Uraian Singkat Tentang PPAT

29
BAB I PENDAHULUAN Pejabat Pembuat Akta Tanah dikenal sejak berlakunya Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah sebagai peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (dikenal dengan UUPA), walaupun tidak disebutkan secara eksplisit dengan nama Pejabat Pembuat Akta Tanah tetapi hanya disebut sebagai Pejabat. Namun jika melihat cakupan kewenangan dari Pejabat yang ditentukan dalam peraturan pemerintah tersebut semuanya terkait dengan perbuatan hukum mengenai tanah, sehingga dapat ditafsirkan bahwa Pejabat yang dimaksud adalah Pejabat yang betugas dan berwenang membuat akta tanah atas perbuatan hukum tertentu mengenai tanah yang bersangkutan. Kedudukan Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk akta- akta yang dilahirkannya, bentuk dan blangko aktanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kegiatan pendaftaran tanah sebagaimana sejak semula telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dikenal dengan istilah “pejabat” dengan lingkup kewenangan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19. 1

Transcript of Uraian Singkat Tentang PPAT

BAB IPENDAHULUAN

Pejabat Pembuat Akta Tanah dikenal sejak berlakunya Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah sebagai peraturan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (dikenal dengan UUPA), walaupun tidak disebutkan secara eksplisit dengan nama Pejabat Pembuat Akta Tanah tetapi hanya disebut sebagai Pejabat. Namun jika melihat cakupan kewenangan dari Pejabat yang ditentukan dalam peraturan pemerintah tersebut semuanya terkait dengan perbuatan hukum mengenai tanah, sehingga dapat ditafsirkan bahwa Pejabat yang dimaksud adalah Pejabat yang betugas dan berwenang membuat akta tanah atas perbuatan hukum tertentu mengenai tanah yang bersangkutan.Kedudukan Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk akta-akta yang dilahirkannya, bentuk dan blangko aktanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kegiatan pendaftaran tanah sebagaimana sejak semula telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut dikenal dengan istilah pejabat dengan lingkup kewenangan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 19.Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah (selanjutnya disingkat Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961) yang mengatur mengenai Pejabat, yaitu:1) Pasal 19: Setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan, harus dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan di hadapanPejabatyang ditunjuk oleh Menteri Agraria (selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini disebut sebagai Pejabat). Akta tersebut bentuknya ditetapkan oleh Menteri Agraria.2) Pasal 38: Pejabatyang dimaksud dalam Pasal 19 wajib menyelenggarakan suatu daftar dari akta-akta yang dibuatnya, menurut bentuk yang ditetapkan oleh Menteri Agraria serta wajib pula menyimpan asli akta-akta yang dibuatnya.Begitupun juga dalam Peraturan Pemerintah No.24/1997 yang merupakan pengganti dari Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 dalam pasal 37 menegaskan setiap perbuatan hukum pemindahan atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akte Pejabat Pembuat Akta Tanah. Menyadari akan pentingnya keberadaan Pejabat Pembuat Akta dalam pendaftaran tanah serta potensi Pejabat Pembuat Akta Tanah yang cukup besar dalam bidang pelayanan masyarakat dan peningkatan sumber penerimaan Negara yang kemudian akan merupakaan pendorong ntuk peningkatan pembangunan nasional maka pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah. Adapun tugas pokok Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah melakasanaka sebagian kegiatan pendaftaran tanah yang merupakan program pemerintah (BPN RI) dengan membuat akta sebagai bukti telah dilaksanakan perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah, hak milik atas satuan rumah susun yang akan dijadikan syarat mutlak bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh prbuatan itu. Berkait dengan itu maka penulis akan menulis makalah ini dengan judul PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH SEBAGAI MITRA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN RI), yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti program pendidikan khusus PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH di SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL di Yogyakarta.

BAB IIPOKOK BAHASAN

A. Uraian Singkat Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah 1. Dasar Hukum Pejabat Pembuat Akta Tanah a. Undang-Undang No.5 Tahun 19601) Ketentuan hukum tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah yang diatur dalam Undang-Undang yaitu Pasal 19 Undang-Undang yang menyatakan bahwa :2) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.3) Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 Pasal ini meliputi :a) Pengukuran, perpetaan dan pembukaan tanah;b) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;c) Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.4) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan Masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomis serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.5) Dalam Peraturan pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.b. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961, juga menyebut Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai pejabat umum, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 24: Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut Pejabat Pembuat Akta Tanah adalahpejabat umumyang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta tanah tertentu.c. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disingkat Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998) menegaskan kembali bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai pejabat umum sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1 bahwa yang dimaksud dengan Pejabat Pembuat Akta Tanah adalahpejabat umumyang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas Satuan Rumah Susun.2. Pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah Dalam pengelolaan bidang pertanahan di Indonesia, terutama dalam kegiatan pendaftaran tanah, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), merupakan pejabat umum yang menjadi mitra instansi BPN guna membantu menguatkan/mengukuhkan setiap perbuatan hukum atas bidang tanah yang dilakukan oleh subyek hak yang bersangkutan yang dituangkan dalam suatu akta otentik.Pasal 1 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 menyebutkan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah dan satuan rumah susun. Pejabat Pembuat Akta Tanah memang pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik sejauh pembuatan akta tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. Akta otentik yang dimaksud menurut Pasal 1868 KUH Perdata adalah : suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang ditetapkan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapkan pejabat umum yang berkuasa untuk di tempat di mana akta dibuatnya.1. Pengangkatan dan Penunjukan Pejabat Pembuat Akta Tanah . a. Pengangkatan Pejabat Pembuat Akta TanahPengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah diatur dalam dalam Pasal 11 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006. menyebutkan bahwa :1) Pejabat Pembuat Akta Tanah diangkat oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional.2) Untuk dapat diangkat sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang bersangkutan harus lulus ujian Pejabat Pembuat Akta Tanah yang diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.3) Ujian Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan untuk mengisi formasi Pejabat Pembuat Akta Tanah di kabupaten/kota yang formasi Pejabat Pembuat Akta Tanah-nya belum terpenuhi.b. Penunjukkan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara. Pasal 18 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.6 Thn 2006 bahwa:1) Dalam hal tertentu Kepala Badan dapat menunjuk Camat dan/atau Kepala Desa karena jabatannya sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara;2) Sebelum Camat dan/atau Keepala Desa ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara, yang bersangkutan wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang diselenggarakan oleh Badan Petanahan Nasional Republik Indonesia yang penyelenggaraannya dapat bekerja sama dengan organisasi profesi Pejabat Pembuat Akta Tanah.3) Kewajiban mengikuti pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikecualikan bagi Camat dan/atau Kepala Desa yang akan ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara, apabila di daerah kabupaten/kota yang bersangkutan belum ada Pejabat Pembuat Akta Tanah.4) Pendidikan dan Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimaksudkan untuk menambah kemampuan Pejabat Pembuat Akta Tanah sementara dalam melaksanakan tugas jabatannya.c.Penunjukan Pejabat Pembuat Akta Khusus. Penunjukan Pejabat Pembuat Akta Khusus menjadi wewenang sepenuhnya dari Kepala Badan Pertanahan Nasional seperti yg diatur dalam pasal 21 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No; 1 Thn 2006.Dimana dalam Pewnunjukan ini Badan Pertanahan Nasional mulai Tahun 2013 telah meembuka Program Pendidikan Khusus PPAT pada Sekolah Tinggi Pertanahan Nasionnal Yogyakarta. 4. Pemberhentian Pejabat Pembuat Akta Tanah Didalam Pasal 8 Peraturan Pemerintah No.37/1998, disebutkan Pejabat Pembuat Akta Tanah berhenti menjabat karena :a) Meninggal dunia; ataub) Telah mencapai usia 65 (enam puluh lima) tahun; atauc) Diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan tempat kedudukan di Kabupaten/Kota Daerah Tingkat II yang lain daripada daerah kerjanya sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah; ataud) Diberhentikan oleh Menteri.5. Tugas dan Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah a. Tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah Tugas pokok dan kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah diatur dalam Pasal 2 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006, bahwa:(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilaksanakannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.(2) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:(a) jual beli; (b) tukar menukar; (c) hibah;(d) pemasukan ke dalam perusahaan tertentu;(e) pembagian hak bersama;(f) pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak Milik;(g) pemberian Hak Tanggungan;(h) pemberian Kuasa memberikan Hak Tanggungan.b. Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 menyatakan bahwa : Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Pejabat Pembuat Akta Tanah mempunyai kewenangan membuat akta otentik mengenai semua perbuatan hukumsebagaimana telah disebutkan di atas, mengenai hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah kerjanya. Pejabat Pembuat Akta Tanah Khusus hanya berwenang membuat Akta mengenai perbuatan hukum yang disebut secara khusus penunjukannyaPasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 menegaskan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah hanya berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas satuan Rumah Susun yang terletak di wilayah kerjanya. Pengecualian dari Pasal 4 ayat (1) ditentukan dalam ayat (2), yaitu untuk akta tukar menukar, akta pemasukan dalam perusahaan (inbreng) dan akta pembagian hak bersama mengenai beberapa hak atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang tidak semuanya terletak di dalam daerah kerja seseorang Pejabat Pembuat Akta Tanah, dapat dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah yang daerah kerjanya meliputi salah satu bidang tanah atau satuan rumah susun yang haknya menjadi obyek perbuatan hukum.Pasal 3 Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2006, menyatakan kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah : Ayat (1) menyatakan Pejabat Pembuat Akta Tanah mempunyai kewenangan membuat akta tanah yang merupakan akta otentik mengenai semua perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) mengenai hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun yang terletak dalam daerah kerjanya. Ayat (2) menyatakan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara mempunyai kewenangan membuat akta tanah yang merupakan akta otentik mengenai semua perbuatan hukum sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) mengenai hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun dengan daerah kerja di dalam wilayah kerja jabatannya. Ayat (3) menyatakan Pejabat Pembuat Akta Tanah khusus hanya berwenang membuat akta mengenai perbuatan hukum yang disebut secara khusus dalam penunjukannya.6.. Hak dan Kewajiban Pejabat Pembuat Akta Tanah a. Hak Pejabat Pembuat Akta Tanah1) Menerima uang jasa (honorarium) termasuk uang jasa (honorarium) saksi tidak melebihi 1% (satu persen) dari harga transaksi;2) Memperoleh cuti.b. Kewajiban Pejabat Pembuat Akta TanahKewajiban Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 45 Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2006 adalah :1) Menjunjung tinggi Pancasila, Undang-Undang 1945 dan Negara Republik Indonesia.2) Mengikuti pelantikan dan pengangkatan sumpah jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta TanaH.3) Menyampaikan laporan bulanan kepada Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.4) Menyerahkan Protokol Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam hal berhenti dari jabatannya atau melaksanakan cuti.5) Membebaskan uang jasa bagi yang tidak mampu.6) Membuka kantor setiap hari kerja kecuali cuti atau hari libur resmi.7) Berkantor hanya di 1 kantor dalam daerah kerja sesuai dengan keputusan pengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.8) Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, contoh paraf dan eraan cap/stempel jabatannya kepada Kepala Kantor Wilayah, Bupati/Walikota, Ketua Pengadilan Negeri dan Kepala Kantor Pertanahan yang wilayahnya meliputi daerah kerja Pejabat Pembuat Akta Tanah.9) Melaksanakan Jabatannya secara nyata setelah pengambilan sumpah.10) Memasang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan ukurannya ditetapkan oleh Kepala Badan.11) Lain-lain sesuai peraturan perundang-undangan. Kewajiban lain yang harus dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, satu bulan setelah pengambilan sumpah jabatan ditentukan dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 1998 yaitu :a) Menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf, dan cap/stempel jabatannya kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, Ketua Pengadilan Negeri, dan Kepala Kantor Pertanahan yang wilayahnya meliputi daerah kerja Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bersangkutan. b) Melaksanakan jabatannya secara nyata. Pejabat Pembuat Akta Tanah harus berkantor di satu suatu kantor dalam daerah kerjanya dan wajib memasang papan nama serta menggunakan stempel yang bentuk dan ukurannya ditetapkan oleh Kepala Badan. Selanjutnya akta Pejabat Pembuat Akta Tanah dibuat dengan bentuk yang ditetapkan oleh Kepala Badan, serta semua jenis akta diberi satu nomor urut yang berulang pada permukaan tahun takwim.7. Larangan dan Ketentuan Sanksi Pejabat Pembuat Akta Tanah a. Larangan Pejabat Pembuat Akta Tanah 1) Membuat akta untuk dirinya sendiri, suami atau istrinya, keluarga sedarah dalam garis lurus vertikal tanpa pembatasan derajat dan dalam garis ke samping derajat kedua, menjadi para pihak atau kuasa (Pasal 23 Peraturan Pemerintah 37 Tahun. 1998);2) Membuat akta Pejabat Pembuat Akta Tanah terhadap tanah yang dalam sengketa (Pasal 38 ayat 1 Peraturan Pemerintah 37 Tahun 1998).b. Ketentuan Sanksi1) Sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, dikenakan tindakan administratif berupa teguran tertulis sampai dengan pemberhentian jabatannya sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (Pasal 10 Peraturan Pemerintah No. 37 Thn 1998 jo. Psl 37 PMNA/KBPN No. 4 Thn. 1999)2) Sanksi atas pelanggaran tidak menyampaikan laporan bulanan, dikenakan denda sebesar Rp. 250.000,- setiap laporan (Pasal 26 ayat 2 Undang-Undang No. 20 Tahun. 2000).8. Pengawasan dan Pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah.Agar para Pejabat Pembuat Akta Tanah mempunyai wawasan yang luas berkaitan dengan jabatannya sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik, maka perlu ada pembinaan dan pengawasan terhadap mereka. Hal itu telah diatur dalam Pasal 65 sampai dengan Pasal 68 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006, yakni sebagai berikut:Pasal 65 menyebutkan bahwa:1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah dilakukan oleh Kepala Badan.2) Pembinaan dan pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah (sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam pelaksanaannya oleh kepala Badan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pertanahan.9. Fungsi dan Tanggungjawab Pejabat Pembuat Akta Tanah Fungsi dan tanggung jawab Pejabat Pembuat Akta Tanah serta tanggung jawab pertanahan beranjak dari sistem publikasi negatif dan kewajiban menilai dokumen, maka sebaiknya terdapat pembagian fungsi dan tanggung jawab antar Pejabat Pembuat Akta Tanah dan petugas pendaftaran Pejabat Pembuat Akta Tanah berfungsi dan bertanggung jawab :1) Membuat akta yang dapat dipakai sebagai dasar yang kuat bagi pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atau pembebanan hak pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atau pembebanan hak.2) Pejabat Pembuat Akta Tanah bertanggung jawab terhadap terpenuhinya unsur kecakapan dan kewenangan penghadap dalam akta dan keabsahan perbuatan haknya sesuai data dan keterangan yang disampaikan kepada para penghadap yang dikenal atau diperkenalkan.3) Pejabat Pembuat Akta Tanah bertanggung jawab dokumen yang dipakai dasar melakukan tindakan hukum kekuatan dan pembuktiannya telah memenuhi jaminan kepastian untuk ditindaklanjuti dalam akta otentik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.4) Pejabat Pembuat Akta Tanah bertanggung jawab sahnya perbuatan hukum sesuai data keterangan para penghadap serta menjamin otensitas akta dan bertanggung jawab bahwa perbuatannya sesuai prosedur.

B. Uraian Singkat Tentang Pendaftaran Tanah1. Dasar Hukum Pendaftaran TanahDasar hukum pendaftaran tanah tercantum dalam Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria. Inti dari ketentuan tersebut menentukan bahwa pemerintah berkewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan pendaftaran tanah yang bersifatrechtskadasterdi seluruh wilayah Indonesia yang diatur pelaksanaannya dengan Peraturan Pemerintah. Untuk melaksanakan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria tersebut maka oleh Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Penyelenggaraan pendaftaran tanah tersebut diatur dalam Pasal 19 ayat (2) meliputi :1) Pengukuran, penetapan, dan pembukuan tanah;2) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; 3) Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah yaitu akan memberikan kepastian hukum maka pemerintah juga mewajibkan bagi pemegang hak yang bersangkutan untuk mendaftarkan setiap ada peralihan, hapus dan pembebanan hak-hak atas tanah seperti yang diatur dalam Pasal 23, Pasal 32 dan Pasal 38 Undang-Undang Pokok Agraria.2. Pengertian Pendaftaran TanahPendaftaran tanah berasal dari kataCadasteratau dalam bahasa Belanda merupakan suatu istilah teknis untuk suaturecord(rekaman) yang menerapkan mengenai luas, nilai dan kepemilikan terhadap suatu bidang tanah.Menurut Pasal 1 Peraturan Pemeintah Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan bahwa :Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan, dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertipikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.3.Tujuan Pendaftaran TanahTujuan diselenggarakannya pendaftaran tanah pada hakekatnya sudah ditetapkan dalam Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria yaitu bahwa pendaftaran tanah merupakan tugas pemerintah yang diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian hukum di bidang pertanahan (Recht CadasteratauLegal Cadaster). SelainRecht Cadaster,dikenal juga pendaftaran tanah untuk keperluan penetapan klasifikasi dan besarnya pajak (Fiscal Cadaster).Adapun kepastian hukum yang dimaksud adalah meliputi:a) Kepastian mengenai orang/badan hukum yang menjadi pemegang hak atas tanah tersebut. Kepastian berkenaan dengan siapakah pemegang hak atas tanah itu disebut dengan kepastian mengenai subyek hak atas tanah.b) Kepastian mengenai letak tanah, batas-batas tanah, panjang dan lebar tanah. Kepastian berkenaan dengan letak, batas- batas dan panjang serta lebar tanah itu disebut dengan kepastian mengenai obyek hak atas tanah.2. Azas Pendaftaran TanahBerdasarkan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 disebutkan bahwa pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan 5 asas yaitu :a) Asas SederhanaAsas Sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah.b) Asas Aman Asas aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.c) Asas Terjangkau Asas terjangkau dimaksudkan agar pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bias terjangkau oleh pihak yang memerlukan.d) Asas Mutakhir Asas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan berkesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi dikemudian hari.e) Asas Terbuka; Dengan berlakunya asas terbuka maka data yang tersimpan di kantor pertanahan harus selalu sesuai dengan keadaan nyata lapangan dan masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat.5.Sistem Pendaftaran TanahAda 2 (dua) macam sistem pendaftaran tanah yaitu:1) Sistem pendaftaran akta (Registration of Deeds). Dalam sistem pendaftaran akta, akta-akta itulah yang didaftar oleh pejabat pendaftaran tanah. pejabat pendaftaran tanah bersifat passif. Ia tidak melakukan pengujian kebenaran data yang disebut dalam akta yang didaftar. Tiap kali terjadi perubahan wajib dibuatkan akta sebagai buktinya. Maka dalam sistem ini, data yuridis yang diperlukan harus dicari dalam akta-akta yang bersangkutan.2) Sistem pendaftaran hak (Registration of Titles). Dalam sistem pendaftaran hak setiap penciptaan hak baru dan perbuatan-perbuatan hukum yang menimbulkan perubahan kemudian, juga harus dibuktikan dengan suatu akta. Tetapi dalam penyelenggaraan pendaftarannya, bukan aktanya yang didaftar melainkan haknya yang diciptakan dan perubahan-perubahnnya yang terjadi tersebut disediakan suatu daftar isian yang disebut register atau buku tanah.6.Sistem Publikasi Pendaftaran TanahPada garis besarnya dikenal dua sistem publikasi yaitu sistem publikasi positif dan sistem publikasi negatif. Sistem publikasi positif selalu menggunakan sistem pendaftaran hak, maka harus ada buku tanah sebagai bentuk penyimpanan dan penyajian data yuridis, selain itu juga ada sertififkat hak sebagai surat tanda bukti hak. Sistem publikasi negatif bukan pendaftarannya yang diperhatikan, tetapi sahnya perbuatan hukum yang dilakukan yang menentukan berpindahnya hak kepada pembeli, dimana pendaftaran tidak membuat orang yang memperoleh tanah dari pihak yang tidak berhak menjadi pemegang haknya yang baru. Sistem publikasi yang digunakan dalam Peraturan Pemerintah 24/1997 adalah sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Peraturan Pemerintah 24/ 1997 Pasal 32 ayat (1) dan Penjelasannya. Dalam Pasal 32 ayat (1) disebutkan mengenai sertifikat sebagai alat pembuktian yang kuat yang berarti merupakan sistem publikasi positif karena melihat pada pendaftaran sebagai bukti hak. Sementara dalam Penjelasan Pasal 32 disebutkan sertifikat tersebut sebagai tanda bukti yang kuat dalam arti bila tidak dapat dibuktikan sebaliknya, sehingga hak dari sertifikat tersebut menjadi tidak mutlak, bila dapat dibuktikan bahwa sertifikat tersebut didapatkan dengan melakukan perbuatan hukum yang tidak sah dalam jangka waktu 5 tahun. Disinilah unsur sistem publikasi negatif tersebut ada.7. Kegiatan Pendaftaran Tanah1. Pendaftaran Tanah Pertama KaliPendaftaran tanah pertama kali ada 2 jenis, yaitu :a. Pendaftaran Tanah SistematisPendaftaran Tanah Sistematis adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah secara sistematik diselenggarakan atas prakasa pemerintah berdasarkan suatu rencana kerja jangka panjang dan tahunan serta dilaksanakan diwilayah-wilayah yang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala BPN.b. Pendaftaran Tanah SporadikAdalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau massal. Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan, yaitu pihak yang berhak atas obyek pendaftaran tanah yang bersangkutan atau kuasanya.2. Pendaftaran Tanah untuk Pemeliharaan Data Pendaftaran TanahPemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah dan sertifikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian. Pendaftaran Tanah untuk Pemeliharaan data pendaftaran tanah bisa dilakukan dengan Peralihan dan Pembebanan Hak dan Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanaha. Peralihan Hakb. Peralihan hak melalui lelangc. Peralihan hak karena pewarisand. Pembebanan Hake. Pendaftaran Perubahan Data pendaftaran lainnya1) Perpanjangan jangka waktu hak atas tanah2) Pemecahan, pemisahan dan penggabungan bidang tanah3) Pembagian Hak Bersama4) Hapusnya hak atas tanah dan hak milik satuan rumah susun5) Peralihan dan Hapusnya Hak Tanggungan6) Perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan pengadilan atau penetapan pengadilan7) Perubahan Namaf. Penerbitan Sertifikat Pengganti

C. Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah (Peraturan Pemerintah) Sebagai Mitra Kerja Badan Pertanahan Nasional Dari uraian di atas menggambarkan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai mitra kerjan BPN RI dalam menjalankan tupoksi dan kewenangannya terutama dalam bidang pendaftaran tanah sangatlah besar, hal ini dikarenakan hal-hal sebagai berikut : 1. Keberadaan Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai pejabat umum yang diatur secara spesifik dengan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT (selanjutnya disingkat PP No. 37 Tahun 1998) jika dilihat dasar pembentukannya bersumber pada Pasal 7 ayat (3) PP No. 24 Tahun 1997, yang berinduk pada UUPA, bahwa: Peraturan Jabatan PPAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pada Konsideran Menimbang huruf b PP No. 37 Tahun 1998 tersebut secara tegas dinyatakan bahwa pertimbangan pembentukan Peraturan Pemerintah tersebut yaitu dalam rangka pelaksanaan pendaftaran tanah, dengan menetapkan jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang diberi kewenangan untuk membuat alat bukti mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun yang akan dijadikan dasar pendaftaran. Dengan demikian, maka pembentukan PP No. 37 Tahun 1998 tersebut adalah memberikan dasar hukum dalam rangka pelaksanaan tugas jabatan PPAT untuk membantusebagian kegiatan pendaftaran tanah sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 2 PP No. 37 Tahun 1998, yaitu:PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan-perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan sebagai dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.2. Jika tupoksi serta kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah ini dikaitkan dengan pendaftaran tanah dimana system pendaftaran tanaah di Indonesia adalah system pendaftaran hak (Registration of Title) dimana yang didaftarkan adalah haknya, sementara aktenya dipakai sebagai syarat untuk pndaftaran perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh perbuatan hukum tertentu. Begitupun juga bila ditinjau dari kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah yakni pendaftaran perubahan-perubahan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun yang telah dibuktikan dengan akte Pejabat Pembuat Akta Tanah. Jadi peran Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam pendaftaran perubahn-perubahan atas sesuatu hak atas tanah menjadi sangat dominan, lebih-lebih lagi saat ini dimana jumlah penduduk sudah begitu banyak sementara ruang berupa tanah yang merupakan tempat hidup manusia tidak bertambah, begitu juga pertumbuhan ekonomi masyarakat yang terus meningkat hal ini akan mengakibatkan nilai strategis dan nilai ekonomis tanah akan mejadi sangat tinggi, dan jelas akan berakibat kepada peningkatan akan terjadinya perbuatan-perbuatan hukum yang berkaitan dengan tanah. 3. Dengan adanya pembagian wilayah kerja serta formasi akan kebutuhan Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk tiap-tiap wilayah kerja yang ditentukan oleh BPN RI akan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta akan mempercepat terselesaikannya pendaftaran tanah untuk seluruh wilayah Republik Indonesia.

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan1) Peran Pejabat Pembuat Akta Tanah sebagai mitra kerja BPN RI dalam menjalankan tupoksinya terutama dalam bidang pendaftaran tanah sangat penting.2) Pendaftaran tanah ini dilakukan di seluruh Indonesia yang tentunya memerlukan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang cukup banyak sementara saat ini msih banyak wilayah kerja yang kekurangan Pejabat Pembuat Akta Tanah.3) Walau Pejabat Pembuat Akta Tanah dibentuk dan membuat akte dengan peraturan perundangan yang berlaku, masih sering terjadi ketidakpuasan atas akte tersebut yang berlanjut ke pengadilan.

Saran1) Pejabat Pembuat Akta Tanah yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pendaftaran tanah di Indonesia dan eksistensinya telah diakui oleh masyarakat hendaknya terus meningkatkan kerja dan kinerjanya dalam meningkatkan peranannya sebagai mitra Badan Pertanahan Nasional (BPN RI) 2) BPN RI hendaknya mempercepat pemenuhan pengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah bagi wilayah kerja yang belum tercukupi3) Selama dunia ini masih ada maka masalah akan selalu ada, yang terpenting adalah cara menyikapi masalah yang akan selalu ada yakni dengan jalan menghadirkan Allah SWT dan Rasul-Nya dalam setiap sisi kehidupan kita termasuk dalam jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah, hingga kehati-hatian akan selalu menyertai kita. 9