PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

45
RESUME PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI TERGUGAT DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI TANAH (Study Kasus Atas Putusan Pengadilan Negeri Sorong No.73/PDT.G/2014/PN.SON). Disusun Oleh : DEWI KARTIKA NIM : 12214003 PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FALKUTAS HUKUM 1

Transcript of PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

RESUME

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI TERGUGAT

DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI TANAH

(Study Kasus Atas Putusan Pengadilan Negeri Sorong

No.73/PDT.G/2014/PN.SON).

Disusun Oleh :

DEWI KARTIKA

NIM : 12214003

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FALKUTAS HUKUM

UNIVERSITAS NAROTAMA

SURABAYA

2015

1

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

1. Latar Belakang Masalah

Tanah merupakan hal yang sangat kompleks karena menyangkut

banyak segi kehidupan masyarakat. Setiap orang hidup membutuhkan tanah,

baik sebagai tempat tinggal maupun tempat usaha. dan mengakibatkan

semakin meningkat pula kebutuhan atas tanah.

Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam jual beli hak

atas tanah diperlukan adanya persyaratan Formil terhadap obyek jual beli

hak atas tanah bersangkutan, dan juga terkait dengan prosedur peralihan

hak. Prosedur jual beli hak atas tanah telah di tetapkan menurut ketentuan

yang berlaku UUPA dan Peraturan Pemerinatah Nomor 24 Tahun 1997

tentang pendaftaran tanah.

Menurut ketentuan tersebut diatas jual beli tanah harus dilakukan

dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dihadapan pejabat pembuat akta

tanah. untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam jual beli

tanah tersebut, maka proses jual beli hanya dapat dilakukan di atas tanah

yang di miliki berdasarkan hak-hak atas tanah, artinya obyek tanah yang

telah disahkan atau buktikan dengan bukti pemilikan hak atas tanah yang di

terbitkan oleh instansi yang berwenang. dengan demikian dapat diketahui

bahwa penjual adalah sebagai orang atau pihak yang berhak dan sah

menurut hukum untuk menjual tanah tersebut kepada pembeli.

Akta PPAT merupakan akta otentik yang pada hakekatnya memuat

kebenaran formil dan materil. PPAT berkewajiban untuk membuat akta

sebagaimana ketentuan yang telah ditetapkan, serta sebelum proses

pembuatan akta PPAT mempunyai kewajiban untuk melakukan pengecekan

sertifikat suatu bidang hak atas tanah di kantor pertanahan. selain itu, PPAT

mempunyai kewajiban untuk membacakan akta sehingga isi akta dapat

dimengerti oleh para pihak. PPAT juga harus memberikan akses terhadap

informasi, termasuk akses terhadap Peraturan Perundang-undangan yang

terkait bagi para pihak yang menandatangani akta. oleh karena itu para

pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui isi akta PPAT

yang akan ditandatanganinya.

2

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

Eksistensi kedudukan PPAT sebagai pejabat umum yang berwenang

untuk membuat akta otentik khusus berkenaan dengan akta pertanahan dapat

dikritisi. pemicu kritik tersebut adalah ketiadaan suatu dasar hukum

kedudukan PPAT sebagai pejabat umum yang diatur dalam bentuk undang-

undang. hal ini berdasar pada peraturan jabatan PPAT yang selama ini

hanya diatur dalam bentuk peraturan pemerintah. Berdasarkan ketentuan

Pasal 1 angka 24 PP Nomor 24 Tahun 1997 Juncto Pasal 1 angka 1 PP

Nomor 37 Tahun 1998, dinyatakan bahwa PPAT adalah pejabat umum yang

diberi kewenangan untuk membuat akta-akta tanah tertentu mengenai hak

atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.

2. Pengertian Pejabat Pembuat Akta Tanah

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang

peraturan jabatan pejabat pembuat akta tanah yang disebut pejabat pembuat

akta tanah yang biasa disingkat PPAT adalah : pejabat umum yang

diberikan kewenangan membuat akta-akta otentik perbuatan hukum

tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.

Dalam PP No. 37/1998 ini juga memuat PPAT sementara dan PPAT

khusus. PPAT sementara adalah pejabat pemerintah yang ditunjuk karena

jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dan membuat akta di daerah

yang belum cukup PPAT dalam hal ini yang ditunjuk adalah camat.

PPAT khusus adalah pejabat badan pertanahan nasional yang ditunjuk

karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta

PPAT tertentu, khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas

pemerintah tertentu. sedangkan menurut Undang-undang nomor 4 tahun

1996 tentang hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan

dengan tanah. yang disebut dengan PPAT adalah pejabat umum yang

diberikan wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta

pembebanan hak atas tanah dan akta pemberi kuasa pembebanan hak

tanggungan menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

3

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

Dari pengertian PPAT di atas, maka dapat dilihat betapa pentingnya

fungsi dan peranan PPAT dalam melayani kebutuhan masyarakat dalam hal

pertanahan baik pemindahan hak atas tanah, pemberian hak baru atau hak

lainnya yang berhubungan dengan hak atas tanah.

3. Tugas, Wewenang dan Kewajiban Pejabat Pembuat Akta Tanah

(PPAT) mengenai Tugas dari PPAT adalah sebagai berikut :

1. Membantu pihak-pihak yang melakukan perbuatan hukum untuk

mengajukan permohonan ijin pemindahan hak dan permohonan

penegasan konversi serta pendaftaran hak atas tanah.

2. Membuat akta mengenai perbuatan hukum yang berhubungan dengan

hak atas tanah dan hak tanggungan (akta jual beli, tukar menukar dan

lain-lain).

Sedangkan mengenai wewenang dari PPAT adalah sebagai berikut:

1 Membuat akta otentik mengenai semua perbuatan hukum, mengenai :

a. jual beli.

b. tukar menukar.

c. hibah.

d. pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng)

e. pembagian hak bersama.

f. pemberian HGB / hak pakai atas tanah hak milik.

g. pemberian hak tanggungan.

h. pemberian kuasa membebanan hak tanggungan.

2. PPAT dapat membuat akta mengenai perbuatan hukum mengenai hak

atas tanah (antara lain termasuk hak guna usaha dan tanah bekas hak

milik adat) atau hak-hak atas tanah yang menurut sifatnya dapat

dialihkan atau dibebani hak tanggungan atau membuat surat kuasa

membebankan hak tanggungan.

3. PPAT khusus hanya berwenang membuat akta mengenai perbuatan

hukum yang disebutkan secara khusus dalam penunjukkannya.

4

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

Untuk kewajiban dari PPAT sesuai dengan Pasal 45 Peraturan Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1/2006 tentang

Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Nomor 37/1998 tentang Peraturan Jabatan

Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah sebagai berikut:

1. Menjunjung tinggi Pancasila UUD 45 dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

2. Mengikuti pelantikan dan pengangkatan sumpah jabatan sebagai PPAT.

3. Menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya kepada

Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor

pelayanan pajak bumi dan bangunan setempat paling lambat tanggal 10

bulan berikutnya.

4. Menyerahkan protokol PPAT dalam hal :

a. PPAT yang berhenti menjabat menyerahkan kepada PPAT di daerah

kerjanya atau kepada Kepala Kantor Pertanahan.

b. PPAT sementara yang berhenti sebagai PPAT sementara kepada

PPAT sementara yang menggantikannya atau kepada Kepala Kantor

Pertanahan.

c. PPAT khusus yang berhenti sebagai PPAT khusus kepada PPAT

khusus yang menggantikannya atau kepada Kepala Kantor

Pertanahan.

d. Membebaskan uang jasa pada orang yang tidak mampu yang

dibuktikan secara sah.

5. Membuka kantornya setiap hari kerja kecuali sedang melaksanakan cuti

atau hari libur resmi dengan jam kerja paling kurang sama dengan jam

kerja kantor pertanahan setempat.

6. Berkantor hanya di 1 (satu) kantor dalam daerah kerja sebagaimana

ditetapkan dalam Keputusan Pengangkatan PPAT.

7. Menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf dan

teraan cap/stempel jabatannya kepada Kepala Kantor wilayah,

Bupati/Wali Kota, Ketua Pengadilan Negeri dan Kepala Kantor

Pertanahan yang wilayahnya meliputi daerah kerja PPAT yang

5

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

bersangkutan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah pengambilan sumpah

jabatan.

8. Melaksanakan jabatan secara nyata setelah pengambilan sumpah jabatan.

9. Memasang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan

ukurannya ditetapkan oleh Kepala Badan Pertanahan.

Apabila akta PPAT telah dapat menjawab pertanyaan mengenai telah

terpenuhi kecakapan dan kewenangan sedang Kantor Pertanahan masih

memerlukan persyaratan yang berkaitan dengan terpenuhinya kecakapan

dan kewenangan, maka Kantor Pertanahan akan ikut bertangung jawab atau

setidak-tidaknya telah mengurus sesuatu hal yang seharusnya menjadi

tanggung jawab PPAT (misal kuasa menjual atau persetujuan suami / istri).

Fungsi dan tanggung jawab PPAT serta tanggung jawab pertanahan

beranjak dari sistem publikasi negatif dan kewajiban menilai dokumen,

maka sebaiknya terdapat pembagian fungsi dan tanggung jawab antar

PPAT dan petugas pendaftaran PPAT berfungsi dan bertanggung jawab :

1. Membuat akta yang dapat dipakai sebagai dasar yang kuat bagi

pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atau pembebanan hak

pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atau pembebanan hak.

2. PPAT bertanggung jawab terhadap terpenuhinya unsur kecakapan dan

kewenangan penghadap dalam akta dan keabsahan perbuatan haknya

sesuai data dan keterangan yang disampaikan kepada para penghadap

yang dikenal atau diperkenalkan.

3. PPAT bertanggung jawab dokumen yang dipakai dasar melakukan

tindakan hukum kekuatan dan pembuktiannya telah memenuhi jaminan

kepastian untuk ditindaklanjuti dalam akta otentik dan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

4. PPAT bertanggung jawab sahnya perbuatan hukum sesuai data

keterangan para penghadap serta menjamin otensitas akta dan

bertanggung jawab bahwa perbuatannya sesuai prosedur.

Keberadaan PPAT untuk mendampingi dan menunjang kegiatan dari

BPN yang suatu lembaga/intansi Pemerintah non depertemen menggantikan

6

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

direktorat jendral agraria dibidang ketertiban administrasi pertanahan, antara

lain untuk mengantur perdataan dengan mendaftar (Meregister) Tanah-tanah

di bumi pertiwi indonesia ini terutama yang belum terdaftar dengan

menerbitkan sertifikat hak atas tanah guna mencapai terwujudnya Cita-cita

Bangsa dan Negara sebagaimana bunyi Undang-undang dasar 1945 dan

amandemennya Pasal 33 :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas

kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara yang dan menguasai

hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk Sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal di atur dalam undang-

undang.

Akta PPAT tidak termasuk sebagaimana dimaksud pada Pasal 1338

Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang tertulis sebagai berikut :

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-

undang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat

ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena

Alasan-alasan yang oleh Undang-undang di nyatakan cukup untuk

itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.

Karena akta PPAT tidak mengandung asas kebebasan berkontrak

sebagai salah satu contoh pembelian tanah secara angsuran dalam akta

PPAT tidak memungkinkan dan hal ini menjadi permasalahan bagi

7

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

pelaksanaan kredit pemilikan rumah (KPR) karena UUPA berdasarkan pada

hukum Adat, hanya mengenal jual beli secara tunai dan kontan.

Mengenai apa yang di maksud dengan perjanjian dapat ditemui dalam

Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata : perbuatan hukum yang

dengan mengindahkan ketentuan Undang-undang, timbul karena

kesepakatan dari dua belah pihak atau lebih yang saling mengikat diri

dengan tujuan menimbulkan, beralih, berubah, atau berakhirnya suatu hak

kebendaan.

Dr Herlien Budiono, SH menyatakan bahwa :

agar suatu perbuatan digolongkan pada perjanjian, maka perbuatan hukum

tersebut harus memenuhi adanya unsur-unsur sebagai berikut :

1. Kata sepakat di antara dua pihak atau lebih.

2. Kata sepakat yang tercapai bergantung pada para pihak.

3. Kemauan para pihak untuk timbulnya akibat hukum.

4. Untuk kepentingan yang satu atas beban pihak yang lain atau timbal balik

5. Dengan mengindahkan persyaratan Perundang-undangan.

4. Pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat Pembuat Akta Tanah

Dalam ketentuan Pasal 1 PP No. 37 Tahun 1998/PJPPAT ditetapkan

tiga macam Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), yaitu :

1. Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah pejabat umum yang di beri

kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan

hukum tertentu mengenai hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah

susun.

2. PPAT sementara adalah Pejabat pemerintah yang ditunjuk karena

jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta

PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT.

3. PPAT khusus adalah Pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk

karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat

akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas

pemerintah tertentu.

8

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

PPAT diangkat untuk suatu daerah kerja tertentu dan diberhentikan

oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, sedangkan

PPAT Sementara diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Kantor Wilayah

Badan Pertanahan Nasional Provinsi yang mendapatkan limpahan

kewenangan dari Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

5. Faktor-faktor penyebab PPAT diberhentikan dengan hormat dari

jabatannya karena :

a. Permintaan sendiri.

b. Tidak lagi mampu menjalankan tugasnya karena keadaan kesehatan

badan atau kesehatan jiwanya, setelah dinyatakan oleh tim pemeriksa

kesehatan yang berwenang atas permintaan Kepala BPN RI atau pejabat

yang di tunjuk.

c. Melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan atau kewajiban sebagai

PPAT. Yang termasuk pelanggaran ringan, antara lain :

1. Memungut uang jasa melebihi ketentuan peraturan perundang-

undangan.

2. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah berakhirnya cuti tidak

melaksanakan tugasnya kembali.

3. Tidak menyampaikan laporan bulanan mengenai akta-akta yang

dibutanya.

4. Merangkap jabatan sebagai advokat, pegawai negeri, pegawai Badan

Usaha Milik Negara/Daerah, lain-lain jabatan yang dilarang peraturan

perundang-undangan.

5. Lain-lain yang ditetapkan oleh Kepala BPN RI.

PPAT yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya diterbitkan

Keputusan Pemberhentian oleh Kepala BPN RI. Pemberhentian PPAT ini

ditetapkan oleh Kepala BPN RI berdasarkan usulan Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota setempat melalui Kepala Kanwil BPN Provinsi.

Faktor-faktor penyebab PPAT diberhentikan dengan tidak hormat dari

jabatannya karena :

9

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

a. Melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban sebagai

PPAT. Yang termasuk pelanggaran berat, antara lain :

1. Membantu melakukan pemufakatan jahat yang mengakibatkan

sengketa atau konflik pertanahan.

2. Melakukan pembuatan akta sebagai pemufakatan jahat yang

mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan.

3. Melakukan pembuatan akta di luar daerah kerjanya.

4. Memberikan keterangan yang tidak benar di dalam akta yang

mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan.

5. Membuka kantor cabang atau perwakilan atau bentuk lain-lainnya

yang di luar dan/atau daerah kerjanya

6. Melanggar sumpah jabatan sebagai PPAT.

7. Pembuatan akta PPAT yang dilakukan, sedangkan diketahui oleh

PPAT yang bersangkutan bahwa para pihak yang berwenang

melakukan perbuatan hukum atau kuasanya sesuai peraturan

perundang-undangan tidak hadir di hadapannya.

8. Pembuatan akta mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan

rumah susun yang oleh PPAT yang bersangkutan diketahui masih

dalam sengketa yang mengakibatkan penghadap yang bersangkutan

tidak berhak melakukan perbuatan hukum sesuai akta yang

dibuatnya.

9. PPAT tidak membacakan aktanya di hadapan para pihak maupun

pihak yang belum atau tidak berwenang melakukan perbuatan

hukum sesuai akta yang dibuatnya.

10. PPAT tidak membuat akta di hadapan para pihak yang tidak

berwenang melakukan perbuatan hukum sesuai akta yang dibuatnya.

11. PPAT membuat akta dalam masa dikenakan sanksi pemberhentian

sementara atau dalam keadaan cuti

12. Lain-lain yang ditetapkan oleh Kepala BPN RI.

b. Dijatuhi hukuman kurungan/penjara karena melakukan kejahatan

perbuatan pidana yang diancam hikuman kurungan atau penjara paling

10

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

lama 5 (lima) tahun atau lebih berat berdasarkan putusan pengadilan

yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap.

6. Perlindungan Hukum Terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah

Berdasarkan Peraturan Jabatan PPAT

Aspek perlindungan hukum bagi PPAT dalam ranah peraturan

Perundang-undangan terkait ke-PPAT-an lebih bersifat intern atau

administratif. Pranata yang dilanggar oleh seorang PPAT adalah ukuran

standar profesionalisme yang seharusnya wajib ditaati oleh semua PPAT

sebagai pengemban kewenangan Negara dalam pembuatan akta otentik

dibidang pertanahan. diranah ini perlindungan terhadap PPAT dari Putusan-

putusan administratif, bertujuan untuk memberikan jaminan bagi seorang

PPAT untuk dapat membela diri dan mempertahankan haknya atas

pekerjaan sebagai seorang PPAT.

Sebagai badan atau pejabat tata usaha Negara. (BPN dan Majelis

Kehormatan) dalam menjatuhkan sanksi terhadap PPAT wajib

mengeluarkan atau membuat suatu keputusan (KTUN). dan apabila PPAT

tidak puas atas keputusan tersebut, keputusan tersebut akan menjadi

sengketa tata usaha negara. dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan

oleh PPAT, yaitu langsung mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha

Negara sebagai Pengadilan atau pemeriksaan tingkat pertama. menurut

Philipus M. Hadjon, bahwa adanya sarana keberatan (Inspraak)

merupakan sarana perlindungan hukum preventif. mengatur sanksi

administratif tersebut dengan maksud memberikan rasa keadilan dan

perlindungan hukum kepada PPAT untuk mengajukan pembelaan diri atas

sanksi administratif yang diterimanya.

Sedangkan aspek perlindungan hukum bagi PPAT yang

bersinggungan dengan pranata hukum pidana dan perdata lebih bersifat

ekstern, artinya bahwa PPAT selaku Pejabat Umum kepadanya melekat

Hak-hak istimewa sebagai konsekuensi predikat kepejabatan yang

dimilikinya. istilah hak istimewa dalam bidang hukum adalah hak khusus

11

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

atau istimewa yang diberikan kepada pemerintah atau penguasa suatu

Negara dan diberikan kepada seorang atau sekelompok orang, yang terpisah

dari hak-hak masyarakat menurut hukum yang berlaku. hak-hak istimewa

yang dimiliki PPAT, menjadi pembeda perlakuan (Treatment) terhadap

masyarakat biasa. Bentuk-bentuk perlakuan itu berkaitan dengan suatu

prosedur khusus dalam penegakan hukum terhadap PPAT, yakni berkaitan

dengan perlakuan dalam hal pemanggilan dan pemeriksaan pada proses

penyidikan dan persidangan, yang harus diindahkan.

7. Pengawasan Terhadap Tugas Jabatan PPAT.

Pelayanan kepentingan umum merupakan Hakekat tugas bidang

Pemerintahan yang didasarkan pada asas memberikan dan menjamin adanya

rasa kepastian hukum bagi para warga anggota masyarakat. dalam bidang

tertentu, tugas itu oleh Undang-undang diberikan dan dipercayakan kepada

PPAT, yakni tugasnya adalah membantu Kepala Kantor Badan Pertanahan

Kabupaten/Kota dalam melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah,

dan kewenangannya adalah membuat akta atas perbuatan hukum tertentu

mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, sehingga

masyarakat juga harus percaya bahwa akta PPAT yang dibuat tersebut

memberikan kepastian hukum bagi warganya.

Dengan demikian konsekuensi logis terhadap adanya kepercayaan

tersebut, haruslah dijamin adanya pengawasan agar tugas PPAT selalu

sesuai dengan kaidah hukum yang mendasari kewenangannya dan agar

terhindar dari penyalahgunaan kewenangan atau kepercayaan yang

diberikan.

Berpijak pada penalaran Argumentum Peranalogian (Analogi),

pendapat Paulus Effendie Lotulung dapat diterapkan pada pejabat umum

lainnya, dalam hal ini PPAT. Dengan demikian diperlukan adanya

mekanisme pengawasan, baik yang bersifat preventif maupun represif,

terhadap pelaksanaan tugas jabatan PPAT. Perangkat hukum pengaturan

mekanisme tersebut dijalankan atas dasar Peraturan Jabatan PPAT, yakni

12

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

pada Pasal 33 PP No. 37 Tahun 1998, yang tata caranya atau

pelaksanaannya diatur dalam Pasal 65-68 Perka BPN 1/2006 tentang

Ketentuan Pelaksanaan PP No. 37 Tahun 1998 tentang PJPPAT.

8. Prosedur Khusus dalam Penegakan Hukum Terhadap PPAT.

Di samping aspek perlindungan hukum secara intern berupa

pembinaan dan pengawasan sebagaimana uraian diatas, maka diperlukan

pula perhatian terhadap aspek perlindungan hukum secara ekstern, yakni

yang bersinggungan dengan ranah pidana dan perdata. PPAT dalam

menjalankan tugas jabatannya rentan terjerat hukum, disamping itu aspek

pelindungan hukum terhadap PPAT merupakan perimbangan atau Balance

terhadap aspek pengawasan yang cukup ketat bagi PPAT dalam

menjalankan tugas jabatannya, sehingga aspek perlindungan hukum secara

ekstern ini menjadi sesuatu yang sangat penting bagi jabatan PPAT.

Konsep perlindungan hukum terhadap PPAT tidak dapat dipisahkan

dari konsep perlindungan hukum pada umumnya. Berdasarkan konsepsi

tersebut sebagai kerangka pikir dengan mendasarkan pada Pancasila,

Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa prinsip perlindungan hukum di

Indonesia adalah pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat

manusia yang bersumber pada prinsip Negara Hukum yang berlandaskan

Pancasila.

Ditinjau dari sudut peraturan Perundang-undangan terkait ke-PPAT-

an. Salah satu konsekuensi logis dari prinsip Negara Hukum adalah

penerapan Asas Legalitas, dengan kata lain, dalam unsur Negara Hukum

Pancasila, asas legalitas menjadi hal yang penting terutama kaitannya

dengan aspek perlindungan hukum bagi PPAT yang sampai saat ini belum

ada ketentuan yang mengatur, karena perlindungan hukum harus dimaknai

sebagai perlindungan dengan menggunakan sarana hukum atau

perlindungan yang diberikan oleh hukum, artinya pengaturan mengenai

dasar hukumnya harus jelas tertuang dalam hukum positif.

13

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

Berpijak pada uraian diatas maka Prosedur secara Normatif dalam hal

PPAT yang dipanggil sebagai saksi atau tersangka diberlakukan ketentuan

Pasal 112 Kitab Undang-undang Hukum Perdata sedangkan penyitaan

terhadap akta asli PPAT (minuta) dan warkahnya hanya dapat dilakukan

dengan izin khusus Ketua Pengadilan Negeri setempat berdasarkan

ketentuan Pasal 43 Kitab Undang-undang Hukun Perdata.

- Pasal 112 Kitab Undang-undang Hukum Perdata mewajibkan seseorang

yang dipanggil oleh penyidik guna kepentingan pemeriksaan wajib

datang kepada penyidik. Bagi saksi yang tidak datang kepada penyidik

tanpa alasan yang sah dapat dipidana berdasarkan ketentuan Pasal 224

Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dengan ancaman pidana paling

lama 9 bulan.

- Pasal 43 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan bahwa

penyitaan surat atau tulisan lain dari mereka yang berkewajiban menurut

Undang-undang untuk merahasiakan (dalam hal ini PPAT), sepanjang

tidak menyangkut rahasia Negara, hanya dapat dilakukan atas

persetujuan mereka atau atas izin khusus Ketua Pengadilan Negeri

setempat, kecuali Undang-undang menentukan lain.

Berdasarkan uraian di atas, disamping menunjukkan beberapa

perbedaan, juga menunjukkan bahwa Jabatan Notaris dan Jabatan PPAT

memiliki peranan yang Sama-sama penting, yakni terdapat kesamaan

urgensi dan kualifikasi, antara lain :

1. Berwenang membuat alat bukti dengan kekuatan bukti sempurna berupa

akta otentik

2. Dikualifikasikan sebagai Pejabat Umum

3. Diwajibkan merahasiakan isi akta, sebagaimana ditentukan dalam

rumusan sumpah jabatan.

Berpijak pada adanya kesamaan kedudukan, kualifikasi dan kewajiban

bagi Jabatan Notaris dan Jabatan PPAT, maka perlu dipersamakan juga

bentuk perlakuan bagi keduanya. dengan demikian pengaturan secara

normatif dalam suatu peraturan organis tentang ketentuan yang

14

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

mengharuskan izin pemeriksaan dalam proses peradilan bagi seorang PPAT,

dalam hal dipanggil sebagai saksi maupun tersangka patut dipersamakan,

yakni di atur dalam Peraturan Jabatan PPAT.

Beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan pelaksanaaan tugas dan

jabatan seorang PPAT, antara lain:

1. PPAT yang diajukan dan dipanggil sebagai saksi di Pengadilan

menyangkut akta yang dibuatnya dijadikan alat bukti dalam suatu

perkara.

2. PPAT yang dijadikan tergugat atau turut tergugat di Pengadilan

menyangkut akta yang dibuatnya dan dianggap merugikan bagi pihak

Penggugat, berkaitan dengan Perkara Perdata.

3. PPAT sebagai terdakwa dalam Perkara Pidana.

4. Penyitaan terhadap bundel akta yang ada pada PPAT.

Berpijak pada uraian di atas Penulis berpendapat, PPAT sebagai

Pejabat Umum dalam menjalankan jabatannya seharusnya diberikan

perlindungan hukum, berkaitan dengan :

1. Untuk tetap menjaga keluhuran harkat dan martabat jabatannya termasuk

ketika memberikan kesaksian dan berproses dalam pemeriksaan dan

persidangan.

2. Merahasiakan akta dan keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta

3. Menjaga Minuta Akta PPAT dan warkah pendukung akta yang

dilekatkan pada minuta akta atau Protokol PPAT dalam penyimpanan

PPAT.

9. Kewajiban Ingkar dan Hak Ingkar Pejabat Pembuat Akta Tanah

Pembahasan mengenai perlakuan dalam hal pemanggilan dan

pemeriksaan pada proses penyidikan dan persidangan terhadap PPAT telah

dijabarkan pada uraian diatas, dimana dalam hal seorang PPAT dipanggil

sebagai saksi atau tersangka diberlakukan ketentuan Pasal 112 KUHAP.

Pembahasan selanjutnya adalah mengenai “hak istimewa” yang diatur

secara implisit oleh Peraturan Perundang-undangan bagi jabatan tertentu

15

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

salah satunya jabatan PPAT yakni kewajiban ingkar (Verschoningsplicht)

dan hak ingkar (Verschoningsrecht) dari orang PPAT.

Berdasarkan uraian sub bab di atas Penulis berpendapat bahwa,

walaupun perlindungan hukum berupa keharusan bagi penyidik, penuntut

umum dan hakim memperoleh persetujuan Majelis Kehormatan Daerah

untuk memanggil PPAT dalam rangka proses peradilan tidak diatur secara

eksplisit dalam suatu ketentuan peraturan perundang-undangan terkait ke-

PPAT-an tidaklah menghilangkan hak istimewa lainnya yakni “Kewajiban

Ingkar dan Hak Ingkar”, oleh karena itu jabatan PPAT sebagai Pajabat

Umum dalam menjalankan jabatannya tetap terlindungi.

Dalam praktek sering terjadi apabila terjadi perselisihan diantara para

pihak penjual maupun pembeli, seringkali seorang PPAT dilibatkan sebagai

saksi dimuka Pengadilan dalam proses perkara dimana oleh salah satu pihak

atau lebih menggunakan suatu akta PPAT sebagai alat bukti, atau bahkan

dilibatkan sebagai tergugat dua, tiga atau empat dalam perkara perdata

dimuka Pengadilan. Sedangkan apabila seorang PPAT dilibatkan sebagai

tergugat, pada umumnya didasari karena PPAT bersangkutan yang membuat

aktanya, dan tidak ada kaitannya dengan apa yang menjadi materi pokok

dari perjanjian yang menjadi materi perkara itu.

Berkaitan dengan hal tersebut ada sebagian dari para PPAT yang

menganut pendirian, bahwa apabila PPAT dipanggil oleh pihak Pengadilan

sebagai saksi dalam perkara dimana aktanya dipergunakan sebagai alat bukti

tidak perlu bahkan dikatakan tidak ada kewajiban untuk hadir, mengingat

adanya sumpah rahasia jabatannya (kewajiban ingkar). Menurut Liliana

Tedjosaputro, salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan dan dipegang

teguh oleh para profesional adalah menyimpan atau memegang rahasia

jabatan. Hal ini merupakan pelaksanaan dari confidential profession (jabatan

kepercayaan) yang telah diberikan oleh masyarakat, khususnya klien.

Rahasia ini tetap dijaga, meskipun hubungan profesional dengan kliennya

telah berakhir.

16

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

Menurut Oemar Seno Adji sebagaimana dikutip oleh Liliani

Tedjosaputro, menyatakan bahwa rahasia jabatan (beroepgeheim) dari

seorang Advokat bukanlah sekedar ketentuan etik semata, melainkan

persoalan beroepgeheim tersebut juga merupakan suatu ketentuan hukum

yang dapat ditegakkan pada Pengadilan. Hal ini berkaitan dengan Hak

Ingkar (Verschoningsrecht) dari seorang Advokat yang bersumber pada

Pasal 170 KUHAP yang memberikan kebebasan untuk bersaksi bagi mereka

yang karena jabatannya, harkat, martabat dan pekerjaannya harus

menyimpan rahasia.

Menurut pendapat Van Bemmelen yang dikutip oleh G.H.S. Lumban

Tobing mengatakan bahwa ada 3 dasar untuk dapat menuntut penggunaan

Kewajiban Ingkar (Verschoningsplicht) dan Hak Ingkar

(Verschoningsrecht) yakni :

1. Hubungan keluarga yang sangat dekat

2. Bahaya dikenakan hukuman pidana (gevaar voor strafrechtelijke

veroordeling).

3. Kedudukan pekerjaan dan rahasia jabatan.

Secara normatif atau eksplisit Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun

1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta

peraturan perundang-undangan terkait ke-PPAT-an lainnya belum mengatur

secara tegas mengenai perlindungan hukum kepada PPAT dalam

melaksanakan tugas jabatannya berkaitan dengan prosedur khusus

penegakan hukum terhadap PPAT. Secara implisit jabatan PPAT memiliki

suatu hak istimewa berupa Kewajiban Ingkar (Verschoningsplicht) dan Hak

Ingkar (Verschoningrecht) yang diakui sebagai suatu imunitas hukum untuk

kewajiban memberi keterangan sebagai saksi di tingkat penyidikan,

penuntutan dan persidangan baik perkara perdata maupun pidana bagi

jabatan-jabatan tertentu, salah satunya Jabatan PPAT, hak istimewa tersebut

secara materil didasarkan pada Pasal 17 ayat (2) PP No. 37 Tahun 1998

tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Juncto Pasal 34 ayat

(1) Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan

17

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

Pelaksanaan PP No. 37 Tahun 1998, Pasal 322ayat (1) KUHP; dan Pasal

1909 ayat (3) KUHPerdata. Sedangkan secara formil berdasarkan Pasal 170

KUHAP untuk proses acara pidana dan Pasal 277 ayat (1) HIR Jo. 146 ayat

(1) angka 3 HIR untuk proses acara perdata.

10. Macam-macam Bentuk Peralihan Hak Atas Tanah

Peralihan hak atas tanah adalah memindahkan atau beralihnya

penguasaan tanah yang semula milik seseorang atau kelompok masyarakat

kemasyarakat lainnya. peralihan tersebut dapat dilakukan dengan cara

menukar atau memindahkan tanah. penguasaan yuridis dilandasi hak yang

dilindungi oleh hukum dan umumnya memberi kewenangan kepada

pemegang hak untuk menguasakan secara fisik tanah yang dihaki. tetapi ada

juga penguasaan yuridis yang biarpun memberi kewenangan untuk

menguasaan tanah yang dihaki secara fisik, pada kenyataannya penguasaan

fisiknya dilakukan pihak lain.

Peralihan hak atas tanah tersebut terjadi karena hukum artinya dengan

meninggalnya seseorang pemegang hak atas tanah, maka secara otomatis

hak atas tanah tersebut beralih kepada ahli warisnya. jadi ahli waris disini

memperoleh peralihan hak atas tanah karena perbuatan hukum yang

dilakukan oleh pemegang hak atas tanah karena suatu peristiwa hukum yang

dilakukan oleh pemegang hak atas tanah selaku subjek hukum.

Sedangkan suatu hak atas tanah dialihkan atau diperalihkan apabila hak atas

tanah tersebut dipindahkan atau dipindah tangankan oleh pemegang hak

selaku subjek hukum atau hak kepada pihak lain karena suatu perbuatan

hukum yang sengaja dilakukan dengan tujuan agar pihak lain tersebut

memperoleh hak atas tanah yang di alihkan.

Di dalam perkembangan sebagaimana diatur dalam Pasal 37 PP No.

24 Tahun 1977 tentang Pendaftaran Tanah, menyatakan :

1. Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui

jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahan dan

perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak

18

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang

dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

2. Dalam keadaan tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh Mentri kepala

pertanahan dapat mendaftar pemindahan hak atas bidang tanah hak milik,

yang dilakukan di antara perorangan Warga Negara Indonesia yang

dibuktikan dengan akta yang tidak dibuat oleh PPAT, tetapi yang

menurut Kepala Kantor Pertanahan tersebut kadar kebenaranya dianggap

cukup untuk mendaftar pemindahan hak yang bersangkutan.

Senada dengan Effendi Perangin, menurut Maria S.W. Sumardjono, sifat

jual beli menurut hukum adat adalah :

a. Tunai

Penyerahan hak atas tanah oleh pemilik tanah (Penjual) dilakukan

bersamaan dengan pembayaran harganya oleh pihak lain (Pembeli).

dengan perbuatan jual beli tersebut, maka seketika itu juga terjadi

peralihan hak atas tanah. harga yang dibayarkan pada saat penyerahan

hak tidak harus lunas atau penuh atau hal ini tidak mengurangi sifat

tunai tadi. kalau ada selisih atau sisa dari harga, maka hal ini dianggap

sebagai hutang pembeli kepada penjual yang tunduk pada hukum

utang piutang.

b. Riil

Artinya kehendak atau niat yang diucapkan harus diikuti dengan

perbuatan yang nyata-nyata menunjukan tujuaan jual beli tersebut,

misalnya dengan diterimanya uang oleh penjual, dan dibuatnya

perjanjian dihadapan kepala desa.

c. Terang

Artinya untuk perbuatan hukum tersebut haruslah dilakukan

dihadapan kepala desa sebagai tanda bahwa perbuatan itu tidak

melanggar ketentuan hukum yang berlaku.

Sebagai perbandingan, berikut ini diuraikan tentang jual beli tanah

menurut Burgerlijk Wetboek (BW). Pengertian jual beli dimuat dalam Pasal

19

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

1457 BW, yaitu suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu

mengikatkan diri untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain untuk

membayar harga yang telah diperjanjikan. Selanjutnya dalam Pasal 1458

BW, dinyatakan bahwa jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah

pihak, seketika setelahnya para pihak mencapai kesepakatan tentang

kebendaan tersebut dan harganya meskipun kebendaan itu belum diserahkan

maupun harganya belum dibayar.

11. Akibat Hukum Terhadap Akta-Akta Berdasarkan Putusan Pengadilan.

Mengenai kewajiban, larangan dan pengecualian diatur dalam Bab IX

Pembinaan dan Pengawasan PP Nomor 37 tahun 1998. Pasal 65 mengatur

mengenai Pembinaan dan Pengawasan Seorang PPAT. Akta PPAT yang

mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dapat

dilihat dan ditentukan dari :

1. Isi dalam pasal-pasal tertentu yang menegaskan secara langsung jika

melakukan pelanggaran, maka akta yang bersangkutan termasuk akta

yang mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan.

2. Jika tidak disebutkan dengan tegas dalam pasal, sebagai akta yang

mempunyai kekuatan pembuatan sebagai akta di bawah tangan, dan

pasal lainnya

Dengan demikian kedudukan akta PPAT mempunyai kekuatan

pembuktian sebagai akta di bawah tangan merupakan nilai dari sebuah

pembuktian yang tidak dapat dituntut ganti rugi dalam bentuk apapun.

demikian juga dengan akta yang batal demi hukum maka akta tesebut

dianggap tidak pernah ada atau tidak pernah dibuat. jika demikian bahwa

tuntuan biaya ganti rugi, dan bunga sebagai akibat seperti itu, tapi karena

ada hubungan hukum antara PPAT dan para pihak yang menghadap PPAT.

hubungan hukum merupakan suatu hubungan yang akibatnya diatur dalam

hukum. demikian juga apabila suatu akta yang telah dibuat oleh PPAT jika

menimbulkan masalah dan harus diperkarakan di pengadilan karena adanya

20

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

para pihak yang merasa di rugikan, sehingga mengajukan tuntutan atau

gugatan ke pengadilan.

Terhadap hasil putusan pengadilan yang memeriksa suatu perkara

yang didasarkan pada akta yang telah di buat oleh seorang PPAT, maka para

pihak harus tunduk pada hasil yang diputuskan pengadilan. Termasuk

diantaranya terhadap akta yang dibatalkan dimuka pengadilan atau yang

hanya dianggap sebagai akta di bawah tangan, yang semua itu diantaranya

disebabkan kelalaian dari seorang PPAT yang membuat akta yang tidak

didasarkan pada persyaratan bentuk yang harus berdasarkan undang-

undang.

a. Penelitian Putusan

Untuk Membahas Permasalahan yang di kemukakan Bahwa Akta Jual

beli Nomor : 405/2014 tanggal 24 April 2014 adalah cacat hukum atau batal

demi hukum, Berdasarkan atas Putusan Pengadilan Negeri Sorong

No.73/PDT.G/2014/PN.SON.

Kronologis Hukum sebagai berikut :

Pihak-pihak Perkara :

Rieke Adeleida Sompie disebut sebagai Penggugat

Melawan

1. Fredi Sundah disebut sebagai Tergugat I

2. Kisyono disebut sebagai Tergugat II

3. Irnawati Nazar, SH disebut sebagai Tergugat III

Penggugat dan Tergugat I Pernah menjalani kehidupan sebagai suami

isteri sejak Tahun 1998 sesuai dengan Akta Perkawinan Nomor : 474.2/114

Tanggal 16 Oktober 1989, dan pada Tahun 2012 hubungan suami isteri

tersebut telah putus akibat perceraian berdasarkan keputusan Pengadilan

Negeri Sorong Nomor : 06/PDT.G/2012/PN.SRG Tanggal 02 Mei 2012.

Dari hasil perkawinan antara Penggugat dan Tergugat I, keduanya

telah mengumpulkan harta bersama berupa : sebidang tanah dan bangunan

di atas sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor : 335/Remu Utara, dan surat

21

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

ukur/gambar situasi Nomor : 41/RU/K/2001, Tanggal 20 Juni 2001, seluas

322 M2 (tiga ratus dua puluh dua meter persegi), atas nama Tergugat I, yang

terletak di jalan maleo, RT.003/RW.008, Kelurahan Remu Utara,

Kecamatan Sorong, Kota Sorong, dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah timur berbatasan dengan : Jalan Maleo

- Sebelah selatan berbatasan dengan : Lorong

- Sebelah barat berbatasan dengan : Bpk Rumahurbo

- Sebelah utara berbatasan dengan : Lorong.

oleh karena tanah dan bangunan sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor :

335/Remu Utara, dan surat ukur/gambar situasi Nomor : 41/RU/K/2001,

Tanggal 20 Juni 2001, seluas 322 M2 (tiga ratus dua puluh dua meter

persegi). Adalah merupakan harta bersama antara Penggugat dan Tergugat I,

maka setelah hubungan suami isteri antara Penggugat dan Tergugat I putus

akibat perceraian sesuai keputusan Pengadilan Sorong Nomor :

06/PDT.G/2012/PN.SRG Tanggal 02 Mei 2012, dengan demikian tanah dan

bangunan sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor : 335/Remu Utara, seluas 322

M2 (tiga ratus dua puluh dua meter persegi) adalah merupakan harta bersama

yang harus dibagi bersama antara Penggugat dan Tergugat I. Nilai Tanah

dan banguan tersebut untuk saat ini dapat dihargakan sebesar Rp.

2.000.000.000,- (dua millar rupiah), yang terdiri dari nilai tanah Rp.

1.350.000.000.- (satu millar tiga ratus lima puluh juta rupiah), dan nilai

bangunan sebesar Rp. 650.000.000.- (enam ratus lima puluh juta rupiah).

Kesepakatan antara Penggugat dan Tergugat telah di tuangkan dalam

surat pernyataan yang dibuat oleh Tergugat I sehingga sambil menunggu

proses yang dilakukan oleh Tergugat I untuk membagi harta bersama,

apakah nantinya akan dibagi ataukah akan serahkan kepada anak-anaknya.

Hubungan Tergugat I dan Tergugat II adalah teman Bisnis usaha mie

ayam dan bakso, hubungan mereka cukup baik dan mereka pun saling

membantu bila salah satunya kekurangan dana usaha. untuk memperbesar

usahanya Tergugat I meminjam uang kepada Tergugat II namun Tergugat II

tidak mempunyai Uang sejumlah Tergugat I minta. dan Tergugat II pun

22

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

mencari solusi untuk mendapatkan uang tersebut, dengan jalan meminjam

uang dibank, dari situ permasalahan datang pada bulan mei 2014 Penggugat

dikagetkan oleh informasi yang disampaikan oleh Tergugat I. bahwa tanah

dan bangunan sesuai sertifikat hak milik nomor : 335/Remu Utara tersebut,

Tergugat I telah ditipu oleh tergugat II yaitu temannya sendiri yang katanya

telah membantu Tergugat I meminjamkan uang sebesar Rp.200.000.000,-

(dua ratus juta rupiah) untuk modal usaha, dan menjebak Tergugat I untuk

menanda tangani akta jual beli dihadapan Tergugat III, karena Tergugat II

membutuhkan uang dan tergugat I belum dapat mengembalikan uang yang

di pinjaman tersebut, sehingga untuk membantu Tergugat II akhirnya

Tergugat I menanda tangani akta jual beli secara fikti agar supaya Tergugat

II mendapat pinjaman bank.

Dan Tergugat I telah menanda tangani akta jual beli Nomor :

405/2014 Tertanggal 24 April 2014 yang katanya fikti terhadap tanah dan

bangunan sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor : 335/ Remu Utara, seluas 322

M2 (dua ratus dua puluh dua meter persegi) yang adalah merupakan harta

bersama yang belum dibagi setelah terjadi perceraian. kepada Tergugat II

apakah itu disengaja ataupun karena dijebak, yang pasti tanah dan bangunan

sesuai sertifikat aquo sebagiannya adalah milik dari Penggugat maka

perbuatan Tergugat I adalah merupakan perbuatan melawan hukum.

Bahwa sebenarnya Tergugat II telah diberitahu oleh Tergugat I perihal

tanah dan bangunan yang telah bersertifikat itu adalah harta bersama antara

Pengugat dan Tergugat I, hal ini Penggugat ketahui setelah menelusuri

permasalahan jual beli tanah dan bangunan yang telah bersertifikat aquo

kepada Tergugat III, dan disana Penggugat telah melihat akta jual beli

Nomor : 405/2014 Tanggal 24 April 2014 antara Tergugat I dan Tergugat II,

Sertifikat Hak Milik Nomor : 335/Remu Utara, keputusan perceraian antara

Tergugat I dan Penggugat dengan Nomor : 06/PDT.G/2012/PN.SRG

Tanggal 02 Mei 2012 serta satu lembar kertas putih kosong yang telah

ditandatangani oleh Tergugat I di atas materai Rp.6000.- (enam ribu rupiah).

23

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

Berdasarkan uraian Permasalahan diatas tersebut, Para Penggugat Memohon

kepada Majelis Hakim untuk :

DALAM EKSEPSI :

1. Menerima dan mengabulkan eksepsi Tergugat Konvensi/Penggugat

Rekonvensi Untuk seluruhnya

2. Menyatakan gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi tidak

jelas/kabur (Obscuur Libel) dan kurang pihak (Plurium Litis Consortium)

DALAM POKOK PERKARA :

- Menyatakan gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi tidak

dapat diterima.

DALAM REKONVENSI :

- Menyatakan gugatan Penggugat Rekonvensi/Tergugat Konvensi tidak

dapat diterima.

DALAM KONVENSI DAN REKONVENSI :

Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar

biaya perkara sebesar Rp. 2.691.000,- ( dua juta enam ratus sembilan puluh

satu ribu rupiah).

b. Pembahasan

Hasil Putusan No.73/PDT.G/2014/PN.SON Akta Jual Beli Nomor :

405/2014 Tanggal 24 April 2014 dibuat oleh Notaris Irnawati Nazar, SH.

yang berisikan akta jual beli antara Fredy Sundah dan Kisyono tidak sah dan

Batal demi Hukum.

Dan memutuskan mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian

dan menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III untuk membayar

segala biaya perkara adalah suatu putusan yang sudah tepat dan adil dan

hendaknya para pihak yang terlibat dalam Permasalahan tersebut dapat

melaksanakan isi dari putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum

yang tetap.

Adapun yang menjadi analisa hukum disini adalah bahwa yang

menjadi pokok persoalan gugatan Penggugat adalah akta jual beli tanah

24

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

tersebut yang diakui oleh Penggugat sebagai harta bersama, yang dilakukan

jual beli oleh Tergugat I kepada Tergugat II dan dilakukan dihadapan

Tergugat III, tanpa seijin Penggugat. dikarenakan harta tersebut adalah harta

bersama antara Penggugat dan Tergugat I maka pelaksanaan jual beli yang

dilaksanakan secara sepihak tersebut adalah tidak sah dan peralihan hak

tersebut dinyatakan batal demi hukum.

Setiap permasalahan tanah mengenai jual beli, PPAT dipanggil untuk

menjadi saksi di Pengadilan. PPAT tidak bertanggung jawab atas data-data

palsu yang disampaikan kepadanya tanpa sepengetahuannya. Apabila

PPAT atau PPAT sementara tahu kalau para pihak menyampaikan data-data

yang palsu kepadanya, dapat dikenakan Pasal 55 dan Pasal 263 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sanksi administratif, dan

kemungkinan dituntut ganti rugi secara perdata. Akibat hukum dari data-

data yang disampaikan kepada PPAT palsu, adalah dapat dibatalkan.

demikian pula sertifikat tanah yang diterbitkan berdasarkan akta jual beli

yang tidak sah, tentunya tidak sah pula sehingga dapat dibatalkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PPAT belum melaksanakan

ketentuan dari Pasal 97 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tentang Pendaftaran Tanah,

yaitu mengecek atau memeriksa kesesuaian sertifikat terlebih dahulu ke

Kantor Pertanahan karena hal tersebut menjadi syarat pembuatan akta jual

beli tanah. Akta yang dibuat PPAT dan PPAT Sementara merupakan salah

satu sumber data bagi pemeliharaan data pendaftaran tanah. Maka, PPAT

dan PPAT Sementara berkewajiban untuk memeriksa persyaratan jual beli

tanah untuk sahnya perbuatan hukum yang bersangkutan, yakni syarat

materiil dan syarat formil. Syarat materiil sangat menentukan akan sahnya

jual beli tanah tersebut.

Mengenai kekuatan pembuktian akta PPAT sebagai alat bukti

yang sah di dalam proses pemeriksaan sengketa perdata, dan bukti surat

yang akan dibahas adalah :

25

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

1. Akta yang diajukan sebagai alat bukti yaitu Akta Jual Beli antara

Tergugat I dan Tergugat II.

2. Bahwa akta tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai

akta di bawah tangan dikarenakan adanya unsur-unsur/ syarat sahnya

jual beli di dalam pembuatan akta tidak terpenuhi, dalam hal ini tidak

adanya persetujuan dari Tergugat sebagai istri sah dari Penggugat I.

Akta PPAT termasuk akta otentik yang merupakan bukti sempurna,

karena akta otentik tersebut mempunyai beberapa kekuatan pembuatan,

yaitu:

a. Kekuatan Pembuktian lahir : Kekuatan pembuktian yang didasarkan

atas lahir atau apa yang tampak pada lahirnya. akta pempunyai

kekuatan hukum yang tetap sepanjang tidak terbukti sebaliknya.

b. Kekuatan Pembuktian Formil : kekuatan pembuktian yang

didasarkan atas benar tidaknya ada pernyataan oleh yang bertanda

tangan di dalam akta itu. pembuktian ini memberikan tentang

peristiwa, bahwa pejabat dan para pihak telah menyatakan dan

melakukan seperti apa yang dimuat di dalam akta.

c. Kekuatan pembuatan materiil : Kekuatan pembuktian yang

didasarkan benar tidaknya isi pernyataan di dalam akta iu, yang

mana memberikan kepastian tentang materi suatu akta, serta

memberi kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat dan para pihak

menyatakan dan melakukan seperti yang dimuat di dalam akta.

Terhadap Akta yang dinyatakan oleh hakim hanya mempunyai

kekuatan hukum di bawah tangan PPAT dapat dimintakan pertangggung

jawaban secara perdata dan tuntutan itu adalah berdasarkan perbuatan

hukum, artinya walaupun PPAT hanya mengkonstantir keinginan daripada

para pihak yang menghadap bukan berarti PPAT tidak pernah atau tidak

mungkin melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan-

ketentuan hukum, karena dalam prakteknya hal tersebut banyak terjadi.

Suatu perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh PPAT yang

menimbulkan kerugian para pihak dapat dijerat berdasarkan Pasal 1365

26

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

KUHPerdata, adapun tujuan dari Pasal 1365 KUHPerdata ini sebenarnya

adalah untuk mengembalikan kerugian pada keadaan semula, setidak-

tidaknya pada keadaan yang mungkin dapat dicapai sekiranya tidak tejadi

perbuatan melawan hukum, maka akan diusahakan pengembalian secara

nyata yang kiranya lebih sesuai daripada pembayaran ganti rugi dalam

bentuk uang, karena pembayaran dalam bentuk uang hanyalah nilai yang

ekuivalen saja.

dan terhadap akta PPAT yang diperkarakan di pengadilan, maka

PPAT harus tunduk pada keputusan pengadilan baik putusan itu sifatnya

menguatkan akta tersebut atau akta tersebut dinyatakan batal demi hukum.

dengan kata lain bahwa putusan pengadilan atas akta yang dibuat oleh

PPAT, sangat menentukan mengenai pertanggung jawaban dari PPAT

tersebut terhadap para pihak yang merasa dirugikan.

c. Hambatan-hambatan yang Timbul pada Tanggung Jawab PPAT dalam

Proses Sengketa dan Cara Mengatasinya.

Akta yang di buat oleh PPAT merupakan alat bukti yang otentik apabila

akta tersebut dibuat sesuai dengan prosedur yang ada dan sesuai dengan

ketentuan bahwa :

1. Tanggung jawab seorang PPAT terhadap akta yang telah dibuatnya tetap

ada, meskipun akta tersebut telah dinyatakan oleh Hakim hanya

mempunyai kekuatan bukti di bawah tangan atau, dinyatakan batal demi

hukum.

2. Tanggung jawab terhadap para pihak, maupun terhadap diri sendiri yang

mungkin karena kelalaian dalam membuat akta sehingga terjadi

kesalahan, di dalam penulisan, atau pembuatan Akta Otentik.

Setelah dilakukan penelitian, penulis menyimpulkan bahwa tidak

terdapat hambatan yang berarti di dalam tanggungjawab PPAT terhadap

akta yang telah dikeluarkannya jika terjadi sengketa terhadap akta tersebut

di pengadilan.

27

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT SEBAGAI ...

12. Kesimpulan

1. Secara normatif atau eksplisit Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998

tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta

peraturan Perundang-undangan terkait ke-PPAT-an lainnya belum

mengatur secara tegas mengenai perlindungan hukum kepada PPAT

dalam melaksanakan tugas jabatannya berkaitan dengan prosedur khusus

penegakan hukum terhadap PPAT. secara implisit jabatan PPAT

memiliki suatu hak istimewa berupa Kewajiban Ingkar

(Verschoningsplicht) dan Hak Ingkar (Verschoningrecht) yang diakui

sebagai suatu imunitas hukum untuk kewajiban member keterangan

sebagai saksi di tingkat penyidikan, penuntutan dan persidangan baik

perkara perdata maupun pidana bagi jabatan-jabatan tertentu,

salahsatunya Jabatan PPAT, hak istimewa tersebut secara materil

didasarkan pada Pasal 17 ayat (2) PP No. 37 Tahun 1998 tentang

Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Juncto Pasal 34 ayat (1)

Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan

Pelaksanaan PP No. 37 Tahun 1998; Pasal 322ayat (1) KUHP; dan Pasal

1909 ayat (3) KUHPerdata. Sedangkan secara formil berdasarkan Pasal

170 KUHAP untuk proses acara pidana; dan Pasal 277 ayat (1) HIR Jo.

146 ayat (1) angka 3 HIR untuk proses acara perdata.

2. Akibat hukum akta PPAT yang diperkarakan di pengadilan, maka PPAT

harus tunduk pada keputusan pengadilan baik putusan itu sifat nya

menguatkan akta tersebut atau akta tersebut dinyatakan batal demi

hukum. dengan kata lain bahwa putusan pengadilan atas akta yang

dibuat oleh PPAT, sangat menentukan mengenai pertanggung jawaban

dari PPAT tersebut terhadap para pihak yang merasa dirugikan.

28