang dijadikan sumber pupuk hijau diutamakan dari jenis legume, karena tanaman ini mengandung hara yang relatif tinggi, terutama nitrogen dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Tanaman legume juga relatif mudah terdekomposisi sehingga penyediaan haranya menjadi lebih cepat. Pupuk hijau bermanfaat untuk meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah, sehingga terjadi perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi.3. KomposKompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi. Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air, eceng gondok, dan azola.4. HumusHumus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan daun-daunan dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah humus menjadi (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan, industri makanan, agro industri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah tangga, dan limbah-limbah padat perkotaan. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam tanah dan air. Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik toksik. Kandungan utama dari kompos adalah humus. Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah, jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan kompos.5. Pupuk Organik BuatanPupuk organik buatan adalah pupuk organik yang diproduksi di pabrik dengan menggunakan peralatan yang modern. Beberapa manfaat pupuk organik buatan, yaitu:a. Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.b. Meningkatkan produktivitas tanaman.c. Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.d. Menggemburkan dan menyuburkan tanah.Pada umumnya, pupuk organik buatan digunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman yang diberi pupuk organik tersebut (Suriadikarta, 2006).2.3.3 Definisi Pupuk OrganikPupuk adalah hara tanaman yang umumnya secara alami ada dalam tanah, atmosfer, dan dalam kotoran hewan. Pupuk memegang peranan penting dalam meningkatkan hasil tanaman, terutama pada tanah yang kandungan unsur haranya rendah. (Samekto, 2008).Samekto (2008) dan Yuliarti (2009), mengemukakan bahwa pupuk organik merupakan hasil akhir dari peruraian bagian bagian atau sisa sisa tanaman dan binatang (makhluk hidup) misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, tepung tulang dan lain sebagainya. Pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan tanah (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang oleh karenanya kesuburan tanah menjadi meningkat (Samekto, 2008). Hal ini sependapat dengan Yuliarti (2009) penggunaan pupuk organik memberikan manfaat meningkatkan ketersediaan anion anion utama untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida, meningkatkan ketersediaan hara mikro untuk kebutuhan tanaman, dan memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Standar kualitas unsur makro pupuk organik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.28/SNI/Permentan/OT.140/2/2009 dapat di lihat pada tabel di bawah ini:Tabel 2. Standar Mutu Pupuk Organik CairParameterSatuanPersyaratan TeknisKeterangan

C-Organik% 4Kandungan C-Organik

N,P,K%< 2Jika > 2% diduga sudah mengandung kimia anorganik.

Patogen MikrobaCfu/g< 102Salmonella harus negative karena tingkat bahayanya.

FungsionalCfu/g-Tingkat keaktifan bakteri

pH-4-8pH yang terlalu asam/basa tidak untuk tanah.

Sumber: Penelitian Muhammad Khaerul Huda, 2013Agar dapat disebut sebagai pupuk organik, pupuk yang dibuat dari bahan alami itu harus memenuhi berbagai persyaratan, diantaranya :1. Zat N atau zat lemasnya harus terdapat dalam bentuk senyawa organic yang dapat dengan mudah diserap oleh tanaman.2. Pupuk tersebut tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah.3. Pupuk tersebut mempunyai kadar senyawa C organik yang tinggi seperti hidrat arang.Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk oranik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun.

2.4 FermentasiFermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi merupakan segala macam proses metabolisme (enzim, jasad renik secara oksidasi, reduksi, hidrolisa, atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu subsrat organik dengan menghasilkan produk akhir.Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi. Studi tentang jenis bakteri yang respon untuk fermentasi telah dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi glukosa selama proses dekomposisi awal dan bakteri obligate yang respon dalam proses dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat berguna dan alternatif energi pedesaaan.Bahwa fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik yaitu tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat terlebih dahulu akan dipecah menjadi unit - unit glukosa dengan bantuan enzim amilase dan enzim glukosidose, dengan adanya kedua enzim tersebut maka pati akan segera terdegradasi menjadi glukosa, kemudian glukosa tersebut oleh khamir akan diubah menjadi alkhohol (Affandi, 2008).Akan tetapi fermentasi urin sebagai pupuk organik cair yang dilakukan oleh bakteri ternyata juga terdapat beberapa kelemahan, diantaranya tidak semua N diubah menjadi bentuk yang mudah dihisap akan tetapi dipergunakan oleh bakteri-bakteri itu sendiri untuk keperluan hidupnya. Kemudian dampak lain yang adalah terjadi perubahan-perubahan yang merugikan dimana N menguap. Di dalam pupuk cair N terdapat sebagai ureum CO(NH2)2, NH4, NO3 dan asam urine C3H4N4O3. Yang terpenting dan mempunyai nilai pemupukan tertinggi adalah ureum karena N yang sangat tinggi (48 %) banyak terdapat dalam air kencing sangat mudah dan cepat dirubah oleh bakteri-bakteri menjadi amonium karbonat.

CO(NH2)2 + 2 H2O (NH4)2CO3

ureum + air amonium karbonat

Upaya untuk mengatasi kelemahan tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi pupuk cair dan agar lebih meningkatkan kandungan haranya, maka perlu ditambahkan tetes tebu yang memiliki kandungan bahan organik yang dapat meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan. Jika kita hanya memanfaatkan fermentasi urine saja, maka urine yang dijadikan sebagai pupuk cair tidak begitu maksimal hasilnya pada tanaman. Maka dari itu, proses ini memerlukan material tambahan dalam pembuatan pupuk tersebut. Material tersebut dapat diperoleh dari tetes tebu (molasses).

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Potensi Pemanfaatan Urin di Politeknik Negeri BandungIntensitas seseorang yang sehat (normal) dalam mengeluarkan urin dipengaruhi oleh seberapa banyak orang tersebut minum air dalam sehari. Menurut info-cool.com dalam sehari orang normal mengeluarkan urin sebanyak 150 ml 2000 ml. Bisa dikatakan seorang yang banyak minum (idealnya 8 gelas per hari) akan mengeluarkan 2000 ml. Sedangkan orang yang hanya minum ala kadarnya saja akan mengeluarkan urin sebanyak sekurang-kurangnya 150 ml. Berikut Hasil survei kami kepada mahasiswa jurusan teknik kimia Polban yang berada di gedung TKB :Grafik 1 tentang Intensitas minum air dan BAK

Angka 1 pada grafik menunjukkan 1-3 itu berarti 1 kali, 2 kali, dan 3 kali. Sedangkan 4 itu berarti lebih dari 3 kali. Mayoritas mahasiswa ketika bangun tidur hanya meminum segelas air. Dan ketika dikampus hanya melakukan sekali buang air kecil. Dapat diasumsikan per hari mahasiswa yang berada di TKB mengeluarkan urin minimal 150 ml. Jika ditotalkan urin yang dihasilkan dari 75 orang tersebut adalah 11.25 L/hari. Jumlah yang cukup banyak, dan tentu akan sangat menguntungkan ketika dilakukan pemanfaatan dan dikomersilkan. Selain itu, mayoritas mahasiswa menyetujui jika akan dilakukan pengolahan pemanfaatan limbah urin tersebut. Berikut data hasil survei yang kami peroleh :

Grafik 2 tentang Respon mahasiswa terhadap pengolahan urin

1 itu berarti Tahu (kuning), Penting (hijau) , dan Setuju (merah). Sedangkan 2 itu berarti Tidak Tahu (kuning), Tidak Penting (hijau) , dan Tidak Setuju (merah). Dari grafik tersebut dapat dilihat mayoritas mahasiswa tahu akan pentingnya pemanfaatan limbah urin, serta akan menyetujui jika ada unit pengelohan limbah urin tersebut.Alasan mahasiswa yang tidak menyetujui dapat diamati dari grafik tersebut :Grafik 3 tentang alasan tidak setuju mahasiswa

1 berarti Bau, 2 berarti Jijik, 3 berarti Keamanan, dan 4 berarti lain-lain. Respon terbesar adalah dengan alasan lain-lain. Pada kriteria tersebut kami memasukkan juga responden yang menjawab abstain seperti biasa saja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mengisi jawab lain-lain adalah mereka yang menganggap tidak penting dan sudah selayaknya bahwa urin dibuang saja tidak dilakukan pemanfaatan.

3.2 Rancangan Instalasi

NH4OHBak Penampung UrineFERMENTORPOCDigunakan atau dijual

Penampungan urin.Urin dikumpulkan dengan menggunakan ecotoilet. Ecotoilet adalah suatu sistem toilet yang memisahkan pembuangan urin dan feses sehingga tidak terjadi pencampuran antara urin dan feses. Di bawah toilet tersebut terdapat dua tangki (satu tangki untuk urin dan satu tangki untuk feses) sehingga pengambilan limbah mudah dilakukan. Terdapat dua saluran yang terdiri dari saluran pipa plastik untuk urin dan saluran untuk feses dalam toilet yang sama. Saluran untuk urin diletakkan di bagian depan, sedangkan saluran untuk feses diletakkan di bagian belakang. Berikut gambar Ecotoilet :

Gambar Eco-toilets kapasitas 20 L(sumber : penelitian Desi dkk, 2010)

Urin yang dikumpulkan secara terpisah dari feses memungkinkan penggunaannya sebagai pupuk cair. Dalam sistem waterless toilet pemisahan ini juga mengurangi bau dan meningkatkan jumlah patogen mati dalam feses. Secara umum, sistem waterless toilet lebih baik digunakan untuk mempermudah pengenceran dan pemindahan urin. Penyimpanan urin dapat dilakukan pada suatu tangki yang besar. Hal ini memungkinkan urin untuk dapat digunakan ketika nutrisi untuk tanaman sedang sangat dibutuhkan. Pada iklim tropis, urin harus disimpan selama sekitar tiga bulan sebelum aplikasi. Jika penyimpanan tidak memungkinkan, maka urin segar hanya boleh diterapkan pada tanaman yang tinggi dan tegak. Contoh tanaman tersebut adalah: pisang, pisang raja, pepaya, jeruk, alpukat dan mangga. Berikut gambar tangki penampung :

Gambar Tangki Penampung Urin kapasitas 120L(Sumber : Penelitian Desi dkk, 2010)

FermentorProses Fermentasi dilakukan dalam fermentor berpengaduk selama 7 hari dengan umpan urin sebanyak 10 L dengan penambahan EM4 100 ml dan penambahan tetes tebu sebanyak 1 L. (Berdasarkan penelitian Muhammad Khaerul Huda, 2013). Selama penyimpanan, urin cenderung membentuk kristal dan terjadi pengendapan garam ketika sedang berada pada temperatur ambien. Garam ini mungkin mengikat sejumlah proporsi yang signifikan dari total nutrisi, terutama fosfor. Oleh karena itu, urin yang disimpan kadang-kadang harus diaduk terlebih dahulu. Pupuk cair yang dihasilkan dari urin sebelum digunakan harus diencerkan terlebih dahulu 10-20 kali karena kadar garam nya terlalu pekat sehingga berbahaya bagi tanaman. Berikut Fermentor yang akan digunakan :

Gambar Fermentor kapasitas maksimum 19 LProses Fermentasi terjadi di fermentor yang terbuat dari galon, yang dihubungkan dengan menggunakan selang silikon terhadap botol bekas yang diisi air. Botol bekas yang diisi air berfungsi untunk menangkap gas NH3 serta melarutkannya dalam air menjadi NH4OH. Berdasarkan penelitian Muhammad Khaerul Huda, 2013 gas NH3 yang dihasilkan tidak akan banyak sehingga tempat penampungnya tidak perlu menggunakan tempat berkapasitas besar.

3.3 Proses FermentasiProses fermentasi yang digunakan merupakan fermentasi substrat cair yang mana fermentasi ini menggunakan substrat yang berair. Proses fermentasi substrat cair ini bisa juga disebut fermentasi bawah permukaan (submerged fermentation) yang mana mikroba hidup dan beraktivitas di dalam medium fermentasi / terendam dalam medium. Fermentasi urine ini dilakukan secara batch selama 7 hari.Proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan tetes tebu (molase). Tetes tebu ini merupakan sumber karbon dan nitrogen bagi ragi. Tetes Tebu (molase) adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan. Berikut adalah tabel data yang diambil berdasarkan jumlah rata-rata produksi tetes tebu (molase) yang diproduksi dari berbagai daerah.

Tetes tebu berfungsi untuk fermentasi urine dan menyuburkan mikroba yang ada di dalam tanah, karena dalam tetes tebu (molasses) terdapat nutrisi bagi mikroorganisme Sacharomyces cereviceae. Sacharomyces cereviceae bertugas untuk menghancurkan material organik yang ada di dalam urine dan tentunya mikroorganisme juga membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang tidak sedikit untuk nutrisi mereka. Nitrogen (N) akan bersatu dengan mikroba selama penghancuran material organik. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan material tetes tebu yang mengandung komponen nitrogen untuk menambah kandungan unsur hara agar proses fermentasi urine berlangsung dengan sempurna. Selain itu, berdasarkan kenyataan bahwa tetes tebu tersebut mengandung karbohidrat dalam bentuk gula yang tinggi (64%) disertai berbagai nutrien yang diperlukan jasad renik juga dapat meningkatkan kecepatan proses produksi pengolahan urine menjadi pupuk dalam waktu yang relatif singkat.WaktuJumlah perkembanganBakteriFase exponentialFase stationerFase lagFase kematianFase fermentasi biasaFase fermentasi dengan adtif tetes tebu

Gambar 2. Fase FermentasiBerdasarkan gambar tersebut dapat diketahui pertumbuhan bakteri dalam proses fermentasi. Fase pertama adalah fase lag dimana fase ini merupakan fase nol pertumbuhan bakteri. Karena pada saat sel dipindah ke lingkungan yang baru masih terjadi penyesuaian terhadap lingkungan baru. Fase kedua adalah fase logaritma atau eksponensial dimana pada fase ini mulai terjadi pertumbuhan bakteri yang naik secara logaritmik. Dengan adanya penambahan tetes tebu yang mengandung banyak gula dan karbohidrat bagi mikroba tentunya dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri lebih cepat. Jika pertumbuhan bakteri lebih cepat maka dapat dipastikan proses fermentasi urin juga akan berlangsung lebih cepat. Fase yang ketiga adalah fase stationer. Fase ini merupakan fase berhentinya pertumbuhan bakteri karena nutrisi yang ada telah habis. Beberapa sel mati, tapi yang lain tumbuh dan membelah, jadi jumlah sel yang mati yang membelah, sehingga jumlah sel seimbang. Fase yang terakhir adalah fase kematian. Dimana terjadi penurunan jumlah sel yang hidup yang berakhir pada kematian.Pembuatan pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposer berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos. Aktivator mikroba memiliki peranan penting karena digunakan untuk mempercepat pembuatan kompos. Di pasaran saat ini tersedia banyak produk-produk dekomposer untuk memper cepat proses pengomposan misalnya: EM-4, OrgaDec, M-Dec, Probion , dan lain-lain. EM-4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologis tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. EM-4 mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri asam laktat (Lactobacillus Sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas Sp), Actinomycetes Sp, Streptomycetes Sp, R.bassillus/azotobachter dan ragi (yeast) atau yang sering digunakan dalam pembutan tempe (Utomo, 2007).Pada fermentasi urin mengandung beberapa jenis mikroorganisme dari EM4, yaitu:a. Bakteri FotosintetikBakteri fotosintetik adalah mikroorganisme yang mandiri. Bakteri ini membentuk senyawa-senyawa yang bermanfaat dari sekresi akar tumbuh-tumbuhan, bahan organik dan/atau gas-gas berbahaya seperti hidrogen sulfida, dengan dibantu sinar matahari dan panas sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat tersebut meliputi asam amino, asam nukleat, zat-zat bioaktif, dan gula, yang semuanya dapat mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Hasil-hasil metabolisme yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat diserap langsung oleh tanaman dan juga berfungsi sebagai substrat bagi mikroorganisme lain sehingga jumlahnya terus dapat bertambah.b. Bakteri Asam LaktatBakteri asam laktat menghasilkan asam laktat dari gula, dan karbohidrat lain yang dihasilkan oleh bakteri fotosintetik dan ragi. Bakteri asam laktat dapat menghancurkan bahan-bahan organik seperti lignin dan selulosa, serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa-senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik.c. RagiRagi dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula di dalam tanah yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik melalui proses fermentasi. Ragi juga menghasilkan senyawa bioaktif seperti hormon dan enzim.d. ActinomycetesActinomycetes merupakan suatu kelompok mikroorganisme yang strukturnya merupakan bentuk antara dari bakteri dan jamur. Kelompok ini menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik dan bahan organik. Zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme ini dapat menekan pertumbuhan jamur dan bakteri yang merugikan tanaman, tetapi dapat hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik. Dengan demikian kedua spesies ini sama-sama dapat meningkatkan kualitas lingkungan tanah dengan meningkatkan aktivitas anti mikroba tanah.

3.4 Peluang UsahaPoduk pupuk organik cair yang dihasilkan dari proses fermentasi ini sebaiknya dilakukan standarisasi terlebih dahulu. Proses standarisasi dimaksudkan untuk memastikan kualitas dari pupuk organik cair yang dihasilkan tersebut sehingga tidak menimbulkan kerugian terhadap konsumen. Selain itu standarisasi produk POC ini juga dapat menjamin kestabilan permintaan terhadap produk ini di pasar. Kualitas teknis minimal dari produk POC dapat disesuakan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.70/ PERMENTAN/ SR.140/ 10/ 2011 yang dapat dilihat dalam tabel berikut:Tabel Persyaratan teknis minimal pupuk organik cair.

Sementara itu terdapat juga berbagai penelitian yang telah membuktikan produk POC urin ini telah memenuhi persyaratan teknis minimal dan aman untuk digunakan untuk pertanian. Berdasarkan penelitian dari Tri Martinsari, kandungan N,P,K dari hasil fermentasi urin ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Perbandingan kualitas urin sebelum dan sesudah fermentasi

(Sumber : Penelitian Tri Martinsari dkk, 2010)Berdasarkan hasil pengamatan pada urine yang belum difermentasi dan urine yang sudah difermentasi terdapat perbedaan kandungan diantara keduanya. Kandungan nitrogen pada saat sebelum difermentasi yang memiliki kandungan unsur hara N, P, K adalah 1,1; 0,5; 0,9 dan saat urine setelah difermentasi terjadi peningkatan kandungan jumlah unsur hara N, P, K,menjadi 2,7; 2,4; 3,8. Pada proses fermentasi urine terdapat kelebihan jika dibandingkan dengan urine yang tidak difermentasi, yaitu meningkatkan kandungan hara yang terdapat pada urine tersebut yang dapat menyuburkan tanaman. Selain itu, bau urine yang telah difermentasi menjadi kurang menyengat jika dibandingkan dengan bau urine yang belum difermentasi.Penelitian lain dilakukan oleh Xiao Jun pada berbagai sayuran dan jagung menggunakan urin yang diencerkan dengan air pada perbandingan tiga bagian air ke satu bagian urin sebagai pakan cair (perbandingan 3:1). Bibit ditanam dalam kemasan, baik 10 liter ember semen atau 10 baskom dan diirigasi dengan air selama periode pertama (1-4 minggu) untuk penstabilan dalam lingkungan baru tanaman. Setelah ditanam, sayuran yang cepat tumbuh seperti selada, bayam, dan covo diiirigasi dengan air selama 1-2 minggu sebelum aplikasi urin dan tomat disiram untuk periode satu bulan sebelum aplikasi urin. Setelah itu, 0,5 liter dari 3:1 air/urin dicampurkan. Campuran 3:1 ini diterapkan setiap tiga kali per minggu diselingi dengan penyiraman rutin pada waktu lain untuk menjaga tanaman bagus dan sehat. Bibit muda tidak dapat mentolerir campuran 3:1 dengan baik dan perlu distabilkan sebelum campuran urin diterapkan. Bibit muda mentolerir campuran 5:1 dengan lebih baik. Untuk uji coba jagung, dilakukan kebanyakan di baskom 10 liter semen, urin manusia diencerkan dalam kisaran 3:1, 5:1 dan 10:1 dengan air. Tanaman diberi pupuk dengan urin setiap 3 kali per minggu dengan campuran 3:1 (percobaan U1), sekali seminggu dengan campuran 3:1 (U2), sekali seminggu dengan campuran 5:1 (U3), sekali seminggu dengan campuran 10:1 atau dengan air saja. Tanaman yang diberi pupuk dengan campuran urin juga disiram dengan air secara teratur pada saat yang lain untuk menjaga tanaman sehat dan bagus (Mnkeni, 2008). Setelah masa pertumbuhan tertentu, tanaman itu dipanen dan ditimbang. (lihat tabel 3, gambar 1 dan 2).Tabel. Hasil percobaan tanaman yang diberi Pupuk cair dari urinTumbuhan dan WadahnyaPerbandingan Penggunaan air dan POC urinWaktu PertumbuhanHasil

Selada (dalam ember ukuran 10 liter)Hanya air30 hari230 gms

Selada (dalam ember ukuran 10 liter)3:1 POC urin sebanyak 0,5 L x 3 setiap minggu untuk 3 tanaman.30 hari500 gms

Bayam (dalam ember ukuran 10 liter)Hanya air30 hari52 gms

Bayam (dalam ember ukuran 10 liter)3:1 POC urin sebanyak 0,5 L x 3 setiap minggu untuk 3 tanaman.30 hari350 gms

Covo (dalam basin ukuran 10 liter)Hanya air8 minggu135,5 gms

Covo (dalam basin ukuran 10 liter)3:1 POC urin sebanyak 0,5 L x 3 setiap minggu untuk 3 tanaman.8 minggu204 gms

Covo (dalam basin ukuran 10 liter)3:1 POC urin sebanyak 0,5 L x 1 setiap minggu untuk 3 tanaman.8 minggu545 gms

Tomat (dalam ember ukuran 10 liter)Hanya air4 bulan1680 gms(9 tanaman)

Tomat (dalam ember ukuran 10 liter)3:1 POC urin sebanyak 0,5 L x 3 setiap minggu untuk 3 tanaman.4 bulan6084 gms(9 tanaman)

dibandingkan dengan tanaman yang hanya diberi air.(Sumber : Penelitian Xiao Jun)

Penelitian tersebut menunjukan bahwa urin manusia sangat baik untuk diaplikasikan menjadi pupuk cair. Selain menunjukan hasil yang memuaskan, penggunaan urin sebagai pupuk cair juga tidak memerlukan biaya yang besar. Hal ini tentu dapat menjadi solusi bagi para petani dan masyarakat atas permasalahan keterbatasan penyediaan pupuk dan tingginya harga pupuk. Pembuatan pupuk cair ini pun relatif mudah dan dapat dilakukan oleh semua orang.

Gambar. Perbandingan tanaman jagung yang diberi pupuk urin (kanan) dengan yangtidak diberi pupuk urin (kiri).

Gambar. Hasil tanaman yang menggunakan pupuk cair dari urin manusia.

Jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk sintesis, pupuk organik cair hasil fermentasi dari urin ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu:a. Mudah untuk membuatnya, b. Murah harganya, c. Tidak ada efek samping bagi lingkungan maupun tanaman, d. Bisa juga dimanfaatkan untuk mengendalikan hama pada daun (bio-control), seperti ulat pada tanaman sayuran, dan e. Aman karena tidak meninggalkan residu,Beberapa keunggulan tersebut seharusnya dapat meningkatkan permintaan akan pupuk organik cair oleh konsumen (petani). Hal ini dikarenakan pupuk yang dihasilkan dari fermentasi urin ini tidak memerlukan proses yang rumit dalam pembuatannya sehingga biaya operasinya lebih kecil dari pada pupuk sintesis. Biaya operasi yang kecil ini akan menyebabkan harga jual pupuk organik cair ini seharusnya lebih rendah dari pada harga pupuk sintesis di pasaran sehingga petani akan lebih untung jika membeli pupuk organik cair yang harganya relatif lebih murah.

BahanVolume (L)Harga per literHarga

1. Biaya Produksi

Urin10 Rp - Rp -

EM 40.1 Rp 20,000.00 Rp 2,000.00

Tetes Tebu1 Rp 1,300.00 Rp 1,300.00

Total Rp 3,300.00

2. Pendapatan

POC Urin8 Rp 2,500.00 Rp 20,000.00

Total Rp 20,000.00

Keuntungan Rp 16,700.00

Tabel Harga jual POC urin dan keuntungan yang didapatkan

Dari tabel di atas, untuk setiap kapasitas produksi sebesar 8 liter POC urin, maka akan didapatkan keuntungan sebesar Rp. 16.700,00 dengan estimasi harga jual POC per liternya sebesar Rp. 2.500,00.

Tabel Harga pupuk organik dipasarJenis Pupuk OrganikHarga Jual (Non subsidi)

Pupuk Organik RemahRp 1.000,00 Rp 1.250,00 per Kg

Pupuk Organik GranulRp 1.500,00 Rp 1.500,00 per Kg

Pupuk Organik CairRp 35.000,00 Rp 110.000,00 per Liter

(Sumber : Tabloid Sinar Tani, 2014)

Namun, dari tabel di atas terlihat bahwa harga pupuk organik cair di pasaran masih sangat mahal, yaitu berkisar antara Rp. 35.000,00 Rp. 110.000,00. Oleh karena itu petani masih cenderung memilih pupuk sintesis bersubsidi yang dibuat oleh pabrik, dimana semakin banyak pupuk bersubsidi yang digunakan maka beban pengeluaran pemerintah akan semakin meningkat. Tetapi jika dibandingkan dengan harga jual POC urin yang akan dibuat, harga POC urin jauh lebih murah dari pada harga POC lainnya di pasaran.Tabel Harga pupuk bersubsidiJenis PupukHarga

UreaRp. 1.800,00 per Kg

SP-36Rp. 2.000,00 per Kg

ZARp. 1.400,00 per Kg

NPKRp. 2.300,00 per Kg

(Sumber : Permentan, 2013)Selain itu ketersediaan yang masih terbatas dari pupuk organik cair ini di pasaran. Sementara itu permintaan akan pupuk organik juga semakin meningkat. Hal ini juga membuka peluang usaha semakin besar. Tabel Kebutuhan pupuk di Indonesia

(Sumber : APPI, 2014)Namun terdapat juga masalah kekhawtiran dari petani jika menggunakan pupuk hasil fermentasi urin ini. Salah satunya adalah masalah kesehatan, dimana sebagian petani masih ketakutan akan adanya penyakit yang dapat ditimbulkan dari penggunaan pupuk organik cair ini, sehingga dapat mempengaruhi permintaan pasar akan produk pupuk organik cair ini.Maka dari itu ketika akan dikomersilkan pupuk organik cair yang dibuat harus di standarisasi terlebih dahulu sesuai baku mutu teknis pupuk cair. Dan pemberian pemahaman (sosialisasi) kepada petani. Sehingga para petani tidak ragu untuk menggunakannya.

BAB IVPENUTUP

4.1 SimpulanUrin berpotensi menjadi pupuk cair organik karena mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Pembuatan urin menjadi pupuk organik cair dilakukan dengan cara Fermentasi selama 7 hari dengan penambahan EM4 1/100 dan Molase 1/10 dari volume urin. Proses fermentasi ini dilakukan untuk manambah kadar NPK dan menghilangkan bau pada urin. EM4 berfungsi sebagai sumber MO yang dibutuhkan pada proses fermentasi dan bagi tanaman, sedangkan Molase berfungsi sebagai sumber nutrisi bagi mikroba. Peluang usaha pupuk cair organik sangat terbuka, melihat ketersediannya yang sangat terbatas. Selain itu pembuatan pupuk cair organik merupakan progam reduce limbah cair terutama urin.

4.2 SaranAgar konsumen (petani) tidak ragu dalam menggunakan pupuk organik cair recycle ini, maka dari itu harus dilakukan sosialisasi dan harus di standarisasi terlebih dahulu sesuai baku mutu pupuk.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2008. Pemanfaatan urine Sapi yang Difermentasi sebagai NutrisiTanaman. Yogyakarta : andi offset

Anonim. Urine. http://en.wikipedia.org [diakses 12 maret 2010]Anonim. 2010. http://info-cool.com/frekuensi-kencing-normal/ . [diakses pada 4 April 2015]Anonim. 2010. Pemanfaatan Urin sebagai Pupuk Cair. http://bertanimandiri.blogspot.com/2010/11/pemanfaatan-urin-sebagai-pupuk-cair.html. [diakses pada 5 April 2015]Anonim. Pemanfaatan Urin http://www.forumku.com/showthread.php?t=1843. [diakses pada 6 April 2015]

Hadi. 2010. Macam-macam Fermentor. http://misnanidulhadi.blogspot.com/2010/10/v-behaviorurldefaultvmlo_14.html. [diakses pada 5 April 2015] Hadisuwito, Sukamto. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia.

Khaerul, Muhammad. 2013. Skripsi : Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urin Sapi dengan aditif Tetes Tebu metode Fermentasi. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Oktapriatna, Desi. 2010. Pemanfaatan Urin Manusia sebagai Pupuk Cair. Palembang : Universitas Sriwijaya.Woods, Michael.2009. Sustainable fertilizer: Urine and wood ash produce large harvest. (http://www.eurekalert.org diakses 6 April 2015)

Pemanfaatan Urin menjadi POC20