Urban Politik Finis

41
PERAN PEMERINTAH SEBAGAI AKSELERATOR PENGENTASAN KEMISKINAN DI DAERAH URBAN (Studi Kasus Peran Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang) LAPORAN PENELITIAN Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Matakuliah Urban Politik, Dosen Pengampu: Dr. Hilmy Mochtar, MS Disusun Oleh: Moh. Maisur (125120500111006) (...................................) Andi Wicaksono (125120500111047) (...................................)

description

urban politik

Transcript of Urban Politik Finis

15

PERAN PEMERINTAH SEBAGAI AKSELERATOR PENGENTASAN KEMISKINAN DI DAERAH URBAN(Studi Kasus Peran Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang)

LAPORAN PENELITIANDisusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Matakuliah Urban Politik,Dosen Pengampu: Dr. Hilmy Mochtar, MS

Disusun Oleh:Moh. Maisur (125120500111006)(...................................)Andi Wicaksono (125120500111047)(...................................)Tri B L Purba (125120500111014)(...................................)

PROGRAM STUDI ILMU POLITIKFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2015ABSTRAK

Penelitian yang berjudul Peran Pemerintah Sebagai Akselerator Pengentasan Kemiskinan di Daerah Urban (Studi Kasus Peran Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang) ini dilatar belakangi dari kasus kemiskinan yang telah menjadi satu dari sekian faktor penyebab terjadinya masalah sosial yang kompleks di kalangan masyarakat Indonesia secara umum dan di beberapa daerah urban terlebih Kota Malang secara khusus. Untuk itu, penanganan secara serius bisa dimulai dari pemberdayaan masyarakat, minimal, di tingkat keluharan guna mengajak masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam percepatan pengentasan kemiskinan.Dibentuknya lembaga kepemimpinan masyarakat yang dipercaya sebagai Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di sini setidaknya sudah menjadi keharusan tersendiri demi terciptanya masyarakat yang mandiri dan sejahtera secara kontinuitas.Refleksi dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kelurahan Merjosari Kota Malang ini menjadi objek penelitian ini.Dimana, BKM Merjosari merupakan organisasi yang dibentuk oleh masyarakat atas dasar kebutuhan bersama dalam memecahkan permasalahan yang ada terkait dengan permasalahan kemiskinan secara terorganisir dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan khusunya bagi masyarakat Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Sesuai dengan konsep Tridaya dari PNPM, maka kegiatan penanggulangan kemiskinan meliputi kegiatan sosial, kegiatan ekonomi dan kegiatan lingkungan.Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan dikrtiptif-kualitatif, dimana pengamatan terhadap fakta dilapangan dikomparasikan dengan studi pustaka yang nantinya akan dihasilkan gambaran umum, juga termasuk fokus penelitian ini, tentang kinerja dan peran serta BKM di Kelurahan Merjosari dalam menciptakan masyarakat yang mandiri dan terorganisir dalam pengentasan kemisikinan secara administratif dan berasas kekeluargaan. Sumber data didapat dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Sasaran dan optimalisasi dari BKM ini serta rekomendasi untuk jangka panjang dan bahan pustaka untuk akselerasi pengentasan kemiskinan menjadi tujuan lain dari penyusunan penelitian ini.

Kata Kunci: Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Kemiskinan, Daerah Urban, Malang.

DAFTAR ISI

HALAMAN KULIT MUKA .. iABSTRAK ..iiDAFTAR ISI ..iii

BAB I: PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang 11.2 Perumusan Masalah 21.3 Fokus Penelitian 21.4 Tujan Penelitian 21.5 Manfaat Penelitian 2

BAB II: KERANGKA KONSEP DAN TEORI32.1 Landasan Teori 32.2 Penelitian Terdahulu 4

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN 53.1 Jenis Penelitian 53.2 Lokasi Penelitian 53.3Teknik Pengumpulan Data 53.4Teknik Analisa Data 63.5Keabsahan Data 6

BAB IV: TEMUAN PENELITIAN 74.1 Memberdayakan Modal Sosial74.2 Percepatan Pengentasan Kemiskinan94.3Upaya Konsolidasi Masyarakat Terhadap Pengentasan Kemiskinan14

BAB V: ANALISIS TEORITIK 18BAB VI: PENUTUP 20

ii

DAFTAR PUSTAKA21BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSelain sebagai salah-satu daerah urban, Kota Malang merupakan daerah yang mengalami kemajuan pesat dalam hal pembangunan, namun di sisi lain, program pengentasan kemiskinan dirasa masih belum begitu signifikan menurunkan angka kemiskinan. Dimana, di Kota Malang masih tercatat angka kemiskinannya mencapai 5% dari total jumlah penduduk 845.683 yaitu sekitar 300 ribu jiwa[footnoteRef:2]. Pemberdayaan masyarakat setempat serta konsolidasi dengan masyarakat tentang pengentasan kemiskinan sudah seharusnya untuk lebih diintensifkan guna menekan kemiskinan secara adil dan merata. Selainuntuk memfungsikan peran masyarakat, juga mendukung terhadap program pemerintah tahun 1999 tentang program penanggulangan kemiskinan di tingkat perkotaan (P2KP) untukdirealisasikan. Baik berupa Posdaya, UMKM, atau lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representatif, dan dipercaya yang sering disebut sebagai Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).Semisal, BKM yang di Kelurahan Merjosari yang dibentuk oleh masyarakat atas dasar kebutuhan bersama dalam memecahkan permasalahan yang ada terkait dengan permasalahan kemiskinan secara terorganisasi[footnoteRef:3]. [2: Lihat di Malang Post (23/02/2014)] [3: Lihat BKM Merjosari, di http://lpmk-merjosari.com/konten-52.html, 10 April 2015]

Di sisi lain, melalui Pos Pemberdayaan (Posdaya) dan pemaksilaman UMKM, Pemkot Malang bersama dengan Yayasan Dana Mandiri (Damandiri) bertekad untuk menanggapi secara serius angka kemiskinan di Kota Malang. Afiliasi Pemkot Kota Malang dengan salah satu yayasan sosial yang diketuai oleh Prof. Haryono Suryono ini memberikan fasilitas kredit tanpa agunan untuk operasional Posdaya dan UMKM dengan penyediaan dana sebesar Rp. 1 triliun[footnoteRef:4]. Hal tersebut setidaknya menjadi angin segar bagi penduduk kota Malang untuk memfungsikannya secara optimal. [4: Lihat di Malang Post (29/02/2014)]

Peran serta dari pihak Perguruan Tinggi, terlebih Mahasiswa, di kota wisata ini juga diharapkan untuk ikut andil serta mendampingi masyarakat[footnoteRef:5]. Himbauan ini setidaknya sudah direspon baik oleh FISIP UB yang sudah membuka program baru (S2) bidang Kajian Kemiskinan yang dibuka bulan Maret kemarin[footnoteRef:6]. Kesinambungan keinginan untuk mengentaskan kemiskinan setidaknya sudah menjadi keharusan baik bagi Pemkot kota Malang, Yayasan Sosial, Pihak Kelurahan, atau dari kalangan akademisi untuk mengawal dan memfasilitasi penduduk kota Malang sebagai daerah urban masih ada di garis kemiskinan untuk segera ditemukan format efektifnya dan direalisasikan secara berkesinambungan guna terciptanya masyarakat yang sejahtera serta akselerasi pengentasan kemiskinan yang kritis-representatif. [5: Lihat di beritajatim.com (20/02/2014)] [6: Lihat di Kendedes Dinas Kominfo Kota Malang (19/02/2014) ]

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan yaitu, bagaimana peranan Pemerintah sebagai lembaga akselerasi pengentasan kemiskinan di daerah urban terlebih Kota Malang secara umum dan Kelurahan Merjosari secara khusus?

1.3 Fokus PenelitianPenelitian ini difokuskan pada peranan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di Kelurahan Merjosari sebagai satu dari sekian solusi untuk terus menekan angka kemiskinan di Kelurahan Merjosari secara Khusus dan di Kota Malang sebagai salah-satu daerah urban secara umum kaitannya dengan bagaimana BKM ini meminimalisir permasalahan kemiskinan secara terorganisasi dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan.

1.4 Tujuan PenelitianAdapun tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai berupa:1. Mendiskripsikan dan menjelaskan peran dan kinerja dari BKM di Kelurahan Merjosari sebagai lembaga pemberdayaann masyarakat yang terorganisir2. Mengidentifikasi seberapa jauh peran dan kinerja dari pemerintah dalam memberdayakan BKM di Kelurahan Merjosari sebagai salah satu media swadaya masyarakat yang representatif3. Mengidentifikasi pencapaian peran BKM di Kelurahan Merjosariterhadap pengembangan kemandirian masyarakat dengan berasas kekeluargaan.

1.5 Manfaat Penelitian1. TeoritisPenelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dalam upaya percepatan kemiskinan di daerah urban secara menyeluruh dan di tingkat Kelurahan secara khusus guna terciptanya masyarakat sejahtera dan partisipatif

2. PraktisPenelitian ini dapat berguna sebagai masukan dan bahan tambahan dalam menentukan kebijakan pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan di tingkat kelurahan dengan mengoptimalisasikan BKM sebagai motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.

BAB IIKERANGKA KONSEP DAN TEORI

2.1 Landasan TeoriDalam penelitian ini, lebih fokus pada pembahasan masalah konsep mendasar dari Teori Kebijakan Publik, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), dan kemiskinan, meliputi:pertama, Studi kebijakan publik merupakan suatu studi yang bermaksud untuk menggambarkan, menganalisis dan menjelaskan secara cermat berbagai sebab dan akibat dari tindakan-tindakan pemerintah. Kecenderungan para ilmuwan politik semakin menaruh minat yang besar terhadap studi kebijakan publik telah dinyatakan Thomas Dye (1978) sebagaimana dikutip Sholichin Abdul Wahab sebagai berikut[footnoteRef:7]: Studi ini mencakup upaya menggambarkan isi kebijakan publik, penilaian mengenai dampak dari kekuatan-kekuatan yang berasal dari lingkungan terhadap isi kebijakan publik, analisis mengenai akibat dari berbagai pernyataan kelembagaan dan proses-proses politik terhadap kebijakan publik; penelitian mendalam mengenai akibat-akibat dari berbagai kebijakan politik pada masyarakat, baik berupa dampak yang diharapkan (direncanakan) maupun dampak yang tidak diharapkan [7: Solichin Abdul Wahab, 2004, Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 11-12]

Kedua, Strategi peranan BKM yang dikemukakan oleh Soetomo, yaitu; BKM diproyeksikan sebagai institusi lokal yang dibentuk melalui program PNPM dan di desain sebagai institusi sukarela[footnoteRef:8]. Dimana, badan kemasyarakatan ini bertujuan sebagai lembaga pimpinan kolektif, sekaligus sebagai motor penggerak penumbuhan kembali capital social seperti antara lain solidaritas, kesatuan, gotong royong, representatif dan sebagainya[footnoteRef:9]. Selanjutnya, peran dan fungsi secara umum, dikategorikan oleh Soetomo meliputi dua hal[footnoteRef:10], berupa, pertama, fungsi ke dalam yaitu BKM sebagai media partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan sejak perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.Kedua, fungsi ke luar yaitu BKM sebagai representasi masyarakat lokal dalam menjalin hubungan kerjasama dengan para stakeholder. [8: Soetomo, 2011, Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 172] [9: Lihat di PNPM Mandiri Perkotaan, 2007, Pedoman Teknis Tinjauah Partisipatif, Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Direktoral Jenderal Cipta Karya, hlm. 02] [10: Soetomo, Op.cit]

Ketiga, Konsep kemiskinan menurut Friedman dideskripsikan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis keuangan sosial.Basis keuangan sosial merupakan modal yang produktif atau aset, sumber-sumber keuangan, organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan, keterampilan yang menandai informasi yang berguna[footnoteRef:11]. [11: Lihat di Friedman dalam Efendi, dkk, 2012, Demokrasi Ekonomi.Malang: Averroes Press, hlm. 75]

Sedangkan menurut Soedarsono, kemiskinan dipaparkan sebagai struktur tingkat hidup yang rendah, mencapai tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang disbanding dengan standard hidup yang umumnya berlaku dalam masyarakat[footnoteRef:12].Standard hidup yang rendah tersebut bisa tercermin dari tingkat kesehatan, moral, dan rendahnya rasa harga diri. [12: Soedarsono, 2000, dalam SafiI, 2011, Ampih Miskin, Malang: Averroes Press]

Lebih lanjut, standar kemiskinan, berdasarkan perhitungan Maret 2010, perspektif Badan Pusat Statistik (BPS) adalah dimana kondisi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kondisi ini tidak hanya dilihat dari pendapatan masyarakat itu sendiri melainkan juga merupakan kombinasi dari bantuan pihak lain termasuk yang dari pemerintah[footnoteRef:13]. Dimana, standard kemiskinan adalah sebesar Rp. 211.000,- yang digunakan per Maret 2010. Hal ini berbeda dengan Garis Kemiskinan periode Maret-September 2013 mengalami kenaikan 7,85 persen dengan catatan jika pada Maret Garis Kemiskinan berada di level Rp271.626 per kapita per bulan, maka periode September 2013 (6 bulan kemudian) Garis Kemiskinan tersebut justru naik menjadi Rp292.951 per kapita per bulan. Dari data diketahui bahwa 84 persen rakyat Indonesia cuma bisa belanja di bawah Rp1 juta per bulan dan terdapat setidaknya 181 daerah tertinggal.Bahkan yang memiriskan, masih ada yang hanya bisa membelanjakan penghasilannya di bawah Rp500 ribu per bulan[footnoteRef:14]. [13: Lihat di BPS: Standar Kemiskinan, di http://ekonomi.inilah.com/read/detail/835071/bps-standar-kemiskinan-berpenghasilan-rp211-rb-per-bulan, 10 April 2015] [14: lihat di BPS : Masih Banyak Orang Miskin di Indonesia, di http://www.linggapos.com/14518_bps-masih-banyak-orang-miskin-di-indonesia, 10April 2015]

Juga, kemiskinan bisa diklasifikasikan menjadi empat macam kemiskinan[footnoteRef:15], berupa, pertama, kemiskinan absolut yaitu keadaai masyarakat yang taraf hidupnya tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar (makanan dan non makanan).Kedua, kemiskinan relative yaitu distribusi atau pembagian pendapatan nasional diantara lapisan masyarakat yang satu dengan yang lainnya.Ketiga, kemiskinan struktural yaitu pola pikir sumber daya produksi yang berbeda dari struktur masyarakat tertentu. Dan, keempat, kemiskinan sosial-budaya berupa nilai-nilai budaya yang dianut masyarakat berlainan satu sama lain. [15: Abdrachim, 2009, Kemiskinan dan Penganguran, Jakarta: Nobel Edumedia, hlm. 58]

2.2 Penelitian TerdahuluPenelitian ini dilakukan dengan melakukan tinjauan pustaka pada penelitian dengan judul Upaya Badan Keswadayaan Masyarakat (Bkm) Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi di Kantor Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang) yang disusun oleh Kurnia Wijayati, dkk. Garis besar dari penelitian tersebut, kemiskinan yang mengakar di Indonesia sudah seharusnya untuk disikapi serius dari semua kalangan, terutama di derah urban, solusinya dengan pemberdayaan masyarakat secara sistematis.BKM di Kelurahan Tanjungrejo disinyalir sebagai mediator dan fasilitator untuk masyarakat lebih berdaya, penguat kelembagaan dengan pengembangan sumber daya manusia berupa pelatihan-pelatihan yang telah diberikan, sekaligus memperkuat kordinasi internal-eksternal.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis PenelitianDalam penelitian lebih pengamatan terhadap kondisi yang terjadi di Kelurahan Merjosari dengan menggunakan jenis penelitian deskrtiptif-kualitatif, yakni dengan mengemukakan hasil temuan, menafsirkan, dan menganalisa kembali sumber data yang ada[footnoteRef:16].Penelitian ini berjenis deskriptif karena penelitian ini bermaksud memberikan gambaran faktual dan akurat secara sistematis mengenai peranan dan kinerja dari BKM di Kelurahan Merjosari. Kerja penelitian tentu tidak hanya memberikan gambaran belaka mengenai fenomena-fenomena yang kami teliti, melainkan juga kami berusaha menerangkan hal-hal yang terkait dengan kenapa atau bagaimana serta sejauh apa dampak perubahan yang dihasilkan dari kerja kolektif BKM ini. Oleh karena itu, setelah memperoleh gambaran kondisi di lapangan, baik itu faktor mediator, fasilitator, dan proses penerapan kebijakan dalam upaya menciptakan masyarakat yang mandiri bisa kemudian dipertanggungjawabkan secara ilmiah. [16: Winarno Suramad, 1980, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, hlm. 132]

3.2 Lokasi PenelitianRuang lingkup atau lokasi penelitian ini yaitu terfokus di daerah Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang untuk mengobservasi data kepada pihak informan secara langsung, baik itu pengelola BKM atau pun kepada masyarakat setempat guna memperoleh validitas data yang diharapkan.

3.3 Teknik Pengumpulan DataDalam hal teknik pengumpulan data pada penelitian ini, kami dapatkan dengan beberapa cara, meliputi:1. Metode interviewJenis metode ini berupa pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara dengan orang-orang tertentu dengan bentuk pertanyaan yang berkenaan dengan tema yang diinginkan[footnoteRef:17]. Sedangkan wawancara yang digunakan berupa wawancara tidak terstruktur, akan tetapi tetap mengacu pada pedoman wawancara yang membuat topik utama yang akan dibahas[footnoteRef:18] [17: Komaruddin, 1987, Metode Penulisan Skripsi dan Tesis, Bandung: Aksara, hlm. 113] [18: Suharsimi Arikunto, 1993, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 145]

2. Metode ObservasiObservasi model ini berupa studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, dan terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencakup fenomena satu atau sekelompok orang dalam kompleks kehidupan sehari-hari[footnoteRef:19] sehingga akurasi data bisa pertanggung jawabkan. [19: Lihat Pengertian Observasi di http://www.pojokpedia.com/pengertian-observasi-dalam-metode-penelitian-kualitatif, 10 April 2015]

3.4 Teknik Analisa DataDalam Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan, dalam penelitian ini kami mengggunakan teknik analisis data penelitian kualtatif yang dicetuskan oleh Marshall dan Rossman[footnoteRef:20], diantaranya: [20: Lihat Lexy Moleong, 2004, dalam Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 162]

1. Mengorganisasikan Data Peneliti mendapatkan langsung dari subjek melalui wawancara mendalam, dengan pola pembedaan antara data pokok dengan data penunjang.Data pokok diperoleh dari sumber yang kompeten secara langsung baik personifikasi maupun kelompok. Sementara data penunjang diperoleh dari sumber yang tidak terlibat langsung akan tetapi mengetahui terhadap data yang diperlukan.

2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden.Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya.

3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada di lapangan.

3.5 Keabsahan DataDalam keabsahan data, menyangkut pada kecermatan proses pengukuran. Suatu alat ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut[footnoteRef:21]. Keabsahan data yang dimaksud berkaitan erat dengan prosedur yang digunakan dalan analisis data.Triangulasi data dan Triangulasi sumber menjadi pilihan kami dalam penelitian ini. Sedangkan triangulasi, dalam penelitian ini adalah cara pengumpulan data ganda yang antara lain berupa pengamatan, wawancara dan analisis dokumen secara berkala dan tersistematis guna keajegan dan komprehensifitas data yang memadai. [21: Cokroaminoto, Keabsahan Data Penelitian Kualitatif, 2011, di, http://www.menulisproposalpenelitian.com, 10 April 2015]

BAB IVTEMUAN PENELITIAN

Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta aturan main (termasuk sanksi) secara demokratis-partisipatif mengenai halhal yang berhubungan dengan penanggulangan kemiskinan, serta mengorganisasi masyarakat untuk merumuskan visi,misi, rencana strategis, dan rencana Program penanggulangan kemiskinan (Pronangkis) dengan mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif dari mulai tahap identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan hingga monitoring evaluasi menjadi esensi tersendiri dari tujuan dibentuknya BKM. Mengorganisir dan menumbuhkan peran serta masyarakat untuk menanggulangi kemisikinan di tingkat kelurahan secara tersistematis.Lebih lanjut, dari referensi yang kami dapat di Kantor Kelurahan Merjosari (05/04/2015), disebutkan, BKM Merjosari merupakan organisasi yang dibentuk oleh masyarakat atas dasar kebutuhan bersama dalam memecahkan permasalahan yang ada terkait dengan permasalahan kemiskinan secara terorganisasi dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan khusunya bagi masyarakat Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Sesuai dengan konsep Tridaya dari PNPM, maka kegiatan penanggulangan kemiskinan meliputi kegiatan sosial, kegiatan ekonomi dan kegiatan lingkungan.Pola kepemimpinan BKM adalah kolektif kolegial, yaitu model kepemimpinan dengan mensejajarkan kedudukan dan kewenangan diantara sesama anggota BKM, serta meniadakan hak-hak istimewa atau otoritas khusus didalamnya, sehingga pengurus kolektif kolegial BKM sering disebut PK BKM. Dalam operasional harian, PK BKM mengangkat seorang koordinator, yang berfungsi sebagai pengendali dan pengawal kegiatan-kegiatan harian BKM.Untuk membantu kelancaran tugas, PK BKM membentuk kesekretariatan, sedangkan kebijakan-kebijakan yang direkomendasikan oleh PK BKM dijalankan oleh Unit-unit Pengelola yang terdiri dari : Unit Pengelola Sosial, (UPS) Unit Pengelola Ekonomi (UPK) dan Unit pengelola Lingkungan (UPL).

4. 4.5 4.1 Memberdayakan Modal SosialMembincang penguatan modal sosial tidak hanya dianggap sebagai pengembangan jaringan hubungan (fisik) antara komponen kepercayaan (trust), jaringan hubungan kerja (network), dan kerja sama (coorporation), sebagaimana banyak dikemukakan oleh kalangan pakar ekonomi di negara maju. Hal ini dinilai masih relatif superfisial dan belum menyentuh langsung akar atau inti dari penguatan modal sosial itu sendiri. Inti modal sosial adalah nilai-nilai budaya. Penguatan modal sosial perlu diawali dari penguatan nilai-nilai budaya setempat. Selain nilai-nilai budaya, elemen modal sosial yang dinilai penting dikembangkan dalam pemberdayaan masyarakat pedesaan, yang tentunya dengan kondisi seperti ini, masyarakat yang representatif dan gotong royong dalam pengentasan kemiskinan secara terorganisir lebih dimantangkan guna menekan angka kemiskinan di tingkat kelurahan. Selain itu, elemen modal sosial yang dinilai penting yaitu berupa pemberdayaan masyarakat pedesaan yang sering disebut SDM atau human capital, menejemen sosial dan keorganisasian masyarakat madani yang kuat, struktur sosial yang tidak timpang, kepemimpinan lokal yang kuat, sistem moral dan hukum yang kuat, dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Dari sini, dari pengamatan yang kami lakukan (01-04/04/2015), BKM di Kelurahan Merjosari sebagai penafsiran dari kondisi tersebut. Hal ini dibuktikan bagi masyarakat sekitar, salah satu pendekatan penanganan masalah kemiskinan yang dinilai memberi manfaat lebih kepada masyarakat dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yaitu dengan membangun keberdayaan menuju masyarakat mandiri melalui penguatan lembaga lokal yaitu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Merjosari. BKM adalah lembaga pimpinan bersama suatu organisasi masyarakat disuatu desa atau kelurahan dan berbentuk"dewan atau majelis warga" yang tinggal di desa atau kelurahan tersebut untuk merumuskan kebijakan dan pengambilan keputusan tentang hal-hal yang menyangkut kepentingan warga masyarakat, khususnya yang menyangkut kemiskinan.Dalam jangka panjang BKM membangun modal sosial dengan menumbuhkan kembali nilai-nilai kemanusiaan, ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas serta kesatuan sosial sesama warga agar saling bekerjasama demi kebaikan dan kebutuhan bersama, serta pada saatnya akan memperkuat keswadayaan warga masyarakat.Pada setiap desa dan kelurahan yang menikmati program ini sudah tentu memiliki BKM, dibentuk dan berasal dari masyarakat desa itu sendiri. Dengan tugas dan fungsi yang melekat sudah tentu anggota BKM memahami kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sehingga keputusan yang diambil dalam perencanaan program benar-benar merepresentasikan kehendak rakyat. Seyogyanya, pemerintah pusat memberikan perhatian lebih kepada BKM dan menjadikan perpanjangan tangan dalam implementasi program pengentasan kemiskinan (melalui daerah) yang lain, tidak sebatas pada program PNPM Mandiri.Disisi lain, salah satu tanggung jawab dari BKM di Kelurarah Merjosari ini diantaranya; merumuskan kebijakan serta aturan main secara demokratis mengenai halhal yang berhubungan dengan penanggulangan kemiskinan, mengorganisasi masyarakat untuk merumuskan visi, misi, rencana strategis dan pronangkis, memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusankeputusan yang diambil, mendorong proses pembangunan partisipatif, membuka akses dan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, dan kegiatan UP UP, memfasilitasi usulan program penanggulangan kemiskinan untuk diintegrasikan dengan kebijakan Pemerintah Kelurahan, Kecamatan dan Pemerintah Kota, Mengawal penerapan nilainilai kemanusiaan dan prinsip kemasyarakatan, memverifikasi penilaian yang telah dilaksanakan oleh UPUP, menjamin dan mendorong peran serta berbagai unsur masyarakat, membangun transparansi dan akuntabilitas, serta melaksanakan LPJ Tahunan dan LPJ ahir masa bakti kepengurusan dalam forum Rembug Warga.

4.2 Percepatan Pengentasan KemiskinanAdalah realisasi proses pemberdayaan dalam program pengentasan kemiskinan pada PNPM Mandiri Pedesaan, BKM Merjosarisecara garis besarberupaya melaksanakan kegiatan pembelajaran, pelatihan dan pendampingan oleh fasilitator kelurahan (dengan dibentuknya Unit Pengelola Keuangan, Unit Pengelola Sosial, dan Pengelola Lingkungan sebagai percepatan kemiskinan yang lebih terstruktur dan profesional) dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, pemahaman dan partisipasi warga masyarakat. sehingga dapat menumbuhkan sikap kemandirian masyarakat dalam mengatasi permasalahannya termasuk pembangunan yang diinginkan. Kegiatan pembelajaran dalam rangka pemberdayaan warga miskin dilakukan melalui (1) penciptaan iklim, (2) penguatan potensi dan (3) perlindungan, dengan realisasi sebagai berikut:a. Penciptaan iklim yang memungkinkan berkembangnya nilai-nilai universal kemanusiaan. Untuk keperluan ini dilakukan kegiatan sosialisasi nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan pembangunan berkelanjutan. Nilai-nilai universal kemanusiaan berupa kebersamaan, kejujuran, kerelawanan/keikhlasan, keadilan, kesetaraan, dan kesatuan dalam keragaman, sedangkan prinsip-prinsip kemasyarakatan berupa kegotongroyongan, demokrasi, transparansi dan akuntabilitas. Sosialisasi nilai-nilai dan prinsip tersebut, dipandang penting karena adanya globalisasi menyuburkan berkembangnya nilai dan budaya asing yang mengagungagungkan semangat dan jiwa individualisme sehingga mengakibatkan lunturnya nilai-nilai dan budaya luhur yang merupakan kekayaan dan keunggulan bangsa Indonesia. Dengan adanya sosialisasi untuk menyadarkan kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan prinsip-prinsip kemasyarakatan, diharapkan seluruh warga masyarakat senantiasa menerapkannyadalam berpartisipasi pengentasaan kemiskinan di wilayahnya masing-masing. Kegiatan sosialisasi ditujukan kepada masyarakat miskin, perangkat desa, tokoh masyarakat dan para relawan.Dari sumber yang kami dapat di lapangan, berikut peranan BKM Merjosari ditinjau dari kinerja yang dicanangkan untuk prinsip-prinsip sosial yang disepakati pada rembuk warga di Kelurahan Merjosari:a) PK BKM Merumuskan kebijakan serta aturan main secara demokratis mengenai halhal yang berhubungan dengan penanggulangan kemiskinan Mengorganisasi masyarakat untuk merumuskan visi, misi, rencana strategis dan pronangkis Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan keputusan yang diambil Mendorong proses pembangunan partisipatif Membuka akses dan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, dan kegiatan UP UP Memfasilitasi usulan program penanggulangan kemiskinan untuk diintegrasikan dengan kebijakan Pemerintah Kelurahan, Kecamatan dan Pemerintah Kota Mengawal penerapan nilai nilai kemanusiaan dan prinsip kemasyarakatan Memverifikasi penilaian yang telah dilaksanakan oleh UPUP Menjamin dan mendorong peran serta berbagai unsur masyarakat Membangun transparansi dan akuntabilitas Melaksanakan LPJ Tahunan dan LPJ ahir masa bakti kepengurusan dalam forum Rembug Warga

b) Kesekretariatan Menyusun agenda rapat/pertemuan BKM Membuat dan menyebarkan suarat undangan Bertindak sebagai notulen dalam setiap acara rapat/pertemuan BKM Memberikan laporan hasil notulensi kepada seluruh anggota BKM ataupn pihak lain yang berkepentingan Mencatat administrasi keuangan operasional BKM dan memncatat pengelolaan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) Melaporkan administrasi keuangan kepada BKM secara berkala Pengelola pengaduan masyarakat.

c) Unit-unit Pengelola1. Unit Pengelola Ekonomi (UPK) Bekerjasama dengan BKM untuk menjamin terlaksananya PJM Pronangkis bidang Ekonomi Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM Ekonomi Mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KSM Ekonomi Melakukan pengelolaan keuangan pinjaman bergulir untuk KSM dan administrasi keuangan Menjalin kemitraan (chanelling) dengan pihak-pihak lain yang mendukung program ekonomi UPK

2. Unit Pengelola Sosial (UPS) Bekerjasama dengan BKM untuk menjamin terlaksananya PJM Pronangkis bidang Sosial Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM Mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KSM Membangun/mengembangkan control social masyarakat melalui media warga/infokom Memfasilitasi dan mendorong masyarakat/relawan dalam komunitas Belajar Kelurahan (KBK) Mendorong kepedulian warga dalam kegiatan social seperti santunan, beasiswa, sunatan missal dsb. Menjalin kemitraan (channeling) dengan pihak-pihak lain yang mendukung program social UPS.

3. Unit Pengelola Lingkungan (UPL) Bekerjasama dengan BKM untuk menjamin terlaksananya PJM Pronangkis bidang Lingkungan Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM Mengendalikan kegiatan-kegiatan pembangunan prasarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman yang dilaksanakan oleh KSM Menggali potensi local Menjalin kemitraan (channeling) dengan pihak-pihak lain yang mendukung program social UPL.

b. Penguatan kelembagaan, yang dilakukan melalui proses pembelajaran pembentukan kelembagaan lokal yang berupa Badan Keswadayaan Masyarakatan (BKM) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang mengakar, transparan dan akuntabel. Mengakar dalam pembentukan lembaga dilakukan dengan basis masyarakat terbawah yakni mulai tingkat RT, pedukuhan dan kemudian tingkat desa/kelurahan. Semua warga masyarakat memiliki kesempatan untuk menjadi pengurus, tidak ada pencalonan, dan tidak ada kampanye tetapi justru masyarakat yang mencalonkan orang-orang yang dipercaya, yang memiliki dedikasi, kejujuran, dan kepedulian terhadap kemiskinan pada komunitasnya. Transparan dalam arti aturan, terbuka untuk semua warga, aturan tata-tertib disosialisasikan Akuntabel dalam arti segala kegiatan dan keuangan diadministrasikan secara tertib, dipertanggungjawabkan dan dilaporkan secara luas kepada masyarakat serta pembukuan diaudit oleh akuntan publik. Untuk keperluan pembentukan kelembagaan lokal, masyarakat dibimbing oleh faskel menyusun tata-tertib, pengenalan nilai universal kemasyarakatan yang berupa demokrasi, partisipasi, transparansi, dan desentralisasi, persyaratan anggota kelembagaan, dan dasar-dasar pelaksanaan pembentukan kelembagaan. Selain itu dalam pembentukan kelembagaan lokal tidak boleh meninggalkan nilai universal kemanusiaan. Pelaksanaan pembentukan lembaga lokal (BKM dan KSM) sepenuhnya diserahkan kepada warga masyarakat, sehingga masyarakat diberi kepercayaan dan kebebasan sepenuhnya. Dengan kata lain masyarakat memiliki otonomi dalam pembentukan kelembagaan lokal sepanjang sesuai dengan prosedur dan nilai-nilai universal kemasyarakatan. Hal ini dibuktikan dengan pembentukan kepengengurusan BKM Merjosari dengan bersifat kolektif kolegial dengan harapan dengan mensejajarkan kedudukan dan kewenangan diantara sesama anggota BKM, serta meniadakan hak-hak istimewa atau otoritas khusus didalamnya, sehingga pengurus kolektif kolegial BKM sering disebut PK BKM. Dalam operasional harian, PK BKM mengangkat seorang koordinator, yang berfungsi sebagai pengendali dan pengawal kegiatan-kegiatan harian BKM dengan struktur sebagai berikut:

Koordinator: Suryo T HarjantoAnggota:1. Budi Prayitno (RW. 07)2. Mardiono (RW. 11)3. Masrokatin (RW. 04)4. Miftahul Jannah(RW. 02)5. Muntikan (RW. 06)6. Mujtahid (RW. 03)7. Mukandar (RW. 08)8. Muthmainnah (RW. 10)9. Riwayanto (RW. 01)10. Sigit (RW. 12)11. Suryadi (RW. 05)12. Sutomo (RW. 09)Kesekretariatan : Moch. Syaiful Rizal (RW. 10)Unit Pengelola Ekonomi: Dyah Mursidah (RW. 10)Unit Pengelola Sosial: Eko(RW. 09)Unit Pengelola Lingkungan: Sahri Wiyoto(RW. 05)Adapun struktur Organisasi BKM MERJOSARI adalah sebagai berikut :

c. Penguatan potensi dan daya yang dimiliki, berupa pemberian bantuan dana, peningkatan SDM, pembangunan sarana prasarana yang tergabung dalam pembelajaran pembangunan tridaya, yakni pembangunan bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Penguatan potensi ini dimaksudkan sebagai stimulan sebagai sarana untuk menggerakkandan meningkatkan partisipasi warga. Pembangunan tridaya merupakan salah satu penjabaran dari programprogram pembangunan pada PJM Pronangkis sesuai dengan prioritas kebutuhan. Pembangunan bidang ekonomi berupa pinjaman modal bergulir yang diperuntukkan bagi warga miskin yang memiliki usaha yang tercatat dalam Pemetaan Swadaya (PS) dan tergabung dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Besarnya pinjaman didasarkan atas verifikasi dan hasil musyawarah BKM, dengan bunga 1 1/5% per bulan dengan jangka waktu 12 bulan sedangkan angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama. Pembangunan sosial berupa kegiatan peningkatan sumber daya manusia berupa pelatihan keterampilan, kewirausahaan, manajemen bagi warga miskin dan pemberian bea siswa anak dari warga miskin. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan sekaligus membuka peluang usaha bagi warga miskin maupun mengembangkan usahanya. Pembangunan lingkungan, berupa pembangunan sarana dan prasarana dasar lingkungan antara lain pembangunan di bidang kebersihan dan kesehatan (MCK, saluran air limbah, kandang kelompok), pembangunan sumur air bersih, pemugaran rumah layak huni (rumah sehat), pembangunan jalan (pengerasan, pengaspalan), pembangunan saluran irigasi, jembatan dan pembangunansarana pemasaran (pasar dan pertokoan).d. Perlindungan, yakni pembelajaranpenyusunan program yang sesuaikebutuhan, permasalahan dan potensiwarga miskin. Warga miskin diberikanpembelajaran penyusunanProgram Jangka Menengah ProgranPengentasan Kemiskinan (PJM-Pronangkis).Untuk keperluan penyusunanPJM Pronangkis, bimbingandan pengarahan dilakukan pada pertemuanyang dihadiri para wargamiskin, kaum perempuan, tokoh masyarakat,para relawan serta paraanggota BKM. Pada pertemuan tersebutpara warga miskin dibimbingbelajar mengenali potensi serta permasalahanyang dihadapi, untukselanjutnya atas dasar musyawarahsecara bersama menyusun programkegiatan untuk jangka waktu satuhingga tiga tahun, yang meliputipembangunan di bidang ekonomi,sosial dan lingkungan, untuk selanjutnyadituangkan dalam PembangunanJangka Menengah ProgramPenanggulangan Kemiskinan (PJMPronangkis). Penyusunan PJM Pronangkisdikoordinasikan oleh BKMdan dalam pelaksanaannya tetapmempertimbangkan nilia-nilai universalkemanusiaan. Dengan disusunnyaPJM Pronangkis maka adakepastian bahwa kegiatan pembangunanbenar-benar berpihak padawarga miskin (pro-poor policy),diarahkan untuk membantu pengentasankemiskinan.

4.3 Upaya Konsolidasi Masyarakat Terhadap Pengentasan Kemiskinan

Penggerak dan penumbuh kembali nilainilai luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan serta nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan nyata masyarakat, penggerak proses pengembangan aturan dan kode etik dalam penanggulangan kemiskinan, penggerak proses pengambilan keputusan dan kebijakan yang adil, jujur, transaparan, akuntabel dan demokratis dalam penanggulangan kemiskinan, pengendali dan kontrol sosial terhadap proses pembangunan, motor penggerak dan mediasi aspirasi dan partisipasi masyarakat, wadah informasi dan komunikasi bagi masyarakat kelurahan, penggerak advokasi integrasi kebutuhan dan program masyarakat dengan kebijakan dan program pemerintah setempat, serta mitra kerja pemerintah desa/ kelurahan dalam upaya penanggulangan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan dan peningkatan kapasitas masyarakat merupakan revitalisasi masyarakat yang konslolidatif di Kelurahan Merjosari dengan harapan asas kekeluargaan dan terus membenahi keadaan sosial ke depan lebih baik, khususnya dengan pengentasan kemiskinan secara kontinuitas dan pemberdayaan masyarakat Merjosari secara representatif.Adapun kinerja dari BKM Merjosari sendiri selama dua tahun terakhir yang kami dapat yaitu:

BAB VANALISA TEORITIK

Strategi penanggulangan kemiskinan seyogyanya dilakukan melalui perubahan perilaku masyarakat, yakni dengan pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan penguatan kapasitas untuk mengedepankan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakat. Hal ini sesuai dengan pengertian pemberdayaan masyarakat yang dikemukakan oleh Tim Pengendali PNPM Mandiri, sebagai upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraanya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. (Tim Pengendali, 2007: 11)Sementara itu, Deepa Narayan, memberikan pengertian pemberdayaan lebih luas dibandingkan dengan apa yang disampaikan oleh Tim Pengendali PNPM Mandiri. Deepa Narayan memberikan pengertian pemberdayaan sebagai berikut: Empowerment is the expansion of assets and capabilities of poor people to participate in, negotiate with, influence, control, and hold accountable institutions that affect their lives (Deepa Narayan, 2002 : 14)Dari pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan dan penguatan aset dan potensi masyarakat miskin agar mampu berpartisipasi dalam mengendalikan dan memperkuat kelembagaan masyarakat agar mampu mewujudkan kemajuan dan kemandirian. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat merupakan upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Oleh sebab itu, pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui tiga jalur: (1) menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling), (2) penguatan potensi dan daya yang dimiliki masyarakat (empowering), serta (3) upaya melindungi (protecting) (Sumodiningrat, 1999 : 133 - 134).Sekaligus, standarisasi kemiskinan, pemberdayaan masyarakat yang mandiri, juga kucuran dana untuk kegiatan-kegiatan swadaya masyarakat sudah seharusnya mendapatkan perhatian sebagai upaya penekanan angka kemiskinan di Indonesia.Sebab, permasalahan kemiskinan bersifat multi dimensional dan semakin disadari tidak hanya sekedar masalah ekonomi-keuangan yang berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh pendapatan maupun kemampuan membeli barang dan jasa (pengeluaran). Sebagaimana dijelaskan oleh Paul Shaffer (2008), perkembangan pemikiran dan perhatian terhadap aspek kemiskinan menunjukkan perubahan mendasar dimana konsep kemiskinan semakin luas (bukan hanyaphysiological deprivations, namun hingga mencakup social deprivations), penyebab kemiskinan semakin luas (termasuk sosial, politik, budaya, kekerasan dan sumber daya alam), dan fokus kemiskinan semakin dalam (mencakup hingga strategi perlindungan sosial, mitigasi dan pengurangan resiko).Lebih lanjut, dari sisi anggaran, selama ini anggaran untuk penanggulangankemiskinan jumlahnya amat besar, namun penduduk miskin yangberhasil diturunkan sangat kecil. Untuk itu, sebagian pengamat menilai pemerintah gagal menurunkanangka kemiskinan (Koalisi;2012 Hal.10) Penyebabnya adalahPertama, Program yang didesain pemerintah bersifat karikatif,ad-hocdan sebagian habis untuk biaya administrasi.Program PNPM tidak banyak membantu masyarakat meningkatkan keberdayaan secaraekonomi maupun sosial.Kedua, angka yang dipatok pemerintah untukmendefinisikan penduduk miskin sangat rendah, Rp. 248.707 ribu padatahun 2012.Angka ini jelas terlalu rendah karena jika dihitung per harirata-rata hanya Rp. 8.290.Pemerintah mengklaim pelaksanaan program penanggulangankemiskinan yang dilakukan sejak tahun 1998 sampai saat ini, secaraumum mampu menurunkan angka kemiskinan Indonesia yangberjumlah 47,97 juta atau sekitar 23,43% pada tahun 1999 menjadi30,02 juta atau sekitar 12,49 % pada tahun 2011(www.tnp2k.go.id) Jikadilihat dari tingkat efektifitas anggaran dan realisasi program, ternyata5 tahun kinerja pemerintah dalam pengentasan kemiskinan sama sekali tidak efektif sehingga peningkatan alokasi anggaran yang dilakukansia-sia. Tahun 2005 anggaran kemiskinan baru mencapai 23 Triliunlalu ditingkatkan 3 kali lipat menjadi Rp 70 Triliun pada tahun 2008. Namun,hanya berhasil menurunkan angka kemiskinan kurang dari1%, dari 15,97% tahun 2005 menjadi 15% tahun 2008 (SeknasFitra;2009, hal 18). Ini membuktikan, program-program kemiskinanyang tersebar di berbagai kementerian/lembaga dan tersentralisasidi Pemerintah Pusat dalam bentuk dana dekonsentrasi terbukti tidakefektif mengatasi persoalan kemiskinan karena tidak disertaipoliticalwilldan kesungguh-sungguhan dari pemerintah.Jadi, ketika peranan pemerintah masing dipermasalahkan, hemat kami, maka berangkat dari kesadaran masyarakatlah yang seharusnya mempunyai inisiatif untuk menggerakkan roda perekonomian di wilayahnya masing-masing untuk bisa menjadi masyarakat yang peduli terhadap ekonomi sosial yang lebih mandiri dan berkeadilan. Sehingga, dibentuknya BKM di Kelurahan Merjosari setidaknya menjadi suatu lembaga yang berasazkan ekonomi kekeluargaan ini, bisa menjadi barometer dan pendongkrak kreatifitas masyarakat Merjosari yang lebih kritis-representatif dalam masalah keadilan sosial dan kemandirian perekonomian di tingkat kelurahan.

BAB VIPENUTUP

Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa, pertama, mencermati tingkat dan jumlah kemiskinan yang bervariasi di masing-masing Provinsi/daerah, maka efektivitas program pengentasan kemiskinan tidak dapat lepas dari peranan aktif Pemerintah di daerah urban, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota terlebih Perangkat Desa. Secara konseptual Strategi Pengentasan Kemiskinan Nasional (NationalPoverty Reduction Strategy) adalah penting namun tidak mencukupi. Diperlukan partisipasi aktif dari Pemerintah Daerah dan Masyarakat untuk mempertajam program dan target penerima sasaran melalui Strategi Pengentasan Kemiskinan Daerah (SPKD) maupun dengan pemberdayaan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang mencakup inisiatif dan kearifan lokal.Kedua, dibentuknya BKM diharapkan mampu menjadi lembaga pimpinan kolektif, sekaligus sebagai motor penggerak penumbuhan kembali capital social seperti antara lain solidaritas, kesatuan, gotong royong, representatif dan sebagainyab yang selanjutnya berperan dan berfungsi berupa, pertama, fungsi ke dalam yaitu BKM sebagai media partisipasi masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan sejak perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kedua, fungsi ke luar yaitu BKM sebagai representasi masyarakat local dalam menjalin hubungan kerjasama dengan para stakeholderdemi terus menggiring masyarakat untuk peduli terhadap keadaan sosial ekonomi di sekitarnya.Ketiga, BKM Merjosari merupakan organisasi yang dibentuk oleh masyarakat atas dasar kebutuhan bersama dalam memecahkan permasalahan yang ada terkait dengan permasalahan kemiskinan secara terorganisasi dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan khusunya bagi masyarakat Kelurahan Merjosari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Sesuai dengan konsep Tridaya dari PNPM, maka kegiatan penanggulangan kemiskinan meliputi kegiatan sosial, kegiatan ekonomi dan kegiatan lingkungan.Sedangkan, pola kepemimpinan BKM adalah kolektif kolegial, yaitu model kepemimpinan dengan mensejajarkan kedudukan dan kewenangan diantara sesama anggota BKM, serta meniadakan hak-hak istimewa atau otoritas khusus didalamnya, sehingga pengurus kolektif kolegial BKM sering disebut PK BKM. Dalam operasional harian, PK BKM mengangkat seorang koordinator, yang berfungsi sebagai pengendali dan pengawal kegiatan-kegiatan harian BKM. Hal ini diproyeksikan sebagai percepatan pengentasan kemiskinan di tingkat kelurahan Merjosari dan upaya akselerasi masyarakat yang berkemandirian dalam ekonomi dan berkearifan lokal dalam sosial.Alhasil, membincang formulasi pengentasan kemiskinan yang efektif, maka diperlukan kesadaran yang tinggi dari masyarakat itu sendiri dengan tidak melupakan peranan pemerintah setempat sebagai penyedia bahan bakar agar terjadi kesinambungan dari keinginan masyarakat dan fasilitas dari pemerintah demi maksimalisasi daerah urban yang adil-makmur secara kontinuitas. Waallahu alam.DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdrachim. 2009. Kemiskinan dan Penganguran. Jakarta: Nobel Edumedia

Abdul Wahab, Solichin. 2004. Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Efendi, dkk. 2012. Demokrasi Ekonomi. Malang: Averroes Press

Komaruddin.1987. Metode Penulisan Skripsi dan Tesis.Bandung: Aksara

Moleong, Lexy. 2004. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Narayan, Deepa. 2002. Empowerment and Poverty Reduction: A Source book. Washington DC: TheWorld Bank.

PNPM Mandiri Perkotaan. 2007. Pedoman Teknis Tinjauah Partisipatif. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum Direktoral Jenderal Cipta Karya

SafiI. 2011. Ampih Miskin. Malang: Averroes Press

Soetomo. 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Jakarta: GramediaPustaka Utama.

Suramad, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito

Tim Pengendali PNPM Mandiri. 2007.Pedoman Umum. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta:Kementerian Koordinator BidangKesejahteraan Sosial.

Internet

http://www.tnp2k.go.id/http://www.beritajatim.com/http://www.ekonomi.inilah.com/http://www.linggapos.com/http://www.malang-post.com/http://www.mediacenter.malangkota.go.id/http://www.menulisproposalpenelitian.com/http://www.pojokpedia.com/