Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

29
URGENSI DAN RELEVANSI FILSAFAT HUKUM DALAM PEMBANGUNAN HUKUM DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Filsafat hukum dan pembangunan hukum pada dasarnya merupakan dua konsep yang berbeda, namun memiliki titik temu pada objek pembahasannya yaitu tentang hukum. Filsafat hukum sebagai suatu disiplin keilmuan, sementara pembangunan hukum merupakan suatu kebijaksanaan yang bersifat nasional dalam bentuk pembangunan di bidang hukum. Pembangunan di bidang hukum menjadi penting karena bertujuan untuk menghasilkan produk-produk hukum yang dapat mendukung dan mengamankan pembangunan hukum Nasional dan sebagai aktualisasi dari konsep Negara hukum sebagaimana yang ditegaskan dalam Undang-undang dasar 1945. Sebagai suatu disiplin keilmuan, filsafat hukum melakukan usaha pengkajian tentang hukum secara mendasar dengan sistematis dan dengan metode yang rasional. Oleh karena itu filsafat hukum akan memberikan jawaban terhadap apakah hukum itu, yang pada hakikatnya pertanyaan ini tidak bisa dijawab oleh hukum dan ilmu-ilmu lainnya. Atas dasar pendekatan dan pengkajian filsafat hukum inilah maka hukum yang akan dibangun akan tetap berlandaskan nilai ideologi, nilai budaya, nilai historis, nilai sosiologis dan nilai

Transcript of Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

Page 1: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

URGENSI DAN RELEVANSI FILSAFAT HUKUM DALAM PEMBANGUNAN HUKUM DI INDONESIA

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Permasalahan

Filsafat hukum dan pembangunan hukum pada dasarnya merupakan dua

konsep yang berbeda, namun memiliki titik temu pada objek pembahasannya

yaitu tentang hukum. Filsafat hukum sebagai suatu disiplin keilmuan, sementara

pembangunan hukum merupakan suatu kebijaksanaan yang bersifat nasional

dalam bentuk pembangunan di bidang hukum. Pembangunan di bidang hukum

menjadi penting karena bertujuan untuk menghasilkan produk-produk hukum

yang dapat mendukung dan mengamankan pembangunan hukum Nasional dan

sebagai aktualisasi dari konsep Negara hukum sebagaimana yang ditegaskan

dalam Undang-undang dasar 1945.

Sebagai suatu disiplin keilmuan, filsafat hukum melakukan usaha

pengkajian tentang hukum secara mendasar dengan sistematis dan dengan metode

yang rasional. Oleh karena itu filsafat hukum akan memberikan jawaban terhadap

apakah hukum itu, yang pada hakikatnya pertanyaan ini tidak bisa dijawab oleh

hukum dan ilmu-ilmu lainnya. Atas dasar pendekatan dan pengkajian filsafat

hukum inilah maka hukum yang akan dibangun akan tetap berlandaskan nilai

ideologi, nilai budaya, nilai historis, nilai sosiologis dan nilai juridis. Di samping

itu filsafat hukum bertujuan untuk menjelaskan nilai-nilai dan dasar-dasar hukum

sampai pada dasar-dasar filsafatnya.

Pembangunan hukum yang dilandaskan pada nilai-nilai tersebut tidak saja

menciptakan dan melahirkan hukum-hukum yang bias menjawab berbagai

kebutuhan masyarakat secara internal, akan tetapi juga akan dapat menjawab dan

sekaligus merespon perkembangan kehidupan sejalan dengan dinamika

pembangunan bangsa. Pembangunan hukum yang dilandasi oleh nilai dasar atau

nilai ideologis, nilai historis, nilai sosiologis dan nilai juridis serta nilai

filosofisnya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat untuk dapat

menikmati rasa keadilan, kepastian dan manfaat hukum yang pada akhirnya akan

bermuara kepada pembentukan sikap dan kesadaran masyarakat terhadap hukum.

Page 2: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

Kaitannya dengan pembentukan hukum di Indonesia, setidaknya kita sadar bahwa

hukum di bentuk karena pertimbangan keadilan (gerechtigkeit) disamping sebagai

kepastian hukum (rechtssicherheit) dan kemanfaatan (zweckmassigkeit).

2. Permasalahan

Adapun permasalahan dari paper dengan judul “ Urgensi dan Relevansi

Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia “ yang akan diuraikan

oleh Penulis dalam tulisan ini adalah :

a. Apa sajakah yang menjadi kajian filsafat hukum ?

b. Bagaimanakah pembangunan hukum di Indonesia ?

c. Bagaimanakah peranan filsafat hukum dalam pembangunan hukum di Indonesia

?

3. Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan paper ini berdasarkan permasalahan-

permasalahan yang telah dirumuskan diatas, adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi kajian filsafat hukum.

b. Untuk mengetahui bagaimana pembangunan hokum di Indonesia.

c. Untuk mengetahui peranan filsafat hukum dalam pembangunan hukum di

Indonesia.

4. Kegunaan Penulisan

Semoga dalam penulisan paper ini dapat berguna bagi semua pihak.

Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat berguna bagi penulis dan dapat

berguna untuk menambah khazanah keilmuan terutama di bidang hukum dan

semoga keberadaan paper ini dapat memberi masukan bagi semua pihak.

5. Metode Penulisan

Metode penelitian yang digunakan pada makalah ini adalah metode

pendekatan yuridis normatif yaitu berpedoman pada tinjauan kepustakaan yang

dapat dijelaskan sebagai berikut : Melalui penelitian normatif melalui study

kepustakaan (library research) yaitu bahan-bahan yang diperoleh melalui

buku-buku dan tulisan lainnya.

Page 3: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

6. Sistematika Penulisan

Dalam memudahkan memahami isi paper ini penulis menyusun makalah

ini dalam beberapa bab, lebih jelasnya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Permasalahan

2. Permasalahan

3. Maksud Dan Tujuan

4. Kegunaan Penulisan

5. Metode Penulisan

6. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

1. Kajian Filsafat Hukum

2. Pembangunan Hukum di Indonesia

3. Peranan Filsafat Hukum salam Pembangunan Hukum di Indonesia.

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

PEMBAHASAN

1. Kajian Filsafat Hukum

Ada pendapat yang mengatakan bahwa karena filsafat hukum merupakan

bagian khusus dari filsafat pada umumnya, maka berarti filsafat hukum hanya

mempelajari hukum secara khusus. Sehingga, hal-hal non hukum menjadi tidak

relevan dalam pengkajian filsafat hukum. Penarikan kesimpulan seperti ini

sebetulnya tidak begitu tepat. Filsafat hukum sebagai suatu filsafat yang khusus

mempelajari hukum hanyalah suatu pembatasan akademik dan intelektual saja

dalam usaha studi dan bukan menunjukkan hakekat dari filsafat hukum itu sendiri.

Sebagai filsafat, filsafat hukum tunduk pada sifat-sifat, cara-cara dan tujuan-

tujuan dari filsafat pada umumnya. Di samping itu, hukum sebagai obyek dari

filsafat hukum akan mempengaruhi filsafat hukum. Dengan demikian secara

timbal balik antara filsafat hukum dan filsafat saling berhubungan. Secara

Page 4: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang filsafat, yaitu

filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakikat hukum. Dengan

perkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara

filosofis. Jadi objek filsafat hukum adalah hukum, dan obyek tersebut dikaji

secara mendalam sampai kepada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat.

Pertanyaan tentang apa hakikat hukum itu sekaligus merupakan pertanyaan

filsafat hukum juga. Pertanyaan tersebut mungkin saja dapat dijawab oleh ilmu

hukum, tetapi jawaban yang diberikan ternyata serba tidak memuaskan. Hal

tersebut tidak lain karena ilmu hukum hanya memberikan jawaban yang sepihak.

Ilmu hukum hanya melihat gejala-gejala hukum sebagaimana dapat diamati oleh

pancaindra manusia mengenai perbuatan-perbuatan manusia dan kebiasaan-

kebiasaan masyarakat. Sementara itu pertimbangan nilai di balik gejala-gejala

hukum, luput dari pengamatan ilmu hukum. Norma atau kaidah hukum, tidak

termasuk dunia kenyataan (das sein), tetapi berada pada dunia nilai (das sollen),

sehingga norma hukum bukan dunia penyelelidikan ilmu hukum.

Mengingat objek filsafat hukum adalah hukum, maka masalah atau

pertanyaan yang dibahas oleh filsafat hukum itupun antara lain berkaitan dengan

hukum itu sendiri, seperti hubungan hukum dengan kekuasaan, hubungan hukum

kodrat dengan hukum positif, apa sebab orang menaati hukum, apa tujuan hukum,

sampai pada masalah-masalah kontemporer seperti masalah hak asasi manusia,

keadilan dan etika profesi hukum. Ada permasalahan penting yang dibahas oleh

filsafat hukum yaitu : adakah pengertian hukum yang berlaku umum, apakah

dasar kekuatan mengikat dari hukum dan adakah sesuatau hukum kodrat.

Selanjutnya yang perlu dikaji dalam filsafat hukum antara lain : hubungan hukum

dengan kekuasaan, hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya, apa

sebabnya negara berhak menghukum seseorang, apa sebab orang menaati hukum,

masalah pertanggungjawaban, masalah hak milik, masalah kontrak dan masalah

peranan hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat.

Apabila dilihat kecenderungan dalam ilmu hukum, ternyata ada dua

kecenderungan yang sedang terjadi, yakni : (1) ilmu hukum terbagi-bagi ke dalam

berbagai bidang yang seolah-olah masing-masing berdiri sendiri, (2) ilmu hukum

menumpang pada bidang ilmu lain sehingga seolah-olah bukan merupakan suatu

Page 5: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu hukum mempunyai objek kajian hukum. Sebab itu

kebenaran hukum yang hendak diungkapkan oleh ilmuwan hukum berdasarkan

pada sifat-sifat yang melekat pada hakekat hukum. Untuk membicarakan hakekat

hukum secara tuntas, maka perlu diketahui tiga tinjauan yang

mendasarinya.Tinjauan tersebut yaitu tinjauan ontologis, tinjauan epistemologis

dan tinjauan aksiologis.

a. Tinjauan Ontologis

Tinjauan ontologis membicarakan tentang keberadaan sesuatu (being)

atau eksistensi (existence) sebagai objek yang hendak dikaji. Dalam hal ini

bahwa segala sesuatu bersifat materi (alls being is material), sementara

lainnya menyebutkan semua yang ada bersifat sebagai roh atau spirit (alls

being is spirit). Hal tersebut akan menentukan bagaimana atau dengan

kacamata apa seseorang melihat suatu objek tertentu. Secara umum filsafat

hukum mengkaji nilai-nilai hukum, sosiologi hukum, antropologi hukum,

psikologi hukum, dan lain-lain serta mengkaji perilaku hukum. Sedang

kaidah hukum dikaji oleh bidang yang disebut ilmu tentang kaidah. Dalam

filsafat hukum, nilai-nilai yang dikajipun harus bersifat normatif. Ciri yang

umum dari kaidah hukum ialah adanya legitimasi dan sanksi. Tanpa terbagi-

bagi ke dalam bidang-bidang kajian, ilmu hukum dengan sendirinya sudah

mengkaji nilai, kaidah dan perilaku. Yang berbeda antara satu kajian dengan

kajian lain ialah kadar, intensitas atau derajat di anatara ketiga hal tersebut.

b. Tinjauan Epistemologis

Tinjauan epistemologis menyoroti tentang syarat-syarat dan kaidah-

kaidah apa yang harus dipenuhi oleh suatu objek tertentu. Hal ini berkaitan

dengan cara, metode atau pendekatan apa yang akan digunakan untuk

melihat objek itu. Ilmu hukum sebagai ilmu bertujuan untuk mencari

kebenaran atau tepatnya keadilan yang benar. Untuk mencari keadilan yang

benar itu maka ditentukanlah cara untuk mencarinya yang disebut metode.

Metode ilmu hukum ditentukan oleh aspek ontologis dan aksiologis dari

hukum. Konsep mengenai metode dan ilmu bersifat universal. Artinya,

untuk bidang apa saja atau untuk jenis ilmu manapun adalah sama, tetapi

pengaruh dari obyek suatu ilmu tentu tak dapat dihindarkan. Sebab itu

Page 6: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

hakekat hukum dan fungsinya dalam praktek tak dapat dihindari

berpengaruh dalam menentukan metode yang digunakan dalam ilmu hukum.

c. Tinjauan Aksiologis

Adalah melihat bagaimana aksi atau pelaksanaan dari sesuatu. Dengan

kata lain bagaimana pengaruh dan kemanfaatan (utility) suatu objek bagi

kepentingan hidup manusia. Tinjauan aksiologis tak dapat dilepaskan dari

persoalan nilai (value) yang dianut dan mendasari suatu objek tertentu.

Ilmu hukum akan mempunyai kewibawaan dan kekuatannya apabila

bersifat integral dalam aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis. Sebab

itu yang diperlukan dalam ilmu hukum ialah sintesis dari metode-metode,

sehingga ilmu hukum memiliki suatu metode yang mempunyai ciri khas.

Ilmu hukum adalah suatu sistem. Sebagai suatu sistem, ilmu hukum harus

merupakan suatu kebulatan dari seluruh komponen atau subsistem yang satu

sama lainnya saling berhubungan.

Kita tidak dapat memungkiri, bahwa perkembangan ilmu dan teknologi

begitu pesatnya. Dengan ilmu yang dimiliki manusia, sudah banyak masalah yang

berhasil dipecahkan. Rahasia alam semesta, misalnya, telah banyak diungkapkan

melalui kemajuan ilmu tersebut, yang pada gilirannya menghasilkan teknologi-

teknologi spektakuler, seperti bioteknologi, teknologi di bidang komputer,

komunikasi maupun ruang angkasa. Akan tetapi sebanyak dan semaju apapun

ilmu yang dimiliki manusia, tetap saja ada pertanyaan-pertanyaan yang belum

berhasil dijawab. Maka ketika ilmu tidak lagi mampu menjawab, pertanyaan-

pertanyaan tersebut menjadi porsi pekerjaan filsafat.

Berfilsafat adalah berfikir. Hal ini tidak berarti setiap berfikir adalah

berfilsafat, karena berfilsafat itu berfikir dengan ciri-ciri tertentu.1

Ada beberapa ciri berpikir secara kefilsafatan, yaitu :

a. Radikal, berfikir secara radikal adalah berfikir sampai ke akar-akarnya.

b. Universal, adalah berfikir tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat

umum.

c. Konseptual, yang dimaksud dengan konsep di sini adalah hasil generalisasi dan

abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual.

Page 7: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

d. Koheren dan konsisten. Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir

(logis). Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.

e. Konseptual, yang dimaksud dengan konsep di sini adalah hasil generalisasi dan

abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual.

f. Sistematik, berasal dari kata sistem yang artinya kebulatan dari sejumlah unsur

yang saling berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu

maksud atau menunaikan sesuatu peranan tertentu.

g. Komprehensif, adalah mencakup secara menyeluruh. Berfikir secara

kefilsafatan berusaha untuk menjelaskan fenomena yang ada di alam

semesta secara keseluruhan sebagai suatu sistem.

h. Secara bebas sampai batas-batas yang luas.

i. Bertanggungjawab, pertangungjawaban yang pertama adalah terhadap hati

nuraninya. Di sini tampak hubungan antara kebebasan berfikir dalam filsafat

dengan etika yang melandasinya.

Kemudian filsafat hukum dengan sifat universalitasnya, memandang

kehidupan secara menyeluruh, tidak memandang hanya bagian-bagian dari gejala

kehidupan saja atau secara partikular. Dengan demikian filsafat hukum dapat

menukik pada persoalan lain yang relevan atau menerawang pada keseluruhan

dalam perjalanan reflektifnya, tidak sekedar hanya memecahkan masalah-masalah

yang dihadapinya. Dalam filsafat hukum, pertimbangan-pertimbangan di luar

obyek adalah salah satu ciri khasnya. Filsafat hukum tidak bersifat bebas nilai.

Justru filsafat hukum menimba nilai yang berasal dari hidup dan pemikiran.

Filsafat hukum juga memiliki sifat yang mendasar atau memusatkan diri pada

pertanyaan-pertanyaan mendasar (basic or fundamental questions). Artinya dalam

menganalisis suatu masalah, seseorang diajak untuk berpikir kritis dan radikal.

Dengan mempelajari dan memahami filsafat hukum berarti diajak untuk

memahami hukum tidak dalam arti hukum positif belaka. Orang yang

mempelajari hukum dalam arti positif belaka, tidak akan mampu memanfaatkan

dan mengembangkan hukum secara baik. Apabila orang itu menjadi hakim

misalnya, dikhawatirkan ia akan menjadi hakim yang bertindak selaku “corong

undang-undang” semata. Berikutnya yang tidak kalah pentingnya adalah sifat

Page 8: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

filsafat yang spekulatif. Sifat ini tidak boleh diartikan secara negatif sebagai sifat

gambling.

Filsafat hukum berguna untuk membimbing kita menganalisis masalah-masalah hukum secara rasional dan mempertanyakan jawaban itu secara terus menerus. Jawaban tersebut seharusnya tidak sekedar diangkat dari gejala-gejala yang tampak, tetapi sudah sampai kepada nilai-nilai yang ada dibalik gejala-gejala itu. Analisis nilai inilah yang membantu kita untuk menentukan sikap secara bijaksana dalam menghadapi suatu masalah kongkret.2 Secara kritis, filsafat hukum berusaha untuk memeriksa gagasan hukum

yang sudah ada, melihat koherensi, korespodensi dan fungsinya. Filsafat hukum

berusaha untuk memeriksa nilai dari pernyataan yang dapat dikategorikan sebagai

hukum.3

Filsafat itu juga bersifat introspektif atau mempergunakan daya upaya

introspektif. Artinya, filsafat tidak hanya menjangkau kedalaman dan keluasan

dari permasalahan yang dihadapi tetapi juga mempertanyakan peranan dari dirinya

dan dari permasalahan tersebut. Seperti yang di nyatakan oleh Sugiyanto Darmadi

berikut ini :

Filsafat mempertanyakan tentang struktur yang ada dalam dirinya dan permasalahan yang dihadapinya. Sifat introspektif dari filsafat sesuai dengan sifat manusia yang memiliki hakekat dapat mengambil jarak (distansi) tidak hanya pada hal-hal yang berada di luarnya tetapi juga pada dirinya sendiri.Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah, dan menuntun pada jalan baru.4

Sementara itu Poerwantana berpendapat bahwa :

Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang tergolong ke dalam berbagai bangsa, ras dan agama itu mengabdi kepada cita-cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. 5

Adanya karakteristik khusus dari pemikiran filsafat hukum di atas sekaligus juga

menunjukkan arti pentingnya. Dengan mengetahui dan memahami filsafat hukum

dengan berbagai sifat dan karakternya tersebut, maka sebenarnya filsafat hukum

dapat dijadikan salah satu alternatif untuk ikut membantu memberikan jalan

keluar atau pemecahan terhadap berbagai krisis permasalahan yang menimpa

bangsa Indonesia dalam proses reformasi ini. Tentu saja kontribusi yang dapat

diberikan oleh filsafat hukum dalam bentuk konsepsi dan persepsi terhadap

pendekatan yang hendak dipakai dalam penyelesaian masalah-masalah yang

Page 9: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

terjadi. Pendekatan mana didasarkan pada sifat-sifat dan karakter yang melekat

pada filsafat hukum itu sendiri.

Dengan pendekatan dan analisis filsafat hukum, maka para para pejabat, tokoh

masyarakat, pemuka agama dan kalangan cendekiawan atau siapapun juga dapat

bersikap lebih arif dan bijaksana serta mempunyai ruang lingkup pandangan yang

lebih luas dan tidak terkotak-kotak yang memungkinkan dapat menemukan akar

masalahnya.

Tahap selanjutnya diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat. Karena

penyelesaian krisis yang terjadi di negara kita itu tidak mungkin dapat dilakukan

sepotong-potong atau hanya melalui satu bidang tertentu saja, tapi harus meninjau

melalui beberapa pendekatan lain sekaligus (interdisipliner atau multidisipliner).

Tidak ada lagi pihak-pihak yang merasa dirinya paling benar atau paling jago

dengan pendapatnya sendiri dan menafikan pendapat yang lain. Atau dengan kata

lain hanya ingin menangnya sendiri tanpa mau menghargai pendapat orang lain.

Karena masing-masing bidang atau cara pandang tertentu, mempunyai kelebihan

dan keterbatasannya masing-masing. Justru pandangan-pandangan yang berbeda

kalau dapat dikelola dengan baik, dapat dijadikan alternatif penyelesaian masalah

yang saling menopang satu sama lain.

Apalagi krisis permasalahan yang melanda bangsa Indonesia sesungguhnya

amat kompleks dan multidimensional sifatnya, mulai krisis ekonomi, politik,

hukum, pemerintahan serta krisis moral dan budaya, yang satu sama lain berkaitan

sehingga diperlukan cara penyelesaian yang terpadu dan menyeluruh yang

melibatkan berbagai komponen bangsa yang ada. Dalam konteks ini diperlukan

adanya kerjasama dan sinergi yang erat dari berbagai komponen tersebut. Maka

pejabat pemerintah harus mendengar aspirasi dari rakyat, para pakar mau

mendengar pendapat pakar lainnya, tokoh masyarakat harus saling menghormati

terhadap dengan tokoh masyarakat yang lain. Semua bekerja bahu membahu dan

menghindarkan diri dari rasa curiga, kebencian dan permusuhan. Dengan

pendekatan dan kerangka berfikir filsafati seperti di atas, diharapkan dapat

membantu ke arah penyelesaian krisis yang sedang menerpa bangsa Indonesia

saat ini.

2. Pembangunan Hukum Di Indonesia.

Page 10: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

Salah satu tuntutan aspirasi masyarakat yang berkembang dalam era reformasi

sekarang ini adalah reformasi hukum menuju terwujudnya supremasi sistem

hukum di bawah sistem konstitusi yang berfungsi sebagai acuan dasar yang

efektif dalam proses penyelenggaraan negara dan kehidupan nasional sehari-hari.

Dalam upaya mewujudkan sistem hukum yang efektif itu, penataan kembali

kelembagaan hukum, didukung oleh kualitas sumberdaya manusia dan kultur dan

kesadaran hukum masyarakat yang terus meningkat, seiring dengan pembaruan

materi hukum yang terstruktur secara harmonis, dan terus menerus diperbarui

sesuai dengan tuntutan perkembangan kebutuhan. Dalam upaya pembaharuan

hukum tersebut, penataan kembali susunan hirarki peraturan perundang-undangan

kiranya memang sudah sangat tepat, Di samping itu, era Orde Baru yang semula

berusaha memurnikan kembali falsafah Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945

dengan menata kembali sumber tertib hukum dan tata-urut peraturan perundang-

undangan, dalam prakteknya selama ini belum berhasil membangun susunan

perundang-undangan yang dapat dijadikan acuan bagi upaya memantapkan sistem

perundang-undangan di masa depan. Lebih-lebih dalam prakteknya, masih banyak

produk peraturan yang tumpang tindih dan tidak mengikuti sistem yang baku.

Sementara itu, setelah lebih dari 60 tahun Indonesia merdeka, sangat dirasakan

adanya kebutuhan untuk mengadakan perubahan terhadap pasal-pasal dalam UUD

1945 yang banyak pihak menilai ada pasal yang tidak relevan lagi dengan

perkembangan zaman. Ditambah lagi dengan munculnya kebutuhan untuk

mewadahi perkembangan otonomi daerah di masa depan yang dapat mendorong

tumbuh dan berkembangnya dinamika hukum adat di desa-desa yang cenderung

diabaikan atau malah sebaliknya dikesampingkan dalam setiap upaya

pembangunan hukum selama lebihdari 60 tahun terakhir. Didalam Pasal 2

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 telah disebutkan bahwa Pancasila adalah

merupakan sumber dari segala sumber hukum negara Indonesia, hal ini dirasa

sesuai mengingat falsafah Pancasila adalah merupakan roh perjuangan dari para

pejuang bangsa, yang merupakan alat pemersatu, dari yang sebelumnya terkotak-

kotak oleh daerah, ras, suku, agama, golongan, dan lain sebagainya, mengingat

masyarakat Indonesia sangat heterogen, maka dengan kembali pada Pancasila,

Page 11: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

cita-cita luhur para pejuang untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur

sejahtera dimungkinkan dapat tercapai. Dilihat dari materinya Pancasila digali

dari pandangan hidup bangsa Indonesia yang merupakan jiwa dan kepribadian

bangsa Indonesia sendiri. Dasar negara Pancasila terbuat dari materi atau bahan

dalam negeri yang merupakan asli murni dan menjadi kebanggaan bangsa, tidak

merupakan produk impor dari luar negeri, meskipun mungkin saja mendapat

pengaruh dari luar negeri .

Pancasila merupakan Grundnorm atau sumber dari segala sumber hukum di

Indonesia, rumusan Pancasila ini dijumpai dalam Alinea keempat Pembukaan

UUD 1945, maka dapat dikatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 adalah filsafat

hukum Indonesia, maka Batang Tubuh berikut dengan Penjelasan UUD 1945

adalah teori hukumnya, dikatakan demikian karena dalam Batang Tubuh UUD

1945 itu akan ditemukan landasan hukum positif Indonesia. Teori Hukum tersebut

meletakkan dasar-dasar falsafati hukum positif kita . 21 Dengan demikian penulis

sepakat jika filsafat hukum Indonesia, adalah di mulai dari pemaham kembali (re

interpretasi) terhadap pembukaan UUD 1945.

Pembangunan merupakan upaya sadar yang dilakukan untuk merubah suatu

kondisi dari suatu tingkat yang dianggap kurang baik ke kondisi baru pada tingkat

kualitas yang dianggap baik atau paling baik. Pembangunan yang dilaksanakan

tentu saja pembangunan yang memiliki pijakan hukum yang jelas, bisa

dipertanggungjawabkan, terarah serta proporsional antara aspek fisik

(pertumbuhan) dan non-fisik. Apabila diteliti semua masyarakat yang sedang

membangun selalu dicirikan dengan perubahan, bagaimanapun kita

mendefenisikan pembangunan itu dan apapun ukuran yang kita pergunakan bagi

masyarakat dalam pembangunan. Peranan hukum dalam pembangunan adalah

untuk menjamin bahwa perubahan itu terjadi dengan suasana damai dan teratur.

Istilah “pembaharuan hukum” sebenarnya mengandung makna yang luas

mencakup sistem hukum. Sistem hukum terdiri atas struktur hukum (structure),

substansi/materi hukum (substance), dan budaya hukum (legal culture). Sehingga,

bicara pembaharuan hukum maka pembaharuan yang dimaksudkan adalah

pembaharuan sistem hukum secara keseluruhan. Namun demikian, dalam uraian

berikutnya istilah “pembaharuan hukum” tetap dipertahankan yang sebenarnya

Page 12: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

mengandung makna yang lebih khusus atau sepadan dengan istilah “pembentukan

hukum”.

Pada satu pihak, pembangunan hukum merupakan upaya untuk merombak

struktur hukum lama (struktur hukum pemerintahan penjajah) yang umumnya

dianggap bersifat eksploitatif dan diskriminatif. Sedangkan pada pihak lain,

pembangunan hukum dilaksanakan dalam kerangka atau upaya memenuhi

tuntutan pembangunan masyarakat. Bidang hukum diakui memiliki peran yang

sangat strategis dalam memacu percepatan pambangunan suatu negara. Usaha ini

tidak semata-mata dalam rangka memenuhi tuntutan pembangunan jangka pendek

tetapi juga meliputi pembangunan menengah dan jangka panjang. Meskipun

disadari, setiap saat hukum bisa berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat

yang menghendakinya.

Di negara- negara berkembang, pembangunan hukum merupakan prioritas

utama. Oleh karena itu, di negara-negara berkembang ini pembaharuan hukum

senantiasa mengesankan adanya peranan ganda. Pertama, merupakan upaya untuk

melepaskan diri dari lingkaran struktur hukum kolonial. Upaya tersebut terdiri

atas pengahapusan, penggantian, dan penyesuaian ketentuan hukum warisan

kolonial guna memenuhi tuntutan masyarakat nasional. Kedua, pembangunan

hukum berperan dalam mendorong proses pembangunan, terutama pembangunan

ekonomi yang memang diperlukan dalam rangka mengejar ketertinggalan dan

negara-negara maju, dan yang lebih penting adalah demi peningkatan

kesejahteraan masyarakat warga negara.

Saat ini di Indonesia masih terdapat banyak peraturan hukum yang sudah

tidak up to date namun tetap dipertahankan. Dalam rangka menyonsong era

mendatang jelas peraturan-peraturan hukum tersebut memerlukan revisi dan jika

perlu dirubah total dengan materi yang mencerminkan gejala dan fenomena

masyarakat saat ini. Masalahnya adalah apakah proses perubahan atau

pembaharuan hukum yang berlangsung di Indonesia telah dilakukan sesuai

dengan kaedah-kaedah normative dan atau sesuai dengan nilai-nilai hukum dalam

masyarakat. Pertanyaan ini perlu diajukan mengingat fungsi hukum tidak semata-

mata sebagai alat kontrol sosial (social control), tetapi juga memiliki fungsi

sebagai sarana rekayasa atau pembaharuan sosial.

Page 13: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

3. Peranan Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia.

Negara di dunia yang menganut paham negara teokrasi menganggap sumber dari

segala sumber hukum adalah ajaran-ajaran Tuhan yang berwujud wahyu, yang

terhimpun dalam kitab-kitab suci atau yang serupa denga itu, kemudian untuk

negara yang menganut paham negara kekuasaan (rechstaat) yang dianggap

sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah kekuasaan, lain halnya dengan

negara yang menganut paham kedaulatan rakyat, yang dianggap sebagai sumber

dari segala sumber hukum adalak kedaulatan rakyat, dan Indonesia menganut

paham kedaulatan rakyat dari Pancasila. Rumusan Pancasila yang dijumpai dalam

Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 adalah sumber dari segala sumber hukum

di Indonesia yang merupakan produk filsafat hukum negara Indonesia, Pancasila

ini muncul diilhami dari banyaknya suku, ras, kemudian latar belakang, serta

perbedaan ideologi dalam masyarakat yang majemuk, untuk itu muncullah filsafat

hukum untuk menyatukan masyarakat Indonesia dalam satu bangsa, satu kesatuan,

satu bahasa, dan prinsip kekeluargaan, walau tindak lanjut hukum-hukum yang

tercipta sering terjadi hibrida (percampuran), terutama dari hukum Islam, hukum

adat, dan hukum barat (civil law / khususnya negara Belanda), sering dijadikan

dasar filsafat hukum sebagai rujukan mengingat mayoritas penduduk Indonesia

adalah umat muslim, contoh konkrit dari hukum Islam yang masuk dalam

konstitusi Indonesia melalui produk filsafat hukum adalah Undang-undang No. 1

tahun 1974 tentang Perkawinan, apalagi didalamnya terdapat pasal tentang

bolehnya poligami bagi laki-laki yaitu dalam Pasal 3 ayat 1, Pasal 4 ayat 1,2, dan

Pasal 5 ayat 1 dan 2, walau banyak pihak yang protes pada pasal kebolehan

poligami tersebut, namun di sisi lain tidak sedikit pula yang mempertahankan

pasal serta isi dari Undang-undang Perkawinan tersebut. DPR adalah lembaga

yang berjuang mengesahkan Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan, yang diundangkan pada tanggal 2 Januari tahun 1974, dan sampai

sekarang masih berlaku tanpa adanya perubahan, ini bukti nyata dari

perkembangan filsafat hukum yang muncul dari kebutuhan masyarakat perihal

penuangan hukum secara konstitusi kenegaraan.

Page 14: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

Hukum adat juga sedikit banyak masuk dalam konstitusi negara Indonesia,

contoh adanya Undang-undang Agraria, kemudian munculnya Undang-undang

Otonomi daerah, yang pada intinya memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia

yang sangat heterogen.

Maka dengan filsafat hukum yang dikembangkan melalui ide dasar

Pancasila akan dapat mengakomodir berbagai kepentingan, berbagai suku, serta

menyatukan perbedaan ideologi dalam masyarakat yang sangat beraneka ragam,

dengan demikian masyarakat Indonesia akan tetap dalam koridor satu nusa, satu

bangsa, satu kesatuan, satu bahasa, yang menjunjung nilai-nilai luhur Pancasila.

Satjipto Rahardjo mengemukakan pendapatnya bahwa filsafat hukum itu mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar dari hukum. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar dari hukum, tentang dasar-dasar bagi kekuatan mengikat dari hokum itu sendiri.6 Kajian filsafat hukum melihat jauh lebih dalam lagi, tidak hanya sekedar

bagaimana ketentuan hukum positif menentukan masalah dan latar belakang

sejarahnya, tetapi bagaimana nilai-nilai hakiki yang mendasari ketentuan tersebut

sehingga filsafat akan lebih banyak berhubungan dengan masalah nilai-nilai dasar

dari hukum, Ilmu hukum sebagai suatu ilmu empiris (das sein) sedang filsafat

hukum melihat hukum sebagai suatu yang tersembunyi di balik aturan hukum

berupa suatu hukum yang ideal (recht idea) yang tidak termasuk dalam dunia

kenyataan (das sein) melainkan termasuk dunia nilai. Sementara itu,

pembangunan hukum nasional, baik dalam dimensi konstitusional, dimensi juridis

sosiologis dan dimensi perspektif dan kemudian dikemukakan bagaimana

strategisnya pembangunan hokum nasional sebagai upaya untuk mewujudkan

cita-cita nasional sebagaimana yang ditegaskan dalam Mukaddimah Undang-

undang Dasar 1945. Begitu urgen dan strategisnya pembangunan hokum nasional,

maka pembangunan hukum nasional harus didasari oleh landasan idiil, strukturil

dan operasionalnya.

Dari landasan dasar pembangunan hukum nasional tersebut disusun pola

arah pembangunan hukum nasional yang pada dasarnya bertujuan untuk

menghasilkan produk hukum yang dapat mengatur tugas urnum pemerintahan dan

penyelenggaraan pembangunan nasional, sehingga tercipta rasa keadilan sesuai

dengan kemanusiaan dan semakin berkembangnya kehidupan masyarakat yang

sadar dan taat kepada hukum. Bertitik tolak dari urgen dan strategisnya

Page 15: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

pembangunan hukum dalam totalitas pembangunan nasional, pola dasar, arah dan

strategi dasarnya, maka dapat ditegaskan bahwa pelaksanaan pembangunan hukum

nasional bertujuan untuk membentuk, meningkatkan dan mengembangkan sikap

kesadaran masyarakat bangsa Indonesia terhadap hukum. Tumbuhnya kesadaran

masyarakat terhadap hukum akan dapat tercipta apabila masyarakat telah

mendapatkan rasa keadilan, kepastian dan kemanfaatan dari hukum yang dibangun.

Atas dasar konsepsi tujuan pembangunan hukum yang dilaksanakan bangsa

Indonesia sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka persoalan yang

pertama dan utama yang akan timbul adalah "hukum yang bagaimana yang akan

dibangun itu" untuk menjawab pertanyaan yang sederhana ini tidaklah semudah

mempertanyakannya, disebabkan pertanyaan tersebut akan berlanjut kepada

pertanyaan yang bersifat filosofis yaitu "apa itu hukum" atau "apa hakikat hukum

itu". Jika hukum dinyatakan hanya dalam bentuk gejala sosial, dan hukum dalam

pengertian ini yang akan dibangun, maka dapat ditegaskan bahwa pola pikir dan

konsepsi hukum yang demikian tidak akan dapat menjawab tujuan pembangunan

hukum.

Hukum dalam pengertian gejala sosial hanya bersifat formalitas dan bersifat

lahiriah semata, oleh karena itu hukum dalam pengertian ini tidak akan dapat

mengaktualisasikan rasa keadilan dan moralitas. Tujuan pembangunan hukum

nasional hanya akan dapat dicapai, apabila tercipta suatu pola pandang tentang

hukum yang akan dibangun itu tidak saja hukum dalam pengertian gejala sosial,

akan tetapi hukum yang terkait dengan nilai-nilai dasar dan ideologi, nilai-nilai

budaya, nilai-nilai moral dan susila serta nilai-nilai keadilan.

Dengan demikian maka hukum yang akan dibangun itu adalah hukum yang dilandasi oleh nilai-nilai yang bersifat universal dan terdapat pada setiap manusia yang disebabkan dengan keberadaannya yang manyatu dengan nilai-nilai kemanusiaan. Hanya dengan memandang hukum dalam konsepsi inilah akan dapat diwujudnyatakan tujuan pembangunan hukum nasional. Dalam usaha untuk melakukan ini, hukum ditempatkan pada kedudukan di tengah-tengah sistem nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat Indonesia.7

Jika hukum telah dapat dipandang dalam konsepsi yang menyatu dengan

nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal, maka suka atau tidak suka,

disenangi atau tidak disenangi keberadaan filsafat hukum memiliki peran penting

dalam pembangunan nasional. Persoalan hukum yang berhubungan dengan nilai-

nilai, hanya dapat dijawab melalui filsafat hukum. Pemikiran sistematik teori

Page 16: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

hukum pada satu sisi berkaitan dengan filsafat dan sisi lain dengan teori politik.

Seringkali titik tolaknya adalah filsafat dan ideologi politik berperan sebagai

pelengkap. Misalnya dalam system skolastik

Pada akhirnya seorang ahli hukum akan mengartikan hukum, sebagai jalinan nilai-nilai, dan nilai-nilai tersebut akan dirumuskannya sebagai konsep-konsep abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik akan dianutnya dan apa yang dianggap buruk harus dihindari sehingga filsafat hukum akan memberikan jawaban yang tidak terjawab oleh ilmu hukum.8

Dalam kontek inilah filsafat hukum memainkan perannya dalam mengisi

pembangunan hukum nasional, sebab filsafat hukum itu memperdalam dan

memperluas pengetahuan tentang hukum, filsafat hukum memiliki nilai yang

sangat tinggi terutama bagi ahli hukum. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

filsafat hukum turut menentukan pilihan terhadap hukum yang akan dibangun.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari paparan penulis secara singkat diatas, kiranya penulis dapat

menyimpulkan pembahasan sebagai berikut :

a. Filsafat Hukum adalah merupakan pembahasan secara filosofis tentang hukum,

yang sering juga diistilahkan lain dengan Jurisprudence, adalah ilmu yang

mempelajari hukum secara filosofis, yang objeknya dikaji secara mendalam

sampai pada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat. Filsafat hukum

sebagai suatu disiplin keilmuan juga berusaha mengkaji hukum sebagai

objeknya secara mendasar dengan sistematis dan metode yang rasional

memiliki peranan penting dalam pembangunan hukum nasional.

b. Pentingnya filsafat hukum dalam pembangunan hukum nasional dikarenakan

hanya dengan filsafat hukum sebagai salah satu variabelnya pelaksanaan

pembangunan hukum nasional akan dapat menjawab berbagai kebutuhan

masyarakat dan sekaligus dapat merespon perkembangan kehidupan seiring

dengan dinamika pembangunan nasional.

Page 17: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

c. Dengan filsafat hukum akan tercipta pilihan-pilihan yang tepat terhadap hukum

yang akan dibangun oleh karena filsafat hukum akan menentukan hukum

yang berdimensi nilai dasar, nilai budaya, nilai historis, nilai sosiologis dan

nilai juridis, sehingga hukum yang lahir sebagai produk pembangunan

hukum nasional tidak saja hukum dalam arti gejala sosial kemasyarakatan

semata, akan tetapi hukum yang diproduk adalah hukum yang memiliki

dimensi moral, dimensi keadilan, dimensi kepastian dan dimensi

kemanfaatan yang pada akhirnya akan bermuara kepada semakin tumbuh

dan berkembangnya sikap dan kesadaran masyarakat terhadap hukum yang

mengikat setiap orang dan berlakunya dapat dipaksakan dan dipertahankan

oleh aparat negara yang berwenang.

2. Saran-saran

a. Hendaknya bagi pemegang kekuasaan di Indonesia terutama (legislatif,

Eksekutif, dan yudikatif), agar selalu belajar dan mengkaji lebih jauh

tentang filsafat hukum, serta pemahaman terhadap Grundnorm atau sumber

dari segala sumber hukum di Indonesia (Pancasila), agar pembaharuan atau

hukum yang diciptakan adalah benar-benar merupakan rules for the game of

life bagi masyarakat luas.

b. Hendaknya sering dilakukan diskusi (pembahasan ulang) oleh pakar filsafat

hukum terhadap perundang-undangan yang masih belum memenuhi rasa

keadilan bagi masyarakat luas, dan tentunya peran diskusi ilmiah antar

pakar filsafat hukum di indonesia sangatlah urgen untuk dilakukan dalam

mengubah hukum yang hanya mengedepankan legalitas belaka, tanpa

melihat living law yang terjadi dalam masyarakat, serta mengingat sekian

lama Indonesia di doktrin oleh Belanda untuk ”dipaksa”, memakai sistem

Civil law yang bermuara pada legalitas belaka, yang terkadang sering tidak

bermuara pada keadilan yang seutuhnya.

c. Terkhusus bagi para mahasiswa pemerhati hukum pada Perguruan Tinggi,

haruslah terus belajar terhadap hakikat filsafat hukum, yang nantinya pasti

Page 18: Urgensi Dan Relevansi Filsafat Hukum Dalam Pembangunan Hukum Di Indonesia

akan berguna bagi perbaikan sistem hukum di Indonesia yang masih dirasa

carut marut. (----------------------------------------------------------------------------

1 Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan,

Klaten : Intan Pariwara, 1997, hal. 172 Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum

Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1995, hal. 17.3 Sugiyanto Darmadi, Kedudukan Ilmu Hukum dalam Ilmu dan Filsafat, Bandung, Mandar Maju, 1998,

hal. 18.4 Ibid.5 Poerwantana, dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, Bandung, Rosda Karya, 1988 hal. 8.6 Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum, Bandung, Alumni, 1982, hal 321.7 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, Bandung, Alumni, 1983, hal 233.8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hufeum, Jakarta, UI Press, 1984, hal.44.